bab 1 matriks
DESCRIPTION
mtkTRANSCRIPT
1
BAB I
MATRIKS
Aljabar matriks merupakan salah satu cabang matematika yang
dikembangkan oleh seorang matematikawan Inggris Arthur Cayley (1821
– 1895). Matriks berkembang karena peranannya dalam cabang-
cabang Matematika lainnya, misalnya bidang ekonomi, industri dan
transportasi. Dengan menggunakan matriks , maka penyelesaian
sistem persamaan linear akan lebih mudah diselesaikan.
Pembahasan bab ini diawali dengan definisi matriks dan
operasi dasar matriks yang sudah dikenal, namun untuk pengenalan
sifat-sifat lebih lanjut penyajian matriks akan menggunakan notasi
matriks untuk mempersingkat penulisan. Meskipun matriks ini bukan hal
yang baru, karena sudah pernah diperoleh di SLTA, namun dengan
menguasai materi dalam bab ini akan lebih mudah mengikuti
pembahasan berikutnya.
TIK : Setelah mempelajari materi inidiharapkan mahasiswa dapat:
a. menjelaskan operasi-operasi aljabar matriks
b. menentukan bentuk eselon tereduksi suatu
matriks c. menghitung nilai determinan suatu
matriks
d. menentukan invers suatu matriks.
⎞
2
1.1. Operasi Aljabar Matriks
Definisi : Matriks adalah suatu susunan segiempat siku-siku dari
bilangan- bilangan, susunan tersebut disajikan di dalam kurung
besar atau kurung siku. Bilangan-bilangan itu disebut entri
atau elemen dari matriks.
Bentuk umum suatu matriks yang terdiri dari m baris dan n kolom adalah
⎡ a11 a12 ... a1n ⎤ ⎛ a11 a12 ... a1n ⎟⎢ aA = ⎢ 21 a22 ... a ⎥
2n ⎥ atau A =⎜ a21 a22 ... a2n ⎟
⎢ ...⎢
... ... ... ⎥⎥
⎜ ...⎜
... ... ... ⎟⎟
⎣am1 am2 ... amn ⎦ ⎝ am1 am2 ... amn ⎠
Bentuk matriks tersebut dapat disajikan dengan notasi matriks, yaitu
A = (aij )
dengan i = 1,2,...,m dan j=1,2,...,n berturut-turut menunjukkan baris dan kolom
dari matriks A.
Suatu matriks A yang terdiri dari m baris dan n kolom disebut
matriks berukuran mxn dan dilambangkan dengan Amxn atau
(aij)mxn, ditulis singkat
A = (aij ). Dalam hal ini aij dinamakan elemen ke -ij dari matriks A. Matriks
A = (aij ) dengan m=n dikatakan sebagai matriks persegi, elemen a11, a22, ... , ann
disebut elemen diagonal utama dari A. Jumlahan elemen diagonal utama disebut
trace dari A.
Untuk dapat menggunakan matriks perlu dikaji operasi aljabar matriks berikut.
3
1. Kesamaan Matriks.
Dua buah matriks A dan B dikatakan sama, ditulis A = B, jika A dan B
berukuran sama dan elemen-elemen yang bersesuaian (seletak ) adalah sama.
1 2 1 1 2 5
4
1 2
1 2 1 2 2 4
⎢ 4 ⎢ 0 ⎢ 0
Jika disajikan dalam notasi matriks, A =
(aij )dan B = (bij
)maka A = B jika
aij = bij , untuk setiap i = 1,2,...,m dan j=1,2,...,n.
Contoh :
Jika ⎡2 5A2 x3 = ⎢
⎣ 34⎤ ⎡2
⎥ , B2 x3 = ⎢⎦ ⎣
5 4⎤⎥ ,3 ⎦
⎡1C2 x 2 = ⎢
⎣
3⎤⎥ , dan⎦
⎡2 5 4⎤D2 x3 = ⎢ ⎥⎣ 3 ⎦
maka
A ≠ B , A ≠ C , B ≠ C , dan A = D. š
2. Penjumlahan dan pengurangan matriks.
Penjumlahan dan pengurangan dua matriks atau lebih, hanya dapat
dilakukan jika matriks tersebut berukuran sama. Penjumlahan atau
pengurangan dua matriks didefinisikan sebagai penjumlahan atau
pengurangan elemen yang
bersesuaian.Jika A = (aij ) dan B = (bij ) ,
makaA + B = (aij + bij )
danA − B = (aij − bij ) .
Contoh :
Jika ⎡2 5A = ⎢
⎣ 34⎤
⎥ dan⎦
⎡− 1 0B = ⎢
⎣ − 35⎤
⎥ maka⎦
⎡1A + B = ⎢
⎣
5 9⎤⎥ ,0 ⎦
B + A = ⎡1
⎣2
5 9⎤⎥ ,0 ⎦
A − B = ⎡3 5
⎣0 6
− 1⎤⎥ , dan⎦
B − A = ⎡− 3 − 5
⎣ 0 − 6
1⎤⎥ . š⎦
Sifat : Jika A, B, dan C matriks yang berukuran sama maka berlaku:a. A + B = B + A
(Komutatif)
b. A + (B + C ) = ( A + B) + C
(Asosiatif)
3. Pergandaan matriks dengan bilangan (skalar).
5
Pergandaan matriks dengan skalar didefinisikan sebagai
perkalian skalar dengan setiap elemen matriks tersebut.
1 2 ⎢ 1⎥
6
Jika A = (aij ) dan k sebarang skalar, maka
kA = Ak = (kaij ) .
Contoh :
⎡2 5 4⎤ ⎡4 10 8⎤ ⎡− 2 − 5 − 4⎤Jika A = ⎢
1 3 2⎥ , maka 2 A = ⎢
2 6
4⎥ dan − A = ⎢
− 1 − 3 − 2⎥ . š
⎣ ⎦ ⎣ ⎦ ⎣ ⎦
4. Pergandaan matriks.
Pergandaan matriks A dan B, dinotasikan AB, hanya dapat
dilakukan jika banyaknya kolom matriks A sama dengan
banyaknya baris matriks B.
