bab 1 metodo.rtf

Download BAB 1 metodo.rtf

If you can't read please download the document

Upload: novilia-eka-sari

Post on 14-Feb-2016

229 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 30 of 35

BAB IPENDAHULUAN

Latar BelakangBayi yang lahir dengan keadaan sehat serta memiliki anggota tubuh yang lengkap dan sempurna merupakan harapan dari seorang Ibu dan seluruh keluarga. Namun terkadang pada beberapa keadaan tertentu didapati bayi yang lahir kurang sempurna karena mengalami kelainan bentuk anggota tubuh. Salah satu kelainan adalah kelainan bawaan pada kaki yang sering dijumpai pada bayi yaitu kaki bengkok atau CTEV(Congenital Talipes Equino Varus). CTEV adalah salah satu anomali ortopedik kongenital yang sudah lama dideskripsikan oleh Hippocrates pada tahun 400 SM (Miedzybrodzka,2002).

CTEV atau biasa disebut Clubfoot merupakan istilah umum untuk menggambarkan deformitas umum dimana kaki berubah/bengkok dari keadaan atau posisi normal. Beberapa dari deformitas kaki termasuk deformitas ankle disebut dengan talipes yang berasal dari kata talus (yang artinya ankle) dan pes (yang berarti kaki). Deformitas kaki dan ankle dipilah tergantung dari posisi kelainan ankle dan kaki. Deformitas talipes diantaranya :Talipes Varus : inversi atau membengkok ke dalam.Talipes Valgus : eversi atau membengkok ke luar.Talipes Equinus : plantar fleksi dimana jari-jari lebih rendah daripada tumit.Talipes Calcaneus : dorsofleksi dimana jari-jari lebih tinggi daripada tumit.

Clubfoot yang terbanyak merupakan kombinasi dari beberapa posisi dan angka kejadian yang paling tinggi adalah tipe Talipes Equino Varus (TEV) dimana kaki posisinya melengkung ke bawah dan ke dalam dengan berbagai tingkat keparahan. Unilateral clubfoot lebih umum terjadi dibandingkan tipe bilateral dan dapat terjadi sebagai kelainan yang berhubungan dengan sindroma lain seperti aberasi kromosomal, artrogriposis (imobilitas umum dari persendian), cerebral palsy atau spina bifida.Frekuensi clubfoot dari populasi umum adalah 1:700 sampai 1:1000 kelahiran hidup dimana anak laki-laki dua kali lebih sering daripada perempuan. Berdasarkan data, 35% terjadi pada kembar monozigot dan hanya 3% pada kembar dizigot. Ini menunjukkan adanya peranan faktor genetika. Insidensi pada laki-laki 65% kasus, sedangkan pada perempuan 30-40% kasus. Pada pasien pengambilan cairan amnion, deformitas ekstrimitas bawah kira-kira mencapai 1-1,4% kasus. Sedangkan pada ibu yang mengalami pecah ketuban kira-kira terdapat 15% kasus. Epidemiologi CTEV terbanyak pada kasus-kasus amniotic1.2 Rumusan MasalahApa definisi CTEV ?Bagaimana etiologi dari CTEV ?Bagaimana klasifikasi dari CTEV ?Bagaimana faktor resiko dari CTEV ?Bagaimana manifestasi klinis dari CTEV ?Bagaimana patofisiologi CTEV ?Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada klien dengan CTEV ?Bagaimana penatalaksanaan pada klien dengan CTEV ?Bagaimana terjadinya komplikasi pada klien dengan CTEV ?Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan CTEV ?

Tujuan Masalah1.3.1 Tujuan UmumMengetahui dan memahami patofisiologi dan asuhan keperawatan klien dengan CTEV.

1.3.2 Tujuan KhususMengetahui definisi CTEV.Mengetahui penyebab dari CTEV.Mengetahui klasifikasi dari CTEV.Mengetahui patofisiologi dari CTEV.Mengetahui manifestasi klinis dari CTEV.Mengetahui pemeriksaan diagnostik CTEV.Mengetahui penatalaksanaan pada klien dengan CTEV.Mengetahui komplikasi dari CTEV.Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan CTEV.

Manfaat

Mahasiswa dapat memahami konsep teori dan patofisiologis dari CTEV.Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan CTEV.Mahasiswa serta masyarakat dapat menggunakan makalah ini sebagai referensi untuk menambah ilmu pengetahuan.

