bab 1 pendahuluan 1.1 latar belakangscholar.unand.ac.id/51527/2/bab 1.pdf · 2019-10-23 · 1 bab 1...

69
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda-beda terhadap objek rangsang yang sama. Pandangan antara individu dengan individu lainnya tergantung pada kemampuan seseorang dalam menanggapi, menafsirkan, seperti penyimpangan sosial yang dilakukan seseorang yang mendorong perubahan dalam masyarakat itu sendiri. Banyak hal yang nerupakan pengalaman seseorang dapat mempengaruhi makna hasil persepsi terhadap kegiatan hubungan antar seseama, persepsi seseorang sangat tergantung pada banyak faktor yang membentuk pengalaman dalam masyarakat. Pandangan pengaruhi oleh ingatan tentang masa lalu dan kesan terhadap apa yang dihadapi saat ini ( Humsona, 2004:60) Menurut Rakhma (2008:51) pandangan adalah pengalaman objek, peristiwa atau hubungan-hubungan dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarkat secara umum di pengaruhi oleh faktor dalam diri maupun luar diri itu sendiri, karena itu dalam pembentukan kepribadian faktor individu akan di ikut sertakan terbentuknya kepribadian masyarakat tersebut ( Walgito, 2003:135) 1. Faktor Internal dalam diri individu dalam menanggapi pengaruh dari luar yang bisa diterima dan tidak bisa diterima dalam masyarakat. 2. Faktor Ekstern adalah keadaan individu yang merupakan stimulus untuk membentuk opini atau pun pendapat, misalnya dari keluarga ataupun disekitarnya.

Upload: others

Post on 03-Mar-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda-beda terhadap objek

rangsang yang sama. Pandangan antara individu dengan individu lainnya

tergantung pada kemampuan seseorang dalam menanggapi, menafsirkan, seperti

penyimpangan sosial yang dilakukan seseorang yang mendorong perubahan

dalam masyarakat itu sendiri. Banyak hal yang nerupakan pengalaman seseorang

dapat mempengaruhi makna hasil persepsi terhadap kegiatan hubungan antar

seseama, persepsi seseorang sangat tergantung pada banyak faktor yang

membentuk pengalaman dalam masyarakat. Pandangan pengaruhi oleh ingatan

tentang masa lalu dan kesan terhadap apa yang dihadapi saat ini

( Humsona, 2004:60)

Menurut Rakhma (2008:51) pandangan adalah pengalaman objek,

peristiwa atau hubungan-hubungan dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarkat secara umum di

pengaruhi oleh faktor dalam diri maupun luar diri itu sendiri, karena itu dalam

pembentukan kepribadian faktor individu akan di ikut sertakan terbentuknya

kepribadian masyarakat tersebut ( Walgito, 2003:135) 1. Faktor Internal dalam

diri individu dalam menanggapi pengaruh dari luar yang bisa diterima dan tidak

bisa diterima dalam masyarakat. 2. Faktor Ekstern adalah keadaan individu yang

merupakan stimulus untuk membentuk opini atau pun pendapat, misalnya dari

keluarga ataupun disekitarnya.

2

Istilah community diartikan sebagai masyarakat setempat yang merujuk

pada warga sebuah desa, kota, suku, atau bangsa yang memiliki lokalitas atau

tempat tinggal tertentu, memiliki kepercayaan tertentu, memiliki upacara-

upacara tertentu dan memiliki hubungan sosial dalam kehidupannya, dapat

dikatakan bahwa masyarakat setempat menunjuk pada bagaian masyarakat yang

bertempat tinggal disuatu wilayah dengan batas-batas terntu dimana faktor

utama yang menjadi dasar interkasi yang lebih besar dianggota para anggota,

dibandingakan dengan penduduk diluar batas wilayah (Soekanto, 1982:132-

133). Menurut Comte, (dalam Lawang, 1986:82). Masyarakat merupakan suatu

keseluruhan organik yang terdiri dari kelompok-kelompok makhluk hidup

dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya

sendiri

Masyarakat merupakan fonemena kehidupan sosial yang dinamis,

kedinamisan masyarakat itu sendiri menjadi sebuah identitas majemuk yang

terdiri dari berbagai macam golongan atau kelompok sosial yang masing-masing

memiliki ciri-ciri atau identitas sendiri (Suparlan, 2004:26). Masyarakat adalah

golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang saling

mempegaruhi satu sama lain. Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu

berubah, yang hidup karena proses masyarakat yang menyebabkan perubahan

dan mengenal kehidupan yang teratur dan aman (Shadily, 1993:47).

Perilaku menyimpang dapat diartikan sebagi tingkah laku yang melanggar

atau bertentangan dengan aturan normatif. Menurut Lemert (dalam Sadli,

1976:19), peyimpangan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu

penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder. Penyimpangan primer

3

adalah suatu bentuk perilaku menyimpang yang bersifat sementara dan tidak

dilakukan terus-menerus sehingga masih ditolerir masyarakat seperti melanggar

lalu lintas, buang sampah sembarangan. Sedangkan penyimpangan sekunder

yaitu perilaku menyimpang yang tidak mendapat toleransi dari masyarakat dan

umumnya dilakukan berulang kali seperti merampok, menjambret, memakai

narkoba dan lain-lain dapat disebut sebagai perilaku menyimpang.

Menurut Becker (dalam Arfian, 2010). Penyimpangan bukanlah kualitas

dari suatu tindakan melainkan konsekuensi atau akibat dari adanya peraturan dan

diterapkannya sanksi sanksi oleh masyarakat. Mendefinisikan perilaku

menyimpang sebagai setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri

dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam

masyarakat. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku

menyimpang adalah semua tindakan yang bertentangan atau tidak sesuai dengan

norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha

dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang

menyimpang tersebut.

Dalam masyarakat yang sedang berkembang, biasanya perilaku

menyimpang mempunyai kecendurungan untuk bertambah, baik kualitas

maupun kuantitasnya. Dalam keadaan orang-orang atau kelompok-kelompok

mengadakan reaksi untuk pencapaian dengan melanggar batas ukuran keadilan.

Timbullah akibat yang merupakan penyimpangan yang merupakan sebab baru

bagi masyarakat tidak dapat dikendalikan secara logis.

Menurut Abdulsyani, menyatakan perilaku menyimpang merupakan

stimulasi timbulnya reaksi masyarakat. Dimana reaksi masyarakat tersebut

4

bermacam-macam, tergantung pada sedikit atau banyaknya kejahatan yang

dilakukan resedivis yang dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Dari

beberapa faktor reaksi masyarakat pada umunya:

1. Warga masyarakat merupakan pengemban berbagai peranan sosial,

yaitu mengenai pembentukan pola-pola perilaku positif, maka sudah

barang tertu segenap masyarakat tersebut tidak rela jika norma-norma dan

nilai-nilai sosialnya mendapatkan pelanggaran. Jika ada perilaku

menyimpang dari nilai-nilai dan norma-norma yang ada, maka masyarakat

akan segala melakukan reaksi sebagai usaha normalisasi.

2. Berkembangnya pergaulan hidup yang tidak hanya bergantung pada

faktor intren memungkinkan terjadinya perubahan sikap, tingkah laku,

kepentingan dan harga diri. Hal ini dapat menarik perhatian masyarakat

untuk memberikan reaksi positif maupun negatif.

3. Kecendurungan peranan sosial masyarakat bertambah, terutama dalam

masyarakat yang sedang berkembang. Maka apapun aksi yang dijelmakan

dalam masyarakat tentu dapat menimbulkan tanggapan dari masyarakat

yang bersangkutan, baik atau buruknya akibat reaksi tersebut tergantung

pada akibat dari aksi terhadap kepentingan masyarakat tersebut.

4. Orang atau sekelompok orang yang telah mendapatkan cap penjahat

berada di tengah-tengah masyarakat, maka baik langsung maupun tidak

dapat menimbulkan reaksi masyarakat. Paling tidak reaksi tersebut berupa

kewaspadaan terhadap orang-orang yang di anggap menyandang cap

penjahat.

5

Faktor pendorong yang menyebabkan masyarakat mengadakan reaksi

terhadap perilaku menyimpang, pada dasarnya merupakan perjuangan

masyarakat untuk mencapai berbagai harapan dan tujuannya. Residivis yang

telah kembali ke dalam masyarakat sering di pandang negatif. Pandangan

seseorang tidak mudah diungkap secara lengkap dan rinci, lebih-lebih apabila

orang tersebut tidak bersikap terbuka. Banyak hal yang dapat mempengaruhi

makna hasil persepsi terhadap kegiatan hubungan antara manusia dalam

masyarakat. Selain tergantung dari bentuk dan proses intereksinya (Human,

2004:64).

Pandangan masyarakat adalah pandangan seseorang dalam menilai suatu

objek tertentu menyangkut apa saja. Objek pandangan yang di maksud disini

adalah pandangan masyarakat terhadap kasus residivis. Dalam kehidupan sosial,

cara pandangan akan selalu timbul dari individu sesuai dengan fenomena sosial

yang mereka alami. Pada akhirnya dapat di ambil suatu kesimpulan, bahwa

pandangan masyarakat terhadap residivis di Nagari Ujung Gading dapat dilihat

dari sudut pandangan baik dilihat dari diri individu maupun di luar individu,

lingkungan sekitar maupun lingkungan masyarakat lainnya.

Dari sekian banyak jumlah residivis di Nagari Ujung Gading, peneliti

mengambil berdasarkan tabel yang mengambar tentang data residivis di Nagari

Ujung Gading, Kecamatan Lembah Melintang, Kabupaten Pasaman Barat dari

tahun 2013-2017.

6

Tabel 1.1

Jumlah Residivis Lembah Melintang Tahun 2013-2017

No Alamat Perkara/

Kasus

Tahun

Keluar Resedivis

1 Jorong Tampus Nag.Ujung Gading

Kec. Lembah Melintang

Pencurian,

pejudian,

narkoba

2013 3

2 Jorong Sumba Nag. Ujung Gading

Kec. Lembah Melintang Pencurian 2014 4

3 Jorong Jalan Jawa Nag. Ujung

Gading Kec. Lembah Melintang

Pencurian/

Narkoba/

Perjudian

2014 3

4 Jorong Pasar Lama Nag.Ujung

Gading Kec. Lembah Melintang Pencurian 2015 2

5 Jorong Kuamang Nag. Ujung Gading

Kec. Lembah Melintang Pencurian 2015 4

6 Jor.Ranah Salido Nag.Ujung Gading

Kec. Lembah Melintang

Penggelap

an 2016 2

7 Jln.Lombok Nag Ujung Gading Kec.

Lembah Melintang Pencurian 2017 2

8 Air Bayang Jor. Koto Pinang Nag.

Ujung Gading Kec. Lembah

Melintang

Penipuan 2017 2

9 Air Bayang Jor. Koto Pinang Nag.

Ujung Gading Kec. Lembah

Melintang

Pencurian 2017 2

Jumlah 24

Data primer : Kapolsek Lembah Melintang

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, pandangan positif maupun pandangan

negatif dari masyarakat yang melakukan prilaku menyimpang di Nagari Ujung

Gading. Pendapat negatif dari masyarakat terhadap residivis, dimana masyarakat

memandang residivis sebagai yang harus dihindari akibat perbuatan yang ia

lakukan dalam masyarakat( jarang sekali ikut organisasi dalam masyarakat).

Sementara pandangan positif dari masyarakat adalah dilihat dari tindakan ia

ambil dalam bermasyarakat seperti(gotong royong, ikut dalam pengurus pemuda

7

dan ikut dalam berpartisipasi dalam kegiatan yang berhubungan dengan

masyarakat disekitar).

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk

mengetahui”Bagaimana Pandangan Masyarakat Terhadap Residivis ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan

diatas, maka penelitian ini mempunyai tujuan:

Tujuan umum

Untuk mendeskripsikan pandangan masyarakat terhadap residivis di

Nagari

Ujung Gading, Kecamatan Lemabah Melintang, Kabupaten Pasaman Barat.

Tujuan khusus

a. Mendeskripsikan latar belakang keluarga residivis

b. Mendeskripsikan pandangan masyarakat terhadap residivis

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

a. Memberikan informasi dan kontribusi yang berhubungan dengan

penyimpangan sosial. Dengan mengadakan penelitian ini, di

harapakan mampu memberikan pemahaman yang jelas mengenai”

pandangan masyarakat terhadap residivis”

b. Penelitian ini berguna bagi peneliti sebagai syarat menyelesaikan

kuliah S1 di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik

Universitas Andalas.

8

c. Sebagai bahan rujukan penelitian berikutnya.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada masyarakat di

Nagari Ujung Gading agar tidak melakukan tindakan meyimpang. Kemudian

rujukan bagi lembaga pemerintahan dan lembaga sosial dalam menanggulangi

masalah residivis di Nagari Ujung Gading.

1.5 Tinjauan Pustaka

1.5.1 Tinjuan Sosiologis

Paradigmana Definisi Sosial menyatakan bahwa tindakan manusia menjadi

satu hubungan sosial apabila manusia memberikan arti atau makna tertetu

terhadap tindakannya itu, pemahaman terhadap suatu tindakan mentukan

terhadap kelangsungan proses interksi sosial ( Ritzer, 1992:68). Menurut Kurt

Lewin dalam Yusuf 1991:107 tentang konsep presepsi yang di hubungankan

dengan aksi. Presepsi merupakan “ pemaknaan hasil pengamatan”, proses

pembentukan presepsi berawal dari ditangkapnya stimulasi. Terjadinya interaksi

dari proses seleksi, sehingga menghasilkan respon. Persepsi pada berbagai

masyarakat

Persepsi juga merupakan suatu proses untuk penilian, tanggapan,

pandangan dan pengamatan atau fakta. Dalam pelaksanaannya setiap individu

mempunyai kemampuan presepsi masing-masing sesuai dengan pemahaman dan

pengetahuan pada objek yang diteliti. Oleh karenanya presepsi itu tidak terlepas

dari seseorang tentang suatu objek, sebabnya muncul persepsi di mulainya

dengan rasa pegetahuan tentang suatu objek.

