bab 1

13
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Senyum dengan barisan gigi putih dan bersih dapat meningkatkan kepercayaan diri seseorang, sehingga banyak orang merasa terganggu dengan adanya perubahan warna pada gigi. Menurut Grossman, dkk. (1995), perubahan warna gigi atau diskolorisasi diklasifikiasikan menjadi dua, pertama adalah diskolorisasi ekstrinsik yang dapat berasal dari noda teh, noda tembakau, maupun noda nitrat perak. Klasifikasi kedua adalah diskolorisasi intrinsik dapat berupa stain tetracycline, diskolorisasi pada gigi nekrosis, amelogenesis imperfekta maupun dentinogenesis imperfekta. Diskolorasi ekstrinsik relatif lebih mudah diatasi, karena dengan cara membersihkan noda pada permukaan email atau melakukan pemutihan gigi yang biasa disebut bleaching warna gigi akan kembali seperti semula (Sundoro, 2005). Bahan bleaching untuk diskolorasi ekstrinsik yang sering digunakan adalah hidrogen peroksida dan karbamid peroksida, namun efek samping dari hidrogen peroksida adalah apabila berkontak dengan jaringan tubuh dapat menyebabkan jaringan terbakar (Walton & Torabinejad, 1996). Penelitian Jorgensen & Carroll (2002) menemukan bahwa karbamid peroksida dapat

Upload: tantii-susanti

Post on 22-Dec-2015

7 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

nnnnnn

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Senyum dengan barisan gigi putih dan bersih dapat meningkatkan

kepercayaan diri seseorang, sehingga banyak orang merasa terganggu dengan

adanya perubahan warna pada gigi. Menurut Grossman, dkk. (1995), perubahan

warna gigi atau diskolorisasi diklasifikiasikan menjadi dua, pertama adalah

diskolorisasi ekstrinsik yang dapat berasal dari noda teh, noda tembakau,

maupun noda nitrat perak. Klasifikasi kedua adalah diskolorisasi intrinsik dapat

berupa stain tetracycline, diskolorisasi pada gigi nekrosis, amelogenesis

imperfekta maupun dentinogenesis imperfekta.

Diskolorasi ekstrinsik relatif lebih mudah diatasi, karena dengan cara

membersihkan noda pada permukaan email atau melakukan pemutihan gigi

yang biasa disebut bleaching warna gigi akan kembali seperti semula (Sundoro,

2005). Bahan bleaching untuk diskolorasi ekstrinsik yang sering digunakan

adalah hidrogen peroksida dan karbamid peroksida, namun efek samping dari

hidrogen peroksida adalah apabila berkontak dengan jaringan tubuh dapat

menyebabkan jaringan terbakar (Walton & Torabinejad, 1996). Penelitian

Jorgensen & Carroll (2002) menemukan bahwa karbamid peroksida dapat

Page 2: BAB 1

menyebabkan gigi sensitif. Hal inilah yang membuat para peneliti mencari

alternatif bahan bleaching yang aman dan alami.

Dalam penelitiannya Fauziyah, dkk. (2012) menemukan bahwa

pengolesan belimbing wuluh yang telah dilumatkan pada permukaan gigi mampu

merubah warna gigi menjadi lebih putih. Perubahan warna tersebut dikarenakan

kandungan asam oksalat dalam belimbing wuluh (Dangat, dkk., 2014). Dalam

bukunya, Freedman & McLaughlin (1991) menyatakan bahwa asam oksalat

telah digunakan sebagai bahan bleaching sejak abad 19 disamping hydrogen

peroksida dan eter peroksida.

Asam oksalat merupakan golongan asam karboksilat yang memiliki

kemampuan memutihkan gigi (Fauziyah, dkk., 2012), dimana kandungan asam

oksalat ini terdapat di dalm buah belimbing manis (Avinash, 2010). Golongan

dari asam karboksilat lainnya yang memiliki kemampuan memutihkan gigi

adalah asam malat, jenis asam ini terdapat pada buah apel yang pada konsentrasi

50% memiliki efek memutihkan gigi (Hart, 1990; Dewi, 2014).

Belimbing manis merupakan jenis buah tropis yang mana tanaman ini

merupakan tanaman asli Indonesia namun sudah tersebar ke beberapa Negara di

Asia Tenggara (Widyastuti & Paimin, 1993). Buah ini memiliki rasa yang manis

bercampur asam dimana rasa asam berasal dari asam sitrat dan asam oksalat

yang dikandungnya (Ashari, 1995)

Di dalam Al-quran tercantum manfaat dari buah belimbing manis,

seperti dalam firman Allah surat An Nahl ayat 11 yang artinya “Dia

Page 3: BAB 1

menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma,

anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu

benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkannya”,

karena belimbing manis tersebut mengandung beberapa gizi seperti vitamin A,

vitamin C, gula, protein, dan serat (Ashari, 1995).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas makan dapat dirumuskan

permasalahan yaitu bagaimanakah pengaruh jus buah belimbing manis terhadap

perubahan warna gigi dalam proses bleaching dengan konsentrasi yang

berbeda?

C. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

perendaman jus buah belimbing manis terhadap perubahan warna gigi dalam

proses bleaching berdasarkan perbedaan konsentrasi.

D. Manfaat

1. Bagi peneliti

Dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan bagi peneliti

tentang penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah dalam bidang

kesehatan gigi

Page 4: BAB 1

2. Bagi masyarakat

a. Memberikan informasi di bidang kesehatan mengenai potensi

buah belimbing manis dalam memutihkan gigi

b. Memberikan manfaat bagi masyarakat dalam membantu

merubah warna gigi menjadi lebih putih dengan

memanfaatkan bahan alami yang tersedia di lingkungan

sekitar

3. Bagi perkembangan ilmu

Memberikan tambahan masukan bagi peneliti lain mengenai

manfaat buah belimbing manis dalam merubah warna gigi menjadi

lebih putih, sehingga dapat dijadikan acuan untuk penelitian lebih

lanjut

E. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang “ Pengaruh perendaman jus buah belimbing manis

terhadap perubahan warna gigi dalam proses bleaching berdasarkan perbedaan

konsentrasi” belum pernah dilakukan, namun ada beberapa penelitian

pendukung, yaitu:

1. Pengaruh ekstrak buah apel (Malus sylvestris) terhadap perubahan warna

gigi dalam proses bleaching (pemutihan gigi) berdasarkan perbedaan

konsentrasi, Setianingsih, 2008. Perbedaannya terletak pada variable

pengaruh, yaitu pada penelitian sebelumnya menggunakan ekstrak buah

Page 5: BAB 1

apel, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan peneliti

menggunakan jus buah belimbing manis

2. Colour change of enamel after application of Averrhoa billimbi, Fauziyah,

dkk.,2012. Perbedaannya terletak pada variabel pengaruh, yaitu pada

penelitian sebelumnya menggunakan olesan belimbing wuluh, sedangkan

pada penelitian yang akan dilakukan peneliti menggunakan jus buah

belimbing manis.

3. Perendaman gigi dengan ekstrak apel (Malus sylvestris mill) varietas anna

konsentrasi 50% dapat memutihkan gigi yang telah direndam larutan kopi,

Dewi, 2014. Perbedaannya terletak pada variabel pengaruh, yaitu pada

penelitian sebelumnya menggunakan ekstrak buah apel varietas anna

dengan konsentrasi 50%, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan

peneliti menggunakan jus buah belimbing manis. Perbedaan lainnya yaitu

pada penelitian sebelumnya terdapat perendaman gigi di dalam larutan

kopi, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan tidak ada proses

perendaman gigi di dalam larutan kopi.

Page 6: BAB 1

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori

1. Gigi

a. Struktur gigi

Secara makroskopis gigi terdiri dari mahkota/korona, akar/radix

dan garis servikal/sement-enamel junction. Mahkota adalah bagian gigi

yang dilapisi jaringan email yang normalnya terletak di luar jaringan

gingival. Akar gigi adalah bagian gigi yang dilapisi jaringan sementum

dan ditopang oleh tulang alveolar dari maksila dan mandibula. Garis

servikal adalah batas antara jaringan sementum dan email, yang

merupakan pertemuan antara mahkota dan akar gigi (Ijtiningsih, 2012).

b. Warna gigi

Gigi desidui memiliki warna normal yaitu putih kebiru-biruan,

sedangkan kuning keabu-abuan, putih keabu-abuan atau putih kekuning-

kuningan merupakan warna normal dari gigi permanen. Warna-warna

tersebut dipengaruhi oleh translusensi dan ketebalan email, ketebalan dan

warna dentin dan warna pulpa (Grossman, dkk., 1995)

Dalam bukunya Sundoro (2005) mengungkapkan bahwa email

memiliki sifat translusen yang dapat memancarkan warna dari dentin,

dengan kata lain warna dentin akan berpengaruh terhadap warna gigi. Gigi

Page 7: BAB 1

pada usia tua memiliki warna yang lebih gelap dari gigi muda, hal ini

disebabkan email semakin tipis oleh adanya abrasi dan atau atrisi,

sebaliknya dentin justru mengalami penebalan dengan terbentuknya dentin

sekunder dan dentin tersier.

c. Perubahan warna gigi

Perubahan warna pada gigi dapat tampak pada saat gigi erupsi

maupun akibat dari prosedur perawatan gigi (Walton & Torabinejad,

2001). Klasifikasi perubahan warna gigi atau diskolorisasi terbagi menjadi

dua, yaitu diskolorasi intrinsik dan ekstrsinsik (Grossman, 1995). Dalam

bukunya Nisha & Amit (2008) mengungkapkan bahwa trauma , nekrosis

serta tingginya paparan fluor dan tetracycline pada gigi merupakan

penyebab dari diskolorasi intrinsic, sedangkan diskolorasi eksterinsik

disebabkan oleh noda kopi, noda teh, red wine, wortel dan tembakau.

