bab 2 landasan teori 2.1 sistem ... - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2009-2-00615-if...
TRANSCRIPT
7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi Geografis (SIG)
2.1.1 Pengertian Sistem
Menurut O’Brien (2003, p8), sistem adalah sekumpulan komponen yang saling
berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu dengan menerima
masukan dan menghasilkan keluaran melalui proses transformasi yang terorganisasi.
Pendapat O’Brien ini lebih menekankan sistem pada keterkaitan atau hubungan elemen-
elemen sistem dan proses yang terjadi dalam elemen-elemennya untuk memungkinkan
terjadinya suatu keluaran. Sistem menurut O’Brien itu tampak lebih dapat berinteraksi
dengan lingkungannya.
Sedangkan menurut McLeod (2001, p14), sistem adalah kelompok elemen yang
saling terintegrasi dengan maksud yang sama guna mencapai suatu tujuan.
Sistem dapat pula didefinisikan sebagai sekumpulan objek, ide, berikut saling
keterhubungannya (inter-relasi) dalam mencapai tujuan atau sasaran bersama (Prahasta,
2005, p37). Dalam penjabaran lainnya, ia menuliskan beberapa definisi sistem lainnya
yang di dapat dari beberapa sumber. Salah satunya Gordon (1989), yang mendefinisikan
sistem sebagai suatu kumpulan objek yang terangkai dalam interaksi dan saling
ketergantungan yang teratur.
Menurut definisi yang telah telah disebutkan diatas, dapat disimpulkan bahwa
sistem adalah suatu kesatuan objek yang saling berinteraksi guna mencapai suatu sasaran
atau tujuan tertentu.
8
2.1.2 Pengertian Informasi
Menurut Prahasta (2005, p30), disebutkan bahwa pengertian Informasi adalah
data yang ditempatkan pada konteks yang penuh arti oleh penerimanya [John83]. Dalam
penulisannya, ia menuliskan pula beberapa definisi lainnya seperti menurut pustaka
[Its86], disebutkan bahwa informasi adalah makna atau pengertian yang dapat diambil
dari suatu data dengan menggunakan konvensi konvensi yang umum digunakan dalam
representasinya.
2.1.3 Pengertian Sistem Informasi
Sistem informasi pasti dimiliki oleh semua organisasi. Menurut Prahasta (2005,
40), sistem informasi adalah entity (kesatuan) formal yang terdiri dari berbagai
sumberdaya fisik maupun logika.
Sedangkan menurut pustaka [Budihar95], sistem informasi adalah suatu sistem
manusia-mesin yang terpadu untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi
operasi, management, dan pengambilan keputusan dalam organisasi.
2.1.4 Pengertian Sistem Informasi Geografis
Pada umumnya sistem informasi geografis adalah gabungan dari tiga unsur
pokok yaitu sistem, informasi dan geografis. Dengan melihat unsur-unsur pokoknya,
SIG merupakan salah satu sistem informasi dengan tambahan unsur “Geografis” atau
suatu sistem yang menekankan pada unsur “informasi geografis”.
Istilah “Geografis” mengandung pengertian suatu persoalan mengenai bumi:
permukaan dua atau tiga dimensi. Sedangkan, istilah “informasi geografis” mengandung
9
pengertian informasi mengenai tempat tempat yang terletak di permukaan bumi,
pengetahuan mengenai posisi dimana suatu objek terletak di permukaan bumi dan
informasi mengenai atribut yang terdapat di permukaan bumi, dan informasi mengenai
keterangan yang terdapat di permukaan bumi yang posisinya diberikan atau diketahui.
Oleh karena itu, dengan memperhatikan pengertian sistem informasi dan
ditambahkan dengan unsur geografis, SIG merupakan suatu kesatuan formal yang terdiri
dari berbagai sumberdaya fisik dan logika yang berkenaan dengan objek2 yang terdapat
di permukaan bumi. Sehingga, SIG juga merupakan sejenis perangkat lunak yang dapat
digunakan untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan keluaran
informasi geografis berikut atribut-atributnya (Prahasta, 2005, p49).
SIG juga merupakan suatu bidang yang digunakan oleh berbagai disiplin ilmu,
dan berkembang dengan cepat. Sehingga definisi SIG selalu bertambah, dan bervariasi.
Salah satunya disebutkan bahwa SIG adalah sistem yang berbasiskan komputer yang
digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografi. SIG
dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan dan menganalisis objek objek dan
fenomena dimana lokasi geografi merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk
dianalisis. Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang memiliki empat
kemampuan berikut dalam menangani data yang bereferensi geografi:
a. Masukan,
b. Manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data),
c. Analisis dan manipulasi data,
d. Keluaran (Aronaff, 1989).
10
2.1.5 Subsistem Sistem Informasi Geografis Sistem informasi geografis terbagi menjadi beberapa subsistem, yaitu : 1. Data Input
Subsistem ini bertugas mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan
atribut dari berbagai sumber. Subsistem ini juga bertanggung jawab dalam
mengkonversi atau mentransformasikan format-format data-data aslinya ke dalam
format yang dapat digunakan oleh sistem informasi geografis.
2. Data Output
Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian
basis data baik dalam bentuk softcopy maupun dalam bentuk harcopy seperti
tabel, grafik, peta, dan lain-lain.
3. Data Management
Subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun atribut ke dalam
sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, diperbaharui,
maupun diperbaiki.
4. Data Manipulation and Analysis
Subsistem ini menghasilkan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh
sistem informasi geografis. Selain itu, subsistem ini juga melakukan manipulasi
dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.
Berikut adalah contoh dari penjelasan diatas mengenai subsistem SIG (lihat
gambar 2.1). Selain itu, subsistem SIG dapat diperjelas lagi berdasarkan uraian
jenis masukan, proses, dan jenis keluarannya (lihat gambar 2.2).
11
Gambar 2.1 Subsistem-subsistem SIG
12
Gambar 2.2 Uraian Subsistem-subsistem SIG
2.1.6 Komponen Sistem Informasi Geografis
SIG merupakan sistem yang kompleks. Sistem SIG terdiri dari beberapa komponen
berikut [Gistut94]:
1. Perangkat Keras / Hardware
Perangkat keras yang biasanya digunakan dalam aplikasi SIG adalah:
a. CPU
Perangkat ini merupakan bagian dari sitem komputer yang bertindak sebagai
tempat untuk pemrosesan semua instruksi dan program (processor). Selain itu
CPU juga mengendalikan seluruh operasi yang ada di dalam lingkungan
sistem komputer yang bersangkutan.
b. RAM
Digunakan untuk menyimpan (sementara) data dan program yang dimasukkan
melalui input device baik untuk jangka waktu yang panjang maupun pendek.
c. Storage
Digunakan untuk penyimpanan data secara permanen atau semi permanen
(temporary).
d. Input device
Digunakan untuk memasukkan data ke dalam SIG. Yang termasuk dalam
perangkat ini adalah keyboard, mouse, digitizer, scanner, digital camera, dan
sebagainya.
e. Output device
13
Untuk merepresentasikan data dan informasi SIG. Yang termasuk ke dalam
perangkat ini adalah layar monitor, printer, plotter, dan sebagainya.
2. Perangkat Lunak / Software
Pemilihan perangkat lunak SIG bergantung pada sejumpah faktor, tujuan
aplikasi, biaya pembelian dan pemeliharaan, dan sebagainya. WGIAC (wyoming
geographic information advisory council) telah membuat standart umum [Wgiac20]:
a. Sistem Operasi
Berbasiskan UNIX (X Windows) atau Windows (Win95, Win98, WinNT).
b. Model Data Spasial
Raster dan vektor, tetapi dengan prioritas tinggi kepada model data spasial
vektor.
c. Basisdata
Jika menggunakan basisdata relasional, harus sesuai dengan standart SQL.
