bab 2 landasan teori -...
TRANSCRIPT
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Telepon Genggam
Telepon genggam atau handphone (HP), disebut pula sebagai telepon selular
(ponsel) adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan
dasar yang sama dengan telepon fixed line konvensional. Namun ponsel dapat dibawa
ke mana-mana (portabel, mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan
telepon menggunakan kabel (nirkabel; wireless). Saat ini Indonesia mempunyai dua
jaringan telepon nirkabel yaitu sistem GSM (Global System For Mobile
Telecommunications) dan sistem CDMA (Code Division Multiple Access).
Selain berfungsi untuk melakukan dan menerima panggilan telepon, ponsel
umumnya juga mempunyai fungsi pengiriman dan penerimaan pesan singkat (short
message service, SMS). Mengikuti perkembangan teknologi digital, kini ponsel juga
dilengkapi dengan berbagai pilihan fitur, seperti bisa menangkap siaran radio dan
televisi, perangkat lunak pemutar audio (mp3) dan video, kamera digital, game, dan
layanan internet (WAP, GPRS, 3G). Ada pula penyedia jasa telepon genggam di
beberapa negara yang menyediakan layanan generasi ketiga (3G) dengan menambahkan
jasa videophone, sebagai alat pembayaran, maupun untuk televisi online di telepon
genggam mereka.
6 2.2 Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan didefinisikan sebagai respon pelanggan terhadap
ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual yang
dirasakannya setelah pemakaian (Rangkuti 2003). Menurut teori perilaku konsumen
kepuasan didefinisikan sebagai perspektif pengalaman konsumen setelah
mengkonsumsi atau menggunakan suatu produk atau jasa. Produk atau jasa yang dapat
memuaskan konsumen adalah produk atau jasa yang dapat memberikan sesuatu yang
dicari konsumen sampai pada tingkat cukup (Irawan 2002).
Kepuasan pelanggan ditentukan oleh persepsi pelanggan atas penampilan
produk atau jasa dalam memenuhi harapan pelanggan. Jika kepuasan pelanggan
terhadap suatu produk atau jasa diberi peringkat 1-5, dengan satu untuk sangat tidak
puas dan lima untuk sangat puas, maka pelanggan yang sangat puas cenderung untuk
membeli atau memakai lagi produk atau jasa tersebut.
Pengukuran kepuasan pelanggan sangat bermanfaat bagi perusahaan dalam
rangka mengevaluasi posisi tawar perusahaan saat ini dibandingkan dengan pesaing
serta menemukan bagian mana yang membutuhkan peningkatan (Rangkuti 2003). Pada
dasarnya ada lima indikator penentu untuk mengukur kepuasan pelanggan ini yaitu :
kualitas produk, harga, kualitas pelayanan, faktor emosional, dan kemudahan
mendapatkan produk (Irawan 2002).
2.3 Statistik secara umum
Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan,
mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data. Statistika
7 merupakan ilmu yang berkenaan dengan data, sedang statistik adalah data, informasi,
atau hasil penerapan algoritma statistika pada suatu data.
Statistika banyak diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu, baik ilmu-ilmu alam
(misalnya astronomi dan biologi maupun ilmu-ilmu sosial (termasuk sosiologi dan
psikologi), maupun di bidang bisnis, ekonomi, dan industri). Statistika juga digunakan
dalam pemerintahan untuk berbagai macam tujuan; sensus penduduk merupakan salah
satu prosedur yang paling dikenal. Aplikasi statistika lainnya yang sekarang popular
adalah prosedur jajak pendapat atau polling (misalnya dilakukan sebelum pemilihan
umum), serta jajak cepat (perhitungan cepat hasil pemilu) atau quick count. Di bidang
komputasi, statistika dapat pula diterapkan dalam pengenalan pola maupun kecerdasan
buatan.
Dalam mengaplikasikan statistika terhadap permasalahan sains, industri, atau
sosial, pertama-tama dimulai dari mempelajari populasi. Makna populasi dalam
statistika dapat berarti populasi benda hidup, benda mati, ataupun benda abstrak.
Populasi juga dapat berupa pengukuran sebuah proses dalam waktu yang berbeda-beda,
yakni dikenal dengan istilah deret waktu.
Melakukan pendataan (pengumpulan data) seluruh populasi dinamakan sensus.
Sebuah sensus tentu memerlukan waktu dan biaya yang tinggi. Untuk itu, dalam
statistika seringkali dilakukan pengambilan sampel (sampling), yakni sebagian kecil
dari populasi, yang dapat mewakili seluruh populasi. Analisis data dari sampel nantinya
digunakan untuk mengumpulkan karakteristik populasi. Jika sampel yang diambil
cukup representatif, inferensial (pengambilan keputusan) dan simpulan yang dibuat dari
sampel dapat digunakan untuk menggambarkan populasi secara keseluruhan. Metode
8 statistika tentang bagaimana cara mengambil sampel yang tepat dinamakan teknik
sampling.
2.3.1 Metode Statistika
Tujuan umum bagi suatu penelitian berbasis statistika adalah menyelidiki
hubungan sebab-akibat, dan lebih khusus menarik suatu simpulan akan perubahan yang
timbul pada peubah (atau variabel) respon (peubah dependen) akibat berubahnya
peubah penjelas (explanatory variables) (peubah independen).
Terdapat dua jenis utama penelitian : eksperimen dan survei. Keduanya sama-
sama mendalami pengaruh perubahan pada peubah penjelas dan perilaku peubah respon
akibat perubahan itu. Beda keduanya terletak pada bagaimana kajiannya dilakukan.
Suatu eksperimen melibatkan pengukuran terhadap sistem yang dikaji, memberi
perlakuan terhadap sistem, dan kemudian melakukan pengukuran (lagi) dengan cara
yang sama terhadap sistem yang telah diperlakukan untuk mengetahui apakah perlakuan
mengubah nilai pengukuran. Bisa juga perlakuan diberikan secara simultan dan
pengaruhnya diukur dalam waktu yang bersamaan pula. Metode statistika yang
berkaitan dengan pelaksanaan suatu eksperimen dipelajari dalam rancangan percobaan
(desain eksperimen).
