bab 1 pendahuluan 1.1 latar belakang - · pdf fileantar stakeholder menyebabkan kerusakan...

12
BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang studi, rumusan masalah, tujuan dan sasaran yang akan dicapai, metoda penelitian (meliputi ruang lingkup, pendekatan, sumber dan cara mendapatkan data, serta analisis data), dan sistematika pembahasan. 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama. Wilayah daratan tersebut dinamakan daerah tangkapan air (DTA atau catchment area) yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri dari sumber daya alam dan sumber daya manusia sebagai pemanfaat sumber daya alam (Asdak, 2002: 4). Daerah ini juga meliputi tanah, air, dan vegetasi yang ada di sepanjang tepi aliran sungai yang bergerak mengalir dari hulu sampai ke hilir. Dalam buku pedoman identifikasi dan pemilihan lokasi penghijauan pada kawasan lindung yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan disebutkan bahwa degradasi sumber daya alam di dalam DAS telah terjadi secara luas. Kerusakan hutan meningkat 2,8 juta ha per tahun. Luas lahan kritis dalam DAS juga terus meningkat. Jika pada tahun 1984 terdapat 9,7 juta ha lahan kritis pada 22 DAS, maka pada tahun 1994 menjadi 12,6 ha pada 39 DAS. Sedangkan pada tahun 2004 terdapat 62 DAS kritis dari total 470 DAS di Indonesia. Sementara itu, konversi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan non pertanian rata-rata mencapai 50.000 ha per tahun (Direktorat Rehabilitasi Hutan dan Lahan, 2005). Fakta-fakta ini memaksa dilakukannya tindakan konservasi yang efektif agar pemanfaatan sumber daya alam hayati dapat berlangsung secara berkelanjutan. Selama ini kegiatan rehabilitasi dan konservasi di DAS lebih berorientasi di kawasan budidaya. Hal ini dapat dimengerti karena eksplorasi terutama pengelolaan lahan pada kawasan budidaya lebih intensif dibandingkan kawasan lain. Intensitas pengelolaan lahan yang tinggi di satu sisi akan memberikan pertumbuhan yang baik bagi tanaman dan kehidupan masyarakat tetapi di sisi lain akan terjadi degradasi lingkungan, terutama karena adanya proses erosi.

Upload: nguyendan

Post on 06-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF fileantar stakeholder menyebabkan kerusakan lahan di ... dan hutan lindung) di Indonesia belum ... dan resapan air di daerah aliran sungai,

BAB 1

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan latar belakang studi, rumusan masalah, tujuan dan

sasaran yang akan dicapai, metoda penelitian (meliputi ruang lingkup, pendekatan,

sumber dan cara mendapatkan data, serta analisis data), dan sistematika pembahasan.

1.1 Latar Belakang

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara

topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan

menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama.

Wilayah daratan tersebut dinamakan daerah tangkapan air (DTA atau catchment area)

yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri dari sumber daya

alam dan sumber daya manusia sebagai pemanfaat sumber daya alam (Asdak, 2002:

4). Daerah ini juga meliputi tanah, air, dan vegetasi yang ada di sepanjang tepi aliran

sungai yang bergerak mengalir dari hulu sampai ke hilir.

Dalam buku pedoman identifikasi dan pemilihan lokasi penghijauan pada

kawasan lindung yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan disebutkan bahwa

degradasi sumber daya alam di dalam DAS telah terjadi secara luas. Kerusakan hutan

meningkat 2,8 juta ha per tahun. Luas lahan kritis dalam DAS juga terus meningkat.

Jika pada tahun 1984 terdapat 9,7 juta ha lahan kritis pada 22 DAS, maka pada tahun

1994 menjadi 12,6 ha pada 39 DAS. Sedangkan pada tahun 2004 terdapat 62 DAS

kritis dari total 470 DAS di Indonesia. Sementara itu, konversi lahan dari lahan

pertanian menjadi lahan non pertanian rata-rata mencapai 50.000 ha per tahun

(Direktorat Rehabilitasi Hutan dan Lahan, 2005).