Jika tidak menggunakan basisdata relasional, maka basisdata tersebut harus
mampu melakukan eksport/import ke dan basisdata relasional (SQL).
3. Data dan informasi geografi
Beberapa pustaka menyebutnya sebagai komponen basisdata. SIG dapat
mengumpulkan dan menyimpan data dan informasi yang diperlukan secara tidak
langsung dengan cara meng-import-nya dari perangkat lunak. Selain itu, SIG dapat
menyimpan data tersebut secara langsung dengan cara mendigitasi data spasial dari
peta dan memasukan data atribut dari tabel secara manual melalui keyboard.
4. Manajemen
Manajemen menurut beberapa pustaka disebut juga sumber daya manusia atau
14
brainware, termasuk pengguna. Suatu proyek SIG akan berhasil jika di-manage
dengan baik dan dikerjakan oleh orang-orang yang ahli pada bidangnya.
2.1.7 Kemampuan Sistem Informasi Geografis
Pada dasarnya, dengan melihat pengertian, definisi, dan cara kerjanya,
kemampuan SIG sudah dapat dikenali. Kemampuan ini pun dapat dinyatakan dengan
fungsi analisis spasial dan atribut yang dilakukan, jawaban , atau solusi yang dapat
diberikan terhadap pertanyaan yang diajukan (Prahasta, 2005, p70).
Secara eksplisit, kemampuan SIG dapat dilihat dari pengertiannya. Kemampuan
SIG dari sudut pandang pengertiannya adalah sebagai berikut:
a. Memasukkan dan mengumpulkan data geografi (spasial dan atribut).
b. Mengintegrasikan data geografi.
c. Memeriksa dan meng-update data geografi.
d. Menyimpan dan memanggil kembali data geografi.
e. Merepresentasikan atau menampilkan data geografi.
f. Mengelola data geografi.
g. Memanipulasi data geografi.
h. Menganalisa data geografi.
i. Menghasilkan keluaran (output) data geografi dalam bentuk-bentuk : peta
tematik (view dan layout), tabel, grafik, laporan, dan lainnya baik dalam
bentuk hardcopy maupun softcopy.
15
Selain itu, kemampuan SIG juga dikenali dari fungsi-fungsi analisis. Secara
umum,terdapat dua jenis fungsi analisis yaitu fungsi analisis spasial dan analisis atribut
(basisdata atribut).
Fungsi analisis atribut terdiri dari operasi dasar sistem pengelolaan basis data
(DBMS) dan perluasannya:
a. Operasi dasar basis data mencakup:
1. Membuat basis data baru (create database).
2. Menghapus basis data (drop database).
3. Membuat tabel basis data (create table).
4. Menghapus tabel basis data (drop table).
5. Mengisi dan menyisipkan data (record) ke dalam tabel (insert).
6. Membaca dan mencari data (field atau record) dari tabel basis data
(seek, find, search, retrieve).
7. Mengubah dan meng-edit data yang terdapat di dalam tabel basis data
(update, edit).
8. Menghapus data dari tabel basis data (delete, zap, pack).
9. Membuat indeks untuk setiap tabel basis data .
b. Perluasan operasi basis data:
1. Membaca dan menulis basis data dalam sistem basis data yang lain
(export dan import).
2. Dapat berkomunikasi dengan sistem basis data yang lain (misalnya
dengan menggunakan driver ODBC).
16
3. Dapat menggunakan bahasa basis data standar SQL (structured query
language).
4. Operasi-operasi atau fungsi analisis lain yang sudah rutin digunakan di
dalam sistem basis data.
Sedangkan fungsi analisis spasial yang dapat dilakukan oleh kemampuan SIG
terdiri dari:
1. Klasifikasi (reclassify)
Fungsi ini mengklasifikasikan suatu data spasial menjadi data spasial baru
dengan menggunakan kriteria tertentu, misalnya dengan menggunakan data
spasial ketinggian permukaan bumi (topografi), akan dapat diturunkan data
spasial kemiringan atau gradien permukaan bumi yang dinyatakan dalam
presentase nilai-nilai kemiringan. Nilai-nilai presentase kemiringan ini dapat
diklasifikasikan hingga menjadi data spasial baru yang dapat digunakan untuk
merancang perencanaan pengembangan suatu wilayah. Contohnya adalah untuk
mendapatkan data spasial kesuburan tanah dari data spasial kesuburan tanah dari
data spasial kadar air atau kedalaman air tanah, dan sebagainya.
2. Jaringan (network)
Fungsi ini merujuk data spasial titik (point) atau garis (line) sebagai suatu
jaringan yang tak terpisahkan. Fungsi ini sering digunakan di bidang-bidang
transportasi dan utility, seperti misalnya aplikasi jaringan kabel listrik,
komunikasi, pipa minyak dan gas, air minum, dan saluran pembuangan). Sebagai
17
contoh, dengan fungsi analisis spasial network, cari seluruh kombinasi jalan-jalan
yang menghubungkan titik awal dan titik akhir. Pada setiap kombinasi, hitung
jarak titik awal dan akhir dengan mengakumulasikan jarak dari jalan-jalan yang
membentuknya. Kemudian pilih jarak terpendek dari kombinasi-kombinasi yang
ada.
3. Overlay
Fungsi ini menghasilkan data spasial baru dari minimal dua data spasial yang
menjadi masukannya. Sebagai contoh, bila untuk menghasilkan wilayah-wilayah
yang sesuai untuk budidaya tanaman tertentu, misalnya padi, dimana data-data
yang diperlukan adalah ketinggian permukaan bumi, kadar air tanah, dan jenis
tanah, maka fungsi analisis spasial overlay akan dikenakan terhadap data-data
spasial tersebut.
4. Buffering
Fungsi ini akan menghasilkan data spasial baru yang berbentuk polygon atau
zone dengan jarak tertentu dari data spasial yang menjadi masukannya. Data
spasial titik akan menghasilkan data spasial baru yang berupa lingkaran-
lingkaran yang mengelilingi titik pusatnya. Untuk data spasial grafis akan
menghasilkan data spasial baru yang berupa polygon yang melingkupi garis-
garis. Demikian pula untuk data spasial polygon, akan menghasilkan data spasial
baru yang berupa polygon yang lebih besar dan konsentris.
5. 3D analysis
Fungsi ini terdiri dari beberapa subfungsi yang berhubungan dengan
presentasi data spasial dalam ruang 3 dimensi. Fungsi analisis spasial ini banyak
18
menggunakan fungsi interpolasi. Sebagai contoh adalah untuk menampilkan data
spasial ketinggian, tataguna tanah, jaringan jalan dan utility dalam bentuk model
3 dimensi.
6. Digital image processing
Fungsi ini dimiliki oleh perangkat SIG yang berbasiskan raster. Karena data
spasial permukaan bumi (citra digital) banyak didapat dari perekaman data satelit
yang berformat raster, maka banyak SIG raster yang juga dilengkapi dengan
fungsi analisis ini.
2.2 Data
2.2.1 Pengertian Data
Data merupakan bahasa, mathematical, dan simbol-simbol pengganti lain yang
disepakati oleh umum dalam menggambarkan objek, manusia, peristiwa, aktifitas,
konsep, dan objek-objek penting lainnya. Singkatnya, data adalah kenyataan apa adanya
(raw facts) (Prahasta, 2005, p30).