Dalam survei, di sisi lain, tidak dilakukan manipulasi terhadap sistem yang
dikaji. Data dikumpulkan dan hubungan (korelasi) antara berbagai peubah diselidiki
untuk memberi gambaran terhadap objek penelitian. Teknik-teknik survei dipelajari
dalam metode survei. Penelitian tipe eksperimen banyak dilakukan pada ilmu-ilmu
rekayasa, misalnya teknik, ilmu pangan, agronomi, farmasi, pemasaran (marketing), dan
9 psikologi eksperimen. Penelitian tipe observasi paling sering dilakukan di bidang ilmu-
ilmu sosial atau berkaitan dengan perilaku sehari-hari, misalnya ekonomi, psikologi dan
pedagogi, kedokteran masyarakat, dan industri.
2.4 Teknik Pengambilan Sampel
2.4.1 Populasi dan Sampel
Populasi merupakan kelompok yang menjadi pusat penelitian bagi peneliti yang
dijadikan sebagai tempat untuk mengeneralisasi hasil penelitiannya (Gay, 1987 di
dalam Indriyanto, 1997).
Sampel merupakan bagian dari populasi. Dalam pelaksanaan penelitian, ruang
lingkup populasi merupakan area yang amat luas batasnya sehingga penggunaan
populasi sebagai instrumen penelitian sangat sulit dilakukan. Oleh karena itu, untuk
memenuhi kelayakan dalam pelaksanaan penelitian, ditentukan populasi sasaran (target
population), yaitu populasi yang digunakan untuk mengeneralisasi hasil penelitian.
Namun demikian, populasi sasaran ini masih relatif sulit untuk ditentukan, karena
belum tentu semua populasi sasaran dapat dijangkau. Untuk menentukan pengambilan
sampel digunakan accessible population, yaitu populasi yang dapat dijangkau. Pada
tingkat ini peneliti menarik sampel untuk digunakan dalam penelitian.
2.4.2 Pengambilan Sampel
Ditinjau dari jenis data yang dikumpulkan, penelitian dapat dibagi menjadi dua,
yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Dari segi pendekatannya, terdapat
perbedaan yang cukup mencolok antara penelitian kualitatif dan kuantitatif.
10 Pengumpulan data pada penelitian kualitatif lebih intensif dengan mengambil daerah
penelitian atau subjek penelitian yang relatif terbatas. Pada penelitian kualitatif, peneliti
berfungsi sebagai instrumen penelitian, yaitu sebagai pengumpul data. Analisis data
penelitian kualitatif cenderung tidak menggunakan statistik, karena data yang diperoleh
umumnya berbentuk uraian.
Di lain pihak, penelitian kuantitatif cenderung menggunakan subjek yang relatif
banyak dan daerah penelitian yang lebih luas. Instrumen yang digunakan cukup
bervariasi, misalnya : tes, kuesioner, dan pedoman wawancara. Analisis data pada
penelitian kuantitatif ini cenderung menggunakan statistik karena data yang diperoleh
umumnya berbentuk bilangan numerik atau angka-angka.
Dikarenakan kecenderungan ruang lingkup daerah penelitian yang sangat luas,
untuk menghemat dana, waktu, dan tenaga, penelitian kuantitatif umumnya
menggunakan sampel. Dengan demikian, peneliti kuantitatif harus mempunyai
pengetahuan tentang populasi dan kerangka sampel. Peranan peneliti dalam pelaksanaan
penelitian kuantitatif tidak hanya berhenti sampai dengan penarikan sampel saja, tetapi
dengan adanya sampel, peneliti mempunyai konsekuensi untuk menarik kesimpulan
berdasarkan hasil analisis pada sampel tersebut. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam
penarikan kesimpulan tersebut adalah representasi hasil analisis terhadap populasi.
Agar hasil analisis data kuantitatif yang dilakukan berdasarkan sampel tersebut
dapat direpresentasikan pada populasi di mana sampel tersebut diambil, berbagai
ketentuan perlu diperhatikan.
Pada dasarnya, cara yang paling sederhana untuk memperoleh sampel yang
dapat mewakili populasinya adalah pengambilan sampel yang bersifat acak. Namun
11 pada prakteknya, akan sangat sulit untuk menarik sampel yang acak. Konsep acak
dalam pengambilan sampel berkaitan dengan konsep probabilitas (peluang). Hinkle,
Wiersma, dan Jurs (1979) di dalam Indriyanto (1997) menyebutkan bahwa kriteria acak
ada dua, yaitu :
a. Setiap anggota populasi mempunyai kesempatan (peluang) yang sama untuk
diambil sebagai sampel (non-zero probability).
b. Semua anggota populasi yang terpilih sebagai sampel harus terpilih secara
independen.
Pengambilan sampel harus representatif, artinya mencerminkan karakteristik
populasi. Untuk menjadikan sampel representatif, maka cara pengambilannya adalah
secara acak yaitu setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
dipilih sebagai sampel. Namun demikian, cara pengambilan sampel secara acak tidak
dapat menjamin bahwa sampel yang diambil betul-betul representatif (Fraenkel dan
Wallen, 1990 di dalam Indriyanto, 1997). Hal ini dikarenakan adanya unsur
subyektivitas peneliti yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti pada saat menarik sampel
tersebut.
Penetapan sampel agar dapat benar-benar mewakili populasi dilakukan dengan
memperhatikan sifat-sifat dan penyebab populasi (Nawawi, 1995). Penetapan sampel
yang ideal mempunyai sifat sebagai berikut (Tiken, 1965, Singarimbun, 1989) :
a. Dapat menghasilkan gambaran yang dipercaya dari seluruh populasi yang
diteliti.
b. Sederhana dan mudah dilaksanakan.
c. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya sedikit.
12
d. Dapat menentukan ketepatan.
Besarnya sampel yang harus diambil tergantung pada karakteristik populasi.
Terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jumlah sampel :
a. Derajat keseragaman populasi, makin seragam populasi makin kecil sampel
yang diambil.
b. Ketepatan sampel, makin besar jumlah sampel makin tinggi tingkat
ketepatannya.
c. Tingkat ketepatan analisis yang dilakukan.
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam penetapan sampel,
diantaranya simple random sampling. Dikatakan simple (sederhana) karena
pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi
dianggap homogen.