9

1.5.2 Persepsi

Persepsi adalah seluruh proses manusia secara sadar yang di tentukan oleh

faktor dalam diri individu dan faktor situasi yang mengenainya. Persepsi adalah

suatu yang di bayangkan individu terhadap objek tertentu atau dapat diartikan

sebagai kemampuan individu dalam mengorganisir pengamatan terhadap

objektivitas. Dengan demikian persepsi seseorang merupakan proses yang aktif

dimana yang memengang peranan penting adalah bukan stimulus yang hanya

menganiaya, tetapi juga sebagai kesatuan dari pemahaman, motivasi dan sikap

relavan dengan stimulus tesebut ( Sadli, 1980:27).

Dari yang dikemukan oleh Sapardinah Sadli dapat diartikan persepsi

sebagai kemampuan seseorang dalam memotivasi, sikap pengetahuan dan

pengalaman sesuatu hal tersebut. Pengetahuan terhadap objek juga

mempengaruhi seseorang untuk berfikir positif maupun negatif, olah karena itu

munculnya suatu persepsi tidak akan terlepas dari pengetahuan kita terhadap

suatu objek.

Menurut Sarwono (1983:43) perbedaan persepsi terjadi karena perbedaan

fokus perhatian dalam mengamati objek, latar belakang kebutuhan yang sudah

ada dalam kehidupannya. Lebih jauh lagi persepsi di pengaruhi oleh masa

lampau pendidikan dan lingkungan sosial, pemahaman, penafsiran, pendapatan

seseorang atau kelompok lainya, karena berbedanya kencendurungan dalam

pengalaman masing-masing. Persepsi yang berbeda akan melahirkan perilaku

yang berbeda pula dimana pelaku dapat ditafsirkan sebagai reaksi psikis

10

seseorang pada lingkungan dimana reaksi dapat berbentuk aktif dengan tindakan

nyata.

Persepsi merupakan tingkah laku selektif dan bertujuan. Untuk pencapaian

makna, bahwa makna tersebut yang menjadi persepsi seseorang akan

mempengaruhi suatu tindakan sehingga membentuk pola-pola tertentu dan suatu

sistem pemikiran (H.b Sutopo, 2002 : 180–181). Berdasarkan beberapa

pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan pencapaian

makna yang diperoleh seseorang melalui pancaindera dan makna ini

mempengaruhi tindakan sehingga membentuk pola-pola dan sistem pemikiran.

Persepsi seseorang dalam menangkap informasi dan peristiwa-peristiwa

dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: 1) orang yang membentuk persepsi itu

sendiri, khususnya kondisi intern(kebutuhan, kelelahan, sikap, minat, motivasi,

harapan, pengalaman masa lalu dan kepribadian), 2) stimulus yang berupa obyek

maupun peristiwa tertentu (benda, orang, proses dan lain-lain), 3) stimulus

dimana pembentukan persepsi itu terjadi baik tempat, waktu, suasana (sedih,

gembira dan lain-lain).Jadi persepsi adalah suatu tanggapan atau penilaian

terhadap sesuatu yang menjadi stimulus yang diwujudkan dalam bentuk

keputusan yang dinyatakan dalam sikap atau perilaku seseorang terhadap

stimulus yang merangsangnya.

Persepsi yang ada dalam masyarakat merupakan interprestasi masyarakat

terhadap kondisi-kondisi sosial yang mempengaruhi tindakan individu terhadap

individu lain, kondisi sosial ini meliputi hubungan sosial dengan interaksi sosial.

Oskamp dan Sadli (1976) mengemukakan 4 karateristik penting dan faktor-

faktor dan sosial yang dapat mempengaruhi persepsi seseorangyang terdiri dari:

11

1. Faktor ciri-ciri khas objek stimulus yang terdiri dari:

a. Nilai: ciri-ciri dari stimulus dan nilainya bagi subjek yang

mempengaruhi

stimulus tersebut di persepsikan.

b. Arti stimulus: suatu yang mengancam atau menyenagkan dalam

mempengaruhi persepsi seseorang.

c. Familiaritas: pengenalan berdasarkan ekspose yang berkali-kali dari

suatu stimulus akan mengakibatkan stimulus tersebut di persepsikan

lebih akurat.

2. Faktor pribadi, yang termasuk kedalam ciri khas individu seperti taraf

kecerdasaan dan emosional.

3. Faktor pengaruh kelompok artinya respon orang lain dapat menimbulkan

perubahan persepsi seseorang.

4. Faktor lingkungan, dimana lingkungan sekitar individu mempengaruhi

persepsinya terhadap sesuatu.

Dalam Abizar(1991-58) persepsi merupakan kumpulan atau organisasi

dari kemauan memberikan penilaian, tanggapan, pandangan, dan pengamatan

pada suatu fenomena. Persepsi terdiri dari tiga aspek utama sekaligus terlihat

indekator dari persepsi dalam diri dengan indikator yang meliputi aspek.

1. Aspek kognitif yaitu aspek pengetahuan dan pemahaman responden

terhadap objek yang diamanti. Dimana pengetahuan responden akan

mempengaruhi persepsinya terhadap tindakan residivis.

2. Aspek afektif yaitu penilian seseorang, kesukaan atau respon emosional

terhadap seseuatu.

12

3. Aspek behaviour usaha yang dilakukan oleh responden sehubungan

dengan adanya objek yang diamati. Berarti responden mempunyai hak

untuk menentukan pendapanya tentang residivis.

Dalam mempersepsikan sesuatu dalam masyarakat kemungkinan berbeda,

pada dasarnya beberapa hal menyebabkan segala sesuatu di persepsikan olah

individu, yaitu latar belakang dan keberadaan individu itu sendiri (Sarwono,

1983:44). Semakin baik persepsi seseorang terhadap suatu objek maka baik pula

penerimaanya.

Dari penjelasan diatas, bagaimana pandangan masyarakat terhadap

residivis. Dalam hal ini peneliti mengaitkan dengan teori persepsi dalam

mengorganisir pengamatan terhadap objek yang diteliti dalam masyarakat,

bagaimana masyarakat menanggapi reseidivis dilingkungan masayarakat.

1.5.3 Pengertian Residivis

Menurut Sitohang, residivis yang lebih dua kali menjadi penghuni lembaga

pemasayarakat merupakan residivis yang melakukan kejahatan, sehingga terkena

hukuman kembali ( Nurrahman, 2012). Menurut komisi hukum residivis

Amerika Serikat (2004 :3), ada dua substansi dalam defenisi residivis, yang

pertama disebut primer, definisi termasuk pada kejadian pada seseorang yang

diikuti oleh tiga tipe kejadian selama permulaan pelanggaran sebelumnya dari

masyarakat, yaitu:

1. Mengulangi pelanggaran baru

2. Penahanan kembali tanpa pendirian disposisi informasi setelah

pembebasan dari catatan krimanal

13

3. Pencabutan kembali supervisi atau masa tahanan.

Definisi pengulangan perilaku residivis yang kedua didefenisikan untuk

kejadian pengulangan. Definisi yang kedua yaitu residivis akan terhitung sebagai

kejadian pertama dari pengulangan perilaku untuk kejahatan yang baru selama

permulaan untuk kembali pada masyarakat.

Nathan D, Madel, dkk.(1965), mendefinisikan residivis adalah seseorang

yang telah bebas dari suatu institusi tahanan dan terus-terus menjadi pelanggar

hukum yang kronis atau berbuat satu atau lebih dari kejahatan yang serius.

Residivis sebagai suatu pengulangan perilaku kejahatan akan dapat diungkapkan

dengan melihat kecenderungan tingkah laku individu yang mengarah pada

perilaku kejahatan. Secara umum dapat disimpulkan bakwa kecendurungan

residivis merupakan kecenderungan pengulangan menjadi pelanggar hukum

dalam berbuat satu atau lebih kejatahan yang sama atau berbeda. Faktor yang

mempangaruhi residivis yaitu :

1. Lingkungan Masyarakat

Suatu masyarakat apabila seseorang yang berperilakunya menyimpang

atau menyalahi norma yang telah disepakati maka akan menimbulkan akibat

dalam masyarakat, ada yang bersifat positif dan juga negatif. Berbentuk positif

dari masyarakat akan menimbulkan suatu perubahan dan gejala sosial dan hal ini

dapat memicu timbulnya kreatifitas manusia untuk menanggulanginya dan

mencari penyelesaian yang sesuai dengan norma yang dilanggar, sedangkan

dampak negatif menimbulkan dari perilaku yang menyimpang akan

menyebabkan ketenangan dan ketentraman serta akan menimbulkan tidak

14

terciptanya ketertiban dalan masyarakat yang melakukan perilaku penyimpangan

( Azriadi, 2011:18).

2. Dampak dari Prisonisasi merupakan proses penyerapan tatacara

kehidupan dalam lembaga masyarakat yang dapat mengubah sikap dan perilaku

residivis. Didin Sudirman menyatakan bahwa prisonisasi bukanlah hal yang baru

dalam sistem pemasyarakatan yang diartikan sebagai suatu hal yang buruk

menjadi pengaruh negatif terhadap residivis dimana pengaruh itu berada dari

nilai dan budaya penjara.

Menurut prasetyo ( 2010: 192), residivis menurut sifatnya terbagi dua

yaitu:

1. Residivis Umum

- Seseorang yang telah melakukan kejahatan

- Terhadap kejahatan mana telah di jatuhi hukuman yang telah

di jalani

- Kemudian ia mengulangi kembali setiap jenis kejahatan

- Maka pengulangan ini dapat dipergunakan sebagai dasar

pemberatan hukuman

2. Residivis Khusus

- Seseorang yang melakukan kejahatan

- Telah dijatuhi hukuman atas kejahatan tersebut

- Setelah menjalani hukuman ia mengulangi melakukan

kejahatan

- Kejahatan yang merupakan kejahatan sejenis

15

Sesorang residivis dengan berbagai masalah yang menimpa seperti

penangkapan, penyidikan, cemoohan, anggapan negatif masyarakat terutama di

lingkungan tempat tinggalnya. Keadaan yang buruk membuat seseorang

mengingat kembali pengalaman masa lalunya sebagai sebuah proses

pembelajaraan yang nantinya membuatnya bisa lebih baik dari sebelumnya

(dalam skripsi sari, 2015).

1.5.4 Persepsi Masyarakat

Persepsi masyarakat adalah suatu proses dimana sekelompok manusia

yang hidup dan tinggal bersama dalam wilayah tertentu dan memberikan

pemahaman atau tanggapan hal-hal atau peristiwa yang terjadi di lingkungannya.

Ada 3 faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat, yaitu:

1. Pelaku persepsi

Bila seseorang memandang suatu objek dan mencoba menafsirkan apa

yang ia dilihatnya dan penafsiran itu mempengaruhi oleh karakteristik

pribadi dari pelaku persepsi idividu itu.

2. Target atau objek

Karakteristik dan target yang diamati dapat mempengaruhi apa yang

dipersepsikan. Target tidaka di pandang dalam keadaan terisiolasi,

hubungan suatu target dalam latar belakangnya mempengaruhi persepsi

seperti kecenderungan untuk mengelompokkan sesuatu yang berkaitan.

16

3. Situasi

Penting bagi kita untuk melihat konteks objek atau peristiwa sebab

unsur-unsur lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi (Robins,

2001:189)

Pada akhirnya di ambil satu kesimpulan, bahwa pandangan masyarakat

terhadap residivis di Nagari Ujung Gading dilihat dari sudut pandang dari diri

individu maupun dilhat dari luar individu seperti lingkungan keluarga,

lingkungan masyarakat, agama dan lingkungan pergaulan yang terjadi.

1.5.5 Konsep Keluarga

Keluarga adalah kelompok yang memiliki hubungan perkawinan atau

memiliki hubungan darah, yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Ada dua

dimensi untuk menjelaskan konsep keluarga, yaitu dimensi yuridis dan dimensi

sosiologis. Secara yuridis, seseorang yang telah melangsungkan perkawinan

dengan mengikuti aturan hukum yang berlaku. Secara sosiologis, seseorang yang

tidak melangsungkan pernikahan perkawinan dan hanya berkumpul bebas

(freesex, kumpul kebo, dan lain sebagainya) (Suhendi, 2001:41).

Keluarga menurut Hammudah Abd al-Ati dalam Suhendi (2001:61) adalah

suatu struktur yang bersifat khusus dan antara satu sama lainnya mempunyai

ikatan, baik akibat hubungan darah ataupun pernikahan. Ikatan tersebut

mengakibatkan adanya sikap salin berharap (mutual Expectation) yang sesuai

dengan ajaran agama, dikukuhkan secara hukum, serta secara indivividu saling

mempunyai ikatan batin. Keluarga merupakan institusi dasar yang memiliki

peran yang besar dalam pembentukan karakter anak. Melalui proses pengasuhan

serta pemberian teladan diharapkan akan berpengaruh pada perkembangan anak

17

yang di dalamnya meliputi moral, loyalitas dan sosialisasi anak. Keluarga adalah

tempat yang utama dimana seorang anak melakukan proses sosialisasi tentang

norma dan nilai ( Sri, 2014).

1.5.6 Penelitian Relevan

Penelitian relevan dapat mengkonfirmasikan mengenai hasil-hasil studi

yang berkaitan erat dengan topik yang akan diteliti. Hal ini juga berguna untuk

menghubungkan studi yang akan dilakukan dengan studi-studi yang pernah

dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian relevan juga akan menjelaskan

kedudukan penelitian dalam kajian yang sama (Afrizal, 2104:123)

Penelitian mengenai pandangan masyarakat terhadap residivis, Gusef

(2011) yang berjudul “ Adaptasi Kehidupan Sosial Mantan Narapidana Dalam

Masyarakat” penelitian ini memiliki tujuan, (1) Mendeskripsikan adaptasi

mantan narapidana dalam kehidupan masyarakat, (2) Mendeskripsikan adaptasi

mantan narapidana dari segi pekerjaan, (3) Mendeskripsikan pandangan

masyarakat terhadap kehadiran mantan narapidana di lingkungan mereka. Hasil

penelitian tersebut menunjukan bahwa mantan narapidana yang terpidana di atas

5 tahun di kota bukitinggi akibat tindak kriminal yang dominan. Faktor-faktor

yang berlangsungnya suatu proses interaksi di masyarakat antara lain:

a. Imitasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses interaksi

sosial,

b. Sugesti proses dimana seseorang individu menerima penglihatan atau

pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu,

c. Indetifikasi kecendurungan-kecendurungan atau keinginan dalam diri

seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain,

18

d. Simpati dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain, didalam

prosesini perasaan memengang peranan yang sangat penting.

