bab 1 sistem umpan balik

14
1 BAB I SISTEM UMPAN BALIK PENDAHULUAN Pada bagian ini akan diperkenalkan konsep dasar sistem umpan balik dalam segala aspeknya, kegunaannya, serta contoh-contoh aplikasinya. Tujuan dari suatu sistem kontrol adalah untuk menghasilkan keluaran yang sesuai dengan yang diinginkan. Keluaran tersebut biasanya ditentukan oleh masukan perintah (command input) yang sering berupa fungsi waktu. Untuk penerapan yang sederhana pada sistem yang strukturnya diketahui dengan baik, peralatan sequencing seperti timer, relai, dan sebagainya, dapat digunakan sebagai sistem kontrol. Tetapi banyak sistem tidak begitu mudah untuk dikontrol, dan kontroler harus mempunyai kemampuan bereaksi terhadap gangguan (disturbance), perubahan lingkungan, dan masukan perintah yang baru. Elemen kunci yang mengakibatkan sistem kontrol mempunyai kemampuan tersebut adalah umpan-balik. Setelah pembahasan bagian ini, diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan konsep dasar sistem umpan balik dan struktur umumnya, serta dapat menerangkan baik secara konsep maupun secara numerik beberapa sifat yang berguna sistem umpan balik. I.1 Konsep Umum dan Struktur Sistem Kontrol Umpan-Balik Pada sistem kontrol umpan-balik, sinyal keluaran beberapa atau seluruhnya harus diumpankan ke kontroler (Gambar 1.1). Kemudian kontroler dapat membandingkan antara sifat sistem yang diinginkan (masukan referensi) dengan sifat sistem yang sebenarnya keluaran yang terkontrol atau sinyal umpan balik). Berdasarkan hasil perbandingan tersebut (yang dikenal sebagai sinyal kesalahan/error) maka kontroler dapat mengeluarkan sinyal kontrol untuk mengurangi kesalahan. Gambar 1.1. Kontrol umpan balik lup tertutup

Upload: aulia-fatma

Post on 29-Sep-2015

57 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

gfdf

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    SISTEM UMPAN BALIK

    PENDAHULUAN Pada bagian ini akan diperkenalkan konsep dasar sistem umpan balik dalam

    segala aspeknya, kegunaannya, serta contoh-contoh aplikasinya. Tujuan dari suatu

    sistem kontrol adalah untuk menghasilkan keluaran yang sesuai dengan yang diinginkan.

    Keluaran tersebut biasanya ditentukan oleh masukan perintah (command input) yang

    sering berupa fungsi waktu. Untuk penerapan yang sederhana pada sistem yang

    strukturnya diketahui dengan baik, peralatan sequencing seperti timer, relai, dan

    sebagainya, dapat digunakan sebagai sistem kontrol. Tetapi banyak sistem tidak begitu

    mudah untuk dikontrol, dan kontroler harus mempunyai kemampuan bereaksi terhadap

    gangguan (disturbance), perubahan lingkungan, dan masukan perintah yang baru.

    Elemen kunci yang mengakibatkan sistem kontrol mempunyai kemampuan tersebut

    adalah umpan-balik.

    Setelah pembahasan bagian ini, diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan

    konsep dasar sistem umpan balik dan struktur umumnya, serta dapat menerangkan baik

    secara konsep maupun secara numerik beberapa sifat yang berguna sistem umpan balik.

    I.1 Konsep Umum dan Struktur Sistem Kontrol Umpan-Balik

    Pada sistem kontrol umpan-balik, sinyal keluaran beberapa atau seluruhnya harus

    diumpankan ke kontroler (Gambar 1.1). Kemudian kontroler dapat membandingkan

    antara sifat sistem yang diinginkan (masukan referensi) dengan sifat sistem yang

    sebenarnya keluaran yang terkontrol atau sinyal umpan balik). Berdasarkan hasil

    perbandingan tersebut (yang dikenal sebagai sinyal kesalahan/error) maka kontroler

    dapat mengeluarkan sinyal kontrol untuk mengurangi kesalahan.