Diskolorasi intrinsik merupakan perubahan warna yang terjadi

pada bagian dalam struktur gigi dan relatif sulit dirawat secara eksternal

(Walton & Torabinejad, 1996). Diskolorasi ini disebabkan oleh beberapa

hal diantaranya trauma yang menyebabkan perdarahan pada gigi, obat-

obatan seperti tetracycline dan bahan pengisi saluran akar, dimana semua

zat warna dari bahan tersebut mengendap di tubuli dentin dan

menyebabkan perubahan warna (Sundoro, 2005).

Diskolorasi ekstrinsik merupakan perubahan warna pada

permukaan luar gigi yang lebih dapat diputihkan secara eksternal

Page 8: BAB 1

(Grossman, dkk., 1995; Walton & Torabinejad, 1996). Diskolorasi ini

disebabkan oleh noda makanan, minuman, dan juga tembakau, dimana zat

warna dari bahan tersebut mengendap pada permukaan email yang

mengakibatkan warna dari permukaan gigi berubah.

d. Interpretasi warna gigi

Interpretasi warna gigi dapat dilakukan dengan menggunakan

berbagai instrumen, diantaranya shade guides, spectrophotometer,

colorimeter, dan kamera digital yang dilengkapi red, green, blue (RGB)

devices (Ahmad, 2006).

Penggunaan instrument konvensional seperti shade guide dinilai

kurang akurat dalam menginterpretasikan warna karena persepsi terhadap

warna setiap praktisi berbeda, diamana hal tersebut dipengaruhi

keterampilan dari praktisi itu sendiri (Basavanna, dkk., 2013).

Spectrophotometer merupakan instrument paling akurat dibanding

colorimeter dan kamera digital yang dilengkapi red, green, blue (RGB)

devices. Colorimeter dinilai kurang akurat karena data relatif mudah untuk

dimanipulasi oleh pengguna sedangkan kamera digital yang dilengkapi

red, green, blue (RGB) devices dinilai kurang akurat karena interpretasi

software sangat bergantung pada kualitas gambar (Ahmad, 2006).

2. Pemutihan gigi

a. Definisi dan sejarah pemutihan gigi

Page 9: BAB 1

Pemutihan gigi adalah suatu prosedur mencerahkan warna gigi

dengan menggunakan agen kimia dengan tujuan mengoksidasi pigmen

organik pada gigi (Nisha & Amit, 2008).

Pemutihan gigi menggunakan beberapa bahan seperti asam

oksalat, kalsium hipoklorit, hydrogen peroksida dan hidrogen dioksida

telah dilakukan sejak abad ke-19. Asam hidroklorit, superoksol dengan

pemanas, superoksol dengan cahaya dan pemanas mulai diperkenalkan

pada abad selanjutnya (Freedman & McLaughlin, 1991).

b. Bahan pemutih gigi

Oksidator dan reduktor merupakan bahan yang digunakan dalam

pemutihan gigi. Oksidator lebih banyak digunakan dan banyak tersedia di

pasaran. Oksidator yang banyak digunakan adalah hidrogen peroksida,

natrium perborat, dan karbamid peroksida (Walton & Torabinejad, 1996).

Hidrogen peroksida tersedia dalam berbagai konsentrasi.

Konsentrasi yang paling umum digunakan adalah konsentrasi 30% sampai

35% (Superoxol, Perhydrol). Cairan ini harus ditangani dengan hati-hati

karena sifatnya yang tidak stabil, melepas oksigen dan dapat meledak.

Cara menghindari bahaya tersebut adalah dengan meletakkan bahan di

dalam lemari pendingin dan disimpan dalam botol gelap. Bahan ini juga

menimbulkn efek terbakar pada saat berkontak dengan jaringan (Walton &

Torabinejad, 1996).

