bab 1

19
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam (PDPI, 2003). Laporan WHO (1999) menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza (PDPI,2003). Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia dibawah 5 tahun (balita). Diperkirakan hampir seperlima kematian anak diseluruh dunia lebih kurang 2,5 juta anak balita meninggal setiap tahun akibat pneumonia. Menurut survei kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,6% kematian bayi dari 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit sistem respiratori, terutama pneumonia (Pharmaceutical Care Untuk penyakit Infeksi saluran Pernapasan/DPKES RI, 2005). Laporan surveilans pneumonia di unit rawat inap RSUP NTB Tahun 2008-2009, cenderung mengalami peningkatan yang signifikan. 1

Upload: kikialwayz

Post on 29-Nov-2015

27 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam

bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah

maju. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia

merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7

di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam

(PDPI, 2003). Laporan WHO (1999) menyebutkan bahwa penyebab kematian

tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut

termasuk pneumonia dan influenza (PDPI,2003). Pneumonia merupakan

penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia dibawah 5 tahun (balita).

Diperkirakan hampir seperlima kematian anak diseluruh dunia lebih kurang 2,5

juta anak balita meninggal setiap tahun akibat pneumonia. Menurut survei

kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,6% kematian bayi dari 22,8% kematian balita

di Indonesia disebabkan oleh penyakit sistem respiratori, terutama pneumonia

(Pharmaceutical Care Untuk penyakit Infeksi saluran Pernapasan/DPKES RI,

2005). Laporan surveilans pneumonia di unit rawat inap RSUP NTB Tahun 2008-

2009, cenderung mengalami peningkatan yang signifikan. Berikut data tahunan

perkembangan pasien rawat inap pneumonia. 

Mukus adalah penutup yang melindungi bagian dalam paru dan jalan napas.

Mukus menangkap debu dan kotoran dalam udara yang kita hirup dan membantu

mencegah iritasi paru. Bila ada infeksi atau iritasi lain, tubuh menghasilkan

banyak mukus tebal untuk membantu paru menghindari infeksi. Bila mukus yang

terlalu banyak dan kental menyumbat jalan napas, dan pernapasan menjadi lebih

sulit (Nastiti, 2010). Dari hasil studi pendahluan yang dilakukan pada 31 Juli

2010, didapatkan 5 dari 6 pasien dan atau keluarga mengeluhkan kesulitan

mengeluarkan sekret. Pengeluaran secret menjadi sangat penting oleh karena

mikroorganisme dan respon inflamasi yang terjadi akan merangsang pengeluaran

proteolitik sehingga dapat menghancurkan dinding saluran respiratori. Selain itu,

1

akumulasi secret intrabronkial dapat menginisiasi timbulnya infeksi (Nastiti,

2010).

Fisioterapi dada dalam hal ini merupakan tehnik untuk mengeluarkan secret

yang berlebihan atau material yang teraspirasi dari dalam saluran respiratori dan

usaha bernapas sehingga pada akhirnya dapat terjadi hiperinflasi dan atelektasis.

sehingga dalam hal ini, fisioterapi dada tidak hanya mencegah obstruksi, tetapi

juga mencegah rusaknya saluran respiratori.Serangkaian tindakan postural

drainase membantu menghilangkan kelebihan mukus kental dari paru ke dalam

trakea yang dapat dibatukkan keluar (Nastiti, 2010). Selain itu, Glover Mark,

dkk., (2001) dalam bukunya yang berjudul Lower Respiratory Tract Infections.

Pharmacotherapy A Pathophysiologic approach.5th ed.mengatakan bahwa salah

satu terapi pendukung pada pneumonia adalah fisioterapi dada untuk membantu

mengeluarkan sputum (Pharmaceutical Care Untuk penyakit Infeksi saluran

Pernapasan/DPKES RI, 2005).

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana tentang fisioterapi dada pada bayi dan dewasa?

1.3. Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pemberian fisioterapi dada terhadap bayi dan dewasa.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengeluaran sekret sebelum diberikan fisioterapi dada.

2. Menganalisa efektifitas pemberian fisioterapi dada terhadap pengeluaran

sekret.