    Gambar 1.1. Kontrol umpan balik lup tertutup

  • 2

    Biasanya kontrol umpan balik dibagi atas dua jenis, yaitu servo mekanis dan kontrol

    proses.

    - Servo mekanis adalah sistem kontrol umpan balik yang disusun untuk mengatur

    posisi mekanis (kecepatan, percepatan), arah dan bentuk (posture) dari sistem sesuai

    dengan variasi referensi. Karena itu kata servo mekanis sinonim dengan kontrol

    posisi. Servo mekanis banyak dipakai pada industri modern. Sebahai contoh, operasi

    automatic dari mesin NC (numerical control) biasanya dilengkapi dengan servo

    mekanis bersama dengan instruksi program. Contoh lain, misalnya robot.

    - Kontrol proses adalah sistem pengaturan automatic yang mengontrol variabel pada

    industri proses seperti suhu, tekanan, laju aliran, ketinggian cairan, pH, komposisi

    material, dan sebagainya. Umumnya harga referensi dari kontrol prose situ tidak, atau

    jarang berubah, kalaupun berubah biasanya intervalnya panjang. Lain dengan servo

    mekanis yang referensinya sering berubah dalam waktu cepat.

    Menurut Maeda (1993), sistem kontrol mempunyai dua fungsi, yaitu:

    - Untuk menanggapi masukan perintah yang menyebutkan harga variabel yang

    dikontrol yang baru.

    - Untuk menjaga variabel yang dikontrol agar dekat dengan harga yang diinginkan,

    walaupun ada gangguan.

    Keberadaan lup/ikal umpan balik sangat penting untuk menjaga kedua fungsi tersebut.

    Gambar 1.2 memperlihatkan diagram kotak sistem umpan balik pengukuran temperatur

    ruang yang dikontrol dengan termostat.

    Gambar 1.2. Diagram kotak sistem termostat untuk kontrol temperatur

    Sistem kontrol lain yang banyak diketemukan adalah regulator tekanan seperti pada

    Gambar 1.3.

  • 3

    (a) (b)

    Gambar 1.3. Regulator tekanan, a. Pandangan melintang, b. Diagram kotak

    Sistem kontrol posisi elektromekanika yang diperlihatkan pada Gambar 1.4

    menggambarkan struktur dari suatu contoh sistem kontrol. Beban dengan kelembaman I

    akan diatur pada posisi tertentu dengan sudut qr. Suatu motor DC dapat dipakai untuk

    keperluan tersebut. Sistem beban mengandung faktor redaman c dan torsi gangguan Td,

    di samping torsi motor T. Karena adanya gangguan maka posisi beban q tidak sama

    dengan qr. Dengan alasan tersebut, maka digunakan potensiometer untuk mengukur

    pemindahan (displacement) q. Tegangan pada potensiometer, yang menyatakan posisi

    yang dikontrol, yaitu q, dibandingkan dengan tegangan yang ditimbulkan oleh

    potensiometer perintah (command potentiometer). Dengan peralatan tersebut akan

    memungkinkan operator bila ingin mengubah posisi, cukup dengan memutar

    potensiometer perintah. Amplifier mengukur perbedaan antara dua tegangan

    potensiometer tersebut. Fungsi dasar amplifier adalah untuk menaikkan tegangan kecil

    sehingga sampai pada tingkat tegangan yang dibutuhkan motor untuk menggerakkan

    beban. Fungsi lain, amplifier bisa mengubah bentuk sinyal tegangan dengan berbagai

    cara untuk memperbaiki penampilan sistem.

    Gambar 1.4. Sistem kontrol posisi menggunakan motor DC

  • 4

    Gambar 1.5. Diagram kotak sistem pengaturan posisi

    Kontroler umumnya dianggap sebagai elemen logika yang membandingkan

    sinyal perintah dengan pengukuran keluaran dan menentukan apa yang harus dilakukan.

