bab 1-5 indra
TRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Angka kriminalitas di Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya, Wakil
Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Inspektur Jenderal Polisi Saud Usman
menyatakan bahwa di tahun 2012 saja setiap 91 detik sekali terjadi satu kasus
kejahatan di Indonesia hal itu tercantum dalam katalog Badan Pusat Statistika
4401002 . Sehingga dibutuhkan alat perlindungan diri dari pelaku kriminal yang
meneror keamanan masyarakat setiap harinya. Salah satu jenis tindak kriminal
yang marak terjadi di Indonesia adalah penjambretan dan penulis berpikir bahwa
masyarakat harus bisa melindungi diri dari para penjambret.
Alat Kejut Listrik merupakan salah satu alat pertahanan diri yang bisa
digunakan untuk melawan penjambret. Alat kejut listrik menggunakan arus listrik
sebagai kekuatan utamanya, alat ini mengalirkan listrik ke tubuh pelaku kriminal
setelah ada kontak dengan tubuh pelaku kriminal. Alat kejut listrik tersedia dalam
berbagai bentuk seperti bentuk tembakan (Stun Gun) dan bentuk batangan (Stun
Rod).Kedua bentuk alat kejut listrik diharapkan dapat melumpuhkan pelaku
kriminal yang akan menyerang korban tanpa menyebabkan luka serius, namun
dalam kasus pencurian seperti jambret kedua bentuk senjata ini terhambat oleh
karena jangkauan kontaknya yang sempit (bagi Stun Rod) dan sulitnya
mengarahkan peluru Stun Gun. Penggunaan alat kejut listrik sebagai alat
pertahanan diri merupakan subtitusi bagi penggunaan senjata api, senjata kejut
listrik dapat melumpuhkan korban tanpa memberikan luka serius bagi korban
tidak seperti penggunaan senjata api yang menimbulkan cedera serius bagi
korban.
Dalam karya ilmiah ini penulis akan merancang alat kejut listrik yang
dihubungkan dengan remote control agar senjata kejut listrik dapat diaplikasikan
untuk menangani kasus pencurian seperti jambret yang sebelumnya kurang
memadai akibat terbatasnya jangkauan alat. Berdasakan hal-hal di atas, penulis
1
mengangkat judul “Pengaplikasian Remote Control Pada Alat Kejut Listrik (Stun
Rod)”.
I.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat mengidentifikasi masalah
sebagai berikut.
1. Besar arus listrik yang dihasilkan oleh alat kejut listrik untuk
melumpuhkan sasaran alat kejut listrik.
2. Kapasitas sumber listrik yang tepat bagi alat kejut listrik.
3. Efek arus listrik yang dihasilkan terhadap tubuh manusia.
4. Daya tahan sumber listrik yang dimiliki alat kejut listrik.
5. Jarak maksimum alat kejut listrik dengan remote control agar alat kejut
listrik dapat tetap bekerja.
6. Dampak fisik yang ditimbulkan efek kejut listrik.
I.3 Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah menjadi
sebagai berikut.
1. Besar arus listrik yang dihasilkan oleh alat kejut listrik untuk
melumpuhkan sasaran alat kejut listrik.
2. Jarak maksimum alat kejut listrik dengan remote control agar alat kejut
listrik dapat tetap bekerja.
I.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis dapat merumuskan
masalah menjadi sebagai berikut.
1. Berapakah arus listrik yang dihasilkan oleh alat kejut listrik untuk
melumpuhkan sasaran?
2
2. Berapa jarak maksimum alat kejut listrik dengan remote control agar alat
kejut listrik dapat tetap bekerja?
I.5 Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah di atas, tujuan penulis membuat karya ilmiah ini
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui besar arus listrik yang dihasilkan oleh alat kejut listrik
untuk melumpuhkan sasaran alat kejut listrik.
2. Untuk mengetahui jarak maksimum alat kejut listrik dengan remote
control agar alat kejut listrik dapat tetap bekerja
I.6 Manfaat Penelitian
Dari tujuan karya ilmiah di atas, manfaat yang penulis harapkan adalah
sebagai berikut.
1. Menambah wawasan pembaca tentang alat kejut listrik.
2. Memberi inspirasi untuk peneliti selanjutnya.
3. Angka kriminalitas di Indonesia terutama penjambretan menurun.
3
BAB II DASAR TEORI
II.1 Alat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, alat merupakan benda yang
dipakai untuk mengerjakan sesuatu, perkakas yang dipakai untuk mencapai
maksud. Untuk karya ilmiah ini penulis memilih arti dari kata alat yaitu yang
dipakai untuk mencapai maksud.
II.2 Kejut
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kejut adalah menjadi kaku
karena terperanjat dsb.
II.3 Listrik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, listrik adalah daya atau
kekuatan yg ditimbulkan oleh adanya pergesekan atau melalui proses kimia, dapat
digunakan untuk menghasilkan panas atau cahaya, atau untuk menjalankan mesin.
Menurut Zidni, Syafria, Gatot Suharto (2010:4) listrik merupakan aliran elektron
dari sebuah objek melalui konduktor. Elektron adalah partikel terluar dari atom
yang bermuatan negatif yang bila bersentuhan dengan objek, objek tersebut akan
bermuatan negatif.
II.3.1 Direct Current
Generator listrik DC (Direct Current) adalah alat yang digunakan untuk
memproduksi arus listrik searah (DC). Generator ini terdiri dari dua
bagian, yaitu rotor dan stator. Listrik DC merupakan listrik yang kuat
arus maupun tegangannya tidak merupakan fungsi periodik dari timer,
dalam arti besar arus maupun tegangan dari listrik ini maupun beda
potensial pada listrik ini merupakan bilangan konstan (C)
(Supriatna,2013:10) Adapun persamaan kuat arus maupin beda potensial
ada listrik DC adalah seperti berikut.