Fakta-fakta ini memaksa dilakukannya tindakan konservasi yang efektif agar

pemanfaatan sumber daya alam hayati dapat berlangsung secara berkelanjutan.

Selama ini kegiatan rehabilitasi dan konservasi di DAS lebih berorientasi di kawasan

budidaya. Hal ini dapat dimengerti karena eksplorasi terutama pengelolaan lahan pada

kawasan budidaya lebih intensif dibandingkan kawasan lain. Intensitas pengelolaan

lahan yang tinggi di satu sisi akan memberikan pertumbuhan yang baik bagi tanaman

dan kehidupan masyarakat tetapi di sisi lain akan terjadi degradasi lingkungan,

terutama karena adanya proses erosi.

Page 2: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF fileantar stakeholder menyebabkan kerusakan lahan di ... dan hutan lindung) di Indonesia belum ... dan resapan air di daerah aliran sungai,

2

Oleh karena itu, upaya konservasi dan rehabilitasi perlu diperluas tidak hanya

di kawasan budidaya tetapi juga perlu dilakukan di kawasan lindung. Degradasi lahan

telah begitu luas sehingga tidak hanya dialami oleh kawasan budidaya dan kawasan

penyangga, tetapi juga sampai ke kawasan pelindung. Peruntukan penggunaan lahan

di sepanjang DAS adalah untuk kawasan lindung yang berfungsi untuk

mempertahankan kekayaan sumber daya alam hayati yang dimiliki. Kawasan lindung

ini juga berfungsi untuk mencegah terjadinya banjir. Konservasi dan rehabilitasi perlu

dilakukan untuk menyelamatkan kawasan lindung yang ada.

Kebijakan dan peraturan-peraturan yang mendukung kegiatan pembangunan

di kawasan ini masih bersifat sektoral, kebijakan dari Pusat, Provinsi, dan dari

Daerah. Kebijakan menggunakan pendekatan administratif dan tidak ada koordinasi

antar stakeholder menyebabkan kerusakan lahan di kawasan DAS terus terjadi.

Contoh saja DAS Ciliwung yang berada di kawasan Puncak, pembiayaan

pembangunan dan pemeliharaan di kawasan Puncak masih terbagi antara tanggung

jawab Pemerintah Pusat, Provinsi, atau Daerah. Sehingga koordinasi antar stakeholder

harus terjalin dengan baik untuk konservasi kawasan lindung dan mencegah

kerusakan lingkungan yang terjadi. Koordinasi ini termasuk kegiatan pengendalian

bangunan di kawasan Puncak yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan

seperti menjamurnya villa-villa.

Pembangunan villa-villa di kawasan Puncak sering kali menyalahi aturan

(Said, 2002). Menurut Keppres No. 114 tahun 1999 tentang Penataan Ruang Kawasan

Bogor-Puncak-Cianjur, Daerah Bopunjur merupakan kawasan resapan air dan tanah

yang berfungsi melindungi kawasan bawahannya yakni Provinsi Jawa Barat dan DKI

Jakarta. Oleh karena itu pembangunan di kawasan Puncak harus diawasi agar fungsi

kawasan tidak terganggu. Pembangunan villa yang ada tidak mendukung fungsi

kawasan yang ada dan dibangun pada kemiringan yang tidak sesuai dengan ketetapan,

yaitu dibangun pada ketinggian lebih dari 40%.

Villa-villa di kawasan Puncak ini membuat daerah resapan air yang berguna

untuk menahan air hujan yang turun pada musim penghujan semakin berkurang (Ira,

1996). Kejadian inilah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir di Jakarta.

Adapun masalah lain yang terjadi adalah bangunan-bangunan tanpa IMB yang ada di

sepanjang bantaran sungai. Belum lagi perilaku masyarakat yang sering membuang

sampah sembarangan ke sungai yang menyalahi aturan UU No. 23 tahun 1997 tentang

pengelolaan lingkungan hidup.