Data adalah aliran fakta-fakta kasar yang merepresentasikan kejadian-kejadian
yang terjadi dalam organisasi atau lingkungan fisik sebelum disusun dalam sebuah
bentuk yang dapat dimengerti dan digunakan oleh manusia (Laudon, 2004, p8).
2.2.2 Jenis-jenis Data Pada Sistem Informasi Geografis
Jenis Data yang digunakan dalam sistem informasi geografis adalah data spasial
(peta atau geometris) dan data atribut (keterangan atau non-spasial). Perbedaan diantara
dua jenis data tersebut adalah sebagai berikut :
a. Data atribut
19
Data atribut adalah data yang mendeskripsikan karateristik atau fenomena
yang dikandung pada suatu objek data dalam peta dan tidak mempunyai
hubungan posisi geografis. Contoh : data atribut sebagai sungai berupa
kedalaman, kualitas air, habitat, komposisi kimia, konfigurasi biologis dan
lain sebagainya. Atribut dapat dideskripsikan secara kualitatif dan kuantitatif.
Pada pendeskripsian secara kualitatif , kita mendeskripsikan tipe, klasifikasi,
label suatu objek agar dapat dikenal dan dibedakan dengan objek yang lain,
misalnya : rumah sakit, hotel dan sebagainya. Bila dilakukan secara
kuantitatif, data objek dapat diukur atau dinilai secara skala ordinat atau
tingkatan, interval atau selang dan rasio atau perbandingan dari suatu titik
tertentu. Contohnya : populasi sungai 10 sampai 15 ekor ikan, kadar kimia air
pada sungai tersebut buruk, dan sebagainya.
b. Data spasial
Data spasial adalah data sistem informasi yang terpaut pada suatu dimensi
ruang, dapat digambarkan dengan berbagai komponen data spasial. Data
spasial memiliki beberapa unsur pokok (Paryono, 1994, p7), yaitu :
a. Atribut, merupakan ciri dasar suatu objek yang memberikan nama,
label, dan jenis objek pada peta.
b. Lokasi keruangan, yang berhubungan dengan tempat dan kedudukan
suatu objek dalam ruang tertentu berdasarkan letak objek yang menjadi
patokan. Hubungan antar dua objek yang kemungkinan terjadi adalah :
bagian dari, terdiri dari, terdapat pada, dan batas dari.
c. Posisi geografis, merupakan letak objek dalam peta yang berdasarkan
20
sistem koordinat lintang atau bujur.
d. Waktu, merupakan saat dimana peta/data spasial itu dibuat.
Selain memiliki beberapa unsur pokok, data spasial juga memiliki
beberapa model data yang diklasifikasikan sebagai berikut
(www.ilmukomputer.com) :
1. Model data raster
Model data raster merupakan representasi dari obyek-obyek geografi
yang terekam sehingga dapat dikenali dan diproses oleh komputer.
Model data raster memberikan informasi spasial terhadap permukaan
di bumi dalam bentuk gambaran yang di generalisasi. Representasi dunia
nyata disajikan sebagai elemen matriks atau piksel yang membentuk grid
yang homogen. Pada setiap piksel mewakili setiap obyek yang terekam
dan ditandai dengan nilai-nilai tertentu. Secara konseptual, model data
raster merupakan model data spasial yang paling sederhana.
2. Model data vektor
Model data vektor merupakan model data yang paling banyak
digunakan. Model ini berbasiskan pada titik (point) dengan nilai
koordinat (x,y) untuk membangun objek spasialnya. Objek yang dibangun
terbagi menjadi tiga bagian lagi yaitu berupa titik (point), garis (line), dan
area (polygon).
a. Titik
Titik merupakan representasi grafis yang paling sederhana
untuk suatu objek. Representasi ini tidak memiliki dimensi tetapi
21
dapat diidentifikasi diatas peta dan dapat ditampilkan pada layar
monitor menggunakan simbol-simbol (Prahasta, 2005, p111).
Titik tidak dapat mewakili objek tertentu berdasarkan skala yang
ditentukan, misalnya : sudut-sudut bangunan atau suatu gedung
pada peta yang memiliki skala besar.
b. Garis
Garis adalah bentuk linear yang akan menghubungkan paling
sedikit dua titik dan digunakan untuk merepresentasikan objek
satu dimensi. Batas-batas poligon merupakan garis, demikian
pula jaringan listrik, komunikasi pipa air minum, saluran
pembuangan, dan keperluan lainnya (Prahasta, 2005, p112).
c. Poligon
Poligon digunakan untuk merepresentasikan objek-objek dua
dimensi. Sungai, danau, batas propinsi, batas kota, adalah tipe-
tipe entity yang pada umumnya direpresentasikan sebagai
poligon. Suatu poligon paling sedikit dibatasi oleh tiga garis yang
saling terhubung diantara ketiga titik tersebut (Prahasta, 2005,
p113).
Titik Garis Poligon
Gambar 2.3 Model data vektor
22
2.3 Basisdata
2.3.1 Pengertian Basisdata
Dari sisi sistem, basisdata merupakan kumpulan tabel-tabel atau files yang saling
berelasi. Sementara dari sisi manajemen, basis data dapat dipandang sebagai kumpulan
data-data (file) non-redudant yang saling terkait satu sama lainnya (dinyatakan oleh
atribut-atribut kunci dari tabel-tabelnya/struktur data dan relasi-relasi) di dalam usaha
untuk membentuk bangunan informasi yang penting (enterprise) (Prahasta, 2005, p189).
Ada beberapa pengertian lain dari basisdata yang dikembangkan atas dasar sudut
pandang yang berbeda dan diambil dari pustaka [Fathan99] :
a. Himpunan kelompok data (file/arsip) yang saling berhubungan dan
diorganisasikan sedemikian rupa agar kelak dapat dimanfaatkan kembali
dengan cepat dan mudah.
b. Kumpulan file/tabel/arsip yang saling berhubungan dan disimpan di dalam
media penyimpanan elektronik.
Menurut Connolly dan Begg (2005, p15), basisdata adalah kumpulan-kumpulan
data logis, merupakan deskripsi dari data tersebut, dan dirancang untuk menemukan
serta memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan dari suatu organisasi atau
persusahaan yang bersangkutan.
2.3.2 Data Base Management System (DBMS)
Menurut Connolly dan Begg (2005, p16), DBMS adalah sebuah sistem perangkat
lunak yang memperbolehkan user untuk mendefinisi, membuat, memelihara, dan
mengendalikan akses terhadap sebuah sistem basis data.
23
Menurut Atzeni, Ceri, Paraboschi, dan Torlone (2003, p3) DBMS adalah sebuah
sistem perangkat lunak (software) yang memungkinkan untuk mengelola koleksi-koleksi
data yang besar, terbagi, dan konstan.
Fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh suatu DBMS adalah sebagai berikut
(Connolly dan Begg, 2005, pp16-17) :
1. Pendefinisian suatu basisdata menggunakan Data Definition
Languange (DDL).
2. Penambahan, pengubahan, penghapusan, serta pengambilan
data dari basisdata menggunakan Data Manipulation
Languange (DML).
3. Penyediaan akses yang terkontrol ke basisdata, contohnya
dapat memberikan :
a. Sistem keamanan (security system), mencegah pengguna yang tidak
berhak mengakses basisdata.
b. Sistem integritas (integrity system), memelihara konsistensi data yang
disimpan.
c. Sistem kontrol akses yang bersamaan (concurrency control system),
mengijinkan akses basisdata bersama.
d. Sistem kontrol perbaikan (recovery control system), mengembalikan
basisdata ke kondisi konsisten sebelumnya setelah terjadi kegagalan
perangkat keras atau perangkat lunak.
e. Katalog pengguna (user-accessible catalog), berisi deskripsi data dalam
basisdata.
