bab 1 - copy.pdf
TRANSCRIPT
-
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Senyum dengan barisan gigi putih dan bersih dapat meningkatkan
kepercayaan diri seseorang, sehingga banyak orang merasa terganggu dengan
adanya perubahan warna pada gigi. Menurut Grossman, dkk. (1995), perubahan
warna gigi atau diskolorisasi diklasifikiasikan menjadi dua, pertama adalah
diskolorisasi ekstrinsik yang dapat berasal dari noda teh, noda tembakau,
maupun noda nitrat perak. Klasifikasi kedua adalah diskolorisasi intrinsik dapat
berupa stain tetracycline, diskolorisasi pada gigi nekrosis, amelogenesis
imperfekta maupun dentinogenesis imperfekta.
Diskolorasi ekstrinsik adalah diskolorasi yang lebih umum terjadi dan
sejauh ini merupakan hal yang sering dihadapi oleh dokter gigi (Anonim, 2015).
Hal tersebut didukung dari tingginya angka perokok di Asia Tenggara serta
tingginya angka pengkonsumsi teh di kota Yogyakarta (The Asean Tobacco
Control Report, 2012. Andrianto & Christian Budi, 2006), dimana diketahui
bahwa teh dan tembakau merupakan faktor dari diskolorasi ekstrinsik.
Diskolorasi ekstrinsik dapat diperbaiki dengan pemutihan gigi atau
bleaching. Bahan bleaching untuk diskolorasi ekstrinsik yang sering digunakan
-
adalah hidrogen peroksida dan karbamid peroksida, namun efek samping dari
hidrogen peroksida adalah apabila berkontak dengan jaringan tubuh dapat
menyebabkan jaringan terbakar (Walton & Torabinejad, 1996). Penelitian
Jorgensen & Carroll (2002) menemukan bahwa karbamid peroksida dapat
menyebabkan gigi sensitif. Hal inilah yang membuat para peneliti mencari
alternatif bahan bleaching yang aman dan alami.
Dalam penelitiannya Cut Fauziyah, dkk. (2012) menemukan bahwa
pengolesan belimbing wuluh yang telah dilumatkan pada permukaan gigi mampu
merubah warna gigi menjadi lebih putih. Perubahan warna tersebut dikarenakan
kandungan asam oksalat dalam belimbing wuluh (Bhaurav. T. Dangat, dkk.,
2014). Dalam artikel Van B. Haywood (1992) menyatakan bahwa asam oksalat
telah digunakan sebagai bahan bleaching sejak abad 19 disamping hydrogen
peroksida dan eter peroksida.
Asam oksalat merupakan golongan asam karboksilat yang memiliki
kemampuan memutihkan gigi (Cut Fauziyah, dkk., 2012), dimana kandungan
asam oksalat ini terdapat di dalm buah belimbing manis (Avinash, 2010).
Golongan dari asam karboksilat lainnya yang memiliki kemampuan memutihkan
gigi adalah asam malat, jenis asam ini terdapat pada buah apel yang pada
konsentrasi 50% memiliki efek memutihkan gigi (Harold Hart, 1990, Luh Putu
DD, 2014).
Belimbing manis merupakan jenis buah tropis yang mana tanaman ini
merupakan tanaman asli Indonesia namun sudah tersebar ke beberapa Negara di
-
Asia Tenggara (Yustina & Farry, 1993). Buah ini memiliki rasa yang manis
bercampur asam dimana rasa asam berasal dari asam sitrat dan asam oksalat
yang dikandungnya (Sumeru Ashari, 1995)
Di dalam Al-quran tercantum manfaat dari buah belimbing manis,
seperti dalam firman Allah surat An Nahl ayat 11 yang artinya Dia
menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma,
anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkannya,
karena belimbing manis tersebut mengandung beberapa gizi seperti vitamin A,
vitamin C, gula, protein, dan serat (Sumeru Ashari, 1995).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas makan dapat dirumuskan
permasalahan yaitu bagaimanakah pengaruh jus buah belimbing manis terhadap
perubahan warna gigi dalam proses bleaching dengan konsentrasi yang
berbeda?
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
perendaman jus buah belimbing manis terhadap perubahan warna gigi dalam
proses bleaching berdasarkan perbedaan konsentrasi.
