bab 2 gambaran umum museum taman prasasti … universitas indonesia 15 bab 2 ... namun karena...

55
Universitas Indonesia 15 BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI 2.1. Sejarah Museum Taman Prasasti Pada awalnya, tahun 1795, Museum Taman Prasasti digunakan sebagai pemakaman khusus orang asing di Batavia, terutama yang beragama Kristen (Heuken, 1997:244). Pemakaman yang disebut Kerkhof Laan atau Kebon Jahe Kober (kober = kuburan), pertama kali digunakan pada tanggal 28 September 1795 (Joga dkk., 2005:6). Berdasarkan publicatie dari kastil Batavia pada tanggal 14 Desember 1798, kawasan pemakaman itu secara resmi ditetapkan menjadi tempat pemakaman umat kristiani (Suratminto, 2006:124). Publicatie tersebut dikeluarkan menyusul keputusan Republik Bataaf di Belanda tahun 1795 yang melarang memakamkan orang yang meninggal di dalam gereja. Peraturan itu merupakan salah satu pengaruh pencerahan (reformasi gereja) di Eropa pada akhir abad ke-18 (Suratminto, 2006:124). Mereka menyatakan bahwa memakamkan orang meninggal di dalam gereja tidak baik bagi kesehatan jemaat gereja (Suratminto, 2006:124). Pemakaman Kebon Jahe secara resmi mulai berfungsi setelah dibongkarnya kawasan pemakaman yang berada di Gereja Belanda Baru (Nieuwe Hollandsche Kerk) yang saat ini telah menjadi Museum Wayang yang terletak di Jalan Pintu Besar Utara nomor 27 (DMS DKI Jakarta, 1994:8) 7 . Pembongkaran tersebut disebabkan karena tuntutan rencana pengembangan Kota Batavia (DMS DKI Jakarta, 1994:8). Selain itu, pemerintah berupaya mencari lahan yang lebih luas untuk menampung orang meninggal yang jumlahnya semakin meningkat (DMS DKI Jakarta, 1994:8). Kondisi Kota Batavia yang semakin padat menyebabkan atmosfer yang tidak sehat, sehingga banyak warga kota yang terserang wabah penyakit malaria, diare, dan penyakit lainnya, yang menyebabkan kematian (Joga dkk., 2005:6). Ketika itu proses mortalitas (kematian) berjalan wajar dan mungkin lebih cepat 7 DMS DKI Jakarta: Dinas Museum dan Sejarah Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 15 Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Upload: dinhduong

Post on 01-Mar-2018

236 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

15

BAB 2

GAMBARAN UMUM

MUSEUM TAMAN PRASASTI

2.1. Sejarah Museum Taman Prasasti

Pada awalnya, tahun 1795, Museum Taman Prasasti digunakan sebagai

pemakaman khusus orang asing di Batavia, terutama yang beragama Kristen

(Heuken, 1997:244). Pemakaman yang disebut Kerkhof Laan atau Kebon Jahe

Kober (kober = kuburan), pertama kali digunakan pada tanggal 28 September

1795 (Joga dkk., 2005:6). Berdasarkan publicatie dari kastil Batavia pada tanggal

14 Desember 1798, kawasan pemakaman itu secara resmi ditetapkan menjadi

tempat pemakaman umat kristiani (Suratminto, 2006:124). Publicatie tersebut

dikeluarkan menyusul keputusan Republik Bataaf di Belanda tahun 1795 yang

melarang memakamkan orang yang meninggal di dalam gereja. Peraturan itu

merupakan salah satu pengaruh pencerahan (reformasi gereja) di Eropa pada akhir

abad ke-18 (Suratminto, 2006:124). Mereka menyatakan bahwa memakamkan

orang meninggal di dalam gereja tidak baik bagi kesehatan jemaat gereja

(Suratminto, 2006:124).

Pemakaman Kebon Jahe secara resmi mulai berfungsi setelah

dibongkarnya kawasan pemakaman yang berada di Gereja Belanda Baru (Nieuwe

Hollandsche Kerk) yang saat ini telah menjadi Museum Wayang yang terletak di

Jalan Pintu Besar Utara nomor 27 (DMS DKI Jakarta, 1994:8)7. Pembongkaran

tersebut disebabkan karena tuntutan rencana pengembangan Kota Batavia (DMS

DKI Jakarta, 1994:8). Selain itu, pemerintah berupaya mencari lahan yang lebih

luas untuk menampung orang meninggal yang jumlahnya semakin meningkat

(DMS DKI Jakarta, 1994:8).

Kondisi Kota Batavia yang semakin padat menyebabkan atmosfer yang

tidak sehat, sehingga banyak warga kota yang terserang wabah penyakit malaria,

diare, dan penyakit lainnya, yang menyebabkan kematian (Joga dkk., 2005:6).

Ketika itu proses mortalitas (kematian) berjalan wajar dan mungkin lebih cepat

7 DMS DKI Jakarta: Dinas Museum dan Sejarah Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

15

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 2: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

16

(DMS DKI Jakarta, 1994:8). Akibatnya, halaman gereja tidak mampu lagi

menampung banyaknya makam (Joga dkk., 2006:6). Melihat hal tersebut,

pemerintah Kota Batavia memutuskan mencari lahan pemakaman baru di luar

kota (Joga dkk., 2006:6). Sebagai lahan pengganti, dicari lokasi baru di luar kota

ke arah selatan, yakni di Kebon Jahe yang termasuk daerah Tanah Abang (DMS

DKI Jakarta, 1994:8).

Pemakaman Kebon Jahe terletak di dekat Rijswik (sekarang Harmoni) dan

Tanah Abang Straat (sekarang Jalan Abdul Muis) (Suratminto, 2006:124).

Pemakaman tersebut memiliki area seluas 5,9 hektar dan dibatasi oleh tembok

keliling (Heuken, 1997:243). Salah satu sumber mengatakan bahwa lahan itu

dihibahkan dari keluarga van Rimsdijk yang merupakan tuan tanah yang kaya

raya di Batavia (DMS DKI Jakarta, 1994:8). Jeremias van Rimsdijk pernah

menjabat sebagai Gubernur Jenderal ke-29, yaitu periode 1775-1777 (DMS DKI

Jakarta, 1994:8).

Pemakaman Kebon Jahe terletak jauh dari tembok Kota Batavia, namun

memiliki lokasi yang cukup strategis, yaitu dekat Sungai Krukut. Bila ada warga

Batavia yang meninggal dunia, maka puluhan perahu dan sampan dimanfaatkan

untuk membawa jenazah dari pusat kota menuju Pemakaman Kebon Jahe,

menyusuri Sungai Krukut. Setelah melewati sungai, jenazah dibawa dengan kereta

jenazah menuju lokasi pemakaman yang jaraknya sekitar 500 meter (Joga dkk.,

2005:6).

Ketika VOC dibubarkan pada tahun 1799, keadaan gedung Koepelkerk

sudah parah8. Bagian-bagian yang rusak akan diperbaiki dengan dana yang

terbatas, namun Gubernur Jenderal Daendels memerintahkan menjual gereja

tersebut supaya dapat dibongkar (1808). Nisan-nisan besar dari keluarga

terkemuka sebagian dijual dan sebagian dipindahkan ke Pemakaman Kebon Jahe.

Batu-batu nisan yang diambil dari ruang tengah gereja berjumlah 48 nisan,

sedangkan 24 nisan lagi berasal dari lorong gereja (Joga dkk., 2005:7).

Sejak saat itu, Pemakaman Kebon Jahe menjadi lokasi pemakaman bagi

pegawai kompeni Belanda dan orang-orang yang disetarakan dengan orang

Belanda. Hal itu terus berlanjut hingga masa pemerintahan VOC berakhir, 8 Oude Koepelkerk (1626) merupakan gereja tertua di Batavia, yang terletak di dalam Kasteel Batavia (Joga dkk., 2005:3).

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 3: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

17

kemudian masa pemerintahan Perancis (1808-1811), pemerintahan Inggris (1811-

1816), bahkan saat Indonesia kembali ke tangan Belanda dan Jepang sampai tahun

1945 (DMS DKI Jakarta, 1994:8-10).

Pemakaman tersebut berkembang menjadi suatu pemakaman yang

prestisius karena banyaknya orang terkenal yang dimakamkan di sana, baik

pejabat penting, pelaku sejarah, hingga selebritis pada masanya. Beberapa di

antaranya adalah Olivia Mariamne Raffles (istri Gubernur Jenderal Inggris, Sir

Thomas Stamford Raffles), Dr. H.F. Roll (pencetus gagasan dan pendiri Stovia),

dan Dr. J.L.A. Brandes (ahli sejarah purbakala Indonesia) (Joga dkk., 2005:7).

Dalam pembangunannya, Pemakaman Kebon Jahe dibatasi oleh tembok

keliling. Bangunan yang berada di depan merupakan plaza (bangunan induk) yang

dibangun dengan gaya Doria yang memiliki pilar-pilar kokoh (1844). Dinding-

dinding pada bangunan itu ditempeli nisan-nisan pindahan dari pemakaman

sebelumnya, Nieuwe Hollandsche Kerk. Ruang utama bangunan induk merupakan

tempat berlangsungnya upacara ritual keagamaan sebelum pemakaman

berlangsung. Pada bagian belakang terdapat dua ruangan persemayaman jenazah.

Ruangan untuk persemayaman jenazah laki-laki berada di sebelah kiri, sedangkan

perempuan di sebelah kanan (Joga dkk., 2005:7-8).

Setelah Indonesia merdeka, pengelolaan Pemakaman Kebon Jahe

ditangani oleh Yayasan Verberg di bawah Pemerintah Gemente Batavia (1945-

1947). Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan,

maka para pengurus Yayasan Verberg kembali ke Belanda. Pengelolaan

Pemakaman Kebon Jahe diserahkan kepada Yayasan Palang Hitam milik keluarga

J. M. Panggabean. Yayasan tersebut mengelola Pemakaman Kebon Jahe dari

tahun 1947 sampai 1967 (DMS DKI Jakarta, 1994:10).

Ketika Pemakaman Kebon Jahe akan direlokasi, Pemerintah DKI Jakarta

melakukan negosiasi dengan Yayasan Palang Hitam yang menghasilkan

keputusan bahwa yayasan tersebut mendapat bagian dari bekas lahan pemakaman

sekitar 4000 m2 yang kemudian digunakan sebagai kantor yayasan. Yayasan

Palang Hitam hingga saat ini masih bergerak dalam usaha sosial pengurusan

kematian, seperti penyediaan mobil jenazah dan peti jenazah (DMS DKI Jakarta,

1994:10).

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 4: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

18

2.2. Pengelolaan Museum Taman Prasasti

Pada tahun 1967, pengelolaan kompleks Pemakaman Kebon Jahe

dialihkan dari Yayasan Palang Hitam ke Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta

yang dilaksanakan oleh Dinas Pemakaman, salah satu Dinas Teknis Daerah yang

baru dibentuk saat itu (DMS DKI Jakarta, 1994:10). Untuk menjaga dan

memelihara kesinambungan sejarah Kota Jakarta, maka pada tahun 1975 lokasi

tersebut dinyatakan ditutup sebagai kawasan pemakaman (Joga dkk., 2005:8).

Namun nisan dan bangunan makam yang ada tidak boleh dipindahkan (Joga dkk.,

2005:8).

Selanjutnya Pemda DKI Jakarta mengadakan inventarisasi dan penyuluhan

bagi para ahli waris, baik secara langsung maupun melalui perwakilan warga

negara asing. Pada tahun 1976 dimulailah pembongkaran kawasan pemakaman

dan seluruh kerangka yang ada digali dan kemudian dimakamkan kembali.

Terdapat pula kerangka yang kemudian dimakamkan oleh ahli waris di tempat

lain atau bagi yang tidak memiliki ahli waris, maka Pemda DKI Jakarta melalui

Dinas Pemakaman menguburkan kembali kerangka tersebut di Tempat

Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Sebagian kerangka ada

yang dibawa oleh pihak keluarga ke tanah leluhurnya di luar negeri dan ada yang

dimakamkan di Aceh, seperti Jenderal Kohler. Selain itu terdapat beberapa nisan

atau bangunan makam yang tidak boleh dipindahkan (DMS DKI Jakarta,

1994:10).

Nisan yang terpilih saat itu berjumlah sekitar 1200, sedangkan jumlah

makam yang tercatat sebelum pembongkaran sekitar 4600. Selain banyak yang

rusak ketika pembongkaran, banyak juga makam atau nisan yang tidak layak

untuk dijadikan koleksi museum. Nisan-nisan yang berbentuk datar umumnya

ditempelkan pada dinding sisi selatan, utara, dan sebagian sisi timur. Sedangkan

nisan-nisan yang berbentuk tugu atau patung ditempatkan pada area taman yang

terbagi atas sebelas kavling dan diselingi oleh jenis-jenis pohon pelindung yang

hijau dan rindang, serta rerumputan hijau agar suasana taman nampak asri (DMS

DKI Jakarta, 1994:10-11).

Sejak penutupan Kebon Jahe sebagai kawasan pemakaman pada tahun

1975, lahan tersebut dibiarkan terlantar hingga tahun 1977. Pemerintah Daerah

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 5: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

19

ketika itu melihat adanya potensi yang bisa dikembangkan pada lahan pemakaman

tersebut, sehingga pemerintah berkesimpulan untuk memugar, menata ulang, dan

mengembangkannya menjadi suatu museum. Penataan dan pemilihan koleksi

dilakukan dengan meninjau nisan makam-makam yang memiliki nilai sejarah

penting. Namun demikian, luas lahan mengalami penyempitan menjadi 1,3 hektar

(Joga dkk., 2005:9).

Dalam proses pembongkaran hingga penataan kembali menjadi museum,

instansi yang terkait di dalamnya adalah Dinas Pemakaman DKI Jakarta, Dinas

Tata Bangunan dan Pemugaran DKI Jakarta, Dinas Pertamanan dan Dinas Tata

Kota. Langkah yang diambil Pemda DKI Jakarta untuk menciptakan Museum

Taman Prasasti merupakan salah satu program penyelamatan dan pelestarian nilai-

nilai sejarah dan budaya. Oleh karena tujuan itu, maka pada tanggal 9 Juli 1977

kawasan Pemakaman Kebon Jahe diresmikan sebagai Museum Taman Prasasti di

bawah naungan Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta (kini Dinas Kebudayaan

dan Permuseuman Pemprov DKI Jakarta). Peresmian dilakukan oleh Ali Sadikin,

yang ketika itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta (DMS DKI Jakarta,

1994:11).

Tujuan pendirian Museum Taman Prasasti adalah untuk menyelamatkan

dan melestarikan benda-benda peninggalan sejarah dan budaya yang bernilai

tinggi, serta pengadaan ruang terbuka hijau sebagai paru-paru kota. Berkenaan

dengan hal tersebut, Pemda DKI Jakarta menetapkan Museum Taman Prasasti

sebagai salah satu bangunan bersejarah yang dilindungi oleh undang-undang

berdasarkan UU No. 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya dengan Surat

Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 475 tahun 1993 tanggal 29 Maret 1993

dengan nomor urut 16 pada lampiran surat keputusan tersebut (DMS DKI Jakarta,

1994:12).

