bab 2 landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00407-ti-bab 2.pdf ·...
TRANSCRIPT
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Kesuksesan ekonomi suatu perusahaan manufaktur tergantung kepada kemampuan
untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, kemudian secara cepat menciptakan
produk yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan biaya yang rendah.
Produk merupakan sesuatu yang dijual oleh perusahaan kepada pembeli.
Pengembangan produk merupakan serangkaian aktivitas yang dimulai dari analisa
persepsi dan peluang pasar, kemudian diakhiri dengan tahap produksi, penjualan dan
pengiriman produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 2).
Proses adalah merupakan urutan langkah-langkah pengubahan sekumpulan input
menjadi output. Proses pengembangan produk adalah urutan langkah-langkah atau
kegiatan dimana suatu perusahaan berusaha untuk menyusun, merancang, dan
mengkomersialkan suatu produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 14).
Proses pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau
sering juga disebut sebagai fase. Proses pengembangan produk secara keseluruhan
terdiri dari enam (6) fase (Ulrich dan Eppinger, 2001: 15-17), yaitu :
6
Sumber: Perancangan dan Pengembangan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 9)
Gambar 2.1 Fase Pengembangan Produk Menurut Ulrich-Eppinger
o Fase 0. Perencanaan : Perencanaan produk atau disebut sebagai ‘zerofase’
yang merupakan proses awal dari pengembangan produk atau kegiatan untuk
menyetujui proyek dan proses peluncuran pengembangan produk aktual.
Output dari proses ini adalah pernyataan misi proyek, yang merupakan input
yang dibutuhkan untuk memulai tahap pengembangan konsep dan merupakan
suatu petunjuk untuk tim pengembangan.
o Fase 1. Pengembangan konsep : Pada fase pengembangan konsep,
kebutuhan pasar target diidentifikasi, alternatif konsep-konsep produk
dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu atau lebih konsep dipilih untuk
pengembangan dan percobaan lebih jauh. Konsep yang dimaksud di sini
adalah uraian dari bentuk, fungsi, dan tampilan suatu produk dan biasanya
disertai dengan sekumpulan spesifikasi, analisis produk-produk pesaing serta
pertimbangan ekonomis proyek.
o Fase 2. Perancangan tingkatan sistem : Fase perancangan tingkatan sistem
ini mencakup definisi arsitektur produk dan uraian produk menjadi subsistem-
subsistem serta komponen-komponen. Output pada fase ini biasanya
mencakup tata letak bentuk produk, spesifikasi secara fungsional dari tiap
7
subsistem produk, serta diagram aliran proses pendahuluan untuk proses
rakitan akhir. Gambaran rakitan akhir untuk sistem produksi biasanya
didefinisikan selama fase ini.
o Fase 3. Perancangan detail : Fase perancangan detail mencakup spesifikasi
lengkap dari bentuk, material, dan toleransi-toleransi dari seluruh komponen
unit pada produk dan identifikasi seluruh komponen standar yang dibeli dari
pemasok. Rencana proses dinyatakan dan peralatan dirancang untuk tiap
komponen yang dibuat, dalam sistem produksi. Output dari fase ini adalah
pencatatan pengendalian untuk produk, gambar pada file komputer untuk
bentuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi
komponen-komponen yang dapat dibeli, serta rencana untuk proses pabrikasi
dan perakitan produk.
o Fase 4. Pengujian dan perbaikan : Fase pengujian dan perbaikan melibatkan
konstruksi dan evaluasi dari bermacam-macam versi produksi awal produk.
Prototype awal (alpha) biasanya dibuat dengan menggunakan komponen-
komponen dengan bentuk dan jenis material pada produksi sesungguhnya,
namun tidak memerlukan proses pabrikasi dengan proses yang sama dengan
yang dilakukan pada proses pabrikasi sesungguhnya. Prototype alpha diuji
untuk menentukan apakah produk akan bekerja sesuai dengan apa yang
direncanakan dan apakah produk memuaskan kebutuhan konsumen utama.
Prototype berikutnya (beta) biasanya dibuat dengan komponen-komponen
yang dibutuhkan pada produksi namun tidak dirakit dengan menggunakan
8
proses perakitan akhir seperti pada perakitan sesungguhnya. Prototype beta
dievaluasi secara internal dan juga diuji oleh konsumen dengan
menggunakannya secara langsung. Sasaran dari prototype beta biasanya
adalah untuk menjawab pertanyaan mengenai kinerja dan keandalan dalam
rangka mengidentifikasi kebutuhan perubahan-perubahan secara teknik untuk
produk akhir.
o Fase 5. Produksi awal : Pada fase produksi awal, produk dibuat dengan
menggunakan sistem produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari fase ini adalah
untuk melatih tenaga kerja dalam memecahkan permasalahan yang mungkin
timbul pada proses produksi sesungguhnya. Produk-produk yang dihasilkan
selama produksi awal kadang-kadang disesuaikan dengan keinginan
pelanggan dan secara hati-hati dievaluasi untuk mengidentifikasi kekurangan-
kekurangan yang timbul. Peralihan dari produksi awal menjadi produksi
sesungguhnya harus melewati tahap demi tahap. Pada beberapa titik pada
masa peralihan ini, produk diluncurkan dan mulai disediakan untuk
didistribusikan.
Karena tahap pengembangan konsep dalam proses pengembangan itu sendiri
membutuhkan lebih banyak koordinasi dibandingkan fungsi-fungsi lainnya. Hal ini
dikarenakan keseluruhan proses mengikuti urutan kebiasaan yang sama persis,
menyelesaikan suatu kegiatan sebelum kegiatan berikutnya dimulai. Praktisnya,
kegiatan awal hingga akhir mungkin tumpang tindih dalam waktu, serta proses
9
interaksi sering diperlukan. Perulangan ini umumnya dinamakan iterasi. Proses awal
hingga akhir pada pengembangan konsep mencangkup kegiatan-kegiatan (Ulrich dan
Eppinger, 2001: 18-19), sebagai berikut:
Sumber: Perancangan dan Pengembangan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 18)
Gambar 2.2 Tahap Pengembangan Konsep
Identifikasi kebutuhan pelanggan : Memahami kebutuhan pelanggan dan
mengkomunikasikannya secara efektif kepada tim pengembang. Output dari
langkah ini adalah sekumpulan pernyataan kebutuhan pelanggan yang
tersusun rapi, diatur dalam daftar hierarki, dengan bobot kepentingan untuk
tiap kebutuhan.
Pernyataan Misi
Rencana Pengembangan
Identifikasi kebutuhan pelanggan
Menetapkan spesifikasi &
targetnya
Menguji konsep produk
Menetapkan spesifikasi
akhir
Rencana alur pengembang
an
Mendisain konsep2 produk
Memilih konsep produk
Proses Analisa Ekonomi Produk
Benchmark produk kompetitor
Membangun model pengujian dan prototype produk
10
Penetapan spesifikasi target : Dimana langkah ini merupakan terjemahan
dari kebutuhan pelanggan menjadi kebutuhan secara teknis. Output dari
langkah ini adalah adalah suatu daftar spesifikasi target. Setiap spesifikasi
terdiri dari suatu metrik (besaran), serta nilai-nilai batas dan ideal untuk
besaran tersebut
Penyusunan konsep : Yang menggali lebih jauh area konsep-konsep produk
yang mungkin sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Pemilihan konsep : Dimana, pemilihan konsep merupakan kegiatan dimana
berbagai konsep dianalisis dan secara berturut-turut dieleminasi untuk
mengidentifikasikan konsep yang paling menjanjikan.
Pengujian konsep : Yaitu satu atau lebih konsep diuji untuk mengetahui
apakah kebutuhan pelanggan telah terpenuhi, memperkirakan potensi pasar
dari produk, dan mengidentifikasikan beberapa kelemahan yang harus
diperbaiki selama proses pengembangan selanjutnya.
Penentuan spesifikasi akhir : Spesifikasi target yang telah dientukan diawal
proses ditinjau kembali setelah proses dipilih dan diuji. Pada titik ini, tim
harus konsisten dengan nilai-nilai besaran spesifik yang mencerminkan
batasan-batasan pada konsep itu sendiri, batasan-batasan yang
diidentifikasikan melalui permodelan secara teknis, serta pilihan antara biaya
dan kinerja.
11
Perencanaan proyek : Pada kegiatan akhir pengembangan konsep ini, tim
membuat suatu jadwal pengembangan secara rinci, menentukan strategi untuk
meminimasi waktu pengembangan, dan mengidentifikasikan sumber daya
yang digunakan untuk menyelesaikan proyek.
Analisis ekonomi : Tim, sering didukung oleh analis keuangan, membuat
model ekonomi untuk produk baru. Model ini digunakan untuk memastikan
kelanjutan program pengembangan menyeluruh memecahkan tawar menawar
spesifikasi, misalnya antara biaya manufaktur dan biaya pengembangan.
Analisis ekonomi salah satu kegiatan dalam tahap pengembangan. Analisis
ekonomi awal hampir selalu dilakukan bahkan sebelum proyak dimulai, dan
analisis ini diperbarui begitu ada tambahan informasi.
Analisis produk-produk pesaing : Pemahaman mengenai produk pesaing
adalah penting untuk penentuan posisi produk baru yang berhasil dan dapat
menjadi sumber ide yang kaya untuk rancangan produk dan proses produksi.
Analisis pesaing dilakukan untuk mendukung banyak kegiatan awal hingga
akhir.
Pemodelan dan pembuatan prototype : Setaip tahap dalam proses
pengambangan konsep melibatkan banyak bentuk model dan prototype. Hal
ini mencangkup, antara lain model pembuktian konsep, yang akan membantu
tim pengembangan dalam menunjukan kelayakan : model ‘hanya bentuk’
12
dapat ditunjukan pada pelanggan untuk mengevaluasi keergonomisan dan
gaya, sedangkan model lembar kerja adalah pilihan teknis.
2.1.1 Perencanaan Produk
Setiap proses pengembangan produk diawali dengan fase perencanaan, yang
berkaitan dengan kegiatan-kegiatan pengembangan teknologi dan penelitian tingkat
lanjut. Output fase perencanaan ini adalah pernyataan misi proyek yang nantinya
akan digunakan sebagai input yang dibutuhkan untuk memulai tahapan
pengembangan konsep dan merupakan suatu petunjuk untuk tim pengembangan.
Sumber: Perancangan dan Pengembangan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 36)
Gambar 2.3 Proses Perencanaan Produk
Untuk mengembangkan suatu rencana produk dan pernyataan misi proyek
dilakukan lima tahapan (Ulrich dan Eppinger, 2001: 37), yaitu:
o Langkah 1 : Mengidentifikasikan Peluang-Peluang
Rencana proses dimulai dengan mengidentifikasikan peluang-peluang
pengembangan produk. Langkah ini dapat dibayangkan sebagai terowongan peluang
13
karena membawa bersama-sama input dari perusahaan. Ide-ide untuk produk baru
atau detail produk berasal dari beberapa sumber, meliputi :
Personal pemasaran dan pejualan
Penelitian dan organisasi pengembangan teknologi
Tim pengembangan produk saat ini
Manufaktur dan operasional organisasi
Pelanggan sekarang atau potensial
Pihak ketiga seperti pemasok, pencipta, dan partner-partner bisnis
Beberapa ide-ide untuk produk baru yang dikumpulkan secara pasif, atau bisa juga
dikumpulkan melalui proses identifikasi kebutuhan pelanggan. Proses identifikasi
peluang pengembangan produk sangat berhubungan dengan kegiatan
mengidentifikasikan kebutuhan pelanggan. Beberapa pendekatan proaktif, meliputi:
Mencatat kegagalan dan keluhan yang dialami pelanggan dengan produk yang
ada sekarang.
Mewawancarai pengguna utama, dengan memfokuskan pada proses inovasi oleh
pengguna-pengguna ini dan modifikasi-modifikasi yang dilakukan oleh para
pengguna terhadap produk yang ada.
Mempertimbangkan implikasi terhadap adanya kecenderungan-kecenderungan
dalam gaya hidup, demografis, dan teknologi untuk kategori produk yang ada dan
peluang-peluang kategori produk baru.
14
Beberapa usulan pelanggan sekarang dikumpulkan secara sistematis melalui
tenaga penjualan dan sistem pelayanan pelanggan.
Studi para pesaing produk dilakukan secara hati-hati dengan berdasarkan pada
basis sekarang (keunggulan-keunggulan pesaing).
Status teknologi yang muncul dilihat kembali untuk menfasilitasi perpindahan
teknologi yang tepat dari penelitian kearah pengembangan produk.
Bila dipergunakan secara aktif, terowongan peluang dapat menampung ide-ide
secara kontinu, dan peluang-peluang produk baru mungkin akan dihasilkan setiap
waktu.
o Langkah 2 : Mengevaluasi dan Memprioritaskan Proyek-Proyek
Langkah kedua dalam proses perencanaan produk adalah memilih proyek yang
paling menjanjikan untuk diikuti. Empat perspektif dasar yang berguna dalam
mengevaluasi dan memprioritaskan peluang-peluang bagi produk baru dalam kategori
produk yang ada adalah :
Strategi Bersaing
Strategi bersaing perusahaan merupakan sebuah pendekatan pasar dan produk
yang mendasar dengan memperhatikan para pesaing. Strategi ini digunakan untuk
memilih peluang. Beberapa strategi yang mungkin antara lain : kepemimpinan
teknologi, kepemimpinan biaya, fokus pelanggan, dan tiruan
15
Segmentasi Pasar
Dengan membagi suatu pasar menjadi segmen-segmen memungkinkan
perusahaan untuk mempertimbangkan tindakan-tindakan pesaing dan kekuatan
produk perusahaan sekarang berdasarkan kelompok pelanggan yang jelas. Dengan
memetakan produk-produk pesaing dan produk milik perusahaan sendiri dalam
segmen-segmen, perusahaan dapat memperkirakan peluang produk yang mana
yang menyebabkan kelemahan lini produknya dan yang mana yang
memanfaatkan kelemahan dari penawaran pesaing-pesaing.