Dua cara dapat dilakukan dalam menarik simple random sampling :
a. Cara undian
Yang pertama-tama adalah cara undian. Misalnya ingin memilih sebuah
sampel yang besarnya dua dari sebuah populasi yang terdiri dari 5 orang tenaga
ahli. Kita tulis nama tenaga ahli tadi masing-masing pada secarik kertas, dan
kertas tersebut kita gulung. Lalu kita masukkan dalam sebuah kotak dan kita
kocok. Kemudian kita tarik satu gulungan kertas. Lalu kita tarik satu gulungan
kertas lain, tanpa memasukkan kembali gulungan kertas pertama. Nama-nama
pada kedua gulungan kertas tadi merupakan anggota dari sampel kita yang kita
tarik secara undian.
13
b. Menggunakan tabel angka random
Cara kedua dengan angka random. Gunakan tabel dimana telah
dikumpulkan angka-angka secara random, yang dinamakan tabel angka random
(table random numbers). Dengan menggunakan angka random ini, dapat
menarik n bilangan secara random dari kumpulan bilangan dari 1 sampai dengan
N. Misalnya, dalam sebuah kampung terdapat 900 petani. Kita ingin menarik
sebuah sampel yang besarnya 9 ( beranggotakan 9 orang petani ) untuk suatu
keperluan. Jika kita menggunakan sistem undian, maka kita akan menyediakan
900 gulungan kertas dan masing-masing kertas kita tuliskan nama petani. Tentu
saja kerja ini melelahkan. Tetapi jika kita gunakan Tabel Angka Random, maka
kita dapat menghemat waktu.
2.5 Skala Pengukuran
Skala pengukuran digunakan untuk mengklasifikasikan variabel yang akan
diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah
penelitian selanjutnya (Riduwan, 1997, p32). Ada empat tipe pengukuran atau skala
pengukuran yang digunakan di dalam statistika, yakni : nominal, ordinal, interval, dan
rasio. Keempat skala pengukuran tersebut memiliki tingkat penggunaan yang berbeda
dalam riset statistik. Skala nominal hanya bisa membedakan sesuatu yang bersifat
kualitatif (misalnya : jenis kelamin, agama, warna kulit). Skala ordinal selain
membedakan juga menunjukkan tingkatan (misalnya : pendidikan, tingkat kepuasan).
Skala interval berupa angka kuantitatif namun tidak memiliki nilai nol mutlak
14 (misalnya: tahun, suhu dalam Celcius). Sedangkan skala rasio berupa angka kuantitatif
yang memiliki nilai nol mutlak.
2.6 Teknik Pengumpulan Data
Dilihat dari sumber datanya, data dibagi menjadi dua, data primer, yaitu data
yang diambil langsung dari sumbernya, dan data sekunder, yaitu data yang diambil
melalui tangan kedua. Metode pengumpulan data adalah teknik yang digunakan oleh
peneliti untuk memperoleh data yang akan digunakan pada penelitian melalui : angket,
wawancara, pengamatan, ujian (tes), dokumentasi, dan lainnya (Riduwan, 1997, p51).
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan mempermudah olehnya (Suharsimi Arikunto, 1997 di dalam Riduwan,
1997, p51). Selanjutnya instrumen yang diartikan sebagai alat bantu merupakan saran
yang dapat diwujudkan dalam benda, contohnya : angket (quesionnaire), daftar cocok
(checklist), skala (scale), pedoman wawancara (interview guide atau interview
schedule), soal ujian (test inventory), dan sebagainya.
2.6.1 Angket (quesionnaire)
Angket (quesionnaire) adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang
lain yang bersedia memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna
(Riduwan, 1997, p52). Tujuan penyebaran angket adalah untuk mencari informasi yang
lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden
memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar
15 pertanyaan. Disamping itu, responden mengetahui informasi tertentu yang diminta.
Angket dibedakan menjadi dua jenis, yaitu angket terbuka dan tertutup.
a. Angket Terbuka (angket tidak berstruktur) adalah angkat yang disajikan
dalam bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan isian sesuai
dengan kehendak dan keadaannya.
b. Angket Tertutup (angket berstruktur) adalah angket yang disajikan dalam
bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu
jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara membarikan
tanda silang (x) atau tanda check (√).
Sebelum menyebarkan kuesioner kepada sampel sebenarnya, langkah awal yang
harus dilakukan adalah mengadakan penelitian pendahuluan (pre test) untuk menguji
apakah kuesioner sudah layak digunakan untuk pengumpulan data yang sebenarnya.
2.7 Model Persamaan Struktural
Structural Equation Modeling (SEM) atau disebut juga Model Persamaan
Struktural (MPS) telah dipergunakan dihampir setiap bidang studi yang mudah
dipahami / dimengerti, meliputi pendidikan, pemasaran, psikologi, sosiologi,
manajemen, testing and measurement, kesehatan, demografi, organizational behaviour,
biologi, dan bahkan genetics (Supranto, 2004, p220). Alasan ketertarikan penggunaan
MPS atau SEM dalam berbagai bidang tersebut ada dua, yaitu :
a. Memberikan metode yang mudah dimengerti / dipahami berkenaan dengan
hubungan berganda secara simultan (multiple relationships simultaneously)
sementara memberikan efisiensi statistik.
16
b. Kemampuannya untuk mengakses hubungan secara komprehensif dan
memberikan suatu transisi dari exploratory to confirmatory analysis.
Transisi ini sesuai dengan semakin besarnya upaya dalam semua bidang
studi menuju pengembangan ke suatu pandangan yang sistematis dan
holistik terhadap pemecahan masalah (problem solving). Usaha / upaya
demikian itu memerlukan kemampuan menguji suatu seri hubungan yang
terdiri dari suatu model berskala besar, melibatkan puluhan bahkan ratusan
variabel dengan puluhan persamaan, suatu set prinsip yang mendasar (a set
of fundamental principles) atau teori secara keseluruhan (an entire theory).
Inilah tugas-tugas untuk mana model persamaan struktural dengan singkatan
MPS atau SEM tepat untuk dipergunakan.
