ba b 2 landasan teori dan kerangka pemikiranthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2011-1-00433-mn 2.pdfyaitu...
TRANSCRIPT
6
BAB 2
LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian M anajemen
Manajemen merupakan hal yang dilakukan oleh manajer di dalam suatu
organisasi. Manajemen menjadi suatu hal yang sangat penting untuk
keberhasilan organisasi mencapai tujuannya.
Menurut pendapat Robbins dan Coulter (2001, p6) menyatakan bahwa
manajemen adalah proses pengorganisasian kegaiatan – kegiatan pekerjaan
sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisen dan efektif dengan dan
melelui orang la in. Ef isiensi adalah memperoleh output terbesar dengan input
terkeci l; digambarkan sebagai “melakukan segala sesuatu dengan benar”.
Efektiv itas adalah menyelesaiakan kegaiatan – kegiatan sehingga sasaran
organisasi dapat tercapai digambarkan sebagai “melakukan segala sesuatu yang
benar”.
2.1.2 Pengertian Jasa
Berdasarkan pendapat Kotler 1994 da lam buku (Tjiptono, 2000, p6)
menyatakan bahwa Jasa atau pelayanan adalah setiap tindakan atau perbuatan
yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak la in, yang pada dasarnya
bersifat intangible (tidak berwujud fisik ) dan tidak menghasilkan kepemilikan
sesuatu. Produksi jasa bisa berhubungan dengan produk l fisik maupun tidak.
7
2.1.3 Karakteristik Jasa
Berdasarkan pendapat Tjiptono (2000, pp15-18) menyatakan bahwa ada
empat karak teristik pokok pada jasa yang membedakannya dengan barang.
Keempat karakterist ik tersebut meliputi :
1. Intangibility
jasa bersifat intangible, art inya tidak dapat dil ihat, dirasa, diraba,
dicium, atau didengar sebelum dibeli. Konsep ini sendiri memiliki dua
pengertian (Berry dalam E nis dan Cox, 1998), yaitu :
a. Sesuatu yang tidak dapat disentuh dan tidak dapat dirasa
b. Sesuatu yang tidak mudah didefinisikan, diformulasikan, atau
dipahami secara rohaniah.
Seseorang tidak dapat menilai hasil dari jasa sebelum ia
menikmatinya sendiri. B ila pe langgan membeli jasa, maka ia akan
menggunakannya, memanfaatkan, atau menyewa jasa tersebut. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa kualitas jasa dapat dilihat dari tempat (place),
orang (people), peralatan (equipment), dan bahan- bahan komunikasi
(communication materials), simbol, dan harga yang mereka amati.
2. Inseparability
Barang biasanya diproduksi , kemudian dijual, lalu dikonsumsi.
Sedangkan jasa biasanya dij ual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi
dan dikonsumsi secara bersamaan. Interaksi antara penyedia jasa dan
pelanggan merupakan ciri khusus dalam pemasaran jasa. Keduanya
mempengaruhi hasil (outcome) dari jasa tersebut. dalam hubungan
penyedia jasa dan pelanggan ini, efek tiv itas indiv idu yang menyampaikan
jasa (contact – personel) merupakan unsur penting. Dengan demikian,
kunci keberhasilan bisnis jasa ada pada proses rek rutmen, kompensasi,
8
pelatihan, dan pengembangan karyawannya. Faktor lain yang tidak kalah
pentingnya adalah pemberian perhatian khusus pada tingkat partisipasi/
keterlibatan pelanggan dalam proses jasa (misa lnya aktivitas dan peran
serta pelajar / mahasiswa dalam pendidikan sekolah/PT ). Demik ian pula
halnya dengan fasili tas pendukung jasa sangat perlu diperhatikan,
misa lnya ruang kuliah yang nyaman, tersedianya OHP, fasilitas komputer,
book store, mesin fotocopy, CD ROM, dan sebagainya. Pemilihan lokasi
yang tepat, dalam artian dekat dan mudah dicapai pelanggan j uga perlu
dipertimbangkan. Hal ini juga berlaku untuk jasa, di mana pelanggan yang
mendatangi penyedia jasa (misa lnya museum dan bioskop), maupun
sebaliknya penyedia jasa yang mendatangi pelanggan (jasa pengiriman
mobil ambulans pada rumah sakit).
3. Variability
Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan nonstandardized
output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada
siapa, kapan, dan di mana jasa tersebut dihasilkan. Ada tiga faktor yang
menyebabkan variabil itas kualitas jasa (Bovee, Houston, dan Thill, 1995),
yaitu kerja sama atau partisipasi pelanggan selama penyampaian jasa,
moral/motivasi karyawan dalam melayani pe langgan, beban kerja
perusahaan. Pada industri jasa yang bersifat people – based, komponen
manusia yang terlibat jauh lebih banyak daripada jasa yang bersifat
equipment – based. Implikasinya adalah bahwa hasi l (outcome) dari
operasi jasa yang bersifat people – based cenderung kurang
terstandarisasi dan seragam dibandingkan hasi l dari jasa yang bersifat
equipment – based maupun operasi manufaktur. Para pembeli jasa sangat
peduli terhadap variabilitas yang tinggi ini dan seringkali mereka meminta
pendapat orang lain sebelum memutuskan untuk memil ih penyedia jasa.
9
Dalam hal ini penyedia jasa dapat menggunakan tiga pendekatan dalam
pengendalian kualitasnya, yaitu :
a. Melakukan investasi dalam se leksi dan pelatihan personil yang
baik.
b. Melakukan standarisasi proses pelaksanaan jasa (service –
performance process). Hal ini dapat dilakukan dengan jalan
meny iapakan suatu cetak (blueprint) jasa yang menggambarakan
perist iwa atau event dan proses jasa dalam suatu diagram alur,
dengan tujuan untuk mengetahui fak tor – faktor potensial yang
dapat menyebabkan kegagalan dalam jasa tersebut.
c. Memantau kepuasan pelanggan melalui melalui sistem saran dan
keluhan survei pelanggan, comparison shopping, sehingga
pelayanan yang kurang baik dapat dideteksi dan dikoreksi.
4. Perishability
Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat
disimpan. Kursi pesawat yang kosong, kamar hotel yang tidak dihuni, atau
jam tertentu tanpa pasien di tempat praktik dokter gigi akan berlalu/hi lang
begitu saja karena tidak dapat disimpan. Dengan demikian bila suatu jasa
tidak digunakan, maka jasa tersebut akan berlalu begitu saja.
Kondisi di atas tidak akan jadi masalah jika permintaannya
konstan. Tetapi kenyataannya permintaan pelanggan akan jasa umunya
sangat bervariasi dan dipengaruhi faktor musiman, misalnya permintaan
akan jasa transportasi antar kota akan melonjak menjelang Lebaran, Natal,
dan Tahun Baru; permintaan akan jasa – jasa rekreasi dan hiburan
meningkat selama musim l iburan, dan sebagainya. O leh karena itu
perusahaan jasa harus mengevaluasi kapasitasnya (subtitusi dan
10
persediaan jasa) guna menyeimbangkan penawaran dan permintaan.
Dalam hal ini perlu dilakukan analisis terhadap biaya dan pendapatan bila
kapasitas ditetapkan terlalu t inggi atau terlampau rendah.
Menurut Stanton, Etzel, dan Walker (1991), ada pengecualian
dalam karakterist ik perishability dan penyampaian jasa. Dalam kasus
tertentu jasa bisa disimpan, yaitu dalam bentuk pemesanan (misalnya
reservasi tiket pesawat dan kamar hotel), peningkatan permintaan akan
suatu jasa pada saat permintaan sepi (misalnya minivacation weekends di
hotel – hote l tertentu), dan penundaan penyampaian jasa (misalnya
asuransi). Sebagai contoh, jasa asuransi dibe li oleh pelanggan, kemudian
jasa tersebut ditahan oleh perusahaan asuransi sampai saat dibutuhkan
oleh pemegang polis atau ahli waris kl ien yang bersangkutan. Dengan
demik ian hal ini bisa dianggap sebagai suatu bentuk peny impanan
2.1.4 Klasifikasi Jasa
Klasif ikasi jasa dapat dilakukan berdasarkan tuj uh k riteria (lovelock,
1987, dalam Evan dan Berman, 1990) dalam buku (Tjiptono, 2000, pp7 – 12),
yaitu :
1. Segmen pasar
Berdasarkan segmen pasar, jasa dapat dibedakan menjadi jasa
kepada konsumen akhir (misa lnya taxi, asuransi jiwa, dan pendidikan) dan
jasa kepada konsumen organisasional (misalnya jasa akuntansi dan
perpajakan, jasa konsultasi manajemen, dan jasa konsultasi hukum).
Sebenarnya ada kesamaan diantara kedua segmen pasar tersebut pada
pembelian jasa. Baik konsumen akhir maupun konsumen organisasional
sama – sama melalui proses pengambilan keputusan, mesk ipun faktor –
faktor yang mempengaruhi pembeliannya berbeda, perbedaan utama
11
antara kedua segmen tersebut adalah alasan dalam memilih jasa,
kuantitas jasa yang dibutuhkan, dan kompleksitas pengerjaan jasa
tersebut.
2. Tingkat keterwujudan (tangibili ty )
Kriteria ini berhubungan dengan tingkat keterlibatan produk fisik
dengan konsumen. Berdasarkan k riteria ini, jasa dapat dibedakan menjadi
3 macam, yaitu :
a. Rented goods serv ice
Dalam jenis ini, konsumen menyewa dan menggunakan produk –
produk tertentu pula. Konsumen hanya dapat menggunakan
produk tersebut, karena kepemil ikannya tetap berada pada pihak
perusahaan yang menyewakannya.
b. Owned goods serv ice
Pada owned goods serv ice, produk – produk yang dimilik i
konsumen direparasi, dikembangkan atau dit ingkatkan unjuk
kerjanya, atau dipelihara/dirawat oleh perusahaan jasa. Jenis jasa
ini juga mencakup perubahan bentuk pada produk yang dimilik i
konsumen. Contohnya jasa reparasi (arloji, mobil, sepeda motor,
komputer, dan lain – lain), pencucian mobil, perawatan rumput
lapangan golf, perawatan taman, pencucian pakaian, dan lain –
lain.
c. Non – goods serv ice
Karakateristik khusus pada jenis ini adalah jasa personal bersifat
intangible (tidak berbentuk produk fisik) ditawarkan kepada para
pelanggan. contohnya supir, baby sister, dosen, tutor, pemandu
wisata, ahl i kecantikan, dan lain – lain.
12
Dalam kaitnya dengan aspek pemasaran, secara umum dapat
dikatakan bahwa semakin tidak berwujud suatu jasa, maka
semak in sedikit persamaan pemasaran jasa dan pemasaran barang
terwujud. Pada non – goods serv ice misalnya, kinerja
(performance) hanya dapat dinilai setelah jasa diberikan dan
konsisten kinerja tersebut sul it dijaga. Sebaliknya rented goods
service dan owned goods serv ice dapat dipasarkan dengan cara –
cara yang serupa dengan pemasaran barang berwujud (produk
fisik), karena kedua jenis jasa ini memerlukan barang – barang
fisik dan lebih bersifat tangible.
3. Keterampilan penyedia jasa
Berdasarkan tingkat keterampilan penyedia jasa, jasa terdiri atas
profesional serv ice (misalnya konsultan manajemen, konsultan hukum,
konsultan pajak, konsultan sistem informasi, dokter, perawat, dan arsitek )
dan nonprofessional serv ice (misalnya supir taksi dan penjaga malam).
Pada jasa yang memerlukan keterampilan tinggi dalam proses operasinya,
pelanggan cenderung sangat selektif dalam memilih penyedia jasa. Hal
inilah yang menyebabkan para profesional dapat “mengikat” para
pelangganya. Sebaliknya jika tidak memerlukan keterampilan tinggi,
seringkali loyalitas pelanggan rendah karena penawarannya sangat
banyak.