Alur Teknologi
Dalam bisnis yang sifatnya intensif teknologi, keputusan perencanaan proyek
yang utama adalah penentuan waktu menggunakan teknologi dasar yang baru
dalam lini produk. Kurva teknologi S menggambarkan performansi produk dalam
suatu kategori produk sepanjang waktu, biasanya dengan berdasarkan variabel
performasi tunggal seperti resolusi, kecepatan atau keandalan.
Perencanaan Platform Produk
Platform produk merupakan sekumpulan aset yang dibagi dalam sekumpulan
produk. Komponen-komponen dan subrakitan-subrakitan sering menjadi hal
terpenting dari aset-aset ini. Platform efektif dapat memungkinkan variasi turunan
produk untuk dirancang lebih cepat dan mudah, dimana setiap produk
memberikan ciri-ciri dan fungsi-fungsi yang diinginkan oleh pasar utama. Salah
satu teknik untuk mengkoordinasikan pengembangan teknologi dengan
16
perencanaan produk adalah peta jalur teknologi. Suatu peta jalur teknologi
merupakan suatu cara untuk menunjukkan ketersediaan yang diharapkan dan
masa depan penggunaan berbagai teknologi yang relavan untuk produk yang
dipertimbangkan.
Kemudian proses mengevaluasi peluang dan produk baru didiskusikan dan
menyeimbangkan portfolio proyek. Beberapa kriteria untuk mengevaluasi peluang-
peluang produk baru secara fundamental meliputi :
Ukuran pasar (unit/tahun x harga rata-rata)
Tingkat pertumbuhan pasar (persen per-tahun)
Intensitas pesaingan ( jumlah pesaing dan kekuatan mereka)
Kedalaman pengetahuan perusahaan mengenai pasar yang telah ada
Kedalaman pengetahuan perusahaan mengenai teknologi yang telah ada
Kesesuaian dengan produk-produk perusahaan lainnya
Kesesuaian dengan kemampuan perusahaan.
Potensi untuk mendapatkan paten, rahasia perdagangan atau mengetahui
hambatan lainnya untuk persaingan
Eksistensi dari produk unggulan yang ada pada perubahaan
Meskipun tidak terdapat prosedur-prosedur umum untuk memutuskan secara tepat
portfolio apa yang harus dilakukan, dalam kebanyakan kasus, suatu perusahaan dapat
mengambil manfaat dari bermacam-macam proyek seperti manfaat dari sekumpulan
proyek, hanya sebagai suatu manfaat portfolio dari diversifikasi.
17
o Langkah 3 : Mengalokasikan Sumber Daya dan Merencanakan Penentuan
Waktu
Perencanaan agregat membantu suatu perusahaan untuk menggunakan
sumberdayanya secara efisien dengan mengambil proyek-proyek yang beralasan
untuk diselesaikan berdasarkan sumber daya yang dianggarkan. Dengan
memperkirakan sumber daya yang dibutuhkan untuk tiap proyek dalam rencana
bulan-an, tiga bulan-an, atau tahunan membuat organisasi harus menghadapi
kenyataan bahwa sumber daya mereka teratas. Dalam kebanyakan kasus, sumber
daya utama yang diatur merupakan usaha dari staf pengembangan, biasanya
ditekankan dalam jam kerja orang atau jam kerja bulanan orang.
Dalam menentukan waktu dan urutan proyek, kadang digunakan istilah
manajemen pipa (pipeline management), yang harus mempertimbangkan faktor-
faktor sebagai berikut :
Penentuan waktu pengenalan produk : biasanya makin cepat suatu produk dibawa
kepasar adalah makin baik.
Kesiapan teknologi : kekuatan teknologi yang digunakan memainkan peran
kriteria dalam proses perencanaan.
Kesiapan pasar : langkah-langkah pengenalan produk menentukan apakah lebih
baik sesegera mungkin mengadakan produk dan baru kemudian menjualnya
sebanyak mungkin atau apakah mereka harus membeli produk yang umurnya
panjang pada harga awal yang tinggi.
18
Persaingan : penawaran produk yang telah mengantisipasi produk pesaing akan
mempercepat waktu proyek pengembangan.
o Langkah 4 : Menyelesaikan Perencanaan Proyek Pendahuluan
Pada point ini pernyataan kesempatan yang lebih segera mungkin ditulis kembali
sebagai suatu pernyataan visi produk. Sasaran yang telah terdefinisi dalam pernyataan
visi produk mungkin sangatlah umum. Didalamnya tidak tercakup teknologi baru
yang spesifik yang harusnya digunakan, atau apakah perlu untuk menyatakan sasaran
dan batasan-batasan fungsi seperti produksi dan operasional pelayanan. Dalam rangka
memberikan petunjuk yang jelas untuk organisasi pengembangan produk, biasanya
tim memformulasikan suatu definisi yang lebih detail dari pasar target dan asumsi-
asumsi yang mendasari operasional tim pengembangan. Keputusan-keputusan
mengenai hal ini akan terdapat pada suatu pertanyaan misi (mission statement).
Pertanyaan misi mungkin mencakup beberapa dari keseluruhan informasi berikut:
Uraian produk ringkas: Uraian ini mencakup manfaat produk utama untuk
pelanggan namun menghindari penggunaan konsep produk spesifik. Mungkin
saja berupa pertanyaan visi produk.
Sasaran utama bisnis: Sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi
perusahaan, sasaran ini biasanya mencakup waktu, biaya dan kualitas
19
Pasar target untuk produk: Terdapat beberapa pasar target untuk produk. Bagian
ini mengidentifikasikan pasar utama dan pasar kedua yang perlu dipertimbangkan
dalam usaha pengembangan.
Asumsi-asumsi dan batasan-batasan untuk mengarahkan usaha pengembangan :
Asumsi harus dibuat dengan hati-hati, meskipun mereka membatasi kemungkinan
jangkauan konsep produk, mereka membantu untuk menjaga lingkup proyek yang
terkelola. Untuk itu dibutuhkan informasi-informasi untuk pencatatan keputusan
mengenai asumsi dan batasan.
Stakeholder: Satu cara untuk menjamin bahwa banyak permasalahan
pengembangan ditujukan untuk mendaftar secara eksplisit seluruh stakeholder
dari produk, yaitu sekumpulan orang yang dipengaruhi oleh keberhasilan dan
kegagalan produk. Daftar stakeholer dimulai dari pengguna akhir (pelanggan
eksternal akhir) dan pelanggan eksternal yang membuat keputusan tentang
produk. Stakeholder juga mencakup pelanggan produk yang mendampingi
perusahaan, seperti tenaga penjual, organisasi pelayanan, dan departemen
produksi. Daftar stakeholder menyediakan suatu bayangan bagi tim untuk
mempertimbangkan kebutuhan setiap orang yang akan diperngaruhi oleh produk.
20
Tabel 2.1 Contoh Format Pernyataan Misi
Pernyataan misi : (nama produk)
Deskripsi produk
Sasaran bisnis Kunci
Pasar Utama
Pasar Sekunder
Asumsi-asumsi
Pihak yang terkait
Sumber: Perancangan dan Pengembangan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 48)
Karena pernyataan misi merupakan pegangan untuk tim pengembangan, suatu
“reality cek“ harus dilakukan sebelum melalui proses pengembangan. Langkah awal
ini adalah waktu untuk memperbaiki, paling tidak mereka menjadi lebih hebat dan
bernilai sesuai dengan kemajuan proses pengembangan.
Langkah–langkah dalam proses dapat dan seharusnya dijalankan secara simultan
untuk memastikan apakah banyak rencana dan keputusan konsisten dengan yang
lainnya dan dengan sasaran, kemampuan dan keterbatasan perusahaan.
o Langkah 5 : Merefleksikan Hasil dengan Proses
Pada langkah akhir dari perencanaan dan proses strategi, tim seharusnya
menanyakan beberapa pertanyaan untuk memperkirakan kualitas proses dan hasil.
21
Beberapa pertanyaan yang diusulkan adalah:
Apakah rencana produk mendukung strategi persaingan perusahaan?
Apakah rencana produk menunjukkan peluang yang ditemui perusahaan sekarang
yang paling penting?
Apakah total sumber daya yang dialokasikan untuk pengembangan produk cukup
untuk mencapai strategi persaingan perusahaan?
Apakah cara-cara kreatif untuk penentuan sumber daya terbatas telah
dipertimbangkan, seperti penggunaan platform produk, joint venture dan
kemitraan dengan pemasok?
Apakah peluang produk yang menyenangkan benar-benar telah dikumpulkan?
Apakah tim inti telah menerima tantangan yang dihasilkan dalam pernyataan
misi?
Apakah elemen-elemen dari pernyataan misi konsisten ?
Apakah asumsi-asumsi yang terdapat dalam pernyataan misi sungguh-sungguh
diperlukan atau terlalu dibatasi? Haruskah tim pengembangan memiliki
kebebasan untuk mengembangkan produk dengan kemungkinan terbaik?
Bagaimana proses perencanaan produk dapat diperbaiki?
2.1.2 Identifikasi Kebutuhan Pelanggan
Sebelum memulai proyek pengembangan, perusahaan umumnya mengidentifikasi
peluang pasar terlebih dahulu, mencatat kendala utama serta menetapkan tujuan
22
proyek tersebut. Dengan melakukan pernyataan misi (mission statement). Dari
pernyataan misi kemudian dapat dilanjutkan dengan mengumpulkan kebutuhan
pelanggan.
Identifikasikebutuhanpelanggan
MenetapkanSpesifikasi &
Targetnya
MendisainKonsep2Produk
MemilihKonsepProduk
MengujiKonsepProduk
Menetapkanspesifikasi
akhir
RencanaAlur
Pengembangan
RencanaPengembangan
PernyataanMisi
Proses Analisa Ekonomis Produk
Benchmark produk kompetitor
Membangun Model Pengujian dan prototype produk
Sumber: Perancangan dan Pengembangan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 57)
Gambar 2.4 Aktivitas Identifikasi Kebutuhan Pelanggan Dalam Hubungan Dengan
Aktivitas Pengembangan Konsep Lain
Produk dianggap memberikan manfaat ketika produk tersebut dapat memuaskan
pelanggan salah satu indikator apakah kebutuhan pelanggan telah diidentifikasi secara
benar adalah dengan melihat apakah pelanggan menyukai prototype pertama yang
dikembangkan oleh tim. Walaupun demikian, metode terstruktur untuk
mengumpulkan data dari pelanggan tetap berguna dan dapat menurunkan resiko besar
dalam pengembangan produk baru secara radikal. Apakah pelanggan sanggup atau
tidak mengkomunikasikan kebutuhan mereka yang tersembunyi, interaksi dengan
pelanggan yang menjadi target pasar akan sangat membantu tim pengembang
mendapatkan pemahaman tentang lingkungan pengguna serta mengetahui cara
pandang mereka. Informasi mengenai pengguna ini akan bermanfaat, walaupun tidak
23
selalu diperoleh melalui proses identifikasi kebutuhan produk yang akan
dikembangkan.
Identifikasi kebutuhan pelanggan sendiri adalah sebuah proses yang dibagi
menjadi lima tahap, lima tahap tersebut adalah (Ulrich dan Eppinger, 2001: 57):
o Tahap 1 : Mengumpulkan Data Mentah dari Pelanggan
Dalam mengumpulkan data mentah dari pelanggan dapat dilakukan dengan
berbagai metode, diantaranya:
1. Wawancara
2. Kelompok fokus
3. Observasi produk pada saat digunakan
Dalam mengumpulkan data perlu juga dilakukan memilih pelanggan, Kebutuhan
dapat diidentifikasi lebih efisien dengan mewawancarai sekelompok pelanggan yang
disebut pengguna utama (Lead Users). Pengguna utama adalah pelanggan yang
berpengalaman dan berpandangan lebih maju ke depan dibandingkan mayoritas target
pasar. Pelanggan seperti ini berguna sebagai sumber data karena dua alasan, yaitu:
(1) mereka seringkali mampu mengkomunikasikan kebutuhan yang mereka rasakan
karena selama ini telah berkutat dengan ketidaksempurnaan produk yang sekarang,
dan (2) mereka kadang kadang telah menemukan solusi untuk memenuhi kebutuhan
mereka. Dengan memfokuskan pengguna utama, tim akan sanggup untuk
mengidentifikasikan kebutuhan yang walaupun nyata bagi pengguna utama, tetapi
masih tersembunyi untuk sebagian besar calon pelanggan lainnya. Menciptakan
24
produk untuk memenuhi kebutuhan yang tersembunyi akan membuat perusahaan
sanggup untuk mengantisipasi tren yang akan datang dan melampaui produk-produk
kompetitor.
Pengumpulan data dengan wawancara bertujuan untuk mendapatkan ekspresi
yang jujur tentang kebutuhan, interaksi dengan pelanggan bersifat verbal,
pewawancara menanyakan beberapa pertanyaan dan pelanggan memberikan respon.
Suatu tuntutan wawancara akan berguna untuk menstrukturkan dialog tersebut.
Berikut ini adalah beberapa pertanyaan yang dapat digunakan setelah pewawancara
memperkenalkan dirinya dan menerangkan maksud wawancara tersebut:
Kapan dan mengapa Anda menggunakan produk jenis ini?
Ceritakan pengalaman menarik ketika Anda menggunakan produk ini?
Apa yang Anda sukai dari produk yang sekarang?
Apa yang Anda tidak sukai dari produk yang sekarang?
Hal-hal apa yang Anda pertimbangkan ketika membeli produk ini?
Apa perbaikan yang ingin Anda lakukan terhadap produk ini?
Berikut adalah beberapa tuntutan untuk melakukan interaksi yang efektif dengan
pelanggan:
Biarkan wawancara mengalir apa adanya
Gunakan perangsang visual dan alat peraga
Hindari hipotesa awal tentang teknologi produk
25
Biarkan pelanggan mendemonstrasikan produk atau tugas tugas tertentu yang
berhubungan dengan produk
Bersiaplah dengan kejutan atau ekspresi yang tercetus dari kebutuhan yang
tersembunyi
Amati informasi non verbal
Akan tetapi dalam mengumpulkan kebutuhan yang berhubungan dengan produk
yang revolusioner, dimana pelanggan belum mempunyai pengalaman dengan produk
tersebut, wawancara sebaiknya difokuskan kepada tugas-tugas atau situasi dimana
produk baru tersebut akan diterapkan, dan bukan difokuskan terhadap produk itu
sendiri.
