bab 1 pendahuluan 1.1 latar belakangscholar.unand.ac.id/51527/2/bab 1.pdf · 2019-10-23 · 1 bab 1...
TRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda-beda terhadap objek
rangsang yang sama. Pandangan antara individu dengan individu lainnya
tergantung pada kemampuan seseorang dalam menanggapi, menafsirkan, seperti
penyimpangan sosial yang dilakukan seseorang yang mendorong perubahan
dalam masyarakat itu sendiri. Banyak hal yang nerupakan pengalaman seseorang
dapat mempengaruhi makna hasil persepsi terhadap kegiatan hubungan antar
seseama, persepsi seseorang sangat tergantung pada banyak faktor yang
membentuk pengalaman dalam masyarakat. Pandangan pengaruhi oleh ingatan
tentang masa lalu dan kesan terhadap apa yang dihadapi saat ini
( Humsona, 2004:60)
Menurut Rakhma (2008:51) pandangan adalah pengalaman objek,
peristiwa atau hubungan-hubungan dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarkat secara umum di
pengaruhi oleh faktor dalam diri maupun luar diri itu sendiri, karena itu dalam
pembentukan kepribadian faktor individu akan di ikut sertakan terbentuknya
kepribadian masyarakat tersebut ( Walgito, 2003:135) 1. Faktor Internal dalam
diri individu dalam menanggapi pengaruh dari luar yang bisa diterima dan tidak
bisa diterima dalam masyarakat. 2. Faktor Ekstern adalah keadaan individu yang
merupakan stimulus untuk membentuk opini atau pun pendapat, misalnya dari
keluarga ataupun disekitarnya.
2
Istilah community diartikan sebagai masyarakat setempat yang merujuk
pada warga sebuah desa, kota, suku, atau bangsa yang memiliki lokalitas atau
tempat tinggal tertentu, memiliki kepercayaan tertentu, memiliki upacara-
upacara tertentu dan memiliki hubungan sosial dalam kehidupannya, dapat
dikatakan bahwa masyarakat setempat menunjuk pada bagaian masyarakat yang
bertempat tinggal disuatu wilayah dengan batas-batas terntu dimana faktor
utama yang menjadi dasar interkasi yang lebih besar dianggota para anggota,
dibandingakan dengan penduduk diluar batas wilayah (Soekanto, 1982:132-
133). Menurut Comte, (dalam Lawang, 1986:82). Masyarakat merupakan suatu
keseluruhan organik yang terdiri dari kelompok-kelompok makhluk hidup
dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya
sendiri
Masyarakat merupakan fonemena kehidupan sosial yang dinamis,
kedinamisan masyarakat itu sendiri menjadi sebuah identitas majemuk yang
terdiri dari berbagai macam golongan atau kelompok sosial yang masing-masing
memiliki ciri-ciri atau identitas sendiri (Suparlan, 2004:26). Masyarakat adalah
golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang saling
mempegaruhi satu sama lain. Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu
berubah, yang hidup karena proses masyarakat yang menyebabkan perubahan
dan mengenal kehidupan yang teratur dan aman (Shadily, 1993:47).
Perilaku menyimpang dapat diartikan sebagi tingkah laku yang melanggar
atau bertentangan dengan aturan normatif. Menurut Lemert (dalam Sadli,
1976:19), peyimpangan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder. Penyimpangan primer
3
adalah suatu bentuk perilaku menyimpang yang bersifat sementara dan tidak
dilakukan terus-menerus sehingga masih ditolerir masyarakat seperti melanggar
lalu lintas, buang sampah sembarangan. Sedangkan penyimpangan sekunder
yaitu perilaku menyimpang yang tidak mendapat toleransi dari masyarakat dan
umumnya dilakukan berulang kali seperti merampok, menjambret, memakai
narkoba dan lain-lain dapat disebut sebagai perilaku menyimpang.
Menurut Becker (dalam Arfian, 2010). Penyimpangan bukanlah kualitas
dari suatu tindakan melainkan konsekuensi atau akibat dari adanya peraturan dan
diterapkannya sanksi sanksi oleh masyarakat. Mendefinisikan perilaku
menyimpang sebagai setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri
dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam
masyarakat. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku
menyimpang adalah semua tindakan yang bertentangan atau tidak sesuai dengan
norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha
dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang
menyimpang tersebut.
Dalam masyarakat yang sedang berkembang, biasanya perilaku
menyimpang mempunyai kecendurungan untuk bertambah, baik kualitas
maupun kuantitasnya. Dalam keadaan orang-orang atau kelompok-kelompok
mengadakan reaksi untuk pencapaian dengan melanggar batas ukuran keadilan.
Timbullah akibat yang merupakan penyimpangan yang merupakan sebab baru
bagi masyarakat tidak dapat dikendalikan secara logis.
Menurut Abdulsyani, menyatakan perilaku menyimpang merupakan
stimulasi timbulnya reaksi masyarakat. Dimana reaksi masyarakat tersebut
4
bermacam-macam, tergantung pada sedikit atau banyaknya kejahatan yang
dilakukan resedivis yang dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Dari
beberapa faktor reaksi masyarakat pada umunya:
1. Warga masyarakat merupakan pengemban berbagai peranan sosial,
yaitu mengenai pembentukan pola-pola perilaku positif, maka sudah
barang tertu segenap masyarakat tersebut tidak rela jika norma-norma dan
nilai-nilai sosialnya mendapatkan pelanggaran. Jika ada perilaku
menyimpang dari nilai-nilai dan norma-norma yang ada, maka masyarakat
akan segala melakukan reaksi sebagai usaha normalisasi.
2. Berkembangnya pergaulan hidup yang tidak hanya bergantung pada
faktor intren memungkinkan terjadinya perubahan sikap, tingkah laku,
kepentingan dan harga diri. Hal ini dapat menarik perhatian masyarakat
untuk memberikan reaksi positif maupun negatif.
3. Kecendurungan peranan sosial masyarakat bertambah, terutama dalam
masyarakat yang sedang berkembang. Maka apapun aksi yang dijelmakan
dalam masyarakat tentu dapat menimbulkan tanggapan dari masyarakat
yang bersangkutan, baik atau buruknya akibat reaksi tersebut tergantung
pada akibat dari aksi terhadap kepentingan masyarakat tersebut.
4. Orang atau sekelompok orang yang telah mendapatkan cap penjahat
berada di tengah-tengah masyarakat, maka baik langsung maupun tidak
dapat menimbulkan reaksi masyarakat. Paling tidak reaksi tersebut berupa
kewaspadaan terhadap orang-orang yang di anggap menyandang cap
penjahat.
5
Faktor pendorong yang menyebabkan masyarakat mengadakan reaksi
terhadap perilaku menyimpang, pada dasarnya merupakan perjuangan
masyarakat untuk mencapai berbagai harapan dan tujuannya. Residivis yang
telah kembali ke dalam masyarakat sering di pandang negatif. Pandangan
seseorang tidak mudah diungkap secara lengkap dan rinci, lebih-lebih apabila
orang tersebut tidak bersikap terbuka. Banyak hal yang dapat mempengaruhi
makna hasil persepsi terhadap kegiatan hubungan antara manusia dalam
masyarakat. Selain tergantung dari bentuk dan proses intereksinya (Human,
2004:64).
Pandangan masyarakat adalah pandangan seseorang dalam menilai suatu
objek tertentu menyangkut apa saja. Objek pandangan yang di maksud disini
adalah pandangan masyarakat terhadap kasus residivis. Dalam kehidupan sosial,
cara pandangan akan selalu timbul dari individu sesuai dengan fenomena sosial
yang mereka alami. Pada akhirnya dapat di ambil suatu kesimpulan, bahwa
pandangan masyarakat terhadap residivis di Nagari Ujung Gading dapat dilihat
dari sudut pandangan baik dilihat dari diri individu maupun di luar individu,
lingkungan sekitar maupun lingkungan masyarakat lainnya.
Dari sekian banyak jumlah residivis di Nagari Ujung Gading, peneliti
mengambil berdasarkan tabel yang mengambar tentang data residivis di Nagari
Ujung Gading, Kecamatan Lembah Melintang, Kabupaten Pasaman Barat dari
tahun 2013-2017.
6
Tabel 1.1
Jumlah Residivis Lembah Melintang Tahun 2013-2017
No Alamat Perkara/
Kasus
Tahun
Keluar Resedivis
1 Jorong Tampus Nag.Ujung Gading
Kec. Lembah Melintang
Pencurian,
pejudian,
narkoba
2013 3
2 Jorong Sumba Nag. Ujung Gading
Kec. Lembah Melintang Pencurian 2014 4
3 Jorong Jalan Jawa Nag. Ujung
Gading Kec. Lembah Melintang
Pencurian/
Narkoba/
Perjudian
2014 3
4 Jorong Pasar Lama Nag.Ujung
Gading Kec. Lembah Melintang Pencurian 2015 2
5 Jorong Kuamang Nag. Ujung Gading
Kec. Lembah Melintang Pencurian 2015 4
6 Jor.Ranah Salido Nag.Ujung Gading
Kec. Lembah Melintang
Penggelap
an 2016 2
7 Jln.Lombok Nag Ujung Gading Kec.
Lembah Melintang Pencurian 2017 2
8 Air Bayang Jor. Koto Pinang Nag.
Ujung Gading Kec. Lembah
Melintang
Penipuan 2017 2
9 Air Bayang Jor. Koto Pinang Nag.
Ujung Gading Kec. Lembah
Melintang
Pencurian 2017 2
Jumlah 24
Data primer : Kapolsek Lembah Melintang
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, pandangan positif maupun pandangan
negatif dari masyarakat yang melakukan prilaku menyimpang di Nagari Ujung
Gading. Pendapat negatif dari masyarakat terhadap residivis, dimana masyarakat
memandang residivis sebagai yang harus dihindari akibat perbuatan yang ia
lakukan dalam masyarakat( jarang sekali ikut organisasi dalam masyarakat).
Sementara pandangan positif dari masyarakat adalah dilihat dari tindakan ia
ambil dalam bermasyarakat seperti(gotong royong, ikut dalam pengurus pemuda
7
dan ikut dalam berpartisipasi dalam kegiatan yang berhubungan dengan
masyarakat disekitar).
Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk
mengetahui”Bagaimana Pandangan Masyarakat Terhadap Residivis ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan
diatas, maka penelitian ini mempunyai tujuan:
Tujuan umum
Untuk mendeskripsikan pandangan masyarakat terhadap residivis di
Nagari
Ujung Gading, Kecamatan Lemabah Melintang, Kabupaten Pasaman Barat.
Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan latar belakang keluarga residivis
b. Mendeskripsikan pandangan masyarakat terhadap residivis
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
a. Memberikan informasi dan kontribusi yang berhubungan dengan
penyimpangan sosial. Dengan mengadakan penelitian ini, di
harapakan mampu memberikan pemahaman yang jelas mengenai”
pandangan masyarakat terhadap residivis”
b. Penelitian ini berguna bagi peneliti sebagai syarat menyelesaikan
kuliah S1 di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik
Universitas Andalas.
8
c. Sebagai bahan rujukan penelitian berikutnya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada masyarakat di
Nagari Ujung Gading agar tidak melakukan tindakan meyimpang. Kemudian
rujukan bagi lembaga pemerintahan dan lembaga sosial dalam menanggulangi
masalah residivis di Nagari Ujung Gading.
1.5 Tinjauan Pustaka
1.5.1 Tinjuan Sosiologis
Paradigmana Definisi Sosial menyatakan bahwa tindakan manusia menjadi
satu hubungan sosial apabila manusia memberikan arti atau makna tertetu
terhadap tindakannya itu, pemahaman terhadap suatu tindakan mentukan
terhadap kelangsungan proses interksi sosial ( Ritzer, 1992:68). Menurut Kurt
Lewin dalam Yusuf 1991:107 tentang konsep presepsi yang di hubungankan
dengan aksi. Presepsi merupakan “ pemaknaan hasil pengamatan”, proses
pembentukan presepsi berawal dari ditangkapnya stimulasi. Terjadinya interaksi
dari proses seleksi, sehingga menghasilkan respon. Persepsi pada berbagai
masyarakat
Persepsi juga merupakan suatu proses untuk penilian, tanggapan,
pandangan dan pengamatan atau fakta. Dalam pelaksanaannya setiap individu
mempunyai kemampuan presepsi masing-masing sesuai dengan pemahaman dan
pengetahuan pada objek yang diteliti. Oleh karenanya presepsi itu tidak terlepas
dari seseorang tentang suatu objek, sebabnya muncul persepsi di mulainya
dengan rasa pegetahuan tentang suatu objek.
9
1.5.2 Persepsi
Persepsi adalah seluruh proses manusia secara sadar yang di tentukan oleh
faktor dalam diri individu dan faktor situasi yang mengenainya. Persepsi adalah
suatu yang di bayangkan individu terhadap objek tertentu atau dapat diartikan
sebagai kemampuan individu dalam mengorganisir pengamatan terhadap
objektivitas. Dengan demikian persepsi seseorang merupakan proses yang aktif
dimana yang memengang peranan penting adalah bukan stimulus yang hanya
menganiaya, tetapi juga sebagai kesatuan dari pemahaman, motivasi dan sikap
relavan dengan stimulus tesebut ( Sadli, 1980:27).
Dari yang dikemukan oleh Sapardinah Sadli dapat diartikan persepsi
sebagai kemampuan seseorang dalam memotivasi, sikap pengetahuan dan
pengalaman sesuatu hal tersebut. Pengetahuan terhadap objek juga
mempengaruhi seseorang untuk berfikir positif maupun negatif, olah karena itu
munculnya suatu persepsi tidak akan terlepas dari pengetahuan kita terhadap
suatu objek.