    Elemen masukan dan umpan balik adalah transduser, yang mengubah sinyal dengan

    jenis tertentu menjadi jenis yang lain. Dengan demikian dimungkinkan pendeteksi

    kesalahan (error detector) secara langsung membandingkan dua sinyal yang sama

    (misalnya dua tegangan). Tidak semua elemen yang tampak terpisah pada diagram kotak

    merupakan elemen berdiri sendiri. Sebagai contoh, pendeteksi kesalahan pada Gambar

    1.4 hanyalah merupakan masukan dari amplifier.

    Gambar 1.6 memperlihatkan struktur umum dari sistem kontrol umpan balik.

    Gm(s)Ga(s)

    +-

    H(s)

    MotorF(s)

    A(s)

    Detektor kesalahan

    M(s)Gp(s)+

    -

    D(s)

    Q(s)

    C(s)V(s) E(s)

    B(s)

    Kontroler

    R(s)

    Gambar 1.6. Struktur dasar sistem kontrol umpan balik

    Terminologi:

    Elemen Sinyal

    A(s)

    Ga(s)

    Gm(s)

    Elemen masukan

    Elemen logika kontrol

    Elemen kontrol akhir

    B(s)

    C(s)

    D(s)

    Sinyal umpan balik

    Variabel yang dikontrol atau keluaran

    Masukan gangguan

  • 5

    Gp(s)

    H(s)

    Q(s)

    Elemen plant

    Elemen umpan balik

    Elemen gangguan

    E(s)

    F(s)

    M(s)

    R(s)

    V(s)

    Sinyal kesalahan (error)

    Sinyal kontrol

    Variabel yang dimanipulasi

    Masukan referensi

    Masukan perintah

    I.2 Fungsi Alih (Transfer Function) Sistem Kontrol Umpan-Balik

    Diagram kotak sistem kontrol umpan balik yang disederhanakan, seperti

    diperlihatkan pada Gambar 1-7.

    Gambar 1-7. Diagram kotak yang disederhanakan dari sistem kontrol umpan-balik

    G(s) adalah fungsi alih elemen umpan maju (feed forward) dan H(s) adalah elemen

    umpan-balik.

    Diagram sebelah kiri mempunyai hubungan sebagai berikut :

    E(s) = R(s)m B(s) ; Y(s) = G(s) E(s) ; B(s) = H(s) Y(s)

    Dengan demikian, maka dengan menggunakan hubungan di atas dapat diperoleh:

    )()()(1

    )()( sRsHsG

    sGsC

    = (1-1)

    dan diagramnya dapat diubah menjadi elemen tunggal seperti pada gambar sebelah

    kanan.

    H(s)G(s)1G(s)(s)G C

    = disebut sebagai fungsi alih ikal tertutup (closed loop

    transfer function, CLTF). Sebaliknya, jika ikal tertutupnya dipotong sebelum

    pembanding, maka hubungan masukan-keluarannya adalah:

    F(s) = G(s) H(s) V(s)

    di mana GO(s) = G(s) H(s) disebut sebagai fungsi alih ikal terbuka (open-loop transfer

    function, OLTF).

    G(s)

    H(s)

    R(s) C(s)

    R(s) )()(1

    )(sHsG

    sG

    C(s) =

    +

    _ (+)

    E(s)

    B(s)

  • 6

    H(s)G(s)1

    G(s)(s)G C

    = disebut sebagai fungsi alih ikal tertutup (closed loop transfer

    function).

    Pada sistem kontrol umpan balik, biasanya pembanding (comparator) memberikan sinyal

    E(s) = R(s) B(s), yaitu selisih antara masukan referensi dan sinyal umpan balik.

    Umpan balik jenis ini disebut umpan balik negatif, karena sinyal umpan balik

    mempunyai tanda negatif. Sebaliknya, jenis umpan balik yang lain adalah umpan balik

    positif, di mana E(s) = R(s) + B(s).

