bab 1-5 komplit
TRANSCRIPT
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
1/81
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan dibidang kesehatan mempunyai arti yang
penting dalam kehidupan Nasional, khususnya didalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan. Untuk mencapai keberhasilan tersebut
erat kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan sumber daya
manusia sebagai modal dasar pembangunan nasional.
Pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu upaya yang
besar, sehingga tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja tanpa
adanya keterlibatan masyarakat (Handayani, 2010). Menurut Depkes
RI Salah satu bentuk upaya pemberdayaan masyarakat dibidang
kesehatan adalah menumbuhkembangkan Posyandu.
Program pelayanan kesehatan primer untuk upaya promotif
dan preventif diawali dengan terbitnya Deklarasi Alma Ata (1978).
Sebagai terjemahan dari Deklarasi Alma Ata, maka dilakukan upaya
konkrit di Indonesia, yakni mengembangkan program Posyandu
dengan prinsip partisipasi masyarakat, yaitu dari, oleh dan untuk
masyarakat. Selama lima tahun, usaha ini telah mencakup 50% desa
diseluruh Indonesia, disamping usaha lain seperti : pos penimbangan,
pos KB desa, pos kesehatan dan pos vaksinasi. Pos-pos ini
mempunyai kelompok sasaran yang sama, yaitu ibu hamil, anak balita
dan bayi, sehingga diputuskan untuk mengintegrasikannya.
Kegiatannya dilakukan secara simultan pada tempat dan waktu yang
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
2/81
2
sama. Keterpaduan dari pada pos pelayanan ini dikenal sebagai
Posyandu (Depkes RI, 2008).
Pos pelayanan terpadu ini merupakan wadah titik temu antara
pelayanan profesional dari petugas kesehatan dan peran serta
masyarakat dalam menanggulangi masalah kesehatan masyarakat,
terutama dalam upaya penurunan angka kematian bayi dan angka
kelahiran (Handayani, 2010). Posyandu merupakan wadah untuk
mendapatkan pelayanan dasar terutama dalam bidang kesehatan dan
keluarga berencana yang dikelola oleh masyarakat,
penyelenggaraanya dilaksanakan oleh kader yang telah dilatih
dibidang kesehatan dan KB, dimana anggotanya berasal dari PKK,
tokoh masyarakat dan pemudi. (Handayani, 2010).
Kegiatan di Posyandu merupakan kegiatan nyata yang
melibatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan
dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat, yang
dilaksanakan oleh kader-kader kesehatan yang telah mendapatkan
pendidikan dan pelatihan dari Puskesmas mengenai pelayanan
kesehatan dasar (Wijono, 2005).
Pelayanan petugas kesehatan memegang peranan penting
terhadap kunjungan ibu ke posyandu. Dengan pelayanan yang
menyenangkan, ramah, dan memberikan informasi serta penyuluhan
yang jelas dan mudah dimengerti dari petugas kesehatan, sehingga
orang tua sadar untuk datang ke posyandu (Mardiati, 2001).
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
3/81
3
Upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia dengan
mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan
secara merata, apabila sistem pelayanan kesehatan yang berbasis
masyarakat seperti Posyandu dapat dilakukan secara efektif dan
efisien dan dapat menjangkau semua sasaran yang membutuhkan
layanan tumbuh kembang anak, ibu hamil, ibu menyusui dan ibu nifas.
Sebagai salah satu sasaran terpenting balita dapat menjadi indikator
untuk mengetahui tingkat pemanfaatan posyandu oleh masyarakat.
Mengingat proporsi jumlah balita cukup besar maka hal ini
menjadi salah satu perhatian utama pemerintah dengan memantau
kegiatan posyandu balita dengan menganalisis hal-hal yang
berhubungan dengan rendahnya kunjungan balita ke Posyandu untuk
memantau pertumbuhan dan perkembangan balita sehingga dapat
mendeteksi dini jika ada kelainan atau penyakit yang diderita balita
(Depkes RI, 1999).
Tingkat pengetahuan ibu merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi orang tua untuk melakukan kunjungan balita ke
posyandu, karena tingkat pengetahuan seseorang dapat dijadikan
tolok ukur dinamika berpikir dari seseorang, ibu yang memiliki
pengetahuan yang baik dengan sendirinya akan mempengaruhi ibu
untuk memanfaatkan posyandu (BKKBN, 2002)
Sebuah penelitian oleh Tuti Pradianto tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi ketidakhadiran ibu balita Dalam Penggunaan
Posyandu di Kecamatan Bogor Barat, Tahun 1989 membuktikan
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
4/81
4
bahwa persepsi ibu tentang perilaku kader merupakan faktor yang
memudahkan ibu dalam menimbang anaknya ke Posyandu.
Pembuktian yang sama juga dilakukan Ridwan M. Thaha dalam
penelitiannya tentang Hubungan Pengetahuan, Sikap dengan Praktek
Penggunaan Posyandu Oleh ibu balita di Kota madya ujung Pandang
Tahun 1990, Didapati hasil bahwa perilaku petugas kesehatan
mampu menerangkan variasi perubahan pada praktek serta mampu
mempengaruhi kemungkinan peningkatan pada praktek serta mampu
mempengaruhi kemungkinan peningkatan pada praktek
menimbangan anak ke posyandu. Persepsi ibu terhadap kelengkapan
posyandu dengan perilaku menimbangkan anak keposyandu
mempunyai hubungan yang bermakna ( Hutagulung. S 1992) .
Kunjungan ke posyandu balita juga tidak terlepas dari adanya
dukungan suami, hal ini terutama jika akses pelayanan posyandu sulit
terjangkau, suami yang tidak memberikan dukungan seperti
mengantarkan istri dan anaknya untuk mengikuti kegiatan posyandu
menjadi salah satu penyebab rendahnya kunjungan ke posyandu
balita (Gmikro, 2006).
Faktor umur balita merupakan suatu hal yang sangat
berpengaruh pada kunjungan balita ke posyandu (Djamain, 2002).
Banyak ibu-ibu yang tidak lagi membawa balitanya ke posyandu
setelah vaksinasi dan imunisasinya lengkap. Ibu merasa tidak perlu
datang lagi ke posyandu apalagi hanya untuk menimbang anaknya.
Bila anak-anak balita tidak datang lagi ke posyandu ketika berusia 2
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
5/81
5
tahun sampai 3 tahun, maka posyandu tidak lagi mempunyai data
akurat tentang status gizi balita di wilayahnya (Gmikro, 2006).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Propinsi tahun 2009,
di Kalimantan Timur terdapat sebanyak 360.289 balita, dimana yang
melakukan kunjungan ke posyandu adalah sebanyak 313.451 (87%)
balita. Sedangkan untuk Kabupaten Kutai Kartanegara dengan
jumlah balita mencapai 66.130 balita, terdapat 46.257 (82,78%) yang
melakukan kunjungan ke posyandu.(Dinkes, 2009).
Berdasarkan hasil observasi langsung yang telah di amati
tentang pemanfaatan posyandu oleh ibu balita di desa loa ulung
selama ini dari Pengetahuan yang di miliki oleh ibu balita bahwa
sebagian besar mereka belum mengetahui manfaat secara
menyeluruh tentang fungsi dari posyandu itu selama ini mereka hanya
melakukan imunisasi saja dan setelah anak mereka berumur 1 tahun
lebih maka kegiatan kunjungan ke posyandu berangsur-angsur
mengalami penurunan dan tidak rutin lagi, hal ini di tunjang dari
kapasitas pelayanan yang diberikan kader selama ini kurang
maksimal, berdasarkan hasil pengamatan kinerja kader selama ini
hanya sebatas pada penimbangan saja kenerja mereka yang kurang
bukan tanpa alasan salah satu penyebabnya adalah kurangnya
insentif yang mereka dapatkan untuk menjalani profesi sebagai kader
posyandu, selain itu dukungan yang kurang dari aparat dan kader
desa setempat juga masih dirasa sangat kurang untuk kegiatan
posyandu.
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
6/81
6
Dari data yang diperoleh untuk Kecamatan Tenggarong
Seberang sendiri dengan jumlah balita sebanyak 3.134 balita dengan
jumlah Puskesmas pembantu sebanyak 15 buah yang berada di
kecamatan tenggarong seberang. Jumlah kunjungan posyandu
paling rendah di puskesmas pembantu loa bukit untuk jumlah
kunjungan yang terdapat di puskesmas pembantu loa bukit hanya
mencapai 1.586 (50,6%) balita kunjungan ini paling rendah
dibandingan dengan kecamatan lainnya yang berada di kabupaten
kutai kartanegara.
Adapun kunjungan balita ke posyandu untuk Desa loa Ulung
dengan jumlah balita sebanyak 204 balita yaitu sebanyak 62 balita
(30.4%) sementara itu target kunjungan yang diharapkan oleh Dinas
Kesehatan dan juga Puskesmas yaitu 90% (PKM Teluk Dalam, 2009).
Berdasarkan penjabaran latar belakang diatas, maka
penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan bagaimana perilaku ibu
balita dalam Pengetahuan, Dukungan sosial dan Pelayanan kader
dalam Pemanfaatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Pembantu
Loa Bukit Desa Loa ulung Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2011.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka dapat
dirumuskan masalah yang akan dikemukan oleh penulis yaitu :
Bagaimana pengetahuan, dukungan sosial dan pelayanan kader
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
7/81
7
posyandu dalam hal pemanfaatan posyandu ibu balita didesa loa
ulung kecamatan tenggarong seberang tahun 2011?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan informasi tentang pemanfaatan
posyandu oleh ibu balita di puskesmas pembantu loa bukit desa
loa ulung kecamatan tenggarong seberang serta memperoleh
gambaran secara langsung tentang persepsi ibu balita terhadap
pemanfaatan posyandu itu sendiri.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menggali informasi tentang Pengetahuan Ibu balita
dalam pemanfaatan Posyandu oleh ibu balita di Puskesmas
Pembantu loa bukit Desa loa ulung Kecamatan Tenggarong
Seberang.
b. Untuk menggali informasi tentang dukungan sosial Ibu balita
dalam pemanfaatan Posyandu oleh ibu balita di Puskesmas
pembantu loa bukit Desa loa ulung Kecamatan Tenggarong
Seberang.
c. Untuk menggali informasi tentang pelayanan kader posyandu
dalam pemanfaatan Posyandu oleh ibu balita di Puskesmas
pembantu loa bukit Desa loa ulung Kecamatan Tenggarong
Seberang.