4. Tujuan organisasi jasa
Berdasarkan tujuan organisasi, jasa dibagi menjadi commercial
service atau profit service (misalnya penerbangan, bank, dan jasa parsel)
dan nonprofit service (misa lnya sekolah, yayasan dana bantuan, panti
asuhan, panti wreda, perpustakaan, dan museum).
13
5. Regulasi
Dari aspek regulasi, jasa dapat dibagi menjadi regulated sevice
(misa lnya pia lang, angkutan umum, dan perbankan) dan nonregulated
service (seperti makelar, katering, dan pengecatan rumah)
6. Tingkat intensitas karyawan
Berdasarkan tingkat intensitas karyawan (keterl ibatan tenaga kerja),
jasa dapat dikelompokan menjadi dua macam, yaitu equipmentbased
service (seperti cuci mobil otomatis, jasa sambungan telepon jarak jauh,
dan ATM (Automatic Teller Machine), vending machines, dan binatu) dan
people – based service (seperti pe latih sepak bola, satpam, jasa akuntansi,
konsultasi manajemen, dan konsultasi hukum). People – based service
masih dapat dike lompokkan menjadi kategori tidak terampil, terampil, dan
pekerja profesional (Kotler 1994). Jasa yang padat karya (people – based)
biasanya ditemukan pada perusahaan yang memang memerlukan tenaga
ahli dan apabila pemberi jasa itu harus di lakukan dirumah atau di tempat
usaha pelanggan. Perusahaan juga bisa bersifat padat karya bila proses
penyampaian jasa kepada satu pelanggan memakan banyak waktu,
sehingga perusahaan membutuhkan personil yang relatif banyak untuk
melayani pelanggan yang la in. Sementara itu perusahaan yang bersifat
equipment – based mengandalkan penggunaan mesin dan pera latan
canggih yang dapat dikendalikan dan dipantau secara otomatis atau semi
otomatis. Ini dilakukan dengan tujuan untuk menjaga konsistensi kua litas
jasa yang diberikan.
7. Tingkat kontak penyedia jasa dan pelanggan
Berdasarkan tingkat kontak ini, secara umum dapat dibagi menjadi
• High contact serv ice (seperti universitas, bank, dokter, pegadaian)
• Low – contact service (misalnya bioskop). Pada jasa yang tingkat
kontal dengan pelangganya tinggi, keterampilan interpersonal
14
karyawan harus diperhatikan oleh perusahaan jasa, karena
kemampuan membina hubungan sangat dibutuhkan dalam
berurusan dengan orang banyak, misalnya keramahan, sopan
santun.
2.1.5 Pengertian Kualitas Pelayanan
Kualitas layanan merupakan hal yang sangat penting dalam bisnis jasa
maupun non jasa dan sangat berhubungan dengan kepuasan konsumen.
Secara umum, kualitas layanan diukur dalam jangka panjang, dimana kepuasan
konsumen dalam jangka pendek.
Berdasarkan pendapat Hoffman dan Bateson (2006, p333)
mendefinisikan kualitas jasa adalah : An attitude formed by a long-term, overall
evaluation of a firm’s performance. Penilaian terhadap ba ik buruknya kualitas
suatu jasa, sangat berkaitan dengan rasa puas ataupun rasa tidak puas
pengguna jasa tersebut. Antara kualitas jasa dan kepuasan sangat berkaitan
erat meskipun keduanya mempunyai pengertian dan konsep yang berbeda/
ketika kepuasan membandingkan persepsi konsumen pada apa yang konsumen
harapkan secara normal, kualitas pe layanan membandingkan persepsi
konsumen pada apa terhadap baik buruknya kualitas suatu jasa, sangat
berkaitan dengan rasa puas ataupun rasa tidak puas pengguna jasa tersebut.
Antara kualitas jasa dan kepuasan sangat berka itan erat meskipun keduanya
mempunyai pengertian dan konsep yang berbeda/ ketika kepuasan
membandingkan persepsi konsumen pada apa yang konsumen harapkan secara
normal, kualitas pelayanan membandingkan persepsi pada apa yang konsumen
harapkan dari perusahaan yang menghantarkan pelayanan berkualitas tinggi.
15
2.1.6 Dimensi Kualitas Jasa
Berdasarkan pendapat Parasuraman, Ze ithaml, dan Berry (1985) dalam
buku (Tjiptono dan Gregorius, 2005, pp132 – 135) menyatakan terdapat
sepuluh dimensi pokok kualitas jasa:
1. Reabilitas, meliputi dua aspek utama, yaitu konsistensi kinerja
(performance) dan sifat dapat dipercaya (dependability ). Hal ini berarti
perusahaan mampu menyampaikan jasanya secara benar sejak awal
(right the first time), memenuhi janjinya secara akurat dan andal,
meny impan data (record) secara tepat, dan mengirimkan tagihan yang
akurat.
2. Responssiv itas atau daya tanggap, yaitu kesediaan dan kesiapan para
karyawan untuk membantu pelanggan dan menyampaikan jasa secara
cepat.
3. Kompetensi, yaitu penguasaan keterampilan dan pengetahuan yang
dibutuhkan agar dapat menyampaikan jasa sesuai dengan kebutuhan
pelanggan. Termasuk didalamnya pengetahuan dan keterampilan
karyawan kontak, pengetahuan dan keterampilan personil dukungan
operasional, dan kapabilitas riset organisasi.
4. Akses, meliputi kemudahan untuk dihubungi atau ditemui
(approachability) dan kemudahan kontak. Hal ini berarti lokasi fasi litas
jasa mudah dijangkau. Waktu mengantri atau menunggu tidak terlalu
lama, sa luran komunikasi perusahaan mudah dihubungi, dan jam
operasi nyaman.
5. Kesopanan (courtesy ), meliputi sikap santun, respek, atensi, dan
keramahan para karyawan kontak.
6. Komunikasi, artinya menyampaikan informasi kepada para pelanggan
dalam bahasa yang mudah mereka pahami, serta selalu mendengarkan
16
saran dan keluhan pelanggan. termasuk didalamnya adalah penjelasan
mengenai jasa/layanan yang ditawarkan, biaya jasa, trade – off antara
jasa dan biaya, serta proses penanganan masalah potensial yang
mungkin t imbul.
7. Kredibi litas, yaitu sifat j ujur dan dapat dipercaya. K redibilitas mencakup
nama perusahaan, karakter pribadi karyawan kontak, dan interaksi
dengan pelanggan.
8. Keamanan (security), yaitu bebas darai bahaya, resiko, atau keragu –
raguan. Termasuk dida lamnya adalah kemanan seacra fisik (physical
safety ), keamanan secara fisik (physical safety), keamanan finansial
(financial security), privasi, dan kerahasian (confidential ity ).
9. Kemampuan memahami pelanggan, yaitu berupaya memahami
pelanggan dan kebutuhan spesifik mereka, memberikan perhatian
individual, dan mengenal pe langgan reguler.
10. Bukti f isik (tangibles), meliputi penampilan f isik, peralatan, personil, dan
bahan – bahan komunikasi perusahaan.
Dari kesepuluh dimensi tersebut, maka Parasuraman, Zeithaml, dan
Berry (1988) meyederhanakan menjadi 5 dimensi pokok. Dimana kompetensi,
kesopanan, kredibi litas, dan keamanan disatukan menjadi jaminan (assurance).
Sedangkan akses, komunikasi, dan kemampuan memahami pe langgan
diintegrasikan menjadi empati (emphaty ). Dengan demikian, terdapat l ima
dimensi utama yang disusun berdasarkan urutan tingkat kepentingan relatifnya
sebagai berikut:
1. Reliabil itas (rel iability ), berkaitan dengan kemampuan perusahaan
untuk memberikan pelayanan yang akurat sejak pertama kali tanpa
membuat kesalahan apapun dan menyampaikan j asanya sesuai dengan
waktu yang disepakati.
17
2. Daya tanggap (responssiveness), berkenaan dengan ketersediaan dan
kemampuan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan
merespon permintaan mereka, serta menginformasikan kapan jasa
akan diberikan dan kemudian memberikan jasa secara cepat.
3. Jaminan (assurance), yakni peri laku para karyawan mampu
menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan
perusahaan bisa menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya.
Jaminan juga berarti bahwa para karyawan selalu bersikap sopan dan
menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk
menangani setiap pertanyaan atau masalah pelanggan.
4. Empati (emphaty ), berarti perusahaan memahami masalah para
pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta
memberikan perhatian personal kepada para pelanggan dan memil iki
jam operasi yang nyaman.
5. Bukti f isik (tangibles), berkenaan dengan daya tarik fasili tas fisik,
perlengkapan, dan material yang digunakan perusahaan, serta
penampilan karyawan.
2.1.7 E- Business
Berdasarkan pendapat Ka lakota (2001,p5) menyatakan bahwa e-bisnis
merupakan strategi menyeluruh yang mendefinisikan ulang bisnis model yang
lama, dengan bantuan teknologi, untuk memaksimalkan ni lai dan laba yang
diperoleh dari pelanggan. E – bisnis mencakup seluruh aplikasi dan proses yang
memampukan suatu perusahaan untuk memberikan layanan transaksi dan e-
bisnis mencakup aplikasi f ront- off ice dan back-off ice yang membentuk mesin
utama dari model bisnis modern.
18
Awalnya penggunaan website oleh perusahaan kerap kal i dikenal
sebagai e-commerce. Namun sekarang ini, penggunaan e-bisnis telah
menggantikan e-commerce.
Berdasarkan pendapat K alakota (2001, p4) menyatakan bahwa
perkembangan e-bisnis terbagi menjadi 3 fase, yaitu :
• Fase pertama (1994 – 1997), e-commerce hanya mengenai kehadiran
secara online. Pada fase ini, perusahaan tidak yakin akan apa yang
mereka lakukan dengan membuat website, namun mereka merasa
pembuatan website membuat mereka setidaknya memilki sesuatu
secara online.
• Fase kedua (1997 – 2000) ditandai dengan penggunaan e-commerce
sebagai media transaksi secara online, pembelian maupun penjualan
melalui media digital. Fokus pada fase kedua terletak pada aliran
pemesanan dan peningkatan keuntungan.
• Fase ketiga merupakan fase yang sedang berjalan hingga sekarang ini.
Dimana fokus diarahkan pada bagaimana penggunaan internet dapat
meningkatkan keuntungan perusahaan. Tidak sekerdar menambah
penghasi lan kotor, namun lebih kearah meningkatkan margin laba.
Pada fase ini lah e-commerce mulai disebut sebagai e-bisnis dimana
penggunaan internet mencakup seluruh aplikasi perusahaan baik front-
office maupun back-office.
2.1.8 E-Commerce
Menurut Turban (2004, P3) yang telah diterjemahkan, menyatakan
bahwa e-Commerce adalah proses dari membeli, penjualan, pertukaran dari
satu produk, serv is dan informasi menggunakan jaringan komputer khususnya
dengan menggunakan internet.
19
2.1.8.1 T ipe – tipe e-Commerce
Menurut Turban, Rainer, Potter (2003, p275) yang sudah diterjemahkan,
jenis – jenis e-Commerce antara lain meliputi :
• Collaborative Commerce (C - Commerce) dimana rekan bisnis
berkolaborasi secara elektronik pada saat frekuensi kolaborasi
terjadi antar rekan bisnis dalam melakukan supply chain
• Business to Consumer (B2C), dimana penjualnya adalah organisasi
dengan pembelinya adalah individu atau dapat diartikan sebagai
transaksi ritel dan pembeli indiv idual.
• Consumer to Business (C2B), meliputi indiv idu yang menjual produk
atau jasa kepada organisasi. Serta individu mencari penjua l
berinteraksi dengan penjua l terbit dan melakukan transaksi.