Jika A = (aij )mxp dan B = (bij ) pxn , maka AB = C = (cij ) mxn , dengan
p
cij = ∑aik bkj .k =1
Contoh :
Jika ⎡2 5A = ⎢
⎣ 3
⎡ 2 04⎤
dan B = ⎢ 4 3⎦ ⎢⎣− 2 1
− 1⎤⎥⎥
− 3⎥⎦
maka
⎡4 + 20 − 8 0 + 15 + 4
− 2 + 5 − 12⎤
⎡16 19 − 9⎤
AB = ⎢ ⎥ = ⎢ ⎥ .⎣2 + 12 − 4 0 + 9 −
4− 1 + 3 − 6
⎦⎣10 5 − 4⎦
Matriks BA tidak dapat diperoleh karena banyaknya kolom dari B
adalah 3 sedangkan banyaknya baris dari A adalah 2. š
Sifat : Jika A, B, dan C matriks sehingga operasi berikut berlaku, maka :a. A(B + C ) = AB + AC
Distributif kiri
(B + C ) A = BA + CA
Distributif kanan
b. A(B − C ) = AB − AC
Distributif kiri
(B − C) A = BA − CA
7
Distributif kanan
c. A(BC ) = (
AB)C
Assosiatif
t
8
1.2. Jenis – jenis Matriks
Beberapa matriks dengan elemen tertentu yang seringkali digunakan
disajikan berikut.
1. Matriks Nol.
Matriks yang semua elemennya nol disebut matriks nol,
dinotasikan 0. Contoh :
⎡0 0⎤ ⎡0 0 0⎤Matriks ⎢ ⎥ , ⎢ ⎥ merupakan matriks nol
⎣0 0⎦ ⎣0 0 0⎦
Sifat : Untuk sebarang matriks A yang ukurannya bersesuaian
sehingga operasi aljabar berikut dapat dilakukan, berlaku :
a. A + 0 = 0 + A
= A. b. A – A = 0.
c. 0 – A = –A.
d. A . 0 = 0 . A = 0.
2. Matriks Transpos.
Transpos dari matriks A, dinotasikan dengan A1 atau At, adalah
matriks yang kolom pertamanya adalah baris pertama matriks A,
kolom keduanya
adalah baris kedua matriks A, dan seterusnya.
Jika A = (aij ) mxn
maka
A = (a ji ) nxm
Contoh :
2 4 3 4 ⎢7
⎣ 4
⎢ ⎥ ⎢ ⎥
9
Jika⎡1 3 5⎤
A = ⎢ ⎥ ,⎣ 7 ⎦
⎡1B = ⎢
⎣
− 2⎤⎥ maka⎦
⎡1
At = ⎢3
⎢⎣5
2⎤⎥⎥
4⎥⎦
dan B t
⎡ 1= ⎢− 2
3⎤⎥ . š⎦
Sifat : Untuk sebarang matriks A berlaku :
a. (At)t = A
b. (kA)t = kAt
c. (A + B)t = At + Bt
d. (AB)t = Bt At
3. Matriks Segitiga Atas dan Matriks Segitiga Bawah.
Matriks persegi yang semua elemen di bawah diagonal utama
bernilai 0 disebut matriks segitiga atas. Begitu pula matriks
persegi yang semua
elemen di atas diagonal utama bernilai 0 disebut matriks segitiga bawah.Jadi A = (aij ) nxn disebut matriks segitiga atas jika aij = 0 untuk i > j dan
disebut matriks segitiga bawah jika
aij = 0 untuk i < j.
Contoh :⎡a11
Matriks A= ⎢ 0
a12
a22
a13 ⎤a23
⎥⎡a11
dan B= ⎢a0
a22
0 ⎤0 ⎥ berturut-turut adalah
0 0 a33 ⎢⎣a31 a32 a33
matriks segitiga atas dan matriks segitiga bawah.
4. Matriks Diagonal.
Adalah matriks persegi yang semua elemen-elemennya adalah
nol kecuali elemen pada diagonal utama.
Jadi A = (aij ) nxn disebut matriks diagonal jika aij = 0 untuk i ∫ j .
3 .
1
⎡1 0⎢
0⎤ ⎡− 1 0 0⎤⎥ ⎢ ⎥Contoh :
⎢0
3 0⎥ , ⎢ 0 3 0⎥
⎢⎣0 0 5 0 0 0
5. Matriks Identitas (Matriks Satuan).
Matriks diagonal yang semua elemen diagonal utamanya sama
dengan 1 disebut matriks identitas, dinotasikan dengan In
atau I.
Dalam bentuk notasi matriks , dituliskan
I = (aij ) dengan aij = 1, untuk i=j
dan aij = 0, untuk i∫j, berlaku untuk i,j=1,2,...,n.
Contoh :
⎡1 0
I = ⎢0 1⎢⎢⎣0 0
0⎤
0⎥⎥
1⎥⎦
Sifat : Untuk sebarang matriks A yang berukuran nxn berlaku In A=A In
=A.
6. Matriks invers
Matriks B dikatakan sebagai invers dari matriks A jika AB = BA =
I. Dalam hal ini invers matriks A dinotasikan A-1. Matriks yang
mempunyai invers
disebut matriks non singular.
⎡ − 1 2⎤ ⎡5 − 2⎤Contoh : Jika
A = ⎢ ⎥ maka B = ⎢ ⎥ adalah invers dari A sebab
⎣− 3 5⎦ ⎣3 − 1⎦
⎡ − 1 2⎤ ⎡5 − 2⎤ ⎡1 0⎤ ⎡5 − 2⎤ ⎡ − 1 2⎤ ⎡1 0⎤AB = ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ = ⎢ ⎥ dan BA = ⎢ ⎥⎢ ⎥ = ⎢ ⎥ . š
⎣− 3 5⎦ ⎣3 − 1⎦ ⎣0 1⎦ ⎣3 − 1⎦ ⎣− 3 5⎦ ⎣0 1⎦
Sifat : a. ( A-1 )-1 = A
b. (AB )-1 = B-1 A -1
⎢ ⎥
⎢ ⎥
1
7. Matriks Simetris.
Suatu matriks persegi A dikatakan simetris jika A = At.Jika A = (aij ) maka A dikatakan simetris
jikaaij = a ji , untuk setiap i,j.