Berdasarkan Undang-Undang nomor 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar

Budaya dan Instruksi Menteri Dalam Negeri nomor 14 tahun 1988 tentang

Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan, Pemda DKI Jakarta melalui

Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta nomor 475 tahun 1993 menetapkan

Museum Taman Prasasti sebagai bangunan bersejarah. Bahkan Museum di ruang

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 6: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

20

terbuka itu layak dikategorikan sebagai kawasan lansekap cagar budaya yang

harus dilestarikan (Joga dkk., 2005:12).

Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan Kepala

Museum Taman Prasasti, dapat diketahui bahwa pada awal pendiriannya museum

tersebut diberi nama Museum Taman Prasasti. Hal itu dikarenakan koleksinya

yang sebagian besar merupakan prasasti nisan Belanda pada masa kolonial. Pada

perkembangannya, penamaan museum sempat berganti menjadi Museum Prasasti.

Kata “taman” dihilangkan dengan alasan menghindari kerancuan di antara

instansi-instansi pemerintah yang terlibat untuk menanganinya, dalam hal ini

adalah Dinas Pertamanan dan Dinas Museum dan Sejarah Pemda DKI Jakarta.

Namun saat ini penamaan museum sudah kembali menjadi Museum Taman

Prasasti. Mengenai instansi, organisasi dan tata kerja unit pelaksana teknis yang

menanganinya telah diatur secara jelas di dalam Keputusan Gubernur Kepala DKI

Jakarta, No. 134, Tahun 2002 (lihat lampiran 3, halaman 121).

Museum Taman Prasasti merupakan museum milik Pemerintah Daerah

(Pemprov DKI Jakarta). Dalam perkembangannya, museum telah mengalami

perubahan struktur organisasi. Pada tahun 1977, ketika Museum Taman Prasasti

pertama kali diresmikan oleh Ali Sadikin, struktur organisasi museum sama

dengan semua museum yang berada di bawah Pemda DKI Jakarta. Berdasarkan

Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 653 Tahun 1990 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Museum, Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta membawahi tujuh

museum, yaitu:

1. Museum Sejarah Jakarta

2. Museum Bahari

3. Museum Seni Rupa dan Keramik

4. Museum Wayang

5. Museum Tekstil

6. Museum Joang’45

7. Museum Prasasti

Struktur organisasi tersebut kemudian mengalami perubahan pada tahun

2001. Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2001

tentang Bentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 7: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

21

Sekretariat DPRD Propinsi DKI Jakarta, Dinas Kebudayaan dan Permuseuman

(merupakan gabungan dari Dinas Kebudayaan dengan Dinas Museum dan

Pemugaran) membawahi beberapa Unit Pelaksana Teknis (UPT). Perubahan

struktur dijelaskan secara terperinci dalam Keputusan Gubernur Kepala DKI

Jakarta Nomor 134 Tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja

Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Dinas Kebudayaan dan Permuseuman

Propinsi DKI Jakarta. Dinas Kebudayaan dan Permuseuman membawahi sepuluh

UPT, yaitu:

1. Unit Pengelola Monumen Nasional

2. Museum Sejarah Jakarta

3. Museum Bahari

4. Museum Tekstil

5. Museum Seni Rupa dan Keramik

6. Museum Wayang

7. Museum Joang ‘45

8. Taman Arkeologi Onrust

9. Balai Konservasi

10. Balai Latihan Kesenian

Pada struktur tersebut, Museum Taman Prasasti digabungkan

pengelolaannya dengan Museum Sejarah Jakarta. Museum Taman Prasasti

bukanlah merupakan satu UPT tersendiri, melainkan hanya seksi yang lingkupnya

berada di bawah Museum Sejarah Jakarta (Seksi Prasasti). Alasan penggabungan

tersebut, menurut Kepala Museum Taman Prasasti (juga Kepala Museum Sejarah

Jakarta), adalah lingkup Museum Taman Prasasti yang bersifat khusus, dan

pengembangan museum yang dirasakan sedikit sulit. Akibatnya, lingkup

pekerjaannya menjadi terbatas. Melihat hal itu, akhirnya disepakati bahwa pejabat

yang menangani pengelolaan museum tersebut cukup pejabat eselon IV (biasanya

Kepala Museum adalah pejabat eselon III). Selain itu tujuan lain dari

penggabungan museum adalah efisiensi yang meliputi efisiensi dana dan tenaga

(SDM). Bila sebelumnya Museum Taman Prasasti memiliki anggaran operasional

sendiri, maka sekarang anggaran tersebut di bawah anggaran operasional Museum

Sejarah Jakarta.

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 8: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

22

Museum Taman Prasasti dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang

bertanggung jawab kepada Kepala Museum Sejarah Jakarta. Kepala Seksi

mempunyai staf yang membantu pekerjaannya. Bersama para staf, ia

melaksanakan pengelolaan museum secara menyeluruh (memiliki tugas kerja

yang merangkap). Pekerjaan tersebut meliputi perencanaan, pengawasan,

pengelolaan tata usaha, penyelenggaraan pameran, serta pelayanan edukasi.

Museum Taman Prasasti merupakan salah satu seksi di bawah UPT

Museum Sejarah Jakarta, yang disebut Seksi Prasasti. Oleh karena itu, visi dan

misi yang dimilikinya sama dengan visi dan misi Museum Sejarah Jakarta.

Adapun visi dan misi museum tersebut adalah sebagai berikut.

Visi

Terwujudnya Museum Sejarah Jakarta (dan Museum Taman

Prasasti) sebagai objek wisata unggulan.

Misi

1. Mengadakan, meneliti, merawat dan melestarikan, menata, serta

memamerkan koleksi sebagai sumber informasi dan daya tarik

wisata.

2. Memberikan pelayanan jasa informasi tentang sejarah Kota

Jakarta.

3. Melaksanakan pengelolaan retribusi masuk museum dan

pemanfaatan aset kekayaan daerah.

Kepala Museum Taman Prasasti menjelaskan bahwa dalam merencanakan

pengembangan program museum yang berkelanjutan, museum tidak berwawasan

statis. Museum memiliki visi yang jauh ke depan. Rencana pengembangan

program ada yang bersifat jangka menengah ataupun berkelanjutan. Mengingat

Museum Taman Prasasti berada di bawah Museum Sejarah Jakarta, maka

pengembangan programnya mengacu pada master Plan Museum Sejarah Jakarta.

Master Plan tersebut dapat ditinjau beberapa tahun sekali, misalnya bila terjadi

perubahan struktur atau pengaruh situasi ekonomi, sosial, dan politik. Namun

demikian, tidak tertutup kemungkinan bagi Museum Taman Prasasti untuk

mengembangkan dirinya secara mandiri.

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 9: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

23

Pengembangan secara mandiri dapat dilakukan berdasarkan hasil seminar

diskusi mengenai pengembangan Museum Taman Prasasti pada tahun 2005 yang

melibatkan berbagai instansi terkait.9 Adapun kesimpulan yang dihasilkan dalam

seminar tersebut adalah sebagai berikut:

1. Museum Taman Prasasti, yang merupakan sisa dari Makam Kebon Jahe,

adalah sebuah situs arkeologi yang memiliki nilai kesejarahan yang sangat

penting bagi kota Jakarta. Situs makam kuno yang berada di wilayah

Jakarta Pusat ini relatif masih terjaga dengan baik dan sudah berstatus

sebagai cagar budaya (SK Gubernur no. 475, tahun 1993), namun sangat

membutuhkan penanganan lebih terfokus dan serius untuk

mempertahankan eksistensinya di masa mendatang.

2. Sebagai sebuah situs, Museum Taman Prasasti tidak dapat lepas dari

perkembangan lingkungannya yang kini telah berubah menjadi lahan

hunian penduduk dan perkantoran.

3. Keberadaan Museum Taman Prasasti sebagai cerminan sejarah peradaban

penduduk Kota Jakarta harus dipertahankan agar dapat dihargai oleh

masyarakat.

4. Pengembangan Museum Taman Prasasti perlu dirancang arah

pengembangannya untuk dapat memberikan sumbangan nyata bagi

kebanggaan bangsa, pemahaman sejarah dan identitas kota, serta

kenyamanan dan keindahan lingkungan kota bagi kesejahteraan warga

(Rumusan Hasil Seminar Pengembangan Museum Taman Prasasti,

Museum Sejarah Jakarta, 2005).

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka rekomendasi yang dihasilkan

adalah sebagai berikut:

1. Mengganti nama Museum Taman Prasasti menjadi Museum Kerkhof

Kebon Jahe (Kebon Jahe Memorial Museum), mengingat sebenarnya situs

yang digunakan sebagai museum adalah sebuah makam (kerkhof) Belanda

yang didirikan pada akhir abad ke-18.

9 Seminar “Pengembangan Museum Taman Prasasti” yang diselenggarakan oleh Museum Sejarah Jakarta pada tanggal 13-14 Juli 2005 di Jakarta.

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 10: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

24

2. Dalam upaya pengembangan museum tersebut harus tetap

mempertahankan statusnya sebagai situs makam bersejarah, beserta nilai-

nilai yang melekat padanya.

3. Makam yang terdapat pada situs menjadi koleksi museum, termasuk

benda-benda lain yang berhubungan dengan pemakaman kuno di Kebon

Jahe.

4. Upaya pengembangan museum perlu diselaraskan dengan penataan

lingkungan sebagai suatu kesatuan.

5. Upaya pengembangan museum tetap berpegang pada kaidah-kaidah

konservasi internasional.

6. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, rancangan pengembangan museum

harus disayembarakan secara terbuka.

7. Museum perlu dirancang pengembangannya sebagai suatu lembaga

informasi dan konservasi, serta sebagai tempat rekreasi-edukatif.

8. Demi kelangsungan hidup museum di masa depan, perlu dibentuk

lembaga kemitraan dengan masyarakat (Rumusan Hasil Seminar

Pengembangan Museum Taman Prasasti, Museum Sejarah Jakarta, 2005).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Museum Taman Prasasti,

dapat diketahui bentuk penyelenggaraan evaluasi museum. Evaluasi hasil kerja

Museum Taman Prasasti dilakukan bersamaan dengan Museum Sejarah Jakarta.

Karena museum tersebut merupakan museum pemerintah daerah, maka bentuk

evaluasi dilakukan secara dua tahap, salah satunya dilakukan oleh Badan

Pengawasan Daerah (Bawasda). Bawasda melakukan evaluasi secara fungsional,

meliputi pengawasan dan pemeriksaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) yang digunakan untuk kegiatan operasional museum. Evaluasi yang

kedua dilakukan oleh pihak manajemen Museum Sejarah Jakarta. Evaluasi

dilakukan terhadap setiap program, untuk kemudian diperbaiki atau ditingkatkan

di masa mendatang.

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 11: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

25

2.3. Koleksi Museum Taman Prasasti

Koleksi museum sebagian besar merupakan nisan-nisan makam

masyarakat Belanda di Batavia. Nisan-nisan itu dapat disebut sebagai prasasti

yang berasal dari masa kolonial. Sebelumnya, perlu diketahui terlebih dahulu

definisi dari prasasti itu sendiri. Prasasti adalah sumber-sumber sejarah dari masa

lampau yang tertulis di atas batu atau logam (Boechari, 1977:2). Namun dalam

perkembangannya, prasasti dapat didefinisikan sebagai suatu perwujudan dari

ungkapan isi hati yang dalam dari para pemesan atau penggunanya di atas suatu

wadah, baik berupa batu, logam, daun lontar, dan lainnya (DMS DKI Jakarta,

1994:13). Pengertian dan jenis prasasti yang menjadi koleksi museum adalah

prasasti yang berasal dari masa kolonial, dalam hal ini berupa nisan makam.

Museum Taman Prasasti merupakan suatu situs yang berasal dari masa

kolonial di Batavia (1795). Oleh karena itu, kawasan museum sendiri merupakan

kawasan bersejarah atau situs arkeologi yang harus dilestarikan.

Bangunan induk pemakaman yang terletak di bagian depan dibangun

kemudian pada tahun 1844. Bangunan tersebut dibangun dengan gaya Doria dan

pada dindingnya ditempelkan nisan-nisan yang dipindahkan dari pemakaman

lama di Gereja Belanda Baru (DMS DKI Jakarta, 1994:8). Pada nisan-nisan

pindahan itu diberi tanda “HK” (Holandsche Kerk) (DMS DKI Jakarta, 1994:8).

Foto 1. Tampak depan Museum Taman Prasasti, terdapat bangunan induk bergaya Doria

(Heuken, 2007:289)

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 12: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

26

Pada abad ke-19, ketika gereja-gereja tua yang berada di pusat kota

berserta halamannya dirobohkan, beberapa batu nisan pada tempat tersebut

dibawa ke Pemakaman Kebon Jahe, sedangkan sisanya dijual kepada pembeli-

pembeli Tionghoa. Beberapa batu yang berasal dari Gereja Belanda Baru diberi

kode “HK”, dan saat ini ditempelkan di dinding bangunan induk museum.

Beberapa nisan lain yang berasal dari gereja Portugis yang terbakar, kini

ditempatkan pada dinding dan halaman museum (DMS DKI Jakarta, 1994:22).

Di bagian beranda depan (dinding sayap bangunan induk), pada dinding

sebelah kanan ditempelkan tiga belas batu nisan dan pada dinding sebelah kiri

ditempelkan lima batu nisan. Nisan-nisan yang dipindahkan dari Gereja Belanda

baru tersebut adalah milik orang-orang yang hidup di Batavia pada abad ke-17

dan 18. Tokoh-tokoh di balik nisan dapat menceritakan dan memberikan

gambaran mengenai kehidupan masyarakat Batavia pada ke-17 dan 18 (DMS DKI

Jakarta, 1994:22).

Foto 2 dan 3. Beberapa nisan pada dinding beranda depan sebelah kanan (Atina Winaya, 2008)

Foto 4. Beberapa nisan pada dinding beranda depan sebelah kiri (Atina Winaya, 2008)

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 13: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

27

Pada dinding sisi kiri bangunan induk, diletakkan delapan nisan yang

kualitas batunya amat baik. Nisan-nisan tersebut merupakan nisan yang

dipindahkan dari Gereja Belanda Baru. Salah satunya adalah nisan Michiel

Westpalm. Ia adalah direktur jenderal perusahaan di Batavia dan memiliki

hubungan kekeluargaan dengan Gubernur Jenderal Reiner de Klerk (pemilik

rumah yang sekarang dikenal sebagai Gedung Arsip). Sedangkan pada dinding

sisi kanan bangunan induk, terdapat pula delapan batu nisan yang berasal dari

abad ke-17 dan 18. Nisan-nisan itu juga merupakan nisan yang dipindahkan dari

Gereja Belanda baru. Nisan pertama yang berada di sebelah pintu masuk adalah

nisan Jacques de Bollon. Ia membuat beberapa gedung di Jakarta, salah satunya

adalah gudang (pakhuizen) yang saat ini telah menjadi Museum Bahari (DMS

DKI Jakarta, 1994:23).

