bab 1 pendahuluan 1.1 latar belakangrepository.unair.ac.id/99438/3/3. bab 1 pendahuluan.pdf ·...
TRANSCRIPT
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1 TUGAS AKHIR PENGAJUAN KEBERATAN TERHADAP… M. FARID Y. P.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya Pemerintah mengawasi para Wajib Pajak dalam menjalankan
kewajibannya dengan membayar pajak salah satunya dengan dilakukan
Pemeriksaan Pajak, khususnya wajib pajak yang terindikasi melakukan kesalahan
atau bahkan kecurangan yang dapat menimbulkan kerugian negara yang
berpengaruh dengan perekonomian Indonesia. Pemeriksaan Pajak menurut
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011 tentang Tata Cara
Pemeriksaan Pajak Pasal 1 ayat (2) adalah “Serangkaian kegiatan menghimpun dan
mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan
profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.” Tujuan dari
pemeriksaan itu sendiri untuk menguji kepatuhan Wajib pajak dalam menerapkan
peraturan perpajakan yang berlaku. Salah satu alasan dilakukan pemeriksaan
dijelaskan pada Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-15/PJ/2018. Di
dalam Surat Edaran tersebut salah satunya membahas terkait alasan dilakukannya
pemeriksaan pajak rutin. Pemeriksaan pajak rutin merupakan pemeriksaan yang
dilakukan sehubungan dengan pemenuhan hak dan/atau pelaksanaan kewajiban
perpajakan Wajib Pajak.
Kasus Pemeriksaan yang dialami PT. X pada tahun 2017 juga berkaitan
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Peraturan Pemerintah Nomor
2 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TUGAS AKHIR PENGAJUAN KEBERATAN TERHADAP… M. FARID Y. P.
46 Tahun 2013 adalah Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari usaha yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu dan mulai
berlaku mulai 1 Juli 2013. Yang dimaksud peredaran bruto tertenu dijelaskan di
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Pasal 2 ayat (2) butir b yang berbunyi
“Menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan dari jasa
sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp
4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) Tahun
Pajak.” Pengecualian atas pengenakan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013
tercantum di Pasal 2 ayat (4) yang berbunyi “Wajib Pajak badan yang belum
beroperasi secara komersial; atau Wajib Pajak badan yang dalam jangka waktu 1
(satu) tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto
melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).” Seperti
kasus pemeriksaan yang dialami salah satu dari Klien Howard Consultant yaitu PT.
X yang diperiksa oleh Fiskus dengan dasar Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun
2013.
Howard Consultant selaku konsultan pajak memiliki klien yaitu PT. X di
Gresik memiliki usaha yang bergerak dibidang perdagangan dan industri minyak
nabati. PT. X telah terdaftar sebagai Wajib Pajak sejak Juli 2015 dan dikukuhkan
sebagai PKP sejak Maret 2017. Berdasarkan keterangan PT.X, pada tahun 2015 dan
2016 belum ada kegiatan usaha maupun produksi minyak nabati, melainkan PT. X
masih dalam proses pengurusan izin dan pembelian mesin/peralatan pabrik. PT. X
baru melakukan proses produksi dan pemasaran hasil produksinya pada bulan April
2017.
3 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TUGAS AKHIR PENGAJUAN KEBERATAN TERHADAP… M. FARID Y. P.
PT. X melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan cara menghitung,
menyetor, dan melaporkan perpajakannya sendiri sesuai dengan PPh pasal 31E
dikarenakan pada akhir tahun 2017, omzet dari PT. X sudah melebihi Rp.
4.800.000.000 dan tidak melebihi Rp. 50.000.000.000. Pada bulan Januari–April
2018, Pihak Fiskus melakukan pemeriksaan terhadap PT. X terkait penjualan yang
dilakukan pada bulan April, Juli, dan Oktober 2017. PT. X menerima Surat
panggilan dalam rangka pertemuan sehubungan dengan pemeriksaan lapangan pada
tanggal 13 Februari 2018 dan harus menghadiri panggilan tersebut pada tanggal 19
Februari 2018. Pihak Fskus berpendapat bahwa terdapat penyerahan Pasal 7 ayat
(1) PMK-107/PMK.011/2013 jo Butir E Angka 2 huruf a SE-32/PJ/2014 yang
seharusnya PT. X melaporkan penghasilannya sesuai dengan PP No. 46 tahun 2013.