3. Mengidentifikasi pengeluaran sekret setelah diberikan fisioterapi dada.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan kontribusi

dalam perkembangan ilmu baru dalam pemberian asuhan keperawatan pada

klien dengan penyakit atau gangguan pernafasan.

2

1.4.2 Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan

pertimbangan untuk alternatif pemberian asuhan keperawatan pasien

dengan peningkatan jumlah secret pada pasien dengan penyakit atau

gangguan pernafasan.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar, acuan

atau informasi untuk penelitian selanjutnya.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tindakan mandiri bagi

pasien.

3

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Fisioterapi Dada

Fisioterapi adalah suatu cara atau bentuk pengobatan untuk mengembalikan

fungsi suatu organ tubuh dengan memakai tenaga alam. Dalam fisioterapi tenaga

alam yang dipakai antara lain listrik, sinar, air, panas, dingin, massage dan latihan

yang mana penggunaannya disesuaikan dengan batas toleransi penderita sehingga

didapatkan efek pengobatan.

Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna

bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis.

Fisioterapi dada ini walaupun caranya kelihatan tidak istimewa tetapi ini sangat

efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien

dengan fungsi paru yang terganggu. Jadi tujuan pokok fisioterapi pada penyakit

paru adalah mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan dan

membantu membersihkan sekret dari bronkus dan untuk mencegah penumpukan

sekret, memperbaiki pergerakan dan aliran sekret. Fisioterapi dada ini dapat

digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada penyakit paru obstruktif

menahun, penyakit pernafasan restriktif termasuk kelainan neuromuskuler dan

penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim paru seperti fibrosis dan pasien

yang mendapat ventilasi mekanik. Fisioterapi dada ini meliputi rangkaian :

postural drainage, perkusi, dan vibrasi. Kontra indikasi

 fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak seperti kegagalan jantung, status

asmatikus, renjatan dan perdarahan masif, sedangkan kontra indikasi relatif seperti

infeksi paru berat, patah tulang iga atau luka baru bekas operasi, tumor paru

dengan kemungkinan adanya keganasan serta adanya kejang rangsangan.

Fisioterapi dada (CPT) yang luas, non-spesifik istilah yang digunakan untuk

menggambarkan pengobatan umumnya dilakukan oleh ahli fisioterapi

(di Kanada ) dan ahli terapi pernapasan dimana nafas ditingkatkan oleh

penghapusan tidak langsung dari lendir dari saluran pernapasan pasien. Istilah lain

yang digunakan di Australia termasuk fisioterapi pernapasan atau kardiotoraks.

4

Teknik meliputi bertepuk tangan atau perkusi: terapis ringan tepukan dada

pasien, punggung, dan daerah di bawah lengan. Perkusi, sementara efektif dalam

pengobatan bayi dan anak-anak, tidak lagi banyak digunakan di Australia pada

orang dewasa karena pengenalan yang lebih efektif dan self-manajemen

perawatan difokuskan. Ini termasuk, tetapi tidak terbatas pada, penggunaan

"kepakan" atau berosilasi perangkat tekanan positif, masker PEP atau perangkat

(tekanan ekspirasi positif) serta rezim latihan khusus. Latihan-latihan yang

diresepkan dapat mencakup latihan pernapasan spesifik misalnya drainase

otogenik, serta latihan kardiovaskular umum yang membantu tubuh untuk

menghilangkan dahak serta meningkatkan efisiensi oksigen up-mengambil dalam

otot.

2.2. Tehnik Fisioterapi Dada

1. Postural Drainage

Draignase postural dilakukan berdasarkan prinsip bahwa mobilisasi dan

transport secret dipengaruhi oleh gravitasi. Tehnik ini dilakukan pada pasien

yang memproduksi banyak sputum (pasien fibrosis kistik, bronkiektasis, dan

abses paru), pasien yang tidak dapat membatukkan sputum dengan efektif

(orang tua, orang dengan otot yang lemah, dan orang yang baru dioperasi,

sembuh dari suatu luka, atau penyakit berat) serta dapat membantu

memperbaiki ventilasi dna perfusi.

