bab 1-2 selesai
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Sanitasi Tempat-Tempat Umum (STTU)
Sanitasi Tempat-Tempat Umum merupakan gabungan dari dua kata dengan
pengertian yang berbeda yaitu sanitasi dan Tempat-Tempat Umum.
Pengertian Sanitasi menurut WHO ialah : “The control of all those factors in
man’s physical environment with exercise a deleterious effect on his physical
development, health and survival”, dapat diartikan secara bebas sebagai upaya
pengendalian semua faktor lingkungan fisik yang dapat memberikan pengaruh
berbahaya terhadap perkembangan jasmani, kesehatan, dan kelangsungan hidup
manusia. Sedangkan Tempat-Tempat Umum menurut Departemen Kesehatan RI
adalah: Tempat kegiatan bagi umum yang dilakukan oleh badan-badan pemerintah,
swasta, perorangan, yang dilangsungkan oleh masyarakat mempunyai tempat-tempat
dan kegiatan tetap, serta memiliki fasilitas.
Dari kedua pengertian tersebut dapat bahwa Sanitasi Tempat-Tempat Umum
adalah suatu upaya pengendalian/pengawasan terhadap faktor-faktor yang dapat
menganggu perkembangan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup manusia yang
ditimbulkan oleh tempat-tempat yang digunakan untuk kegiatan umum.
B. Peranan Sanitasi Tempat-Tempat Umum
Tempat-Tempat Umum dalam masyarakat atau orang banyak berkumpul dan
melakukan banyak berbagai aktifitas, mempunyai potensi besar dalam terjadinya
penyakit maupun timbulnya gangguan kesehatan lainnya.
Pengawasan dan pemeriksaan yang teratur khususnya di bidang sanitasi pada
semua jenis Tempat-Tempat Umum perlu dilakukan secara baik dan benar, terus
menerus dan berkesinambungan. Dengan demikian sanitasi Tempat-Tempat Umum
dapat ditingkatkan, sehingga kemungkinan terjadinya penyebaran penyakit dan
timbulnya gangguan kesehatan lainnya melalui Tempat-Tempat Umum dapat dicegah
1
dan dikendalikan. Tempat-Tempat Umum yang dikelola secara saniter akan mendapat
penilaian yang memuaskan diri para pengunjung. Hal ini merupakan suatu promosi
yang baik dan akan sangat menguntungkan baik dari segi bisnis maupun dalam
menunjang perkembangan pariwisata.
Dengan demikian Sanitasi Tempat-Tempat Umum berperan dalam :
1. Menjamin keadaan lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan antara lain adanya
penyediaan air bersih, pembuangan kotoran, pembuangan limbah, sampah,
perlindungan terhadap serangga dan binatang pengganggu, pencahayaan, ventilasi,
yang memenuhi syarat serta terpeliharanya keadaan fisik bangunan dan fasilitasnya.
2. Memberikan jaminan psikologis pada masyarakat pengunjung maupun masyarakat
sekitarnya berupa rasa aman (secure), dan kenyamanan (comfort).
3. Mempromosikan Tempat-Tempat Umum tersebut.
C. Landasan Hukum
Dalam rangka pengawasan Sanitasi Tempat-Tempat Umum perlu adanya
landasan hukum yang berupa peraturan perundang-undangan sehingga pelaksanaan
pengawasan dan pemeriksaan sanitasi Tempat-Tempat Umum dapat berjalan lancar.
Landasan Hukum yang dapat dijadikan dasar untuk berpijak adalah :
1. UU No. 23 tahun 1992 pasal 22 pokok-pokok kesehatan
2. Kepmenkes 288/ Menkes/SK/ III/ 2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan
Bangunan Umum
3. Pasal 54 UU Parawisata No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan yang mengatur
Sertifikasi Hotel
4. PP No. 112 tahun 2007 tentang Penataan & Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern
5. UU RI No. 26 tahun 2007 tentang Penata Ruang
6. Peraturan Pemerintah RI No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan
7. Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2000 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air
2
8. Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air
9. UU RI No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
10. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003 tentang Baku
Mutu Air Limbah Domestik.
D. Aspek-Aspek dalam Penyelenggaraan Sanitasi Tempat-Tempat Umum
Untuk penyelenggaraan Usaha Sanitasi Tempat-Tempat Umum perlu
memperhatikan 3 aspek penting, yaitu:
1. Aspek Teknis dan Hukum
Dalam penyelenggaraan Usaha Sanitasi Tempat-Tempat Umum petugas/
pelaksana perlu menguasai pengetahuan tentang aspek-aspek teknis dan hukum
yang meliputi persyaratan hygiene sanitasi (sanitary codes) dan sanitary items.
Pada dasarnya usaha Sanitasi Tempat-Tempat Umum merupakan suatu
usaha yang dilakukan untuk kepentingan bersama yaitu baik untuk masyarakat
umum maupun untuk pengusaha sendiri, demi menjamin kelangsungan usahanya.
Tujuan adanya peraturan perundangan-undangan dan persyaratan Tempat-
Tempat Umum adalah untuk membatasi agar Tempat-Tempat Umum tidak
membahayakan bagi masyarakat banyak, antara lain untuk mencegah terjadinya
kecelakaan maupun menjalarnya suatu penyakit.
Dengan adanya Peraturan Perundang-undangan akan dapat melindungi
serta membantu para petugas dalam menjalankan tugasnya. Selama Peraturan
Perundang-undangan banyak mengalami hambatan, hal ini disebabkan karena
beberapa faktor antara lain adalah :
a. Belum adanya pengertian dari pengusaha mengenai Peraturan/Per Undang-
undangan yang menyangkut usaha sanitasi Tempat-Tempat Umum dalam
kaitannya dengan kesehatan masyarakat
b. Belum adanya pengertian serta kesadaran baik dari pengusaha maupun
karyawan mengenai pentingnya usaha sanitasi Tempat-Tempat Umum untuk
menghindarkan terjadinya kecelakaan maupun penularan penyakit
3
c. Adanya sikap keberatan dari pengusaha untuk memenuhi persyaratan, karena
untuk memenuhi persyaratan tersebut memerlukan biaya extra
d. Adanya sikap apatis dari masyarakat tentang adanya peraturan/persyaratan dari
Tempat-Tempat Umum.
2. Aspek Sosial
Dalam pendekatan aspek sosial perlu penguasaan pengetahuan antara lain
tentang kebiasaan hidup, adat istiadat, kebudayaan, keadaan ekonomi, kepercayaan,
komunikasi dan ekonomi.
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri. Untuk
mempertahankan hidupnya, manusia akan bekerja sama dengan manusia lainnya.