Pada tanggal 11 April 2018, terbitlah surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan yang
diterbitkan oleh Fiskus yang mengakibatkan terbitnya Surat Tagihan Pajak (STP)
dan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) atas kekurangan pembayaran
pajak PPh Pasal 4 ayat (2).
Kasus pemeriksaan yang telah dilakukan Fiskus terhadap PT. X atas
pemeriksaan untuk bulan April, Juli, dan Oktober 2017 membawa dampak yang
besar terhadap keuangan PT. X di tahun berikutnya. Akibat dari hasil pemeriksaan
yang diterima, PT. X jadi terhutang PPh Pasal 4 ayat (2) PP Nomor. 46 Tahun 2013
dan PT. X tidak dapat mengkompensasikan kerugiannya di tahun 2017 ke tahun
2018. Oleh karena itu, PT. X mengajukan keberatan atas Hasil Pemeriksaan yang
dilakukan oleh Fiskus terhadap PT. X dengan harapan dapat mengkompensasikan
kerugian yang dialaminya di tahun 2017 dan tidak terhutang PPh Pasal 4 ayat (2)
4 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TUGAS AKHIR PENGAJUAN KEBERATAN TERHADAP… M. FARID Y. P.
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Berdasarkan latar belakang diatas,
maka penulis tertarik untuk membahas permasalahan tersebut yang berjudul
“PENGAJUAN KEBERATAAN TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN STUDI
KASUS PT. X.”
1.2 Tinjauan Pustaka
1.2.1. Pemeriksaan Pajak
1.2.1.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak
Pemeriksaan pajak berdasarkan pasal 1 ayat 25 Undang-Undang No. 16
tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pemeriksaan pajak
adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau
bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau
untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan perundang-undangan
perpajakan.
1.2.1.2 Jenis-Jenis Pemeriksaan
Berdasarkan Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-07/PJ/2017,
terdapat dua jenis pemeriksaan yakni pemeriksaan kantor dan pemeriksaan
lapangan. Berikut adalah penjelasannya:
1. Pemeriksaan Kantor
Definisi Pemeriksaan Kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan di kantor
DJP. Pemeriksaan Kantor terkait dengan pemeriksaan dalam rangka menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan.jangka waktu pemeriksaan kantor
paling lama 3 bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 6 bulan yang
5 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TUGAS AKHIR PENGAJUAN KEBERATAN TERHADAP… M. FARID Y. P.
dihitung sejak tanggal WP datang memenuhi surat panggilan dalam rangka
Pemeriksaan Kantor hingga tanggal laporan hasil pemeriksaan.
2. Pemeriksaan Lapangan
Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-07/PJ/2017 menjelaskan,
Pemeriksaan lapangan dilakukan paling lama 4 bulan dan dapat diperpanjang
menjadi paling lama 8 bulan yang dihitung sejak tanggal Surat Perintah
Pemeriksaan hingga tanggal laporan hasil pemeriksaan. Namun jika dalam
pemeriksaan lapangan ditemukan indikasi transaksi berkaitan dengan transfer
pricing dan/atau transaksi khusus lain yang berindikasi adanya rekayasa transaksi
keuangan yang memerlukan pengujian yang lebih mendalam serta memerlukan
waktu yang lebih lama, pemeriksaan Lapangan dilakukan paling lama 2 tahun.
