bab 2 landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf ·...

88
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Kesuksesan ekonomi suatu perusahaan manufaktur tergantung kepada kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, kemudian secara cepat menciptakan produk yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan biaya yang rendah. Produk merupakan sesuatu yang dijual oleh perusahaan kepada pembeli. Pengembangan produk merupakan serangkaian aktivitas yang dimulai dari analisa persepsi dan peluang pasar, kemudian diakhiri dengan tahap produksi, penjualan dan pengiriman produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 2). Proses adalah merupakan urutan langkah-langkah pengubahan sekumpulan input menjadi output. Proses pengembangan produk adalah urutan langkah-langkah atau kegiatan dimana suatu perusahaan berusaha untuk menyusun, merancang, dan mengkomersialkan suatu produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 14). Proses pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau sering juga disebut sebagai fase. Proses pengembangan produk secara keseluruhan terdiri dari enam (6) fase (Ulrich dan Eppinger, 2001: 15-17), yaitu :

Upload: duongnhi

Post on 03-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Kesuksesan ekonomi suatu perusahaan manufaktur tergantung kepada kemampuan

untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, kemudian secara cepat menciptakan

produk yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan biaya yang rendah.

Produk merupakan sesuatu yang dijual oleh perusahaan kepada pembeli.

Pengembangan produk merupakan serangkaian aktivitas yang dimulai dari analisa

persepsi dan peluang pasar, kemudian diakhiri dengan tahap produksi, penjualan dan

pengiriman produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 2).

Proses adalah merupakan urutan langkah-langkah pengubahan sekumpulan input

menjadi output. Proses pengembangan produk adalah urutan langkah-langkah atau

kegiatan dimana suatu perusahaan berusaha untuk menyusun, merancang, dan

mengkomersialkan suatu produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 14).

Proses pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

sering juga disebut sebagai fase. Proses pengembangan produk secara keseluruhan

terdiri dari enam (6) fase (Ulrich dan Eppinger, 2001: 15-17), yaitu :

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

6

Sumber: Perancangan dan Pengembangan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 9)

Gambar 2.1 Fase Pengembangan Produk Menurut Ulrich-Eppinger

o Fase 0. Perencanaan : Perencanaan produk atau disebut sebagai ‘zerofase’

yang merupakan proses awal dari pengembangan produk atau kegiatan untuk

menyetujui proyek dan proses peluncuran pengembangan produk aktual.

Output dari proses ini adalah pernyataan misi proyek, yang merupakan input

yang dibutuhkan untuk memulai tahap pengembangan konsep dan merupakan

suatu petunjuk untuk tim pengembangan.

o Fase 1. Pengembangan konsep : Pada fase pengembangan konsep,

kebutuhan pasar target diidentifikasi, alternatif konsep-konsep produk

dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu atau lebih konsep dipilih untuk

pengembangan dan percobaan lebih jauh. Konsep yang dimaksud di sini

adalah uraian dari bentuk, fungsi, dan tampilan suatu produk dan biasanya

disertai dengan sekumpulan spesifikasi, analisis produk-produk pesaing serta

pertimbangan ekonomis proyek.

o Fase 2. Perancangan tingkatan sistem : Fase perancangan tingkatan sistem

ini mencakup definisi arsitektur produk dan uraian produk menjadi subsistem-

subsistem serta komponen-komponen. Output pada fase ini biasanya

mencakup tata letak bentuk produk, spesifikasi secara fungsional dari tiap

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

7

subsistem produk, serta diagram aliran proses pendahuluan untuk proses

rakitan akhir. Gambaran rakitan akhir untuk sistem produksi biasanya

didefinisikan selama fase ini.

o Fase 3. Perancangan detail : Fase perancangan detail mencakup spesifikasi

lengkap dari bentuk, material, dan toleransi-toleransi dari seluruh komponen

unit pada produk dan identifikasi seluruh komponen standar yang dibeli dari

pemasok. Rencana proses dinyatakan dan peralatan dirancang untuk tiap

komponen yang dibuat, dalam sistem produksi. Output dari fase ini adalah

pencatatan pengendalian untuk produk, gambar pada file komputer untuk

bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi

komponen-komponen yang dapat dibeli, serta rencana untuk proses pabrikasi

dan perakitan produk.

o Fase 4. Pengujian dan perbaikan : Fase pengujian dan perbaikan melibatkan

konstruksi dan evaluasi dari bermacam-macam versi produksi awal produk.

Prototype awal (alpha) biasanya dibuat dengan menggunakan komponen-

komponen dengan bentuk dan jenis material pada produksi sesungguhnya,

namun tidak memerlukan proses pabrikasi dengan proses yang sama dengan

yang dilakukan pada proses pabrikasi sesungguhnya. Prototype alpha diuji

untuk menentukan apakah produk akan bekerja sesuai dengan apa yang

direncanakan dan apakah produk memuaskan kebutuhan konsumen utama.

Prototype berikutnya (beta) biasanya dibuat dengan komponen-komponen

yang dibutuhkan pada produksi namun tidak dirakit dengan menggunakan

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

8

proses perakitan akhir seperti pada perakitan sesungguhnya. Prototype beta

dievaluasi secara internal dan juga diuji oleh konsumen dengan

menggunakannya secara langsung. Sasaran dari prototype beta biasanya

adalah untuk menjawab pertanyaan mengenai kinerja dan keandalan dalam

rangka mengidentifikasi kebutuhan perubahan-perubahan secara teknik untuk

produk akhir.

o Fase 5. Produksi awal : Pada fase produksi awal, produk dibuat dengan

menggunakan sistem produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari fase ini adalah

untuk melatih tenaga kerja dalam memecahkan permasalahan yang mungkin

timbul pada proses produksi sesungguhnya. Produk-produk yang dihasilkan

selama produksi awal kadang-kadang disesuaikan dengan keinginan

pelanggan dan secara hati-hati dievaluasi untuk mengidentifikasi kekurangan-

kekurangan yang timbul. Peralihan dari produksi awal menjadi produksi

sesungguhnya harus melewati tahap demi tahap. Pada beberapa titik pada

masa peralihan ini, produk diluncurkan dan mulai disediakan untuk

didistribusikan.

Karena tahap pengembangan konsep dalam proses pengembangan itu sendiri

membutuhkan lebih banyak koordinasi dibandingkan fungsi-fungsi lainnya. Hal ini

dikarenakan keseluruhan proses mengikuti urutan kebiasaan yang sama persis,

menyelesaikan suatu kegiatan sebelum kegiatan berikutnya dimulai. Praktisnya,

kegiatan awal hingga akhir mungkin tumpang tindih dalam waktu, serta proses

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

9

interaksi sering diperlukan. Perulangan ini umumnya dinamakan iterasi. Proses awal

hingga akhir pada pengembangan konsep mencangkup kegiatan-kegiatan (Ulrich dan

Eppinger, 2001: 18-19), sebagai berikut:

Sumber: Perancangan dan Pengembangan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 18)

Gambar 2.2 Tahap Pengembangan Konsep

Identifikasi kebutuhan pelanggan : Memahami kebutuhan pelanggan dan

mengkomunikasikannya secara efektif kepada tim pengembang. Output dari

langkah ini adalah sekumpulan pernyataan kebutuhan pelanggan yang

tersusun rapi, diatur dalam daftar hierarki, dengan bobot kepentingan untuk

tiap kebutuhan.

Pernyataan Misi

Rencana Pengembangan

Identifikasi kebutuhan pelanggan

Menetapkan spesifikasi &

targetnya

Menguji konsep produk

Menetapkan spesifikasi

akhir

Rencana alur pengembang

an

Mendisain konsep2 produk

Memilih konsep produk

Proses Analisa Ekonomi Produk

Benchmark produk kompetitor

Membangun model pengujian dan prototype produk

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

10

Penetapan spesifikasi target : Dimana langkah ini merupakan terjemahan

dari kebutuhan pelanggan menjadi kebutuhan secara teknis. Output dari

langkah ini adalah adalah suatu daftar spesifikasi target. Setiap spesifikasi

terdiri dari suatu metrik (besaran), serta nilai-nilai batas dan ideal untuk

besaran tersebut

Penyusunan konsep : Yang menggali lebih jauh area konsep-konsep produk

yang mungkin sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

Pemilihan konsep : Dimana, pemilihan konsep merupakan kegiatan dimana

berbagai konsep dianalisis dan secara berturut-turut dieleminasi untuk

mengidentifikasikan konsep yang paling menjanjikan.

Pengujian konsep : Yaitu satu atau lebih konsep diuji untuk mengetahui

apakah kebutuhan pelanggan telah terpenuhi, memperkirakan potensi pasar

dari produk, dan mengidentifikasikan beberapa kelemahan yang harus

diperbaiki selama proses pengembangan selanjutnya.

Penentuan spesifikasi akhir : Spesifikasi target yang telah dientukan diawal

proses ditinjau kembali setelah proses dipilih dan diuji. Pada titik ini, tim

harus konsisten dengan nilai-nilai besaran spesifik yang mencerminkan

batasan-batasan pada konsep itu sendiri, batasan-batasan yang

diidentifikasikan melalui permodelan secara teknis, serta pilihan antara biaya

dan kinerja.

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

11

Perencanaan proyek : Pada kegiatan akhir pengembangan konsep ini, tim

membuat suatu jadwal pengembangan secara rinci, menentukan strategi untuk

meminimasi waktu pengembangan, dan mengidentifikasikan sumber daya

yang digunakan untuk menyelesaikan proyek.

Analisis ekonomi : Tim, sering didukung oleh analis keuangan, membuat

model ekonomi untuk produk baru. Model ini digunakan untuk memastikan

kelanjutan program pengembangan menyeluruh memecahkan tawar menawar

spesifikasi, misalnya antara biaya manufaktur dan biaya pengembangan.

Analisis ekonomi salah satu kegiatan dalam tahap pengembangan. Analisis

ekonomi awal hampir selalu dilakukan bahkan sebelum proyak dimulai, dan

analisis ini diperbarui begitu ada tambahan informasi.

Analisis produk-produk pesaing : Pemahaman mengenai produk pesaing

adalah penting untuk penentuan posisi produk baru yang berhasil dan dapat

menjadi sumber ide yang kaya untuk rancangan produk dan proses produksi.

Analisis pesaing dilakukan untuk mendukung banyak kegiatan awal hingga

akhir.

Pemodelan dan pembuatan prototype : Setaip tahap dalam proses

pengambangan konsep melibatkan banyak bentuk model dan prototype. Hal

ini mencangkup, antara lain model pembuktian konsep, yang akan membantu

tim pengembangan dalam menunjukan kelayakan : model ‘hanya bentuk’

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

12

dapat ditunjukan pada pelanggan untuk mengevaluasi keergonomisan dan

gaya, sedangkan model lembar kerja adalah pilihan teknis.

2.1.1 Perencanaan Produk

Setiap proses pengembangan produk diawali dengan fase perencanaan, yang

berkaitan dengan kegiatan-kegiatan pengembangan teknologi dan penelitian tingkat

lanjut. Output fase perencanaan ini adalah pernyataan misi proyek yang nantinya

akan digunakan sebagai input yang dibutuhkan untuk memulai tahapan

pengembangan konsep dan merupakan suatu petunjuk untuk tim pengembangan.

Sumber: Perancangan dan Pengembangan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 36)

Gambar 2.3 Proses Perencanaan Produk

Untuk mengembangkan suatu rencana produk dan pernyataan misi proyek

dilakukan lima tahapan (Ulrich dan Eppinger, 2001: 37), yaitu:

o Langkah 1 : Mengidentifikasikan Peluang-Peluang

Rencana proses dimulai dengan mengidentifikasikan peluang-peluang

pengembangan produk. Langkah ini dapat dibayangkan sebagai terowongan peluang

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

13

karena membawa bersama-sama input dari perusahaan. Ide-ide untuk produk baru

atau detail produk berasal dari beberapa sumber, meliputi :

Personal pemasaran dan pejualan

Penelitian dan organisasi pengembangan teknologi

Tim pengembangan produk saat ini

Manufaktur dan operasional organisasi

Pelanggan sekarang atau potensial

Pihak ketiga seperti pemasok, pencipta, dan partner-partner bisnis

Beberapa ide-ide untuk produk baru yang dikumpulkan secara pasif, atau bisa juga

dikumpulkan melalui proses identifikasi kebutuhan pelanggan. Proses identifikasi

peluang pengembangan produk sangat berhubungan dengan kegiatan

mengidentifikasikan kebutuhan pelanggan. Beberapa pendekatan proaktif, meliputi:

Mencatat kegagalan dan keluhan yang dialami pelanggan dengan produk yang

ada sekarang.

Mewawancarai pengguna utama, dengan memfokuskan pada proses inovasi oleh

pengguna-pengguna ini dan modifikasi-modifikasi yang dilakukan oleh para

pengguna terhadap produk yang ada.

Mempertimbangkan implikasi terhadap adanya kecenderungan-kecenderungan

dalam gaya hidup, demografis, dan teknologi untuk kategori produk yang ada dan

peluang-peluang kategori produk baru.

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

14

Beberapa usulan pelanggan sekarang dikumpulkan secara sistematis melalui

tenaga penjualan dan sistem pelayanan pelanggan.

Studi para pesaing produk dilakukan secara hati-hati dengan berdasarkan pada

basis sekarang (keunggulan-keunggulan pesaing).

Status teknologi yang muncul dilihat kembali untuk menfasilitasi perpindahan

teknologi yang tepat dari penelitian kearah pengembangan produk.

Bila dipergunakan secara aktif, terowongan peluang dapat menampung ide-ide

secara kontinu, dan peluang-peluang produk baru mungkin akan dihasilkan setiap

waktu.

o Langkah 2 : Mengevaluasi dan Memprioritaskan Proyek-Proyek

Langkah kedua dalam proses perencanaan produk adalah memilih proyek yang

paling menjanjikan untuk diikuti. Empat perspektif dasar yang berguna dalam

mengevaluasi dan memprioritaskan peluang-peluang bagi produk baru dalam kategori

produk yang ada adalah :

Strategi Bersaing

Strategi bersaing perusahaan merupakan sebuah pendekatan pasar dan produk

yang mendasar dengan memperhatikan para pesaing. Strategi ini digunakan untuk

memilih peluang. Beberapa strategi yang mungkin antara lain : kepemimpinan

teknologi, kepemimpinan biaya, fokus pelanggan, dan tiruan

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

15

Segmentasi Pasar

Dengan membagi suatu pasar menjadi segmen-segmen memungkinkan

perusahaan untuk mempertimbangkan tindakan-tindakan pesaing dan kekuatan

produk perusahaan sekarang berdasarkan kelompok pelanggan yang jelas. Dengan

memetakan produk-produk pesaing dan produk milik perusahaan sendiri dalam

segmen-segmen, perusahaan dapat memperkirakan peluang produk yang mana

yang menyebabkan kelemahan lini produknya dan yang mana yang

memanfaatkan kelemahan dari penawaran pesaing-pesaing.