BAB IITINJAUAN TEORI

1.1 Definisi CTEVCongenital Talipes Equino Varus (CTEV) atau biasa disebut Clubfoot merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan deformitas umum dimana kaki berubah dari posisi normal yang umum terjadi pada anak-anak. CTEV adalah deformitas yang meliputi fleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan, dan rotasi media dari tibia (Priciples of Surgery, Schwartz). Talipes berasal dari kata talus (ankle) dan pes (foot), menunjukkan suatu kelainan pada kaki (foot) yang menyebabkan penderitanya berjalan pada ankle-nya. Sedang Equinovarus berasal dari kata equino (meng.kuda) dan varus (bengkok ke arah dalam/medial).

1.2 Etiologi CTEVSampai saat ini penyebab utama terjadinya kaki bengkok ( CTEV ) tidak diketahui secara pasti. Namun telah terbukti bahwa perkembangan tulang, sendi, jaringan ikat, persarafan, pembuluh darah dan otot masing-masing terlibat dalam proses patofisiologi. Mihran (2008) dan Hita (2008) menjelaskan beberapa teori penyebab terjadinya CTEV/kaki bengkok :a. Kebiasaan ibu waktu hamil merokok.b.Teori embrionik, antara lain perubahan bentuk primer yang terjadi pada sel germinativum yangdibuahi yang mengimplikasikan perubahan bentuk . Terjadi antara masa konsepsi dan pada minggu ke-12 usia kehamilan c. Perkembangan tumbuh kembang yang terhambatd.Teori neurogenik, yaitu teori yang menjelaskan bahwa perubahan bentuk primer terjadi pada jaringan neurogenik. e.Teori amiogenik, yang menjelaskan bahwa perubahan bentuk primer terjadi pada jaringan otot dan terjadi penebalan kapsul fibrosa sendi. f. Faktor keturunan.1.3 Klasifikasi CTEVLiterature medis menguraikan tiga kategori utama clubfoot, yaitu :Clubfoot ringan atau postural dapat membaik secara spontan atau memerlukan latihan pasif atau pemasangan gips serial. Tidak ada deformitas tulang, tetapi mungkin ditemukan penencangan den pemendekan jaringan lunak secara medial dan posterior.Clubfoot tetralogic terkait dengan anomaly congenital seperti mielodisplasia atau artogriposis. Kondisi ini biasanya memerlukam koreksi bedah dan memiliki insidensi kekambuhan yang yang tinggi.Clubfoot idiopatik congenital, atau clubfoot sejati hampir selalu memerlukan intervensi bedah karena terdapat abnormalitas tulang.

1.4 Faktor Resiko CTEVMechanical factor in utero: Penekanan dari uterus. Baik penekanan dari luar (trauma) / tekanan lain (kembar, oligohidramnion).Neuromuscular defect: Terjadinya fibrosis dan pemendekan dari otot posterior medial tungkai terutama otot betis seperti M.tibialis posterior.Primary germ plasm defect: Kelainan genetik, sekitar 10% yang dimulai sebelum minggu ke 7.Arrested fetal development (pengaruh di sekitar rahim)Heredity (keturunan)1.5 Manifestasi KlinisGambaran klinisnya dapat dibagi 2:

Type rigid (intrinsic) (resistent): tidak dapat dikoreksi dengan manipulasi. Tumit kecil, equinus, dan inversi. Kulit dorsolateral pergelangan kaki tipis dan teregang, sedangkan kulit medial terlipat.Type fleksibel (extrinsic) (easy): Dapat dimanipulasi. Tumit normal dan terdapat lipatan kulit pada bagian dorsolateral pergelangan kaki.

Tanda lain:Betis seperti tangkai pipa (pipe stem colf)Tendo archiles pendekBagian distal fibula menonjolKaki lebar dan pendekMetatarsal I pendek.