Tabel 2.2 Contoh Format Hasil Wawancara
Pelanggan :Alamat :Telepon:Apakah bersedia difollow-up:
Pewawancara:Tanggal:Sekarang Menggunakan :Jenis Penggunaan:
Pertanyaan Pernyataan Pelanggan
Interpretasi Kebutuhan
Penggunaan tertentu
Hal-hal yang disukai dari alat sekarang
Hal-hal yang tidak disukai
Usulan perbaikan
Sumber: Perancangan dan Pengembangan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001:65 )
26
Dalam melakukan pengumpulan data dengan pelanggan dapat didokumentasikan
dengan beberapa metode yaitu :
1. Rekaman suara ( Audio Recording )
2. Catatan
3. Rekaman video
4. Foto
Hasil akhir dari proses pengumpulan data adalah menyusun data mentah, biasanya
dalam kolom/ lembaran pernyataan pelanggan (Customer Statement), dan seringkali
dilengkapi dengan rekaman video atau foto.
o Tahap 2 : Menginterpretasikan Data Mentah Menjadi Kebutuhan Pelanggan
Kebutuhan pelanggan diekspresikan sebagai pernyataan tertulis dan merupakan
hasil interpretasi kebutuhan yang berupa data mentah yang diperoleh dari pelanggan.
Proses penterjemahan hasil wawancara akan menimbulkan berbagai kebutuhan yang
berbeda, sehingga akan berguna memiliki lebih dari satu anggota tim untuk
melaksanakan proses penterjemahan.
Dalam menulis peryataan pelanggan, memiliki beberapa ketentuan yaitu :
Ekspresikan Kebutuhan sebagai “Apa yang harus dilakukan produk”, bukan “
Bagaimana melakukannya”
Ekspresikan kebutuhan sama spesifiknya seperti data mentah
Gunakan pernyataan positif, bukan negatif
27
Ekspresikan kebutuhan sebagai atribut dari produk
Hindari kata-kata “Harus” dan “Mesti”.
Daftar kebutuhan pelanggan merupakan susunan final dari semua kebutuhan yang
diperoleh dari wawancara pelanggan yang dilakukan terhadap target pasar.
o Tahap 3 : Mengorganisasikan Kebutuhan Menjadi Beberapa Hierarki.
Tujuan dari mengorganisasikan kebutuhan menjadi hierarki adalah untuk membagi
daftar kebutuhan menjadi kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan
tertier. Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang paling umum sifatnya, sementara
kebutuhan sekunder dan tertier diekspresikan secara lebih terperinci.
Prosedur mengorganisasikan kebutuhan menjadi daftar hierarki merupakan proses
yang intuitif. Tahap-tahap prosedur untuk mengelompokkan kebutuhan menjadi
hierarki:
1. Tuliskan setiap pernyataan kebutuhan pada kartu-kartu atau secarik kertas yang
terpisah.
2. Kurangi pernyataan kebutuhan yang sama atau tidak dibutuhkan lagi.
3. Kelompokkan kartu-kartu berdasarkan kesamaan kebutuhan yang diekspresikan.
4. Untuk setiap grup berikan nama/ label.
5. Pertimbangkan untuk mengelompokkan grup yang dihasilkan menjadi super grup
yang terdiri dari 2 sampai 5 grup.
6. Periksa dan edit kembali pernyataan kebutuhan yang telah disusun.
28
o Tahap 4 : Menetapkan Derajat Kepentingan Relatif Setiap Kebutuhan
Daftar hierarki saja tidak memberikan informasi mengenai tingkat kepentingan
relatif yang dirasakan pelanggan terhadap kebutuhan yang berbeda-beda. Sementara
itu tim pengembang harus membuat prioritas pilihan dan mengalokasikan sumber
daya dalam mendesain produk. Proses indentifikasi kebutuhan pelanggan adalah
menetapkan tingkat kepentingan relatif kebutuhan. Selanjutnya, menentukan bobot
kepentingan setiap kebutuhan, yaitu: (1) bersandar pada konsensus anggota tim
berdasarkan pengalaman mereka selama ini dengan pelanggan, atau (2) berdasarkan
nilai kepentingan yang diperoleh dari survei lanjutan terhadap pelanggan. Kemudian
dilakukan survei pelanggan, namun pertimbangkan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan langkah ini. Pada titik ini tim sudah harus mempunyai catatan tentang
kelompok pelanggan.
Bobot kepentingan setiap kebutuhan dapat diungkapkan dengan beberapa cara
yaitu nilai rata-rata, standar deviasi atau jumlah respons untuk setiap kategori
kepentingan.
Penentuan jumlah sampel untuk survei ke-2 adalah dengan rumus :
2
2 1e
ppn
Keterangan : n = Jumlah ukuran sampel
Z = Angka Tabel untuk selang tingkat kepercayaan tertentu
p = Persen proporsi pasar yang akan dimasuki
e = Allowable error
29
Penentuan bobot berdasarkan hasil rata-rata dari bobot kepentingan tiap variabel.
o Tahap 5 : Menganalisa Hasil dan Proses
Langkah terakhir pada metoda indentifikasi kebutuhan pelanggan adalah
menggambarkan kembali hasil dan proses. Walaupun proses identifikasi kebutuhan
pelanggan merupakan suatu metode yang terstruktur, metode tersebut bukanlah ilmu
pasti. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan dalam metode ini adalah:
Sudahkan kita berinteraksi dengan semua tipe pelanggan penting dalam target
pasar kita?
Apakah kita sanggup menangkap lebih jauh kebutuhan yang berhubungan dengan
produk sekarang untuk menangkap kebutuhan yang tersembunyi dari pelanggan
kita?
Masih adakah wilayah penyelidikan yang harus kita kejar untuk mencatat
kemajuan wawancara atau survei yang telah dilakukan?
Manakah diantara pelanggan yang diwawancara merupakan partisipan yang baik,
yang dapat membantu kita pada usaha pengembangan produk lebih lanjut?
Apa yang kita ketahui sekarang, namun belum kita ketahui waktu memulai
proses? Apakah kita mendapatkan kejutan dengan kebutuhan yang terkumpul?
Apakah kita sudah melibatkan setiap orang dalam organisasi kita yang
membutuhkan pemahaman yang baik mengenai kebutuhan pelanggan?
Bagaimana kita memperbaiki proses pada usaha pengembangan dimasa yang akan
datang?
30
2.1.3 Spesifikasi Produk
Spesifikasi produk yaitu menjelaskan tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh
sebuah produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 77). Spesifikasi terdiri dari metrik dan
nilai metrik. Sebagai contoh “waktu rata-rata untuk memasang” adalah metrik,
sementara “kurang dari 75 detik” adalah nilai metrik. Spesifikasi dibuat pada kondisi
ideal proses pengembangan produk, terlebih dahulu membuat spesifikasi produk, lalu
mendesain dan membuat produk yang memenuhi spesifikasi tersebut.
Identifikasi kebutuhan pelanggan
Menetapkan Spesifikasi &
Targetnya
Mendisain Konsep2 Produk
Memilih Konsep Produk
Menguji Konsep Produk
Menetapkan spesifikasi
akhir
Rencana Alur
Pengembangan
Rencana Pengembangan
Pernyataan Misi
Proses Analisa Ekonomis Produk
Benchmark produk kompetitor
Membangun Model Pengujian dan prototype produk
Sumber: Perancangan dan Pengembangan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 78)
Gambar 2.5 Proses Pengembangan Konsep ”Menetapkan Target Spesifikasi”
dilaksanakan pada awal proses, tetapi ”Menetapkan Spesifikasi Akhir” harus
menunggu hingga konsep produk dipilih.
2.1.3.1 Membuat Target Spesifikasi
Biasanya, setelah mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, tim membuat target
spesifikasi (spesifikasi awal). Target spesifikasi merupakan tujuan tim
pengembangan, yang berperan menjelaskan produk agar sukses di pasaran.
Kemudian target spesifikasi ini akan diperbaiki tergantung pada batasan konsep
31
produk yang akhirnya dipilih. Spesifikasi produk merupakan serangkaian yang
mengungkapkan detail-detail yang tepat dan terukur mengenai apa yang harus
dilakukan produk. Spesifikasi tidak memberitahukan bagaimana memenuhi
kebutuhan pelanggan, tetapi menampilkan pernyataan yang tidak mendua
mengenai apa yang harus dilakukan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan.
Sebelum membuat daftar spesifikasi, input yang digunakan adalah tabel
kebutuhan pelanggan dengan derajat kepentingannya seperti yang ditunjukkan
dibawah ini.
Proses pembuatan target spesifikasi terdiri dari 4 langkah, yaitu (Ulrich dan
Eppinger, 2001: 79) :
o Langkah 1 : Menyiapkan Daftar Metrik
Menyiapkan gambar metrik, dan menggunakan metrik-metrik kebutuhan, jika
diperlukan. Metrik yang baik adalah yang merefleksikan secara langsung
kebutuhan pelanggan menjadi sekumpulan nilai speksifikasi yang tepat dan
terukur dapat dilakukan, dan upaya memenuhi spesifikasi dengan sendirinya akan
menghasilkan kepuasan terhadap kebutuhan pelaggan yang terkait.
Cara yang baik untuk membuat daftar metrik adalah mengamati setiap
kebutuhan satu per satu, lalu memperkirakan karakteristik yang tepat dan terukur
dari sebuah produk yang memuaskan kebutuhan pelanggan. Pada posisi ideal,
hanya satu metrik untuk setiap kebutuhan. Tapi dalam praktiknya, hal ini
biasanya tidak mungkin.
32
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam membuat daftar metrik :
Metrik harus komplit.
Metrik harus merupakan varibel yang berhubungan.
Metrik harus praktis.
Beberapa kebutuhan tidak dengan mudah diterjemahkan menjadi metrik yang
terukur.
Derajat kepentingan metrik diturunkan dari derajat kepentingan kebutuhan
yang direfleksikannya. Untuk kasus dimana metrik dipetakan secara langsung dari
satu kebutuhan, derajat kepentingan kebutuhan otomatis menjadi derajat
kepentingan metrik. Untuk kasus dimana metrik merefleksikan lebih dari satu
kebutuhan, derajat kepentingan metrik ditentukan dengan mempertimbangkan
derajat kepentingan kebutuhan yang berkaitan dan sifat dasar hubungannya.
Tabel 2.3 Contoh Format Daftar Metrik Kebutuhan
No. Metrik Kebutuhan Metrik Kepentingan Satuan
1
2
Sumber: Perancangan dan Pengembangan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 81)
33
Tabel 2.4 Contoh Format Metrik Kebutuhan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 ●2 ● ●3 ● ● ●4 ●5 ● ●6 ● ●7 ●8 ● ●9 ● ● ●
10 ●11 ●
Sumber: Perancangan dan Pengembangan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 82)
o Langkah 2 : Mengumpulkan informasi tentang pesaing.
Ketika tim memulai proses pengembangan produk dengan beberapa ide
tentang bagaimana produk bersaing di pasaran, target speksifikasi merupakan
bahasa yang digunakan tim untuk berdiskusi dan menentukan posisi produknya
dibandingkan produk yang ada, baik produk yang dimiliki perusahaan sendiri
maupun produk pesaing.
Tabel 2.5 Contoh Format Bagan Analisis Pesaing
No.
MetrikKebutuhan Metrik Kepentingan Satuan
Pesaing
1
Pesaing
2
1
2
Sumber: Perancangan dan Pengembangan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 84)
34
o Langkah 3 : Menentukan nilai target ideal dan marginal yang dapat dicapai untuk
tiap metrik.
Dalam langkah ini, tim menyatukan informasi yang tersedia untuk mengatur
nilai target untuk tiap metrik. Diperlukan dua macam nilai target, yaitu nilai ideal
dan nilai marginal. Nilai ideal adalah hasil yang terbaik yang diharapkan tim.
Nilai marginal adalah nilai metrik yang membuat produk diterima secara
komersial.
Terdapat lima cara untuk mengungkapkan nilai metrik :
Minimal X : spesifikasi ini menetapkan target untuk batas bawah metrik,
dimana nilai yang lebih tinggi adalah yang lebih baik.
Maksimal X : spesifikasi ini menetapkan target untuk batas atas dari metrik,
dimana nilai yang lebih kecil adalah lebih baik.
Diantara X dan Y : spesifikasi ini mentapkan target batas atas dan bawah
untuk nilai metrik.
Tepat X : spesifikasi ini menetapkan target metrik pada nilai tertentu, dimana
perbedaan nilai akan menurunkan kinerja.
Kumpulan nilai diskret : Beberapa metrik mempunyai nilai berupa beberapa
pilihan diskret.
35
Tabel 2.6 Contoh Format Spesifikasi Target
No.
MetrikKebutuhan Metrik Kepentingan Satuan
Nilai
marginal
Nilai
Ideal
1
2
Sumber: Perancangan dan Pengembangan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 88)
o Langkah 4 : Merefleksikan hasil dan proses.
Beberapa pertanyaan yang patut dipertimbangkan mencakup:
Apakah anggota tim “bertaruh”? Jika ditetapkan target yang tinggi, apakah
anggota tim akan menghasilkan yang lebih baik dibandingkan kemampuan
yang sebenarnya?
Haruskah tim mempertimbangkan untuk menawarkan berbagai produk atau
paling sedikit berbagai pilihan produk agar dapat memenuhi kebutuhan lebih
dari satu segmen pasar, atau cukup hanya satu produk saja?
Apakah ada spesifikasi yang hilang? Apakah spesifikasi merefleksikan
karakteristik yang menentukan kesuksesan komersial?
2.1.3.2 Penentukan Spesifikasi Akhir
Ketika tim telah memilih salah satu konsep dan mempersiapkan tahap
pengembangan dan perancangan desain selanjutnya, spesifikasi kembali diperiksa.
36
Spesifikasi yang awalnya hanya berupa pernyataan target dalam selang nilai tertentu,
sekarang diperbaiki dan dibuat lebih tepat.
Dalam menentukan spesifikasi akhir sangat sulit karena adanya trade-offs, yaitu
hubungan berlawanan antara dua spesifikasi yang sudah melekat pada konsep produk
yang terpilih.
Lima langkah dalam pembuatan spesifikasi akhir (Ulrich dan Eppinger, 2001:
89):
o Langkah 1 : Mengembangkan model-model teknis suatu produk.
