bab 1
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam
bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah
maju. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia
merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7
di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam
(PDPI, 2003). Laporan WHO (1999) menyebutkan bahwa penyebab kematian
tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut
termasuk pneumonia dan influenza (PDPI,2003). Pneumonia merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia dibawah 5 tahun (balita).
Diperkirakan hampir seperlima kematian anak diseluruh dunia lebih kurang 2,5
juta anak balita meninggal setiap tahun akibat pneumonia. Menurut survei
kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,6% kematian bayi dari 22,8% kematian balita
di Indonesia disebabkan oleh penyakit sistem respiratori, terutama pneumonia
(Pharmaceutical Care Untuk penyakit Infeksi saluran Pernapasan/DPKES RI,
2005). Laporan surveilans pneumonia di unit rawat inap RSUP NTB Tahun 2008-
2009, cenderung mengalami peningkatan yang signifikan. Berikut data tahunan
perkembangan pasien rawat inap pneumonia.
Mukus adalah penutup yang melindungi bagian dalam paru dan jalan napas.
Mukus menangkap debu dan kotoran dalam udara yang kita hirup dan membantu
mencegah iritasi paru. Bila ada infeksi atau iritasi lain, tubuh menghasilkan
banyak mukus tebal untuk membantu paru menghindari infeksi. Bila mukus yang
terlalu banyak dan kental menyumbat jalan napas, dan pernapasan menjadi lebih
sulit (Nastiti, 2010). Dari hasil studi pendahluan yang dilakukan pada 31 Juli
2010, didapatkan 5 dari 6 pasien dan atau keluarga mengeluhkan kesulitan
mengeluarkan sekret. Pengeluaran secret menjadi sangat penting oleh karena
mikroorganisme dan respon inflamasi yang terjadi akan merangsang pengeluaran
proteolitik sehingga dapat menghancurkan dinding saluran respiratori. Selain itu,
1
akumulasi secret intrabronkial dapat menginisiasi timbulnya infeksi (Nastiti,
2010).
Fisioterapi dada dalam hal ini merupakan tehnik untuk mengeluarkan secret
yang berlebihan atau material yang teraspirasi dari dalam saluran respiratori dan
usaha bernapas sehingga pada akhirnya dapat terjadi hiperinflasi dan atelektasis.
sehingga dalam hal ini, fisioterapi dada tidak hanya mencegah obstruksi, tetapi
juga mencegah rusaknya saluran respiratori.Serangkaian tindakan postural
drainase membantu menghilangkan kelebihan mukus kental dari paru ke dalam
trakea yang dapat dibatukkan keluar (Nastiti, 2010). Selain itu, Glover Mark,
dkk., (2001) dalam bukunya yang berjudul Lower Respiratory Tract Infections.
Pharmacotherapy A Pathophysiologic approach.5th ed.mengatakan bahwa salah
satu terapi pendukung pada pneumonia adalah fisioterapi dada untuk membantu
mengeluarkan sputum (Pharmaceutical Care Untuk penyakit Infeksi saluran
Pernapasan/DPKES RI, 2005).
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana tentang fisioterapi dada pada bayi dan dewasa?
1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pemberian fisioterapi dada terhadap bayi dan dewasa.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengeluaran sekret sebelum diberikan fisioterapi dada.
2. Menganalisa efektifitas pemberian fisioterapi dada terhadap pengeluaran
sekret.
3. Mengidentifikasi pengeluaran sekret setelah diberikan fisioterapi dada.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Teoritis
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan kontribusi
dalam perkembangan ilmu baru dalam pemberian asuhan keperawatan pada
klien dengan penyakit atau gangguan pernafasan.
2
1.4.2 Praktis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan
pertimbangan untuk alternatif pemberian asuhan keperawatan pasien
dengan peningkatan jumlah secret pada pasien dengan penyakit atau
gangguan pernafasan.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar, acuan
atau informasi untuk penelitian selanjutnya.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tindakan mandiri bagi
pasien.