1.6 Patofisiologi CTEVPenyebab pasti dari clubfoot sampai sekarang belum diketahui. Beberapa ahli mengatakan bahwa kelainan ini timbul karena posisi abnormal atau pergerakan yang terbatas dalam rahim. Ahli lain mengatakan bahwa kelainan terjadi karena perkembangan embryonic yang abnormal yaitu saat perkembangan kaki ke arah fleksi dan eversi pada bulan ke-7 kehamilan. Pertumbuhan yang terganggu pada fase tersebut akan menimbulkan deformitas dimana dipengaruhi pula oleh tekanan intrauterine.1.7 Pemeriksaan Diagnostik CTEVDeformitas ini dapat dideteksi secara dini pada saat prenatal dengan ultrasonography atau terdeteksi saat kelahiran.1.8 Penatalaksanaan CTEVSekitar 90-95% kasus club foot bisa di-treatment dengan tindakan non-operatif. Penanganan yang dapat dilakukan pada club foot tersebut dapat berupa :Non-Operative :Pertumbuhan yang cepat selama periode infant memungkinkan untuk penanganan remodelling.Penanganan dimulai saat kelainan didapatkan dan terdiri dari tiga tahapan yaitu : koreksi dari deformitas, mempertahankan koreksi sampai keseimbangan otot normal tercapai, observasi dan follow up untuk mencegah kembalinya deformitas.Koreksi dari CTEV adalah dengan manipulasi dan aplikasi dari serial "cast" yang dimulai dari sejak lahir dan dilanjutkan sampai tujuan koreksi tercapai. Koreksi ini ditunjang juga dengan latihan stretching dari struktur sisi medial kaki dan latihan kontraksi dari struktur yang lemah pada sisi lateral.Manipulasi dan pemakaian "cast" ini diulangi secara teratur (dari beberapa hari sampai 1-2 bulan dengan interval 1-2 bulan) untuk mengakomodir pertumbuhan yang cepat pada periode ini.Jika manipulasi ini tidak efektif, dilakukan koreksi bedah untuk memperbaiki struktur yang berlebihan, memperpanjang atau transplant tendon. Kemudian ektremitas tersebut akan di "cast" sampai tujuan koreksi tercapai. Serial Plastering (manipulasi pemasangan gibs serial yang diganti tiap minggu, selama 6-12 minggu). Setelah itu dialakukan koreksi dengan menggunakan sepatu khusus, sampai anak berumur 16 tahun.Perawatan pada anak dengan koreksi non bedah sama dengan perawatan pada anak dengan anak dengan penggunaan "cast". Anak memerlukan waktu yang lama pada koreksi ini, sehingga perawatan harus meliputi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Observasi kulit dan sirkulasi merupakan bagian penting pada pemakaian cast. Orangtua juga harus mendapatkan informasi yang cukup tentang diagnosis, penanganan yang lama dan pentingnya penggantian "cast" secara teratur untuk menunjang penyembuhan.Perawatan "cast" (termasuk observasi terhadap komplikasi), dan menganjurkan orangtua untuk memfasilitasi tumbuh kembang normal pada anak walaupun ada batasan karena deformitas atau therapi yang lama. Perawatan "cast" meliputi :

Biarkan cast terbuka sampai kering.Posisi ektremitas yang dibalut pada posisi elevasi dengan diganjal bantal pada hari pertama atau sesuai intruksi.Observasi ekteremitas untuk melihat adanya bengkak, perubahan warna kulit dan laporkan bila ada perubahan yang abnormal.Cek pergerakan dan sensasi pada ektremitas secara teratur, observasi adanya rasa nyeri.

Batasi aktivitas berat pada hari-hari pertama tetapi anjurkan untuk melatih otot-otot secara ringan, gerakkan sendi diatas dan dibawah cast secara teratur.Istirahat yang lebih banyak pada hari-hari pertama untuk mencegah trauma.Jangan biarkan anak memasukkan sesuatu ke dalam cast, jauhkan benda-benda kecil yang bisa dimasukkan ke dalam cast oleh anak.Rasa gatal dapat dikurangi dengan ice pack, amati integritas kulit pada tepi cast dan kolaborasikan bila gatal-gatal semakin berat.Cast sebaiknya dijauhkan dari dengan air.

Operatif:Indikasi dilakukan operasi adalah sebagai berikut :

Jika terapi dengan gibs gagal.Pada kasus Rigid club foot pada umur 3-9 bulan.

Operasi dilakukan dengan melepasakan jaringan lunak yang mengalami kontraktur maupun dengan osteotomy. Osteotomy biasanya dilakukan pada kasus club foot yang neglected/ tidak ditangani dengan tepat.Kasus yang resisten paling baik dioperasi pada umur 8 minggu, tindakan ini dimulai dengan pemanjangan tendo Achiles ; kalau masih ada equinus, dilakuakan posterior release dengan memisahkan seluruh lebar kapsul pergelangan kaki posterior, dan kalau perlu, kapsul talokalkaneus. Varus kemudian diperbaiki dengan melakukan release talonavikularis medial dan pemanjangan tendon tibialis posterior.(Ini Menurut BuKu Appley).Pada umur > 5 tahun dilakukan bone procedure osteotomy. Diatas umur 10 tahun atau kalau tulang kaki sudah mature, dilakukan tindakan artrodesis triple yang terdiri atas reseksi dan koreksi letak pada tiga persendian, yaitu : art. talokalkaneus, art. talonavikularis, dan art. kalkaneokuboid.

