bab 1 komunikasi

Upload: susiasnati

Post on 31-Oct-2015

109 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

komunikasi

TRANSCRIPT

BAB 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang

Sepanjang rentang daur kehidupannya manusia sesungguhnya melakukan komunikasi dari mulai manusia itu masih dirahim ibunya, lalu dilahirkan sampai dengan menjelang meninggal atau kematian. Karena itu komunikasi tidak bias dipisahkan dari setiap individu yang hidup. Komunikasi juga merupakan hal yang sangat penting bagi individu dalam melakukan interaksi. Kadang kala individumerasakan komunikasi menjadi tidak efektif karena kesalahan dalam menafsirkan pesan yang diterimanya. Hal ini disebabkan setiap manusia mempunyai keterbatasan dalan menelaah komunikasi yang disampaikan. Kesalahan dalam menafsirkan pesan bisa disebabkan karena persepsi yang berbeda-beda setiap orang. Hal ini sering terjadi pada insitusi pelayanan kesehatan (Mustikasari, 2005).

Komunikasi dalam bidang keperawatan merupakan proses untuk menciptakan hubungan antar perawat dengan pasien dan tenaga kasehatan lainnya, untuk mengenal kebutuahan pasien dan menentukan rencana tindakan serta kerjasana dalam mengetahui kebutuhan tersebut.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran serta perubahan konsep perawatan dari perawatan orang sakit secara individual kepada perawat paripurna menyebabkan peran komunikasi nenjadi lebih penting dalam memberikan asuhan keperawatan. Dalam era kemajuan seperti ini komunikasi treapeutik sangat penting untuk proses keperawatan.

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara dasar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Dalam proses komunikasi terjadi penyanpaian informasi, serta pertukaran pikiran dan perasaan, dapat mempengruhi pasien untuk menubah kebiasaan yang sehat, membantu klien agar mampu menghadapi kenyataan, sehingga ia dapat memahami diri sendiri lebih baik, serta mencapai tahap kemampuan beradaptasi yang baru sesuai situasi yang dihadapinya, dan bagi perawat, memungkinkan ia memperolah umpan balik atas tindakan yang dilakukannya.

Komunikasi terapeutik sangat pening dalam praktik keperawatan, karena merupakan sarana untuk membina hubungan yang terapeutik antara perawat dengan pasien. ( Suliswati,2005 ).

Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peranan yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Peran strategis ini diperoleh karena rumah sakit adalah fasilitas kesehatan yang padat pakar dan padat ilmu. Peran tersebut sekarang semakin menonjol mengingat timbulnya perubahan-perubahan epidemologi penyakit, perubahan struktur demografis , perkembangan IPTEK, perubahan struktur sosial ekonomi masyatakat dan pelayanan yang lebih bermutu, ramah dan sanggup memenuhi kebutuhan klien ( Aditama,2003 ).

Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan bagian utama dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien. Oleh karna itu, kualitas pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh kualitas pelayanan keperawatan. Kualitas krperawaatn dipengruhi oleh keefektifan perawat dalam memberikan asuhan kepada klien. Berbagai persepsi tentang kualitas asuhan perlu menjadi asupan positf bagi para manajer keperawatan, agar tujuan rumah sakit untuk memberika pelayanana kesahatan berkualitas dapat dipenuhi ( Nurachmah. 2001 ).

Untuk menghindari rendahnya mutu pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan dan hilangnya pasien atau pelayanan ketempat lain maka alangkah bijaksananya dan tepat, jika suatu institusi pelayanan kesehatan dapat meningkatkan kualitas pelayana. Salah satu bentuknya dengan meningkatkan kemampuan komunikasi yang baik dan tepat oleh perawat ( Mutikasari, 2005 ).

Hubungan antara perawat dengan klien lebih dari sekedar mutual partnership. Hubungan ini merupakan sebuah proses dimana perawat sebagai helper (penolong) menginterpensi kehidupan klien dan membantu klien meningkatkan kualitas hidupnya ( Potter dan Perry, 1993, dalam Nurjannah, 2004).

Menjalin hubungan yang baik antara perawat dan klien mutlak diperlukan dalam upaya memperlancar pelaksanan tugas perawat dank lien (Asnindari, 2004 ). Fawcett menyatakan bahwa pemahaman klien tentang lingkungan sosialnya merupaka hal penting bagi status kesehatannya dan hubungan klien dengan perawat sebagai faktor penentu utama bagi status kesehatannya dan hubungan klien dengan perawat sebagai faktor penentu utama bagi keefektifan intervensi keperawatan, hubungan perawatan dank lien yang dikembangkan itu biasa dilenal dengan hubungan terapeutik ( Abraham, 1997 , dalam Nurjannah, 2004 ).