3
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Fisioterapi Dada
Fisioterapi adalah suatu cara atau bentuk pengobatan untuk mengembalikan
fungsi suatu organ tubuh dengan memakai tenaga alam. Dalam fisioterapi tenaga
alam yang dipakai antara lain listrik, sinar, air, panas, dingin, massage dan latihan
yang mana penggunaannya disesuaikan dengan batas toleransi penderita sehingga
didapatkan efek pengobatan.
Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna
bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis.
Fisioterapi dada ini walaupun caranya kelihatan tidak istimewa tetapi ini sangat
efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien
dengan fungsi paru yang terganggu. Jadi tujuan pokok fisioterapi pada penyakit
paru adalah mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan dan
membantu membersihkan sekret dari bronkus dan untuk mencegah penumpukan
sekret, memperbaiki pergerakan dan aliran sekret. Fisioterapi dada ini dapat
digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada penyakit paru obstruktif
menahun, penyakit pernafasan restriktif termasuk kelainan neuromuskuler dan
penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim paru seperti fibrosis dan pasien
yang mendapat ventilasi mekanik. Fisioterapi dada ini meliputi rangkaian :
postural drainage, perkusi, dan vibrasi. Kontra indikasi
fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak seperti kegagalan jantung, status
asmatikus, renjatan dan perdarahan masif, sedangkan kontra indikasi relatif seperti
infeksi paru berat, patah tulang iga atau luka baru bekas operasi, tumor paru
dengan kemungkinan adanya keganasan serta adanya kejang rangsangan.
Fisioterapi dada (CPT) yang luas, non-spesifik istilah yang digunakan untuk
menggambarkan pengobatan umumnya dilakukan oleh ahli fisioterapi
(di Kanada ) dan ahli terapi pernapasan dimana nafas ditingkatkan oleh
penghapusan tidak langsung dari lendir dari saluran pernapasan pasien. Istilah lain
yang digunakan di Australia termasuk fisioterapi pernapasan atau kardiotoraks.
4
Teknik meliputi bertepuk tangan atau perkusi: terapis ringan tepukan dada
pasien, punggung, dan daerah di bawah lengan. Perkusi, sementara efektif dalam
pengobatan bayi dan anak-anak, tidak lagi banyak digunakan di Australia pada
orang dewasa karena pengenalan yang lebih efektif dan self-manajemen
perawatan difokuskan. Ini termasuk, tetapi tidak terbatas pada, penggunaan
"kepakan" atau berosilasi perangkat tekanan positif, masker PEP atau perangkat
(tekanan ekspirasi positif) serta rezim latihan khusus. Latihan-latihan yang
diresepkan dapat mencakup latihan pernapasan spesifik misalnya drainase
otogenik, serta latihan kardiovaskular umum yang membantu tubuh untuk
menghilangkan dahak serta meningkatkan efisiensi oksigen up-mengambil dalam
otot.
2.2. Tehnik Fisioterapi Dada
1. Postural Drainage
Draignase postural dilakukan berdasarkan prinsip bahwa mobilisasi dan
transport secret dipengaruhi oleh gravitasi. Tehnik ini dilakukan pada pasien
yang memproduksi banyak sputum (pasien fibrosis kistik, bronkiektasis, dan
abses paru), pasien yang tidak dapat membatukkan sputum dengan efektif
(orang tua, orang dengan otot yang lemah, dan orang yang baru dioperasi,
sembuh dari suatu luka, atau penyakit berat) serta dapat membantu
memperbaiki ventilasi dna perfusi.
Pasien diposisikan sedemikian rupa untuk dapat mengeluarkan secret yang
berasal dari lobus-lobus paru:
a. Pada orang dewasa, draignase postural dilakukan pada atas dengan
menggunakan meja yang dapat dirubah posisinya serta bantal sebagai alat
bantu. Pada orang dewasa, olahraga pernafasan dapat digunakan sebagai
metode tabahan.
b. Pada anak diposisikan pada pangkuan klinis. Pada anakanak, perkusi dada,
vibrasi dan kompresi dada dapat dilakukan bersama tehnik drainase
postural.