Model persamaan struktural (MPS) atau structural equation modeling (SEM),
meliputi seluruh model yang terkenal dengan banyak nama seperti : covariance
structure analysis, latent variable analysis, confirmatory path analysis dan sering
disebut lisrel analysis, merupakan salah satu nama program komputer : Linear
Structural Relation = Lisrel (Supranto, 2004, p221).
Teknik SEM dibedakan oleh dua karakteristik, yaitu :
a. Estimasi atau perkiraan hubungan dependensi berganda dan saling terkait
(estimation of multiple and interrelated dependence relationships).
b. Kemampuan untuk mempresentasikan konsep yang tidak terlihat
(unobserved concepts) dalam hubungan-hubungan ini dan
memperhitungkan pengukuran kesalahan di dalam proses estimasi.
17 2.7.1 Mengakomodasikan Hubungan Dependensi Berganda yang Saling Terkait
Perbedaan yang paling menonjol antara SEM dengan teknik multivariat lainnya
ialah penggunaan hubungan yang terpisah untuk setiap set variabel tak bebas. Secara
sederhana, SEM mengestimasi suatu seri, akan tetapi saling terkait (interdependent),
persamaan regresi berganda yang simultan dengan menspesifikasikan penggunaan
model struktural, dengan program statistik. Pertama-tama peneliti, berdasarkan teori,
pengalaman sebelumnya atau hasil penelitian yang lalu dan tujuan penelitian untuk
membedakan mana variabel bebas yang memprediksi setiap variabel tak bebas.
Banyak variabel yang sama mempengaruhi setiap variabel tak bebas, akan tetapi
dengan tingkatan pengaruh yang berbeda. Model struktural mengekspresikan hubungan-
hubungan ini antara variabel bebas dan tak bebas, bahkan kalau suatu variabel tak bebas
menjadi suatu variabel bebas dalam hubungan lainnya.
Hubungan yang diusulkan kemudian diterjemahkan kedalam suatu seri
persamaan struktural (mirip dengan persamaan regresi) untuk setiap variabel tak bebas.
Berbeda dengan multivariate analysis of variance dan canonical correlation yang hanya
terdiri dari hubungan yang tunggal antara variabel bebas dan tak bebas, SEM mencakup
banyak hubungan (terdiri dari banyak persamaan). Di dalam persamaan simultan (lebih
dari satu persamaan), variabel dibedakan menjadi eksogen (exogeneous) yang nilainya
ditentukan di luar model, sebagai variabel kebijaksanaan (policy variable), seperti
harga, biaya promosi, mutu barang, ditentukan oleh pimpinan dan variabel endogen
(endogeneous), nilainya ditentukan di dalam model, sebagai akibat dari perubahan nilai
variabel eksogen.
18 2.7.2 Model Input
Model dikatakan fit merujuk seberapa jauh model yang dihipotesiskan
menyerupai input matriks varian-kovarian. Misalnya sebagai contoh, bahwa model yang
dihipotesiskan gagal mengenali bahwa technical support = X, benar – benar mempunyai
pengaruh yang kuat terhadap kepuasan menyeluruh (overall satisfaction) = Y. Tanpa
menyebutkan hal ini, maka secara implicit peneliti membatasi hubungan X dan Y
sebesar nol, padahal kenyataannya tidak demikian. Penghilangan ini mengarah kepada
poor fit dan kesimpulan yang pantas disesalkan bahwa model yang dihipotesiskan harus
ditolak sebagai tidak sahih (as invalid).
Berikut adalah gambar langkah – langkah perancangan model yang akan dibuat :
Gambar 2.1 Quasi-Confirmatory Model Building Approach (Supranto, 2004, p239)
19 2.7.3 Koefisien Korelasi
Analisis korelasi mencoba mengukur kekuatan hubungan antara dua peubah
melalui sebuah bilangan yang disebut koefisien korelasi. Koefisien korelasi linear
didefinisikan sebagai hubungan linear antara dua peubah acak X dan Y, dan
dilambangkan dengan r. Jadi, r mengukur sejauh mana titik-titik menggerombol sekitar
sebuah garis lurus. Oleh karena itu, dengan membuat diagram pencar bagi n
pengamatan {(xi,yi); i = 1,2,..,n} dalam contoh acak, dapat ditarik kesimpulan tertentu
mengenai r. Bila titik-titik menggerombol mengikuti sebuah garis lurus dengan
kemiringan positif, maka ada korelasi positif yang tinggi antara kedua peubah. Akan
tetapi, bila titik-titik menggerombol mengikuti sebuah garis lurus dengan kemiringan
negatif, maka antara kedua peubah itu terdapat korelasi negatif yang tinggi. Korelasi
antara kedua peubah semakin menurun secara numerik dengan semakin memencarnya
atau menjauhnya titik-titik dari suatu garis lurus. Bila titik-titiknya mengikuti suatu pola
yang acak, dengan kata lain tidak ada pola, maka mempunyai korelasi nol, dan dapat
disimpulkan tidak ada hubungan linear antara X dan Y.
Perlu diingatkan bahwa koefisien korelasi antara dua peubah adalah suatu
ukuran hubungan linear antara kedua peubah tersebut, sehingga nilai r = 0 berimplikasi
tidak adanya hubungan linear, bukan bahwa antara kedua peubah itu pasti tidak terdapat
hubungan. Jadi, bila antara X dan Y terdapat suatu hubungan kuadratik yang kuat, akan
memperoleh korelasi nol meskipun jelas ada hubungan tak linear yang kuat antara
kedua peubah itu.
Ukuran korelasi linear antara dua peubah yang paling banyak digunakan disebut
koefisien korelasi momen-hasilkali Pearson atau ringkasnya koefisien korelasi contoh.
20
Ukuran hubungan linear antara dua peubah X dan Y diduga dengan koefisien
korelasi contoh r, yaitu :
Koefisien korelasi contoh r merupakan sebuah nilai yang dihitung dari n
pengamatan contoh. Contoh acak berukuran n yang lain tetapi diambil dari populasi
yang sama biasanya akan menghasilkan nilai r yang berbeda pula. Dengan demikian r
sebagai suatu nilai dugaan bagi koefisien korelasi linear yang sesungguhnya yang
berlaku bagi seluruh anggota populasi.
2.7.4 Pengujian Hipotesis Korelasi dengan Statistik Z
Kriteria pengujian hipotesis korelasi diperlukan statistik uji.