Penelitian dari Alie (2015) yang berjudul “Tinjauan kriminologis terhadap

anak sebagai Residivis“ dalam penelitian ini memiliki tujuan, (1) untuk

mengetahui faktor-faktor anak sebagai pelaku tindak pidana menjadi residivis,

(2) untuk mengetahui pencengahan dan penanggulangan terhadap anak sebagai

pelaku tindak pidana yang menjadi residivis.

Adapun yang membedakannya dengan rencana penelitian ini adalah lebih

fokus pada pandangan masyarakat terhadap residivis di Nagari Ujung Gading.

Menurut peneliti belum ada penelitian tentang residivis yang mengakaji

bagaimana masyarakat menyikapati peristiwa tersebut.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Pendekatan Penelitian Yang Digunakan

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif

dengan tipe deskriptif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang

mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata baik lisan maupun

tulisan dan perbuatan manusia serta peneliti tidak berusaha menghitung atau

mengkuantifikasikan data kualitatif yang telah diperoleh dan dengan demikian

tidak menganalisis angka-angka. Data yang dianalisis dalam penelitian kualitatif

adalah kata-kata dan perbuatan manusia (Afrizal, 2014:18). Penelitian kualitatif

ini dipakai karena berdasarkan permasalahan penelitian yang akan

mengungkapkan kejadian yang berkaitan dengan reaksi orang-orang terhadap

19

perbuatan orang lain. Dalam hal ini bagaimana pandangan masyarakat terhadap

residivis.

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka yang dipakai dalam penelitian ini

adalah deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang

mendeskripsikan suatu fenomena atau kenyataan sosial yang berkenaan dengan

masalah dan unit yang diteliti. Penggunaan ini akan memberikan peluang kepada

peneliti untuk mengumpulkan data-data yang berasal dari catatan lapangan atau

memo dan dokumen resmi lainnya (Moleong, 2004:11). Untuk mendiskripsikan

pandangan masyarakat menggunakan persepsi tentang residivis.

1.6.2 Informan Penelitian

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi

tentang situasi dan kondisi latar penelitian, karena di harapkan informan adalah

orang yang benar-benar paham dengan segala situasi dan kondisi penelitian dan

menguasai permasalah penelitian (Moleong, 2002:90). Adapun informan yang

akan diambil tokoh masyarakat dan tetangga, maka penelitian menggunakan

teknik purposive sampling. Teknik ini merupakan teknik mendapatkan informasi

yang disegaja, artinya penelitian ini telah mengetahui dan menentukan kriteria

orang yang dirasakan mampu memberikan informasi tentang penelitian yang

dilakukan peneliti. Alasan peneliti melakukan sebelum melakukan penelitian

telah menetap kriteria tertentu yang meski dipenuhi oleh orang yang dijadikan

sumber informasi (Afrizal 2014: 139).

Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat di Nagari Ujung Gading

yang terdiri dari non keluarga pelaku (tokoh masyarakat dan eleman

masyarakat). Tokoh masyarakat adalah ninik mamak sedangkan eleman

20

masyarakat adalah tetangga, teman pelaku yang tinggal di sekitar rumah pelaku.

Untuk penelilitian ini sendiri mengambil 12 orang informan, berikut ini akan

disajikan informasi mengenai informan-informan penelitian yang sesuai dengan

kriteria-kriteria yang peneliti jelaskan.

Informan dalam penelitian ini adalah tetangga, ninik mamak, kepala

jorong, ketua pemuda. Adapun kriteria informan dalam penelitian ini yaitu;

1. Sudah lama tinggal atau menetap disekitar residivis,

sekitar 10 tahun atau 12 tahun

2. Berasal dari wilaayah Ujung Gading.

Berdasarkan kriteria informan tersebut maka yang akan menjadi informan

dalam penelitian ini adalah tetangga dan tokoh masyarakat. Untuk lebih

lengkapnya dapat dilihat dalam tabel 1.2 dibawah ini:

21

Tabel 1.2

Profil Informan

No Nama

Jenis Kelamin P/L

Umur

(tahun)

Pekerjaan

Alamat

Status Informan

1 Buk Nurni L 51 Pedangang Pasar Lama Tetangga Ef

2 Buk Butet L 55 Petani Jln Sumba Tetangga In

3 Buk Dewi L 53 Guru Jln Jawa Tetangga Ma

4 Buk Erina L 44 Ibu Rumah Tangga

Pasar Lama Tetangga Ef

5 Buk nyaik L 43 Ibu Rumah Tangga

Pasar Lama Tetangga Ef

6 Pak Adlin L 81 Guru ( Pesiun) Jln Jawa Tetangga Ma

7 Ronal P 33 Pedagang Jln Tampus Teman Su

8 Bapak sirjon P 45 Polisi Pasar Lama Tokoh Masyarakat/ Ketua Pemuda

9 Bapak Yahdi p 50 Petani Pasar Lama Garim

10 Bapak Jufri P 60 Kepala Jorong Pasar Lama Tetangga

11 Buk Siti L 56 Ibu Rumah Tangga

Jln Tampuh Tetangga Su

12 Bapak Baromsyah

L 85 Petani Pasar Lama Ninik Mamak

Sumber: Data Primer 2019

Tabel 1.3

Informan Residivis

No Nama

Residivis perkara/kasus tahun keluar residivis

1 Ef Pencurian 6bulan 2x

2 Ma Narkoba/ Pejudian 6 Bulan 2x

3 In pencurian/ Curat Motor 6 bulan 4x

4 Su Pencurian/ Perjudian 6 bulan 2x

Sumber: Data Primer 2019

1.6.3 Data yang Diambil

Data yang didapat dilapangan adalah yang bersumber dari data primer dan

data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung

22

memberikan data kepada pengumpul data, dan data sumber sekunder merupakan

sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpulkan data,

misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2012:225).

Lofland dan Lofland(1984:48) Menjelaskan bahwa sumber data utama

dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya data-data

tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Kata-kata orang yang diamati dan

wawancarai merupakan data utama yang dicatat melalui rekaman dan

mengambil foto yang dicatat melalui catatan tertulis atau rekaman dan

mengambil foto. sumber data utama dalam penelitian kualitataif adalah kata-kata

dan tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Sedangkan data peneliti ini penulis menggunakan data primer dan data sekunder.

Dalam penelitian ini data-data yang diambil dilapangan tentunya data-data

yang berhubungan dengan topik penelitian yaitu pandangan masyarakat terhadap

residivis. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder.

1. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari observasi

dan wawancara dengan informan pelaku dan informan pengamat di

lapangan. Data primer adalah data yang diperoleh di lapangan pada saat

penelitian dengan metode pengumpulan data seperti wawancara mendalam

dan observasi. Melalui metode pengumpulan data itu maka diperoleh data

kualitatif yang merupakan data yang berupa kata-kata yang dituangkan

dari hasil wawancara dan partisipan observasi. Data primer dalam

penelitian ini adalah hasil wawancara peneliti dengan informan pandangan

masyarakat terhadap residivis. Adapun data primer yang diambil adalah:

23

a. Gambaran residivis dan keluarga

b. Pandangan masyarakat terhadap residivis

Tabel 1.4

Daftar Data yang Diambil

No Tujuan

Penelitian

Data Teknik Sumber

1 Mendeskripsikan

latar belakang

keluarga

residivis

Informasi mengenai

kehidupan keluarga

residivis dalam

keseharian-hariannya

Wawancara

mendalam

Keluarga

2 Mendeskripsikan

pandangan

masyarakat

terhadap

residivis

Informasi bagaimana

pandangan negatif

dan positif dari

masyarakat

Wawancara

mendalam

-Informan

-Tokoh

masyarakat

2. Data sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan seperti jurnal, buku,

skripsi, foto, dan tulisan yang berkaitan dengan topik penelitian. Penelitian ini

mengumpulkan bahan tertulis seperti berita. Pengumpulan dokumen ini

dilakukan untuk mengecek kebenaran atau ketepatan informasi yang diperoleh

melalui wawancara mendalam. Tanggal dan angka-angka tertentu lebih akurat

dalam surat atau dokumen ketimbang hasil wawancara mendalam. Bukti-bukti

tertulis tentu lebih kuat dari informasi lisan tertentu, pada penelitian ini,

pengumpulkan dokumen yang di maksud adalah pemberitaan dari masyarakat

setempat atau pihak kepolisian dan kondisi lokasi penelitian dari kantor Wali

Ujung Gading.

24

1.6.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Menurut (Moleong, 2004: 112) teknik pengumpulan data adalah cara yang

digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Sumber

utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan orang yang

diamati atau diwawancarai merupakan data utama yang nantinya di catat melalui

tulisan atau melebihi rekaman vidio dan pengambilan foto.

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk bisa

memperoleh data yang dibutuhkan dalam menjawab pertanyaan penelitian.

Sedangkan alat pengumpulan data adalah semua yang dibutuhkan sebagai

perantara dalam melakukan pengumpulan data. Jenis data yang dikumpulkan

dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik yang

digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam dan

mengumpulkan data yang berhubungan dengan pandangan masyarakat terhadap

residivis.

Menurut Lincoln dan Guba, tujuan mengadakan wawancara yaitu

mengkonstruksi mengenai orang lain, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi,

tuntutan, kepedulian, dan lain-lain (Moleong, 2004:135). Teknik wawancara

digunakan untuk mendapatkan informasi atau keterangan yang lebih konkrit

yang tidak dapat dilakukan dengan pengamatan yaitu dengan cara bertatap muka

langsung dengan informan. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah

dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan. Wawancara

mendalam adalah suatu wawancara tanpa alternatif pilihan jawaban dan

dilakukan untuk mendalami informasi dari seorang informan (Afrizal,

2014:136).

25

Wawancara mendalam yang dilakukan terpusat pada pedoman wawancara

data-data yang dikumpulkan melalui wawancara dengan informan yang telah

ditentukan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya tentang

pandangan masyarakat terhadap residivis yang ada dilingkungan mereka.

Peneliti mewawancarai tetangga residivis, teman akrab residivis, tokoh

masyarakat. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pedoman wawancara

serta dibantu dengan catatan lapangan berupa kertas dan pulpen serta rekaman.

Validitas data, berarti data yang diambil dan dikumpulkan dapat

menggambarkan realitas yang ingin diungkapkan oleh peneliti. Dalam rangka

penyempurnaan data yang diperoleh, maka peneliti melakukan teknik triangulasi

sehingga data dan informasi pada sumber lain masayarakat sebagai informan.

Peneliti juga mencari informasi dari residivis. Teknik triangulasi data adalah

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan yang lain. Peneliti

menyimpulkan bahwa dalam meneliti dibutuhkan keabsahan agar peneliti dapat

diperjaya kredibilitasnya (Moleong, 2002:330).Hal ini berguna agar hasil

wawancara dapat di olah dan kemudian dianalisiskan untuk memberikan

jawaban.

1.6.5 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian bertujuan untuk memberikan batasan

terhadap suatu permasalahan yang diteliti, memfokuskan kajian dalam penelitian

yang dilakukan dengan pengertian lain obyek yang diteliti di tentukan

kriterianya sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Unit analisis

dapat berupa individu, kelompok sosial dan komunitas. Dalam penelitian yang

26

menjadi unit analisisnya adalah kelompok, kelompok masyarakat yang tinggal

disekitar residivis di Nagari Ujung Gading.

1.6.6 Analisis Data

Analisis data, menurut Patton (Moleong, 1995:103), adalah proses

mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu polo, kategori dan

satuan uruain dasar. Ia membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan

arti yang signitifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari

hubungan diatara dimensi lain. Analisi adalah proses penyederhanaan data

kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan. Analisis data

dalam penelitian kualitatif yang lebih ditekankan dalam data di lapangan.

Dalam penelitian kualitatif adalah aktivitas yang dilakukan secara terus

menerus selama penelitian berlangsung, mulai dari pengumpulan data sampai

tahap penulisan data atau merupakan suatu proses penyusan data, supaya mudah

dibaca dan di tafsirkan oleh peneliti. Menurut Miles dan Huberman analisis

adalah mereduksi data, menyajikan data dan menarik kesimpulan sebagai

penafsiran atau interprestasi terhadap data yang telah disajikan ( Afrizal,

2014:174). Analisis data yang dilakukan merupakan bagian dari kualitatif,

karena aktivitas sangat menolong penelitian ini untuk menghasilkan data yang

berkualitas disebabkan peneliti telah mulai memikirkan data dan menyusun

strategi guna mengumpulkan data selanjutnya pada proses pengumpulan (

Afrizal, 2014:177).

27

1.6.7 Proses Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu : tahap pra Lapangan, tahap

lapangan dan tahap pasca lapangan. Keseluruhan kegiatan penelitian ini

dilakukan secara sistematis sesuai dengan metode penelitian kualitatif yang

digunakan. Seluruh kegiatan pada penelitian ini secara detail dijelaskan dalam

uraian berikut:

a. Tahap Pra Lapangan

Tahap pralapangan merupakan tahap persiapan sebelum penulis

melakukan wawancara mendalam dan observasi. Secara garis besar kegiatan

yang penulis lakukan yaitu: membuat dan mengajukan TOR, mengurus surat izin

survei awal dan melakukan survei awal, menulis proposal dan seminar proposal,

serta mengurus surat izin penelitian.