5
Berikut gambaran posisi yang tepat untuk mengeluarkan secret dari berbagai paru:
Gambar 2. 4: Berbagai Posisi Tubuh Untuk Mengeluarkan Secret Dari Berbagai Bagian Paru.
Yang perlu diperhatikan saat melakukan drainase postural adalah respon
anak saat tindakan dilakukan. Pada saat timbul tandatanda kesulitan bernapas
misalnya batuk, sianosias dan frekuansi napas meningkat, posisikan anak ke
keadaan yang nyaman.
Drainase postural tidak dapat digunakan untuk orang yang tidak bisa
melakukan posisi yang diperlukan, sedang dalam pengobatan antikoagulan,
muntah darah dalam beberapa hari terakhir, pernah patah tulang iga atau tulang
belakang, dan osteoporosis berat. Drainase postural juga tidak dapat digunakan
pada orang yang tidak dapat memproduksi secret (karena hal ini terjadi, postural
drainase dapat menurunkan kadar oksigen darah).
2. Perkusi dada
Perkusi dada untuk membantu mobilisasi secret. Perkusi dada merupakan
perkusi manual yang dilakukan dengna telapak tangan yang membentuk seperti
6
‘cup’ (merapatkan ibu jari dan keempat jari lainnya) ( Gambar 2.3) kemudian
secara cepat dilakukan gerakan fleksi dan ekstensi sendi serta pergelangan tangan.
Gambar 2.5: Posisi Tangan Saat Melakukan Perkusi (Nastiti N. Raharjoe, 2008)
3. Vibrasi dada
Vibrasi dada juga bertujuan untuk memobilisasi secret. Vibrasi dada
dilakuakn dengan meletakkan tangann terapis pada dada pasien kemudian
menciptakan getaran dengan menggunakan tangna tersebut pada saat ekspirasi.
Teknik ini dapat dikombinasikan dengan teknik kompresi dada.
Gambar 2. 6 : Posisi tangan saat melakukan vibrasi dada
4. Kompresi dada
Dengan bantuan dari ekspitasi yang dilakukanoleh pasien, kompresi dada
dilakuakn dengan tujuan untuk memobilisasi dan transport secret. Pada orang
dewasa, tepis menggunakan tangan yang diletakkan pada sternum ataupun utlang
iga bagian bawah sebelah lateral. Pada anak, terapis dapat menggunakan satu
ataupun dua tangan pada saat fase ekspitasi.
5. Forced expiration tehnicue (FET)
Pertama kali diperkenalkan di Inggris pada tahu 1970-an. Tehnik ini banyak
dipakai pada pasien fibrosis kistik tetapi dapat juga diterapkan pada penyakit
kronik lainnya dengna sekresi mucus yang berlebihan pada saluran napas. Metode
7
FET dan tehnik pernapasan aktif dikombinasikan dengan olahraga ekspansi toraks
dan control pernapasan.
Teknik:
Manuver ini dipergunakan untuk memobilisasi dan mengalirkan secret dengan
cara menciptakan suara “huff”. Suara “huff” tercipta dengan menggunakan
dinding dada dan otot abdominal untuk mengeluarkan udara secara paksa, tidak
sampai melukai, dengan mulut terbuka. Seberapa dalam dan banyaknya sekre
yang dapat di keluarkan bergantung pada volume udara yang dikeluarkan. Metode
ini dilakukan saat pasien berada dalam posisi duduk ataupun terbalik sesuai
dengan gravitasi.
Teknik siklus pernapasan aktif dilakukan dengan urutan:
1. Kontrol pernapasan
2. Olahraga ekspansi toraks
3. Control pernapasan
4. Olahraga ekspansi toraks
5. FET (satu atau dua kali “huff”)
6. Control pernapasn. Siklus ini dapat dilakukan berulang kali samoai semua
secret yang berlebihan tersebut dapat dikeluarkan.