Alur Teknologi

Dalam bisnis yang sifatnya intensif teknologi, keputusan perencanaan proyek

yang utama adalah penentuan waktu menggunakan teknologi dasar yang baru

dalam lini produk. Kurva teknologi S menggambarkan performansi produk dalam

suatu kategori produk sepanjang waktu, biasanya dengan berdasarkan variabel

performasi tunggal seperti resolusi, kecepatan atau keandalan.

Perencanaan Platform Produk

Platform produk merupakan sekumpulan aset yang dibagi dalam sekumpulan

produk. Komponen-komponen dan subrakitan-subrakitan sering menjadi hal

terpenting dari aset-aset ini. Platform efektif dapat memungkinkan variasi turunan

produk untuk dirancang lebih cepat dan mudah, dimana setiap produk

memberikan ciri-ciri dan fungsi-fungsi yang diinginkan oleh pasar utama. Salah

satu teknik untuk mengkoordinasikan pengembangan teknologi dengan

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

16

perencanaan produk adalah peta jalur teknologi. Suatu peta jalur teknologi

merupakan suatu cara untuk menunjukkan ketersediaan yang diharapkan dan

masa depan penggunaan berbagai teknologi yang relavan untuk produk yang

dipertimbangkan.

Kemudian proses mengevaluasi peluang dan produk baru didiskusikan dan

menyeimbangkan portfolio proyek. Beberapa kriteria untuk mengevaluasi peluang-

peluang produk baru secara fundamental meliputi :

Ukuran pasar (unit/tahun x harga rata-rata)

Tingkat pertumbuhan pasar (persen per-tahun)

Intensitas pesaingan ( jumlah pesaing dan kekuatan mereka)

Kedalaman pengetahuan perusahaan mengenai pasar yang telah ada

Kedalaman pengetahuan perusahaan mengenai teknologi yang telah ada

Kesesuaian dengan produk-produk perusahaan lainnya

Kesesuaian dengan kemampuan perusahaan.

Potensi untuk mendapatkan paten, rahasia perdagangan atau mengetahui

hambatan lainnya untuk persaingan

Eksistensi dari produk unggulan yang ada pada perubahaan

Meskipun tidak terdapat prosedur-prosedur umum untuk memutuskan secara tepat

portfolio apa yang harus dilakukan, dalam kebanyakan kasus, suatu perusahaan dapat

mengambil manfaat dari bermacam-macam proyek seperti manfaat dari sekumpulan

proyek, hanya sebagai suatu manfaat portfolio dari diversifikasi.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

17

o Langkah 3 : Mengalokasikan Sumber Daya dan Merencanakan Penentuan

Waktu

Perencanaan agregat membantu suatu perusahaan untuk menggunakan

sumberdayanya secara efisien dengan mengambil proyek-proyek yang beralasan

untuk diselesaikan berdasarkan sumber daya yang dianggarkan. Dengan

memperkirakan sumber daya yang dibutuhkan untuk tiap proyek dalam rencana

bulan-an, tiga bulan-an, atau tahunan membuat organisasi harus menghadapi

kenyataan bahwa sumber daya mereka teratas. Dalam kebanyakan kasus, sumber

daya utama yang diatur merupakan usaha dari staf pengembangan, biasanya

ditekankan dalam jam kerja orang atau jam kerja bulanan orang.

Dalam menentukan waktu dan urutan proyek, kadang digunakan istilah

manajemen pipa (pipeline management), yang harus mempertimbangkan faktor-

faktor sebagai berikut :

Penentuan waktu pengenalan produk : biasanya makin cepat suatu produk dibawa

kepasar adalah makin baik.

Kesiapan teknologi : kekuatan teknologi yang digunakan memainkan peran

kriteria dalam proses perencanaan.

Kesiapan pasar : langkah-langkah pengenalan produk menentukan apakah lebih

baik sesegera mungkin mengadakan produk dan baru kemudian menjualnya

sebanyak mungkin atau apakah mereka harus membeli produk yang umurnya

panjang pada harga awal yang tinggi.

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

18

Persaingan : penawaran produk yang telah mengantisipasi produk pesaing akan

mempercepat waktu proyek pengembangan.

o Langkah 4 : Menyelesaikan Perencanaan Proyek Pendahuluan

Pada point ini pernyataan kesempatan yang lebih segera mungkin ditulis kembali

sebagai suatu pernyataan visi produk. Sasaran yang telah terdefinisi dalam pernyataan

visi produk mungkin sangatlah umum. Didalamnya tidak tercakup teknologi baru

yang spesifik yang harusnya digunakan, atau apakah perlu untuk menyatakan sasaran

dan batasan-batasan fungsi seperti produksi dan operasional pelayanan. Dalam rangka

memberikan petunjuk yang jelas untuk organisasi pengembangan produk, biasanya

tim memformulasikan suatu definisi yang lebih detail dari pasar target dan asumsi-

asumsi yang mendasari operasional tim pengembangan. Keputusan-keputusan

mengenai hal ini akan terdapat pada suatu pertanyaan misi (mission statement).

Pertanyaan misi mungkin mencakup beberapa dari keseluruhan informasi berikut:

Uraian produk ringkas: Uraian ini mencakup manfaat produk utama untuk

pelanggan namun menghindari penggunaan konsep produk spesifik. Mungkin

saja berupa pertanyaan visi produk.

Sasaran utama bisnis: Sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi

perusahaan, sasaran ini biasanya mencakup waktu, biaya dan kualitas

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

19

Pasar target untuk produk: Terdapat beberapa pasar target untuk produk. Bagian

ini mengidentifikasikan pasar utama dan pasar kedua yang perlu dipertimbangkan

dalam usaha pengembangan.

Asumsi-asumsi dan batasan-batasan untuk mengarahkan usaha pengembangan :

Asumsi harus dibuat dengan hati-hati, meskipun mereka membatasi kemungkinan

jangkauan konsep produk, mereka membantu untuk menjaga lingkup proyek yang

terkelola. Untuk itu dibutuhkan informasi-informasi untuk pencatatan keputusan

mengenai asumsi dan batasan.

Stakeholder: Satu cara untuk menjamin bahwa banyak permasalahan

pengembangan ditujukan untuk mendaftar secara eksplisit seluruh stakeholder

dari produk, yaitu sekumpulan orang yang dipengaruhi oleh keberhasilan dan

kegagalan produk. Daftar stakeholer dimulai dari pengguna akhir (pelanggan

eksternal akhir) dan pelanggan eksternal yang membuat keputusan tentang

produk. Stakeholder juga mencakup pelanggan produk yang mendampingi

perusahaan, seperti tenaga penjual, organisasi pelayanan, dan departemen

produksi. Daftar stakeholder menyediakan suatu bayangan bagi tim untuk

mempertimbangkan kebutuhan setiap orang yang akan diperngaruhi oleh produk.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

20

Tabel 2.1 Contoh Format Pernyataan Misi

Pernyataan misi : (nama produk)

Deskripsi produk

Sasaran bisnis Kunci

Pasar Utama

Pasar Sekunder

Asumsi-asumsi

Pihak yang terkait

Sumber: Perancangan dan Pengembangan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 48)

Karena pernyataan misi merupakan pegangan untuk tim pengembangan, suatu

“reality cek“ harus dilakukan sebelum melalui proses pengembangan. Langkah awal

ini adalah waktu untuk memperbaiki, paling tidak mereka menjadi lebih hebat dan

bernilai sesuai dengan kemajuan proses pengembangan.

Langkah–langkah dalam proses dapat dan seharusnya dijalankan secara simultan

untuk memastikan apakah banyak rencana dan keputusan konsisten dengan yang

lainnya dan dengan sasaran, kemampuan dan keterbatasan perusahaan.

o Langkah 5 : Merefleksikan Hasil dengan Proses

Pada langkah akhir dari perencanaan dan proses strategi, tim seharusnya

menanyakan beberapa pertanyaan untuk memperkirakan kualitas proses dan hasil.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

21

Beberapa pertanyaan yang diusulkan adalah:

Apakah rencana produk mendukung strategi persaingan perusahaan?

Apakah rencana produk menunjukkan peluang yang ditemui perusahaan sekarang

yang paling penting?

Apakah total sumber daya yang dialokasikan untuk pengembangan produk cukup

untuk mencapai strategi persaingan perusahaan?

Apakah cara-cara kreatif untuk penentuan sumber daya terbatas telah

dipertimbangkan, seperti penggunaan platform produk, joint venture dan

kemitraan dengan pemasok?

Apakah peluang produk yang menyenangkan benar-benar telah dikumpulkan?

Apakah tim inti telah menerima tantangan yang dihasilkan dalam pernyataan

misi?

Apakah elemen-elemen dari pernyataan misi konsisten ?

Apakah asumsi-asumsi yang terdapat dalam pernyataan misi sungguh-sungguh

diperlukan atau terlalu dibatasi? Haruskah tim pengembangan memiliki

kebebasan untuk mengembangkan produk dengan kemungkinan terbaik?

Bagaimana proses perencanaan produk dapat diperbaiki?

2.1.2 Identifikasi Kebutuhan Pelanggan

Sebelum memulai proyek pengembangan, perusahaan umumnya mengidentifikasi

peluang pasar terlebih dahulu, mencatat kendala utama serta menetapkan tujuan

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

22

proyek tersebut. Dengan melakukan pernyataan misi (mission statement). Dari

pernyataan misi kemudian dapat dilanjutkan dengan mengumpulkan kebutuhan

pelanggan.

Identifikasikebutuhanpelanggan

MenetapkanSpesifikasi &

Targetnya

MendisainKonsep2Produk

MemilihKonsepProduk

MengujiKonsepProduk

Menetapkanspesifikasi

akhir

RencanaAlur

Pengembangan

RencanaPengembangan

PernyataanMisi

Proses Analisa Ekonomis Produk

Benchmark produk kompetitor

Membangun Model Pengujian dan prototype produk

Sumber: Perancangan dan Pengembangan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 57)

Gambar 2.4 Aktivitas Identifikasi Kebutuhan Pelanggan Dalam Hubungan Dengan

Aktivitas Pengembangan Konsep Lain

Produk dianggap memberikan manfaat ketika produk tersebut dapat memuaskan

pelanggan salah satu indikator apakah kebutuhan pelanggan telah diidentifikasi secara

benar adalah dengan melihat apakah pelanggan menyukai prototype pertama yang

dikembangkan oleh tim. Walaupun demikian, metode terstruktur untuk

mengumpulkan data dari pelanggan tetap berguna dan dapat menurunkan resiko besar

dalam pengembangan produk baru secara radikal. Apakah pelanggan sanggup atau

tidak mengkomunikasikan kebutuhan mereka yang tersembunyi, interaksi dengan

pelanggan yang menjadi target pasar akan sangat membantu tim pengembang

mendapatkan pemahaman tentang lingkungan pengguna serta mengetahui cara

pandang mereka. Informasi mengenai pengguna ini akan bermanfaat, walaupun tidak

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

23

selalu diperoleh melalui proses identifikasi kebutuhan produk yang akan

dikembangkan.

Identifikasi kebutuhan pelanggan sendiri adalah sebuah proses yang dibagi

menjadi lima tahap, lima tahap tersebut adalah (Ulrich dan Eppinger, 2001: 57):

o Tahap 1 : Mengumpulkan Data Mentah dari Pelanggan

Dalam mengumpulkan data mentah dari pelanggan dapat dilakukan dengan

berbagai metode, diantaranya:

1. Wawancara

2. Kelompok fokus

3. Observasi produk pada saat digunakan

Dalam mengumpulkan data perlu juga dilakukan memilih pelanggan, Kebutuhan

dapat diidentifikasi lebih efisien dengan mewawancarai sekelompok pelanggan yang

disebut pengguna utama (Lead Users). Pengguna utama adalah pelanggan yang

berpengalaman dan berpandangan lebih maju ke depan dibandingkan mayoritas target

pasar. Pelanggan seperti ini berguna sebagai sumber data karena dua alasan, yaitu:

(1) mereka seringkali mampu mengkomunikasikan kebutuhan yang mereka rasakan

karena selama ini telah berkutat dengan ketidaksempurnaan produk yang sekarang,

dan (2) mereka kadang kadang telah menemukan solusi untuk memenuhi kebutuhan

mereka. Dengan memfokuskan pengguna utama, tim akan sanggup untuk

mengidentifikasikan kebutuhan yang walaupun nyata bagi pengguna utama, tetapi

masih tersembunyi untuk sebagian besar calon pelanggan lainnya. Menciptakan

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

24

produk untuk memenuhi kebutuhan yang tersembunyi akan membuat perusahaan

sanggup untuk mengantisipasi tren yang akan datang dan melampaui produk-produk

kompetitor.

Pengumpulan data dengan wawancara bertujuan untuk mendapatkan ekspresi

yang jujur tentang kebutuhan, interaksi dengan pelanggan bersifat verbal,

pewawancara menanyakan beberapa pertanyaan dan pelanggan memberikan respon.

Suatu tuntutan wawancara akan berguna untuk menstrukturkan dialog tersebut.

Berikut ini adalah beberapa pertanyaan yang dapat digunakan setelah pewawancara

memperkenalkan dirinya dan menerangkan maksud wawancara tersebut:

Kapan dan mengapa Anda menggunakan produk jenis ini?

Ceritakan pengalaman menarik ketika Anda menggunakan produk ini?

Apa yang Anda sukai dari produk yang sekarang?

Apa yang Anda tidak sukai dari produk yang sekarang?

Hal-hal apa yang Anda pertimbangkan ketika membeli produk ini?

Apa perbaikan yang ingin Anda lakukan terhadap produk ini?

Berikut adalah beberapa tuntutan untuk melakukan interaksi yang efektif dengan

pelanggan:

Biarkan wawancara mengalir apa adanya

Gunakan perangsang visual dan alat peraga

Hindari hipotesa awal tentang teknologi produk

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

25

Biarkan pelanggan mendemonstrasikan produk atau tugas tugas tertentu yang

berhubungan dengan produk

Bersiaplah dengan kejutan atau ekspresi yang tercetus dari kebutuhan yang

tersembunyi

Amati informasi non verbal

Akan tetapi dalam mengumpulkan kebutuhan yang berhubungan dengan produk

yang revolusioner, dimana pelanggan belum mempunyai pengalaman dengan produk

tersebut, wawancara sebaiknya difokuskan kepada tugas-tugas atau situasi dimana

produk baru tersebut akan diterapkan, dan bukan difokuskan terhadap produk itu

sendiri.