Oleh karena itu, dalam rangka peningkatan usaha sanitasi Tempat-Tempat Umum
pendekatan yang digunakan dalam aspek ini adalah pendekatan edukatif :
Pendekatan aspek sosial dengan pendekatan edukatif ini ditujukan kepada :
a. Pengusaha dan karyawan Tempat-Tempat Umum
Pendekatan edukatif yang ditujukan pada pengusaha dan karyawan
bertujuan untuk memberikan pengertian dan kesadaran bahwa Tempat-Tempat
Umum yang menyelenggarakan tanpa memenuhi persyaratan hygiene dan
sanitasinya akan dapat menimbulkan bahaya bagi masyarakat, dengan demikian
pengusaha dan karyawan Tempat-Tempat Umum diharapkan akan menyadari
pentingnya upaya hygiene dan sanitasi berpartisipasi dalam upaya meningkatkan
sanitasi Tempat-Tempat Umum.
Partisipasi aktif dari pihak pengusaha sebagai unsur penentu dan
pengawas langsung dari Tempat-Tempat Umum sangat diperlukan dalam rangka
menjamin kesehatan karyawan, pengunjung dan masyarakat pada umumnya.
Tanpa adanya partisipasi dari pengusaha maupun karyawan maka usaha
peningkatan sanitasi Tempat-Tempat Umum tidak mungkin berhasil.
b. Masyarakat
Masyarakat umum dan masyarakat pengunjung Tempat-Tempat
Umum khususnya perlu diberi pengertian dan kesadaran tentang usaha sanitasi
4
Tempat-Tempat Umum, dengan adanya pengertian dari pengunjung bahwa
Tempat-Tempat Umum yang tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan
terjadinya kecelakaan dan menyebarkan penyakit, maka pengunjung/masyarakat
akan berusaha untuk senantiasa memelihara sanitasi Tempat-Tempat Umum.
3. Aspek Administrasi dan Manajemen
Sanitasi Tempat-Tempat Umum akan berhasil dengan baik apabila dalam
pengelolaan dan peraturannya memperhatikan aspek administrasi dan manajemen,
sebagai dasar pendekatan administrasi dan manajemen perlu memperhatikan fungsi
manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,
pengawasan beserta unsur-unsurnya yang menyangkut manusia, dana, bahan, cara
dan teknik (5 M = Man, Money, Material, Method and Machine).
Untuk mencapai hasil yang baik perlu adanya kerja sama lintas program
dan lintas sector. Oleh karena itu, dalam perencanaan atau pelaksanaan program
sanitasi Tempat-Tempat Umum perlu melibatkan instansi/lembaga yang terkait.
5
BAB II
KEGIATAN SANITASI TEMPAT-TEMPAT UMUM
A. Pengawasan Sanitasi Tempat-Tempat Umum
Sebagaimana telah disebutkan pada Bab Pendahuluan, Tempat-Tempat Umum
adalah suatu tempat dimana orang banyak/masyarakat umum melakukan kegiatan baik
yang dilakukan oleh badan-badan pemerintah, swasta maupun perseorangan. Oleh
karena itu, tempat kegiatan tersebut akan memungkinkan timbulnya penyakit, baik
penyakit yang menular maupun penyakit yng tidak menular bahkan dapat juga terjadi
kecelakaan. Untuk mencegah timbulnya penyakit maupun terjadinya kecelakaan di
Tempat-Tempat Umum maka perlu dilakukan pengawasan dan pemeriksaan yang
berkesinambungan.
Yang dimaksud dengan pemeriksaan itu sendiri adalah kegiatan melihat,
menyaksikan serta mengamati secara langsung di tempat serta memberikan petunjuk
dan saran-saran perbaikan.
1. Tujuan Pengawasan
Ada dua tujuan dalam pengawasan sanitasi Tempat-Tempat Umum yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus.
a. Tujuan Umum
Untuk mewujudkan kondisi Tempat-Tempat Umum yang memenuhi syarat
kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar dari kemungkinan bahaya
penularan penyakir dan terjadinya kecelakaan serta tidak menyebabkan
gangguan terhadap kesehatan masyarakat sekitarnya.
b. Tujuan Khusus
1) Agar pengunjung Tempat-Tempat Umum menggunakan dan memelihara
fasilitas sanitasi yang tersedia di Tempat-Tempat Umum tersebut.
2) Agar pengelola/penanggung jawab Tempat-Tempat Umum dengan upaya
sendiri menciptakan sanitasi Tempat-Tempat Umum yang dikelolanya.
6
2. Ruang Lingkup Pengawasan
Ruang Lingkup Sanitasi Tempat-Tempat Umum dapat dikelompokkan
berdasarkan jenisnya, yaitu :
a. Tempat-Tempat Umum yang berhubungan dengan sarana pariwisata :
1) Hotel/Penginapan
2) Kolam renang, Pemandian umum
3) Restoran/Rumah Makan
4) Bioskop
5) Taman Wisata Lainnya
6) Taman Hiburan
b. Tempat-Tempat Umum yang berhubungan dengan sarana perhubungan :
1) Pasar
2) Tempat Ibadah
3) Salon Kecantikan
4) Barber Shop
5) Supermarket
6) Kantor Pos, dll.
Langkah-langkah dalam pengawasan sanitasi Tempat-Tempat Umum
adalah :
a. Identifikasi masalah sanitasi Tempat-Tempat Umum
Bertujuan untuk mencari permasalahan hygiene sanitasi Tempat-Tempat
Umum yang dilihat atau diperiksa, dengan jalan melaksanakan “orientasi
keadaan hygiene sanitasi secara garis besar” (survey pendahuluan).
Dalam mengidentifikasi masalah hygiene sanitasi Tempat-Tempat
Umum, perlu dilakukan :
1) Pencatatan tentang hal-hal yang berhubungan dengan masalah umum dari
Tempat-Tempat Umum adalah masalah yang dibuat secara garis besar.
Adapun yang dimaksud dengan masalah umum dari Tempat-Tempat Umum
adalah masalah yang menjadi ciri khas itu sebdiri adalah masalah yang tidak
mudah diatasi.
7
Sebagai contoh :
Sebuah hotel yang terletak di dekat pantai akan mengalami kerusakan-
kerusakan khususnya barang-barang yang terbuat dari logam sehingga
akan terjadi perkaratan karena uap air laut (asin).
Sebuah hotel yang terletak di dekat pantai mengalami pengotoran dari
luar dan lain-lain jenis lumu, serta akan mengalami gangguan dari
serangga.
2) Mengadakan orientasi/observasi dengan cara :
Wawancara dengan manager/petugas tempat-tempat umun
Peninjauan lapangan : dimulai dari bagian luar (external area), kemudian
bagi dalam (internal area) dari Tempat-Tempat Umum
Penekanan orientasi/observasi dilakukan dengan menitik beratkan
perhatian kepada “public area” (wilayah untuk umum) baik “internal
public area”.
Langkah pelaksanaan orientasi/observasi sebagaimana tersebut di atas
apabila kita jabarkan lebih lanjut maka pelaksanaannya akan meliputi beberapa
hal yaitu:
1) Datang ke tempat (on the spot checking)
2) Memelihara/meninjau tempat umum secara garis besar
3) Mengetahui garis besar keadaan sanitasi senyatanya
4) Identifikasi dan sensus masalah umum sanitasi
5) Dicatat dan dilaporkan
B. Pemeriksaan Sanitasi Tempat-Tempat Umum
Dalam rangka memeriksa sanitasi Tempat-Tempat Umum terdapat 2 langkah
yang perlu dilaksanakan yaitu persiapan dan pelaksanaan pemeriksaan.