    1.3 Kegunaan Sistem Umpan-Balik

    Sistem umpan-balik memiliki beberapa sifat yang berguna, khususnya untuk

    memperbaiki kinerja sistem. Untuk memudahkan penyelidikan aspek tersebut, akan

    digunakan sistem yang sederhana. Pada penyelidikan ini, akan dibandingkan tanggapan

    sistem dengan dan tanpa umpan-balik.

    a. Pertimbangan kecepatan dan kesalahan dalam keadaan tunak (response

    rapidity and steady-state consideration)

    Misalkan, suatu sistem orde-satu dengan ikal umpan-balik seperti pada Gambar

    1-8, di mana fungsi alih obyek yang dikontrol (elemen umpan maju) G(s) = K1/(Ts + 1),

    dan elemen umpan-baliknya adalah K2 (K1 dan K2 adalah konstanta gain, dan T adalah

    konstanta waktu sistem orde-satu).

    Gambar 1-8. Sistem orde-satu dengan ikal umpan-balik

    Pertama, kita hitung tanggapan sistem terhadap masukan tangga satuan (unit step) tanpa

    umpan-balik.

    +

    -=

    +==

    TssK

    sTsKsRsGC

    /1111

    1)()((s) 11 (1-2)

  • 7

    Dengan menggunakan transformasi Laplace balik (inverse Laplace transform) maka

    akan diperoleh tanggapan sistem sebagai berikut:

    C(t) = K1{1 e-(1/T)t} (1-3)

    Dengan menggunakan program Matlab, untuk nilai K1 dan T yang berbeda-beda,

    diperoleh respon/tanggapan seperti pada Gambar 1-9.

    (a) (b) Gambar 1-9. Tanggapan sistem orde-satu terhadap masukan step satuan untuk beberapa

    nilai K1 dan T. (a). T = 1, (b). K1 = 1. Dari Gambar 1-9 tersebut dapat disimpulkan beberapa hal:

    Tanggapan yang cepat akan diperoleh untuk T yang semakin kecil K1 tidak mempengaruhi kecepatan tanggapan Kesalahan dalam keadaan tunak, yaitu r( ) c( ) adalah 1 K1. Karena itu

    kesalahan tersebut akan sama dengan nol, jika K1 = 1.

    Kedua, kita hitung tanggapan yang sama untuk sistem dengan umpan-balik. Hubungan

    masukan dan keluarannya adalah sebagai berikut:

    +

    +

    ++

    =

    ++

    +=

    +=

    TKKssKK

    KsK

    TsK

    TsK

    sRsHsG

    sGC2121

    1

    21

    2

    111

    11

    11

    1)()()(1

    )((s) (1-4)

    %Program untuk gambar 1-9 t=0:0.1:5; %a.T=1 (konstan),K1=0.5;1;1.5 c1=0.5*(1-exp(-t)); c2=1*(1-exp(-t)); c3=1.5*(1-exp(-t)); figure(1);plot(t,c1,t,c2,t,c3,'LineWidth',1.5); gtext({'K1=0.5'});gtext({'K1=1'});gtext({'K1=1.5'}); %b.K1=1 (konstan),T=0.2;0.5;1 c4=1*(1-exp(-t/0.2)); c5=1*(1-exp(-t/0.5)); c6=1*(1-exp(-t)); figure(2);plot(t,c4,t,c5,t,c6,'LineWidth',1.5); legend('T=0.2','T=0.5','T=1');

  • 8

    Dengan menggunakan transformasi Laplace balik diperoleh tanggapan sebagai berikut:

    ( )tTKKeKK

    Ktc ]/)1[(21

    1 2111

    )( +--+

    = (1-5)

    Karena konstanta waktu tanggapan tersebut adalah t = T/(1+K1K2) maka t tersebut

    tergantung nilai gain K1, dan K2. Bila K1 dan K2 makin besar maka t akan makin kecil.