Tabel 2.2 Contoh Format Hasil Wawancara

Pelanggan :Alamat :Telepon:Apakah bersedia difollow-up:

Pewawancara:Tanggal:Sekarang Menggunakan :Jenis Penggunaan:

Pertanyaan Pernyataan Pelanggan

Interpretasi Kebutuhan

Penggunaan tertentu

Hal-hal yang disukai dari alat sekarang

Hal-hal yang tidak disukai

Usulan perbaikan

Sumber: Perancangan dan Pengembangan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001:65 )

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

26

Dalam melakukan pengumpulan data dengan pelanggan dapat didokumentasikan

dengan beberapa metode yaitu :

1. Rekaman suara ( Audio Recording )

2. Catatan

3. Rekaman video

4. Foto

Hasil akhir dari proses pengumpulan data adalah menyusun data mentah, biasanya

dalam kolom/ lembaran pernyataan pelanggan (Customer Statement), dan seringkali

dilengkapi dengan rekaman video atau foto.

o Tahap 2 : Menginterpretasikan Data Mentah Menjadi Kebutuhan Pelanggan

Kebutuhan pelanggan diekspresikan sebagai pernyataan tertulis dan merupakan

hasil interpretasi kebutuhan yang berupa data mentah yang diperoleh dari pelanggan.

Proses penterjemahan hasil wawancara akan menimbulkan berbagai kebutuhan yang

berbeda, sehingga akan berguna memiliki lebih dari satu anggota tim untuk

melaksanakan proses penterjemahan.

Dalam menulis peryataan pelanggan, memiliki beberapa ketentuan yaitu :

Ekspresikan Kebutuhan sebagai “Apa yang harus dilakukan produk”, bukan “

Bagaimana melakukannya”

Ekspresikan kebutuhan sama spesifiknya seperti data mentah

Gunakan pernyataan positif, bukan negatif

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

27

Ekspresikan kebutuhan sebagai atribut dari produk

Hindari kata-kata “Harus” dan “Mesti”.

Daftar kebutuhan pelanggan merupakan susunan final dari semua kebutuhan yang

diperoleh dari wawancara pelanggan yang dilakukan terhadap target pasar.

o Tahap 3 : Mengorganisasikan Kebutuhan Menjadi Beberapa Hierarki.

Tujuan dari mengorganisasikan kebutuhan menjadi hierarki adalah untuk membagi

daftar kebutuhan menjadi kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan

tertier. Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang paling umum sifatnya, sementara

kebutuhan sekunder dan tertier diekspresikan secara lebih terperinci.

Prosedur mengorganisasikan kebutuhan menjadi daftar hierarki merupakan proses

yang intuitif. Tahap-tahap prosedur untuk mengelompokkan kebutuhan menjadi

hierarki:

1. Tuliskan setiap pernyataan kebutuhan pada kartu-kartu atau secarik kertas yang

terpisah.

2. Kurangi pernyataan kebutuhan yang sama atau tidak dibutuhkan lagi.

3. Kelompokkan kartu-kartu berdasarkan kesamaan kebutuhan yang diekspresikan.

4. Untuk setiap grup berikan nama/ label.

5. Pertimbangkan untuk mengelompokkan grup yang dihasilkan menjadi super grup

yang terdiri dari 2 sampai 5 grup.

6. Periksa dan edit kembali pernyataan kebutuhan yang telah disusun.

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

28

o Tahap 4 : Menetapkan Derajat Kepentingan Relatif Setiap Kebutuhan

Daftar hierarki saja tidak memberikan informasi mengenai tingkat kepentingan

relatif yang dirasakan pelanggan terhadap kebutuhan yang berbeda-beda. Sementara

itu tim pengembang harus membuat prioritas pilihan dan mengalokasikan sumber

daya dalam mendesain produk. Proses indentifikasi kebutuhan pelanggan adalah

menetapkan tingkat kepentingan relatif kebutuhan. Selanjutnya, menentukan bobot

kepentingan setiap kebutuhan, yaitu: (1) bersandar pada konsensus anggota tim

berdasarkan pengalaman mereka selama ini dengan pelanggan, atau (2) berdasarkan

nilai kepentingan yang diperoleh dari survei lanjutan terhadap pelanggan. Kemudian

dilakukan survei pelanggan, namun pertimbangkan waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan langkah ini. Pada titik ini tim sudah harus mempunyai catatan tentang

kelompok pelanggan.

Bobot kepentingan setiap kebutuhan dapat diungkapkan dengan beberapa cara

yaitu nilai rata-rata, standar deviasi atau jumlah respons untuk setiap kategori

kepentingan.

Penentuan jumlah sampel untuk survei ke-2 adalah dengan rumus :

2

2 1e

ppn

Keterangan : n = Jumlah ukuran sampel

Z = Angka Tabel untuk selang tingkat kepercayaan tertentu

p = Persen proporsi pasar yang akan dimasuki

e = Allowable error

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

29

Penentuan bobot berdasarkan hasil rata-rata dari bobot kepentingan tiap variabel.

o Tahap 5 : Menganalisa Hasil dan Proses

Langkah terakhir pada metoda indentifikasi kebutuhan pelanggan adalah

menggambarkan kembali hasil dan proses. Walaupun proses identifikasi kebutuhan

pelanggan merupakan suatu metode yang terstruktur, metode tersebut bukanlah ilmu

pasti. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan dalam metode ini adalah:

Sudahkan kita berinteraksi dengan semua tipe pelanggan penting dalam target

pasar kita?

Apakah kita sanggup menangkap lebih jauh kebutuhan yang berhubungan dengan

produk sekarang untuk menangkap kebutuhan yang tersembunyi dari pelanggan

kita?

Masih adakah wilayah penyelidikan yang harus kita kejar untuk mencatat

kemajuan wawancara atau survei yang telah dilakukan?

Manakah diantara pelanggan yang diwawancara merupakan partisipan yang baik,

yang dapat membantu kita pada usaha pengembangan produk lebih lanjut?

Apa yang kita ketahui sekarang, namun belum kita ketahui waktu memulai

proses? Apakah kita mendapatkan kejutan dengan kebutuhan yang terkumpul?

Apakah kita sudah melibatkan setiap orang dalam organisasi kita yang

membutuhkan pemahaman yang baik mengenai kebutuhan pelanggan?

Bagaimana kita memperbaiki proses pada usaha pengembangan dimasa yang akan

datang?

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

30

2.1.3 Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk yaitu menjelaskan tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh

sebuah produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 77). Spesifikasi terdiri dari metrik dan

nilai metrik. Sebagai contoh “waktu rata-rata untuk memasang” adalah metrik,

sementara “kurang dari 75 detik” adalah nilai metrik. Spesifikasi dibuat pada kondisi

ideal proses pengembangan produk, terlebih dahulu membuat spesifikasi produk, lalu

mendesain dan membuat produk yang memenuhi spesifikasi tersebut.

Identifikasi kebutuhan pelanggan

Menetapkan Spesifikasi &

Targetnya

Mendisain Konsep2 Produk

Memilih Konsep Produk

Menguji Konsep Produk

Menetapkan spesifikasi

akhir

Rencana Alur

Pengembangan

Rencana Pengembangan

Pernyataan Misi

Proses Analisa Ekonomis Produk

Benchmark produk kompetitor

Membangun Model Pengujian dan prototype produk

Sumber: Perancangan dan Pengembangan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 78)

Gambar 2.5 Proses Pengembangan Konsep ”Menetapkan Target Spesifikasi”

dilaksanakan pada awal proses, tetapi ”Menetapkan Spesifikasi Akhir” harus

menunggu hingga konsep produk dipilih.

2.1.3.1 Membuat Target Spesifikasi

Biasanya, setelah mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, tim membuat target

spesifikasi (spesifikasi awal). Target spesifikasi merupakan tujuan tim

pengembangan, yang berperan menjelaskan produk agar sukses di pasaran.

Kemudian target spesifikasi ini akan diperbaiki tergantung pada batasan konsep

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

31

produk yang akhirnya dipilih. Spesifikasi produk merupakan serangkaian yang

mengungkapkan detail-detail yang tepat dan terukur mengenai apa yang harus

dilakukan produk. Spesifikasi tidak memberitahukan bagaimana memenuhi

kebutuhan pelanggan, tetapi menampilkan pernyataan yang tidak mendua

mengenai apa yang harus dilakukan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan.

Sebelum membuat daftar spesifikasi, input yang digunakan adalah tabel

kebutuhan pelanggan dengan derajat kepentingannya seperti yang ditunjukkan

dibawah ini.

Proses pembuatan target spesifikasi terdiri dari 4 langkah, yaitu (Ulrich dan

Eppinger, 2001: 79) :

o Langkah 1 : Menyiapkan Daftar Metrik

Menyiapkan gambar metrik, dan menggunakan metrik-metrik kebutuhan, jika

diperlukan. Metrik yang baik adalah yang merefleksikan secara langsung

kebutuhan pelanggan menjadi sekumpulan nilai speksifikasi yang tepat dan

terukur dapat dilakukan, dan upaya memenuhi spesifikasi dengan sendirinya akan

menghasilkan kepuasan terhadap kebutuhan pelaggan yang terkait.

Cara yang baik untuk membuat daftar metrik adalah mengamati setiap

kebutuhan satu per satu, lalu memperkirakan karakteristik yang tepat dan terukur

dari sebuah produk yang memuaskan kebutuhan pelanggan. Pada posisi ideal,

hanya satu metrik untuk setiap kebutuhan. Tapi dalam praktiknya, hal ini

biasanya tidak mungkin.

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

32

Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam membuat daftar metrik :

Metrik harus komplit.

Metrik harus merupakan varibel yang berhubungan.

Metrik harus praktis.

Beberapa kebutuhan tidak dengan mudah diterjemahkan menjadi metrik yang

terukur.

Derajat kepentingan metrik diturunkan dari derajat kepentingan kebutuhan

yang direfleksikannya. Untuk kasus dimana metrik dipetakan secara langsung dari

satu kebutuhan, derajat kepentingan kebutuhan otomatis menjadi derajat

kepentingan metrik. Untuk kasus dimana metrik merefleksikan lebih dari satu

kebutuhan, derajat kepentingan metrik ditentukan dengan mempertimbangkan

derajat kepentingan kebutuhan yang berkaitan dan sifat dasar hubungannya.

Tabel 2.3 Contoh Format Daftar Metrik Kebutuhan

No. Metrik Kebutuhan Metrik Kepentingan Satuan

1

2

Sumber: Perancangan dan Pengembangan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 81)

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

33

Tabel 2.4 Contoh Format Metrik Kebutuhan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 ●2 ● ●3 ● ● ●4 ●5 ● ●6 ● ●7 ●8 ● ●9 ● ● ●

10 ●11 ●

Sumber: Perancangan dan Pengembangan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 82)

o Langkah 2 : Mengumpulkan informasi tentang pesaing.

Ketika tim memulai proses pengembangan produk dengan beberapa ide

tentang bagaimana produk bersaing di pasaran, target speksifikasi merupakan

bahasa yang digunakan tim untuk berdiskusi dan menentukan posisi produknya

dibandingkan produk yang ada, baik produk yang dimiliki perusahaan sendiri

maupun produk pesaing.

Tabel 2.5 Contoh Format Bagan Analisis Pesaing

No.

MetrikKebutuhan Metrik Kepentingan Satuan

Pesaing

1

Pesaing

2

1

2

Sumber: Perancangan dan Pengembangan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 84)

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

34

o Langkah 3 : Menentukan nilai target ideal dan marginal yang dapat dicapai untuk

tiap metrik.

Dalam langkah ini, tim menyatukan informasi yang tersedia untuk mengatur

nilai target untuk tiap metrik. Diperlukan dua macam nilai target, yaitu nilai ideal

dan nilai marginal. Nilai ideal adalah hasil yang terbaik yang diharapkan tim.

Nilai marginal adalah nilai metrik yang membuat produk diterima secara

komersial.

Terdapat lima cara untuk mengungkapkan nilai metrik :

Minimal X : spesifikasi ini menetapkan target untuk batas bawah metrik,

dimana nilai yang lebih tinggi adalah yang lebih baik.

Maksimal X : spesifikasi ini menetapkan target untuk batas atas dari metrik,

dimana nilai yang lebih kecil adalah lebih baik.

Diantara X dan Y : spesifikasi ini mentapkan target batas atas dan bawah

untuk nilai metrik.

Tepat X : spesifikasi ini menetapkan target metrik pada nilai tertentu, dimana

perbedaan nilai akan menurunkan kinerja.

Kumpulan nilai diskret : Beberapa metrik mempunyai nilai berupa beberapa

pilihan diskret.

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

35

Tabel 2.6 Contoh Format Spesifikasi Target

No.

MetrikKebutuhan Metrik Kepentingan Satuan

Nilai

marginal

Nilai

Ideal

1

2

Sumber: Perancangan dan Pengembangan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 88)

o Langkah 4 : Merefleksikan hasil dan proses.

Beberapa pertanyaan yang patut dipertimbangkan mencakup:

Apakah anggota tim “bertaruh”? Jika ditetapkan target yang tinggi, apakah

anggota tim akan menghasilkan yang lebih baik dibandingkan kemampuan

yang sebenarnya?

Haruskah tim mempertimbangkan untuk menawarkan berbagai produk atau

paling sedikit berbagai pilihan produk agar dapat memenuhi kebutuhan lebih

dari satu segmen pasar, atau cukup hanya satu produk saja?

Apakah ada spesifikasi yang hilang? Apakah spesifikasi merefleksikan

karakteristik yang menentukan kesuksesan komersial?

2.1.3.2 Penentukan Spesifikasi Akhir

Ketika tim telah memilih salah satu konsep dan mempersiapkan tahap

pengembangan dan perancangan desain selanjutnya, spesifikasi kembali diperiksa.

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

36

Spesifikasi yang awalnya hanya berupa pernyataan target dalam selang nilai tertentu,

sekarang diperbaiki dan dibuat lebih tepat.

Dalam menentukan spesifikasi akhir sangat sulit karena adanya trade-offs, yaitu

hubungan berlawanan antara dua spesifikasi yang sudah melekat pada konsep produk

yang terpilih.