1.2.2.3 Alur Pemeriksaan Pajak
Tata cara Pemeriksaan telah diatur dalam Peraturan Menteri Kenguangan
Nomor 184/PMK.03/2015 dan dapat disimpulkan alur pemeriksaan pajak adalah
sebagai berikut:
1. Penugasan/Persetujuan/Instruksi Pemeriksaan
Pelaksanaan pemeriksaan berada di ranah KPP (Kantor Pelayanan Pajak)
atas instruksi dari Kanwil dan Kantor Pusat DJP. Instruksi itu terjadi karena:
a. Dalam rangka pemeriksaan rutin berupa daftar nominatif usulan dari KPP.
atau;
b. Dalam rangka Pemeriksaan khusus berupa analisis risiko oleh KPP (bottom
up) atau kanwil dan Kantor Pusat (top down).
2. Perencanaan Pemeriksaan
6 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TUGAS AKHIR PENGAJUAN KEBERATAN TERHADAP… M. FARID Y. P.
Perencanaan pemeriksaan dimulai dengan pembentukan tim pemeriksa pajak.
Tim pemeriksa pajak terdiri dari :
a. Fungsional pemeriksa, terdiri dari : seorang supervisor, seorang ketua tim,
seorang atau beberapa anggota tim.
b. Tenaga ahli di luar DJP (jika diperlukan), contoh: penerjemah, ahli
informatika.
3. Penerbitan SP2 & Pemberitahuan ke WP
Penerbitan SP2 ini diawali dengan terbitnya nota dinas penunjukan supervisor.
Kemudian, Supervisor membuat rencana pemeriksaan. Setelah, rencana
pemeriksaan tersebut disetujui oleh Kepala UP2, barulah terbit SP2 (Surat
Perintah Pemeriksaan). Paling lambat 5 hari kerja setelah terbitnya SP2, Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan harus disampaikan kepada Wajib pajak.
4. Peminjaman Dokumen
Untuk menunjang pemeriksaan pajak, tentunya harus ada dokumen pendukung.
Itulah mengapa Wajib Pajak harus menyimpan dengan baik semua dokumen
yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan selama 10 tahun, sebagaimana
yang telah dosebutkan di dalam UU KUP Pasal 28 Ayat 11 yang berbunyi,
“Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan
dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola
secara elektronik atau secara program aplikasi on-line wajib disimpan selama 10
(sepuluh) tahun di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau tempat tinggal Wajib
Pajak orang pribadi, atau di tempat kedudukan Wajib Pajak badan.” Permintaan
peminjaman dokumen ini wajib dipenuhi oleh Wajib Pajak dalam jangka waktu
7 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TUGAS AKHIR PENGAJUAN KEBERATAN TERHADAP… M. FARID Y. P.
1 bulan sejak terbitnya Surat Permintaan Peminjaman Dokumen WP. Selama
kurun waktu tersebut, terdapat dua kali Surat Peringatan, yakni Surat Peringatan
1 terbit 2 minggu setelah terbitnya surat permintaan peminjaman dokumen, dan
Surat Peringatan II terbit 3 minggu setelah terbitnya surat permintaan
peminjaman dokumen Wajib Pajak.
5. Pelaksanaan Pengujian
Kegiatan ini dilakukan oleh tim pemeriksa pajak dengan memperhatikan
temuan-temuan yang ada selama pemeriksaan berlangsung.
6. SPHP dan Tanggapan Tertulis
Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan adalah surat yang berisi tentang hasil
Pemeriksaan yang meliputi pos-pos yang dikoreksi, nilai koreksi, dasar koreksi,
perhitungan sementara jumlah pokok pajak, dan pemberian hak kepada Wajib
Pajak untuk hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. Atas
penyampaian SPHP tersebut, WP berhak memberikan tanggapan atas hasil
pemeriksaan yang tercantum dalam SPHP dalam jangka waktu 7 hari kerja
setelah SPHP diterima oleh Wajib Pajak dan dapat diperpanjang 3 hari jika ada
alasan tertentu dengan mengirimkan Surat Pemberitahuan Perpanjangan.