V=C
I=C
4
II.3.2 Rangkaian Listrik
Rangkaian listrik adalah susunan komponen-komponen elektronika yang
dirangkai dengan sumber tegangan menjadi satu kesatuan yang memiliki
fungsi dan kegunaan tertentu. Arus listrik dalam suatu rangkaian listrik
hanya dapat mengalir jika rangkaian listrik tersebut berada dalam
keadaan terbuka (Supriatna,2013:13).
II.3.3 Rangkaian Listrik Seri
Rangkaian listrik seri adalah suatu rangkaan listrik, dimana input suatu
komponen berasal dari output komponen lainnya. Hal inilah yang
menyebabkan rangkaian listrik seri dapat menghemat charge (digunakan
sedikit kabel penghubung). Selain memiliki kelebihan, rangkaian listrik
seri juga memiliki kelemahan, yaitu jika salah satu komponennya
dicabut atau rusak, maka komponen yang lain tidak akan berfungsi
sebagaimana mestinya. Persamaan hambatan pengganti rangkaian seri
dapat dicari dari persamaan awal, dimana kuat arus listrik pada tiap
hambatan adalah sama, sedangkan beda potensial pada tiap hambatan
memiliki nilai berbeda (Supriatna,2013:13)
I=I 1=I 2=I3
V=V 1+V 2+V 3
R s=R1+R2+R3
II.3.4 Rangkaian Listrik Paralel
Rangkaian listrik paralel adalah suatu rangkaian listrik dimana semua
input komponen berasal dari sumber yang sama. Semua komponen satu
sama lain tersusun paralel. Hal inilah yang menyebabkan susunan paralel
5
dalam rangkaian listrik menghabiskan charge lebih banyak (kabel
penghubung yang diperlukan lebih banyak). Selain kelemahan tersebut,
susunan paralel memiliki kelebihan tertentu dibandingkan susunan seri.
Adapun kelebihannya adalah jika salah satu komponen dicabut atau
rusak, maka komponen yang lain tetap berfungssi sebagaimana mestinya.
Persamaan hambatan pengganti paralel dapat dicari dari persamaan awal,
di mana beda potensial pada masing-masing komponen adalah sama satu
sama lain, sedangkan kuat arus yang masuk titik percabangan sama
dengan jumlah kuat arus pada masing-masing komponen
(Supriatna,2013:14)
V=V 1=V 2=V 3
I=I 1+ I 2+ I 3
1R p
= 1R1
+ 1R2
+ 1R3
II.3.5 Arus Listrik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arus listrik adalah arus listrik
dng tegangan rendah yang digunakan dalam teknik radio atau
komunikasi, satuan arus listrik adalah ampere.
II.3.6 Pengaruh Arus Listrik terhadap Tubuh Manusia
Arus listrik dapat m emberi cedera kepada tubuh manusia dari
rasa kaget sampai kematian akibat serangan jantung, hal-hal ini
dipengaruhi oleh besar arus dan jenis sumber arus listrik (GT, Smith.
2007:12).
Fakta ini mengindikasikan bahwa alat yang akan penulis rancang
mampu memberikan cedera terhadap korban apabila intensias arus listrik
dan teganganya tinggi. Untuk mengetahui dampak yang akan
ditimbulkan alat kejut listrik ini penulis akan melakukan percobaan
terhadap tikus Wistar.
II.3.7 Penggunaan Arus Searah
Penggunaan arus searah pada penelitian adalah karena arus bolak-
balik lebih sering menyebabkan kematian dan manusia lebih sensitif
6
sekitar 4-6 kali terhadap arus bolak-balik daripada arus searah (JF,
1996:201).
Penggunaan arus bolak-balik (AC) dapat menyebabkan kontraksi
otot terus menerus atau tetani, sedangkan arus DC hanya menyebabkan
satu kontraksi otot.
Tabel II.1. Efek arus listrik pada aliran listrik AC dan DC dengan frekuensi 60 Hz
melewati kulit utuh ke badan. (JF, Gabriel 1996:201)
Besar Arus
Listrik (DC)
Besar Arus
Listrik
(AC)
Pengaruh bagi
Tubuh
Manusia
Tegangan yang
menghasilkan arus
yang diperkirakan
sesuai dengan tahanan
tubuh.
10.000
ohm
1000 ohm
100 mA 0.4 mA Merasa geli 10 V 1 V
1-3 A 1-8 mA Sensasi shock 10-8 V 1-8 V
4 A 8-15 mA Shock dan
rasa nyeri
80-15- V 8-15 V
5-10 A 15-20 mA Kontraksi otot
yang hebat,
kesulitan
bernafas
150-200 V 15-20 V
11-15 A 20-50 mA Fibrilasi
ventrikel dan
kelumpuhan
pernafasan
200-500 V 20-50 V
16-20 A 1000-6000 mA Fibrilasi
ventrikel dan
kelumpuhan
pernafasan.
Luka bakar
60000 V 60000 V
7
Sesuai tabel di atas, penggunaan arus listrik AC dapat
menimbulkan efek samping yang lebih besar dari arus DC. Gabriel J.F
pada tahun 1996 menyatakan pada arus 1-6 Ampere, dengan tegangan
yang sama arus AC terbukti lebih berbahaya bagi kesehatan tubuh
manusia dibandingkan arus DC, dimana arus DC hanya menimbulkan
efek shock sedangkan arus AC menimbulkan fibrilasi ventrikel dan
kelumpuhan pernafasan serta luka bakar. Karena alasan tersebut, penulis
memilih alat listrik yang menghasilkan arus listrik DC.
II.4 Alat Kejut Listrik
Sesuai definisi masing masing kata penyusun alat kejut listrik, penulis
dapat menyimpulkan bahwa alat kejut listrik adalah alat yang dipakai untuk
mencapai tujuan, yaitu membuat korbannya terkejut atau menjadi kaku karena
terperanjat oleh listrik.