Lima langkah dalam pembuatan spesifikasi akhir (Ulrich dan Eppinger, 2001:

89):

o Langkah 1 : Mengembangkan model-model teknis suatu produk.

Model teknis suatu produk adalah alat yang digunakan untuk memperkirakan

nilai metrik untuk membuat beberapa keputusan desain. Dalam hal ini cenderung

menggunakan istilah ‘model’ untuk menyebut suatu bentuk tiruan fisik maupun

analitik dari produk.

Idealnya, tim dapat membuat model analitik produk dengan akurat, mungkin

dengan menerapkan persamaan model pada lembar kerja atau simulasi komputer.

Model seperti ini memungkinkan tim untuk memperkirakan dengan cepat tipe

kinerja seperti apa yang dapat diperoleh dari suatu variabel desain khusus, tanpa

melalui eksperimen yang mahal. Sedangkan model fisik biasanya dibuat dengan

menggunakan teknik perencanaan eksperimen, yang dapat meminimasi jumlah

eksperimen yang dibutuhkan.

Dengan menggunakan teknik ini, tim dapat memperkirakan apakah spesifikasi

dapat dikerjakan secara teknis atau tidak, dengan cara menyelidiki perbedaan

kombinasi variabel desai. Permodelan dan analisis tipe ini mencegah tim untuk

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

37

membuat kombinasi spesifikasi yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan

konsep produk yang tersedia.

o Langkah 2 : Mengembangkan model biaya suatu produk.

Biaya yang dimaksud adalah biaya manufaktur dimana pihak perusahaan

selalu memperoleh keuntungan yang cukup, juga dapat menawarkan produk ini ke

pelanggan dengan harga bersaing. Untuk sebagian besar produk, perkiraan

mengenai biaya manufaktur dapat diketahui dengan menuliskan daftar bahan-

bahan dan komponen dan memperkirakan harga pembelian atau pabrikasi untuk

setiap komponen.

Cara yang digunakan untuk mencatat informasi biaya adalah dengan membuat

daftar perkiraan harga terendah dan tertinggi untuk setiap komponen. Hal ini

sangat membantu tim untuk mengetahui ketidakpastian perkiraan. Daftar

komponen sangat penting sifatnya. Tim biasanya melakukan analisis biaya untuk

setiap keputusan rancangan dan melakukan perbaikan terhadap keputusan-

keputusan ini dengan berdasarkan pada analisis tersebut daftar komponen itu

sendiri adalah semacam model kinerja, selain memperkirakan nilai metrik kinerja

secara teknis, juga memperkirakan biaya manufaktur jika dikembangkan dan

diperbaharui secara teratur. Untuk produk kompleks yang terdiri dari ratusan atau

bahkan ribuan komponen yang belum tentu dapat dikelompokkan ke dalam daftar

komponen, dipermudah dengan hanya membuat daftar untuk komponen-

komponen besar dengan berdasarkan pada pengalaman atau pertimbangan suplier.

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

38

o Langkah 3 : Memperbaiki spesifikasi, membuat trade-offs jika diperlukan.

Setelah tim membuat model kinerja teknis yang dibutuhkan untuk membuat

model biaya awal, tim telah dapat menggunakan model ini untuk

mengembangkan spesifikasi akhir. Spesifikasi akhir dapat dihasilkan dengan cara

memaparkan nilai-nilai kombinasi yang mungkin melalui penggunaan model

teknis, dan kemudian biaya-biaya penerapannya dapat ditentukan.

Salah satu metode penting untuk mendukung proses pengambilan keputusan

ini adalah peta persaingan. Peta persaingan biasanya digunakan untuk mengetahui

posisi produk baru dalam persaingan. Dengan meggunakan model teknis, model

biaya produk, dan peta persaingan, tim dapat menyempurnakan spesifikasi produk

agar dapat dicapai konsep produk yang sempurna dan menghasilkan produk yang

dapat bersaing karena mempunyai keunggulan tertentu.

Untuk kategori produk yang telah matang dimana kompetisi didasarkan pada

beberapa kinerja kinetik yang suadah dikenal baik, analisa cojoint merupakan

alternatif yang sesuai untuk menyempurnakan spesifikasi produk.

o Langkah 4 : Menentukan spesifikasi yang sesuai.

Proses penetapan spesifikasi akan lebih penting dan menantang jika produk

yang dikembangkan sangat kompleks, terdiri dari subsistem, dan membutuhkan

beberapa tim pengembangan. Pada kasus seperti ini, spesifikasi digunakan untuk

menjelaskan tujuan pengembangan dari setiap subsistem. Tantangan yang

dihadapi adalah penurunan spesifikasi keseluruhan menjadi spesifikasi untuk

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

39

setiap subsistem. Masalah yang kita hadapi adalah memastikan bahwa spesifikasi

subsistem dapat mencerminkan spesifikasi produk secara keseluruhan sehingga

jika spesifikasi sebuah subsistem tercapai maka spesifikasi produk keseluruhan

juga akan tercapai. Masalah kedua adalah menyakini bahwa spesifikasi-

spesifikasi tertentu untuk subsistem yang berbeda mempunyai tingkat kesulitan

yang sama untuk dipenuhi.

Beberapa spesifikasi komponen ditentukan berdasarkan alokasi dana yang

disediakan. Namun spesifikasi komponen lainnya harus ditentukan melalui

pemahaman yang lebih kompleks mengenai bagaimana kinerja subsistem

berhubungan dengan kinerja produk secara keseluruhan.

o Langkah 5 : Merefleksikan hasil dan proses.

Apakah produk ini akan memenangkan persaingan?

Ada berapa banyak ketidakpastian yang ada pada model teknik dan model

biaya?

Apakah konsep yang dipilih oleh tim paling sesuai target pasar yang

ditetapkan atau konsep itu diterapkan pada pasar yang lain?

Haruskah perusahaan melalui usaha formal untuk mengembangkan model

teknik yang lebih baik yang merupakan ukuran kinerja produk untuk masa

yang akan datang?

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

40

2.1.4 Penyusunan Konsep

Konsep produk adalah sebuah gambaran atau perkiraan mengenai teknologi,

prinsip kerja dan bentuk produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 102). Konsep produk

merupakan gambaran singkat bagaimana produk memuaskan kebutuhan pelanggan.

Sebuah konsep biasanya diekspresikan sebagai sebuah sketsa atau sebagai sebuah

mode 3 dimensi secara garis besar dan seringkali disertai oleh sebuah uraian gambar.

Identifikasi kebutuhan pelanggan

Menetapkan Spesifikasi &

Targetnya

Mendisain Konsep2 Produk

Memilih Konsep Produk

Menguji Konsep Produk

Menetapkan spesifikasi

akhir

Rencana Alur

Pengembangan

Rencana Pengembangan

Pernyataan Misi

Proses Analisa Ekonomis Produk

Benchmark produk kompetitor

Membangun Model Pengujian dan prototype produk

Sumber: Perancangan dan Pengembangan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 103)

Gambar 2.6 Penyusunan Konsep Merupakan Bagian Dari Fase Pengembangan

Konsep

Metode penyusunan konsep secara umum terdiri atas 5 langkah dengan

memecahkan sebuah masalah kompleks yang menjadi submasalah yang lebih

sederhana. Berikut gambar dari lima langkah metode penyusunan konsep (Ulrich dan

Eppinger, 2001: 104):

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

41

Sumber: Perancangan dan Pengembangan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 104)

Gambar 2.7 Lima Langkah Metode Penyusunan Konsep

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

42

2.1.4.1 Memperjelas Masalah

Memperjelas masalah mencakup pengembangan sebuah pengertian umum dan

pemecahan sebuah masalah menjadi submasalah. Membagi sebuah masalah menjadi

sub masalah yang lebih sederhana disebut dekomposisi masalah.

Macam-macam dekomposisi masalah, yaitu :

Dekomposisi fungsi

Dekomposisi fungsi sangat sesuai diaplikasikan pada produk teknik, tapi dapat

juga diaplikasikan pada produk yang sederhana dan nonteknis

Dekomposisi berdasarkan urutan penggunaan

Pendekatan ini seringkali berguna untuk produk dengan fungsi teknis yang sangat

sederhana melibatkan interaksi banyak pemakai

Dekomposisi berdasarkan kebutuhan utama pelanggan.

Pendekatan ini seringkali berguna untuk produk yang masalah utamanya adalah

bentuk, bukan prinsip kerja atau teknologinya.

Tujuan dari semua teknik dekomposisi ini adalah untuk membagi sebuah masalah

kompleks menjadi sederhana sehingga dapat ditangani dengan lebih terfokus. Setelah

dekomposisi masalah selesai, tim memilih submasalah yang paling kritis untuk

keberhasilan produk, dan mungkin paling bermanfaat jika diselesaikan melalui solusi

baru atau solusi yang kreatif.

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

43

2.1.4.2 Pencarian Secara Eksternal

Pencarian eksternal bertujuan untuk menemukan pemecahan keseluruhan

masalah dan submasalah yang ditemukan selama langkah memperjelas masalah.

Mengimplikasikan solusi yang sudah ada biasanya lebih cepat dan lebih mudah

daripada mengembangkan sebuah solusi baru. Penggunaan bebas dari solusi yang

sudah ada memungkinkan tim untuk memusatkan kreativitasnya pada submasalah-

submasalah kritis di mana tidak ada solusi terdahulu yang memuaskan. Lebih jauh

sebuah solusi konvensional terhadap sebuah submasalah seringkali dapat

digabungkan dengan sebuah solusi baru untuk submasalah lain sehingga

menghasilkan sebuah rancangan keseluruhan yang unggul.

Sedikitnya ada 5 cara yang baik untuk mengumpulkan informasi dari sumber

eksternal, yaitu mewawancara pengguna utama, konsultasi dengan pakar, pencarian

paten, pencarian literatur dan menganalisis (benchmarking) pesaing.

2.1.4.3 Pencarian Secara Internal

Pencarian internal merupakan penggunaan pengetahuan dan kreavitas dari tim dan

pribadi untuk menghasilkan konsep solusi. Pencarian internal dalam arti semua

pemikiran yang timbul dari langkah ini dihasilkan dari ilmu pengetahuan yang ada

dalam tim.

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

44

Empat pedoman berguna untuk perbaikan baik pencarian internal individu

maupun kelompok :

1. Menunda keputusan

2. Menghasilkan banyak ide/ pemikiran

3. Terima ide-ide yang kelihatannya tidak dapat dilaksanakan

4. Menggunakan media fisik dan alat bantu spesifik

Beberapa cara untuk menghasilkan konsep solusi, yaitu :

1. Membuat analogi

2. Keinginan dan harapan

3. Menggunakan stimulus yang berkaitan

4. Menggunakan stimulus yang tidak berhubungan

5. Menetapkan sejumlah tujuan

6. Menggunakan metode galeri

2.1.4.4 Mengali Secara Sistematis

Sebagai hasil dari kegiatan pencarian secara eksternal dan internal, tim

mengumpulkan puluhan atau ratusan penggalan konsep, yaitu yang merupakan solusi

untuk sub-submasalah. Penggalian sistematis ditujukan untuk mengarahkan ruang

lingkup kemungkinan dengan mengatur dan mengumpulkan penggalan solusi ini.

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

45

Dua alat spesifik untuk mengatur kerumitan dan mengatur pemikiran tim, yaitu :

1. Pohon klasifikasi

Pohon klasifikasi membantu tim membagi beberapa penyelesaian yang mungkin

menjadi kelompok yang independen. Pohon klasifikasi konsep digunakan untuk

memisahkan keseluruhan penyelesaian yang mungkin menjadi beberapa kelas

berbeda yang akan memudahkan perbandingan dan pemangkasan.

Empat manfaat penting pohon klasifikasi :

o Memangkas cabang yang hanya sedikit memberi harapan

o Mengidentifikasikan pendekatan yang terpisah terhadap masalah

o Mengidentifikasikan perhatian yang tidak merata pada cabang-cabang tertentu

o Perbaikan dekomposisi masalh untuk cabang tertentu.

2. Tabel kombinasi

Tabel kombinasi konsep menyediakan sebuah cara untuk mempertimbangkan

kombinasi solusi secara sistematis. Solusi untuk keseluruhan masalah diperoleh

dengan mengkombinasikan satu penggalan dari tiap kolom. Memilih sebuah

kombinasi dari penggalan tidak lantas secara spontan membawa kita pada

penyelesaian keseluruhan masalah. Kombinasi dari penggalan biasanya harus

dikembangkan dan disaring sebelum timbul suatu penyelesaian yang terintegrasi.

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

46

2.1.4.5 Merefleksikan Pada Hasil dan Proses

Apakah tim yakin bahwa solusi-solusi yang mungkin telah sepenuhya digali?

Adakah alternatif diagram fungsi?

Adakah cara lain untuk mendekomposisikan masalah?

Sudahkah sumber eksternal ditelusuri?

Sudahkah pemikiran tiap orang diterima dan digabungkan dalam proses?

2.1.5 Seleksi Konsep

Seleksi konsep merupakan proses menilai konsep dengan memperhatikan

kebutuhan pelanggan dan kriteria lain, membandingkan kekuatan dan kelemahan

relatif dari konsep, dan memilih satu atau lebih konsep untuk penyelidikan, pengujian

dan pengembangan selanjutnya (Ulrich dan Eppinger, 2001: 130).

Identifikasi kebutuhan pelanggan

Menetapkan Spesifikasi &

Targetnya

Mendisain Konsep2 Produk

Memilih Konsep Produk

Menguji Konsep Produk

Menetapkan spesifikasi

akhir

Rencana Alur

Pengembangan

Rencana Pengembangan

Pernyataan Misi

Proses Analisa Ekonomis Produk

Benchmark produk kompetitor

Membangun Model Pengujian dan prototype produk

Sumber: Perancangan dan Pengembagan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 133)

Gambar 2.8 Seleksi Konsep Merupakan Bagian Dari Keseluruhan

Fase Pengembangan Konsep.

Page 43: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

47

Metode seleksi konsep pada proses ini didasarkan pada penggunaan metrik

keputusan untuk mengevaluasi masing-masing konsep dengan mempertimbangkan

serangkaian kriteria seleksi.

Sumber: Perancangan dan Pengembagan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 134)

Gambar 2.9 Seleksi Dan Penyaringan Konsep

Terdapat dua tahapan metodologi seleksi konsep, yaitu : penyaringan konsep dan

penilaian konsep (Ulrich dan Eppinger, 2001: 135). Penyaringan adalah proses yang

evaluasinya masih berupa perkiraan yang ditujukan untuk mempersempit alternatif.