Tanggapan WP tersebut isinya bisa menyetujui, menolak sebagian, atau menolak
seluruhnya hasil pemeriksaan tersebut. DJP juga memfasilitasi adanya
pembahasan akhir hasil pemeriksaan antara Wajib Pajak dengan tim pemeriksa.
7. Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
Dalam jangka waktu 3 hari kerja sejak WP memberikan surat tanggapan atas
SPHP kepada tim pemeriksa pajak, undangan pembahasan akhir hasil
8 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TUGAS AKHIR PENGAJUAN KEBERATAN TERHADAP… M. FARID Y. P.
pemeriksaan harus disampaikan kepada wajib pajak. Ketika WP hadir dalam
pembahasan akhir hasil pemeriksaan, dalam hal Wajib Pajak menolak sebagian
atau menolak seluruhnya, Wajib Pajak berhak untuk meminta bantuan tim
Quality Assurance untuk menengahi perbedaan pendapat antara Wajib Pajak
dengan tim pemeriksa. Namun, apabila Wajib Pajak tidak hadir, maka
pembahasan akhir dianggap telah selesai dilakukan, itu artinya Wajib Pajak
menyetujui hasil pemeriksaan tim pemeriksa pajak.
8. Pelaporan, penerbitan ketetapan dan Pengembalian Dokumen
Pemeriksa pajak mencantumkan semua informasi mengenai kegiatan
pemeriksaan pajak ke dalam Kertas Kerja Pemeriksaan. Kemudian, KKP
tersebut ditelaah oleh supervisor sebelum dibuat Laporan Hasil Pemeriksaan.
Setelah disetujui, barulah dibuat Laporan Hasil pemeriksaan. Setelah itu,
terbitlah nota penghitungan atas kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang
seharusnya. Setelah itu, terbitlah surat ketetapan pajak. Pemeriksa pajak harus
mengembalikan buku,catatan, dan dokumen yang dipinjam dalam rangka
pemeriksaan kepada Wajib Pajak.
9 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TUGAS AKHIR PENGAJUAN KEBERATAN TERHADAP… M. FARID Y. P.
Gambar 1.1
Alur Pemeriksaan pajak
Sumber: Diolah oleh Penulis
1.2.2. Keberatan pajak
1.2.2.1 pengertian Keberatan Pajak
Keberatan pajak adalah mekanisme yang disediakan Ditjen Pajak
bagi wajib pajak yang tidak puas dan tidak sependapat terhadap hasil pemeriksaan
G b 1 1
Penugasan/Persetuj
uan/Instruksi
Pemeriksaan
Penerbitan SP3
dan
Pemberitahuan/
Panggilan ke
Wajib Pajak
Peminjaman
Dokumen
Pelaksanaan
Pengujian dan
Pemeriksaan
Surat Pemberitahuan
Hasil Pemeriksaan
(SPHP)
Pembahasan dengan Tim
Quality Assurance
Pembahasan
Akhir dengan Wajib Pajak
(Closing Conference) Berita Acara Hasil
Pembahasan Akhir
Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP)
Nota Hitung
Surat Tagihan Pajak (STP) / Surat Ketetapan
Pajak (SKP) seperti (SKPKB, SKPKBT,
SKPN, SKPLB)
Beda
Pendapat
10 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TUGAS AKHIR PENGAJUAN KEBERATAN TERHADAP… M. FARID Y. P.
pajak. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Pajak (DJP), maka akan diterbitkan suatu surat ketetapan pajak, yang dapat
mengakibatkan pajak terutang menjadi kurang bayar, lebih bayar, atau nihil. Jika
Wajib Pajak tidak sependapat maka dapat mengajukan keberatan atas surat
ketetapan tersebut. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajak Pasal 25, Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur
Jenderal Pajak atas suatu:
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;
c. Surat Ketetapan Pajak Nihil;
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar; atau
e. pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
1.2.2.2 Syarat Pengajuan Keberatan
Keberatan diajukan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di
tempat WP terdaftar, dengan syarat:
a. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
b. Wajib menyebutkan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang
dipotong atau dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan WP dan disertai
alasan-alasan yang jelas;
c. Satu keberatan harus diajukan untuk satu jenis dan satu tahun/masa pajak;
d. Wajib Pajak telah melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit
sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil
11 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TUGAS AKHIR PENGAJUAN KEBERATAN TERHADAP… M. FARID Y. P.
