bab 1 pendahuluan 1.1 latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/79089/potongan/... ·...

27
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Munculnya internet sebagai salah satu produk media baru membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia baik dalam hal ekonomi, sosial, budaya dan politik. Media baru adalah media yang merupakan gabungan antara teknologi komputer dengan teknologi informasi dan komunikasi. Bentuknya adalah teknologi komunikasi elektronik atau digital, khususnya internet. Istilah media baru telah digunakan sejak tahun 1960an dan telah mencakup seperangkat teknologi komunikasi terapan yang semakin berkembang dan beragam. Internet memudahkan kita untuk mendapatkan informasi, saling bertukar informasi dan berkomunikasi dengan orang lain. Jumlah pengguna internet yang semakin besar menandakan adanya budaya baru di masyarakat dalam pencarian informasi yang mudah,cepat dan aktual Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya blog, mailing list dan forum diskusi yang memungkinkan individu satu bertemu dengan individu lainnya, bertukar pikiran atau sekedar sharing mengenai pengetahuan yang mereka miliki masing-masing. Perkembangan internet sangat berpengaruh terhadap perkembangan telekomunikasi dunia didukung oleh munculnya smartphone yang semakin memudahkan usernya dalam penggunaan internet. Smartphone atau telepon pintar adalah telepon genggam yang memiliki fitur canggih serta terkoneksi jaringan internet yang lebih cepat daripada telepon genggam yang biasa-biasa saja. Smartphone juga memunculkan fenomena banyaknya media-media sosial baru yang memungkinkan serta memudahkan penggunanya dalam berkomunikasi, seperti blackberry messenger, twitter, facebok,whatsapp, line, kakao talk dan lain-lainnya. Syarat mutlak individu yang ingin memiliki media-media sosial tersebut adalah memiliki smartphone. Hal ini menjadikan konsumsi masyarakat terhadap pembelian smartphone pada

Upload: hoangdien

Post on 16-Jun-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Munculnya internet sebagai salah satu produk media baru membawa banyak perubahan

dalam kehidupan manusia baik dalam hal ekonomi, sosial, budaya dan politik. Media baru

adalah media yang merupakan gabungan antara teknologi komputer dengan teknologi

informasi dan komunikasi. Bentuknya adalah teknologi komunikasi elektronik atau digital,

khususnya internet. Istilah media baru telah digunakan sejak tahun 1960an dan telah

mencakup seperangkat teknologi komunikasi terapan yang semakin berkembang dan

beragam. Internet memudahkan kita untuk mendapatkan informasi, saling bertukar informasi

dan berkomunikasi dengan orang lain. Jumlah pengguna internet yang semakin besar

menandakan adanya budaya baru di masyarakat dalam pencarian informasi yang mudah,cepat

dan aktual Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya blog, mailing list dan forum diskusi yang

memungkinkan individu satu bertemu dengan individu lainnya, bertukar pikiran atau sekedar

sharing mengenai pengetahuan yang mereka miliki masing-masing.

Perkembangan internet sangat berpengaruh terhadap perkembangan telekomunikasi

dunia didukung oleh munculnya smartphone yang semakin memudahkan usernya dalam

penggunaan internet. Smartphone atau telepon pintar adalah telepon genggam yang memiliki

fitur canggih serta terkoneksi jaringan internet yang lebih cepat daripada telepon genggam

yang biasa-biasa saja. Smartphone juga memunculkan fenomena banyaknya media-media

sosial baru yang memungkinkan serta memudahkan penggunanya dalam berkomunikasi,

seperti blackberry messenger, twitter, facebok,whatsapp, line, kakao talk dan lain-lainnya.

Syarat mutlak individu yang ingin memiliki media-media sosial tersebut adalah memiliki

smartphone. Hal ini menjadikan konsumsi masyarakat terhadap pembelian smartphone pada

masa kini semakin meningkat, terutama di kalangan kaum muda. Fenomena smartphone ini

juga menjadi perhatian tersendiri dalam melihat sejauh mana usaha kaum muda untuk

mendapatkan dan mengikuti trend smartphone yang mereka impikan.

Dari data penelitian IPSOS sebuah institusi independen yang melakukan riset pasar

pada tahun 2012, mengkonfirmasi bahwa para pengguna internet di Indonesia merupakan

pengguna media sosial kelas berat. Mereka paling sering mengunjungi media sosial ketika

sedang online. Indonesia bahkan menempati urutan pertama di dunia dengan rata-rata 83

persen dari orang yang menggunakan internet juga menggunakan media sosial, diikuti oleh

Argentina 76 persen, Rusia 75 persen, Swedia 72 persen dan Afrika Selatan 73 persen jauh

dibawaha Inggris 65 persen, AS 61 persen dan Perancis 50 persen (http://ipsos-na.com/news-

polls/pressrelease.aspx?id=5564 di akses pada tanggal 24 Februari 2014). Dari hasil

penelitian ini dapat dilihat bahwa peran internet dan media sosial sangat berperan dalam

kehidupan masyarakat Indonesia saat ini. Pengguna internet dan media sosial di Indonesia

didominasi oleh kaum muda yang mengikuti trend dan perubahan gaya hidup sesuai dengan

teman sebayanya. mereka terus mengikuti trend sehingga mengguna internet di Indonesia di

klaim tidak semakin berkurang tetapi semakin bertambah. Media sosial melalui internet telah

memungkinkan para penggunanya untuk berkumpul dan berinteraksi sosial secara jauh lebih

sederhana dan cepat. Akibatnya orang tidak hanya memiliki kemampuan untuk berbagi ide

dan pendapat tetapi juga untuk mendapatkan ketenaran dan memperluas pengaruh mereka

baik secara sengaja atau tidak ( Nugroho, Yanuar. 2013 : 65)

Kaum muda yang dimaksudkan disini adalah warga negara yang memasuki periode

penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia diantara 16-30tahun (UU Kepemudaan

2009). Kaum muda memiliki arti lebih luas daripada remaja namun belum memasuki masa

dewasa. Kaum muda adalah sebuah istilah kultural yang dapat menggambarkan individu yang

berusia 16-30 tahun namun mereka lebih matang dalam cara berfikir dan mengambil

keputusan dibandingkan remaja sehingga kaum muda mampu menjadi objek dari

perkembangan teknologi salah satunya fenomena smartphone. Kaum muda merupakan suatu

pengklasifikasian terhadap orang-orang yang menempati posisi sosial tertentu akibat

perkembangan usia mereka. Kaum muda bukan kategori secara biologis melainkan suatu

konstruksi sosial yang dapat berubah pada kurun waktu dan kondisi tertentu.

