bab 1 dm edo

7
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Smeltzer, 2001). Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronik kompleks yang melibatkan kelainan metabolisme, protein dan lemak, dan berkembangnya komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler, dan neurologist. (Long, 1996). Prevalensi nasional penyakit diabetes melitus adalah 1,1% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala). Sebanyak 16 provinsi mempunyai prevalensi penyakit diabetes melitus diatas prevalensi nasional, yaitu Nangroe Aceh Darussalam, Sumatra Barat, Riau, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Papua Barat. (Riskesdas, 2007).

Upload: ahmadhazrulw

Post on 15-Sep-2015

11 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

BAB 1 DM EDO

TRANSCRIPT

BAB 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Smeltzer, 2001).

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronik kompleks yang melibatkan kelainan metabolisme, protein dan lemak, dan berkembangnya komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler, dan neurologist. (Long, 1996).Prevalensi nasional penyakit diabetes melitus adalah 1,1% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala). Sebanyak 16 provinsi mempunyai prevalensi penyakit diabetes melitus diatas prevalensi nasional, yaitu Nangroe Aceh Darussalam, Sumatra Barat, Riau, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Papua Barat. (Riskesdas, 2007).

Prevalensi nasional diabetes melitus (berdasarkan hasil pengukuran gula darah pada penduduk umur > 15 tahun bertempat tinggal di perkotaan) adalah 5,7%. Sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi diabetes melitus diatas prevalensi nasional, yaitu Nangroe Aceh Darussalam, Riau, Lampung, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Maluku. (Riskesdas, 2007).

Bila dibandingkan dengan penyakit tidak menular lainnya, prevalensi stroke adalah 0,8% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala), dan prevalensi tumor/kanker adalah 0,4% (berdasarkan diagnosis tenaga kesahatan). Hal ini menunjukkan bahwa diabetes melitus masih memiliki prevalensi yang cukup tinggi dibandingkan kedua penyakit tersebut. (Riskesdas, 2007).Untuk penyakit tidak menular berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan peningkatan kasus dan penyebab kematian, terutama pada kasus kardiovaskular (hipertensi), diabetes melitus, dan obesitas. (Kemenkes, 2010).Di Kota Blitar, terjadi peningkatan jumlah penderita diabetes melitus (berdasarkan kunjungan ke puskesmas), pada tahun 2011 tercatat jumlah penderita diabetes melitus sebanyak 292, dan meningkat menjadi 537 penderita pada tahun 2012. (Dinkes Kota Blitar, 2013).Upaya pemerintah dalam mengendalikan penyakit tidak menular khususnya diabetes melitus, tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementrian Kesehatan Tahun 2010-2014, yaitu seluruh provinsi melaksanakan program pengendalian penyakit tidak menular, dengan luaran, menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular, dan meningkatnya pencegahan, penanggulangan penyakit tidak menular. Indikator untuk pencapaian luaran tersebut pada tahun 2014 antara lain, presentase provinsi yang melakukan pembinaan pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular (SE, deteksi dini, KIE, dan tata laksana) sebesar 100%, presentase Kab/Kota yang melaksanakan pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular (SE, deteksi dini, KIE, dan tata laksana) sebesar 30%. (Kemenkes, 2010).Pemerintah memiliki program pelayanan untuk mencapai indikator tersebut khususnya dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular, yaitu Posbindu PTM. Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Menular (Posbindu PTM) adalah suatu bentuk pelayanan yang melibatkan peran serta masyarakat (kelompok masyarakat, organisasi, industri, keagamaan, dll) melalui upaya promotif dan preventif untuk mendeteksi dan mengendalikan secara dini keberadaan factor risiko PTM secara terpadu. (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2010).Departemen Kesehatan RI telah merujuk rekomendasi WHO mengenai penanggulangan penyakit menular dengan menyusun kebijakan dan strategi pencegahan dan penanggulangan/penatalaksanaan penyakit tidak menular secara komperhensif. (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2010).Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. (Smeltzer, 2001).Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes, antara lain diet, latihan, pemantauan, terapi, dan pendidikan. (Smeltzer, 2001).

Sesuai studi pendahuluan tanggal 13 sampai dengan tanggal 14 April 2013 dengan menggunakan metode wawancara pada delapan pasien yang menderita diabetes melitus, tiga orang telah mandiri dalam penatalaksanaan diabetes melitus, dan lima orang belum mandiri dalam melakukan lima komponen penatalaksanaan diabetes melitus.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti Tingkat Kemandirian Klien Dalam Penatalaksanaan Diabetes Melitus.1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan pertanyaan masalah yaitu bagaimana tingkat kemandirian klien dalam penatalaksanaan diabetes melitus?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menunjukkan gambaran tingkat kemandirian klien dalam penatalaksanaan diabetes melitus di Kota Blitar.

1.3.2 Tujuan Khusus

a) Mengidentifikasi tingkat kemandirian klien diabetes melitus dalam mengatur diet 3J.b) Mengidentifikasi tingkat kemandirian klien diabetes melitus dalam latihan fisik menurut prinsip FITT.

c) Mengidentifikasi tingkat kemandirian klien diabetes melitus dalam pemantauan gula darah.

d) Mengidentifikasi tingkat kemandirian klien diabetes melitus dalam pengelolaan pengobatan.e) Mengidentifikasi tingkat kemandirian klien dalam memperoleh pembelajaran penatalaksanaan diabetes melitus.1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Meningkatkan kemampuan dan memperluas wawasan dalam kegiatan penelitian.

1.4.2 Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan informasi tempat penelitian dalam perencanaan program penatalaksanaan penyakit tidak menular, terutama diabetes melitus.http://www.cdc.gov/diabetes/consumer/research.htmhttp://www.who.int/diabetes/facts/en/kusta

http://repository.unand.ac.id/5617/