Page 3: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF fileantar stakeholder menyebabkan kerusakan lahan di ... dan hutan lindung) di Indonesia belum ... dan resapan air di daerah aliran sungai,

3

Meskipun sudah banyak peraturan yang mengatur dan menata kawasan

Puncak, namun kerusakan lahan tetap terjadi. Hal ini disebabkan karena kebijakan

yang memayungi kebanyakan berupa Keppres. Sementara Keppres tidak mengatur

sangsi terhadap pelanggaran-pelanggaran yang terjadi pada kawasan yang diatur

tersebut. Unsur penegakan aturan atau hukum baru muncul pada peraturan daerah.

Untuk wilayah Kabupaten Bogor baru ada pada tahun 1993 yaitu yang diatur melalui

Perda No. 5/1993 tentang RDTR kawasan Puncak serta Perda No. 23 dan 24/2000

tentang Retribusi IMB dan izin mendirikan bangunan. Bahkan berdasarkan UU No.

32/2004 tentang penataan ruang maka Perda No. 5/1993 sudah harus direvisi, karena

sudah 13 tahun.

1.2 Rumusan Masalah

Kawasan konservasi (termasuk di antaranya taman nasional dan hutan

lindung) di Indonesia belum banyak diungkap sebagai area yang dipandang

mempunyai manfaat langsung bagi masyarakat. Umumnya kalangan awam menilai

suatu kawasan konservasi hanyalah tutupan hutan yang mempunyai makna ekonomi,

jika kayu yang ada di dalamnya bisa dijual atau dimanfaatkan untuk bangunan dan

segala aspek yang mempunyai dampak langsung bagi masyarakat di sekitar kawasan

tersebut. Padahal, kawasan konservasi mempunyai manfaat besar baik secara

langsung maupun tidak langsung. Keuntungan yang diperoleh dari nilai tidak

langsung sebuah kawasan konservasi antara lain termasuk kualitas air, proteksi tanah,

rekreasi, pendidikan, penelitian ilmiah, regulasi iklim, dan penyediaan pilihan masa

depan bagi masyarakat (Primarck dkk dalam Mangunjaya, 1998).

Pemanfaatan lahan di daerah aliran sungai harus memperhatikan daya dukung

lingkungan yang ada. Selain dapat menjadi potensi, sungai juga berpotensi

menimbulkan masalah. Masalah yang dapat terjadi adalah munculnya banjir, erosi,

dan longsor. Pencegahan terjadinya masalah-masalah tersebut membuat penataan dan

pengelolaan pemanfaatan lahan di sekitar aliran sungai menjadi penting. Di daerah

sekitar tepi sungai misalnya, pertumbuhan pusat perkotaan dapat menyebabkan

pertumbuhan pemanfaatan lahan di daerah ini semakin banyak, terutama sebagai

tempat permukiman. Fenomena ini terkait dengan perkembangan fisik dan struktur

tata ruang kawasan yang sangat dipengaruhi oleh pola, struktur, dan bentuk jaringan

sungai. Penyusunan rencana pemanfaatan lahan di sekitar kawasan aliran sungai harus

disusun untuk mengendalikan pertumbuhan tersebut.

Page 4: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF fileantar stakeholder menyebabkan kerusakan lahan di ... dan hutan lindung) di Indonesia belum ... dan resapan air di daerah aliran sungai,

4

Pembangunan perumahan yang bersifat mewah di sepanjang tepi Sungai

Ciliwung Bagian Hulu semakin tidak terkendali. Padahal pemanfaatan kawasan tepi

sungai digunakan sebagai jalur hijau. Jika hal ini terus terjadi maka akan terjadi

ketidakseimbangan alam karena potensi terjadi banjir akan semakin meningkat.

Aktivitas rumah tangga seperti pembuangan sampah dan limbah domestik dapat

menurunkan kualitas sungai dan air tanah yang menyebabkan degradasi lingkungan.

Lemahnya peraturan dalam pengendalian pemanfaatan lahan menjadikan

permasalahan pemanfaatan lahan yang semakin kompleks. Konflik yang muncul

melibatkan pemerintah, swasta, dan masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan perumahan di kawasan tepi Sungai Ciliwung Bagian Hulu adalah iklim

yang sejuk, aksesbilitas yang baik, dan tingkat ekonomi yang lebih tinggi dari para

pendatang.