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
8/81
8
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Peneliti
Merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam meneliti
serta menggunakan cara berpikir obyektif, kritis dan analitis tentang
pemanfaatan posyandu di masyarakat.
2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman
Penelitian ini dapat menjadi refrensi untuk melengkapi
kepustakaan yang telah ada selain itu juga bermanfaat bagi rekan
mahasiswa yang ingin mempelajari dan yang berminat untuk
melakukan penelitian serupa.
3. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi mengenai pentingnya keberadaan
posyandu di tengah lingkungan masyarakat, sehingga
meningkatkan kesadaran ibu-ibu tentang pemanfaatan posyandu
secara optimal.
.
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
9/81
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Posyandu
1. Pengertian
Pengertian Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih
teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dari Keluarga
Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk
masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis
dari petugas kesehatan dan keluarga. berencana yang
mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya
manusia sejak dini (Eacang, 2009).
Pengertian posyandu adalah sistem pelayanan yang
dipadukan antara satu program dengan program lainnya yang
merupakan forum komunikasi pelayanan terpadu dan dinamis
seperti halnya program KB dengan kesehatan atau berbagai
program lainnya yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat
(BKKBN, 1989).
Pos Pelayanan Keluarga Berencana - Kesehatan Terpadu
(Posyandu) adalah kegiatan kesehatan dasar yang
diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu
oleh petugas kesehatan. Jadi, Posyandu merupakan kegiatan
swadaya dari masyarakat di bidang kesehatan dengan
penanggung jawab kepala desa. A.A. Gde Muninjaya (2002)
mengatakan : Pelayanan kesehatan terpadu (yandu) adalah
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
10/81
10
suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan di suatu wilayah kerja Puskesmas. Tempat
pelaksanaan pelayanan program terpadu di balai dusun, balai
kelurahan, RW, dan sebagainya disebut dengan Pos pelayanan
terpadu (Posyandu). Konsep Posyandu berkaitan erat dengan
keterpaduan. Keterpaduan yang dimaksud meliputi keterpaduan
dalam aspek sasaran, aspek lokasi kegiatan, aspek petugas
penyelenggara, aspek dana dan lain sebagainya. (Depkes RI,
1990).
Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu ,
hal ini bertujuan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan
bagi masyarakat karena di posyandu tersebut masyarakat dapat
memperolah pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang
sama (Depkes RI, 1990).
Posyandu dipandang sangat bermanfaat bagi masyarakat
namun keberadaannya di masyarakat kurang berjalan dengan
baik, oleh karena itu pemerintah mengadakan revitalisasi
posyandu. Revitalisasi posyandu merupakan upaya
pemberdayaan posyandu untuk mengurangi dampak dari krisis
ekonomi terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan
anak. Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan
pemberdayaan masyarakat dalam menunjang upaya
mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta kesehatan
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
11/81
11
ibu dan anak melalui peningkatan kemampuan kader, manajemen
dan fungsi posyandu (Depdagri, 1999).
2. Tujuan Penyelenggaraan Posyandu
Adapun tujuan dari diselenggarakannya posyandu yaitu
antara lain (Eacang, 2009) :
a. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian
Ibu (ibu Hamil, melahirkan dan nifas)
b. Membudayakan NKKBS.
c. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB Berta kegiatan
lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat
sejahtera.
d. Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga
Sejahtera, Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan
Ekonomi Keluarga Sejahtera.
3. Jenis Posyandu
Untuk meningkatkan kualitas dan kemandirian posyandu
diperlukan intervensi sebagai berikut (Eacang, 2009):
a. Posyandu pratama (warna merah)
Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang
masih belum mantap, kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan
dan kader aktifnya terbatas. Keadaan ini dinilai gawat
sehingga intervensinya adalah pelatihan kader ulang. Artinya
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
12/81
12
kader yang ada perlu ditambah dan dilakukan pelatihan dasar
lagi.
b. Posyandu madya (warna kuning)
Posyandu pada tingkat madya sudah dapat
melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan
rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi
cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi, dan Imunisasi)
masih rendah yaitu kurang dari 50%. Ini berarti, kelestarian
posyandu sudah baik tetapi masih rendah cakupannya.
Intervensi untuk posyandu madya ada 2 yaitu :
1) Pelatihan Toma dengan modul eskalasi posyandu yang
sekarang sudah dilengkapi dengan metoda simulasi.
2) Penggarapan dengan pendekatan PKMD (SMD dan
MMD) untuk menentukan masalah dan mencari
penyelesaiannya, termasuk menentukan program
tambahan yang sesuai dengan situasi dan kondisi
setempat.
c. Posyandu purnama (warna hijau)
Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang
frekuensinya lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader
tugas 5 orang atau lebih, dan cakupan 5 program utamanya
(KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih dari 50%. Sudah ada
program tambahan, bahkan mungkin sudah ada Dana Sehat
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
13/81
13
yang masih sederhana. Intervensi pada posyandu di tingkat ini
adalah :
1) Penggarapan dengan pendekatan PKMD untuk
mengarahkan masyarakat menetukan sendiri
pengembangan program di posyandu
2) Pelatihan Dana Sehat, agar di desa tersebut dapat
tumbuh Dana Sehat yang kuat dengan cakupan anggota
minimal 50% KK atau lebih.
d. Posyandu mandiri (warna biru)
Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan
secara teratur, cakupan 5 program utama sudah bagus, ada
program tambahan dan Dana Sehat telah menjangkau lebih
dari 50% KK. Intervensinya adalah pembinaan Dana Sehat,
yaitu diarahkan agar Dana Sehat tersebut menggunakan
prinsip JPKM.
4. Pelaksanaan Kegiatan Posyandu
a. Posyandu mempunyai kegiatan pokok yaitu antara lain
(Eacang, 2009):
1) KIA (Kesehatan Ibu dan Anak).
2) KB (Keluarga Berencana)
3) Imunisasi
4) Gizi, dan
5) Penanggulangan Diare
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
14/81
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
15/81
15
Peserta Posyandu mendapat pelayanan meliputi :
1) Kesehatan ibu dan anak :
a) Pemberian pil tambah darah (ibu hamil)
b) Pemberian vitamin A dosis tinggi ( bulan vitamin A
pada bulan Februari dan Agustus)
c) PMT
d) lmunisasi.
e) Penimbangan balita rutin perbulan sebagai pemantau
kesehatan balita melalui pertambahan berat badan
setiap bulan. Keberhasilan program terlihat melalui
grafik pada kartu KMS setiap bulan.
2) Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom.
3) Pemberian Oralit dan pengobatan.
4) Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan
pribadi sesuai permasalahan dilaksanakan oleh kader
PKK melalui meja IV dengan materi dasar dari KMS alita
dan ibu hamil. Keberhasilan Posyandu tergambar melalui
cakupan SKDN
S : Semua baita diwilayah kerja Posyandu.
K : Semua balita yang memiliki KMS.
D : Balita yang ditimbang.
N : Balita yang naik berat badannya.
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
16/81
16
B. Tinjauan Umum Tentang Perilaku
1. Pengertian
Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas
manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak
dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku manusia (individu) pada
dasarnya merupakan fungsi interaksi antara manusia dan
lingkungan. Interaksi ini melibatkan kepribadian manusia yang
kompleks dengan lingkungan yang memiliki tatanan tertentu.
Perbedaan-perbedaan kepribadian manusia dan lingkungan yang di
hadapinya menimbulkan perilaku manusia (individu) yang berbeda-
beda (Soekidjo, 2003).
Namun secara lebih operasional perilaku dapat diartikan
sebagai suatu respaon organism (seseorang) terhadap
rangsangan(stimulasi) dari luar subyek tersebut. Respon ini
berbentuk 2 macam yakni bentuk pasif atau respon internal yang
terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat dilihat
dari orang lain misalnya berpikir, tanggapan atau sikap dan
pengetahuan dan bentuk aktif yaitu apabila, perilaku itu jelas dapat
di observasi secara langsung (Notoatmodjo, 1993).
Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus (rangsanagan dari luar).
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku
dapat dibedakan menjadi dua, yakni :
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
17/81
17
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap
stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan/kesdaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas
oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut
sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang
dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007)
mengemukakan bahwa perilaku kesehatan di pengaruhi oleh 3
faktor, yaitu :
a. Faktor predisposisi (Predisposing Factor), yang terwujud
dalam bentuk pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan
dan nilai-nilai dari seseorang.
b. Factor pendukung (Enabling Factor), yang terwujud dalam
lingkungan fisik (tersedia atau tidaknya fasilitas kesehatan)
c. Faktor pendorong (Reinforcing factor), yang terwujud dalam
sikap dari petugas kesehatan atau petugas lain yang
merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
18/81
18
Menurut WHO (1998) menyebutkan adanya empat penyebab
manusia melakukan sesuatu, yakni :
a. Pikiran dan perasaan yang di bentuk oleh pengetahuan,
keyakinan, sikap dan nilai.
b. Pengetahuan yang dating dari pengalaman-pengalaman
yang tepat, diperoleh melalui informasi yang diberikan oleh
guru, orang tua, kelompok sebaya, buku dan media massa.
c. Keyakinan yang diturunkan dari orang tua, kakak atau dari
orang yang dihormati, manusia menerima keyakinan tanpa
membuktikan hal tersebut benar atau salah.
d. Sikap yang merefleksikan kesukaan dan ketidaksukaan serta
dapat dating dari pengalaman, kadang-kadang situasi
dengan sikapnya, walaupun dalam hal ini sikapnya juga tidak
berubah.
Jadi, perilaku adalah suatu pengorganisasian proses-proses
psikologis oleh seseorang yang memberikan predisposisi untuk
melakukan respon menurut cara tertentu terhadap suatu obyek.
C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek
tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni
indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
19/81
19
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Soekidjo, 2003).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior).
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa prilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan daripada prilaku
yang tidak didasari pengetahuan. Penelitian Rogers (1974)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi prilaku baru,
didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, mulai
dari awareness (kesadaran), interest (perhatian), evaluation
(penilaian), trial (mencoba), dan adopsi. Namun demikian
penelitian lebih lanjut menyimpulkan bahwa perubahan prilaku
tidak selalu melewati tahap-tahap itu karena dengan didasari oleh
pengetahuan, kesadaran, dan sikap positif maka prilaku akan
lebih bisa bertahan (Soekidjo, 2003).
2. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan yaitu antara lain (Soekidjo, 2003):
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan
tingkat ini adalah mengingat kembali (recal) sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
20/81
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
21/81
21
cyclel) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus
yang diberikan.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi
masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kat akerja, seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau
rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi iniberkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi
atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
22/81
22
kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan
antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan
gizi, dapat menanggapi terjadinya diare disuatu tempat, dapat
menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan
sebagainya.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalam
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas.
D. Tinjauan Umum Tentang Dukungan Sosial
Pada masa sekarang seorang wanita berkarier sudah
merupakan suatu hal yang biasa. Sesuai dengan tuntutan jaman,
wanita berkarier tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi, tetapi juga untuk aktualisasi diri. Seorang wanita ingin lebih
maju, sehingga ruang geraknya tidak lagi terbatas pada urusan rumah
tangga, tetapi mulai masuk ke wilayah yang lebih luas.
Dalam hal ini, dukungan suami merupakan faktor yang penting
bagi wanita dalam berkarier. Kurangnya dukungan suami membuat
peran wanita karier tidak optimal, karena terlalu banyak yang masih
harus dikerjakan sementara dirinya juga merasa lelah sesudah
bekerja.
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
23/81
23
Berkenaan dengan dukungan sosial suami tersebut dapat
dijelaskan berdasarkan teori dukungan sosial dari Gottlieb (1983)
bahwa dukungan sosial adalah informasi verbal dan non verbal,
saran, bantuan yang nyata yang diberikan oleh orang-orang yang
akrab dengan subyek atau berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat
memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah
laku penerimanya. Dukungan sosial tersebut dapat berasal dari
keluarga, teman, dan atasan.
Mengacu pada pendapat Kuntjoro (2002) bentuk-bentuk
dukungan suami yang dapat diberikan pada istri adalah adanya
kedekatan emosional, suami mengijinkan istri terlibat dalam suatu
kelompok yang memungkinkannya untuk berbagi minat, perhatian,
suami mengahargai atas kemampuan dan keahlian istri, suami dapat
diandalkan ketika istri membutuhkan bantuan, dan suami merupakan
tempat bergantung untuk menyelesaikan masalah istri.
Dengan adanya dukungan suami, tugas yang tadinya terasa
berat menjadi lebih ringan dan membahagiakan. Sebaliknya, jika
suami istri dalam sebuah perkawinan tidak mampu menjalin
kerjasama, maka hal itu akan menyebabkan kesulitan dalam
mengatasi permasalahan hidup yang lebih kompleks di kemudian hari.
Sarason (1983) dalam Kuntjoro mengatakan bahwa dukungan
sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang
yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Sarason
berpendapat bahwa dukungan sosial itu selalu mencakup dua hal yaitu
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
24/81
24
a. Jumlah sumber dukungan sosial yang tersedia, merupakan
persepsi individu terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan
saat individu membutuhkan bantuan (pendekatan berdasarkan
kuantitas)
b. Tingkatan kepuasan akan dukungan sosial yang diterima, berkaitan
dengan persepsi individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi
(pendekatan berdasarkan kualitas).
Hal di atas penting dipahami oleh individu yang ingin
memberikan dukungan sosial karena menyangkut persepsi tentang
keberadaan (availability) dan ketepatan (adequancy) dukungan sosial
bagi seseorang. Dukungan sosial bukan sekedar pemberian bantuan,
tetapi yang penting adalah bagaimana persepsi si penerima terhadap
makna dari bantuan tersebut. Hal itu erat hubungannya dengan
ketepatan dukungan sosial yang diberikan dalam arti bahwa orang
yang menerima sangat merasakan manfaat bantuan bagi dirinya
karena sesuatu yang aktual dan memberikan kepuasan.
Sarafino (1998:97) mengatakan bahwa dukungan sosial
adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang
diperoleh individu dari orang lain, dimana orang lain disini dapat
diartikan sebagai individu perorangan atau kelompok. Hal tersebut
menunjukkan bahwa segala sesuatu yang ada di lingkungan menjadi
dukungan sosial atau tidak, tergantung pada sejauh mana individu
merasakan hal tersebut sebagai dukungan sosial. Dukungan sosial
didefinisikan oleh House dalam Smet (1994:136) sebagai transaksi
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
25/81
25
interpersonal yang melibatkan satu atau lebih aspekaspek yang terdiri
dari informasi, perhatian emosional, penilaian dan bantuan
instrumental. Tersedianya dukungan sosial akan membuat individu
merasa dicintai, diperhatikan, dihargai dan menjadi bagian kelompok.
Menurut Effendi dan Tjahjono (1999:218) dukungan sosial
kepada individu lain dan bantuan itu diperoleh dari orang yang berarti
bagi individu yang bersangkutan. Dukungan sosial berperan penting
dalam memelihara keadaan psikologis individu yang mengalami
tekanan sehingga menimbulkan pengaruh positif yang dapat
mengurangi gangguan psikologis. Selain itu dukungan sosial dapat
dijadikan pelindung untuk melawan perubahan peristiwa kehidupan
yang berpotensi penuh dengan stres, sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan psikologis karena adanya perhatian dan pengertian
akan menimbulkan perasaan memiliki, meningkatkan harga diri dan
kejelasan identitas diri serta memiliki perasaan positif mengenai diri
sendiri.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial
merupakan hubungan interpersonal yang di dalamnya berisi
pemberian bantuan yang melibatkan aspek-aspek yang terdiri dari
informasi, perhatian emosi, penilaian dan bantuan instrumental yang
diperoleh individu melalui interaksi dengan lingkungan, dimana hal itu
memiliki manfaat emosional atau efek perilaku bagi penerima,
sehingga dapat membantu individu dalam mengatasi masalahnya.
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
26/81
26
E. Tinjauan Umum Kader Kesehatan
1. Pengertian Kader
Pelayanan petugas kesehatan memegang peranan penting
terhadap kunjungan ibu ke posyandu. Dengan pelayanan yang
menyenangkan, ramah, dan memberikan informasi serta
penyuluhan yang jelas dan mudah dimengerti dari petugas
kesehatan, sehingga orang tua sadar untuk datang ke posyandu
(Mardiati, 2001).
Kader kesehatan adalah tenaga kesehatan yang terdidik dan
terlatih dalam bidang tertentu yang tumb uh di tengah-tengah
masyarakat dan merasa berkewajiban untuk melaksanakan
meningkatan dan membina kesejahtraan dengan rasa ikhlas tanpa
pamrih dan didasarkan panggilan jiwa untuk melaksanakan tugas-
tugas kemanusiaan (Depkes, RI 2000)
Menurut kramastuti (2004), kader dipilih secara teori oleh,
dan untuk masyarakat. Tetapi kadang-kadang kenyataannya dipilih
oleh pamong atau aparat desa, adapun kreteria untuk menjadi
kader yaitu :
a. Bisa membaca, menulis
b. Wanita atau pria
c. Berdomisili tetap dikelurahan setempat
d. Mau dan mampu bekerja secara sukarela untuk
kepentingan untuk masyarakat
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
27/81
27
e. Mempunyai cukup waktu untuk bekerja bagi masyarakat
disamping usahanya mencari nafkah
2. Tugas kader kesehatan
Menurut Depkes RI (2000) tugas kader kesehatan meliputi :
a. Tugas kader dalam posyandu
Kegiatan yang dapat dilakukan kader dalam pelayanan
posyandu meliputi 5 meja diantaranya.
1) Meja 1 mendaftar bayi atau balita dengan menuliskan
nama balita pada KMS dalam secarik kertas yang
diselipkan pada KMS, mendaftarkan ibu hamil yang
menuliskan nama ibu hamil pada formulir atau lembar
registrasi ibu hamil dan wanita usia subur (WUS)
2) Meja 2 penimbangan bayi atau balita, mencatat hasil
penimbangan pada secarik kertas yang dipindahkan
ke KMS, penimbangan ibu hamil
3) Meja 3 pengisian KMS dan memindahkan catatan
hasil penimbagan balita dari secarik kertas di dalam
KMS anak tersebut
4) Meja 4 terdiri dari beberapa kegiatan yaitu :
a) Menjelaskan data KMS atau keadaan anak yang
digambarkan berdasarkan data kenaikan berat
badan yang digambarkan dalam grafik KMS
kepada ibu dari anak yang bersangkutan.
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
28/81
28
b) Memberikan penyuluhan kepada ibu dengan
mengacu pada data KMS anaknya atau dari hasil
pengamatan yang di alami sasaran
c) Memberikan rujukan kepada balita apabila
diperlukan untuk balita, ibu hamil dan menyusui
dengan langkah yaitu dimana balita yang apabila
berat badan dibawah garis merah (BGM) pada
KMS dua kali berturut-turut berat badannya tidak
naik , kelihatan sakit, lesu dan kurus, busung lapar
ibu hamil dan menyusui apabila keadaannya
kurus, pucat adanya bengkak pada kaki, pusing
perdarahan, sesak nafas, gondokan dan orang
sakit.
d) Memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar
oleh kader posyandu misalnya dalam pemberian
pil tambahan darah (pil bezi), vitamin A, dan oralit.
5) Meja 5 merupakan pelayanan sektor yang biasanya
dilakukan oleh petugas kesehatan, pusat layanan
keluarga berencana (PLKB), pusat program layanan
(PPL) pelayanan yang diberiakan yaitu pelayanan KB
berupa IUD dan suntikan pemerikasaan kesehatan
dan pengobatan, pemberian tablet zat besi (fe) serta
vitamin A.
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
29/81
29
b. Tugas kader diluar kegiatan Posyandu
Kegiatan yang dilakukan kader diluar kegiatan pelayanan
posyandu meliputi :
1) Kegitan yang menunjang pelayanan KB, KIA, Gizi,
imunisasi dan penanggulangan diare.
2) Kegiatan yang menunjang upaya kesehatan lainnya
sesuai dengan permasalahan yang ada seperti :
a) Pemberantasan Penyakit menular
b) Penyehatan rumah
c) Pembersihan sarang nyamuk
d) Pembuangan sampah
e) Penyedian sarana air bersih
f) Penyedian sarana jamban keluarga
g) Pembuatan sarana pembuangan air limbah
h) Pemberian pertolongan pada penyakit
i) Pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan
j) Dana sehat
k) Kegiatan pembangunan lainnya yang berkaitan
dengan kesehatan.