• Intra Business (I ntra Organizational) Commerce, meliputi semua
aktivitas internet organisasi yang biasa dilakukan melalui intranet
dan meliputi pertukaran barang, jasa atau informasi. Aktiv itas
internet bisa bermacam – macam muali dari menjual produk
korporat kepada karyawan hingga aktiv itas secara online.
• Government to C itizen (G2C) dan to other, dimana pemerintah
menyediakan pelayanan jasa kepada warga negara melalui teknologi
e-Commerce. Selain itu e-Government berfungsi sebagai sarana
kegiatan bisnis dengan pemerintah lainnya.
• Mobile Commerce (m – Commerce) adalah transaksi yang dilakukan
dengan teknologi wireless.
2.1.9 Internet Intranet dan Ekstranet
2.1.9.1 Internet
Berdasarkan pendapat Turban (2003, p201) menyatakan bahwa “
internet (kependekan daripada perkataan “interconnetcted –
20
networking” ) merupakan rangkaian komputer yang terhubung di dalam
beberapa rangkaian. Manakala Internet (huruf ”I” besar) ialah sistem
komputer umum, yang terhubung secara global dan menggunakan
TCP/IP sebagai protokol pertukaran paket (packet switching
communication protocol”. Rangkaian internet yang terbesar dinamakan
“Internet”. Cara menghubungkan rangkaian dengan kaedah ini
dinamakan internetworking.
Teknologi komputer dan aplikasi internet untuk pertama ka linya
menawarkan pemasaran yang memungkinkan pengumpulan,
pemrosesan, analisa dan penggunaan secara efisien jumlah data dan
mengadopsi personalidsasi pendekatan pemasaran kepada masing –
masing pelanggan. Faktor pendorong perkembangan internet adalah tiga
daya tarik utama internet yang meliputi :
1. Communication : Meliputi beberapa kapabilitas internet, seperti :
• Email : Mengirim pesan (surat elektronik ) antar pribadi.
• Usenet newsgroup : Kelompok diskusi di elektronik bulletin
board.
• LISTSERV : Kelompok diskusi menggunakan e-Mail mailing
list servers.
• Chatting : Percakapan interaktif melalui internet
• Telnet : Masuk ke sistem komputer tertentu dan bekerja
pada sistem komputer lain.
2. Information Retrieval
• FTP (F ile Transfer Protocol) : Transfer file dari satu
komputer ke komputer lain.
• Gophers : Menempatkan informasi yang disimpan pada
internet servers dengan menggunakan hirarki menu.
21
3. Information Search
www (world wide web) : Mengambil, memformat dan
menampilkan informasi (termasuk teks, audio, grafik, dan
video) dengan Hypotext link.
Daya tarik lain yang berhasil membuat internet sangat populer
sebagai media komunikasi, huburan dan bisnis adalah aspek – aspek
yang berkaitan dengan keunggulan internet , diantaranya hal
kenyamanan (bisa diakses kapanpun, dimanapun, dan oleh siapapun),
konektiv itas dan jangkauan global, interaktiv itas, flek sibili tas, efisiensi.
Sebuah jaringan yang besar antar komputer yang merupakan
golongan dari jaringan – jaringan komputer yang ada diseluruh dunia dan
menyebabkan komputer – komputer yang terhubung dengan internet
dapat sal ing berkomunikasi, tukar menukar informasi dengan pengguna
internet lainnya dise luruh dunia. Menurut mcleod (2004, p222), internet
adalah kumpulan jaringan yang dapat sal ing berhubungan. Jika anda
memiliki LAN (Local Area Network) di satu kantor dan LAN dikantor lain,
anda dapat menggabungkan kedua – duanya dan itu akan menciptakan
suatu internet.
Dapat disimpulkan bahwa internet merupakan jaringan komunikasi
tanpa batas yang melibatkan jutaan komputer yang tersebar di se luruh
dunia termasuk untuk melakukan pelayanan kepada pelanggan.
2.1.9.2 Intranet
Menurut McLeod (2004, p222) menyatakan bahwa organisasi
dapat membatasi akses ke jaringan mereka hanya bagi anggota
organisasinya dengan menggunakan intranet. Intranet menggunakan
protokol jaringan yang sama dengan internet. Tetapi membatasi akses ke
22
sumber daya komputer hanya bagi sekelompok orang pil ihan didalam
organisasi. Bagaimanapun internet berbeda dengan Local A rea Network
(LAN), LAN tidak memiliki koneksi fisik ke jaringan lain tetapi
menggunakan pernati lunak, hardware, atau kombinasi keduanya.
2.1.9.3 Ekstranet
Menurut McLeod (2004, p222) menyatakan bahwa Extended
Intranet (Ekstranet) menggunakan jaringan protokol TCP/IP internet
untuk menghubungkan berbagai internet pada lokasi yang berbeda.
Ekstranet bermanfaat dalam mewujudkan konek tivitas yang aman antara
intranet perusahaan dan internet mitra bisnis, pemasok bahan mentah,
penyedia jasa f inasia l, pemerintah dan pelanggan. lingkungan ekstranet
yang terproteksi memungkinkan setiap ke lompok untuk berkolaborasi,
berbagi informasi secara ekslusif dan saling bertukar informasi secara
aman.
2.1.9.4 E-Mail
Berdasarkan pendapat Turban (2003, p189) menyatakan bahwa “
E-mail adalah alat te lekomunikasi yang dapat mengirimkan objek
elektronik, seperti teks, grafik, suara, atau fi le aplikasi yang dilampirkan
melalui pesan.
Ketika pengirim mengirimkan pesan mela lui termina l, maka
penerima dapat membaca pesan yang dikirim melalui terminal komputer,
mencetak, meny impan, merubah, atau bahakn mengirimkan kembali.
Itulah fungsi utama dari E-mail.
2.1.9.5 Web
Web adalah sistem dengan standar persetuj uan universal untuk
menyimpan, mengambil, mengubah, menampilkan, mengubah dan
23
menampilkan informasi melalui kl ien/server arsitektur. Teknologi World
Wide Web ditemukan oleh Timothy Berners pada tahun 1989.
2.1.9.6 HTML
Web berdasar pada bahas standar disebut juga Hypertext Markup
Language (HTML), dimana bentuk dokumen dan hypertext secara
dinamik berhubungan dengan dokumen – dokumen lain yang disimpan
pada komputer yang sama maupun berbeda.
2.1.9.7 URL
Untuk mengakses web, maka pengguna harus memiliki Uniform
Resouce Locator (URL), dimana menunjuk kepada alamat spesifik dari
lokasi tujuan. Contoh URL adalah www.binusmaya.binus.ac.id.
2.1.10 Pengertian Pelanggan
Menurut pendapat Kotler (2003, p103) menyatakan bahwa pelanggan
adalah orang – orang yang paling penting dalam perusahaan, pelanggan tidak
tergantung kepada perusahaan, tetapi perusahaan tergantung kepada
pelanggan. Pelanggan bukan menerima pekerjaan, tetapi pelanggan memberi
pekerjaan kepada perusahaan. Pelanggan bukan seseorang untuk menilai
atau menghitung tetapi pe langgan adalah seseorang yang mengungkapkan
apa yang di inginkan, perusahaan adalah untuk memberikan kepuasan kepada
pelanggan dan untuk perusahaan itu sendiri. Pelanggan merupakan faktor
yang pa ling menentukan keberhasilan suatu perusahaan.
2.1.11 Pengertian Kepuasan
Menurut pendapat Kotler (2007, p177) menyatakan bahwa kepuasan
adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah
membandingkan kinerja yang dipikirkan terhadap kinerja yang diharapkan.
Menurut j.Supranto (2006, p233) menyatakan bahwa kepuasan adalah
tingkat seseorang setelah membandingkan kinerja (hasi l) yang dirasakan
24
dengan harapannya. Harapan pelanggan terbentuk berdasarkan pengalaman
masa lalu, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi pemasar dan
saingannya. Jadi kesimpulannya adalah, tingkat kepuasan merupakan
perbandingan antara kinerja yang dirasakan dengan kinerja yang diharapkan.
Apabila k inerja yang dirasakan dibawah kinerja yang diharapkan, maka
pelanggan akan kecewa. Sebaliknya, apabila kinerja yang dirasakan sama
dengan kinerja yang diharapkan maka pelanggan akan puas. Namun, apabila
kinerja yang dirasakan melebihi harapan maka pelanggan akan sangat puas.
2.1.12 Kepuasan Pelanggan
Berdasarkan pendapat Kotler dan Amstrong (jil id1, p13) menyatakan
bahwa kepuasan pelanggan adalah suatu tingkatan dimana perk iraan k inerja
produk sesuai dengan harapan pembeli. Jika kinerja jauh lebih rendah dari
harapan, pembeli tidak terpuasakan. Jika kinerja melebihi yang diharapkan,
pembeli lebih senang. Perusahaan yang pintar bermaksud untuk memuasakan
pelanggan dengan hanya menjanjikan apa yang dapat mereka berikan,
kemudian memberi lebih banyak dari yang mereka janjikan.
2.1.13 CRM dan E-CRM
2.1.13.1 Definisi CRM
Membuat def inisi akan CRM merupakan hal yang tidak mudah. Hal ini
dikarenakan cakupan CRM sangatlah luas dan mengundang banyak pendapat
berbeda – beda. Berikut ini merupakan definisi CRM dari beberapa sumber.
Berdasarkan pendapat Kalakota (2001, p172) menyatakan bahwa CRM
didefinisikan sebagai integrasi strategi antara penjualan, pemasaran dan
pelayanan sebagai satu kesatuan (tidak terpisahkan) yang bergantung pada
koordinasi perusahaan secara keseluruhan.
25
Berdasarkan pendapat Kellend (2007) menyatakan bahwa Costumer
Relationship Management (CRM) merupakan suatu istilah meluas yang
menacakup konsep – konsep yang digunakan oleh perusahaan untuk
mengelola hubungan – hubungan mereka dengan pelanggan – pelanggannya,
yang meliputi pengumpulan, peny impanan, dan menganalisa informasi
mengenai pelanggan.
Berdasarkan pendapat Peelen (2005, p4) menyatakan bahwa CRM
merupakan sebuah proses yang meliputi semua aspek da lam mengidentifikasi
pelanggan, membangun hubungan dengan pelanggan, dan membentuk
pendapat pelanggan tentang organanisasi dan produknya.
Berdasarkan pendapat Peelen (2005, p4) menyatakan bahwa CRM
merupakan sebuah proses yang meliputi semua aspek da lam mengidentifikasi
pelanggan, membangun hubungan dengan pelanggan, dan membentuk
pendapat pelanggan tentang organanisasi dan produknya.
Sedangkan Berdasarkan pendapat Turban et a l. (2006, p549)
Berdasarkan pendapat definisi CRM adalah sebuah strategi bisnis da lam
memilih dan mengelola pelangan untuk mengoptimalkan nilai jangka panjang.
CRM membutuhkan sebuah filosofi bisnis dan budaya yang berfokus pada
pelanggan untuk mendukung pemasaran, dan proses pelayanan yang efektif.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Costumer Relationship Management
(CRM) merupakan suatu proses yang dilakukan oleh perusahaan da lam
mengidentif ikasikan keinginan pelanggan dengan tujuan untuk meningkatkan
hubungan antara pelanggan dengan perusahaan sekaligus untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan.
26
2.1.13.2 Jenis CRM
Berdasarkan pendapat Greenberg (2005, p48) menyatakan bahwa CRM
berdasarkan segmennya terbagi atas :
• Operational CRM
Operational CRM mencakup kepada transaksi dalam melayani
pelanggan dari interna l perusahaan. Fungsi bisnis umum mencakup
pelayanan, manajemen pemesanan, tagihan, penjualan otomatisasi
penjualan dan pemasaran. Bagian dari operational CRM mencakup
kepada pusat kontak pelanggan, atau bisa disebut Costumer
Interaction Centre (CIC ).