Penilaian konsep merupakan sebuah analisis konsep yang ada untuk memilih salah

satu konsep memungkinkan untuk membawa kesuksesan pada sebuah produk.

Selama penyaringan konsep, beberapa konsep awal dievaluasi dengan

membandingkan dengan sebuah konsep referensi yang menggunakan metrik

penyaringan. Pada tahap awal ini perbandingan kuantitatif secara rinci sulit untuk

dihasilkan dan mungkin menyesatkan, sehingga digunakan sebuah sistem penilaian

komparatif yang masih kasar. Setelah beberapa alternatif dihilangkan, tim dapat

Page 44: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

48

memilih untuk meneruskan pada penilaian konsep, lalu mengadakan analisis yang

lebih terperinci, serta mengevalusi kuantitatif yang lebih terhadap konsep yang tersisa

dengan menggunakan metrik penilaian sebagai pedoman. Selama proses penyaringan

dan penilaian, beberapa iterasi mungkin dilakukan, sehingga menghasilkan beberapa

alternatif baru dari hasil kombinasi beberapa konsep.

Langkah-langkah pada tahapan penyaringan dan penilaian konsep, yaitu (Ulrich

dan Eppinger, 2001: 136) :

1. Menyiapkan metrik seleksi

2. Menilai konsep

3. Mengurut konsep

4. Mengkombinasi dan memperbaiki konsep

5. Memilih satu atau lebih konsep

6. Mereflesikan hasil dan proses

Page 45: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

49

Tabel 2.7 Metrik Penyaringan Konsep

Kriteria seleksiKonsep

1 2 3Kriteria 1 0 0 0Kriteria 2 0 0 0Kriteria 3 - 0 +Kriteria 4 - - +Kriteria 5 + + 0Kriteria 6 - 0 +Kriteria 7 - 0 +Jumlah + 1 1 4Jumlah 0 2 5 3Jumlah - 4 1 0Nilai akhir -3 0 4Peringkat 3 2 1Lanjutkan ? Tidak Ya Ya

Sumber: Perancangan dan Pengembagan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 137)

Proses penyaringan konsep merupakan proses penilaian yang sederhana yang

menggunakan tiga simbol yaitu nilai relatif “lebih baik” (+), jika konsep tersebut

lebih baik dari konsep yang lain dalam hal kriteria tersebut. “sama dengan” (0),

jika untuk kriteria tersebut konsep tersebut sama dengan konsep yang lainnya.

Dan terakhir “lebih buruk” (-), bila konsep tersebut lebih buruk dari konsep yang

lainnya. Kemudian jumlah bobot tiap kriteria dijumlahkan untuk masing-masing

konsep diberi rangking. Konsep yang dipilih untuk diteruskan adalah satu atau

lebih konsep yang memiliki tingkat rangking yang lebih tinggi.

Tahapan selanjutnya pada seleksi konsep adalah dengan menggunakan matriks

penilaian konsep, dengan cara menambahkan bobot kepentingan ke dalam metrik.

Page 46: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

50

Tabel 2.8 Metrik Penilaian Konsep

Konsep2 3

Kriteria Beban RatingNilai

Beban RatingNilai

BebanKriteria 1 5% 3 0.15 3 0.15Kriteria 2 15% 3 0.45 3 0.45Kriteria 3 25% 3 0.75 4 1Kriteria 4 20% 4 0.8 4 0.8Kriteria 5 10% 4 0.4 3 0.3Kriteria 6 15% 2 0.3 3 0.45Kriteria 7 10% 2 0.2 3 0.3

Total Nilai 3.05 3.45Peringkat 2 1Lanjutkan ? Tidak Ya

Sumber: Perancangan dan Pengembagan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 141)

Beberapa pola yang berbeda dapat digunakan untuk memberi bobot pada

kriteria seperti menandai nilai kepentingan dari 1-5 atau mengalokasi nilai 100%.

Selanjutnya penetapan rating dapat dilakukan oleh beberapa responden untuk

menentukan apakah bobot yang diberikan sesuai dengan kriteria yang diinginkan.

Nilai rating dan beban dikalikan untuk mendapatkan nilai beban. Nilai beban

ini yang akan dijumlahkan untuk menentukan rangking tiap konsep yang dinilai.

Sama seperti tahap penyaringan konsep, konsep yang terpilih adalah konsep yang

memiliki ranking tertinggi.

Dengan dasar kedua metrik seleksi tersebut dapat diputuskan untuk memilih

satu atau lebih konsep terbaik, konsep-konsep ini mungkin lebih lanjut

Page 47: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

51

dikembangkan, dibuat prototype dan diuji untuk memperoleh umpan balik dari

pelanggan.

2.1.6 Pengujian Konsep

Pengujian konsep berhubungan erat dengan seleksi konsep, dimana kedua

aktivitas ini bertujuan untuk menyempitkan jumlah konsep yang akan diproses

lebih lanjut. Namun pengujian konsep berbeda, karena aktivitas ini

menitikberatkan pada pengumpulan data langsung dari pelanggan potensial dan

hanya melibatkan sedikit penilaian dari tim pengembang.

Tahapan ini dilakukan setelah seleksi konsep karena tidak memungkinkan

untuk menyodorkan banyak konsep ke pelanggan potensial untuk diuji, sehingga

konsep-konsep alternatif harus dipersempit terlebih dahulu menjadi satu atau dua

konsep untuk diuji.

Identifikasi kebutuhan pelanggan

Menetapkan Spesifikasi &

Targetnya

Mendisain Konsep2 Produk

Memilih Konsep Produk

Menguji Konsep Produk

Menetapkan spesifikasi

akhir

Rencana Alur

Pengembangan

Rencana Pengembangan

Pernyataan Misi

Proses Analisa Ekonomis Produk

Benchmark produk kompetitor

Membangun Model Pengujian dan prototype produk

Sumber: Perancangan dan Pengembagan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 152)

Gambar 2.10 Pengujian Konsep Dalam Hubungan Dengan Aktivitas Pengembangan

Yang Lain.

Page 48: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

52

Metode pengujian konsep terdiri dari 7 tahap, yaitu (Ulrich dan Eppinger, 2001:

153):

o Langkah 1: Mendefinisikan maksud dari pengujian konsep

Pengujian konsep dapat diartikan sebagai suatu eksperimen, oleh karena

itu perlu didefinisikan dahulu maksud dari eksperimen ini dengan menjawab

pertanyaan-pertanyaan seperti :

Konsep mana yang akan diuji?

Bagaimana konsep dapat diperbaiki?

Berapa Jumlah produk yang dapat dijual?

Dapatkah proses pengembangan dilanjutkan?

o Langkah 2 : Memilih populasi survei

Seringkali produk ditujukan untuk pasar potensial dengan beberapa

segmen sekaligus. Hal yang perlu diperhatikan adalah pengujian ke beberapa

segmen sekaligus akan membuang banyak waktu dan biaya, sehingga

seringkali untuk menghindari pembengkakan biaya maka pengujian konsep

cukup dilakukan dengan memilih pelanggan potensial dengan segmen pasar

terbesar saja.

Page 49: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

53

o Langkah 3 : Memilih format survei

Sama seperti survei-survei yang pernah dilakukan pada tahapan

sebelumnya, jenis format yang dapat dipilih adalah dengan : face-to-face

interaction, Telepon, Surat, E-mail, Internet. Dan tiap format memiliki

kekurangan dan kelebihan masing-masing.

o Langkah 4 : Mengkomunikasikan konsep

Yang membedakan survei pengujian konsep dengan survei-survei

sebelumnya adalah adanya konsep terpilih yang harus dikomunikasikan

kepada responden untuk dinilai sendiri oleh mereka. Banyak cara yang dapat

digunakan untuk mengkomunikasikan konsep yaitu : uraian verbal, sketsa,

foto dan gambar, storyboard, video, simulasi, multimedia interaktif, model

fisik, dan prototype yang dioperasikan. Sehingga tim pengembang dapat

memilih cara yang sesuai untuk mengkomunikasikan konsep disesuaikan

dengan biaya dan kemampuan yang ada.

o Langkah 5 : Mengukur respon pelanggan

Data yang didapatkan dari survei dapat diolah dan digunakan untuk

mengukur respon pelanggan, dan hal yang terutama diukur adalah konsep

mana yang dipilih, usulan perbaikan, serta keinginan pelanggan untuk

membeli dengan dibagi ke dalam 5 skala yaitu pasti akan membeli, mungkin

akan membeli, mungkin atau tidak akan membeli, mungkin tidak akan

Page 50: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

54

membeli, pasti tidak akan membeli. Atau bisa juga dengan cara menyuruh

responden untuk menyebut angka peluang sendiri untuk membeli.

o Langkah 6 : Menginterpretasikan Hasil

Maksud dari menginterpretasikan hasil adalah bila memang ada konsep

yang mendominasi, maka secara langsung konsep tersebut dapat dipilih untuk

dilanjutkan ke tahap pengembangan model, tetapi bila hasilnya tidak terbatas,

maka konsep dapat dipilih berdasarkan pertimbangan waktu dan biaya. Dan

tidak jarang juga tim pengembang dapat memperkirakan potensi penjualan

produk 1 tahun ke depan setelah produk tersebut diluncurkan. Meskipun

sifatnya tidak pasti, tetapi prediksi penjualan cenderung berkorelasi dengan

permintaan yang sebenarnya, karena itu prediksi penjualan merupakan

informasi yang sangat berharga bagi tim pengembangan produk.

o Langkah 7 : Merefleksikan Hasil dan proses

Manfaat utama dari pengujian konsep adalah memperoleh umpan balik

dari pelanggan potensial, yang diuntungkan oleh pemikiran tentang pengaruh

tiga variabel kunci yang terdapat pada model prediksi yaitu : ukuran pasar

keseluruhan, ketersediaan tentang produk, dan proporsi pelanggan yang

mungkin akan membeli produk. Dalam merefleksikan hasil pengujian konsep,

sebaiknya 2 pertanyaan kunci harus terjawab, yaitu : apakah konsep sudah

dikomunikasikan dengan benar sehingga menghasilkan respon pelanggan

Page 51: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

55

sesuai dengan yang dituju? Dan apakah hasil prediksi konsisten dengan hasil

tingkat pengamatan tingkat penjualan terhadap produk-produk yang sama?

Akhirnya pengalaman dengan produk baru kemungkinan besar dapat

diterapkan di masa yang akan datang untuk produk-produk yang hampir sama.

2.1.7 Arsitektur Produk

Semua produk terdiri dari elemen fungsional dan fisik. Elemen-elemen fungsional

dari produk terdiri atas operasi dan transformasi yang menyumbang terhadap kinerja

keseluruhan produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 173-174).

Elemen-elemen fisik dari sebuah produk adalah bagian-bagian, komponen, dan

sub rakitan yang pada akhirnya diimplementasikan terhadap fungsi produk. Elemen-

elemen fisik diuraikan lebih rinci ketika usaha pengembangan berlanjut. Elemen fisik

produk biasanya diorganisasikan menjadi beberapa building blocks utama yang

disebut chunks. Setiap chunk terdiri dari sekumpulan komponen yang

mengimplementasikan fungsi dari produk. Arsitektur produk adalah skema elemen-

elemen fungsional dari produk disusun menjadi chunk yang bersifat fisik. Dan

menjelaskan bagaimana setiap chunk berinteraksi.

Karakter arsitektur produk yang terpenting adalah modularitas. Ciri-ciri arsitektur

modular adalah : chunk melaksanakan atau mengimplementasikan satu atau sedikit

elemen fungsional pada keseluruhan fisiknya, dan interaksi antar chunk dapat

dijelaskan dengan baik, dan umumnya penting untuk menjelaskan fungsi-fungsi

utama produk.

Page 52: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

56

Keputusan mengenai cara membagi produk menjadi chunk dan tentang berapa

banyak modularitas akan diterapkan pada arsitektur sangat terkait dengan beberapa

isu yang menyangkut kepentingan seluruh perusahaan seperti : perubahan produk,

variasi produk, standarisasi komponen, kinerja produk, kemampuan manufaktur, dan

manajemen pengembangan produk.

Langkah-langkah dalam menetapkan arsitektur produk adalah dengan (Ulrich dan

Eppinger, 2001: 180):

o Langkah 1 : Membuat Skema Produk

Sumber: Perancangan dan Pengembagan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 181)

Gambar 2.11 Contoh Skema Produk

Sebuah produk dianggap terdiri dari elemen fungsional dan fisik. Elemen

fungsional dari produk terdiri atas operasi dan transformasi yang menyumbang

terhadap kinerja keseluruhan produk. Elemen-elemen fisik dari suatu produk adalah

bagian-bagian produk (part), komponen, dan sub rakitan yang pada akhirnya

diimplementasikan terhadap fungsi produk. Arsitektur produk adalah skema elemen-

Page 53: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

57

elemen fungsional dari produk disusun menjadi chunk yang bersifat fisikal dan

menjelaskan bagaimana setiap chunk berinteraksi.

Membuat skema produk merupakan langkah pertama dari menetapkan arsitektur

produk. Skema adalah diagram yang menggambarkan pengertian tim terhadap

elemen-elemen penyusun produk. Pada akhir fase pengembangan konsep, beberapa

elemen yang dituliskan pada skema berupa elemen-elemen fisik. Beberapa elemen

berhubungan dengan komponen-komponen kritis. Tapi beberapa elemen tetap

diuraikan secara fungsional. Ini adalah elemen fungsional produk yang belum diubah

menjadi konsep fisik atau komponen. Elemen-elemen yang belum diubah menjadi

konsep fisik atau komponen tersebut umumnya merupakan inti dari konsep dasar

produk yang harus didesain dan diseleksi oleh tim. Sedangkan elemen lainnya yang

tetap tidak dispesifikasikan menjadi konsep fisik biasanya merupakan fungsi

tambahan sebuah produk.

Skema harus mencerminkan pemahaman tim yang terbaik mengenai kondisi

produk. Namun bukan berarti skema harus mengandung setiap detail yang dipikirkan.

Aturan yang baik adalah menempatkan kurang dari 30 elemen ke dalam skema untuk

pembuatan arsitektur produk. Jika produk merupakan suatu sistem yang kompleks,

yang melibatkan ratusan elemen fungsional, akan berguna untuk menghilangkan

beberapa elemen lainnya menjadi fungsi tingkatan yang lebih tinggi untuk

dikomposisikan.