Hubungan terapeuitk yaitu dimana perawat memaksimalkan kererampilan komunikasi, pemahaman tingkah laku manusia dan kekuatan pribadi untuk meningkatkan pertumbuhan pribadi klien (Nurjannah, 2004 ).

Stuart dan Sundeen (1995) dalam Nurjannah, (2004) menyatakan bahwa dalam menjalin hubungan terapeutik (berinteraksi) dengan klien diperlukan kominikasi, karena komunikasi adalah hubungan itu sendiri, dimana tanpa komunikasi tersebut hgubungan tidak mungkin terjadi. Komunikasi adalah sarana yang sangat efektif dalam memudahkan perawat membangun suatu interaksi dengan klien sehingga dapat melaksanakan peran dan fungsinya denan baik.

Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, individu ada perhatian, lalu diteruskan di otak , dan baru kemudian individu menyadari dapat mengrti keadaan lingkungan yanga ada disekitar maupun tantang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan ( Sunaryo, 2004 ).

Komunikasi terapetik merupakan komunikasi yang sangat efektif dalam memudahkan perawat membangun suatu interaksi dengan klien yang di rawat seperti pada anak-anak.

Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit Islam Aisyiyah Malang, menunjukan bahwa persepsi pasien tentang keterampilan komunikasi terapeutk perawat secara umum memiliki kecendrungan positif dan termasuk kategori tinggi. Dari hal tersebut diatas, dangat menarik untuk dikaji dan dibuktikan secara ilmiah.bagaimana persepsi terhadap komunikasi terapeutik perawat di zaal C RSUD OKU Timur, dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan dengan meningkatkan komunikasi yang baik bagi perawat di zaal C RSUD OKU Timur1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut diatas menunjukkan Belum diketahuinya persepsi pasien terhadap komunikasi terapeutik perawat dalam memberikan asuhan keperawatan di zaal C RSUD OKU Timur pada tahun 2010.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana persepsi pasien terhadap komunikasi terapeutik perawat zaal C RSUD OKU Timur tahun 2010 ?

1.4. Tujuan penelitian

1.4.1. Tujuan UmumUntuk diperolehnya informasi yang mendalam tentang persepsi pasien terhadap komunikasi terapeutik perawat di zaal C RSUD OKU Timur.1.4.1 . Tujuan Khusus

Untuk diperolehnya informasi yang mendalam tentang persepsi pasie terhadap komunikasi terapeutik perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi zaal C RSUD OKU TimurMerupakan bahan evaluasi dan acuan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

1.5.2. Bagi STIK Siti Khadijah

Sebagai bahan kepustakaan dan diharapkan dapat berguna sebagai masukan dan informasi bagi mahasiswa khususnya dibidang kesehatan.

1.5.3. Bagi Penulis

Menambah wawasan ilmu pengetahuan menerapkan ilmu yang telah didapat selama bangku kuliah.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah persepsi pasien terhadap komunikasi terapeutik perawat di zaal C RSUD OKU Timur. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2010.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Konunikasi

2.1.1. Pengertian Komunikasi

Menurut asal kata komunikasi berasal dari bahasa latin communicare yang berarti untuk memperoleh kesempatan melalui pertisipasi aktif.

Komunikasi adalah penyampaian informasi verbal dan non verbal untuk mencapai kesamaan pengertian dari penirimna informasi kepada penerina informasi, sehingga menimbulkan tingkah laku yang diinginkan olehpengirim dan penerima informasi.

Jadi kesimpulan disini komunikasi merupakan sarana yang digunakan oleh seseorang untuk mengadakan hubungan dengan orang lain guna mencapai tujuan ( Suliswat, 2005 ).

Penertian dari komunikasi menurut beberapa para ahli adalah sebagai berikut:

1. Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbiolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesame manusia melalui pertukaraninformasi untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain, serta mengubah sikap dan tingkah laku tresebut ( Robbins dan Jones, 1980, dalam Suryani, 2005 )

2. Komunikasi adalah proses dimana sesuatu ide dialihkan dari sumber satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka, ( Everett M. Rogers, dalam . H, 2006 ).

3. Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang lebih membentuk atau memiliki pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengrtian yang mendalan ( Roger and Lawrence, 1981 , dalam Hafied, H, 2006

2.1.2. Komponen komunikasi

Komunikasi mempunyai 6 komponen yaitu ( Potter and Perry, 1993 ) dalam Nurjannah (2004 ) :

a. Komunukator : Penyampaian informasi atau sumber informasi.

b. Komunikan : Peneriam informasi atau member respon terhadap stimulasi yang disampaikan oleh komunilator.

c. Pesan : Gagasan atau pendapat, fakta, informasi atau stimulasi yang disampaikan.

d. Madia komunikasi : Saluran yang dipakai untuk menyampaikan pesan.

e. Kegiatan encoding yaitu perumusan pesan oleh komunikator sebelum disampaikan kepada komunikan.

f. Kegiatan deconding : penafsiran pesan oleh komunikan pada saat menerina pesan.

2.1.3. Faktor yang mempengaruhi komunikasi

a. Kredibilitas

kredibilitas terdapat dan berpengaruh pada sumber atau komunikator.

b. Isi pesan

Faktor ini terdapat dan berperan pada pesan, artinya pesan yang disampaikan hendaknya mengandung isi yang bermanfaat bagi sasaran.

c. Kesesuaian dengan kepentingan sasaran

Pesan yang disampaikan harus berhubungan dengan kepentingan sasaran.

d. Kejelasan

Kejelasan pesan yang disampaikan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi.

e.Kesimbungan dan konsistensi

Agar pesan yang disampaikan bis akonsisten dan berkesinambungan, seseorang perawat atau tenega kesehatan lainnya perlu membuat perencanaan yang matang sebelum melakukan intervensi atau komunikasi denngan klien.

f. Saluran

Media yang digunakan harus disesuaikan dengan pesan yang ingin disampaikan.

g. Kapabilitas sasaran

Dalam menyampaikan pesan, komunikator harus memperhitungkan kemampuan sasaran dalam menerima pesan. ( Suryani, 2005 ).

2.2. Komunikasi terapeutik

2.2.1 Penertian

Komunikasi terapeutik adalah suatu bentuk kpmunikasi yang direncanakan secar sadar untuk membantu penyembuhan / pemulihan pasien ( suliswati, 2005 ).

King cit. varcarolis ( 1990 ) menggambarkan hubungan terapeutik sebagai pengalaman belajar baik bagi klien dan perawat.

Tujuan dari hubungan treapeutik adalah ( Stuart and Sundeen, 1995, dalam Nurjannah, 2004 ).

1. Kesadaran diri, penerinanan diri, dan meningkatnya kehormatan diri.

2. Identitas pribadi yang jelas dan meningkatkan integritas.

3. Kemampuan untuk membentuk keintiman, saling ketergantungan, hubungan interpersonal dengan kapasitas member dan menerima cinta.

4. Mendorong fungsi dan meningkatkan kemampuan terhadap kebutuhan yang memuaskan dan mencapai tujuan pribadi yang realistis.

2.2.2Tingkat hubungan komunikasi

Tingkat hubungan komunikasi dibagi tiga ( Potter dan perry, 1993 ) dalam Nurjannah, ( 2004)

a. Komunikasi interpersonal

Komunikasi interpersonal ini terjadi dalam didi individu sendiri. Komunikasi ini akan membantu agar seseorang atuan individu tetap sadar akan kejadian sekitarnya.

b. Komunikasi interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah interaksi antara dua orang aatu kelompok kecil.

c. Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah interaksi yang terjadi dalam kelompok besar.

2.2.3.Sikap dan penampilan perawat saat berkomunikasi sangat penting. Beberapa cara menghadirkan diri secara fisik perwat berkomunikasi dengan pasien atau lawan bicara ada;lah sebagai berikut :

a. Berhadapan, arti dari posisi ini adalah saya siap mendengarkan saudara .

b. Mempertahankan kontak mata pada level yang sama, berarti menghargai pasien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.

c. Membungkuk kearah pasien. Posisi ini menunjukkan kegiatan untuk menyatakan atau mendengarkan sesuatu dari pasien.

d. Memperlihatkan sikap terbuka, tidak melipat tangan atau kaki menunjukkan keterbukkan untuk berkomunikasi dan siap membantu.

e. Tetap rileks. Tetap memberikan respons kepada pasien, meskipun dalam situasi yang kurang menyenangkan.