II.4.1 Hukum Memiliki Stun Gun
Berdasarkan Merriam-Webster Dictionary edisi 2010, sebuah
dictionary online. Stun gun diartikan sebagai berikut:
“a weapon designed to stun or immobilize (as by electric shock) rather
than kill or injure the one affected” Sedangkan, berdasarkan Merriam-
Webster Learner’s Dictionary, stun gun diartikan sebagai “a gun that
produces an electric shock which makes someone unconscious or stops
someone from moving” Berdasarkan definisi-definisi di atas, stun
gun secara singkat dapat diartikan sebagai pistol atau senjata kejut listrik
untuk melumpuhkan/menghentikan gerakan seseorang. Dalam Undang-
Undang Darurat Republik Indonesia No. 12 Tahun 1951
tentang Mengubah "Ordonnantietijdelijke Bijzondere Strafbepalingen"
(ST BL. 1948 No. 17) Dan Undang-Undang Republik Indonesia Dahulu
No. 8 Tahun 1948 (“UU Darurat No. 12/1951”), yang dilarang adalah
“Tanpa hak memasukkan ke Indonesia membuat, menerima, mencoba
memperoleh, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai,
membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam
8
miliknya, menyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan,
atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatu senjata api, amunisi atau
sesuatu bahan peledak. Dengan pengecualian tidak termasuk senjata-
senjata yang nyata-nyata mempunyai tujuan sebagai barang kuno atau
barang yang ajaib (merkwaardigheid)”, dan bukan pula sesuatu senjata
yang tetap tidak dapat terpakai atau dibikin sedemikian rupa sehingga
tidak dapat dipergunakan. (Pasal 1 UU Darurat No. 12/1951).
Yang dimaksudkan dengan pengertian bahan-bahan peledak
termasuk semua barang yang dapat meledak, yang dimaksudkan dalam
Ordonnantie tanggal 18 September 1893 (Stbl. 234), yang telah diubah
terkemudian sekali dengan Ordonnantie tanggal 9 Mei 1931 (Stbl. No.
168), semua jenis mesin, bom-bom, bom-bom pembakar, ranjau-ranjau
(mijnen), granat-granat tangan dan pada umumnya semua bahan peledak
baik yang merupakan luluhan kimia tunggal (enkelvoudige
chemischeverbindingen) maupun yang merupakan adukan bahan-bahan
peledak (explosievemengsels) atau bahan-bahan peledak pemasuk
(inleidende explosieven), yang dipergunakan untuk meledakkan lain-lain
barang peledak, sekedar belum termasuk dalam pengertian amunisi.
Tanpa hak memasukkan ke Indonesia, membuat, menerima, mencoba
memperolehnya, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai,
membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam
miliknya, menyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan
atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatu senjata pemukul, senjata
penikam, atau senjata penusuk (slag-, steek-, of stootwapen). Dengan
pengecualian barang-barang yang nyata-nyata dimaksudkan untuk
dipergunakan guna pertanian, atau untuk pekerjaan-pekerjaan rumah
tangga atau untuk kepentingan melakukan dengan sah pekerjaan atau
yang nyata-nyata mempunyai tujuan sebagai barang pusaka atau barang
kuno atau barang ajaib (merkwaardigheid). (Pasal 2 UU Darurat No.
12/1951). Mengenai apa yang dimaksud dengan senjata api, dapat dilihat
dalam Pasal 1 angka 2 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
9
Indonesia No. 8 Tahun 2012 tentang Pengawasan Dan Pengendalian
Senjata Api Untuk Kepentingan Olahraga, yaitu:
“Senjata Api adalah suatu alat yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari logam yang mempunyai komponen atau alat mekanik seperti laras, pemukul/pelatuk, trigger, pegas, kamar Peluru yang dapat melontarkan anak Peluru atau gas melalui laras dengan bantuan bahan peledak.”
Stun gun juga tidak termasuk dalam kategori senjata api olahraga
yang menurut Perkapolri 8/2012 pemilikan dan penggunaannya
memerlukan perizinan dari kepolisian. Yang termasuk senjata api
olahraga menurut Pasal 4 ayat (1) Perkapolri 8/2012 yang terdiri dari:
senjata api, pistol angin (air pistol) dan senapan angin (air rifle)
dan airsoft gun.
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa stun gun yang
menggunakan aliran listrik untuk melumpuhkan seseorang tidak
termasuk ke dalam barang-barang yang dilarang oleh UU Darurat No.
12/1951. Stun gun juga tidak termasuk senjata api olahraga yang
berdasarkan Perkapolri No. 8/2012 pemilikan dan penggunaannya
memerlukan izin kepolisian. Kendati demikian, mengingat dampak yang
dapat ditimbulkannya, pelaku penyalahgunaan stun gun bisa
dipidana. Penulis dapat merancang alat kejut listrik tersebut karena tidak
disebutkan dalam alat-alat yang dilarang dalam undang undang.
II.4.2 Sejarah alat kejut listrik
Purpura P. Philips (1996:197) seperti dikutip dari website taser.com
menyatakan :
“Jack Cover, a NASA researcher, began developing the Taser in 1969. By 1974, Cover had completed the device, which he named after his childhood hero Tom Swift ("Thomas A. Swift's electric rifle"). The Taser Public Defender used gunpowder as its propellant, which led the Bureau of Alcohol, Tobacco and Firearms to classify it as a firearm in 1976.
Taser International CEO Patrick Smith has testified in a Taser-related lawsuit that the catalyst for the development of the device was the "shooting death of two of his high school acquaintances" by a "guy with a legally licensed gun who lost
10
his temper".In 1993, Rick Smith and his brother Thomas began to investigate what they called "safer use of force option[s] for citizens and law enforcement". At their Scottsdale, Arizona, facilities, the brothers worked with the "...original Taser inventor, Jack Cover" to develop a "non-firearm Taser electronic control device".The 1994 Air Taser Model 34000 had an "anti-felon identification (AFID) system" to prevent the likelihood that the device would be used by criminals; upon use, it released many small pieces of paper containing the serial number of the Taser device. The U.S. firearms regulator, the ATF, stated that the Air Taser was not a firearm. In 1999, Taser International developed an "ergonomically handgun-shaped device called the Advanced Taser M-series systems" which used a "patented neuromuscular incapacitation (NMI) technology". In May 2003, Taser International released a new weapon called the Taser X26, which used "shaped pulse technology". On July 27, 2009 Taser International released a new type of Taser called the X3 which can fire three shots before it must be reloaded. It holds three new type cartridges, which are much thinner than the previous model.”