Menurut Sarwono (1983:43) perbedaan persepsi terjadi karena perbedaan
fokus perhatian dalam mengamati objek, latar belakang kebutuhan yang sudah
ada dalam kehidupannya. Lebih jauh lagi persepsi di pengaruhi oleh masa
lampau pendidikan dan lingkungan sosial, pemahaman, penafsiran, pendapatan
seseorang atau kelompok lainya, karena berbedanya kencendurungan dalam
pengalaman masing-masing. Persepsi yang berbeda akan melahirkan perilaku
yang berbeda pula dimana pelaku dapat ditafsirkan sebagai reaksi psikis
10
seseorang pada lingkungan dimana reaksi dapat berbentuk aktif dengan tindakan
nyata.
Persepsi merupakan tingkah laku selektif dan bertujuan. Untuk pencapaian
makna, bahwa makna tersebut yang menjadi persepsi seseorang akan
mempengaruhi suatu tindakan sehingga membentuk pola-pola tertentu dan suatu
sistem pemikiran (H.b Sutopo, 2002 : 180–181). Berdasarkan beberapa
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan pencapaian
makna yang diperoleh seseorang melalui pancaindera dan makna ini
mempengaruhi tindakan sehingga membentuk pola-pola dan sistem pemikiran.
Persepsi seseorang dalam menangkap informasi dan peristiwa-peristiwa
dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: 1) orang yang membentuk persepsi itu
sendiri, khususnya kondisi intern(kebutuhan, kelelahan, sikap, minat, motivasi,
harapan, pengalaman masa lalu dan kepribadian), 2) stimulus yang berupa obyek
maupun peristiwa tertentu (benda, orang, proses dan lain-lain), 3) stimulus
dimana pembentukan persepsi itu terjadi baik tempat, waktu, suasana (sedih,
gembira dan lain-lain).Jadi persepsi adalah suatu tanggapan atau penilaian
terhadap sesuatu yang menjadi stimulus yang diwujudkan dalam bentuk
keputusan yang dinyatakan dalam sikap atau perilaku seseorang terhadap
stimulus yang merangsangnya.
Persepsi yang ada dalam masyarakat merupakan interprestasi masyarakat
terhadap kondisi-kondisi sosial yang mempengaruhi tindakan individu terhadap
individu lain, kondisi sosial ini meliputi hubungan sosial dengan interaksi sosial.
Oskamp dan Sadli (1976) mengemukakan 4 karateristik penting dan faktor-
faktor dan sosial yang dapat mempengaruhi persepsi seseorangyang terdiri dari:
11
1. Faktor ciri-ciri khas objek stimulus yang terdiri dari:
a. Nilai: ciri-ciri dari stimulus dan nilainya bagi subjek yang
mempengaruhi
stimulus tersebut di persepsikan.
b. Arti stimulus: suatu yang mengancam atau menyenagkan dalam
mempengaruhi persepsi seseorang.
c. Familiaritas: pengenalan berdasarkan ekspose yang berkali-kali dari
suatu stimulus akan mengakibatkan stimulus tersebut di persepsikan
lebih akurat.
2. Faktor pribadi, yang termasuk kedalam ciri khas individu seperti taraf
kecerdasaan dan emosional.
3. Faktor pengaruh kelompok artinya respon orang lain dapat menimbulkan
perubahan persepsi seseorang.
4. Faktor lingkungan, dimana lingkungan sekitar individu mempengaruhi
persepsinya terhadap sesuatu.
Dalam Abizar(1991-58) persepsi merupakan kumpulan atau organisasi
dari kemauan memberikan penilaian, tanggapan, pandangan, dan pengamatan
pada suatu fenomena. Persepsi terdiri dari tiga aspek utama sekaligus terlihat
indekator dari persepsi dalam diri dengan indikator yang meliputi aspek.
1. Aspek kognitif yaitu aspek pengetahuan dan pemahaman responden
terhadap objek yang diamanti. Dimana pengetahuan responden akan
mempengaruhi persepsinya terhadap tindakan residivis.
2. Aspek afektif yaitu penilian seseorang, kesukaan atau respon emosional
terhadap seseuatu.
12
3. Aspek behaviour usaha yang dilakukan oleh responden sehubungan
dengan adanya objek yang diamati. Berarti responden mempunyai hak
untuk menentukan pendapanya tentang residivis.
Dalam mempersepsikan sesuatu dalam masyarakat kemungkinan berbeda,
pada dasarnya beberapa hal menyebabkan segala sesuatu di persepsikan olah
individu, yaitu latar belakang dan keberadaan individu itu sendiri (Sarwono,
1983:44). Semakin baik persepsi seseorang terhadap suatu objek maka baik pula
penerimaanya.
Dari penjelasan diatas, bagaimana pandangan masyarakat terhadap
residivis. Dalam hal ini peneliti mengaitkan dengan teori persepsi dalam
mengorganisir pengamatan terhadap objek yang diteliti dalam masyarakat,
bagaimana masyarakat menanggapi reseidivis dilingkungan masayarakat.
1.5.3 Pengertian Residivis
Menurut Sitohang, residivis yang lebih dua kali menjadi penghuni lembaga
pemasayarakat merupakan residivis yang melakukan kejahatan, sehingga terkena
hukuman kembali ( Nurrahman, 2012). Menurut komisi hukum residivis
Amerika Serikat (2004 :3), ada dua substansi dalam defenisi residivis, yang
pertama disebut primer, definisi termasuk pada kejadian pada seseorang yang
diikuti oleh tiga tipe kejadian selama permulaan pelanggaran sebelumnya dari
masyarakat, yaitu:
1. Mengulangi pelanggaran baru
2. Penahanan kembali tanpa pendirian disposisi informasi setelah
pembebasan dari catatan krimanal
13
3. Pencabutan kembali supervisi atau masa tahanan.
Definisi pengulangan perilaku residivis yang kedua didefenisikan untuk
kejadian pengulangan. Definisi yang kedua yaitu residivis akan terhitung sebagai
kejadian pertama dari pengulangan perilaku untuk kejahatan yang baru selama
permulaan untuk kembali pada masyarakat.
Nathan D, Madel, dkk.(1965), mendefinisikan residivis adalah seseorang
yang telah bebas dari suatu institusi tahanan dan terus-terus menjadi pelanggar
hukum yang kronis atau berbuat satu atau lebih dari kejahatan yang serius.
Residivis sebagai suatu pengulangan perilaku kejahatan akan dapat diungkapkan
dengan melihat kecenderungan tingkah laku individu yang mengarah pada
perilaku kejahatan. Secara umum dapat disimpulkan bakwa kecendurungan
residivis merupakan kecenderungan pengulangan menjadi pelanggar hukum
dalam berbuat satu atau lebih kejatahan yang sama atau berbeda. Faktor yang
mempangaruhi residivis yaitu :
1. Lingkungan Masyarakat
Suatu masyarakat apabila seseorang yang berperilakunya menyimpang
atau menyalahi norma yang telah disepakati maka akan menimbulkan akibat
dalam masyarakat, ada yang bersifat positif dan juga negatif. Berbentuk positif
dari masyarakat akan menimbulkan suatu perubahan dan gejala sosial dan hal ini
dapat memicu timbulnya kreatifitas manusia untuk menanggulanginya dan
mencari penyelesaian yang sesuai dengan norma yang dilanggar, sedangkan
dampak negatif menimbulkan dari perilaku yang menyimpang akan
menyebabkan ketenangan dan ketentraman serta akan menimbulkan tidak
14
terciptanya ketertiban dalan masyarakat yang melakukan perilaku penyimpangan
( Azriadi, 2011:18).
2. Dampak dari Prisonisasi merupakan proses penyerapan tatacara
kehidupan dalam lembaga masyarakat yang dapat mengubah sikap dan perilaku
residivis. Didin Sudirman menyatakan bahwa prisonisasi bukanlah hal yang baru
dalam sistem pemasyarakatan yang diartikan sebagai suatu hal yang buruk
menjadi pengaruh negatif terhadap residivis dimana pengaruh itu berada dari
nilai dan budaya penjara.
Menurut prasetyo ( 2010: 192), residivis menurut sifatnya terbagi dua
yaitu:
1. Residivis Umum
- Seseorang yang telah melakukan kejahatan
- Terhadap kejahatan mana telah di jatuhi hukuman yang telah
di jalani
- Kemudian ia mengulangi kembali setiap jenis kejahatan
- Maka pengulangan ini dapat dipergunakan sebagai dasar
pemberatan hukuman
2. Residivis Khusus
- Seseorang yang melakukan kejahatan
- Telah dijatuhi hukuman atas kejahatan tersebut
- Setelah menjalani hukuman ia mengulangi melakukan
kejahatan
- Kejahatan yang merupakan kejahatan sejenis
15
Sesorang residivis dengan berbagai masalah yang menimpa seperti
penangkapan, penyidikan, cemoohan, anggapan negatif masyarakat terutama di
lingkungan tempat tinggalnya. Keadaan yang buruk membuat seseorang
mengingat kembali pengalaman masa lalunya sebagai sebuah proses
pembelajaraan yang nantinya membuatnya bisa lebih baik dari sebelumnya
(dalam skripsi sari, 2015).
1.5.4 Persepsi Masyarakat
Persepsi masyarakat adalah suatu proses dimana sekelompok manusia
yang hidup dan tinggal bersama dalam wilayah tertentu dan memberikan
pemahaman atau tanggapan hal-hal atau peristiwa yang terjadi di lingkungannya.
Ada 3 faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat, yaitu:
1. Pelaku persepsi
Bila seseorang memandang suatu objek dan mencoba menafsirkan apa
yang ia dilihatnya dan penafsiran itu mempengaruhi oleh karakteristik
pribadi dari pelaku persepsi idividu itu.
2. Target atau objek
Karakteristik dan target yang diamati dapat mempengaruhi apa yang
dipersepsikan. Target tidaka di pandang dalam keadaan terisiolasi,
hubungan suatu target dalam latar belakangnya mempengaruhi persepsi
seperti kecenderungan untuk mengelompokkan sesuatu yang berkaitan.
16
3. Situasi
Penting bagi kita untuk melihat konteks objek atau peristiwa sebab
unsur-unsur lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi (Robins,
2001:189)
Pada akhirnya di ambil satu kesimpulan, bahwa pandangan masyarakat
terhadap residivis di Nagari Ujung Gading dilihat dari sudut pandang dari diri
individu maupun dilhat dari luar individu seperti lingkungan keluarga,
lingkungan masyarakat, agama dan lingkungan pergaulan yang terjadi.
1.5.5 Konsep Keluarga
Keluarga adalah kelompok yang memiliki hubungan perkawinan atau
memiliki hubungan darah, yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Ada dua
dimensi untuk menjelaskan konsep keluarga, yaitu dimensi yuridis dan dimensi
sosiologis. Secara yuridis, seseorang yang telah melangsungkan perkawinan
dengan mengikuti aturan hukum yang berlaku. Secara sosiologis, seseorang yang
tidak melangsungkan pernikahan perkawinan dan hanya berkumpul bebas
(freesex, kumpul kebo, dan lain sebagainya) (Suhendi, 2001:41).
Keluarga menurut Hammudah Abd al-Ati dalam Suhendi (2001:61) adalah
suatu struktur yang bersifat khusus dan antara satu sama lainnya mempunyai
ikatan, baik akibat hubungan darah ataupun pernikahan. Ikatan tersebut
mengakibatkan adanya sikap salin berharap (mutual Expectation) yang sesuai
dengan ajaran agama, dikukuhkan secara hukum, serta secara indivividu saling
mempunyai ikatan batin. Keluarga merupakan institusi dasar yang memiliki
peran yang besar dalam pembentukan karakter anak. Melalui proses pengasuhan
serta pemberian teladan diharapkan akan berpengaruh pada perkembangan anak
17
yang di dalamnya meliputi moral, loyalitas dan sosialisasi anak. Keluarga adalah
tempat yang utama dimana seorang anak melakukan proses sosialisasi tentang
norma dan nilai ( Sri, 2014).
1.5.6 Penelitian Relevan
Penelitian relevan dapat mengkonfirmasikan mengenai hasil-hasil studi
yang berkaitan erat dengan topik yang akan diteliti. Hal ini juga berguna untuk
menghubungkan studi yang akan dilakukan dengan studi-studi yang pernah
dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian relevan juga akan menjelaskan
kedudukan penelitian dalam kajian yang sama (Afrizal, 2104:123)
Penelitian mengenai pandangan masyarakat terhadap residivis, Gusef
(2011) yang berjudul “ Adaptasi Kehidupan Sosial Mantan Narapidana Dalam
Masyarakat” penelitian ini memiliki tujuan, (1) Mendeskripsikan adaptasi
mantan narapidana dalam kehidupan masyarakat, (2) Mendeskripsikan adaptasi
mantan narapidana dari segi pekerjaan, (3) Mendeskripsikan pandangan
masyarakat terhadap kehadiran mantan narapidana di lingkungan mereka. Hasil
penelitian tersebut menunjukan bahwa mantan narapidana yang terpidana di atas
5 tahun di kota bukitinggi akibat tindak kriminal yang dominan. Faktor-faktor
yang berlangsungnya suatu proses interaksi di masyarakat antara lain:
a. Imitasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses interaksi
sosial,
b. Sugesti proses dimana seseorang individu menerima penglihatan atau
pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu,
c. Indetifikasi kecendurungan-kecendurungan atau keinginan dalam diri
seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain,
18
d. Simpati dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain, didalam
prosesini perasaan memengang peranan yang sangat penting.
Penelitian dari Alie (2015) yang berjudul “Tinjauan kriminologis terhadap
anak sebagai Residivis“ dalam penelitian ini memiliki tujuan, (1) untuk
mengetahui faktor-faktor anak sebagai pelaku tindak pidana menjadi residivis,
(2) untuk mengetahui pencengahan dan penanggulangan terhadap anak sebagai
pelaku tindak pidana yang menjadi residivis.