2.2.4Prinsip komunikasi terapeutik menurut Keliat cit Sudiati ( 2004 ) dalam Nurjannah ( 2004 ).

a. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami dirinya sendiri serta nilai yang dianut.

b. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling menghargai.

c. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut pasien.

d. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.

e. Perawat harus menciptaakn suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tongkah lakunya sehingga tubuh makin matang dan dapat memecahkan masalah masalah yang dihadapi.

f. Peawat harus mampu menguasai perasaan diri secara bertadap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan, maupun prustasi.

g. Mampu membentuk batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya.

h. Memahami betul arti simpati tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati bukan tindakan terapeutik.

i. Kujujuran dan komunikasi terbika merupakan dasar dari hubunga terapeutik.

j. Mamapu berperan sebagai role model agar dapat menunjukan dan meyakinkan orang lain tentang kesehatan. Oleh karna itu peraawat perlu mempretahankan suatu keadaan sehat fisik, mental, spiritual dan gaya hidup.

k. Disarankan untuk mengekspesikan perasaan yang dianggap mengganggu.

l. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas berkembang tanoa ras takut.

m. Altruisme, mendapatkan kepuasan dengan menolong orang alain secara manusiawi.

n. Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia.

o. Bartanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap dirinya atas tindakan yang dilakukan tanggung jawab terhadap orang lain.

2.2.5.Tahap tahap hubungan terapiutik

Keempat tahap hubungan terapeutik menurut Stuart and Suandeen ( 1995 ) dalam Nurjannah ( 2004 ) adalah :

1. Tahap preinterksi

Menurut tahap dimana perawat belin bertemu dengan klien. Tugas perawat ini adalah :

a. Mendapatkan informasi tentang klien.

b. Mencari literatur yang berkaitan dengan masalah klien.

c. Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan katakutan diri.

d. Menganalisa ketakutan dan kelemahan professional diri

e. Membuat rencana pertemuan dengan klien :

Tipe spesifik data yang akan dicari

1. Metode yang tepat untuk wawancara.

2. Setting ruangan / waktu yang tepat.

2.Tahap orientasi / perkenalan

Merupakan tahap dimana perawat pertama kali bertemu dengan klien

a. Membangun iklim percaya, memahami penerimaan komunikasi terbuka.

b. Memformulasikan kontrak dengan klien.

Tugas perawat dalam tahap ini adalah :

a.Nama perawat atau klien

b.Peran yang diharapkan dari perawat dank lien

c. Tujuan

d. Kerahasiaan

e.Harapan

f. Topik / kegiatan

g.Waktu dilakukan interaksi.

3. Tahap kerja

Merupakan tahap dimana klien memulai kegiatan. Tugas perawat pada tahap ini adalah melaksanakan kegiatan yang direncanakan pada tahap preinteraksi.perawat mengeksplorasi stessor yang tepat dan mendorong perkembangan wawasan diri yang dihubungkan dengan dengan persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan klien. Perubahan tingkah laku nyata merupakan focus pada fase ini. Fase ini meliputi sebagian besar dari proses pemecahan masalah seperti perkembangan hubungan, dan klien mulai dekat dengan perawat.

4.Tahap terminasi

Merupakan tahap dimana perawat akan menghentikan interaksinya dengan klien, tahap ini bisa merupakan terminasi sementara maupun terminasi akhir.

Pada tahap ini perawat mempunyai tugas :

a. Mengevaluasi kegiatan kerja yang telah dilakukan secara kognitif, psikomotor maupun efektif.

b. Merencanakan tndak lanjut dengan klien.

c. Melakukan kontrak.

d. Mengakhiri termisi dengan cara yang baik.

Merupakan Stuart dan Sundeen (1995 ) dalam Nurjannah ( 2004 ) menentukan Kriteria klien yang telah siap terlepas untuk termisi :

1. Pengalaman klien terlepas dari adanya masalah.

2. Fungsi social klien meningkat, dan isolasi talah menurun.

3. Klien mempunyai kekuatan fungsi ego dan mencapai pemahaman tantang identitas

4. Klien bekerja lebih efektif dan produktif serta kaya dalam hal mekanisme pertahanan diri.

5. Klien telah mencapai tujuan dari rencana penanganan.

6. Kebutuhan dalam hubungan perawat denagan klien telah terselesaikan.

2.2.6Teknik komunikasi terapeutik

Teknik komunikasi terapeutik menurut Stuart & Sundeen ( 1995 ) adalah :

1.Mandengar ( listening ). Dengan mendengarkan perawat mengetahui perasaan klien.perawat harus menjadi pendengar yang aktif.