Foto 5 dan 6. Nisan-nisan pada sisi kanan dan kiri bangunan induk

(Atina Winaya, 2008)

Pada pintu masuk menuju halaman museum, terdapat gerbang kayu yang

indah dan terkesan antik. Di sebelah kiri dan kanan gerbang tersebut terdapat

masing-masing dua batu nisan yang ditempelkan pada dinding (nisan menghadap

ke halaman dalam museum). Di halaman tersebut terdapat nisan-nisan yang

sebagian besar terbaring di atas tanah dan diselingi oleh rumput dan pepohonan

yang rindang (DMS DKI Jakarta, 1994:25).

Halaman dalam Museum Taman Prasasti dibagi menjadi sebelas blok

(kavling). Blok-blok tersebut dibatasi oleh vegetasi, parit, atau jalan setapak.

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 14: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

28

Foto 7. Gerbang kayu dan nisan-nisan yang menempel pada dinding (Atina Winaya, 2008)

Gambar 1. Keletakan nisan pada dinding beserta pembagian blok (kavling) (DMS DKI Jakarta, 1994:26, telah diolah kembali)

Dinding beranda depan sebelah kanan, terdapat 13 nisan.

Dinding beranda depan sebelah kiri, terdapat 5 nisan.

Dinding samping pintu gerbang menghadap ke halaman museum, masing-masing sisi terdapat 2 nisan.

Bangunan induk, masing-masing sisi terdapat 8 nisan.

Dinding barat museum, terdapat 59 nisan.

Keterangan:

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 15: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

29

Museum memiliki gedung serba guna yang dibangun pada tahun 1989.

Koleksi yang terdapat di dalam gedung serba guna adalah koleksi-koleksi

tambahan seperti maket makam 27 propinsi di Indonesia (DMS DKI Jakarta,

1994:26). Selain itu terdapat replika peti mati Bung Karno dan Bung Hatta yang

dipindahkan dari area outdoor museum.

Koleksi nisan yang dimiliki Museum Taman Prasasti mencapai 1242

nisan. Melalui nisan-nisan tersebut, dapat diketahui berbagai macam bentuk nisan

beserta latar belakangnya, selera estetis, dan perasaan yang terungkap dalam

bentuk tulisan, gaya, dan seni ukir (DMS DKI Jakarta, 1994:2). Sebagian besar

koleksi museum merupakan nisan yang berasal dari makam masyarakat Belanda.

Namun pihak museum juga mengadakan penambahan koleksi seperti nisan Cina,

nisan Islam, serta kereta kuda penarik jenazah (DMS DKI Jakarta, 1994:11).

Menurut Buku Inventarisasi Koleksi Museum Prasasti tahun 1999, jumlah

keseluruhan koleksi Museum Taman Prasasti mencapai 1372 koleksi. Koleksi-

koleksi tersebut berupa nisan-nisan kolonial, Cina, Islam Cina, Jepang, maket

makam 27 propinsi, tugu, monumen, kereta jenazah, vas bunga, pot bunga, pot

besi, pot marmer, pilar, piala/trophi, salib, patung bidadari, patung salib, patung

wanita menangis, dan patung lainnya.

Foto 8. Beberapa koleksi nisan kolonial Foto 9. Beberapa koleksi nisan Cina

(Atina Winaya, 2008) (Atina Winaya, 2008)

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 16: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

30

Foto 10. Koleksi kereta jenazah Foto 11. Koleksi patung wanita menangis (Atina Winaya, 2008) (Atina Winaya, 2008)

Tidak semua koleksi yang dimiliki Museum Taman Prasasti dipamerkan

dan disajikan kepada pengunjung. Hal tersebut dikarenakan keadaan ruang yang

terbatas. Koleksi-koleksi museum yang tidak dipamerkan, disimpan di gudang.

Pada tahun 2008, dilakukan inventarisasi terhadap koleksi museum yang

berada di ruang pameran. Berdasarkan hasil inventarisasi tersebut, maka diketahui

bahwa terdapat 940 koleksi yang berada di ruang pameran. Adapun keterangan

mengenai jumlah koleksi dan penempatannya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Inventarisasi koleksi museum menurut lokasi/blok tempat koleksi

(Inventarisasi Museum Taman Prasasti, 2008)

Kondisi No Lokasi Baik Rusak Lain-lain Jumlah

1 Blok A 37 7 - 44 2 Blok B 44 18 - 62 3 Blok C 6 8 - 14 4 Blok D 96 48 - 144 5 Blok E 16 16 - 32 6 Blok F 32 59 - 91 7 Blok G 30 32 - 62 8 Blok H 64 12 - 76 9 Blok I 47 14 - 61

10 Blok J 20 0 - 20 11 Blok K dan Gd. Serba Guna 35 1 - 36 12 Pilar 180 0 - 180 13 Dinding Barat 35 24 - 59 14 Dinding Timur 59 0 - 59

JUMLAH 701 239 - 940

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 17: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

31

Menurut Nirwono Joga dkk. dalam bukunya yang berjudul Museum

Taman Prasasti: Metamorfosis Kerkhof Laan Menjadi Museum, Museum Taman

Prasasti memiliki 32 makam insitu (Joga dkk., 2005:13). Adapun nisan (prasasti)

yang insitu tersebut adalah sebagai berikut:

No Nama No Nama 1. Anthony Mikken

Hacen van Am Sterdam ceboren Den 17 January 1792 EN………………EEDEN Den Oktober 1809 Oud 47………….AREN 8 MAAN DEN TEN 27 DAGEN No. ………….

2.

Adriaan Osstwalt Directeur generaal van Netherlands India 30 Dec 1734 No. 19

3. Rust Plaats van de familie JRS VAN RIEMSDIJK G: G: OVER N: INDIE OB. AND. DNI. 1777 No. 22

4. Hier Legal Begraven Jan Baptisa de Looft inzyn Leven Baasvan D Comp. Equip E Smits Winkel Geboren tot Damme A:1642 Den 25EN May en Overleden: A: 1697 Den 9EN September Enzyn Huysvrow Johanna De Bjom Geboren tot Inder Heere Ontslapen A:1714 Den 17 Aug No. 38

5. SACRED TO THE MEMORY OF PHILIP SKELTON, ESRF BRITISH MERCHANT WHO DIED AT BATAVIA The 23 April, Anno Dominii 1821

6. Sacred to the Memory of JAMES SHRAPNELL Esquire British Merchant Who died at Batavia On the 20th of January A D 1815

7. RUST PLAATS Van ABRITON ZACARA Armenjsch Koopman Geboren tot spahan Overleden tot Batavia Den 22 November J801 Oudzynde 39 Iaaren No. 24

8. Sacred to the Memory of John Davidson. Es Who died at Batavia The 22 Oktober 1841 In the 50th year of nisage

9. HK No. 28 (tanpa nama)

10. Graf Steed Evan Cornelis van Loon Hier Rust Vrouwe Cornelia Magdalena van Loon Huysvrouwe Van Den Eersten Raad In Directeur General Julius Valentyn Stein Van Gollenesse Geboren Den J8 Aug S J1698 Overleden Den J4 Juny J1752 oud…iaar Maanden End Dagen No. 23

11. Rust Plaats Voor Johannes

12. No. 20 (tanpa nama)

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 18: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

32

Loetzrich No. 31

13. Hier Rust Den Edaniel Six VANMDDELBURGHSUNLEVEN OPERCOOPMANEN OUSOPER HOFS OVER DES ESCOMP VOOR TREFFE LICKE NEGOTIS IT KEUSER RUCK VANJAPAN OVER LEDEN DEN 4 NOVEMA ‘J674 OUT SUNDE 5ZAREN SECURUS QUIESCO en Iuevorv Catharina Stadlander Weduwe Van opgem Hsix en Iongst Huysvrovw van D H Daniel Van den Bolck Lid inden Ac te Raad Van Ius thedeses Casteels God Salig Inden Heere ont Slapen Den 20 EN January-Anno 1682 HK. No. 29

14. J. Louise J. A. B. SCHULEIN Geb Callois 1862 – 1911

15. Hier Rust in Vrede Rust Zacht Lieve Zuster Elizabeth Fransisca Krug geb. Hoets Geb. Te SEMARANG 12 Juli 1893 OverL. Te Batavia 1947 Hier Rust in Vrede Rust Zacht Lieve Moeder Johana Hoets tot Wederziens Geb. De Koning Geb. Te Rotterdam 9 April 1859 overL. Te Batavia – C 9 December 1937

16. Hier Rusten Jantje Schrader Geb. En Overl. Te Weltevreden 9 dec 1910 en wiLh. FA Schrader geb. Te Delden 30 Aug 1871 Overl. Te Weltevr 24 Febr 1927 RIP

17. Rustplaats Van Vrouwe Charlotte Geertruida Van Motman Arnold Geb. 3 April 1808 Overl. 18 April 1888

18. Hier Rust ons aller geliefde Broer en weldoener WILLEM JOHAN OTTO WASCH Geboren te Batavia 2 September 1886 Overleden te Batavia 7 Februari 1935 Rust Zacht Beste Wim to wederziens

19. Hier Rust NTUENTES-EXITUM-IMITAMINI- A. Schultheiss de TIDEM – Hebr XIII Geb. Te Bern 1830 Java ansche Overl : 13 Juli 1886 Vrouw RIP Echtgenoot Van H. Lastdrager Overleden Den 11 September 1860

20. Belum bisa dipastikan

21. Belum bisa dipastikan 22. Rustplaats Van Vrouwe E.A. Roseboom Weduwe van der heer Jeremias Schihll Te Bataviageborev Den 18 Oktober 1788

23. Sacred to the Memory of OLIVIA MARIAMNE Wife of The Honble Thomas Stamford Raffles Lieutenant Governor of Java

24. In te domine, speravi KAPITEN JAS + 5 Mei 1768 Afdeling IV, Klas I No. 12 Rust Zacht, Lieve vader

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 19: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

33

Tabel 2. Daftar makam insitu (Joga dkk., 2005:79-85)

and its Dependencies Who departed this life at Buitenzorg The 23 day of November 1814

Bid voor ons Carlo, mien, ida, tini, adi Her, Ina Et in meditatione mea exardescit ignis

25. FAMILIE A.J.W. van DELDEN a. Ambrosius Johannes Wilbrordus van Delden Geb. Te goor 19 November 1819 Overl. Te kobe-Japan 8 September 1887 Albier ter Ruste Gelegd 9 Oktober 1887 b. Maria Magdalena Christina Doornink A.J.W. van Delden Geb. Te Buitenzorg 10 Mei 1829 Overl. Te Rotterdam 2 Oktober 1875 En alhier te ruste Gelegd 1 Januarij 1876 c. Geerlof Wassink Geb. 11 December 1873 Overl. 16 Julij 1875 En Ambrosius Wassink Geb. 28 Mei 1875 Overl. 17 Julij 1875 d. Marinus Wassink Geb. 31 Julij 1882 Overl. 11 September 1882 M.EG.D.G. Wassink Geb. Te Soerabaija 27 November 1848 Overl. 21 November 1896

26. Dr. H.F. Roll Oud Directeur van STOVIA 27 Mei 1867 – 20 Sept 1935 Fritz Roll Medisch student 20 Maart 1920 – 15 Jan 1940

27. RIP Bianca Estella Kroet Geb. Batavia 13 – 10 – 1899 Overl. Batavia 13 – 10 – 1901 Johannes Hendricus Kroet Geb. Semarang 1 – 12 – 1851 Overl. Batavia 29 – 7 – 1930 Jeanne Henriette Kroet Geb. Boshouwer Geb. Batavia 29 – 7 – 1864 Overl. Batavia 25 – 7- 1935 Maximiliaan Hendricus Kroet Geb. Batavia 9 – 1 – 1900 Overl. Batavia 29 – 3 – 1950

28. In memoriam Illmi AC Revmi Adami Caroli Claessens Archiepiscopi tit Siracensis Vicar II apci Bataviaensis 10 IULII 1895 – 77 ANNOS NATI RIP

29. AAN ONZEN LIEVELING CAROLUS JAN MATTHIJS MARIA PINXTER 2 JAN – 6 NOV – 1907

30. Hier Rust Mijn geliefde Eghtgenoot Johan Willem van Mansvelt Geb. Te Padang 21 Juni 1870 Overl. Te Batavia 22 Mei 1938 Rust in Vrede

31. Den Generaal majoor J.H.R. KOHLER Ridder Dermilt Willemsorde 4 Ke Bevelhebber Ie Expeditie Tegen Atjeb 3 Juli 1818 14 April 1873

32. a. Gerardus Henricus runsing Geb. 3 VLEI 1812 Overl. 19 April 1867 an zijng Eechtcenoote CABIJVANCK b. Hier Rst Onze Lieveling H.P.I. Simon Geb. Te Brimmen 18 November 1882 Overl. Te Batavia 13 Juni 1885

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 20: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

34

Foto 12 dan 13. Beberapa makam insitu (Atina Winaya, 2008)

Foto 14 dan 15. Beberapa makam insitu (Atina Winaya, 2008)

Museum Taman Prasasti menyimpan koleksi berupa nisan makam tokoh-

tokoh terkemuka pada masanya. Nisan-nisan tersebut menjadi salah satu koleksi

utama yang dimiliki museum. Adapun beberapa tokoh yang dimaksud antara lain

adalah:

1. MGR. Adami Caroli Claessens

Claessens adalah seorang pastur agama Katholik. Pada tahun 1874, ia

diangkat sebagai pastur kepala di Batavia. Setelah satu tahun kemudian,

Claessens diangkat menjadi uskup di Batavia sampai tahun 1893. Selama

kepemimpinannya, perkembangan agama Katholik cukup baik, seperti di

Cirebon, Bogor, Magelang, Madiun, dan Malang (DMS DKI Jakarta,

1994:27).

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 21: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

35

2. MGR. Walteru Jacobus Stall

Stall merupakan uskup Batavia yang menggantikan Claessens pada tahun

1893. Ia meneruskan pembangunan Gereja Katedral bersama pengurus

gereja dan jemaat lainnya. Stall melakukan misi ke berbagai pelosok

nusantara, seperti Bangka, NTT, NTB, Kepulauan Kei, Minahasa, dan

Ambon (DMS DKI Jakarta, 1994:28).

3. J.H.R. Kohler

Kohler adalah panglima tertinggi militer dengan pangkat Mayor Jenderal.

Ia ditugaskan pada ekspedisi ke Aceh dan sebelumnya menjadi komandan

daerah militer di Sumatera Barat (DMS DKI Jakarta, 1994:28).

4. A.V. Michiels

Michiels adalah seorang panglima militer Belanda. Ia telah bertugas ke

berbagai daerah seperti Cirebon, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan

Bali. Untuk mengenang keberanian dan jasa-jasanya, pemerintah Belanda

mendirikan monumen untuk Michiels di Waterloo Plein (sekarang menjadi

Lapangan Banteng) (DMS DKI Jakarta, 1994:38-40).