Tahap ini diawali dengan membuat gambaran permasalahan yang akan

diteliti atau disebut juga dengan TOR (Term of Reference) pada bulan Januari

dan Februari 2018. Setelah SK TOR di keluarkan peneliti memulai penulisan

dan bimbingan proposal pada bulan maret-juni, Pada bulan Juli 2018 proposal

diseminarkan di ruangan siadang jurusan Sosiologi, FISIP. Seminar proposal

penelitian berjalan selama 90 menit, dihadari oleh 2 dosen Pembimbing, 4 dosen

penguji dan 1 orang mahasiswa sosiologi. Selanjutnya peneliti melakukan

perbaikan proposal dan membuat pedoman wawancara sesuai saran-saran yang

didapat dari seminar proposal. Awal September 2018 penulis mengurus surat

izin penelitian di dekanat FISIP untuk memudahkan proses observasi dan

wawancara dilapangan.

28

b. Tahap Lapangan

Tahap Lapangan merupakan tahap ketika penulis melakukan wawancara

dan observasi. Tahap ini dilakuan pada bulan Oktober hingga bulan Desember

2018. Selain turun langsung kelapangan untuk pengulangan wawancara, peneliti

juga melakukan wawancara via handphone karena faktor geografis yang ketika

peneliti sedang berada jauh dari lokasi penelitian, ketika data informan yang

teliti kurang lengkap. Alat yang digunakan ketika wawancara adalah sebuah

pena, buku catatan dan handphone untuk merekam. Wawancara dimulai dengan

memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan penulis serta menjalin

keakraban, sehingga wawancara tidak terlalu kaku. Pada wawancara berlangsung

penulis membuat catatan ringkas, kegiatan wawancara direkam jika diizinkan

oleh informan. Khusus wawancara dengan Kepala Jorong Nagari Ujung Gading

dilakukan pada jam 10.00 WIB di rumah Kepala Jorong.

Wawancara dimulai dengan peneliti memperkenal diri dan menjelaskan

maksud dan tujuan peneliti serta menjalin keakraban, sehingga wawancara tidak

terlalu kaku. Pada sangat wawancara membuat catatan ringkas. Kegiatan

wawancara direkam jika tidak dizinkan oleh informan, namum tidak semua

proses terekam berjalan lancar. Wawancara, peneliti mengamati bentuk yang

tercipta antara informan dengan masyarakat sekitar. Mewawancarai informan

yang mengetahui kehidupan residivis di lingkungan tempat ia tinggal seperti

ketua pemuda, ninik mamak, tetangga, dan tokoh masyarakat.

Wawancara dimulai pada tanggal 11 November 2018 peneliti dengan

penuh semangat memulai wawancara pertama yang alamat informan peneliti

peroleh dari kepala jorong Nagari Ujung Gading yang menyatakan bahwa

29

residivis yang tidak jauh dari rumahnya yang sudah berulang kali melakukan

kejahatan. Lalu peneliti bertanya kepada informan yang berketepan tetangga

sebelah residivis dan bertanya bagaimana informan mengenal residivis tersebut.

Dan setelah itu peneliti melanjutkan pertayaan kepada orang tua residivis dan

berbincang-bincang mengenai pengalaman yang telah dilalui residivis dalam

kurun waktu yang lama maupun yang singkat.

Pada tanggal 12 November peneliti melanjutkan mewawancarai dan

melanjutkan pertayaan kepada teman residivis, bagaimana residivis dalam

bergaul dengannya dan apa saja tanggapan atau nasehat yang ia berikan terhadap

residivis tersebut. Peneliti sampai dirumah tokoh masyarakat, peneliti

dipersilahkan masuk dan kemudian peneliti memperkenalkan diri dan

menyampaikan tujuan peneliti datang kerumah bapak. Setelah bercerita tentang

peneliti barulah masuk pada poin permasalahan yaitu menanyai kepada bapak

apakah bapak besedia untuk diwawancarai menurut bapak tersebut masalah yang

diteliti sangat hangat di Nagari Ujung Gading tentang residivis tersebut.

Kemudian peneliti pada tangal 8 Desember melanjukan kepada ketua pemuda,

dan mempunyai pangkat sebagai polisi yang berada Nagari Ujung Gading.

Peneliti banyak sekali bertanya kepada Bapak Sirjon, karna dia langsung yang

memberikan arah kepada peneliti dan memberi bantuan untuk penelitian peneliti.

c. Tahap Pasca Lapangan

Tahap pasca lapangan merupakan tahap ketika data dianalisis sampai pada

pembuatan laporan penelitian. Analisis data dilakukan semenjak bulan

Desember hingga laporan penelitian selesai pada bulan Januari. Kegiatan yang

dilakukan pada tahap ini adalah catatan lapangan dan hasil rekaman wawancara

30

penulis tulis ulang secara rinci, setelah itu data-data yang penting digaris bawahi

dan dikelompokkan serta dibuatkan tema-temanya, kemudian penulis membuat

suatu kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan yang diteliti. Kegiatan

selanjutnya adalah membuat laporan penelitian dalam bentuk tulisan ilmiah.

Pada saat penulisan laporan penulis mengecek ulang analisis data yang telah

dilakukan apakah sudah mampu menjawab permasalahan penelitian atau belum.

1.6.8 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dapat diartikan sebagai setting dan konteks sebuah

penelitian. Tempat tersebut mengacu pada wilayah, tetapi juga pada organisasi

dalam sejenisnya (Afrizal, 2014:28). Dalam penelitian ini, lokasi penelitian

berada di Kabupaten Pasaman Barat yang terdiri dari 11 Kecamatan dan 19

Nagari dengan Ibukota pemerintahan di Simpang Ampek.

Sedangkan pemilihan lokasi peneliti ini karena untuk kemudahan akses

peneliti berdomisili di dekat lokasi penelitian adalah Nagari Ujung Gading.

Peneliti ini dimulai dari tahap survei awal yaitu mencari data tentang kasus

residivis di Kapolsek Nagari Ujung Gading di bulan Oktober dan Desember

2017 dilakukan penelitian. Hal ini menarik diteliti karena beberapa residivis di

Nagari Ujung Gading di pandang negatif atau positif oleh masyarakat.

1.6.9 Defenisi Konsep

Ada beberapa konsep yang dipakai dalam penelitian ini, karena perlu

diberikan batasan untuk mempermudah memahaminya. Definisi operasional ini

adalah sebuah informasi ilmiah yang yang sangat membantu seseorang peneliti

31

didalam usaha mengukur variabel yang digunakan. Untuk menghindari

kerancuan dalam pemakaian konsep, maka perlu didefiniskan konsep-konsep

yang berhubungan dengan penelitian ini.

1. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang relatif mandiri, yang hidup

bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu,

memiliki kebudayaan yang sama dan melakukan sebagian besar kegiatan

kelompok itu.

2. Persepsi merupakan kumpulan atau organisasi dari kemauan memberikan

tanggapakan, pandangan dan pengamatan pada suatu fenomena atau fakta.

Dalam pelaksanaan ini setiap individu mempunyai kemampuan persepsi

masing-masing sesuai dengan pemahaman dan pengetahuannya pada objek

yang diamati. Menurut pengetahuan terhadap objek juga mempengaruhi

seseorang berfikir positif maupun negatif, oleh karena itu munculnya suatu

persepsi tidak akan terlepas dari pengetahuan kita terhadap sesuatu objek.

3. Residivis adalah seseorang yang telah bebas dari suatu institusi tahanan

dan terus-terus menjadi pelanggar hukum yang kronis atau berbuat satu

atau lebih dari kejahatan yang serius.

4. Perilaku Meyimpang Menurut Abdulsyani, merupakan stimulasi timbulnya

reaksi masyarakat.

5.

1.6.10 Jadwal Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini peneliti memerlukan waktu yang lama

sehingga peneliti membuat jadwal penelitian agar penelitian berjalan efektif dan

efesien. Penelitian dimulai setelah penulis melakukan seminar proposal pada

32

bulan Juli 2018. Sementara pengumpulan data dilakukan pada bulan November

2018 sekaligus penulisan data yang telah didapat. Jadwal penelitian ini disusun

sebagai pedoman pelaksanaan dalam menulis karya ilimiah (skripsi) sesuai

dengan tabel dibawah ini:

Tabel 1.5

Jadwal Penelitian

No

Nama kegiatan

Tahun 2018 2019

Juli Sep Okt-Des

Jan-Feb

Maret-Mai

Juli

1 Seminar Proposal

2

Perbaikan Proposal

&Pembuatan

Pedoman

Wawancara

3 Pengurusan Surat

Izin Penelitian

4 Observasi &

Wawancara

5 Penulisan Laporan

Penelitian

6 Bimbingan Skripsi

7 Ujian Skripsi

33

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Pada Bab ini penulis menjelaskan deskripsi lokasi penelitian yaitu

meliputi kondisi geografis dan demografis dari Nagari Ujung Gading,

Kecamatan Lembah Melintang, Kabupaten Pasaman Barat, yang mana akan

tergambarkan jumlah penduduk, keadaan masyarakat, agama, dan sistem mata

pencaharian masyarakatnya.

2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Pasaman Barat merupakan salah satu dari tiga Kabupaten

Pemekaran di Propinsi Sumatra Barat, berdasarkan Undang-undang Nomor 38

Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Dharmasraya, Solok Selatan dan

Pasaman Barat. Legalitas formal (peresmian) berdirinya Kabupaten Pasaman

Barat dilakukan pada tanggal 07 Januari 2004 di Jakarta oleh Menteri Dalam

Negeri bersama 24 Kabupaten lainnya di Indonesia, sehingga tanggal 07 Januari

tersebut ditetapkan sebagai ulang tahun berdirinya Kabupaten Pasaman Barat.

Sebelum adanya pemekaran daerah, hanya ada satu Kabupaten saja, yaitu

Kabupaten Pasaman tetapi dengan adanya pemekaran daerah, Pasaman dipecah

menjadi dua yaitu Pasaman Barat dan Pasaman Timur dengan adanya

pemekaran tersebut memudahkan masyarakat Pasaman Barat dalam mengurus

keperluan daerahnya. Ibu Kota Kabupaten Pasaman Barat yaitu Simpang Empat.

Secara Astronomi, Kabupaten Pasaman Barat terletak antara 0º03 Lintang

Utara sampai 0º11 Lintang Selatan dan antara 99º10-100º04 Bujur Timur,

dengan luas wilayah sekitar 3.887,77 Km² atau 9,29 % dari luas propinsi

Sumatra Barat, dengan luas lautan seluas 800,47 Km² dengan panjang garis

34

pantai 152 km. Kabupaten Pasaman Barat terletak pada ketinggian antara 0 -

2.912 m di atas permukaan laut. Secara administratif Kabupaten Pasaman Barat

terdiri dari 11 Kecamatan dan 19 Nagari, sedangkan Kecamatan Pasaman

terletak antara 00º05 Lintang utara sampai 00º03 Lintang Selatan dan 99º38 -

99º58 Bujur Timur dengan luas wilayah sekitar 508,93 Km² atau 13,09%.

Berikut adalah nama-nama Kecamatan dan Nagari yang ada di Kabupaten

Pasaman Barat :

Tabel 2.1

Nama-nama Kecamatan dan Nagari di Kabupaten Pasaman Barat

No Kecamatan Nagari

1 Sungai Beremas - Aia Bangih

2 Ranah Batahan - Batahan

- Desa Baru

3 Koto Balingka - Parit

4 Sungai Aur - Sungai Aur

5 Lembah Melintang - Ujung gading

6 Gunuang Tuleh - Muaro Kiawai

- Robi Jonggor

7 Talamau - Kajai

- Talu

- Sinuruik

8 Pasaman - Lingkuang Aua

- Aia Gadang

- Aua Kuniang

9 Luhak Nan Duo - Koto Baru

- Kapa

10 Sasak Ranah Pasisie - Sasak

11 Kinali - Kinali

- Katiagan Mandiangin

Sumber :Pasaman Barat Dalam Angka 2017

35

Tabel 2.2

Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Pasaman Barat

No Kecamatan Luas (Km²) Presentase

1 Sungai Beremas 440,48 11,33

2 Ranah Batahan 354,88 9,13

3 Koto Balingka 340,78 8,77

4 Sungai Aur 420,16 10,81

5 Lembah Melintang 263,77 6,78

6 Gunung Tuleh 453,97 11,68

7 Talamau 324,24 8,34

8 Pasaman 508,93 13,09

9 Luhak Nan Duo 174,21 4,48

10 Sasak Ranah Pasisie 123,71 3,18

11 Kinali 482,64 12,41

Pasaman Barat 3.887,77 100

Sumber: Pasaman Barat Dalam Angka, 2017.

Kabupaten Pasaman Barat dengan Luas wilayah 3.887,77 Km², jumlah

penduduk 418.785 orang dengan komposisi 211.582 orang laki-laki dan 207.203

orang perempuan, dengan rasio jenis kelamin 102 orang laki-laki setiap 100

orang perempuan. Penduduk tersebut tersebar pada11 kecamatan di Kabupaten

Pasaman Barat dan jumlah penduduk terbesar berdomisili di Kecamatan

Pasaman yakni 75.127 orang. Tahun 2015 jumlah rumah tangga di Kabupaten

Pasaman Barat sebanyak 95.227 rumah tangga dengan rata-rata penduduk per

rumah tangga 4 orang. Nagari serta desa atau jorong yang ada di Kabupaten

Pasaman Barat berjumlah 19 Nagari dan 212 desa atau jorong, sedangkan

jumlah Nagari serta desa atau jorong yang ada di Kecamatan Lembah Melintang

berjumlah 3 Nagari dan desa atau jorong berjumlah 23 desa atau jorong.

Batas-batas wilayah Kabupaten Pasaman Barat adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Mandailing Natal, Prov. Sumatra Utara

Sebelah Selatan : Kabupaten Agam

Sebelah Barat : Samudera Indonesia

36

Sebelah Timur : Kabupaten Pasaman

Gambar 2.1 Peta Kabupaten Pasaman Barat

Daerah yang dijadikan sebagai lokasi penelitian ini adalah Nagari Ujung

Gading. Nagari Ujung Gading berbatasan dengan Nagari Sungai Aur dan Nagari

Parit. Alasan penulis memilih lokasi ini karena adanya perubahan pada

masyarakat tergolong sedang berubah yang dilakukan masyarakat Nagari Ujung

Gading yang memandang residivis sebagai kejahatan.