1. Mengadakan survey wilayah
Tindakan pokok yang harus dilaksanakan yaitu :
Membagi wilayah tempat umum yang akan diperiksa menjadi unit
wilayah.
8
Contoh :
Hotel sebagai tempat umum maka dapat dibagi menjadi unit-unit areas, antara
lain: kamar tamu, ruang tunggu, dapur, restoran hotel, dll.
Pemangkas rambut dapat dibagi atas unit-unit areas antara lain : ruang tunggu,
ruang pangkas, urinoir, dll.
Perlu diketahui bahwa unit wilayah yang ada pada tempat umum yang
satu sengan tempat umum selalu tergantung dari jenis tempat umum yang
diperiksa juga tergantung dari besar kecinya tempat umum sejenis.
Contoh :
Tidak sejenis :
Unit wilayah bioskop adalah ruang pertunjukkan dan ruang tunggu.
Unit Wilayah hotel ruang tamu, ruang dapur dan kamar.
Sejenis :
Unit wilayah dapur hotel kecil yaitu pantry (dapur kecil) dan gudang
makanan.
Unit Wilayah dapur hotel besar yaitu “pantry”, “pastry”, “bakery”,
stewarding room” (ruang dapur karyawan), gudang makanan, dll.
2. Membagi unit wilayah menjadi sub unit wilayah
Unit wilayah masih dapat dibagi lagi menjadi bagian-bagian yang lebih
kecil disebut sub unit wilayah.
Contoh :
Hotel mempunyai unit-unit wilayah, salah satu diantaranya adalah kamar tamu
hotel. Untuk hotel yang bertingkat nasional/internasional, kamar tamu tersebut
masih dapat dibagi lagi menjadi sub unit wilayah sebagai berikut, yaitu ruang
tidur, kamar mandi/toilet, dll.
3. Mencari dan menentukan “sanitary item”
Sanitary Items adalah semua hal yang terdapat dalam unit wilayah
Tempat-Tempat Umum, yang mempunyai nilai sanitasi (item of sanitary
importance).
9
Adapun yang dimaksud dengan “item yang mempunyai nilai sanitasi”
adalah semua hal yang dapat dinilai dari 2 segi yaitu :
a. Segi kebersihannya
b. Segi persyaratan (sanitary codes)
Contoh :
Piring, gelas dan lain-lain adalah sanitary item, karena piring dan gelas dapat
dinilai dari segi kebersihannya maupun segi persyaratannya. Piring dan gelas yang
kotor tidak memenuhi kebersihan, sedangkan piring dan gelas yang tidak retak
tidak memenuhi persyaratan.
Untuk item-item ini sudah jelas bahwa Tempat-Tempat Umum yang satu
dengan Tempat-Tempat Umum yang lain ada yang sama maupun ada yang tidak
sama. Semakin besar Tempat-Tempat Umum dan semakin banyak kegiatan, maka
biasanya makan banyak pula item-itemnya. Semakin besar tempat-tempat umum
dan semakin banyak kegiatan, maka biasanya semakin banyak pula item-itemnya.
4. Menyusun rancangan formulir pemeriksaan sanitasi (sanitary inspection sheet)
Untuk mengadakan pemerikasaan sanitasi tempat -tempat umum, terlebih
dahulu harus mempersiapkan/menyusun formulir pemeriksaan sanitasi Tempat-
Tempat Umum dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Pengumpulan data tentang “sanitary items” yang ditemukan di unit-unit dan
sub unit wilayah tempat umum.
Jumlah dan jenis “sanitary items” yang ditemukan di masing-masing unit dan
sub unit wilayah Tempat-Tempat Umum yang sama dan sejenis adalah tidak
sama. Hal ini disebabkan karena hal-hal sebagai berikut :
1) Besar kecilnya tempat-tempat umum
2) Titik berat kegiatan tempat-tempat umum
3) Metode dan cara kerja yang dilakukan di tempat-tempat umum
4) Modernisasi peralatan yang digunkan di masing-masing tempat umum
5) Macam tamu yang dilayani (bangsa Eropa, Amerika, Thionghoa ataupun
bangsa Indonesia sendiri).
10
b. Dari data “sanitary items” yang diperoleh, disusun formulir pemeriksaan
sanitasi (sanitary inspection sheet), formulir sanitasi Tempat-Tempat Umum
tersebut minimal harus memuat :
1) Jenis tempat umum yang diperiksa
2) Nama tempat umum yamg diperiksa
3) Alamat
4) Nama pemilik/penanggungjawab
5) Jumlah karyawan
6) Surat izin
7) Pemeriksaan ke
8) Tanggal pemeriksaan
9) Unit teritorial yang diperiksa
10) Sub unit teritorial yang diperiksa bila ada
11) Pemeriksaan minggu ke berapa dan bulan yang bersangkutan
12) Ada kolom untuk penilaian kebersihan (K) dan kolom untuk pemeriksaan
persyaratan (P)
13) Jumlah item yang diperiksa
14) Keadaan persyaratan (% persyaratan) dan jumlah P (-)
15) Keadaan kebersihan (% kebersihan) dan jumlah K (-)
16) Keadaan sanitasi rata-rata pada saat bulan pemeriksaan
17) Kesimpulan : maju (progress), mundur (regress) atau tetap (constant)
18) Tanggal pemeriksaan
19) Nama/tanda tangan pemeriksa
Perlu diketahui bahwa formulir pemeriksaan tersebut masih dapat
dilengkapi lagi. Namun kemudian dalam perhitungan mencari keadaan
sanitasi pada Tempat-Tempat Umum minimal data tersebut harus ada. Contoh
formulir pemeriksaan sanitasi Tempat-Tempat Umumdan formulir saran-saran
perbaikan dapat dilihat pada lampiran.
Contoh pelaksanaan pemeriksaan :
11
Setelah kita mengadakan langkah-langkah pemeriksaan selanjutnya
adalah langkah pelaksanaan pemeriksaan. Dalam langkah pelaksanaan
pemeriksaan ada 2 tindakan yang dikerjakan, yaitu :
a. Penilaian
1) Pengertian penilaian
Penilaian adalah pengujian dari sesuatu hal dengan menggunakan alat
pengukur atau standar ukuran tertentu yang diisyaratkan. Ada 2
macam obyek pilihan, yaitu :
(a) Kebersihan (clean Iness)
Pada dasarnya penilaian kebersihan ini sifatnya subyektif, karen
hasilnya tergantung dari masing-masing penilaian.
(b) Persyaratan (sanitary codes)
Penilaian persyaratan sifatnya obyektif, karena berdasarkan
standar ukuran tertentu yang diinginkan.
2) Sistem penilaian
(a) Membandingkan antara keadaan senyatanya (rill) dengan sesuatu
standart ukuran tertentu, yang berlaku dan digunakan untuk
penilaian.