5. Keluarga van Rimsdijk

Jeremias van Rimsdijk adalah salah satu gubernur pada masa Hindia

Belanda. Anaknya yang bernama Halventius merupakan tuan tanah kaya

raya yang mempunyai bisnis gula. Ia menghibahkan tanahnya di Tanah

Abang untuk dijadikan kawasan pemakaman (sekarang Museum Taman

Prasasti) (DMS DKI Jakarta, 1994:35).

6. Jonathan Michiels

Michiels memiliki reputasi sebagai orang terkaya di Batavia dan dikenal

sebagai mardijker yang terakhir. Semasa hidupnya ia memegang jabatan

penting dalam pekerjaannya di bidang suplai peralatan militer (DMS DKI

Jakarta, 1994:34).

7. MR. Lindor Serrurier

Serrurier pernah menjabat sebagai Direktur Museum Etnologi Kerajaan di

Leiden pada tahun 1881-1892. Pada tahun 1896, ia datang ke Batavia dan

ditugaskan sebagai guru besar di Gymnasium Wielem III sampai akhir

hidupnya, yaitu tahun 1901. Serrurier merupakan ilmuan yang telah

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 22: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

36

menulis banyak buku, di antaranya terdapat 32 karangan yang disimpan di

Museum Nasional (DMS DKI Jakarta, 1994:30-31).

8. H.F. Roll

Roll adalah tokoh yang mencetuskan gagasan dan pendirian STOVIA

(Sekolah Tinggi Dokter Indonesia). Sekolah itu kemudian menjadi cikal

bakal berdirinya Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Roll diangkat

menjadi direktur STOVIA pertama dan di tempat inilah perkumpulan

pergerakan nasional Budi Utomo dibentuk pada tanggal 20 Mei 1908

(DMS DKI Jakarta, 1994:46).

9. Olivia Mariamne Raffles

Olivia merupakan istri pertama Thomas Stamford Raffles, seorang

Gubernur Letnan Jawa pada masa pemerintahan Inggris (DMS DKI

Jakarta, 1994:41).

10. John Casph Leyden

Ia adalah teman dekat Thomas Stamford Raffles dan istrinya, serta

merupakan penasehat Raffles tentang hubungan dengan Melayu (DMS

DKI Jakarta, 1994:40).

11. Kapitan Jas

Nisan Kapiten Jas merupakan legenda. Hingga saat ini masyarakat

berziarah ke makam Kapiten Jas dengan harapan permohonan mereka

akan terkabul. Padahal, sesungguhnya mungkin Kapiten Jas tidak pernah

ada. Terdapat tiga versi cerita yang menjelaskan tentang asal-usul nama

tersebut (DMS DKI Jakarta, 1994:42-43).

12. Pieter Erberveld

Pieter adalah seorang indo keturunan Jerman dan Thailand. Ia memiliki

tekad dan usaha yang kuat dalam menentang pemerintahan Belanda.

Bersama Raden Kartadriya, ia berencana untuk membunuh semua orang

Belanda di Batavia. Namun pada akhirnya rencana tersebut diketahui

pemerintah Belanda dan ia dihukum mati (DMS DKI Jakarta, 1994:44-45).

13. Dr. J.L. Andries Brandes

Brandes adalah salah satu pelopor di bidang ilmu pengetahuan, khususnya

pengetahuan mengenai masa lampau Indonesia. Ia merupakan seorang ahli

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 23: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

37

di bidang arkeologi, epigrafi, dan sastra Jawa Kuno (DMS DKI Jakarta,

1994:32-33).

14. Dr. W.F. Stutterheim

Stutterheim merupakan salah satu ahli di bidang kepurbakalaan Indonesia.

Ia pernah bekerja di Dinas Purbakala dan mengadakan inventarisasi

kepurbakalaan di Bali. Selain itu, ia juga melakukan berbagai penelitian

terhadap candi-candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur (DMS DKI Jakarta,

1994:37-38).

15. Soe Hok Gie

Gie adalah seorang mahasiswa yang memiliki rasa kemanusiaan yang

tinggi. Ia senantiasa berada di barisan terdepan dalam menentang

pemerintahan orde lama. Gie meninggal dunia pada usianya yang ke-27

tahun di Gunung Semeru akibat gas beracun (DMS DKI Jakarta, 1994:35-

36).

16. Miss Riboet

Miss Riboet adalah pemain sandiwara yang sangat terkenal di Batavia

pada awal abad ke-20. Ia berasal dari perkumpulan sandiwara Orion yang

berdiri di Batavia pada tahun 1925. Perkumpulan tersebut didirikan oleh

Tio Tek Djien Jr. yang juga merupakan suami Miss Riboet. Selain

kemampuannya berakting, Miss Riboet juga terkenal dengan permainan

pedangnya. Namanya melambung setelah ia memerankan seorang

perampok perempuan dalam lakon Juanita de Vega, karya Antoinette de

Zerna (Hutari, 2008).

2.4. Program-Program Museum Taman Prasasti

Museum Taman Prasasti adalah lembaga yang memperoleh,

mengumpulkan, merawat, menghubungkan, serta memamerkan koleksi-

koleksinya untuk tujuan edukasi dan rekreasi. Berkenaan dengan hal tersebut,

museum mengadakan berbagai program kerja dalam mengelola koleksi yang

dimilikinya.

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 24: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

38

Menurut penuturan Kepala Museum Taman Prasasti, museum melakukan

empat hal terhadap koleksinya. Pertama adalah pelestarian. Museum Taman

Prasasti mengupayakan agar seluruh koleksi yang dimilikinya dapat bertahan lama

sehingga dapat terus dinikmati oleh masyarakat. Pelestarian berupa konservasi

koleksi dilakukan bekerja sama dengan UPT Balai Konservasi. Kemudian hal

yang kedua adalah meningkatkan performa koleksi agar dapat dinikmati

masyarakat. Museum berusaha menyajikan koleksi semenarik mungkin agar

terhindar dari kesan kuburan yang seram, misalnya dengan membuat suasana

taman yang teduh dan indah. Hal yang ketiga berkaitan dengan aspek ekonomi.

Dalam hal ini, Kota Jakarta harus dapat mengelola salah satu sumber daya alam

(paru-paru kota) yang dimilikinya menjadi aset yang menghasilkan devisa

(retribusi daerah). Lalu hal yang terakhir adalah menjadikan museum sebagai

lembaga ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi berbagai bidang studi.

Beliau juga menjelaskan bahwa Museum Taman Prasasti memiliki

program rutin yang dilaksanakan setiap periode tertentu, seperti program

inventarisasi, konservasi, penyajian (pameran), dan program publik. Konservasi

dan inventarisasi koleksi dilakukan satu kali setiap tahun. Sedangkan kegiatan

diskusi ilmiah dan promosi publik dilaksanakan dua kali dalam setahun. Kegiatan

diskusi ilmiah dapat berupa ceramah atau seminar, dan untuk kegiatan publik

tahun ini (2008), museum mengadakan Wisata Jelajah Malam. Sasaran peserta

untuk kegiatan diskusi ilmiah adalah kalangan akademisi dan instansi-instansi

yang terkait dengan pengelolaan dan pengembangan Museum Taman Prasasti.

Sedangkan untuk kegiatan publik, seperti Wisata Jelajah Malam, yang menjadi

sasaran peserta adalah masyarakat umum.

Museum Taman Prasasti telah mencoba untuk mengembangkan berbagai

program yang inovatif dan kreatif dari tahun ke tahun. Menurut pegawai yang

pernah bekerja di Museum Taman Prasasti selama 10 tahun, museum telah

berupaya mengadakan program-program yang menarik minat masyarakat.

Misalnya pada tahun 1990-an pernah diadakan kegiatan simulasi pembuatan

prasasti dari batuan granit dan marmer. Kemudian pada tahun 1994 pernah

diselenggarakan lomba desain taman tingkat propinsi. Ketika itu yang menjadi

juara pertama adalah Jurusan Arsitektur Lansekap Universitas Trisakti. Hasil

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 25: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

39

desain taman tersebut kemudian dijadikan acuan untuk pengembangan penataan

museum.

Program-program Museum Taman Prasasti kemudian menjadi semakin

bervariasi setelah bergabung dengan Museum Sejarah Jakarta. Beberapa program

di antaranya adalah sebagai berikut:

1. “Prosesi Pemakaman Batavia 1820: Sebuah Rekonstruksi Sejarah”.

Kegiatan diadakan pada tanggal 29 Agustus 2004. Tujuan kegiatan

tersebut adalah untuk memberikan gambaran umum kepada masyarakat

saat ini mengenai kehidupan masyarakat Batavia pada masa kolonial

Belanda, khususnya yang terkait dengan prosesi pemakaman (Museum

Sejarah Jakarta, 2004).

2. “Seminar Pengembangan Museum Taman Prasasti”. Kegiatan diadakan

pada tanggal 13-14 Juli 2005. Tujuan penyelenggaraan seminar adalah

untuk merumuskan rekomendasi yang dapat digunakan sebagai arahan

pengembangan Museum Taman Prasasti ke depan dengan bantuan

berbagai pendekatan ilmu, khususnya arkeologi, sejarah, dan arsitektur

lansekap. Seminar diadakan dalam bentuk diskusi panel yang

mengikutsertakan kalangan pemerintahan, akademisi, dan praktisi.

Rekomendasi mengenai arahan pengembangan Museum Taman Prasasti

meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Visi dan misi Museum Taman Prasasti sebagai museum terbuka

(open air) dan tertutup (indoor).

2. Konsep dan pendekatan penyajian koleksi yang mampu memberi

gambaran kesejarahan Kebon Jahe Kober dan Koleksi Museum

Taman Prasasti.

3. Masukan tentang penentuan materi koleksi Museum Taman

Prasasti dalam pengumpulan, perawatan, dan penyajian/penataan

museum di masa datang (Museum Sejarah Jakarta, 2005).

3. “Pembuatan VCD Museum Sejarah Jakarta dan Museum Taman Prasasti”.

Kegiatan dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2005. Tujuannya adalah

untuk memberikan informasi mengenai Museum Sejarah Jakarta dan

Museum Taman Prasasti kepada masyarakat, menumbuhkan minat

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 26: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

40

masyarakat untuk berkunjung ke museum tersebut, serta menjadi

cinderamata bagi pejabat dan tamu khusus yang berkunjung ke museum

tersebut (Museum Sejarah Jakarta: 2005).

4. “Pertunjukan Sound and Light di Museum Taman Prasasti”. Kegiatan

diadakan pada tanggal 31 Juli 2004. Pertunjukan tersebut menonjolkan

keindahan batu-batu nisan dan prasasti yang ada dengan menggunakan

sinar lampu yang kontras. Kemudian terdapat narasi yang menceritakan

keadaan di Batavia pada abad ke-18, yang ketika itu merupakan daerah

yang tidak sehat akibat merebaknya berbagai macam penyakit. Tujuan

kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pendidikan dan hiburan bernuansa sejarah kepada

masyarakat.

2. Menjadikan Museum Taman Prasasti sebagai alternatif pusat

kegiatan seni budaya dan sejarah.

3. Mempromosikan Museum Taman Prasasti sebagai salah satu saksi

penting sejarah perjalanan kota Jakarta.

4. Memperlihatkan bentuk keindahan artistik dari batu-batu nisan,

tugu peringatan, monumen, prasasti, patung-patung malaikat, dan

koleksi lainnya di bawah sinar lampu.

5. Mengisahkan sejarah Museum Taman Prasasti sejak bernama

Kebon Jahe Kober hingga diresmikan sebagai museum.

6. Meningkatkan minat dan perhatian masyarakat akan sejarah.

7. Meningkatkan minat dan apresiasi masyarakat terhadap tokoh-

tokoh yang pernah dimakamkan/dipindahkan ke Kebon Jahe

Kober.

8. Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap museum, khususnya

Museum Taman Prasasti.

9. Mengenal sejarah perjalanan bangsa Indonesia.

10. Membangun dan meningkatkan rasa cinta terhadap bangsa dan

negara (Museum Sejarah Jakarta, 2004).

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 27: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

41

2.5. Rencana Pengembangan Museum Taman Prasasti

Rencana pengembangan Museum Taman Prasasti, salah satunya mengacu

pada hasil lomba desain Museum Taman Prasasti tahun 1994 dan Seminar

Pengembangan Museum Taman Prasasti tahun 2005. Pedoman pengembangan

fisik museum dibuat oleh Jurusan Arsitektur Lansekap, Fakultas Arsitektur

Lansekap dan Teknologi Lingkungan, Universitas Trisakti.

Pengembangan museum dapat diarahkan ke pengembangan pendidikan

dan pembelajaran masyarakat menuju pembangunan komunitas museologi,

sehingga pelestarian koleksi museum sebagai warisan budaya ditempatkan dalam

konteks aktivitas dan perubahan sosial (Magetsari, 2005). Dalam wujudnya,

museum dapat didirikan di mana saja, tidak selalu harus berwujud sebuah gedung

(Magetsari, 2005). Dalam hal ini, Museum Taman Prasasti yang notabene

merupakan “museum” taman pemakaman umum memiliki koleksi bentuk

penataan makam insitu dan koleksi prasasti nisan makam yang menjadi sumber

daya sejarah yang sangat berharga (Joga dkk., 2005:45).

Konsep dasar pengembangan Museum Taman Prasasti berlandaskan

pemahaman upaya pelestarian koleksi. Menurut Nirwono Joga dkk., pada

Museum Taman Prasasti terdapat 32 prasasti insitu yang tidak boleh dipindahkan

karena keterkaitan nilai otentik sejarah situs (Joga dkk., 2005:46). Oleh karena itu,

petak situs yang telah terbentuk tidak diubah. Prasasti-prasasti insitu tidak diubah

atau dipindahkan keletakannya. Sedangkan prasasti-prasasti eksitu yang

merupakan pindahan dari tempat lain atau prasasti-prasasti yang merupakan

koleksi baru akan ditata kembali (Joga dkk., 2005:46). Sirkulasi pengunjung dan

penghijauan juga ditata ulang agar ruang pameran dapat membentuk tahapan

ruang yang jelas dan mengalir untuk menunjang kegiatan museum di ruang

terbuka dan menambah keindahan museum (Joga dkk., 2005:46).

Dalam bukunya, Nirwono Joga dkk. membuat tahapan ruang pada

Museum Taman Prasasti sebagai salah satu rencana pengembangannya. Tahapan

ruang tersebut adalah area kedatangan, penerima, penghantar, utama, pendukung,

dan pelayanan. Pengadaan tahapan ruang pada Museum Taman Prasasti bertujuan

untuk memberikan pengalaman ruang yang berbeda-beda dalam petualangan

menjelajahi museum (Joga dkk., 2005:47).

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 28: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

42

Area kedatangan berada di halaman depan museum. Pada area tersebut

terdapat tiga patung malaikat yang menjadi simbol Museum Taman Prasasti,

papan informasi kegiatan museum, serta tempat parkir bagi pengunjung (Joga

dkk., 2005:47).