• Analytical CRM
Analytical CRM menvakup penangkapan, penyimpanan, penjabaran,
pemrosesan, pelaporan data pelanggan kepada pengguna, bukan
hanya a lgoritma dan peny impanan, tetapi juga respon terhadap
personalisasi pengguna data.
• Collaborative CRM
Merupakan pusat komunikasi, jaringan koordinasi yang merujuk
kepada lajur pelanggan dan suppliernya sendiri. Dimaksudkan
seperti web atau e-mail. Jenis ini biasa disebut juga sebagai strategi
hubungan, fungsi CRM yang menyediakan interaksi antara
pelanggan dan jalur mereka sendiri.
2.1.13.3 Tujuan CRM
Berdasarkan pendapat Kalakota (2000, p111) menyatakan bahwa
tujuan dari CRM yaitu, “CRM melakukan optimisasi dari keuntungan
perusahaan yang benar – benar mengerti apa dan bagaimana pelanggan
berinteraksi dalam mencapai kesetiaan pelanggan dan diasosiakan dengan
peningkatan keuntungan”.
Hal tersebut sesuai dengan tujuan dari kerangka CRM yaitu :
27
• Menggunakan hubungan yang sudah ada untuk meningkatkan
pendapatan. Meningkatkan keuntungan melalui identifikasi, menarik
dan mengikat pelanggan terbaik.
• Menggunakan informasi yang terintegrasi untuk pelayanan yang
terbaik.
• Memperkenalkan proses dan prosedur penjualan secara berulang.
• Menciptakan nilai baru dan menanamkan kesetiaan.
• Mengimplementasikan solusi strategi yang proactive.
CRM memungk inkan perusahaan membedakan dengan lebih baik dan
efisien dalam mengalokasikan sumber daya yang dikeluarkan untuk pelanggan
yang lebih menguntungkan. Dengan demikian perusahaan dapat melakukan
pengelolaan sumber daya dan mengembangkan relasi yang lebih baik dengan
pelanggan.
2.1.13.4 Fungsi – F ungsi CRM
Berdasarkan pendapat Suroso (2004) menyatakan bahwa sebuah
sistem CRM harus bisa menjalankan fungsi :
• Mengidentifikasikan faktor - faktor penting bagi pelanggan.
• Mengusung fa lsafah costumer – oriented (costumer centric)
• Mengadopsi pengukuran berdasarkan sudut pandang pelanggan
• Membangun proses ujung ke ujung dalam melayani pelanggan
• Menyediakan dukungan pelanggan yang sempurna
• Menangani ke luhan pelanggan
• Mencatat dan mengikuti semua aspek dalam penjualanan
• Membuat informasi holistic tentang informasi layanan dan penjualan
28
2.1.13.5 Fase CRM
Berdasarkan pendapat kalakota (2000,p113 -114) menyatakan bahwa
CRM pada prosesnya terbagi atas:
• Memperoleh pelanggan baru (Acquisit ion)
Memperoleh pelanggan baru dengtan mempromosikan
keunggulan produk atau pelayanan dalam hal inovasi serta
kemudahan. Nilai tambah bagi pelanggan adalah penawaran suatu
produk berkualitas yang didukung oleh pelayanan yang sempurna.
• Meningkatkan keuntungan yang diperoleh dari pelanggan yang sudah
(Enhancement)
Membangun hubungan yang lebih erat dan meningkatkan
keuntungan yang diperoleh dari pelanggan yang sudah ada dengan
mendorong terciptanya penjualan produk atau jasa yang melengkapi
(cross – sell ing) dan lebih baik (up – sell ing)
• Mempertahankan pelanggan yang memberikan keuntungan (Retain)
Hal ini di lakukan dengan menawarkan apa yang dibutuhkan oleh
pelanggan spesifik bukan yang dibutuhkan oleh pelanggan pasar. Nilai
tambah bagi pelanggan adalah penawaran suatu hubungan proaktif
yang sesuai dengan minat pelanggan. Fokus perusahaan pada tahap
ini adalah bagaimana mempertahankan pelanggan yang sudah ada
yang pasti memberikan keuntungan bagi perusahaan daripada
bagaimana mendapatkan pelanggan baru yang belum tentu
menguntungkan.
Semua fase dalam CRM berhubungan. Tetapi cukup sulit untuk
mengerjakan bagian tersebut dengan cukup baik , sehingga biasanya
perusahaan hanya berfokus benar kepada satu dimensi sebagai fokus
utama tanpa menyampingkan dua dimensi lainnya.
29
Gambar 2.1. Fase CRM
Sumber : Kalakota (2000, p114)
2.1.13.6 Langkah – Langkah M emulai CRM
Berdasarkan pendapat Jarot (2004) menyatakan bahwa ada beberapa
langkah – langkah menurut untuk memulai CRM pada suatu perusahaan agar
hubungan antara perusahaan dan pelanggan terjalin dengan baik yaitu :
• Mendefinisikan v isi dari CRM
• Memahami pelanggan
• Mengembangkan kasus bisnis
• Mempelajari kesiapan perusahaan
• Menentukan strategi dan sasaran dari CRM yang dikembangkan
• Memilih aplikasi yang sesuai
• Memperhatikan penadapt pe langgan
30
2.1.13.7 Sasaran CRM
Berdasarkan pendapat Kalakota (2001,p172) menyatakan bahwa CRM
memilki t iga sasaran utama yaitu :
• Menggunakan relasi yang sudah ada untuk meningkatkan pendapatan.
Hal ini berarti memperoleh mengenai pelanggan untuk
memaksimalkan hubungan dengan mereka sehingga mempermudah
perusahaan dalam melakukan cross-se lling, up-sell ing yang dapat
meningkatkan pendapatan dan j uga meningkatkan keuntungan lewat
melakukan identif ikasi, menarik dan mempertahankan pelanggan yang
terbaik.
• Menggunakan informasi yang terintegrasi untuk memberikan layanan
yang sempurna.
Menggunakan informasi yang mendetai l mengenai pelanggan
akan mampu memberikan pelayanan yang terbaik yang pelanggan
butuhkan, perusahaan akan menghemat waktu dari pelanggan
sehingga mereka tidak merasa jenuh dalam memperoleh informasi.
Sebagai contoh, pelanggan tidak perlu mengulang menyebutkan data
diri dan kebutuhan mereka secara lengkap untuk memperoleh
informasi.
• Konsistensi dari proses dan prosedur yang digandakan.
Maksud peryataan diatas adalah dengan adanya contact centre,
mau tidak mau akan semakin banyak pegawai yang terlibat dalam
transaksi penjualan. Hal ini dikarenakan pelanggan dapat saja
melakukan transaksi dengan pegawai dari contract centre. Untuk itu
sangat penting bagi perusahaan untuk memperkenalkan konsistensi
atas proses dan prosedur kepada seluruh pegawai tersebut.
31
2.1.13.8 Komponen CRM
Berdasarkan pendapat Janice (2002,p94) menyatakan bahwa CRM
memilki 3 komponen yang memilki ketergantungan satu sama lain Ketiga
komponen CRM akan dije laskan dibawah ini.
• Operational CRM
Komponen dalam operational CRM melakukan otomatisasi atas
proses – proses dalam berinteraksi dengan pelanggan, seperti
memberikan berbagai contact point untuk komunikasi pe langgan dan
memberikan efisiensi da lam berinteraksi dengan pelanggan. Aplikasi –
aplikasi utama dalam operational CRM mencakup Sales Force
Automation (SFA ), costumer serv ice dan cal l centre management.
Operational CRM dibutuhkan untuk membantu dalam
menja lankan bisnis sehari – hari. Komponen dapat digabungkan
dengan sistem – sistem operasional lain seperti order processing,
billing, manajemen inventaris untuk dapat mengoptimalkan pelayanan
terhadap pelanggan. Operational CRM akan meny impan seluruh data
kontak yang pernah dilakukan pelanggan, pembelian, pembayaran
dan hal – hal lainnya.
• Analy tical CRM
Analytical CRM mencakup aplikasi – aplikasi yang memapukkan
analisa data – data yang relevan untuk menghasilkan informasi yang
lebih berarti dan menguntungkan dalam berinteraksi dengan
pelanggan. Lewat analisa, pemodelan dan evaluasi, perusahaan
mampu memahami tingkah laku pelanggan lebih baik. Aplikasi yang
tercakup didalamnya antara lain database marketing, sales analysis
tools dan spesific analytic tools
32
Analy tical CRM menggunakan data – data yang disimpan oleh
operational CRM. Sistem yang dimilik i oleh analy tical CRM adalah :
a. Data warehause, meny impan se luruh data yang sudah tersusun
secara rapi. Data warehause akan menjadi sumber data untuk
memperoleh segala informasi mengenai pelanggan.
b. Data marts merupakan bagian dari data warehause. Data marts
menggunakan data – data dari data warehause, namun tidak
semua data diambil dari data marts. Tujuan dari data marts
sendiri adalah memfokuskan data pada satu departemen atau
fungsi tertentu, misalkan data mart marketing dimana data
diringkas untuk kebutuhan profi l pelanggan, marketing
compaign planning dan sales channel analy sis.
Analisis data merupakan hal pa ling penting bagi kesuksesan CRM.
Lewat analisis data inilah k ita dapat memperoleh pola t ingkah laku
pelanggan, pola pembelian, tren bahkan hubungan sebab akibat.
Dengan data – data inilah perusahaan akan lebihb mampu
memprediksi kebutuhan pelanggan sehingga dapat digunakan untuk
membuat keputusan yang lebih baik. Kegagalan dalam analisa akan
memberikan dampak yang signifikan dalam persaingan bisnis.
• Collaborative CRM
Pelayanan dan infrastruktur Collaborative CRM memungkinkan
interaksi antara perusahaan – perusahaan, partner dengan
pelanggan. Kolaborasi ini akan meningkatkan proses bisnis dan
memenuhi kebutuhan pelanggan. Collaborative CRM menyediakan
sebuah media bagi staf penjualan, partner bisnis dan pelanggan untuk
mengakses ke da lam data pelanggan.
33
Proses kolaborasi memiliki kekuatan untuk mengikat antara internal
dan eksternal untuk bekerjasama dan menjadikannya lebih produktif.
Adanya Collaborative CRM seakan menyediakan suatu fasili tas se lf
serv ice bagi pelanggan karena pelanggan dapat melihat data data
mereka sendiri tanpa harus terhubung langsung (menghubungi)
perusahaan. Umumnya Collaborative CRM memanfaatkan website,
email, ataupun automated phone sistem.
2.1.13.9 Aplikasi CRM
Berdasarkan pendapat Turban et al. (2006, p554) menyatakan bahwa
Aplikasi CRM menurut ak tifitas pelayanan pelanggan yang dirancang untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan. (perasaan bahwa sebuah produk atau
jasa te lah memenuhi harapan dari pelanggan). Aplikasi – aplikasi yang
digunakan dalam CRM telah mengalami perkembangan dibandingkan
pelayanan kepada pelanggan yang bersifat tradisional. Perkembangan ini
dapat terl ihat dari komunikasi yang lebih mudah dan penanganan masalah
pelanggan yang lebih cepat. Masalah – masalah yang dialami pelanggan
dapat dikarenakan oleh penggunaan otomatisasi dalam memberikan respon
terhadap masalah pelanggan.
Agar dapat memuaskan ke inginan dan harapan dari pe langgan yang
terus mengalami peningkatan, maka para pelaku bisnis dalam dunia e-
commerce saat ini harus menanggapi peningkatan harapan pelanggan
tersebut dengan menyediakan sistem dan software terbaik, pal ing canggih,
dan inovatif. Aplikasi CRM pada situs web dapat memiliki beberapa bentuk
mulai dari menyediakan kemampuan pencarian dan perbandingan sampai
kemampuan mengecek status dari pesanan yang di lakukan pelanggan.