Pasien diposisikan sedemikian rupa untuk dapat mengeluarkan secret yang

berasal dari lobus-lobus paru:

a. Pada orang dewasa, draignase postural dilakukan pada atas dengan

menggunakan meja yang dapat dirubah posisinya serta bantal sebagai alat

bantu. Pada orang dewasa, olahraga pernafasan dapat digunakan sebagai

metode tabahan.

b. Pada anak diposisikan pada pangkuan klinis. Pada anakanak, perkusi dada,

vibrasi dan kompresi dada dapat dilakukan bersama tehnik drainase

postural.

5

Berikut gambaran posisi yang tepat untuk mengeluarkan secret dari berbagai paru:

Gambar 2. 4: Berbagai Posisi Tubuh Untuk Mengeluarkan Secret Dari Berbagai Bagian Paru.

Yang perlu diperhatikan saat melakukan drainase postural adalah respon

anak saat tindakan dilakukan. Pada saat timbul tandatanda kesulitan bernapas

misalnya batuk, sianosias dan frekuansi napas meningkat, posisikan anak ke

keadaan yang nyaman.

Drainase postural tidak dapat digunakan untuk orang yang tidak bisa

melakukan posisi yang diperlukan, sedang dalam pengobatan antikoagulan,

muntah darah dalam beberapa hari terakhir, pernah patah tulang iga atau tulang

belakang, dan osteoporosis berat. Drainase postural juga tidak dapat digunakan

pada orang yang tidak dapat memproduksi secret (karena hal ini terjadi, postural

drainase dapat menurunkan kadar oksigen darah).

2. Perkusi dada

Perkusi dada untuk membantu mobilisasi secret. Perkusi dada merupakan

perkusi manual yang dilakukan dengna telapak tangan yang membentuk seperti

6

‘cup’ (merapatkan ibu jari dan keempat jari lainnya) ( Gambar 2.3) kemudian

secara cepat dilakukan gerakan fleksi dan ekstensi sendi serta pergelangan tangan.

Gambar 2.5: Posisi Tangan Saat Melakukan Perkusi (Nastiti N. Raharjoe, 2008)

3. Vibrasi dada

Vibrasi dada juga bertujuan untuk memobilisasi secret. Vibrasi dada

dilakuakn dengan meletakkan tangann terapis pada dada pasien kemudian

menciptakan getaran dengan menggunakan tangna tersebut pada saat ekspirasi.

Teknik ini dapat dikombinasikan dengan teknik kompresi dada.

Gambar 2. 6 : Posisi tangan saat melakukan vibrasi dada

4. Kompresi dada

Dengan bantuan dari ekspitasi yang dilakukanoleh pasien, kompresi dada

dilakuakn dengan tujuan untuk memobilisasi dan transport secret. Pada orang

dewasa, tepis menggunakan tangan yang diletakkan pada sternum ataupun utlang

iga bagian bawah sebelah lateral. Pada anak, terapis dapat menggunakan satu

ataupun dua tangan pada saat fase ekspitasi.

5. Forced expiration tehnicue (FET)

Pertama kali diperkenalkan di Inggris pada tahu 1970-an. Tehnik ini banyak

dipakai pada pasien fibrosis kistik tetapi dapat juga diterapkan pada penyakit

kronik lainnya dengna sekresi mucus yang berlebihan pada saluran napas. Metode

7

FET dan tehnik pernapasan aktif dikombinasikan dengan olahraga ekspansi toraks

dan control pernapasan.

Teknik:

Manuver ini dipergunakan untuk memobilisasi dan mengalirkan secret dengan

cara menciptakan suara “huff”. Suara “huff” tercipta dengan menggunakan

dinding dada dan otot abdominal untuk mengeluarkan udara secara paksa, tidak

sampai melukai, dengan mulut terbuka. Seberapa dalam dan banyaknya sekre

yang dapat di keluarkan bergantung pada volume udara yang dikeluarkan. Metode

ini dilakukan saat pasien berada dalam posisi duduk ataupun terbalik sesuai

dengan gravitasi.