7. Terapi sungkup ekspirasi tekanan positif (Positive expiratory Pressure, PEP).
Terapi sungkup PEP digunakan dengan konsep yang sama dengan
bernapas dengan pernapasan pursed-lips. Metode ini berkembang di Negara
Denmark pada akhir tahun 1970 dan digunakan secara luas kemudian. Pada
dasarnya merupakan salah satu teknik fisioterapi dada yang dapat digunakan oleh
pasien sendiri sebagai terapi fibrosis kistik serta penyakit lain yang dapat
mengeluarkan secret saluran respiratori secara berlebihan.
Teknik:
Sungkup yang digunakan adalah sungkup yang sama denga yang digunakan
anestesioolog yang dihubungkan dengna katup satu arah. Adaptor pipa
endotrakeal untuk neonate dihubungkan ke katup bagian luar yang berfungsi
8
sebagai resistor ekspirasi. Terdapat bermacam-macam resistor yang tesedia,
bergantung pada variasi individual serta perusahaan yang membuatnya. Pasien
menjalani terapi dengan posisi duduuk di atas kursi dengan siku yang
diistirahatkan pada lengan kursi dan sungkup di pasang sampai menutupi mulut
dan hidung dengna nyaman.
Dengan menggunakan pernapasan diagfragma, pasien melakukan inspirasi
dengan volume yang lebih besar dari pad volume tidal dan ekspansi secara aktif.
Resistor yang digunakan dipilih berdasarkan masingmasing individu untuk
menciptakan tekanan PEP antara 10-20 cmH2O dan rasio inspirasi
dibandingnnkan ekspirasi 1,3-1,4. Sebuah manometer dihubungkan dengan katup
bagian luar untuk memonitor tekanan ekspirai yang dapat dilihat langsung oleh
pasien sebagai perbandingan. Sebnayak 10-20 siklus pernapasan yang harus
dilakukan dengan menggunakan stuff. Idealnya PEP dan “huff” dilakukan sampai
saluran respiratori bersih dari secret.
Terapi sungkup tekanan tinggi Dikembangkan pertama kali di Austin pada
awal 1980. Seperti teknik sebelumnya, hanya saja dilengkapi dengan manometer
untuk memamtau tekanan tinggi. Terapi ini juga dilakukan dengan pasien duduk
di kursi dan diku yang diletakkan pada lengan kursi dengan bahu didekatkan
dengan leher untuk memaparkan apek paru. Pasien melakukan pernapasan 8-10
siklus kemudian kapasitas total udara pernapasan dalam mulut dikeluarkan secara
paksa untuk melawan stenosisyang terjadi.
Mobilisasi secret terjadi melalui batuk yang timbul saat rendahnya volume
paru yang tersisa. Setelah sputum keluar, pasien mengulangi maneuver
pernapasan sampai dirasa tidak ada sisa sputum. Harus diperhatikan bahwa
ekspansis secara paksa tidak boleh dihentikan pada saat volume residu belum
tercapai. Tekanan ekspirasi yang tercapai berkisar antara 40-100 H2O.
Melakukan Drainase Postural
Tindakan drainase postural harus dilakukan ketika anak terjaga, sebelum
waktu tidur, dan kira-kira 1 ½ jam sebelum maan siang dan makan malam.
Tindakan tidak boleh dilakukan setelah makan karena latihan dan batuk dapat
menyebabkan anak muntah. Latihan harus selesai 30-45 menit sebelum makan,
9
sehingga anak akan mempunyai kesempatan untuk isirahat dan makan. Setiap sesi
biasanya selesai 20-30 menit dan terdiri dari empat sampai enam posisi (Donna L.
Wong, 2003).
1. Alat dan bahan
a. Tempat tidur atau dipan pada ketinggian yang nyaman
b. Bantal 2 atau 3 buah
c. Tissu wajah
d. Sputum pot
2. Persiapan perawat
Memperkenalkan diri, maksud dan tujuan dari tindakan.