(b) Membandingkan hasil pengukuran dengan suatu alat pengukuran
dengan standart ukur tertentu yang diinginkan.
3) Metode Penilaian
Cara metode penilaian dilakukan sebagi berikut :
(a) Menilai dengan cara membuat perkiraan (assumption) dan
dinyatakan dalam presentase (%)
(b) Menilai dengan “konkrit” atau “mutlak” dan dinyatakan dalam
(-) = negative = tidak ada masalah
(+) = positive = ada masalah
Contoh : menilai sebuah piring
Piring kotor
12
Kebersihannya positif berarti K = (+). Dengan demikian ada
masalah dengan kebersihannya.
Piring bersih
Kebersihannya negative berarti K = (-). Dengan demikian tidak
ada masalah dengan kebersihannya.
Piring gompel
Persyaratannya positif berarti P = (+). Dengan demikian piring
tidak memenuhi persyaratan.
Piring tidak gompel
Persyaratannya negative berarti P = (-). Dengan demikian piring
memenuhi persyaratan.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Piring yang kotor tetapi memenuhi syarat fisik : K (+) dan P (-)
Piring yang kotor dan tidak memenuhi persyaratan fisik : K (+)
dan P (-)
Piring yang bersih dan memenuhi syarat fisik : K (-) dan P (-)
Piring yang bersih tetapi tidak memenuhi syarat fisik : K (-) dan
P (+)
4) Tujuan Penilaian :
Tujuan penilaian adalah untuk :
(a) Mendeteksi dan mengidentifikasi masalah yang ditemukan untuk
segera dilakukan tindakan perbaikan
(b) Mengetahui kemajuan dan kemunduran suatu usaha dalam
periode tertentu
(c) Mengetahui efektifitas dan efisiensi hasil usaha yang diperoleh
(tepat, hemat, cepat, selamat)
5) Pelaksanaan Kegiatan
13
Untuk mengetahui keadaan sanitasi TTU perlu adanya pelaksanaan
penilaian. Agar keadaan sanitasi dapat dihitung. Hal-hal yang perlu
diketahui dalam pelaksanaan penilaian adalah :
(a) Jumlah “item” yang diperiksa
(b) Jumlah “item” yang dalam keadaan bersih. Untuk itu, maka
harus dihitung jumlah K (-)
(c) Jumlah “item” yang memenuhi persyaratan. Untuk itu, maka
harus dihitung jumlah P (-)
Untuk jelasnya dalam menghitung keadaaxn sanitasi dapat digunakan
rumus-rumus sebagai berikut :
Rumus I : Keadaan Sanitasi
% K ¿¿
Rumus II : Keadaan Sanitasi
Ʃ K ¿¿
Keterangan : K = Kebersihan (clean lines)
P = Persyaratan (sanitary codes)
b. Saran-saran perbaikan (order for improvement) penilaian
5. Instrument Pengawasan
Instrument yang dapat digunakan dalam pengawasan, yaitu :
a. Instrument administrasi yang terdiri dari :
1) Formulir pendataan tempat-tempat umum
2) Kartu pemeriksaan sanitasi tempat-tempat umum
3) Catatan item yang diperiksa dalam pemeriksaan STTU
b. Formulir laporan penyehatan TTU
Contoh Instrument Administrasi adalah sebagai berikut :
Formulir Pendataan Tempat-Tempat Umum
No Nama dan Jenis TTU AlamatNama pemilik/
pengelolaSurat Izin No
14
Kartu Pemeriksaan Sanitasi Tempat-Tempat Umum
Nama tempat-tempat umum :
Alamat :
Nama pemilik/pengelola :
Jenis tempat-tempat umum :
Jumlah karyawan :
Surat izin no :
Tanggal Pemeriksaaan : Nama Petugas:
Permasalahan yang dijumpai :
Rekomendasi :
Diskusi/Pembinaan :
Tanda tangan Pemilik Tanda Tangan Petugas
Item yang diperiksa dalam sanitasi tempat-tempat umum, menurut jenis
tempat-tempat umum.
Jenis Tempat Umum Kualitas Kuantitas Penempatan
I. Tempat Peribadatan1. Penyediaan air bersih2. Jamban/Kakus3. Peturasan/urinoir4. Fasilitas berwudhu5. Kebersihan dinding dan langit-langit6. Kebersihan lantai/tikar7. Index jentik8. Sarana pembuangan air limbah
II. Kolam Renang1. Jamban/kakus2. Peturasan3. Kamar bilas4. Tempat sampah 5. pH air kolam6. sisa khlor kolam7. sisa chlor bak cuci kaki
++++++++
+++++++
+--+----
----+--
-++-----
+------
15
8. sisa keseluruhan9. indeks jentik
III. Pemandian Umum1. Jamban/kakus2. Peturasan3. Kamar bilas 4. Tempat sampah
IV. Terminal 1. Penyediaan air bersih/kamar mandi2. WC/Urinoir3. Sistem drainasi/saluran pembuangan air
hujan4. Pembuangan sampah5. Sistem pembuanga air limbah
V.Hotel/Penginapan1. Kebisingan2. Kelembaban3. Pencahayaan4. Penyediaan air bersih5. Bak/tong sampah6. Indeks jentik7. Ruang linen/laundry8. Kebersihan dinding/langit-langit9. Pengawasan serangga/tikus10. Sistem pengelolaan air limbah11. WC/Urinoir12. Tempat pembuangan sampah sementara
VI. Rumah Sakit1. Kebisingan2. Penyediaan air bersih3. Pencahayaan4. Kelembaban5. Sarana pembuangan sampah6. Sarana pengelolaan air limbah7. Kebersihan dinding/langit – langit/lantai8. Sarana pengelolaan air kotor/faces9. Laundry/lynon10. Indeks nyamuk
VII.Lembaga Permasyarakatan1. Kebisingan2. Kelembaban3. Pencahyaan4. Penyediaan air bersih5. Penyediaan air kotor6. WC/Urinoir7. Pengelolaan sampah8. Indeks nyamuk
++
++++
+++
++
+++++++++++
++++++++++
++++++++
--
--++
-+-
+-
+---++-----
++++++++++
---+--+-
--
----
---
--
-----------
----------
--------s
Catatan :
+ : item yang diperiksa
- : item yang tidak diperiksa
Formulir laporan penyehatan tempat-tempat umum
Puskesmas :
16
Kab/Kodya :
Triwulan : I, II, III*)
Tahun :
No.Jenis TTU
Jumlah di data
Jumlah Diperiksa
EvaluasiCakupan
pembinaan (%)
Keberhasilan Pembinaan
Peningkatan Mutu
Menyetujui
Kepala Puskesmas Sanitarian Puskesmas
(...........................) (.................................)
c. Instrument Teknis Pengawasan yang terdiri dari :
1) Pengukuran suhu dan kelembaban
Alat yang digunakan adalah psychometer dan psychrochart,
Psychometer yaitu alat yang digunakan mengukur suhu dan kelembaban yang
terdiri dari dua buah thermomer.