Contoh :
Matriks⎡1 3
A = ⎢3 4⎢⎢⎣2 0
2⎤
0⎥⎥
5⎥⎦
⎡1 3
adalah simetris sedangkan matriks B = ⎢3 4
⎢⎣2 0
− 2⎤
1 ⎥ tidak5 ⎥⎦
simetris. Mengapa ?
Untuk sebarang matriks persegi A, matriks A+At merupakan matriks
simetris. Mengapa ?
8. Matriks Skew Simetris (Simetris Miring).
Matriks A dikatakan simetris miring jika At = –A .Jika A = (aij ) maka A dikatakan simetris miring
jikaaij = −a ji , untuk setiap
i,j.
Contoh :
Matriks⎡ 0 3
A = ⎢− 3 0
⎢⎣− 2 1
2 ⎤− 1⎥
0 ⎥⎦
adalah matriks simetris miring.
9. Matriks-matriks persegi yang istimewa.
- Jika A dan B matriks-matriks persegi sedemikian sehingga
AB = BA, maka A dan B disebut commute.
- Jika AB = -BA, maka A dan B disebut Anti Commute.
- Matriks A yang memenuhi A k+1 = A (k bilangan positif), disebut periodik
⎢ ⎥
⎢
1
- Jika A 2 = A, maka A disebut matriks Idempoten.
- Jika A k = 0, dengan k bilangan bulat positif terkecil maka A
disebut matriks nilpoten. Dalam hal ini bilangan k disebut
indeks nilpoten.
Contoh :
⎡2 1⎤ ⎡6 4⎤a. Matriks
A = ⎢1 2⎥ dan B = ⎢4 6⎥ adalah Commute, sebab :
⎣ ⎦ ⎣ ⎦⎡2 1⎤ ⎡6 4⎤ ⎡16 14⎤ ⎡6 4⎤ ⎡2 1⎤ ⎡16 14⎤AB = ⎢ ⎥⎢ ⎥ = ⎢ ⎥ dan BA = ⎢ ⎥⎢ ⎥ = ⎢ ⎥ .⎣1 2⎦ ⎣4 6⎦ ⎣14 16⎦ ⎣4 6⎦ ⎣1 2⎦ ⎣14 16⎦
b. Matriks
⎡ 2 − 2
A = ⎢− 1 3
− 4⎤
4 ⎥ adalah idempoten sebab A2 = A.
1 − 2 − 3
⎡ 1
c. Matriks M = ⎢ 5
⎢⎣− 2
1 3 ⎤
2 6 ⎥⎥
− 1 − 3⎥⎦
adalah nilpoten berindeks 3, sebab M3 = 0.
1.3. Operasi Baris Elementer
Selain operasi aljabar matriks yang sudah diperkenalkan pada
subbab 1.1, ada operasi lain yang dapat dikenakan pada suatu matriks
untuk mendapatkan matriks lain. Operasi ini dinamakan operasi baris
elementer karena dikenakan pada baris-baris suatu matriks. Operasi ini
banyak digunakan untuk menentukan penyelesaian sistem persamaan
linear yang akan dibahas pada bab berikutnya. Operasi baris elementer
meliputi tiga bentuk, yaitu :
a. Menukar baris ke-i dan baris ke-j, dinyatakan dengan Bij.
⎢ ⎥
2 3 2 3
⎢⎥
⎢ ⎥ ⎢ ⎥
⎢ ⎥
⎥ ⎥
1
b. Menggandakan setiap elemen baris ke i dengan skalar k ≠ 0 ,
dinyatakan
dengan Bi(k).
c. Menambahkan k kali elemen-elemen baris ke-j (k skalar) kepada
baris ke-i, dinyatakan dengan Bij(k).
Operasi semacam ini juga dapat dilakukan pada kolom, dengan notasi B diganti
K, namun untuk pembahasan ini operasi hanya dikenakan pada baris saja.
Jika kita melakukan operasi baris elementer pada suatu matriks
untuk memperoleh matriks yang lain, matriks awal dan hasilnya
dihubungkan dengan
tanda ≈ .⎡1
Contoh : Diketahui matriks A = ⎢2⎢⎣1
5 1⎤− 1 3⎥ .
− 2 4⎥⎦
a. Jika baris ke-1 ditukar dengan baris ke-3, diperoleh⎡1⎢⎢
⎢⎣1
5 1⎤− 1 ⎥
− 2
4⎥⎦
B13
≈⎡1⎢⎢⎢⎣1
− 2 4⎤− 1 ⎥
5 1⎥⎦
Jika operasi K13 dikenakan pada A diperoleh
⎡1
⎢3
⎢⎣4
5 1⎤− 1 2⎥ .
− 2 1⎥⎦
b. Jika baris ke-2 dikalikan 3, diperoleh
⎡1
⎢2
⎢⎣1
5 1⎤− 1 3⎥− 2 4⎥⎦
B2 ( 3 )
≈⎡1
⎢6
⎢⎣1
5 1⎤− 3 9⎥− 2 4⎥⎦
⎡1
Jika operasi K2(2) dikenakan pada A diperoleh ⎢2⎢⎣1
10 1⎤− 2 3⎥ .− 4 4⎥⎦
2 3 0 1
⎢ ⎥
⎥
1
c. Jika baris ke-1 dikalikan -2 kemudian ditambahkan ke baris ke-2, diperoleh
⎡1⎢⎢
⎢⎣1
5 1⎤− 1 ⎥
− 2
4⎥⎦
B12 ( −2 )
≈⎡1⎢⎢⎢⎣1
5
− 11
− 2
1⎤⎥⎥
4⎥⎦
⎡1
Jika operasi K31(-1) dikenakan pada A diperoleh ⎢2⎢⎣1
5 0⎤− 1 1⎥ . š
− 2 3⎥⎦
Jika operasi baris elementer dikenakan pada matriks
identitas akan diperoleh suatu matriks yang khas. Sebuah matriks
berukuran nxn disebut
matriks elementer jika matriks tersebut dapat diperoleh dari matriks satuan In
dengan melakukan satu operasi baris elementer.
Karena ada tiga macam operasi baris elementer, maka ada 3
macam matriks elementer :
1. Eij, yaitu matriks yang didapat dari matriks I jika baris ke-i ditukar dengan
baris ke-j.⎡0 0 1⎤
⎢ ⎥⎡0 1 0⎤⎢ ⎥Contoh : Dari I3, diperoleh E13 =
⎢0
1
0⎥ , E12 = ⎢1 0 0⎥
⎢⎣1 0 0 ⎢⎣0 0 1
2. Ei ( k ) adalah matriks yang didapat dari matriks I jika baris ke-i digandakan
dengan skalar k ≠ 0.