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
30/81
30
3. Peran kader Posyandu
Menurut Dekpes RI (1998), peranan kader diluar jadwal kegiatan
pelayanan posyandu :
a. Merencanakan kegiatan
Dalam merencanakan kegiatan yang dapat dilakukan kader
adalah :
1) Menyiapkan dan melaksanakan survey mawas diri bersama
petugas kesehatan misalnya merencanakan bebrapa balita
yang harus didatangi dirumahnya
2) Membahas hasil survey mawas diri bersama petugas
puskesmas
3) Menyajikan hasil survey mawas diri dalam musyawarah
masyarakat desa (MMD)
4) Menentukan masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat
pada musyawarah masyarakat desa (MMD)
5) Menentukan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan
bersama masyarakat
6) Bersama masyarakat membahas pembagian tugas
(Pengorganisasian) dan membuat jadwal kerja dan sumber
dananya
b. Melakukan komunikasi, informasi, dan motivasi (KIM)
KIM adalah suatu rangkaian kegiatan yang terdiri dari 3 fase
dimana fase pertama adalah memperkenalkan diri, membuat
hubungan dan memperkenalkan masalah, lalu disusul dengan
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
31/81
31
penjelasan fase akhir, mendorong membina masyarakat
sehingga masyarakat mau melaksanakan cara hidup sehat.
Cara melakukan KIM adalah :
1) Tatap muka
a) Perorangan pada pengunjungan kerumah warga
b) Pada kelompok pengajian, kelompok arisan atau pada
pertemuan lainnya.
c) Cara yang digunakan dalam tatap muka adalah tanya
jawab, diskusi, ceramah dan demontrasi
2) Alat dan media
Alat yang digunakan dalam KIM adalah pengeras suara,
selebaran, poster, dengan memasang poster pada tempat
yang mudah dan banyak dikunjungi masyarakat, berarti isi
pesan telah meluas.
c. Menggerakan masyarakat
Menggerakan masyarakat adalah usaha yang dilakukan
agar masyarakat mau berperan serta nyata dengan
memberikan tenaga, dana dan sarana yang ada guna
keberasilan kegiatan.
Hal-hal yang dapat dilakukan oleh kader dalam
penggerakan masyarakat adalah :
1) Membicarakan bersama masyarakat mengenai masalah
yang ada
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
32/81
32
2) Memberiakn informasi dan mengadakan kesepakatan
mengenai kegiatan apa yang dilakukan untuk
menanggulangi masalah.
3) Mendorong masyarakat untuk megumpulkan dana
secara gotong royong.
4) Membagi tugas kegiatan di masyarakat.
5) Menentukan jadwal kerja.
6) Menjelang kegiatan yang akan dilaksanakan,
mengingatkan kepada kembali kepada masyarakat
kembali tentang kegiatan-kegiatan yang harus mereka
lakukan sesuai kesepakatan bersama.
4. Hasil Penelitian Yang Relevan
Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh I. G Widiastuti di
Kota denpasar Bali (2006) tentang pemanfaatan pelayanan posyandu
di kota denpasar dari data kualitatif yang diperoleh tentang peran ibu
balita sebagaian besar mengatakan bahwa Peran ibu balita dalam
kegiatan posyandu dinilai kader masih rendah. Ibu balita yang tidak
mau datang ke posyandu karena tidak mengetahui manfaat
posyandu. Tujuan ibu balita berkunjung ke posyandu untuk memantau
perkembangan balitanya dan mendapatkan makanan tambahan serta
dapat berkumpul dengan ibu balita yang lain. Dari sisi lain tentang
Peran kader menjadi kader di setiap posyandu sangat bervariasi
Sebagian posyandu memiliki kader yang bermotivasi tinggi dan
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
33/81
33
sebagian lagi kurang motivasinya. Menurut petugas kesehatan tidak
semua kader menyadari perannya hanya sekitar 60 % saja yang
menyadari pekerjaan kader.
Kurangnya pelayanan petugas kesehatan dapat dilihat dari
kemunduran kegiatan posyandu, seperti penyuluhan kesehatan,
kunjungan rumah, sedangkan kegiatan yang masih berjalan hanya
terbatas pada penimbangan balita, pengisian KMS, imunisasi, serta
pemberian makanan tambahan (Gmikro, 2006).
5. Kerangka Teori Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan dengan teori
model Anderson (1974), menurut model ini keputusan untuk
menggunakan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh :
1. Komponen Predisposisi (Pendorong)
Seseorang untuk menggunakan pelayanan kesehatan.
Komponen ini disebut predisposing karena faktot-faktor pada
komponen ini menggambarkan karakteristik perorangan yang
sudah ada sebelum seseorang ini memanfaatkan pelayanan
kesehatan. Komponen ini menjadi dasar atau motivasi
seseorang untuk berperilaku dalam memanfaatkan pelayanan
kesehatan. Anderson membagi komponen predisposing ini
berdasarkan karakteristik pasien kedalam tiga bagian meliputi
ciri demografi, struktur sosial, keyakinan terhadap pelayanan
kesehatan (Health beliefs).
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
34/81
34
2. Komponen Enabling atau kemampuan seseorang untuk
menggunakan pelayanan kesehatan. Faktor biaya dan jarak
pelayanan kesehatan dengan rumah berpengaruh terhadap
perilaku penggunaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Menurut Anderson, et all 1975 dalam Greenley (1980) yang
menyatakan bahwa jarak merupakan komponen kedua yang
memungkinkan seseorang untuk memanfaatkan pelayanan
pengobatan.
3. Komponen need atau kebutuhan seseorang akan pelayanan
kesehatan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
Anderson tahun 1964 pada 2.367 keluarga tentang
penggunaan pelayanan kesehatan, ternyata faktor kebutuhan
berperan lebih besar (20%) dimana persepsi terhadap
penyakit yang diukur. Anderson dan sheatsley (1967)
menemukan (79 %) orang yang mengalami sakit tidak mencari
pengobatan dengan alasan bahwa gejala penyakit tersebut
tidak berbahaya sehingga mereka tidak membutuhkan
pelayana kesehatan (Greenley, 1980) .
Jadi kesimpulannya pendekatan dengan teori Anderson
(1974) Anderson menggambarkan ada 3 katagori utama yang
berpangaruh terhadap perilaku pencarian / pemanfaatan pelayanan
kesehatan yaitu predisposing characteristic atau karakteristik
predisposisi, enabling characteristic atau karakteristik pendukung
dan Need characteristicatau karakteristik kebutuhan. Karakteristik
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
35/81
35
predisposi dapat menggambarkan fakta bahwa setiap individu
mempunyai kecendrungan untuk menggunakan pelayanan
kesehatan yang berbeda-beda disebabkan karena adanya
perbedaan ciri-ciri individu seperti umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, pekerjaan,ras, dan keyakinan individu.
Penelitian ini menggali secara mendalam fenomena perilaku
ibu balita dalam pemanfaatan posyandu oleh ibu balita di
Puskesmas Loa bukit Desa Loa lung Kecamatan Tenggarong
Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2011. Seperti yang
telah diuraikan diatas bahwa banyak faktor yang dapat
mempengaruhi perilaku ibu dalam memanfaatkan pelayanan
posyandu, namun karena peneliti menduga ada bebarapa faktor
yang paling dominan dan juga karena keterbatasan waktu, maka
penelitian ini hanya dibatasi pada beberapa factor/variabel
penelitian saja.
Berikut kerangka Teori Anderson ( 1974)
Karakteristik Predisposisi
Jenis kelaminUmurPendidikanPekerjaanSuku / rasManfaat manfaat kesehatan
Karakteristik Pendukung :Sumber daya keluarga dan
sumber daya masyarakat
Pemanfaatan
Pelayanan
Karakteristik Kebutuhan :
Kebutuhan yang dirasakan
individu terhadap pelayanan
kesehatan
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
36/81
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini dengan menggunakan rancangan kulitatif
yakni gambaran dan memperoleh informasi dengan melakukan
wawancara mendalam (indept interview), tentang pemanfaatan
posyandu di Puskesmas loa bukit Desa loa ulung Kecamatan
Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai kartanegara.
Dari kejadian tentang definisi-defisini penelitian kualitatif, maka
dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tantang apa yang dialami oleh
subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan
lain sebagainya. (Moleong, 2006)
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di rumah informan penelitian yang
berada pada Posyandu di Desa loa ulung Kecamatan Tenggarong
seberang dan waktu penelitian dilakukan pada bulan April hingga Mei
tahun 2011.
C. Sumber Data
1. Data Primer, meliputi :
a. Informan
Dalam penelitian ini informan dibagi menjadi dua yaitu :
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
37/81
37
1. Informan Utama
Data primer didapat dari informan melalui
wawancara mendalam dengan ibu-ibu yang memiliki balita
dan masih memanfaatkan posyandu.
2. Informan Pendukung
Informan Pendukung yakni Tokoh masyarakat dan
kader posyandu yang dapat memberikan keterangan data
yang diinginkan. Dalam penelitian ini, peneliti akan
mengkaji informasi dari informan berdasarkan pada
kejenuhan atau pengulangan data.
b. Teknik Penentuan Informan
Penentuan informan dalam peneltian ini dengan cara
purposive samplingdengan pendekatan snowball sampling.
Pengambilan sampel atau dalam penelitian kualitatif, disebut
narasumber atau informan berdasarkan pertimbangan
tertentu, misalnya orang tersebut dianggap paling mengetahui
atau pada saat memasuki lapangan dipilih orang yang
memiliki power dan otoritas pada situasi atau objek yang akan
diteliti sehingga mampu membuka pintu kemana saja peneliti
akan melakukan pengumpulan data (Sugiono, 2008). Sampel
sumber data atau sebagai informan sebaiknya yang
memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Ibu yang memiliki anak bayi atau balita
2. Sering mengunjungi posyandu
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
38/81
38
3. Berdomisili tetap di Kecamatan Tenggarong Seberang
4. Bersedia untuk di wawancara
2. Data sekunder meliputi
a. Dokumen
Dokumen adalah cara memperoleh data dengan mengambil
dari hasil dokumentasi yang tersedia (arsip, laporan dan
sebagainya) saat penelitian berlangsung.
b. Kepustakaan
Pengumpulan data melalui buku-buku dan sumber bacaan
lainnya sebagai tinjauan pustaka yang memuat tentang
beberapa pendapat yang berkaitan dengan penelitian guna
mendukung penulisan maupun pembahasan skripsi ini.