Batas-batas wilayah Nagari Lembah Melintang yaitu sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Tapsel, PT.PMS,

Sebelah Selatan berbatasan dengan Nagari Sungai Aur,

Sebelah Barat berbatasan dengan Nagari Parit,

Sebelah Timur berbatasan dengan Nagari Sungai Aur.

37

Gambar 2.2 Nagari Ujung Gading

Sumber : Profil Nagari Lembah melintang

Lokasi yang dijadikan objek penelitian oleh peneliti adalah Nagari Ujung

Gading, Kecamatan Lemah Melintang, Kabupaten Pasama Barat. Berdasarkan

observasi peneliti dilapangan di Nagari Ujung Gading ini terdapat residivis yang

cenderung lebih banyak dibandingkan Nagari sekitarnya.

Nagari Ujung Gading terletak di Kecamatan Lembah Melintang,

Kabupaten Pasaman Barat yang mempunyai luas wilayah 263,77 KM². Wilayah

Nagari Ujung Gading berupa dataran yang rendah dan terletak di daerah dataran

tinggi. Nagari Ujung Gading mempunyai ketinggian yang bervariasi, serta

mempunyai suhu rata-rata 28C dengan curah hujan rata-rata pertahun 1500 mm.

Nagari Ujung Gading terdiri dari 16 Jorong. Dari enam belas jorong

tersebut mempunyai jenis kelamin dan jumlah penduduk sebagai berikut:

38

Tabel 2.3 Nama Jenis Kelamin dan Jumlah Penduduk

No Nama Jorong Jenis Kelamin Jumlah

Laki2 Perempuan

1 Batang Gunung 1009 1006 2019

2 Brastagi 2045 2073 4127

3 Irian 951 930 1887

4 Koto Pinang 1418 1419 2839

5 Koto Sawah 2923 2916 5849

6 Kuamang 2061 2076 4143

7 Lombok 1132 1156 2291

8 Lubuk Alai 1141 1137 2282

9 Pasar Lama 1465 1469 2931

10 Ranah Salido 1167 1169 2339

11 Saroha 1155 1188 2350

12 Situak 1299 1291 2594

13 Situak Barat 1263 1263 2535

14 Taluak Ambun 1788 1818 3610

15 Tampus 1345 1346 2696

16 Tanjung Damai 1100 1098 2199

Sumber: Data Profil Nagari Ujung Gading, 2017

Gambar 2.3 jarak Tempuh Nagari Ujung Gading-Kota Padang

Berdasarkan dari sumber Google Map dari sudut orbitasi Nagari Ujung

Gading, jarak ke ibukota propinsi sekitar 225 km, jarak ke ibukota Kabupaten

sekitar 49 km, jarak ke ibukota Kecamatan sekitar 0,25 km, sedangkan waktu

yang ditempuh dari Nagari Ujung Gading ke ibukota Provinsi Sumatra Barat

yaitu Padang sekitar 5 jam.

Untuk menuju Nagari Ujung Gading tersebut sangatlah mudah dan juga

didorong oleh sarana transportasi yang lancar dan kondisi jalan bagus serta

39

angkutan transportasinya pun selalu beroperasi setiap hari. Kehadiran ojek

sebagai penambah dalam memudahkan masyarakat untuk mengakses menuju

daerah lain.

Berikut ini akan diperlihatkan pembagian luas areal di Nagari Ujung

Gading

Tabel 2.4 Pengguna Tanah Di Nagari Ujung Gading

No Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha)

1 Perdagangan 2

2 Peternakan 215

3 Permukiman / Perumahan 1.252

4 Pertanian 2.122

5 Hutan Lindung 450

Sumber: Data Profil Nagari Ujung Gading 2017

Dari segi sistem mata pencaharian utama masyarakat Nagari Ujung

Gading adalah sebagai petani baik itu sebagai pemilik lahan maupun sebagai

pekerja atau orang yang mengolah lahan pertanian tersebut, akan tetapi potensi

wilayah ini bervariasi ada perekonomian, peternakan, perkebunan, perikanan,

pertambangan, industry besar atau koperasi.

2.2 Kependudukan

Penduduk Nagari Ujung Gading sebagian ada yang pergi merantau ke

daerah lain dengan tujuan untuk memperoleh pendidikan dan pekerjaan dengan

harapan mendapatkan penghasilan yang lebih besar dibandingkan di desa. Pada

tabel dibawah ini memperlihatkan komposisi penduduk Nagari Ujung Gading

berdasarkan jenis kelamin dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa di Nagari

Ujung Gading bahwa jumlah tingkat pertumbuhan perempuan tinggi

dibandingkan jumlah laki-laki dengan rincian perempuan 23.389 orang dan laki-

laki 23.309 orang, sedangkan kepala keluarga berjumlah 10.155 KK.

40

Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dan

jumlah keseluruhan dari masyarakat Nagari Ujung Gading sebagai berikut :

Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

No

Kelompok

Umur

KK

Jumlah Penduduk Jumlah

Penduduk

Keseluruhan Laki-laki

(orang)

Perempuan

(orang)

1. 0-4 Bulan 797 1.378 1.713 3.091

2. 5-9 Tahun 424 644 957 1.601

3. 10-14 Tahun 565 931 963 1.894

4. 15-19 Tahun 367 632 832 1.464

5. 20-24 Tahun 761 1.207 1.488 2.695

6. Lanjutan 362 646 936 1.582

Jumlah 3.276 5.438 6.889 12.327

Sumber:Profil Nagari Ujung Gading, 2017

2.3 Agama

Sebagai sarana dalam menjalankan ibadah bagi umatnya di Kabupaen

Pasaman Barat terdapat 490 mesjid, dan 372 mushola, yang tersebar di 11

Kecmatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kementrian Agama

Kabupten Pasaman Barat, terdapat 2 gereja di Kabupaten Pasaman Barat yang

keduanya terletak di Kecamatan Luhak Nan Duo dan Kinali.

41

Tabel 2.6 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Agama yang Dianut

di Kabuaten Pasaman Barat 2017

No Kecamatan Islam Protestan Katolik Hindu Budha

1 Sungai Beremas 99.92 0.04 0.04 - -

2 Ranah Batahan 100.00 - - - -

3 Koto Balingka 99.86 0.11 0.03 - -

4 Sungai Aur 98.99 0.31 0.49 - 0.21

5 Lembah

Melitang

99.92 0.06 0.02 - -

6 Gunung Tuleh 100.00 - - - -

7 Talamau 100.00 - - - -

8 Pasaman 100.00 - - - -

9 Luhak Nan Duo 95.80 1.70 2.50 - -

10 Sasak Ranah

Pasise

99.87 - 0.13 - -

11 Kinali 97.55 0.84 1.61 - -

12 Pasaman Barat 98.97 0.39 0.62 - 0.02

Sumber: Kabupaten Pasaman Barat Dalam Angka 2017.

Penduduk Nagari Ujung Gading berdasarkan data sensus penduduk yang

didapat dikantor pemberdayaan masyarakat Kabupaten Pasaman barat tahun

2017 berjumlah lebih kurang 98.97 orang. Dilihat dari suku bangsa yang berada

di Nagari Ujung Gading memang masyarakatnya mayoritas bersuku bangsa

Mandailing, dan ada juga beberapa pendatang yang bersuku Jawa serta bersuku

Minangkabau. Secara keseluruhan penduduknya mayoritas beragama islam, dan

hanya beberapa masyarakatnya yang beragama non muslim. Dari jumlah

keseluruhan masyarakat yang beragama islam atau muslim dan non muslim,

maka dapat dijumpai sarana dan fasilitas ibadah di Nagari Ujung Gading terdiri

dari 57 mesjid dan 28 mushalla sebagai sarana ibadah seperti sholat berjamaah,

pengajian, serta pendidikan agama untuk anak-anak.

42

2.4 Pendidikan

Pola pikir masyarakat sering kali diukur pada tingkat pendidikannya, yang

mana semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin maju cara berfikir

masyarakat, sehingga mudah menerima dan mencerna nilai-nilai baru yang

masuk dalam masyarakat tersebut. Dari jumlah pendidikan yang ada saat

sekarang ini, di Nagari Ujung Gading dapat dilihat jumlah masyarakat dalam

tingkat pendidikan.

Tabel 2.7 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

NO Pendidikan Keterangan Jumlah

1 Lulus Pendidikan

Umum

Taman Kanak-kanak 1580

Sekolah Dasar 13188

SLTP 13471

SLTA 2007

Akademi (D1-D3) 1055

Serjana (S1-S2) 1203

2 Lulus Pendidikan

Khusus

Pendidikan Pesantren 138

Madrasah 372

Pendidikan Keagamaan 611

Sumber:Profil Nagari Ujung Gading 2017

2.5 Mata Pencaharian

Mata pencaharian merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh

nafkah guna mempertahankan hidupnya dalam memperoleh kesejahteraan dan

penghidupan yang layak. Berikut jenis mata pencaharian masyarakat Nagari

Ujung Gading. Dapat kita lihat bahwasanya mata pencaharian masyarakat

Nagari Ujung Gading bergerak disektor pertanian dan wiraswasta atau

pertukangan.

43

Tabel 2.8 Jumlah Penduduk Nagari Ujung Gading Menurut Mata

Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah (orang)

1 Karyawan

a. Pegawai Nagari Sipil 774

b. ABRI 24

c. Polisi 24

d. BUMN 143

e. Swasta 872

2 Wiraswasta 2460

3 Tani 11717

4 Pertukangan 260

5 Buruh Tani 1013

6 Pensiunan 170

Sumber : Data Profil Nagari Ujung Gading 2017

2.6 Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Pasaman Barat cukup memadai

seperti Rumah Sakit ada 2, Puskesmas 3, Puskesmas Pembantu 3, praktek

Dokter (Umum, Spesialis) berjumlah 19, Posyandu 35, Polindes atau Poskesdes

tidak ada, dan Apotik/Toko Obat ada 17, jadi fasilitas kesehatan yang ada di

Kabupaten Pasaman Barat berjumlah 79, sedangkan di Nagari Ujung Gading

memiliki fasilitas kesehatan yang kurang memadai, hal ini dapat terlihat dari

ketersedianya fasilitas di wilayah Ujung Gading.

2.7 Tindak Kriminal

Dari data yang penulis dapatkan di Kantor Wali Nagari dan Polsek di

Nagari Ujung Gading dapat dilihat banyaknya data-data yang kurang lengkap

dan kurang dicantumkan dalam monografi keadaan di Nagari Ujung Gading dan

dari Kapolsek hanya sedikit data yang dapat ia berikan kepada peneliti lantaran

data yang digunakan sudah di tangguhkan ke Lapas Nagari Talu.

44

Tabel 2.9 Jumlah Peristiwa Tindak Kriminal

No Jenis Krimanal Diputuskan

1 Pembunuhan 3

2 Pencurian 12

3 Bunuh Diri 1

4

Perkelahian 2

5 Penculikan 3

6 Pencabulan 2

Sumber : Data Profil Nagari Ujung Gading 2017

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa tindakan krimamal yang terjadi di

Nagari Ujung Gading kurang begitu lengkap, beberapa data yang dapat gunakan

dalam mencari residivis di Nagari Ujung Gading.

45

BAB III

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP RESIDIVIS

Seperti yang disampaikan dalam Bab 1, bahwa tujuan umum dari

penelitian ini adalah mendeskripsikan pandangan masyarakat terhadap residivis

di Nagari Ujung Gading. Tujuan khususnya adalah mendeskripsikan gambaran

residivis dan keluarga residivis, pandangan masyarakat terhadap residivis.

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka bab ini penulis akan memaparkan

temuan data yang didapat dilapangan selama proses penelitian. Temuan ini akan

dipaparkan dalam bentuk uraian kata-kata, argumentasi dan informasi guna

memberikan penjelasan yang lebih rinci sehubungan tujuan yang dijawab.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar ataupun melihat kasus

residivis yang dilakukan oleh orang yang sama dan yang telah pernah keluar dari

tahanan. Bagaimana fenomena residivis ini tentu menimbulkan berbagai

pandangan dan reaksi dari pemerintah maupun masyarakat yang berada di

Nagari Ujung Gading.

3.1 Latar Belakang Keluarga Residivis

3.1.1 Keluarga Residivis EF

Laki-laki 28 tahun ini bernama EF (nama inisial). Ia tinggal di Ujung

Gading, Jorong Maluku. EF adalah laki-laki yang berkulit hitam manis, dengan

bentuk badan yang tidak terlalu kekar dan rambutnya yang lurus, EF mempunyai

bekas luka tembak dikaki sebelah kanan. Ketika ditemui untuk diwawancara EF

memakai baju warna hijau pekat dan memakai jelana levis yang panjang, sambil

mangajak peneliti menuju rumahnya. Dari penampilan EF yang terlihat tenang

saat peneliti mewawancara dan sangat sopan ketika peneliti memulai wawancara

46

pengalaman hidupnya. EF bekerja sebagai pencuci motor di Ujung Gading, EF

adalah anak ke dua dari empat bersaudara dalam keluarganya. Ayah dan ibunya

berasal dari Nagari Ujung Gading yang bertempat tinggal di Jalan Maluku,

ibunya sudah meniggal dunia ketika EF dalam penjara. Ayahnya sekarang

memiliki istri baru dan sekarang EF memiliki ibu tiri. Ibunya EF kini berprofesi

sebagai ibu rumah tangga.