pemeriksaan atau pembahasan akhir hasil verifikasi, sebelum Surat Keberatan
disampaikan;
e. Diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal:
a) Surat ketetapan pajak dikirim; atau
b) Pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga;
kecuali Wajib Pajak dapat menunjukan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat
dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak;
f. Surat Keberatan ditandatangani oleh Wajib Pajak, dan dalam hal Surat Keberatan
ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, Surat Keberatan tersebut harus dilampiri
dengan surat kuasa khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3)
Undang-Undang KUP; dan
g. Wajib Pajak tidak mengajukan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
36 Undang-Undang KUP.
1.2.2.3 Jangka Waktu Pengajuan Keberatan Pajak
Jangka waktu untuk Pengajuan keberatan seperti yang dijelaskan di
Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 25 adalah:
a. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal
SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau sejak tanggal dilakukan pemotongan/
pemungutan oleh pihak ketiga.
b. Untuk surat keberatan yang disampaikan langsung ke KPP, maka jangka waktu
3 (tiga) bulan dihitung sejak tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau
sejak dilakukan pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga sampai saat
keberatan diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak.
12 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TUGAS AKHIR PENGAJUAN KEBERATAN TERHADAP… M. FARID Y. P.
c. Untuk surat keberatan yang disampaikan melalui pos (harus dengan pos
tercatat), jangka waktu 3 bulan dihitung sejak tanggal SKPKB, SKPKBT,
SKPLB, SKPN atau sejak dilakukan pemotongan/ pemungutan oleh pihak ketiga
sampai dengan tanggal tanda bukti pengiriman melalui Kantor Pos dan Giro.
1.2.2.4 Alur Keberatan Pajak
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 202/PMK.03/2015 tentang Tata Cara
Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan dan dapat disimpulkan alur keberatan
sebagai berikut:
1. Terbit SKPKB, SKPN, SKPLB hasil dari pemeriksaan yang merupakan utang
untuk Wajib Pajak.
2. Wajib Pajak Berhak meminta dasar koreksi atas pengenaan pajak.
3. Wajib Pajak Mengajukan Keberatan Pajak yang terhutang atas pemeriksaan
4. Keputusan pajak atas kebertan yang diajukan oleh Wajib Pajak
13 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TUGAS AKHIR PENGAJUAN KEBERATAN TERHADAP… M. FARID Y. P.
Terbit SKPKB,
SKPN, SKPLB
WP Setuju WP tidak
Setuju
WP Setuju
WP tidak Setuju
Alur Keberatan Pajak
Gambar 1.2
Sumber: Diolah oleh Penulis
1.2.3 Tarif Pajak Penghasilan Badan
Pajak Penghasilan Badan dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak yang
diperoleh Wajib Pajak Badan selama tahun pajak tanpa pengecualian, baik itu
Wajib Pajak Badan skala kecil, menengah maupun besar. Berikut ini adalah
Ketentuan Tarif PPh Badan dan Fasilitas Penurunan Tarif sesuai dengan dasar
hukum penerapan pajak penghasilan badan:
1. Undang-Undang PPh Pasal 17 ayat 1 huruf b
Tarif PPh ini diterapkan kepada wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk
Minta dasar
koreksi dasar
pengenaan
pajak
Pengajuan
Keberatan Pajak
Keputusan
Keberatan Pajak
� Menerima lebih bayar
� Melunasi pajak yang
terhutang dan denda 50%
Dilanjutkan ke Banding
Menerima lebih bayar atau
melunasi pajak yang terhutang
14 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TUGAS AKHIR PENGAJUAN KEBERATAN TERHADAP… M. FARID Y. P.
usaha tetap. Pada tahun 2009, tarif tunggal ditetapkan sebesar 28% dan
diturunkan menjadi 25% pada tahun 2010. Tarif 25% efektif berlaku untuk tahun
2010 dan seterusnya.