2.Pertanyaan terbuka ( broad opening ) . memberikan kesempatan untuk memilih.

3.Mengulang ( Restating ) . mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien.

4.Klarifikasi. Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar, atau klien melau mengungkapkan informasi, informasi yang diperoleh tidak lengkap atau mengungkapkannya berpindah pindah.

5.Refleksi

a.Refleksi ini, memvalidasi apa yang didengar.

b. Refleksi perasaan, memberi respon pada perasaan klien terhadap isi pembicaraan, agar klien mengetahui dan menerima perasaannya.

6. Memfokuskan. Membantu klien bicara pada topic yang telah dipilih dan yang penting.

7. Membagi persepsi. Meminta pendapat klien tentang hai yang perawat rasakan dan pikirkan.

8.Identifikasi tema latar belakang masalah yang dialami klien yang muncul selama percakapan. Gunanya meningkatkan pengertian dan mengeksplorasi masalah yang penting.

9.Diam ( Silence ). Cara yang sukar, biasanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan. Tujuannya member kesempatan berfikir dan motivasi klien untuk pasien.

10.Informing. Member informasi dan fakta untuk pendidikan kesehatan.

11.Saran. Member alternative ide untuk pemecahan masalah.

2.3. Persepsi

2.3.1.Pengertian

Persepsi didenifikasikan sebagai suatu proses dengan mana individu individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar member makna kepada lingkungan mereka (Stephen p. Robbins, 2001 ).

Persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh organism atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang intergred dalamdiri individu ( Bimo Walgito, 2001 dalam Sunaryu, 2004 ).

Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulasi oleh alat indera, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak, dan baru kemudian individu menyadai tentang sesuatu yang dinamakan persepsi.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan sebagai proses diterimanya rangsang melalui panca indera yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan , dan menghayati tenntang hal yang diamati, baik yang ada diluar maupun dalam diri individu.

2.3.2.Macam - macam persepsi

Ada dua macam persepsi, yaitu :

1. External Perception, yaitu yang terjadi karena adanya rangsang yang dating dari luar diri individu.

2. Self Perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang berasal dari dalam diori individu.

2.3.3.proses terjadinya persepsi

Objek atau stimulasi sensoris diproses inderanya (input) indera diotak (pusat syaraf) berupa persepsi rangsangan pengalman atau respon.

Pertama terjadinya persepsi adalah karena adanya objek atau stimulus yang merangsang untuk ditangkap leh panca indera (objek tersebut menjadi perhatian panca indera), kemudian stimulasi atau objek perhatian tadi dibawa ke otak. Dari otak terjadi adanya kesan atau jawaban ( response) adanya stimulus,berupa kesan ataurespon dibalikan ke indera kembali serupa tanggapan atau persepsi atau hasil kerja indera berupa pengalaman hasil pengeloiahan otak ( Walgito, 2002 ).

2.3.4Faktor faktor yang mempengaruhi prsepsi

Faktor faktor yag berperan dalam persepsi menurut Walgito ( 2002 )

1. Objek yang dipersepsikan

Objek menimbulkan stimulasi yang mengenai alat indera atau resptor. Stimulus dapat dating dari luar / dari dalam diri individu yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.

2.Alat indera, syaraf dan susunan pusat syaraf

Alat indera atau reseptor sebagai alat untuk menerima stimulus. Sedangkan syaraf sensor is sebsgai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuj mengadakan respobn diperlukan saraf motoris.

3.Perhatian

Untuk menyadari atau mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian.

Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas yang ditunjukkan kepada sesuatu atau sekumpula objek.

2.3.5.Objek persepsi

Objek persepsi daoat dibedakan atas objek yang non manusia dan manusia. Objek persepsi berwujud manusia ini disebut person perseptio atau social perception, sedangkan persepsi yang diobjekan non manusia disebut sebagai non social perception atau things perception. ( Walgito, 2002 )

2.4. Pasien 2.4.1.Pengertian

Pasien adalah seseoramng yanmg memperoleh pelayanan, tinggal / dirawat pada suatu unit pelayanan kesehatan tertentu ( Kamus Bahasa Indonesia, 2001 ).