Model teknis suatu produk adalah alat yang digunakan untuk memperkirakan
nilai metrik untuk membuat beberapa keputusan desain. Dalam hal ini cenderung
menggunakan istilah ‘model’ untuk menyebut suatu bentuk tiruan fisik maupun
analitik dari produk.
Idealnya, tim dapat membuat model analitik produk dengan akurat, mungkin
dengan menerapkan persamaan model pada lembar kerja atau simulasi komputer.
Model seperti ini memungkinkan tim untuk memperkirakan dengan cepat tipe
kinerja seperti apa yang dapat diperoleh dari suatu variabel desain khusus, tanpa
melalui eksperimen yang mahal. Sedangkan model fisik biasanya dibuat dengan
menggunakan teknik perencanaan eksperimen, yang dapat meminimasi jumlah
eksperimen yang dibutuhkan.
Dengan menggunakan teknik ini, tim dapat memperkirakan apakah spesifikasi
dapat dikerjakan secara teknis atau tidak, dengan cara menyelidiki perbedaan
kombinasi variabel desai. Permodelan dan analisis tipe ini mencegah tim untuk
37
membuat kombinasi spesifikasi yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan
konsep produk yang tersedia.
o Langkah 2 : Mengembangkan model biaya suatu produk.
Biaya yang dimaksud adalah biaya manufaktur dimana pihak perusahaan
selalu memperoleh keuntungan yang cukup, juga dapat menawarkan produk ini ke
pelanggan dengan harga bersaing. Untuk sebagian besar produk, perkiraan
mengenai biaya manufaktur dapat diketahui dengan menuliskan daftar bahan-
bahan dan komponen dan memperkirakan harga pembelian atau pabrikasi untuk
setiap komponen.
Cara yang digunakan untuk mencatat informasi biaya adalah dengan membuat
daftar perkiraan harga terendah dan tertinggi untuk setiap komponen. Hal ini
sangat membantu tim untuk mengetahui ketidakpastian perkiraan. Daftar
komponen sangat penting sifatnya. Tim biasanya melakukan analisis biaya untuk
setiap keputusan rancangan dan melakukan perbaikan terhadap keputusan-
keputusan ini dengan berdasarkan pada analisis tersebut daftar komponen itu
sendiri adalah semacam model kinerja, selain memperkirakan nilai metrik kinerja
secara teknis, juga memperkirakan biaya manufaktur jika dikembangkan dan
diperbaharui secara teratur. Untuk produk kompleks yang terdiri dari ratusan atau
bahkan ribuan komponen yang belum tentu dapat dikelompokkan ke dalam daftar
komponen, dipermudah dengan hanya membuat daftar untuk komponen-
komponen besar dengan berdasarkan pada pengalaman atau pertimbangan suplier.
38
o Langkah 3 : Memperbaiki spesifikasi, membuat trade-offs jika diperlukan.
Setelah tim membuat model kinerja teknis yang dibutuhkan untuk membuat
model biaya awal, tim telah dapat menggunakan model ini untuk
mengembangkan spesifikasi akhir. Spesifikasi akhir dapat dihasilkan dengan cara
memaparkan nilai-nilai kombinasi yang mungkin melalui penggunaan model
teknis, dan kemudian biaya-biaya penerapannya dapat ditentukan.
Salah satu metode penting untuk mendukung proses pengambilan keputusan
ini adalah peta persaingan. Peta persaingan biasanya digunakan untuk mengetahui
posisi produk baru dalam persaingan. Dengan meggunakan model teknis, model
biaya produk, dan peta persaingan, tim dapat menyempurnakan spesifikasi produk
agar dapat dicapai konsep produk yang sempurna dan menghasilkan produk yang
dapat bersaing karena mempunyai keunggulan tertentu.
Untuk kategori produk yang telah matang dimana kompetisi didasarkan pada
beberapa kinerja kinetik yang suadah dikenal baik, analisa cojoint merupakan
alternatif yang sesuai untuk menyempurnakan spesifikasi produk.
o Langkah 4 : Menentukan spesifikasi yang sesuai.
Proses penetapan spesifikasi akan lebih penting dan menantang jika produk
yang dikembangkan sangat kompleks, terdiri dari subsistem, dan membutuhkan
beberapa tim pengembangan. Pada kasus seperti ini, spesifikasi digunakan untuk
menjelaskan tujuan pengembangan dari setiap subsistem. Tantangan yang
dihadapi adalah penurunan spesifikasi keseluruhan menjadi spesifikasi untuk
39
setiap subsistem. Masalah yang kita hadapi adalah memastikan bahwa spesifikasi
subsistem dapat mencerminkan spesifikasi produk secara keseluruhan sehingga
jika spesifikasi sebuah subsistem tercapai maka spesifikasi produk keseluruhan
juga akan tercapai. Masalah kedua adalah menyakini bahwa spesifikasi-
spesifikasi tertentu untuk subsistem yang berbeda mempunyai tingkat kesulitan
yang sama untuk dipenuhi.
Beberapa spesifikasi komponen ditentukan berdasarkan alokasi dana yang
disediakan. Namun spesifikasi komponen lainnya harus ditentukan melalui
pemahaman yang lebih kompleks mengenai bagaimana kinerja subsistem
berhubungan dengan kinerja produk secara keseluruhan.
o Langkah 5 : Merefleksikan hasil dan proses.
Apakah produk ini akan memenangkan persaingan?
Ada berapa banyak ketidakpastian yang ada pada model teknik dan model
biaya?
Apakah konsep yang dipilih oleh tim paling sesuai target pasar yang
ditetapkan atau konsep itu diterapkan pada pasar yang lain?
Haruskah perusahaan melalui usaha formal untuk mengembangkan model
teknik yang lebih baik yang merupakan ukuran kinerja produk untuk masa
yang akan datang?
40
2.1.4 Penyusunan Konsep
Konsep produk adalah sebuah gambaran atau perkiraan mengenai teknologi,
prinsip kerja dan bentuk produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 102). Konsep produk
merupakan gambaran singkat bagaimana produk memuaskan kebutuhan pelanggan.
Sebuah konsep biasanya diekspresikan sebagai sebuah sketsa atau sebagai sebuah
mode 3 dimensi secara garis besar dan seringkali disertai oleh sebuah uraian gambar.
Identifikasi kebutuhan pelanggan
Menetapkan Spesifikasi &
Targetnya
Mendisain Konsep2 Produk
Memilih Konsep Produk
Menguji Konsep Produk
Menetapkan spesifikasi
akhir
Rencana Alur
Pengembangan
Rencana Pengembangan
Pernyataan Misi
Proses Analisa Ekonomis Produk
Benchmark produk kompetitor
Membangun Model Pengujian dan prototype produk
Sumber: Perancangan dan Pengembangan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 103)
Gambar 2.6 Penyusunan Konsep Merupakan Bagian Dari Fase Pengembangan
Konsep
Metode penyusunan konsep secara umum terdiri atas 5 langkah dengan
memecahkan sebuah masalah kompleks yang menjadi submasalah yang lebih
sederhana. Berikut gambar dari lima langkah metode penyusunan konsep (Ulrich dan
Eppinger, 2001: 104):
41
Sumber: Perancangan dan Pengembangan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 104)
Gambar 2.7 Lima Langkah Metode Penyusunan Konsep
42
2.1.4.1 Memperjelas Masalah
Memperjelas masalah mencakup pengembangan sebuah pengertian umum dan
pemecahan sebuah masalah menjadi submasalah. Membagi sebuah masalah menjadi
sub masalah yang lebih sederhana disebut dekomposisi masalah.
Macam-macam dekomposisi masalah, yaitu :
Dekomposisi fungsi
Dekomposisi fungsi sangat sesuai diaplikasikan pada produk teknik, tapi dapat
juga diaplikasikan pada produk yang sederhana dan nonteknis
Dekomposisi berdasarkan urutan penggunaan
Pendekatan ini seringkali berguna untuk produk dengan fungsi teknis yang sangat
sederhana melibatkan interaksi banyak pemakai
Dekomposisi berdasarkan kebutuhan utama pelanggan.
Pendekatan ini seringkali berguna untuk produk yang masalah utamanya adalah
bentuk, bukan prinsip kerja atau teknologinya.
Tujuan dari semua teknik dekomposisi ini adalah untuk membagi sebuah masalah
kompleks menjadi sederhana sehingga dapat ditangani dengan lebih terfokus. Setelah
dekomposisi masalah selesai, tim memilih submasalah yang paling kritis untuk
keberhasilan produk, dan mungkin paling bermanfaat jika diselesaikan melalui solusi
baru atau solusi yang kreatif.
43
2.1.4.2 Pencarian Secara Eksternal
Pencarian eksternal bertujuan untuk menemukan pemecahan keseluruhan
masalah dan submasalah yang ditemukan selama langkah memperjelas masalah.
Mengimplikasikan solusi yang sudah ada biasanya lebih cepat dan lebih mudah
daripada mengembangkan sebuah solusi baru. Penggunaan bebas dari solusi yang
sudah ada memungkinkan tim untuk memusatkan kreativitasnya pada submasalah-
submasalah kritis di mana tidak ada solusi terdahulu yang memuaskan. Lebih jauh
sebuah solusi konvensional terhadap sebuah submasalah seringkali dapat
digabungkan dengan sebuah solusi baru untuk submasalah lain sehingga
menghasilkan sebuah rancangan keseluruhan yang unggul.
Sedikitnya ada 5 cara yang baik untuk mengumpulkan informasi dari sumber
eksternal, yaitu mewawancara pengguna utama, konsultasi dengan pakar, pencarian
paten, pencarian literatur dan menganalisis (benchmarking) pesaing.
2.1.4.3 Pencarian Secara Internal
Pencarian internal merupakan penggunaan pengetahuan dan kreavitas dari tim dan
pribadi untuk menghasilkan konsep solusi. Pencarian internal dalam arti semua
pemikiran yang timbul dari langkah ini dihasilkan dari ilmu pengetahuan yang ada
dalam tim.
44
Empat pedoman berguna untuk perbaikan baik pencarian internal individu
maupun kelompok :
1. Menunda keputusan
2. Menghasilkan banyak ide/ pemikiran
3. Terima ide-ide yang kelihatannya tidak dapat dilaksanakan
4. Menggunakan media fisik dan alat bantu spesifik
Beberapa cara untuk menghasilkan konsep solusi, yaitu :
1. Membuat analogi
2. Keinginan dan harapan
3. Menggunakan stimulus yang berkaitan
4. Menggunakan stimulus yang tidak berhubungan
5. Menetapkan sejumlah tujuan
6. Menggunakan metode galeri
2.1.4.4 Mengali Secara Sistematis
Sebagai hasil dari kegiatan pencarian secara eksternal dan internal, tim
mengumpulkan puluhan atau ratusan penggalan konsep, yaitu yang merupakan solusi
untuk sub-submasalah. Penggalian sistematis ditujukan untuk mengarahkan ruang
lingkup kemungkinan dengan mengatur dan mengumpulkan penggalan solusi ini.
45
Dua alat spesifik untuk mengatur kerumitan dan mengatur pemikiran tim, yaitu :
1. Pohon klasifikasi
Pohon klasifikasi membantu tim membagi beberapa penyelesaian yang mungkin
menjadi kelompok yang independen. Pohon klasifikasi konsep digunakan untuk
memisahkan keseluruhan penyelesaian yang mungkin menjadi beberapa kelas
berbeda yang akan memudahkan perbandingan dan pemangkasan.
Empat manfaat penting pohon klasifikasi :
o Memangkas cabang yang hanya sedikit memberi harapan
o Mengidentifikasikan pendekatan yang terpisah terhadap masalah
o Mengidentifikasikan perhatian yang tidak merata pada cabang-cabang tertentu
o Perbaikan dekomposisi masalh untuk cabang tertentu.
2. Tabel kombinasi
Tabel kombinasi konsep menyediakan sebuah cara untuk mempertimbangkan
kombinasi solusi secara sistematis. Solusi untuk keseluruhan masalah diperoleh
dengan mengkombinasikan satu penggalan dari tiap kolom. Memilih sebuah
kombinasi dari penggalan tidak lantas secara spontan membawa kita pada
penyelesaian keseluruhan masalah. Kombinasi dari penggalan biasanya harus
dikembangkan dan disaring sebelum timbul suatu penyelesaian yang terintegrasi.
46
2.1.4.5 Merefleksikan Pada Hasil dan Proses
Apakah tim yakin bahwa solusi-solusi yang mungkin telah sepenuhya digali?
Adakah alternatif diagram fungsi?
Adakah cara lain untuk mendekomposisikan masalah?
Sudahkah sumber eksternal ditelusuri?
Sudahkah pemikiran tiap orang diterima dan digabungkan dalam proses?
2.1.5 Seleksi Konsep
Seleksi konsep merupakan proses menilai konsep dengan memperhatikan
kebutuhan pelanggan dan kriteria lain, membandingkan kekuatan dan kelemahan
relatif dari konsep, dan memilih satu atau lebih konsep untuk penyelidikan, pengujian
dan pengembangan selanjutnya (Ulrich dan Eppinger, 2001: 130).
Identifikasi kebutuhan pelanggan
Menetapkan Spesifikasi &
Targetnya
Mendisain Konsep2 Produk
Memilih Konsep Produk
Menguji Konsep Produk
Menetapkan spesifikasi
akhir
Rencana Alur
Pengembangan
Rencana Pengembangan
Pernyataan Misi
Proses Analisa Ekonomis Produk
Benchmark produk kompetitor
Membangun Model Pengujian dan prototype produk
Sumber: Perancangan dan Pengembagan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 133)
Gambar 2.8 Seleksi Konsep Merupakan Bagian Dari Keseluruhan
Fase Pengembangan Konsep.
47
Metode seleksi konsep pada proses ini didasarkan pada penggunaan metrik
keputusan untuk mengevaluasi masing-masing konsep dengan mempertimbangkan
serangkaian kriteria seleksi.
Sumber: Perancangan dan Pengembagan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 134)
Gambar 2.9 Seleksi Dan Penyaringan Konsep
Terdapat dua tahapan metodologi seleksi konsep, yaitu : penyaringan konsep dan
penilaian konsep (Ulrich dan Eppinger, 2001: 135). Penyaringan adalah proses yang
evaluasinya masih berupa perkiraan yang ditujukan untuk mempersempit alternatif.