2. Undang-Undang PPh Pasal 31 E Ayat 1
Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa
pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas
Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan
Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).
Ketentuan-ketentuan Pasal 31 E UU No. 36 tahun 2008 sebagai berikut:
a. Fasilitas pengurangan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31E ayat (1)
Undang- Undang Pajak Penghasilan dilaksanakan dengan cara self
assessment pada saat penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Badan, sehingga Wajib Pajak badan dalam negeri
tidak perlu menyampaikan permohonan untuk dapat memperoleh fasilitas
tersebut;
b. Bentuk usaha tetap merupakan subjek pajak luar negeri, sehingga tidak
mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 31E ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan;
c. Batasan peredaran bruto sampai dengan Rp50.000.000.000,00 (lima puluh
miliar rupiah) adalah sebagai batasan maksimal peredaran bruto yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak badan dalam negeri untuk dapat
15 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TUGAS AKHIR PENGAJUAN KEBERATAN TERHADAP… M. FARID Y. P.
memperoleh fasilitas pengurangan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal
31E ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan.
1.2.4 Surat Tagihan Pajak
1.2.4.1 Pengertian STP
Pasal 1 Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Nomor 16 Tahun 2009 menjelaskan bahwa Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat
untuk melakukan tagihan pajak atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda
dan berfungsi sebagai koreksi pajak terutang, sarana mengenakan sanksi kepada
Wajib Pajak, serta sarana menagih pajak. STP ini memiliki kekuatan hukum yang
sama dengan Surat Ketetapan Pajak. Dikeluarkannya STP didasarkan pada
beberapa ketentuan. Syarat dikeluarkannya STP pada Pasal 14 Ayat 1 Pasal 1
Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 16 Tahun
2009, yaitu:
1. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan, tidak bayar atau kurang bayar;
2. Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat
salah tulis dan/atau salah hitung;
3. Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga;
4. Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang PPN tetapi tidak
melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak;
5. Pertama, pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak,
tetapi membuat faktur pajak. Kedua, pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak tetapi tidak membuat faktur pajak. Ketiga, PKP membuat
16 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TUGAS AKHIR PENGAJUAN KEBERATAN TERHADAP… M. FARID Y. P.
faktur pajak tetapi tidak tepat waktu atau tidak mengisi selengkapnya faktur
pajak.
1.2.4.2 Sanksi Administrasi STP
Sanksi administrasi dalam Surat Tagihan Pajak berdasarkan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2007 adalah sebagai berikut:
1. Sanksi administrasi Pasal 7 berupa denda sebesar Rp500.000,00 (lima ratus ribu
rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai,
Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa lainnya,
dan sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan serta sebesar Rp100.000,00
(seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
Wajib Pajak orang pribadi.
2. Sanksi administrasi Pasal 8 ayat (2) berupa denda 2% dari Dasar Pengenaan
Pajak dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan
Tahunan yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, kepadanya
dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan atas
jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak saat penyampaian Surat
Pemberitahuan berakhir sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari
bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
3. Sanksi administrasi Pasal 8 ayat (2a) sebesar 2% (dua persen) per bulan atas
jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak jatuh tempo pembayaran
sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1
(satu) bulan.
17 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TUGAS AKHIR PENGAJUAN KEBERATAN TERHADAP… M. FARID Y. P.
4. Sanksi administrasi berupa bunga apabila Wajib Pajak terlambat atau tidak
membayar pajak yang sudah jatuh tempo selama 15 hari. Sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh
tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan
dihitung penuh 1 (satu) bulan dalam Pasal 9 ayat (2a).