1.9 Komplikasi CTEVKomplikasi dapat terjadi dari terapi konservatif maupun operatif. Pada terapi konservatif mungkin dapat terjadi masalah pada kulit, dekubitus oleh karena gips, dan koreksi yang tidak lengkap. Beberapa komplikasi mungkin didapat selama dan setelah operasi. Masalah luka dapat terjadi setelah operasi dan dikarenakan tekanan dari cast. Ketika kaki telah terkoreksi, koreksi dari deformitas dapat menarik kulit menjadi kencang, sehinggga aliran darah menjadi terganggu. Ini membuat bagian kecil dari kulit menjadi mati. Normalnya dapat sembuh dengan berjalannya waktu, dan jarang memerlukan cangkok kulit.Infeksi dapat terjadi pada beberapa tindakan operasi. Infeksi dapat terjadi setelah operasi kaki clubfoot. Ini mungkin membutuhkan pembedahan tambahan untuk mengurangi infeksi dan antibiotik untuk mengobati infeksi.Kaki bayi sangat kecil, strukturnya sangat sulit dilihat. Pembuluh darah dan saraf mungkin saja rusak akibat operasi. Sebagian besar kaki bayi terbentuk oleh tulang rawan. Material ini dapat rusak dan mengakibatkan deformitas dari kaki. Deformitas ini biasanya terkoreksi sendiri dengan bertambahnya usia.

1.10 Asuhan KeperawatanI. Pengkajiana. Pengumpulan DataIdentitas: Nama, jenis kelamin, umur, alamat, pekerjaan, Tgl.MRS, diagnosa medis.b. Keluhan UtamaMerupakan keluhan yang paling mengganggu ketidaknyamanan dalam aktivitas atau yang mengganggu saat ini.Riwayat Penyakit Sekarang

Klien tidak bisa berjalan dengan sempurna karena terdapat kelainan pada kaki depan (forefoot).Riwayat Penyakit Dahulu

Klien dengan penyakit CTEV merupakan penyakit yang dibawa sejak lahir.Riwayat Penyakit Keluarga

Mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat keturunan dari orang tua.Riwayat Psikososial

Siapa yang mengasuh klien, bagaimana hubungan dengan keluarga, teman sebaya.

Riwayat Kehamilan

Meliputi prenatal, natal, dan post natal.Riwayat Imunisasi

Meliputi imunisasi: BCG, DPT, Hepatitis, dan Polio.Riwayat Tumbuh Kembang

Pada klien CTEV biasanya mengalami keterlambatan dalam berjalan.Pola-pola Fungsi Kesehatan:Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat: Pola hidup orang atau klien yang menderita CTEV dalam menjaga kebersihan diri, perawatan dan tatalaksana hidup sehat sedikit mengalami gangguan karena kondisi fisiknya.Pola nutrisi dan metabolisme: Tidak ada gangguan pada pola ini.Pola eliminasi: Pola BAB dan BAK pada klien dengan CTEV tidak mengalami gangguan.Pola istirahat dan tidur: Klien dengan CTEV pada pola ini tidak mengalami gangguan.Pola aktivitas dan latihan: Klien biasanya mengalami keterbatasan aktivitas karena kelainan fisik pada kaki depan (forefoot).Pola persepsi dan konsep diri: Bagaimana persepsi klien terhadap tindakan operasi yang akan dilakukan serta biasanya klien menarik diri karena malu dengan penyakitnya.Pola sensori dan kognitif: Mengenai pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit yang diderita klien.Pola reproduksi seksual: Apakah selama sakit terdapat gangguan atau tidak yang berhubungan dengan reproduksi seksual.Pola hubungan dan peran: Biasanya klien dengan CTEV menarik diri karena keadaan penyakitnya yang diderita.Pola penanggulangan stress: Keluarga perlu memberikan dukungan dan semangat hidup bagi klien.Pola tata nilai dan kepercayaan: Keluarga optimis dan berdoa agar penyakitnya dapat sembuh.

Pemeriksaan Fisik:Sistem pernafasan: Tidak mengalami gangguan.Sistem kardiovaskuler: Tidak ditemukan adanya kelainan.Sistem neurologis: Tidak mengalami gangguan.Sistem gastrointestinal: Tidak mengalami gangguan.Sistem uronenital: Tidak mengalami gangguan atau kelainan.Sistem muskuloskeletal: Adanya keterbatasan aktivitas karena bentuk kaki yang abnormal, adanya keterlambatan berjalan.Pemeriksaan Penunjang:Pemeriksaan DL.Foto AP dan lateral femur sampai kaki.