24
DBMS mempunyai beberapa komponen utama seperti (Connolly dan Begg,
2005, pp18-21) :
a. Perangkat keras (Hardware)
Untuk menjalankan sebuah DBMS dan aplikasi-aplikasi, membutuhkan
perangkat keras. Perangkat keras dapat berupa komputer pribadi, mainframe
tunggal, sampai jaringan komputer.
b. Perangkat lunak (Software)
Komponen perangkat lunak mengandung perangkat lunak DBMS itu
sendiri dan program aplikasi, bersama dengan sistem operasi, termasuk
perangkat lunak jaringan jika DBMS digunakan melalui jaringan.
c. Data
Komponen yang paling penting dari DBMS yaitu data. Data bertindak
sebagai jembatan antara komponen mesin dan komponen manusia. Basisdata
terdiri dari data operasional dan meta-data, data mengenai data sendiri.
Struktur basisdata ini disebut skema.
d. Prosedur
Prosedur menunjuk pada instruksi dan aturan yang mempengaruhi desain
dan kegunaan basisdata. Pengunaan sistem dan staf yang mengatur basisdata
membutuhkan prosedur yang didokumentasikan mengenai bagaimana
menggunakan atau menjalankan sistem.
e. Pengguna
Komponen terakhir adalah pengguna yang dilibatkan dengan sistem.
25
2.3.3 Sistem Basisdata
Menurut Prahasta (2005, p195), pengertian dari sistem basisdata terkadang
bervariasi dan tidak mudah untuk dibedakan dengan pengertian (batas-batasnya) DBMS
di dalam beberapa literatur. Maka dari itu, ia menuliskan beberapa definisi dari beberapa
sumber.
Menurut pustaka [Elmasri20], sistem basisdata merupakan perangkat lunak
DBMS bersama dengan datanya (basisdata), dan terkadang juga mencakup perangkat
lunak aplikasi didalamnya.
Menurut [Freiling82], sistem basisdata merupakan kombinasi perangkat keras dan
perangkat lunak yang memungkinkan dan memudahkan untuk menjalankan satu atau
lebih tugas yang melibatkan penanganan sejumlah besar informasi.
2.3.4 Komponen Sistem Basisdata
Sebagai suatu sistem, sistem basisdata terdiri dari komponen-komponen yang
membentuknya (Prahasta, 2005, p196). Komponen-komponen tersebut adalah :
a. Perangkat keras
b. Pengguna (user)
c. Sistem operasi, bersifat optional (tidak harus ada)
d. Sistem pengelolaan basisdata (DBMS)
e. Program aplikasi lain
f. Basisdata
Komponen perangkat keras yang umum digunakan untuk sistem basisdata meliputi
CPU (processor), memori (RAM), storage (harddisk, disket, CD, dll.), keyboard,
26
monitor, mouse, media pendukung jaringan (jika komputernya merupakan bagian dari
suatu network, maka memerlukan kabel-kabel jaringan beserta card pendukungnya),
beserta pheripherals lainnya.
Komponen pengguna sistem basisdata terbagi ke dalam beberapa kelompok seperti
berikut :
1. Database administrator
Pengguna memiliki kewenangan sebagai pusat pengendali seluruh sistem baik
basisdata maupun program-program yang mengaksesnya.
2. Application programmes
Pengguna ini merupakan para programmer aplikasi yang profesional
berinteraksi dengan sistem melalui pemanggilan DML (data manipulation
language) yang dimasukkan (embedded) ke dalam program yang ditulis dalam
program yang ditulis dalam bahasa pemrograman dasarnya (misalnya, C,
pascal, PL/I, Cobol, dll).
3. Sophisticated users
Pengguna ini berinteraksi dengan sistem tanpa harus menuliskan sendiri
programnya.
4. Specialized users
Pengguna ini termasuk dari sophisticated user yang menuliskan program
aplikasi basisdata yang tidak sesuai dengan framework proses data tradisional.
5. Naive users
Pengguna ini merupakan kebanyakan pengguna yang berinteraksi dengan
27
sistem dengan cara memanggil salah satu program aplikasi yang telah
disediakan.
2.3.5 Model Basisdata Relasional
Sebagai model basisdata yang paling terkenal di dalam DBMS, model relasional
sangat sering dan banyak digunakan di dalam SIG. Beberapa DBMS yang menggunakan
model basisdata relasional adalah:
a. Dbase (*.dbf) -- digunakan oleh ArcView GIS.
b. Dbase (*.dbf) -- digunakan oleh PC Arc/Info dan SIG lain yang berbasiskan
PC.
c. INFO -- digunakan di dalam Arc/Info
d. Oracle -- digunakan oleh Arc/Info, Geovision, dan lainnya.
e. Empress -- digunakan oleh System/9
2.3.5.1 Terminologi di dalam Model Basidata Relasional
1. Relasi
Di dalam konteks model basisdata relasional, istilah tabel dan relasi sering
digunakan secara bergantian dan saling tertukar. Kedua istilah ini mengandung
makna yang sama karena suatu tabel, sebenarnya, juga merepresentasikan relasi
yang ada.
Definisi relasi yang lain adalah setiap baris data (record) memiliki beberapa
atribut (fields). Jangkauan nilai-nilai atributyang mungkin (domain) untuk suatu
field juga didefinisikan.
28
2. Kunci
Kunci sering disebut juga sebagai super key atau key dari suatu relasi adalah
bagian (subset) dari atribut-atribut dengan ciri-ciri berikut:
a. Dapat didefinisikan secara unik: nilai data setiap field kunci tidak ada yang
sama untuk setiap tuple-nya. Atau, dengan kata lain, atribut ini dapat
mengidentifikasi secara unik suatu kejadian tertentu dari suatu entity.
b. Non-redudancy: tidak ada satu atribut-atribut kunci-pun yang dapat
dihapus tanpa merusakkan ke-unikkan atribut kunci.
Atribut yang memiliki ciri-ciri diatas disebut juga candidate key (atribut yang
berpotensi menjadi kunci). Candidate key yang dapat mewakili setiap kejadian
dari suatu entity disebut primary key. Candidate key yang tidak terpilih menjadi
primary key disebut alternate key. Sedangkan foreign key adalah primary key
yang ditempatkan pada tabel-tabel lain untuk menyatakan hubungan antar tabel
yang bersangkutan.
3. Queries
Data definition language (DDL) digunakan untuk menentukan data-data mana
saja yang akan disimpan di dalam basisdata dan menentukan bagaimana data-data
tersebut direalisasikan. Data manipulation language (DML) digunakan untuk
menambah, memanggil kembali, meng-update, dan menghapus data di dalam
DBMS. Query sering diambil sebagai pernyataan (statement) atau sekumpulan
pernyataan baik pada DDL, DML, atau keduanya.
4. Normalisasi
Normalisasi adalah teknik yang digunakan untuk menstrukturkan data sedemikian
29
rupa sehingga mengurangi atau mencegah timbulnya masalah-masalah yang
berhubungan dengan pengolahan basisdata (Prahasta, 2005, p208).
2.3.6 Normalisasi
Menurut Connolly dan Begg (2005, p388), normalisasi merupakan suatu teknik
formal untuk menghasilkan kumpulan hubungan dengan kepemilikan yang dikehendaki,
yang memiliki kebutuhan dari sebuah perusahaan, dan berfungsi untuk menganalisis
relasi berdasarkan primary key (atau candidate key) dan functional dependency.