II.5 Gelombang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gelombang dapat didefinisikan
sebagai ombak besar yang bergulung-gulung atau aliran getaran suara yang
bergerak dalam eter (radio).Untuk karya ilmiah ini penulis menggunakan definisi
gelombang yang kedua yaitu aliran getaran suara yang bergerak dalam eter
(radio).
II.5.1 Gelombang Elektromagnetik
Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang dapat
merambat walau tidak ada medium (Suharto, 2010:16). Energi elektromagnetik
merambat dalam gelombang dengan beberapa karakter yang bisa diukur, yaitu:
panjang gelombang/wavelength, frekuensi, amplitude/amplitude, kecepatan.
Amplitudo adalah tinggi gelombang, sedangkan panjang gelombang adalah jarak
antara dua puncak. Frekuensi adalah jumlah gelombang yang melalui suatu titik
dalam satu satuan waktu. Frekuensi tergantung dari kecepatan merambatnya
gelombang. Karena kecepatan energi elektromagnetik adalah konstan (kecepatan
cahaya), panjang gelombang dan frekuensi berbanding terbalik. Semakin panjang
11
suatu gelombang, semakin rendah frekuensinya, dan semakin pendek suatu
gelombang semakin tinggi frekuensinya.
Energi elektromagnetik dipancarkan, atau dilepaskan, oleh semua masa di
alam semesta pada level yang berbedabeda. Semakin tinggi level energi dalam
suatu sumber energi, semakin rendah panjang gelombang dari energi yang
dihasilkan, dan semakin tinggi frekuensinya. Perbedaan karakteristik energi
gelombang digunakan untuk mengelompokkan energi elektromagnetik.
II.5.1.1 Ciri-ciri Gelombang Elektromagnetik
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan beberapa ciri gelombang
elektromagnetik adalah sebagai berikut :
1. Perubahan medan listrik dan medan magnetik terjadi pada saat yang
bersamaan, sehingga kedua medan memiliki harga maksimum dan
minimum pada saat yang sama dan pada tempat yang sama.
2. Arah medan listrik dan medan magnetik saling tegak lurus dan keduanya
tegak lurus terhadap arah rambat gelombang.
3. Dari ciri no 2 diperoleh bahwa gelombang elektromagnetik merupakan
gelombang transversal.
4. Seperti halnya gelombang pada umumnya, gelombang elektromagnetik
mengalami peristiwa pemantulan, pembiasan, interferensi, dan difraksi.
Juga mengalami peristiwa polarisasi karena termasuk gelombang
transversal.
5. Cepat rambat gelombang elektromagnetik hanya bergantung pada sifat-
sifat listrik dan magnetik medium yang ditempuhnya.
II.5.1.2 Sumber gelombang elektromagnetik.
Sumber dari gelombang elektromagnetik adalah sebagai berikut
(Suharto, 2010:24) :
1. Osilasi listrik.
2. Sinar matahari menghasilkan sinar infra merah.
3. Lampu merkuri menghasilkan ultra violet.
12
4. Penembakan elektron dalam tabung hampa pada keping
logam menghasilkan sinar X (digunakan untuk rontgen).
5. Inti atom yang tidak stabil menghasilkan sinar gamma.
II.5.1.3 Spektrum Gelombang Elektromagnetik
Susunan semua bentuk gelombang elektromagnetik berdasarkan panjang
gelombang dan frekuensinya disebut spektrum elektromagnetik (Suharto,
2010:20). Gambar spectrum elektromagnetik di bawah disusun berdasarkan
panjang gelombang (diukur dalam satuan meter) mencakup kisaran energi yang
sangat rendah, dengan panjang gelombang tinggi dan frekuensi rendah, seperti
gelombang radio sampai ke energi yang sangat tinggi, dengan panjang gelombang
rendah dan frekuensi tinggi seperti radiasi X-ray dan Gamma Ray.
II.5.1.4 Contoh spektrum elektromagnetik
a. Gelombang Radio
Gelombang radio dikelompokkan menurut panjang gelombang atau
frekuensinya (Suharto, 2010:21). Jika panjang gelombang tinggi, maka pasti
frekuensinya rendah atau sebaliknya. Frekuensi gelombang radio mulai dari 30
kHz ke atas dan dikelompokkan berdasarkan lebar frekuensinya. Gelombang radio
dihasilkan oleh muatan-muatan listrik yang dipercepat melalui kawat-kawat
penghantar. Muatan-muatan ini dibangkitkan oleh rangkaian elektronika yang
disebut osilator. Gelombang radio ini dipancarkan dari antena dan diterima oleh
antena pula. Kamu tidak dapat mendengar radio secara langsung, tetapi penerima
radio akan mengubah terlebih dahulu energi gelombang menjadi energi bunyi.
b. Gelombang mikro
Gelombang mikro (mikrowaves) adalah gelombang radio dengan
frekuensi paling tinggi yaitu diatas 3 GHz (Suharto, 2010:23). Jika gelombang
mikro diserap oleh sebuah benda, maka akan muncul efek pemanasan pada benda
itu. Jika makanan menyerap radiasi gelombang mikro, maka makanan menjadi
panas dalam selang waktu yang sangat singkat. Proses inilah yang dimanfaatkan
dalam microwave oven untuk memasak makanan dengan cepat dan ekonomis.