Penilaian konsep merupakan sebuah analisis konsep yang ada untuk memilih salah
satu konsep memungkinkan untuk membawa kesuksesan pada sebuah produk.
Selama penyaringan konsep, beberapa konsep awal dievaluasi dengan
membandingkan dengan sebuah konsep referensi yang menggunakan metrik
penyaringan. Pada tahap awal ini perbandingan kuantitatif secara rinci sulit untuk
dihasilkan dan mungkin menyesatkan, sehingga digunakan sebuah sistem penilaian
komparatif yang masih kasar. Setelah beberapa alternatif dihilangkan, tim dapat
48
memilih untuk meneruskan pada penilaian konsep, lalu mengadakan analisis yang
lebih terperinci, serta mengevalusi kuantitatif yang lebih terhadap konsep yang tersisa
dengan menggunakan metrik penilaian sebagai pedoman. Selama proses penyaringan
dan penilaian, beberapa iterasi mungkin dilakukan, sehingga menghasilkan beberapa
alternatif baru dari hasil kombinasi beberapa konsep.
Langkah-langkah pada tahapan penyaringan dan penilaian konsep, yaitu (Ulrich
dan Eppinger, 2001: 136) :
1. Menyiapkan metrik seleksi
2. Menilai konsep
3. Mengurut konsep
4. Mengkombinasi dan memperbaiki konsep
5. Memilih satu atau lebih konsep
6. Mereflesikan hasil dan proses
49
Tabel 2.7 Metrik Penyaringan Konsep
Kriteria seleksiKonsep
1 2 3Kriteria 1 0 0 0Kriteria 2 0 0 0Kriteria 3 - 0 +Kriteria 4 - - +Kriteria 5 + + 0Kriteria 6 - 0 +Kriteria 7 - 0 +Jumlah + 1 1 4Jumlah 0 2 5 3Jumlah - 4 1 0Nilai akhir -3 0 4Peringkat 3 2 1Lanjutkan ? Tidak Ya Ya
Sumber: Perancangan dan Pengembagan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 137)
Proses penyaringan konsep merupakan proses penilaian yang sederhana yang
menggunakan tiga simbol yaitu nilai relatif “lebih baik” (+), jika konsep tersebut
lebih baik dari konsep yang lain dalam hal kriteria tersebut. “sama dengan” (0),
jika untuk kriteria tersebut konsep tersebut sama dengan konsep yang lainnya.
Dan terakhir “lebih buruk” (-), bila konsep tersebut lebih buruk dari konsep yang
lainnya. Kemudian jumlah bobot tiap kriteria dijumlahkan untuk masing-masing
konsep diberi rangking. Konsep yang dipilih untuk diteruskan adalah satu atau
lebih konsep yang memiliki tingkat rangking yang lebih tinggi.
Tahapan selanjutnya pada seleksi konsep adalah dengan menggunakan matriks
penilaian konsep, dengan cara menambahkan bobot kepentingan ke dalam metrik.
50
Tabel 2.8 Metrik Penilaian Konsep
Konsep2 3
Kriteria Beban RatingNilai
Beban RatingNilai
BebanKriteria 1 5% 3 0.15 3 0.15Kriteria 2 15% 3 0.45 3 0.45Kriteria 3 25% 3 0.75 4 1Kriteria 4 20% 4 0.8 4 0.8Kriteria 5 10% 4 0.4 3 0.3Kriteria 6 15% 2 0.3 3 0.45Kriteria 7 10% 2 0.2 3 0.3
Total Nilai 3.05 3.45Peringkat 2 1Lanjutkan ? Tidak Ya
Sumber: Perancangan dan Pengembagan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 141)
Beberapa pola yang berbeda dapat digunakan untuk memberi bobot pada
kriteria seperti menandai nilai kepentingan dari 1-5 atau mengalokasi nilai 100%.
Selanjutnya penetapan rating dapat dilakukan oleh beberapa responden untuk
menentukan apakah bobot yang diberikan sesuai dengan kriteria yang diinginkan.
Nilai rating dan beban dikalikan untuk mendapatkan nilai beban. Nilai beban
ini yang akan dijumlahkan untuk menentukan rangking tiap konsep yang dinilai.
Sama seperti tahap penyaringan konsep, konsep yang terpilih adalah konsep yang
memiliki ranking tertinggi.
Dengan dasar kedua metrik seleksi tersebut dapat diputuskan untuk memilih
satu atau lebih konsep terbaik, konsep-konsep ini mungkin lebih lanjut
51
dikembangkan, dibuat prototype dan diuji untuk memperoleh umpan balik dari
pelanggan.
2.1.6 Pengujian Konsep
Pengujian konsep berhubungan erat dengan seleksi konsep, dimana kedua
aktivitas ini bertujuan untuk menyempitkan jumlah konsep yang akan diproses
lebih lanjut. Namun pengujian konsep berbeda, karena aktivitas ini
menitikberatkan pada pengumpulan data langsung dari pelanggan potensial dan
hanya melibatkan sedikit penilaian dari tim pengembang.
Tahapan ini dilakukan setelah seleksi konsep karena tidak memungkinkan
untuk menyodorkan banyak konsep ke pelanggan potensial untuk diuji, sehingga
konsep-konsep alternatif harus dipersempit terlebih dahulu menjadi satu atau dua
konsep untuk diuji.
Identifikasi kebutuhan pelanggan
Menetapkan Spesifikasi &
Targetnya
Mendisain Konsep2 Produk
Memilih Konsep Produk
Menguji Konsep Produk
Menetapkan spesifikasi
akhir
Rencana Alur
Pengembangan
Rencana Pengembangan
Pernyataan Misi
Proses Analisa Ekonomis Produk
Benchmark produk kompetitor
Membangun Model Pengujian dan prototype produk
Sumber: Perancangan dan Pengembagan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 152)
Gambar 2.10 Pengujian Konsep Dalam Hubungan Dengan Aktivitas Pengembangan
Yang Lain.
52
Metode pengujian konsep terdiri dari 7 tahap, yaitu (Ulrich dan Eppinger, 2001:
153):
o Langkah 1: Mendefinisikan maksud dari pengujian konsep
Pengujian konsep dapat diartikan sebagai suatu eksperimen, oleh karena
itu perlu didefinisikan dahulu maksud dari eksperimen ini dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan seperti :
Konsep mana yang akan diuji?
Bagaimana konsep dapat diperbaiki?
Berapa Jumlah produk yang dapat dijual?
Dapatkah proses pengembangan dilanjutkan?
o Langkah 2 : Memilih populasi survei
Seringkali produk ditujukan untuk pasar potensial dengan beberapa
segmen sekaligus. Hal yang perlu diperhatikan adalah pengujian ke beberapa
segmen sekaligus akan membuang banyak waktu dan biaya, sehingga
seringkali untuk menghindari pembengkakan biaya maka pengujian konsep
cukup dilakukan dengan memilih pelanggan potensial dengan segmen pasar
terbesar saja.
53
o Langkah 3 : Memilih format survei
Sama seperti survei-survei yang pernah dilakukan pada tahapan
sebelumnya, jenis format yang dapat dipilih adalah dengan : face-to-face
interaction, Telepon, Surat, E-mail, Internet. Dan tiap format memiliki
kekurangan dan kelebihan masing-masing.
o Langkah 4 : Mengkomunikasikan konsep
Yang membedakan survei pengujian konsep dengan survei-survei
sebelumnya adalah adanya konsep terpilih yang harus dikomunikasikan
kepada responden untuk dinilai sendiri oleh mereka. Banyak cara yang dapat
digunakan untuk mengkomunikasikan konsep yaitu : uraian verbal, sketsa,
foto dan gambar, storyboard, video, simulasi, multimedia interaktif, model
fisik, dan prototype yang dioperasikan. Sehingga tim pengembang dapat
memilih cara yang sesuai untuk mengkomunikasikan konsep disesuaikan
dengan biaya dan kemampuan yang ada.
o Langkah 5 : Mengukur respon pelanggan
Data yang didapatkan dari survei dapat diolah dan digunakan untuk
mengukur respon pelanggan, dan hal yang terutama diukur adalah konsep
mana yang dipilih, usulan perbaikan, serta keinginan pelanggan untuk
membeli dengan dibagi ke dalam 5 skala yaitu pasti akan membeli, mungkin
akan membeli, mungkin atau tidak akan membeli, mungkin tidak akan
54
membeli, pasti tidak akan membeli. Atau bisa juga dengan cara menyuruh
responden untuk menyebut angka peluang sendiri untuk membeli.
o Langkah 6 : Menginterpretasikan Hasil
Maksud dari menginterpretasikan hasil adalah bila memang ada konsep
yang mendominasi, maka secara langsung konsep tersebut dapat dipilih untuk
dilanjutkan ke tahap pengembangan model, tetapi bila hasilnya tidak terbatas,
maka konsep dapat dipilih berdasarkan pertimbangan waktu dan biaya. Dan
tidak jarang juga tim pengembang dapat memperkirakan potensi penjualan
produk 1 tahun ke depan setelah produk tersebut diluncurkan. Meskipun
sifatnya tidak pasti, tetapi prediksi penjualan cenderung berkorelasi dengan
permintaan yang sebenarnya, karena itu prediksi penjualan merupakan
informasi yang sangat berharga bagi tim pengembangan produk.
o Langkah 7 : Merefleksikan Hasil dan proses
Manfaat utama dari pengujian konsep adalah memperoleh umpan balik
dari pelanggan potensial, yang diuntungkan oleh pemikiran tentang pengaruh
tiga variabel kunci yang terdapat pada model prediksi yaitu : ukuran pasar
keseluruhan, ketersediaan tentang produk, dan proporsi pelanggan yang
mungkin akan membeli produk. Dalam merefleksikan hasil pengujian konsep,
sebaiknya 2 pertanyaan kunci harus terjawab, yaitu : apakah konsep sudah
dikomunikasikan dengan benar sehingga menghasilkan respon pelanggan
55
sesuai dengan yang dituju? Dan apakah hasil prediksi konsisten dengan hasil
tingkat pengamatan tingkat penjualan terhadap produk-produk yang sama?
Akhirnya pengalaman dengan produk baru kemungkinan besar dapat
diterapkan di masa yang akan datang untuk produk-produk yang hampir sama.
2.1.7 Arsitektur Produk
Semua produk terdiri dari elemen fungsional dan fisik. Elemen-elemen fungsional
dari produk terdiri atas operasi dan transformasi yang menyumbang terhadap kinerja
keseluruhan produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 173-174).
Elemen-elemen fisik dari sebuah produk adalah bagian-bagian, komponen, dan
sub rakitan yang pada akhirnya diimplementasikan terhadap fungsi produk. Elemen-
elemen fisik diuraikan lebih rinci ketika usaha pengembangan berlanjut. Elemen fisik
produk biasanya diorganisasikan menjadi beberapa building blocks utama yang
disebut chunks. Setiap chunk terdiri dari sekumpulan komponen yang
mengimplementasikan fungsi dari produk. Arsitektur produk adalah skema elemen-
elemen fungsional dari produk disusun menjadi chunk yang bersifat fisik. Dan
menjelaskan bagaimana setiap chunk berinteraksi.
Karakter arsitektur produk yang terpenting adalah modularitas. Ciri-ciri arsitektur
modular adalah : chunk melaksanakan atau mengimplementasikan satu atau sedikit
elemen fungsional pada keseluruhan fisiknya, dan interaksi antar chunk dapat
dijelaskan dengan baik, dan umumnya penting untuk menjelaskan fungsi-fungsi
utama produk.
56
Keputusan mengenai cara membagi produk menjadi chunk dan tentang berapa
banyak modularitas akan diterapkan pada arsitektur sangat terkait dengan beberapa
isu yang menyangkut kepentingan seluruh perusahaan seperti : perubahan produk,
variasi produk, standarisasi komponen, kinerja produk, kemampuan manufaktur, dan
manajemen pengembangan produk.
Langkah-langkah dalam menetapkan arsitektur produk adalah dengan (Ulrich dan
Eppinger, 2001: 180):
o Langkah 1 : Membuat Skema Produk
Sumber: Perancangan dan Pengembagan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 181)
Gambar 2.11 Contoh Skema Produk
Sebuah produk dianggap terdiri dari elemen fungsional dan fisik. Elemen
fungsional dari produk terdiri atas operasi dan transformasi yang menyumbang
terhadap kinerja keseluruhan produk. Elemen-elemen fisik dari suatu produk adalah
bagian-bagian produk (part), komponen, dan sub rakitan yang pada akhirnya
diimplementasikan terhadap fungsi produk. Arsitektur produk adalah skema elemen-
57
elemen fungsional dari produk disusun menjadi chunk yang bersifat fisikal dan
menjelaskan bagaimana setiap chunk berinteraksi.
Membuat skema produk merupakan langkah pertama dari menetapkan arsitektur
produk. Skema adalah diagram yang menggambarkan pengertian tim terhadap
elemen-elemen penyusun produk. Pada akhir fase pengembangan konsep, beberapa
elemen yang dituliskan pada skema berupa elemen-elemen fisik. Beberapa elemen
berhubungan dengan komponen-komponen kritis. Tapi beberapa elemen tetap
diuraikan secara fungsional. Ini adalah elemen fungsional produk yang belum diubah
menjadi konsep fisik atau komponen. Elemen-elemen yang belum diubah menjadi
konsep fisik atau komponen tersebut umumnya merupakan inti dari konsep dasar
produk yang harus didesain dan diseleksi oleh tim. Sedangkan elemen lainnya yang
tetap tidak dispesifikasikan menjadi konsep fisik biasanya merupakan fungsi
tambahan sebuah produk.
Skema harus mencerminkan pemahaman tim yang terbaik mengenai kondisi
produk. Namun bukan berarti skema harus mengandung setiap detail yang dipikirkan.
Aturan yang baik adalah menempatkan kurang dari 30 elemen ke dalam skema untuk
pembuatan arsitektur produk. Jika produk merupakan suatu sistem yang kompleks,
yang melibatkan ratusan elemen fungsional, akan berguna untuk menghilangkan
beberapa elemen lainnya menjadi fungsi tingkatan yang lebih tinggi untuk
dikomposisikan.
