bab 2 landasan teori 2.1.1 sistem informasi akuntansi · pdf file2.1.1 sistem informasi...
TRANSCRIPT
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Sistem Informasi Akuntansi
2.1.1.1 Pengertian Sistem
Sistem adalah sekumpulan elemen yang independen (Gelinas dan Dull, 2008),
saling terorganisasi, saling berinteraksi, dan saling bergantung satu sama lain (Hanif Al
Fatta, 2007), dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses yang
teratur untuk mencapai suatu tujuan (O’Brien, 2006).
Menurut Kusrini dan Koniyo (2007, h.6) sistem mempunyai beberapa
karakteristik atau sifat-sifat tertentu, antara lain:
1. Komponen sistem (Component)
Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, yang saling
bekerja sama membentuk suatu komponen sistem atau bagian-bagian dari sistem.
2. Batasan sistem (Boundary)
Merupakan daerah yang membatasi suatu sistem dengan sistem yang lain untuk
mencapai tujuan dengan sasarannya masing-masing.
3. Subsistem
Bagian-bagian dari sistem yang beraktivitas dan berinteraksi satu sama lain untuk
mencapai tujuan dengan sasarannya masing-masing.
4. Lingkungan luar sistem (Environment)
Suatu sistem yang ada di luar dari batas sistem yang dipengaruhi oleh operasi sistem.
5. Penghubung sistem (Interface)
9
Media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem lain. Adanya penghubung
ini memungkinkan berbagai sumber daya mengalir dari suatu subsistem ke subsistem
lainnya.
6. Masukkan sistem (Input)
Energi yang masuk ke dalam sistem, berupa perawatan dan sinyal. Masukan adalah
energi yang dimasukkan supaya sistem tersebut dapat berinteraksi.
7. Keluaran sistem (Output)
Hasil energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna.
8. Pengolahan sistem (Process)
Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah yang akan mengubah masukkan
menjadi keluaran.
9. Sasaran sistem (Object)
Tujuan yang ingin dicapai oleh sistem, akan dikatakan berhasil apabila mengenai
sasaran atau tujuan.
2.1.1.2 Pengertian Informasi
Informasi adalah data yang telah diubah menjadi konteks yang berarti (O’Brien,
2006), dalam bentuk yang berguna (Gelinas dan Dull, 2008), dan semua keterangan
yang bermanfaat untuk pengambil keputusan manajer dalam rangka mencapai tujuan
organisasi (Gaol, 2008).
Information generation merupakan proses dari kompilasi, pengaturan, dan
penyajian informasi bagi pengguna. Informasi dapat berupa dokumen operasional
seperti sales order, laporan, atau pesan melalui layar komputer (Hall, 2008).
10
Karakteristik informasi yang berguna menurut Hall (2008, p.13-14) adalah
relevance, timelines, accuracy, completeness dan summarization. Penjelasan dari
karakteristik informasi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Relevance (Relevan)
Relevan dapat berarti sesuai dengan hal yang dimaksud atau diperlukan. Oleh karena
itu, isi dari sebuah laporan atau dokumen harus menyajikan suatu tujuan yaitu
memenuhi kebutuhan pengguna informasi. Oleh karena itu, sistem informasi harus
menyajikan data yang relevan dalam laporannya.
b. Timelines (Tepat Waktu)
Informasi yang berguna adalah informasi yang digunakan tepat pada waktunya.
Misalnya, seorang manajer penjualan membuat keputusan setiap harinya untuk
menentukan target dan strategi penjualan sales representative berdasarkan laporan
status penjualan, maka informasi dalam laporan penjualan tidak boleh lebih dari satu
hari.
c. Accuracy (Akurat)
Informasi harus bebas dari kesalahan yang bersifat material. Material dalam hal ini
dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang bersifat penting dan dapat mengakibatkan
perubahan atas pertimbangan seseorang yang meletakkan kepercayaan terhadap
informasi tersebut.
Misalnya, informasi yang terdapat pada nota penjualan, sales order dan bukti
pembayaran harus selalu tepat dan akurat karena berdampak pada pembuatan laporan
periodik untuk pengambilan keputusan manajemen.
d. Completeness (Kelengkapan)
11
Informasi yang disajikan untuk pengambilan keputusan harus lengkap, dalam arti tidak
ada informasi penting yang terlewatkan atau hilang. Sebagai contoh, suatu laporan
harus menyediakan semua perhitungan yang diperlukan dan menyajikan pesan yang
jelas dan tegas (tidak ambigu).
e. Summarization (Keringkasan)
Informasi harus dikumpulkan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Manajer pada tingkat
yang lebih rendah umumnya memerlukan informasi yang rinci sedangkan pada tingkat
manajemen puncak cenderung memerlukan informasi yang ringkas.
2.1.1.3 Pengertian Sistem Informasi
Sistem informasi merupakan seperangkat unsur yang saling terkait (Stair dan
Reynolds, 2009), kombinasi dari orang-orang, perangkat keras, perangkat lunak,
jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah dan
menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi (O’Brien, 2006).
Setiap organisasi harus menyesuaikan sistem informasi dengan kebutuhan
penggunanya. Tentunya tujuan sistem informasi berbeda antara perusahaan satu dengan
perusahaan lainnya. Tujuan pokok dari sistem informasi menurut (Hall, 2008, p.14),
adalah untuk:
- Mendukung fungsi kepengurusan manajemen
- Mendukung pengambilan keputusan manajemen
- Mendukung operasi perusahaan sehari-hari
2.1.1.4 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Sistem informasi akuntansi adalah sebuah sistem yang mengumpulkan,
mencatat, menyimpan, dan memproses data (Sarosa, 2009), mengubah data transaksi
12
bisnis menjadi informasi keuangan yang berguna bagi pemakainya (Kusrini dan
Koniyo, 2007).
Menurut Hall (2008, p.9), sistem informasi akuntansi terdiri dari tiga subsistem
utama, yaitu:
1. Transaction Processing System (TPS), yang mendukung operasi bisnis sehari-
hari dengan berbagai laporan, dokumen, dan pesan untuk pengguna di seluruh
organisasi.
2. General Ledger/Financial Reporting System (GL/FRS), yang menghasilkan
laporan keuangan, seperti: laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas, dan
laporan lainnya yang diperlukan perusahaan.
3. Management Reporting System (MRS), yang menyediakan manajemen internal
laporan keuangan dan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan.
2.1.1.5 Tujuan dan Fungsi dari Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Kusrini dan Koniyo (2007, h.10), dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
sistem informasi akuntansi adalah sebagai berikut:
1. Mendukung operasi sehari-hari.
2. Mendukung pengambilan keputusan manajemen.
3. Memenuhi kewajiban yang berhubungan dengan pertanggungjawaban.
Di dalam organisasi, sistem informasi akuntansi berfungsi untuk:
1. Mengumpulkan dan menyimpan aktivitas yang dilaksanakan di suatu organisasi,
sumber daya yang dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas tersebut dan para pelaku
aktivitas tersebut.