    Itu berarti akan memperbaiki kecepatan (rapidity) tanggapan. Kesalahan keadaan tunak

    (error steady-state, ess) tanggapan tersebut adalah:

    21

    1

    11)()(

    KKKcress

    +-=-= (1-6)

    Karena itu:

    - ess akan menjadi nol bila gain umpan-maju K1 menjadi lebih besar, sedangkan

    K2 dibiarkan tetap,

    - ess mendekati 1, jika K2 menjadi lebih besar. Hal ini tidak diinginkan pada

    sistem kontrol, karena keluarannya tidak dapat mendekati harga dari masukan

    referensi.

    Dengan pengujian tersebut di atas, jelas bahwa dengan membuat gain umpan-maju K1

    besar, maka kecepatan dan kesalahan dalam keadaan tunak dari tanggapan akan dapat

    diperbaiki. Gambar 1-10 menunjukkan aspek-aspek tersebut, berdasarkan harga K1, K2,

    dan T yang berbeda-beda.

    %Program untuk gambar 1-10%c=K1/(1+K1*K2)*(1-exp-(((1+K1*K2)/T)*t)) t=0:0.02:4; %a.T=1,K2=1,K1=1;3;10 c1=1/(1+1*1)*(1-exp(-((1+1*1)/1)*t)); c2=3/(1+3*1)*(1-exp(-((1+3*1)/1)*t)); c3=10/(1+10*1)*(1-exp(-((1+10*1)/1)*t)); subplot(311);plot(t,c1,t,c2,t,c3,'LineWidth',1.5); xlabel('t');ylabel('c(t)'); legend('K1=1','K1=3','K1=10'); %b.K1=3,K2=1,T=0.5;1;2 c4=3/(1+3*1)*(1-exp(-((1+3*1)/0.5)*t)); c5=3/(1+3*1)*(1-exp(-((1+3*1)/1)*t)); c6=3/(1+3*1)*(1-exp(-((1+3*1)/2)*t)); subplot(312);plot(t,c4,t,c5,t,c6,'LineWidth',1.5); xlabel('t');ylabel('c(t)'); legend('T=0.5','T=1','T=2'); %c.K1=3,T=1,T=0.5;1;2 c7=3/(1+3*0.5)*(1-exp(-((1+3*0.5)/1)*t)); c8=3/(1+3*1)*(1-exp(-((1+3*1)/1)*t)); c9=3/(1+3*2)*(1-exp(-((1+3*2)/1)*t)); subplot(313);plot(t,c7,t,c8,t,c9,'LineWidth',1.5); xlabel('t');ylabel('c(t)'); legend('K2=0.5','K2=1','K2=2');

  • 9

    as +1

    atetcas

    sC

    -

    =

    +=

    )(

    1)(

    Gambar 1-10. Tanggapan sistem orde-satu untuk beberapa nilai K1, K2, dan T. a. T=1, K2=1; b. K1=3, K2=1; c. T=1, K1=3

    b. Pertimbangan Stabilitas

    Pada pembahasan ini, akan diuji tanggapan impuls sistem orde-satu tanpa dan

    dengan umpan-balik. Misalkan, suatu sistem dengan elemen umpan majunya G(s) =

    (s+a)-1 seperti pada Gambar 1-11. Seperti yang nampak pada Gambar 1-11, sistem

    dengan umpan-balik akan stabil hanya bila gain umpan-balik memenuhi kondisi: K + a >

    0.

    (a)

    (b)

    Gambar 1-11. Tanggapan impuls sistem orde-satu tanpa umpan-balik (a). Diagram kotak (b). Tanggapan impuls untuk beberapa nilai a.

  • 10

    C(s)R(s) = 1

    as +1

    +-

    K

    tKaetcKas

    sC

    )()(

    1)(

    +-=

    ++=

    )()()]()([1

    )()()()( sRsHsGsG

    sGsGsCsCD++

    D+=D+

    (a)

    (b)

    Gambar 1-12. Tanggapan impuls sistem orde-satu dengan umpan-balik (a). Diagram kotak (b). Tanggapan impuls untuk beberapa nilai a, dan K = 1.