1.2.5 Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013
1.2.5.1 Pengertian Peraturan Pemerintah Nomor 46 2013
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 pasal 3 ayat (1) memuat tentang
diberlakukannya tarif PPh Final 1% yang ditujukan kepada Wajib Pajak
pribadi dan badan yang memiliki penghasilan dengan omzet usaha dibawah 4,8
miliar dalam satu tahun. Pungutan atas pajak tersebut diatur dalam PP No. 46 Tahun
2013, sehingga penting bagi pemilik usaha untuk memahami peraturan tersebut.
1.2.5.2 Subjek dan Objek Peraturan Pemerintah Nomor 46 2013
Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 46 2013 menjelaskan bahwa
objek dari Peraturan Pemerintah Nomor 46 2013 adalah penghasilan dari usaha
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu.
Di dalam pasal 2 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 46 2013 dijelaskan
mengenai kriteria yang harus dipenuhi, antara lain:
1. Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak badan tidak termasuk bentuk usaha
tetap; dan
2. menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan dari jasa
sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto tidak melebihi
18 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TUGAS AKHIR PENGAJUAN KEBERATAN TERHADAP… M. FARID Y. P.
Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu)
Tahun Pajak.
1.2.5.3 Bukan Subjek dan Obek Peraturan Pemerintah Nomor 46 2013
Pasal 2 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 46 2013 menjelaskan bahwa
yang bukan subjek dari Peraturan Pemerintah Nomor 46 2013 adalah Wajib Pajak
orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa yang
dalam usahanya:
1. menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang, baik yang
menetap maupun tidak menetap; dan
2. menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum yang tidak
diperuntukkan bagi tempat usaha atau berjualan.
Pasal 2 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 46 2013 menjelaskan bahwa yang
bukan subjek dari Peraturan Pemerintah Nomor 46 2013 adalah Wajib Pajak Badan:
1. Wajib Pajak badan yang belum beroperasi secara komersial; atau
2. Wajib Pajak badan yang dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah beroperasi
secara komersial memperoleh peredaran bruto melebihi Rp4.800.000.000,00
(empat miliar delapan ratus juta rupiah).
1.2.5.4 Hal Khusus Terkait Peredaran Bruto Menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 46 2013
Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 46 2013 menjelaskan mengenai Hal
khusus terkait peredaran bruto sebagai dasar untuk dikenai Pajak Penghasilan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 2013 diatur:
19 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TUGAS AKHIR PENGAJUAN KEBERATAN TERHADAP… M. FARID Y. P.
1. Dalam ayat 1 dijelaskan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada jumlah
peredaran bruto Tahun Pajak terakhir sebelum Tahun Pajak berlakunya
Peraturan Pemerintah ini yang disetahunkan, dalam hal Tahun Pajak terakhir
sebelum Tahun Pajak berlakunya Peraturan Pemerintah ini meliputi kurang dari
jangka waktu 12 (dua belas) bulan;
2. Dalam ayat 2 dijelaskan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada jumlah
peredaran bruto dari bulan saat Wajib Pajak terdaftar sampai dengan bulan
sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini yang disetahunkan, dalam hal
Wajib Pajak terdaftar pada Tahun Pajak yang sama dengan Tahun Pajak saat
berlakunya Peraturan Pemerintah ini di bulan sebelum Peraturan Permerintah ini
berlaku;
3. Dalam ayat 3 dijelaskan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada jumlah
peredaran bruto pada bulan pertama diperolehnya penghasilan dari usaha yang
disetahunkan, dalam hal Wajib Pajak yang baru terdaftar sebagai Wajib Pajak
sejak berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
1.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan disajikan adalah:
1. Bagaimana tata cara pengajuan keberatan yang dilakukan PT. X terhadap hasil
pemeriksaan?
2. Bagaimana alur penyelesaian kasus tersebut mulai dari Pemeriksaan Pajak
hingga keputusan Keberatan yang dilakukan PT. X?
20 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TUGAS AKHIR PENGAJUAN KEBERATAN TERHADAP… M. FARID Y. P.