Teknik siklus pernapasan aktif dilakukan dengan urutan:

1. Kontrol pernapasan

2. Olahraga ekspansi toraks

3. Control pernapasan

4. Olahraga ekspansi toraks

5. FET (satu atau dua kali “huff”)

6. Control pernapasn. Siklus ini dapat dilakukan berulang kali samoai semua

secret yang berlebihan tersebut dapat dikeluarkan.

7. Terapi sungkup ekspirasi tekanan positif (Positive expiratory Pressure, PEP).

Terapi sungkup PEP digunakan dengan konsep yang sama dengan

bernapas dengan pernapasan pursed-lips. Metode ini berkembang di Negara

Denmark pada akhir tahun 1970 dan digunakan secara luas kemudian. Pada

dasarnya merupakan salah satu teknik fisioterapi dada yang dapat digunakan oleh

pasien sendiri sebagai terapi fibrosis kistik serta penyakit lain yang dapat

mengeluarkan secret saluran respiratori secara berlebihan.

Teknik:

Sungkup yang digunakan adalah sungkup yang sama denga yang digunakan

anestesioolog yang dihubungkan dengna katup satu arah. Adaptor pipa

endotrakeal untuk neonate dihubungkan ke katup bagian luar yang berfungsi

8

sebagai resistor ekspirasi. Terdapat bermacam-macam resistor yang tesedia,

bergantung pada variasi individual serta perusahaan yang membuatnya. Pasien

menjalani terapi dengan posisi duduuk di atas kursi dengan siku yang

diistirahatkan pada lengan kursi dan sungkup di pasang sampai menutupi mulut

dan hidung dengna nyaman.

Dengan menggunakan pernapasan diagfragma, pasien melakukan inspirasi

dengan volume yang lebih besar dari pad volume tidal dan ekspansi secara aktif.

Resistor yang digunakan dipilih berdasarkan masingmasing individu untuk

menciptakan tekanan PEP antara 10-20 cmH2O dan rasio inspirasi

dibandingnnkan ekspirasi 1,3-1,4. Sebuah manometer dihubungkan dengan katup

bagian luar untuk memonitor tekanan ekspirai yang dapat dilihat langsung oleh

pasien sebagai perbandingan. Sebnayak 10-20 siklus pernapasan yang harus

dilakukan dengan menggunakan stuff. Idealnya PEP dan “huff” dilakukan sampai

saluran respiratori bersih dari secret.

Terapi sungkup tekanan tinggi Dikembangkan pertama kali di Austin pada

awal 1980. Seperti teknik sebelumnya, hanya saja dilengkapi dengan manometer

untuk memamtau tekanan tinggi. Terapi ini juga dilakukan dengan pasien duduk

di kursi dan diku yang diletakkan pada lengan kursi dengan bahu didekatkan

dengan leher untuk memaparkan apek paru. Pasien melakukan pernapasan 8-10

siklus kemudian kapasitas total udara pernapasan dalam mulut dikeluarkan secara

paksa untuk melawan stenosisyang terjadi.

Mobilisasi secret terjadi melalui batuk yang timbul saat rendahnya volume

paru yang tersisa. Setelah sputum keluar, pasien mengulangi maneuver

pernapasan sampai dirasa tidak ada sisa sputum. Harus diperhatikan bahwa

ekspansis secara paksa tidak boleh dihentikan pada saat volume residu belum

tercapai. Tekanan ekspirasi yang tercapai berkisar antara 40-100 H2O.

Melakukan Drainase Postural

Tindakan drainase postural harus dilakukan ketika anak terjaga, sebelum

waktu tidur, dan kira-kira 1 ½ jam sebelum maan siang dan makan malam.

Tindakan tidak boleh dilakukan setelah makan karena latihan dan batuk dapat

menyebabkan anak muntah. Latihan harus selesai 30-45 menit sebelum makan,

9

sehingga anak akan mempunyai kesempatan untuk isirahat dan makan. Setiap sesi

biasanya selesai 20-30 menit dan terdiri dari empat sampai enam posisi (Donna L.

Wong, 2003).

1. Alat dan bahan

a. Tempat tidur atau dipan pada ketinggian yang nyaman

b. Bantal 2 atau 3 buah

c. Tissu wajah

d. Sputum pot

2. Persiapan perawat

Memperkenalkan diri, maksud dan tujuan dari tindakan.