Hasil survey yang dilakukan Yahoo dan TNS pada tahun 2009 dengan mengambil

sampel 2000 responden dari 8 kota besar di ndonesia, menunjukkan bahwa kelompok usia

anak muda 15-29 tahun merupakan pengguna internet terbesar di indonesia dengan

presentase 64% (kompas, 27 maret 2009). Salah satu yang masuk dalam golongan kaum

muda adalah mahasiswa. Kaum muda yang terbiasa berkomunikasi dengan teman

bermainnya, lebih mudah terpengaruh dengan fenomena-fenomena baru yang ada disekitar

mereka, salah satunya penggunaan smartphone. Apabila salah satu diantara anggota

kelompok memiliki smartphone, hampir dapat dipastikan anggota lain dalam kelompok akan

membeli smartphone juga. Seperti yang dijelaskan dalam buku Masyarakat Konsumsi yang

ditulis oleh Jean Baudrillaard, bahwa kaum muda adalah kelompok konsumen yang banyak

mempunyai kebutuhan, yang ingin dan dapat membelinya. Tepatnya bagi Baudrillard, kaum

muda memiliki tenaga untuk bekerja, bekerja untuk mencari uang dan mencari uang untuk

memenuhi kebutuhan. Hal ini menjadikan kaum muda menjadi sasaran empuk perkembangan

teknologi yang ada.

Era digital menyebabkan kaum muda lebih fasih dalam menggunakan teknologi

digital dan berusaha mengaktualisasikan dirinya untuk selalu up to date terhadap kemajuan

teknologi terbaru yang ada. Salah satu alasan kaum muda ingin memiliki smartphone adalah

agar dapat lebih mudah mengakses media-media sosial yang ada. Media sosial yang saat ini

sedang marak muncul dalam gadget-gadget canggih kaum muda menjadikan kebiasaan

"online" sebagai keharusan dan tanda eksistensi mereka dalam komunikasi yang mereka jalin

dengan teman-teman mereka. Media sosial tidak hanya menjadi sarana komunikasi bagi

kaum muda tetapi juga menjadi media berbagi dan cerita sehari-hari bagi kaum muda. Media

sosial juga seringkali mampu menyebarkan trend-trend terbaru di seluruh dunia. Pesatnya laju

trend dan musim fashion di era modern ini menjadikan pergantian konsumsi publik dunia ikut

berputar lebih cepat. Salah satu akibat dari trend tersebut adalah munculnya media-media

sosial yang dapat berpengaruh terhadap petumbuhan ekonomi, salah satunya memalui online

shop.

Online shop atau yang biasa disebut toko online adalah salah satu aktivitas jual beli

secara online yang terhubung dengan internet dan berkembang seiring dengan munculnya

media sosial yang ada dimasyarakat. Online shop memudahkan individu mencari produk dan

membeli produk yang diinginkan tanpa harus membuang banyak waktu dan tenaga untuk

pergi ke toko atau departement store. Hal ini dilakukan oleh online shop dengan cara

membuat katalog produk ataupun membuat grup-grup tertentu serta mengunggah gambar dan

keterangannya baik di facebook, blackberry messenger, whatsapp dan lainnya. Keberadaan

internet mampu memudahkan pemasaran produk yang dijual oleh suplier ataupun produsen.

Selain itu, suplier yang menjual produknya dalam bentuk grosir sangat mudah mendapatkan

reseller dengan bantuan promosi online. Penjual tidak lagi harus banyak berbicara dan aktif

beriklan karena adanya internet menjadikan pembeli dan reseller yang mencari mereka.

Akses internet memudahkan seseorang yang ingin berbelanja online untuk mencari barang

yang dia inginkan dengan mudah dan cepat. Selain itu, pembeli juga dengan mudah memilih

online shop mana yang akan dia pilih yang sesuai harga dan sistem pembeliannya.

Fenomena berbelanja online ini menjalar ke berbagai kalangan masyarakat Indonesia,

baik dari anak muda, dewasa maupun orang tua. Belanja online dalam arti sosiologis adalah

kegiatan pembelian suatu barang atau jasa yang diinginkan melalui transaksi elektronik guna

memanfaatkan waktu luangnya, melihat trend terbaru masa kini dan hal yang berkaitan

dengan selera dan eksistensi dalam survival kehidupan. Mayoritas pelaku belanja online

berada pada kalangan kaum muda yang merupakan pengguna internet terbesar di indonesia.

Karakter kaum muda yang dinamis, suka bersosialisasi, masyarakat komunal (senang

berkumpul dan berkomunikasi maupun bergaul), masyarakat yang latah akan sesuatu yg baru

dan pengaruh eksternal pergaulan. Karakter tersebut mengisyaratkan bahwa kaum muda

berada pada dimensi efektif. Namun kaum muda juga berada pada posisi ambiguitas yang

acapkali dijadikan sebagai target pasar yang mendorongnya masuk dalam dimensi konsumsi

dan tak jarang dari mereka terkena akan dampak dari akses negatif globalisasi, seperti

konsumerisme maupun hedonisme. Terjadinya perubahan gaya hidup kaum muda masa kini

tak terlepas dari perubahan budaya, pola pikir yang dianut oleh masyarakat bersangkutan

(Chaney, 2006 : 39). Kini kaum muda senang dengan hal-hal yang serba instan, pragmatis

dan cenderung kebarat-baratan. Hal itu dapat kita lihat dalam bentuk rambut, pakaian,

maupun sepatu. Perubahan gaya hidup juga dapat dilihat dari cara kaum muda berkomunikasi

dan menjalin relasi dengan teman sebayanya. Kaum muda saat ini lebih senang nongkrong di

kafe atau jalan-jalan ke mall untuk ngobrol dan mencari area ber Wi-fi.

Hal ini juga menjadikan munculnya banyak penjual-penjual baru yang mencoba

peruntungan berjualan online. Semakin banyak orang yang tertarik dan membeli barang di

online shop, menjadikan barang yang dijual dalam online shop semakin variatif. Ada

berbagai macam jenis online shop di Indonesia. Ada yang fokus pada pakaian, jilbab dan

pasmina, aksesoris (baik untuk aksesoris rambut, gelang, kalung, dan lainnya), aksesoris

handphone dan smartphone, sepatu, tas, kosmetik, boneka, makanan dan lain sebagainya.

Banyaknya jenis barang yang di jual di online shop menjadikan pembeli mudah untuk

memilih dan menentukan barang apa yang diinginkan. Mereka tidak perlu lagi menghabiskan

banyak waktu dan tenaga untuk sekedar survey barang yang mereka inginkan, karena di

online shop setiap barang diberikan keterangan yang mendeskripsikan harga, fungsi dan

kegunaan dan kelebihan kekurangan barang tersebut.

Kaum muda sebagai pengguna internet terbesar dalam media sosial yang ada di

indonesia hampir dapat dipastikan sebagai konsumen terbesar onlineshop yang ada.

Fenomena budaya belanja online ini menjalar ke berbagai kalangan masyarakat di Indonesia,

baik dari kaum muda, dewasa maupun orang tua. Hal ini menjadi pendorong utama semakin

pesatnya laju perkembangan jual beli online. Perbedaan sistem berjualan online dan offline

terletak pada bertemunya penjual dan pembeli yang biasa terjadi apabila berjualan secara

offline. Sebab jual beli yang dilakukan dalam online shop tidak mementingkan bertatap muka,

namun hanya menggunakan rasa kepercayaan satu sama lain sehingga terjadilah jual beli

diantara penjual dan pembeli dalam media-media online tertentu. Dalam penelitian ini, sistem

offline yang dimaksudkan adalah berjualan didalam toko atau ruko yang mendisplay banyak

barang jualannya dalam etalase sehingga pembeli dapat melihat bentuk barang yang akan

dibelinya. Sedangkan dalam sistem penjualan online, pembeli hanya diberikan gambar barang

yang diinginkan serta keterangan barang seperti kelengkapan, keaslian, kegunaan barang dan

cara pakainya tanpa dapat melihat langsung. Penjual online biasanya menjelaskan ukuran dan

perbandingan kemiripan antara foto dengan barang aslinya untuk meyakinkan pembeli

memilih barang yang dia inginkan.