Aplikasi – aplikasi CRM yang ada dapat diklasif ikasikan menjadi t iga kategori
yaitu :
34
1. Costumer – facing application
Meliputi se luruh area dimana para pelanggan dapat melakukan
interaksi dengan perusahaan. Aplikasi yang termasuk didalamnya yaitu
costumer interaction center, sales for automation, field service
automation. Yang dapat dijelaskan seperti dibawah ini :
• Costumer I nteraction Center
Costumer I nteraction Center (C IC ) merupakan bentuk
pelayanan kepada pelanggan dimana perusahaan menangani isu
mengenai pelayanan pelanggan yang dikomunikasikan melalui
berbagai saluran komunikasi. Menyediakan karyawan costumer
serv ice yang terlatih dengan baik dan memil iki akses menuju
data – data seperti data pelanggan, pembelian, dan kontak
dengan pelanggan yang pernah terjadi sebelumnya merupakan
salah satu cara untuk meningkatkan pelayanan terhadap
pelanggan. C IC memungkinkan pelanggan untuk berkomunikasi
dan berinteraksi dengan sebuah perusahaan melalui berbagai
cara yang mereka pil ih.
Cara kerja C IC adalah seperti berikut, pertama
pelanggan melakukan kontak dengan perusahaan melalui satu
atau beberapa saluran komunikasi misalnya lewat telepon atau
e-mail. Kemudian sistem akan mengumpulkan informasi yang
disampaikan kepada pelanggan dan mengintegrasikannya
dengan database perusahaan untuk menentukan layanan atau
respon yang tepat terhadap masalah yang disampaikan oleh
pelanggan. Pelanggan kemudian akan diteruskan kepada
seorang agen atau layanan self -serv ice. Dan terakhir pelanggan
akan mendapatkan tanggepan atas masalah yang ia hadapi.
35
• Sales for automation
Tenaga penjua l (sales) memegang peranan yang sangat
penting dalam berinteraksi dengan pelanggan. Dengan adanya
otomatisasi yang dimilk i oleh tenaga penjua l maka layanan yang
dapat mereka berikan kepada pelanggan akan semak in cepat
dan akurat. Aplikasi sales force automation (SFA ) dapat
memberikan dukungan bagi perusahaan dalam melakukan
otomatisasi terhadap tugas – tugas yang dilakukan oleh para
tenaga penjual seperti mengumpulkan dan menyebarkan data.
• Field service automation
Karyawan field service seperti sales respresentative,
merupakan karyawan yang berhubungan langsung dengan
pelanggan. Contoh field serv ice misalnya teknisi dari perusahaan
yang mendatangi rumah pelanggan untuk mealkukan perbaikan.
Menyediakan otomatisasi kepada karyawan field service mampu
meningkatkan pelayanan yang dapat diberikan kepada
pelanggan. Aplikasi otomatisasi field service dapat berupa
pengelolaan permintaan layanan dari pelanggan, order untuk
melakukan layanan, kontrak, jadwal pelayanan, dan panggilan
atau telepon dari pelanggan. Aplikasi ini menyedikan fitur
perencanaan, penjadwalan, pengiriman, dan pelaporan bagi
karyawan field serv ice.
2. Costumer – touching application
Meliputi seluruh area dimana pelanggan melakukan interaksi secara
langsung dengan aplikasi tersebut. Aplikasi yang termasuk didalamnya
yaitu se lf serv ice, compaign management, dan aplikasi e – commerce
dengan tujuan umum. Sehingga dapat dijelaskan seperti dibawah ini:
36
• E- commerce application
Aplikasi e – commerce mengimplementasikan fungsi
pemasaran, penjua lan, dan pelayanan secara online, baiasanya
berupa situs web. Dengan adanya aplikasi ini, memungkinkan
pelanggan untuk berbelanj a melalui sebuah kereta belanja
virtual dan melakukan pelayanan sendiri sehingga dapat
memberikan kenyamanan bagi banyak pelanggan dan
menghemat biaya yang harus mereka keluarkan serta dapat
meningkatkan kepuasan pelanggan.
• Compaign management
Aplikasi compaign management menyediakan
otomatisasi terhadap ak tifitas dalam kampaye pemasaran seperti
perencanaan iklan dan analisa secara online. Aplikasi ini
menawarkan ak tifitas pemasaran yang lebih tepat sasaran
berdasarkan pada permintaan pelanggan. Jadwal. A tau sebagai
respon terhadap adanya suatu kegiatan bisnis melalui surat
langsung, e-mail, contact cebter, atau melalui web.
• Web self – serv ice
Kehadiran web memberikan peluang bagi pelanggan
untuk melayani diri mereka sendiri. Web self service merupakan
suatu strategi yang menyediakan tool bagi pengguna untuk
menjalankan aktifitas – aktif itas yang sebelumnya dilakukan oleh
karyawan bagian costumer serv ice. Web yang memil iki
personalisasi merupakan salah satu tool yang mendukung web
self – serv ice. Aplikasi web self – serv ice dapat digunakan baik
oleh pelanggan, karyawan, pemasok dan partner bisnis lainnya.
Dari beberapa tool yang mendukung se lf – serv ice,
terdapat dua jenis tool yang sering digunakan yaitu self-tracking
37
dan self-configuration. Self-tracking merupakan sebuah sistem
dimana pelanggan dapat mengetahui status dari sebuah pesanan
atau layanan real – time. Beberapa peruasahaan produsen mobil
menggunakan self -track ing agar pelanggan dapat mengetahui
perkembangan dari mobil yang dibuat sesuai dengan spesif ikasi
dari pelanggan. Atau sistem self-tracking yang digunakan oleh
universitas, perusahaan, atau agensi dimana para pelamar kerj a
atau ca lon mahasiswa dapat mengetahu status dari pengajuan
pendaftaran atau lamaran kerja mereka. Self-configuration
merupakan sebuah sistem dimana pelanggan diberi kebebasan
untuk membuat konfiguasi produk atau jasa seperti yang mereka
inginkan. Perusahaan yang menggunakan tool ini bersifat build–
to–order, dimana suatu proses produksi dilakukan jika ada
pesanan dari pelanggan dan produk yang dibuat berdasarkan
pada spesifik asi yang ia inginkan dari pelanggan. Sedangkan bagi
perusahaan, keuntungan yang dapat dirasakan adalah lebih
meningkatkan kepuasan pelanggan karena perusahaan dapat
memenuhi apa yang diinginkan oleh pelanggan.
3. Costumer – centric intell igence application
Merupakan aplikasi yang bertuj uan untuk melakukan analisis
terhadap hasil dari pemrosesan operasional dan penggunaan hasil dari
analisis untuk meningkatkan aplikasi CRM. Aplikasi yang termasuk
didalamnya yaitu data reporting dan data mining. Sehingga dapat
dijelaskan sebagai berikut :
• Data reporting dan data warehause
Pelaporan data mengambarkan informasi yang
berhubungan dengan CRM dimana informasi ini dapat berupa
38
informasi yang masih mentah atau sudah diproses. Hasi l
pelaporan data ini dapat dilihat dan dianalisa oleh manajer dan
analisis. Laporan yang dihasilkan dapat berupa beragam format
dan bentuk. Laporan yang dihasilkan tidak dalam bentuk yang
kaku melainkan dalam bentuk yang memungkinkan bagi manajer
dan analisis untuk melakukan perubahan seperti melakukan
perubahan seperti melakukan perubahan seperti melakukan dri ll-
up untuk mengetahui ringkasan dari pe laporan atau melakukan
dri ll-down untuk memperoleh informasi tambahan yang lebih
deti l.
Data warehause merupakan tempat peny impanan data
yang terpusat bagi perusahaan menengah dan besar. Dengan
adanya tempat peny impanan data ini memberikan kemudahan
bagi perusahaan untuk melakukan analisa terhadap data – data
yang dimiliki perusahaan dimasa mendatang ketika dibutuhkan.
Data warehause meny impan data baik -baik yang berhubungan
dengan CRM mapun tidak berhubungan dengan CRM. Data
warehause dapat menjadi tool yang efektif bagi penggunaan
CRM jika meny impan data mengenai informasi pe langgan yang
digunakan baik oleh aplikasi CRM operasional dan analisis,
informasi mengenai produk dan jasa yang ditawarkan
perusahaan, informasi mengenai pemasaran, penjua lan, dan
layanan yang diberikan perusahaan, informasi mengenai
permintaan konsumen dan tanggapan dari perusahaan, serta
informasi mengenai transaksi yang di lakukan oleh pelanggan.
39
• Data analy sis dan data mining
Aplikasi analisis melakukan otomatisasi terhadap
pemrosesan dan analisis terhadap data yang berhubungan
dengan CRM. Beberapa alat analisis yang dapat mendukung
adalah analisa statistik dan tool pendukung keputusan. Aplikasi
analisa melakukan pemrosesan terhadap data yang disimpan
dalam gudang data dimana kemudian data tersebut akan
dibuat dalam bentuk laporan. Selain itu aplikasi ini dapat
digunakan untuk melakukan analisis terhadap kinerja, efisiensi,
dan efektifitas dari sebuah aplikasi CRM operasional. Hasi lnya
harus memampukan perusahaan dalam meningkatkan aplikasi
operasional yang menyampaikan pengalaman pelanggan
dengan tujuan untuk mencapai tujuan CRM yaitu dalam
memperoleh pelanggan baru dana mempertahankannya. Data
mining merupakan aktifitas analisis lainnya yang melibatkan
penyaringan data dalam jumlah besar untuk mengungkapkan
pola yang sebelumnya belum diketahui.
Namun Berdasarkan pendapat T urban et al. (2006, p555)
menyatakan bahwa selain ketiga klasifikasi di atas,
ditambahkan satu buah kategori lagi yaitu :
4. Online networking dan aplikasi – aplikasi lainnya
Online networking mengarah kepada metode – metode yang
menyediakan kesempatan untuk membangun hubungan personal
dengan berbagai tipe orang dalam bisnis. Aplikasi yang termasuk
didalamnya yaitu chat room dan discussion list, forum, Usenet Group, E-
mail Newsletter, Discussion list. Sehingga dapat dijelaskan sebagai
berikut :
40
• Chat room
Penggunaan forum memungkinkan bagi pengguna internet
untuk melakukan perbincangan antar satu pengguna dengan
pengguna lainnya atau antar banyak pengguna dengan banyak
pengguna lainnya. Dfimana dengan adanya chat room ini
perbincangan antar pengguna dapat dilakukan secara real –
time.
• Discussion l ist
Sebuah discussion list merupakan sebuah tool yang akan
mengirimkan e-mail kepada alamat seseorang dan kemudian
secara otomatis akan dikirimkan kepada semua orang yang
telah mendaftar dirinya.
• Forum
Penggunaan forum memungkinkan bagi pengguna internet
untuk berpartisipasi dalam sebuah diskusi mengenai topik
tertentu.
• Usenet group
Usenet group merupakan kumpulan dari diskusi – diskusi yang
dilakukan secara online yang kemudian dikelompokan menjadi
suatu komunitas.
• E-mail newsletter
Penggunaan e-mail newsletter memungkinkan pengguna untuk
membaca dan menulis artike l – artikel dengan topik yang
diinginkan. Beberapa penyedia jasa newsletter hanya
mengizinkan pelanggan yang telah mendaftar terlebih dahulu
untuk membaca artikel – artikel tersebut. Beberapa penyedia
newsletter juga memungkinkan pengiriman e-mail yang berisi
pemberitahuan atau artikel baru yang sesuai dengan topik yang
41
disenangi oleh anggotanya. Tujuan dari newsletter ini dalah
untuk membangun hubungan dengan anggotanya.
2.1.13.10 Manfaat CRM
Fokus akan CRM bukan hanya membantu da lam menjaga pasar yang
ada, tetapi juga keuntungan dari persaingan harga. Kesetiaan, sehubungan
dengan harga atau toleransi harga dapat di lihat sebagai bagian dari dimensi
CRM.