Adapun yang membedakannya dengan rencana penelitian ini adalah lebih
fokus pada pandangan masyarakat terhadap residivis di Nagari Ujung Gading.
Menurut peneliti belum ada penelitian tentang residivis yang mengakaji
bagaimana masyarakat menyikapati peristiwa tersebut.
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Pendekatan Penelitian Yang Digunakan
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif
dengan tipe deskriptif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang
mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata baik lisan maupun
tulisan dan perbuatan manusia serta peneliti tidak berusaha menghitung atau
mengkuantifikasikan data kualitatif yang telah diperoleh dan dengan demikian
tidak menganalisis angka-angka. Data yang dianalisis dalam penelitian kualitatif
adalah kata-kata dan perbuatan manusia (Afrizal, 2014:18). Penelitian kualitatif
ini dipakai karena berdasarkan permasalahan penelitian yang akan
mengungkapkan kejadian yang berkaitan dengan reaksi orang-orang terhadap
19
perbuatan orang lain. Dalam hal ini bagaimana pandangan masyarakat terhadap
residivis.
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka yang dipakai dalam penelitian ini
adalah deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang
mendeskripsikan suatu fenomena atau kenyataan sosial yang berkenaan dengan
masalah dan unit yang diteliti. Penggunaan ini akan memberikan peluang kepada
peneliti untuk mengumpulkan data-data yang berasal dari catatan lapangan atau
memo dan dokumen resmi lainnya (Moleong, 2004:11). Untuk mendiskripsikan
pandangan masyarakat menggunakan persepsi tentang residivis.
1.6.2 Informan Penelitian
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi latar penelitian, karena di harapkan informan adalah
orang yang benar-benar paham dengan segala situasi dan kondisi penelitian dan
menguasai permasalah penelitian (Moleong, 2002:90). Adapun informan yang
akan diambil tokoh masyarakat dan tetangga, maka penelitian menggunakan
teknik purposive sampling. Teknik ini merupakan teknik mendapatkan informasi
yang disegaja, artinya penelitian ini telah mengetahui dan menentukan kriteria
orang yang dirasakan mampu memberikan informasi tentang penelitian yang
dilakukan peneliti. Alasan peneliti melakukan sebelum melakukan penelitian
telah menetap kriteria tertentu yang meski dipenuhi oleh orang yang dijadikan
sumber informasi (Afrizal 2014: 139).
Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat di Nagari Ujung Gading
yang terdiri dari non keluarga pelaku (tokoh masyarakat dan eleman
masyarakat). Tokoh masyarakat adalah ninik mamak sedangkan eleman
20
masyarakat adalah tetangga, teman pelaku yang tinggal di sekitar rumah pelaku.
Untuk penelilitian ini sendiri mengambil 12 orang informan, berikut ini akan
disajikan informasi mengenai informan-informan penelitian yang sesuai dengan
kriteria-kriteria yang peneliti jelaskan.
Informan dalam penelitian ini adalah tetangga, ninik mamak, kepala
jorong, ketua pemuda. Adapun kriteria informan dalam penelitian ini yaitu;
1. Sudah lama tinggal atau menetap disekitar residivis,
sekitar 10 tahun atau 12 tahun
2. Berasal dari wilaayah Ujung Gading.
Berdasarkan kriteria informan tersebut maka yang akan menjadi informan
dalam penelitian ini adalah tetangga dan tokoh masyarakat. Untuk lebih
lengkapnya dapat dilihat dalam tabel 1.2 dibawah ini:
21
Tabel 1.2
Profil Informan
No Nama
Jenis Kelamin P/L
Umur
(tahun)
Pekerjaan
Alamat
Status Informan
1 Buk Nurni L 51 Pedangang Pasar Lama Tetangga Ef
2 Buk Butet L 55 Petani Jln Sumba Tetangga In
3 Buk Dewi L 53 Guru Jln Jawa Tetangga Ma
4 Buk Erina L 44 Ibu Rumah Tangga
Pasar Lama Tetangga Ef
5 Buk nyaik L 43 Ibu Rumah Tangga
Pasar Lama Tetangga Ef
6 Pak Adlin L 81 Guru ( Pesiun) Jln Jawa Tetangga Ma
7 Ronal P 33 Pedagang Jln Tampus Teman Su
8 Bapak sirjon P 45 Polisi Pasar Lama Tokoh Masyarakat/ Ketua Pemuda
9 Bapak Yahdi p 50 Petani Pasar Lama Garim
10 Bapak Jufri P 60 Kepala Jorong Pasar Lama Tetangga
11 Buk Siti L 56 Ibu Rumah Tangga
Jln Tampuh Tetangga Su
12 Bapak Baromsyah
L 85 Petani Pasar Lama Ninik Mamak
Sumber: Data Primer 2019
Tabel 1.3
Informan Residivis
No Nama
Residivis perkara/kasus tahun keluar residivis
1 Ef Pencurian 6bulan 2x
2 Ma Narkoba/ Pejudian 6 Bulan 2x
3 In pencurian/ Curat Motor 6 bulan 4x
4 Su Pencurian/ Perjudian 6 bulan 2x
Sumber: Data Primer 2019
1.6.3 Data yang Diambil
Data yang didapat dilapangan adalah yang bersumber dari data primer dan
data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung
22
memberikan data kepada pengumpul data, dan data sumber sekunder merupakan
sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpulkan data,
misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2012:225).
Lofland dan Lofland(1984:48) Menjelaskan bahwa sumber data utama
dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya data-data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Kata-kata orang yang diamati dan
wawancarai merupakan data utama yang dicatat melalui rekaman dan
mengambil foto yang dicatat melalui catatan tertulis atau rekaman dan
mengambil foto. sumber data utama dalam penelitian kualitataif adalah kata-kata
dan tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Sedangkan data peneliti ini penulis menggunakan data primer dan data sekunder.
Dalam penelitian ini data-data yang diambil dilapangan tentunya data-data
yang berhubungan dengan topik penelitian yaitu pandangan masyarakat terhadap
residivis. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder.
1. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari observasi
dan wawancara dengan informan pelaku dan informan pengamat di
lapangan. Data primer adalah data yang diperoleh di lapangan pada saat
penelitian dengan metode pengumpulan data seperti wawancara mendalam
dan observasi. Melalui metode pengumpulan data itu maka diperoleh data
kualitatif yang merupakan data yang berupa kata-kata yang dituangkan
dari hasil wawancara dan partisipan observasi. Data primer dalam
penelitian ini adalah hasil wawancara peneliti dengan informan pandangan
masyarakat terhadap residivis. Adapun data primer yang diambil adalah:
23
a. Gambaran residivis dan keluarga
b. Pandangan masyarakat terhadap residivis
Tabel 1.4
Daftar Data yang Diambil
No Tujuan
Penelitian
Data Teknik Sumber
1 Mendeskripsikan
latar belakang
keluarga
residivis
Informasi mengenai
kehidupan keluarga
residivis dalam
keseharian-hariannya
Wawancara
mendalam
Keluarga
2 Mendeskripsikan
pandangan
masyarakat
terhadap
residivis
Informasi bagaimana
pandangan negatif
dan positif dari
masyarakat
Wawancara
mendalam
-Informan
-Tokoh
masyarakat
2. Data sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan seperti jurnal, buku,
skripsi, foto, dan tulisan yang berkaitan dengan topik penelitian. Penelitian ini
mengumpulkan bahan tertulis seperti berita. Pengumpulan dokumen ini
dilakukan untuk mengecek kebenaran atau ketepatan informasi yang diperoleh
melalui wawancara mendalam. Tanggal dan angka-angka tertentu lebih akurat
dalam surat atau dokumen ketimbang hasil wawancara mendalam. Bukti-bukti
tertulis tentu lebih kuat dari informasi lisan tertentu, pada penelitian ini,
pengumpulkan dokumen yang di maksud adalah pemberitaan dari masyarakat
setempat atau pihak kepolisian dan kondisi lokasi penelitian dari kantor Wali
Ujung Gading.
24
1.6.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Menurut (Moleong, 2004: 112) teknik pengumpulan data adalah cara yang
digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Sumber
utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan orang yang
diamati atau diwawancarai merupakan data utama yang nantinya di catat melalui
tulisan atau melebihi rekaman vidio dan pengambilan foto.
Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk bisa
memperoleh data yang dibutuhkan dalam menjawab pertanyaan penelitian.
Sedangkan alat pengumpulan data adalah semua yang dibutuhkan sebagai
perantara dalam melakukan pengumpulan data. Jenis data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam dan
mengumpulkan data yang berhubungan dengan pandangan masyarakat terhadap
residivis.
Menurut Lincoln dan Guba, tujuan mengadakan wawancara yaitu
mengkonstruksi mengenai orang lain, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi,
tuntutan, kepedulian, dan lain-lain (Moleong, 2004:135). Teknik wawancara
digunakan untuk mendapatkan informasi atau keterangan yang lebih konkrit
yang tidak dapat dilakukan dengan pengamatan yaitu dengan cara bertatap muka
langsung dengan informan. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah
dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan. Wawancara
mendalam adalah suatu wawancara tanpa alternatif pilihan jawaban dan
dilakukan untuk mendalami informasi dari seorang informan (Afrizal,
2014:136).
25
Wawancara mendalam yang dilakukan terpusat pada pedoman wawancara
data-data yang dikumpulkan melalui wawancara dengan informan yang telah
ditentukan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya tentang
pandangan masyarakat terhadap residivis yang ada dilingkungan mereka.
Peneliti mewawancarai tetangga residivis, teman akrab residivis, tokoh
masyarakat. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pedoman wawancara
serta dibantu dengan catatan lapangan berupa kertas dan pulpen serta rekaman.
Validitas data, berarti data yang diambil dan dikumpulkan dapat
menggambarkan realitas yang ingin diungkapkan oleh peneliti. Dalam rangka
penyempurnaan data yang diperoleh, maka peneliti melakukan teknik triangulasi
sehingga data dan informasi pada sumber lain masayarakat sebagai informan.
Peneliti juga mencari informasi dari residivis. Teknik triangulasi data adalah
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan yang lain. Peneliti
menyimpulkan bahwa dalam meneliti dibutuhkan keabsahan agar peneliti dapat
diperjaya kredibilitasnya (Moleong, 2002:330).Hal ini berguna agar hasil
wawancara dapat di olah dan kemudian dianalisiskan untuk memberikan
jawaban.
1.6.5 Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian bertujuan untuk memberikan batasan
terhadap suatu permasalahan yang diteliti, memfokuskan kajian dalam penelitian
yang dilakukan dengan pengertian lain obyek yang diteliti di tentukan
kriterianya sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Unit analisis
dapat berupa individu, kelompok sosial dan komunitas. Dalam penelitian yang
26
menjadi unit analisisnya adalah kelompok, kelompok masyarakat yang tinggal
disekitar residivis di Nagari Ujung Gading.
1.6.6 Analisis Data
Analisis data, menurut Patton (Moleong, 1995:103), adalah proses
mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu polo, kategori dan
satuan uruain dasar. Ia membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan
arti yang signitifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari
hubungan diatara dimensi lain. Analisi adalah proses penyederhanaan data
kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan. Analisis data
dalam penelitian kualitatif yang lebih ditekankan dalam data di lapangan.
Dalam penelitian kualitatif adalah aktivitas yang dilakukan secara terus
menerus selama penelitian berlangsung, mulai dari pengumpulan data sampai
tahap penulisan data atau merupakan suatu proses penyusan data, supaya mudah
dibaca dan di tafsirkan oleh peneliti. Menurut Miles dan Huberman analisis
adalah mereduksi data, menyajikan data dan menarik kesimpulan sebagai
penafsiran atau interprestasi terhadap data yang telah disajikan ( Afrizal,
2014:174). Analisis data yang dilakukan merupakan bagian dari kualitatif,
karena aktivitas sangat menolong penelitian ini untuk menghasilkan data yang
berkualitas disebabkan peneliti telah mulai memikirkan data dan menyusun
strategi guna mengumpulkan data selanjutnya pada proses pengumpulan (
Afrizal, 2014:177).
27
1.6.7 Proses Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu : tahap pra Lapangan, tahap
lapangan dan tahap pasca lapangan. Keseluruhan kegiatan penelitian ini
dilakukan secara sistematis sesuai dengan metode penelitian kualitatif yang
digunakan. Seluruh kegiatan pada penelitian ini secara detail dijelaskan dalam
uraian berikut:
a. Tahap Pra Lapangan
Tahap pralapangan merupakan tahap persiapan sebelum penulis
melakukan wawancara mendalam dan observasi. Secara garis besar kegiatan
yang penulis lakukan yaitu: membuat dan mengajukan TOR, mengurus surat izin
survei awal dan melakukan survei awal, menulis proposal dan seminar proposal,
serta mengurus surat izin penelitian.
Tahap ini diawali dengan membuat gambaran permasalahan yang akan
diteliti atau disebut juga dengan TOR (Term of Reference) pada bulan Januari
dan Februari 2018. Setelah SK TOR di keluarkan peneliti memulai penulisan
dan bimbingan proposal pada bulan maret-juni, Pada bulan Juli 2018 proposal
diseminarkan di ruangan siadang jurusan Sosiologi, FISIP. Seminar proposal
penelitian berjalan selama 90 menit, dihadari oleh 2 dosen Pembimbing, 4 dosen
penguji dan 1 orang mahasiswa sosiologi. Selanjutnya peneliti melakukan
perbaikan proposal dan membuat pedoman wawancara sesuai saran-saran yang
didapat dari seminar proposal. Awal September 2018 penulis mengurus surat
izin penelitian di dekanat FISIP untuk memudahkan proses observasi dan
wawancara dilapangan.