⎡1 0 0⎤⎢ ⎥
⎡ 1 0 0⎤⎢ ⎥Contoh : Dari I3, diperoleh E2 (3) =
⎢0
3 0⎥ , E3 (−2) = ⎢0 1 0⎥ .
⎢⎣0 0 1 ⎢⎣0 0 − 2
, ⎢⎥
⎢ .
1
3. Matriks Eij ( k ) adalah matriks yang didapat dari matriks I jika baris ke-j
digandakan dengan skalar k ≠ 0 kemudian ditambahkan ke
baris ke-i.
Contoh : Dari I3, diperoleh
E12 ( 4
)
⎡1
= ⎢0⎢⎢⎣0
4 0⎤
1 0⎥ E⎥ 23
0 1⎥⎦
⎡1 0 (−1) =
⎢0 1
⎢⎣0 0
0 ⎤− 1⎥ .
1 ⎥⎦
Sifat-sifat matriks elementer:
a. Jika matriks A digandakan dari kiri dengan matriks elementer E, maka EA
adalah suatu matriks baru yang diperoleh bila operasi baris
elementer yang digunakan untuk memperoleh E dari I, diterapkan
pada A.⎡1 2⎤⎢ ⎥
⎡0 0 1⎤⎢ ⎥
⎡1 0 0⎤⎢ ⎥Contoh :
MisalA = ⎢3 7⎥ , E13 =
⎢0 1 0
⎥ , E2 (3) = ⎢0 3 0⎥ , dan
⎢⎣5 4 ⎢⎣1 0 0 ⎢⎣0 0 1
⎡1
E12 ( 4 ) = ⎢0
⎢⎣0
4 0⎤
1 0⎥⎥
0 1⎥⎦
⎡1 2⎤ ⎡5 4⎤ ⎡0 0 1⎤ ⎡1 2⎤ ⎡5 4⎤⎢ ⎥
B13 ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥⎢3 7⎥ ≈ ⎢3 7⎥ , dan E13 .A = ⎢0 1 0⎥ ⎢3 7⎥ = ⎢3 7⎥ .
⎢⎣5 4 ⎢⎣1 2 ⎢⎣1 0 0 ⎢⎣5 4 ⎢⎣1 2
⎡1 2⎤ ⎡1 2 ⎤ ⎡1 0 0⎤ ⎡1 2⎤ ⎡1 2 ⎤⎢ ⎥
B2 (3) ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥
⎢3 7⎥ ≈ ⎢9 27⎥ , dan E2 (3).A = ⎢0 3 0⎥ ⎢3 7⎥ = ⎢9 21⎥ .
⎢⎣5 4 ⎢⎣5 4 ⎢⎣0 0 1 ⎢⎣5 4 ⎢⎣5 4
⎡1 2⎤ ⎡13 30⎤ ⎡1 4 0⎤ ⎡1 2⎤ ⎡13 30⎤⎢ ⎥
B12 ( 4) ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥
⎢3 7⎥ ≈ ⎢ 3 7 ⎥ , dan E12 (4).A = ⎢0 1 0⎥ .⎢3 7⎥ = ⎢ 3 7 ⎥ . š
⎢⎣5 4 5 4 ⎢⎣0 0 1 ⎢⎣5 4 5 4
b. Invers dari matriks elementer juga merupakan matriks elementer.
1
Jika satu operasi baris elementer diterapkan pada I untuk
menghasilkan E, maka terdapat operasi baris elementer yang bila
diterapkan pada E akan menghasilkan I. Berbagai kemungkinan
operasi seperti di atas disajikan
sebagai berikut.
Operasi baris pada I untuk menghasilkan E
Operasi baris pada E untuk menghasilkan I
Menukar baris ke-i dan baris ke-j (Bij) Menukar baris ke-j dan baris ke-i
(Bji).Menggandakan baris ke -i dengan skalar k ≠ 0 (Bi(k)).
Menggandakan baris ke -i dengan 1/k
(Bi(1/k)).
Menambahkan k kali baris ke-j kepada
baris ke-i (Bij(k)).
Menambahkan -k kali baris ke-j
kepada baris ke-i (Bij(-k)).
Operasi pada kolom kanan merupakan invers (balikan) dari
operasi pada kolom kiri. Jika operasi pada kolom kanan dikenakan pada
I maka akan mengha- silkan matriks elementer, sebut saja E0, yang
menurut sifat a berlaku
E.E0 = I dan E0.E = I
Dengan demikian E0 adalah invers dari E. Dari tabel di atas
diperoleh : (Eij)-1 = Eji , (Ei(k))-1 = Ei(1/k)) dan
(Eij(k))-1 = Eij(-k).
Contoh :⎡0 0 1⎤ ⎡0 0 1⎤ ⎡1 0 0⎤
E .E = ⎢0 1 0
⎥.
⎢0 1 0
⎥ =
⎢0 1 0
⎥ dan E31. E13 = I.13 31 ⎢
⎢⎣1⎥ ⎢
0 0⎥⎦ ⎢⎣1⎥
0 0⎥⎦
⎢⎢⎣0
⎥0 1⎥⎦
⎡1 0 0⎤ ⎡1 0 0⎤ ⎡1 0 0⎤E (3).E (
1 ) = ⎢0 3 0⎥.⎢0 1 / 3 0⎥ = ⎢0 1 0⎥ dan E (1/3). E (3) = I.
2 2 3
⎢⎢⎣0
⎥ ⎢0 1⎥⎦ ⎢⎣0
⎥ 0 1⎥⎦
1
⎢⎢⎣0
⎥ 2
2
0
1
⎥⎦
3 4
⎢4
⎢1
⎢1
⎢⎦
⎥⎦ ⎦
1
⎡1 4 0⎤ ⎡1 − 4 0⎤ ⎡1 0 0⎤E (4).E (−4) =
⎢0 1 0
⎥.
