bab 2 landasan teori - library.binus.ac.id filefaktor-faktor internal maupun eksternal yang dihadapi...
TRANSCRIPT
11
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Manajemen Strategi
2.1.1.1 Definisi Strategi
Menurut David (2006, pp16-17), strategi adalah cara untuk mencapai tujuan
jangka panjang. Strategi adalah bakal tindakan yang menuntut keputusan
manajemen puncak dan sumber daya perusahaan yang banyak untuk merealisasikannya
dan juga mempengaruhi kehidupan organisasi dalam jangka panjang. Oleh karena itu,
sifat strategi adalah berorientasi ke masa depan dan mempunyai konsekuensi
multifungsional atau multidivisional dan dalam perumusannya perlu mempertimbangkan
faktor-faktor internal maupun eksternal yang dihadapi perusahaan.
2.1.1.2 Definisi Manajemen Strategi
Manajemen strategi (David, 2006, pp5-6) dapat didefinisikan sebagai ilmu
tentang perumusan, pelaksanaan, dan evaluasi keputusan-keputusan lintas fungsi yang
memungkinkan organisasi mencapai tujuannya. Sebagai mana tersirat dalam definisi
tersebut, manajemen strategis terfokus pada upaya memadukan manajemen, pemasara,
keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem
informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi. Tujuan dari manajemen
strategi adalah memanfaatkan dan menciptakan peluang-peluang baru dan berbeda
dimasa mendatang.
12
2.1.1.3 Manfaat Manajemen Strategi
Menurut David (2006, pp20-23), manajemen strategis membuat organisasi lebih
proaktif dalam membentuk masa depannya; manajemen strategis membuat organisasi
dapat memulai dan mempengaruhi (bukan hanya merespon terhadap) aktivitas—dengan
demikian memiliki kontrol terhadap nasibnya. Secara historis manfaat utama manajemen
strategis adalah membantu organisasi merumuskan strategi-strategi yang lebih baik
melalui pendekatan yang lebih sistematis, logis, dan rasional untuk menentukan pilihan
strategis. Komunikasi merupakan kuncikeberhasilan dari manajemen strategis. Tujuan
utama dari proses ini adalah untuk mendapatkan pemahaman dan komitmen dari semua
manajer dan karyawan. Manfaat lain dari manajemen strategis adalah sebagai berikut :
1. Manfaat finansial
Organisasi yang menggunakan konsep manajemen strategis ternyata lebih
menguntungkan dan berhasil daripada yang tidak menggunakannya. Bisnis yang
menggunakan konsep manajemen strategis menunjukkan peningkatan berarti
dalam penjualan, keuntungan, dan produktivitasnya dibandingkan dengan
perusahaan yang tidak menggunakan kegiatan perencanaan sistematis.
2. Manfaat non-finansial
Manajemen strategis memberikan manfaat seperti meningkatnya kesadaran
mengenai berbagai ancaman eksternal, meningkatnya pemahaman akan strategi-
strategi para pesaing, meningkatkan produktivitas karyawan, berkurangnya
resistensi atau penolakan terhadap perubahan (dapat memandang perubahan
sebagai peluang dan bukan sebagai ancaman), dan pemahaman yang semakin jelas
mengenai hubungan antara kinerja dan imbalan. Manajemen strategis
13
meningkatkan kemampuan organisasi mencegah masalah karena manajemen
strategis mendorong interaksi antar manajemen di seluruh divisi dan tingkat
fungsional. Manajemen strategis juga sering menciptakan keteraturan dan
disiplin dalam perusahaan, menjadi awal suatu sistem manajerial yang efisien dan
efektif.
2.1.2 Tahap Masukan
(David, 2006, p283) Informasi yang diperoleh dari Matriks EFE dan matriks IFE
menjadi informasi masukan untuk matriks tahap pencocokan. Perangkat masukan
membantu perencana strategi menuliskan berbagai penilaian atau asumsi secara
kuantitatif pada tahap awal proses perumusan strategi. Membuat keputusan-
keputusan kecil dalam matriks masukan mengenai pentingnya faktor-faktor eksternal
dan internal membantu perencana strategi membuat dan mengevaluasi strategi-strategi
alternatif secara lebih efektif. Penilaian intuitif yang baik selalu diperlukan dalam
menentukan pembobotan dan pemeringkatan yang tepat.