13
Gelombang mikro juga dimanfaatkan pada pesawat RADAR (Radio Detection
and Ranging) RADAR berarti mencari dan menentukan jejak sebuah benda
dengan menggunakan gelombang mikro. Pesawat radar memanfaatkan sifat
pemantulan gelombang mikro. Karena cepat rambat glombang elektromagnetik c
= 3 X 108 m/s, maka dengan mengamati selang waktu antara pemancaran dengan
penerimaan.
c. Sinar Inframerah
Sinar inframerah meliputi daerah frekuensi 1011Hz sampai 1014 Hz atau
daerah panjang gelombang 10-4 cm sampai 10-1 cm(Suharto, 2010:23). jika kamu
memeriksa spektrum yang dihasilkan oleh sebuah lampu pijar dengan detektor
yang dihubungkan pada miliampermeter, maka jarum ampermeter sedikit diatas
ujung spektrum merah. Sinar yang tidak dilihat tetapi dapat dideteksi di atas
spektrum merah itu disebut radiasi inframerah. Sinar infamerah dihasilkan oleh
elektron dalam molekul-molekul yang bergetar karena benda diipanaskan. Jadi
setiap benda panas pasti memancarkan sinar inframerah. Jumlah sinar inframerah
yang dipancarkan bergantung pada suhu dan warna benda.
d. Cahaya Tampak
Cahaya tampak sebagai radiasi elektromagnetik yang paling dikenal oleh
kita dapat didefinisikan sebagai bagian dari spektrum gelombang elektromagnetik
yang dapat dideteksi oleh mata manusia (Suharto, 2010:24). Panjang gelombang
tampak nervariasi tergantung warnanya mulai dari panjang gelombang kira-kira 4
x 10-7 m untuk cahaya violet (ungu) sampai 7x 10-7 m untuk cahaya merah.
Kegunaan cahaya salah satunya adalah penggunaan laser dalam serat optik pada
bidang telekomunikasi dan kedokteran.
e. Sinar Ultraviolet
Sinar ultraviolet mempunyai frekuensi dalam daerah 1015 Hz sampai 1016
Hz atau dalam daerah panjang gelombagn 10-8 m 10-7 m (Suharto, 2010:24).
Gelombang ini dihasilkan oleh atom dan molekul dalam nyala listrik. Matahari
adalah sumber utama yang memancarkan sinar ultraviolet dipermukaan bumi,
lapisan ozon yang ada dalam lapisan atas atmosferlah yang berfungsi menyerap
14
sinar ultraviolet dan meneruskan sinar ultraviolet yang tidak membahayakan
kehidupan makluk hidup di bumi.
f. Sinar X
Sinar X mempunyai frekuensi antara 10 Hz sampai 10 Hz. panjang
gelombangnya sangat pendek yaitu 10 cm sampai 10 cm. meskipun seperti itu tapi
sinar X mempunyai daya tembus kuat, dapat menembus buku tebal, kayu tebal
beberapa sentimeter dan pelat aluminium setebal 1 cm (Suharto, 2010:22).
g. Sinar Gamma
Sinar gamma mempunyai frekuensi antara 10 Hz sampai 10 Hz atau
panjang gelombang antara 10 cm sampai 10 cm. Daya tembus paling besar, yang
menyebabkan efek yang serius jika diserap oleh jaringan tubuh (Suharto,
2010:20).
II.6 Percobaan terhadap tikus Wistar
II.7 Gambar II.2. Tikus Wistar
Pada penelitian ini akan digunakan hewan coba berupa tikus Wistar. Hal
ini dikarenakan tidak etis melakukan penelitian sejenis pada manusia.
Selain itu secara biokimia, tikus memiliki kesamaan dengan manusia,
sehingga hasil penelitian pada tikus diharapkan dapat diterapkan pada
manusia.
II.7 Remote Control dengan Gelombang Radio.
Penggunaan remote control dalam kehidupan sehari-hari sudah sering kita
jumpai seperti pada TV, DVD, AC, mobil dan lain sebagainya. Dengan
ditemukannya teknologi remote control, maka suatu perangkat dapat dikendalikan
dari jarak jauh tanpa harus bersusah payah untuk mengendalikannya dari jarak
dekat. Secara garis besar ada dua macam tipe remote control. Tipe RF
(menggunakan frekuensi radio). Tipe infrared (menggunakan LED inframerah).
Walaupun setiap tipe berbeda tetapi tetap terdiri dari perangkat pengirim
(pemancar) dan penerima. Pada pembahasan kali ini dikhususkan pada remote
15
control jenis gelombang RF (Radio Frequency). Cara kerja gelombang RF adalah
membawa sinyal-sinyal berupa pulsa yang nantinya akan dipisahkan kembali oleh
rangkaian penerima agar dapat dijadikan nilai masukan pada mikrokontroler. Aru,
Okereke Eze , Ihekweaba Gozie, dan Opara F.K. (2013:57) menyatakan :
“A radio-frequency remote control, or RF remote, uses radio waves to transmit a signal to an electronic device. RF remotes are very common; they're used in devices such as garage door openers, remote control toys and remote car-entry key, remote wall sockets, etc. An RF remote encodes commands in binary form. The commands are sent via the radio waves to devices on the receiving end -- say, a DVD player -- that decode the commands and send them to the right place (volume up/down, etc.). A useful feature of RF remotes that sets them apart from infrared (IR) remotes is they can transmit signals up to 100 feet (30.5 meters) and can travel through walls and furniture. IR remotes, however, can only go 30 feet (9 meters) and need line of sight. Instead of sending out light signals, an RF remote transmits radio waves that correspond to the binary command for the button you're pushing. A radio receiver on the controlled device receives the signal and decodes it. The problem with RF remotes is the sheer number of radio signals flying through the air at any given time. Cell phones, walkie-talkies, WiFi setups and cordless phones are all transmitting radio signals at varying frequencies. RF remotes address the interference issue by transmitting at specific radio frequencies and by embedding digital address codes in the radio signal. This lets the radio receiver on the intended device know when to respond to the signal and when to ignore it.” (Aru, 2013)
Dengan kata lain, RF remote control menggunakan gelombang radio untuk
menyampaikan sinyal ke alat elektronik. Pengunaan gelombang radio
membedakan remote ini dari remote inframerah, RF remote mampu
menyampaikan sinyal sampai jarak maksimal 100 kaki atau 30.5 meter dan bisa
melewati penghalan seperti tembok dan furnitur. Maka dari itu, penulis memilih
RF remote sebagai remote control alat yang dirancang penulis.