II. Diagnosa KeperawatanPre op:Cemas berhubungan dengan akan tindakan pembedahan (operasi)

Post op:Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka operasi.Gangguan aktivitas berhubungan dengan adanya luka operasi.

III. PerencanaanNODIAGNOSA KEPERAWATANTUJUAN DAN KRITERIA HASILINTERVENSIRASIONAL

1.

2.Pre Operasi:Cemas berhubungan dengan akan tindakan pembedahan (operasi)

Post Operasi:Nyeri berhubungan dengan adanya luka operasiTujuan :Cemas berkurangKriteria Hasil:Klien tidak bingung.Klien tampak rileks.

Tujuan :Nyeri berkurang atau hilang dalam waktu 2 x 24 jam.Kriteria Hasil :- Perasaan nyeri berkurang.- Klien tampak tenang.- Skala nyeri 0-1.1.Lakukan pendekatan secara terapeutik.2. Berikan penjelasan mengenai penyebab penyakitnya.3. Dorong klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaannya.4. Anjurkan klien dan keluarga untuk berdoa sesuai dengan keyakinannya.

Jelaskan pada pasien tentang penyebab nyeri.Kaji tingkat nyeri.Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.Observasi TTVKolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi.

1.Memberikan kesungguhan dalam hal membantu dan menjalin hubungan saling percaya.2.Membantu pasien untuk mengerti cara pencegahan dan perawatan.3.Mengajak diskusi untuk berdiskusi masalah yang dihadapi.4.Agar klien merasa tenang dan percaya diri.

Klien mengerti akan proses terjadinya atau timbulnya nyeri.Mengetahui tingkat nyeri.Mengurangi rasa nyeri.Mengetahui keadaan umum pasien.Mempercepat penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKAhttps://perawat2008a.wordpress.com/2011/10/14/ctev-congenital-talipes-equino-varus/

POLITEKNIK KESEHATAN RS dr. SOEPRAOEN PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

PENGKAJIAN DASAR KEPERAWATANNama Mahasiswa:Tempat Praktik : Bangsal Bedah AnakNIM:Tgl Praktik : Identitas KlienNama: An. ANo.RM: 10995591

Usia: 2 TahunTgl. Masuk: 21 Juni 2013Jenis Kelamin: Laki-lakiTgl. Pengkajian : 25 Juli 2013Alamat: Blimbing MalangSumber Informasi : Ny. SNama orang tua: Tn. APekerjaan: WiraswastaPendidikan: SLTAAgama: -Suku: -Diagnosa Medis: AMC dan CTEV

Keluarga Yang Bisa Di Hubungi :Nama: Tn. APekerjaan: WiraswastaAlamat: Blimbing MalangHubungan Keluarga: Ayah

Status Kesehatan Saat IniKeluhan utama: Ibu px mengatakan pada tanggal 7 September 2011 memeriksakan anaknya ke poli karena sakit batuk.Lama keluhan: Kualitas keluhan: Faktor pencetus: AMC dan CTEVFaktor pemberat: AMC dan CTEVUpaya yang telah dilakukan: MRSKeluhan saat pengkajian: Ibu px mengatakan saat ini anak tidak bisa bangun dari posisi tidur ke duduk secara mandiri, harus di bangunkan.

Diagnosa Medis:AMC dan CTEVRiwayat Kesehatan Saat IniIbu px mengatakan pada tanggal 7 September 2011 memeriksakan anaknya ke poli karena sakit batuk. Dan pada saat itu juga secara tidak sengaja anaknya didiagnosa AMC+CTEV. Kemudian px dirujuk ke Poli Bedah untuk penatalaksanaan berikutnya. Klien rutin kontrol dan mengikuti anjuran tenaga kesehatan sampai sekarang. Dan sekarang MRS kembali pada tanggal 21 Juni 2013 untuk rencana operasi release knee contracture.