Berdasarkan pendapat Tunggal (2000,p10) menyatakan bahwa manfaat
utama pada CRM menurut yaitu:
• Meningkatkan Pelanggan
Dengan informasi yang tersedia, perusahaan dapat meningkatkan
siklus peluncuran produk, menawarkan produk yang tepat kepada
pelanggan disaat yang tepat.
• Mendorong Loyalitas Pelanggan
CRM memungkinkan perusahaan untuk mendayagunakan informasi
dan semua tit ik kontak dengan pelanggan. Konsisten dari informasi
ini memungkinkan penjualan dan pelayanan yang lebih baik dengan
berbagai informasi penting mengenai pe langgan tersebut.
• Mengurangi Biaya
CRM memungkinkan penjua lan atau pelayanan dengan biaya yang
murah dalam skema program pemasaran yang spesifik dan terfokus.
• Meningkatkan Ef isiensi Operasional
Otomatisasi penjualan dan proses pelayanan dapat mengurangin
resiko turunnya kualitas pelayanan dan mengurangi beban cash
flow. Perusahaan dapat menyederhanakan informasi dan transaksi
untuk meningkatkan waktu respon terhadap pelanggan maupun
siklus penjualan produk.
42
• Peningkatan Time – to- Market
CRM sangat memungkinkan membawa produk ke pasar dengan
lebih cepat mengenai info perusahaan yang lebih baik.
Relasi antar perusahaan dan pelanggan yang terjal in erat akan membuat
pelanggan merasa ikut memiliki perusahaan. Berdasarkan hal itu, maka
loyalitasnya terhadap perusahaan sedikit demi sedikit akan semakin tumbuh
dan berkembang. Dengan demikian perusahaan akan memperoleh manfaat dari
penerapan CRM, yaitu memilki pe langgan yang setia.
2.1.13.11 Definisi e-CRM
Dengan menggabungkan unsur teknologi informasi dan internet, maka
konsep CRM akan dianamakan e-CRM dimana secara konsep CRM yang ada,
yaitu pengaturan aktifitas hubungan dengan pelanggan dibangun diatas basis
website elektronik.
Berdasarkan pendapat kalakota dan Robinson (2000,p148 – 149)
menyatakan bahwa “e-CRM is a management of costumer for business which
must be facing a complexity of management for costumer, business partner in
media such as online and offline, personal contact and any other
communication media”. e – CRM merupakan manajemen pelanggan untuk e-
Bisnis yang harus berhadapan dengan kompleksitas dari manajemen yang
menarik bagi pelanggan dan partner bisnis yang harus berhadapan dengan
komplesitas dari manajemen yang menarik bagi pelanggan dan partner bisnis
dalam berbagai macam media online dan offl ine, personal contact dan media
komunikasi elektronik lainnya.
Berdasarkan pendapat Turban et al. (2006, p550) menyatakan bahwa e-
CRM merupakan pengembangan dari CRM yang di lakukan secara elektronik.
isti lah e-CRM dan CRM sendiri ada lah saling menggantikan.
43
Sistem CRM yang berbasiskan internet menyediakan kemampuan
mengelola hubungan dengan pelanggan secara efektif dan menawarkan
bantuan melalui internet setiap saat sehingga pelanggan dapat mengikuti
perkembangan produk, melaporkan masalah pelayanan, menanyakan
pertanyaan atau menadapatkan informasi produk.
Dapat dikatakan e-CRM merupakan CRM yang mengguankan internet
atau perangkat e-Bisnis lainnya yang memungkinkan untuk dilakukannya hal –
hal yang tidak dapat dilakukan oleh CRM seperti Real – time Personalization.
Turban (2004, p149) mendefinisikan l ingkup e-CRM, tiga t ingkat yang
berbeda dapat dibedakan :
1. Layanan dasar
Ini mencakup layanan minimun yang diperlukan seperti efektiv itas situs
Web dan responsif serta pemenuhan pesanan.
2. Pelanggan layanan berpusat
Layanan tersebut meliputi pelacakan urutan, konf igurasi, dan
kustomisasi produk serta keamanan / kepercayaan.
3. Layanan berni lai tambah
Ini ada lah layanan tambahan seperti le lang online dan online pelatihan
dan pendidikan. Layanan diri menjadi semakin penting da lam kegiatan
CRM. munculnya internet dan e-CRM telah mendorong pi lihan untuk
kegiatan pelayanan mandiri.
2.1.13.12 Alasan Untuk Menggunakan e-CRM
Menurut Turban (2000, p175) menyatakan bahwa secara garis besar,
alasan – alasan utama mengapa perusahaan perlu untuk segera bera lih ke
teknologi e-CRM adalah karena teknologi e-CRM ini :
• Mengoptimalkan hubungan interaktif antara para pelanggan dan
perusahaan.
44
• Memungkinkan usaha kita untuk memperluas jangkauan personalized
messaging- nya hingga ke web dan e-mail.
• Mengkoordinasikan prakarsa – prakarsa pemasaran di seluruh jalur
yang berhubungan dengan pelanggan.
• Menggunakan informasi mengenai pelanggan untuk melaksanakan e-
Business yang lebih efektif.
• Memfokuskan usaha untuk memperbaiki hubungan dengan pelanggan
dan meningkatkan kontribusi tiap – tiap pelanggan terhadap
perusahaan.
2.1.13.12 Faktor – Faktor yang Menentukan Keberhasilan Pengunaan
e-CRM
Menurut Brown (2000, p174) ada beberapa faktor yang merupakan
penentu keberhasi lan dari penggunaan teknologi e-CRM, yaitu:
• Kerelaan dari pelanggan yang berbeda untuk menerima teknologi
• Pelaksanaan versus harapan dari pelanggan terhadap teknologi
tersebut.
• Integrasi dari teknologi baru dengan teknologi yang sudah ada
• Desain dan pengembangan fondasi teknologi teknologi yang
memungkinkan penyebaran teknologi baru secara tepat waktu
• Penggunaan customization yang disediakan oleh aplikasi web
• Kematangan teknologi dan ketidakpastian dari siapa yang akan
berhasil dalam lingkup teknologi
2.1.14 Pemasaran Online
Berdasarkan pendapat K otler dan Amstrong (2001, J ilid 2, pp260 –
263) menyatakan bahwa manfaat dari pemasaran online terbagi menjadi dua,
yaitu bagi pembeli potensial dan pemasar.
45
1. Manfaat pemasaran online untuk konsumen adalah :
• Nyaman, pelanggan dapat bertransaksi kapanpun dan
dimanapun.
• Mudah dan pribadi, pelanggan menemui lebih sedikit
perceksokan sewaktu membeli dan tidak harus menghadapi
wiraniaga atau memberi kesempatan untuk dibujuk dan jua l
kecap emosi.
• Informatif, para pelanggan dapat memperoleh informasi
komparatif tentang perusahaan, produk dan la in – lain dengan
melimpah.
• Interaktif dan segera, konsumen dapat mencari informasi produk
yang mereka inginkan, kemudian memesan atau menyimpan
informasi itu di tempat.
2. Manfaat pemasaran online bagi pemasar :
• Pembangunan hubungan pelanggan
• Mengurangi biaya dan meningkatkan ef isiensi
• Keluwesan yang lebih ba ik, yang membuat pemasar dapat
membuat penyesuaian berke lanjutan pada tawaran dan
programnya.
• Pengaksesan pasar global.
46
2.1.15 Konsep Kepuasan Pelanggan
Menurut Kotler (2002, p105), “ kepuasan adalah tingkat perasaan
seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan
dibandingkan dengan harapannya. “Konsep kepuasan pelanggan dari rangkuti
(2002, p21) secara konseptual dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.2 Konsep Kepuasan Pelanggan
Sumber : Rangkuti (2002, p21)
Sekarang ini semakin disadari bahwa pelayanan dan kepuasan
pelanggan merupakan aspek vital dalam rangka bertahan dalam area bisnis
dan memenangkan persaingan. Meskipun demikian, tidaklah mudah untuk
mewujudkan kepuasan pelanggan secara menyeluruh. Pelanggan yang
dihadapi saat ini berbeda dengan pelanggan pada beberapa dasawarsa lalu.
Kini pelanggan semakin terdidik dan menyadari hak – haknya. oleh karena itu,
47
setiap perusahaan harus berusaha meminimalkan ketidakpuasan pelanggan
dengan memberikan pelayanan yang semakin baik.
Menurut Tjiptono (2001, p126) menyatakan bahwa sebenarnya ada
dua fak tor yang sangat menentukan kepuasan pelanggan, yaitu harapan
pelanggan dan kinerja atau hasil yang mereka rasakan. Beberapa ciri – ciri
perusahaan yang berfokus pada kepuasan pelanggan menurut Tjiptono (2001,
p11), yaitu :
1. Adanya v isi, komitmen dan suasana yang mendukung usaha untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan.
2. Menempatkan diri sejajar dengan pelanggan.
3. Memiliki kemauan untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah
pelanggan.
4. Selalu berusaha mengumpulkan dan memanfaatkan informasi dari
pelanggan.
5. Dekat dengan pelanggan.
6. Memperlakukan karyawan sebagai orang yang memiliki kompetensi
dan kapabilitas serta membedayakan mereka untuk mengambil
keputusan da lam rangka memuaskan pelanggan.
7. Melakukan ak tiv itas penyempurnaan produk atau jasa dan proses
secara berkesinambungan.
2.1.16 Metode Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Berdasarkan pendapat Kotler, et al (2004) dalam buku Tjiptono dan
Greogorius (2007, pp210 - 211 ) mengidentifikasikan empat metode da lam
mengukur kepuasan pelanggan antara la in :
1. Sistem Keluhan dan Saran
Setiap organisasi yang berorientasai pada pelngggan (costumer
oriented) perlu menyediakan kesempatan atau akses yang mudah dan
48
nyaman bagi para pelanggannya guna menyampaikan kritik, saran,
pendapat, dan keluhan mereka. Media yang digunakan bisa berupa
kotak saran yang ditempatkan pada lokasi – lokasi strategis. Kartu
komentar, saluran telepon khusus bebas pulsa, website, dan la in –
lain. Informasi yang diperoleh mela lui metode ini dapat memberikan
ide – ide baru dan masukan yang berharga kepada perusahaan,
sehingga memungkinkan untuk beraksi secara tanggap dana cepat
untuk mengatasi masalah – masalah yang timbul
2. Ghost Shopping (Mistery Shopping)
Salah satu cara memperoleh gambaran mengenai kepuasan
pelanggan adalah dengan memperkerjakan beberapa orang shoppers
untuk berperan atau berpura – pura sebagai pelanggan potensial
produk perusahaan dan pesaing. Mereka diminta berinterkasi dengan
staf penyedia jasa dan menggunakan produk/jasa perusahaan.
Berdasarkan pengalaman tersebut, mereka kemudian dimntai
melaporkan temuan – temuannya berkenaan dengan kekuatan dan
kelemahan produk pesaing. Biasanya ghost shopper dimntai
mengamati secara seksama dan menilai cara perusahaan dan
pesaingnya melayanai spesifik pelanggan, menjawab pertanyaan
pelanggan dan menangani setiap keluhan.
3. Lost Costumer Analy sis
Sedapat mungkin perusahaan seyogyanya menghubungi para
pelanggan yang telah berhenti membeli atau yang telah berpindah
pemasok agara dapat memahami mengapa hal itu terjadi dan supaya
dapat mengambil kebijakan perbaikan / penyempurnaan selanjutnya.
Bukan hanya exit interv iew saja yang diperlukan, tetapi pemantauan
costumer loss rate menunjukkan kegagalan perusahaan dalam
memuaskan pelangganya. Hanya saja kesulitan metode ini adalah
49
pada mengidentifikasi dan mengontak mantan pelanggan yang
bersedia memberikan masukan dan evaluasi terhadap kinerja
perusahaan.