Tahapan-tahapan normalisasi menurut Connolly dan Begg (2005, pp403-4011),
yaitu :
1. Unnormalized Form, merupakan sebuah tabel yang mengandung satu atau
lebih kelompok perulangan.
2. First Normal Form (1NF), merupakan suatu relasi dimana perpotongan antara
setiap baris dan kolom memiliki tepat satu nilai. Fungsi 1NF adalah untuk :
a. Menghilangkan perulangan (redudansi) dan perhitungan.
b. Memecah data yang redundansi menjadi tabel yang baru.
c. Menentukan primary key.
3. Second Normal Form (2NF), merupakan sebuah relasi di dalam 1NF dan
pada setiap atribut yang non-primary key memiliki ketergantungan
fungsional secara penuh terhadap primary key. Fungsi 2NF adalah untuk
menghilangkan ketergantungan yang bersifat parsial (ketergantungan).
4. Third Normal Form (3NF), merupakan sebuah relasi yang terdapat pada 1NF
dan 2NF dan tidak memiliki atribut yang bukan primary key yang memiliki
30
ketergantungan transitif terhadap primary key. Fungsi 3NF adalah untuk
menghilangkan ketergantungan transitif yang bersangkutan.
2.3.7 Entity-Relationship Modeling
Menurut Connolly dan Begg (2005, p342) Entity-Relationship Modeling (ER
Modeling) adalah pendekatan top-down pada perancangan basisdata, yang dimulai
dengan indetifikasi data yang penting, disebut juga entitas, dan hubungan antar entitas
yang harus direpresentasikan model.
Pada dunia nyata, ER diterjemahkan atau di transformasikan dengan
menggunakan sejumlah perangkat konseptual sehingga menjadi sebuah diagram relasi
antar entity. Komponen utama pembentuk model ER adalah relasi dan entities (Prahasta,
2005, p104).
2.3.7.1 Entity
Entity merupakan individu yang mewakili sesuatu yang nyata eksistensinya dan
dapat dibedakan dengan yang lainnya (Prahasta, 2005, p104). Pengertian dan definisi
mengenai entity telah banyak dituliskan di beberapa pustaka, diantaranya adalah:
1. Suatu objek yang dapat dibedakan dengan objek-objek lainnya berdasarkan
atribut-atributnya [Korth91].
2. Fenomena dunia nyata yang tidak dapat dibagi lagi (elementer atau dasar)
menjadi fenomena yang sama atau sejenis [Bern92].
2.3.7.1.1 Entity types
31
Menurut Connolly dan Begg (2005, p343), tipe entitas adalah kumpulan dari
objek-objek dengan properti yang sama, yang diidentifikasi oleh perusahaan yang
mempunyai eksistensi yang independen.
Menurut Connolly dan Begg (2005, pp354-355), tipe entitas dibedakan menjadi
2, yaitu tipe entitas kuat dan tipe entitas lemah. Tipe entitas kuat adalah tipe entitas yang
keberadaannya tidak bergantung pada entitas yang lain, sedangkan tipe entitas lemah
adalah tipe entitas yang keberadaannya bergantung pada entitas yang lain.
Menurut Silberschatz (2006, p204) ada tiga konsep dasar dalam model data E-R,
yaitu :
1. Entity sets
Entity adalah ”sesuatu” atau ”objek” dalam dunia nyata yang dapat
dibedakan dari objek objek lainnya. Sedangkan entity sets adalah sekelompok
objek dengan property yang sama, atau attributes.
2. Relationship sets
Relationship adalah kaitan (asosiasi) antara beberapa entitas. Sedangkan
relationship sets adalah sekumpulan relationship yang memiliki tipe sama.
3. Attributes
Attributes merupakan properti-properti khusus dari entitas. Setiap
attributes memiliki nilai yang disebut domain. Attributtes dapat
dikelompokkan menjadi :
a. Simple and Composite attributes.
32
Simple attribute maksudnya atribut yang sederhana dan tidak
dapat dibagi-bagikan ke dalam sub-sub bagian atribut lagi, sedangkan
composite attribute masih dapat dibagi-bagikan ke sub-sub atribut.
b. Single-Valued and Multi-valued attributes
Dikatakan single-valued attributes apabila sebuah atribut hanya
memiliki satu nilai, sedangkan multi-valued attributes dapat memiliki
lebih dari satu nilai.
c. Derived attributes
Derived attribute hanya digunakan pada saat diperlukan sehingga
tidak disimpan.
Model E-R merepresentasikan kendala-kendala yang mana isi dari basis data
harus sesuai. Salah satu kendalanya adalah mapping cardinalities, yang menjelaskan
jumlah entitas yang dapat diasosiasikan oleh entitas lain lewat relationship sets.
Mapping cardinalities yang mungkin terdapat dalam binari relationship sets antara
entity sets A dan B adalah :
a. One to One : Sebuah entitas di A hanya dapat diasosiasikan dengan paling banyak
satu entitas di B dan sebaliknya.
b. One to Many : Sebuah entitas di A dapat diasosiasikan dengan nol atau lebih entitas
di B, namun entitas di B hanya dapat diasosiasikan dengan paling banyak satu
entitas di A.
c. Many to One : Sebuah entitas di A hanya dapat diasosiasikan dengan paling banyak
satu entitas di B, namun entitas di B dapat diasosiasikan dengan nol atau lebih
entitas di A.
33
d. Many to Many : Sebuah entitas di A dapat diasosiasikan dengan nol atau lebih
entitas di B, dan sebuah entitas di B dapat diasosiasikan dengan nol atau lebih
entitas di A.
2.3.8 Data Flow Diagram
Menurut Pressman (2000, p305) DFD atau diagram aliran data adalah sebuah
teknik grafis yang menggambarkan aliran informasi dan transformasi yang diaplikasikan
pada saat data bergerak dari input menjadi output. Bentuk dasar dari DFD dapat disebut
juga data flow graph atau bubble chart.
Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p344), Data Flow Diagram
(DFD) merupakan model proses yang digunakan untuk menggambarkan suatu aliran
data melalui sebuah sistem dan tugas atau sebuah proses yang dilakukan oleh sistem.
Simbol-simbol yang terdapat pada DFD :
1. Processes
Tugas yang dikerjakan oleh suatu sistem dalam tanggapan terhadap aliran
data yang masuk atau keadaan. Simbolnya adalah :
2. External Entity
Merupakan entity (orang, unit organisasi, sistem, atau organisasi) yang
berasal dari luar yang berinteraksi dengan sistem. Simbolnya adalah :
3. Data Stores
34
Merupakan data yang tersimpan yang bertujuan untuk kegunaan yang
akan datang, dan dapat digunakan apabila sewaktu-waktu data tersebut
dibutuhkan kembali. Simbolnya adalah :
4. Data Flows
Merupakan tanda yang menggambarkan data yang masuk atau keluar
menuju atau dari suatu proses yang ada. Simbolnya adalah :
Data Flow Diagram dapat menginformasikan kepada user sistem yang berlaku
dan sebagai alat untuk berinteraksi dengan user dalam bentuk representasi.
Tingkatan-tingkatan dalam DFD :
1. Diagram Konteks
Merupakan level tertinggi yang menggambarkan masukkan dan keluaran
dari sistem. Pada diagram konteks hanya terdapat satu proses dan tidak ada data
store.
2. Diagram Nol
Pada diagram nol terdapat data store. Diagram yang tidak rinci pada akhir
nomor diberi tanda *.