2. Mengubah data menjadi informasi yang berguna bagi manajemen.
13
3. Menyediakan pengendalian yang memadai.
2.1.1.6 Komponen-Komponen Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney dan Steinbart (2009, p.28-29), terdapat enam komponen
sistem informasi akuntansi, yaitu:
1. Orang-orang yang mengoperasikan sistem dan melakukan berbagai fungsi
2. Prosedur dan instruksi, baik manual dan otomatis, termasuk di dalamnya
mengumpulkan, mengolah, dan menyimpan data aktivitas organisasi
3. Data tentang organisasi dan proses bisnis
4. Software yang digunakan untuk memproses data organisasi
5. Infrastruktur teknologi informasi, termasuk komputer, perangkat jaringan,
dan komunikasi yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan,
mengolah, dan mengirimkan data dan informasi
6. Pengendalian internal dan keamanan dalam menjaga data sistem informasi
akuntansi
2.1.2 Sistem Informasi Akuntansi Siklus Pendapatan
Siklus pendapatan terdiri dari semua aktivitas penjualan dan penerimaan kas
(Hall, 2008), berkaitan dengan distribusi barang dan jasa kepada entitas lain serta
pengumpulan pembayaran atas peristiwa tersebut (Bodnar dan Hopwood, 2001).
Menurut Sarosa, (2009, h.18-19), aktivitas yang harus dicatat adalah
penerimaan order dari konsumen, penjualan, dan penerimaan kas. Pengiriman barang
juga harus dicatat bersamaan dengan penjualan. Laporan yang dihasilkan oleh siklus
pendapatan antara lain:
i. Order penjualan
14
ii. Faktur penjualan
iii. Dokumen pengiriman barang
iv. Remittance advices, yaitu pemberitahuan pembayaran tagihan oleh konsumen
v. Ringkasan penerimaan kas
vi. Analisa penjualan
vii. Saldo piutang setiap konsumen
Basis data siklus pendapatan biasanya memiliki tabel data berikut ini:
a. Penerimaan kas
b. Daftar konsumen/ pelanggan
c. Persediaan barang dagangan
d. Penjualan
e. Order penjualan
f. Daftar wiraniaga
Prosedur dalam siklus pendapatan adalah:
a. Pelanggan memesan barang menggunakan dokumen order pembelian yang
diterima oleh fungsi penjualan/pemasaran.
b. Setelah verifikasi dan negoisasi harga, status kredit pelanggan diverifikasi oleh
fungsi kredit. Jika pelanggan baru apakah boleh membeli secara kredit,
sedangkan pelanggan lama apakah batas kreditnya memenuhi. Jika diperlukan
bisa saja batas kredit pelanggan dinaikkan. Pada kasus lain, dapat juga
permintaan pembelian kredit pelanggan ditolak karena riwayat kredit yang
buruk.
15
c. Setelah verifikasi status kredit fungsi penjualan melihat apakah jumlah
persediaan barang memenuhi pesanan pelanggan. Jika tersedia, maka catatan
persediaan diperbaharui dan fungsi gudang diminta menyiapkan barang untuk
dikirim.
d. Jika persediaan tidak mencukupi maka dilakukan prosedur back order. Pada
perusahaan manufaktur, back order menjadi pemicu proses produksi. Pada
perusahaan dagang, back order menjadi pemicu fungsi pembelian untuk
membeli barang yang dibutuhkan kepada pemasok.
e. Barang yang sudah disiapkan oleh fungsi gudang kemudian dikirim oleh fungsi
pengiriman. Perusahaan dapat mengirim sendiri barang pesanan pelanggan atau
memanfaatkan jasa perusahaan pengiriman (outsourcing).
f. Saat barang telah diterima oleh pelanggan, maka fungsi penagihan akan
Smengirimkan faktur kepada pelanggan sebagai tagihan atas piutang pelanggan.
Piutang baru boleh diakui saat pelanggan telah menerima barang.
g. Fungsi piutang mengelolah data piutang pelanggan, termasuk membuat laporan,
memperbaharui buku pembantu piutang, otorisasi pembayaran piutang, dll.
h. Pelanggan membayar piutangnya dengan menggunakan cek atau transfer bank.
2.1.2.1 Definisi Pendapatan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(2009):
i. “Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas
yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, imbalan,
bunga, dividen, royalty dan sewa.” (SAK ETAP 2.22 a)
16
ii. “Pendapatan muncul sebagai akibat dari transaksi atau kejadian berikut:
(a) Penjualan barang (baik diproduksi oleh entitas untuk tujuan produksi atau
dibeli untuk dijual kembali);
(b) Pemberian jasa;
(c) Kontrak konstruksi;
(d) Penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti
atau dividen.” (SAK ETAP 20.1)
2.1.2.2 Definisi Penjualan
Menurut Rangkuti (2009, h.206), penjualan adalah pemindahan hak milik atas
barang atau pemberian jasa yang dilakukan penjual kepada pembeli dengan harga yang
disepakati bersama dengan jumlah yang dibebankan kepada pelanggan dalam penjualan
barang/jasa dalam suatu periode akuntansi.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(2009), “Entitas harus mengakui pendapatan dari suatu penjualan barang jika semua
kondisi berikut terpenuhi:
(a) Entitas telah mengalihkan risiko dan manfaat yang signifikan dari kepemilikan
barang kepada pembeli;
(b) Entitas tidak mempertahankan atau meneruskan baik keterlibatan manajerial sampai
kepada tingkat dimana biasanya diasosiasikan dengan kepemilikan maupun control
efektif atas barang yang terjual;
(c) Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal;
(d) Ada kemungkinan besar manfaat ekonomi yang berhubungan dengan transaksi akan
mengalir masuk ke dalam entitas;
17
(e) Biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan transaksi penjualan dapat diukur
dengan andal.” (SAK ETAP 20.8)
Jadi dapat disimpulkan bahwa penjualan merupakan suatu kegiatan bisnis utama
perusahaan dagang dimana perusahaan menyediakan barang atau jasa untuk pelanggan
dan memperoleh pembayaran (uang) atas barang dan jasa tersebut. Penjualan juga
merupakan sumber pendapatan utama perusahaan bagi kelangsungan bisnisnya.
2.1.2.3 Definisi Piutang Penjualan
Menurut Moyer et al. (2008, p.624), piutang terdiri dari kredit yang diberikan
perusahaan kepada pelanggannya saat menjual barang atau jasa, atau ke perusahaan
lain. Dalam memberikan kredit kepada para pelanggannya, perusahaan harus
melakukan hal berikut:
a. Menetapkan kredit dan kebijakan penagihan
b. Mengevaluasi permohonan kredit pelanggan
Menurut Bodnar dan Hopwood (2001, p.295) piutang merupakan uang yang
terhutang oleh pelanggan untuk barang atau jasa yang dijual. Piutang juga memelihara
kredit pelanggan dan histori informasi pembayaran, yang penting dalam proses bisnis
manajemen pesanan pelanggan.
Jadi dapat disimpulkan piutang adalah kredit yang diberikan kepada pelanggan
pada saat perusahaan menjual barang atau jasa untuk kemudian menerima uang dari
pelanggan atas barang atau jasa yang diberikan tersebut.