4. Survei Kepuasan Pelanggan
Sebagian besara riset kepuasan pelanggan dilakukan dengan
menggunakan metode survei melalui pos, telepon, e-mail, website,
maupun wawancara langsung. Melalui survei, perusahaan akan
memperoleh tanggapan dan balikan secara langsung dari pelanggan
dan j uga memberikan kesan positif kepada perusahaan menaruh
perhatian kepada para pelanggannya.
2.1.17 Manfaat Kepuasan Pelanggan
Ketika perusahaan dapat memenuhi kepuasan pelanggan yang ada
pada pelanggan, maka otomatis perusahaan pun akan mampu mendapatkan
dampak. Satu dari setiap empat pembelian menghasilkan kekecewaan
konsumen, tetapi kurang dari 5 persen pelanggan yang kecewa mau
melaporkan kekecewaan mereka. Akibatnya, perusahaan kehilangan
pelanggan, yang seharusnya tidak perlu terjadi.
Berdasarkan pendapat Irawan (2002, p9) menyatakan bahwa
terdapat tiga manfaat kepuasan pelanggan yaitu :
1. Pelanggan yang puas akan siap membayar dengan harga yang lebih
tinggi.
2. Pelanggan yang puas akan membeli lebih banyak lagi.
3. Dengan memilik i banyak pelanggan yang puas, maka biaya operasional
akan jauh lebih efek tif.
50
2.1.18 Konsep Kesenjangan Kepuasan Pelanggan
Gambar 2.3 Konsep Kesenj angan
Sumber : Rangkuti (2002, p40)
Menurut Parasuraman, Zeithhaml, dan Berry dalam buku Tjiptono
(2005, pp145 -148 ) menyatakan bahwa model kualitas jasa yang paling
populer dan hingga kini banyak dijadikan acuan dalam riset manajemen dan
pemasaran jasa adalah model ServQual (singkatan dari service quality ). Model
SERVQUAL dikenal dengan istilah Gap Analy sis Model ini berka itan erat
dengan model kepuasan pelanggan yang didasarkan pada ancangan
diskonf irmasi (O liver, 1997). Ancangan ini menjelasakan bahwa bila k inerja
pada suatu atribut (attribute performance) meningkat lebih besar daripada
harapan (expectations) atas atribut bersangkutan, maka persepsi terhadap
kualitas jasa akan positif dan sebaliknya.
Model SERVQUAL ini dikembangkan dengan maksud untuk membantu
para manajer dalam menganalisis sumber masalah kualitas dan memahami
cara – cara memperbaiki kua litas jasa. Model ini diilustrasikan pada gambar
2.3. Garis putus – putus horizontal memisahkan dua fenomena utama:
bagian atas merupakan fenomena yang berkaitan dengan pelanggan dan
bagian atas mengacu pada fenomena pada perusahaan dan penyedia jasa.
Expected Serv ice
Perceived Serv ice
gap
51
Selain dipengaruhi pengalaman masa lalu, kebutuhan pribadi pelanggan,
komunikasi gethok luar dan jasa yang diharapkan (expected serv ice) juga
dipengaruhi aktiv itas komunikasi pemasaran perusahaan.
Gambar 2.4 Model K onseptual SERVQUAL
Sumber : Zeithaml, et al (1990)
Sementara itu, jasa yang dipersepsikan pelanggan (perceived serv ice)
merupakan hasi l dari serangkain keputusan dan aktiv itas internal perusahaan.
Persepsi manajemen terhadap ekspek tasi pelanggan memandu keputusan
menyangkut spesifikasi kualitas jasa yang harus diikuti perusahaan dan
diimplementasikan dalam penyampaian jasa kepada para pelanggan.
52
Pelanggan mengalami proses produksi dan penyampaian jasa sebagai
komponen kualitas serangkaian dengan proses (process – re lated quality ) dan
solusi teknis yang diterima melalui proses tersebut sebagai komponen kualitas
berkaitan dengan hasil (outcome-re lated quality ). Sebagaimana ditunjukkan
pada gambar 2.4 Komunikasi pemasaran dapat mempengaruhi perceived
serv ice dan expected serv ice.
Lima gap utama yang terangkum dalam gambar 2.4 meliputi :
1. Gap antara harapan pelanggan dan persepsi manajemen (knowledge
gap).
Gap ini berarti bahwa pihak manajemen mempersepsikan ekspek tasi
pelanggan terhadap kualitas jasa secara tidak akurat. Beberapa
kemungk inan penyebabnya antara lain: informasi yang didapatkan
dari riset pasardan analisis permintaan kurang akurat, interprestasi
yang kurang akurat atas informasi mengenai ekspekstasi pelanggan,
tidak adanya analisis permintaan, buruknya atau tiadanya aliran
informasi ke atas (upward information) dari staf kontak pelanggan ke
pihak manajemen, dan terlalu banyak jenjang manajerial yang
menghambat atau mengubah informasi yang disampaikan dari
karyawan kontak pelanggan ke pihak manajemen.
2. Gap antara persepsi manajemen terhadap harapan konsumen dan
spesifikasi kua litas jasa (standards gap).
Gap ini berarti bahwa spesif ikasi kua litas jasa tidak konsisten dengan
persepsi manaj emen terhadap ekspektasi kualitas. Penyebabanya
antara la in; tidak adanya standar kinerja yang jelas, kesalahan
perencanaan atau prosedur perencanaan yang tidak memadai,
manaj emen perencanaan yang buruk, kurangnya penetapan tujuan
yang jelas dalam organisasi, kurangnya dukungan dan komitmen
53
manajemen puncak terhadap perencanaan kualitas jasa, kekurangan
sumber daya, dan situasi permintaan berlebihan
3. Gap antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa (de livery
gap)
Gap ini berarti bahwa spesifik asi kualitas tidak terpenuhi oleh kinerja
dalam proses produksi dan penyampaian jasa. Sejumlah penyebabnya
antara la in: spesifik asi kualitas terla lu rumit dan atau terlalu kaku,
para karyawan tidak menyepakati spesif ikasi tersebut dan karenanya
tidak memenuhinya, spesifikasi tidak seja lan dengan budaya korporat
yang ada, manajemen operasi jasa yang buruk, kurang memadainya
aktiv itas internal marketing, serta teknologi yang sistem yang ada
tidak memfasi litasi kinerja sesuai dengan spesifikasi. Kurang
terlatihnya karyawan, beban kerj a terlampau berlebihan , dan standar
kinerja t idak dapat dipenuhi karyawan (terla lu tinggi atau tidak
real ist is) juga bisa menyebabkan terjadinya gap ini. Selain itu
mungkin pula karyawan dihadapkan pada standar – standar yang
kadangkal sa ling bertentangan satu sama lain.
4. Gap antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal
(communications gap)
Gap ini berarti j anji – janji yang disampaikan melalui aktivitas –
aktiv itas komunikasi pemasaran tidak konsisten dengan jasa yang
disampaikan kepada para pelanggan. hal ini bisa disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya: perencanaan komunikasi pemasaran
yang tidak terintegrasi dengan operasi jasa, kurangnya koordinasi
antara aktiv itas pemasaran eksterna l dan operasi jasa, organisasi
gagal memenuhi spesifikasi yang ditetapkan, sementara kampaye
komunikasi pemasaran sesuai dengan spesifikasi tersebut dan
kecendrungan melakukan “over promise, under deliver”. Iklan dan
54
slogan/janji perusahaan sering mempengaruhi ek spek tasi pelanggan.
Jika pemberi jasa memberikan janji berlebihan, maka resikonya
adalah harapan pelanggan bisa membumbung tinggi dan sulit
terpenuhi.
5. Gap antara jasa yang dipersepsikan dan jasa yang diharapkan (service
gap)
Gap ini berarti bahwa jasa yang dipersepsikan tidak konsisten dengan
jasa yang diharapkan. Gap ini bisa menimbulkan sejumlah
konsekuensi negatif seperti, kualitas buruk (negatively confirmed
quality) dan masalah kualitas, komunikasi gethok tular yang negatif,
dampak negatif terhadap citra korporat atau citra lokal, dan
kehilangan pelanggan. gap ini terj adi apabila pelanggan mengukur
kinerja/prestasi perusahaan berdasarkan kriteria yang berbeda, atau
bisa juga mereka keliru menginterprestasikan kualitas jasa
bersangkutan.
2.1.19 A nalisis Statistika
2.1.19.1 Perancangan Kuesioner
Proses pembuatan kuesioner menurut Sugiyono (2006, p135) adalah
sebagai berikut:
1. Terjermahkan kebutuhan data dalam bentuk pertanyaan
2. Periksa bentuk pertanyaanya
3. Periksa bahasa dan re levansinya
4. Periksa urutan pertanyaanya
5. Periksa penampilan kuesioner
6. Lakukan pre- test
7. F inal draft
55
Terdapat beberapa bentuk pertanyaan dalam kuesioner, yaitu :
• Pertanyaan tertutup. Pertanyaan yang meberikan pi lihan jawaban
yang terbatas. Namun terdapat kelemahan dan kelebihannya,
adalah sebagai berikut :
a. Kelebihan pertanyaan tertutup adalah :
Memudahkan responden menjawab
Menghemat waktu bertanya dan mencatat jawaban
Keterampilan dari survevor tidak terlalu t inggi
Kemungkinan salah mencatat sangat kecil
Dapat mencakup segala jenis responden
b. Kelemahan pertanyaan tertutup adalah :
Tidak memperoleh jawaban yang mendetai l dan
mendalam
Kurang mampu menggali ide – ide baru
Memakan waktu dalam menyusun kuesioner
Jawab belum tentu sesuai dengan maksud reponden
• Pertanyaan terbuka dalah pertanyaan yang dapat dijawab seacar
bebas oleh responden, tidak ada pilihan jawaban.
a. Kelebihan pertanyaan terbuka adalah :
Membuat responden merasa senang
Memungkinkan responden untuk meningkatkan
kosakatanya
Mencerminkan nilai, pendidikan, dan kepercayan
responden
Kaya akan detai l
Membuka peluang pertanyaan berikutnya
Lebih menarik perhatian responden
Memunculkan spontanitas
56
Penyusunan kata lebih mudah bagi responden
Bisa dipakai dalam kondisi tiba – tiba
b. Kelemahan pertanyaan terbuka adalah :
Kemungkinan hilangnya kontrol atas wawancara
Membutuhkan waktu lebih banyak untuk
mengumpulkan informasi
Kemungkinan menunjukkan bahwa pewawancara
tidak siap
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan kuesioner, yaitu:
• Hindari pertanyaan Double Barreled (bermakna ganda)
• Pertanyaan mengarahkan responden
• Perhatikan dalam penggunaan istilah i lmiah dan teknis
• Meminta responden untuk menghitung
2.1.20 A nalisis Persaingan M odel Lima Kekuatan Porter
Berdasarkan pendapat Fred R David (2006, pp144-148) menyatakan
bahwa analisis persaingan model lima kekuatan Porter merupakan
pendekatan yang banyak dipakai untuk mengembangkan strategi oleh banyak
industry . Intensitas persaingan antar perusahaan sangat beragam di berbagai
industry . Menurut Porter, sifat persa ingan da lam suatu industry dapat di lihat
sebagai gabungan dari lima kekuatan berikut ini.
1. Perseturuan diantara perusahaan yang saling bersaing.
Kekuatan ini pa ling berpengaruh dibandingkan dengan empat
kekuatan lainnya. Strategi yang dija lankan di suatu perusahaan dapat
berhasil jika strategi itu memiliki keunggulan kompetitif (competitiv e
advantage) dibandingkan dengan strategi yang dija lankan oleh
perusahaan pesaing. Perubahan strategi di sebuah perusahaan dapat
diimbangi dengan serangan balasan, seperti menurunkan harga,
57
meningkatkan mutu, menambahkan fitur, menyediakan pelayanan,
memperpanjang garansi, dan meningkatkan iklan.