Salah satu barang yang sangat laris dijual di online shop adalah kosmetik. Baik

kosmetik dengan harga murah hingga harga jutaan rupiah, kosmetik asli Indonesia hingga

kosmetik-kosmetik impor yang membanjiri pasar-pasar online di Indonesia saat ini. harga

yang ditawarkan sangat variatif dari lima ribu hingga ratusan ribu rupiah bahkan mencapai

jutaan setiap barangnya. Kosmetik yang ditawarkan di online shop antara lain: masker, lulur,

krim pemutih wajah, lotion pemutih, pemutih gigi, sabun pemutih, pelangsing, penggemuk

badan, peninggi badan, lipstik, serum wajah, shampo, kuteks dan lain sebagainya. Semua

barang ini sangat laris dijual dan banyak yang berminat membelinya. Sebagian besar

pengguna kosmetik yang dijual secara online adalah kaum muda. Mereka merasa ingin

banyak mencoba dan memperbaiki penampilan demi pergaulan dengan teman sebayanya.

Online shop memudahkan kaum muda memilih dan membeli kosmetik. Apabila mereka

cocok dengan kosmetik yang ditawarkan, mereka tidak segan berlangganan di online shop

tersebut dan menjadi pelanggan tetap yang hampir setiap bulan membeli produk kosmetik.

Maraknya penjualan kosmetik secara online juga sangat berdampak kepada kaum

muda di Yogyakarta dan kota-kota lainnya. Mereka berlomba-lomba mencari kosmetik

dengan harga yang pas dan cocok dengan masalah kulit yang mereka hadapi. Selain itu,

mudahnya cara berbelanja online menjadikan mereka tertarik untuk terus membeli kosmetik

secara online. Kosmetik yang diminati cukup variatif dan sangat merepresentasikan kaum

muda masa kini. Muncul juga kosmetik dengan kualitas replika yang menjamin 99% mirip

dengan yang aslinya dan dijual dengan harga yang jauh dari harga asli di pasaran. Contoh

kosmetik replika yang saat ini sedang marak di cari dan diminati kaum muda khususnya

perempuan adalah eyeshadow, mascara, eyeliner, blush on dan lipbalm. Kosmetik-kosmetik

lain seperti krim penghilang jerawat dan pemutih wajah juga masih terus menjadi idola

kalangan kaum muda yang gemar berdandan.

Maraknya fenomena berbelanja online yang sedang berlangsung di kalangan kaum

muda ini menjadikan ketertarikan tersendiri bagi peneliti untuk menjadikannya sebagai

penelitian skripsi dengan mengambil judul ”Kaum Muda dan Online Shop : Studi Media

Baru Mengenai Penjualan Kosmetik Online dengan Menggunakan Smartphone di Kalangan

Kaum Muda”. Dimana budaya berbelanja online sedang terjadi pada kaum muda Indonesia,

sehingga dibutuhkan kajian yang sistematis dan komprehennsif dalam kerangka sosiologis

guna mengkaji secara mendalam fenomena belanja online yang sedang berlangsung di

Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana dampak penggunaan media baru (smartphone) dalam penjualan kosmetik

online terhadap perilaku konsumtif kaum muda ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui dan menjelaskan dampak penggunaan media baru dikalangan kaum muda

2. Mengetahui dan menjelaskan perilaku konsumtif kaum muda terhadap penggunaan

smartphone dan pembelian kosmetik secara online

1.4 Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini mampu menambah ilmu serta menambah pengetahuan mengenai

pemanfaatan media baru yang kini semakin populer di masyarakat

2. Mampu melihat bagaimana media baru berperan dalam perputaran ekonomi di online

shop

1.5 Tinjauan Pustaka

berikut ini adalah beberapa penelitian yang berhubungan, berkaitan dengan penelitian

yang dilakukan peneliti dengan mengambil judul “Kaum Muda dan Online Shop: Studi

Media Baru Mengenai Penjualan Kosmetik Online dengan Menggunakan Smartphone di

Kalangan Kaum Muda”, antara lain adalah:

Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Khalida Noor dari Sosiologi UGM dengan

judul skripsi “Anak Muda dan Budaya Belanja Online: Studi tentang perilaku Collective

Group Buying di Mbakdiskon.com pada Kalangan Anak Muda Yogyakarta” tahun 2013

membahas tentang perilaku konsumsi anak muda berbelanja melalui online shop secara

berkelompok dengan kupon diskon dari mbakdiskon.com. Budaya baru collective group

buying telah mengubah cara belanja dari semula tradisional yang lebih menekankan pada

interaksi secara langsung menjadi berbelanja secara online dan terus berkembang menjadi

cara berbelanja berkelompok secara online. Perubahan cara belanja menjadi collective group

buying di mbakdiskon.com adalah fenomena anak muda, karena pola jaringan relasi offline

dan online yang dibangun anak muda baik dari mbakdiskon maupun konsumennya dijalankan

secara word of mouth, telah menghasilkan sebuah siklus penyebaran informasi yang terus

berputar tanpa henti, dimana konsep ini menuntut dialog interaktif serta umpan balik antara

mbakdiskon dengan konsumen ataupun sebaliknya untuk menghasilkan kesepakatan deal

membeli produk.

Yanuar Nugroho dan Sofie Shinta Syarief (2013) dalam buku Seri Festmedia Asia

yang berjudul Melampaui Aktivisme click? Media Baru dan Proses Politik dalam Indonesia

Kontemporer menjelaskan hasil penelitian mereka mengenai sejauh mana media baru

mempengaruhi proses-proses politik di Indonesia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Dalam penelitian yang mereka lakukan, peneliti menemukan banyak fakta mengenai

pengaruh media baru dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang hingga saat ini semakin

banyak memanfaatkan media baru dalam kehidupan sehari-hari. Dalam mengeksplorasi cara-

cara dimana kelompok masyarakat di Indonesia menggunakan dan mengadopsi internet dan

media sosial, peneliti menemukan bahwa teknologi memang menjadi platform yang potensial

bagi warga untuk trlibat dalam politik. Penggunaan internet dan media sosial berpotensi

membantu masyarakat sipil tidak hanya untuk menyebarkan isu-isu untuk mendapatkan

perhatian publik yang lebih luas, tetapi juga untuk mempersiapkan kondisi untuk aksi lebih

lanjut. Namun peneliti juga melihat beberapa tantangan yang jelas dan nyata mampu

menahan potensi-potensi tersebut. pertama, akses yang tidak seimbang terhadap infrastruktur

teknologi informasi, yang menciptakan perpecahaan dan kesenjangan dalam akses dan

penggunaan teknologi, kedua, masalah buta media yang menonjol dalam masyaraka dan

pemerintah Indonesia. sehingga penggunaan internet dan media sosial dalam masyarakt sipil

di Indonesia masih bersifat konsumsi bukaan sebagai strategi.

Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Deena Nirmala Putri Soedikto dari jurusan

Sosiologi UGM dengan judul “Mahasiswa Fashionable : Studi Atas Mahasiswa dengan Gaya

Berpakaian Fashionable di Kampus FISIPOL UGM” tahun 2010 membahas tentang

mahasiswa yang berpakaian fashionable di kampus FISIPOL UGM. Peneliti melihat pakaian

atau fashion itu sendiri sebagai tanda yang dikonstruksikan oleh pemakainya. Secara

sederhana, seseorang yang fashionable ditandai dengan gaya berpakaian yang modis. Modis

dalam konteks ini bisa berarti karena mengikuti tren pakaian yang ada atau seseorang selalu

tampil brani dan berbeda dengan pakaiannya. Didalam skripsinya penulis mendeskripsikan

proses internalisasi, eksternalsasi dan obyektifikasi terhadap faktor-faktor yang

melatarbelakangi gaya berpakaian fashionable. Faktor internal yang melatarbelakangi

mahasiswa sebagai informan peneliti untuk berpakaian modis dalah selera dan apresiasi diri.

Selera secara erat dapat dikitkan dengan status sosial-ekonomi, maka semakin tinggi status

sosial ekonominya maka semakin tinggi selera dalam berpakaian. Terdapat dua faktor

eksternal yang mempengaruhi gaya berpakaian mahasiswa fashionable yang berasal dari luar

diri seorang mahasiswa yaitu media massa dan peer-group. Media masa dan peer-group

memiliki pengaruh yang sangat kuat untuk mendorong seseorang tampil fashionable. Media

massa memiliki pengaruh yang yang kuat dalam struktur masyarakat modern, bahkan saat ini

media massa memenuhi ruang-ruang publik dan membawa pengaruh yang besar didalamnya.

Faktor lainnya adalah peer-group. Peer-group terbentuk karena adanya kesamaan atau

kecocokan diantara anggotanya, dimana pakaian menjadi salah satu parameter yang

menampilkan kesamaan tersebut.

Berdasarkan ketiga tinjauan pustaka penelitian tersebut ditemukan beberapa

persamaan dan perbedaan dengan penelitian skripsi yang akan dilakukan oleh peneliti dengan

mengambil judul “Kaum Muda dan Online Shop: Studi Media Baru Mengenai Penjualan

Kosmetik Online dengan Menggunakan Smartphone di Kalangan Kaum Muda”. Persamaan

penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan ini antara lain adalah meneliti

tentang perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia dan penggunaan media baru seperti

internet dan media sosial yang dilakukan kaum muda untuk melakukan suatu motif tertentu.

Sedangkan perbedaannya antaraa lain sebagai berikut :

Pertama, perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Khalida Noor dengan

penelitian skripsi yang dilakukan peneliti dengan mengambil judul “Kaum Muda dan Online

Shop: Studi Media Baru Mengenai Penjualan Kosmetik Online dengan Menggunakan

Smartphone di Kalangan Kaum Muda” terletak pada cara kaum muda menggunakan media

baru dalam kehidupan sehari-hari. Jika dalam penelitian Khalida Noor meneknkan pada

collective group buying di mbakdiskon.com yang menjadikan kaum muda dengan kelompok

mereka mengkonsumsi voucher-voucher diskon secara kolektif melauli metode word of

mouth baik secara langsung maupun jejaring sosial, yang akan menimbulkan budaya latah

pada kalangan kaum muda di Yogyakarta. Hal ini berbeda dengan penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti dengan judul “Kaum Muda dan Online Shop: Studi Media Baru

Mengenai Penjualan Kosmetik Online dengan Menggunakan Smartphone di Kalangan Kaum

Muda” yang melihat bagaimana media baru mampu mempengaruhi kaum muda baik secara

berkelompok maupun secara individu untuk menjadi konsumtif dalam melakukan pembelian

kosmetik di online shop.

Kedua, perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Yanuar Nugroho dan Sofie Shinta

Syarief dengan yang dilakukan oleh peneliti dengan mengambil judul “Kaum Muda dan

Online Shop: Studi Media Baru Mengenai Penjualan Kosmetik Online dengan Menggunakan

Smartphone di Kalangan Kaum Muda” adalah terletak pada sudut pandang penggunaan

media baru seperti internet dan media sosial dalam kegunaannya sehari-hari. Dalam

penelitian yang dilakukan oleh Yanuar Nugroho dan Sofie Shinta lebih menekankan kepada

kegunaan internet dan media sosial dalam masyarakat sipil Indonesia yang mampu

mempengaruhi kehidupan sosial-politiknya sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh

peneliti dengan judul “Kaum Muda dan Online Shop: Studi Media Baru Mengenai Penjualan

Kosmetik Online dengan Menggunakan Smartphone di Kalangan Kaum Muda” menekankan

pada kaum muda yang menggunakan media baru seperti internet dan media sosial sebagai

media untuk mencari informasi barang atau produk kosmetik yang mereka inginkan serta

melakukan transaksi jual beli didalamnya

Ketiga, perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Deena Nirmala Putri Soedikto

dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti dengan mengambil judul “Kaum Muda dan

Online Shop: Studi Media Baru Mengenai Penjualan Kosmetik Online dengan Menggunakan

Smartphone di Kalangan Kaum Muda” terletak pada keputusan kaum muda dalam

berbelanja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Deena, peneliti menekankan pada faktor

kaum muda (mahasiswa) menjadi seorang yang fashionable salah satunya adalah peer-group

nya. hal ini berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan judul “Kaum

Muda dan Online Shop: Studi Mengenai Penjualan Kosmetik Online dengan Menggunakan

New Media di Kalangan Kaum Muda” yang melihat bahwa media baru sebagai faktor

pendorong munculnya tren kosmetik di kalangan kaum muda serta memunculkan perilaku

konsumtif dikalangan kaum muda.

1.6 Kerangka Teori

1.6.1 Teori Masyarakat Konsumsi

Konsumsi memiliki pengertian luas mengacu pada seluruh tipe aktivitas sosial yang

dilakukan individu yang dapat digunakan sebagai ciri dan tanda untuk mengenali mereka.

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui konsumsi seseorang adalah

kegiatan apa yang mereka lakukan saat waktu luang (Chaney, 2006 : 54). Masyarakat modern

saat ini banyak dikaitkan menjadi masyarakat konsumsi. Hal ini dikarenakan gaya hidup

masyarakat modern tidak lagi hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka saja, akan

tetapi menunjukkan kelas dan status sosial mereka di masyarakat.

Tallcott Parson dalam buku masyarakat konsumsi mengatakan bahwa tujuan ekonomi

bukanlah memaksimalkan produksi untuk individu, tetapi memaksimalisasi produksi yang

berhubungan dengan sistem nilai di masyarakat (Baudrillard, 2009:75). Secara sosiologis

individu sebagai bagian dari kelompok tertentu mengkonsumsi barang-barang tertentu karena

individu tersebut adalah bagian dari kelompok tersebut. dalam hal ini yang dimaksudkan

adalah individu biasanya akan membeli barang dan mengkonsumsi barang yang hampir sama

dengan individu lain di dalam satu kelompok karena mereka memiliki selera dan gambaran

konsumsi yang sama.