2.1.2.4 Pengelolaan Piutang Penjualan
Menurut Royan (2009, h.120-125), beberapa alasan piutang penjualan perlu
dikelola dengan baik, antara lain adanya:
18
1. Ekses menjual produk
2. Strategi penetrasi
3. Ekses risiko
4. Akibat target yang tidak tepat
5. Manipulasi dan korupsi pelanggan
6. Manipulasi dan korupsi oleh karyawan
7. Account Receivable sebagai jantung cash flow distributor
8. Kewajiban menjaga cash flow
9. Meningkatkan laba
2.1.2.5 Definisi Penerimaan Kas
Penerimaan kas adalah sebuah proses mendapatkan atau menerima kas dari
pihak eksternal perusahaan, yang menambah saldo kas perusahaan.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(2009), “Kas adalah kas (cash on hand) dan rekening giro.” (SAK ETAP.171)
Jadi, penerimaan kas disini digunakan sebagai sumber dana bagi perusahaan
untuk membiayai kegiatan perusahaan secara umum. Bentuk dari penerimaan kas atau
uang dapat dibagi atas :
1. Penerimaan dalam bentuk tunai
2. Penerimaan dalam bentuk cek/giro.
2.1.2.6 Aktivitas Bisnis Siklus Pendapatan
Menurut Romney dan Steinbart (2009, p.394-411), terdapat empat aktivitas
bisnis dasar dalam siklus pendapatan antara lain:
1. Entri Pesanan Penjualan
19
Kegiatan siklus pendapatan dimulai dari penerimaan pesanan pelanggan. Proses
penerimaan pesanan terdiri dari tiga tahap diantaranya:
a. Penerimaan pesanan pelanggan
Data pesanan pelanggan dicatat dalam sales order. Sales order berisi sejumlah
informasi mengenai nomor barang, jumlah barang, harga, dan keterangan
penjualan lainnya.
b. Persetujuan kredit
Untuk penjualan secara kredit, batasan kredit harus disetujui terlebih dahulu
sebelum diproses lebih lanjut.
c. Memeriksa ketersediaan persediaan
Menentukan apakah persediaan cukup tersedia untuk memenuhi pesanan,
sehingga dapat diinformasikan mengenai tanggal pengiriman yang diharapkan
pelanggan.
Selain memproses pesanan pelanggan, hal lain yang tidak kalah penting adalah
menanggapi permintaan pelanggan karena kualitas layanan pelanggan yang
disediakan oleh perusahaan dapat menjadi kunci keberhasilan sebuah perusahaan.
2. Pengiriman
Aktivitas dasar kedua dalam siklus pendapatan adalah memenuhi pesanan
pelanggan dan pengiriman barang yang diinginkan. Proses ini terdiri dari dua
langkah:
a. Memilih dan mengepak pesanan
Picking ticket dicetak berdasarkan entri pesanan penjualan yang akan memicu
proses pengiriman barang. Bagian gudang menggunakan picking ticket untuk
20
memilih dan mengidentifikasi jenis dan jumlah produk, untuk kemudian
menghapusnya dari persediaan.
b. Pengiriman Pesanan
Salah satu keputusan besar perusahaan dalam memenuhi pengiriman pesanan
menyangkut pemilihan metode pengiriman. Secara tradisional, banyak
perusahaan yang memiliki dan menggunakan armada truk sendiri untuk
memenuhi pengiriman pesanan. Namun penggunaan jasa pengiriman
(outsourcing) dapat mengurangi biaya dan memungkinkan perusahaan untuk
berkonsentrasi pada kegiatan bisnis utama mereka. Memilih jasa pengiriman
yang tepat dengan cara memantau kinerjanya (misalnya persentase pengiriman
tepat waktu dan klaim kerusakan).
3. Penagihan
Aktivitas utama berikutnya berkaitan dengan penagihan pelanggan. Proses ini
terdiri dari dua tahap yaitu:
a. Pembuatan faktur penjualan dan memperbaharui akun piutang
Penagihan yang akurat dan tepat waktu untuk barang yang dikirim sangatlah
penting. Kegiatan ini merupakan kegiatan pemrosesan informasi yang dikemas
dari informasi pengisian sales order sampai kegiatan pengiriman. Dokumen
yang digunakan untuk menagih adalah faktur penjualan, yang memberitahukan
pelanggan mengenai jumlah yang harus dibayar dan kemana harus mengirim
pembayaran.
b. Memelihara piutang dagang
21
Fungsi piutang dibagi dalam dua tugas utama diantaranya menggunakan
informasi dalam faktur penjualan untuk mendebit akun pelanggan dan secara
berkala mengkredit akun ini ketika pembayaran diterima. Terdapat dua cara
untuk mengendalikan piutang, antara lain:
i. Metode Open Invoice
Pelanggan biasanya membayar sejumlah uang menurut masing-masing faktur
penjualan. Biasanya 2(dua) rangkap invoice yang akan dikirimkan ke pelanggan
dimana satu rangkap dikembalikan jika melakukan pembayaran. Rangkap ini
disebut remittance advice.
ii. Metode Balance Forward
Pelanggan biasanya membayar menurut jumlah yang ada pada laporan bulanan,
dibandingkan menurut faktur penjualan satuan. Laporan bulanan berisi semua
transaksi termasuk penjualan dan pembayaran yang ada selama bulan terakhir
serta menginformasikan jumlah saldo piutang terakhir.
4. Penerimaan Kas
Aktivitas terakhir dalam siklus pendapatan berkaitan dengan penerimaan kas.
Fungsi kasir ialah melaporkan penerimaan, menangani penerimaan uang dari
pelanggan dan menyetorkan uang ke bank.
2.1.3 Penilaian Pemberian Kredit
Menurut Rivai dan Veithzal (2008, h.288-293), tujuan utama dari analisis
permohonan kredit adalah untuk memperoleh keyakinan apakah nasabah mempunyai
kemauan dan kemampuan memenuhi kewajibannya kepada bank secara tertib, baik
pembayaran pokok pinjaman maupun bunganya, sesuai dengan kesepakatan bank.
22
Prinsip-prinsip dasar dalam menganalisis kredit lazim dikenal dengan prinsip 6 C’s,
antara lain:
1. Character
Character adalah keadaan watak/sifat dari nasabah, baik dalam kehidupan
pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Kegunaan dari penilaian terhadap karakter ini
adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana iktikad/kemauan nasabah untuk
memenuhi kewajibannya (willingness to pay) sesuai dengan perjanjian yang telah
ditetapkan.
Sebagai alat untuk memperoleh gambaran tentang karakter dari calon nasabah tersebut,
dapat ditempuh melalui upaya antara lain:
a. meneliti riwayat hidup calon nasabah;
b. meneliti reputasi calon nasabah tersebut di lingkungan usahanya;
c. meminta bank to bank information;
d. mencari informasi kepada asosiasi-asosiasi usaha dimana calon nasabah berada;
e. mencari informasi apakah calon nasabah suka berjudi;
f. mencari informasi apakah calon nasabah memiliki hobi berfoya-foya;
2. Capital
Capital adalah jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah.
Semakin besar modal sendiri dalam perusahaan, tentu semakin tinggi kesungguhan
calon nasabah dalam menjalankan usahanya dan bank akan merasa lebih yakin dalam
memberikan kredit.