Psychometer digunakan untuk mengukur kelembaban relative daripada
udara. Karena mudah dipakai dan keterlitiannya lebih tinngi psychometer sering
dipergunakan sebagai instrument kalibrasi untuk hygrometer yang dapat dibaca
langsung.
Psychometer dirakit dengan dua thermometer dan wadah cadangan
salah satu thermometer ini dibalut dengan rajutan katun awalemak dan
hygroskopik. Kedua thermometer dipasangkan dalam rumah yang terbuat dari
serat galas. Dalam rumah ini terdapat sebuah ventilator dan mengatur
perbedaan udara yang melewati kedua thermometer dengan kecepatan 2 m/det.
Pada pemakaian psychometer diperlukan beberapa cakram hitung atau grafik
guna penentuan kelembaban
17
a) Prinsip Pengukurannya
(1) Rajutan katun pembalut wadah cadangan salah satu thermometer
dinaikan dengan alat suling. Melalui ventilator, udara yang ada
disekitar aparat (yang harus diukur kelembabanya) diedarkan melewati
kedua thermometer. Peredaran ini mengakibatkan penguapan air
suling. Semakin kering udaranya semakin banyak penguapannya.
Penguapan memerlukan kalor, oleh karena itu thermometer yang basah
akan menunjukan suhu yang lebih rendah dari pada thermometer yang
kering. Setelah beberapa lama, tergntung pada bentuk aparatnya.
Diadakan pencatan suhu kedua thermometer. Hasil pengamatan
dipakai menghitung kelembaban relative dengan menggunakan grafik
atau cakram hitung yang termasuk perlengkapan psychometer.
(2) Perubahan pada barometer berarti perubahan kerapatan udara yang
berpengaruh terhadap jumlah udara yang mengalir melalui
thermometer. Cakram hitung psychometer dilaraskan atas dasar
keadaan barometer yang harus direlokasikan secara khusus. Akan
tetapi perubahanya sangat kecil, koreksi ini dapat diabaikan.
(3) Instrument ini harus sudah terpasang dalam runganan sekurang-
kurangnya selama 15 menit sebelum dilakukan pengamatan hingga
suhu instrument. Sudah sesuai dengan suhu lingkungannya.
(4) Tanpa peredaran udara yang baik yang melewati kedua termometer,
dan hasil pengukurannya tidak akan sama.
(5) Psychometer yang ditempatkan dalam udara yang tidak mengalir
memberikan hasil pengkuran yang salah pengukuran harus diulang 3
atau sampai 4 kali untuk kontrol. Pengukuran tidak boleh dilakukan
dibawah sinar matahari.
b) Langkah kerja psychometer adalah sebagai berikut
18
(1) Psychometer diisi air, sehingga membasahi kapas pada ujung
thermometer II, kemudian
(2) Psychometer ini diputar keseluruhan h rungan/lokasi yang diperiksa
selama ± 2 menit (konstan)
(3) Baca suhu pada thermometer I (= suhu bola kering = suhu udara/
rungan), dan thermometer II (suhu bola basa).
(4) Dari kedua suhu tersebut maka kelembaban dapat dicari dengan
bantuan psychometer.
Contoh :
Suhu thermometer I = 260C
Kelembaban II = 210C
Pada psychochart = kelembaban = 64%
Jadi suhu suhu udara ruangan = 260C
Kelembaban = 640C
Jadi, batas syarat diperbolehkan untuk rungan :
Suhu =18-260C
Kelembaban : 40-70%
2) Pengukuran kebisingan di udara
Steady noise ialah apabila bunyi tersebut monoton, sedangkan non
steady noise ialah apabila bunyi tersebut berubah-ubah, lalu time varying noise
apabila bising dengan tingkat bunyi berubah-ubah dengan waktu yang diatur.
a) Cara Pengukuran
Untuk mengukur tingkat suara diperlukan alat yang disebut Sound
Level Meter (S.L.M), untuk pengukuran back ground noise level atau
kebisingan di lingkungan.
S.L.M disetel pada skala dB dan posisis Fast, sedangkan untuk
daerah kerja (pabrik), dengan posisi slow. Dalam pengukuran Back Ground
Noise Level, alat hendaknya diletakan pada ketinggan 1,2-1,5 m dari tanah
19
dan jarak di dinding permukaan yang dapat memantulkan suara tidak
kurang dari 3,5 m pengukuran dilakukan ± 15 menit untuk setiap kurun
waktu dan dibaca setiap 4 detik. Dengan demikian, hasil yang diperoleh
sekitar 200-225 sempel suara. Sebelum pengukuran perlu dicatat
temperature, tekanan, barometer, (bila>300m di atas permukaan laut).
Inilah yang disarankan sebagai Ground Noise Level apabila ada
gangguan-gangguan suara yang dapat dipisahkan maka pedoman “back
ground level” untuk masing-masing daerah disarankan sebagai berikut:
DaerahWaktu
siang malamPedesaan 38 32Pemukiman 45 38Perdagangan 52 45Industri atau central perdagangan 60 45
b) Koreksi-koreksi pengukuran kebisingan
(1) Timbulan suara dengan sifat yang tidak dorongan seperti pukulan-
pukulan dan sebagainya diambang 5 dB.
(2) Suara-suara tanpa sifat-sifat khusus seperti di atas tidak perlu dikoreksi
lagi.
(3) Lama pengukuran pada siang hari perlu dipertimbangkan faktor
koreksi sebagai berikut :
Waktu pengukuran dari waktu kebisingan Faktor koreksi
100%-56% 0
56%-18% -5
6%-18% -10
1,8%-6% -15
<dari 1,8 % -20
Pada malam hari tidak perlu dikoreksi dengan faktor koreksi ini
20
Titik lokasi pengkuran kebisingan dilingkungan hendaknya pada
batas/pagar antara penduduk yang mengeluh dengan pabrik/sumber
kebisingan.
c) Kriteria pengambilan tindakan
Tindakan untuk mengurangi kebisingan perlu dilakukan peristiwa sebagai
berikut:
(1) Bila tingkat kebisingan yang telah dikoreksi ternyata masih lebih dari
10 dBA dari “back ground noise level”
(2) Bila pada malam hari kebisingan lebih dari 45dBA pada batas daerah
pemukiman
(3) Bila pada malam hari setiap kejadian kebisingan lebih dari 75 dBA
atau 30 dBA diatas “back ground noise level”
d) Laporan hasil pengkuran
Laporan hasil pengukuran dilapangan perlu mencakup hal sebagai
berikut:
(1) Data tentang sumber bunyi yang diukur misal : mesin, maka perlu
disebut jenis mesin, daya kecepatan putar, dan lain-lain.
(2) Gambaran daerah pengukuran dengan penyebutan ukurannya.
(3) Data materology, temperature, tekanan udara, (biasanya 300 meter
diatas permukaan laut), kelembaban kecepatan angin.
(4) Data tentang peralatan yang dipakai : warna pembuatan, nama alat,
nomor seri, waktu kalibrasi terakhir.