Area penerima adalah bangunan (balairung) induk bergaya Doria. Pada

area tersebut terdapat panel-panel yang berisi penjelasan mengenai sejarah

museum dan rencana pengembangan museum di masa datang. Tujuannya adalah

untuk memberikan gambaran sekilas mengenai sejarah Museum Taman Prasasti

bagi pengunjung sebelum mereka memulai petualangan penjelajahan museum di

ruang terbuka. Pada area penerima terdapat pula papan informasi yang memuat

program dan kegiatan museum, denah museum, serta petunjuk lainnya. Selain itu,

juga terdapat pusat informasi, loket, dan kios cinderamata (Joga dkk., 2005:48).

Area penghantar merupakan area penghubung antara area penerima, area

utama, area pelayanan, kantor pengelola, dan gedung serbaguna. Pada area

tersebut terdapat papan informasi (papan petunjuk) yang berisi keterangan arah

tujuan yang diinginkan pengunjung (Joga dkk., 2005:48).

Area utama adalah halaman dalam museum yang memuat koleksi-koleksi

museum. Pada area tersebut terdapat pula plaza kecil (teras) yang disediakan

untuk berbagai kegiatan di ruang terbuka pada waktu tertentu dengan kapasitas

terbatas. Kantor pengelola juga terdapat pada area utama (Joga dkk., 2005:48-49).

Area pendukung ditentukan oleh letak prasasti insitu. Prasasti insitu tidak

mengalami perubahan, sedangkan prasasti eksitu ditata ulang berdasarkan kriteria

tertentu, seperti keterkaitan sejarah, profesi, jenis kelamin, dan tahun pembuatan.

Penataan ulang prasasti eksitu terbagi atas dua macam, yaitu prasasti ditempelkan

pada pilar persegi empat tegak vertikal berdimensi 2,50 x 1 x 1 meter dan prasasti

diletakkan dengan kemiringan 300, tinggi 1 meter, dan lebar 1,50 meter. Pada area

pendukung terdapat tempat-tempat beristirahat (bangku taman) untuk melepas

lelah sambil menikmati keindahan pemandangan museum (Joga dkk., 2005:49-

51).

Area pelayanan meliputi kantor pengelola museum, gedung serbaguna,

gudang, dan toilet. Area tersebut tidak berhubungan langsung dengan area

lainnya, melainkan terdapat pembatas. Hal itu bertujuan untuk memberikan

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 29: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

43

kenyamanan bagi pegawai dan pengunjung museum. Jalur layanan kebersihan,

pemeliharaan, dan kegiatan lainnya dibuat terpisah dengan jalur pengunjung agar

tidak mengganggu kenyamanan pengunjung (Joga dkk., 2005:51).

Adapun maksud dan tujuan, serta visi dan misi pengembangan

pengelolaan Museum Taman Prasasti menurut Nirwono Joga dkk. adalah sebagai

berikut:

Maksud

1. Sebagai upaya penyelamatan dan pelestarian koleksi prasasti dan lansekap

makam Museum Taman Prasasti sebagai tujuan wisata kota.

2. Menata kembali dengan konsep pengembangan terpadu untuk

meningkatkan kualitas museum dalam jangka pendek, menengah, dan

panjang (Joga dkk., 2005:53).

Tujuan

1. Peran : koleksi prasasti sebagai informasi bukti sejarah Kota Jakarta,

sebagai ruang terbuka hijau kota, tempat rekreasi dan bersosialisasi.

2. Kesan : memberikan pengalaman suasana tersendiri untuk berkunjung

kembali.

3. Pesan : kesinambungan visi dan misi masa silam, kini, dan mendatang

(Joga dkk., 2005:53-54).

Visi

1. Membantu mencerdaskan kehidupan bangsa melalui informasi bukti

sejarah yang disajikan museum.

2. Menciptakan citra Jakarta sebagai kota wisata melalui pelayanan wisata

kota.

3. Memberikan nilai tambah bagi sektor pariwisata dan kehidupan sosial

ekonomi masyarakat Jakarta.

4. Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap nilai budaya dan benda cagar

budaya sebagai aset Kota Jakarta dan aset nasional yang menjembatani

masa lalu, kini, dan modal masa depan.

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 30: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

44

5. Menumbuhkembangkan rasa cinta tanah air dan bangsa masyarakat

terhadap kota, negara, dan bangsa Indonesia (Joga dkk., 2005:54).

Misi

1. Melestarikan nilai budaya khususnya koleksi artefak prasasti sebagai bukti

sejarah perkembangan Kota Jakarta.

2. Menyebarluaskan informasi sejarah, keprasastian, dan nilai budaya melalui

pameran tetap, temporer, penyuluhan, dan kegiatan publikasi lainnya.

3. Memberikan kenikmatan dan kesenangan melalui atraksi pameran koleksi

yang disajikan dan rekreasi bagi pengunjung (Joga dkk., 2005:54).

Tujuan pengembangan Museum Taman Prasasti adalah untuk

memaksimalkan potensi yang dimiliki museum sehingga mampu menarik minat

masyarakat untuk datang mengunjungi museum. Sasaran pengunjung adalah

masyarakat umum dari berbagai usia dan latar belakang, baik wisatawan dalam

negeri maupun luar negeri. Selain itu, pengembangan museum juga bertujuan

untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap warisan budaya, serta

memutar roda perekonomian (Joga dkk., 2005:64).

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 31: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

45

BAB 3

KERANGKA TEORI

3.1. Open Air Museum

Open air museum adalah salah satu jenis museum yang mengadakan

pameran di ruang terbuka (outdoor). Berbeda dengan museum pada umumnya

yang menyajikan koleksinya di dalam suatu bangunan, open air museum

menyajikan koleksinya di ruang terbuka. Hal tersebut berkaitan dengan koleksi-

koleksi yang dimilikinya. Biasanya open air museum menjadikan bangunan,

lansekap, atau fitur lainnya sebagai koleksi utama.

Open air museum pertama kali lahir di Benua Eropa (Chappell, 1999:334).

Cikal bakal pendirian museum tersebut diawali oleh gagasan seorang pria

berkebangsaan Swiss, Karl Viktor von Bonstetten, pada tahun 1793 (Laenen,

TT:125)10. Di Kastil Fredensborg, ia mengadakan pameran patung-patung yang

mengenakan berbagai pakaian tradisional dari beberapa wilayah di Denmark

(Laenen, TT:125). Ketika itu, ia juga berkeinginan untuk membangun taman

”Inggris” yang berisi berbagai macam bangunan yang dibuat seperti aslinya,

seperti pondok Lapp (Lapp huts) dan rumah-rumah dari Pulau Faroe dan Pulau

Rasen (Laenen, TT:125). Tujuannya adalah untuk menggambarkan perbedaan

etnografi pada wilayah tersebut (Laenen, TT:125).

Gagasan von Bonstetten tersebut baru mendapat perhatian pada akhir abad

ke-19, ketika isu mengenai folklor mulai berkembang11. Perhatian mengenai

folklor menyebar ke seluruh wilayah Eropa akibat peralihan periode neo klasisme

ke romantisme. Pemikiran romantisme memberikan pengaruh yang besar kepada

emosi individu, salah satunya adalah hubungan manusia dengan alam, kekuatan

supernatural, dan romantisme akan masa lalu. Ketika itu, manusia mencari

identitas kebangsaan dan semangat nasionalisme, seiring dengan perkembangan

masyarakat (Laenen, TT:125).

10 TT: tanpa tahun. 11 Folklor adalah studi mengenai kehidupan tradisional suatu masyarakat, meliputi kepercayaan, adat istiadat, mitos, dan lain sebagainya (Hornby, 1974:333).

45 Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 32: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

46

Open air museum yang pertama adalah Skansen Museum yang didirikan di

Stockholm, Swedia, pada tahun 1891. Skansen Museum memamerkan berbagai

jenis koleksi, seperti bangunan tradisional, ladang dan perkebunan, kandang

ternak, gudang, gereja, dan rumah bangsawan. Bangunan-bangunan tersebut

merupakan bangunan yang insitu (masih berada pada konteksnya). Selain

menyajikan koleksi berupa lansekap dan bangunan, Skansen Museum juga

menampilkan berbagai aktivitas yang berlangsung pada kehidupan masyarakat

Skandinavia kuno (Huth, 1940).

Keberadaan Skansen Museum yang juga merupakan folk parks, menjadi

pemicu berdirinya open air museum lainnya di seluruh penjuru Eropa. Dalam

beberapa dekade terakhir, open air museum telah menjadi fenomena internasional.

Jumlahnya berkembang sangat pesat di seluruh dunia, mulai dari Propinsi Anwei

di Cina hingga Salt Lake City, Utah, Amerika Serikat. Berkembangnya jenis

museum tersebut menyiratkan pendapat bahwa selama ini museum konvensional

memiliki keterbatasan dalam menyajikan materi kebudayaan yang kaya akan

wujud dan informasi (Chappell, 1999:334).

Open air museum yang pada mulanya berkembang di Eropa, memiliki

tipe, isi (koleksi), bentuk, dan pengelolaan yang beragam, sehingga definisi dan

penjelasan mengenai tujuan open air museum seringkali berubah dan telah

mengalami penyesuaian beberapa kali. Tujuan open air museum pertama kali

dirumuskan pada tahun 1956 di Jenewa. Hasil dari konvensi tersebut menyatakan

bahwa open air museum memiliki berbagai cakupan kerja, yaitu memilih,

menyediakan, memindahkan, merekonstruksi, dan merawat situs dengan segala

kelengkapannya yang otentik, baik berupa kelompok atau sebagian karya

arsitektural, yang menggambarkan karakteristik cara hidup, tempat tinggal,

aktivitas perkebunan, kerajinan tangan, dan lain sebagainya dari kebudayaan yang

telah hilang (Laenen, TT:127).

Definisi tersebut kemudian didukung oleh pertemuan ICOM yang

membahas tentang open air museum di Denmark dan Swedia pada tahun 1957.

Pada pertemuan itu, open air museum didefinisikan sebagai kumpulan koleksi

bangunan yang dipamerkan kepada masyarakat, berupa karya arsitektural yang

populer pada periode pra-industri, seperti tempat tinggal petani, penggembala,

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 33: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

47

nelayan, pengrajin, pedagang, dan buruh, beserta bangunan di sekitarnya (gudang,

kandang, lumbung). Selain itu, karya arsitektural pra-industri lainnya bisa berupa

bangunan-bangunan tempat aktivitas sehari-hari, seperti tempat pengrajin gerabah,

tempat pandai besi, dan toko, dalam berbagai bentuk dari desa maupun kota.

Bangunan itu dapat berupa bangunan umum ataupun bangunan pribadi, yang

memperlihatkan arsitektur yang indah dan khas (seperti rumah tuan tanah, gereja,

dan bangunan bersejarah) yang tidak memungkinkan untuk dilestarikan secara

insitu dan merupakan contoh gaya arsitektur dari periode industri. Koleksi-koleksi

tersebut dipamerkan sesuai dengan kelengkapannya. Jika memungkinkan,

museum juga dilengkapi dengan fasilititas pendidikan dan kebutuhan pengunjung,

seperti ruangan yang berisi informasi umum mengenai program museum (dengan

display dan perlengkapan audio visual) dan teater terbuka untuk pertunjukkan

kelompok tradisional (Laenen, TT:127-128).

Definisi yang dikeluarkan pada tahun 1957 memegang prinsip pelestarian

insitu yang dipahami pada masa itu. Pelestarian bangunan insitu hanya ditujukan

pada bangunan-bangunan tertentu, seperti bangunan keagamaan dan pemerintahan

yang dianggap penting untuk kepentingan sejarah, sejarah kesenian, dan

arsitektur. Jenis bangunan lainnya, seperti rumah tradisional, tidak menjadi

perhatian untuk dilestarikan secara insitu. Namun, peranan open air museum

sebagai ”penyelamat” situs tidak dapat disangkal. Bangunan dan situs yang

dijadikan open air museum dapat terselamatkan dari ancaman kerusakan (Laenen,

TT:128).

Definisi yang dikeluarkan pada tahun 1956 dan 1957 itu kemudian

ditanggapi oleh A.J. Bernet Kempers dan A. Zippelius dalam tulisan mereka

mengenai open air museum12. Mereka berpendapat bahwa definisi tersebut terlalu

membatasi koleksi-koleksi yang dipamerkan di dalam open air museum, seperti

tipe-tipe bangunan tertentu yang telah dijabarkan satu persatu secara rinci

(Laenen, TT:128).

Pada perkembangannya, definisi open air museum terus mengalami

perubahan. Salah satunya dikeluarkan oleh Association of European Open Air

12 Pernyataan tersebut dikeluarkan A. J. Bernet Kempers dalam makalahnya pada saat pertemuan Golden Jubilee of The Arnhem Open Air Museum dan A. Zippelius dalam bukunya yang berjudul Handbook of European Open Air Museums (Laenen, TT:128).

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 34: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

48

Museum pada tahun 1972, yang mengemukakan definisi open air museum sebagai

kesatuan atas unit-unit bangunan dan lansekap di ruang terbuka, yang memiliki

nilai-nilai ilmiah, seperti pemukiman beserta kehidupan dan bangunannya.

Kesatuan tersebut kemudian dapat menampilkan dan menggambarkan tradisi dari

masyarakat yang bersangkutan, seperti kepercayaan, adat istiadat, dan aktivitas

sehari-hari (Laenen, TT:130).

Open air museum menekankan pentingnya suatu objek ditempatkan pada

konteks sejarah kebudayaan yang bersangkutan (Laenen, TT:126). Oleh karena

itu, sudah seharusnya open air museum berlokasi di suatu situs arkeologi, yaitu

pada lokasi asli peninggalan bersejarah itu berada. Tujuannya adalah untuk

merekonstruksi peninggalan bersejarah tersebut, baik berupa bangunan atau

lansekap di ruang pameran (Laenen, TT:126). Dengan demikian, otentisitas situs,

fitur, dan artefak menjadi sangat penting.

Dewasa ini, kemajuan zaman serta pembangunan merupakan ancaman

besar bagi warisan budaya, khususnya yang berupa bangunan dan lansekap. Pihak

museum memegang peranan besar dalam upaya penyelamatan dan perekaman

peninggalan arkeologi yang tersisa. Keterlibatan museum di lapangan memiliki

beberapa tujuan. Salah satu tujuan dari pengadaan pameran di ruang terbuka

adalah untuk restorasi dan rekonstruksi situs. Namun, pelaksanaan rekonstruksi

tidak selalu tepat. Seringkali suatu bangunan kuno dirusak dan diambil

materialnya untuk merekayasa bentuk bangunan itu agar terlihat seperti bangunan

yang berasal dari periode tertentu, padahal tidak ada petunjuk sama sekali

mengenai bentuk asli bangunan tersebut. Namun di sisi lain, jika museum dapat

menggunakan proses restorasi tersebut sebagai pengetahuan mengenai keragaman

pengalaman di masa lalu, maka ”keadaan di lapangan” dapat menjadi suatu

kesatuan yang mendidik dan bermanfaat (Chappell, 1999:24-25).

Pelestarian merupakan motivasi utama bagi pengembangan hampir setiap

open air museum. Pelestarian tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan kaidah-

kaidah yang ada. Jika suatu bangunan kuno ingin dipreservasi, maka bangunan

tersebut harus ditangani secara baik dan benar, yaitu dengan tetap membiarkan

bentuk bangunan sesuai dengan aslinya. Namun, apabila bangunan tersebut tidak

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 35: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

49

menampilkan bentuk asli dan sesuai, maka pelestarian yang dilakukan tidak lah

tepat (Chappell, 1999:336).