Pendidikan terakhir EF adalah SD, EF sudah menikah dua kali dan

bercerai satu kali. Mantan istrinya EP dan istrinya sekarang NA. residivis yang

pernah terpenjara akibat pencurian yang pernah ia lakukan, dimana kasus

tersebut membuatnya ditahan. Dimana pencurian yang ia lalukan berdampak

buruk bagi dia dan kehidupannya. EF merupakan anak ke dua dari empat

bersaudara yang berumur 28 tahun. EF mempunyai hubungan rumah tangga

yang tidak lancar dalam pernikahannya, dimana dia mengalami kegagalan dalam

berubah tangga dengan istri pertamanya dan sudah mempunyai seorang anak

perempuan, dalam pendidikan EF hanya bisa memasuki sekolah Dasar (SD). EF

mempunyai keluarga yang sangat bisa saja, dimana dia mempunya seorang

kakak laki, adik perempuan dan adik laki.

EF berasal dari Nagari Ujung Gading dan berdomisili di Jalan Pasar Lama.

Masa lalu EF dari sebelum residivis hanya bekerja seraputan dan tidak jelas apa

saja pekerjaan yang ia lakukan agar bisa membiayai kehidupannya, dalam

pergaulannya dengan orang EF cukup baik dan berteman dengan siapa saja.

Ketika dalam berteman EF yang ikut-ikutan mendapatkan masalah ketika EF

dan temannya mencuri disalah satu toko supermarket di daerah ujung gading dan

mencuru barang-barang yang biasa ia jual kembali seperti rokok dan makan-

47

makan ringan, ketika ia berhasil mengambil baranghasil curiannya, tidak

berselang lama salah satu penjaga toko terbangun dan mengejar EF dan teman-

temannya. Setelah mereka berhasil kabur dan menjual barang hasil curiannya,

beberapa hari berikutnya EF berhasil di tanggap dirumah tampa pelarian dari

polisi. Akibat pencurian yang ia lakukan di daerah Ujung Gading EF berhasil

diringkus pada tanggal 2013 dan di tahan kurun waktu enam bulan dalam

penjara. Setelah keluar dari penjara pada tahun 2014 EF melakukan pencurian

kembali dan ini ia lakukan di daerah kampung lain, pencurian ini ia lakukan

bersama temannya yang berbeda. Dalam aksi pencurian yang ia lakukan pada

malam hari, dimana ia akan mencuri sapi orang dan sudah menyiapakan segala

keperluan yang ia lakukan. ketika pencurian yang ia lakukan akhirnya ketahuan

oleh pemilik sapi dan dikejar oleh orang kampung dan EF bersama temannya

berhasil kabur.

Tidak sampai disitu saja, ketika EF melarikan diri dari kejaraan

masyarakat dilingkungan tempat ia mencuri EF berhasil melarikan diri ketempat

lain. Pada saat ia melarikan diri, EF terpisah dari temannya. Pada hari berikutnya

EF berhasil diringkus polisi, akan tetapi ketika ia hendak melarikan diri dari

kejaran polisi, tampa arahan polisi akhirnya menembak salah satu kaki kanan EF

agar tidak melarikan diri lagi. Setelah diringkus EF dibawa ke rumas sakit untuk

pengobatan oleh polisi sedangkan temanya juga berhasil diringkus. Tidak

berselang lama pada tahun yang sama EF di bebaskan dan hukuman yang ia

jalani juga enam bulan dan dibebaskan tampa biaya apa pun.

Setelah keluar penjara EF memulai kehidupan yang baru dan mulai

merubah perilaku yang merugikannya tersebut. Dimana ia mulai mencari

48

pekerjaan yang bisa ia lakukan, dan memulai kehidupan bersama istrinya.

Pekerjaan yang EF lakukan sebagai supir mobil dan membawa barang dari

Ujung Gading ke Medan, dalam kesehari-hariannya kadang EF juga memabntu

istrinya yang membuat julo-julo di kampungnya dan untuk menutupi kekurangan

dalam rumah tangganya sampai sekarang.

Dan hubunganya setelah keluar dari penjara dengan tetangga-tetangga lain

cukup baik dan masyarakat disekitar menerima EF dengan baik, dan tidak

banyak masyarakat yang berpandang negatif terhadapnya. Akan tetapi tidak juga

semua masyarakat yang memandang negarif ada juga masyarakat memandang

positif, dimana padangan negatif dari masyarakat terhadapnya adalah

masyarakat memandang residivis dangan pandanagn yang sedikit cemooh

terhadap dirinya. Sedangakan pandangan positif dari masyarakat tersebut dimana

dalam lingkungan tempat ia tinggal masyarakat sekitar mengikutinya dalam

acara-acara yang ada di kampung misalnya mengikuti sumbangan yang diadakan

di masyarakat dan ikut serta dalam gotong royong yang diadakan dalam

masyarakat, agar terjalin hubungan yang baik sesama masyarakat lainnya.

Persepsi dimasyarakat di Nagari Ujung Gading sebagai bentuk

pengetahuan objek dapat mempengaruhi seseorang untuk berfikir negatif dan

positif, persepsi juga tidak lepas dari pengetahuan kita terhadap yang dilihat atau

diteliti dalam lingkungan masyarakat. Dorongan dari keluarga dapat membantu

perubahan dan pandangan masyarakat melalaui tindakan dan perilaku dari

residivis dalam masyarakat tersebut.

49

3.1.2 Keluarga Residivis MA

MA adalah warga Ujung Gading Kecamatan lembah melintang. MA

mempunyai bentuk tubuh yang biasa saja, dan gaya rambut yang cukup

lumayan. ketika peneliti mewawancarai MA dia sedikit tenang, gaya pakaian

yang ia gunakan ketika wawancara dengan peneliti memakai pakaian abu dan

celana levis dan duduk di kursi yang sudah ada diruangan tamu mereka sambil

melihat peneliti mewawancarainya.

MA adalah anak ke dua dari enam bersaudara, dan memiliki seorang kakak

perempuan dan mempunyai adik laki-laki, perempuan. Kakak MA sudah lama

menikah dan tidak tinggal lagi dirumah mereka, sedangkan adik-adiknya ada

yang masih sekolah tingkat SMA dan yang sudah menempuh tingkat

Universitas. MA hanya lulus tingkat SMP dan tidak mau melanjutkan tingkat

pendidikan SMA, sudah bersusah payah orang tuanya menyuruh MA untuk

melanjutkan tingkat SMA akan tetapi MA menolak dan akhirnya orang tua

membiarkan MA tidak sekolah.

Setelah tidak sekolah dia melanjutkan untuk membantu pekerjaan orang

tuanya, yaitu pekerja sebagai pedagang barang harian. Tetapi, uang dari hasil

jualannya tidak semuanya memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Lantaran uang ia

hasil dengan membantu ayahnya tentu saja di bagi dua untuk biaya hidup adik-

adiknya dan orang tuanya. Dalam keseharian-hariannya dirumah tidak banyak

pekerjaan yang ia lakukan selain berjualan dengan ayahnya, tiap hari setelah

pulang dari jualan di pasti pergi dari rumah ketempat ia biasa nongkrong.

Dalam kehidupan MA dirumah, dia mempunyai kehidupan yang cukup

baik, baik dari segi rumah maupun dari segi ekonomi keluarganya. Akan tetapi

50

tidak dorongan dari luar membuat MA terpengaruh untuk memiliki yang lebih

besar lagi keuntungan yang ia ambil. MA sampai sekarang belum mempunyai

seorang istri dan masih bergantung kepada orang tuanya, akan tetapi akibat

tergantung kepada orang tuanya MA melakukan kejahatan yang menyebabakan

ia mendapatkan hukuman setimpal atas apa yang telah ia lakukan.

Pada tahun 2013 MA di penjara akibat terlibat dalam narkoba yang ia

lakukan dengan teman, dimana untuk mendapat keuntungan yang lebih banyak

dan mendapakan uang belanja, MA melakukan kejahatan dengan mejual

narkoba kepada orang yang sudah memesan kepadanya. Akan tetapi niat

jahatnya, dalam perjalanan untuk menjual barang tersebuat ia diringkus dengan

temannya tampa pelarian. Ketika ia ditahan di porles Ujung gading atas

kejahatan yang ia lakukan pihak polisi memberitahukan perbuatan anaknya

kepada orang tuanya.

Tanpa waktu yang lama orang tua MA pun bergegas pergi untuk melihat

anaknya yang sedang diriskus di kantor polisi tersebut. Pada masa tahan 2,5

tahun bersama temannya akibat kejahatan yang ia lakukan. setelah melalui masa

tahan pada tahun 2014 MA di bebaskan dari tahan. Setelah keluar dari penjara

MA melakukan kegiatan sehari-harinya kembali seperti biasa. Kedua orang tua

MA menasehati MA agar tidak melakukan kembali kejahatan yang ia lakukan

dan tidak membuat kedua orang tuanya cemas terhadapnya.

Tetapi nasehat yang diberikan kedua orang tuanya, tidak ia tanggapi. Pada

tahun 2015 MA di tahan kembali akibat perjudian yang ia lakukan bersama

teman-temanya, dan di tahan kembali selama 1 tahun. Akibat tindakan yang ia

lakukan kedua orang tuanya pun sedikit sedih akibat kelakuan anaknya.

51

Penjelasan diatas keluarga adalah salah satu orang yang dapat mempengaruhi

dan menesehati tingkah laku residivis dilingkungan masyarakat. Akibat

pengaruh lingkungan dan pergaulan membuat residivis merugikan dirinya dan

keluarganya di pandangan masyarakat.

3.1.3 Keluarga Residivis IN

IN adalah warga Ujung Gading dan bertempat tinggal di jln Sumba. Ketika

peneliti sedang mewawancarai IN dan keluarga respon dari keluarga sangat baik.

IN memiliki bentuk badan yang sedikit berisi dan memiliki warna kulit hitam

manis, dan ketika wawancara IN memakai baju putih dan celana pedek levis. IN

sudah tidak lama tinggal bersama kedua orang tuanya, lantaran dia sudah

memiliki keluarga sendiri dan jarak rumah orang tua IN dengan rumahnya

tidaklah jauh.

IN anak ketiga dari tiga bersaudara dan sudah berumur 35 tahun,

pendidikan terakhirnya SMP dan tidak mau melanjutkan kejenjang yang lebih

baik. IN memiliki kakak yang sudah memiliki keluarga lain, IN anak yang

paling kecil dirumahnya. Kehidupan IN dan keluarga sangat baik. IN nmenikah

pada usia 25 tahun dengan istri pertamanya dan memiliki 2 orang putra dan

putri. Keseharian IN hanya kerja serabutan saja, sampai ketika keputusan asanya

dalam menjalani kehidupan. Dimana untuk membiayai kehidupan keluarga.

Akibat dorongan yang kuat akhirnya IN bekerja sebagai penadah barang

curian orang lain, dan akibat pekerjaanya kehidupan ekonominya menjadi baik,

tidak berselang lama akhirnya IN di tangkap bersama barang curianya pada

tahun 2014 dan di penjara selama kurun waktu enam bulan. Setelah keluar dari

52

penjara pada tahun yang sama IN masih melakukan perbuatanya tersebut. Tidak

berselang lama, akhirya perinkahan yang ia jalani berujung dengan perceraian.

Pada tahun 2017 IN memulai lain kehidupannya dengan menikah kembali

dengan orang setempat tinggal dan mempunyai anak bersama istri keduanya.

Kehidupan ekonominya pun sangat bagus, karna ia membuat toko kecil (warung

kopi) di dekat rumahnya untuk para pemuda-pemuda kampung tempat ia tinggal,

akan tetapi pekerjaanya ia lakukan dulu tetapi ia kerjakan. Pada tahun 2018 ia

kembali masuok penjara akibat masih barang curiannya.

3.1.4 Keluarga Residivis SU

SU yang bertempat tinggal di Nagari Ujung Gading, yang beralamat di

jalan Tampus. SU yang sudah berumur 35 tahun merupakan anak ke 4 dari 4

bersaudara, sehari hari dikenal baik di masayarakat maupun keluarganya. Ketika

wawancara dengan SU dan keluarganya, SU memakai pakaian yang sopan dan

isrtinya. SU memilki bentuk tubuh yang sedikit berisi dan memiliki warna kulit

yang hitam manis. SU sudah lama menikah dengan istrinya dan sudah memiliki

seorang putri yang masih berumur 4 tahun, hubungan keluarganya dengan orang

tuanya sangat baik. SU tidak tinggal bersama dengan orang tuanya lagi, lantaran

dia sudah memiliki keluarga. Kehidupan ekonomi SU biasa saja, SU yang

berkerja sebagai tukang bangun untuk membiayia kehidupan keluarganya.

Sebelum menikah pada tahun 2014, SU sudah pernah masuk penjara

akibat pencurian dan perjudian yang dilakukan bersama teman-temannya yang

tidak jauh dari tempat mereka tinggal. Akibat kerisihan dari lingkunganya,

warga setempatpun melaporkan atas kejadian tersebut kepada pihak yang

berwajib, pada saat melakukan perjudian bersama rekannya, akhirnya ia

53

ditangkap dan di penjara selama 6 bulan masa penahananya. Setelah keluar pada

tahun yang sama SU mulai mencari pekerjaan dan menikah pada tahun tersebut.

Pada tahun 2015 SU kembali lagi kedalam penjara, akibat pencurian yang

ia lakukan di daerah lingkunganya, akibat laporan dari para tetangganya. Setelah

melalui tahanan selama 6 bulan, akhirnya SU keluar dari penjara. Setelah

beberapa bulan akhirnya SU memulai kehidupan yang normal dan tidak mau

mengulangi kesalahan yang sama lagi. dilihat dari kondisi ekonomi keluarga SU

cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga kecilnya.

3.2 Pandangan Masyarakat terhadap Residivis

Pandangan merupakan suatu proses pemahaman dan cara merasa lewat

pengalaman-pengalaman terdahulu atau dapat dikatakan sebagai satu bentuk

ekpresi dalam menanggapi suatu rangsangan atau stimulus yang datang diluar

individu. Dalam memandang suatu hal, baik perbuatan ataupun sesuatu yang lain

kita selalu mempunyai pendapat dan pandangan tersendiri yang mungkin

berbeda dari pendapat orang lain.