3. Persiapan Pasien (Hilmi M. Lubis 2005)
a. Longgarkan seluruh pakaian pasien, terutama daerah leher dan punggung.
b.Terangkan cara pengobatan kepada pasien secara ringkas tetapi lengkap/jelas.
c. Periksa tekanan dara dan nadi
d. Perikas apakah pasien mempunyai reflelks batuk atau memerlukan suction
untuk mengeluarkan dahak.
4. Pelaksanaan (Donna L. Wong, 2003)
a. Cuci tangan
b. Pilih area yang akan di drainase berdasarkan pengkajian semua area paru,
data klinis, dan chast x-ra.
c. Tempatkan anak pada posisi seperti gambar 2. 7:
d. Beri tahu anak untuk menarik napas dalam. Anak juga dapat menggunakan
botol tiup khusus, coba untuk menup gelembung. Hal ini dapat membantu
anak menarik napas dalam dan menyebabkan anak batuk.
e. Tungkupkan tangan ditempat yang diberi tanda gelap.
f. Kemudian minta anak menarik napas dalam dan vibrasikan area tersebut saat
ia mengeluarkan udara. Ulangi sampai 3 kali pernapasan. Bila anak teralu
kecil untuk memahami bagaimana bernapas dalam dan perlahan, vibrasi saja
selama beberapa pernapasan.
g. Beritahu anak untuk batuk, karena mungkin ia tidak dapat batuk bila
berbaring, bantu dia untuk duduk agar batuk dalam dapat dilakukan dengan
baik.
10
h. Ulangi langkah 1 sampai 5 untuk setiap posisi yang berbeda (Gbr. 2.8-2.15).
i. Meskipun hanya satu sisi yang diperlihatkan di atas, tetapi ingatlah bahwa
prosedur tersebut harus diulangi untuk kedua sisi, sisi kanan maupun kiri.
Ingat: gunakan waktu kira-kira 20 sampai 30 menit untuk setiap sesi.
Perhatikan anak dengan cermat untuk adanya tanda-tanda kelelahan.
Drainase postural harus dihentikan sebelum anak menjadi lelah. Tindakan
ini dapat dilanjutkan setelah anak beristirahat.
j. Evaluasi pengeluaran secret
k. Cuci tangan
l. Dokumentasikan
11
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fisioterapi dada dalam hal ini merupakan tehnik untuk mengeluarkan secret
yang berlebihan atau material yang teraspirasi dari dalam saluran respiratori dan
usaha bernapas sehingga pada akhirnya dapat terjadi hiperinflasi dan atelektasis.
sehingga dalam hal ini, fisioterapi dada tidak hanya mencegah obstruksi, tetapi
juga mencegah rusaknya saluran respiratori.
Fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak seperti kegagalan jantung, status
asmatikus, renjatan dan perdarahan masif, sedangkan kontra indikasi relatif seperti
infeksi paru berat, patah tulang iga atau luka baru bekas operasi, tumor paru
dengan kemungkinan adanya keganasan serta adanya kejang rangsangan.
Teknik meliputi bertepuk tangan atau perkusi: terapis ringan tepukan dada
pasien, punggung, dan daerah di bawah lengan. Perkusi, sementara efektif dalam
pengobatan bayi dan anak-anak, tidak lagi banyak digunakan di Australia pada
orang dewasa karena pengenalan yang lebih efektif dan self-manajemen
perawatan difokuskan. Latihan-latihan yang diresepkan dapat mencakup latihan
pernapasan spesifik misalnya drainase otogenik, serta latihan kardiovaskular
12
umum yang membantu tubuh untuk menghilangkan dahak serta meningkatkan
efisiensi oksigen up-mengambil dalam otot.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Athur C. & Hall, Jhon E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Guyton
& Hall. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Hidayat, A. Aziz Alimul & Musrifatul uliyah. 2011. Pratik Dasar Kebutuhan
Manusia. Health Books Publishing. Surabaya.
http://en.wikipedia.org/wiki/Chest_physiotherapy
13