(5) Lokasi pengukuran dengan cara memberi tanda-tanda cross pada
gambar denah.
(6) Tempat, tanggal dan jam pengukuran
21
e) Contoh Form Laporan:
Nama alat :Tanggal :Jam : s/dPengukuran
Alat yang digunakan :1.2.3.Nama petugas
Gambar daerah pengukuran Keterangan gambarSumber bunyi:Jenis bunyi :
Temperature :Tekanan :Barometer kelmbaban :Kecepatan udara :Angin :
Titik lokasi
Back groundNoise level
Hasil pengukuran
TitikLokasi
Back ground noise level
Hasil pengukuran
3) Pengukuran Indikator-indikator pada air
a) Derajat keasaman (pH)
(1) Indikator yang digunakan yaitu BTB pH 7,6 AP pH 7,6
(2) Langkah-langkah :
Ambil contoh air dan kemudian masukan dalam 2 tabung komparan
sampai tanda garis (tabung A dan B)
Tabung A tambah larutan indikator BTB 0,7 ml campuran hingga
homogen
Bandingkan dalam komparator dengan tabung B (tabung yang
ditambah indikator)
Putar piringan pH sampai mendapatkan warna yang sama
Catatan : Bila pH lebih besar 7,6 memakai indikator AP
b) Sisa chlor (CL2)
Ambil contoh air dan kemudian masukan dalam tabung komparator
sampai tanda garis (10ml)
22
Salah satu tabung ditambah orthololisis ±0,5 ml campur sampai
homogen
Bandingkan dalam komparator dengan blangko tabung yang
ditambah orthololisis
Putar piringan pH sampai mendapatan warna yang sama
Catatan : Bila sisa chlor > 10 ppm sampai air diencerkan
c) Amoniak (NH4)
Ambil contoh air masukan kedalam tabung komparator sampai tanda
garis (10ml)
Tambahkan KNa Tartrat 10% sebanyak 5 tetes tambahkan larutan
Nessler 0,5 ml. Campur sampai homogen tunggu ±3 menit
Bandingkan warna yang terjadi dengan standar amoniak (NH4) yang
ada pada alat komparator dengan blangko sempel yag tidak ditambah
reagent
Baca hasilnya dalam satuan ppm (mg/liter)
d) Besi (Fe)
Ambil contoh air masukan kedalam tabung komperator sampai pada
garis (10ml)
Tunggu ±1 menit setelah sebelumnya dicampur sampai homogent
Tambahkan NH4CNS 20% sebanyak 1 ml dan campur sampai
homogent
Bandingkan warna yang terjadi dengan standar yang ada pada alat
komparator dengan blangko sampel yang tidak ditambah reagent
e) Kekeruhan :
Alat yang digunakan yaitu tabung nessler 100 ml (2), matt pipet/
pipet ukuran 1ml
Tabung nessler diisi denagn bahan periksa (sampai tadna batas)
23
Disamping itu dibuat pemanding dengan tabung nessler yang lain
dengan ukuran yang sama yang diisi dengan aquades dan ditambah
dengan larutan standar SI O2 sampai memberikan kekeruhan yang
sama dengan pemeriksa
Catat volume standar yang dibutuhkan
Kekeruhan =100100
x ml standar yangdibutuhkan
= ......................... mg/I Si O2
= ......................... unit skala Si O2
Catatan :
Bila menggunakan tabung Nessler ukuran 50 ml perhitungannya :
Kekruhan =10001000
x ml
Standar yang dibutuhkan = .......................... mg/I Si O2
= .......................... unit skala SiO2
Tiap-tiap mengambil standar dari botol harus dicampur dahulu.
4) Pengukuran tingkat kepadatan lalat pada Tempat-Tempat Umum
a) Tujuan
Tujuan dari pengukuran kepadatan lalat adalah untuk mengetahui tingkat
kepadatan lalat serta sumber-sumber tempat berkembang biaknya lalat.
b) Persiapan pengukuran
Untuk mengukur tingkat kepadatan lalat dapat digunakan beberpa cara
namun cara yang paling murah, cepat dan mudahadalah dengan
menggunakan “fly grill”.
c) Pembuatan “Fly Grill”
Fly Grill dengan panjang masing-masing 80 cm sebanyak 16-24 bilah yang
telah dipersiapkan dibentuk berjajar dengan 1-2 cm pada kerangka kayu
yang telah disiapkan dan sebaiknya pemasangan bilah pada kerangkanya
24
mempergunakan paku skrup sehingga dapat dibongkar pasang setelah
dipakai.
d) Penentuan Lokasi
Lokasi pengukuran dapat dilakukan di pasar, terminal, kendaraan umum,
rumah makan/restoran, hotel/losmen,dsb.
e) Pengukuran populasi lalat pasar dapat dilakukan disekitar tempat
pengumpulan sampah pasar, tempat/los penjual daging, beras, gula, dsb
serta los penjualan makanan sudah masak.
f) Pengukuran diterminal dilakukan pada tempat pengumpulan sampah di
terminal atau tempat-tempat yang berdekatan penjualan makanan dan
minuman. Pengukuran kepadatan lalat di hotel/losmen, restoran/rumah
makan dilakukan pada bagian dapur, ruang makan, ruang berdekatan
dengan tempat sampah, tempat pengumpulan sampah sederhana atau tempat
pembuangan akhir sampah.
g) Loaksi pengukuran ditetapkan pada jarak tertentu dengan rumah penduduk
terdekat, misalanya pada jarak 10 meter, 20 meter, 30 meter, 40 meter, 50
meter, 100 meter, 200 meter dsb.
h) Waktu pengukuran
Populasi kepadatan lalat hendaknya dilakukan pada :
(1) Setiap kali dilakukan pengendalaian lalat (sebelum dan sesudah)
(2) Monitoring secara berkala yang dapat dilakukan sedikitnya 3 bulan
sekali
i) Peralatan pengukuran
Peralatan yang digunakan untuk mengukur kepadatan lalat antara lain “fly
grill” dan counter (alat untuk menghitung lalat yang hinggap di fly grill).
j) Cara pengukuran
Pengukuran kepadatan lalat dengan menggunakan “fly grill” didasarkan
pada sifat-sifat lalat, yang kecendrungannya untuk hinggap pada tepi-tepi
atau tempat-tempat yang bersudut tajam.
25
“Fly Grill” ditempatkan pada tempat-tempat yang telah ditentukan
(berdekatan dengan tempat sampah, kotoran hewan, kandang, dll) pada
daerah yang akan diukur. Jumlah lalat yang hinggap selama 30 detik
dihitung. Sedikitnya pada setiap lokasi dilakukan 10 kali perhitungan (10-
30 detik) dan 5 perhitungan tertinggi dibuat rata-rata dan dicatat dalam satu
satu lokasi tertentu. Interpretasi hasil pengukuran pada setiap lokasi atau
“block grill” adalah sbb:
0-2 : tidak menjadi masalah
3-5 : perlu dilakukan pengamatan pada tempat-tempat berbiaknya
lalat (tumpukkan sampah, kotoran hewan, dll)
6-20 : populasinya padat dan perlu dilakukan pengamantan di tempat
berbiaknya lalat yang mungkin direncanakan upaya
pengendaliannya. (tinggi/padat).