3. Capacity
23
Capacity adalah kemampuan yang dimiliki calon nasabah dalam menjalankan
usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Kegunaan dari penilaian ini adalah
untuk mengetahui/mengukur sampai sejauh mana calon nasabah mampu untuk
mengembalikan atau melunasi hutang-hutangnya (ability to pay) secara tepat waktu dari
usaha yang diperolehnya. Pengukuran capacity tersebut dapat dilakukan melalui
berbagai pendekatan berikut ini:
a. Pendekatan historis, yaitu menilai past performance, apakah menunjukkan
perkembangan dari waktu ke waktu.
b. Pendekatan financial, yaitu menilai latar belakang pendidikan para pengurus. Hal ini
sangat penting untuk perusahaan-perusahaan yang menghendaki keahlian teknologi
tinggi atau perusahaan yang memerlukan profesionalisme tinggi seperti rumah sakit,
biro konsultan, dan lain-lain.
c. Pendekatan yuridis, yaitu secara yuridis apakah calon nasbah mempunyai kapasitas
untuk mewakili badan usaha yang diwakilinya untuk mengadakan perjanjian kredit
dengan bank.
d. Pendekatan manajerial, yaitu menilai sejauh mana kemampuan dan keterampilan
nasabah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam memimpin perusahaan
e. Pendekatan teknis, yaitu untuk menilai sejauh mana kemampuan calon nasabah
mengelola faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, sumber bahan baku, peralatan-
peralatan/mesin-mesin, administrasi, dan keuangan, industrial relation sampai pada
kemampuan merebut pasar
4. Collateral
24
Collateral adalah barang-barang yang diserahkan nasabah sebagai agunan
terhadap kredit yang diterimanya. Collateral tersebut harus dinilai oleh bank untuk
mengetahui sejauh mana risiko kewajiban financial nasabah kepada bank. Penilaian
terhadap jaminan ini meliputi jenis, lokasi, bukti pemilikan, dan status hukumnya.
Penilaian terhadap collateral ini dapat ditinjau daru dua segi sebagai berikut.
a. Segi ekonomis, yaitu nilai ekonomis dari barang-barang yang akan digunakan.
b. Segi yuridis, yaitu apakah jaminan tersebut memenuhi syarat-syarat yuridis untuk
dipakai sebagai jaminan.
5. Conditions of Economy
Conditions of Economy, yaitu situasi dan kondisi politik, social, ekonomi,
budaya yang memengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat yang
kemungkinannya memengaruhi kelancaran perusahaan calon debitur. Untuk mendapat
gambaran mengenai hal tersebut, perlu diadakan penelitian mengenai hal-hal antara
lain:
a. keadaan konjungtur;
b. peraturan-peraturan pemerintah;
c. situasi, politik, dan perekonomian dunia;
d. keadaan lain yang memengaruhi pemasaran.
Kondisi ekonomi yang perlu disoroti mencakup hal-hal sebagai berikut:
- Pemasaran : kebutuhan, daya beli masyarakat, luas pasar, perubahan mode, bentuk
persaingan, peranan barang subsitusi, dan lain-lain.
- Teknis produksi : perkembangan teknologi, tersedianya bahan baku, cara penjualan
sistem tunai atau kredit.
25
- Peraturan pemerintah : kemungkinan pengaruhnya terhadap produk yang dihasilkan,
misalnya larangan peredaran jenis obat tertentu.
5. Constraint
Constraint adalah batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan suatu bisnis
untuk dilaksanakan pada tempat tertentu, misalkan pendirian suatu usaha pompa bensin
yang sekitarnya banyak bengkel las atau pembakaran batu bara.
2.1.4 Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009 Tentang
Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1983
Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah pasal 1: “…
23. Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena
Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan penyerahan Jasa
Kena Pajak.
25. Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib
dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Kena Pajak Berwujud,
ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/ atau ekspor Jasa Kena Pajak.
2.1.4.1 Objek Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009 Tentang
Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1983
Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah:
26
“Pasal 4
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas:
a. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha;
b. impor Barang Kena Pajak;
c. penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha;
d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean;
e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
f. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;
g. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;
atau
h. ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.”
2.1.4.2 Tarif Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009 Tentang
Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1983
Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah:
Pasal 7
(1) Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen).
(2) Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas:
a. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
27
b. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud;
c. ekspor Jasa Kena Pajak.
(3) Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diubah menjadi paling
rendah 5% (lima persen) dan paling tinggi 15% (lima belas persen) yang
perubahan tarifnya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
2.1.5 Sistem Pengendalian Internal
2.1.5.1 Definisi Sistem Pengendalian Internal
Menurut Boynton dan Johnson (2006, p.391), berdasarkan COSO, pengendalian
internal adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi entitas, manajemen,
dan personal lainnya, yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai mengenai
pencapaian tujuan dalam kategori sebagai berikut:
a. Keandalan pelaporan keuangan
b. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
c. Efektivitas dan efisiensi operasi
Laporan COSO juga menekankan bahwa konsep dasar yang diwujudkan dari definisi di
atas:
a. Pengendalian internal adalah suatu proses yang terintegrasi dengan, atau
tidak ditambahkannya pada infrastruktur entitas. Ini berarti pengendalian
internal merupakan sarana untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri.
b. Orang menerapkan pengendalian internal, yang berarti bukan hanya sebagai
bentuk panduan kebijakan, tetapi orang-orang di setiap tingkat organisasi
menerapkannya.
28
c. Pengendalian internal diharapkan dapat menyediakan keyakinan memadai,
bukan jaminan mutlak, karena adanya keterbatasan inheren.
d. Pengendalian internal diarahkan untuk pencapaian tujuan dalam hal
pelaporan keuangan, kepatuhan, dan operasi.
2.1.5.2 Komponen Sistem Pengendalian Internal
Menurut Boynton dan Johnson (2006, p.392), berdasarkan COSO, kemungkinan
pengendalian yang berhubungan dengan pencapaian tujuan entitas terdiri dari lima
komponen yang saling terkait dengan pengendalian internal sebagai berikut:
1. Control Environment, mewakili nada yang ditetapkan oleh manajemen suatu
organisasi yang mempengaruhi kesadaran pengendalian dari orang-orangnya. Ini
adalah dasar untuk semua komponen lain dari pengendalian internal, dengan
menyediakan disiplin dan struktur seperti integritas dan nilai etika, komitmen
terhadap kompetensi, dewan direksi dan komite audit, filosofi manajemen dan
gaya operasi, struktur organisasi, penugasan wewenang dan tanggung jawab,
kebijakan dan praktik sumber daya manusia.
2. Risk Assessment adalah identifikasi entitas dan analisis resiko yang relevan
dengan pencapaian tujuan, membentuk dasar untuk menentukan bagaimana
resiko harus dikelola.
3. Control Activities adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin
bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Control Activities terdiri dari:
a. Authorization Controls, memastikan bahwa hanya transaksi yang valid yang
akan diproses.
29
b. Segregation of Duties melibatkan pemberian tanggung jawab untuk
mengotorisasi, mengeksekusi, mencatat transaksi dan memelihara assets
pada karyawan yang berbeda.
c. Information Processing Controls, meliputi:
I. General Controls adalah pengendalian terhadap operasi dan organisasi,
dokumentasi dan pengembangan sistem, akses, serta prosedur dan data.
II. Computer Application Controls, berhubungan dengan aplikasi sistem
informasi akuntansi yang meliputi input controls, processing controls,
dan output controls.
i. Input controls adalah pengendalian terhadap program yang
dirancang untuk mendeteksi atau melaporkan kesalahan dalam
input data untuk pengolahan.
ii. Processing controls dirancang untuk memberikan keyakinan
memadai bahwa pemrosesan komputer telah dilakukan dan
ditujukan untuk aplikasi tertentu.
iii. Output control dirancang untuk memastikan bahwa hasil
pengolahan benar dan hanya personel yang berwenang menerima
input.