Pengembangan kawasan puncak sebagai daerah tujuan wisata dan tempat

peristirahatan berimplikasi pada pembangunan perumahan di DAS Ciliwung Bagian

Hulu. Pembangunan ini semakin tidak terkendali karena kurangnya ketegasan

peraturan pemanfaatan lahan di DAS Ciliwung Bagian Hulu. Pembangunan

perumahan tersebut telah menyalahi aturan pemanfaatan lahan yang berlaku karena

menurut peraturan daerah tepi sungai dimanfaatkan sebagai jalur hijau untuk

mencegah terjadinya bencana banjir. Hal ini dapat mengakibatkan degradasi

lingkungan dan bencana alam. Degradasi lingkungan yang terjadi berupa penurunan

kualitas kesuburan tanah dan kurang produktifnya tanah karena dimanfaatkan sebagai

tempat permukiman. Daerah tepi sungai merupakan daerah yang subur dan cocok

untuk pertanian. Jika terjadi alih fungsi penggunaan lahan maka lahan yang

seharusnya dapat produktif akan berkurang produktivitasnya karena pemanfatan yang

salah.

Penataan ruang di DAS diharapkan dapat menjaga ekosistem lingkungan

hidup beserta sumber daya yang dimilikinya. Penelitian seperti ini belum pernah

dilakukan karena penelitian yang ada sebelumnya hanya berupa evaluasi kerusakan

lingkungan. Evaluasi tersebut tidak menitikberatkan pada peran stakeholder dalam

proses pengendalian penggunaan lahan di DAS. Penelitian ini bermanfaat untuk

mengetahui hal-hal apa saja yang menghambat tercapainya pelaksanaan penggunaan

lahan di DAS sebagai kawasan resapan air selama ini. Hal ini sangat penting untuk

diketahui agar pengendalian pemanfaatan lahan di DAS dapat berjalan sesuai rencana

Page 5: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF fileantar stakeholder menyebabkan kerusakan lahan di ... dan hutan lindung) di Indonesia belum ... dan resapan air di daerah aliran sungai,

5

dan mendukung pembangunan manusia yang berkelanjutan (sustainable human

development).

DAS Ciliwung Bagian Hulu memiliki potensi pertumbuhan yang pesat.

Berkembangnya sektor wisata mengakibatkan pertumbuhan sektor perdagangan dan

jasa, seperti hotel, restoran, dan toko oleh-oleh. Sektor ini cukup banyak menyerap

tenaga kerja dan mengakibatkan pertumbuhan permukiman baru. Pembangunan villa,

resort, dan tempat peristirahatan lain juga cukup pesat mengingat keadaan DAS

Ciliwung Bagian Hulu ini beriklim sejuk dan nyaman. Banyak penduduk Jakarta yang

menghabiskan waktu libur dan weekend-nya di daerah ini. Hal ini berakibat pada

perubahan penggunaan lahan dan semakin hari mengindikasikan keadaan yang tidak

terkontrol dan kurang terkendali. Jika tidak ditangani dengan serius maka hal ini akan

berdampak buruk bagi Jakarta dan sekitarnya, terutama musibah banjir. Oleh karena

itu pengelolaan DAS dan penataan ruang kawasan lindung dan resapan air harus

dimantapkan.

Adanya persoalan yang terjadi saat ini dan potensi masalah yang mungkin

ditimbulkan oleh DAS maka bagaimanakah pengelolaan DAS untuk kelestarian alam

dan keberlangsungan ekosistem DAS?