>21 : populasi padat dan perlu dilakukan pengamatan terhadap tempat-
tempat biakan lalat dan tindakan pengendalian lalat
(sangat tinggi/sangat padat).
5) Pemeriksaan Ketajaman Pengliahatan Karyawan Tempat-Tempat Umum
a) Manfaat pemeriksaan
(1) Untuk mengetahui baik/ tidaknya ketajaman penglihatan
(2) Untuk mengetahui kelainan-kelaian penglihatan yang mungkin terdapat
serta harus mendapat pengobatan dan perawatan.
Pemeriksaan dilakukan sekali setiap 6 bulan dan setiap saat bila mana
dianggap perlu.
b) Alat yang digunakan
(1) Kartu Snellen ( E )
(2) Pensi/kayu pengukur jarak antara pengguna dan kartu snellen
(3) Pulpen/pensil dan buku catatan/ kartu kesehatan
(4) Kartu tebal untuk penutup yang tidak diteliti ( dapat juga digunakan
tangan nya sendiri)
26
c) Langkah-langkah pemeriksaan
(1) Jelaskan pada karyawan Tempat-Tempat Umum dilakukan penelitian
penglihatan.
(2) Gantungkan kartu snellen ± sejajar dan sangat tinggi dengan pandangan
mata karyawan yang terang dan tidak menyilaukan. Ukurlah jarak lurus
kedepan sejauh 6 meterr/ 20 feet antara kartu snellen dan karyawan
yang diperiksa berilah tanda pada tempat tersebut dapat berdiri disana.
Harus dijaga agar agar karyawan tidak menentang cahaya dan berdiri
dengan tenang. Pada waktu meneliti penglihatan satu mata, pegawai
harus menutup matanya yang lain dengan telapak tangannya atau
dengan kartu tebal tanpa menekan mata tersebut. Mata yang diperiksa
haru mengikuti/ membaca huruf yang ditunjuk pada kartu snellen.
(3) Mulailah pemeriksaan mata mata kanan, kemudian yang kiri dan akhiri
dengan kedua matanya. Tunjukkan huruf E dengan kayu petunjuk mulai
dari atas. Cepat alihkan katu baris-baris dibawahnya. Tidak perlu semua
huruf/gambar pada baris terakhir ditunjuk satu per satu secara berurutan.
Jika karyawan dapat membaca dengan baik huruf abjad yang
ditunjukkan tanpa membuat kesalahan lebih dari 2 kali maka lihatlah
nomor dari garis itu dan inilah kemampuan penglihatan (visual).
(4) Catat hasil penelitian pada kartu kesehatan/ buku catatan.
(5) Bila karyawan memakai kacamata, penelitian mata lebih dahulu
menggunakan kaca mata. Bila di jumpai karyawan di puskesmas, rumah
sakit, dokter mata, dokter puskesmas, dokter praktek umum, untuk
pemeriksaan dan kesehatan dan perawatan lebih lajut.
d) Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan sanitasi Tempat-Tempat Umum
(1) Tujuan
(a) Mengadakan penilaian secara terus-menerus tentang keadaan
sanitasi.
(b) Mencari data perbandingan kedaan sanitasi pada waktu sekarang
dengan keadaan sanitasi pada waktu sebelumnya.
27
(c) Memperoleh gambaran keadaan sanitasi Tempat-Tempat Umum
sepanjang tahun dan seterusnya.
(d) Memperoleh data yang paling mutahir guna menentukan perlu
tidaknya segera dilakukan tindakan-tindakan perbaikan dari keadaan
sanitasi yang mengakibatkan kemunduran.
(e) Memperoleh data-data statistik untuk kepentingan penelitian dan
pengembangan.
(2) Cara melakukan pemeriksaan tindak lanjut
(a) Berdasarkan waktu
Pemeriksaan tindak lanjut secara incidental, yaitu tindak lanjut
yang dilakukan setelah pemeriksaan sanitasi yang pertama
dilakukan secara insidental (tidak menentu waktu).
Pemeriksaan tindak lanjut secara berkala, yaitu pemeriksaan
tindak lanjut yang dilakukan secara berkala waktu untuk
melakukan pemeriksaan tindak lanjut berkala dapat berupa :
mingguan, bulanan, triwulanan dsb.
(b) Berdasarkan materi
Pemeriksaan tindak lanjut secara umum, yaitu tindak lanjut
secara umum.
Pemeriksaan tindak lanjut secara khusus, yaitu pemeriksaan
tindak lanjut yang dilakukan secara khusus, terbatas pada
pemeriksaan dari “sanitary item” yang diserahkan dalam ‘order
for improvement’ (perintah tidak perbaikan, maksudnya hal-hal
yang disarankan untuk diperbaiki sebagai tindak lanjut dari hasil
pemeriksaan sanitasi yang lalu. Berarti tidak semua ‘sanitary
item’ diperiksa tetapi hanya hal-hal yang menurut hasil
pemeriksaan sanitasi yang lalu madih kurang.
(3) Manfaat Pemeriksaan Tindak Lanjut
(a) Masalah yang ditimbulkan dapat segera diketahui dan dilakukan
perbaikan serta dicarikan pemecahannya
28
(b) Kerusakan-kerusakan kecil dapat segera diketahui dan diatasi,
sehingga tidak menjadi masalah yang besar dan mencegah
pemborosan.
e) Evaluasi Sanitasi Tempat-Tempat Umum
Evaluasi sanitasi Tempat-Tempat Umum perlu dan harus
diadakan. Kegunaan dari penilaian antara lain untuk mengetahui keadaan
sanitasi tempat tersebut.
Keadaan tempat umum dapat dikatakan baik atau jelek apabila
telah diadakan perhitungan. Untuk menghitung ini diperlukan hasil data dari
penilaian, adapun yang dinilai adalah semua yang terdapat di Tempat-
Tempat Umum tersebut berdasarkan atas item (+) yang berarti ada dan item
(-) yang berarti tidak ada masalah
f) Sistem pencatatan dan pelaporan
1) Pencatatan
Maksud pencatatan adalah pencatatan hasil survey, hasil
pemeriksaan sanitasi dan hasil pemeriksaan tindak lanjut serta hasil
survey evaluasi keadaan sanitasi dari objek yang diperiksa.
Hal-hal yang perlu dicatat adalah :
(a) Data yang dikumpulkan adalah hasil pelaksanaan survey
pendahuluan, survey wilayah, survey sanitasi dari nilai
pengumpulan tabulasi, analisa sampai dengan kesimpulan.
(b) Rata-rata nilai keadaan sanitasi yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan sanitasi maupun dari hasil tindak lanjut.
(c) Data statistika, adalah data yang diperoleh sepanjang tahun
dijadikan dasar pelapor. Hasil dari pencatatan dapat berbentuk
tekstular (tertulis), tabel (deretan angka), matriks (perbandingan
atau hubungan antara satu dengan yang lain hal), dan grafik.