3. Diagram Rinci
Merupakan rincian dari diagram nol atau diagram level diatasnya. Proses-
proses pada diagram ini sebaiknya tidak lebih dari 7 atau maksimum 9.
2.3.9 State-Transition Diagram
35
Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p673), State-Transition Diagram
(STD) merupakan suatu alat yang digunakan untuk menggambarkan urutan dan variasi
screens yang dapat terjadi selama satu sesi pengguna. Notasi-notasi yang digunakan
dalam STD yaitu (gambar 2.4):
1. Kotak digunakan untuk menggambarkan State sistem.
2. Anak panah menunjukan arah perubahan state.
3. Kondisi dinyatakan dengan tulisan yang diberi garis bawah.
4. Aksi dinyatakan dengan tulisan tanpa garis bawah. Biasanya terletak di bawah
kondisi.
Gambar 2.4 Notasi yang digunakan dalam STD
2.4 Peta Sistem Informasi Geografis
2.4.1 Pengertian Peta
Peta mempunyai pengaruh besar atas kegiatan manusia. Sekarang ini, kebutuhan
peta menjadi lebih besar dari sebelumnya. Peta mempelihatkan berbagai macam ciri suatu
daerah seperti batas bidang tanah, topografi, jenis tanah dan rute-rute transportasi. Dalam
36
bidang kerekayasaan, lokasi proyek, dan desain fasilitas merupakan sebagian dari
kegunaan peta. (Wirshing, James, 1995, p333)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Peta adalah “Gambar atau lukisan pada
kertas dan sebagainya yang menunjukkan letak tanah, laut,sungai, gunung, dan
sebagainya. Representasi melalui gambar dari suatu daerah yang menyatakan sifat-sifat
seperti batas daerah, sifat permukaan“.
Menurut Rockville, peta adalah suatu representasi konvensional (miniatur) dari
unsur-unsur fisik (alamiah dan buatan manusia) dari sebagian atau keseluruhan
permukaan bumi di atas media bidang datar dengan skala tertentu (Prahasta, 2002, p129).
2.4.2 Tipe Peta
Secara umum, ada dua tipe pokok peta yang digunakan dalam operasi survai :
a. Peta daerah (area map)
Peta daerah biasanya digunakan untuk pengembangan suatu daerah seperti
proyek real estate, tata letak pabrik, tata letak transportasi seperti jalan rel,
jalan, jaringan pipa, dan yang paling penting adalah jalan raya.
b. Peta lajur (strip map)
Peta yang biasanya berbentuk lajur dan biasanya digunakan untuk mencari
lokasi dari lajur a ke lajur b (Wirshing, James, 1995, p333).
2.4.3 Jenis-jenis peta
Jenis-Jenis Peta Peta dapat diklasifikasi menjadi dua jenis, yakni :
1. Peta Umum
Peta umum adalah peta yang manampilkan bentuk fisik permukaan bumi suatu
wilayah. Contoh : Peta jalan dan gedung wilayah DKI Jakarta.
37
2. Peta Khusus
Peta khusus adalah peta yang menampakkan suatu kondisi khusus suatu daerah
tertentu atau keseluruhan daerah bumi. Contohnya adalah peta persebaran hasil
tambang, peta curah hujan, peta pertanian perkebunan, dan lain sebagainya.
2.4.4 Bagian-bagian Peta
Bagian-bagian pokok peta, antara lain :
a. Judul Peta
Judul peta memuat isi peta. Dari judul peta Anda dapat segera
mengetahui data dan daerah mana yang tergambar dalam peta tersebut.
Contoh: 1. Peta penyebaran penduduk pulau Jawa.
2. Peta bentuk muka bumi Asia.
3. Peta Indonesia.
Judul peta merupakan komponen yang sangat penting. Biasanya, sebelum
pembaca memperhatikan isi peta, pasti terlebih dahulu judul yang dibacanya.
Judul peta hendaknya memuat/mencerminkan informasi yang sesuai dengan
isi peta. Selain itu, judul peta jangan sampai menimbulkan penafsiran ganda
pada peta.
Judul peta biasanya diletakkan di bagian tengah atas peta. Tetapi judul
peta dapat juga diletakkan di bagian lain dari peta, asalkan tidak
mengganggu kenampakan dari keseluruhan peta.
b. Garis Astronomis
Garis astronomis berfungsi untuk menentukan lokasi suatu tempat.
Umumnya, garis astronomis dibuat dengan memberi tanda di tepi atau garis
38
tepi dengan menunjukkan angka derajat, menit, dan detiknya tanpa membuat
garis bujur atau lintang.
c. Inset
Inset menunjukkan lokasi daerah yang dipetakan pada kedudukannya
dengan daerah sekitar yang lebih luas. Tujuan memberikan inset pada peta
adalah untuk memperjelas salah satu bagian dari peta untuk menunjukkan
lokasi yang penting, tetapi kurang jelas dalam peta.
d. Garis Tepi Peta
Garis tepi peta sebaiknya dibuat rangkap. Garis tepi peta ini dapat
membantu dalam membuat peta pulau, kota, ataupun wilayah yang tepat
ditengah- tengahnya.
e. Skala Peta
Skala peta merupakan angka yang menunjukkan perbandingan jarak pada
peta dengan jarak sesungguhnya. Penulisan skala diletakkan di bawah judul
peta. Skala merupakan hal penting sebab pengguna peta dapat mengetahui
jarak yang sebenarnya dari perbandingan skala tersebut.
Menurut James R.Wirshing Skala peta diberikan menurut tiga cara, yaitu:
1. Bentuk pecahan atau perbandingan, seperti 1/2000 atau 1:2000.
2. Persamaan, seperti 1 in = 200 ft.
3. Grafik. Sekalipun kertas peta diubah ukurannya, dua skala grafik yang
tegak lurus satu sama lain akan menghasilkan pengukuran yang akurat
dan akan apabila dibuat salinan (copy) yang lebih kecil pun skala yang
dihasilkan tetap memadai.
39
f. Sumber Peta dan Tahun Pembuatan Peta
Sumber peta digunakan sebagai informasi dari mana sumber peta
diperoleh. Tahun pembuatan peta sangat diperlukan terutama untuk peta
dengan data yang mudah berubah, misalnya peta penyebaran penduduk, peta
hasil perkebunan, dan lain-lain.
Gambar 2.5 Sumber Peta dan Tahun Pembuatan Peta
g. Penunjuk Arah/Tanda Orientasi
Petunjuk arah juga penting artinya pada peta. Gunanya untuk
menunjukkan arah Utara, Selatan, Timur dan Barat. Tanda orientasi perlu
dicantumkan pada peta untuk menghindari kekeliruan. Petunjuk arah pada
peta biasanya berbentuk tanda panah yang menunjuk ke arah Utara. Petunjuk
ini diletakkan di bagian mana saja dari peta, asalkan tidak mengganggu
kenampakan peta.
40
Gambar 2.6 Petunjuk arah/tanda orientasi
h. Simbol Peta
Pada peta, Anda juga akan melihat simbol-simbol, gunanya agar
informasi yang disampaikan tidak membingungkan. Simbol-simbol dalam
peta harus memenuhi syarat, sehingga dapat menginformasikan hal-hal yang
digambarkan dengan tepat. Syarat-syarat tersebut adalah: sederhana, mudah
dimengerti dan bersifat umum (seperti disepakati oleh para kartografer).