Pandangan yang dimiliki individu terhadap sesuatu akan mempengaruhi

tingkah laku individu terhadap sesuatu hal. Tingkah laku seseorang selalu

didasarkan atas makna hasil pandangan terhadap lingkungannya dimana dia

hidup. Seperti yang di ungkapakan bapak Jufri 60(tahun) selaku informan

sekaligus Kepala Jorong Pasar Lama

“ Menurut bapak residivis itu suatu tindakan yang tidak terpuji dalam

masyarakat. karna bisa mempengaruhi lingkungan tempat tinggal dan

sekitarnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan dalam suatu

masyarakat pada umumnya berasal dari luar (diri) dan dari dalam (diri)

masyarakat itu sendiri. Misalnya dalam berbagai kasus di daerah Ujung

Gading ini seperti perjudian, narkoba, pencurian. i” (wawancara tanggal

14 Desember 2018, 10.15 WIB)

54

Sedana dengan bapak Baromsyah 85(tahun) yang mengungkapkan

“ Residivis sebagai suatu tindakan kejahatan yang menurunkan moral

masyarakat, baik moral secara adat dimana masyarakat sudah tidak ada

lagi ras kepedulian terhadap lingkungan tempat ia tinggal. Dan moral

secara agama kejanggihan zaman salah satunya teknologi yang tidak

diimbagi dengan ilmu agama, dimana jaranganya pemuda-pemuda untuk

sholat kemesjid. Oleh itu solusinya orang tua harus menanamkan ilmu

agama agar tidak melakukan hal-hal yang dapat merugikan dan hal-hal

yang tidak diingikan tidak terjadi lagi”(wawancara pada tanggal 16

Desember 2018, 11.10WIB).

Dari hasil wawancara dengan ke 2 beliau mengungkapkan residivis yang

terjadi di Nagari Ujung Gading, akibat ketidak pedulian sesama lain dalam

bermasyarakat. Pandangan dari non masyarakat atau tokoh masyarakat bahwa

residivis seharusnya tidak dilakukan dengan alasan apapun karna masyarakat

mengangap residivis itu tersebut sebagai kejahatan dan pandangan masyarakat

tentu tidak lepas dari pandangan positif dan negatif.

3.2.1 Pandangan Positif Dalam Masyarakat

Pandangan positif membutuhkan cara berfikir, melakukan perbuatan

positif, hingga merasakan aura positif disekitar kita. Tentu dengan cara itu kita

dapat milihat satu pandangan khusus terhadap residivis dalam masyarakat.

Pandangan yang dimiliki seseorang individu terhadap sesuatu akan

mempengaruhi tingkah laku seseorang berdasarkan atas makna sebagai hasil

pandangan terhadap lingkungannya dimana dia hidup. Apa yang ia lukakan dan

mengapa seseorang melakukan atau tidak melakukan atas berbagai hal selalu

didasarkan pada batasan-batasan menurut pendapat sendiri secara relektif.

55

Dalam penelitian ini pandangan tersebut di pengaruhi oleh pandangan positif

dalam masyarakat terhadap residivis.

3.2.1.1. Berbaur dalam Masyarakat

Seperti yang di ungkapkan salah tetangga terdekat EF yang selalu

membantunya apa bila kesusahan dan selalu ada buat keluarga mereka Ibu

Eriana ( 44 tahun) menyatakan bahwa :

“sabananyo EF di dalam masyarakat elok-elok c nyo, iyo kadang bergaul

jo kawan-kawan dari lua. Kadang itu lo yang mambuek iyo baulah dan

mambuek kelakuan yang ka indak-indak c. Awak sebaga tetanggo nyo tu

tau iyo baa kelakuannyo. Iyo ramah yo ka urang dan kadang urang tu

salah paham c ka iyo dek iyo lah panah masuok panjaro tu ( Dalam

bahasa daerah Minangkabau) ( wawancara pada tanggal 05 Desember

2018).

“ sebenarnya EF dalam masyarakat sangat baik, dan juga karna

pergaulan dari luar yang kadang membuat selalu salah paham tentang dia

karan dia pernah masuok dalam jeruji besi dan sudah dianggap residivis

oleh masayakat sekitar ( Dalam bahasa Indonesia)

Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa masyarakat tidak dapat

memberikan kepejayaan sepenuhnya kepada EF, sikap yang baik untuk kembali

berbaur dihargai oleh masyarakat.

3.2.1.2. Keperjayaan Masyarakat dalam Segi Pekerjaan

Pandangan masyarakat terhadap residivis menjadi faktor penghambatnya

residivis kembali berbaur, baik dalam segi pekerjaa. Seperti yang diungkapkan

ibuk Nyaik ( 43 tahun) tetangga EF yang mengungkapkan bahwa:

“ kalau diliek EF lai rajin karjonyo, soalnyo nampak dek ibuk iyo tiok hari

manjampuik julo-julo yang iyo buek samo istrinyo dan ciek lai iyo kadang

karajo supir oto ka medan dan pulang baliek lo. Kalau ibuk liek soal

karajonyo nan kini ndak yakin dia seorang residivis do. Tapi utung c lah

iyo lai nio barubah ka nan elok ( wawancara pada tanggal Selasa, 06

Agustus 2019)

56

Terjemahan:

“ dia itu baik dan rajin kerja, karna kadang ibuk melihat dia pergi kerja,

karna dia bekerja sebagai supir mobil dan pulang baliek dari Ujung

Gading ke Medan, dan juga dia bersama istrinya membuat kegiatan

seperti jula-jula dilingkungan masyarakat. Kalau ibuk lihat pekerjaanya

sekarang yang cukup baik dibanding dulu membuat ibuk tidak yakin dia

seorang residivis yang sudah berubah ( terjemahan dalam Bahasa

Indonesia)

Dari hasil wawancara dapat dilihat dari perubahan sikap dan tinggah laku

residivis untuk berubah dalam masyarakat. Karna pergaulan tempat tinggal yang

menerima serta pekerjaan yang EF lakukan dan keperjayaan yang di berikan

masyarakat kepada EF, untuk merubah prilaku dan sikapnya yang lama.

3.2.1.3. Partisipasinya dalam Organisasi

Dalam kegiatan masyarakat EF ikut berpartisipasi dalam sumbangan

masyarakat, keikut sertaannya dalam masyarakat, membuat masyarakat setempat

sudah banyak perubahan yang terjadi dalam dirinya setelah ia keluar dari jeruji

besi. Ikut serta dalam menolong masyarakat. Pandangan negatif masyarakat pun

tidak begitu banyak, sedangkan pandangan positif dari masyarakat dilihat dari

kesehariannya melakukan pekerjaan yang baik. Perubahan yang terjadi kepada

EF sudah banyak berubah lantaran kesopanannya kepada masyarakat, dan

masyarakat setempat pun tidak begitu takut terhadap EF lagi, apalagi kejadian

yang dulu menyebabkan memang untuk berubah total sampai sekarang. Seperti

yang diungkapan Bapak Yahdi:

“ bapak lihat dalam kegiatan, EF banyak beubahnya mulai dari tingkah

laku dalam masyarakat dan tindakan EF tersebut. Kalau apak liek dari

organisasinyo dalam masyarakat lumayan elok lah untuk iyo dan

masyarakat di lingkungan ko. ” (Pada tanggal 15 Agustus 2019)

Terjemahan:

“saya dapat melihat dalam kegiatan untuk megubah sikap dan tindakanya

dalam masyarakat. Dan ada pun kadang oraganisasi yang dilakukan

57

dalam masyarakat EF sering kali ikut dan perubahannya dalam

masyarakat membuat masyarakat tidak ragu lagi akan perubahan yang

EF lakukan.

Dengan partisipasi Residivis dalam acara-acara yang diadakan dalam

masyarakat menunjukan bahwa residivis memiliki keinginan untuk berubah dan

memperbaikai pandangan negatif masyarakat terhadap dirinya.

3.2.1.4. Perubahan Ekonomi

Disisi pekerjaan residivis dalam mendapatkan pekerjaan, karena pada

umunya perusahan atau pekerjaan swasta lainnya lebih enggan dalam

mempekerjakan residivis. Pandangan masyarakat mempengaruhi residivis untuk

berubah ke yang lebih baiknya, seperti yang di ungkapkan Dapat dilihat dari

kebiasaan masyarakat di Jalan Jawa yang beberapa rumahnya yang berkumpul,

dan jarang juga mereka gumpul bareng-bareng karna mempunyai tanggung

jawab sendiri dalam rumah tangga mereka. MA adalah residivis sudah keluar

masuk jeruji besi akibat kasus narkoba dan perjudian, ia jarang bergaul

dilingkungan tempat tinggalnya. Seperti yang diungkapkan oleh ibuk Dewi (53

tahun) tetangga terdekat MA yang mengatakan bahwa:

“ kalau wak liek kini ekonominyo, lah lah tamasuk kayo urang tu dan ndak

kakurangan apo pun, dan diliek dari karjo apak ea lai nyo bakabun. Beda

samo dulu urang tu cuman maandalan kabun c nyo , itu pu alaum lai adik-

adiknyo yang sakolah sado ea, itulah yang mambuek MA untuk mancari

jalan mudah c dulu. Tapi kini sukurlah keadaanyo keluarganyo kni pun

lah elok. ( wawancara pada tanggal 22 November 2018)

Terjemahan :

“ kalau dilihat sekarang perubahan ekonominyanya sudah membaik, dan

dilihat dari pekerjaan keluarganya pun sudah berubah. terbanding

terbalik dulu ketika keadaan keluarganya yang kekurangan biaya untuk

membiayai sekolah adik-adiknya..

58

Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa perubahan faktor

ekonomi mempengaruhi seseorang untuk melakukan perbuatan buruk. Akan

tetapi perubahan juga membuat orang untuk mencapai nilai atau perubahan yang

baik dan di pandang positif oleh masayarakat.

3.2.1.5. Menambah Pergaulan

Dalam lingkungan pergaulan individu dalam kelompok sering dan

cenderung menirukan prilaku yang dilakukan dalam lingkungan pergaulan

tersebut. Menambahkan pergaulan dengan orang-orang yang sejalan dengan

tingkah laku dan norma-norma yang ada dalam lingkungan pergaulan tersebut.

Seperti yang diungkankan Ronal (33) tahun.

“ awak kadang baru lo bakawan samo iyo, siap iyo kalua dari panjaro.

Lantaran iyo bukak lapao disiko, jadi kadang wak pai ka lapauonyo tu

sakadar bacarito-carito baa yang iyo rasoan siap kalua panjaro tu, tu

lai ndak jeranyo lai dan awak manasehatinyo lo supayo ndak gulang

baliek karjo yang indak-indak tu.tiok malam duduk di kadai tampek IN

manggaleh minum, kadang awak liek ramai tampek yo tu, banyak

pemuda-pemuda antah dari mana tibo kasitu untuk minum kopi atau

untuk bacarito samo kawan lainnyo.” (wawancara pada tanggal 11

November 2018)

Terjemahan

“ saya berteman dengan dia setelah dia keluar dari penjara, sambil

bertukara cerita bagaimana selama ia di penjara. Dan bagaimana

persaannya siap keluar dari penjara dan juga saya memberikan

nasehata agar dia tidak mengulangga lagi kejahatan yang ia

lakukan.sering pergi minum kopi di tempak IN, terkadang saya lihat

tempay dia jualan sangat ramai dan di isi oleh pemuda-pemuda dari

lingkungan yang berbeda-berda..

Dari hasil wawancara di atas. Dapat disimpulkan bahwa pergaulan yang

residivis dapat dari sikapnya dan keterbukaannya kepada lingkung tempat

tingganlnya. Pandangan mereka terhadap residivis berbeda-beda, sehingga

residivis lebih memilih keterbukaanya kepada lingkunganya dan bergaul dengan

masyarakat yang lain.

59

3.2.2 Pandangan Negatif dalam Masyarakat

Banyak yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang, mungkin akibat

pengalaman yang pernah ia rasakan atau sudut pandang terhadap pengalaman

residivis dalam masyarakat. Pandangan inilah yang membuat seseorang

(residivis) terkadang di pandangan tidak akan pernah berubah dan selalu di

pandangan negatif.

3.2.2.1. Kurang Berbaur dalam Masyarakat

Orang-orang yang melakukan tindakan kejahatan tentu akan dikenakan

sanksi berupa hukuman penjara sesuai pasal yang dikenai. residivis yang sudah 2

kali masuk penjara dengan kejahatan yang sama . Seperti yang diungkapkan

Ibuk Nurni ( 51 tahun) warga Pasar Lama, sebagai tetangga dekat EF yang

mengungkapkan bahwa:

“ baa pun eloknyo residivis tu, namonyo c residivis kadang payah juo

awak maagih raso pajayo samo iyo, awak kon manusia biasonyo tentu

punyo raso camehnyo. Walaupun awak lah lamo tingga manampingan

samo rumahnyo. Sajak kaluo ko lai lah nampak barubah e nyo pun lai la

bisa mandakean diri ka lingkungan ko, namonyo c manusia tantu

adopunyo raso basalah ka urang. dalam bahasa Minangkabau) (

wawancara pada tanggal 01 Desember 2018)

Terjemahan :

“ bagaimana pun residivis itu, namanya juga residivis terkadang susah

untuk kita untuk memberikan keperjayaan walapun ada rasa cemas.

Walapun saya sudah lama tinggal dan sudah lama menetap tinggal di

lingkungan ini. Semanjak dia keluar dia benar-benar sudah meninggalkan

perilaku yang tidak baik, namanya manusia pasti cepat atau lama juga

akan berubah dan memperbaiki semua kesalahannya” ( translite dalam

bahasa Indonesia)

Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa residivis dalam

masyarakat berfikir negatif, akan tetapi masyarakat juga tidak dapat memberikan

semua keperjayaannya teehadap residivis tersebut.

60

3.2.2.2. Ketidakperjayaan Masyarakat dalam Segi Pekerjaan

Sebagian masyarakat memandang residivis sebagai kejahatan yang kadang

dapat membuat masyarakat yang selalu waspada terhadap apa yang ia lakukan.