28
b. Tahap Lapangan
Tahap Lapangan merupakan tahap ketika penulis melakukan wawancara
dan observasi. Tahap ini dilakuan pada bulan Oktober hingga bulan Desember
2018. Selain turun langsung kelapangan untuk pengulangan wawancara, peneliti
juga melakukan wawancara via handphone karena faktor geografis yang ketika
peneliti sedang berada jauh dari lokasi penelitian, ketika data informan yang
teliti kurang lengkap. Alat yang digunakan ketika wawancara adalah sebuah
pena, buku catatan dan handphone untuk merekam. Wawancara dimulai dengan
memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan penulis serta menjalin
keakraban, sehingga wawancara tidak terlalu kaku. Pada wawancara berlangsung
penulis membuat catatan ringkas, kegiatan wawancara direkam jika diizinkan
oleh informan. Khusus wawancara dengan Kepala Jorong Nagari Ujung Gading
dilakukan pada jam 10.00 WIB di rumah Kepala Jorong.
Wawancara dimulai dengan peneliti memperkenal diri dan menjelaskan
maksud dan tujuan peneliti serta menjalin keakraban, sehingga wawancara tidak
terlalu kaku. Pada sangat wawancara membuat catatan ringkas. Kegiatan
wawancara direkam jika tidak dizinkan oleh informan, namum tidak semua
proses terekam berjalan lancar. Wawancara, peneliti mengamati bentuk yang
tercipta antara informan dengan masyarakat sekitar. Mewawancarai informan
yang mengetahui kehidupan residivis di lingkungan tempat ia tinggal seperti
ketua pemuda, ninik mamak, tetangga, dan tokoh masyarakat.
Wawancara dimulai pada tanggal 11 November 2018 peneliti dengan
penuh semangat memulai wawancara pertama yang alamat informan peneliti
peroleh dari kepala jorong Nagari Ujung Gading yang menyatakan bahwa
29
residivis yang tidak jauh dari rumahnya yang sudah berulang kali melakukan
kejahatan. Lalu peneliti bertanya kepada informan yang berketepan tetangga
sebelah residivis dan bertanya bagaimana informan mengenal residivis tersebut.
Dan setelah itu peneliti melanjutkan pertayaan kepada orang tua residivis dan
berbincang-bincang mengenai pengalaman yang telah dilalui residivis dalam
kurun waktu yang lama maupun yang singkat.
Pada tanggal 12 November peneliti melanjutkan mewawancarai dan
melanjutkan pertayaan kepada teman residivis, bagaimana residivis dalam
bergaul dengannya dan apa saja tanggapan atau nasehat yang ia berikan terhadap
residivis tersebut. Peneliti sampai dirumah tokoh masyarakat, peneliti
dipersilahkan masuk dan kemudian peneliti memperkenalkan diri dan
menyampaikan tujuan peneliti datang kerumah bapak. Setelah bercerita tentang
peneliti barulah masuk pada poin permasalahan yaitu menanyai kepada bapak
apakah bapak besedia untuk diwawancarai menurut bapak tersebut masalah yang
diteliti sangat hangat di Nagari Ujung Gading tentang residivis tersebut.
Kemudian peneliti pada tangal 8 Desember melanjukan kepada ketua pemuda,
dan mempunyai pangkat sebagai polisi yang berada Nagari Ujung Gading.
Peneliti banyak sekali bertanya kepada Bapak Sirjon, karna dia langsung yang
memberikan arah kepada peneliti dan memberi bantuan untuk penelitian peneliti.
c. Tahap Pasca Lapangan
Tahap pasca lapangan merupakan tahap ketika data dianalisis sampai pada
pembuatan laporan penelitian. Analisis data dilakukan semenjak bulan
Desember hingga laporan penelitian selesai pada bulan Januari. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap ini adalah catatan lapangan dan hasil rekaman wawancara
30
penulis tulis ulang secara rinci, setelah itu data-data yang penting digaris bawahi
dan dikelompokkan serta dibuatkan tema-temanya, kemudian penulis membuat
suatu kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan yang diteliti. Kegiatan
selanjutnya adalah membuat laporan penelitian dalam bentuk tulisan ilmiah.
Pada saat penulisan laporan penulis mengecek ulang analisis data yang telah
dilakukan apakah sudah mampu menjawab permasalahan penelitian atau belum.
1.6.8 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dapat diartikan sebagai setting dan konteks sebuah
penelitian. Tempat tersebut mengacu pada wilayah, tetapi juga pada organisasi
dalam sejenisnya (Afrizal, 2014:28). Dalam penelitian ini, lokasi penelitian
berada di Kabupaten Pasaman Barat yang terdiri dari 11 Kecamatan dan 19
Nagari dengan Ibukota pemerintahan di Simpang Ampek.
Sedangkan pemilihan lokasi peneliti ini karena untuk kemudahan akses
peneliti berdomisili di dekat lokasi penelitian adalah Nagari Ujung Gading.
Peneliti ini dimulai dari tahap survei awal yaitu mencari data tentang kasus
residivis di Kapolsek Nagari Ujung Gading di bulan Oktober dan Desember
2017 dilakukan penelitian. Hal ini menarik diteliti karena beberapa residivis di
Nagari Ujung Gading di pandang negatif atau positif oleh masyarakat.
1.6.9 Defenisi Konsep
Ada beberapa konsep yang dipakai dalam penelitian ini, karena perlu
diberikan batasan untuk mempermudah memahaminya. Definisi operasional ini
adalah sebuah informasi ilmiah yang yang sangat membantu seseorang peneliti
31
didalam usaha mengukur variabel yang digunakan. Untuk menghindari
kerancuan dalam pemakaian konsep, maka perlu didefiniskan konsep-konsep
yang berhubungan dengan penelitian ini.
1. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang relatif mandiri, yang hidup
bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu,
memiliki kebudayaan yang sama dan melakukan sebagian besar kegiatan
kelompok itu.
2. Persepsi merupakan kumpulan atau organisasi dari kemauan memberikan
tanggapakan, pandangan dan pengamatan pada suatu fenomena atau fakta.
Dalam pelaksanaan ini setiap individu mempunyai kemampuan persepsi
masing-masing sesuai dengan pemahaman dan pengetahuannya pada objek
yang diamati. Menurut pengetahuan terhadap objek juga mempengaruhi
seseorang berfikir positif maupun negatif, oleh karena itu munculnya suatu
persepsi tidak akan terlepas dari pengetahuan kita terhadap sesuatu objek.
3. Residivis adalah seseorang yang telah bebas dari suatu institusi tahanan
dan terus-terus menjadi pelanggar hukum yang kronis atau berbuat satu
atau lebih dari kejahatan yang serius.
4. Perilaku Meyimpang Menurut Abdulsyani, merupakan stimulasi timbulnya
reaksi masyarakat.
5.
1.6.10 Jadwal Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini peneliti memerlukan waktu yang lama
sehingga peneliti membuat jadwal penelitian agar penelitian berjalan efektif dan
efesien. Penelitian dimulai setelah penulis melakukan seminar proposal pada
32
bulan Juli 2018. Sementara pengumpulan data dilakukan pada bulan November
2018 sekaligus penulisan data yang telah didapat. Jadwal penelitian ini disusun
sebagai pedoman pelaksanaan dalam menulis karya ilimiah (skripsi) sesuai
dengan tabel dibawah ini:
Tabel 1.5
Jadwal Penelitian
No
Nama kegiatan
Tahun 2018 2019
Juli Sep Okt-Des
Jan-Feb
Maret-Mai
Juli
1 Seminar Proposal
2
Perbaikan Proposal
&Pembuatan
Pedoman
Wawancara
3 Pengurusan Surat
Izin Penelitian
4 Observasi &
Wawancara
5 Penulisan Laporan
Penelitian
6 Bimbingan Skripsi
7 Ujian Skripsi
33
BAB II
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Pada Bab ini penulis menjelaskan deskripsi lokasi penelitian yaitu
meliputi kondisi geografis dan demografis dari Nagari Ujung Gading,
Kecamatan Lembah Melintang, Kabupaten Pasaman Barat, yang mana akan
tergambarkan jumlah penduduk, keadaan masyarakat, agama, dan sistem mata
pencaharian masyarakatnya.
2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Pasaman Barat merupakan salah satu dari tiga Kabupaten
Pemekaran di Propinsi Sumatra Barat, berdasarkan Undang-undang Nomor 38
Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Dharmasraya, Solok Selatan dan
Pasaman Barat. Legalitas formal (peresmian) berdirinya Kabupaten Pasaman
Barat dilakukan pada tanggal 07 Januari 2004 di Jakarta oleh Menteri Dalam
Negeri bersama 24 Kabupaten lainnya di Indonesia, sehingga tanggal 07 Januari
tersebut ditetapkan sebagai ulang tahun berdirinya Kabupaten Pasaman Barat.
Sebelum adanya pemekaran daerah, hanya ada satu Kabupaten saja, yaitu
Kabupaten Pasaman tetapi dengan adanya pemekaran daerah, Pasaman dipecah
menjadi dua yaitu Pasaman Barat dan Pasaman Timur dengan adanya
pemekaran tersebut memudahkan masyarakat Pasaman Barat dalam mengurus
keperluan daerahnya. Ibu Kota Kabupaten Pasaman Barat yaitu Simpang Empat.
Secara Astronomi, Kabupaten Pasaman Barat terletak antara 0º03 Lintang
Utara sampai 0º11 Lintang Selatan dan antara 99º10-100º04 Bujur Timur,
dengan luas wilayah sekitar 3.887,77 Km² atau 9,29 % dari luas propinsi
Sumatra Barat, dengan luas lautan seluas 800,47 Km² dengan panjang garis
34
pantai 152 km. Kabupaten Pasaman Barat terletak pada ketinggian antara 0 -
2.912 m di atas permukaan laut. Secara administratif Kabupaten Pasaman Barat
terdiri dari 11 Kecamatan dan 19 Nagari, sedangkan Kecamatan Pasaman
terletak antara 00º05 Lintang utara sampai 00º03 Lintang Selatan dan 99º38 -
99º58 Bujur Timur dengan luas wilayah sekitar 508,93 Km² atau 13,09%.
Berikut adalah nama-nama Kecamatan dan Nagari yang ada di Kabupaten
Pasaman Barat :
Tabel 2.1
Nama-nama Kecamatan dan Nagari di Kabupaten Pasaman Barat
No Kecamatan Nagari
1 Sungai Beremas - Aia Bangih
2 Ranah Batahan - Batahan
- Desa Baru
3 Koto Balingka - Parit
4 Sungai Aur - Sungai Aur
5 Lembah Melintang - Ujung gading
6 Gunuang Tuleh - Muaro Kiawai
- Robi Jonggor
7 Talamau - Kajai
- Talu
- Sinuruik
8 Pasaman - Lingkuang Aua
- Aia Gadang
- Aua Kuniang
9 Luhak Nan Duo - Koto Baru
- Kapa
10 Sasak Ranah Pasisie - Sasak
11 Kinali - Kinali
- Katiagan Mandiangin
Sumber :Pasaman Barat Dalam Angka 2017
35
Tabel 2.2
Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Pasaman Barat
No Kecamatan Luas (Km²) Presentase
1 Sungai Beremas 440,48 11,33
2 Ranah Batahan 354,88 9,13
3 Koto Balingka 340,78 8,77
4 Sungai Aur 420,16 10,81
5 Lembah Melintang 263,77 6,78
6 Gunung Tuleh 453,97 11,68
7 Talamau 324,24 8,34
8 Pasaman 508,93 13,09
9 Luhak Nan Duo 174,21 4,48
10 Sasak Ranah Pasisie 123,71 3,18
11 Kinali 482,64 12,41
Pasaman Barat 3.887,77 100
Sumber: Pasaman Barat Dalam Angka, 2017.
Kabupaten Pasaman Barat dengan Luas wilayah 3.887,77 Km², jumlah
penduduk 418.785 orang dengan komposisi 211.582 orang laki-laki dan 207.203
orang perempuan, dengan rasio jenis kelamin 102 orang laki-laki setiap 100
orang perempuan. Penduduk tersebut tersebar pada11 kecamatan di Kabupaten
Pasaman Barat dan jumlah penduduk terbesar berdomisili di Kecamatan
Pasaman yakni 75.127 orang. Tahun 2015 jumlah rumah tangga di Kabupaten
Pasaman Barat sebanyak 95.227 rumah tangga dengan rata-rata penduduk per
rumah tangga 4 orang. Nagari serta desa atau jorong yang ada di Kabupaten
Pasaman Barat berjumlah 19 Nagari dan 212 desa atau jorong, sedangkan
jumlah Nagari serta desa atau jorong yang ada di Kecamatan Lembah Melintang
berjumlah 3 Nagari dan desa atau jorong berjumlah 23 desa atau jorong.
Batas-batas wilayah Kabupaten Pasaman Barat adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Mandailing Natal, Prov. Sumatra Utara
Sebelah Selatan : Kabupaten Agam
Sebelah Barat : Samudera Indonesia
36
Sebelah Timur : Kabupaten Pasaman
Gambar 2.1 Peta Kabupaten Pasaman Barat
Daerah yang dijadikan sebagai lokasi penelitian ini adalah Nagari Ujung
Gading. Nagari Ujung Gading berbatasan dengan Nagari Sungai Aur dan Nagari
Parit. Alasan penulis memilih lokasi ini karena adanya perubahan pada
masyarakat tergolong sedang berubah yang dilakukan masyarakat Nagari Ujung
Gading yang memandang residivis sebagai kejahatan.
Batas-batas wilayah Nagari Lembah Melintang yaitu sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Tapsel, PT.PMS,
Sebelah Selatan berbatasan dengan Nagari Sungai Aur,
Sebelah Barat berbatasan dengan Nagari Parit,
Sebelah Timur berbatasan dengan Nagari Sungai Aur.