Skema tidak diciptakan secara spesifik. Pilihan spesifik yang dibuat pada waktu
membuat skema, seperti elemen fungsional maupun penyusunnya, akan sedikit
58
mempengaruhi arsitektur produk. Alternatif lainnya adalah mendistribusikan
pengontrolan kepada setiap elemen lain yang terdapat pada produk yang
dikoordinasikan oleh komputer sentral. Karena umumnya ruang gerak skema luas,
tim seharusnya menghasilkan beberapa alternatif dan memilih pendekatan yang akan
mendukung upaya ini.
o Langkah 2 : Mengelompokan Elemen-Elemen Pada Skema
Sumber: Perancangan dan Pengembagan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 182)
Gambar 2.12 Contoh Function Diagram
Langkah kedua dalam menetapkan arsitektur produk adalah mengelompokkan
elemen-elemen pada skema. Mengelompokkan elemen-elemen pada skema yaitu
menugaskan setiap elemen yang terdapat pada skema menjadi chunk. Alternatif pada
satu sisi mungkin sesuatu yang ekstrim. Pada sisi ekstrim lainnya, tim dapat saja
memutuskan bahwa produk hanya mempunyai satu chunk utama dan kemudian
59
berusaha untuk mengintegrasikan semua elemen produk secara fisik. Kenyataannya,
mempertimbangkan semua kemungkinan pengelompokkan elemen akan
menghasilkan banyak alternatif. Salah satu prosedur untuk mengatur kompleksitas
alternatif adalah dengan mengasumsikan bahwa setiap elemen pada skema akan
ditugaskan terhadap satu chunk tersendiri. Kemudian secara bertahap dilakukan
pengelompokkan jika memungkinkan.
Beberapa faktor untuk mengetahui kapan sebaiknya pengelompokkan dilakukan
yaitu:
Integrasi Geometris dan Presisi: Penugasan elemen terhadap chunk yang sama
memungkinkan satu orang atau kelompok mengontrol hubungan fisik antar
elemen.
Pembagian Fungsi: Ketika satu komponen fisik dapat mengimplementasikan
beberapa elemen fungsional dari produk, elemen-elemen fungsional ini sebaiknya
dikelompokkan bersama-sama.
Kemampuan (Kapabilitas) Pemasok: Pemasok yang dipercaya mungkin
mempunyai kapabilitas tertentu yang berkaitan dengan proyek pengembangan,
dan untuk memperoleh hasil yang terbaik dari kapabilitas tersebut, tim dapat
mengelompokkan elemen-elemen yang merupakan keahlian pemasok menjadi
satu chunk.
Kesamaan Desain atau Teknologi Produk: Ketika dua atau lebih elemen
fungsional dapat diimplimentasikan menggunakan desain atau teknologi produksi
60
yang sama, maka penggabungan elemen-elemen ini pada chunk yang sama akan
menghasilkan desain atau proses produksi lebih ekonomis.
Lokalisasi Perubahan: Ketika tim mengantisipasi sejumlah besar perubahan pada
beberapa elemen, yang lebih baik adalah mengisolasi elemen tersebut pada chunk
terpisah, sehingga perubahan diperlukan terhadap elemen tersebut dapat
dilakukan tanpa merusak chunk lainnya.
Mengakomodasikan Variasi: Elemen-elemen harus dikelompokkan sedemikian
rupa untuk memungkinkan perusahaan menvariasikan produk dengan cara akan
memberikan nilai tambah bagi pelanggan.
Kemungkinan Standarisasi: Jika beberapa elemen juga dapat digunakan pada
produk lain, elemen-elemen ini dapat dikelompokkan menjadi satu chunk.
Kemudahan Perpindahan Berbagai Jenis Penghubung yang ada pada produk:
Beberapa interaksi dengan mudah dikirimkan menempuh jarak yang jauh.
o Langkah 3 : Membuat Susunan Geometris Yang Masih Kasar
Langkah ketiga dalam menetapkan arsitektur produk adalah membuat susunan
geometris yang masih kasar. Susunan geometris dapat diciptakan dalam bentuk
gambar, model komputer atau model fisik (dari triplek atau busa, sebagai contoh)
yang terdiri dari dua atau tiga dimensi. Pembuatan susunan geometris akan
mendorong tim untuk mempertimbangkan apakah antarmuka antar chunk cukup
layak untuk mendukung hubungan dimensi dasar diantara chunk. Pada tahap ini, tim
61
akan diuntungkan dengan menghasilkan beberapa alternatif susunan geometris dan
kemudian memilih yang terbaik. Kriteria keputusan untuk memilih susunan geometris
sangat terkait dengan tahap pengelompokkan pada langkah 2. Pada beberapa kasus
tim mungkin menemukan bahwa pengelompokkan yang dilakukan pada langkah 2
tidak layak, dan kemudian beberapa elemen harus disusun ulang pada chunk-chunk
yang lain. Pembuatan susunan geometris yang kasar harus dikoordinasikan dengan
desainer industri yang ada di dalam tim dalam kasus dimana aspek eksetika,
keamanan dan kenyamanan dari sebuah produk penting dan sangat terkait dengan
perancangan geometris dari chunk.
o Langkah 4 : Mengidentifikasikan Interaksi Fundamental dan Insidental
Mengidentifikasikan interaksi fundamental dan insidental merupakan langkah
terakhir (keempat) dari menetapkan arsitektur produk. Interaksi fundamental adalah
interaksi yang sesuai dengan garis skema yang menghubungakan satu chunk dengan
chunk lainnya. (proses yang sangat mendasar dari suatu sistem operasi). Sedangkan
interaksi insidental yaitu interaksi yang muncul akibat implikasi elemen fungsional
menjadi bentuk fisik tertentu atau karena pengaturan geometris dari chunk.
Walaupun interaksi fundamental secara eksplisit diperlihatkan oleh skema yang
menunjukkan pengelompokkan elemen menjadi chunk, interaksi insidental juga harus
didokumentasikan dalam beberapa cara. Untuk interaksi chunk dalam jumlah yang
sedikit (kurang dari 10), diagram interaksi adalah cara yang tepat untuk menunjukkan
interaksi-interaksi insidental. Untuk sistem yang lebih besar, diagram seperti ini
62
membingungkan, sebagai gantinya adalah metrik interaksi adalah alat yang tepat
untuk menggambarkan interaksi insidental sekaligus interaksi fundamental. Metrik
ini juga digunakan untuk mengelompokkan elemen fungsional menjadi chunk
berdasarkan jumlah interaksi yang terjadi.
2.1.8 Desain Industri
2.1.8.1 Kebutuhan-Kebutuhan Ergonomik
Tabel 2.9 Tabel Contoh Format Kebutuhan Ergonomik
Kebutuhan Ergonomik
Level Kepentingan Penjelasan Peringkat
Kemudahan pemakaian
Rendah Sedang Tinggi .
Kemudahan perawatan
Rendah Sedang Tinggi
Kuantitas interaksi pemakai
Rendah Sedang Tinggi
Pembaruan interaksi pemakai
Rendah Sedang Tinggi
Keamanan Rendah Sedang Tinggi
Sumber: Perancangan dan Pengembagan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 204)
63
Kebutuhan-kebutuhan ergonomi pada desain industri, yaitu (Ulrich dan Eppinger,
2001: 202-203):
Kemudahan pemakaian
Kemudahan pemakaian mungkin sangat penting untuk produk-produk yang
sering digunakan, seperti sebuah fotokopi kantor, dan produk-produk yang jarang
digunakan, seperti alat pemadam kebakaran. Kemudahan pemakaian akan lebih
diperlukan jika produk mempunyai beberapa ciri atau cara mengoperasikannya
yang mungkin membingungkan dan menyebabkan pemakainya frustasi. Ketika
kemudahan pemakaian menjadi kriteria yang penting, desainer industri perlu
menjamin bahwa ciri-ciri produk secara efektif dapat memberitahukan fungsi-
fungsinya.
Kemudahan perawatan
Jika produk perlu diperbaiki secara berkala kemudahan perawatan menjadi
penting. Sebagai contoh, seorang pemakai harus dapat membersihkan kertas yang
terjepit dalam sebuah printer atau mesin fotokopi dengan mudah. Sekali lagi,
adalah penting bahwa ciri-ciri suatu produk untuk memberitahukan prosedur
perawatan/ perbaikan kepada pemakainya. Bagaimanapun dalam banyak kasus,
penyelesaian yang lebih, diperlukan untuk memenuhi perawatan secara
keseluruhan.
64
Kuantitas interaksi pemakai
Secara umum, semakin banyak interaksi pemakai dengan produk, produk akan
semakin tergantung pada desain industri. Sebagai contoh, pegangan pintu
biasanya hanya membutuhkan satu interaksi, sedangkan sebuah komputer yang
mudah dibawa membutuhkan selusin atau lebih interaksi. Semua ini dipahami
benar oleh desainer industri. Lebih jauh, setiap interaksi mungkin membutuhkan
suatu pendekatan desain yang berbeda dan/ atau riset tambahan.
Pembaharuan interaksi pemakai
Suatu antarmuka pemakai memerlukan perbaikan terhadap desain yang telah
ada yang secara relatif akan mudah dipahami untuk desain, seperti tombol-tombol
pada mouse komputer desktop generasi yang akan dating. Semakin banyak
pembaruan pada interfase pemakai mungkin memerlukan riset yang subtansial
dan studi kemungkinan, seperti jalur bola yang dibuat di dalam pada komputer
Notebook Powerbook Macintosh pertama.
Keamanan
Semua produk mempunyai pertimbangan keamanan. Untuk beberapa produk,
hal ini dapat menghasilkan tantangan yang nyata bagi tim desain. Sebagai contoh,
perhatian keamanan pada desain boneka anak akan lebih menonjol dibandingkan
sebuah mouse komputer baru.
65
2.1.8.2 Kebutuhan-Kebutuhan Estetis
Tabel 2.10 Contoh Format Tabel Kebutuhan Estetis
Kebutuhan Ergonomik
Level Kepentingan Penjelasan Peringkat
Diferensiasi Produk
Rendah Sedang Tinggi
Gengsi Kepemilikan, Mode, atau Kesan
Rendah Sedang Tinggi
Motivasi Tim
Rendah Sedang Tinggi
Sumber: Perancangan dan Pengembagan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 204)
Kebutuhan-kebutuhan estetis pada desain industri, yaitu (Ulrich dan Eppinger, 2001:
203):
Diferensiasi Produk
Produk dengan market dan teknologi yang stabil sangat tergantung pada desain
industri untuk menciptakan daya tarik estetis dan, tentunya diferensiasi visual.
Sebaliknya produk seperti internal disk drive komputer yang dibedakan oleh
kinerja teknologinya lebih sedikit tergantung pada desain industri.
Gengsi Kepemilikan, Mode, atau Kesan
Persepsi pelanggan terhadap suatu produk sebagian didasarkan oleh daya tarik
estetis. Produk yang menarik mungkin diasosiasikan dengan mode dan kesan
yang tinggi. Pada akhirnya hal itu akan menciptakan gengsi yang tinggi pada
pemiliknya. Hal ini mungkin berlawanan terhadap suatu produk yang terlihat dan
66
terasa kasar atau konservatif. Ketika karakteristik itu penting, desain industri akan
memainkan peranan penting dalam menentukan kesuksesan akhir.
Motivasi Tim
Suatu produk yang mempunyai daya tarik estetis dapat membangkitkan
perasaan bangga diantara para staf desain dan manufaktur. Kebanggaan tim dapat
memotivasi dan menyatukan setiap orang yang berhubungan dengan proyek.
Konsep awal desain industri memberikan tim suatu visi kongkrit terhadap hasil
akhir suatu pengembangan.
2.1.8.3 Konseptualisasi
Setelah kebutuhan dan tuntutan pelanggan dipahami, desainer industri membantu
tim untuk membuat konsep produk. Selama tahap penggalian konsep ahli teknik
dengan sendirinya menfokuskan perhatian mereka untuk menemukan penyelesaian
subfungsi teknis dari produk. Pada saat ini, desainer industri berkonsentrasi
menciptakan bentuk produk dan penghubung pemakai. Desainer industri membuat
sketsa yang sederhana. Untuk setiap konsep sketsa itu dikenal dengan thumbnail
sketch. Sketsa-sketsa ini adalah yang cepat dan tak mahal untuk mengeksperesikan
ide-ide dan mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan.
Konsep-konsep yang diajukan kemudian dicocokkan dan digabungkan dengan
penyelesaian teknis selama masa penggalian. Konsep-konsep ini dikelompokkan dan
67
dievaluasi oleh tim berdasarkan kebutuhan pelanggan, kemungkinan teknis, biaya dan
pertimbangan manufaktur.
Sangatlah tidak menguntungkan jika didalam beberapa perusahaan, desainer
industri bekerja terpisah dari ahli teknik. Ketika hal ini terjadi, desain industri yang
diajukan untuk konsep melibatkan bentuk dan gaya yang terikat. Ketika ahli-ahli
teknik menemukan konssep-konsep tersebut secara teknis tidaklah memungkinkan
biasanya terdapat sejumlah pengulangan. Karenanya perusahaan telah menemukan
keuntungan dengan menggabungkan koordinasi antara desainer industri dengan ahli-
ahli teknik melalui fase pengembangan konsep sehingga pengulangan ini dapat
dicapai dengan lebih cepat bahkan dalam bentuk sketsa.
2.1.8.4 Perbaikan Awal
Pada fase perbaikan awal, desainer industri membuat model dari konsep yang
paling menjanjikan. Model lunak (soft model) biasanya dibuat dalam skala penuh
dengan menggunakan busa atau papan berinti-busa. Ini adalah metode kedua yang
tercepat, namun sedikit lebih lambat dari sketsa, digunakan untuk mengevaluasi
konsep.
Meskipun secara umum masih kasar, model-model ini sangat berguna karena
model ini membantu tim pengembangan untuk mengekspresikan dan
mengvisualisasikan konsep produk kedalam bentuk tiga dimensi. Konsep-konsep
dievaluasi oleh desainer industri, ahli teknik, personil pemasaran dan pelanggan
potensial melalui proses menyentuh, merasa dan memodifikasi model. Biasanya
68
desainer akan membuat sebanyak mungkin model tergantung pada waktu dan
keuangan. Konsep-konsep yang sukar divisualisasikan memerlukan lebih banyak
model divisualisasikan dibandingkan yang sederhana.