Riwayat Kesehatan DahuluIbu px mengatakan dulu rutin melakukan ANC. Pada kehamilan bulan ke-6 mengalami ketuban pecah dini (PROM/premature rupture of the membrane), kehamilan dipertahankan hingga janin matur, tetapi anak lahir prematur pada usia kehamilan 8 bulan. Anak lahir spontan dengan presentasi bokong. Lahir ditolong bidan dengan berat lahir 1,6 kg, panjang badan 39 cm, langsung menangis, tidak ada kebiruan. Anak dirujuk ke RS bersalin swasta karena anak lahir prematur. Dan didapatkan data rekam medis sebagai berikut:

7 September 2011: didiagnosa AMC+CTEVwrist bilateral contracturesyndactily manus D digiti II & Vflexion contracture knee bilateral9 September 2011: ponseti cast I, fisioterapi kontraktur15 September 2011: ponseti cast II, fisioterapi kontraktur22 September 2011: ponseti cast III29 September 2011: ponseti cast IV8 November 2011: poseti cast CTEV, pro MRS u/ PMR5 Desember 2011: op. PMR sinistra31 Desember 2011: op. PMR dextra11 Februari 2012: PMR sinistra + K-wire insertion8 Maret 2013: remove K-wire + LLC13 Maret 2013: op. Aff. Wire + LLC posisi over correction21 Juni 2013 sekarang: ta op knee contracture releaseRiwayat Kesehatan KeluargaTidak ada keluarga yang mengalami kelainan seperti klien. Kedua kaki kakek klien kecil dari lahir, namun tidak ada gangguan dalam berjalan. Kakek klien dari ibu sudah meninggal pada usia 49 tahun karena gagal ginjal, nenek klien menderita DM. Ibu disarankan memeriksakan diri untuk tes imunoserologi pada 25 Juni 2013, hasilnya menunjukkan toxoplasmosis (+).

Genogram

Keterangan::Laki-laki hidup: Perempuan hidup: Laki- laki meninggal: Perempuan meninggal- - - - - : Tinggal satu rumah: Klien

Riwayat LingkunganJenis

RumahPekerjaanKebersihan

Ibu klien mengatakan rumah bersih-Bahaya Kecelakaan

Ibu klien mengatakan rumahnya aman dan lantai tidak licin-Polusi

Ibu klien mengatakan tidak ada pabrik di sekitar rumah-Ventilasi

Ibu klien mengatakan ventilasi rumah cukup, terdapat jendela dan ventilasi kecil kecil di atas jendela-Pencahayaan

Ibu Klien mengatakan pencahayaan rumah cukup terang-

Pola Aktivitas LatihanJenis

Rumah Rumah sakit

Sebelum sakitSesudah sakit

Makan minum

222Mandi

222Berpakaian/berdandan

222Toileting

222Mobilitas di tempat tidur

222Berpindah

222Berjalan

222Naik tangga

222Pemberian skor : 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu 1 orang, 3 = dibantu>1 orang, 4 = tidak mampu

Pola Nutrisi MetabolikJenis

Rumah Rumah sakitJenis diet

nasi, sayur, lauk, tim, sayur, ikanTKTP Frekuensi/pola

3 x sehari3 x sehariPorsi yang dihabiskan

di habiskan porsiDi habiskan porsiKomposisi menu

Nasi, lauk, sayurNasi, lauk, sayurPantangan

Nafsu makan

Baik Baik Fluktuasi BB 6 bulan terakhir

Jenis minuman

Air putih, susu formulaAir putih, susu formula

Pola Eliminasi

Rumah Rumah sakitBAB

Frekuensi/pola

Menggunakan pempers, ganti 4-5x/hariMenggunakan pempers, ganti 4-5x/hariKonsistensi

LembekLembekWarna & bau

Kuning kecoklatanKuning kecoklatanKesulitan

TidaktidakUpaya mengatasi

Tidak adaTidak adaBAK

Frekuensi/pola

Menggunakan pempers, ganti 4-5x/hariMenggunakan pempers, ganti 4-5x/hariKonsistensi

Warna & bau

Kesulitan

TidakTidakUpaya mengatasi

Tidak adaTidak ada

Pola Tidur Istirahat

Rumah Rumah sakitTidur siang : lamanya

Jam.s/d..

Kenyamanan stlh tidur

NyenyakNyenyak namun sering terbangunTidur malam : lamanya

Jam.s/d..