D. Kerangka Konsep Penelitian
E. Definisi Konsep Penelitian
Berdasarkan konsep pemikiran dan variabel penelitian, maka
dapat dirumuskan definisi konsep atau penjelasan secara teknis
tentang pengertian setiap variabel yang akan diteliti :
Pengetahuan
Pemanfaatan
PosyanduDukungan Sosial ibu
Pelayanan kader
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
39/81
39
1. Pemanfaatan Posyandu
Pemanfaatan Posyandu adalah menggali informasi tentang hal-hal
apa saja yang mendorong ibu balita untuk datang ke posyandu
yang dipengaruhi oleh Pengetahuan, dukungan Sosial, dan
pelayanan Kader.
2. Pengetahuan
Pengetahuan Ibu balita adalah hasil penginderaan atau hasil tahu
ibu balita terhadap posyandu dan kader-kadernya melalui indera
yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan
sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian
dan persepsi terhadap objek. Pada penelitian ini, pengetahuan ibu
balita terfokus pada pengertian posyandu, tujuan posyandu, dan
kegiatan posyandu.
3. Dukungan sosial
Menggali informasi tentang dukungan sosial yang di dapatkan
oleh ibu balita sumber dukungan tersebut berasal dari orang-orang
terdekat (suami,orang tua,keluarga, tokoh masyarakat serta kader
kesehatan) dan keberpihakan serta pengaruh mereka dalam
memberikan anjuran untuk memanfaatkan layanan Posyandu.
4. Pelayanan Kader Posyandu
Menggali informasi tentang tanggapan ibu balita terhadap
pelayanan kader posyandu atau petugas kesehatan yang telah
mereka dapatkan.
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
40/81
40
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian dilapangan peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
1. Wawancara mendalam
Wawancara yang akan dilakukan yaitu dengan wawancara
mendalam (indept interview), karena dalam melakukan wawancara,
selain harus membawa instrument sebagai pedoman untuk
wawancara, maka pengumpulan data juga dapat menggunakan
alat tulis, dan tape recorder, dan material lain yang dapat
membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.
2. Pedoman wawancara
Yaitu pengambilan data yang dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara (interview guide) yang memuat pokok-pokok
yang akan ditanyakan langsung kepada informan untuk
memperoleh keterangan secara lisan antara peneliti dengan
informan.
3. Dokumentasi
Gambaran-gambaran nyata mengenai proses serta
kegiastan-kegiatan yang telah dilakukan saat penelitian
berlangsung.
G. Teknik analisis Data
Tehnik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalaha analisis data kualitatif model interaktif. Model ini sesuai
dengan pendapat Mathew B. Miles dan A. Michael Huberman (1992)
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
41/81
41
dalam sugiono (2008) yang menyebutkan bahwa analisis data
kualitatif terdiri dari 4 komponen yaitu :
1. Pengumpulan data : data pertama atau data mentah dikumpulkan
dalam suatu penelitian.
2. Penyajian data : sebagai sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Penyajian data ini dapat memantau untuk
memahami peristiwa yang terjadi dan mengarah pada analisa atau
tindakan lebih lanjut berdasarkan pemahan.
3. Reduksi penyederhanaan data : yaitu proses pemilihan,pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabtrakan, dan transformasi
data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang
tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa
hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik.
4. Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah langkah terakhir yang
meliputi pemberitahuan makna data yang telah disederhanakan
dan di sajikan kedalam pengujian data dengan cara mencatat
keteraturan, pola-pola penjelasan secara logis dan metodologis
konfigurasi yang memungkinkan diprediksi, hubungan sebab akibat
melalui hukum empiris.
Jelaslah bahwa data kualitatif merupakan analisis yang
terdiri dari pengumpulan data, reduksi data atau penyederhanaan
data, penyajian, data dan penarikan kesimpulan.
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
42/81
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Gambaran umum lokasi penelitian
Penelitian mengenai pemanfaatan posyandu oleh ibu balita
di laksanakan di rumah per rumah ibu-ibu balita tersebut, lokasi
penelitian sendiri berada di wilayah Desa Loa Ulung Kecamatan
Tenggarong Seberang sampai saat ini memiliki 2 Posyandu yang
merupakan dalam wilayah kerja dari Puskesmas Pembantu Loa
Bukit Kecamatan Tenggarong seberang Kabupaten Kutai
Kartanegara.
Berikut nama serta alamat poyandu yang berada di desa loa Ulung
Kecamatan Tenggarong seberang tersebut:
a. Flamboyan 1 Berada di RT. 9 Desa Loa Ulung Kecamatan
Tenggarong Seberang.
b. Flamboyan 2 Berada di Daerah perusahaan Desa Loa Ulung
Tenggarong seberang.
Desa Loa Ulung merupakan daerah pinggiran sungai
Mahakam terdiri dari dataran rendah dan perbukitan yang menjadi
areal operasi delapan perusahaan tambang batu bara yang
merupakan penghasilan masyarakat Desa Loa Ulung sebagai mitra
kerja perusahaan. Untuk akses jalan masih cukup baik walaupun
ada sebagian jalan yang rusak jika terjadi musim penghujan.
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
43/81
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
44/81
44
c. Pekerjaan
Karakteristik informan berdasarkan jenis pekerjaan ibu balita
diwilayah kerja Puskesmas pembantu Loa Bukit yaitu sebanyak
15 orang Ibu Rumah Tangga, 1 orang PNS.
3. Hasil Wawancara
Berdasarkan kegiatan wawancara mendalam yang telah
dilakukan pada saat penelitian di wilayah kerja puskesmas Loa
bukit Desa Loa ulung Kecamatan Tenggarong seberang Kabupaten
Kutai kartanegara pada bulan april sampai dengan mei Tahun 2011
diperoleh hasil sebagai berikut :
a) Pemanfaatan Posyandu oleh ibu-ibu balita
Pertanyaan ini diajukan untuk memperoleh informasi
mengenai apa saja tujuan dan hambatan ibu-ibu balita untuk
datang ke posyandu setiap bulannya.
1) Tujuan
Dari hasil wawancara mendalam pada lokasi wilayah kerja
Puskesmas Loa Bukit Desa Loa ulung mengenai tujuan ibu-ibu
balita setiap bulan datang ke posyandu didapatkan hasil yakni
untuk menimbang anak dan imunisasi, seperti yang
diungkapkan ibu balita yang menjadi informan dalam penelitian
ini, yaitu sebagai berikut :
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
45/81
45
Kalo keposyandu ya paling untuk vaksin kanak sama nimbang
kanak saya maha tu bu
(LW Mei 2011)
Ehmmm ya untuk menimbang anak saya terus mengetahui
berat badan kanak saya biar dapat vaksin
(untuk menimbang anak saya dan mengetahui berat badan
anak saya agar dapat vaksin)
(FD Mei 2011)
Demikian juga hasil wawancara dengan informan yang
menyebutkan tujuan ibu balita setiap bulan datang ke posyandu
untuk menimbang dan mengetahui perkembangan anak seperti
hasil wawancara berikut :
Menimbang anak untuk mengetahui berat badan nya naik atau
turun walaupun imunisasi nya sudah habis bu
(Menimbang anak untuk mengetahui berat badan nya naik atau
turun)
(YY, Mei 2011)
Nimbang Anak saya bu, biar tau naik kah turun kah
timbangannya tu
(menimbang anak saya agar tahu naik apa turun timbangan
nya)
(AS, Mei 2011)
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
46/81
46
Namun dari beberapa kutipan diatas tujuan ibu balita datang
keposyandu lebih cendrung hanya untuk mendapatkan vaksin
dan imunisai saja seperti pada kutipan berikut ini :
Untuk imunisasi anak saya maha tu bu
(untuk Imunisasi anak saya aja bu)
(LO, Mei 2011)
ya palingan untuk vaksin anak saya aja sih bu..
(NA, Mei 2011)
2) Manfaat
Dari hasil wawancara mendalam (indept interview) pada
lokasi wilayah kerja Puskesmas Loa Bukit Desa Loa ulung
mengenai manfaat Posyandu ibu-ibu balita sebagian besar
informan merasa kan manfaat dari keberadaan posyandu
seperti yang diungkapkan ibu balita yang menjadi informan
dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
Sangat menguntungkan, karena bisa menimbang anak, vaksin
anak dan dapat makanan kesehatan yang disiapkan para kader
(IR, Mei 2011)
Sangat menguntungkan soalnya saya dapat menimbang anak
saya sekalian dapat Vitamin. A nya bu
(YY, Mei 2011)
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
47/81
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
48/81
48
4) Kendala Ke Posyandu
Dari hasil wawancara mendalam (indept interview) pada
lokasi wilayah kerja Puskesmas Loa Bukit Desa Loa ulung
mengenai Kendala dan hambatan oleh ibu-ibu balita datang ke
Posyandu yakni jika cuaca hujan dan jarak rumah yang jauh
seperti yang diungkapkan ibu balita yang menjadi informan
dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
Paling hujan aja bu, tapi tetap datang bu..
(AS, Mei 2011)
Ya, palingan jika hujan aja bu, soalnya rumah saya kan jauh
dari posyandu tapi tetap datang biar hujan bu
(YY, Mei 2011)
Ya kalo hari hujan bu ya kita mau pergi ke posyandu tu lecak
beneh bu, payah jalannya jadi terpaksa saya tidak mau
nimbang anak ke posyandu tu bu..
( Ya jika hujan kita mau pergi ke posyandu itu becek benar bu,
jalanya terpaksa saya tidak mau nimbang anak ke posyandu)
(LW, Mei 2011)
b) Pengetahuan Ibu Balita Terhadap Posyandu
Pertanyaan ini untuk memperoleh informasi mengenai
Pengetahuan informan mengenai pemahaman tentang pengertian
posyandu dan program apa saja yang telah diadakan posyandu di
wilayah tempat informan tinggal.
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
49/81
49
1) Pengertian
Dari hasil wawancara mendalam (indept interview) ada
beberapa informan yang menjawab bahwa pengertian
posyandu hanya sebatas untuk mendapatkan Vaksin bagi
anak saja, seperti pernyataan informan dalam penelitian ini.