1.3 Tujuan dan Sasaran

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah melakukan evaluasi terhadap

penataan ruang kawasan lindung dan resapan air di daerah aliran sungai dengan

mengambil contoh kasus di DAS Ciliwung Bagian Hulu. Penelitian ini diharapkan

dapat memberikan masukan dalam pengelolaan DAS Ciliwung Bagian Hulu sebagai

upaya pengendalian pemanfaatan lahan agar sesuai dengan fungsi kawasan yang

diembannya. Pemanfaatan lahan harus berwawasan lingkungan sehingga aktivitas

yang selama ini dilakukan terus berjalan. Tujuan tersebut dicapai melalui sasaran-

sasaran sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi penataan ruang DAS Ciliwung Bagian Hulu menurut

RTRW,

2. Mengidentifikasi penggunaan lahan di DAS Ciliwung Bagian Hulu saat ini,

3. Menganalisis penyimpangan penataan ruang di DAS Ciliwung Bagian Hulu,

4. Mengetahui faktor-faktor penyebab penyimpangan penataan ruang di DAS

Ciliwung Bagian Hulu, dan

Page 6: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF fileantar stakeholder menyebabkan kerusakan lahan di ... dan hutan lindung) di Indonesia belum ... dan resapan air di daerah aliran sungai,

6

1.4 Metoda Penelitian

Metoda dalam penelitian ini meliputi ruang lingkup, pendekatan, kerangka

pemikiran, sumber dan cara mendapatkan data, serta analisis data.

1.4.1 Ruang Lingkup

Lingkup dalam penelitian ini terbagi menjadi lingkup wilayah studi dan

lingkup materi.

1.4.1.1 Lingkup Wilayah

Lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah daerah aliran sungai Ciliwung

bagian hulu yang secara geografis terletak pada kedudukan 6o7’50” LS dan 6o46’00”

LS dengan 106o48’00” BT dan 107o00’00” LS. DAS Ciliwung Bagian Hulu secara

administratif masuk dalam Kota Bogor dan Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Luas DAS Ciliwung Bagian Hulu adalah 14.876 Ha yang meliputi lima

kecamatan, yaitu Kecamatan Ciawi, Kecamatan Cisarua, Kecamatan Megamendung,

Kecamatan Sukaraja, dan Kecamatan Kota Bogor Timur. Batas-batas wilayah DAS

Ciliwung Bagian Hulu adalah sebagai berikut:

Sebelah utara : Kabupaten Bogor

Sebelah selatan : Kabupaten Bogor

Sebelah barat : Kabupaten Bogor

Sebelah timur : Kabupaten Bogor

Berdasarkan bentuk topografinya, wilayah DAS Ciliwung Bagian Hulu

bervariasi antara bentuk datar, landai, agak curam, curam sampai dengan sangat

curam. Pembagian wilayah DAS Ciliwung Bagian Hulu berdasarkan topografi dan

bentuk wilayah diklasifikasikan kedalam bentuk kelas lereng. Kelerengan sangat

curam (di atas 40 %) mendominasi wilayah DAS Ciliwung Bagian Hulu yaitu sebesar

40,12% dengan letak sangat menyebar. DAS Ciliwung Bagian Hulu terbagi kedalam

4 (empat) Sub DAS yaitu :

• Sub DAS Ciesek seluas 2.452,78 Ha

• Sub DAS Hulu Ciliwung seluas 4.593,03 Ha

• Sub DAS Cibogo Cisarua seluas 4.110,34 Ha

• Sub DAS Ciseuseupan Cisukabirus seluas 3.719,85 Ha

Page 7: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF fileantar stakeholder menyebabkan kerusakan lahan di ... dan hutan lindung) di Indonesia belum ... dan resapan air di daerah aliran sungai,

7

Pemilihan DAS Ciliwung Bagian Hulu sebagai wilayah penelitian didasarkan

pada kenyataan bahwa kerusakan kawasan lindung yang terjadi sudah sangat kritis

karena pembangunan yang tidak terkendali. Padahal DAS Ciliwung Bagian Hulu

sangat penting sebagai daerah yang berfungsi untuk menjaga kawasan di bawahnya,

salah satunya adalah provinsi DKI Jakarta yang merupakan ibukota negara. Kawasan

ini juga sangat penting untuk menunjang kehidupan manusia yang berwawasan

lingkungan sehingga perlu untuk dilestarikan. Selain itu, kawasan DAS Ciliwung

Bagian Hulu merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang potensial melalui segi

pariwisata dan perdagangan sehingga dapat memberikan peranan terhadap

perekonomian lokal. Pembangunan villa-villa sebagai tempat peristirahatan semakin

marak dan kemudian menjadi suatu fenomena yang unik.