29
2) Pelaporan
Pelaporan mempunyai kaitan erat dengan pencatatan karena
pencatatan tanpa pelaporan tidak akan bermanfaat sehingga tidak dapat
dilakukan tindakan perbaikan atau pengembangan.
Hal yang perlu dilaporkan adalah hasil dari pencatatan. Sifat
pelapor positif aktif sedangkan sifat pelaporan positif pasif. Pelaporan
sangat bermanfaat karena dapat digunakan sebagai :
(a) Bahan penyusunan rencana untuk waktu yang akan datang
(b) Bahan penunjang dalam meramalkan hal-hal yang akan terjadi di
masa depan dengan lebih cermat dan tepat.
(c) Bahan pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah untuk
mencegah kesalahan yang lalu tidak terulang kembali.
(d) Bahan perbandingan keadaan yang lalu dengan keadaan sekarang.
g) Prosedur Perjanjian
Untuk mendirikan suatu tempat umum harus memenuhi proses
perjanjian yang telah ditetapkan. Untuk selanjutnya tingkat mutu (grading)
dari tempat-tempat tersebut :
1) Prosedur Perjanjian
(a) Permohonan untuk mendapatkan izin dilakukan dengan cara
mengajukan permohonan tertulis kepada perangkat setempat.
(b) Pengajuan pemohonan izin tersebut dilengkapi dengan Izin
bangunan dari bupati atau walikota madya kepada daerah tingkat II
setempat.
(c) Rekomendasi yang telah mengikuti persyaratan yang telah
ditetapkan dan undang-undang gangguan (H.O) dari instansi yang
berwenang.
(d) Akte/sertifikat tanah yang sah dari kantor agraris.
(e) Gambar rencana atau depan bangunan
(f) Uraian prosfek pemasaran
30
(g) Surat mengenai identitas
Setelah dipenuhi persyaratan-persyaratan tersebut : dinas pariwisata
daerah akan mengadakan penilaian administrasi dan fisik lokasi
bangunan. Apabila persyaratan tersebut telah dipenuhi dan telah
diadakan penelitian mak izin pendirian akan diberikan pemda setempat.
h) Kegiatan penyuluhan sanitasi tempat umum
1) Metode penyuluhan
Harus disesuaikan dengan tujuan kesempatan yang ada, pada
pelaksanaan penyuluhan dan kesempatan paling baik dari sasaran
penyuluhan. Penyuluhan sanitasi Tempat-Tempat Umum dapat
dilaksankan dengan berbagai metode antara lain.
2) Teknik bimbingan dan penyuluhan pada waktu melakukan pengawasan
sanitasi tempat umum.
(a) Persiapan
Bawalah catatan terakhir keadaan sanitasi tempat umum yang
akan diawasi,
Pelajari peraturan-peraturan sanitasi
(b) Pelaksanaan
Adalan pengawasan sanitasi tempat umum tersebut
Rumuskan masalah sanitasi yang ada
Bandingkan keadaan sanitasi yang saat diperiksa dengan keadaan
sebelumnya
Bersikaplah ramah dengan pengelola tempat umum tersebut
Berikan penjelasan terhadap keadaan sanitasi yang diharapkan
Berikan penjelasan tentang akibat-akibat jika tidak mengikuti
persyaratan sanitasi Tempat-Tempat Umum, baik di bidang
kesehatan, administrasi, maupun ekonomi.
(c) Penilaian
Tujuan
31
Untuk mengetahui apakah sasaran penyuluhan mengerti dan
bersikap positif terhadap materi diskusi atau tanya jawab.
Cara
Observasi terhadap tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan pada sasaran.
Teknik ceramah dan diskusi pada kursus pengelola Tempat-
Tempat Umum, dan pada pertemuan pengelola/pengurus
Tempat-Tempat Umum.
Persiapan
Tentukan maksud dan tujuan ceramah
Tentukan peserta yang hadir.
Hal ini penting untuk menentukan materi ceramah.
Cara menyampaikan bahan serta jenis alat peraga yang akan
digunakan.
Siapkan materi yang akan disiapkan dalam ceramah. Misalnya
dalam rangka pengadaan jamban dan peningkatan sarana air
minum diTempat-Tempat Umum. Batasilah materi pada
aspek program. Memberikan materi yang banyak dalam
waktu yang sama dapat membingungkan peserta ceramah.
Waktu yang baik dan efektif untuk satu kali ceramah tidak
lebih dari 40 menit.
Siapkan alat peraga yang akan dipergunakan dalam ceramah
Siapkan tempat pelaksanaan ceramah. Tempat pelaksana
ceramah. Tempat pelaksana ceramah hendaknya memenuhi
syarat sebagai berikut :
Cukup luas untuk menampung jumlah pesreta yang
direncanakan
Pencahayaan cukup
Sarana mencukupi
32
Cukup tenang (jauh dari kebisingan lalu lintas atau
keributan lainnya)
Pelaksanaan
Dimulai dengan memperkenalkan diri menyampaikan maksud
dan tujuan ceramah serta harapan-harapan yang diinginkan.
Penjelasan secara sistematis tentang isi ceramah. Perlu juga
diselingi dengan humor segar untuk memutuskan kembali
perhatian peserta
Suara tidak monoton sehingga tidak membosankan peserta
Gunakan alat peraga yang tepat dan benar-benar dapat
memperjelas materi yang disajikan
Gunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta
Usahakan suasana ceramah menyenagkan sehingga peserta
merasa bebas bertanya dan mengemukakan pendapatnya.
Pada saat tertentu berilah para peserta kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan. Jawab setiap pertanyaan secara yakin
dan jujur sehingga dapat memuaskan peserta.
Ucapkan terimakasih atas perhatian dan waktu yang telah
diluangkan untuk berpartisipasi dalam ceramah
Setelah ceramah, beramah tamah sebentar dengan para
pendengar, sebab mungkin ada pertanyaan-pertanyaan yang
tidak dapat di ajukan dalam suasana ceramah resni tetapi
dalam hubungan tidak resmi di ajukan.
Penilaian
Untuk mengetahui apakah peserta mengerti terhadap
materi yang telah diberikan, setelah ceramah perlu diadakan
penilaian dengan cara sbb :
Mengajukan pertanyaan secara lisan tentang materi ceramah
yang telah diberikan
33
Membuat angket pertanyaan yang perlu diisi oleh pendengar
tanpa mencantumkan namanya
Mengadakan wawancara setelah selesai ceramah dengan
beberapa orang peserta
Selama ceramah berlangsung mengadakan observasi
mengenai perhatian dan pertanyaan yang diajukan peserta.
Hal-hal yang perlu dinilai adalah pemahaman peserta tentang
materi ceramah tanggapan peserta terhadap materi ceramah
dan cara penyampaianya, kegunaannya bagi peserta serta
kesediaan peserta untuk menerima atau melaksanakan ide
yang dikemukakan.
34