Yaitu sebagai barikut :
Ndik tahu saya tu bu.. taunya saya Vaksin maha
( Tidak tahu saya bu, taunya saya Vaksin saja )
(LO, Mei 2011)
Saya tu ndik tahu bu pengertian posyandu itu apa, yang
saya tahu buat vaksin anak saya maha..
( saya itu tidak tahu bu pengertian posyandu itu apa, yang
saya tahu buat vaksin anak saya saja )
(NA, Mei 2011)
Demikian juga hasil wawancara dengan informan yang
menyebutkan pengertian posyandu yakni pelayan saja dan Pos
pelayanan Terpadu, seperti ungkapan informan berikut :
Setau saya posyandu untuk pelayanan aja bu
(AS, Mei 2011)
Setau saya posyandu itu pos pelayanan terpadu
(IR, Mei 2011)
Ya, Setau saya posyandu itu pos pelayanan terpadu itu aja
sih bu..
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
50/81
50
(ML, Mei 2011)
2) Program Posyandu
Dari hasil wawancara mendalam (indept interview)
sebagian informan yang menjawab tidak mengetahui program
apa saja yang telah di lakukan di Posyandu tempat informan
tinggal sebagian besar hanya mengetahui jika di posyandu
hanyalah untuk menimbang, vaksin dan mendapatkan Vitamin
A saja, tanpa mengetahui ada program seperti penyuluhan
dan kegiatan lainnya, seperti yang diungkapkan ibu balita
yang menjadi informan dalam penelitian ini, yaitu sebagai
berikut :
Setau saya di Posyandu itu vaksin Maha
( Setahu saya di Posyandu itu vaksin saja )
(LO, Mei 2011)
Untuk imunisasi, penimbangan sama pemberian Vitamin
kanak-kanak maha bu..
(Untuk imunisasi, penimbangan dan pemberian vitamin
anak-anak saja bu )
(MS, Mei 2011)
Yang saya tau, untuk Imunisasi, penimbangan dan
pemberian vitamin A setiap bulan februari dan agustus
(IR, Mei 2011)
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
51/81
51
Demikian juga pada interview yang dilakukan pada
informan tentang sistem 5 meja yang dilakukan di posyandu,
sebagian besar informan tidak mengetahui dan baru
mendengar tentang sistem tersebut, seperti yang di
ungkapan ibu balita yang menjadi informan dalam penelitian
ini, sebagai berikut :
Ndik tahu jua saya sitem 5 meja itu baru dengar jua saya
bu..
( tidak tahu juga saya sistem lima meja itu baru dengar saya
bu )
(LO, Mei 2011)
Ndik tau saya bu, baru ini mendengar..
( Tidak tahu saya bu baru ini mendengar )
(Na, Mei 2011)
Saya ndik tahu persis bu, apa itu sitem 5 meja
( saya tidak tahu betul bu, apa itu sistem lima meja )
(YY, Mei 2011)
c) Dukungan Sosial Ibu Balita Terhadap Pemanfaatan Posyandu
Pertanyaan ini untuk memperoleh informasi mengenai
Dukungan yang di dapatkan oleh ibu-ibu balita di wilayah kerja
Puskesmas pembantu Loa bukit desa Loa ulung Dalam hal
pemanfataan Posyandu di lingkungan sekitar tempat informan
tinggal.
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
52/81
52
1) Motivasi yang di dapatkan ibu balita atau yang menganjurkan
ibu balita datang ke posyandu
Dari hasil wawancara mendalam pada lokasi wilayah
kerja Puskesmas Loa Bukit Desa Loa ulung mengenai
Motivasi atau yang menganjurkan ibu-ibu balita setiap bulan
datang ke posyandu yakni atas dasar kemauan dan inisistif
sendiri, seperti yang diungkapkan ibu balita yang menjadi
informan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
Ndik da yang nyuruh saya pegi posyandu, waktu kanak saya
masih halus, bunyi urang yukk etam vaksin barulah saya pergi
bawa anak saya
( Tidak ada yang nyuruh saya datang ke posyandu waktu anak
saya masih kecil kata orang mari kita vaksin baru saya datang
bawa anak saya )
(NO, Mei 2011)
Ndik da jua bu, inisiatif saya sorang hak bawa anak saya
kesitu
( tidak ada bu, inisiatif sendiri aja bawa anak saya kesitu )
(NA, Mei 2011)
Ya ndak ada itu kemauan saya sendiri
(ML, Mei 2011)
Namun jika ditanya bentuk perhatian yang didapat dari
keluarga dalam hal pemanfaatan posyandu responden
kadang kadang mendapatkan anjuran dari suami dan orang
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
53/81
53
tua dalam hal pemanfataan posyandu seperti yang
diungkapan informan dalam penelitian ini sebagai berikut :
Ndik ada bu perhatian dari lingkungan sekitar paling suami itu
pun kadang-kadang
(Tidak ada bu perhatian dari lingkungan sekitar paling suami
itu pun kadang-kadang)
(MS, Mei 2011)
Hanya kemauan saya sendiri, kadang-kadang suami juga
mengingatkan
(IR, Mei 2011)
Kadang ada juga sih bu suami nyuruh ke posyandu orang
tua juga nyuruh pergi ke posyandu
(FD, Mei 2011)
d) Pelayanan Kader Posyandu
Pertanyaan ini untuk memperoleh informasi mengenai
Tanggapan ibu balita terhadap pelayanan kader posyandu di
wilayah kerja Puskesmas pembantu Loa bukit desa Loa ulung
Dalam hal pemanfataan Posyandu di lingkungan sekitar tempat
informan tinggal.
1) Tentang Pelayanan Kader Posyandu
Dari hasil wawancara mendalam pada lokasi wilayah
kerja Puskesmas Loa Bukit Desa Loa ulung mengenai
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
54/81
54
Tanggapan ibi-ibu balita terhadap pelayanan Kader posyandu
informan merasa nyaman dengan pelayanan kader selama ini
seperti yang diungkapkan ibu balita yang menjadi informan
dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
Waktu saya kesitu tu bu tegaknya baik aja hak, tapi ndik tahu
lagi yo, karena saya jarang bawa anak saya lagi ke situ bu
( waktu saya kesitu bu keliyatannya baik saja, tapi tidak tahu
lagi ya, karena saya jarang bawa anak saya lagi ke situ bu)
(NA, Mei 2011)
ya nyaman aja bu
(YY, Mei 2011)
ya merasa nyaman aja
(ML, Mei 2011)
Namun ada pula responden yang menjawab ragu atau
bahkan tidak mengetahui lagi bagaimana pelayanan kader
posyandu selama ini karena jarang datang ke posyandu
seperti yang di ungkapan ibu balita yang menjadi informan
dalam penelitian ini sebagai berikut :
Waktu saya Vaksin anak saya dulu tu kader tegaknya
baikbaik aja, kadang ndik ramah jua, tau wayahini baik kah
endik kah saya jarang pegi posyandu
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
55/81
55
( waktu saya vaksin anak saya dulu itu kader keliyatannya
baik-baik saja kadang tidak ramah juga, tidak tahu sekarang
baik atau tidak saya jarang pergi ke posyandu )
(NO, Mei 2011)
Awalnya nyaman bu, mungkin karena saya ndik tau vaksin
kanak saya kan ndik tahu jua sida tu marah endikah saya
datang tu
(awalnya nyaman aja bu,mungkin karena saya tidak tau vaksin
anak saya kan tidak tahu juga mereka marah atau tidak)
(NA, Mei 2011)
Waktu saya sering nimbang bu nyaman aja, tapi selawasan
jarang saya tu nimbang ndik tahu lagi saya tu bu
(waktu saya sering nimbang bu enak saja, tapi selama jarang
saya itu nimbang tidak tahu lagi saya bu )
(LW, Mei 2011)
2) Keaktifan kader posyandu
Dari hasil wawancara mendalam pada lokasi wilayah
kerja Puskesmas Loa Bukit Desa Loa ulung mengenai
Tanggapan ibi-ibu balita terhadap Keaktifan Kader posyandu
informan menjawab kadang aktif dan tidak dan ada juga
sebagaian informan yang tidak tahu karena jarang ke
posyandu selama ini seperti yang diungkapkan ibu balita yang
menjadi informan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
56/81
56
Nah itu hak endik tahu jua saya bu, rutin kah endi kah, saya
endik rutin lagi ke posyandu
( Nah itu saya tidak tahu bu, rutin kah tidak kah, saya tidak
rutin lagi ke posyandu)
(NO, mei 2011)
Tu hak bu, karena saya jarang ke situ kan bu, endik tahu
rutin kah endi kah sida tu ke posyandu
( itulah bu, karena saya jarang ke situ kan bu, tidak tahu rutin
apa tidak mereka itu ke posyandu )
(NA, Mei 2011)
kadang saya lihat bu ada yang aktif ada juga yang endik bu..
( kadang saya lihat ada yang aktif ada juga yang tidak bu )
(MS, Mei 2011)
ada yang rutin ada yang gak
(WD, Mei 2011)
3) Program yang sudah dijalankan selain menimbang dan
imunisasi
Dari hasil wawancara mendalam pada lokasi wilayah
kerja Puskesmas Loa Bukit Desa Loa ulung mengenai
Program lain selain menimbang dan imunisasi yang dijalankan
posyandu informan menjawab ada berupa arisan di
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
57/81
57
posyandu selama ini seperti yang diungkapkan ibu balita yang
menjadi informan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
Sepengetahuan saya bu, yang saya dengar ada segala
model arisan tu bu
(LW, Mei 2011)
Ya paling arisan aja bu
(ML, Mei 2011)
setau saya sida di situ ada buka arisan jua
( setahu saya mereka itu ada buka arisan juga )
(NA, Mei 2011)
Berikut adalah hasil wawancara mendalam terhadap informan
kunci sebanyak 3 orang (Kader Posyandu) wawancara seputar
kegiatan kader selama ini, program apa yang telah dijalankan,
motivasi menjadi kader, insentif kader serta hambatan dalam
menjalankan tugas sebagai kader posyandu.
e) Petugas Kader posyandu
Pertanyaan ini untuk memperoleh informasi mengenai
kinerja kader terhadap posyandu berupa kegiatan lain di
posyandu selain menimbang dan imunisasi di wilayah kerja
Puskesmas pembantu Loa bukit desa Loa ulung Dalam hal
pemanfataan Posyandu di lingkungan sekitar tempat informan
tinggal.