1.4.1.2 Lingkup Materi

Penelitian ini ditekankan pada kawasan lindung dan resapan air di daerah

aliran sungai, meskipun juga membahas mengenai kawasan budidaya di dalamnya.

Kawasan lindung adalah kawasan lindung adalah suatu kawasan yang keadaan dan

sifat fisiknya mempunyai fungsi melindungi kelestarian fungsi sumber daya alam dan

sumber daya buatan (Direktorat Rehabilitasi Hutan dan Lahan, 2005). Jenis kawasan

lindung terdiri dari kawasan yang memberikan perlindungan kawasan di bawahnya,

kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, dan kawasan rawan bencana.

Kawasan resapan air yaitu kawasan bercurah hujan yang tinggi, berstruktur

tanah yang mudah meresapkan air dan mempunyai geomorfologi yang mampu

meresapkan air hujan secara besar-besaran. Resapan air atau infiltrasi air atau

imbuhan air ke dalam lapisan tanah atau batuan merupakan bagian dari proses siklus

air dimana air hujan yang turun ke permukaan bumi, sebagian mengalir di permukaan

sebagai aliran permukaan (run off) dan sebagian masuk ke dalam tanah, mengisi

lapisan akuifer (lapisan pembawa air) untuk kemudian disebut sebagai air tanah.

Kawasan lindung dan resapan air merupakan faktor yang sangat penting dalam

proses konservasi alam karena berfungsi sebagai penyeimbang atau penentu

terpeliharanya kelestarian air tanah yang secara tidak langsung menjamin terhadap

kelangsungan hidup manusia. Berkurangnya daerah lindung dan resapan air karena

banyak dipakai sebagai tempat pemukiman dan kawasan pertanian berpengaruh besar

sekali terhadap kelestarian sumber daya air dan perlindungan terhadap bencana alam.

Page 8: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF fileantar stakeholder menyebabkan kerusakan lahan di ... dan hutan lindung) di Indonesia belum ... dan resapan air di daerah aliran sungai,

8

Sedangkan kawasan budidaya yang akan dibahas meliputi kawasan hutan

produksi, pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, tanaman tahunan/perkebunan,

pariwisata, permukiman yang ada di DAS Ciliwung Bagian Hulu. Penggunaan lahan

untuk kawasan lindung/resapan air dan budidaya sudah diatur dalam rencana agar

lingkungan hidup dapat terjaga dan dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh manusia.

1.4.2 Pendekatan

Untuk mencapai tujuan dan sasaran penelitian ini, digunakan pendekatan

sebagai berikut:

• Mengidentifikasi penataan ruang di DAS Ciliwung Bagian Hulu menurut RTRW

Pendekatan yang digunakan untuk mengetahui peraturan dan kebijakan yang

mengatur penataan ruang DAS Ciliwung Bagian Hulu adalah dengan cara

memaparkan hasil studi-studi literatur dan wawancara yang dilakukan terhadap

pihak pemerintah yang mengerti RTRW. Output yang dihasilkan adalah penataan

ruang di DAS Ciliwung Bagian Hulu menurut RTRW dengan besaran luas dan

persen.

• Mengidentifikasi penggunaan lahan di DAS Ciliwung Bagian Hulu saat ini

Identifikasi penggunaan lahan di DAS Ciliwung Bagian Hulu saat ini

menggunakan pendekatan deskriptif. Data-data yang didapatkan dari studi

literatur dan hasil observasi di lapangan akan diuraikan. Identifikasi ini dilakukan

untuk mengetahui kondisi di lapangan saat ini dan mengetahui masalah-masalah

yang terjadi di daerah hulu. Output yang dihasilkan adalah penataan ruang di DAS

Ciliwung Bagian Hulu saat ini dengan besaran luas dan persen.

• Menganalisis penyimpangan penataan ruang di DAS Ciliwung Bagian Hulu

Penyimpangan penataan ruang di DAS Ciliwung Bagian Hulu didapatkan dengan

cara membandingkan keadaan yang tidak sesuai antara kondisi di lapangan

dengan peraturan yang berlaku. Output yang dihasilkan adalah bentuk-bentuk

penyimpangan penataan ruang di DAS Ciliwung Bagian Hulu.