Skema tidak diciptakan secara spesifik. Pilihan spesifik yang dibuat pada waktu

membuat skema, seperti elemen fungsional maupun penyusunnya, akan sedikit

Page 54: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

58

mempengaruhi arsitektur produk. Alternatif lainnya adalah mendistribusikan

pengontrolan kepada setiap elemen lain yang terdapat pada produk yang

dikoordinasikan oleh komputer sentral. Karena umumnya ruang gerak skema luas,

tim seharusnya menghasilkan beberapa alternatif dan memilih pendekatan yang akan

mendukung upaya ini.

o Langkah 2 : Mengelompokan Elemen-Elemen Pada Skema

Sumber: Perancangan dan Pengembagan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 182)

Gambar 2.12 Contoh Function Diagram

Langkah kedua dalam menetapkan arsitektur produk adalah mengelompokkan

elemen-elemen pada skema. Mengelompokkan elemen-elemen pada skema yaitu

menugaskan setiap elemen yang terdapat pada skema menjadi chunk. Alternatif pada

satu sisi mungkin sesuatu yang ekstrim. Pada sisi ekstrim lainnya, tim dapat saja

memutuskan bahwa produk hanya mempunyai satu chunk utama dan kemudian

Page 55: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

59

berusaha untuk mengintegrasikan semua elemen produk secara fisik. Kenyataannya,

mempertimbangkan semua kemungkinan pengelompokkan elemen akan

menghasilkan banyak alternatif. Salah satu prosedur untuk mengatur kompleksitas

alternatif adalah dengan mengasumsikan bahwa setiap elemen pada skema akan

ditugaskan terhadap satu chunk tersendiri. Kemudian secara bertahap dilakukan

pengelompokkan jika memungkinkan.

Beberapa faktor untuk mengetahui kapan sebaiknya pengelompokkan dilakukan

yaitu:

Integrasi Geometris dan Presisi: Penugasan elemen terhadap chunk yang sama

memungkinkan satu orang atau kelompok mengontrol hubungan fisik antar

elemen.

Pembagian Fungsi: Ketika satu komponen fisik dapat mengimplementasikan

beberapa elemen fungsional dari produk, elemen-elemen fungsional ini sebaiknya

dikelompokkan bersama-sama.

Kemampuan (Kapabilitas) Pemasok: Pemasok yang dipercaya mungkin

mempunyai kapabilitas tertentu yang berkaitan dengan proyek pengembangan,

dan untuk memperoleh hasil yang terbaik dari kapabilitas tersebut, tim dapat

mengelompokkan elemen-elemen yang merupakan keahlian pemasok menjadi

satu chunk.

Kesamaan Desain atau Teknologi Produk: Ketika dua atau lebih elemen

fungsional dapat diimplimentasikan menggunakan desain atau teknologi produksi

Page 56: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

60

yang sama, maka penggabungan elemen-elemen ini pada chunk yang sama akan

menghasilkan desain atau proses produksi lebih ekonomis.

Lokalisasi Perubahan: Ketika tim mengantisipasi sejumlah besar perubahan pada

beberapa elemen, yang lebih baik adalah mengisolasi elemen tersebut pada chunk

terpisah, sehingga perubahan diperlukan terhadap elemen tersebut dapat

dilakukan tanpa merusak chunk lainnya.

Mengakomodasikan Variasi: Elemen-elemen harus dikelompokkan sedemikian

rupa untuk memungkinkan perusahaan menvariasikan produk dengan cara akan

memberikan nilai tambah bagi pelanggan.

Kemungkinan Standarisasi: Jika beberapa elemen juga dapat digunakan pada

produk lain, elemen-elemen ini dapat dikelompokkan menjadi satu chunk.

Kemudahan Perpindahan Berbagai Jenis Penghubung yang ada pada produk:

Beberapa interaksi dengan mudah dikirimkan menempuh jarak yang jauh.

o Langkah 3 : Membuat Susunan Geometris Yang Masih Kasar

Langkah ketiga dalam menetapkan arsitektur produk adalah membuat susunan

geometris yang masih kasar. Susunan geometris dapat diciptakan dalam bentuk

gambar, model komputer atau model fisik (dari triplek atau busa, sebagai contoh)

yang terdiri dari dua atau tiga dimensi. Pembuatan susunan geometris akan

mendorong tim untuk mempertimbangkan apakah antarmuka antar chunk cukup

layak untuk mendukung hubungan dimensi dasar diantara chunk. Pada tahap ini, tim

Page 57: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

61

akan diuntungkan dengan menghasilkan beberapa alternatif susunan geometris dan

kemudian memilih yang terbaik. Kriteria keputusan untuk memilih susunan geometris

sangat terkait dengan tahap pengelompokkan pada langkah 2. Pada beberapa kasus

tim mungkin menemukan bahwa pengelompokkan yang dilakukan pada langkah 2

tidak layak, dan kemudian beberapa elemen harus disusun ulang pada chunk-chunk

yang lain. Pembuatan susunan geometris yang kasar harus dikoordinasikan dengan

desainer industri yang ada di dalam tim dalam kasus dimana aspek eksetika,

keamanan dan kenyamanan dari sebuah produk penting dan sangat terkait dengan

perancangan geometris dari chunk.

o Langkah 4 : Mengidentifikasikan Interaksi Fundamental dan Insidental

Mengidentifikasikan interaksi fundamental dan insidental merupakan langkah

terakhir (keempat) dari menetapkan arsitektur produk. Interaksi fundamental adalah

interaksi yang sesuai dengan garis skema yang menghubungakan satu chunk dengan

chunk lainnya. (proses yang sangat mendasar dari suatu sistem operasi). Sedangkan

interaksi insidental yaitu interaksi yang muncul akibat implikasi elemen fungsional

menjadi bentuk fisik tertentu atau karena pengaturan geometris dari chunk.

Walaupun interaksi fundamental secara eksplisit diperlihatkan oleh skema yang

menunjukkan pengelompokkan elemen menjadi chunk, interaksi insidental juga harus

didokumentasikan dalam beberapa cara. Untuk interaksi chunk dalam jumlah yang

sedikit (kurang dari 10), diagram interaksi adalah cara yang tepat untuk menunjukkan

interaksi-interaksi insidental. Untuk sistem yang lebih besar, diagram seperti ini

Page 58: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

62

membingungkan, sebagai gantinya adalah metrik interaksi adalah alat yang tepat

untuk menggambarkan interaksi insidental sekaligus interaksi fundamental. Metrik

ini juga digunakan untuk mengelompokkan elemen fungsional menjadi chunk

berdasarkan jumlah interaksi yang terjadi.

2.1.8 Desain Industri

2.1.8.1 Kebutuhan-Kebutuhan Ergonomik

Tabel 2.9 Tabel Contoh Format Kebutuhan Ergonomik

Kebutuhan Ergonomik

Level Kepentingan Penjelasan Peringkat

Kemudahan pemakaian

Rendah Sedang Tinggi .

Kemudahan perawatan

Rendah Sedang Tinggi

Kuantitas interaksi pemakai

Rendah Sedang Tinggi

Pembaruan interaksi pemakai

Rendah Sedang Tinggi

Keamanan Rendah Sedang Tinggi

Sumber: Perancangan dan Pengembagan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 204)

Page 59: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

63

Kebutuhan-kebutuhan ergonomi pada desain industri, yaitu (Ulrich dan Eppinger,

2001: 202-203):

Kemudahan pemakaian

Kemudahan pemakaian mungkin sangat penting untuk produk-produk yang

sering digunakan, seperti sebuah fotokopi kantor, dan produk-produk yang jarang

digunakan, seperti alat pemadam kebakaran. Kemudahan pemakaian akan lebih

diperlukan jika produk mempunyai beberapa ciri atau cara mengoperasikannya

yang mungkin membingungkan dan menyebabkan pemakainya frustasi. Ketika

kemudahan pemakaian menjadi kriteria yang penting, desainer industri perlu

menjamin bahwa ciri-ciri produk secara efektif dapat memberitahukan fungsi-

fungsinya.

Kemudahan perawatan

Jika produk perlu diperbaiki secara berkala kemudahan perawatan menjadi

penting. Sebagai contoh, seorang pemakai harus dapat membersihkan kertas yang

terjepit dalam sebuah printer atau mesin fotokopi dengan mudah. Sekali lagi,

adalah penting bahwa ciri-ciri suatu produk untuk memberitahukan prosedur

perawatan/ perbaikan kepada pemakainya. Bagaimanapun dalam banyak kasus,

penyelesaian yang lebih, diperlukan untuk memenuhi perawatan secara

keseluruhan.

Page 60: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

64

Kuantitas interaksi pemakai

Secara umum, semakin banyak interaksi pemakai dengan produk, produk akan

semakin tergantung pada desain industri. Sebagai contoh, pegangan pintu

biasanya hanya membutuhkan satu interaksi, sedangkan sebuah komputer yang

mudah dibawa membutuhkan selusin atau lebih interaksi. Semua ini dipahami

benar oleh desainer industri. Lebih jauh, setiap interaksi mungkin membutuhkan

suatu pendekatan desain yang berbeda dan/ atau riset tambahan.

Pembaharuan interaksi pemakai

Suatu antarmuka pemakai memerlukan perbaikan terhadap desain yang telah

ada yang secara relatif akan mudah dipahami untuk desain, seperti tombol-tombol

pada mouse komputer desktop generasi yang akan dating. Semakin banyak

pembaruan pada interfase pemakai mungkin memerlukan riset yang subtansial

dan studi kemungkinan, seperti jalur bola yang dibuat di dalam pada komputer

Notebook Powerbook Macintosh pertama.

Keamanan

Semua produk mempunyai pertimbangan keamanan. Untuk beberapa produk,

hal ini dapat menghasilkan tantangan yang nyata bagi tim desain. Sebagai contoh,

perhatian keamanan pada desain boneka anak akan lebih menonjol dibandingkan

sebuah mouse komputer baru.

Page 61: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

65

2.1.8.2 Kebutuhan-Kebutuhan Estetis

Tabel 2.10 Contoh Format Tabel Kebutuhan Estetis

Kebutuhan Ergonomik

Level Kepentingan Penjelasan Peringkat

Diferensiasi Produk

Rendah Sedang Tinggi

Gengsi Kepemilikan, Mode, atau Kesan

Rendah Sedang Tinggi

Motivasi Tim

Rendah Sedang Tinggi

Sumber: Perancangan dan Pengembagan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 204)

Kebutuhan-kebutuhan estetis pada desain industri, yaitu (Ulrich dan Eppinger, 2001:

203):

Diferensiasi Produk

Produk dengan market dan teknologi yang stabil sangat tergantung pada desain

industri untuk menciptakan daya tarik estetis dan, tentunya diferensiasi visual.

Sebaliknya produk seperti internal disk drive komputer yang dibedakan oleh

kinerja teknologinya lebih sedikit tergantung pada desain industri.

Gengsi Kepemilikan, Mode, atau Kesan

Persepsi pelanggan terhadap suatu produk sebagian didasarkan oleh daya tarik

estetis. Produk yang menarik mungkin diasosiasikan dengan mode dan kesan

yang tinggi. Pada akhirnya hal itu akan menciptakan gengsi yang tinggi pada

pemiliknya. Hal ini mungkin berlawanan terhadap suatu produk yang terlihat dan

Page 62: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

66

terasa kasar atau konservatif. Ketika karakteristik itu penting, desain industri akan

memainkan peranan penting dalam menentukan kesuksesan akhir.

Motivasi Tim

Suatu produk yang mempunyai daya tarik estetis dapat membangkitkan

perasaan bangga diantara para staf desain dan manufaktur. Kebanggaan tim dapat

memotivasi dan menyatukan setiap orang yang berhubungan dengan proyek.

Konsep awal desain industri memberikan tim suatu visi kongkrit terhadap hasil

akhir suatu pengembangan.

2.1.8.3 Konseptualisasi

Setelah kebutuhan dan tuntutan pelanggan dipahami, desainer industri membantu

tim untuk membuat konsep produk. Selama tahap penggalian konsep ahli teknik

dengan sendirinya menfokuskan perhatian mereka untuk menemukan penyelesaian

subfungsi teknis dari produk. Pada saat ini, desainer industri berkonsentrasi

menciptakan bentuk produk dan penghubung pemakai. Desainer industri membuat

sketsa yang sederhana. Untuk setiap konsep sketsa itu dikenal dengan thumbnail

sketch. Sketsa-sketsa ini adalah yang cepat dan tak mahal untuk mengeksperesikan

ide-ide dan mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan.

Konsep-konsep yang diajukan kemudian dicocokkan dan digabungkan dengan

penyelesaian teknis selama masa penggalian. Konsep-konsep ini dikelompokkan dan

Page 63: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

67

dievaluasi oleh tim berdasarkan kebutuhan pelanggan, kemungkinan teknis, biaya dan

pertimbangan manufaktur.

Sangatlah tidak menguntungkan jika didalam beberapa perusahaan, desainer

industri bekerja terpisah dari ahli teknik. Ketika hal ini terjadi, desain industri yang

diajukan untuk konsep melibatkan bentuk dan gaya yang terikat. Ketika ahli-ahli

teknik menemukan konssep-konsep tersebut secara teknis tidaklah memungkinkan

biasanya terdapat sejumlah pengulangan. Karenanya perusahaan telah menemukan

keuntungan dengan menggabungkan koordinasi antara desainer industri dengan ahli-

ahli teknik melalui fase pengembangan konsep sehingga pengulangan ini dapat

dicapai dengan lebih cepat bahkan dalam bentuk sketsa.

2.1.8.4 Perbaikan Awal

Pada fase perbaikan awal, desainer industri membuat model dari konsep yang

paling menjanjikan. Model lunak (soft model) biasanya dibuat dalam skala penuh

dengan menggunakan busa atau papan berinti-busa. Ini adalah metode kedua yang

tercepat, namun sedikit lebih lambat dari sketsa, digunakan untuk mengevaluasi

konsep.

Meskipun secara umum masih kasar, model-model ini sangat berguna karena

model ini membantu tim pengembangan untuk mengekspresikan dan

mengvisualisasikan konsep produk kedalam bentuk tiga dimensi. Konsep-konsep

dievaluasi oleh desainer industri, ahli teknik, personil pemasaran dan pelanggan

potensial melalui proses menyentuh, merasa dan memodifikasi model. Biasanya

Page 64: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

68

desainer akan membuat sebanyak mungkin model tergantung pada waktu dan

keuangan. Konsep-konsep yang sukar divisualisasikan memerlukan lebih banyak

model divisualisasikan dibandingkan yang sederhana.