⎢0 1 0
⎥ =
⎢0 1 0
⎥ dan E12(-4) . E12(4) = I. š12 12 ⎢
⎢⎣0⎥ ⎢
0 1⎥⎦ ⎢⎣0⎥
0 1⎥⎦
⎢⎢⎣0
⎥0 1⎥⎦
Kedua sifat di atas penting untuk digunakan dalam teorema berikut.
Teorema : Jika A matriks nonsingular maka A dapat dinyatakan
sebagai hasil ganda matriks-matriks elementer.
Contoh : Nyatakan
⎡2A = ⎢
⎣
3⎤⎥ sebagai hasil ganda matriks-matriks elementer.⎦
Penyelesaian : Kita dapat melakukan operasi baris elementer berhingga kali pada
A sampai diperoleh matriks I sebagai berikut.⎡2 3⎤ B1 (1 / 2 ) ⎡1 3 / 2⎤ B21 ( −3) ⎡1 3 / 2 ⎤ B12 ( 3) ⎡1 0 ⎤ B2 ( −2 ) ⎡1 0⎤
⎣3 4⎦ ≈A
⎣3 4 ⎦B
≈ ⎣0
C
− 1/ 2⎦ ≈ ⎣0 − 1 / 2⎦D
≈ ⎣0
I
1⎦ .
Menurut sifat a, tentu berlaku : B = E1(1/2). A, C = E21(-3).B, D = E12(3).C, dan I =
E2(-2). D. Dengan demikian diperoleh E2(-2). E12(3). E21(-3).
E1(1/2). A = I. Karena matriks elementer mempunyai invers matriks
elementer pula, maka A =(E1(1/2))-1. (E21(-3) )-1.(E12(3)) -1. (E2(-2))-1
.I
=E1(2). E21(3). E12(-3). E2(-1/2)Jadi
⎡2 3⎤ ⎡2=
0⎤ ⎡1.
0⎤ ⎡1.
− 3⎤ ⎡1 0 ⎤. .
⎣3 ⎦ 0 1 ⎣3⎥
⎣0⎥
⎣0 − 1 / 2⎥
Bentuk perkalian matriks elementer ini tidak tunggal. Periksa bahwa
A = E21.E12.E21(2).E12 (1). Dapatkah kamu cari bentuk perkalian yang lain ? š
⎢ 3⎢
3⎢
3⎥ ⎥ ⎥
1
Definisi : Matriks B dikatakan ekivalen baris (row
equivalent) dengan matriks A, ditulis A ~ B, jika matriks B
dapat diperoleh dari matriks A dengan berhingga banyak operasi
baris elementer
Mengingat sifat a dari matriks elementer, definisi di atas dapat pula
dinyatakan sebagai : matriks B dikatakan ekivalen baris dengan
matriks A jika terdapat
matriks-matriks elementer E1, E2, . . . . . ,Ep sehingga B = EpEp-1. . . E1A.
Contoh.⎡3 5 1⎤⎢ ⎥
⎡3 5 1⎤⎢ ⎥A = ⎢2 0 3⎥ dan B = ⎢2
0
3⎥ adalah ekivalen baris, karena
⎢⎣5 5 4 ⎢⎣0 0 0
⎡3 5
⎢2 0
1⎤ ⎡3B13 ( −1)
⎥ ≈ ⎢25 1⎤0 ⎥
⎡3B32 ( −1)≈ ⎢2
5 1⎤0 ⎥ . š
Sifat : 1. Jika A ekivalen baris dengan B, maka B ekivalen baris dengan A.
2. Jika A ekivalen baris dengan B dan B ekivalen baris dengan C, maka A
ekivalen baris dengan C.
Definisi : Suatu matriks dikatakan dalam bentuk eselon baris (row-echelon form)
jika memenuhi :
a. Jika terdapat baris yang tidak semua elemennya nol,
maka elemen pertama yang tidak nol adalah 1, dan disebut 1
utama (pivot)
b. Jika terdapat baris yang semua elemennya nol, maka baris ini diletakkan
2
pada baris paling bawah.
⎢⎢0
⎢00 1 1 ⎥
0 0 1 2⎥
⎣0 0 0 0 0⎦
⎢
⎥
⎢ 0
0
⎢1
⎢ 0
⎣
⎥
⎥
2
c. Pada sebarang dua baris yang berurutan yang tidak semua
elemennya nol, 1 utama pada baris yang bawah terletak di
sebelah kanan dari 1
utama baris di atasnya.
Contoh :
⎡1
⎢0
⎢⎣0
⎡14 2⎤1 3⎥ dan0 1⎥⎦ ⎢
3 2 0 5⎤3
⎥
⎥
Definisi : Suatu matriks dikatakan dalam bentuk eselon baris
tereduksi (reduced row-echelon form) jika matriks tersebut
dalam bentuk eselon baris dan pada masing-masing kolom yang
memuat 1 utama, elemen 1 merupakan satu-satunya elemen
yang tidak nol.
Contoh.⎡1 0
⎢0 1
⎢0 0⎢0 0
0⎤⎥ ⎡0 1⎥ dan ⎢0 0
1⎥⎥ ⎢⎣0 0⎦
2 0⎤0
⎥0 0⎥⎦
Definisi : Suatu matriks dikatakan dalam bentuk normal jika
matriks tersebut memuat submatriks identitas.
Ada 4 jenis bentuk normal yaitu :
⎡Ip 0⎤ ⎡Ip⎤Ip , ⎢ ⎥ , [Ip 0], dan ⎢ ⎥ dengan Ip adalah matriks identitas⎣ 0 0⎦ ⎣ 0 ⎦
⎡1 0
Contoh. ⎢0 1
⎢⎣0 0
0 0⎤0
⎥0 0⎥⎦
Selain untuk menentukan bentuk eselon baris tereduksi, operasi baris
elementer juga dapat digunakan untuk memperoleh invers dari suatu
matriks non singular.
⎢ 2
⎢ 0
⎢⎥
⎢⎥
⎥
⎥
2
Jika A adalah matriks non singular, maka dengan melakukan
sebanyak berhingga kali operasi baris elementer pada matriks [A| I]
(matriks ini disebut perluasan dari matriks A) akan didapat matriks [I|
B]. Misalkan untuk itu diperlukan n operasi baris elementer. Karena A
dibawa ke I dan I dibawa ke B, maka I = E1. E2. E3.... En.A dan B =
E1. E2. E3.... En.I. Karena matriks elementer
mempunyai invers maka dari perkalian yang pertama diperoleh
−1 −1 −1 −1 −1 −1 −1 −1A = En .En−1....E2 E1 .I sehingga
AB = ( En .En−1 ....E2 E1 ).( E1.E2 ....En−1 .En ) = I
−1 −1 −1 −1dan BA = (E2 ....En−1 .En En
).(En−1....E2 E1 .E1 .E2 ....En−1.En ) = I .