3. Persiapan Pasien (Hilmi M. Lubis 2005)

a. Longgarkan seluruh pakaian pasien, terutama daerah leher dan punggung.

b.Terangkan cara pengobatan kepada pasien secara ringkas tetapi lengkap/jelas.

c. Periksa tekanan dara dan nadi

d. Perikas apakah pasien mempunyai reflelks batuk atau memerlukan suction

untuk mengeluarkan dahak.

4. Pelaksanaan (Donna L. Wong, 2003)

a. Cuci tangan

b. Pilih area yang akan di drainase berdasarkan pengkajian semua area paru,

data klinis, dan chast x-ra.

c. Tempatkan anak pada posisi seperti gambar 2. 7:

d. Beri tahu anak untuk menarik napas dalam. Anak juga dapat menggunakan

botol tiup khusus, coba untuk menup gelembung. Hal ini dapat membantu

anak menarik napas dalam dan menyebabkan anak batuk.

e. Tungkupkan tangan ditempat yang diberi tanda gelap.

f. Kemudian minta anak menarik napas dalam dan vibrasikan area tersebut saat

ia mengeluarkan udara. Ulangi sampai 3 kali pernapasan. Bila anak teralu

kecil untuk memahami bagaimana bernapas dalam dan perlahan, vibrasi saja

selama beberapa pernapasan.

g. Beritahu anak untuk batuk, karena mungkin ia tidak dapat batuk bila

berbaring, bantu dia untuk duduk agar batuk dalam dapat dilakukan dengan

baik.

10

h. Ulangi langkah 1 sampai 5 untuk setiap posisi yang berbeda (Gbr. 2.8-2.15).

i. Meskipun hanya satu sisi yang diperlihatkan di atas, tetapi ingatlah bahwa

prosedur tersebut harus diulangi untuk kedua sisi, sisi kanan maupun kiri.

Ingat: gunakan waktu kira-kira 20 sampai 30 menit untuk setiap sesi.

Perhatikan anak dengan cermat untuk adanya tanda-tanda kelelahan.

Drainase postural harus dihentikan sebelum anak menjadi lelah. Tindakan

ini dapat dilanjutkan setelah anak beristirahat.

j. Evaluasi pengeluaran secret

k. Cuci tangan

l. Dokumentasikan

11

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Fisioterapi dada dalam hal ini merupakan tehnik untuk mengeluarkan secret

yang berlebihan atau material yang teraspirasi dari dalam saluran respiratori dan

usaha bernapas sehingga pada akhirnya dapat terjadi hiperinflasi dan atelektasis.

sehingga dalam hal ini, fisioterapi dada tidak hanya mencegah obstruksi, tetapi

juga mencegah rusaknya saluran respiratori.

Fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak seperti kegagalan jantung, status

asmatikus, renjatan dan perdarahan masif, sedangkan kontra indikasi relatif seperti

infeksi paru berat, patah tulang iga atau luka baru bekas operasi, tumor paru

dengan kemungkinan adanya keganasan serta adanya kejang rangsangan.

Teknik meliputi bertepuk tangan atau perkusi: terapis ringan tepukan dada

pasien, punggung, dan daerah di bawah lengan. Perkusi, sementara efektif dalam

pengobatan bayi dan anak-anak, tidak lagi banyak digunakan di Australia pada

orang dewasa karena pengenalan yang lebih efektif dan self-manajemen

perawatan difokuskan. Latihan-latihan yang diresepkan dapat mencakup latihan

pernapasan spesifik misalnya drainase otogenik, serta latihan kardiovaskular

12

umum yang membantu tubuh untuk menghilangkan dahak serta meningkatkan

efisiensi oksigen up-mengambil dalam otot.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Athur C. & Hall, Jhon E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Guyton

& Hall. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Hidayat, A. Aziz Alimul & Musrifatul uliyah. 2011. Pratik Dasar Kebutuhan

Manusia. Health Books Publishing. Surabaya.

http://en.wikipedia.org/wiki/Chest_physiotherapy

13