Masyarakat modern tidak lagi mengkonsumsi nilai dan fungsi dasar barang, mereka

mengkonsumsi harga, merk dan dimana mereka bisa mendapatkan barang tersebut. Hal ini

menegaskan bahwa konsumsi membutuhkan manipulasi sinyal-sinyal secara aktif.

Manipulasi sinyal ini sangat penting dalam masyarakat konsumen baru dimana sinyal dan

komoditas secara bersamaan menghasilkan sinyal komoditas untuk digunakan dalam suatu

keragaman hubungan asosiatif. Jameson dalam buku Posmodernisme dan Budaya Konsumen

mengatakan bahwa dalam masyarakat konsumen ini budaya diberi arti baru melalui

penjenuhan sinyal dan pesan sampai sedemikian rupa sehingga segala sesuatu dalam

kehidupan sosial dapat dikatakan telah bersifat kultural. Dalam konteks ini kapitalisme selalu

menciptakan perasaan kurang atau perasaan tidak sempurna pada diri setiap orang melalui

sistem tanda, citra dan makna simbolik yang mendorong masyarakat untuk terus

mengkonsumsi semata agar produksi kapitalisme dapat terus berlanjut. Sebagaimana yang

dijelaskan Baudillard bahwa konsumsi di masa kini dilukiskan sebagai sebuah panggung

yang diatasnya komiditi dengan seketika diproduksi sebagai tanda, nilai tanda dan yang

diatasnya tanda-tanda (budaya) diproduksi sebagai komoditi (Baudillard dalam Piliang.

2004:253). Konsumsi dikonstruksikan secara sosial oleh kapitalisme melalui penggunaan

tanda, citra dan makna simbol sebagai komoditi. Komoditi adalah wacana pengendalian

selera, gaya, gaya hidup, tingkah laku, aspirasi, serta imajinasi-imajinasi kolektif masyarakat

secara luas oleh para elite (kapitaslis) lewat berbagai tanda yang diciptakan, yang tidak

berkaitan dengan substansi sebuah objek yang ditawarkan. (Piliang. 2004:257).

Menurut Yasraf Amir Piliang, fenomena yang menonjol dalam masyarakat

Indonesia saat ini, yang menyertai kemajuan ekonomi adalah berkembangnya budaya

konsumsi yang ditandai dengan berkembangnya gaya hidup. Berbagai gaya hidup yang

terlahir dari kegiatan konsumsi semakin beragam pada masyarakat perkotaan Indonesia.

Berkembangnya gaya hidup masyarakat perkotaan, satu sisi bisa menjadi pertanda positif

meningkatnya kesejahteraan hidup masyarakat kota. Yang mana peningkatan kegiatan

konsumsi dipandang sebagai efek dari naiknya penghasilan dan taraf hidup masyarakat.

Namun disisi lain, fenomena tersebut juga bisa dikatakan sebagai pertanda kemunduran

rasionalitas masyarakat, yang mana konsumsi dianggap sebagai penyakit yang menggerogoti

jiwa dan pikiran masyarakat. Konsumsi menjadi orientasi hidup bagi sebagian masyarakat,

sehingga setiap aktifitas yang dilakukannya didasari karena kebutuhan berkonsumsi.

Konsumsi benda yang dilakukan oleh masyarakat konsumsi pada saat ini

menyembunyikan kebutuhan untuk membedakan antara benda konsumsi tahan lama

(consumer durables) atau benda yang kita gunakan untuk aktivitas hidup dan bersenang-

senang seperti lemari es, mobil, wi-fi, kamera dan lain-lain, dengan konsumsi yang tidak

tahan lama (consumer non-durables) seperti makanan, minuman, pakaian produk-produk

perawatan tubuh. Produk perawatan tubuh atau yang sering juga disebut kosmetik sangat

lekat dengan kehidupan perempuan pada masa sekarang didalam masyarakat modern.

Dimana perempuan rela menghabiskan banyak uang ataupun rela menahan sakit yang cukup

menyiksa untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dan mengubah gaya mereka menjadi

lebih cantik ataupun lebih trendy. Saat ini, tidak hanya perempuan pekerja atau perempuan

yang memiliki penghasilan sendiri saja yang mampu membeli produk perawatan tubuh untuk

merawat tubuh mereka, kaum muda perempuan baik yang masih dibangku sekolah maupun

mahasiswa ikut menyisihkan uang jajan mereka untuk membeli produk perawatan tubuh

tersebut. Munculnya minat yang besar dari perempuan yang ingin merawat tubuh menjadikan

semakin banyak toko-toko kosmetik dan macam-macam kosmetik yang muncul di

masyarakat.

Dalam masyarakat konsumsi saat ini, konsumer dikonstruksikan secara sosial untuk

gandrung membeli citra ketimbang produk atau membeli produk disebabkan image produk

yang disampaikan lewat berbagai media komunikasi pemasaran (Piliang. 2004:258).

Misalnya pada iklan commerce yang menampilkan visualisasi gambar dan teks yang

menjelaskan seorang wanita yang cantik harus berkulit putih dengan wajah yang bersih tanpa

jerawat serta badan yang langsing, dengan demikian iklan tersebut secara tidak langsung

mempresentasikan bahwa image kaum muda perempuan khususnya dengan wajah yang

bersih, kulit yang putih serta langsing akan mendorong kaum muda untuk ingin menjadi

sedemikian yang di visualisasikan juga.

Iklan adalah sistem tontonan utama di dalam sistem produksi konsumsi yang

merumuskan citra sebuah produk dan hubungan sosial dibaliknya seperti status, prestise dan

kelas sosial (Piliang. 2004:260). Setiap orang memperlihatkan realitas sosial dan relasi

sosialnya lewat berbagai media tontonan (objek dan fashion). Disamping itu iklan juga

menciptakan ilusi-ilusi mengenai sensualitas, kehidupan selebriti, gaya hidup eksklusif

dibalik sebuh komoditi yang menggiring masyarakat konsumer sebagai konsumer ilusi.

Konsumer ilusi adalah konsumer yang membeli ilusi ketimbang barang, yang mengkonsumsi

relasi sosial (status dan prestise) daripaa fungsi produk. (Piliang. 2004:259). Iklan baik di TV

maupun di media massa lain adalah sama. Mereka membawa pesan dan menimbulkan rasa

ingin tahu saat individu menontonnya. Dalam hal ini, iklan yang di TV dapat juga relevan

dengan iklan di media sosial. Toko online memasang gambar iklan sebuah produk yang

membawa pesan pada teman media sosialnya, dan memancing keingintahuan calon

pembelinya.

Konsumsi merupakan ekspresi dari dorongan-dorongan hasrat diri manusia yang

tanpa batas serta bersifat irasional (arus libido-ketaksadaran) (Piliang. 2004:262). Dimana

konsumen dikondisikan untuk menginginkan sesuatu yang secara esensial tidak

dibutuhkannya. Misalnya dengan adanya iklan produk kosmetik yang mencitrakan kecantikan

seorang perempuan adalah ketika dia berkulit putih, berwajah bersih tanpa jerawat dan

bertubuh langsing. Hal ini di analogikan bahwa citra cantik dijadikan sebagai alat tukar

kapitalisme guna menciptakan energi libido (ketaksadaran) pada konsumen untuk sesegera

mungkin membeli produk kecantikan tersebut.