16
Gambar II.3. Rf Remote
II.7.1. Kekuatan Sinyal
Sinyal ditransmisikan sepanjang medium, makasinyal tersebut akan
kehilangan attenuation (pelemahan) kekuatan sinyal (Lamsani 2010:5).
II.8 Hipotesis
Berdasarkan landasan teori yang telah penulis buat, penulis dapat
membuat hipotesis bahwa alat kejut listrik yang sudah dihubungkan dengan
remote control akan berhasil memberi efek kejut kepada korban yang dituju.
Besar arus listrik yang dihasilkan alat kejut listrik adalah sebesar 3A (tertera pada
kemasan Stun Rod). Alat kejut listrik tidak akan memberi dampak fisik selain efek
kejut atau kejang sesaat kepada sasaran, dan jarak maksimum jangkauan alat kejut
listrik adalah 10 meter.
17
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
III.1. Jenis dan Desain Penelitian
Grafik 3.1. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Eksperimen merupakan
metode penelitian untuk mencari perlakuan tertentu terhadap yang lain
dalam kondisi terkendalikan (Sugiono, 2006:80).
Stun Rod pada umumnya digunakan sebagai salah satu alat
pertahanan bagi penggunanya dengan cara memberi efek kejut kepada
sasaran. Pada penelitian ini, peneliti akan mengganti stun rod tersebut
dengan alat kejut listrik yang sudah dihubungkan degan remote control.
Peneliti akan menguji kemampuan alat kejut listrik yang sudah
dihubungkan dengan remote control dengan menggunakan hasil observasi
percobaan terhadap tikus wistar.
III.2. Definisi Operasional
X adalah alat kejut listrik yang sudah dihubungkan dengan remote
control. Aplikasi remote control pada alat kejut listrik memanfaatkan
prinsip kerja awal stun rod yaitu mengalirkan arus listrik ke tubuh sasaran
lewat kontak fisik antara medan listrik alat kejut listrik yang berupa
lempeng besi dengan anggota tubuh sasaran.
Y adalah Uji Ampere, percobaan terhadap tikus wistar dan
pengukuran jarak maksimum antara alat dengan remote control. Alat kejut
listrik yang sudah dihubungkan dengan remote control harus diuji
kemampuannya dalam memberi efek kejut kepada sasaran yang
merupakan manusia, namun karena percobaan kepada manusia merupakan
18
YX
hal yang tidak etis untuk dilakukan maka peneliti menggunakan tikus
wistar. Uji ampere dilakukan untuk mengetahui apakah alat kejut listrik
yang sudah dihubungkan dengan remote control dapat memberikan efek
kejut. Efek kejut listrik dipengaruhi oleh besar arus listrik, maka
diperlukan adanya uji ampere.
III.3. Teknik Pengambilan Data
Penulis akan menghubungkan rangkaian listrik stun rod dengan
remote control. Peneliti akan menguji kemampuan alat kejut dalam
memberi efek kejut kepada sasaran dengan melakukan uji coba
penggunaan alat kepada tikus wistar. Lalu peneliti akan mengukur besar
ampere yang dihasilkan oleh alat kejut listrik yang sudah dihubungkan
dengan remote control dan jarak maksimal antara alat kejut dengan remote
control.
Teknik pengambilan data yang digunakan peneliti adalah teknik
pengukuran kualitatif langsung berdasarkan
III.3.1.Pengaplikasian remote control pada alat kejut listrik
1. Stun Rod dibongkar dan dipisahkan antara rangkaian listrik dan
cangkangnya.
2. Receiver sinyal radio dihubungkan dengan saklar alat kejut listrik.
3. Kantong kain dilubangi di beberapa titik sebagai jalan keluar kabel
III.3.2.Pengukuran arus listrik yang dihasilkan oleh alat kejut listrik.
1. Rangkaian alat kejut listrik dihubungkan dengan remote control.
2. Alat kejut listrik diaktifkan dan angka yang muncul di amperemeter
dicatat.
3. Alat kejut listrik dimatikan.
4. Amperemeter dilepaskan dari rangkaian listrik.
III.3.3.Percobaan terhadap tikus Wistar
1. Satu ekor tikus Wistar diletakkan dalam satu kandang berisi tempat
makan dan minum untuk tikus.
2. Kantung kain berisi alat kejut listrik yang sudah dihubungkan ke
lempeng besi diletakkan ke dalam kandang.
3. Makanan tikus diletakkan diatas lempeng besi.
19
4. Alat kejut listrik diaktifkan sesuai waktu yang ditentukan.
5. Setelah tikus terkena efek alat kejut listrik, kondisi akhir tikus diamati
dan dicatat.
III.3.4.Pengukuran arus listrik yang dihasilkan oleh alat kejut listrik.
Variabel bebas yang penulis amati dalam percobaan ini adalah
pengaplikasian remote control terhadap alat kejut listrik.(X)
Variabel terikat yang penulis gunakan dalam percobaan ini adalah besar
arus listrik yang dihasilkan alat kejut listrik.(O)
Variabel control yang penulis gunakan adalah besar arus listrik yang
dihasilkan alat listrik sebelum dihubungkan dengan remote control. (C)
III.4. Percobaan alat kejut listrik terhadap tikus Wistar
Penulis menggunakan deskripsi hasil observasi sebagai data. Sampel akan
diambil 3 buah secara random/acak (R).
Variabel bebas yang penulis amati dalam percobaan ini adalah
pengaplikasian remote control kepada alat kejut listrik (X).
Variabel terikat yang penulis gunakan dalam percobaan ini adalah
kemampuan alat kejut listrik memberi efek kejut terhadap tikus Wistar (O).
Variabel control yang penulis gunakan pada penelitian ini adalah tikus
wistar yang diujicobakan dengan alat kejut listrik sebelum dihubungkan dengan
remote control.