37
Gambar 2.2 Nagari Ujung Gading
Sumber : Profil Nagari Lembah melintang
Lokasi yang dijadikan objek penelitian oleh peneliti adalah Nagari Ujung
Gading, Kecamatan Lemah Melintang, Kabupaten Pasama Barat. Berdasarkan
observasi peneliti dilapangan di Nagari Ujung Gading ini terdapat residivis yang
cenderung lebih banyak dibandingkan Nagari sekitarnya.
Nagari Ujung Gading terletak di Kecamatan Lembah Melintang,
Kabupaten Pasaman Barat yang mempunyai luas wilayah 263,77 KM². Wilayah
Nagari Ujung Gading berupa dataran yang rendah dan terletak di daerah dataran
tinggi. Nagari Ujung Gading mempunyai ketinggian yang bervariasi, serta
mempunyai suhu rata-rata 28C dengan curah hujan rata-rata pertahun 1500 mm.
Nagari Ujung Gading terdiri dari 16 Jorong. Dari enam belas jorong
tersebut mempunyai jenis kelamin dan jumlah penduduk sebagai berikut:
38
Tabel 2.3 Nama Jenis Kelamin dan Jumlah Penduduk
No Nama Jorong Jenis Kelamin Jumlah
Laki2 Perempuan
1 Batang Gunung 1009 1006 2019
2 Brastagi 2045 2073 4127
3 Irian 951 930 1887
4 Koto Pinang 1418 1419 2839
5 Koto Sawah 2923 2916 5849
6 Kuamang 2061 2076 4143
7 Lombok 1132 1156 2291
8 Lubuk Alai 1141 1137 2282
9 Pasar Lama 1465 1469 2931
10 Ranah Salido 1167 1169 2339
11 Saroha 1155 1188 2350
12 Situak 1299 1291 2594
13 Situak Barat 1263 1263 2535
14 Taluak Ambun 1788 1818 3610
15 Tampus 1345 1346 2696
16 Tanjung Damai 1100 1098 2199
Sumber: Data Profil Nagari Ujung Gading, 2017
Gambar 2.3 jarak Tempuh Nagari Ujung Gading-Kota Padang
Berdasarkan dari sumber Google Map dari sudut orbitasi Nagari Ujung
Gading, jarak ke ibukota propinsi sekitar 225 km, jarak ke ibukota Kabupaten
sekitar 49 km, jarak ke ibukota Kecamatan sekitar 0,25 km, sedangkan waktu
yang ditempuh dari Nagari Ujung Gading ke ibukota Provinsi Sumatra Barat
yaitu Padang sekitar 5 jam.
Untuk menuju Nagari Ujung Gading tersebut sangatlah mudah dan juga
didorong oleh sarana transportasi yang lancar dan kondisi jalan bagus serta
39
angkutan transportasinya pun selalu beroperasi setiap hari. Kehadiran ojek
sebagai penambah dalam memudahkan masyarakat untuk mengakses menuju
daerah lain.
Berikut ini akan diperlihatkan pembagian luas areal di Nagari Ujung
Gading
Tabel 2.4 Pengguna Tanah Di Nagari Ujung Gading
No Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha)
1 Perdagangan 2
2 Peternakan 215
3 Permukiman / Perumahan 1.252
4 Pertanian 2.122
5 Hutan Lindung 450
Sumber: Data Profil Nagari Ujung Gading 2017
Dari segi sistem mata pencaharian utama masyarakat Nagari Ujung
Gading adalah sebagai petani baik itu sebagai pemilik lahan maupun sebagai
pekerja atau orang yang mengolah lahan pertanian tersebut, akan tetapi potensi
wilayah ini bervariasi ada perekonomian, peternakan, perkebunan, perikanan,
pertambangan, industry besar atau koperasi.
2.2 Kependudukan
Penduduk Nagari Ujung Gading sebagian ada yang pergi merantau ke
daerah lain dengan tujuan untuk memperoleh pendidikan dan pekerjaan dengan
harapan mendapatkan penghasilan yang lebih besar dibandingkan di desa. Pada
tabel dibawah ini memperlihatkan komposisi penduduk Nagari Ujung Gading
berdasarkan jenis kelamin dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa di Nagari
Ujung Gading bahwa jumlah tingkat pertumbuhan perempuan tinggi
dibandingkan jumlah laki-laki dengan rincian perempuan 23.389 orang dan laki-
laki 23.309 orang, sedangkan kepala keluarga berjumlah 10.155 KK.
40
Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dan
jumlah keseluruhan dari masyarakat Nagari Ujung Gading sebagai berikut :
Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
No
Kelompok
Umur
KK
Jumlah Penduduk Jumlah
Penduduk
Keseluruhan Laki-laki
(orang)
Perempuan
(orang)
1. 0-4 Bulan 797 1.378 1.713 3.091
2. 5-9 Tahun 424 644 957 1.601
3. 10-14 Tahun 565 931 963 1.894
4. 15-19 Tahun 367 632 832 1.464
5. 20-24 Tahun 761 1.207 1.488 2.695
6. Lanjutan 362 646 936 1.582
Jumlah 3.276 5.438 6.889 12.327
Sumber:Profil Nagari Ujung Gading, 2017
2.3 Agama
Sebagai sarana dalam menjalankan ibadah bagi umatnya di Kabupaen
Pasaman Barat terdapat 490 mesjid, dan 372 mushola, yang tersebar di 11
Kecmatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kementrian Agama
Kabupten Pasaman Barat, terdapat 2 gereja di Kabupaten Pasaman Barat yang
keduanya terletak di Kecamatan Luhak Nan Duo dan Kinali.
41
Tabel 2.6 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Agama yang Dianut
di Kabuaten Pasaman Barat 2017
No Kecamatan Islam Protestan Katolik Hindu Budha
1 Sungai Beremas 99.92 0.04 0.04 - -
2 Ranah Batahan 100.00 - - - -
3 Koto Balingka 99.86 0.11 0.03 - -
4 Sungai Aur 98.99 0.31 0.49 - 0.21
5 Lembah
Melitang
99.92 0.06 0.02 - -
6 Gunung Tuleh 100.00 - - - -
7 Talamau 100.00 - - - -
8 Pasaman 100.00 - - - -
9 Luhak Nan Duo 95.80 1.70 2.50 - -
10 Sasak Ranah
Pasise
99.87 - 0.13 - -
11 Kinali 97.55 0.84 1.61 - -
12 Pasaman Barat 98.97 0.39 0.62 - 0.02
Sumber: Kabupaten Pasaman Barat Dalam Angka 2017.
Penduduk Nagari Ujung Gading berdasarkan data sensus penduduk yang
didapat dikantor pemberdayaan masyarakat Kabupaten Pasaman barat tahun
2017 berjumlah lebih kurang 98.97 orang. Dilihat dari suku bangsa yang berada
di Nagari Ujung Gading memang masyarakatnya mayoritas bersuku bangsa
Mandailing, dan ada juga beberapa pendatang yang bersuku Jawa serta bersuku
Minangkabau. Secara keseluruhan penduduknya mayoritas beragama islam, dan
hanya beberapa masyarakatnya yang beragama non muslim. Dari jumlah
keseluruhan masyarakat yang beragama islam atau muslim dan non muslim,
maka dapat dijumpai sarana dan fasilitas ibadah di Nagari Ujung Gading terdiri
dari 57 mesjid dan 28 mushalla sebagai sarana ibadah seperti sholat berjamaah,
pengajian, serta pendidikan agama untuk anak-anak.
42
2.4 Pendidikan
Pola pikir masyarakat sering kali diukur pada tingkat pendidikannya, yang
mana semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin maju cara berfikir
masyarakat, sehingga mudah menerima dan mencerna nilai-nilai baru yang
masuk dalam masyarakat tersebut. Dari jumlah pendidikan yang ada saat
sekarang ini, di Nagari Ujung Gading dapat dilihat jumlah masyarakat dalam
tingkat pendidikan.
Tabel 2.7 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
NO Pendidikan Keterangan Jumlah
1 Lulus Pendidikan
Umum
Taman Kanak-kanak 1580
Sekolah Dasar 13188
SLTP 13471
SLTA 2007
Akademi (D1-D3) 1055
Serjana (S1-S2) 1203
2 Lulus Pendidikan
Khusus
Pendidikan Pesantren 138
Madrasah 372
Pendidikan Keagamaan 611
Sumber:Profil Nagari Ujung Gading 2017
2.5 Mata Pencaharian
Mata pencaharian merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh
nafkah guna mempertahankan hidupnya dalam memperoleh kesejahteraan dan
penghidupan yang layak. Berikut jenis mata pencaharian masyarakat Nagari
Ujung Gading. Dapat kita lihat bahwasanya mata pencaharian masyarakat
Nagari Ujung Gading bergerak disektor pertanian dan wiraswasta atau
pertukangan.
43
Tabel 2.8 Jumlah Penduduk Nagari Ujung Gading Menurut Mata
Pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah (orang)
1 Karyawan
a. Pegawai Nagari Sipil 774
b. ABRI 24
c. Polisi 24
d. BUMN 143
e. Swasta 872
2 Wiraswasta 2460
3 Tani 11717
4 Pertukangan 260
5 Buruh Tani 1013
6 Pensiunan 170
Sumber : Data Profil Nagari Ujung Gading 2017
2.6 Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Pasaman Barat cukup memadai
seperti Rumah Sakit ada 2, Puskesmas 3, Puskesmas Pembantu 3, praktek
Dokter (Umum, Spesialis) berjumlah 19, Posyandu 35, Polindes atau Poskesdes
tidak ada, dan Apotik/Toko Obat ada 17, jadi fasilitas kesehatan yang ada di
Kabupaten Pasaman Barat berjumlah 79, sedangkan di Nagari Ujung Gading
memiliki fasilitas kesehatan yang kurang memadai, hal ini dapat terlihat dari
ketersedianya fasilitas di wilayah Ujung Gading.
2.7 Tindak Kriminal
Dari data yang penulis dapatkan di Kantor Wali Nagari dan Polsek di
Nagari Ujung Gading dapat dilihat banyaknya data-data yang kurang lengkap
dan kurang dicantumkan dalam monografi keadaan di Nagari Ujung Gading dan
dari Kapolsek hanya sedikit data yang dapat ia berikan kepada peneliti lantaran
data yang digunakan sudah di tangguhkan ke Lapas Nagari Talu.
44
Tabel 2.9 Jumlah Peristiwa Tindak Kriminal
No Jenis Krimanal Diputuskan
1 Pembunuhan 3
2 Pencurian 12
3 Bunuh Diri 1
4
Perkelahian 2
5 Penculikan 3
6 Pencabulan 2
Sumber : Data Profil Nagari Ujung Gading 2017
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa tindakan krimamal yang terjadi di
Nagari Ujung Gading kurang begitu lengkap, beberapa data yang dapat gunakan
dalam mencari residivis di Nagari Ujung Gading.
45
BAB III
PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP RESIDIVIS
Seperti yang disampaikan dalam Bab 1, bahwa tujuan umum dari
penelitian ini adalah mendeskripsikan pandangan masyarakat terhadap residivis
di Nagari Ujung Gading. Tujuan khususnya adalah mendeskripsikan gambaran
residivis dan keluarga residivis, pandangan masyarakat terhadap residivis.
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka bab ini penulis akan memaparkan
temuan data yang didapat dilapangan selama proses penelitian. Temuan ini akan
dipaparkan dalam bentuk uraian kata-kata, argumentasi dan informasi guna
memberikan penjelasan yang lebih rinci sehubungan tujuan yang dijawab.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar ataupun melihat kasus
residivis yang dilakukan oleh orang yang sama dan yang telah pernah keluar dari
tahanan. Bagaimana fenomena residivis ini tentu menimbulkan berbagai
pandangan dan reaksi dari pemerintah maupun masyarakat yang berada di
Nagari Ujung Gading.
3.1 Latar Belakang Keluarga Residivis
3.1.1 Keluarga Residivis EF
Laki-laki 28 tahun ini bernama EF (nama inisial). Ia tinggal di Ujung
Gading, Jorong Maluku. EF adalah laki-laki yang berkulit hitam manis, dengan
bentuk badan yang tidak terlalu kekar dan rambutnya yang lurus, EF mempunyai
bekas luka tembak dikaki sebelah kanan. Ketika ditemui untuk diwawancara EF
memakai baju warna hijau pekat dan memakai jelana levis yang panjang, sambil
mangajak peneliti menuju rumahnya. Dari penampilan EF yang terlihat tenang
saat peneliti mewawancara dan sangat sopan ketika peneliti memulai wawancara
46
pengalaman hidupnya. EF bekerja sebagai pencuci motor di Ujung Gading, EF
adalah anak ke dua dari empat bersaudara dalam keluarganya. Ayah dan ibunya
berasal dari Nagari Ujung Gading yang bertempat tinggal di Jalan Maluku,
ibunya sudah meniggal dunia ketika EF dalam penjara. Ayahnya sekarang
memiliki istri baru dan sekarang EF memiliki ibu tiri. Ibunya EF kini berprofesi
sebagai ibu rumah tangga.
Pendidikan terakhir EF adalah SD, EF sudah menikah dua kali dan
bercerai satu kali. Mantan istrinya EP dan istrinya sekarang NA. residivis yang
pernah terpenjara akibat pencurian yang pernah ia lakukan, dimana kasus
tersebut membuatnya ditahan. Dimana pencurian yang ia lalukan berdampak
buruk bagi dia dan kehidupannya. EF merupakan anak ke dua dari empat
bersaudara yang berumur 28 tahun. EF mempunyai hubungan rumah tangga
yang tidak lancar dalam pernikahannya, dimana dia mengalami kegagalan dalam
berubah tangga dengan istri pertamanya dan sudah mempunyai seorang anak
perempuan, dalam pendidikan EF hanya bisa memasuki sekolah Dasar (SD). EF
mempunyai keluarga yang sangat bisa saja, dimana dia mempunya seorang
kakak laki, adik perempuan dan adik laki.