-
D. Manfaat
1. Bagi peneliti
Dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan bagi peneliti
tentang penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah dalam bidang
kesehatan gigi
2. Bagi masyarakat
a. Memberikan informasi di bidang kesehatan mengenai potensi
buah belimbing manis dalam memutihkan gigi
b. Memberikan manfaat bagi masyarakat dalam membantu
merubah warna gigi menjadi lebih putih dengan
memanfaatkan bahan alami yang tersedia di lingkungan
sekitar
3. Bagi perkembangan ilmu
Memberikan tambahan masukan bagi peneliti lain mengenai
manfaat buah belimbing manis dalam merubah warna gigi menjadi
lebih putih, sehingga dapat dijadikan acuan untuk penelitian lebih
lanjut
E. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang Pengaruh perendaman jus buah belimbing manis
terhadap perubahan warna gigi dalam proses bleaching berdasarkan perbedaan
-
konsentrasi belum pernah dilakukan, namun ada beberapa penelitian
pendukung, yaitu:
1. Pengaruh ekstrak buah apel (Malus sylvestris) terhadap perubahan warna
gigi dalam proses bleaching (pemutihan gigi) berdasarkan perbedaan
konsentrasi, Setianingsih, 2008. Perbedaannya terletak pada variable
pengaruh, yaitu pada penelitian sebelumnya menggunakan ekstrak buah
apel, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan peneliti
menggunakan jus buah belimbing manis
2. Colour change of enamel after application of Averrhoa billimbi .
perbedaannya terletak pada variable pengaruh, yaitu pada penelitian
sebelumnya menggunakan olesan belimbing wuluh, sedangkan pada
penelitian yang akan dilakukan peneliti menggunakan jus buah belimbing
manis.
-
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
1. Gigi
a. Struktur gigi
Secara makroskopis gigi terdiri dari mahkota/korona, akar/radix
dan garis servikal/sement-enamel junction. Mahkota adalah bagian gigi
yang dilapisi jaringan email yang normalnya terletak di luar jaringan
gingival. Akar gigi adalah bagian gigi yang dilapisi jaringan sementum
dan ditopang oleh tulang alveolar dari maksila dan mandibula. Garis
servikal adalah batas antara jaringan sementum dan email, yang
merupakan pertemuan antara mahkota dan akar gigi (Ijtiningsih, 2012).
b. Warna gigi
Gigi desidui memiliki warna normal yaitu putih kebiru-biruan,
sedangkan kuning keabu-abuan, putih keabu-abuan atau putih kekuning-
kuningan merupakan warna normal dari gigi permanen. Warna-warna
tersebut dipengaruhi oleh translusensi dan ketebalan email, ketebalan dan
warna dentin dan warna pulpa (Grossman, dkk., 1995)
Semakin bertambahnya umur gigi akan mengalami abrasi atau
erosi yang mengakibatkan email menjadi lebih tipis, dan deposisi dentin
sekunder dan reparatif mengakibatkan dentin mengalami penebalan, kedua
hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan warna gigi selama hidup
-
seseorang, sehingga tak heran bila gigi orang-orang tua biasanya lebih
kuning atau keabu-abuan atau abu kekuning-kuningan daripada gigi orang
muda (Grossman, dkk., 1995)
c. Klasifikasi perubahan warna
Dalam bukunya Grossman, dkk. (1995) mengungkapkan bahwa
klasifikasi perubahan warna gigi atau diskolorisasi terbagi menjadi
dua, yaitu:
1) Diskolorasi Ekstrinsik
Diskolorasi ekstrinsik yaitu perubahan warna gigi pada bagian
luar gigi dan biasanya penyebab dari diskolorasi ini adalah
faktor lokal seperti noda tembakau dan noda teh, dapat
dihilangkan dengan scalling dan pemolesan pada waktu
profilaksis gigi.
2) Diskolorasi Intrinsik
Diskolorasi intrinsik yaitu perubahan warna gigi yang
disebabkan oleh noda yang terdapat di dalam email dan dentin
yang disebaban oleh penumpukan atau penggabungan bahan
di dalam struktur gigi. Walton dan Torabinejad (1996)
mengungkapkan bahwa bahan yang dapat menyebabkan
diskolorasi intrinsik diantaranya tetracycline, material obturasi
dan amalgam.
d. Etiologi perubahan warna gigi