Pasien menyatakan seseorang yang namanya tercantum dalam registrasi medis tanpa tergantung apakah orang tersebut pernah memeriksakan diri ke klinnik bedah / umum / tidak (Hinchliff, 1999, dalam Sari, 2004 ).

Pasien disebut juga mahmemiliki hubungan timluk holistik, sebagai mahluk yang bersifat holistic individu bal balik yang erat diantara unsur biologis, psikologis, dan soial. Maramis menjelaskan hubungan tersebut sebsgai berikut :

Lingkungan sosial pisikologis

1.Faktor yang mempengaruhi

a. hubungan antar manusia

b. Fungsi mental tertinggi

2. Faktor yang dipengaruhi

a. individu

b. keluarga

c. Kelompok sosial

d. Masyarakat

e. Kebudayaan

Lingkungan Biologis Psikologis

1. Faktor yang mempegaruhi

a. sistem saraf pusat dan otonom

b. sistem endogrin

2. Faktor yang dipengruhi

a. sistem organ

b. satuan organ

c. seluler

d. subseluler

Komponen tersebut diatas merupakan satu kesatuan saling terkait satu sama lainnya, berikutini merupakan gambaran satu sama lainnya, beikut ini merupakan gambaran hubungan antara unsure biologis, spikologis dan social dalam individu ( Maramis dalam Ali Z, 2001 ).

2. 5 Perawat

Menurut Undang-undang RI No 23 tahun 1992 tentang kesehatan, Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenagan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya diperoleh melalui pendidikan keperawatan.

2.5.1 Fungsi Perawat

1. Pengertian Fungsi:

Pekerjaan yang harus dikerjakan sesuai dengan perannya (Ali,2001)

2. Fungsi perawat:

Perawat mempunyai fungsi yang unik membantu individu baik yang sehat maupun yang sakit, dari lahir hingga meninggal agar dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari secara mandiri dengan menggunakan kekuatan,kemampuan, atau pengetahuan yang dimiliki. Oleh sebab itu perawat berupaya menciptakan hubungan yang baik dengan pasien untuk menyembuhkan/meningkatkan kemandiriannya (Henderson,1980 dalam Ali,2001).

2.6 Peran

Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat (Keliat,1992)

2.7 Keperawatan

Keperawatan adalah upaya membantu individu baik yang sehat maupun yang sakit untuk menggunakan kekuatan, keinginan, dan pengetahuan yang dimilikinya sehingga individu tersebut mampu melaksakan aktivitas sehari-hari, sembuh dari penyakit. Tenaga perawat berperan menolong individu agar tidak menggantungkan diri pada bantuan orang lain dalam waktu secepat mungkin (Handerson,1978) dalam Ali,(2001))

2.7.1 Asuhan Keperawatan

Pemberi asuhan keperawatan dalam kegiatannya adalah:

1. Proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan.

2. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat humanistik dan berdasarkan pada kebutuhan objektif pasien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.

3. Merupakan inti pelayanan/praktik keperawatan yang berupaya untuk : a) membantu mencapai kebutuhan dasar melalui bentuk-bentuk tindakan keperawatan; b) menggunakan ilmu kiat keperawatan dalam setiap tindakan; c) memanfaatkan berbagai potensi dari beberapa sumber (Ali, 2001).

2.7.2 Tujuan Keperawatan

Tujuan keperawatan adalah:

1. Membantu individu untuk mandiri

2. Mengajak individu/masyarakat berpartisipasi dalam bidang kesehatan

3. Membantu individu mengembangkan potensi untuk memelihara kesehatan secara optimal agar tidak tergantung pada orang lain dalam memelihara kesehatannya.

4. Membantu individu memperoleh derajat kesehatan optimal (Ali,2001)

2.7.3 Definisi Praktik Keperawatan

Definisi Praktik Keperawatan menurut PPNI (1983) dalam Ali, (2001), adalah tindakan pemberian asuhan keperawatan profesional baik secara mandiri maupun kolaborasi, yang disesuaikan dengan lingkup wewenang dan tanggung jawab berdasarkan ilmu keperawatan. Adapun ciri-ciri dari praktek keperawatan profesional adalah sebagai berikut: a) otonomi dalam pekerjaan; b) bertanggung jawab dan bertanggung gugat; c) pengambilan keputusan yang mandiri; d) kolaborasi dengan tim lain; e) pemberian fasilitas kebutuhan klien.