Uji terhadap hipotesis nol H0 bahwa ρ = ρ0 didasarkan pada besaran dan
hipotesis H1 : ρ ≠ ρ0
yang merupakan nilai suatu peubah acak yang menyebar menghampiri sebaran
normal dengan nilai tengah (0.5)ln[(1+ρ)/(1-ρ)] dan ragam 1/(n - 3). Jadi, prosedur
ujinya berupa menghitung
dan membandingkannya dengan nilai kritik sebaran normal baku tabel z α =
0.05, dengan wilayah kritik z < -1.96 dan z > 1.96.
2.7.5 Analisis Jalur
21
Analisis jalur (path analysis) merupakan suatu teknik analisis statistika
kuantitatif yang dikembangkan dari analisis regresi berganda terstruktur berkenaan
dengan variabel-variabel baku (standardized variables) dalam suatu system tertutup
(closed system) yang secara formal bersifat lengkap (Gaspersz, 1992, p286). Dalam
literatur berbahasa Indonesia, teknik ini dikenal juga sebagai analisis lintas atau analisis
lintasan. Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Sewall Wright pada tahun 1934
sebagai alat untuk mengkaji hubungan antarvariabel dalam produksi ternak, namun
penerapannya sekarang meluas ke bidang-bidang lain, seperti genetika terapan dan
ekonomi.
Secara matematis, analisis ini tidak lain adalah analisis regresi berganda
terhadap data yang dibakukan. Dengan demikian, perangkat lunak statistika yang
mampu melakukan analisis regresi berganda dapat pula dipakai untuk analisis jalur.
Subjek utama analisis ini adalah variabel-variabel yang saling berkorelasi. Analisis ini
mendasarkan diri pada model hubungan antarvariabel yang ditentukan sebelumnya oleh
peneliti. Teknik ini mempunyai kelebihan dibandingkan dengan regresi linear karena
model analisis jalur dapat menemukan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung
dalam hubungan antarvariabel melalui variabel perantara. Penentuan model didasarkan
pada hipotesis mengenai berbagai variabel yang diamati. Dalam perkembangan saat ini
teknik analisis jalur dapat dilakukan dalam kerangka pemodelan persamaan struktur
(Structural Equation Modeling atau SEM), suatu teknik analisis yang menggabungkan
analisis faktor dan analisis regresi, selain analisis jalur. Dengan menggunakan analisis
ini, peneliti akan memperoleh hasil analisis secara lebih akurat, tajam dan detail.
Sistem persamaan simultan dapat ditulis dalam bentuk matriks :
22
dimana :
RX = matriks korelasi antarvariabel bebas dalam model regresi berganda yang
memiliki p buah variabel bebas, jadi merupakan matriks dengan elemen-elemen
(i, j = 1, 2, . . , p)
C = vektor koefisien lintasan yang menunjukkan pengaruh langsung dari
setiap variabel bebas yang telah dibakukan, Zi terhadap variabel tak bebas (nilai
koefisien lintasan sama dengan koefisien beta atau koefisien regresi baku)
RY = vektor koefisien korelasi antara variabel bebas Xi (i = 1, 2, . . , p) dan
variabel tak bebas Y
Dari persamaan matriks diatas, secara mudah dapat ditentukan vektor koefisien
lintasan C :
dimana :
= invers matriks RX
RY = vektor koefisien korelasi antara variabel bebas Xi dan variabel tak bebas
Y
Setelah koefisien lintasan Ci diperoleh, maka beberapa informasi penting akan
diperoleh berdasarkan metode analisis lintasan, antara lain :
23
a. Pengaruh langsung variabel bebas yang dibakukan, Zi terhadap variabel tak
bebas Y, diukur oleh koefisien lintasan Ci.
b. Pengaruh tidak langsung variabel bebas Zi terhadap variabel tak bebas Y,
melalui variabel bebas Zj (melalui kehadiran variabel bebas Zj dalam model),
diukur oleh besaran (Cj rij)
c. Pengaruh galat (error) atau sisaan (residual), yang tidak dapat dijelaskan
oleh model analisis lintasan (pengaruh-pengaruh yang tidak dapat dijelaskan
oleh suatu model dimasukkan sebagai pengaruh galat atau sisaan), diukur
oleh besaran :
Besaran dalam analisis lintasan adalah serupa dengan besaran (1 – R2) dalam
analisis regresi berganda, di mana keduanya memiliki nilai yang sama besar.
2.8 Definisi Sistem
Menurut O’Brien (2003, p.8), sistem adalah sekumpulan komponen yang saling
berhubungan dan bekerja bersama menuju sebuah tujuan umum dengan menerima input
dan memproduksi output dalam sebuah proses perubahan yang terorganisir.
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan suatu
kesatuan yang terdiri dari elemen-elemen yang saling berkaitan satu dengan yang
lainnya dan saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan tertentu.
24
Suatu sistem mempunyai karakterisktik atau sifat-sifat tertentu, yaitu
mempunyai komponen-komponen, batas sistem, lingkungan luar sistem, penghubung,
masukan, keluaran, pengolah, sasaran, dan tujuan.
Pengertian perancangan sistem adalah proses mengidentifikasi proses-proses
dan data-data yang diperlukan oleh sistem baru. Jika sistem yang akan dirancang adalah
sistem berbasis komputer, perancangan dapat menyertakan spesifikasi jenis peralatan
yang digunakan.
Perancangan sistem dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Sistem konseptual
Perancangan dibuat berdasarkan kebutuhan pemakai dan dibuat kerangka
kerja untuk penerapannya.
b. Sistem fisik
Perancangan dibuat berdasarkan rancangan konseptual kemudian dibuat
spesifikasi sistem detailnya, yang nantinya dapat dipergunakan untuk
pembuatan dan pengetesan program.
2.8.1 Definisi Sistem Informasi
Berdasarkan pendapat O’Brien (2003, p.7), sistem informasi adalah gabungan
antara manusia, hardware, software, jaringan komunikasi dan sumber-sumber data yang
terorganisir dengan tujuan mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi
dalam sebuah organisasi.