Macam-macam simbol pada peta adalah:
1. Macam-macam simbol peta berdasarkan bentuknya.
Kalau Anda perhatikan, pada sebuah peta banyak terdapat simbol-
simbol. Berikut ini kita akan pelajari mengenai simbol-simbol
berdasarkan bentuknya.
a) Simbol titik, digunakan untuk menyajikan tempat atau data
posisional, seperti simbol kota, titik trianggulasi (titik ketinggian)
tempat dari permukaan laut.
41
Gambar 2.7 Contoh simbol titik
b) Simbol garis, digunakan untuk menyajikan data geografis seperti
simbol sungai, batas wilayah, jalan, dsb.
Gambar 2.8 Contoh simbol garis
c) Simbol luasan (area), digunakan untukmenunjukkan kenampakan area
seperti: padang pasir, rawa, hutan.
Gambar 2.9 Contoh simbol area
d) Simbol aliran, digunakan untuk menyatakan alur atau gerak.
42
Gambar 2.10 Contoh peta pola pengiriman kopi
Berdasarkan simbol aliran pada gambar 2.10 dapat disimpulkan
bahwa pengiriman kopi terbesar di dunia adalah dari wilayah Afrika
Barat menuju wilayah Eropa.
e) Simbol batang, digunakan untuk menyatakan suatu
harga/dibandingkan dengan harga/nilai lainnya.
Gambar 2.11 Peta tercermin Pada tinggi/ panjang batang.
Berdasarkan simbol batang yang terdapat pada peta dan harga setiap
ruasnya (1 ruas harganya 100.000 ton padi), dapat disimpulkan
43
wilayah propinsi) yang produksi padinya terbanyak adalah
Kalimantan Selatan dan paling sedikit adalah Kalimantan Timur.
f) Simbol lingkaran, digunakan untuk menyatakan kuantitas (jumlah)
dalam bentuk prosentase. Pada simbol lingkaran, luas lingkaran
mencerminkan jumlah data.
Gambar 2.12 Peta dengan simbol lingkaran.
2. Macam-macam simbol peta berdasarkan sifatnya.
Simbol-simbol yang Anda lihat pada peta, ada yang menyatakan
jumlah dan ada yang hanya membedakan. Berdasarkan sifatnya, simbol
peta dibedakan menjadi dua macam yaitu: simbol yang bersifat kualitatif
dan bersifat kuantitatif.
Simbol berdasarkan sifatnya dibagi atas:
a) Simbol yang bersifat kualitatif.
Simbol ini digunakan untuk membedakan persebaran benda yang
digambarkan. Misalnya untuk menggambarkan daerah penyebaran hutan,
jenis tanah, penduduk dan lainnya.
44
Gambar 2.13 Simbol yang bersifat kualitatif
Simbol ini bersifat kualitatif dan digunakan hanya untuk
membedakan daerah A, B, C saja.
b) Simbol yang bersifat kuantitatif. Simbol ini digunakan untuk
membedakan atau menyatakan jumlah.
Gambar 2.14 Simbol yang bersifat kuantitatif
Simbol luasan yang bersifat kuantitatif, untuk membedakan tingkat
kepadatan yang makin tinggi dari A, B, ke C.
45
3) Macam-macam simbol berdasarkan fungsinya.
Penggunaan simbol pada peta tergantung fungsinya, untuk
menggambarkan bentuk-bentuk muka bumi di daratan, di perairan atau
bentuk-bentuk budaya manusia.
Berdasarkan fungsinya simbol peta dapat dibedakan menjadi: simbol
daratan, simbol perairan dan simbol budaya.
a) Simbol daratan, digunakan untuk simbol-simbol permukaan bumi di
daratan.
Gambar 2.15 Simbol daratan
b) Simbol perairan, digunakan untuk simbol-simbol bentuk perairan.
Gambar 2.16 Simbol perairan
c) Simbol budaya, digunakan untuk simbol-simbol, bentuk hasil budaya.
Gambar 2.17 Simbol budaya
46
i. Warna Peta
Warna peta digunakan untuk menggambarkan keadaan objek tertentu,
misalnya: warna biru digunakan untuk melambangkan lautan / perairan, warna
hijau digunakan untuk dataran rendah, warna kuning digunakan untuk dataran
tinggi, warna coklat digunakan untuk pegunungan, warna merah digunakan
untuk bentang hasil budi daya manusia, dan warna putih digunakan untuk
puncak pegunungan salju. Perubahan warna sewaktu-waktu gradual, artinya
warnanya sama tetapi tua mudanya warna berbeda.
Warna berdasarkan sifatnya, ada dua macam yaitu warna bersifat
kualitatif dan bersifat kuantitatif. Di bawah ini contoh warna yang bersifat
kualitatif dan bersifat kuantitatif.
Gambar 2.18 Warna kualitatif
Warna kualitatif penggunaan warna banyak memperlihatkan perbedaan
(Sandi, Esensi, Kartografi, 1976).
Gambar 2.19 Warna kuantitatif
47
Warna kuantitatif. Perbedaan warna untuk memperlihatkan perbedaan
tekanan (gradasi) atau perbedaan besar dan kecil (Sandi, Esensi, Kartografi,
1976).
j. Legenda
Legenda juga merupakan komponen penting pada peta. Karena peta tanpa
legenda.keterangan petanya, sulit untuk dibaca. Jadi agar mudah dibaca dan
ditafsirkan, peta harus dilengkapi dengan legenda/ keterangan. Legenda
menerangkan arti dari simbol-simbol yang terdapat dalam peta.
Legenda biasanya diletakkan di pojok kiri bawah peta. Selain itu legenda
peta dapat juga diletakkan pada bagian lain peta, sepanjang tidak
mengganggu kenampakan peta secara keseluruhan.
Gambar 2.7 Legenda/Keterangan Peta
48
k. Lettering
Merupakan semua tulisan atau angka-angka untuk mempertegas arti dari
simbol-simbol yang ada. Lettering jangan terlalu sering digunakan dan
biasanya ditulis dengan huruf cetak kecil.
l. Penggunaan Tulisan pada Peta
Judul peta harus ditulis dengan huruf cetak besar yang tegak. Tinggi huruf
harus disesusaikan dengan besar peta dan kenampakan di air menggunakan
huruf miring, besar kecilnya berdasarkan strategisnya.
2.5 Base Transceiver Station (BTS)
2.5.1 Pengertian Base Transceiver Station (BTS)
Menurut kamus komputer dan teknologi informasi, Base Transceiver Station
adalah stasiun pemancar dan penerima sinyal komunikasi dari handphone ke perusahaan
operatornya.
Base Transceiver Station adalah perangkat dalam suatu jaringan telekomunikasi
seluler yang berbentuk sebuah tower dengan ketinggian tertentu lengkap dengan antena
pemancar dan penerima serta perangkat telekomunikasi di dalam suatu shelternya.
BTS sangat penting dalam suatu jaringan telekomunikasi, karena
menghubungkan jaringan suatu operator telekomunikasi seluler dengan pelanggannya.
BTS memiliki daerah cakupan yang luasannya tergantung dari kuat lemahnya pancaran
daya dari sinyal yang dikirimkan ke pelanggan. Selain itu, faktor lingkungan dan
49
interferensi dari BTS operator lain juga cukup berpengaruh pada kemapuan BTS dalam
meng-cover daerah yang luas.
BTS memiliki beberapa tipe antena dengan fungsi yang berbeda-beda. Secara
umum dibagi menjadi dua, antena ke arah pelanggan dan antena ke arah BSC atau BTS
lain. Minilink akan memancarkan daya ke arah BSC, BTS lain atau perangkat BTS milik
operator lainnya, terantung posisi dan peran yang dijalankannya dalam suatu jaringan
telekomunikasi seluler (GSM dan 3G). Ukuran dari Minilink dan Pasolink ini akan
tergantung dari kapasitas dan kemampuan dari perangkat itu. Semakin besar kapasitas
bandwidth suatu Minilink/Pasolink maka ukurannya akan menjadi semakin besar juga.