Desainer industri menggunakan sejumlah model lunak untuk menilai ukuran,

proporsi, dan bentuk keseluruhan dari banyak konsep yang diajukan.

2.1.8.5 Perbaikan Lanjutan dan Pemilihan Konsep Akhir

Pada tahap ini, para desainer industri sering mengganti dari model lunak dan

sketsa menjadi model kasar dan gambaran informasi-intensif yang dikenal dengan

rendering. Rendering memperlihatkan detail desain dan sering melukiskan

penggunaan produk. Yang digambarkan dalam bentuk dua atau tiga dimensi,

rendering menyampaikan sejumlah informasi mengenai produk. Rendering sering

digunakan untuk studi warna dan pengujian penerimaan pelanggan untuk ciri dan

fungsi produk yang diajukan.

Langkah perbaikan akhir sebelum memilih suatu konsep adalah menciptakan

model keras. Model ini secara teknis sebelum berfungsi karena hanya mendekati

replika desain akhir dengan penampilan yang sangat realistik. Model keras tersebut

terbuat dari kayu busa tebal, plastik atau logam. Model itu dilukis dan diberi tekstur

serta mempunyai beberapa ciri “fungsi kerja”, seperti tombol-tombol yang berfungsi

untuk mendorong dan meluncurkan gerakan. Karena model keras berharga ribuan

dolar, tim pengembangan produk biasanya mempunyai anggaran untuk membuat

model ini dalam jumlah sedikit.

Page 65: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

69

Model keras dapat digunakan untuk memperoleh tambahan arus balik pelanggan

pada fokus grup, mengiklankan dan mempromosikan produk pada pameran

perdagangan, menjual konsep kepada manajemen senior dalam suatu organisasi dan

untuk perbaikan lanjutan konsep akhir.

2.1.8.6 Penilaian Dalam Desain Industri

Tabel 2.11 Tabel Penilaian Dalam Desain Industri

Kategori Penilaian Level Kepentingan Penjelasan Peringkat1. Kualitas dari

antarmuka pengguna

Rendah Sedang Tinggi

2. Daya tarik Emosional

3. Kemampuan untuk

memelihara dan

memperbaiki produk

4. Penggunaan yang

tepat dari sumber

Page 66: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

70

5. Diferensiasi produk

Sumber: Perancangan dan Pengembagan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 215)

Penilaian kualitas dalam desain industri, yaitu (Ulrich dan Eppinger, 2001: 214-

216):

Kualitas antar muka pengguna

Ini adalah rating tentang bagaimana mudahnya produk itu digunakan. Kualitas

antarmuka berhubungan dengan penampilan produk, rasa, dan bentuk interaksi.

Daya tarik emosinal

Peringkat secara keseluruhan, konsumenlah yang menjadi daya tarik bagi suatu

produk. Daya tarik ini dicapai lewat penampilan, sentuhan suara dan baunya.

Kemampuan untuk memelihara dan memperbaiki produk

Ini adalah peringkat kesenangan untuk memelihara dan memperbaiki suatu

produk. Pemeliharaan dan perbaikan seharusnya dipertimbangkan dengan

interaksi antar pemakai.

Penggunaan yang tepat dari sumber

Ini adalah peringkat bagaimana sebaiknya sumber daya digunakan untuk

memenuhi kebutuhan konsumen. Jenis sumber daya lebih diarahkan pada desain

industri pengeluaran dolar dan fungsi lainnya. Faktor ini cenderung untuk

Page 67: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

71

menggerakkan harga-harga seperti pada pembuatan barang-barang. Rancangan

produk yang kurang baik, salah satunya dari segi yang kurang penting atau

produknya yang terbuat dari bahan yang tak biasa yang akan mempengaruhi hasil

peralatannya, proses pembuatan barang-barang, proses pemasangan dan lain-

lainnya.

Differensiasi produk

Ini adalah peringkat dari suatu produk yang unik dan konsisten terhadap

identitas perusahaan. Perbedaan ini diutamakan dari bentuknya.

2.1.9 Design For Manufacturing (DFM)

Biaya manufaktur merupakan penentu utama dalam keberhasilan ekonomis dari

suatu produk. Keberhasilan ekonomis tergantung dari marjin keuntungan dari tiap

penjualan produk dan berapa banyak yang dapat dijual oleh perusahaan. Jadi secara

keseluruhan DFM memiliki sasaran jaminan kualitas produk yang tinggi, sambil

meminimasi biaya manufaktur (Ulrich dan Eppinger, 2001: 223).

DFM mengarahkan untuk meminimasi biaya manufaktur tanpa harus mengurangi

kualitas dari produk tersebut. Metode itu terdiri dari lima langkah (Ulrich dan

Eppinger, 2001: 224):

- Memperkirakan biaya manufaktur

- Mengurangi biaya komponen

- Mengurangi biaya perakitan

Page 68: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

72

- Mengurangi biaya pendukung produksi

- Mempertimbangkan pengaruh keputusan DFM pada faktor lainnya.

Sumber: Perancangan dan Pengembangan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 225)

Gambar 2.13 Metode Dalam DFM

Page 69: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

73

Biaya manufaktur secara keseluruhan dapat diperkirakan dengan memperhatikan

variabel-variabel komponen yang secara sistematis memperlihatkan cara

memperkirakan biaya manufaktur secara keseluruhan.

Setelah biaya manufaktur secara keseluruhan diperkirakan, maka biaya-biaya

tersebut dapat diperkirakan secara terpisah untuk dianalisis manakah biaya yang

dapat dikurangi dengan tanpa mengurangi kualitas produk. Perkiraan biaya tersebut

dibagi ke dalam tiga bagian yaitu biaya komponen, biaya perakitan serta biaya

overhead.

Perkiraan-perkiraan biaya tersebut dapat dipisah dengan tampilan seperti berikut :

Perkiraan biaya komponen, dengan cara memperhitungkan jumlah material yang

digunakan, beserta biaya overhead yang merupakan 10% dari bahan yang dibeli, dan

80% dari upah perakitan.

Selanjutnya memperkirakan biaya perakitan dengan melihat jumlah proses

perakitan, untuk kemudian dihitung waktu perakitan. Setelah itu total biaya perakitan

didapatkan dengan mengalikan total waktu perakitan dengan biaya perakitan dalam

satuan rupiah/jam.

Bila pengurangan-pengurangan biaya sudah dilakukan, maka tahap akhir dari

DFM adalah memperkirakan ulang biaya manufaktur secara keseluruhan dengan

menggunakan format yang sama seperti yang dilakukan di awal tahapan ini.

Keputusan untuk menerima desain dapat diteruskan jika sasaran dari DFM terpenuhi,

yaitu apabila minimasi biaya tidak mempengaruhi kualitas dan fungsi dari produk

tersebut.

Page 70: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

74

2.1.10 Prototype

Prototype sebagai sebuah penaksiran produk melalui satu atau lebih dimensi yang

menjadi perhatian (Ulrich dan Eppinger, 2001: 259). Dengan definisi ini, setiap

wujud yang memperlihatkan sedikitnya satu aspek produk yang menarik bagi tim

pengembangan dapat ditampilkan sebagai sebuah prototype. Definisi ini menyimpang

dari penggunaan umumnya, dimana mencakup bermacam bentuk prototype seperti

penggambaran konsep, model matematika, dan bentuk fungsional yang lengkap

sebelum dibuat dari suatu produk.

Prototype dapat diklasifikasikan diantara dua dimensi. Dimensi yang pertama

adalah tingkat dimana sebuah prototype merupakan bentuk fisik sebagai lawan dari

analitik. Aspek-aspek dari produk yang diminati oleh tim pengembangan secara nyata

dibuat menjadi suatu benda untuk pengujian dan percobaan. Prototype analitik

menampilkan produk yang tidak nyata, biasanya sistematis, cara. Aspek yang

menarik adalah produk dianalisis daripada dibuat. Sedangkan dimensi kedua dalah

tingkatan dimana sebuah prototype merupakan prototype yang menyeluruh sebagai

lawan dari terfokus. Prototype yang menyeluruh mengimplementasikan sebagian

besar atau semua atribut dari produk. Prototype yang menyeluruh dapat disamakan

dengan pemakaian sehari-hari dari kata prototype, merupakan sebuah skala

keseluruhan, versi kerja keseluruhan produk. Berlawanan dengan prototype

menyeluruh, prototype terfokus mengimplementasikan satu atau sedikit sekali atribut

produk. Secara praktek umum dimaksudkan untuk menggunakan dua atau lebih

Page 71: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

75

prototype terfokus yang terpisah, tim dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan lebih

cepat daripada jika membuat satu prototype menyeluruh.

Prototype digunakan untuk empat tujuan, yaitu:

Pembelajaran : prototype sering digunakan untuk menjawab dua tipe pertanyaan

“Akankah dapat bekerja?” dan “Sejauh mana dapat memenuhi kebutuhan

pelanggan?”.

Komunikasi : prototype memperkaya komunikasi dengan manajemen puncak,

penjual, mitra, keseluruhan anggota tim, pelanggan, dan investor. Hal ini benar

karena sebuah gambaran, alat, tampilan tiga dimensi dari produk lebih mudah

dimengerti daripada sebuah penggambaran verbal, bahkan sketsa produk

sekalipun.

Penggabungan : prototype digunakan untuk memastikan bahwa komponen-

komponen dan subsistem-subsistem dari produk bekerja bersamaan seperti yang

diharapkan.

Milestones : dalam tahap pengembangan produk berikutnya, prototype digunakan

untuk mendemonstrasikan bahwa produk telah mencapai tingkat kegunaan yang

diinginkan.

Page 72: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

76

Prinsip-prinsip yang menunjukkan tentang keputusan-keputusan terhadap tipe

prototype mana yang harus dibuat dan mengenai bagaimana memasukkan prototype

ke dalam rencana pengembangan:

Prototype analitik umumnya lebih fleksibel dibandingkan prototype fisik.

Prototype fisik dibutuhkan untuk menemukan fenomena yang tidak dapat diduga.

Sebuah prototype dapat mengurangi resiko iterasi yang merugikan.

Sebuah prototype dapat memperlancar langkah pengembangan lainnya.

Sebuah prototype dapat menstrukturisasi ketergantungan tugas.

Ratusan teknologi produk yang berbeda digunakan untuk membuat prototype,

khususnya prototype fisik. Dan teknologi yang telah timbul sebagai hal yang penting

sekali dalam 10 tahun terakhir, model 3D dan pembuatan bentuk bebas.

Model komputer 3D: Pada dekade yang lalu, cara yang dominan dalam

menampilkan rancangan telah berubah secara dramatis dari gambar-gambar,

seringkali dibuat dengan komputer, menjadi model komputer 3D. Model ini

menampilkan rancangan sebagai bentuk 3D, masing-masing biasanya dibangun

dari bangun geometrik dasar seperti silinder, balok, dan lubang. Keuntungan

model komputer 3D meliputi kemampuan untuk secara otomatis

memperhitungkan sifat fisik seperti massa dan volume; efisiensinya meningkat

dari membuat satu dan hanya satu gambaran resmi dari rancangan, menjadi dapat

dibuat gambaran yang lebih terfokus, seperti tampilan yang mewakili

Page 73: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

77

keseluruhan. Model komputer 3D juga dapat digunakan untuk mendeteksi

gangguan geometrik antara bagian-bagian dan memberikan gambaran pokok

untuk analisis yan lebih terpusat untuk kinematik atau tegangan. Model komputer

3D ini telah mulai diperlakukan sebagai prototype. Pada beberapa penempatan

penggunaan model komputer 3D telah menyisihkan satu atau lebih prototype

fisik.

Pembuatan bentuk bebas: Pada tahun 1984, sistem pembuatan bentuk bebas

pertama kali dikenalkan dengan menggunakan sistem 3D. Teknologi ini disebut

stereolithografi, dan lusinan teknologi yang bersaing akan mengikutinya,

membuat objek fisik secara langsung dari model komputer 3D dan dapat sebagai

“pencetak tiga dimensi”. Koleksi teknologi ini sering kali disebut membuat

prototype secara cepat. Sebagian besar teknologi bekerja dengan membangun

sebuah objek, satu lapisan secara keseluruhan pada saat bersamaan, dengan

pengendapan material atau dengan mengeraskan cairan secara selektif. Bagian

hasilnya paling sering dibuat dari plastik, tetapi bahan lainnya tersedia, seperti

lilin, kertas, keramik, dan logam. Pada beberapa kasus, bagian-bagian tersebut

digunakan secara langsung untuk penggambaran atau dalam hal kerja prototype.

Namun bagian tersebut sering kali digunakan sebagai pola untuk membuat bentuk

atau cetakan dari bagian yang memiliki sifat bahan khusus yang kemudian dapat

dibentuk atau dicetak. Teknologi pembuatan bentuk bebas memungkinkan

prototype 3D yang nyata dibuat lebih awal dan lebih murah dibandingkan yang

Page 74: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

78

mungkin sebelumnya. Jika digunakan secara tepat, prototype ini dapat

mengurangi waktu pengembangan produk dan / atau memperbaiki prooduk hasil.

Sebagai tambahan, untuk memungkinkan pembuatan prototype kerja yang cepat,

teknologi ini dapat digunakan untuk mewujudkan konsep produk secara cepat dan

murah, meningkatkan kemudahan dengan konsep-konsep yang dapat

dikomunikasikan dengan anggota tim lainnya, senior manager, rekan

pengembangan, atau pelanggan potensial.

Empat metode langkah untuk merencanakan sebuah prototype selama usaha

pengembangan produk, yaitu (Ulrich dan Eppinger, 2001: 270-274):

Langkah 1: Menetapkan Tujuan Prototype

Mengingat kembali empat tujuan prototype, yaitu: pembelajaran, komunikasi,

penggabungan, dan milestone. Dalam menetapkan tujuan sebuah prototype, tim

mendaftar khususnya pembelajaran dan kebutuhan komunikasi. Anggota tim juga

mendaftar beberapa kebutuhan penggabungan baik yang jadi ataupun tidak.

Prototype diharapkan untuk menjadi satu atau beberapa tonggak utama dari

proyek pengembangan produk keseluruhan.

Langkah 2: Menetapkan Tingkat Perkiraan Konsep

Merencanakan sebuah prototype membutuhkan tingkatan di mana produk

akhir diperkirakan akan ditetapkan. Tim harus mempertimbangkan apakah

Page 75: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

79

prototype fisik diperlukan atau apakah prototype analitik yang terbaik untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Dalam banyak kasus, prototype yang terbaik

adalah prototype yang paling sederhana yang akan memenuhi tujuan yang

ditetapkan pada langkah 1. Pada beberapa kasus, prototype yang sudah ada atau

prototype yang dibuat untuk tujuan lain dapat dipinjam.