• Mengetahui faktor-faktor penyebab penyimpangan penataan ruang di DAS

Ciliwung Bagian Hulu

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan di DAS Ciliwung

Bagian Hulu didapatkan dengan melihat aspek-aspek yang mempengaruhi

terjadinya penyimpangan penataan ruang di DAS Ciliwung Bagian Hulu.

Page 9: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF fileantar stakeholder menyebabkan kerusakan lahan di ... dan hutan lindung) di Indonesia belum ... dan resapan air di daerah aliran sungai,

9

1.4.3 Sumber dan Cara Mendapatkan Data

Dalam studi ini, data-data yang diperlukan akan diperoleh dengan cara

melakukan survei primer dan sekunder, yaitu sebagai berikut:

• Primer

Pengumpulan data secara primer dilakukan melalui metode observasi dan

wawancara. Observasi dilakukan untuk mengetahui keadaan wilayah studi melalui

pengamatan langsung di lapangan. Sedangkan wawancara akan dilakukan pada

aktor-aktor terkait. Aktor-aktor tersebut yang paling utama adalah pihak

Pemerintah Pusat seperti Departemen Kehutanan, Balai Pengelolaan DAS

Citarum-Ciliwung dan Induk Pelaksana Kegiatan Pengembangan Wilayah Sungai

Ciliwung Cisadane (IPK-PWSCC).

• Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi literatur, baik dari buku-

buku, multi media, ataupun instansi-instansi terkait. Pengumpulan data sekunder

bertujuan untuk mengetahui kondisi wilayah studi saat ini dan peraturan dalam

pengendalian kawasan lindung yang ada. Selain itu juga dilakukan untuk

memahami konsep-konsep pengembangan wilayah yang berwawasan lingkungan,

khususnya konsep yang berkaitan dengan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

1.4.4 Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang dilakukan

dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang temuan-

temuannnya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.

Akan tetapi, dalam penelitian kualitatif dapat saja digunakan data kuantitatif untuk

mengabsahkan data-data kualitatif, yang penting adalah bahwa proses analisisnya

bersifat kualitatif.

Teknik evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah evaluasi formal

jenis summative evaluation. Teknik evaluasi formal adalah pendekatan evaluasi yang

menggunakan metode-metode deskriptif untuk menghasilkan informasi-informasi

yang valid dan reliable tentang hasil-hasil dari suatu kebijaksanaan. Sedangkan

summative evaluation adalah upaya untuk mengevaluasi program yang telah

dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Umumnya teknik evaluasi ini digunakan

untuk mengetahui program yang relatif sudah “baku” atau stabil.

Page 10: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF fileantar stakeholder menyebabkan kerusakan lahan di ... dan hutan lindung) di Indonesia belum ... dan resapan air di daerah aliran sungai,

10

Untuk mengetahui penyimpangan penataan ruang di DAS Ciliwung Bagian

Hulu maka digunakan analisis perbandingan. Perbandingan dilakukan antara penataan

ruang di DAS Ciliwung Bagian Hulu menurut RTRW dengan keadaan yang

sebenarnya (eksisting). Setelah mengetahui bentuk-bentuk penyimpangan yang terjadi

maka dapat dilihat aspek-aspek yang mempengaruhinya.

TABEL I.1 KEBUTUHAN DATA PENELITIAN

Sasaran Data yang Diperlukan Sumber Data

Cara Memperoleh

Data

Analisis Data

Rencana penataan ruang yang ada

Penataan ruang DAS Ciliwung Hulu menurut RTRW Kabupaten/ Kota Bogor

Studi literatur Sekunder Analisis deskriptif

Penggunaan lahan untuk kawasan budidaya

Studi literatur, observasi, dan wawancara

Primer dan sekunder

Analisis deskriptif

Guna lahan di DAS Ciliwung Bagian Hulu saat ini

Penggunaan lahan untuk kawasan non budidaya

Studi literatur, observasi, dan wawancara

Primer dan sekunder

Analisis deskriptif

Penyimpangan Penataan Ruang di DAS Ciliwung Hulu

- - - Analisis perbandingan

Faktor-faktor penyebab penyimpangan penataan ruang yang terjadi

Aspek-aspek yang berpengaruh dalam perubahan penggunaan lahan di DAS Ciliwung Bagian Hulu