Suatu BTS mampu menampung permintaan panggilan beberapa user tergantung
dari settingan awal dan kepadatan populasi coverage areanya.Biasanya di daerah
perkotan yang padat trafiknya akan digunakan DCS dengan frekuensi 1800 MHz.
2.5.2 Spesifikasi BTS
BTS sendiri sebenarnya terdiri dari tiga bagian utama. Yakni, tower, shelter dan
feeder. Dari ketiga komponen utama itu, towerlah yang paling jelas terlihat. Di bawah
tower, biasanya ada sebuah bangunan yang biasanya berukuran 3 x 3 meter. Inilah yang
disebut shelter. Di dalam terdapat berbagai combiner, module per carrier, core module
(module ini power supply, fan (kipas) pendingin, dan AC / DC converter).
Seluruh perangkat dalam shelter BTS seperti rak-rak besi. Rak besi ini disebut
juga sebagai BTS equipment (BTSE). Untuk mentenagai perangkat tadi rata-rata
diperlukan range antara 500 sampai 1500 watt, tergantung module dan hardware yang
digunakan.
50
BTS hanyalah salah satu bagian dari seluruh rangkaian proses pengiriman sinyal,
yang sebenarnya juga terdiri dari tiga komponen utama. Takni BBS, SSS dan intelligent
network. BTS sendiri termasuk dalam komponen BSS (Base Station Subsystem). Selain
BTS, dalam BSS juga dikenal BSC (Base Station Controler), dimana dalam alur sistem,
beberapa BTS ditangai oleh satu BSC . Pada umumnya satu BSC menangani sekitar 200
BTS.
Untuk mendirikan sebuah Base Transceiver Station diperlukan syarat-syarat dan
ketentuan yang sangat diperhitungkan. Ciri-ciri BTS yang dapat diterapkan dengan baik
adalah sebagai berikut:
a. Tinggi menara antara 15-92 meter, tergantung kepada kondisi lingkungan
daerahnya.
b. Power pancar efektif maksimum 100watt
c. Antena yang digunakan dalam satu cell dapat lebih dari satu (sektorisasi)
d. Pada BTS tersedia combiner untuk menghubungkan beberapa pemancar
pada antena.
e. Antara BTS dengan MSC dihubungkan dengan kabel berkecepatan 2 MBPS
f. BTS hanya menyalurkan informasi dari MS ke MSC atau sebaliknya.
g. Power pancar satu BTS menentukan lebar cakupan sebuah cell.
2.5.2.1 Jenis dan Kelas BTS
BTS juga memiliki pembagian kelas. Seperti untuk penempatan BTS, dibagi
kedalam kelas indoor dan outdoor. BTS indoor mempunyai spesifikasi desain yang
lebih ramping atau simpel, dan relatif lebih awet karena ditempatkan di dalam ruangan.
51
Namun BTS indoor juga memiliki kelemahan pada penempatan ruangan tersendiri yang
harus dilengkapi AC (Air Conditioner) sebagai pendingin. Rentang suhu yang dapat
diterima komponen BTS antara -5 hingga 55 derajat celcius. Umumnya perangkat BTS
ini yang terdapat di dalam shelter dan mall-mall.
Selain itu terdapat BTS outdoor yang mempunyai spesifikasi tidak memerlukan
ruangan khusus. Dapat ditempatkan pada dinding (wall mounted), terowongan, dan
pinggir jalan. Sifatnya yang lebih fleksibel, tapi punya kelemahan desain yang lebih
besar dan berat. Perbedaan biasanya hanya pada rack, tapi isi module-nya hampir sama
dengan BTS indoor.
2.5.2.2 Macam-macam BTS
Cell dalam BTS mempunyai kaitan erat dengan converage (area layanan). Besar
kecilnya cell tentu berpengaruh pada performa jaringan yang diterima oleh pelanggan.
Penyediaan cell pun tidak terlepas dari faktor kontur permukaan bumi. Seperti tanah
lapang, pegunungan dan daerah gedung bertingkat mempunyai pengaruh tersendiri
dalam pemasangan cell BTS. Bentuk-bentuk BTS yang tersedia adalah sebagai berikut:
1. Macro Cell
Bentuk Base Transceiver Station ini adalah yang paling sering kita
jumpai di sekitar kita. Jenis ini yang paling gampang dilihat, sebab
ditempatkan di atas gedung tinggi atau tower dengan ketinggian sekitar 50
meter. Ciri macro cell yakni memiliki transmit power yang lebih tinggi, dan
coverage lebih luas. Umumnya macro cell banyak ditempatkan di daerah
pinggiran kota yang mempunyai kepadatan rendah (low traffic) dan sesuai
bagi pelanggan yang membutuhkan mobilitas tinggi. Jarak jangkauan bisa
52
berbeda antar operator, tergantung desain yang dibutuhkan. Maksimum macro
cell mempunyai jangkauan hingga 35 km, pada realitanya macro cell hanya
beroperasi hingga 20 km saja. Ini disebabkan adanya halangan-halangan yang
mengganggu penetrasi signal.
2. Micro Cell
Cell jenis ini biasanya ditempatkan di pinggiran jalan atau di sela-sela
pojok gedung. Macro cell dirancang bagi komunikasi pelanggan dengan
kepadatan tinggi, namun bermobilitas rendah. Ciri micro cell yakni coverage
nya kecil namun kapasitas besar dengan transmit power yang rendah.
Biasanya antenanya cukup dipasang di plafon atau langit-langit suatu ruangan,
ada juga tanpa antena alias ditempel pada dinding. Micro cell sendiri dibagi ke
dalam micro cell standar, pico cell, dan nano cell. Maksimum micro cell
mempunyai jangkauan antara 300 meter hingga 500 meter dengan ketinggian
rata-rata 10-15 meter.
3. Mobile Cell
Mobile Cell terdiri dari unit kontrol, transceiver dan antena. Unit kontrol
biasanya terdiri dari perangkat telepon, tombol-tombol, indikasi audio/visual
untuk menunjukkan proses penyambungan. Gain antena yang biasa digunakan
oleh Mobile cell rata-rata 2dB dengan power pancar rata-rata 23dBm
(tergantung pada jarak mobile cell terhadap BTS). Pada saat idle, mobile cell
berada pada kanal kontrol BTS. Mobile cell pun dapat merubah-rubah
frekuensi yang digunakan untuk disesuaikan dengan salah satu frekuensi BTS.
53
2.5.3 Frekuensi
Frekuensi sebuah band yang biasa digunakan adalah 800,900 dan 1800 MHZ.
Lebar frekuensi setiap band pada umumnya adalah 25 MHZ. Jumlah kanal/slot tiap cell
antara 10-50 buah tergantung kepadatan traffic cell tersebut. Frekuensi reuse akan
digunakan apabila pita frekuensi yang tersedia terbatas, power transceiver mobile cell
terbatas, dan pelanggan yang banyak dan tersebar. Tetapi dalah hal ini frekuensi reuse
mengalami sedikit kendala. Kendala yang dihadapi dalam frekuensi reuse adalah :
a. Interferensi
b. Akses mobile cell ke BTS
c. Pengaturan lebar cell
d. Pengaturan frekuensi dalam satu cell
e. Pengaturan level transmit BTS