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
58/81
58
1) Program yang dijalankan kader selain menimbang dan
imunisasi
Dari hasil wawancara mendalam pada lokasi wilayah
kerja Puskesmas Loa Bukit Desa Loa ulung mengenai kinerja
kader selain menimbang dan imunisasi informan menjawab
tidak pernah ada kegiatan lain seperti penyuluhan dan
sebagainya seperti diungkapkan kader posyandu yang
menjadi informan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
Gak pernah ada kegiatan lain bu, karena kami juga gak
pernah minta pada petugas kesehatan
(NV, Mei 2011)
gak ada pernah, karena kami gak pernah meminta kepada
petugas kesehatan, jadi petugas kesehatan datang habis
imunisasi langsung pulang
(DG, Mei 2011)
Kalo penyuluhan gak pernah ada, karena kami juga gak
pernah minta ke dinas kesehatan untuk mengadakan
penyuluhan habis nimbang, vaksin sudah bu pulang itu aja
kegiatannya
(HR, Mei 2011)
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
59/81
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
60/81
60
Gak pernah saya dapatkan bu, dari kegiatan posyandu,
selama 3 tahun menjadi kader gak pernah kami dapat insentif
(HR, Mei 2011)
Selama saya jadi kader bu ya, kami gak pernah dapat
insentif dari pihak manapun
(DG, Mei 2011)
kami gak pernah dapat insentif dari pihak manapun bu..
(NV, Mei 2011)
4) Hambatan dalam menjalankan tugas menjadi kader
Dari hasil wawancara mendalam pada lokasi wilayah
kerja Puskesmas Loa Bukit Desa Loa ulung mengenai
Hambatan kader yakni sebatas kurangnya dukungan dan
keterlambatan ibu balita datang ke posyandu atau semaunya
saja seperti diungkapkan kader posyandu yang menjadi
informan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
Yaitu masalah bu, ibu PKK gak pernah memberi dukungan
pada kami, selain itu ibu-ibu balita gak ada kerja sama dengan
kadernya, ya kalo datang yan datang semaunya aja bu
jadikan orang sudah mau pulang baru dia datang jadi gak ada
kerja samanya gitu nah bu
(NV, Mei 2011)
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
61/81
61
Berikut adalah hasil wawancara mendalam terhadap
informan kunci yakni ibu PKK dan Sekretaris Desa (Sekdes)
wawancara seputar anjuran, Kepedulian dan harapan terhadap ibu-
ibu balita terhadap pemanfaatan Posyandu
1) Anjuran, kepedulian serta Harapan Ketua PKK dalam hal
pemanfataan Posyandu
Dari hasil wawancara mendalam pada lokasi wilayah
kerja Puskesmas Loa Bukit Desa Loa ulung mengenai
Anjuran kader PKK dalam hal Pemanfaatan posyandu kepada
ibuibu balita yakni tidak pernah ada anjuran yang diberikan
seperti diungkapkan kader PKK yang menjadi informan dalam
penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
Endik pernah karena kesibukan saya sendiri
( tidak pernah karena kesibukan saya sendiri )
(EL, Mei 2011)
Selain itu informan kunci juga tidak mengetahui jadwal
diadakan posyandu di tempat informan tinggal seperti yang di
ungkapkan Kader PKK yang menjadi informan kunci dalam
penelitian ini :
Endik tahu jua urang bejalan kemana, sudah tahu itu hari
posyandu oh baru saya tahu kalo itu hari posyandu
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
62/81
62
(Tidak tahu juga orang jalan kemana, sudah tahu hari itu
posyandu baru saya tahu jika itu hari posyandu)
(EL, Mei 2011)
Demikian pula halnya hasil wawancara mengenai seberapa
besar peduli kader PKK terhadap kesehatan balita di desanya
informan kunci menjawab tidak tahu sama sekali tentang
kesehatan, seperti yang di ungkapan kader PKK yang menjadi
informan kunci dalam penelitian ini sebagai berikut :
endik tahu sama sekali tentang kesehatan ibu balita itu, saya
sibuk dengan urusan Rumah tangga
(Tidak tahu sama sekali tentang kesehatan ibu balita itu, saya
sibuk dengan urusan rumah tangga)
(EL, Mei 2011)
Namun informan kunci memiliki harapan yang agar posyandu
bisa lebih baik lagi seperti yang di ungkapan sebagai berikut :
Saya mau Posyandu berjalan dengan baik tapi tegak apa hak
saya jua endik pernah ke posyandu, saya biarkan hak tu
posyandu walaupun saya ketua PKK
(saya mau posyandu berjalan dengan baik tapi apa lah saya
juga tidak pernah ke posyandu, saya bairkan lah tu posyandu
walaupun saya ketua PKK)
(EL, Mei 2011)
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
63/81
63
2) Anjuran, kepedulian serta Harapan Sekdes dalam hal
pemanfataan Posyandu
Dari hasil wawancara mendalam pada lokasi wilayah
kerja Puskesmas Loa Bukit Desa Loa ulung mengenai Anjuran
Sekdes dalam hal Pemanfaatan posyandu kepada ibuibu
balita yakni tidak pernah ada anjuran kepada ibu balita yang
diberikan seperti diungkapkan Sekdes yang menjadi informan
dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
Selama ini untuk masalah posyandu itu endik pernah jua saya
menganjurkan karena saya pikir di posyandu itu ada yang
bertanggung jawab ada ibu PKK, jadi saya santai-santai aja
(IN, Mei 2011)
Demikian pula halnya hasil wawancara mengenai
seberapa besar kepedulian Sekdes atau aparatur desa
terhadap kesehatan balita di desanya informan kunci
menjawab itu sudah ada yang bertanggung jawab bukan
urusan desa, seperti yang di ungkapan kader PKK yang
menjadi informan kunci dalam penelitian ini sebagai berikut :
Masalah kesehatan di desa ini endik tahu jua tu bu, karena di
desa ini kan ada posyandu bu, ada yang bertanggung jawab
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
64/81
64
ibu PKK, kader posyandu jadi sida-sida yang urusi masalah
kesehatan balita, jadi saya diam-diam maha hak, mereka juga
bediam diam aja jadi sida tu hak yang meurusi tu bu
(Masalah kesehatan di desa ini tidak tahu juga bu, karena di
desa sudah ada posyandu bu, ada yang bertanggung jawab
ibu-ibu PKK, kader posyandu jadi mereka-mereka yang
mengurus masalah kesehatan balita, jadi saya diam-diam aja,
mereka juga diam saja jadi mereka lah yang urus itu bu )
(IN, Mei 2011)
Namun informan kunci memiliki harapan yang agar posyandu
bisa lebih baik lagi dan ada kerja sama dengan aparat desa
seperti yang di ungkapan sebagai berikut :
Sebenarnya bu kalo masalah posyandu ini kedepannya bisa
lebih baik jadi jumlah balita yang ada di desa ini bisa nimbang
semua ke posyandu jadi saya harapkan kader posyandu,
kader kesehatan bisa saling kordinasi dengan kepala desa,
saya juga punya rencana dan terketuk hati saya untuk
memperhatikan kesehatan balita di desa ini kedepannya
(IN. Mei 2011)
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
65/81
65
B. PEMBAHASAN
Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk
mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya
triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil
wawancara terhadap objek penelitian (Moleong, 2004).),
membedakan empat macam triangulasi diantaranya dengan
memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.
Pada penelitian ini, dari ke empat macam triangulasi tersebut,
peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan dengan
memanfaatkan sumber.
Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian
kualitatif (Patton, 1987). Pembahasan Motivasi Ibu Balita Terhadap
Pemanfaatan Posyandu
Dalam kegiatan penulisan ini tidak ditemukan suatu kendala
dikarenakan informan dalam penelitian yakni ibu-ibu balita hampir
seluruhnya pernah atau selalu datang ke posyandu setiap bulannya
untuk membawa anaknya, selain itu posyandu juga sudah menjadi
bagian dari masyarakat yang membawa dampak baik khususnya
untuk ibu dan anak.
Motif kadang-kadang dinyatakan orang sebagai kebutuhan,
keinginan, dorongan yang muncul dalam diri seseorang. Motif
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
66/81
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
67/81
67
Demikian juga sesuai ya ng dikemukakan oleh WHO dalam
Notoadjmojo (2003) yang menyatakan bahwa sikap akan terwujud
di dalam suatu tindakan tergantung dari situasi pada saat itu. Ibu
balita mau datang ke posyandu tetapi karena jaraknya jauh atau
situasi kurang mendukung maka balita tidak berkunjung ke
posyandu.
Hal ini merupakan sebagian kegiatan pelayanan kesehatan
yang dijalankan diposyandu, seperti halnya pemeliharaan
kesehatan bayi dan balita yang sebagian besar adalah
penimbangan bulanan, pemberian makanan tambahan, imunisasi
bayi dan pemberian vitamin A serta pemeliharaan kesehatan ibu
hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur seperti
pemeriksaan kehamilan dan nifas,imunisasi TT untuk ibu hamil
dan pemberian kesehatan dan KB.
Adapun tujuan lain informan ke posyandu yakni selain
untuk kegiatan kesehatan, posyandu bisa juga sebagai tempat
berkumpul bersama para ibu-ibu dan melakukan kegiatan seperti
arisan hal ini sesuai dengan kutipan dalam Effendy (1998) bahwa
posyandu kemudian menjadi suatu forum komunikasi tempat para
ibu berkumpul bersama dalam suasana yang sesuai dengan adat
budaya setempat, untuk berbagi pengalaman tentang
pemeliharaan anak, termasuk bagaimana memilih dan
menyiapkan makanan bergizi yang berguna dan dapat diterima
oleh anak-anaknya.
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
68/81
68
Dari adanya kebutuhan dan keinginan informan untuk
datang ke posyandu maka terlebih dahulu ada yang mendorong
informan untuk melakukan aktifitas tersebut, seperti yang
diungkapkan informan bahwa dorongan bisa timbul dari diri
sendiri atau pun mendapat dorongan dari suami serta keluarga.