1.4 Tujuan Penulisan Laporan Tugas Akhir
1. Untuk mengetahui Tata Cara Pengajuan Keberatan yang dilakukan PT. X
terhadap hasil pemeriksaan.
2. Untuk mengetahui Alur Penyelesaian dari kasus yang dialami PT. X dari
Pemeriksaan Pajak hingga Keputusan keberatan.
1.5 Manfaat Penyusunan Laporan Tugas Akhir
Manfaat yang diberikan oleh laporan tugas akhir ini adalah:
1. Bagi Penulis
a. Dapat mengetahui berbagai macam permasalahan yang dihadapi dibidang
perpajakan.
b. Dapat mengetahui bagaimana Alur kasus yang dialami PT. X mulai dari
Pemeriksaan pajak hingga Keputusan Keberatan.
2. Bagi Perusahaan
Sebagai refrensi bagi perusahaan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di
kemudian hari. Khususnya terkait dengan Pemeriksaan Pajak.
3. Manfaat Bagi Pembaca
Dapat dijadikan refrensi, bahan bacaan dan literatur yang bermanfaat bagi
mahasiswa yang mengambil mata kuliah laporan tugas akhir. Pembaca dapat
memahami bagaimana Alur Pemeriksaan hingga Keputusan keberatan.
1.6 Pelaksanaan Laporan Tugas Akhir
1.6.1 Subjek Tugas Akhir
Subjek dari Tugas Akhir ini adalah PT. X di Gresik memiliki usaha yang
bergerak dibidang perdagangan dan industri minyak nabati.
21 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TUGAS AKHIR PENGAJUAN KEBERATAN TERHADAP… M. FARID Y. P.
1.6.2 Objek Tugas Akhir
a. Bidang : Pajak Penghasilan Badan
b. Topik : Pengajuan Keberatan atas Hasil Pemeriksaan
IR-P
ER
PU
ST
AK
AA
N U
NIV
ER
SIT
AS
AIR
LA
NG
GA
TU
GA
S A
KH
IR P
EN
GA
JUA
N K
EB
ER
AT
AN
TE
RH
AD
AP
… M
. F
AR
ID Y
. P
.
Tab
el 1
.1
Jadw
al K
egia
tan
Peny
usun
an L
apor
an T
ugas
Akh
ir
Prog
ram
Stu
di D
iplo
ma
III P
erpa
jaka
n Fa
kulta
s Vok
asi U
nive
rsita
s Air
lang
ga
N
O
Keg
iata
n Ja
nuar
i Fe
brua
ri
Mar
et
Apr
il M
ei
Juni
20
20
2020
20
20
2020
20
20
2020
1
2
3 4
1
2 3
4 1
2 3
4 1
2 3
4 1
2 3
4 1
2 3
4 1
P
erkuli
ahan
Tugas
Akhir
2
8
2
Pen
entu
an D
ose
n P
embim
bin
g
5
3
Pen
gaj
uan
Topik
Lap
ora
n T
ugas
Akhir
1
9
4
Pen
yusu
nan
dan
Bim
bin
gan
Pro
posa
l
Lap
ora
n T
ug
as A
khir
19 F
ebru
ari
- 23 M
aret
5
Pen
yer
ahan
Pro
posa
l L
apora
n T
ugas
Akhir
6
Pen
yusu
nan
dan
Bim
bin
gan
Lap
ora
n
Tugas
Akhir
Lan
juta
n
7
Pen
yer
ahan
Lap
ora
n T
ug
as A
khir
8
Uji
an L
isan
(S
idan
g)
9
Rev
isi
Lap
ora
n T
ugas
Akhir
10
P
enji
lidan
(H
ard C
over
) L
apora
n
Fin
al T
ugas
Akhir
11
P
enyer
ahan
Lap
ora
n F
inal
Tugas
Akhir
Sum
ber
: Sur
at E
dara
n Ja
dwal
Pel
aksa
naan
Tug
as A
khir
Pro
gram
Stu
di
Dip
lom
a II
I Per
paja
kan,
202
0.
22