Selain fungsi pelestarian, open air museum juga ditujukan untuk

menciptakan suatu gambaran mengenai kehidupan masyarakat masa lalu dengan

cara merekonstruksi kembali lingkungan dan kehidupan mereka. Museum jenis ini

”menghidupkan” kembali kehidupan masyarakat lampau yang telah punah.

(Laenen, TT:129). Dengan demikian, pengunjung dapat merasakan dan

memahami kehidupan masyarakat pada saat itu (Laenen, TT:132).

Open air museum di Eropa menekankan aspek estetis pada setiap

penampilan ”ruang pameran”. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk visual

museum berupa lansekap yang sangat indah. Dengan demikian, pengunjung dapat

merasa puas dan menikmati petualangan mereka di museum, menjelajahi satu

bangunan ke bangunan lainnya sambil membaca buku panduan (Chappell,

1999:337).

Koleksi-koleksi museum yang merupakan material culture, memiliki

banyak kandungan pengetahuan dan informasi. Bagi open air museum di Eropa

Timur, interpretasi terhadap koleksi museum diserahkan sepenuhnya kepada

pengunjung. Pengunjung dibebaskan untuk membangun imajinasi dan memahami

informasi yang ada tanpa bantuan pegawai museum yang ”berkostum” atau

pertunjukkan multimedia (Chappell, 1999:338).

Hampir di setiap negara, open air museum atau disebut juga folk museum,

dibuat untuk menampilkan kerajinan, musik, dan tarian tradisional. Tetapi di

Eropa, kualitas visual dari gaya bangunan dan desain lansekap merupakan sajian

utama. Bentuk dan tipologi bangunan beserta perlengkapannya, kendaraan, dan –

bahkan – kuburan, menjadi materi penting. Open air museum di Eropa

menekankan bahwa objek museumlah yang merupakan pengalaman bagi

pengunjung. Oleh karena itu, museum memberikan perhatian yang lebih untuk

dapat menjelaskan dan menggambarkan keragaman arsitektur agar dapat

menciptakan kepuasan visual bagi pengunjung ketika menikmati lingkungan

(ruang pameran) yang berbeda-beda (Chappell, 1999:338).

Gaya penyajian open air museum di Amerika berbeda dengan di Eropa. Di

Amerika, museum berusaha sedemikian rupa untuk menciptakan kembali keadaan

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 36: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

50

di masa lampau. Museum diatur agar menjadi ”panggung” yang menawarkan

pengalaman interaktif bagi pengunjung (Chappell, 1999:338). Misalnya saja,

museum dipenuhi oleh ”aktor” yang mengenakan kostum-kostum tertentu.

Seringkali aktor tersebut mengajak pengunjung untuk bercakap-cakap sesuai

dengan suasana periode itu.

Komunikasi antara museum dengan masyarakat merupakan hal yang

sangat penting, apapun bentuknya. Nilai-nilai budaya dalam setiap koleksi

museum yang telah diletakkan ke dalam konteksnya, kemudian disajikan kepada

masyarakat dalam bentuk pameran dan kegiatan interaktif. Open air museum

berfungsi sebagai lembaga yang menyampaikan informasi dan pengetahuan,

mendidik, serta menghibur (Laenen, TT:134).

3.2. Konsep Museum

Museum adalah suatu lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari

keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum,

yang memperoleh, merawat, menghubungkan, dan memamerkan, untuk tujuan-

tujuan studi, pendidikan dan kesenangan, barang-barang pembuktian manusia dan

lingkungannya (ICOM dalam Sutaarga, 1983:19).

Museum merupakan suatu cerminan dari perkembangan sosial yang telah

maju (high level society). Museum modern sudah seharusnya memiliki fungsi-

fungsi yang bersifat khusus, antara lain sebagai lembaga yang informatif,

profesional, sistematis (dalam penanganan koleksi), menyenangkan, dan diakui

masyarakat (Edson dan Dean, 1994:13).

Setiap museum harus memiliki konsep yang melatarbelakangi kinerjanya.

Konsep museum itu lah yang menjadi dasar (jati diri museum) dan pedoman

museum untuk mencapai tujuannya. Museum merupakan lembaga yang

berorientasi pada tujuan (goal oriented) (Kadarsan dan Martodihardjo, 1976:26).

Oleh karena itu, tujuan akan tercapai apabila museum bergerak sesuai dengan

konsep yang melandasinya.

Konsep museum tentunya berkaitan erat dengan tipe museum yang

bersangkutan. Perlu diketahui, bahwa museum terdiri dari berbagai macam tipe.

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 37: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

51

Klasifikasi tipe-tipe museum di Indonesia telah dituangkan dalam Surat

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, No. 079, Tahun 1975, Bagian

XLVI, Pasal 728 (Sutaarga, 1976:36). Surat Keputusan tersebut menyatakan

bahwa Direktorat Museum secara umum membagi museum ke dalam tiga tipe,

yaitu museum umum, museum khusus, museum pendidikan (Sutaarga, 1976:36-

37).

Perlu dicatat, bahwa sebenarnya museum pendidikan termasuk ke dalam

tipe museum khusus (Sutaarga, 1976:37). Namun di Indonesia, dirasakan sangat

perlu untuk memberikan penanganan istimewa terhadap jenis-jenis museum

pendidikan, baik di tingkat universitas (university museum), maupun tingkat

sekolah dasar dan sekolah lanjutan (school museum) (Sutaarga, 1976:37).

Museum pendidikan berada di bawah suatu lembaga pendidikan

(sekolah/universitas) dan khusus menangani hal-hal yang berkaitan dengan

pendidikan (Edson dan Dean, 1994:14).

Museum umum (public museum) adalah tipe museum yang sangat dikenali

di Amerika Serikat. Museum umum mengandung definisi yang meliputi tiga

faktor, yaitu status yuridis, pengunjung, dan koleksi. Pertama, status yuridis

museum umum terdiri dari status pemerintah dan swasta. Kedua, museum umum

menempatkan masyarakat luas sebagai sasarannya (pengunjung museum). Kinerja

museum dititikberatkan kepada pelayanan sosial-edukatif dan sangat

memperhatikan kepentingan peningkatan kecerdasan dan pengetahuan umum bagi

pengunjungnya. Ketiga, koleksi museum disesuaikan dengan kedua faktor

sebelumnya, yang merupakan visualisasi dari semua cabang ilmu pengetahuan,

antara lain ilmu hayat, ilmu dan teknologi, arkeologi dan sejarah, antropologi, dan

seni rupa (Sutaarga, 1976:37).

Museum khusus (specialized museum) adalah jenis museum yang paling

banyak jumlahnya. Museum tersebut banyak ditemui di Eropa, yang merupakan

tempat lahirnya berbagai cabang ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, jenis-jenis

museum khusus ditentukan oleh koleksi yang berkaitan dengan ilmu tertentu

sebagai bahan pembuktian ilmiah (Sutaarga, 1976:37). Jenis-jenis museum khusus

antara lain adalah museum ilmu hayat, museum ilmu dan teknologi, museum

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 38: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

52

arkeologi dan sejarah, museum antropologi, dan museum kesenian (Sutaarga,

1976:37).

Perlu diketahui, bahwa tipe museum khusus dapat bersifat lebih khusus

lagi. Misalnya kelompok museum sejarah dapat dipecah menjadi beberapa

subtipe, seperti museum sejarah militer, museum sejarah maritim, dan museum

biografi tokoh bersejarah (Sutaarga, 1976:37).

Konsep museum merupakan dasar bagi penyelenggaraan museum. Konsep

tersebut kemudian dituangkan ke dalam visi dan misi museum. Visi dan misi

merupakan panduan museum dalam mengembangkan strategi kebijakan dan

program, yang tidak lagi harus terpaku pada kebijakan internal, tetapi visi dan

misi harus juga mengacu pada kebutuhan pasar (market-driven) (Arbi, 2007:3).

Selain itu, konsep museum harus dirangkum dan dituangkan secara tertulis

ke dalam pernyataan misi (mission statement). Pernyataan misi yang merupakan

motor penggerak bagi kinerja museum, memberikan gambaran mengenai

eksistensi lembaga tersebut, fungsi, dan ruang lingkup aktivitasnya (Edson dan

Dean, 1994:28). Pernyataan misi yang baik dapat menjawab beberapa pertanyaan

berikut, yaitu:

1. Who is the museum? (apa nama museum tersebut dan siapa

pendukungnya).

2. What it collects? (objek apa saja yang termasuk di dalam koleksi

museum).

3. How was it formed? (apakah museum tersebut merupakan museum milik

pribadi, swasta, atau pemerintah).

4. When it collects? (periode apa atau kisah bersejarah apa yang akan

disajikan dalam koleksi museum).

5. Where it collects? (apakah koleksi museum mencakup wilayah komunitas,

regional, nasional, atau internasional).

6. Why it collects? (apa yang akan dilakukan museum terhadap koleksinya)

(Edson dan Dean, 1994:28).

Pernyataan misi adalah uraian secara tertulis yang memberikan gambaran

umum mengenai museum yang bersangkutan. Pernyataan itu akan memberikan

batasan terhadap koleksi-koleksi yang dikumpulkan museum dan menjelaskan

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 39: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

53

peranan museum dalam masyarakat. Sebagai contoh, Museo de Oro memiliki

pernyataan misi yang memberikan batasan terhadap cakupan kerjanya, yaitu

mengumpulkan, menempatkan, meneliti, memamerkan, dan menyediakan

program edukatif yang berkaitan dengan koleksi utamanya, yaitu emas, kepada

masyarakat. Pernyataan misi harus ditulis dengan jelas, serta dijabarkan secara

baik dan terperinci. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari perdebatan dan

kesalahpahaman mengenai bentuk penyelenggaraan museum (Edson dan Dean,

1994:28-29). Salah satu contoh penulisan pernyataan misi adalah sebagai berikut:

“The Museo de Oro is a non-profit institution dedicated to the collecting, housing, researching, exhibiting of object of gold produced in the central regions of the Andean Highlands prior to European influence. The Museum shall use its collections and resources to inform and ispire the general public by exhibiting important works of artistic beauty and excellent craftmanship produced by persons working in gold. The Museum recognizes its role as a repository of the cultural heritage of the region and is a (sic) dedicated to serving the people of the area” (Edson dan Dean, 1994: 29).

Pernyataan misi tersebut memuat definisi, ruang lingkup kerja, tujuan,

koleksi, status, dan peranan Museo de Oro bagi masyarakat. Sebaiknya pernyataan

misi dibuat sederhana, namun teruraikan secara jelas dan terperinci. Penulisan

pernyataan misi sangat penting untuk diperhatikan agar tidak memiliki celah yang

dapat menyebabkan masuknya interpretasi yang salah (Edson dan Dean, 1994:29).

Apabila pernyataan misi telah dirumuskan, maka yang selanjutnya harus

dilakukan adalah penyampaian misi tersebut secara meluas, yaitu kepada seluruh

pegawai museum, lembaga pendukung museum, sponsor, pemerintah daerah,

pemerintah propinsi, dan pemerintah pusat (nasional). Penyampaian informasi

tersebut dilakukan guna menyamakan pemahaman bagi semua pihak mengenai

konsep museum yang bersangkutan (Edson dan Dean, 1994:29).

Pernyataan misi tidak dapat berdiri sendiri dalam menjalankan

pelaksanaan museum. Pernyataan misi harus didukung oleh serangkaian dokumen

yang menjelaskan mengenai metode penerapan misi tersebut. Museum

memerlukan berbagai kebijakan dan peraturan permuseuman untuk menerapkan

pernyataan misi dalam kegiatan operasional museum, serta menjelaskan cara

pelaksanaan kebijakan museum. Kebijakan dan peraturan tersebut harus meliputi

beberapa hal, seperti tata cara perolehan koleksi, perawatan dan penggunaan

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 40: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

54

koleksi, program publik, pameran, keamanan, kerusakan dan bencana alam, serta

fasilitas museum. Adanya tiga hal dalam pelaksanaan museum, yaitu pernyataan

misi, kebijakan, dan peraturan permuseuman, memberikan penjelasan mengenai

tingkatan akuntabilitas yang dimiliki museum dalam menangani koleksinya

(Edson dan Dean, 1994:29-30).

Konsep museum juga memiliki kaitan dengan penamaan museum itu

sendiri. Seringkali pengunjung merasa tidak tertarik untuk mengunjungi museum

karena nama museum tidak memberikan gambaran yang jelas mengenai isi dan

fungsinya (Sumadio, 1997:27-28). Oleh karena itu, pihak museum harus berusaha

untuk memberikan penjelasan mengenai konsep dan manfaat museum tersebut

kepada masyarakat (Sumadio, 1997:28). Melalui penamaan yang tepat, maka

setidaknya masyarakat dapat menerka jenis koleksi dan pengetahuan yang akan ia

peroleh dari suatu museum. Hal itu tentunya akan mempengaruhi jumlah

pengunjung yang datang. Namun, para pengelola museum harus terlebih dahulu

menghayati hakekat dan konsep dari museum yang bersangkutan, khususnya

hakekat museum dalam perkembangannya di masa modern ini (Sumadio,

1997:28). Jika pengelola museum tidak dapat menghayati hal tersebut, maka

penjelasan museum kepada masyarakat tidak akan dapat terealisasi dengan baik

dan benar (Sumadio, 1997:27-28).

Konsep museum merupakan pedoman bagi museum agar pelaksanaannya

dapat berjalan secara terarah dan tepat sasaran. Agar dapat terlaksana secara

optimal, museum harus didukung oleh struktur organisasi yang tepat dan lengkap

(Kadarsan dan Martodiharjo, 1976:26). Struktur organisasi museum, setidaknya,

harus terdiri dari tiga komponen, yaitu bagian administrasi, bagian kuratorial, dan

bagian operasional (Edson dan Dean, 1994:15). Setiap bagian dapat dijalankan

oleh satu orang atau lebih (Edson dan Dean, 1994:15). Tiap-tiap bagian tersebut

membawahi beberapa staf dan akan digambarkan pada bagan berikut.

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 41: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

55

Bagan 1. Struktur organisasi museum

(Edson dan Dean, 1994:15-16)

Apabila suatu museum telah memiliki konsep dan manajemen yang baik,

maka tujuan (goal) museum dapat tercapai. Museum dapat mengembangkan

strategi-strategi kebijakan dan pelaksanaan operasional permuseuman, khususnya

yang berhubungan dengan pelayanan museum kepada masyarakat. Bentuk

pelayanan tersebut dapat berupa program-program bimbingan dan penyajian

koleksi yang menarik.