Sama halnya dalam membeli kosmetik di online shop. Kaum muda saat ini tidak lagi

hanya melihat fungsi dasar kosmetik tersebut untuk diri mereka tetapi juga merepresentasikan

di “kelas” mana mereka berada. Munculnya tren membeli kosmetik impor dari luar negeri

atau munculnya fenomena penggunaan kosmetik online untuk memutihkan wajah dan lain

sebagainya semakin mendekatkan kaum muda dengan budaya konsumsi masyarakat modern

saat ini. kaum muda mengkonsumsi selera pasar dengan maraknya penjualan kosmetik secara

online daripada mempertimbangkan fungsi dasar barang tersebut. akan tetapi, ada juga kaum

muda yang merasa sangat membutuhkan barang kosmetik tersebut untuk memperbaiki

dirinya dan menjadikannya suatu kebutuhan. Yang seringkali menjadikan kaum muda

menjadi sangat konsumtif adalah adanya ketidakpuasan kaum muda menggunakan satu jenis

saja kosmetik, sehingga menumbuhkan keinginan untuk terus mencoba kosmetik-kosmetik

yang baru dan sedang marak dipasarkan di online shop.

Kaum muda perempuan adalah konsumen terbesar online shop di Indonesia. Evelyne

Sallerot dalam buku masyarakat konsumsi mengatakan bahwa “wanita dijual pada wanita”

dengan percaya bahwa merawat diri, memakai parfum dan memakai pakaian diubah dengan

kata “membangun diri” dan wanita memakainya. Dalam hal ini berada dalam logika sistem :

tidak hanya relasi dengan orang lain, tetapi juga relasi pada dirinya sendiri, menjadi relasi

yang sempurna. Masyarakat konsumsi mengkonstruksikan perempuan untuk mencintai

dirinya, memberi penghargaan dengan cara merawat dan membeli barang yang menciptakan

kepuasan tersendiri bagi dirinya. Sebab itulah perempuan mudah terpengaruh dengan iklan.

Selain itu muncul narsisisme yang disiarkan melalui model ataupun artis yang terkenal pada

jamannya. Semua perempuan bisa menjadi seperti artis yang mereka gemari dengan membeli

baju, tas dan kosmetik yang digunakan oleh artisnya. Perempuan modern diajak untuk

memilih dan bersaing untuk menjadi “yang terbanyak tuntutannya”. Semua pada suatu citra

dalam masyarakat dimana fungsi respektif, sosial, ekonomi dan seksual secara relatif

dicampur adukkan(baudrillard, 2009: 115).

1.6.2 Media Baru

Media merupakan alat perantara manusia untuk menyalurkan informasi dari sumber

informasi kepada penerima informasi. Seiring berkembangnya jaman, media dibagi menjadi

dua macam, yaitu media lama dan media baru. Media lama sering dikaitkan dengan media

massa, karena menggunakan komunikasi massa untuk memberikan informasi kepada

masyarakat luas yang berasal dari institusi seperti surat kabar, buku, majalah, radio, televisi

dan sebagainya. Sedangkan media baru merupakan teknologi berbasis komputer yang tidak

hanya berfungsi untuk memberikan informasi tetapi juga berfungsi untuk saling bertukar

informasi, seperti komputer, internet terminal video tex, kabel digital dan sebagainya.

Teknologi telah melahirkan apa yang disebut dengan media baru, yang merujuk pada

sebuah perubahan dalam proses produksi, distribusi dan penggunaan media. Terdapat

beberapa kata kunci yang dapat digunakan dalam memahami media baru menurut Marshal

Mac Luhan (McLuhan. 1999:7). Pertama, Digitally, menjelaskan bahwa seluruh proses

produksi media diubah kedalam bentuk digital. Kedua, Interactivity merujuk kepada adanya

kesempatan dimana teks dalam media baru mampu memberikan kesempatan bagi para

pengguna untuk dapat berkomunikasi dua arah. Ketiga, Highly Individuated merujuk pada

adanya desentralisasi proses produksi dan distribusi pesan yang menumbuhkan keaktifan

individu, contoh log in pada situs tertentu ketika ingin mengakses informasi.

Media baru mendorong keterlibatan partisipasi aktor baik dalam realitas virtual

maupun realitas sosial, atau dapat disebut sebagai media konvergen. Media baru disebut

sebagai media konvergen karena sifatnya yang dinamis dan kontinyu dalam pendistribusian

informasi contohnya jejaring sosial. Kelompok usia yang paling terpengaruh dengan

kemajuan media baru adalah anak muda yang berusia antara 16-30 tahun dimana sejak lahir

kehidupannya telah sangat erat dengan media baru. Di Indonesia muncul tiga bentuk media

baru yaitu internet, handphone dan game yang menjadi lebih mudah diakses secara online

pada pertengahan tahun 2000.

Media baru telah membawa manusia pada realitas virtual, yakni cara manusia

memvisualisasikan, memanipulas dan berinteraksi dengan komputer dan data yang sangat

kompleks (Piliang, Yasraf Amir. 2009:158). Dalam realitas virtual ini seakan-akan apa yang

kita lihat dan rasakan adalah nyata serta kita dapat melakukan berbagai aktivitas interaktif

sehari-hari. Beberapa contoh aktivitas interaktif yang dapat kita lakukan dalam realitaas

virtual yang dibawa oleh media baru adalah berbisnis, rapat, berdiskusi, mencari hiburan,

belanja, kuliah dan lain sebagainya. Cara virtual ini telah menawarkan tingkat pengalaman,

persepsi, perasaan dan emosi yang berbeda dengan dunia nyata dan pada tingkat tertentu ia

menghasilkan pengertian dan perasaan yang mendekati apa yang diperoleh di dunia nyata

akan tetapi pada tingkat yang lebih tinggi merupakan pembesaran efek perasaan tersebut

(Piliang, Yasraf Amir: 160). Contohnya melakukan video call jarak jauh melalui media skype

seakan apa yang kita rasakan nyata. Namun senyatanya kita berada pada ruang dan waktu

yang berbeda dengan berhadapan didepan layar komputer. Pandangan yang dilihat dalam

layar komputer adalah pandangan yang dimediasi oleh teknologi yang dapat menghadirkan

yang jauh berada tepat dihadapan kita (Piliang, Yasraf Amir. 2008: 280).

Berdasarkan pemaparan di atas dapat menjelaskan bahwa teori media baru merupakan

sudut pandang dalam memahami proses interaktif antara manusia dengan teknologi dan

manusia dengan manusia. Media baru adalah teknologi yang berbasis komputer seperti

internet telah membawa manusia pada era digitalisasi yang serba instan, otomatis, praktis dan

bersifat real time. Media baru dapat mempengaruhi kehidupan individu pada masa kini.

Dimana semua orang dapat terhubung dan berinteraksi melalui alat perantara yang disebut

dengan media baru, seperti smartphone, komputer yang terkoneksi jaringan internet dan

game online. Media baru dapat dikatakan sebagai media konvergen, karena sifatnya yang

dinamis dan kontinyu dalam pendistribusian informasi contohnya jejaring sosial seperti blog,

facebook, twiiter dan lain sebagainya.

