bab 1

Upload: novie

Post on 12-Jul-2015

85 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting untuk Indonesia dan lingkup Internasional. Di Indonesia, karet merupakan salah satu hasil pertanian yang banyak menunjang perekonomian negara. Hasil devisa yang diperolah dari karet dunia dengan mengungguli hasil dari negara-negara lain dan negara asal tanaman karet itu sendiri, yaitu Amerika Serikat. Ferus pada tahun 1872 mengirimkan 2.000 biji dari Brazilia ke Kebun Raya Kew di Inggris, kemudian tahun 1877 pengiriman 2.000 biji karet tersebut mengalami kegagalan. Selanjutnya William pada tahun 1876 kembali dari Brazilia membawa 70.000 biji karet ke Inggris sebanyak 2.397 kecambah ditambah 1.900 biji karet dikirimkan ke Sri Langka, beberapa biji ke Malaysia dan 2 biji ke Kebun Raya Bogor (Indonesia). Bahan tanaman yang digunakan pada pengusahaan tanaman karet ada beberapa jenis, yaitu stump mata tidur bibit dalam polybag, stump mini dan stump tinggi. Dari segi kepraktisan, stump mata tidur lebih mudah ditanami sehingga biaya lebih murah. Dilemanya hanya tingkat kematian di lapang cukup tinggi sehingga diperlukan dalam jumlah banyak. Bibit stump adalah bibit yang dikeringkan dalam bentuk batang dan akar. Bibit stump diperolah dari pemangkasan daun, pucuk dan sebagian dari akar serta pembungaan tanah dari awal bibit pohon. Kelebihan dari stump ini adalah pengairan yang mudah, harga yang murah, serta tidak mengurangi daya tumbuh dan kualitas. Pemupukan merupakan faktor yang pentingdalam pertumbuhan tanaman. Dalam reaksi biokimia tanaman, pupuk fosfat mempunyai peranan penting sebagai penyimpan dan pemindahan energi kerja osmotis, reaksi fotosintesis dan glikolisis serta pada akhirnya berpengaruh terhadap pertumbuhan dan juga produksi tanaman.

1.2 Tujuan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Karet dan Klasifikasinya 2.1.1 Tanaman Karet Tanaman karet adalah tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur 30 tahun. Habitus tanaman ini merupakan pohon dengan tinggi tanaman dapat mencapai 15 20 meter. Modal utama dalam pengusahaan tanaman ini adalah batang setinggi 2,5 sampai 3 meter dimana terdapat pembuluh latek. Oleh karena itu fokus pengelolaan tanaman karet ini adalah bagaimana mengelola batang tanaman ini seefisien mungkin. Deskripsi untuk pengenalan tumbuhan karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.). Tanaman karet memiliki sifat gugur daun sebagai respon tanaman terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan (kekurangan air/kemarau). Pada saat ini sebaiknya penggunaan stimulan dihindarkan. Daun ini akan tumbuh kembali pada awal musim hujan. Tanaman karet juga memiliki sistem perakaran yang ekstensif/menyebar cukup luas sehingga tanaman karet dapat tumbuh pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan. Akar ini juga digunakan untuk menyeleksi klon-klon yang dapat digunakan sebagai batang bawah pada perbanyakan tanaman karet. Tanaman karet memiliki masa belum menghasilkan selama lima tahun (masa TBM 5 tahun) dan sudah mulai dapat disadap pada awal tahun ke enam. Secara ekonomis tanaman karet dapat disadap selama 15-20 tahun. Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea braziliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Padahal jauh sebelum tanaman sumber utama bahan tanaman karet ini dibudidayakan, penduduk asli di berbagai tempat seperti Amerika Serikat, Asia, dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga menghasilkan getah. Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman Castillaelastica (family moraceae). Sekarang tanaman tersebut kurang

dimanfaatkan lagi getahnya karena tanaman karet telah dikenal secara luas dan banyak dibudidayakan. Sebagai penghasil lateks tanaman karet dapat dikatakan satu-satunya tanaman yang dikebunkan secara besar-besaran. Tanaman karet merupakan pohon yang

tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar.

2.1.2 Klasifikasi Tanaman Karet Klasifikasi botani tanaman karet adalah sebagai berikut: Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh) Super divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji) Kelas : Magnoliophyta (berkeping dua/dikotil) Subkelas : Rosidae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Havea Spesiea : Havea bransiliensis Muell. Arg

2.2 Pengertian, sifat, dan kandungan kimia lateks 2.2.1 Pengertian Lateks Lateks adalah suatu koloid dari partikel karet dalam air. Lateks Hevea brasiliensis merupakan sitoplasma dari sel-sel pembuluh lateks yang mengandung partikel karet dan non karet yang tersuspensi dalam medium cair yang mengandung banyak bahan-bahan terlarut yang disebut serum. Serum lateks mengandung bahan-bahan terlarut ion-ion anorganik dan ion-ion logam yang masuk ke dalam lateks saat lateks disadap.