Adapun manfaat posyandu bagi masyarakat itu sendiri
khusunya bagi ibu-ibu balita yakni untuk memperoleh kemudahan
untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan dasar,
terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB dan
memperoleh bantuan secara profesional dalam pemecahan
masalah kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu-ibu balita
termotivasi karena ada keinginan untuk mendapat manfaat
kesehatan datang ke posyandu.
a) Pembahasan Pengetahuan Ibu Balita Terhadap Pemanfaatan
Posyandu
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(overt behavior) (Notoatmodjo, 1993).
Menurut Bloom, pengetahuan merupakan bagian dari
cognitive domain yang mempunyai 6 tingkatan, yaitu : Tahu
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
69/81
69
(know), memahami (comprehension), aplikasi (application),
analisis (analysis), Sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation) (
Notoatmodjo, 2003).
Dari hasil penelitian mengenai pengetahui ibu balita
terhadap pemanfaatan posyandu yang di dalam penelitian ini
sebagai informasi berada di dalam tingkatan tahu mengenai
posyandu tetapi hanya secara garis besar dan tidak dapat
menjabarkannya secara spesifik.
Selain itu kebanyakan informan menyatakan bahwa
pengertian posyandu adalah sebagai tempat kegiatan kesehatan
seperti untuk menimbang anak, tempat mendapatkan imunisasi.
dan tempat untuk memeriksakan kesehatan.
Padahal secara umum pernyataan informan berada dalam
tingkatan memahami, di samping itu ada juga beberapa informan
yang tidak tahu tentang pengertian posyandu, informan
menyatakan bahwa mereka tidak pernah mengetahui peran dan
pengertian posyandu itu sendiri.
Secara umum informan tidak tahu mengenai program apa
saja yang telah diadakan di lokasi posyandu tempat tinggal
informan, tentang sistem 5 meja sebagian informan baru
mendengar tentang sistem tersebut dana pelaksana posyandu
sendiri berasal dari swadaya masyarakat untuk membuat
makanan tambahan balita berupa bubur.
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
70/81
70
Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh I. G
Widiastuti di Kota denpasar Bali (2006) tentang pemanfaatan
pelayanan posyandu di kota denpasar dari data kualitatif yang
diperoleh tentang peran ibu balita sebagaian besar mengatakan
bahwa Peran ibu balita dalam kegiatan posyandu dinilai kader
masih rendah. Ibu balita yang tidak mau datang ke posyandu
karena tidak mengetahui manfaat posyandu. Tujuan ibu balita
berkunjung ke posyandu untuk memantau perkembangan
balitanya dan mendapatkan makanan tambahan serta dapat
berkumpul dengan ibu balita yang lain
Kebanyakan informan mengungkapkan bahwa tidak ada
program yang di adakan posyandu di wilayah tempat informan
tinggal.
Sesuai dengan pernyataan dari kader posyandu yang
menjadi sumber informan kunci dalam penelitian ini bahwa tidak
adanya program posyandu dikarenakan mereka juga tidak pernah
meminta ke Dinas kesehatan atau instansi kesehatan untuk
melakukan kegiatan lain seperti penyuluhan dan sebagainya.
Tidak optimalnya fungsi meja ke empat tersebut sangat di
sayangkan sebab meja tersebut menjadi garda terdepan untuk
meningkatkan derajat kesehatan bayi dan balita. Sebab meja itu
dipergunakan untuk memberikan penyuluhan kesehatan
mengenai kondisi anak setelah di timbang di posyandu yang
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
71/81
71
sedang sakit saat penimbangan tidak mendapatkan perhatian
lebih.
Hal ini sejalan dengan kerangka teori yang dikemukan oleh
Anderson yang digunakan dalam penelitian ini dimana banyak
terdapat faktor yang mempengaruhi pemanfaatan posyandu oleh
ibu balita, jika dikaitkan dengan teori yang dikemukakan oleh
Anderson, Maka salah satu faktor yang berpengaruh adalah
Karakteristik Predisposi dapat menggambarkan fakta fakta bahwa
setiap individu mempunyai kecendrungan untuk menggunakan
pelayanan kesehatan yang berbeda-beda disebabkan karena
adanya perbedaan ciri-ciri individu seperti umur, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, pekerjaan,ras, dan keyakinan individu.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu balita
terhadap pencarian pelayanan kesehatan khususnya dalam hal
pemanfataan posyandu oleh ibu balita di desa loa ulung
kecamatan tenggarong seberang masih sangat kurang hal ini
dapat dilihat dari tingkat pendidikan responden yang kurang
disertai dengan pengetahuan mereka terhadap manfaat dan peran
posyandu itu sendiri.
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
72/81
72
b) Pembahasan tentang Dukungan sosial yang diterima ibu-ibu
balita dalam hal Pemanfaatan posyandu
Berkenaan dengan dukungan sosial suami tersebut dapat
dijelaskan berdasarkan teori dukungan sosial dari Gottlieb (1983)
bahwa dukungan sosial adalah informasi verbal dan non verbal,
saran, bantuan yang nyata yang diberikan oleh orang-orang yang
akrab dengan subyek atau berupa kehadiran dan hal-hal yang
dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada
tingkah laku penerimanya. Dukungan sosial tersebut dapat
berasal dari keluarga, teman, dan atasan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dalam hal
pemanfataan posyandu oleh ibu-ibu balita sebagaian besar
informan menjawab bahwa tidak pernah mendapatkan dukungan
berupa anjuran untuk keposyandu. Kemauaan atau dorongan itu
berasal dari dirinya sendiri dan inisiatif ibu balita sendiri untuk
membawa anak mereka keposyandu. Namun ada pula informan
yang mengatakan bahwa terkadang mereka mendapatkan
dukungan dari suami dan keluarga atau orang tua mereka.
Sejalan dengan pendapat Kuntjoro (2002) bentuk-bentuk
dukungan suami yang dapat diberikan pada istri adalah adanya
kedekatan emosional, suami mengijinkan istri terlibat dalam suatu
kelompok yang memungkinkannya untuk berbagi minat, perhatian,
suami mengahargai atas kemampuan dan keahlian istri, suami
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
73/81
73
dapat diandalkan ketika istri membutuhkan bantuan, dan suami
merupakan tempat bergantung untuk menyelesaikan masalah istri.
Sarafino (1998:97) mengatakan bahwa dukungan sosial
adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang
diperoleh individu dari orang lain, dimana orang lain disini dapat
diartikan sebagai individu perorangan atau kelompok.
Hal tersebut menunjukkan bahwa segala sesuatu yang
ada di lingkungan menjadi dukungan sosial atau tidak, tergantung
pada sejauh mana individu merasakan hal tersebut sebagai
dukungan sosial. Dukungan sosial didefinisikan oleh House dalam
Smet (1994:136) sebagai transaksi interpersonal yang melibatkan
satu atau lebih aspekaspek yang terdiri dari informasi, perhatian
emosional, penilaian dan bantuan instrumental. Tersedianya
Dukungan sosial akan membuat individu merasa dicintai,
diperhatikan, dihargai dan menjadi bagian kelompok.
Namun pada kenyataannya di lapangan bentuk dukungan
dari lingkungan sekitar informan mengatakan tidak pernah ada
yang menganjurkan atau memperhatikan mereka dalam hal
pemanfaatan posyandu sehingga perhatian tersebut dirasakan
masih sangat kurang terhadap ibu balita.
Selain itu dari hasil wawancara responden mengaku
bahwa kader posyandu pun sampai saat ini dirasakan tidak
memberikan dukungan kepada ibu balita terlebih lagi bentuk
dukungan dari Tokoh masyarakat sekitar seperti ibu kader PKK dan
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
74/81
74
aparat desa setempat yang tidak mengerti bahkan tidak tahu sama
sekali akan peran dan fungsi dari posyandu tersebut, dalam
penelitian ini hasil wawancara terhadap responden pendukung
yaitu kader PKK mengatakan bahwa kader masih terlalu sibuk
dengan urusan mereka sendiri sehingga kurang memperhatikan
keberadaan dari posyandu yang ada di desa.
Sama halnya hasil wawancara terhadap sekretaris desa,
(Sekdes) mengatakan bahwa posyandu sudah memiliki kader
sehingaa mereka lah yang bertanggung jawab, sehingga aparat
desa setempat tidak memiliki rasa tanggung jawab akan
keberadaan posyandu itu sendiri hal ini pula yang menyebabkan
bentuk dukungan sosial yang di dapat oleh ibu balita masih sangat
kurang namun demikian ada beberapa responden yang
mengatakan mereka terkadang mendapat dukungan dari suami
mereka namun hal itu sifatnya juga kadang kadang.
Padahal diharapkan dengan adanya dukungan suami,
tugas yang tadinya terasa berat menjadi lebih ringan dan
membahagiakan. Sebaliknya, jika suami istri dalam sebuah
perkawinan tidak mampu menjalin kerjasama, maka hal itu akan
menyebabkan kesulitan dalam mengatasi permasalahan hidup
yang lebih kompleks di kemudian hari.
Dapat disimpulkan jika dikaitkan dengan pendekatan
dengan teori Anderson (1974) Anderson menggambarkan ada 3
katagori utama yang berpangaruh terhadap perilaku pencarian
-
8/6/2019 BAB 1-5 Komplit
75/81
75
pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu predisposing
characteristicatau karakteristik predisposisi, enabling characteristic
atau karakteristik pendukung dan Need characteristic atau
karakteristik kebutuhan, maka dalam penelitian ini katagori
Enabling Characteristic atau karakteristik pendukung dimana jika
ibuibu balita tersebut selalu mendapatkan dukungan dari
lingkungan sekitar diharapkan mereka akan selalu termotivasi
untuk menggunakan pelayanan kesehatan berupa pemanfaatan
posyandu tersebut.
c) Pelayanan Kader Posyandu
Pelayanan petugas kesehatan memegang peranan penting
terhadap kunjungan ibu ke posyandu. Dengan pelayanan yang
menyenangkan, ramah, dan memberikan informasi serta
penyuluhan yang jelas dan mudah dimengerti dari petugas
kesehatan, sehingga orang tua sadar untuk datang ke posyandu
(Mardiati, 2001).
Kader kesehatan adalah tenaga kesehatan yang terdidik dan
terlatih dalam bidang tertentu yang tumb uh di tengah-tengah
masyarakat dan merasa berkewajiban untuk melaksanakan
meningkatan dan membina kesejahtraan dengan rasa ikhlas tanpa
pamrih dan didasarkan panggilan jiwa untuk melaksanakan tugas-
tugas kemanusiaan (Depkes, RI 2000)