Kelompok usia yang paling terpengaruh dengan kemajuan media baru adalah kaum

muda yang berusia antara 16-30 tahun (Undang-Undang kepemudaan tahun 2009). Dimana

sejak lahir kehidupannya telah erat dengan media baru. Berdasarkan pemaparan tersebut

kaum muda dapat dikategorikan sebagai digital native. Menurut Prensky (2001) (dalam

Simanjuntak, Melling. 2012) digital native (pribumi digital) adalah orang yang lahir ke dunia

yang sudah sarat dengan teknologi digital, sehingga sangat fasih menggunakan teknologi

tersebut. Pengguna internet di Indonesia di dominasi oleh kalangan kaum muda berusia 15-29

tahun dan antusiasme kaum muda menggunakan internet adalah untuk mengunjungi situs

jejaring sosial. Seiring berjalannya waktu pengguna internet semakin meningkat dari tahun ke

taahun dan masih didominasi oleh kalangan kaum muda mengingat waktu luang anak muda

lebih lebih banyak daripada kalangan dewasa maupun pekerja. Disamping itu kehadiran

smartphone dengan tersedianya beragam konten media baru yang memfasilitasi

berlangsungnya proses komunikasi personal maupun berkelompok serta kemudahan untuk

mengakses internet menjadikan kaum muda menggunakan waktunya untuk mengakses

internet.

Maraknya penggunaan media sosial dikalangan kaum muda menjadikan munculnya

berbagai trend dan musim yang beredar. Media sosial tidak hanya menjadi sarana komunikasi

bagi kaum muda tetapi juga menjadi media berbagi dan cerita sehari-hari bagi kaum muda.

Media sosial juga seringkali mampu menyebarkan trend-trend terbaru di seluruh dunia.

Pesatnya laju trend dan musim fashion di era modern ini menjadikan pergantian konsumsi

publik dunia ikut berputar lebih cepat. Salah satu akibat dari trend tersebut adalah munculnya

media-media sosial yang dapat berpengaruh terhadap petumbuhan ekonomi, salah satunya

memalui online shop. Saat ini, online shop menjadi bisnis yang sedang digemari oleh

masyarakat Indonesia terutama kaum muda, hal ini ditunjukkan dengan munculnya banyak

sekali online shop di Indonesia. media yang digunakan online shop dalam berjualan pun

sangat beragam. Awalnya penjual hanya menggunakan website atau blog untuk memuat

barang-barang yang dijualnya. Namun seiring perkembangan jaman, online shop mulai

menawarkan barang-barang yang mereka jual melalui facebook, twitter, blackberry

messenger, instagram dan media sosial baru lainnya.

Media baru yang muncul di Indonesia sangat berkaitan erat dengan munculnya online

shop di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikn dari semakin menjamurnya online shop yng

menggunakan fasilitas media baru sebagai media berjualan. Penjual banyak memilih

berjualan online karena sangat mudah bagi mereka, tidak menghabiskan banyak modal dan

waktu untuk mengurusnya serta tidak membutuhkan ruang khusus seperti toko atau ruko

untuk memajang barang-barang yang dijualnya. Selain itu, kaum muda sebagai pengguna

terbesar media sosial dan pengguna smartphone terbanyak menjadikan munculnya fenomena

online shop ini sebagai dampak positif bagi mereka. Dasar dari adanya online shop adalah

kepercayaan pelanggannya serta tanggung jawab penjual dalam berdagang secara online.

Kaum muda berlatih memulai bisnis dengan berjualan di online shop. Sehingga mereka

mampu menciptakan ruang bagi dirinya untuk berlatih menjadi pengusaha yang dapat

dipercaya dan dapat bertanggung jawab. Media baru mampu mengubah kebiasaan berbelanja

masyarakat Indonesia dari offline menjadi online. Interaksi sosial sudah lagi tidak harus

betatap muka, pembeli tidak harus pergi ke pasar ataupun swalayan untuk mendapat barang

yang diinginkan, bahkan munculnya online shop yang menjadikan banyaknya ekspedisi

pengiriman barang memungkinkan individu membeli barang dari daerah atau kota lain

bahkan dari negara lain.

1.7 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode

kualitatif merupakan metode yang digunakan untuk mendiskripsikan suatu fenomena yang

hanya dapat diamati dan diteliti secara mendalam, yakni merupakan fakta tanpa adanya

manipulasi. Metode penelitian kualitatif ini dirasa tepat dalam penelitian yang melibatkan

informan kaum muda sebagai pembeli yang bertransaksi dalam jual beli toko online,

mengingat penelitian ini berkaitan erat dengan fenomena atau realitas sosial yang terdapat di

kalangan anak muda pada saat ini. Dalam konteks penelitian ini peneliti hanya menjabarkan

secara alamiah gejala dan fenomena objek penelitian serta mendeskripsikannya sesuai dengan

yang terjadi di lapangan.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki,

menemukan, menggambarkan dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh

social yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif

(Saryono, 2010: 1). Penelitian kualitatif mampu memberikan rincian yang kompleks tentang

fenomena yang sulit diungkapkan metode kualitatif lewat data yang berbasis angka dan uji

statistik. Karena melalui penyajian data kualitatif yang bersifat deskriptif berupa kata-kata

secara lisan maupun hasil dari pengamatan tingkah laku manusia sebagai obyek yang diteliti.

1.7.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian berjudul Kaum Muda dan Online Shop : Studi Media Baru Mengenai

Penjualan Kosmetik Online dengan Menggunakan smartphone di Kalangan Kaum Muda

memiliki ruang lingkup virtual dimana tidak terbatas ruang dan waktu. Penelitian ini

menggunakan internet sebagai media untuk mendapatkan informan dan data, dimana

tidak ada batasan wilayah dimana saja fenomena belanja online saat ini sedang marak.

Dasar pertimbangan memilih melakukan penelitian secara online adalah pertama,

mudahnya akses dalam pencarian informan karena peneliti dapat mencari informasi

informan dari hasil observasi melalui media online . Kedua, konteks sosial kaum muda di

Indonesia yang dinamis dan fleksibel serta melek teknologi memudahkan peneliti

mendapat informan kaum muda dari darah mana saja. Ketiga, banyaknya kaum muda di

Indonesia yang melakukan transaksi jual-beli online sehingga variasi data dapat

ditemukan di berbagai daerah. yang dapat memberikan informasi bagi penelitian ini.

1.7.2 Tipe penelitian

Penelitian berjudul Kaum Muda dan Online Shop : Studi Media Baru Mengenai

Penjualan Kosmetik Online dengan Menggunakan Smartphone di Kalangan Kaum Muda

ini menggunakan metode penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung

menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam

penelitian kualitatif ini. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam

masyarakat, serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap,

pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruhnya terhadap suatu

fenomena.

Pemilihan metode penelitian deskriptif ini didasarkan pada tujuan penelitian, yaitu

untuk mendeskripsikan perilaku kaum muda. Perilaku kaum muda yang dimaksudkan

disini adalah perilaku konsumtif kaum muda yang memanfaatkan media baru salah

satunya internet dan media sosial untuk membeli kosmetik di toko online. Dengan

demikian metode penelitian deskriptif relevan dan dianggap mampu untuk menjawab

permasalahan yang timbul pada penelitian ini karena mampun menggambarkan

keseluruhan penelitian ini.