1.3. Bentuk Penyajian dan Tata Pamer Museum

Objek dan lansekap peninggalan masa lampau dapat mengisahkan

berbagai cerita, seperti halnya sejarah yang tertulis (Pearce, 1994:28). Cerita yang

terungkap akan semakin banyak dan bermakna apabila semakin diteliti dan

dipelajari (Pearce, 1994:28). Museum mengemban tugas untuk menyampaikan

cerita di balik objek kepada masyarakat luas. Pesan yang disampaikan dalam

komunikasi tersebut adalah sejumlah informasi yang disusun dengan bentuk

tertentu, baik verbal, visual, atau perpaduan keduanya (Sumadio, 1997:22).

BAGIAN ADMINISTRASI Staf

Akuntan (keuangan) Pelayanan umum

Dana Usaha Humas

BAGIAN KURATORIAL Pendaftaran koleksi Perawatan koleksi

Konservasi Penelitian

BAGIAN OPERASIONAL Pameran

Edukasi Publik Pelayanan teknis

Manajemen fasilitas/keamanan

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 42: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

56

3.3.1. Bentuk Penyajian Museum

Bentuk penyajian museum adalah cara-cara mengkomunikasikan suatu

gagasan yang berhubungan dengan koleksi museum kepada pengunjung

(Udansyah, 1987:1). Museum sebagai media komunikasi memberi informasi

tentang koleksinya kepada pengunjung museum sebagai penerima informasi

tersebut (Asiarto, 2007:5). Penyajian informasi mengenai koleksi dapat

dilaksanakan dalam berbagai bentuk yang secara garis besar dibagi ke dalam lima

metode atau cara penyampaian, yaitu:

1. Pameran-pameran, baik secara permanen maupun sementara (pameran

khusus).

2. Acara-acara audio visual, seperti pemutaran film atau video.

3. Program-program edukatif.

4. Ceramah dan pengantar pengenalan museum.

5. Publikasi dan penerbitan (Asiarto, 2007:5-6).

Informasi di balik koleksi museum harus disampaikan secara menarik agar

mudah dipahami oleh pengunjung. Informasi tersebut dapat berupa pengetahuan

mengenai benda koleksi yang bersangkutan ataupun gagasan (nilai) yang

terkandung di dalam koleksi. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk

memperoleh sistem dan cara penyajian informasi yang tepat guna antara lain

adalah pengunjung museum, kebijakan dan perencanaan, serta metode penyajian

(Sutaarga, 1983:63).

Sebagai lembaga yang terbuka untuk umum, museum harus

mempersiapkan diri agar dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada

masyarakat, khususnya kepada pengunjung yang ingin mendapatkan informasi

mengenai koleksi yang dimiliki museum. Pengelola museum harus

memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan pengunjung, baik

kebutuhan yang bersifat fisik, intelektual, dan emosional. Berdasarkan hasil

penelitian Prof P.H. Poot tentang motivasi pengunjung mendatangi museum,

diketahui bahwa pengunjung datang ke museum dengan tujuan ingin melihat

sesuatu yang indah, bernostalgia, dan menambah pengetahuan (Asiarto, 2007:6-

7). Sedangkan menurut Edson dan Dean (1994), pengunjung pada umumnya

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 43: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

57

mengunjungi museum dengan harapan ingin mendapatkan pengalaman baru,

melihat sesuatu, melakukan sesuatu, dan memperoleh pengetahuan.

Seringkali museum beranggapan telah memberikan banyak informasi

tentang koleksinya kepada masyarakat, namun pada kenyataannya, masyarakat

belum menerima informasi atau pesan yang disampaikan museum. Hal tersebut

dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adalah latar belakang budaya,

pendidikan, dan usia dari setiap pengunjung. Oleh karena itu, dalam menyajikan

informasi kepada pengunjung, museum harus memperhatikan faktor-faktor

tersebut (Asiarto, 2007:7).

Pada awalnya, museum-museum di Eropa dan Amerika Serikat hanya

berorientasi terhadap penyajian koleksi yang dimilikinya (object oriented).

Namun pada tahun 1980-an, mereka mengubah orientasinya kepada pengunjung

(public oriented). Bentuk penyajian yang masih tradisional harus diubah sejalan

dengan berkembangnya ilmu dan teknologi. Kegiatan-kegiatan yang berorientasi

kepada publik harus ditingkatkan dengan menyusun program-program menarik

yang dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan pengunjung (Asiarto,

2007:7).

Dengan demikian, museum perlu meninjau kembali dan memikirkan

metode dan teknik penyajian informasi yang dimilikinya, baik dalam bentuk

pameran ataupun bentuk lainnya. Museum harus dapat memberikan kepuasan

edukasi dan rekreasi kepada masyarakat, sehingga mereka akan datang

mengunjungi museum kembali di lain waktu (Asiarto, 2007:7-8).

3.3.2. Tata Pamer Museum

Metode penyajian ditekankan kepada pameran sebagai unsur utama suatu

museum. Menurut Verhaar dan Meeter dalam bukunya yang berjudul Project

Model Exhibition, pameran adalah suatu bentuk komunikasi yang melibatkan

sekelompok besar masyarakat, yang bertujuan untuk memberikan informasi,

gagasan, dan emosi yang berkaitan dengan benda-benda pembuktian manusia dan

lingkungannya, yang dibantu dengan perlengkapan visual dan metode dimensional

(Edson dan Dean, 1994:149).

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 44: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

58

Pameran adalah inti dari pengalaman yang ditawarkan museum kepada

masyarakat (McLean, 1993:15). Selain itu, pameran juga merupakan media yang

menyampaikan misi (tujuan) museum melalui koleksi-koleksi yang dimilikinya

(Edson dan Dean, 1994:150). Tujuannya adalah untuk memberikan pengetahuan

dan pengalaman yang positif, serta menumbuhkan kepercayaan pada masyarakat

(Edson dan Dean, 1994:150).

Pengunjung museum terdiri dari berbagai macam latar belakang budaya,

pendidikan, dan usia, baik itu siswa sekolah, ibu rumah tangga, pegawai kantor,

pengusaha, ataupun pedagang roti. Interaksi yang mereka lakukan terhadap

pameran museum tentunya akan berbeda-beda pula. Roger miles mengatakan

bahwa setiap pengunjung museum kurang lebih mempunyai alasan yang sama

ketika datang ke museum, antara lain adalah untuk memperoleh pengetahuan,

meningkatkan jati diri, interaksi sosial (bersama keluarga, teman, masyarakat),

dan rekreasi (McLean, 1993:5).

Perusahaan raksasa Walt Disney adalah salah satu contoh institusi yang

sangat baik dalam menangani dan melayani pengunjung. Disney mempunyai nilai-

nilai filosofis di balik pendekatannya terhadap pengunjung museum, yang disebut

Mickey’s Ten Commandments (McLean, 1993:5-6). Adapun nilai filosofis tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Know your audience

Kenali pengunjung yang datang, baik dari latar belakang maupun minat

mereka.

2. Wear your guests’ shoes

Seluruh komponen museum, baik itu perancang pameran, pegawai, dan

jajaran direksi, harus melihat segala sesuatunya dari kaca mata

pengunjung.

3. Organize the flow of people and ideas

Kemas cerita dengan baik dan menarik guna mengatur informasi yang

akan disampaikan kepada pengunjung. Pengunjung senang mendengarkan

cerita, bukan diceramahi.

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 45: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

59

4. Create a “wienie”13

Merupakan istilah yang diciptakan Walt Disney, yang berarti museum

harus dapat membimbing pengunjung dari satu area (ruang pameran) ke

area berikutnya dengan menciptakan suasana yang menarik secara visual.

5. Communicate with visual literacy

Gunakan cara-cara nonverbal (visual) yang baik dan menarik dalam

menyampaikan informasi kepada pengunjung. Warna, bentuk, dan ukuran

merupakan komponen penting yang dapat digunakan dalam komunikasi

tersebut.

6. Avoid overload. Create turn-ons

Jangan memberikan terlalu banyak informasi kepada pengunjung. Hindari

pula cara penyampaian verbal yang terlalu banyak karena dapat membuat

pengunjung bosan. Pengunjung tidak harus mempelajari semua yang

berkenaan dengan koleksi-koleksi yang ada. Sediakan pemandu bagi

pengunjung yang ingin mengetahui informasi secara mendalam.

7. Tell one story at a time

Apabila museum memiliki banyak informasi yang ingin disampaikan, bagi

informasi tersebut ke dalam beberapa tahap. Setiap tahapan disampaikan

secara satu persatu sehingga pengunjung dapat memahami dan menyerap

satu konsep sebelum beralih ke konsep berikutnya.

8. Avoid contradiction. Maintain identity

Museum harus memiliki identitas kelembagaan yang jelas agar

pengunjung dapat mengetahui dan mengenali, serta dapat membedakannya

dengan lembaga lain.

9. For every ounce of treatment, provide a ton of fun – a ton of treat.

Berikan kesempatan bagi pengunjung untuk dapat bersenang-senang,

memperoleh pengalaman positif, dan menikmati lingkungan museum yang

nyaman dan indah.

13 Wienie adalah istilah yang diciptakan Walt Disney. Artinya adalah museum harus menciptakan suatu daya tarik visual (wienie) pada penyajian pameran yang dapat membimbing pengunjung menjelajahi tiap-tiap ruang pameran secara sistematis (McLean, 1993:6).

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 46: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

60

10. Keep it up

Jangan meremehkan pentingnya kebersihan dan perawatan rutin (McLean,

1993:6-7).

Setiap museum mempunyai karakteristiknya masing-masing, dan melalui

pamerannya, museum dapat merefleksikan karakteristik tersebut melalui isi, gaya,

dan cara pengungkapan (McLean, 1993:16). Terlepas dari jenis museum tempat

pameran itu berada atau jenis informasi yang disampaikan di dalamnya, pameran

museum memiliki tiga prinsip yang bersifat universal, yaitu:

1. Fungsi utama dari pameran adalah untuk memamerkan sesuatu.

2. Pameran adalah media untuk berkomunikasi.

3. Pameran merupakan suatu pengalaman, bukan produk (McLean, 1993:16).

Pameran di museum dapat dikatakan sukses apabila telah berhasil

mencapai tujuan yang diemban museum tersebut (McLean, 1993:20). Menurut

Roger Miles, pameran di museum dapat dikatakan berhasil apabila telah

melakukan beberapa hal berikut, yaitu:

1. Menampilkan objek yang tampak nyata dan hidup.

2. Langsung mengena pada sasaran yang dimaksud.

3. Dapat dipahami oleh berbagai kalangan.

4. Dapat dikenang (memorable).

5. Dapat menunjukkan dengan jelas kepada pengunjung tahap dimulainya

pameran hingga tahap berakhirnya (jelas dan sistematis).

6. Menggunakan teknik penyampaian modern yang memudahkan

pemahaman pengunjung.

7. Menggunakan hal-hal yang mudah dikenali pengunjung (familiar) dan

pengalaman tertentu yang dapat membantu memudahkan penjelasan.

8. Menyertakan display yang komprehensif untuk menjelaskan suatu objek

(McLean, 1993:20).

Pengadaan pameran di museum harus didasari oleh tiga faktor, yaitu

koleksi, pengunjung, dan sarana pameran. Koleksi hendaknya dapat ditampilkan

secara utuh agar dapat dinikmati dengan baik oleh pengunjung. Koleksi-koleksi

yang akan dipamerkan, harus diseleksi terlebih dahulu agar jumlahnya tidak

terlalu banyak. Jumlah koleksi yang terlalu banyak dapat menimbulkan kesan

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 47: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

61

padat dan penuh. Tata pamer yang sederhana dapat menonjolkan keindahan dari

koleksi-koleksi tersebut. Oleh karena itu, hindari dekorasi yang berlebihan dan

mendominasi ruangan karena dapat mengganggu konsentrasi pengunjung. Di

samping penampilan koleksi, hal lain yang harus diperhatikan adalah faktor

keamanan dan kebersihan koleksi (Udansyah, 1978:9).

Faktor yang kedua adalah pengunjung. Pameran di museum bertujuan

untuk memberikan kepuasan dan kesenangan bagi pengunjung. Pameran diatur

secara sistematis agar dapat dipahami dengan mudah. Pengaturan ruangan harus

diperhatikan pula agar pengunjung dapat bergerak dengan leluasa. Kenyamanan

pengunjung merupakan aspek yang sangat penting. Apabila pengunjung merasa

nyaman dengan suasana pameran, maka mereka dapat menangkap dan memahami

informasi dengan baik. Dalam pengadaan materi pameran, pihak museum harus

memperhatikan keragaman pengunjung yang terdiri dari latar belakang budaya,

pendidikan, dan usia yang berbeda-beda. Penyampaian informasi sebaiknya

bersifat umum dan sederhana sehingga mudah dipahami oleh semua kalangan

(Udansyah, 1978:9-11).

Kemudian faktor yang ketiga adalah faktor sarana. Faktor sarana

merupakan faktor yang melengkapi kedua faktor sebelumnya. Tanpa adanya

sarana yang baik, maka penyelenggaraan pameran tidak dapat berjalan optimal.

Beberapa sarana penunjang pameran antara lain adalah ruangan, vitrine (lemari

pamer), papan display (panel), dan papan informasi (Udansyah, 1978:11).

Ruang pameran terdiri dari dua macam, yaitu ruang tertutup (indoor) dan

ruang terbuka (outdoor) (Udansyah, 1987:34). Hal-hal yang harus diperhatikan

terhadap pengaturan ruang pameran adalah sebagai berikut:

1. Kebebasan bergerak bagi pengunjung. Ruang pameran tidak boleh terlalu

sempit agar menghindari pengunjung yang berdesak-desakan. Apabila

ruang pameran tidak terlalu luas, maka penataan koleksi dan sarana

lainnya harus disesuaikan agar ruangan tersebut tidak menjadi sempit.

2. Pengaturan lalu lintas pengunjung. Ruang pameran harus diatur secara

sistematis sehingga arus lalu lintas pengunjung berjalan dengan rapi dan

tidak semrawut. Dengan demikian, pengunjung dapat menikmati koleksi-

koleksi yang dipamerkan secara berurutan dan tidak ada yang terlewatkan.

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 48: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

62

3. Mengantisipasi gangguan terhadap pengunjung. Gangguan tersebut dapat

berupa suara bising, cahaya yang menyilaukan, serta keadaan udara yang

tidak normal. Kenyamanan pengunjung merupakan aspek yang sangat

penting.

4. Keselamatan koleksi. Unsur-unsur yang dapat menyebabkan kerusakan

pada koleksi antara lain adalah manusia, binatang, tumbuhan, gejala alam,

debu, dan kotoran lainnya (Udansyah, 1987:34-36).

Sebelum mengadakan suatu pameran, perlu ditentukan terlebih dahulu

jenis metode penyajian yang akan digunakan. Hal tersebut tentu berkenaan dengan

tema yang akan disajikan di dalam pameran (Udansyah, 1978:12). Terdapat tiga

macam metode penyajian pameran di museum, yaitu:

1. Metode pendekatan estetis, yaitu cara penyajian koleksi dengan

mengutamakan segi keindahan dari koleksi-koleksi yang dipamerkan.

Metode tersebut sangat tepat untuk diterapkan pada benda-benda kesenian.

2. Metode pendekatan romantika, yaitu cara penyajian koleksi yang

dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan suasana tertentu

yang berhubungan dengan benda-benda yang dipamerkan.