Intensitas persaingan diantara perusahaan yang bersaing
cenderung meningkat ketika jumlah pesaing bertambah, ketika
perusahaan yang bersaing menjadi setara besarnya dan kemampuannya,
ketika permintaan produk industri menurun, dan ketika potongan harga
menjadi biasa. Persaingan juga bertambah jika konsumen dapat dengan
mudah berganti merk, jika hambatan untuk menigkatkan pasar tinggi,
jika biaya tetap tinggi, jika produk mudah rusak, jika perusahaan
pesaing memiliki strategi, asal dan budaya yang berbeda, serta jika
marger dan akuisisi biasa terjadi didalam industry . Ketika persaingan
diantara perusahaan meningkat, laba industry menurun, dan dalam
beberapa kasus sampai industri tersebut menjadi tidak menarik.
2. Potensi masuknya pesaing baru
Ketika perusahaan baru dapat dengan mudah masuk ke industri
tertentu, sudah pasti intensitas persa ingan diantara perusahaan
meningkat. Hambatan – hambatan terhadap masuknya pesa ing baru bisa
berupa pentingnya memperoleh ska la ekonomi dengan cepat, pentingnya
memperoleh teknologi dan pengetahuan khusus, kurangnya pengalaman,
kuatnya loyalitas pelanggan, fanatisme terhadap merk tertentu,
persyaratan modal besar, kurangnya saluran distribusi yang memadai,
kebijakan peraturan pemerintah, tarif, kurangnya akses bahan baku,
kepemilkan paten, lokasi yang tidak menguntungkan, serangan balik oleh
perusahaan yang bertahan, dan potensi kejenuhan pasar.
Walaupun banyak hambtan, perusahaan baru kadang – kadang
masuk ke dalam industri dengan produk yang lebih tinggi mutunya,
harga yang lebih rendah, dan tenaga pemasaran yang banyak. Oleh
58
karena itu, tugas perencana strategi adalah mengidentifikasi perusahaan
baru yang potensial masuk pasar, memonitori strategi perusahaan baru
yang menjadi pesaing, melakukan “serangan balasan” jika diperlukan,
dan memanfaatkan kekuatan dan ke lemahan yang dimilk i.
3. Potensi pengembangan produk pengganti
Dalam berbagai industri, perusahaan bersaing ketat dengan
produsen produk penganti. Adanya produk pengganti membuat batasan
harga maksimal, sebelum konsumen pindah ke produk penganti tersebut.
Tekanan persaingan ak ibat produk pengganti semakin bertambah ketika
harga produk pengganti relatif murah dan biaya konsumen untuk beralih
ke produk pun rendah. Kekuatan kompetitif produk penganti pa ling
murah diukur dari seberapa besar pangsa pasar yang direbutnya dan
rencana perusahaan produk pengganti tersebut untuk meningkatkan
kapasitas serta penetrasi pasar.
4. Kekuatan tawar pemasok
Kekuatan tawar menawar pemasok mempengaruhi intensitas
persaingan dalam suatu industry , terutama ketika jumlah pemasok
banyak ketika hanya ada sedikit bahan baku penganti yang baik, atau
ketika biaya penganti bahan baku amat tinggi. Seringkali demi
kepentingan bersama, pemasok dan produsen saling membantu dengan
memberikan harga terjangkau, mutu yang lebih baik, pengembangan
pelayanan baru, penyerahan barang tepat waktu, dan mengurangi biaya
investasi, sehingga meningkatkan kemapuan meraih laba jangka panjang
bagi semjua pihak yang terka it.
Perusahaan mungkin menja lankan Backward Integration Strategy
atau strategi tarik mundur agar bisa mengendalikan pemasok. Strategi ini
sangat efektif ketika pemasok tidak dapat diandalkan, biaya yang terlalu
59
tinggi, atau tidak mampu memenuhi kebutuhan perusahaan secara
konsisten. Perusahaan biasanya dapat melakukan negosiasi persyaratan
yang lebih menguntungakn denagn pemasok jika strategi ini lazim
digunakan diantara perusahaan yang bersaing dalam industri.
5. Kekuatan Tawar M enawar Konsumen
Ketika pelanggan berkonsentrasi atau jumlahnya besar, atau
membeli da lam jumlah banyak, kekuatan tawar meruapkan kekuatan
utama yang mempengaruhi intensitas perasingan dalam suatu industri.
Perusahaan bersaing mungk in menawarkan garansi yang lebih panjang
atau pelayanan khusus untuk memperoleh loyalitas pelanggan ketika
kekuatan tawar dari konsumen luar biasa. Kekuatan tawar konsumen
juga lebih besar ketika produk yang dibel i bersifat standar atau tidak
berbeda.
2.1.21 A nalisis Tujuh (7) Elemen User Interface
Menurut Mohammed et al. (2003, pp161-190), interface merupakan
represtasi v irtual dari pemilihan dari ni lai proposisi suatu perusahaan.
Dalam merancang customer interface, terdapat tujuh elemen yang harus
diperhatikan, yaitu :
1. Context
Konteks dari situs mencerminkan nilai keindahan dan kegunaan dari
situs tersebut. Terdapat 3 jenis kriteria yaitu :
• Aesthetic Criteria
Desain look-and-feel yang lebih ditekankan pada ni lai art istik
sebuah web page, seperti penggunaan warna dan grafis yang
menarik, penggunaan Macromedia F lash untuk pembuatan tombol
nav igasinya, dll sehingga menciptakan desa in situs yang sangat enak
dipandang.
60
• Functional C riteria
Desain web yang lebih ditekankan pada fungsi dari web tersebut,
semua desain web dibuat sesimpel mungkin selama fungsi web
tercapai. Misalnya, web yang berfungsi sebagai pusat infomasi, maka
desain web tersebut akan sangat sederhana namun memiliki informasi
yang sangat lengkap. Tiga faktor penting dari functional criteria yaitu:
1) Section break down
2) Link ing structure
3) Nav igation tools
• Hybrid C riteria
Desain web yang merupakan gabungan dari kedua criteria datas.
Selain memenuhi functional criteria dari sebuah website, web tersebut
harus mempu menarik pelanggan dari sisi aesthetic.
2. Content
Content merupakan semua objek digital yang terdapat da lam sebuah
web baik da lam bentuk audio, v ideo, image ataupun text. Dimensi dari
content yaitu :
• Offering Mix
Content dari web yang meliputi produk yang ditawarkan,
informasi dan pelayanan.
• Appeal Mix
Content dari web meliputi promosi dan pesan – pesan yang ingin
dikomunikasikan oleh perusahaan dari sebuah web.
• Multimedia Mix
Mengarah pada variasi media (text, audio, image, graphics) yang
terdapat dalam sebuah web.
61
• Content Type
Informasi yang disajikan dalam suatu situs web harus selalu di
update karena mempunyai t ingkat sensitif itas terhadap waktu.
3. Community
Komunitas merupakan ikatan hubungan yang terjadi antara sesama
pengunjung atau pelanggan dari sebuah web site karena adanya
kesamaan minat atau hobi. Komunitas dapat menarik pelanggan untuk
mengunjungi kembali sebuah website karena beberapa hal yaitu :
• Komunitas dapat menciptakan content yang atraktif.
• Komunitas dapat membuat aktiv itas tertentu menjadi mungkin
atau lebih mudah, seperti kebutuhan kepuasan yang tidak dapat
dicapai secara indiv idu.
Dengan adanya komunitas, memungkinkan terjadinya pembagian
informasi yang mungk in berguna untuk pelanggan yang lainnya, ha l ini
dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan yang mendapatkan
informasi tersebut.
4. Customization
Customization merupakan kemampuan situs untuk memodifikasi
dirinya sesuai dengan keinginan penggunanya. Dimensi dari customization
yaitu :
• Personalization
Setiap pelanggan diberikan kesempatan untuk memil iki pengaturan
yang berbeda pada layout sebuah website sesuai dengan pilihan
masing-masing seperti personalisasi dalam personalized e-mail
account, content dan layout configuration.
62
• Tailoring
Penyajian informasi yang berbeda antar masing-masing pelanggan
disesuaikan dengan kebiasaan yang pernah dilakukan sebelumnya
atau juga berdasarkan pada pilihan dari pelanggan-pelanggan
yang memilik i kemiripan.
5. Communication
Komunikasi antara perusahaan dengan pelanggan, terdiri dari :
• Broadcast dimension
Komunikasi satu arah dari perusahaan kepada pelanggannya dan
tidak memerlukan respon dari pelanggan seperti FAQs, e-mail
newsletters.
• Interactive dimension
Komunikasi dua arah antara perusahaan dengan pelanggan
contohnya user input, customer service dan e-commerce dialog.
• Hybrid dimension
Gabungan dari dimensi broadcast dan interactive, contohnya
pemberian freeware yang dapat didownload oleh user dan user
dapat mengirimkan kepada user lain, hal ini secara otomatis
membantu perusahaan dalam melakukan promosi.
6. Connection
Kemampuan sebuah website untuk berpindah dari sebuah web page
ke webpage lainnya ataupun website lainnya dengan onclick baik pada
text, images maupun toolbars yang lain. Dimensi yang terdapat dalam
connection :
63
• Link to sites
Hubungan antara sebuah website dengan website lainnya yang
membuat user secara tota l ke luar dari web sebelumnya dan
masuk ke dalam web yang dituju.
• Homesite background
User dapat memasuki website lainnya namun background dari
website utama tetap dipertahankan. Dalam hal ini, hubungan
antara website utama dengan website yang dituju harus memilik i
batasan-batasan yang jelas.
• Outsource content
Content dari web yang di inginkan user dimasukkan ke dalam
content website utama sehingga user tidak perlu berpindah
website untuk mendapatkan informasi yang dicari.
• Percentage of homesite content
Sebagian dari content sebuah website kadang kala tidak
sepenuhnya diatur aleh sebuah website sehingga perlu
diperhatikan bagaimana strategi content dari sebuah website.
7. Commerce
Commerce merupakan fitur dari customer interface yang mendukung
berbagai aspek dari transaksi perdagangan.
64
2.2 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran
65
2.3 Hipotesis
Hipotesis 1
H0 : Tidak ada kesenjangan antara kualitas pelayanan yang diberikan
dengan harapan pelanggan Rumah Sakit Pelni pada faktor Tangible.
Ha : Terdapat kesenj angan antara kualitas pelayanan yang diberikan
dengan harapan pelanggan Rumah Sakit Pelni pada faktor Tangible.
Hipotesis 2
H0 : Tidak ada kesenjangan antara kualitas pelayanan yang diberikan
dengan harapan pelanggan Rumah Sakit Pelni pada faktor Reability.
Ha : Terdapat kesenjangan antara kualitas pelayanan yang diberikan
dengan harapan pelanggan Rumah Sakit Pelni pada faktor Reability.
Hipotesis 3
H0 : Tidak ada kesenjangan antara kualitas pelayanan yang diberikan
dengan harapan pelanggan Rumah Sakit Pelni pada faktor
Responsiveness.
Ha : Terdapat kesenj angan antara kualitas pelayanan yang diberikan
dengan harapan pelanggan Rumah Sakit Pelni pada faktor
Responsiveness.
Hipotesis 4
H0 : Tidak ada kesenjangan antara kualitas pelayanan yang diberikan
dengan harapan pelanggan Rumah Sakit Pelni pada faktor Assurance.
Ha : Terdapat kesenj angan antara kualitas pelayanan yang diberikan
dengan harapan pelanggan Rumah Sakit Pelni pada faktor Assurance.
Hipotesis 5
H0 : Tidak ada kesenjangan antara kualitas pelayanan yang diberikan
dengan harapan pelanggan Rumah Sakit Pelni pada faktor Emphaty.
Ha : Terdapat kesenjangan antara kualitas pelayanan yang diberikan
dengan harapan pelanggan Rumah Sakit Pelni pada faktor Emphaty.