Cara kerja metode penelitian deskriptif dalam konteks penelitian ini, pertama, peneliti

mengumpulkan data-data yang diperoleh dari informan di kota Yogyakarta. Kedua,

peneliti akan menyusun dan menganalisis data yang sesuai dengan hasil penelitian yang

diperoleh di lapangan.

1.7.3 Informan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mencari informan sebagai pengumpul data yang

kriterianya sesuai dengan yang diharapkan peneliti dan berdasarkan tema yang diambil

yaitu kaum muda yang membeli kosmetik secara online melalui media baru yang saat ini

sedang marak. Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan metode

purposive yaitu data dan informan diambil berdasarkan tujuan penelitian. Dalam

penelitian ini, kriteria ataupun batasan-batasan informan yang akan dipilih adalah kaum

muda usia 16-30 tahun, perempuan, memiliki smartphone dan sering berbelanja

kosmetik secara online. Kaum muda yang dipilih sebagai informan tidak terbatas ruang

dan waktu karena penelitian ini menggunakan internet sebagai alat dan media

komunikasi dalam pengambilan data. Jumlah informan yang diwawancarai dalam

penelitian ini 8 orang.

1.7.4 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua. Pertama, sumber data primer.

Sumber data primer merupakan sumber data utama yang diperoleh dari penelitian lapangan.

Data ini terdiri dari hasil observasi melalui media online (online direct observation), field

note (catatan lapangan), hasil wawancara melalui media sosial serta dokumentasi. Kedua,

sumber data sekunder. Sumber data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari dokumen-

dokumen dan catatan yang sesuai dengan sasaran penelitian. Dokumen dan catatan yang

digunakan sebagai sumber data sekunder terdiri atas jurnal, penelitian sebelumnya,

dokumentasi, buku referensi dan media internet.

1.7.5 Teknik Pengumpulan Data

1.7.5.1 Tahap Pra Lapangan

Tahap pra lapangan menjadi bagian pertama dalam teknik pengumpulan data

penelitian. Ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan dalam penelitian yaitu :

menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perijinan,

menjajaki dan menilai lapangan, memilih dan memanfaatkan informan dan

menyiapkan perlengkapan penelitian.

1.7.5.2 Online Direct Observation

Observasi melalui media online (online direct observation) merupakan aktifitas

observasi dimana observer secara langsung mengamati perilaku yang terobservasi

(observee). Dengan kata lain observasi langsung melalui media online merupakan

aktivitas observasi langsung dengan memanfaatkan internet sebagai medianya (dalam

penelitian Skripsi Tania, Syaifa. 2011: 19). Observasi langsung melalui media online

dipilih sebagai salah satu teknik pengumpulan data karena sifatnya yang fleksibel dan

dapat melihat secara langsung cara kaum muda berjualan online melalui media sosial.

Observasi ini akan melihat secara langsung bagaimana kaum muda berjualan melalui

media-media sosial yang ada dan mengamati bagaimana cara mereka berjualan di

media sosial.

Dalam penelitian ini peneliti mengamati respon beberapa pembeli produk kosmetik di

online shop serta testimoni mereka setelah menggunakan kosmetik tersebut. selain itu,

di sisi lain peneliti juga mengamati bahasa dan gambar yang digunakan online shop

untuk menarik kaum muda membeli produk kosmetik di online shop nya. Dengan

demikian peneliti dapat memberikan gambaran tentang ketertarikan kaum muda

dalam berbelanja produk kosmetik secara online serta peneliti mampu memberikan

gambaran mengenai penggunaan media baru terhadap proses terwujudnya transaksi

jual beli produk kosmetik di online shop.

1.7.5.3 Media Sosial Interview

Wawancara yang dilakukan untuk memperolah data dalam penelitian ini akan

dilakukan dengan wawancara melalui media sosial. Media sosial yang dimaksudkan

disini yaitu melalui email, chatting, facebook dan media sosial lain yang

memungkinkan adanya interaksi dan efektif dalam mendapatkan data. Wawancara ini

merupakan proses memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab yang tidak

memerlukan bertatap muka langsung antara pewawancara dengan informan. Teknik

ini dipilih dengan alasan karena sifatnya yang fleksibel, memiliki validitas data yang

akurat karena informan yang dipilih sebelumnya telah diseleksi terlebih dahulu,

memungkinkan adanya respon yang tinggi dari informan dan memungkinkan peneliti

untuk memperoleh kemudahan dalam mengambil data riset.

Cara mewawancarai dalam penelitian ini, pertama peneliti membuat pedoman

wawancara (interview guide) untuk memperoleh data yang lebih terfokus dan tidak

menyimpang dari tema penelitian. Wawancara tidak hanya terpaku pada interview

guide. Kedua, sebelum wawancara, peneliti memperkenalkan diri dan meminta data

informan seperlunya melalui media sosial yang sudah disepakati bersama

sebelumnya. Ketiga, ketika berlangsungnya wawancara peneliti dapat mencatat

ataupun menunggu hasil feedback dari informan yang sudah mendapat interview

guide yang sudah dikirim oleh peneliti. Pedoman wawancara ini meliputi faktor-faktor

yang mempengaruhi informan dalam melakukan pembelian produk kosmetik secara

online, media yang digunakan informan dalam pembelian kosmetik online, dan

lainnya yang mampu menunjang valid atau tidaknya data tersebut.

1.7.5.4 Studi Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan sumber-sumber berbentuk

dokumen yang potensial dan berkaitan langsung dengan penelitian. Dokumentasi

lapangan dalam bentuk gambar atau foto dan catatan lapangan.

Cara mendokumentasikannya dalam penelitian ini peneliti mengambil atau

mengcapture profil online shop baik di blackberry messenger, whatsapp, line, dan

instagram yang berkaitan dengan proses ketertarikan kaum muda terhadap iklan

produk kosmetik yang ditawarkan. Hal ini bertujuan untuk mendukung suatu

pernyataan dari informan dan memperkuat hasil analisis peneliti.

1.7.5.5 Analisis Data

Analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif yang

dianggap relevan dan dapat menjawab pertanyaan penelitian. Teknik analisa deskriptif

kualitatif dilakukan dengan menjelaskan dan menguraikan runtutan deskripsi data-

data penelitian yang dikumpulkan melalui teknik observasi, wawancara dan

dokumentasi.

Proses analisis data dilakukan setelah memperoleh data lapangan secara lengkap

sesuai sasaran penelitian. Proses data dimulai dengan menelaah seluruh data yang

tersedia. Proses data dengan model interaksi Miles dan Hubermas terdiri dari

beberapa tahap yaitu, pertama, proses reduksi data. Reduksi data merupakan suatu

proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan

transformasi data kasar yang muncul dari cacatan tertulis di lapangan ( Silalahi, 2010:

399). Proses reduksi data berlangsung selama penelitian berlangsung dan dilakukan

secara terus-menerus dan bertujuan untuk memilah data dan informasi yang diperoleh

dari hasil penelitian. Dalam proses ini peneliti membuang data yang dianggap tidak

relevan dengan fokus penelitian. Kedua, penyajian data berupa menampilkan

sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan dalam penarikan

kesimpulan. Ketiga, proses menarik kesimpulan merupakan kunci dari proses analisis

data.