Desainer industri menggunakan sejumlah model lunak untuk menilai ukuran,
proporsi, dan bentuk keseluruhan dari banyak konsep yang diajukan.
2.1.8.5 Perbaikan Lanjutan dan Pemilihan Konsep Akhir
Pada tahap ini, para desainer industri sering mengganti dari model lunak dan
sketsa menjadi model kasar dan gambaran informasi-intensif yang dikenal dengan
rendering. Rendering memperlihatkan detail desain dan sering melukiskan
penggunaan produk. Yang digambarkan dalam bentuk dua atau tiga dimensi,
rendering menyampaikan sejumlah informasi mengenai produk. Rendering sering
digunakan untuk studi warna dan pengujian penerimaan pelanggan untuk ciri dan
fungsi produk yang diajukan.
Langkah perbaikan akhir sebelum memilih suatu konsep adalah menciptakan
model keras. Model ini secara teknis sebelum berfungsi karena hanya mendekati
replika desain akhir dengan penampilan yang sangat realistik. Model keras tersebut
terbuat dari kayu busa tebal, plastik atau logam. Model itu dilukis dan diberi tekstur
serta mempunyai beberapa ciri “fungsi kerja”, seperti tombol-tombol yang berfungsi
untuk mendorong dan meluncurkan gerakan. Karena model keras berharga ribuan
dolar, tim pengembangan produk biasanya mempunyai anggaran untuk membuat
model ini dalam jumlah sedikit.
69
Model keras dapat digunakan untuk memperoleh tambahan arus balik pelanggan
pada fokus grup, mengiklankan dan mempromosikan produk pada pameran
perdagangan, menjual konsep kepada manajemen senior dalam suatu organisasi dan
untuk perbaikan lanjutan konsep akhir.
2.1.8.6 Penilaian Dalam Desain Industri
Tabel 2.11 Tabel Penilaian Dalam Desain Industri
Kategori Penilaian Level Kepentingan Penjelasan Peringkat1. Kualitas dari
antarmuka pengguna
Rendah Sedang Tinggi
2. Daya tarik Emosional
3. Kemampuan untuk
memelihara dan
memperbaiki produk
4. Penggunaan yang
tepat dari sumber
70
5. Diferensiasi produk
Sumber: Perancangan dan Pengembagan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 215)
Penilaian kualitas dalam desain industri, yaitu (Ulrich dan Eppinger, 2001: 214-
216):
Kualitas antar muka pengguna
Ini adalah rating tentang bagaimana mudahnya produk itu digunakan. Kualitas
antarmuka berhubungan dengan penampilan produk, rasa, dan bentuk interaksi.
Daya tarik emosinal
Peringkat secara keseluruhan, konsumenlah yang menjadi daya tarik bagi suatu
produk. Daya tarik ini dicapai lewat penampilan, sentuhan suara dan baunya.
Kemampuan untuk memelihara dan memperbaiki produk
Ini adalah peringkat kesenangan untuk memelihara dan memperbaiki suatu
produk. Pemeliharaan dan perbaikan seharusnya dipertimbangkan dengan
interaksi antar pemakai.
Penggunaan yang tepat dari sumber
Ini adalah peringkat bagaimana sebaiknya sumber daya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumen. Jenis sumber daya lebih diarahkan pada desain
industri pengeluaran dolar dan fungsi lainnya. Faktor ini cenderung untuk
71
menggerakkan harga-harga seperti pada pembuatan barang-barang. Rancangan
produk yang kurang baik, salah satunya dari segi yang kurang penting atau
produknya yang terbuat dari bahan yang tak biasa yang akan mempengaruhi hasil
peralatannya, proses pembuatan barang-barang, proses pemasangan dan lain-
lainnya.
Differensiasi produk
Ini adalah peringkat dari suatu produk yang unik dan konsisten terhadap
identitas perusahaan. Perbedaan ini diutamakan dari bentuknya.
2.1.9 Design For Manufacturing (DFM)
Biaya manufaktur merupakan penentu utama dalam keberhasilan ekonomis dari
suatu produk. Keberhasilan ekonomis tergantung dari marjin keuntungan dari tiap
penjualan produk dan berapa banyak yang dapat dijual oleh perusahaan. Jadi secara
keseluruhan DFM memiliki sasaran jaminan kualitas produk yang tinggi, sambil
meminimasi biaya manufaktur (Ulrich dan Eppinger, 2001: 223).
DFM mengarahkan untuk meminimasi biaya manufaktur tanpa harus mengurangi
kualitas dari produk tersebut. Metode itu terdiri dari lima langkah (Ulrich dan
Eppinger, 2001: 224):
- Memperkirakan biaya manufaktur
- Mengurangi biaya komponen
- Mengurangi biaya perakitan
72
- Mengurangi biaya pendukung produksi
- Mempertimbangkan pengaruh keputusan DFM pada faktor lainnya.
Sumber: Perancangan dan Pengembangan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 225)
Gambar 2.13 Metode Dalam DFM
73
Biaya manufaktur secara keseluruhan dapat diperkirakan dengan memperhatikan
variabel-variabel komponen yang secara sistematis memperlihatkan cara
memperkirakan biaya manufaktur secara keseluruhan.
Setelah biaya manufaktur secara keseluruhan diperkirakan, maka biaya-biaya
tersebut dapat diperkirakan secara terpisah untuk dianalisis manakah biaya yang
dapat dikurangi dengan tanpa mengurangi kualitas produk. Perkiraan biaya tersebut
dibagi ke dalam tiga bagian yaitu biaya komponen, biaya perakitan serta biaya
overhead.
Perkiraan-perkiraan biaya tersebut dapat dipisah dengan tampilan seperti berikut :
Perkiraan biaya komponen, dengan cara memperhitungkan jumlah material yang
digunakan, beserta biaya overhead yang merupakan 10% dari bahan yang dibeli, dan
80% dari upah perakitan.
Selanjutnya memperkirakan biaya perakitan dengan melihat jumlah proses
perakitan, untuk kemudian dihitung waktu perakitan. Setelah itu total biaya perakitan
didapatkan dengan mengalikan total waktu perakitan dengan biaya perakitan dalam
satuan rupiah/jam.
Bila pengurangan-pengurangan biaya sudah dilakukan, maka tahap akhir dari
DFM adalah memperkirakan ulang biaya manufaktur secara keseluruhan dengan
menggunakan format yang sama seperti yang dilakukan di awal tahapan ini.
Keputusan untuk menerima desain dapat diteruskan jika sasaran dari DFM terpenuhi,
yaitu apabila minimasi biaya tidak mempengaruhi kualitas dan fungsi dari produk
tersebut.
74
2.1.10 Prototype
Prototype sebagai sebuah penaksiran produk melalui satu atau lebih dimensi yang
menjadi perhatian (Ulrich dan Eppinger, 2001: 259). Dengan definisi ini, setiap
wujud yang memperlihatkan sedikitnya satu aspek produk yang menarik bagi tim
pengembangan dapat ditampilkan sebagai sebuah prototype. Definisi ini menyimpang
dari penggunaan umumnya, dimana mencakup bermacam bentuk prototype seperti
penggambaran konsep, model matematika, dan bentuk fungsional yang lengkap
sebelum dibuat dari suatu produk.
Prototype dapat diklasifikasikan diantara dua dimensi. Dimensi yang pertama
adalah tingkat dimana sebuah prototype merupakan bentuk fisik sebagai lawan dari
analitik. Aspek-aspek dari produk yang diminati oleh tim pengembangan secara nyata
dibuat menjadi suatu benda untuk pengujian dan percobaan. Prototype analitik
menampilkan produk yang tidak nyata, biasanya sistematis, cara. Aspek yang
menarik adalah produk dianalisis daripada dibuat. Sedangkan dimensi kedua dalah
tingkatan dimana sebuah prototype merupakan prototype yang menyeluruh sebagai
lawan dari terfokus. Prototype yang menyeluruh mengimplementasikan sebagian
besar atau semua atribut dari produk. Prototype yang menyeluruh dapat disamakan
dengan pemakaian sehari-hari dari kata prototype, merupakan sebuah skala
keseluruhan, versi kerja keseluruhan produk. Berlawanan dengan prototype
menyeluruh, prototype terfokus mengimplementasikan satu atau sedikit sekali atribut
produk. Secara praktek umum dimaksudkan untuk menggunakan dua atau lebih
75
prototype terfokus yang terpisah, tim dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan lebih
cepat daripada jika membuat satu prototype menyeluruh.
Prototype digunakan untuk empat tujuan, yaitu:
Pembelajaran : prototype sering digunakan untuk menjawab dua tipe pertanyaan
“Akankah dapat bekerja?” dan “Sejauh mana dapat memenuhi kebutuhan
pelanggan?”.
Komunikasi : prototype memperkaya komunikasi dengan manajemen puncak,
penjual, mitra, keseluruhan anggota tim, pelanggan, dan investor. Hal ini benar
karena sebuah gambaran, alat, tampilan tiga dimensi dari produk lebih mudah
dimengerti daripada sebuah penggambaran verbal, bahkan sketsa produk
sekalipun.
Penggabungan : prototype digunakan untuk memastikan bahwa komponen-
komponen dan subsistem-subsistem dari produk bekerja bersamaan seperti yang
diharapkan.
Milestones : dalam tahap pengembangan produk berikutnya, prototype digunakan
untuk mendemonstrasikan bahwa produk telah mencapai tingkat kegunaan yang
diinginkan.
76
Prinsip-prinsip yang menunjukkan tentang keputusan-keputusan terhadap tipe
prototype mana yang harus dibuat dan mengenai bagaimana memasukkan prototype
ke dalam rencana pengembangan:
Prototype analitik umumnya lebih fleksibel dibandingkan prototype fisik.
Prototype fisik dibutuhkan untuk menemukan fenomena yang tidak dapat diduga.
Sebuah prototype dapat mengurangi resiko iterasi yang merugikan.
Sebuah prototype dapat memperlancar langkah pengembangan lainnya.
Sebuah prototype dapat menstrukturisasi ketergantungan tugas.
Ratusan teknologi produk yang berbeda digunakan untuk membuat prototype,
khususnya prototype fisik. Dan teknologi yang telah timbul sebagai hal yang penting
sekali dalam 10 tahun terakhir, model 3D dan pembuatan bentuk bebas.
Model komputer 3D: Pada dekade yang lalu, cara yang dominan dalam
menampilkan rancangan telah berubah secara dramatis dari gambar-gambar,
seringkali dibuat dengan komputer, menjadi model komputer 3D. Model ini
menampilkan rancangan sebagai bentuk 3D, masing-masing biasanya dibangun
dari bangun geometrik dasar seperti silinder, balok, dan lubang. Keuntungan
model komputer 3D meliputi kemampuan untuk secara otomatis
memperhitungkan sifat fisik seperti massa dan volume; efisiensinya meningkat
dari membuat satu dan hanya satu gambaran resmi dari rancangan, menjadi dapat
dibuat gambaran yang lebih terfokus, seperti tampilan yang mewakili
77
keseluruhan. Model komputer 3D juga dapat digunakan untuk mendeteksi
gangguan geometrik antara bagian-bagian dan memberikan gambaran pokok
untuk analisis yan lebih terpusat untuk kinematik atau tegangan. Model komputer
3D ini telah mulai diperlakukan sebagai prototype. Pada beberapa penempatan
penggunaan model komputer 3D telah menyisihkan satu atau lebih prototype
fisik.
Pembuatan bentuk bebas: Pada tahun 1984, sistem pembuatan bentuk bebas
pertama kali dikenalkan dengan menggunakan sistem 3D. Teknologi ini disebut
stereolithografi, dan lusinan teknologi yang bersaing akan mengikutinya,
membuat objek fisik secara langsung dari model komputer 3D dan dapat sebagai
“pencetak tiga dimensi”. Koleksi teknologi ini sering kali disebut membuat
prototype secara cepat. Sebagian besar teknologi bekerja dengan membangun
sebuah objek, satu lapisan secara keseluruhan pada saat bersamaan, dengan
pengendapan material atau dengan mengeraskan cairan secara selektif. Bagian
hasilnya paling sering dibuat dari plastik, tetapi bahan lainnya tersedia, seperti
lilin, kertas, keramik, dan logam. Pada beberapa kasus, bagian-bagian tersebut
digunakan secara langsung untuk penggambaran atau dalam hal kerja prototype.
Namun bagian tersebut sering kali digunakan sebagai pola untuk membuat bentuk
atau cetakan dari bagian yang memiliki sifat bahan khusus yang kemudian dapat
dibentuk atau dicetak. Teknologi pembuatan bentuk bebas memungkinkan
prototype 3D yang nyata dibuat lebih awal dan lebih murah dibandingkan yang
78
mungkin sebelumnya. Jika digunakan secara tepat, prototype ini dapat
mengurangi waktu pengembangan produk dan / atau memperbaiki prooduk hasil.
Sebagai tambahan, untuk memungkinkan pembuatan prototype kerja yang cepat,
teknologi ini dapat digunakan untuk mewujudkan konsep produk secara cepat dan
murah, meningkatkan kemudahan dengan konsep-konsep yang dapat
dikomunikasikan dengan anggota tim lainnya, senior manager, rekan
pengembangan, atau pelanggan potensial.
Empat metode langkah untuk merencanakan sebuah prototype selama usaha
pengembangan produk, yaitu (Ulrich dan Eppinger, 2001: 270-274):
Langkah 1: Menetapkan Tujuan Prototype
Mengingat kembali empat tujuan prototype, yaitu: pembelajaran, komunikasi,
penggabungan, dan milestone. Dalam menetapkan tujuan sebuah prototype, tim
mendaftar khususnya pembelajaran dan kebutuhan komunikasi. Anggota tim juga
mendaftar beberapa kebutuhan penggabungan baik yang jadi ataupun tidak.
Prototype diharapkan untuk menjadi satu atau beberapa tonggak utama dari
proyek pengembangan produk keseluruhan.