IN adalah residivis pada kasus curan motor dan lain-lain. Seperti yang di

diungkapkan oleh Butet ( 56 tahun) tetangga IN dan sudah lama mengenal IN

dari dulu yang mengatakan bahwa :

“ memang iyo lai nyo elok di kampung ko, tapi ndak tau awak di lua baa

kalakuannyo do, sebabnyo ajok pai-pai ntah kama. Tapi urang sakampung

ko lah tau baa iyo di lua, dan apo c kala kuannyo di lua kampung ko. Tapi

kadang awak sebangai masyarakat disiko kadang takuik-takuik juo kalau

ado barang-barang wak ado nan hilang. Memang iyo lai mambuka lapau

kopi kadang emang rami urang lapau nyo tu. Tapi pandagan masyarakat

ka iyo lah tau iyo tu baa-baa nyo. Iko c baru kalau io dari panjaro, duo

hari ko iyo baru di kampung ko, dek garo-garo bakaluannyo di kampung

urang jadi iyo di tahen dek polisi lo nyo balik dan ndak ado lo yo jera-jera

do”( wawancara pada tanggal 27 November 2018)

Terjemahan;

“ memang dia sangat baik di kampung ini, tapi saya tidak tahu bagaimana

di diluar kampung ini, karana dia sering-sering pergi untuk urusan yang

kurang saya ketahui. Tapi sebagai warga masyarakat saya merasa risih

dan ada ketakutan apabila barang-barang yang ada dirumah ini hilang.

Memang dia membuka subuah toke kopi bersama istri keduanya,dan saya

lihat banyak juga pemuda-pemuda berkumpul di toke kopinya tersebut.

Akan tetapi pandangan masyarakat terhadapnya sudah buruk, bukan

hanya di kampung ini akan tetapi kampung lain sudah banyak kenal sama

dia dan kejahatan apa saja yang ia lakukan. sedangkan sekarang saja

baru beberapa hari dia baru di bebaskan akibat kejahatan yang ia

lakukan dan tidaka ada untuk kejeraan buat dia.

Dari hasil wawancara dapat simpulkan bahwa residivis tersebut belum bisa

untuk berubah sepenuhnya. Dimana unsur kejeraan tidak dapat membuat

seseorang berubah seutuhnya.

61

3.2.2.3. Ketidak Ikutan Dalam Organisasi

Mereka yang melakukan penyimpangan sering di pandang sebagai

kejahatan yang sangat merugikan seseorang dan kadang berdampak tidak

menguntungan. Hal yang juga disampaikan oleh buk Siti 56(tahun)

“ awak alah lamo mengenal SU tu ma dari iyo ketek lai sampai kini,

dulunyo ndak bak itu karengkangnyo do, sampai kami tau iyo lah kanai

tangkok c dek polisi, tu nyo takajuik dan ibu mancaliek amaknyo. Kalau

ado kegiatan-kegiatan di masyarakat ko ndak baik itu bana yo ikuik do,

kok organisasi iyo lai ado, tapi itu pun kalau untuk gotong royong jarang

lah nampak iyo ( wawancara pada tanggal 11 November 2018).

Terjemahan:

“ saya sudah lama kenal dengan SU dari dia kecil sampai sekarang, dari

kecil dia tidak begitu nakalnya. Sampai hari ketika dia ditahan oleh aparat

kepolisian, itu membuat kami para tetangga kaget dan simpati kepada ibu

SU. Kalau soal gotong royong di kampung ini SU tidak pernah liat

wajahnya hadir, akan tetapi kalau dilihat sediri dia memang mempunyai

organisasi di masyarakat, akan tetapi itu pun jarang sekali hadir.

3.2.2.4. Pergaulan Sebelumnya

Pergaulan bisa berkembang karena adanya orang-orang yang dengan

pemikiran yang sama dalam pergaulan serta tujuan yang sama yang bertujuan

untuk menyatukan pengalam yang berbeda.

Seperti yang diungkapakan oleh masyarakat sekitar oleh Buyuong (29

tahun) tetangga SU yang mengatakan bahwa:

“kalau dalam masyarakat iyo kurang aktif lo dan kesannyo samo

masyarakat kurang elok lah, dek kalauan iyo kayak gitu. Sebagian

masyarakat ado yang kasihan samo iyo dan ado lo yang ndak nio bakawan

samo iyo. Dan awak lah kenal samo iyo dari dulu, dan ndak yang ko c

kelakuan nyo kayak gitu do dalam masyarakat ko, apo lai dalam

organisasi kadang iyo kurang aktif lo, jarang lah iyo untuk bergabung

samo pemuda-pemuda disiko” (dalam wawancara pada tanggal 12

November 2018)

Terjemahan:

“ kalau hubunganya sama masyarakat kurang aktif dan kesannya sama

masyarakat kurang begitu baik, karna kelakuannya yang tidak mau

62

berubah. dalam masyarakat ada yang kasihan dan ada juga yang mau

menerima dia atau berteman. Saya sudah kenal SU sudah lama, bahkan

dulu kami adalah teman baik, akan tetapi kelakuan dia seperti itu

membuat saya untuk menjauhinya. Dan dalam organisasi dia juga jarang

aktif .

Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa pergaulan seseorang dapat

berubah seseorang tersebut kejalan yang tidak baik. Dalam pergulan kita di

ajarkan dalam mencari teman sebaiknya tidak ikut serta dengan apa yang ia

perbuat.

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan pandangan dari tetangga

dan teman sendiri berbeda-beda ada yang beranggapan positif dan negatif yang

dapat dilihat dari perlakuan masyarakat dan perubahan residivis dalam

masyarakat tersebut. Dari temuan hasil peneliti yang dilakukan peneliti, kepada

masyarakat yang terdiri dari tetangga dan tokoh masyarakat mempunyai

pandangan negatif dan positif akibat kejahatan yang ia lakukan berulang-ulang

kali masuk tahanan atau orang yang sama melakukan kejahatan yang berbeda-

beda (residivis). Pandangan masyarakat seperti tetangga, teman, dan tokoh

masyarakat sebagai non keluarga berpandangan bahwa kejahatan yang ia

lakukan (residivis) bukan pilih yang terakhir dalam kehidupan ini.

Dari hasil penelitian dapat dilihat kerlibatan residivis dalam masyarakat

berbeda-beda, seperti dalam kegiatan masyarakat dan kegiatan di luar

masyarakat. Maka pandangan dari masyarakat pun bisa dilihat dari pandangan

negatif dan positif dari masyarakat tersebut dalam menilai segala hal. Seperti

halnya yang terjadi di Nagari Ujung Gading yang melihat residivis, dalam

masyarakat sekitar atau ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang terjadi

63

dilingkungan tempat ia tinggal, seperti halnya yang diungkapkan oleh beberapa

residivis di masyarakat.

Hasil penelitian mengenai pandangan masyarakat terhadap residivis di

Nagari Ujung Gading, masyarakat dalam kesehari-hari saling berintegrasi

dengan sesama, entah kerabat, tetangga ataupun tempat dia sering untuk bertukar

fikiran. Awalnya masyarakat belum mengenal kata residivis itu apa, karna

mereka mengangap orang yang masuk penjara sebagai mantan narapidana.

Persepsi yang berbeda akan melahirkan perilaku yang berbeda, dimana perilaku

dapat di tafsirkan sebagai reaksi seseorang terhadap lingkungannya. Menurut

Sarwono persepsi seseorang terhadap orang lain tergantung pada komunikasi

yang terjadi, seperti gerak tubuh dan ekspresi wajah seseorang. Kecenderungan

untuk merespon secara positif dan negatif terhadap obyek yang disertai

kecenderungan untuk bertindak ( Sarwono, 2010:202-203).

Menurut Walgito persepsi individu dapat menyadari tentang keadaan

lingkungan yang ada disekitarnya, dan juga tentang individu yang bersangkutan.

Orang yang dipersepsikan dapat berbuat sesuatu terhadap orang yang

mempersepsikann, sehingga kadang-kadang hasil persepsi tidak sesuai dengan

keadaan sebenarnya. Orang yang di persepsikan dapat menjadi teman, namum

sebaliknya juga dapat menjadi lawan dari individu yang mempesepsikan (

Walgito, 1994:56).

Dalam mempersepsikan masyarakat dapat membedakan dengan melihat

keadaan seseorang tentang dirinya dan keadaan dirinya di lingkungan temat ia

tinggal. Pengelamanya dan tingkah lakunya tidak terlepas dari mempersepsikan

situasinya dalam lingkungan tempat residivis tinggal. Demikian pula

64

mempersepsikan seseorang dengan melihat latarbelakang yang akan di

persepsikan.

65

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Memang sulit untuk berbaur dengan masyarakat sekitar apalagi berbaur

dengan masyarakat tersebut karna sudah menyandang status residivis. Ada

sebagain residivis yang kadang mengikuti berbagai macam aktivitas masyarakat

misalnya mengikuti acara baralek, ikut gotong royong dan bahkan kadang

mengikuti organisasi pemuda di kampungnya sendiri.

Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, kadang memang sulit apa lagi

untuk mendapatkan keperjayaan dari masyarakat hanya sedikit saja, sehingga

membuat lapangan pekerjaan pun kadang hanya beberapa orang yang dapat

diyakani oleh masyarakat disekitar Ujung Gading

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pandangan masyarakat terhadap

residivis dapat disimpulkan antara lain:

1. Dalam melihat gambaran umum residivis dan keluarga residivis

ditemukan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi seseorang

melakukan kejahatan diantaranya dorongan untuk berubah, faktor

ekonomi dan dorongan yang buruk dari luar lingkungannya.

2. Pandangan masyarakat terhadap residivis yang melakukan kejahatan

membawa kecemasan tersendiri bagi masyarakat tersebut. Pandangan

penuh kecurigaan terhadap residivis walaupun perubahan positif yang

telah ditunjukan oleh residivis.

66

3. Pendidikan dan ekonomi yang di peroleh dari informan dilapangan,

dapat dilihat dari pekerjaan masing-masing informan. Dan melatar

belakangi melakukan tindak kejahatan dilihat dari faktor ekonomi

yang rendah yang menyebabkan seseorang mengambil jalan pintas.

Kemudian pendidikan yang rendah sangat mempengaruhi pola fikir

seseorang dalam mengambil tindakan yang cepat.

4.2 Saran

Adapun saran atau masukan yang diberikan untuk mengurangi tingkat

residivis di masyarakat antara lain:

1. Orang tua harus meningkatkan kepedulian dan kontrolnya terhadap anak

dan anggota keluarganya. Keluarga haruslah mempunyai waktu luang

untuk berbincang-bincang ataupun tukar fikiran dengan sesama

anggotanya. Serta bila kita punya masalah atau sedang menghadapi

sebuah masalah cobalah untuk bercerita kepada keluarga, teman atau

orang dapat kita perjayai sehingga dapat dicarikan solusinya.

2. Tokoh-tokoh masyarakat khususnya ninik mamak perlu sensitif dalam

menyikapi fenomena dalam perubahan sosial yang ada di masyarakat

dan mendorong masyarakat sekitar agar tindakan yang berlalu tidak

terulang lagi.

67

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Abdulsyani.1987.Sosiologi Kriminalitas. Badung: CV Remadja Karya

Abdulsyani.2015.Sosiologi, Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: PT. Bumi

Abizar, Pemilihan Mutakhir Mengenai Taksonomi Tujuan Intstuksional

Pendidikan, Forum Pendidikan No 2, IKIP Padang

Afrizal.2014.Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung

Penggunaan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers. Aksara

Armico.

Bungin, Burhan(ed). 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada.

Gunakaya, A Widiada.1988. Sejarah dan Konsepsi Pemasyarakatan. Bandung :

CV.

Jones, PIP. Pengantat Teori-Teori Sosial. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor

Indonesia

Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:PT. Remaja

Rosda karya.

,2004. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Penerbit Rosda

Pearso / allyn aud bacon. 2011. Perilaku Menyimpang, Devian Behavior, Padang

Populer Gramedia.

Priyono, Hendri B. 2002. Anthony Giddens: Suatu Pengantar. Jakarta:

Kepustakaan Raja Grafindo Persada.

Ritzer Georg. 2011. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. jakarta:

PT.

Sadli, Saparinah.1976. Persepsi Sosial Mengenai Prilaku Menyimpang. Jawa

Tengah

Saebani, Beni Ahmad. 2006. Sosiologi Hukum. Bandung: Pustaka Setia.

Sarwono.S.W.2002.Psikologi Sosial Individu dan Teori Psikologi Sosial.Balai

Pustaka.Jakarta

Shadily Hassan. 1993. Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Soekanto, Soerjono. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

68

Sugiyono.2012.Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan

R&D.Bandung:alfabeta

Suhendi Hendi. 2001. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. Bandung: CV

Pustaka Setia

Walgito, bimo.2003.Psikologi Suatu Pengantar, yogyakarta: Andi Yogyakarta

Weda, Made Derma. 1996. Kriminologi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Wirawan. 2012. Teori –Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Jakarta: Kencana

Skripsi :

Gusef, Yolla. 2011. Adaptasi Kehidupan Sosial Mantan Narapidana Dalam

Masyarakat. Padang: Skripsi Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Andalas.

Rahmadika, Tria 2017. Pandangan dan Sikap Masyarakt Terhadap Bunuh Diri

Di Kabupaten Tanah Datar . Padang: Skripsi Jurusan Sosiologi FISIP

Universitas Andalas

Jurnal Ilmiah

Nasriyah.2017. Label pada Mantan Narapidana. Tanjung Pinang: Jurusan

Sosiologi. Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Rochaniningsih Nunung Sri,2014. Dampak Pengeseran Peran dan Fungsi

Keluarga pada Perilaku Menyimpang remaja.. SMP Negeri 1 Piyungan

Bantul ( diakses pada 12 maret 2018)

Dokumen

Kabupaten-Pasaman-Barat-Dalam-Angka-2017.pdf – Nitro Pro 8 (diakses 20

Desember 2017)

PP48 2014 Tarif PNBP Depag.pdf (diakses pada 15 Agustus 2017)

Internet

www.definisimenurutp araahli.com/pengertian-residivis/ ( diakses pada 11 juli

2018)

69