2.2.2 Kandungan Kimia Lateks Ion kalium terdapat dalam jumlah paling besar. Kandungan ion magnesium yang terdapat dalam lateks amoniakal cukup rendah, hal ini dikarenakan sebagian besar ion magnesium membentuk endapan magnesium amonium posfat dengan amonium. Kandungan ion besi dalam lateks komersial sangat bervariasi karena adanya kontaminasi dari kontainer yang dipakai. Komposisi lengkap dari ion-ion logam yang terdapat dalam serum lateks adalah sebagai berikut: Na K Rb Mg 0,96% 96,0% 0,72% 0,36% Ca Mn Fe Cu 0,43% 0,02% 1,7% 0,07%

(Persen komposisi berdasarkan perkiraan total ion logam)

Komposisi lengkap ion-ion anorganik yang terdapat dalam serum lateks adalah sebagai berikut: KCl K3PO4 Ca3(PO4)2 FePO4 Mg3PO4 4,6% 55,0% 6,8% 2,9% 10,2% Na3PO4 XPO4 CaSO4 Al2(SiO3)3 10,2% 4,2% 2,9% 2,9%

(Persen komposisi menyatakan keberadaannya dalam abu)

Komposisi kimia lateks sangat kompleks (Archer, et.al., 1963). Secara umum komponen kimiawi lateks adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Karet (30-35%) Resin (0,5-1,5%) Protein (1,5-2,0%) Abu (0,3-0,7%) Gula (0,3-0,7%) Air (55-60%)

Apabila lateks disentrifugasi pada kecepatan 54.000 g (gravitasi) selama 60 menit, maka lateks akan terpisah menjadi empat fraksi utama sebagai berikut: 1. Fraksi karet (37%) Fraksi ini berwarna putih, terdiri dari partikel karet, protein, lipid, dan ionion logam. 2. Fraksi Frey Wyessling (3%) Fraksi ini berwarna kuning jingga, terdiri dari karotenoid dan lipid. 3. Fraksi serum (50%) Fraksi ini berupa larutan jernih yang terdiri dari air, karbohidrat dan inositol, protein dan senyawa turunan, senyawa nitrogen, asam nukleat dan nukleosida, ion anorganik, serta ion-ion logam. 4. Fraksi dasar (10%) Fraksi ini berwarna kuning pucat, terdiri dari protein dan senyawa nitrogen, karet dan karotenoid, lipid dan ion logam atau yang lebih dikenal sebagai lutoid (vakuolisosom), yang dapat menghentikan aliran lateks karena tersumbatnya pembuluh lateks.

2.2.3 Sifat Lateks

2.3 Tahap Pengolahan Karet secara Umum Tahapan-tahapan pengolahan karet secara umum baik industri ataupun diperkebunan rata-rata masih menggunakan cara seperti berikut ini: 1. Penerimaan Lateks Kebun Tahap awal dalam pengolahan karet sit asap adalah penerimaan lateks kebun dari pohon karet yang telah disadap. Lateks pada mangkuk sadap dikumpulkan dalam suatu tempat kemudian disaring untuk memisahkan kotoran serta bagian lateks yang telah mengalami prakoagulasi. Setelah proses penerimaan selesai, lateks kemudian dialirkan ke dalam bak koagulasi untuk proses pengenceran dengan air yang bertujuan untuk menyeragamkan Kadar Karet Kering (KKK). Tujuan pengenceran adalah untuk memudahkan penyaringan kotoran serta menyeragamkan kadar karet kering sehingga cara pengolahan dan mutunya dapat dijaga tetap. Pengenceran dapat dilakukan dengan penambahan air yang bersih dan tidak mengandung unsur logam, pH air antara 5.8-8.0, kesadahan air maks. 6o serta kadar bikarbonat tidak melebihi 0.03 %. Pengenceran dilakukan hingga KKK mencapai 12-15 %. Lateks dari tangki penerimaan dialirkan melalui talang dengan terlebih dahulu disaring menggunakan saringan aluminium. 2. Pembekuan Pembekuan lateks dilakukan di dalam bak koagulasi dengan

menambahkan zat koagulan yang bersifat asam. Pada umunya digunakan larutan asam format/asam semut atau asam asetat /asam cuka dengan konsentrasi 1-2% ke dalam lateks dengan dosis 4 ml/kg karet kering. Jumlah tersebut dapat diperbesar jika di dalam lateks telah