Langkah 2: Menetapkan Tingkat Perkiraan Konsep
Merencanakan sebuah prototype membutuhkan tingkatan di mana produk
akhir diperkirakan akan ditetapkan. Tim harus mempertimbangkan apakah
79
prototype fisik diperlukan atau apakah prototype analitik yang terbaik untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Dalam banyak kasus, prototype yang terbaik
adalah prototype yang paling sederhana yang akan memenuhi tujuan yang
ditetapkan pada langkah 1. Pada beberapa kasus, prototype yang sudah ada atau
prototype yang dibuat untuk tujuan lain dapat dipinjam.
Langkah 3: Menggariskan Rencana Percobaan
Dalam banyak kasus, penggunaan prototype dalam pengembangan produk
dapat dianggap sebagai sebuah percobaan. Praktek percobaan yang baik
membantu untuk menjamin penggalian nilai maksimum dari kegiatan pembuatan
prototype. Rencana percobaan meliputi identifikasi variabel percobaan (jika ada),
protocol, pengujian, sebuah indikasi mengenai pengukuran apa yang akan
ditampilkan, dan sebuah rencana untuk menganalisis data hasil.
Langkah 4: Membuat Jadwal Untuk Perolehan, Pembuatan, dan Pengujian.
Karena pembuatan dan pengujian prototype mempertimbangkan subproyek
dalam keseluruhan proyek pemgembangan, tim diuntungkan dari jadwal untuk
kegiatan membuat prototype. Tiga tanggal pertemuan sangat penting dalam
menetapkan usaha pembuatan prototype. Pertama, tim menetapkan kapan bagian-
bagian akan siap untuk dirakit (ini kadang-kadang disebut tanggal “rangkaian
bagian”). Kedua, tim menetapkan tanggal kapan prototype akan diuji pertama kali
80
(ini kadang-kadang disebut tanggal “pengujian asap”), karena merupakan waktu
tim untuk pertama kalinya menyalurkan energi dan “melihat asap” dalam produk
dengan sistem listrik. Yang ketiga, tim menetapkan tanggal saat prototype
diharapkan telah selesai diuji dan memberikan hasil akhir.
2.2 Metode Pengumpulan Data
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis (Sugiyono, 2004: 139). Dua diantara yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Observasi yang dilakukan
adalah observasi terstruktur. Dimana observasi yang dirancang secara sistematis,
tentang apa yang akan diamati, dimana tempatnya. Pedoman untuk melakukan
observasi, yaitu:
Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data dikarenakan peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/ kecil. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak
terstruktur, adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawacara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya (Sugiyono, 2004: 130).
81
Kuisioner
Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertutlis kepada responden
untuk dijawabnya (Sugiyono, 2004: 135). Kuisioner cocok digunakan bila peneliti
tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari
responden. Selain itu, kuisioner juga cocok digunakan bila jumlah responden
cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuisioner dapat berupa
pertanyaan/ pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden
secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet.
2.3 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2004: 73). Hal ini dilakukan apabila populasi besar dan peneliti
tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi karena keterbatasan dana,
tenaga, dan waktu. Teknik sampling/ teknik pengambilan sampel pada dasarnya dapt
dikelompokkan menjadi dua, yaitu probability sampling dan nonprobability
sampling. Dimana probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang
memberi peluang/ kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2004: 77). Teknik sampel ini meliputi:
simple random, proportionate stratified random, disproportionate stratified random,
dan cluster random. Dimana nonprobability sampling yaitu teknik pengambilan
82
sampel yang tidak memberi peluang/ kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2004: 77). Teknik sampel
ini meliputi: sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, sampling
purposive, sampling jenuh, dan snowball sampling.
Menentukan ukuran sampel dengan menggunakan rumus Paul Leedy :
)1)((2
PPeZN
, dimana : N = Ukuran sampel
Z = Peubah acak untuk tingkat kepercayaan yang
dipilih
e = Sampling error
P = Proporsi harus dalam populasi
2.4 Metode Pengujian Data
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2004: 86). Dalam
penelitian fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang
selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun
item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap
item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat
positif sampai sangat negatif.
83
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor,
misalnya:
1. Setuju/ selalu/ sangat positif diberi skor 5
2. Setuju/ sering/ positif diberi skor 4
3. Ragu-ragu/ kadang-kadang/ netral diberi skor 3
4. Tidak setuju/ hampir tidak pernah/ negatif diberi skor 2
5. Sangat tidak setuju/ tidak pernah/ sangat negatif diberi skor 1
Berdasarkan hasil kuisioner tersebut maka akan dihasilkan suatu perhitungan
mengenai tingkat kesesuaian (Supranto, 2001: 240). Tingkat kesesuaian adalah hasil
perbandingan skor kinerja produk dengan skor kepentingan. Tingkat kesesuaian
inilah yang akan menentukan urutan prioritas peningkatan faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan pelanggan.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang diwakilkan oleh huruf X dan Y,
dimana : X merupakan tingkat kinerja produk, sedangkan Y merupakan tigkat
kepentingan pelanggan.
Adapun rumus yang digunakan adalah :
%100YiXiTki ,
dimana : Tki = Tingkat kesesuaian responden
Xi = Skor penilaian kinerja produk
Yi = Skor penilaian kepentingan pelanggan
84
Selanjutnya sumbu mendatar (X) akan diisi oleh skor tingkat tinggi kepuasan,
sedangkan sumbu tegak (Y) akan diisi oleh skor tingkat tinggi kepentingan. Dalam
penyederhanaan rumus, maka untuk tiap faktor yang mempengaruhi kepuasan
pelanggan dengan :
nXi
X nYi
Y
dimana : X = Skor rata-rata tingkat kepuasan
Y = Skor rata-rata tingkat kepentingan
n = Jumlah responden
Diagram kartesius merupakan suatu bangun yang dibagi atas empat bagian yang
dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik ( X ,Y ),
dimana X merupakan rata-rata dari rata-rata skor tingkat pelaksanaan atau kepuasan
pelanggan atau atribut Y adalah rata-rata skor tingkat kepentingan seluruh faktor
yang mempengaruhi kepuasan pelanggan (Supranto, 2001: 241).
Rumus : K
XiX
N
i 1
K
YiY
N
i 1
Dimana :
K = Banyaknya atribut/ fakta yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan.
Selanjutnya tingkat unsur-unsur tesebut akan dijabarkan dan dibagi menjadi empat
bagian ke dalam diagram kartesius.
85
Y Kepentingan
Y
Prioritas UtamaA
Pertahankan PrestasiB
Prioritas RendahC
BerlebihanD
X X Pelaksanaan(Kinerja / Kepuasan)
Sumber: Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan (Supranto, 2001: 242)
Gambar 2.15 Diagram Kartesius
Keterangan :
a. Menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap mempengaruhi kepuasan
pelanggan, namun manajemen belum melaksanakannya sesuai keinginan
pelanggan sehingga mengecewakan/ tidak puas.
b. Menunjukkan unsur pokok yang telah berhasil dilaksanakan, untuk itu wajib
wajib dipertahankannya. Dianggap sangat penting dan sangat memuaskan.
c. Menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi pelanggan,
pelaksanaannya biasa-biasa saja. Dianggap kurang penting dan kurang
memuaskan.
d. Menunjukkan faktor yang mempengaruhi pelanggan kurang penting, akan tetapi
pelaksanaannya berlebihan. Dianggap kurang penting tetapi sangat memuaskan.
86
2.5 Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidtan atau
kesalahan sesuatu instrumen (Arikunto, 1996: 159). Suatu instrumen yang valid
mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki
validitas rendah.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.
Sebuh instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang
diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana
data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang
dimaksud.
Ada dua macam validitas sesuai dengan cara pengujiannya, yaitu:
Validitas eksternal instrumen yang dicapai apabila data yang dihasilkan dari
instrumen tersebut sesuai dengan data atau informasi lain yang mengenai variabel
penelitian yang dimaksud.
Rumus kolerasi yang dapat digunakan adalah rumus korelasi product moment,
sebagai berikut:
2222
YYNXXN
YXXYNrXY
Validitas internal dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian
instrumen dengan instrumen secara keseluruhan, yaitu mengungkap data dari
variabel yang dimaksud.
87
Adapun yang dimaksud dengan bagian instrumen dapat berupa butir-butir
pertanyaan dari angket atau butir-butir soal tes, tetapi dapat pula kumpulan dari
butir-butir tersebut yang mencerminkan sesuatu faktor. Sehubungan dengan ini
maka dikenal adanya validitas butir dan validitas faktor.
Pengujian validitas sebuah instrumen dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
(Arikunto, 1996: 165):
Analisis faktor
Analisis faktor dapat dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor faktor
dengan skor total, sesudah terlebih dahulu mengetahui kekhususan tiap faktor.
Skor faktor dipandang sebagai nilai X dan skor total dipandang dengan nilai
Y. Bila koefisien korelasi sama deengan atau lebih besar dari 0,3, maka
dinyatakan valid.
Analisis butir
Prosedur untuk melakukan analisis butir, sebenarnya sama dengan
prosedur melakukan analisis faktor.
Analisis butir dapat dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor butir
dengan skor total. Skor butir dipandang sebagai nilai X dan skor total
dipandang dengan nilai Y. Bila koefisien korelasi sama deengan atau lebih
besar dari 0,3, maka dinyatakan valid.
88
2.6 Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut
sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan
responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat
dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga
(Arikunto, 1996: 168).
Secara garis besar ada dua jenis reliabilitas, yaitu reliabilitas eksternal dan
reliabilitas internal. Seperti pada validitas, jika ukuran atau kriteriumnya berada di
luar instrumen maka dari hasil pengujian ini diperoleh reliabilitas eksternal.
Sebaliknya jika perhitungan dilakukan berdasarkan data dari instrumen saja, akan
menghasilkan reliabilitas internal.
Reliabilitas eksternal
Ada dua cara untuk menguji reliabilitas eksternal sesuatu instrumen yaitu
dengan teknik pararel dan teknik ulang Apabila peneliti menggunakan teknik
pertama yakni teknik paralel, peneliti mau tak mau harus menyusun dua stel
instrumen. Kedua instrumen tersebut sama-sama diujicobakan kepada
sekelompok responden saja (responden mengerjakan dua kali) kemudian hasil
dari dua kali tes uji coba tersebut dikorelasikan, dengan teknik korelasi product
moment atau korelasi pearson. Tinggi rendahnya indeks korelasi inilah yang
menunjukkan tinggi rendahnya reliabilitas instrumen. Oleh karena dalam
89
menggunakan teknik ini peneliti mempunyai dua instrumen dan melakukan dua
kali tes, maka disebut teknik double test double trial.
Teknik reliabilitas eksternal yang kedua adalah teknik ulang. Dengan
menggunakan teknik ini peneliti hanya menyusun satu perangkat instrumen.
Instrumen tersebut diujicobakan kepada sekelompok responden, hasilnya dicatat.
Pada kali lain instrumen tersebut diberikan kepada sekelompok responden yang
semula untuk dikerjakan lagi, dan hasil yang kedua juga dicatat. Kemudian kedua
hasil tersebut dikorelasikan. Oleh karena dalam menggunakan teknik ini peneliti
hanya melakukan satu kali tes tetapi dilaksanakan dua kali uji coba, maka disebut
teknik single test double trial.
Reliabilitas internal
Kalau reliabilitas eksternal diperoleh dengan cara mengolah hasil pengetesan
yang berbeda, baik instrumen yang berbeda maupun yang sama, reliabilitas
internal diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali pengetesan.
Dalam mengukur reliabilitas dengan menggunakan rumus Spearman Brown,
peneliti harus melalui langkah yaitu membuat tabel analisis butir soal atau butir
pertanyaan. Dari analisis ini skor-skor dikelompokkan menjadi dua berdasarkan
belahan bagian soal. Ada dua cara membelah yaitu belah ganjil-genap dan belah
awal-akhir. Oleh karena itu teknik Spearman Brown disebut juga dengan teknik
belah dua.
90
Dengan teknik belah dua ganjil-genap atau belah awal-akhir peneliti
mengelompokkan skor butir bernomor ganjil/ awal sebagai belahan pertama dan
kelompok skor butir bernomor genap/ akhir sebagai belahan kedua. Langkah
selanjutnya mengkolerasikan skor belah pertama dengan skor belahan kedua, dan
akan diperoleh harga rXY. Oleh karena indeks kolerasi yang diperolah baru
menunjukkan hubungan antara dua belahan instrumen, maka untuk memperoleh
indeks reliabilitas masih harus menggunakan rumus Spearman Brown.
b
bi r
rr
1
)(2 Dimana: ri = reliabilitas internal seluruh instrumen
rb = korelasi product moment antaran belahan pertama
dan belahan kedua
2.7 Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang
menjadi objek permasalahan. Kerangka pikir biasanya dimulai dari suatu variabel,
yaitu objek permasalahan dan diakhiri dengan result (hasil), yaitu solusi yang dipilih
untuk menyelesaikan masalah tersebut (Sugiyono, 2004: 86).
91
Langkah-langkah dalam kerangka pikir, antara lain:
Variabel
Variabel adalah objek permasalahan. Permasalahan yang teridentifikasi, yaitu:
- Kadang-kadang terdapat orang yang menyeterika pakaian sambil duduk
dikursi maupun dilantai.
- Ruangan yang terbatas untuk menyimpan meja seterika.
- Ukuran alas seterika yang terlalu kecil sehingga merasa tidak nyaman untuk
digunakan.
Ide
Dari permasalahan tersebut, maka timbul ide untuk mengembangkan produk
meja seterika yang diharapkan agar dapat membantu kesulitan mengerjakan
pekerjaan rumah tangga.
Resources Search
Berangkat dari ide diatas, dicari suatu ide yang sesuai dengan kebutuhan dalam
melakukan pekerjaan menyeterika.dimana, dapat dibuat suatu aat bantu yang
mempermudah dalam melakukan pekerjaan menyeterika tersebut.
Selection
Dari resources search, ditemukan suatu ide bahwa bahan, dan kebutuhan yang
lain dapat mempermudah pekerjaan menyeterika, sehingga penggunaan meja
seterika dapat memenuhi kebutuhan dalam melakukan pekerjaan menyeterika.
92
Result
Hasil yang didapat adalah perancangan dan pengembangan produk meja seterika
dapat mempermudah dalam melakukan pekerjaan menyeterika.