Langkah 3: Menggariskan Rencana Percobaan

Dalam banyak kasus, penggunaan prototype dalam pengembangan produk

dapat dianggap sebagai sebuah percobaan. Praktek percobaan yang baik

membantu untuk menjamin penggalian nilai maksimum dari kegiatan pembuatan

prototype. Rencana percobaan meliputi identifikasi variabel percobaan (jika ada),

protocol, pengujian, sebuah indikasi mengenai pengukuran apa yang akan

ditampilkan, dan sebuah rencana untuk menganalisis data hasil.

Langkah 4: Membuat Jadwal Untuk Perolehan, Pembuatan, dan Pengujian.

Karena pembuatan dan pengujian prototype mempertimbangkan subproyek

dalam keseluruhan proyek pemgembangan, tim diuntungkan dari jadwal untuk

kegiatan membuat prototype. Tiga tanggal pertemuan sangat penting dalam

menetapkan usaha pembuatan prototype. Pertama, tim menetapkan kapan bagian-

bagian akan siap untuk dirakit (ini kadang-kadang disebut tanggal “rangkaian

bagian”). Kedua, tim menetapkan tanggal kapan prototype akan diuji pertama kali

Page 76: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

80

(ini kadang-kadang disebut tanggal “pengujian asap”), karena merupakan waktu

tim untuk pertama kalinya menyalurkan energi dan “melihat asap” dalam produk

dengan sistem listrik. Yang ketiga, tim menetapkan tanggal saat prototype

diharapkan telah selesai diuji dan memberikan hasil akhir.

2.2 Metode Pengumpulan Data

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari

berbagai proses biologis dan psikologis (Sugiyono, 2004: 139). Dua diantara yang

terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Observasi yang dilakukan

adalah observasi terstruktur. Dimana observasi yang dirancang secara sistematis,

tentang apa yang akan diamati, dimana tempatnya. Pedoman untuk melakukan

observasi, yaitu:

Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data dikarenakan peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti, dan juga hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah

respondennya sedikit/ kecil. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak

terstruktur, adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan

pedoman wawacara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk

pengumpulan datanya (Sugiyono, 2004: 130).

Page 77: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

81

Kuisioner

Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertutlis kepada responden

untuk dijawabnya (Sugiyono, 2004: 135). Kuisioner cocok digunakan bila peneliti

tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari

responden. Selain itu, kuisioner juga cocok digunakan bila jumlah responden

cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuisioner dapat berupa

pertanyaan/ pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden

secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet.

2.3 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono, 2004: 73). Hal ini dilakukan apabila populasi besar dan peneliti

tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi karena keterbatasan dana,

tenaga, dan waktu. Teknik sampling/ teknik pengambilan sampel pada dasarnya dapt

dikelompokkan menjadi dua, yaitu probability sampling dan nonprobability

sampling. Dimana probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang

memberi peluang/ kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi

untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2004: 77). Teknik sampel ini meliputi:

simple random, proportionate stratified random, disproportionate stratified random,

dan cluster random. Dimana nonprobability sampling yaitu teknik pengambilan

Page 78: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

82

sampel yang tidak memberi peluang/ kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau

anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2004: 77). Teknik sampel

ini meliputi: sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, sampling

purposive, sampling jenuh, dan snowball sampling.

Menentukan ukuran sampel dengan menggunakan rumus Paul Leedy :

)1)((2

PPeZN

, dimana : N = Ukuran sampel

Z = Peubah acak untuk tingkat kepercayaan yang

dipilih

e = Sampling error

P = Proporsi harus dalam populasi

2.4 Metode Pengujian Data

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang

atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2004: 86). Dalam

penelitian fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang

selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.

Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator

variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun

item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap

item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat

positif sampai sangat negatif.

Page 79: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

83

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor,

misalnya:

1. Setuju/ selalu/ sangat positif diberi skor 5

2. Setuju/ sering/ positif diberi skor 4

3. Ragu-ragu/ kadang-kadang/ netral diberi skor 3

4. Tidak setuju/ hampir tidak pernah/ negatif diberi skor 2

5. Sangat tidak setuju/ tidak pernah/ sangat negatif diberi skor 1

Berdasarkan hasil kuisioner tersebut maka akan dihasilkan suatu perhitungan

mengenai tingkat kesesuaian (Supranto, 2001: 240). Tingkat kesesuaian adalah hasil

perbandingan skor kinerja produk dengan skor kepentingan. Tingkat kesesuaian

inilah yang akan menentukan urutan prioritas peningkatan faktor-faktor yang

mempengaruhi kepuasan pelanggan.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang diwakilkan oleh huruf X dan Y,

dimana : X merupakan tingkat kinerja produk, sedangkan Y merupakan tigkat

kepentingan pelanggan.

Adapun rumus yang digunakan adalah :

%100YiXiTki ,

dimana : Tki = Tingkat kesesuaian responden

Xi = Skor penilaian kinerja produk

Yi = Skor penilaian kepentingan pelanggan

Page 80: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

84

Selanjutnya sumbu mendatar (X) akan diisi oleh skor tingkat tinggi kepuasan,

sedangkan sumbu tegak (Y) akan diisi oleh skor tingkat tinggi kepentingan. Dalam

penyederhanaan rumus, maka untuk tiap faktor yang mempengaruhi kepuasan

pelanggan dengan :

nXi

X nYi

Y

dimana : X = Skor rata-rata tingkat kepuasan

Y = Skor rata-rata tingkat kepentingan

n = Jumlah responden

Diagram kartesius merupakan suatu bangun yang dibagi atas empat bagian yang

dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik ( X ,Y ),

dimana X merupakan rata-rata dari rata-rata skor tingkat pelaksanaan atau kepuasan

pelanggan atau atribut Y adalah rata-rata skor tingkat kepentingan seluruh faktor

yang mempengaruhi kepuasan pelanggan (Supranto, 2001: 241).

Rumus : K

XiX

N

i 1

K

YiY

N

i 1

Dimana :

K = Banyaknya atribut/ fakta yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan.

Selanjutnya tingkat unsur-unsur tesebut akan dijabarkan dan dibagi menjadi empat

bagian ke dalam diagram kartesius.

Page 81: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

85

Y Kepentingan

Y

Prioritas UtamaA

Pertahankan PrestasiB

Prioritas RendahC

BerlebihanD

X X Pelaksanaan(Kinerja / Kepuasan)

Sumber: Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan (Supranto, 2001: 242)

Gambar 2.15 Diagram Kartesius

Keterangan :

a. Menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap mempengaruhi kepuasan

pelanggan, namun manajemen belum melaksanakannya sesuai keinginan

pelanggan sehingga mengecewakan/ tidak puas.

b. Menunjukkan unsur pokok yang telah berhasil dilaksanakan, untuk itu wajib

wajib dipertahankannya. Dianggap sangat penting dan sangat memuaskan.

c. Menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi pelanggan,

pelaksanaannya biasa-biasa saja. Dianggap kurang penting dan kurang

memuaskan.

d. Menunjukkan faktor yang mempengaruhi pelanggan kurang penting, akan tetapi

pelaksanaannya berlebihan. Dianggap kurang penting tetapi sangat memuaskan.

Page 82: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

86

2.5 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidtan atau

kesalahan sesuatu instrumen (Arikunto, 1996: 159). Suatu instrumen yang valid

mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki

validitas rendah.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.

Sebuh instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang

diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana

data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang

dimaksud.

Ada dua macam validitas sesuai dengan cara pengujiannya, yaitu:

Validitas eksternal instrumen yang dicapai apabila data yang dihasilkan dari

instrumen tersebut sesuai dengan data atau informasi lain yang mengenai variabel

penelitian yang dimaksud.

Rumus kolerasi yang dapat digunakan adalah rumus korelasi product moment,

sebagai berikut:

2222

YYNXXN

YXXYNrXY

Validitas internal dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian

instrumen dengan instrumen secara keseluruhan, yaitu mengungkap data dari

variabel yang dimaksud.

Page 83: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

87

Adapun yang dimaksud dengan bagian instrumen dapat berupa butir-butir

pertanyaan dari angket atau butir-butir soal tes, tetapi dapat pula kumpulan dari

butir-butir tersebut yang mencerminkan sesuatu faktor. Sehubungan dengan ini

maka dikenal adanya validitas butir dan validitas faktor.

Pengujian validitas sebuah instrumen dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

(Arikunto, 1996: 165):

Analisis faktor

Analisis faktor dapat dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor faktor

dengan skor total, sesudah terlebih dahulu mengetahui kekhususan tiap faktor.

Skor faktor dipandang sebagai nilai X dan skor total dipandang dengan nilai

Y. Bila koefisien korelasi sama deengan atau lebih besar dari 0,3, maka

dinyatakan valid.

Analisis butir

Prosedur untuk melakukan analisis butir, sebenarnya sama dengan

prosedur melakukan analisis faktor.

Analisis butir dapat dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor butir

dengan skor total. Skor butir dipandang sebagai nilai X dan skor total

dipandang dengan nilai Y. Bila koefisien korelasi sama deengan atau lebih

besar dari 0,3, maka dinyatakan valid.

Page 84: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

88

2.6 Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut

sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan

responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat

dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga

(Arikunto, 1996: 168).

Secara garis besar ada dua jenis reliabilitas, yaitu reliabilitas eksternal dan

reliabilitas internal. Seperti pada validitas, jika ukuran atau kriteriumnya berada di

luar instrumen maka dari hasil pengujian ini diperoleh reliabilitas eksternal.

Sebaliknya jika perhitungan dilakukan berdasarkan data dari instrumen saja, akan

menghasilkan reliabilitas internal.

Reliabilitas eksternal

Ada dua cara untuk menguji reliabilitas eksternal sesuatu instrumen yaitu

dengan teknik pararel dan teknik ulang Apabila peneliti menggunakan teknik

pertama yakni teknik paralel, peneliti mau tak mau harus menyusun dua stel

instrumen. Kedua instrumen tersebut sama-sama diujicobakan kepada

sekelompok responden saja (responden mengerjakan dua kali) kemudian hasil

dari dua kali tes uji coba tersebut dikorelasikan, dengan teknik korelasi product

moment atau korelasi pearson. Tinggi rendahnya indeks korelasi inilah yang

menunjukkan tinggi rendahnya reliabilitas instrumen. Oleh karena dalam

Page 85: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

89

menggunakan teknik ini peneliti mempunyai dua instrumen dan melakukan dua

kali tes, maka disebut teknik double test double trial.

Teknik reliabilitas eksternal yang kedua adalah teknik ulang. Dengan

menggunakan teknik ini peneliti hanya menyusun satu perangkat instrumen.

Instrumen tersebut diujicobakan kepada sekelompok responden, hasilnya dicatat.

Pada kali lain instrumen tersebut diberikan kepada sekelompok responden yang

semula untuk dikerjakan lagi, dan hasil yang kedua juga dicatat. Kemudian kedua

hasil tersebut dikorelasikan. Oleh karena dalam menggunakan teknik ini peneliti

hanya melakukan satu kali tes tetapi dilaksanakan dua kali uji coba, maka disebut

teknik single test double trial.

Reliabilitas internal

Kalau reliabilitas eksternal diperoleh dengan cara mengolah hasil pengetesan

yang berbeda, baik instrumen yang berbeda maupun yang sama, reliabilitas

internal diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali pengetesan.

Dalam mengukur reliabilitas dengan menggunakan rumus Spearman Brown,

peneliti harus melalui langkah yaitu membuat tabel analisis butir soal atau butir

pertanyaan. Dari analisis ini skor-skor dikelompokkan menjadi dua berdasarkan

belahan bagian soal. Ada dua cara membelah yaitu belah ganjil-genap dan belah

awal-akhir. Oleh karena itu teknik Spearman Brown disebut juga dengan teknik

belah dua.

Page 86: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

90

Dengan teknik belah dua ganjil-genap atau belah awal-akhir peneliti

mengelompokkan skor butir bernomor ganjil/ awal sebagai belahan pertama dan

kelompok skor butir bernomor genap/ akhir sebagai belahan kedua. Langkah

selanjutnya mengkolerasikan skor belah pertama dengan skor belahan kedua, dan

akan diperoleh harga rXY. Oleh karena indeks kolerasi yang diperolah baru

menunjukkan hubungan antara dua belahan instrumen, maka untuk memperoleh

indeks reliabilitas masih harus menggunakan rumus Spearman Brown.

b

bi r

rr

1

)(2 Dimana: ri = reliabilitas internal seluruh instrumen

rb = korelasi product moment antaran belahan pertama

dan belahan kedua

2.7 Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang

menjadi objek permasalahan. Kerangka pikir biasanya dimulai dari suatu variabel,

yaitu objek permasalahan dan diakhiri dengan result (hasil), yaitu solusi yang dipilih

untuk menyelesaikan masalah tersebut (Sugiyono, 2004: 86).

Page 87: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

91

Langkah-langkah dalam kerangka pikir, antara lain:

Variabel

Variabel adalah objek permasalahan. Permasalahan yang teridentifikasi, yaitu:

- Kadang-kadang terdapat orang yang menyeterika pakaian sambil duduk

dikursi maupun dilantai.

- Ruangan yang terbatas untuk menyimpan meja seterika.

- Ukuran alas seterika yang terlalu kecil sehingga merasa tidak nyaman untuk

digunakan.

Ide

Dari permasalahan tersebut, maka timbul ide untuk mengembangkan produk

meja seterika yang diharapkan agar dapat membantu kesulitan mengerjakan

pekerjaan rumah tangga.

Resources Search

Berangkat dari ide diatas, dicari suatu ide yang sesuai dengan kebutuhan dalam

melakukan pekerjaan menyeterika.dimana, dapat dibuat suatu aat bantu yang

mempermudah dalam melakukan pekerjaan menyeterika tersebut.

Selection

Dari resources search, ditemukan suatu ide bahwa bahan, dan kebutuhan yang

lain dapat mempermudah pekerjaan menyeterika, sehingga penggunaan meja

seterika dapat memenuhi kebutuhan dalam melakukan pekerjaan menyeterika.

Page 88: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf · bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen

92

Result

Hasil yang didapat adalah perancangan dan pengembangan produk meja seterika

dapat mempermudah dalam melakukan pekerjaan menyeterika.