Kenyamanan stlh tidur

NyenyakNyenyak namun sering terbangunKebiasaan sblm tidur

Minum susu sebelum tidurMinum susu sebelum tidurKesulitan

Tidak adaSering terbangunUpaya mengatasi

Tidak adaMemberi susu lagi sebelum tidur

Pola Kebersihan Diri

Rumah Rumah sakitMandi : frekuensi

2x sehariDi seka 2x sehariPenggunaan sabunPakai sabunMenggunakan air hangatKeramas : frekuensi

2x sehariBelumPenggunaan sampoPakai sampoBelumGosok gigi : frekuensi

2x sehari2xsehariPenggunaan odolPakai pasta gigiPakai pasta gigiGanti baju : frekuensi

2x sehari2x sehariPotong kuku : frekuensi

Tidak menentuTidakKesulitan

Tidak bisa mandiriTidak bisa mandiriUpaya yang dilakukan

Dibantu satu orangDibantu satu orang

Pola Pertumbuhan dan PerkembanganMotorik halus : anak tidak dapat meniru garis vertikal

Motik kasar : anak tidak dapat melompat, lompat jauh, berdiri 1 kaki.Anak mampu berkomunikasi dengan baik sesuai usianya, anak kooperatif dengan perawat, senang jika di datangi dan di ajak bermain.Pola KomunikasiBicara : ( ) Normal( ) bahasa utama: indonesia

( ) Tidak jelas( ) bahasa daerah( ) bicara berputar putar( ) rentang perhatian( ) Mampu mengerti pembicaraan orang lain ( ) afek

Pemeriksaan FisikKeadaan umum : baik

Kesadaran : composmentisTanda tanda vital :

HR : 120x/menit Suhu: 36,8CRR : 28x/menit TD: -Tinggi Badan : 86 cm Berat Badan : 10 kg

Kepala & Leher

Kepala

Bentuk: simetrisMassa: tdk terdapat massaDistribusi rambut: merataWarna kulit kepala: sawo matangKeluhan: pusing/sakit kepala/migraine, lainnya: tidak ada keluhan.

Mata

Bentuk: simetrisKonjungtiva: anemis (-)Pupil: ( + ) reaksi terhadap cahaya ( + ) isokor ( + ) miosis ( - ) pin point ( - ) midriasis (-)Tanda radang: tdk terdapat radang Fungsi penglihatan: dalam batas normalPenggunaan alat bantu: tidak menggunakan alat bantu

Hidung

Bentuk : normal simetrisWarna : sesuai warna kulitPembengkakan : tidak adaNyeri tekan : tidak adaPerdarahan : tidak adaSinus : tidak ada

Mulut & Tenggorokan

Warna bibir : merah mudaMukosa : lembabUlkus : tidak adaLesi : tidak adaMassa : tidak adaWarna lidah : merah mudaPerdarahan gusi : tidak adaKaries : terdapat karies pada semua gigi seri atasGangguan bicara : tidak ada

Telinga

Bentuk : simetrisWarna : sesuai warna kulit sawo matangLesi : tidak adaMassa : tidak adaNyeri : tidak adaNyeri tekan : tidak ada

Leher

Kekakuan : tidak adaBenjolan/massa : tidak adaVena jugularis : tidak membesarNyeri : tidak adaNyeri tekan : tidak adaKeterbatasan gerak : tidak adaKeluhan lain : tidak ada

Thorak & Dada

Jantung

Inspeksi : dada simetris, ictus cordis tidak tampakPalpasi : tidak ada pembesaran jantungPerkusi : pekakAuskultasi : BJ I tunggal, BJ II tunggal, tidak ada suara tambahan

Paru

Inspeksi : dada simetrisPalpasi : tidak ada benjolanPerkusi : sonorAuskultasi : vesikuler, tidak ada suara tambahan

Payudara & Ketiak

Benjolan/massa : tidak adaBengkak : tidak adaNyeri : tidak adaNyeri tekan : tidak adaKesimetrisan : simetris

Punggung & Tulang Belakang

Bentuk : normalKelainan : tidak ada

Abdomen

Inspeksi : simetrisPalpasi : tidak ada benjolanPerkusi : timpaniAuskultasi : terdengar bising usus 6x/ menit

Genitalia & Anus

Inspeksi : .

.Palpasi.

.Ekstremitas (kekuatan otot, kontraktur, deformitas, edema, luka, nyeri/nyeri tekan, pergerakan)

Atas : atrofi ( penurunan massa otot ) bilateral, kekuatan otot 2/2, terdapat deformitas pergelangan tangan bilateralBawah : terpasang cast bilateral , CRT < 2 detik, nyeri (-), sensasi (+), motorik (+), edema (-), kekuatan otot 2/2, turgor < 3 detik, lesi (-)

Sistem Neurologi 9SSP : I-XII, reflek, motorik, sensorik)

.....

Kulit & Kuku

Kulit : (warna, lesi, turgor, jaringan parut, suhu, tekstur, diaphoresis)

warna sawo matang, jaringan parut tidak ada, ada bekas gatal-gatal pada kedua daerah gibs, akral hangat, turgor kembali kurang dari 2 detik.Kuku : (warna, lesi, bentuk, CRT)

Warna merah muda bentuk normal, lesi tidak ada, pengisian kapiler kurang dari 2 detik.