EF berasal dari Nagari Ujung Gading dan berdomisili di Jalan Pasar Lama.
Masa lalu EF dari sebelum residivis hanya bekerja seraputan dan tidak jelas apa
saja pekerjaan yang ia lakukan agar bisa membiayai kehidupannya, dalam
pergaulannya dengan orang EF cukup baik dan berteman dengan siapa saja.
Ketika dalam berteman EF yang ikut-ikutan mendapatkan masalah ketika EF
dan temannya mencuri disalah satu toko supermarket di daerah ujung gading dan
mencuru barang-barang yang biasa ia jual kembali seperti rokok dan makan-
47
makan ringan, ketika ia berhasil mengambil baranghasil curiannya, tidak
berselang lama salah satu penjaga toko terbangun dan mengejar EF dan teman-
temannya. Setelah mereka berhasil kabur dan menjual barang hasil curiannya,
beberapa hari berikutnya EF berhasil di tanggap dirumah tampa pelarian dari
polisi. Akibat pencurian yang ia lakukan di daerah Ujung Gading EF berhasil
diringkus pada tanggal 2013 dan di tahan kurun waktu enam bulan dalam
penjara. Setelah keluar dari penjara pada tahun 2014 EF melakukan pencurian
kembali dan ini ia lakukan di daerah kampung lain, pencurian ini ia lakukan
bersama temannya yang berbeda. Dalam aksi pencurian yang ia lakukan pada
malam hari, dimana ia akan mencuri sapi orang dan sudah menyiapakan segala
keperluan yang ia lakukan. ketika pencurian yang ia lakukan akhirnya ketahuan
oleh pemilik sapi dan dikejar oleh orang kampung dan EF bersama temannya
berhasil kabur.
Tidak sampai disitu saja, ketika EF melarikan diri dari kejaraan
masyarakat dilingkungan tempat ia mencuri EF berhasil melarikan diri ketempat
lain. Pada saat ia melarikan diri, EF terpisah dari temannya. Pada hari berikutnya
EF berhasil diringkus polisi, akan tetapi ketika ia hendak melarikan diri dari
kejaran polisi, tampa arahan polisi akhirnya menembak salah satu kaki kanan EF
agar tidak melarikan diri lagi. Setelah diringkus EF dibawa ke rumas sakit untuk
pengobatan oleh polisi sedangkan temanya juga berhasil diringkus. Tidak
berselang lama pada tahun yang sama EF di bebaskan dan hukuman yang ia
jalani juga enam bulan dan dibebaskan tampa biaya apa pun.
Setelah keluar penjara EF memulai kehidupan yang baru dan mulai
merubah perilaku yang merugikannya tersebut. Dimana ia mulai mencari
48
pekerjaan yang bisa ia lakukan, dan memulai kehidupan bersama istrinya.
Pekerjaan yang EF lakukan sebagai supir mobil dan membawa barang dari
Ujung Gading ke Medan, dalam kesehari-hariannya kadang EF juga memabntu
istrinya yang membuat julo-julo di kampungnya dan untuk menutupi kekurangan
dalam rumah tangganya sampai sekarang.
Dan hubunganya setelah keluar dari penjara dengan tetangga-tetangga lain
cukup baik dan masyarakat disekitar menerima EF dengan baik, dan tidak
banyak masyarakat yang berpandang negatif terhadapnya. Akan tetapi tidak juga
semua masyarakat yang memandang negarif ada juga masyarakat memandang
positif, dimana padangan negatif dari masyarakat terhadapnya adalah
masyarakat memandang residivis dangan pandanagn yang sedikit cemooh
terhadap dirinya. Sedangakan pandangan positif dari masyarakat tersebut dimana
dalam lingkungan tempat ia tinggal masyarakat sekitar mengikutinya dalam
acara-acara yang ada di kampung misalnya mengikuti sumbangan yang diadakan
di masyarakat dan ikut serta dalam gotong royong yang diadakan dalam
masyarakat, agar terjalin hubungan yang baik sesama masyarakat lainnya.
Persepsi dimasyarakat di Nagari Ujung Gading sebagai bentuk
pengetahuan objek dapat mempengaruhi seseorang untuk berfikir negatif dan
positif, persepsi juga tidak lepas dari pengetahuan kita terhadap yang dilihat atau
diteliti dalam lingkungan masyarakat. Dorongan dari keluarga dapat membantu
perubahan dan pandangan masyarakat melalaui tindakan dan perilaku dari
residivis dalam masyarakat tersebut.
49
3.1.2 Keluarga Residivis MA
MA adalah warga Ujung Gading Kecamatan lembah melintang. MA
mempunyai bentuk tubuh yang biasa saja, dan gaya rambut yang cukup
lumayan. ketika peneliti mewawancarai MA dia sedikit tenang, gaya pakaian
yang ia gunakan ketika wawancara dengan peneliti memakai pakaian abu dan
celana levis dan duduk di kursi yang sudah ada diruangan tamu mereka sambil
melihat peneliti mewawancarainya.
MA adalah anak ke dua dari enam bersaudara, dan memiliki seorang kakak
perempuan dan mempunyai adik laki-laki, perempuan. Kakak MA sudah lama
menikah dan tidak tinggal lagi dirumah mereka, sedangkan adik-adiknya ada
yang masih sekolah tingkat SMA dan yang sudah menempuh tingkat
Universitas. MA hanya lulus tingkat SMP dan tidak mau melanjutkan tingkat
pendidikan SMA, sudah bersusah payah orang tuanya menyuruh MA untuk
melanjutkan tingkat SMA akan tetapi MA menolak dan akhirnya orang tua
membiarkan MA tidak sekolah.
Setelah tidak sekolah dia melanjutkan untuk membantu pekerjaan orang
tuanya, yaitu pekerja sebagai pedagang barang harian. Tetapi, uang dari hasil
jualannya tidak semuanya memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Lantaran uang ia
hasil dengan membantu ayahnya tentu saja di bagi dua untuk biaya hidup adik-
adiknya dan orang tuanya. Dalam keseharian-hariannya dirumah tidak banyak
pekerjaan yang ia lakukan selain berjualan dengan ayahnya, tiap hari setelah
pulang dari jualan di pasti pergi dari rumah ketempat ia biasa nongkrong.
Dalam kehidupan MA dirumah, dia mempunyai kehidupan yang cukup
baik, baik dari segi rumah maupun dari segi ekonomi keluarganya. Akan tetapi
50
tidak dorongan dari luar membuat MA terpengaruh untuk memiliki yang lebih
besar lagi keuntungan yang ia ambil. MA sampai sekarang belum mempunyai
seorang istri dan masih bergantung kepada orang tuanya, akan tetapi akibat
tergantung kepada orang tuanya MA melakukan kejahatan yang menyebabakan
ia mendapatkan hukuman setimpal atas apa yang telah ia lakukan.
Pada tahun 2013 MA di penjara akibat terlibat dalam narkoba yang ia
lakukan dengan teman, dimana untuk mendapat keuntungan yang lebih banyak
dan mendapakan uang belanja, MA melakukan kejahatan dengan mejual
narkoba kepada orang yang sudah memesan kepadanya. Akan tetapi niat
jahatnya, dalam perjalanan untuk menjual barang tersebuat ia diringkus dengan
temannya tampa pelarian. Ketika ia ditahan di porles Ujung gading atas
kejahatan yang ia lakukan pihak polisi memberitahukan perbuatan anaknya
kepada orang tuanya.
Tanpa waktu yang lama orang tua MA pun bergegas pergi untuk melihat
anaknya yang sedang diriskus di kantor polisi tersebut. Pada masa tahan 2,5
tahun bersama temannya akibat kejahatan yang ia lakukan. setelah melalui masa
tahan pada tahun 2014 MA di bebaskan dari tahan. Setelah keluar dari penjara
MA melakukan kegiatan sehari-harinya kembali seperti biasa. Kedua orang tua
MA menasehati MA agar tidak melakukan kembali kejahatan yang ia lakukan
dan tidak membuat kedua orang tuanya cemas terhadapnya.
Tetapi nasehat yang diberikan kedua orang tuanya, tidak ia tanggapi. Pada
tahun 2015 MA di tahan kembali akibat perjudian yang ia lakukan bersama
teman-temanya, dan di tahan kembali selama 1 tahun. Akibat tindakan yang ia
lakukan kedua orang tuanya pun sedikit sedih akibat kelakuan anaknya.
51
Penjelasan diatas keluarga adalah salah satu orang yang dapat mempengaruhi
dan menesehati tingkah laku residivis dilingkungan masyarakat. Akibat
pengaruh lingkungan dan pergaulan membuat residivis merugikan dirinya dan
keluarganya di pandangan masyarakat.
3.1.3 Keluarga Residivis IN
IN adalah warga Ujung Gading dan bertempat tinggal di jln Sumba. Ketika
peneliti sedang mewawancarai IN dan keluarga respon dari keluarga sangat baik.
IN memiliki bentuk badan yang sedikit berisi dan memiliki warna kulit hitam
manis, dan ketika wawancara IN memakai baju putih dan celana pedek levis. IN
sudah tidak lama tinggal bersama kedua orang tuanya, lantaran dia sudah
memiliki keluarga sendiri dan jarak rumah orang tua IN dengan rumahnya
tidaklah jauh.
IN anak ketiga dari tiga bersaudara dan sudah berumur 35 tahun,
pendidikan terakhirnya SMP dan tidak mau melanjutkan kejenjang yang lebih
baik. IN memiliki kakak yang sudah memiliki keluarga lain, IN anak yang
paling kecil dirumahnya. Kehidupan IN dan keluarga sangat baik. IN nmenikah
pada usia 25 tahun dengan istri pertamanya dan memiliki 2 orang putra dan
putri. Keseharian IN hanya kerja serabutan saja, sampai ketika keputusan asanya
dalam menjalani kehidupan. Dimana untuk membiayai kehidupan keluarga.
Akibat dorongan yang kuat akhirnya IN bekerja sebagai penadah barang
curian orang lain, dan akibat pekerjaanya kehidupan ekonominya menjadi baik,
tidak berselang lama akhirnya IN di tangkap bersama barang curianya pada
tahun 2014 dan di penjara selama kurun waktu enam bulan. Setelah keluar dari
52
penjara pada tahun yang sama IN masih melakukan perbuatanya tersebut. Tidak
berselang lama, akhirya perinkahan yang ia jalani berujung dengan perceraian.
Pada tahun 2017 IN memulai lain kehidupannya dengan menikah kembali
dengan orang setempat tinggal dan mempunyai anak bersama istri keduanya.
Kehidupan ekonominya pun sangat bagus, karna ia membuat toko kecil (warung
kopi) di dekat rumahnya untuk para pemuda-pemuda kampung tempat ia tinggal,
akan tetapi pekerjaanya ia lakukan dulu tetapi ia kerjakan. Pada tahun 2018 ia
kembali masuok penjara akibat masih barang curiannya.
3.1.4 Keluarga Residivis SU
SU yang bertempat tinggal di Nagari Ujung Gading, yang beralamat di
jalan Tampus. SU yang sudah berumur 35 tahun merupakan anak ke 4 dari 4
bersaudara, sehari hari dikenal baik di masayarakat maupun keluarganya. Ketika
wawancara dengan SU dan keluarganya, SU memakai pakaian yang sopan dan
isrtinya. SU memilki bentuk tubuh yang sedikit berisi dan memiliki warna kulit
yang hitam manis. SU sudah lama menikah dengan istrinya dan sudah memiliki
seorang putri yang masih berumur 4 tahun, hubungan keluarganya dengan orang
tuanya sangat baik. SU tidak tinggal bersama dengan orang tuanya lagi, lantaran
dia sudah memiliki keluarga. Kehidupan ekonomi SU biasa saja, SU yang
berkerja sebagai tukang bangun untuk membiayia kehidupan keluarganya.
Sebelum menikah pada tahun 2014, SU sudah pernah masuk penjara
akibat pencurian dan perjudian yang dilakukan bersama teman-temannya yang
tidak jauh dari tempat mereka tinggal. Akibat kerisihan dari lingkunganya,
warga setempatpun melaporkan atas kejadian tersebut kepada pihak yang
berwajib, pada saat melakukan perjudian bersama rekannya, akhirnya ia
53
ditangkap dan di penjara selama 6 bulan masa penahananya. Setelah keluar pada
tahun yang sama SU mulai mencari pekerjaan dan menikah pada tahun tersebut.
Pada tahun 2015 SU kembali lagi kedalam penjara, akibat pencurian yang
ia lakukan di daerah lingkunganya, akibat laporan dari para tetangganya. Setelah
melalui tahanan selama 6 bulan, akhirnya SU keluar dari penjara. Setelah
beberapa bulan akhirnya SU memulai kehidupan yang normal dan tidak mau
mengulangi kesalahan yang sama lagi. dilihat dari kondisi ekonomi keluarga SU
cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga kecilnya.
3.2 Pandangan Masyarakat terhadap Residivis
Pandangan merupakan suatu proses pemahaman dan cara merasa lewat
pengalaman-pengalaman terdahulu atau dapat dikatakan sebagai satu bentuk
ekpresi dalam menanggapi suatu rangsangan atau stimulus yang datang diluar
individu. Dalam memandang suatu hal, baik perbuatan ataupun sesuatu yang lain
kita selalu mempunyai pendapat dan pandangan tersendiri yang mungkin
berbeda dari pendapat orang lain.