2.7.4 Keperawatan Sebagai Suatu Profesi

Profesi keperawatan adalah profesi yang memberikan pelayanan/ asuhan keperawatan dan penelitian sesuai dengan kaedah ilmu dan ketrampilan serta kode etik keperawatan bersikap profesional.Telah lulus dari pendidikan pada jenjang perguruan tinggi. Mengelola ruang lingkup keperawatan sesuai profesi bidang kesehatan seperti pelayanan/asuhan perawatan,pendidikan,regestrasi,legeslasi, dan pelatihan yang berjenjang. Melakukan riset keperawatan oleh perawat perncana sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi .(Husin,1992 dalam Ali 2001)

2.8 Peran Perawat

Sebagai seorang perawat mempunyai peran pokok: membantu individu, keluarga dan masyarakat, baik yang sakit maupun yang sehat dalam melaksanakan kegiatan yang menunjang kesehatan, penyembuhan atau menghadapi kematian yang pada hakekatnya dapat mereka laksanakan tanpa bantuan apabila mereka memiliki kekuatan, kemauan dan pengetahuan. Bantuan yang diberikan bertujuan menolong dirinya sendiri secepat mungkin (Ali,2001).

Menurut Kozier (1995) dalam Effendy (1998) peran perawat di berbagai pelayanan kesehatan baik di rumah sakit, di pusat-pusat kesehatan masyarakat maupun di rumah adalah :

1. Sebagai pelaksana pelayanan keperawatan (Provider of Nursing Care). Peran ini dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung atau tidak langsung kepada klien sebagai individu, keluarga, dan masyarakat.

2. Sebagai pendidik, dalam perannya mendidik individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat serta tenaga keperawatan atau tenaga kesehatan yang berada dibawah tanggung jawabnya secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat sehingga terjadi perubahan perilaku yang diharapkan dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

3. Sebagai Pembela Klien (Advocad), perawat sebagai pembela dalam memberikan asuhan keperawatan adalah mencakup kepedulian akan tindakan yang nyata atas kepentingan dan hak-hak klien dan menjamin klien mendapat hak untuk membuat keputusan mengenai kesehatan dan kehidupannya. Pembelaan mencakup tindakan mendorong apa yang terbaik bagi klien, memastikan bahwa kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak mereka untuk menyuarakan keinginannya.

4. Peran sebagai pengelola (Manager) perawat berperan dalam memantau dan menjamin kualitas asuhan keperawatan. Peran perawat dalam pengelohan pendidikan meliputi tanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan. Agar peran ini terlaksana dengan baik, perawat harus memahami lingkup manajemen asuhan keperawatan.

5. Sebagai sebagai pengamat kesehatan (Health monitor) melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan.

6. Sebagai koordinator pelayanan kesehatan (Coordinator of Service) mengkoordinasi seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan masyarakat dalam mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan tim kesehatan lainnya sehingga tercapai keterpaduan dalam sistem pelayanan kesehatan.

7. Sebagai pembaharu (Inovator) berperan terutama dalam merubah perilaku pola hidup yang erat kaitannya dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.

8. Sebagai pengorganisasian pelayanan kesehatan (Organisator) berperan serta dalam memberikan motivasi dalam rangka meningkatkan keikutsertaan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam setiap upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan.

9. Sebagai penuntun perawat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang bagaimana cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.

10. Sebagai tempat bertanya (Fasilitator) perawat dapat dijadikan tempat bertanya oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang dihadapi. Perawat kesehatan diharapkan dapat membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan.

BAB III

KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Pikir

Kerangka Pikir penelitian ini disusun mengacu pada kerangka teoritis yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka menurut Bimo Walgito (2001) dalam Sunaryo (2004) mengemukakan tentang persepsi. Teori tersebut dimodifikasikan dengan teori tentang penerapan komunikasi terapeutik, dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 3.1

Kerangka Pikir Input Proses Out put

3.2 Definisi Istilah

Untuk dapat memperjelas kerangka piker diatas, berikut ini pengertian dari setiap unsur :

3.2.1 Komunikasi terapetik

Komunikasi terapetik adalah komunikasi yang dilakukan oleh perawat untuk membantu penyembuhan pasien.

3.2.2 Tahap-tahap komunikasi terapetik

Merupakan proses dimana perawat mempersiapkan diri dalam memulai mengenalkan diri guna melakukan pengkajian pada pasien, hingga cara perawat dalam mengakhiri pertemuan dengan pasien.