Ini berarti B adalah invers dari A, atau B = A-1.
Contoh :⎡1
Jika A = ⎢2⎢⎣2
1 1⎤0 ⎥
− 2 1⎥⎦
maka invers dari A dapat ditentukan sebagai berikut.
⎡1
Dibentuk matriks [A| I] = ⎢2⎢⎣2
1 1
0 2
− 2 1
1 0 0⎤0 1
⎥0 0 1⎥⎦
Selanjutnya dengan melakukan operasi baris berikut ini : B21(-1), B 31(-2),
B12(1/2), B2(1/2), B32(-2), B13(1), B3(-1), akan diperoleh matriks :
⎡1 0 0
⎢0 1 0
⎢⎣0 0 1
2 − 3 /
2
1 1/ 2
− 2 2
1 ⎤0 ⎥ . Jadi A-1
=− 1⎥⎦
⎡ 2
⎢ 1
⎢⎣− 2
− 3 /
2
1/ 2
2
1 ⎤0 ⎥ . š
− 1⎥⎦
Definisi : Rank dari matriks A dapat didefinisikan sebagai banyaknya baris
2
(kolom) tak nol dari bentuk eselon baris yang diperoleh dari matriks A.
⎢ 2
⎢⎥
⎥
2
Karena banyaknya baris (kolom) tak nol selalu kurang dari minimum
diantara baris dan kolom, maka rank(Amxn) ≤ min {m, n}.
Contoh :⎡2
Carilah rank dari matriks A = ⎢2⎢⎣4
3 1⎤1
⎥4 3⎥⎦
Jawab : Jika matriks A dikenai operasi baris elementer B1(1/2), B21(-2), B31(-4),
⎡1
B2(-1/2), dan B32(2) kita memperoleh
⎢0
3 / 2
1
1 / 2 ⎤− 1 / 2⎥
. Jadi rank(A) = 2. š
⎢⎣0 0 0
1.4. Determinan.
Determinan suatu matriks persegi sangat banyak gunanya dalam
berbagai cabang matematika. Sebagai contoh pada aljabar, determinan
digunakan untuk mencari jawab n persamaan linear dengan n
variabel. Ada dua definisi determinan dilihat dari segi
pendekatannya, pertama dengan pendekatan klasik, yaitu bertitik tolak
pada fungsi permutasi, kedua dengan pendekatan bukan klasik, yaitu
pada fungsi multilinear. Pada pembahasan kali ini kita mendefinisikan
determinan dengan pendekatan klasik, yaitu melalui fungsi permutasi.
Definisi : Permutasi bilangan asli, dinotasikan s, adalah susunan
bilangan- bilangan asli menurut suatu aturan tanpa
menghilangkan atau mengulangi bilangan tersebut. Himpunan
semua permutasi dari n ditulis dengan Sn.
Contoh :
2
Permutasi dari barisan bilangan 1 dan 2 adalah (1,2) dan (2,1). Jadi S2 =
{(1,2), (2,1)} Permutasi dari bilangan 1,2, dan 3 adalah (1,2,3), (1,3,2),
(2,3,1), (2,1,3), (3,1,2), dan (3,2,1). Jadi S3 = {(1,2,3), (1,3,2), (2,3,1),
(2,1,3), (3,1,2), (3,2,1)}.
Kita lihat bahwa banyaknya permutasi 2 bilangan adalah 2, banyaknya
permutasi 3 bilangan adalah 6. Secara umum banyaknya permutasi n bilanganadalah n!. Penulisan permutasi k bilangan adalah (j1,j2,...,jk) dengan
ji ≠ jk untuk
i ≠ k .
Definisi : Inversi pada suatu permutasi adalah terdapatnya bilangan
yang lebih besar mendahului bilangan yang lebih kecil, atau ji > jk
untuk i < k.
Contoh :
Pada permutasi (2,1,3) terdapat 1 inversi yaitu 2 mendahului 1.
Pada permutasi (3,2,1) terdapat 3 inversi yaitu : 3 mendahului 2, 3
mendahului 1, dan 2 mendahului 1.
Definisi : Jika jumlah inversi dari suatu permutasi adalah genap,
maka disebut permutasi genap dan jika jumlah inversi suatu
permutasi ganjil maka disebut permutasi ganjil.
Definisi : Tanda dari permutasi s, dinotasikan sgn(s), didefinisikan sebagai
⎧+ 1, jika jumlah inversi σ genapsign(σ ) = ⎨
⎩ − 1, jika jumlah inversi σ gasal
Contoh :
2
Jika s = (2,1,3) maka sgn(s)
= -1. Jika s = (3,2,1) maka
sgn(s) = -1.
⎢⎦
2 ⎥
3 4⎢
5
2
Definisi : Determinan dari matriks Anxn didefinisikan sebagai :det( A) = ∑
σ∈Sn
sgn(σ ).a1 j1 .a2 j2
a3 j3 ....anjn
Contoh :
Jika A = ⎡a11
⎣a21
a12 ⎤a22
⎥ maka S2 = {(1,2), (2,1)} dengan sgn(1,2) = +1, sgn(2,1) = -1
sehingga
det( A) = a11a22 − a12 a21
Jika⎡a11
A = ⎢a⎢⎢⎣a31
a12
a22
a32
a13 ⎤a23
⎥ maka S3 = {(1,2,3), (1,3,2), (2,3,1), ((2,1,3),
(3,1,2),(3,2,1)}
a33 ⎥⎦
dengan sgn(1,2,3) = +1, sgn(2,3,1) = +1, sgn(3,1,2) = +1, sgn(1,3,2) = -
1, sgn(2,1,3)=-1, dan sgn(3,2,1) = -1. Sehingga
det(A) = a11a22 a33 + a12a23a31 + a13a21a32 - a11a23a32 - a12a21a33 - a13a22 a31 .