Pandangan yang dimiliki individu terhadap sesuatu akan mempengaruhi
tingkah laku individu terhadap sesuatu hal. Tingkah laku seseorang selalu
didasarkan atas makna hasil pandangan terhadap lingkungannya dimana dia
hidup. Seperti yang di ungkapakan bapak Jufri 60(tahun) selaku informan
sekaligus Kepala Jorong Pasar Lama
“ Menurut bapak residivis itu suatu tindakan yang tidak terpuji dalam
masyarakat. karna bisa mempengaruhi lingkungan tempat tinggal dan
sekitarnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan dalam suatu
masyarakat pada umumnya berasal dari luar (diri) dan dari dalam (diri)
masyarakat itu sendiri. Misalnya dalam berbagai kasus di daerah Ujung
Gading ini seperti perjudian, narkoba, pencurian. i” (wawancara tanggal
14 Desember 2018, 10.15 WIB)
54
Sedana dengan bapak Baromsyah 85(tahun) yang mengungkapkan
“ Residivis sebagai suatu tindakan kejahatan yang menurunkan moral
masyarakat, baik moral secara adat dimana masyarakat sudah tidak ada
lagi ras kepedulian terhadap lingkungan tempat ia tinggal. Dan moral
secara agama kejanggihan zaman salah satunya teknologi yang tidak
diimbagi dengan ilmu agama, dimana jaranganya pemuda-pemuda untuk
sholat kemesjid. Oleh itu solusinya orang tua harus menanamkan ilmu
agama agar tidak melakukan hal-hal yang dapat merugikan dan hal-hal
yang tidak diingikan tidak terjadi lagi”(wawancara pada tanggal 16
Desember 2018, 11.10WIB).
Dari hasil wawancara dengan ke 2 beliau mengungkapkan residivis yang
terjadi di Nagari Ujung Gading, akibat ketidak pedulian sesama lain dalam
bermasyarakat. Pandangan dari non masyarakat atau tokoh masyarakat bahwa
residivis seharusnya tidak dilakukan dengan alasan apapun karna masyarakat
mengangap residivis itu tersebut sebagai kejahatan dan pandangan masyarakat
tentu tidak lepas dari pandangan positif dan negatif.
3.2.1 Pandangan Positif Dalam Masyarakat
Pandangan positif membutuhkan cara berfikir, melakukan perbuatan
positif, hingga merasakan aura positif disekitar kita. Tentu dengan cara itu kita
dapat milihat satu pandangan khusus terhadap residivis dalam masyarakat.
Pandangan yang dimiliki seseorang individu terhadap sesuatu akan
mempengaruhi tingkah laku seseorang berdasarkan atas makna sebagai hasil
pandangan terhadap lingkungannya dimana dia hidup. Apa yang ia lukakan dan
mengapa seseorang melakukan atau tidak melakukan atas berbagai hal selalu
didasarkan pada batasan-batasan menurut pendapat sendiri secara relektif.
55
Dalam penelitian ini pandangan tersebut di pengaruhi oleh pandangan positif
dalam masyarakat terhadap residivis.
3.2.1.1. Berbaur dalam Masyarakat
Seperti yang di ungkapkan salah tetangga terdekat EF yang selalu
membantunya apa bila kesusahan dan selalu ada buat keluarga mereka Ibu
Eriana ( 44 tahun) menyatakan bahwa :
“sabananyo EF di dalam masyarakat elok-elok c nyo, iyo kadang bergaul
jo kawan-kawan dari lua. Kadang itu lo yang mambuek iyo baulah dan
mambuek kelakuan yang ka indak-indak c. Awak sebaga tetanggo nyo tu
tau iyo baa kelakuannyo. Iyo ramah yo ka urang dan kadang urang tu
salah paham c ka iyo dek iyo lah panah masuok panjaro tu ( Dalam
bahasa daerah Minangkabau) ( wawancara pada tanggal 05 Desember
2018).
“ sebenarnya EF dalam masyarakat sangat baik, dan juga karna
pergaulan dari luar yang kadang membuat selalu salah paham tentang dia
karan dia pernah masuok dalam jeruji besi dan sudah dianggap residivis
oleh masayakat sekitar ( Dalam bahasa Indonesia)
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa masyarakat tidak dapat
memberikan kepejayaan sepenuhnya kepada EF, sikap yang baik untuk kembali
berbaur dihargai oleh masyarakat.
3.2.1.2. Keperjayaan Masyarakat dalam Segi Pekerjaan
Pandangan masyarakat terhadap residivis menjadi faktor penghambatnya
residivis kembali berbaur, baik dalam segi pekerjaa. Seperti yang diungkapkan
ibuk Nyaik ( 43 tahun) tetangga EF yang mengungkapkan bahwa:
“ kalau diliek EF lai rajin karjonyo, soalnyo nampak dek ibuk iyo tiok hari
manjampuik julo-julo yang iyo buek samo istrinyo dan ciek lai iyo kadang
karajo supir oto ka medan dan pulang baliek lo. Kalau ibuk liek soal
karajonyo nan kini ndak yakin dia seorang residivis do. Tapi utung c lah
iyo lai nio barubah ka nan elok ( wawancara pada tanggal Selasa, 06
Agustus 2019)
56
Terjemahan:
“ dia itu baik dan rajin kerja, karna kadang ibuk melihat dia pergi kerja,
karna dia bekerja sebagai supir mobil dan pulang baliek dari Ujung
Gading ke Medan, dan juga dia bersama istrinya membuat kegiatan
seperti jula-jula dilingkungan masyarakat. Kalau ibuk lihat pekerjaanya
sekarang yang cukup baik dibanding dulu membuat ibuk tidak yakin dia
seorang residivis yang sudah berubah ( terjemahan dalam Bahasa
Indonesia)
Dari hasil wawancara dapat dilihat dari perubahan sikap dan tinggah laku
residivis untuk berubah dalam masyarakat. Karna pergaulan tempat tinggal yang
menerima serta pekerjaan yang EF lakukan dan keperjayaan yang di berikan
masyarakat kepada EF, untuk merubah prilaku dan sikapnya yang lama.
3.2.1.3. Partisipasinya dalam Organisasi
Dalam kegiatan masyarakat EF ikut berpartisipasi dalam sumbangan
masyarakat, keikut sertaannya dalam masyarakat, membuat masyarakat setempat
sudah banyak perubahan yang terjadi dalam dirinya setelah ia keluar dari jeruji
besi. Ikut serta dalam menolong masyarakat. Pandangan negatif masyarakat pun
tidak begitu banyak, sedangkan pandangan positif dari masyarakat dilihat dari
kesehariannya melakukan pekerjaan yang baik. Perubahan yang terjadi kepada
EF sudah banyak berubah lantaran kesopanannya kepada masyarakat, dan
masyarakat setempat pun tidak begitu takut terhadap EF lagi, apalagi kejadian
yang dulu menyebabkan memang untuk berubah total sampai sekarang. Seperti
yang diungkapan Bapak Yahdi:
“ bapak lihat dalam kegiatan, EF banyak beubahnya mulai dari tingkah
laku dalam masyarakat dan tindakan EF tersebut. Kalau apak liek dari
organisasinyo dalam masyarakat lumayan elok lah untuk iyo dan
masyarakat di lingkungan ko. ” (Pada tanggal 15 Agustus 2019)
Terjemahan:
“saya dapat melihat dalam kegiatan untuk megubah sikap dan tindakanya
dalam masyarakat. Dan ada pun kadang oraganisasi yang dilakukan
57
dalam masyarakat EF sering kali ikut dan perubahannya dalam
masyarakat membuat masyarakat tidak ragu lagi akan perubahan yang
EF lakukan.
Dengan partisipasi Residivis dalam acara-acara yang diadakan dalam
masyarakat menunjukan bahwa residivis memiliki keinginan untuk berubah dan
memperbaikai pandangan negatif masyarakat terhadap dirinya.
3.2.1.4. Perubahan Ekonomi
Disisi pekerjaan residivis dalam mendapatkan pekerjaan, karena pada
umunya perusahan atau pekerjaan swasta lainnya lebih enggan dalam
mempekerjakan residivis. Pandangan masyarakat mempengaruhi residivis untuk
berubah ke yang lebih baiknya, seperti yang di ungkapkan Dapat dilihat dari
kebiasaan masyarakat di Jalan Jawa yang beberapa rumahnya yang berkumpul,
dan jarang juga mereka gumpul bareng-bareng karna mempunyai tanggung
jawab sendiri dalam rumah tangga mereka. MA adalah residivis sudah keluar
masuk jeruji besi akibat kasus narkoba dan perjudian, ia jarang bergaul
dilingkungan tempat tinggalnya. Seperti yang diungkapkan oleh ibuk Dewi (53
tahun) tetangga terdekat MA yang mengatakan bahwa:
“ kalau wak liek kini ekonominyo, lah lah tamasuk kayo urang tu dan ndak
kakurangan apo pun, dan diliek dari karjo apak ea lai nyo bakabun. Beda
samo dulu urang tu cuman maandalan kabun c nyo , itu pu alaum lai adik-
adiknyo yang sakolah sado ea, itulah yang mambuek MA untuk mancari
jalan mudah c dulu. Tapi kini sukurlah keadaanyo keluarganyo kni pun
lah elok. ( wawancara pada tanggal 22 November 2018)
Terjemahan :
“ kalau dilihat sekarang perubahan ekonominyanya sudah membaik, dan
dilihat dari pekerjaan keluarganya pun sudah berubah. terbanding
terbalik dulu ketika keadaan keluarganya yang kekurangan biaya untuk
membiayai sekolah adik-adiknya..
58
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa perubahan faktor
ekonomi mempengaruhi seseorang untuk melakukan perbuatan buruk. Akan
tetapi perubahan juga membuat orang untuk mencapai nilai atau perubahan yang
baik dan di pandang positif oleh masayarakat.
3.2.1.5. Menambah Pergaulan
Dalam lingkungan pergaulan individu dalam kelompok sering dan
cenderung menirukan prilaku yang dilakukan dalam lingkungan pergaulan
tersebut. Menambahkan pergaulan dengan orang-orang yang sejalan dengan
tingkah laku dan norma-norma yang ada dalam lingkungan pergaulan tersebut.
Seperti yang diungkankan Ronal (33) tahun.
“ awak kadang baru lo bakawan samo iyo, siap iyo kalua dari panjaro.
Lantaran iyo bukak lapao disiko, jadi kadang wak pai ka lapauonyo tu
sakadar bacarito-carito baa yang iyo rasoan siap kalua panjaro tu, tu
lai ndak jeranyo lai dan awak manasehatinyo lo supayo ndak gulang
baliek karjo yang indak-indak tu.tiok malam duduk di kadai tampek IN
manggaleh minum, kadang awak liek ramai tampek yo tu, banyak
pemuda-pemuda antah dari mana tibo kasitu untuk minum kopi atau
untuk bacarito samo kawan lainnyo.” (wawancara pada tanggal 11
November 2018)
Terjemahan
“ saya berteman dengan dia setelah dia keluar dari penjara, sambil
bertukara cerita bagaimana selama ia di penjara. Dan bagaimana
persaannya siap keluar dari penjara dan juga saya memberikan
nasehata agar dia tidak mengulangga lagi kejahatan yang ia
lakukan.sering pergi minum kopi di tempak IN, terkadang saya lihat
tempay dia jualan sangat ramai dan di isi oleh pemuda-pemuda dari
lingkungan yang berbeda-berda..
Dari hasil wawancara di atas. Dapat disimpulkan bahwa pergaulan yang
residivis dapat dari sikapnya dan keterbukaannya kepada lingkung tempat
tingganlnya. Pandangan mereka terhadap residivis berbeda-beda, sehingga
residivis lebih memilih keterbukaanya kepada lingkunganya dan bergaul dengan
masyarakat yang lain.
59
3.2.2 Pandangan Negatif dalam Masyarakat
Banyak yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang, mungkin akibat
pengalaman yang pernah ia rasakan atau sudut pandang terhadap pengalaman
residivis dalam masyarakat. Pandangan inilah yang membuat seseorang
(residivis) terkadang di pandangan tidak akan pernah berubah dan selalu di
pandangan negatif.
3.2.2.1. Kurang Berbaur dalam Masyarakat
Orang-orang yang melakukan tindakan kejahatan tentu akan dikenakan
sanksi berupa hukuman penjara sesuai pasal yang dikenai. residivis yang sudah 2
kali masuk penjara dengan kejahatan yang sama . Seperti yang diungkapkan
Ibuk Nurni ( 51 tahun) warga Pasar Lama, sebagai tetangga dekat EF yang
mengungkapkan bahwa:
“ baa pun eloknyo residivis tu, namonyo c residivis kadang payah juo
awak maagih raso pajayo samo iyo, awak kon manusia biasonyo tentu
punyo raso camehnyo. Walaupun awak lah lamo tingga manampingan
samo rumahnyo. Sajak kaluo ko lai lah nampak barubah e nyo pun lai la
bisa mandakean diri ka lingkungan ko, namonyo c manusia tantu
adopunyo raso basalah ka urang. dalam bahasa Minangkabau) (
wawancara pada tanggal 01 Desember 2018)
Terjemahan :
“ bagaimana pun residivis itu, namanya juga residivis terkadang susah
untuk kita untuk memberikan keperjayaan walapun ada rasa cemas.
Walapun saya sudah lama tinggal dan sudah lama menetap tinggal di
lingkungan ini. Semanjak dia keluar dia benar-benar sudah meninggalkan
perilaku yang tidak baik, namanya manusia pasti cepat atau lama juga
akan berubah dan memperbaiki semua kesalahannya” ( translite dalam
bahasa Indonesia)
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa residivis dalam
masyarakat berfikir negatif, akan tetapi masyarakat juga tidak dapat memberikan
semua keperjayaannya teehadap residivis tersebut.
60
3.2.2.2. Ketidakperjayaan Masyarakat dalam Segi Pekerjaan
Sebagian masyarakat memandang residivis sebagai kejahatan yang kadang
dapat membuat masyarakat yang selalu waspada terhadap apa yang ia lakukan.