- - Analisis perbandingan

1.5 Sistematika Pembahasan

Pada studi mengenai evaluasi penataan ruang kawasan lindung dan resapan air

di DAS Ciliwung Bagian Hulu ini, sistematika pembahasan meliputi lima bab, yaitu

sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini berisi rancangan studi yang memberikan arahan untuk mencapai

tujuan studi. Pokok-pokok materinya meliputi latar belakang, rumusan

masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, metode penelitian, dan

sistematika pembahasan.

Page 11: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF fileantar stakeholder menyebabkan kerusakan lahan di ... dan hutan lindung) di Indonesia belum ... dan resapan air di daerah aliran sungai,

11

BAB 2 PENGELOLAAN DAN PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

Landasan teori bertujuan untuk membentuk kerangka logika dan membatasi

pembahasan materi agar ulasan materinya tetap terfokus pada tujuan

penelitiannya. Teori yang dibahas antara lain berupa teori mengenai fungsi

daerah aliran sungai, guna lahan DAS, permasalahan DAS, daerah aliran

sungai sebagai ekosistem, kebijakan pengelolaan DAS, dan pengembangan

DAS, teori evaluasi, dan studi sebelumnya yang berkaitan dengan studi ini.

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH

Bab ini menguraikan kondisi wilayah studi dan perkembangan, mulai dari

batas wilayah, kondisi fisik, keadaan sosial ekonomi, dan fungsi DAS

Ciliwung Bagian Hulu. Gambaran umum wilayah ini selain memperlihatkan

kondisi wilayah studi juga memberikan gambaran potensi dan kendala dalam

pencapaian fungsi wilayah yang diteliti.

BAB 4 EVALUASI PENATAAN RUANG KAWASAN LINDUNG DAN

RESAPAN AIR DI DAS CILIWUNG BAGIAN HULU

Bab ini berisi tentang rangkaian proses analisis secara sistematis untuk

mencapai tujuan studi. Tahapannya antara lain analisis kondisi wilayah saat

ini, analisis penataan ruang wilayah studi sesuai rencana, peran pemerintah

pusat dalam penataan ruang DAS Ciliwung Bagian Hulu, dan evaluasi

pengendalian penataan ruang di DAS Ciliwung Bagian Hulu.

BAB 5 PENUTUP

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan yang merupakan tujuan dan sasaran

dari studi berdasarkan temuan-temuan studi. Juga akan dikemukakan

rekomendasi terhadap penataan ruang di DAS agar dapat berjalan sesuai

dengan fungsinya sebagai kawasan lindung dan resapan air. Selain itu juga

diberikan kelemahan dalam pelaksanaan studi ini dan saran untuk studi

selanjutnya.

Page 12: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF fileantar stakeholder menyebabkan kerusakan lahan di ... dan hutan lindung) di Indonesia belum ... dan resapan air di daerah aliran sungai,

12

GAMBAR 1.1

KERANGKA PEMIKIRAN

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan

Berkurangnya kesuburan dan produktivitas tanah

Evaluasi penataan ruang kawasan lindung dan resapan air di DAS

Ciliwung Bagian Hulu

Ketidakseimbangan alam dan masalah banjir

Perkembangan permukiman yang semakin tidak terkendali

Degradasi sumber daya air dan lingkungan

Kerusakan hutan dan kawasan lindung di sekitar DAS

Penataan Ruang di DAS Ciliwung Bagian Hulu

menurut RTRW

Penggunaan lahan di DAS

Ciliwung Bagian Hulu saat ini

Analisis

Faktor penyebab penyimpangan

penataan ruang di DAS Ciliwung Bagian Hulu

Penyimpangaan penataan ruang di

DAS Ciliwung Bagian Hulu

Kesimpulan dan rekomendasi kebijakan

pemanfaatan lahan