    Contoh ini menunjukkan bahwa kontrol umpan-balik efektif untuk stabilisasi sistem.

    c. Pertimbangan Gain Sistem

    Manfaat utama penggunaan umpan-balik pada sistem kontrol adalah untuk

    mengurangi sensitivitas sistem terhadap perubahan parameter dan gangguan yang tidak

    diinginkan. Gain tanpa umpan-balik selalu lebih besar dibanding dengan umpan-balik.

    Karena itu dapat dimengerti bahwa umpan-balik dapat mengurangi pengaruh perubahan

    parameter dan gangguan dengan mengorbankan gain. Ini berarti bahwa umpan-balik

    tidak dibutuhkan bila stabilitas sistem tidak begitu penting.

    Sebagai illustrasi, misalnya G(s) pada gambar 2-1 berubah menjadi G(s) + DG(s)

    yang disebabkan oleh perubahan parameter, di mana G(s) >> DG(s).

    Untuk sistem tanpa umpan-balik, keluarannya adalah:

    C(s) + DC(s) = [G(s) + DG(s)]R(s)

    Jadi perubahan keluarannya adalah:

    DC(s) = DG(s).R(s). (1-7)

    Bila sistem umpan balik maka keluarannya adalah:

    Karena G(s) >> DG(s) maka:

  • 11

    )()()(1

    )()( sRsHsG

    sGsC+

    DD

    9,91,0.10001

    10001

    =

    +=

    +=

    GHGGc

    )9,9%.33,0034,0(934,91,0.15001

    1500'==D=

    += cc GG

    )9,9%.96,0096,0(804,91,0.5001

    500'-=-=D=

    += cc GG

    1bila11

    >>+

    = GHHGH

    GGHGGc

    (1-8)

    Jadi perubahan keluaran suatu sistem dengan umpan-balik yang disebabkan oleh

    perubahan parameter G(s) dapat dikurangi dengan faktor 1+G(s)H(s), dan secara umum

    besarnya 1+G(s)H(s) lebih besar dari satu.

    Contoh:

    Tunjukkan efektivitas kontrol umpan-balik di mana gain ikal tertutupnya adalah

    [G/(1+GH)], dengan G = 1000, H = 0,1, dan DG = 50%.

    Jawab:

    Bila kita gunakan kontrol ikal terbuka maka gain G berfluktuasi 50% dari 1000. Bila

    kita gunakan kontrol umpan-balik maka gain ikal tertutupnya adalah:

    Harga maksimumnya adalah:

    Harga minimumnya adalah:

    Seringkali kita tidak mengetahui harga yang akurat dari beberapa parameter

    sistem, atau harga tersebut berubah karena usia. Umpan-balik dapat meminimisasi

    pengaruh perubahan parameter dan ketidaktentuan tersebut. Bila G(s) bernilai besar,

    tetapi tidak diketahui pasti berapa besarnya, kita dapat mendekati harga gain ikal

    tertutupnya sebagai berikut:

    (1-9)

    Karena itu, bila hanya gain H saja yang diketahui dengan pasti, maka gain sistem dapat

    diketahui. Pada kasus tersebut, karakteristik sistem tidak dipengaruhi G, dengan syarat G

    berharga besar. Menurut Maeda (1993), pada prakteknya elemen umpan-balik (dengan

    fungsi alih H) yang berupa sensor atau transduser berharga lebih murah dibanding

    dengan elemen umpan majunya (dengan fungsi alih G). Karena itu bila merancang

    sistem kontrol, disarankan untuk membeli elemen umpan-balik yang bermutu baik.