2.1.2.1 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (Matriks EFE)
Menurut David (2006, p143-144), Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (External
Factor Evaluation Matrix – Matriks EFE) memungkinkan para perencana strategi untuk
merangkum dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi,
lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan persaingan. Matriks EFE dapat
dibuat melalui lima tahap, sebagai berikut :
1. Buat daftar faktor-faktor eksternal yang diidentifikasi dalam proses audit eksternal.
Temukan 10 hingga 20 faktor, termasuk peluang dan ancaman, yang mempengaruhi
14
perusahaan dan industrinya. Buat secara spesifik, gunakan persentase, rasio, dan
angka komparatif.
2. Berikan bobot berkisar dari 0,0 (tidak penting) hungga 1,0 (sangat penting) untuk
masing-masing faktor. Bobot diberikan kepada masing-masing faktor
menggambarkan tingkat kepentingan relatif dari faktor terhadap keberhasilan
perusahaan dalam industri. Peluang seringkali diberi bobot lebih tinggi dari
ancaman, tetapi ancaman juga dapat diberi bobot yang tinggi jika mereka sangat
serius atau sangat mengancam. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0.
3. Berikan peringkat 1 hingga 4 untuk setiap faktor eksternal kunci tentang seberapa
efektif strategi organisasi saat ini dalam merespons faktor tersebut, di mana 4 =
respons perusahaan superior, 3 = respons perusahaan di atas rata-rata, 2 = respons
perusahaan rata-rata dan 1 = respons perusahaan jelek. Peringkat didasari pada
efektivitas strategi perusahaan.
4. Kalikan setiap bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan nilai tertimbang
setiap variabel.
5. Jumlahkan nilai tertimbang untuk setiap variabel untuk menentukan total tertimbang
untuk organisasi.
Berapapun jumlah peluang dan ancaman utama yang dimasukkan dalam matriks
EFE, total nilai tertimbang tertinggi untuk suatu organisasi adalah 4,0 dan yang terendah
adalah 1,0. Total nilai tertimbang rata-rata adalah 2,5. Total nilai tertimbang sebesar 4,0
menunjukkan bahwa suatu organisasi memberi respon yang sangat bagus terhadap
peluang-peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Dengan kata lain, strategi
perusahaan secara efektif memanfaatkan peluang yang ada dan meminimalkan potensi
pengaruh negatif dari ancaman eksternal. Total nilai tertimbang sama dengan 1.0
15
menunjukkan bahwa strategi perusahaan tidak memanfaatkan peluang atau menghindari
ancaman eksternal. Tabel 2.1 menunjukkan Matriks EFE.
Tabel 2.1 Matriks EFE Faktor Eksternal Kunci Bobot Peringkat Nilai Tertimbang
Peluang : • •
Ancaman : • •
Total 1,00 Sumber : David (2006, p145)
2.1.2.2 Matriks Evaluasi Faktor Internal (Matriks IFE)
Matriks Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation Matrix – Matriks
IFE) merupakan alat formulasi strategi yang meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan
kelemahan utama dalam area fungsional bisnis. Matriks ini akan memberikan landasan
untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area fungsional bisnis
tersebut. Menurut David (2006, p206-209), matriks IFE dapat dikembangkan dengan
lima tahap, sebagai berikut :
1. Tuliskan faktor-faktor internal utama yang telah diidentifikasi dalam proses audit
internal. Gunakan 10 hingga 20 faktor internal, meliputi kekuatan dan kelemahan.
Buat secara spesifik, gunakan persentase, rasio, dan angka komparatif.
2. Berikan bobot berkisar dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting) untuk
masing-masing faktor. Bobot diberikan kepada masing-masing faktor
menggambarkan tingkat kepentingan relatif dari faktor terhadap keberhasilan
perusahaan dalam industri. Tanpa memperhatikan faktor tersebut adalah kekuatan
16
atau kelemahan, faktor yang mempengaruhi paling besar diberikan bobot paling
tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0.
3. Berikan peringkat 1 hingga 4 untuk setiap faktor untuk mengindikasikan apakah
faktor tersebut menunjukkan kelemahan utama (peringkat = 1), atau kelemahan
minor (peringkat = 2), atau kekuatan minor (peringkat = 3) atau kekuatan utama
(peringkat = 4).
4. Kalikan setiap bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan nilai tertimbang
setiap variabel.
5. Jumlahkan nilai tertimbang untuk setiap variabel untuk menentukan total tertimbang
untuk organisasi.