III. Controls over the Financial Reporting Process
4. Information and Communication adalah identifikasi, penangkapan, dan
pertukaran informasi dalam bentuk dan kerangka waktu yang memungkinkan
orang untuk melaksanakan tanggung jawab mereka.
30
5. Monitoring adalah proses yang menilai kualitas kinerja pengendalian internal
dari waktu ke waktu.
2.1.5.3 Prinsip Control Activities pada Transaksi Penerimaan Kas
Menurut Kieso et al. (2011, p.309), prinsip pengendalian internal yang harus
diterapkan pada transaksi penerimaan kas, antara lain:
a. Establishment of Responsibilty, hanya personil yang ditunjuk yang
berwenang untuk menangani penerimaan kas, seperti: kasir.
b. Segregation of Duties, adanya pemisahan tugas antara individu yang
menerima kas, mencatat penerimaan kas, dan yang menyimpan kas.
c. Documentation Procedures, menggunakan remittance advice, cash register
tapes, dan slip setoran.
d. Physical Controls, menyimpan uang tunai dalam lemari besi (brankas).
e. Independent Internal Verification, supervisor menghitung penerimaan kas
harian dan bendahara membandingkan total deposito bank harian.
f. Human Resource Controls, adanya ikatan/kontrak dengan karyawan yang
menangani kas
2.1.6 Flowchart
Sistem flowchart adalah representasi grafis dari hubungan fisik antara elemen-
elemen kunci dari sistem. Elemen-elemen ini dapat mencakup departemen organisasi,
kegiatan manual, program komputer, hardcopy catatan akuntansi (dokumen, jurnal,
buku besar, dan file), dan merekam digital records (file referensi, file transaksi, file
arsip, dan file master) (Hall, 2008), yang menggunakan simbol-simbol standar, garis
31
aliran interkoneksi, dan penjelasan yang menggambarkan langkah-langkah yang terlibat
dalam pengolahan informasi melalui sistem akuntansi (Boynton dan Johnson, 2006).
2.1.7 Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek (OOAD)
2.1.7.1 Pengertian Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek (OOAD)
Menurut Mathiassen et al. (2000, p.4), analisis identitas objek mengungkapkan
bagaimana pengguna membedakannya dari objek lain di dalam hubungan. Sedangkan,
desain identitas objek mengungkapkan bagaimana objek dapat saling mengenal di
dalam sistem sehingga dapat saling mengakses satu sama lain.
Menurut Mathiassen et al. (2000, p.4), perancangan berorientasi objek terbagi
dalam empat aktivitas utama, yaitu problem domain analysis, application domain
analysis, architectural design, dan component design.
Gambar 2.1 Aktivitas utama Object Oriented Analysis and Design Sumber: Mathiassen et al. (2000, p.15)
32
2.1.7.2 Prinsip Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek
Menurut Mathiassen (2000, p.18), analisis dan perancangan berorientasi objek
dibangun berdasarkan empat prinsip umum, yaitu:
1. Pemodelan konteks (Model the Context)
Sistem yang bermanfaat harus sesuai dengan konteks mereka karena itu penting
menggunakan model application domain dan problem domain selama
menganalisis dan mendesain sistem.
2. Penekanan pada Arsitektur (Emphasize the Architecture)
Memahami arsitektur penting untuk memfasilitasi kolaborasi antara desainer dan
programmer. Sebuah arsitektur yang fleksibel membuat sistem lebih mudah
dimodifikasi dan diperbaiki.
3. Penggunaan kembali Pola–Pola (Reuse Patterns)
Membangun ide-ide produk yang bagus dan komponen-komponen yang sudah
diuji meningkatkan kualitas sistem dan proses pengembangan produktivitas.
4. Penyesuaian Metode (Tailor the Method)
Setiap upaya pengembangan produk memiliki tantangan yang unik/berbeda.
Analisis dan perancangan berorientasi objek harus disesuaikan dengan
kebutuhan spesifik dari analisis dan situasi desain yang diberikan.
2.1.7.3 Describe the Situation and System Definition
Menurut Mathiassen et al. (2000, p.24), system definition merupakan suatu
uraian ringkas dari suatu sistem terkomputerisasi yang dinyatakan dalam bahasa alami.
33
Rich Picture
Menurut Mathiassen et al. (2000, p.26), rich picture adalah sebuah gambaran
informal yang menyajikan pemahaman ilustrator dari situasi yang sedang berlangsung
dan berfokus pada aspek penting dari situasi tersebut. Rich picture dibuat untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih luas dari sebuah situasi.
Dalam proses pembuatan rich picture, sangat penting berinteraksi dengan
beberapa orang di dalam organisasi untuk mengetahui tentang apa yang terjadi atau
harus terjadi untuk memahami proses bisnis organisasi. Rich picture juga membantu
pengembang sistem untuk mengembangkan pemahaman mereka di dalam
mendefinisikan kebutuhan sistem.
Kriteria FACTOR
Kriteria FACTOR digunakan untuk mendukung pengembangan system
definition dan mempertimbangkan bagaimana masing-masing elemen faktor harus
dirumuskan dengan hati-hati. Selain itu, untuk memulai system definition dengan
menggambarkan sistem dan menggunakan kriteria FACTOR untuk melihat bagaimana
sistem memenuhi definisi masing-masing faktor.
Menurut Mathiassen et al. (2000, p.39), kriteria FACTOR terdiri dari enam
elemen, yaitu:
a. Functionality: fungsi sistem yang mendukung tugas aplikasi domain
b. Application Domain: bagian dari suatu organisasi yang mengelola,
memantau, atau mengendalikan problem domain.
c. Conditions: dengan kondisi yang bagaimana sistem akan dikembangkan dan
digunakan.
34
d. Technology: semua teknologi yang digunakan untuk mengembangkan dan
menjalankan sistem.
e. Objects: objek utama dalam problem domain.
f. Responsibility: tanggung jawab sistem secara keseluruhan dalam kaitannya
dengan konteks.
2.1.7.4 Unified Modelling Language (UML)
Unified modelling language (UML) merupakan suatu set standar konstruksi
model dan notasi yang dikembangkan secara khusus untuk pengembangan berorientasi
objek (Satzinger, 2005), untuk struktur proses pembangunan dan penyatuan serangkaian
prosedur dan filosofi (Bennett, 2006), yang harus berfungsi sebagai model yang lebih
didorong notasi dalam rangka membuat diagram lebih mudah dibaca (Bell, 2004).
2.1.7.5 Analisis Problem Domain
Menurut Mathiassen et al. (2000, p.45), problem domain adalah bagian dari
konteks yang diadministrasikan, diawasi, atau dikendalikan oleh sistem. Dalam analisis
problem domain terdapat tiga aktivitas, yaitu:
- Mencari elemen dari problem domain, yaitu: objects, classes, dan events.
- Buat model berdasarkan hubungan struktural antara class dan objects yang
dipilih.
- Interaksi antara objects dan class serta behavior dari object dan class.
35
Gambar 2.2 Aktivitas dalam pemodelan problem domain Sumber: Mathiassen et al. (2000, p.46)
Object
Objek adalah suatu entitas dengan identitas, keadaan (state), perilaku
(Mathiassen et al., 2000), pada problem domain yang mencerminkan kemampuan
sistem untuk menyimpan informasi, berinteraksi satu sama lain atau kedua-duanya
(Bennett, 2006).