  • 12

    d. Pertimbangan Kelinieran Sistem

    Suatu sistem yang elemen individualnya tidak linier, seringkali dapat dimodelkan

    sebagai sistem yang linier dengan menggunakan umpan-balik yang tepat. Sebagai

    contoh, misalnya LVDT (Linear Variable Differential Transformer) yang sering

    digunakan pada sistem kontrol umpan-balik sebagai transduser untuk mengukur

    perpindahan yang sangat kecil. Bentuk dasar dari LVDT adalah tiga koil yang dililitkan

    bersama menjadi suatu kumparan, di mana koil di tengahnya adalah primer, sedangkan

    dua yang lainnya adalah sekunder. Dengan menghubungkan koil sekunder dengan arah

    yang berbeda, seperti nampak pada Gambar 1-13 maka tegangan yang diinduksikan pada

    lilitan sekunder S1 dan S2 sama besar dan arahnya, bila dalam keadaan setimbang maka

    tidak ada tegangan yang timbul pada keluaran tegangan. Apabila inti besinya bergeser

    tegangan induksi pada salah satu lilitan meningkat dan lilitan yang lain menurun,

    sehingga timbul sinyal tegangan keluaran. Tegangan efektif keluarannya linier bila inti

    besinya bergeser pada daerah tertentu, sedangkan di luar daerah tersebut hasilnya adalah

    tidak linier, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1-14.

    Gambar 1-13. Prinsip LVDT

    Gambar 1-14. Daerah linier LVDT

  • 13

    Sistem tersebut dapat dipandang sebagai model linier, karena umpan-balik akan

    menyebabkan sistem cenderung berada pada daerah kondisi referensi (daerah yang

    linier).

    Contoh Soal

    Suatu sistem umpan balik yang terdiri dari elemen kontroler Ga(s), penguat, komponen

    orde dua dan elemen umpan balik = 1 seperti pada Gambar 1-15.

    Gambar 1-15.

    Jika Ga(s) = )()(

    sEsU

    adalah fungsi alih kontroler PI dengan Ga(s) = s15 + tentukanlah :

    a. fungsi alih elemen umpan maju (feed forward)

    b. fungsi alih loop tertutup (closed loop transfer function)

    Penyelesaian:

    a. Berdasarkan Gambar 1-7, fungsi alih elemen umpan maju (feed forward), G(s)

    terdiri dari elemen kontroler Ga(s), penguat, dan komponen orde dua yang

    terhubung seri, sehingga diperoleh:

    ssss

    ssss

    sssGG a 42

    2010042

    4.5.1542

    4.5).((s) 2322++

    +=

    ++

    +=

    ++=

    b. Karena umpan balik langsung/satuan, maka elemen umpan balik, H(s) = 1,

    sehingga berdasarkan persamaan (1-1):

    )()()(1

    )()( sRsHsG

    sGsC

    = ; )()(1

    )()()()(

    sHsGsGsG

    sRsC

    c+

    ==

    Fungsi alih loop tertutup, 201042

    20100)( 23+++

    +=

    sssssGc

    5 42

    42

    ++ ss R(s) C(s) +

    _ Ga(s) E(s) U(s)

  • 14

    1.4 Soal-soal Latihan 1. Bila gain pada elemen seperti pada Gambar 1-16(a) berfluktuasi 50%, keluarannya

    juga berfluktuasi yang sama. Untuk mengurangi fluktuasi keluaran tersebut sampai

    kira-kira 1% maka lup umpan balik digunakan seperti pada Gambar 1-16(b).

    Dapatkan gain K yang sesuai, bila Gc = 1000 dan DGc = 50%.

    (a) Gambar 1-16 (b)

    Bagaimana fluktuasi keluaran bila umpan balik satuan yang digunakan?

    2. Umpan balik (feedback) membentuk topologi sistem kontrol seperti ditunjukkan

    oleh Gambar 1-17. Tentukan fungsi alih sistem tersebut, C(s)/R(s).

    Gambar 1-17.

    Gc

    K

    R(s) C(s) +_ R(s)

    cG C(s)