R X O
R C O
Grafik 3.2. Desain dan Variabel Penelitian
Penulis juga mengambil data kuantitatif berupa hasil pengukuran jarak
maksimum anatara alat listrik dengan remote control dimana alat masih
bisa dikendalikan dengan remote control.
III.5. Teknik Analisi Data
20
Peneliti akan menguji besar arus listrik yang dihasilkan oleh alat
kejut listrik yang sudah dihubungkan dengan remote control dengan
menggunakan amperemeter.
Akan diperoleh data kuantitatif dari pengukuran besar arus listrik
yang dihasilkan oleh alat kejut listrik yang sudah dihubungkan dengan
remote control dari hasil pengukuran oleh amperemeter. Data yang
diperoleh akan digunakan sebagai bahan yang akan dibandingkan dengan
variable control.
Selain besar arus listrik, peneliti juga akan menguji kemampuan
alat kejut listrik memberi efek kejut terhadap sasaran dengan menguji coba
alat listrik kepada tikus Wistar, akan diperoleh data kualitatif berdasarkan
hasil observasi eksperimen dan data yang diperoleh akan digunakan untuk
menganalisa kemampuan alat kejut listrik memberi efek kejut kepada
sasaran.
Peneliti juga akan mengukur jarak maksimum antara alat listrik
dengan remote control dimana alat listrik masih bisa dikendalikan dengan
remot, akan diperoleh data kuantitatif dari hasil pengukuran jarak dan data
yang diperoleh akan ditabulasi untuk menganalisa radius jangkauan
remote control.
III.6. Alat dan Bahan
III.6.1.Alat yang Dipakai
1.Amperemeter
2.Voltmeter
3.Meteran
4.Solder
III.6.2.Bahan yang Dipakai
1.Stun rod
2.Remote Control (Radio)
3.Kantong kain
21
22
23
Pre-Eksperimen
(Pengukuran arus listrik stun rod, pengujian terhadap tikus Wistar menggunakan stun rod.)
Perancangan Penelitian
(Perumusan masalah, ditentukan metode penelitian dan rancangan penelitian.)
Perakitan Alat
(Penghubungan receiver sinyal radio dengan saklar stun rod.)
Eksperimen Utama/Pengambilan Data
(Pengukuran arus listrik alat listrik setelah dihubungkan dengan remote control, pengujian terhadap tikus WIstar menggunakan alat yang sudah dihubungkan dengan
remote control, pengukuran jarak maksimum jangkauan sinyal remote control.
Pembahasan Data
(Pembuatan pembahasan dan kesimpulan)
Start
End
BAB IVPEMBAHASAN
IV.1. Percobaan Terhadap Tikus Wistar
Tikus Wistar memiliki kemiripan kondisi biologis dengan manusia, karena
pada dasarnya Tikus Wistar juga merupakan mamalia, seperti layaknya manusia.
Percobaan terhadap manusia merupakan hal yang tidak etis dan tidak mungkin
penulis lakukan, sehingga penulis menggunakan tikus Wistar sebagai objek
eksperimen penulis. Percobaan terhadap tikus wistar dilakukan untuk mengetahui
apakah alat listrik yang telah dirancang oleh penulis mampu memberi efek kejut
terhadap sasaran atau tidak. Dalam percobaan ini penulis menggunakan 3 ekor
tikus wistar sebagai specimen yang diteliti. Penulis membandingkan efek kejut
yang dihasilkan oleh alat listrik sebelum dihubungkan dengan remote control dan
sesudah dihubungkan dengan remote control. Sesuai hasil percobaan terhadap
tikus wistar yang dilakukan kepada 3 ekor tikus wistar, penulis dapat membuat
tabel-tabel berikut
Tabel IV.1. Percobaan Penggunaan Stun Rod
Kepada Tikus Wistar
Tikus Efek Kejut
1 Terlihat
2 Terlihat
3 Terlihat
Tabel IV.2. Percobaan Penggunaan Alat listrik
Sesudah Dihubungkan dengan Remote Control.
Tikus Efek Kejut
1 Terlihat
2 Terlihat
3 Terlihat
24
Gambar IV.1. Tikus Wistar Sebelum Percobaan
Gambar IV.2. Tikus Wistar Setelah Percobaan
IV.1.1. Percobaan Terhadap Tikus Wistar (Stun Rod)
Percobaan terhadap tikus wistar yang penulis lakukan sebagai eksperimen
awal menggunakan stun rod. Tikus pertama dalam percobaan ini diberikan kontak
fisik dengan alat listrik selama 1 detik, dampak arus listrik yang dialirkan ke
tubuh tikus wistar dapat terlihat dalam bentuk kejang yang dialami oleh tikus
selama melakukan kontak fisik dengan stun rod. Setelah kontak fisik selesai
dilakukan, tikus wistar masih bertahan hidup dan masih bisa bergerak. Tikus
kedua dalam percobaan ini diberikan durasi kontak fisik dengan alat listrik selama
1 detik, efek kejut yang dialami oleh tikus wistar juga berlangsung selama 1 detik
dalam bentuk kejang. Setelah kontak fisik selesai dilakukan, tikus wistar masih
bertahan hidup dan masih bisa bergerak walaupun gerakan yang dilakukan lebih
sedikit dari tikus pertama. Tikus ketiga dalam percobaan ini diberikan durasi
25
kontak fisik dengan alat listrik selama 1 detik, efek kejut yang dialami tikus wistar
berlangsung selama 1 detik dalam bentuk kejang. Setelah kontak fisik selesai
dilakukan, walaupun tikus wistar masih bertahan hidup, tikus wistar masih bisa
bergerak.
IV.1.2. Percobaan terhadap Tikus Wistar (Alat Listrik Sesudah
Dihubungkan dengan Remote Control.)