Komponen sistem informasi terdiri dari :
a. People (end-user dan spesialis sistem informasi)
25
b. Hardware (mesin - mesin dan media)
c. Software (program dan prosedur/aturan)
d. Data (basis data dan pengetahuan)
e. Jaringan (media komunikasi dan pendukung jaringan)
Kegunaan sistem informasi adalah untuk menjalankan aktivitas input, proses,
output, penyimpanan dan kontrol yang mengubah sumber-sumber data menjadi sebuah
informasi.
Tipe - tipe sistem informasi :
a. Operation Support System
1. Mendukung kebutuhan dalam pembuatan keputusan strategi manajemen
(atas), taktik manajemen (menengah) dan operasi manajemen
(supervisor).
2. Menghasilkan sistem informasi untuk internal dan eksternal user.
b. Management Support System
1. Mendukung kebutuhan dalam memproses informasi operasi bisnis
harian, termasuk beberapa fungsi-fungsi manajemen operasi tingkat yang
lebih rendah.
2. Menyediakan informasi dalam bentuk laporan dan tampilan bagi
manajer.
2.8.2 Definisi Sistem Informasi Manajemen (SIM)
Sistem Informasi Manajemen menurut McLeod (2001, p.5) adalah sebuah
sistem yang mengatur aktivitas manajer di perusahaan dalam proses memperoleh
26 informasi, memastikan data yang terkumpul menjadi informasi yang berguna,
menggunakannya seefektif mungkin (manajer memastikan bahwa informasi jatuh ke
orang yang tepat dan dimanfaatkan sebaik mungkin serta membuang informasi di saat
yang tepat dan menggantinya dengan informasi yang akurat dan terkini). Hal yang
mendasari SIM antara lain yaitu :
a. Meningkatnya kerumitan kegiatan bisnis.
b. Pengaruh ekonomi internasional.
c. Persaingan dunia.
d. Meningkatnya kerumitan teknologi.
e. Batas waktu yang semakin singkat.
f. Kendala-kendala sosial.
2.9 Interaksi Manusia dan Komputer (IMK)
IMK adalah disiplin ilmu yang berhubungan dengan perancangan, evaluasi, dan
implementasi sistem komputer interaktif untuk digunakan oleh manusia, serta studi
fenomena-fenomena besar yang berhubungan dengannya. Perancangan multimedia
haruslah user-friendly.
Tujuan rekayasa sistem interaksi manusia dan komputer (Shneiderman, 2003,
pp9-14) adalah :
a. Fungsionalitas yang sesuai
Sistem dengan fungsionalitas yang kurang memadai mengecewakan
pemakai dan sering ditolak atau tidak digunakan. Sedangkan sistem dengan
27
fungsionalitas yang berlebihan berbahaya dalam implementasi,
pemeliharaan, proses belajar dan penggunaan yang sulit.
b. Kehandalan, Ketersediaan, Keamanan dan Integritas data
Kehandalan berfungsi seperti yang diinginkan, tampilan akurat.
Ketersediaan berarti siap ketika hendak digunakan dan jarang mengalami
masalah. Keamanan berarti terlindung dari dari akses yang tidak diinginkan
dan kerusakan yang disengaja. Integritas data adalah keutuhan data yang
terjamin, tidak mudah dirusak atau diubah oleh orang tidak berhak.
c. Standarisasi, Integrasi, Konsistensi dan Portabilitas
Standarisasi adalah keseragaman sifat-sifat antar muka pemakai pada
aplikasi yang berebeda. Integrasi adalah kesatuan dari berbagai paket
aplikasi dan peralatan perangkat lunak. Konsistensi adalah keseragaman
dalam satu program aplikasi, seperti urutan perintah, istilah, satuan, warna,
tipografi. Portabilitas berarti dimungkinkannya data dikonversi dan
dipindahkan, dan dimungkinkannya antar muka pemakai dipakai di berbagai
lingkungan perangkat lunak dan perangkat keras.
d. Penjadwalan dan anggaran
Perencanaan yang hati-hati dan manajemen yang berani diperlukan karena
adanya persaingan dengan vendor lain sehingga proyek harus sesuai jadwal
dan anggaran, sistem yang perlu tepat pada waktunya (real time), serta
murah agar dapat diterima.
28
Terdapat 5 faktor manusia yang harus dapat dipenuhi oleh suatu sistem yang
user-friendly (Shneiderman, pp15-19), yaitu :
a. Waktu untuk belajar tidak lama (Time to learn)
Berapa lama waktu yang dibutuhkan user untuk mempelajari penggunaan
perintah (command) yang relevan untuk rangkaian tugas (tasks).
b. Kecepatan penyajian informasi yang cepat (Speed of performance)
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas.
c. Tingkat kesalahan pengguna yang rendah (Rate of errors by users)
Berapa banyak kesalahan (error) dan kesalahan apa saja yang dilakukan oleh
orang dalam menyelesaikan tugas? Walaupun waktu untuk membuat dan
memperbaiki kesalahan tidak sesuai dengan Speed of performance, error
handling adalah salah satu komponen yang penting (critical) dari penggunaan
sistem.
d. Pengingatan melewati jangka waktu (Retention over time)
Perancangan yang dibuat dalam suatu sistem yang bisa diingat penggunaannya,
fungsi, dan manfaatnya dalam jangka waktu yang lama.
e. Kepuasan pribadi (Subjective satisfaction)
Ketertarikan dari pengguna (user) untuk menggunakan aspek yang bervariasi
atau beragam dari sistem. Jawabannya dapat dipastikan dengan melakukan
wawancara (interview) atau dengan survey tertulis yang berisikan tingkat
kepuasan dan ruang untuk komentar.
29
Dalam perancangan sebuah interface seorang web designer harus
memperhatikan aturan-aturan yang telah dikenal dengan Eight Golden Rules of
Interface Design, yaitu :
a. Berusaha keras untuk konsisten. (strive for consistency)
Hal ini berhubungan dengan urutan tindakan yang harus dilakukan dalam situasi
yang serupa, istilah yang serupa juga harus digunakan dalam prompts, menu,
help screen, pemilihan warna, layout, ukuran dan bentuk huruf.
b. Memungkinkan frequent users menggunakan shortcut. (enable frequent users to
use shortcuts)
Bersamaan dengan meningkatnya pengguna (user), special keys, hidden
command, dan fasilitas lainnya juga sangat diperlukan oleh para pengguna.