Secara umum, objek dijelaskan dalam hal class, bukan secara individual,
misalnya class pelanggan bukan berisi objek pelanggan secara spesifik tetapi class yang
sama juga akan berisi banyak pelanggan lainnya yang masing-masing memiliki
identitas, keadaan (state), perilaku yang unik. Dengan demikian, objek adalah sebuah
entitas yang memiliki identitas, keadaan (state), perilaku masing-masing.
Classes
Class merupakan deskripsi dari kumpulan objek yang memiliki struktur, pola
behaviour dan atribut yang sama (Mathiassen et al., 2000), menunjukkan bagaimana
entitas yang berbeda (orang, benda, dan data) berhubungan satu sama lain (Bell, 2003).
36
Kegiatan class merupakan kegiatan pertama dalam analisis problem domain.
Kegiatan class ini dimulai dengan mencari kandidat untuk class dan event kemudian
mengevaluasi dan memilihnya secara sistematis untuk menghasilkan event table.
Dengan kata lain, class menunjukkan struktur statis dari sistem.
Structure
Menurut Mathiassen et al. (2000, p.69) kegiatan ini bertujuan untuk menjelaskan
hubungan struktural antara kelas-kelas dan objek-objek pada problem domain. Kegiatan
Structure merupakan kegiatan kedua dalam analisis problem domain. Kegiatan
Structure ini dimulai dengan class dan event pada event table lalu menentukan stuktur
object dan class, kemudian menghubungkan antar class untuk menghasilkan class
diagram.
Ada dua tipe hubungan struktural dimana keduanya dibagi ke dalam dua bagian,
yaitu:
1. Class structure, meliputi:
a. Generalization adalah suatu kelas yang umum (kelas super) yang menggambarkan
properti umum untuk suatu grup yang memiliki kelas khusus (sub kelas).
b. Cluster adalah suatu koleksi dari kelas yang berhubungan.
2. Object structure, meliputi:
a. Aggregation : adalah suatu objek superior (keseluruhan) yang berisi jumlah dari
objek atau bagiannya.
b. Association : adalah hubungan yang berarti antar sejumlah objek.
37
Behaviour
Menurut Mathiassen et al. (2000, p.89), kegiatan ini bertujuan untuk model
dinamis pada problem domain. Tugas utama dalam kegiatan ini adalah menggambarkan
pola perilaku (behaviour pattern) dan atribut dari setiap kelas. Hasil dari kegiatan ini
adalah statechart diagram.
stm Bagian Keuangan
Active
/menilai
/menyetorkan
/menilai
Gambar 2.3 Contoh Statechart
Konsep dari behavior terdiri dari:
a. Event trace: urutan peristiwa yang melibatkan objek tertentu.
b. Behavioral pattern: deskripsi dari peristiwa yang mungkin untuk semua
objek dalam kelas.
Ada 3 notasi dalam behavioral pattern, yaitu:
• Sequence, dimana event muncul satu per satu secara berurutan.
• Selection, dimana terjadi pemilihan satu event dari sekumpulan event
yang muncul.
• Iteration, dimana sebuah event muncul sebanyak nol atau beberapa kali.
c. Attribute: deskriptif sifat dari sebuah class atau peristiwa.
38
Sequence
Sequence diagram merupakan diagram yang baik untuk digunakan sebagai
dokumen persyaratan sistem dan sangat berguna karena menunjukkan logika interaksi
antara objek dalam sistem pada urutan waktu saat interaksi berlangsung (Bell, 2004),
yang melengkapi class diagram, untuk menjelaskan situasi yang umum dan statis
(Mathiassen, 2000), dan digunakan untuk memodelkan perilaku dinamis dari sebuah use
case yang dapat dilihat sebagai specification of use case (Bennett, 2006).
Semua jenis interaction diagrams harus diberikan frame untuk menjelaskan
bagaimana mereka digabungkan. Setiap sequence diagram harus diberikan frame yang
memiliki heading dengan menggunakan notasi sd yang merupakan kependekan dari
sequence diagram (Bennett, 2006), elemen notasi disebut juga frame. Elemen frame
digunakan sebagai dasar bagi banyak elemen lain dalam diagram UML (Bell, 2004).
Berikut beberapa notasi penulisan heading pada setiap frame yang terdapat
dalam sequence diagram, yaitu:
Tabel 2.1 Tipe Interaction Operator yang Dapat Digunakan dengan Combined Fragments Interaction Operator
Penjelasan
alt Notasi alt merupakan kependekan dari alternatives yang menyatakan bahwa terdapat beberapa buah alternatif jalur eksekusi untuk dijalankan.
opt Notasi opt merupakan kependekan dari optinal dimana frame yang memiliki heading ini, memiliki status pilihan yang akan dijalankan jika syarat tertentu dipenuhi.
loop Notasi loop menyatakan bahwa operation yang terdapat dalam frame tersebut dijalankan secar berulang selama kondisi tertentu
break Notasi break mengindikasikan bahwa semua operation
39
yang berada setelah frame tersebut tidak dijalankan. par Notasi par merupakan kependekan dari parallel yang
mengindikasikan bahwa operation dalam frame tersebut dijalankan secara bersamaan.
seq Notasi seq merupakan kependekan dari weak sequencing yang berarti operation yang berasal dari lifeline yang berbeda dapat terjadi pada urutan manapun.
strict Notasi strict merupakan kependekan dari strict sequencing yang menyatakan bahwa operation harus dilakukan secara berurutan.
neg Notasi neg merupakan kependekan dari negative yang mendeskripsikan operasi yang tidak valid.
critical Notasi critical mengindikasikan bahwa operasi-operasi yang terdapat didalamnya tidak memiliki sela yang kosong.
ignore Notasi ignore mengindikasikan bahwa tipe pesan atau parameter yang dikirimkan dapat diabaikan dalam interaksi.
consider Notasi consider menyatakan pesan mana yang harus dipertimbangkan dalam interaksi
assert Notasi assert merupakan kependekan dari assertion yang menyatakan urutan pesan yang valid.
ref Notasi ref merupakan kependekan dari refer yang menyatakan bahwa frame mereferensikan operation yang terdapat di dalamnya pada sebuah sequence diagram tertentu.
Sumber: Bennet et al. (2006, p. 270) 2.1.7.6 Analisis Application Domain
Menurut Mathiassen et al. (2000, p.115), application domain adalah bagian dari
suatu organisasi yang mengelola, memantau, atau mengendalikan problem domain.
Application domain bertujuan untuk menentukan persyaratan penggunaan suatu sistem.
Prinsip dari analisis application domain, yaitu:
a. Menentukan application domain dengan use case.
b. Kolaborasi dengan user
Dalam analisis application domain terdapat tiga aktivitas, yaitu:
40
Gambar 2.4 Aktivitas utama di dalam analisis application domain Sumber: Mathiassen et al. (2000, p.117) Usage
Use case menggambarkan suatu unit fungsionalitas yang disediakan oleh sistem
(Bell, 2003), dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengguna (Miles dan
Hamilton, 2006), yang bertujuan untuk menentukan bagaimana aktor berinteraksi
dengan sistem (Mathiassen, 2000). Konsep utama dari usage, terdiri dari:
a. Actor: abstraksi dari user atau sistem lain yang berinteraksi dengan target
sistem.
b. Use case: pola interaksi antara sistem dan aktor di dalam application
domain.