Hasil Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium, USG, Rontgen, MRI)Hasil Pemeriksaan Laboraturium tanggal 24 Juni 2013

Hb11,40 g/dLEritrosit (RBC) 4,26 106 / LLeukosit (WBC)13,60 103 / LHt35,20 %Trombosit (PLT)503 103 / LHitung jenis :Eosinofil1,5%Basofil0,5%Neutrofil55%Limfosit37,9%Monosit5,1%

Faal hemostasisPPT12,5 sAPTT38,2 s

Imunoserologi (25 Juni 2013) (ibu)

Toxoplasmosis (+)Anti toxoplasma IgMpositif index: 1,56negatif bila index 650,0negatif bila < 1 lU/mLIntermediate 1- 2 minggu.

DO:Terpasang gips pada kedua daerah kaki.ada bekas gatal-gatal pada kedua daerah gibs.

DS : Ibu mengatakan kelainan anak belum diketahui dan tidak terlihat ketika lahir. Orang tua belum menyadarinya dan mengira kaki dan tangan anak masih normal-normal saja dan akan menjadi normal seiring dengan bertambahnya usia anak.

DO : didapatkan data rekam medis sebagai berikut:Tgl 7 September 2011: didiagnosa AMC+CTEV

wrist bilateral contracturesyndactily manus D digiti II & V flexion contracture knee bilateral.Tgl 9 September 2011: ponseti cast I, fisioterapi kontraktur.Tgl 15 September 2011: ponseti cast II,fisioterapi kontraktur.Tgl 22 September 2011: ponseti cast IIITgl 29 September 2011: ponseti cast IVTgl 8 November 2011: poseti cast CTEV, pro MRS u/ PMRTgl 5 Desember 2011: op. PMR sinistraTgl 31 Desember 2011: op. PMR dextraTgl 11 Februari 2012: PMR sinistra + K-wire insertion.Tgl 8 Maret 2013: remove K-wire + LLC.Tgl 13 Maret 2013: op. Aff. Wire + LLC posisi over correction.Tgl 21 Juni 2013 sekarang: ta op knee contracture release.

DeformitasCTEVFleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan dan rotasi media dari tibiaTerpasang cast bilateralPenurunan massa ototAnak hanya bisa berdiri dengan 1 kaki dan digendongHambatan mobilitas fisik

DeformitasCTEVFleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan dan rotasi media dari tibiaTerdapat pemakaian gipsAda bekas gatal-gatal pada pemakaian gipsKerusakan integritas kulit

DeformitasCTEVFleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan dan rotasi media dari tibiaKeterlambatan deteksi diniKurang Pengetahuan Orang Tua

Hambatan mobilitas fisik

Kerusakan integritas kulit

Kurang Pengetahuan Orang Tua

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATANNo.Tgl.MunculDiagnosa KeperawatanTgl.TeratasiTTD1.

2.

3.25 Juli 2013

25 Juli 2013

25 Juli 2013

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelainan bentuk kakiKerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemakaian gipsKurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan penatalaksanaan penyakit anak

BAB 3PENUTUP

KesimpulanCTEV/ Club Foot adalah deformitas yang meliputi fleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan, dan rotasi media dari tibia (Priciples of Surgery, Schwartz). Deformitas kaki dan ankle dipilah tergantung dari posisi kelainan ankle dan kaki. Sampai saat ini penyebab utama terjadinya kaki bengkok ( CTEV ) tidak diketahui secara pasti. Namun telah terbukti bahwa perkembangan tulang, sendi, jaringan ikat, persarafan, pembuluh darah dan otot masing-masing terlibat dalam proses patofisiologi. Beberapa ahli mengatakan bahwa kelainan ini timbul karena posisi abnormal atau pergerakan yang terbatas dalam rahim. Ahli lain mengatakan bahwa kelainan terjadi karena perkembangan embryonic yang abnormal yaitu saat perkembangan kaki ke arah fleksi dan eversi pada bulan ke-7 kehamilan. Pertumbuhan yang terganggu pada fase tersebut akan menimbulkan deformitas dimana dipengaruhi pula oleh tekanan intrauterine.

SaranDiharapkan setelah membaca laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini, kita sebagai perawat dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien penderita CTEV dan memberikan Health Education pada keluarga yang memiliki anak dengan CTEV.