Penggunaan waktu untuk merespon dari pengguna (user) yang relatif cepat dan
tepat dalam menampilkan tampilan juga merupakan salah satu daya tarik bagi
para pengguna.
c. Memberikan umpan balik yang informatif. (offer informative feedback)
Untuk setiap tindakan yang dilakukan oleh user, harus diberikan umpan balik
(feed back). Presentasi visual dari objek yang menarik akan menciptakan
lingkungan yang menyenangkan untuk menunjukkan adanya perubahan yang
menyeluruh.
d. Merancang dialog untuk menghasilkan keadaan akhir (sukses, selesai). (design
dialogs to yield closure)
Urutan dari tindakan harus diatur ke dalam suatu kelompok yang memiliki
bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir. Umpan balik yang informative
30
dari penyelesaian suatu kelompok akan memberikan kepuasan bagi operator,
dan akan menandakan bahwa jalannya sudah jelas untuk menyiapkan kelompok
lainnya.
e. Memberikan penanganan kesalahan yang sederhana. (offer error prevention and
simple error handling)
Dalam mendesain, sebisa mungkin diberikan error prevention, contohnya, pada
menu untuk memasukkan nama, user tidak diperbolehkan untuk memasukkan
angka. Jika user melakukan kesalahan, sistem harus dapat mendeteksi kesalahan
tersebut dan menampilkan kesalahan si pengguna dan memberikan contoh
penggunaan yang benar secara sederhana.
f. Mengizinkan pembalikan aksi (undo) dengan mudah. (permit easy reversal of
actions)
Dalam melakukan desain, sebisa mungkin diberikan undo. Hal ini akan
memudahkan user jika melakukan kesalahan yang tidak disengaja ketika sedang
mengerjakan sesuatu.
g. Menyediakan kendali internal bagi user (support internal locus of control)
Sistem harus dirancang supaya user merasa menguasai sistem dan system akan
memberi respon atas aksi yang diberikan.
h. Mengurangi beban ingatan jangka pendek. (reduce short-term memory load)
Keterbatasan manusia dalam memproses informasi dalam waktu yang singkat
membutuhkan akses online yang sesuai untuk memerintahkan format sintaksis,
singkatan, kode, dan lain informasi harus disediakan.
31 2.10 Rekayasa Piranti Lunak
2.10.1 Pengertian Piranti Lunak
Menurut Pressman (2001, p6), piranti lunak dapat diartikan sebagai berikut :
a. Perintah-perintah dalam suatu program komputer yang jika dijalankan akan
memberikan fungsi dan hasil yang diinginkan.
b. Struktur-struktur data yang membuat program dapat memanipulasi data.
c. Dokumen yang menggambarkan operasi dan penggunaan program.
Piranti lunak memiliki karakteristik yang berbeda dengan piranti keras.
Menurut Pressman (2001, pp6-9), piranti lunak merupakan elemen sistem yang
bersifat logik, bukan bersifat fisik. Beberapa karateristiknya adalah:
a. Piranti lunak dapat dikembangkan dan direkayasa, bukan dirakit seperti
piranti keras. Meskipun ada persamaan pengertian antara kedua istilah
tersebut, pada dasarnya mempunyai aktivitas yang berbeda di mana kualitas
yang baik dapat dicapai jika desainnya juga baik.
b. Piranti lunak tidak mudah rusak. Hal ini berbeda dengan piranti keras yang
mempunyai tingkat kerusakan yang tinggi. Pada piranti keras apabila terjadi
kerusakan maka harus diganti, tetapi pada piranti lunak jika terjadi
kerusakan dapat diperbaiki melalui software maintenance (pemeliharaan
piranti lunak). Kesalahan yang terjadi pada piranti lunak, biasanya terpusat
pada saat proses menterjemahkan program ke bahasa mesin dan pada saat
merancang.
c. Pada dasarnya perancangan piranti lunak dibuat sebagai komponen yang
dapat dirakit ulang.
32 2.10.2 Pengertian Rekayasa Piranti Lunak
Menurut Pressman (2001, p20) rekayasa piranti lunak adalah penerapan dan
pemakaian prinsip rekayasa dalam rangka mendapatkan piranti lunak ekonomis yang
terpercaya dan bekerja secara efisien pada mesin komputer.
Rekayasa piranti lunak mencakup tiga elemen yang mampu mengontrol proses
perkembangan piranti lunak, yaitu :
a. Metode
Metode merupakan cara-cara teknis membangun piranti lunak yang terdiri
dari perancangan proyek dan estimasi, analisis kebutuhan sistem dan piranti
lunak, perancangan struktur data, arsitektur program, prosedur algoritma,
pengkodean, pengujian dan pemrograman.
b. Alat-alat bantu
Alat-alat bantu menyediakan dukungan otomatis atau semi otomatis untuk
metode-metode seperti Computer Aided Software Engineering (CASE) yang
mengkombinasikan piranti lunak dan piranti keras dan software engineering
database (tempat penyimpanan yang mengandung informasi yang penting
tentang analisis, perancangan, pembuatan program, dan pengujian) untuk
pengembangan piranti lunak yang sejalan dengan Computer Aided
Design/Engineering (CAD/E) untuk piranti keras.
c. Prosedur-prosedur
Prosedur-prosedur untuk menghubungkan alat-alat bantu dengan metode.
Tujuan dari prosedur yaitu untuk mendapatkan piranti lunak yang efisien,
berguna dan ekonomis.