Percobaan terhadap tikus wistar dengan menggunakan alat listrik setelah
dihubungkan kepada remote control dilakukan sebagai variable terikat dalam
percobaan penulis. Penulis menggunakan tiga ekor tikus yang sama dengan
percobaan dengan stun rod. Tiga tikus ini diberikan perlakuan yang sama dengan
percobaaan yang pertama, hal yang membedakan hanya alat listrik yang
digunakan sudah dihubungkan dengan remote control. Tikus pertama dalam
percobaan kedua ini diberikan durasi kontak fisik dengan arus listrik selama 1
detik, efek kejut dapat terlihat selama durasi kontak fisik dalam bentuk kejang.
Setelah durasi kontak fisik selesai, tikus terlihat masih bisa bergerak dan masih
bertahan hidup. Tikus kedua diberikan durasi kontak fisik dengan alat listrik
selama 1 detik dan menunjukan gejala yang sama dengan tikus kedua di
percobaan pertama. Tikus ketiga diberikan durasi kontak fisik dengan alat listrik
selama 1 detik, juga menunjukkan gejala yang sama dengan tikus ketiga di
percobaan pertama.
IV.2. Pengukuran arus listrik yang dihasilkan alat listrik
Untuk mengukur besar arus listrik yang dihasilkan oleh alat kejut listrik,
penulis menggunakan amperemeter. Penulis membandingkan arus listrik yang
dihasilkan oleh stun rod dan sesudah dihubungkan dengan remote control, hasil
percobaan dapat dilihat dalam table berikut ;
Tabel IV.3. Pengukuran arus listrik
Keterangan Alat Hasil Pengukuran dengan Amperemeter
Stun rod 3 Ampere
Alat listrik setelah dihubungkan 3 Ampere
26
dengan remote control.
Sesuai data hasil pengukuran arus listrik yang dihasilkan oleh alat kejut
listrik, tidak ada perubahan besar arus listrik yang dihasilkan oleh alat kejut listrik
setelah dihubungkan kepada remote control, maka efek kejut yang dihasilkan oleh
alat listrik sesudah dihubungkan ke remote control akan tetap sama seperti efek
kejut yang dihasilkan oleh stun rod, sesuai juga dengan hasil percobaan terhadap
tikus wistar yang telah penulis lakukan. Arus listrik sebesar 3 Ampere (DC) akan
menimbulkan efek shock, atau efek kejut akibat arus listrik.
IV.3. Pengukuran jarak maksimum antara alat listrik dengan remote
control
Tabel IV.4. Pengukuran Jarak Maksimum antara Alat Listrik dengan Remote Control
Jarak Keterangan
1 meter Alat masih bisa berfungsi.
2 meter Alat masih bisa berfungsi.
3 meter Alat masih bisa berfungsi.
4 meter Alat sudah tidak bisa berfungsi.
Untuk mengukur jarak maksimum antara alat listrik dengan remote
control, penulis mengukur jarak terjauh dengan mengukur jarak antara posisi
terjauh jangkauan sinyal remote control dengan posisi alat listrik. Penulis
mendapatkan jarak maksimum anatara alat listrik dengan remote control adalah
sejauh 4 meter. Jangkauan alat ditentukan oleh jangkauan sinyal remote dan
kekuatan receiver yang diimplementasikan pada alat, keterbatasan jangkauan
sinyal remote control yang penulis gunakan disebabkan oleh terbatasnya
kemampuan receiver untuk menerima sinyal yang diberikan remote control.
Remote Control yang penulis gunakan menyampaikan sinyal dalam bentuk
gelombang radio dengan frekuensi gelombang 27 MHz yang tergolong dalam
gelombang High Frequency. Penulis memilih gelombang radio karena
jangkauannya cukup jauh (maksimal 30 meter) dan kemampuannya menembus
27
tembok dan rintangan lain. Jarak maksimal sebesar 4 meter dari remote control
yang penulis gunakan diakibatkan dari lemahnya kekuatan sinyal yang
ditransmisikan remote control.
BAB VPENUTUP
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis, penulis dapat
menyimpulkan bahwa efek kejut yang dihasilkan oleh alat kejut listrik
menimbulkan dampak fisik berupa kejang namun tidak menimbulkan luka fisik.
Besar arus listrik yang dihasilkan oleh alat listrik adalah 3 A, sama seperti stun
rod. Radius pengendalian alat listrik dengan remote adalah 4 meter.
V.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian penulis, penulis dapat memberikan saran bagi
peneliti selanjutnya:
1. Peneliti selanjutnya menggunakan jenis remote control yang
berbeda agar radius pengendalian alat menjadi lebih jauh.
2. Peneliti selanjutnya menggunakan spesimen selain tikus wistar.
3. Peneliti selanjutnya menggunakan tikus wistar yang berbeda di
setiap percobaan, atau memberikan selang waktu antar percobaan sehingga
data yang didapatkan bisa lebih valid.
4. Peneliti selanjutnya memikirkan cara agar alat kejut listrik bisa
bersentuhan dengan sasaran.
5. Penelitian ini awalnya diharapkan dapat membuat alat yang bisa
dihubungkan dengan tas hobo, peneliti selanjutnya dapat melanjutkan
penelitian ini sampai ke tahap penghubungan dengan tas hobo.
28
DAFTAR PUSTAKA
Alsa, Asmadi.2004.Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ary, D., Jacob, L.C. and Razavieh, A.1985. Introduction to Research in Education Third Edition. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Roddy, Dennis dan John Coolen. 1984. Komunikasi Elektronik, Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Saydam Gouzaly, 1978. Sistim Proteksi dalam Microwave, dalam Gema Telekomunikasi No.119 April 1978. Bandung: Humas Kantor Pusat Perum Telekomunikasi.
Smith GT, Beuuwkes R, Tomkiewicz ZM, Abe T, Lown B.2007.Pathological Changes in skin and skeletal muscle following alternating current and capacitor discharge.New York:American Journal of Pathology.
Stallings William.2007. Komunikasi & Jaringan Nirkabel. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Theraja B.L. and Theraja A. K. 1998. A Textbook of Electrical Technology. New Delhi: S. Chaud and Company Ltd.
Zidni, Syafria, Gatot Suharto. 2010. Fisika Telekomunikasi. Jakarta : Gratamapindo.
29
LAMPIRAN
30