41
uc Use Case Mo...
Bagian Administrasi Penjualan
Membuat Sales Order
Membuat Surat Perintah Kerja
Mendata Barang
Mendata Pelanggan
Gambar 2.5 Contoh Use Case Diagram
Funtions
Menurut Mathiassen (2000, p.137), functions bertujuan untuk menentukan
kemampuan pemrosesan informasi pada sistem. Selain itu, functions juga merupakan
fasilitas untuk membuat model yang berguna untuk aktor. Terdapat empat tipe dari
functions, yaitu:
a. Update functions, merupakan fungsi yang diaktifkan oleh event dari problem
domain dan menghasilkan perubahan dalam state dari model tersebut.
b. Signal functions, merupakan fungsi yang diaktifkan oleh perubahan state
dari model yang dapat menghasilkan reaksi pada konteks.
c. Read functions, merupakan fungsi yang diaktifkan oleh kebutuhan informasi
dalam pekerjaan actor dan mengakibatkan sistem menampilkan bagian yang
berhubungan dengan model.
42
d. Compute functions, merupakan fungsi yang diaktifkan oleh kebutuhan
informasi dalam pekerjaan actor dan berisi perhitungan yang melibatkan
informasi yang disediakan oleh actor atau model, hasilnya adalah sebuah
tampilan dari hasil perhitungan tesebut.
Interfaces
Menurut Mathiassen (2000, p.151), interfaces merupakan fasilitas yang
membuat suatu model sistem dapat berinteraksi dengan aktor. Selain itu, bertujuan
untuk menentukan antarmuka suatu sistem. Ada dua jenis interface, yaitu: user
interface, yang menghubungkan aktor dengan sistem dan system interface, yang
menghubungkan sistem dengan sistem lain seperti sistem monitoring dan pengendalian.
2.1.7.7 Architectural Design
Menurut Mathiassen et al. (2000, p.173), tujuan dari architectural design adalah
untuk menstrukturkan sebuah sistem yang terkomputerisasi. Prinsip-prinsip yang
digunakan adalah mendefenisikan dan memprioritaskan kriteria, menghubungkan
kriteria dengan technical platform, mengevaluasi perancangan sejak awal. Hasil yang
diperoleh berupa struktur bagi komponen-komponen dan proses-proses sistem.
Aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam architectural design, yaitu:
Gambar 2.6 Aktivitas dalam Architectural Design Sumber: Mathiassen et al. (2000, p.176)
43
Criteria
Menurut Mathiassen et al. (2000, p.177), konsep dari kriteria adalah sebuah
properti yang disukai dari arsitektur. Tujuannya adalah untuk menetapkan prioritas
desain.
Untuk menciptakan sebuah desain yang baik diperlukan pertimbangan mengenai
bagaimana arsitektur dipengaruhi oleh kemungkinan penggabungan pola-pola umum
dari komponen yang ada. Kondisi-kondisi yang perlu dipertimbangkan tersebut menurut
Mathiassen et al. (2000, p.184), adalah sebagai berikut :
1. Technical, yang terdiri dari pertimbangan: penggunaan hardware, software dan
sistem lain yang telah dimiliki dan dikembangkan; pengaruh kemungkinan
penggabungan pola-pola umum dan komponen yang telah ada terhadap arsitektur
atau kemungkinan pembelian komponen standar.
2. Organizational, yang terdiri dari pertimbangan: perjanjian kontrak, rencana untuk
pengembangan lanjutan, pembagian kerja antara pengembang.
3. Human, yang terdiri dari pertimbangan: keahlian dan pengalaman orang yang
terlibat dalam kegiatan pengembangan dengan sistem yang serupa dan dengan
platform teknis yang akan didesain.
Menurut Mathiassen et al. (2000, p.186), prinsip-prinsip dalam menentukan
kriteria desain dalam proyek pengembangan sistem, antara lain:
1. Desain yang baik tidak memiliki kelemahan utama
Adanya kelemahan utama dapat menggagalkan sebuah desain. Sebuah desain
yang baik berusaha untuk mencapai sifat yang baik dan menghindari sifat yang
buruk.
44
2. Desain yang baik memenuhi beberapa kriteria secara seimbang
Karena ada kriteria yang dapat bertentangan, memprioritaskan semua kriteria
adalah penting. Oleh sebab itu untuk menentukan kriteria mana yang akan
diutamakan dan bagaimana cara untuk menyeimbangkan dengan kriteria-kriteria
yang lain bergantung pada situasi sistem tertentu.
3. Desain yang baik dapat digunakan, fleksibel, dan dapat dipahami
Kegunaan sistem ditentukan oleh kualitas teknis antara sistem dan penerapannya
untuk membantu pekerjaan user. Fleksibilitas dari sistem yang mudah
digunakan membantu merancang dan implementasi sistem.
Kriteri-kriteria ini bersifat universal dan digunakan pada hampir setiap proyek
pengembangan sistem.
Tabel 2.2 Kriteria Umum Criterion Ukuran dari
Usable Kemampuan sistem untuk menyesuaikan diri dengan konteks, organisasi yang berhubungan dengan pekerjaan dan teknis
Secure Ukuran keamanan sistem dalam menghadapi akses yang tidak terotorisasi terhadap data dan fasilitas
Efficient Eksploitasi ekonomis terhadap fasilitas platform teknis Correct Pemenuhan dari kebutuhan Reliable Pemenuhan ketepatan yang dibutuhkan untuk melaksanakan fungsi Maintainable Biaya untuk menemukan dan memperbaiki kerusakan sistem Testable Biaya untuk memastikan bahwa sistem yang dibentuk dapat
melaksanakan fungsi yang diinginkan Flexible Biaya untuk mengubah sistem yang dibentuk Comprehensible Usaha yang diperlukan untuk mendapatkan pemahaman terhadap
sistem Reusable Kemungkinan untuk menggunakan bagian sistem pada sistem lain
yang berhubungan Portabel Biaya untuk memindahkan sistem ke platform teknis yang berbeda Interoperable Biaya untuk menggabungkan sistem ke sistem yang lain Sumber Mathiassen et al.(2000,p.178)
45
Component Architecture
Menurut Mathiassen et al. (2000, p.190), component architecture merupakan
suatu struktur sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan.
Component architecture membuat sistem lebih mudah untuk dimengerti,
menyederhanakan desain, dan mencerminkan kestabilan sistem. Hal ini dikarenakan
komponen merupakan subsistem dari sebuah sistem.
Menurut Mathiassen et al. (2000,p.193), Pola umum dalam desain komponen
arsitektur adalah sebagai berikut :
1. Layered-architecture pattern
Sebuah arsitektur layered terdiri dari beberapa komponen yang dibentuk
menjadi lapisan-lapisan dimana lapisan yang berada di atas bergantung ke pada
lapisan yang ada di bawahnya. Perubahan yang terjadi pada suatu lapisan akan
mempengaruhi lapisan yang di atasnya.
Gambar 2.7 Layered Architecture Pattern Sumber: Mathiassen et al. (2000, p.193)
46
2. Generic-architecture pattern
Pola ini digunakan untuk merinci sistem dasar yang terdiri dari komponen
interface, function, dan model. Di mana komponen model terletak pada lapisan
yang paling bawah, kemudian dilanjutkan dengan function layer dan paling
atasnya komponen interface.