Apabila contoh tersebut diterapkan pada matriks
⎡2A = ⎢
⎣
3⎤⎥ dan B =⎦
⎡3 2
⎢2 4
⎢⎣0 1
1⎤⎥⎥
6⎥⎦
maka det(A) = 2.4 - 3.3 = -1 dan det(B) = 3.4.6 + 2.5.0 + 1.2.1 - 3.5.1 - 2.2.6 -
1.4.0 = 35. š
Dari definisi di atas, apabila A suatu matriks segitiga (atas ataupun bawah)
maka det(A) pasti bernilai nol sebab satu-satunya suku tidak nol adalah
perkalian elemen-elemen diagonal utama. Jadi jika Anxn = (aij ) maka
det(A) = a11.a22. ... .ann.
Selanjutnya sifat-sifat yang berlaku pada determinan adalah :
1. Nilai determinan matriks A sama dengan nilai determinan
transposenya, yaitu det(A) = det(At)
⎢ a⎢ a
⎢⎥
⎢ 5
⎢ ⎥
⎢ ⎥
⎥
2
Contoh : Jika A = ⎡a11
⎣a21
a12 ⎤⎥
22 ⎦maka A t =
⎡a11
⎣a12
a21 ⎤⎥ . Sehingga
22 ⎦
det( A) = a11a22 − a12 a21 dan det( At ) = a11a22 − a12 a21 .
2. Jika setiap elemen pada suatu baris atau kolom matriks A bernilai
nol, maka det(A) = 0.
Contoh : B =
⎡3
⎢2
⎢⎣0
2 1⎤
4 5⎥ maka det(B) = 3.4.0 + 2.5.0 + 1.2.0 - 3.5.0 -
2.2.0 -0 0⎥⎦
1.4.0 = 0.
3. Jika matriks A mempunyai dua baris atau dua kolom yang sama
(elemen yang bersesuaian bernilai sama), maka det(A) = 0.
Contoh : C =
⎡3
⎢2
⎢⎣2
2 1⎤4
⎥4 5⎥⎦
maka det(C) = 3.4.5 + 2.5.2 + 1.2.4 - 3.5.4 - 2.2.5 -
1.4.2 = 0.
4. Jika matriks B diperoleh dengan menukar dua baris atau dua kolom matriks A
maka det(B) = - det(A).⎡3
Contoh : Matriks A = ⎢2⎢⎣0
2 1⎤
4 5⎥ , det (A) = 35. Dengan menukar baris 1
dan1 6⎥⎦
⎡0
baris 3 matriks A diperoleh matriks C = ⎢2⎢⎣3
1 6⎤
4 5⎥ dengan det(C) = 0.4.1 +2 1⎥⎦
1.5.3 + 6.2.2 - 0.5.2 - 1.2.1 - 6.4.3 = -35.
⎢ ⎥
⎢ 5 ⎥
2
5. Jika matriks B diperoleh dengan mengalikan satu baris atau satu kolom matriks
A dengan skalar k ≠ 0, maka det(B) = k.det(A).
Contoh :⎡3
Matriks A = ⎢2⎢⎣0
2 1⎤
4 5⎥ , det (A) = 35. Dengan mengalikan baris ke tiga
matriks1 6⎥⎦
⎡3
A dengan 3, diperoleh matriks C = ⎢2⎢⎣0
2 1 ⎤4
⎥3 18⎥⎦
dengan det(C) = 3.4.18 + 2.5.0 +
1.2.3 - 3.5.3 - 2.2.18 - 1.4.0 = 105.
6. Jika A, B, dan C matriks yang identik (sama) kecuali pada satu baris.
Pada baris yang tidak identik ini, baris matriks C merupakan jumlahan
dari baris matriks A baris matriks B, maka det(C) = det(A) + det (B).
Contoh :⎡3 2 1⎤
⎢ ⎥⎡1 0 1⎤⎢ ⎥
⎡4 2 2⎤⎢ ⎥Misalkan A =
⎢2
4 5⎥ , B = ⎢2 4 5⎥ , dan C =
⎢2
4 5⎥ . Maka det(A) = 35,
⎢⎣0 1 6 ⎢⎣0 1 6 ⎢⎣0 1 6
det(B) = 1.4.6 + 0.5.0 + 1.2.1 - 1.5.1 - 0.2.6 -
1.4.0 = 21. det(C) = 4.4.6 + 2.5.0 + 2.2.1 - 4.5.1
- 2.2.6 - 2.4.0 = 56.
7. Jika matriks B diperoleh dari matriks A dengan menambah satu baris dengan k
kali baris yang lain, maka det(B ) = det(A).
Contoh :
⎢⎥
3
⎡3 2 1⎤⎢ ⎥
⎡ 3 2 1⎤⎢ ⎥Misalkan A =
⎢2
4 5⎥ dan B = ⎢− 1
2
4⎥ . Maka det(A) = 35, det(B) =
3.2.6
⎢⎣0 1 6 0 1 6
+ 2.4.0 + 1.(-1).1 - 3.4.1 - 2.(-1).6 - 1.2.0 = 35.
Dari 7 sifat di atas kita dapat mengubah sebarang matriks
menjadi matriks segitiga dengan operasi baris elementer jenis tersebut,
tanpa mengubah nilai determinannya.
Contoh :
Misal A =
⎡3
⎢2
⎢⎣0
2 1⎤4 5⎥ , dengan operasi B21(-2/3) dilanjutkan B32(-3/8) diperoleh
1 6⎥⎦
⎡3 2 1 ⎤⎢ ⎥ 8 35matriks B = ⎢0
⎢⎣08 / 3
0
13 / 3⎥ , sehingga det(A) = det(B ) 3.
3 .
835 / 8⎥⎦
= 35.
1.5. Ekspansi Kofaktor
Definisi : Jika A adalah matriks persegi maka minor dari elemen aij, dinyatakan
dengan Mij, adalah determinan tingkat (n-1) yang diperoleh
dengan mencoret baris ke i dan kolom ke j dari matriks A.
Bilangan (-1)i+j Mij, dinyatakan dengan Kij, dinamakan kofaktor entri aij.
Contoh :
⎢ 2⎥
3
⎡1 1 1⎤⎢ ⎥ ⎡ 0 2⎤
Misal A = ⎢2 0 2
⎥ , maka M11 = det ⎢
− 2
1⎥ = 4 dan K11 = (-
1)M11 = 1.4 = 4.