3.2.3 Prinsip-prinsip komunikasi terapetik

Merupakan cara perawat memfasilitasi dirinya guna menampung hingga memecahkan masalah yang dirasakan atau dialami pasien.

3.2.4 Teknik-teknik komunikasi terapetik

Merupakan cara perawat memfasilitasi dirinya guna menampung hingga memecahkan masalah yang dirasakan atau dialami pasien.

3.2.5 Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan.3.2.6 Persepsi Pasien

Persepsi pasien adalah tanggapan pasien terhadap asuhan dan pelayanan keperawatan yang di terima.

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN4.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriftif dengan menggunakan pendekatan secara kualitatif berupa wawancara mendalam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pasien terhadap komunikasi terapeutik perawat di zaal C RSUD OKU Timur4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di zaal C RSUD OKU Timur, dan waktu penelitian ini pada bulan Februari 2010.

4.3 Sumber Informasi

Sumber informasi utama dalam penelitian ini adalah informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan kepala ruangan, keluarga pasien dan dengan pasien yang dirawat di zaal C RSUD OKU Timur dan observasi juga dengan perawat zaal C RSUD OKU TimurTabel 4.1

Informasi yang ingin diperoleh dari informan kepala ruangan

melalui wawancara mendalam

NoInformanInformasi yang diinginkan

1Kepala ruangan1. Kebijakan dalam melakukan terapi aktivitas kelompok

2. Aturan-aturan dalam melakukan aktivitas kelompok.

3. Pelatihan yang pernah di ikuti dalam melakukan aktivitas kelompok

4. Sarana dan prasarana dalam melakukan aktivitas kelompok

5. Tersedianya sumber daya manusia / petugas khusus yang melakukan terapi aktivitas kelompok.

Tabel 4.2

Informasi yang ingin diperoleh dari informan

NoInformanInformasi yang diinginkan

1Perawat zaal C Pengetahuan perawat tentang pengertian komunikasi terapetik.

Tujuan dari komunikasi terapetik Prinsip-prinsip dari komunikasi terapetik Tahap-tahap dari komunikasi terapetik Bagaimnana teknik-teknik komunikasi terapetik Sikap perawat dalam melaksanakan komunikasi terapetik Kebijakan/peraturan pihak rumah sakit Keterampilan komunikasi terapetik Faktor-faktor penghambat dalam melaksanakan komunikasi terapetik

2Pasien yang dirawat Lama perawatan

Perasaan selama dirawat

Pendapat pasien terhadap ketrampilan komunikasi terapetik perawat

Perawat yang tidak menerapkan komunikasi terapetik

Sejauh mana perawat menerapkan komunikasi terapetik terhadap asuhan yang diberikan selama dirawat

3Keluarga pasien Pendapat pasien terhadap ketrampilan komunikasi terapetik perawat

Pendapat keluarga mengenai perawat yang tidak menerapkan komunikasi terapetik

Manfaat dari penerapan komunikasi terapetik

Sejauh mana perawat menerapkan komunikasi terapetik dalam memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga yang dirawat.

4.4 Jenis dan Keabsahan Informasi

Informasi yang didapatkan dalam informasi primer dan sekunder,dimana selain memperoleh informasi langsung dari informan. Peneliti juga mengambil data dari catatan di bagian diklat RSUD OKU Timur. Untuk menjamin keabsahan informasi dalam penelitian ini dilakukan triagulasi sumber dengan pengecekan ulang antara informan yang satu dengan informan yang lainnya. Selain itu dilakukan triagulasi metode dengan membandingkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam (indepth interview), observasi partisipan. Peneliti juga melakukan triagulasi data dengan mengambil data dari medical record RSUD OKU Timur4.5 Pengumpulan Informasi

Informasi dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam (indepth interview), dan obsevasi partisifasi. Dalam pengumpulan informasi berpedoman pada tabel, sebagai berikut:

Tabel 4.4

Sumber Informasi pengumpulan data

NoSumber InformasiMetode pengumpulan data

Wawancara mendalamObservasiJumlah

1Perawat666

2Pasien6-6

3Keluarga6-6

Jumlah 18

4.6 Teknik Analisa Informasi

Informasi didapat dengan mencatat dan direkam menggunakan tape recorder, kemudian informasi yang didapat segera diolah dengan membuat transkrip, kemudian dibuat matriks, setelah itu dikelompokkan sesuai dengan pertanyaan dan tujuan penelitian.

Perawat

Pasien

Tahapan komunikasi

Cemas berkurang

PAGE 33