Gambar 2.8 Generic Architecture Pattern Sumber: Mathiassen et al. (2000, p.196)
3. Client-server architecture pattern
Pola ini awalnya dikembangkan untuk mengatasi masalah sistem yang
terdistribusi di antara beberapa prosesor yang tersebar secara geografis.
Komponen pada arsitektur ini adalah sebuah server dan beberapa client.
Tanggung jawab daripada server adalah untuk menyediakan database dan
resource yang dapat disebarkan terhadap client melalui jaringan. Sementara
Client memiliki tanggung jawab untuk menyediakan interface lokal untuk setiap
user-nya. Identifikasi komponen, di dalam perancangan sistem atau subsistem,
pada umumnya dimulai dengan layer architerture dan client server
47
architercture di mana keduanya merupakan dua layer yang berbeda, tetapi
saling melengkapi.
Gambar 2.9 Client-Server Architecture Pattern Sumber: Mathiassen et al. (2000, p.197) Menurut Mathiassen et al. (2000, p.200), berikut adalah beberapa jenis distribusi
dalam arsitektur client-server.
Tabel 2.3 Jenis Arsitektur Client-Server Client Server Architercture U U+F+M Distributed Presentation U F+M Local Presentation U+F F+M Distributed Functionality U+F M Centralized Data U+F+M M Distributed Data Sumber Mathiassen et al. (2000, p.200) Process Architecture
Process architecture menurut Mathiassen et al. (2000, p209) merupakan struktur
dari eksekusi sistem yang terdiri dari proses-proses yang saling bergantung. Hasilnya
berupa sebuah deployment diagram.
Tiga jenis pola distribusi menurut Mathiassen et al. (2000, p215), yaitu sebagai
berikut :
1. Centralized Pattern
48
Pola ini menyimpan semua data pada server pusat dan user hanya bisa melihat
user interface saja. Keuntungannya adalah dapat diimplementasikan pada client
secara murah, semua data konsisten karena hanya berada di satu tempat,
strukturnya mudah dimengerti dan diimplementasikan, dan kemacetan
jaringannya moderat.
2. Distributed Pattern
Semua data terdistribusi ke user atau client dan server hanya menyebarkan
model yang telah di-update di antara client. Keuntungannya adalah waktu akses
yang rendah kinerja lebih maksimal, dan back-up data banyak. Kerugiannya
adalah redundansi sata sehingga konsistensi data terancam, kemacetan jaringan
tinggi, arsitektur sulit dipahami dan diimplementasikan.
3. Decentralized Pattern
Pola ini berada di antara kedua pola di atas. Di sini client data tersendiri
sehingga data umum hanya berada pada server. Server menyimpan data umum
dan fungsi atas data-data tersebut, sedangkan client menyimpan data milik
application domain client. Keuntungannya adalah konsistensi data, tidak ada
duplikasi data, lalu lintas jaringan jarang karena jaringan hanya digunakan data
umum di server diupdate. Kekurangannya adalah semua prosesor harus mampu
melakukan fungsi yang kompleks dan memelihara model dalam jumlah besar,
sehingga meningkatkan biaya hardware.
2.1.7.8 Component Design
Menurut Mathiassen et al. (2000, p.231), component design bertujuan untuk
menentukan implementasi kebutuhan dalam sebuah kerangka arsitektural. Kegiatan
49
component design bermula dari spesifikasi arsitektural dan kebutuhan sistem,
sedangkan hasil dari kegiatan ini adalah spesifikasi dari komponen yang saling
berhubungan.
Model Component
Menurut Mathiassen et al. (2000, p.236), model component merupakan bagian
dari sistem yang mengimplementasikan model problem domain. Hasil dari kegiatan
model component adalah restrukturisasi class diagram dari kegiatan analisis yang terdiri
dari kegiatan penambahan class, atribut dan struktur baru yang mewakili event.
Function Component
Menurut Mathiassen et al. (2000, p.236), function component adalah bagian dari
sistem yang mengimplementasikan kebutuhan fungsional. Tujuan dari function
component adalah untuk memberikan akses bagi user interface dan komponen sistem
lainnya ke model sehingga menunjukkan pengimplementasikan dari function.
Hasil utama dari kegiatan ini adalah class diagram dengan operation dan
specification dari operation yang kompleks. Sub kegiatan ini menghasilkan kumpulan
operasi yang dapat mengimplementasikan fungsi sistem seperti yang ditentukan dalam
analysis problem domain dan function list.
50
2.2 Kerangka Pikir
Kerangka pikir mengenai penulisan skripsi ini dapat dilihat pada Gambar 2.10:
Fase Pengembangan Sistem Fase Perancangan
Fase Analisis
Fase Inisiasi
Bisnis yang berjalan
Proses siklus
pendapatan
Visi dan misi
perusahaan, struktur
organisasi, dan
prosedur dari sistem
yang berjalan
Metode analisis
dengan flowchart
dan rich picture
Masalah
Solusi masalah
Rich picture yang
diusulkan
Class diagramUse case diagramEvent Table
Function listRancangan user
interfaceSequence diagram
Statechart diagram
Navigation
diagram
Pengembangan
sistem informasi
akuntansi siklus
pendapatan
Bahasa
pemrograman
microsoft visual
studio 2005, SQL
server 2008
Fase Implementasi
Spesifikasi
kebutuhan
hardware dan
software
Rencana
implementasi
gantt chart
Gambar 2.10 Kerangka Pikir
51
Pengembangan aplikasi sistem ini terdiri dari 5 fase yaitu fase inisiasi, fase
analisis, fase perancangan, fase pengembangan sistem, dan fase implementasi. Pada fase
awal yaitu fase inisiasi, diawali dengan persiapan dalam mengumpulkan data-data
organisasi mengenai gambaran umum PT. Pancasona Dayasakti seperti visi dan misi
perusahaan, struktur organisasi, tugas dan wewenang, dan prosedur siklus pendapatan
yang berjalan.
Selanjutnya data-data yang sudah dikumpulkan kemudian dianalisis. Analisis
dilakukan dengan membuat flowchart dan rich picture dari sistem berjalan untuk
mempelajari dan melihat permasalahan yang terjadi sebagai acuan untuk sistem yang
diusulkan pada fase perancangan.
Kegiatan pertama dalam fase perancangan adalah kegiatan class. Kegiatan class
ini dimulai dengan mencari kandidat untuk class dan event kemudian mengevaluasi dan
memilihnya secara sistematis untuk menghasilkan event table. Serta menggambarkan
pola perilaku dan atribut dari setiap class dengan statechart diagram.
Kegiatan selanjutnya adalah membuat use case diagram untuk menentukan
bagaimana aktor berinteraksi dengan sistem agar dapat memenuhi kebutuhan user.
Kemudian membuat interfaces yang merupakan fasilitas agar suatu model sistem dapat
berinteraksi dengan aktor dan untuk membuat suatu model berguna bagi aktor maka
model sistem harus diberi functions.
Fase pengembangan sistem dilakukan dengan menggunakan bahasa
pemrograman microsoft visual studio 2005 dan menggunakan SQL server 2008 sebagai
databasenya. Implementasi dilaksanakan dengan membuat spesifikasi hardware dan
52
software yang sesuai dengan kondisi perusahaan. Rencana implementasi dibuat dengan
membuat gant chart.