3. Metode pendekatan intelektual, yaitu cara penyajian koleksi yang

dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menyampaikan informasi

mengenai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan benda-benda yang

dipamerkan (Udansyah, 1978:12).

Koleksi-koleksi yang dipamerkan di museum merupakan benda hasil

kebudayaan manusia. Setiap benda kebudayaan manusia tentunya mempunyai

konteks yang dapat menjelaskan asal-usulnya, keadaan sosial dan budaya yang

melatarbelakanginya, proses pembuatan serta peranannya dalam masyarakat

pendukungnya. Oleh karena itu, dalam tata pamer modern, dikenal juga metode

pendekatan kontekstual. Pendekatan tersebut menyajikan koleksi yang ditunjang

aspek kontekstualnya, yang dapat berupa replika, gambar, foto, dan media

lainnya. Dengan demikian, koleksi tersebut dapat ”bercerita” tentang dirinya

secara jelas kepada pengunjung (Udansyah, 1978:12).

Perancang pameran (exhibit designer) tidak boleh hanya terfokus pada

penampilan fisik suatu objek saja, tetapi harus pula melihat konteks dari objek

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 49: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

63

tersebut (McLean, 1993:22). Penyajian konteks dapat berupa penempatan koleksi

pada situasi tertentu (berkaitan dengan konteksnya) serta penyampaian makna

yang tersirat dari penempatan tersebut (McLean, 1993:22). Salah satunya adalah

dengan mengatur suasana atau lingkungan ruang pameran.

Pengaturan lingkungan pada ruang pameran merupakan salah satu cara

interpretasi yang tepat apabila tujuan pameran tersebut adalah untuk

menempatkan objek pada konteks sosial, budaya, alam, atau sejarah pada satu

periode tertentu (McLean, 1993:23). Contoh bentuk yang kompleks dari

penyajian konteks adalah teknik pendekatan ”you are there”, yang sering

digunakan oleh Museum Sejarah Alam (Natural History Museum) di Amerika

Serikat (McLean, 1993:23). Pengunjung akan merasakan suasana tertentu yang

berkaitan erat dengan objek-objek yang ditampilkan. Misalnya pada ruangan

binatang dan habitatnya, ruang pameran akan diatur sedemikian rupa layaknya

hutan rimba yang merupakan tempat tinggal berbagai jenis binatang. Tujuannya

adalah untuk memberikan pengalaman positif dan menyampaikan informasi

secara menarik agar dapat dengan mudah dipahami pengunjung.

Berdasarkan waktunya, secara garis besar pameran di museum dibagi

menjadi tiga macam, yaitu pameran tetap, pameran temporal, dan pameran

berjalan (McLean, 1993:30). Karena dalam pembahasan ini yang menjadi

perhatian utama adalah pameran tetap, maka penjelasan selanjutnya adalah

mengenai pameran tetap saja.

Pameran tetap (permanent exhibitions) merupakan inti dari pengalaman

yang diberikan museum kepada pengunjung. Pameran tetap pada setiap museum

memiliki bentuk yang berbeda-beda, dimulai dari penyajian benda-benda

etnografi hingga benda-benda teknologi. Tentunya penyajian kedua koleksi

tersebut menggunakan teknik dan metode yang berbeda (McLean, 1993:31).

Hampir semua pameran tetap berharap dapat bertahan dalam jangka waktu

yang lama, paling tidak sepuluh tahun atau lebih, sebelum akhirnya direnovasi.

Dalam mengembangkan suatu pameran tetap, terdapat dua hal penting yang harus

diperhatikan. Pertama, karena pameran tetap diadakan untuk jangka waktu yang

panjang, maka pameran tersebut harus diisi oleh berbagai macam koleksi menarik

yang dapat terus menciptakan pengalaman-pengalaman baru bagi pengunjung.

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 50: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

64

Museum harus dapat memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk menjelajahi

”sesuatu yang baru” dalam setiap kunjungan mereka. Sedangkan yang kedua

adalah tema pameran tetap harus bersifat relevan sepanjang waktu (McLean,

1993:31).

Pameran tetap tidak harus bertahan untuk selamanya, melainkan dapat

diganti atau diperbaharui karena alasan tertentu. Desain yang sudah ketinggalan

zaman dan material yang rusak bukan merupakan satu-satunya alasan bagi

museum untuk merenovasi pameran tetap. Konsep, koleksi, dan pegawai museum

silih berganti sepanjang waktu. Hal tersebut merupakan pemicu bagi perubahan

cara pandang museum terhadap pameran tetap. Selain itu, semakin dalam

pengetahuan museum mengenai tata pamer dan bentuk interaksi pengunjung yang

baik, maka semakin besar keinginan museum untuk berkomunikasi secara lebih

efektif. Hal itulah yang merupakan alasan terkuat bagi museum untuk

mengadakan suatu perubahan (McLean, 1993:31).

Penyelenggaraan pameran tetap tidak semudah yang dibayangkan.

Seorang profesional museum sekali pun membutuhkan waktu yang lama dalam

merencanakan proses pembuatan pameran yang sempurna (McLean, 1993:48).

Pembuatan pameran tetap harus melalui beberapa tahapan kerja yang bertingkat-

tingkat. Adapun tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Gagasan

Setiap penyelenggaran pameran harus diawali dengan suatu gagasan (ide).

Gagasan tersebut dapat datang dari mana saja, baik dari tim perencanaan

museum, staf kuratorial, direktur museum, konsultan, atau bahkan

masyarakat awam. Gagasan dapat diperoleh dari kotak saran atau proposal

yang dipersiapkan secara khusus untuk pembuatan pameran. Merumuskan

gagasan pameran yang baik seringkali dirasakan amat sulit, sehingga pihak

museum membutuhkan banyak waktu dalam brainstorming dan

pengembangan gagasan.

2. Penentuan gagasan pameran

Penentuan gagasan pameran didasari oleh berbagai macam kriteria, antara

lain adalah harus mendukung konsep dan tujuan museum, relevan, tepat,

dapat diteliti, multi-visual, menghibur, didukung oleh pihak museum,

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 51: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

65

mendukung koleksi-koleksi yang ada, mandiri, berhubungan dengan

program museum dan program institusi lain, serta anggaran yang

memadai.

3. Pernyataan tujuan (purpose statement)

Pernyataan tujuan merupakan penjelasan secara mendetail mengenai

fungsi, administrasi, tujuan edukasi, sasaran pengunjung, dan ruang

lingkup pameran.

4. Pengumpulan ”para pemain”

Pada beberapa museum, rapat perencanaan yang melibatkan seluruh pihak

museum (baik itu staf pengembangan, humas, keamanan, desainer grafis,

dan lain sebagainya) dapat melahirkan suatu proses perencanaan pameran.

Namun sebaliknya, terdapat museum yang menyerahkan proses

perencanaan pameran kepada satu orang saja, sebelum dirundingkan

secara bersama-sama.

5. Communication goals

Pada pameran khusus (topikal dan tematis), communication goals

merupakan usaha penyampaian gagasan (kesatuan tema) pameran melalui

bentuk komunikasi museum kepada pengunjung. Dalam penyampaian

tersebut, museum menciptakan take-home messages yang bebas ditentukan

oleh pengunjung. Take home messages merupakan kesan dan pesan yang

diperoleh pengunjung dan kemudian dirangkai secara sederhana

menggunakan ”bahasa” pengunjung. Take home messages berbeda dengan

pernyataan tujuan.

6. Penelitian pendahuluan

Penelitian pendahuluan bertujuan untuk menentukan parameter tema dan

informasi yang harus disampaikan, memilih objek dan media yang akan

digunakan, serta menggabungkan informasi yang tepat untuk

mengembangkan pameran. Selain itu, penelitian juga dilakukan untuk

mengkaji koleksi museum dan melakukan survei terhadap pengunjung.

7. Alur cerita (Storyline)

Alur cerita atau disebut juga skrip, skenario, pedoman pameran,

merupakan suatu kerangka cerita yang disampaikan museum kepada

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 52: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

66

pengunjung. Alur cerita dapat membagi suatu tema besar ke dalam

beberapa subtema. Tiap-tiap subtema ditampilkan dalam ruang pameran

yang berbeda. Pada umumnya, penyajian alur cerita diawali dengan

informasi pendahuluan atau pengantar sebelum memasuki pameran.

Kemudian bagian berikutnya adalah penyajian informasi yang bersifat

khusus.

8. Desain Konseptual

Desain Konseptual merupakan perencanaan awal mengenai bentuk desain

pameran (secara fisik). Desain tersebut masih berupa abstrak yang

menyatukan berbagai macam gagasan dan pemikiran. Desain yang bersifat

abstrak itu kemudian diubah ke dalam bentuk tiga dimensi dan diterapkan

pada penempatan ruang.

9. Evaluasi bentuk

Evaluasi atau pengujian bentuk pameran bertujuan untuk membantu

museum menentukan bentuk rancangan yang tepat serta memeriksa

kembali efektivitas pameran dalam mengkomunikasikan konsep yang

dimilikinya. Peran serta pengunjung juga dilibatkan dalam evaluasi

tersebut.

10. Desain akhir

Proses perencanaan bentuk pameran berawal dari desain konseptual dan

diakhiri dengan desain akhir. Desain akhir merupakan bentuk visualisasi

dari perencanaan bentuk pameran.

11. Naskah akhir

Naskah akhir menggabungkan semua informasi menjadi satu dan

merupakan penjelasan mengenai semua objek dan artefak, media dua

dimensi, media interaktif, dan material pendukung (termasuk label dan

program audio visual). Naskah akhir dapat digunakan sebagai master plan,

pedoman pameran, dan panduan untuk mengembangkan anggaran

pameran.

12. Anggaran dana dan revisi desain

Anggaran dana baru dapat ditentukan apabila pembuatan naskah akhir dan

penggambaran desain pameran telah selesai. Seringkali perencanaan awal

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 53: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

67

pameran membutuhkan biaya yang terlalu mahal sehingga terjadi over

budget. Oleh karena itu, perencanaan pameran perlu dimodifikasi dan

disesuaikan dengan anggaran dana yang tersedia.

13. Konstruksi dan dokumen khusus

Apabila desain akhir pameran telah disetujui, maka proses pembuatan

pameran harus diterjemahkan ke dalam bahasa yang dapat dipahami oleh

pihak kontraktor yang akan membuat pameran (melalui suatu dokumen

khusus). Keterangan khusus mengenai material yang ingin digunakan

harus dicantumkan, misalnya “gunakan material yang ramah lingkungan

atau gunakan material yang berkualitas”.

14. Pembuatan dan pemasangan

Pada umumnya, bagian tersebut merupakan bagian yang paling mahal di

antara bagian lainnya. Tim pembuat pameran harus berperan aktif dalam

mengawasi proses pembuatan dan pemasangan materi pameran. Mereka

juga harus memastikan bahwa materi pameran dibuat sebagaimana bentuk

rancangannya. Dinding, panel, perabotan, serta seluruh materi pameran

ditempatkan dan diatur. Semua objek dan artefak ditempatkan, serta

diberikan pencahayaan yang tepat.

15. Acara pembukaan

Apabila pameran telah siap dibuka untuk pengunjung, maka perlu ditandai

dengan satu atau serangkaian acara pembukaan. Acara pembukaan

merupakan unsur penting dalam proses pembuatan pameran. Selain itu,

acara pembukaan memiliki beberapa tujuan, antara lain adalah untuk

menarik perhatian masyarakat mengenai pameran yang diselenggarakan

museum, mempublikasikan eksistensi museum, mempromosikan program-

program museum, serta menggalang dana bagi kebutuhan museum.

16. Perawatan

Perawatan rutin terhadap seluruh materi pameran bertujuan untuk menjaga

performa materi tersebut. Perawatan dapat dilakukan secara sederhana,

namun berkelanjutan, seperti pembersihan, perawatan audio visual, serta

pemeriksaan terhadap bagian-bagian yang berpotensi rusak dan

memberikan perhatian khusus terhadapnya.

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 54: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

68

17. Evaluasi sumatif

Selama proses pembuatan hingga pembukaan pameran untuk umum, tim

pembuat pameran telah menerapkan serangkaian teori, asumsi, dan konsep

mengenai bentuk interaksi pengunjung terhadap suatu pameran. Pada

proses pembuatan, dilakukan evaluasi bentuk yang bertujuan untuk

menguji asumsi. Namun pada saat pameran telah dibuka untuk umum,

diperlukan suatu metode untuk menentukan apakah asumsi yang selama

ini digunakan adalah benar atau salah. Selain itu, metode tersebut juga

dipakai untuk mengevaluasi reaksi dan pengalaman pengunjung pada saat

menikmati pameran yang telah rampung. Proses evaluasi tersebut

dinamakan evaluasi sumatif. Dengan dilakukannya evaluasi sumatif, maka

dapat diketahui apakah teori penataan dan komunikasi yang digunakan

dalam pameran sudah tepat, sehingga dapat digunakan lagi pada pameran

berikutnya di masa mendatang.

18. Perancangan kembali dan penyesuaian

Berdasarkan hasil evaluasi sumatif, pameran mungkin harus melakukan

penyesuaian dan perancangan kembali apabila terdapat komponen

pameran yang memiliki kesalahan konsep dan fungsi.

19. Proses perancangan kembali dan penyesuaian

Tahap tersebut merupakan proses penerapan perancangan kembali dan

penyesuaian yang telah direncanakan secara matang (McLean, 1993:53-

66).

Hal yang tidak boleh dilupakan dalam penyelenggaraan pameran di

museum adalah peran serta manusia, baik pengunjung ataupun pegawai museum.

Adanya interaksi sosial yang melibatkan berbagai kalangan masyarakat dapat

mengubah keadaan ruang pameran yang statis menjadi ruang publik yang dinamis

(McLean, 1993:21).

Konsep museum dan bentuk penyajian museum adalah satu

kesinambungan yang tidak bisa dilepaskan. Konsep museum merupakan pedoman

dan acuan bagi bentuk penyajian museum, sedangkan bentuk penyajian museum

merupakan realisasi konsep museum di lapangan. Kedua hal itu tentunya harus

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 55: BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI … Universitas Indonesia 15 BAB 2 ... Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, ... terbagi atas sebelas kavling

Universitas Indonesia

69

sesuai dengan jenis museum yang bersangkutan. Dalam pembahasan ini, jenis

museum yang bersangkutan adalah open air museum.

Penyelenggaraan open air museum secara garis besar memiliki prinsip-

prinsip yang sama dengan penyelenggaraan museum pada umumnya, baik dalam

hal merumuskan konsep museum maupun mengadakan pameran. Namun

demikian, terdapat beberapa hal yang membedakan open air museum dengan

museum lainnya. Open air museum menekankan pada keotentikan situs beserta

pelestariannya. Pelestarian merupakan motivasi utama museum, sehingga

pemanfaatan di dalam museum harus didasari oleh hal tersebut. Prinsip-prinsip

yang terkandung di dalam open air museum tentunya akan memberikan pengaruh

terhadap konsep dan bentuk penyajian museum yang bersangkutan.

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008