IN adalah residivis pada kasus curan motor dan lain-lain. Seperti yang di
diungkapkan oleh Butet ( 56 tahun) tetangga IN dan sudah lama mengenal IN
dari dulu yang mengatakan bahwa :
“ memang iyo lai nyo elok di kampung ko, tapi ndak tau awak di lua baa
kalakuannyo do, sebabnyo ajok pai-pai ntah kama. Tapi urang sakampung
ko lah tau baa iyo di lua, dan apo c kala kuannyo di lua kampung ko. Tapi
kadang awak sebangai masyarakat disiko kadang takuik-takuik juo kalau
ado barang-barang wak ado nan hilang. Memang iyo lai mambuka lapau
kopi kadang emang rami urang lapau nyo tu. Tapi pandagan masyarakat
ka iyo lah tau iyo tu baa-baa nyo. Iko c baru kalau io dari panjaro, duo
hari ko iyo baru di kampung ko, dek garo-garo bakaluannyo di kampung
urang jadi iyo di tahen dek polisi lo nyo balik dan ndak ado lo yo jera-jera
do”( wawancara pada tanggal 27 November 2018)
Terjemahan;
“ memang dia sangat baik di kampung ini, tapi saya tidak tahu bagaimana
di diluar kampung ini, karana dia sering-sering pergi untuk urusan yang
kurang saya ketahui. Tapi sebagai warga masyarakat saya merasa risih
dan ada ketakutan apabila barang-barang yang ada dirumah ini hilang.
Memang dia membuka subuah toke kopi bersama istri keduanya,dan saya
lihat banyak juga pemuda-pemuda berkumpul di toke kopinya tersebut.
Akan tetapi pandangan masyarakat terhadapnya sudah buruk, bukan
hanya di kampung ini akan tetapi kampung lain sudah banyak kenal sama
dia dan kejahatan apa saja yang ia lakukan. sedangkan sekarang saja
baru beberapa hari dia baru di bebaskan akibat kejahatan yang ia
lakukan dan tidaka ada untuk kejeraan buat dia.
Dari hasil wawancara dapat simpulkan bahwa residivis tersebut belum bisa
untuk berubah sepenuhnya. Dimana unsur kejeraan tidak dapat membuat
seseorang berubah seutuhnya.
61
3.2.2.3. Ketidak Ikutan Dalam Organisasi
Mereka yang melakukan penyimpangan sering di pandang sebagai
kejahatan yang sangat merugikan seseorang dan kadang berdampak tidak
menguntungan. Hal yang juga disampaikan oleh buk Siti 56(tahun)
“ awak alah lamo mengenal SU tu ma dari iyo ketek lai sampai kini,
dulunyo ndak bak itu karengkangnyo do, sampai kami tau iyo lah kanai
tangkok c dek polisi, tu nyo takajuik dan ibu mancaliek amaknyo. Kalau
ado kegiatan-kegiatan di masyarakat ko ndak baik itu bana yo ikuik do,
kok organisasi iyo lai ado, tapi itu pun kalau untuk gotong royong jarang
lah nampak iyo ( wawancara pada tanggal 11 November 2018).
Terjemahan:
“ saya sudah lama kenal dengan SU dari dia kecil sampai sekarang, dari
kecil dia tidak begitu nakalnya. Sampai hari ketika dia ditahan oleh aparat
kepolisian, itu membuat kami para tetangga kaget dan simpati kepada ibu
SU. Kalau soal gotong royong di kampung ini SU tidak pernah liat
wajahnya hadir, akan tetapi kalau dilihat sediri dia memang mempunyai
organisasi di masyarakat, akan tetapi itu pun jarang sekali hadir.
3.2.2.4. Pergaulan Sebelumnya
Pergaulan bisa berkembang karena adanya orang-orang yang dengan
pemikiran yang sama dalam pergaulan serta tujuan yang sama yang bertujuan
untuk menyatukan pengalam yang berbeda.
Seperti yang diungkapakan oleh masyarakat sekitar oleh Buyuong (29
tahun) tetangga SU yang mengatakan bahwa:
“kalau dalam masyarakat iyo kurang aktif lo dan kesannyo samo
masyarakat kurang elok lah, dek kalauan iyo kayak gitu. Sebagian
masyarakat ado yang kasihan samo iyo dan ado lo yang ndak nio bakawan
samo iyo. Dan awak lah kenal samo iyo dari dulu, dan ndak yang ko c
kelakuan nyo kayak gitu do dalam masyarakat ko, apo lai dalam
organisasi kadang iyo kurang aktif lo, jarang lah iyo untuk bergabung
samo pemuda-pemuda disiko” (dalam wawancara pada tanggal 12
November 2018)
Terjemahan:
“ kalau hubunganya sama masyarakat kurang aktif dan kesannya sama
masyarakat kurang begitu baik, karna kelakuannya yang tidak mau
62
berubah. dalam masyarakat ada yang kasihan dan ada juga yang mau
menerima dia atau berteman. Saya sudah kenal SU sudah lama, bahkan
dulu kami adalah teman baik, akan tetapi kelakuan dia seperti itu
membuat saya untuk menjauhinya. Dan dalam organisasi dia juga jarang
aktif .
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa pergaulan seseorang dapat
berubah seseorang tersebut kejalan yang tidak baik. Dalam pergulan kita di
ajarkan dalam mencari teman sebaiknya tidak ikut serta dengan apa yang ia
perbuat.
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan pandangan dari tetangga
dan teman sendiri berbeda-beda ada yang beranggapan positif dan negatif yang
dapat dilihat dari perlakuan masyarakat dan perubahan residivis dalam
masyarakat tersebut. Dari temuan hasil peneliti yang dilakukan peneliti, kepada
masyarakat yang terdiri dari tetangga dan tokoh masyarakat mempunyai
pandangan negatif dan positif akibat kejahatan yang ia lakukan berulang-ulang
kali masuk tahanan atau orang yang sama melakukan kejahatan yang berbeda-
beda (residivis). Pandangan masyarakat seperti tetangga, teman, dan tokoh
masyarakat sebagai non keluarga berpandangan bahwa kejahatan yang ia
lakukan (residivis) bukan pilih yang terakhir dalam kehidupan ini.
Dari hasil penelitian dapat dilihat kerlibatan residivis dalam masyarakat
berbeda-beda, seperti dalam kegiatan masyarakat dan kegiatan di luar
masyarakat. Maka pandangan dari masyarakat pun bisa dilihat dari pandangan
negatif dan positif dari masyarakat tersebut dalam menilai segala hal. Seperti
halnya yang terjadi di Nagari Ujung Gading yang melihat residivis, dalam
masyarakat sekitar atau ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang terjadi
63
dilingkungan tempat ia tinggal, seperti halnya yang diungkapkan oleh beberapa
residivis di masyarakat.
Hasil penelitian mengenai pandangan masyarakat terhadap residivis di
Nagari Ujung Gading, masyarakat dalam kesehari-hari saling berintegrasi
dengan sesama, entah kerabat, tetangga ataupun tempat dia sering untuk bertukar
fikiran. Awalnya masyarakat belum mengenal kata residivis itu apa, karna
mereka mengangap orang yang masuk penjara sebagai mantan narapidana.
Persepsi yang berbeda akan melahirkan perilaku yang berbeda, dimana perilaku
dapat di tafsirkan sebagai reaksi seseorang terhadap lingkungannya. Menurut
Sarwono persepsi seseorang terhadap orang lain tergantung pada komunikasi
yang terjadi, seperti gerak tubuh dan ekspresi wajah seseorang. Kecenderungan
untuk merespon secara positif dan negatif terhadap obyek yang disertai
kecenderungan untuk bertindak ( Sarwono, 2010:202-203).
Menurut Walgito persepsi individu dapat menyadari tentang keadaan
lingkungan yang ada disekitarnya, dan juga tentang individu yang bersangkutan.
Orang yang dipersepsikan dapat berbuat sesuatu terhadap orang yang
mempersepsikann, sehingga kadang-kadang hasil persepsi tidak sesuai dengan
keadaan sebenarnya. Orang yang di persepsikan dapat menjadi teman, namum
sebaliknya juga dapat menjadi lawan dari individu yang mempesepsikan (
Walgito, 1994:56).
Dalam mempersepsikan masyarakat dapat membedakan dengan melihat
keadaan seseorang tentang dirinya dan keadaan dirinya di lingkungan temat ia
tinggal. Pengelamanya dan tingkah lakunya tidak terlepas dari mempersepsikan
situasinya dalam lingkungan tempat residivis tinggal. Demikian pula
65
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Memang sulit untuk berbaur dengan masyarakat sekitar apalagi berbaur
dengan masyarakat tersebut karna sudah menyandang status residivis. Ada
sebagain residivis yang kadang mengikuti berbagai macam aktivitas masyarakat
misalnya mengikuti acara baralek, ikut gotong royong dan bahkan kadang
mengikuti organisasi pemuda di kampungnya sendiri.
Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, kadang memang sulit apa lagi
untuk mendapatkan keperjayaan dari masyarakat hanya sedikit saja, sehingga
membuat lapangan pekerjaan pun kadang hanya beberapa orang yang dapat
diyakani oleh masyarakat disekitar Ujung Gading
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pandangan masyarakat terhadap
residivis dapat disimpulkan antara lain:
1. Dalam melihat gambaran umum residivis dan keluarga residivis
ditemukan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi seseorang
melakukan kejahatan diantaranya dorongan untuk berubah, faktor
ekonomi dan dorongan yang buruk dari luar lingkungannya.
2. Pandangan masyarakat terhadap residivis yang melakukan kejahatan
membawa kecemasan tersendiri bagi masyarakat tersebut. Pandangan
penuh kecurigaan terhadap residivis walaupun perubahan positif yang
telah ditunjukan oleh residivis.
66
3. Pendidikan dan ekonomi yang di peroleh dari informan dilapangan,
dapat dilihat dari pekerjaan masing-masing informan. Dan melatar
belakangi melakukan tindak kejahatan dilihat dari faktor ekonomi
yang rendah yang menyebabkan seseorang mengambil jalan pintas.
Kemudian pendidikan yang rendah sangat mempengaruhi pola fikir
seseorang dalam mengambil tindakan yang cepat.
4.2 Saran
Adapun saran atau masukan yang diberikan untuk mengurangi tingkat
residivis di masyarakat antara lain:
1. Orang tua harus meningkatkan kepedulian dan kontrolnya terhadap anak
dan anggota keluarganya. Keluarga haruslah mempunyai waktu luang
untuk berbincang-bincang ataupun tukar fikiran dengan sesama
anggotanya. Serta bila kita punya masalah atau sedang menghadapi
sebuah masalah cobalah untuk bercerita kepada keluarga, teman atau
orang dapat kita perjayai sehingga dapat dicarikan solusinya.
2. Tokoh-tokoh masyarakat khususnya ninik mamak perlu sensitif dalam
menyikapi fenomena dalam perubahan sosial yang ada di masyarakat
dan mendorong masyarakat sekitar agar tindakan yang berlalu tidak
terulang lagi.
67
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abdulsyani.1987.Sosiologi Kriminalitas. Badung: CV Remadja Karya
Abdulsyani.2015.Sosiologi, Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: PT. Bumi
Abizar, Pemilihan Mutakhir Mengenai Taksonomi Tujuan Intstuksional
Pendidikan, Forum Pendidikan No 2, IKIP Padang
Afrizal.2014.Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung
Penggunaan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers. Aksara
Armico.
Bungin, Burhan(ed). 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Gunakaya, A Widiada.1988. Sejarah dan Konsepsi Pemasyarakatan. Bandung :
CV.
Jones, PIP. Pengantat Teori-Teori Sosial. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia
Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:PT. Remaja
Rosda karya.
,2004. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Penerbit Rosda
Pearso / allyn aud bacon. 2011. Perilaku Menyimpang, Devian Behavior, Padang
Populer Gramedia.
Priyono, Hendri B. 2002. Anthony Giddens: Suatu Pengantar. Jakarta:
Kepustakaan Raja Grafindo Persada.
Ritzer Georg. 2011. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. jakarta:
PT.
Sadli, Saparinah.1976. Persepsi Sosial Mengenai Prilaku Menyimpang. Jawa
Tengah
Saebani, Beni Ahmad. 2006. Sosiologi Hukum. Bandung: Pustaka Setia.
Sarwono.S.W.2002.Psikologi Sosial Individu dan Teori Psikologi Sosial.Balai
Pustaka.Jakarta
Shadily Hassan. 1993. Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Soekanto, Soerjono. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
68
Sugiyono.2012.Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&D.Bandung:alfabeta
Suhendi Hendi. 2001. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. Bandung: CV
Pustaka Setia
Walgito, bimo.2003.Psikologi Suatu Pengantar, yogyakarta: Andi Yogyakarta
Weda, Made Derma. 1996. Kriminologi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Wirawan. 2012. Teori –Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Jakarta: Kencana
Skripsi :
Gusef, Yolla. 2011. Adaptasi Kehidupan Sosial Mantan Narapidana Dalam
Masyarakat. Padang: Skripsi Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Andalas.
Rahmadika, Tria 2017. Pandangan dan Sikap Masyarakt Terhadap Bunuh Diri
Di Kabupaten Tanah Datar . Padang: Skripsi Jurusan Sosiologi FISIP
Universitas Andalas
Jurnal Ilmiah
Nasriyah.2017. Label pada Mantan Narapidana. Tanjung Pinang: Jurusan
Sosiologi. Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Rochaniningsih Nunung Sri,2014. Dampak Pengeseran Peran dan Fungsi
Keluarga pada Perilaku Menyimpang remaja.. SMP Negeri 1 Piyungan
Bantul ( diakses pada 12 maret 2018)
Dokumen
Kabupaten-Pasaman-Barat-Dalam-Angka-2017.pdf – Nitro Pro 8 (diakses 20
Desember 2017)
PP48 2014 Tarif PNBP Depag.pdf (diakses pada 15 Agustus 2017)
Internet
www.definisimenurutp araahli.com/pengertian-residivis/ ( diakses pada 11 juli
2018)