⎢⎣2 − 2 1 ⎣ ⎦
⎡2Selanjutnya M12 = det ⎢
⎣2
2⎤⎥ = -2 dan K12 = (-1)1+2 M12 = -1.( -2) = 2. Secara
1⎦
sama diperoleh M13 = -4 , M21 = 3, M22 = -1 , M23 = -4 , M31 = 2, M32 = 0, dan
M33 = -2. Kemudian didapat K13 = -4 , K21 = -3, K22 = -1 , K23 = 4 , K31 = 2, K32 =
0, dan K33 = -2. š
Dari penghitungan kofaktor elemen suatu matriks kita dapat
menghitung determinan dan invers dari suatu matriks.
Definisi : Jika A = (aij ), maka determinan A didefinisikan sebagai :
n ndet( A) = ∑ (−1)i+ j aij M ij = ∑ aij K
ij
(ekspansi baris ke i), atau
j =1 j =1
n ndet( A) = ∑ (−1)i+ j aij M ij = ∑ aij K
ij
(ekspansi kolom ke j)
i=1 i=1
Contoh :⎡1
Jika A = ⎢2⎢⎣2
1 1⎤0
⎥− 2 1⎥⎦
maka det(A) = 1. K11 + 1. K12 + 1. K12 = 4 + 2 + (-4) = 2. Atau
det(A) = 2. K21 + 0. K22 + 2. K23 = 2.(-3) + 0. (-1) + 2.4 = .(-6) + 8 = 2. Cobalahhitung dengan ekspansi kolom. š
Definisi : Jika A = (aij ) matriks persegi maka matriks K = (K ij )
dengan
K ij adalah
3
kofaktor dari
aij dinamakan matriks kofaktor dari A. Transpose dari
matriks kofaktor disebut matriks adjoin dari A, dinotasikan adj(A).
2
3
Contoh :⎡1 1 1⎤⎢ ⎥
⎡ 4 2⎢
− 4⎤⎥
⎡ 4 − 3 2⎤⎢ ⎥Jika A = ⎢2 0 2⎥ , maka K = ⎢− 3 −
1
4⎥ , dan adj(A) = ⎢ 2 −
1
0⎥ .
⎢⎣2 − 2 1 2 0 − 2 ⎢⎣− 4 4 − 2
Teorema : Jika A matriks yang mempunyai invers maka
A−1 = 1
adj( A) .det( A)
Contoh :⎡1 1 1⎤⎢ ⎥
⎡ 4 − 31 ⎢
2⎤ ⎡ 2⎥ ⎢
− 3 / 2 1⎤⎥Jika A = ⎢2 0 2⎥ , maka A-1 = ⎢ 2
− 1
0⎥ = ⎢ 1 − 1 / 2
0⎥ .
⎢⎣2 − 2 1 ⎢⎣− 4 4 − 2 ⎢⎣− 2 2 − 1⎥⎦
Latihan 1.⎡1 3 ⎤⎢ ⎥ ⎡2 1⎤
⎡− 1 0⎤⎢ ⎥
⎡2 2 1 ⎤⎢ ⎥1. Diberikan
matriksA =
⎢2 − 1
⎥ , B = ⎢
2 1⎥ , C =
⎢ 3 1
⎥ , D =
⎢0 1 − 1
⎥ ,
⎢⎣2 0 ⎣ ⎦
1 2 ⎢⎣4 3 3
⎡3 1 0 ⎤ ⎡2⎤E = ⎢ ⎥ , F = [1 2 3], G = ⎢ ⎥ , dan H = [0 1 1]. Manakah di antara
⎣2 1 − 3⎦ ⎣2⎦
operasi berikut yang dapat dilakukan ? Jika dapat dilakukan tentukan
hasilnya, jika tidak dapat dilakukan berikan alasannya.a. A + B
b. 2A +
C c. B -
2D d.
3H - F
e. AB + FE
f. 3BA
g. ED -
BA h. BG
+ GH i.
HD - At
j. Ft + Gt
k. (F +
G)t l.
(AB)t
⎢ 3 ⎢ ⎥
⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ 3
⎢ 1 ⎢ 1 ⎢ 0
⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ 3
⎥
⎥
⎥ ⎥
⎥
3
2. Berikan satu contoh matriks simetris ukuran 3 x 3.
3. Berikan satu contoh matriks simetris miring A yang berukuran 3 x 3. Apakah
A + At juga simetris miring ? Berikan alasannya.
4. Jika
⎡ 1 2
C = ⎢− 1 0
1⎤ ⎡2 2⎥ dan D = ⎢0 1
1 ⎤− 1⎥ , hitunglah :
4 1 5 ⎢⎣4 3 3
a. C (C + D)
b. C 2 + CD)
c. C (CD)
d. C 2D
e. (C - D)C
f. C 2 - DC
5. Lakukan operasi baris elementer B2(-2), B21(2), B13, B23(-2), B12(-1),dan B1(3)
pada matriks berikut.⎡1
a. A = ⎢2
3 ⎤− 1⎥
⎡2 2
b. B = ⎢0 1
1 ⎤− 1⎥
⎡ 1 2 1⎤c. C = ⎢− 1 0 ⎥
⎢⎣2 0 ⎢⎣4 3 3 4 1 3⎥⎦
6. Dapatkan invers dari matriks elementer berikut.⎡1
a. ⎢0
⎢⎣0
0 0⎤0
⎥1 0⎥⎦
⎡1b.
⎢0
⎢⎣0
0 0⎤1
⎥0 1⎥⎦
⎡1 0
c. ⎢0 1
⎢⎣0 0
0 ⎤⎥⎥
− 2⎥⎦
7. Tentukan bentuk eselon baris dari matriks berikut. Catatlah
operasi baris elementer yang dilakukan untuk mendapatkan
bentuk eselon barisnya.
Dapatkan pula bentuk eselon baris tereduksinya⎡1
a. A = ⎢2
3 ⎤− 1⎥
⎡2 2
b. B = ⎢0 1
1 ⎤− 1⎥
⎡ 1 2 1⎤c. C = ⎢− 1 0 ⎥
⎢⎣2 0 ⎢⎣4 3 3 4 1 3⎥⎦
8. ll
27