ditambahkan zat antikoagulan sebelumnya. Penggunaan asam semut didasarkan pada kemampuannya serta harga yang yang cukup cukup baik dalam

menurunkan pH lateks

terjangkau

bagi kebun dan petani karet dibandingkan bahan koagulan asam lainnya. Tujuan dari penambahan asam adalah untuk menurunkan pH lateks pada titik isoelektriknya sehingga lateks akan membeku atau berkoagulasi, yaitu pada pH antara 4.5-4.7. Asam dalam hal ini ion H+ akan bereaksi dengan ion OH- pada protein dan senyawa lainnya untuk menetralkan muatan listrik sehingga terjadi koagulasi pada lateks. Penambahan larutan asam diikuti dengan pengadukan agar tercampur ke dalam lateks secara

merata serta membantu mempercepat proses pembekuan. Pengadukan dilakukan dengan 6-10 kali maju dan mundur secara perlahan untuk mencegah terbentuknya gelembung udara yang dapat mempegaruhi mutu sit yang dihasilkan. Kecepatan penggumpalan dapat diatur dengan mengubah perbandingan lateks, air dan asam sehingga diperoleh hasil bekuan atau disebut juga koagulum yang bersih dan kuat. Lateks akan membeku setelah 40 menit. Proses selanjutnya ialah pemasangan plat penyekat yang berfungsi untuk membentuk koagulum dalam lembaran yang seragam. Penggilingan Penggilingan dilakuan setelah proses pembekuan selesai. Hasil bekuan atau koagulum digiling untuk mengeluarkan kandungan air, mengeluarkan sebagian serum, membilas, membentuk lembaran tipis dan memberi garis batikan pada lembaran. Untuk memperoleh lembaran sit, koagulum digiling dengan beberapa gilingan rol licin, rol belimbing dan rol motif (batik).[rujukan?] Setelah digiling, sit dicuci kembali dengan air bersih untuk menghindari permukaan yang berlemak akibat penggunaan bahan kimia, membersihkan kotoran yang masih melekat serta menghindari agar sit tidak menjadi lengket saat penirisan. Koagulum yang telah digiling kemudian ditiriskan diruang terbuka dan terlindung dari

sinar matahari selama 1-2 jam. Tujuan penirisan adalah untuk mengurangi kandungan air di dalam lembaran sit sebelum proses pengasapan. Penirisan tidak boleh terlalu lama untuk menghindari terjadinya cacat pada sit yang dihasilkan, misalnya timbul warna yang seperti karat akibat redoks. Penirisan dilakukan pada tempat teduh dan terlindung dari sinar matahari. Pengasapan Tujuan pengasapan adalah untuk mengeringkan sit, memberi warna khas cokelat dan menghambat pertumbuhan jamur pada permukaan. asap yang dihasilkan dapat menghambat pertumbuhan jamur pada permukaan lembaran karet. Hal ini disebabkan asap mengandung zat antiseptik yang dapat mencegah

pertumbuhan mikroorganisme. suhu yang digunakan di dalam kamar asap adalah sebagai berikut : Hari pertama, pengasapan dilakukan dengan suhu kamar asap sekitar 40-45 oC. Hari kedua, pengasapan dengan suhu kamar asap mencapai 50-55 oC. Hari ketiga sampai berikutnya, pengasapan dengan suhu kamar asap mencapai 5560 oC.

Pada hari pertama dibutuhkan asap yang lebih banyak untuk pembentukan warna. Untuk memperbanyak asap dapat digunakan jenis kayu bakar (umumnya menggunakan kayu karet) yang masih basah. Pada hari kedua lembaran sit harus dibalik untuk melepaskan lembaran yang lengket terhadap gantar dan juga agar sisi lain lembaran sit bisa terkena asap sehingga pengasapan merata. Mulai hari ketiga dan seterusnya yang dibutuhkan adalah panas guna memperoleh tingkat kematangan yang tepat Sortasi Sit yang telah matang dari kamar asap diturunkan kemudian ditimbang dan dicatat dalam arsip produksi. Proses sortasi dilakukan secara visual berdasrkanwarna, kotoran, gelembung udara, jamur dan kehalusan gilingan yang mengacu pada standard yang terdapat pada SNI 06-0001-1987. Secara umum sit diklasifikasikan dalam mutu RSS 1, RSS 2, RSS 3, RSS 4, RSS 5 dan Cutting. Cutting merupakan potongan dari lembaran yang terlihat masih mentah, atau terdapat gelembung udara hanya pada sebagian kecil, sehingga dapat digunting