33 2.10.3 Daur Hidup Pengembangan Piranti Lunak
Penulis menggunakan metode The Classic Life Cycle atau metode yang biasanya
disebut Waterfall Model (Model Air Terjun) dalam perancangan aplikasi ini. Menurut
Pressman (2001, pp28-29), tahapan-tahapan yang terdapat dalam metode ini adalah,
yaitu :
a. Analisis dan rekayasa sistem (system engineering and modeling)
Dalam tahap ini, pekerjaan dimulai dengan menetapkan kebutuhankebutuhan
piranti lunak untuk semua elemen sistem, karena piranti lunak adalah bagian
dari yang penting dari sebuah sistem. Peninjauan dalam tahap ini penting
karena piranti lunak harus dapat berinteraksi dengan elemenelemen lainnya
seperti piranti keras, manusia, dan basis data.
b. Analisis kebutuhan piranti lunak (software requirements analysis)
Dalam tahap ini, seorang analis piranti lunak harus menganalisis kebutuhan
agar dapat mengetahui seluruh informasi, fungsi, performa dan antarmuka
yang dibutuhkan agar dapat digunakan sebagai dasar sistem yang akan
dibangun.
c. Perancangan (design)
Dalam tahap ini, perancangan terhadap piranti lunak dilakukan. Perancangan
piranti lunak merupakan sebuah proses yang terdiri atas beberapa langkah
yang difokuskan pada empat perlengkapan program yang berbeda yaitu
struktur data, arsitektur piranti lunak, representasi antar muka, dan prosedur
yang detail.
d. Pembuatan program (coding)
34
Dalam tahap ini, hasil perancangan diterjemahkan ke dalam bentuk yang
dapat dimengerti oleh mesin/komputer.
e. Pengujian (testing)
Dalam tahap ini, pengujian terhadap program yang telah selesai dilakukan.
Proses pengujian difokuskan pada logika dalam program dari piranti lunak
untuk memastikan bahwa semua kode program telah diuji. Tujuan
dilaksanakannya pengujian ini untuk menemukan kesalahan dan juga untuk
memastikan bahwa piranti lunak yang telah dibuat telah sesuai dengan yang
diinginkan.
f. Pemeliharaan (maintenance)
Dalam tahap ini dilakukan pemeliharaan terhadap piranti lunak yang telah
dibuat. Pemeliharaan dilakukan dengan mengecek apakah ada
kesalahankesalahan setelah sistem dijalankan, dan setiap kesalahan harus
diperbaiki. Selain itu juga dilakukan pengecekan apakah piranti lunak ini
dapat beradaptasi dengan segala perubahan yang ada, baik dari segi
kebutuhan sistem maupun pengaruh dari luar sistem.
35
Gambar 2.2 Diagram Classic Life Cycle
2.11 STD (State Transition Diagram)
Menurut Pressman (2001, p302), STD mengindikasikan bagaimana sebuah
sistem berperilaku sebagai sebuah konsekuensi dari kejadian (event) eksternal. Untuk
itu, STD mewakili sejumlah mode dari behavior yang disebut sebagai kondisi (state)
dari sistem dan cara dalam perubahan yang dihasilkan dari satu kondisi ke kondisi
lainnya.
Menurut Pressman (2001, p317), State Transition Diagram adalah model
behavior yang mendasarkan pada pengertian dari kumpulan kondisi sistem. Model
behavior adalah sebuah prinsip operasional untuk seluruh metode analisis kebutuhan.
STD mewakili behavior dari sebuah sistem dengan menggambarkan kondisinya dan
kejadian yang menyebabkan perubahan kondisi suatu sistem.
State Transition Diagram (STD) banyak digunakan untuk menggambarkan
suatu sistem yang memiliki sifat yang real time. Hal tersebut terjadi pada kontrol
36 proses, military command and control system, telephone switching system, dan high
speed data aquistion.
STD merupakan suatu modelling tool yang menggambarkan suatu sifat
ketergantungan akan waktu yang terdapat di sistem. Pada STD terdapat dua macam cara
kerja, yaitu :
a. Pasif
Disini sifatnya lebih kepada menerima data saja dalam melakukan control
terhadap lingkungan.
Contoh : sistem yang bertugas untuk menerima data melalui sinyal yang
dikirimkan oleh satelit.
b. Aktif
Untuk sistem ini, kontrol terhadap lingkungan dilaksanakan secara aktif
sehingga selain menerima data, sistem ini juga memberikan suatu respon
terhadap lingkungannya.
Contoh : sistem yang digunakan pada proses kontrol.
Simbol-simbol atau properti dari STD yang sering digunakan :
a. State, disimbolkan dengan segi empat.
State adalah kumpulan keadaan atau atribut yang memberi perincian seseorang
atau benda pada waktu dan kondisi tertentu. Contohnya seperti proses user
mengisi password, menentukan instruksi berikutnya.
Simbol state:
37
b. Transition State atau perubahan state disimbolkan dengan panah berarah.
Merupakan simbol yang menyatakan suatu perubahan dari suatu keadaan ke
keadaan yang lain.
Simbol transition state :
c. Condition
Condition adalah suatu kejadian pada lingkungan eksternal yang dapat
dideteksi oleh sistem. Contohnya adalah sebuah sinyal, interrupt atau data. Hal
ini akan menyebabkan perubahan terhadap state dari state menunggu X ke
state menunggu Y atau memindahkan aktivitas X ke aktivitas Y.
Contoh : sinyal input, interrupt atau data.
d. Action
Action adalah yang dilakukan sistem bila terjadi perubahan state atau
merupakan reaksi terhadap kondisi. Aksi akan menghasilkan keluaran atau
tampilan.
Gambar 2.3 State Transition Diagram (STD)
38 2.12 Diagram Alir (Flowchart)
Diagram alir (flowchart) adalah representasi grafis dari serangkaian aktivitas
operasi, pergerakan, inspeksi, delay, keputusan dan penyimpanan dari sebuah proses.
Diagram alir menggunakan simbol-simbol yang telah digunakan selama bertahun-tahun
untuk merepresentasikan jenis proses atau proses yang sedang dilakukan. Bentuk yang
sudah distandarisasi menyediakan sebuah metode yang umum dipakai oleh banyak
orang untuk memvisualisasikan masalah-masalah bersama-sama dengan cara yang
sama.
Simbol-simbol yang digunakan untuk menggambarkan diagram alir :
Tabel 2.1 Tabel Simbol Flowchart (http://www.edrawsoft.com/flowchart-symbols.php)
Notasi Arti Notasi
Proses / pengolahan
Predefined proses
Operasi input / output
Decision, berupa pertanyaan atau penentuan suatu keputusan
Terminal, untuk menandai awal dan akhir program
Preparation, untuk inisialisasi suatu nilai
39
Panah, sebagai penghubung antar komponen dan penunjuk arah
Manual input, input dari pengguna
On-page connector, sebagai penghubung dalam satu halaman
Off-page connector, sebagai penghubung antar halaman yang berbeda