Page 10: BAB 1

Natrium perborat tersedia dalam bentuk puder putih, stabil atau

dalam bentuk granular yang apabila akan digunakan harus digiling

menjadi puder (Grossman, dkk.,1995). Salah satu kelebihan bahan ini

disbanding cairan hydrogen perokksida pekat adalh lebih mudah dikontrol

dan lebih aman digunakan (Walton & Torabinejad, 1996)

Karbamid peroksida tersedia dalam berbagai konsentrasi antara 3%

sampai 15%. Konsentrasi yang umum tersedia di pasaran adalah

konsentrasi 10% dengan pH rata-rata 2 sampai 6,5 (Walton &

Torabinejad, 1996). Dalam bukunya Brenna, dkk. (2012) mengungkapkan

bahwa bahan ini akan terpecah menjadi 3% sampai 5% hidrogen

peroksida dan 5% sampai 7% urea setelah pengaplikasiannya (saat kontak

dengan air).

c. Mekanisme pemutihan gigi

Mekanisme pemutihan gigi terjadi saat penetrasi proksida pada

permukaan gigi melepaskan oksigen. Oksigen yang terlepas akan

memecah molekul komplek dari pigmen yang menyebabkan diskolorasi

gigi menjadi molekul sederhana yang tidak berwarna (Brenna, dkk., 2012)

d. Teknik pemutihan gigi

Teknik pemutihan gigi terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Teknik pemutihan internal (non vital)

Page 11: BAB 1

Teknik pemutihan internal yang sering digunakan adalah

teknik termokatalitik dan teknik walking bleach (Walton &

Torabinejad, 1996).

a) Teknik termokatalitik

Teknik termokatalitik dilakukan dengan cara peletakan

bahan pemutih gigi di dalam kamar pulpa disertai penggunaan

panas yang biasa berasal dari lampu, alat yang dipanaskan atau alat

pemanas listrik (Walton & Torabinejad, 1996).

b) Teknik walking bleach

Menurut Patil (2002), teknik walking bleach dilakukan

dengan cara menaruh bahan pemutih gigi yaitu campuran antara

sodium perborat dan hidrogen peroksida pada kamar pulpa yang

sebelumnya telah dilakukan pembuangan gutta percha sampai

batar orifis.

2. Teknik pemutihan eksternal (vital)

Teknik pemutihan eksternal dilakukan dengan cara

mengaplikasikan bahan pemutih pada permukaan gigi. Teknik ini

terbagi menjadi dua yaitu at home bleaching dan in office bleaching

(Brenna, dkk., 2012).

a) At home bleaching

Teknik ini dilakukan sendiri oleh pasien dengan

menggunakan bahan pemutih gigi sesuai dengan instruksi dokter

Page 12: BAB 1

gigi (Brenna, dkk., 2012). Bahan yang biasa digunakan dalam

teknik ini adalah karbamid peroksida dengan konsentrasi 10%

sampai 15% dengan bantuan alat yang disebut vacuuform tray

(Patil, 2002)

b) In office bleaching

Teknik ini dilakukan oleh langsung dokter gigi. Bahan

yang biasanya digunakan adalah hidrogen peroksida atau karbamid

peroksida dengan konsentrasi 35%. Kedua bahan tersebut dapat

dikombinasikan dengan konsentrasi 20% untuk hidrogen peroksida

dan 16% untuk karbamid peroksida

e. Faktor yang mempengaruhi proses pemutihan gigi

Banyak faktor yang mempengaruhi proses pemutihan gigi,

diantaranya tipe noda pada gigi, umur pasien, konsentrasi dari bahan

pemutih gigi, lama waktu pengaplikasian bahan pemutih gigi dan

frekuensi pengaplikasian bahan pemutih gigi (American Dental

Association, 2009).

3. Belimbing manis

a. Karakteristik dan klasifikasi

Averrhoa carambolla biasa dikenal dengan nama belimbing manis.

Belimbing manis merupakan tanaman asli Indonesia dan Malaysia

yang telah menyebar ke beberapa Negara di Asia Tenggara

(Widyastuti & Paimin, 1993). Buah ini berbuah sepanjang tahun (tidak

Page 13: BAB 1

musiman) dan biasa tumbuh di dataran rendah dengan iklim bertipe

basah (Ashari, 1995). Menurut Purwaningsih (2007), taksonomi

belimbing manis termasuk dalam klasifikasi sebagai berikut:

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta ( Flowering plants )

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledone

Ordo : Oxalidales

Family : Oxalidaceae

Genus : Avrrhoa dan Oxalis

Spesies : Averrhoa carambola

b. Morfologi dan varietas

Belimbing manis dijuluki star fruit karena apabila buah ini dipotong

melintang akan menghasilkan potongan berbentuk bintang. Buah ini

mempunyai 4 atau 5 segi, dimana di setiap seginya terdapat 1 sampai

15 biji tergantung pada jenis serta penyerbukannya (Ashari, 1995)

c. Kandungan kimia

d. Khasiat dan kegunaan

e. Belimbing manis sebagai bahan pemutih gigi