Berapapun banyaknya faktor yang dimasukkan dalam matriks IFE, total rata-rata
tertimbang dapat berkisar 1,0 yang rendah sampai 4,0 yang tinggi, denganrata-rata 2,5.
Total rata-rata tertimbang jauh di bawah 2,5 merupakan ciri organisasi yang lemah
secara internal. Sedangkan jumlah yang jauh di atas 2,5 menunjukkan posisi internal
yang kuat. Tabel 2.2 menunjukkan Matriks IFE.
Tabel 2.2 Matriks IFE Faktor Internal Kunci Bobot Peringkat Nilai Tertimbang
Kekuatan : • •
Kelemahan : • •
Total 1,00 Sumber : David (2006, p208)
17
2.1.3 Tahap Pencocokan
2.1.3.1 Matriks Internal – Eksternal (IE)
Menurut David (2006, p300), Matriks Internal-Eksternal memosisikan organisasi
dalam tampilan sembilan sel. Matriks IE didasari pada dua dimensi kunci : total IFE
pada sumbu x dan total EFE pada sumbu y. Pada sumbu x dari Matriks IE, total IFE atau
EFE dari 1,0 hingga 1,99 dianggap rendah, nilai dari 2,0 hingga 2,99 adalah menengah,
dan nilai dari 3,0 hingga 4,00 adalah tinggi. Rekomendasi strategi yang masuk dalam sel
I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan kembangkan yaitu strategi intensif
(penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau integratif. Pada
sel III, V, VII dapat dikelola cara terbaik dengan strategi jaga dan pertahankan yaitu
penetrasi pasar dan pengembangan produk. Terakhir, sel VI, VII, IX adalah tuai dan
divestasikan. Gambar 2.1 menunjukkan sembilan sel dari matriks internal dan eksternal.
Nilai IFE Kuat Rata-Rata Lemah 3.0 - 4.0 2.0 - 2. 99 1.0 - 1.99 4.0 3.0 2.0 1.0
Nilai EFE
Tinggi 3.0
I II III 3.0 - 4.0
Sedang 2.0
IV V VI 2.0 - 2.99
Rendah VII VIII IX 1.0 - 1.99 1.0
Keterangan: sel I, II, IV = tumbuh dan kembangkan
sel III, V, VII = jaga dan pertahankan sel VI, VIII, IX = tuai dan divestasi
Gambar 2.1 Matriks Internal-Eksternal (IE) Sumber : David (2006, p304)
18
2.1.3.2 Matriks Strengths-Weakness-Opportunities-Threats
Menurut David (2006, p284), Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman
(Strengths - Weakness- Opportunities - Threats – SWOT Matrix) merupakan alat untuk
mencocokan yang penting untuk membantu manajer mengembangkan empat tipe
strategi, yaitu :
1. Strategi SO (Strengths-Opportunities)
Strategi ini menggunakan kekuatan internal organisasi untuk memanfaatkan peluang
eksternal. Organisasi pada umumnya akan menjalankan strategi WO, ST, atau WT
agar dapat mencapai situasi di mana mereka dapat menerapkan strategi SO. Ketika
suatu organisasi memiliki kelemahan utama, maka organisasi tersebut akan berusaha
mengatasinya dan menjadikannya kekuatan. Jika menghadapi ancaman utama, maka
sebuah organisasi berusaha menghindari untuk berkonsentrasi pada peluang.
2. Strategi WO (Weakness-Opportunities)
Strategi ini bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan
peluang eksternal. Kadang-kadan terdapat peluang eksternal utama tetapi kelemahan
internal organisasi menjadikannya tidak dapat memanfaatkan peluang dengan baik.
3. Strategi ST (Strengths-Threats)
Strategi ini menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi
pengaruh dari ancaman tersebut. Hal ini berarti organisasi yang kuat harus selalu
menghadapi ancaman langsung di lingkungan eksternalnya
4. Strategi WT (Weakness-Threats)
Straregi ini merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan
internal dan menghindari ancaman eksternal. Ketika menghadapi ancaman eksternal
dan kelemahan internal, maka dapat dikatakan organnisasi berada dalam kondisi
19
tidak aman. Perusahaan seperti ini dapat mengambil langkah untuk merger,
menyatakan kebangkrutan, atau memilih likuidasi.
Matriks SWOT terdiri dari sembilan sel, yaitu ada empat sel faktor kunci (S, W,
O, T), empat sel strategi (SO, WO, ST, WT), dan satu sel yang selalu dibiarkan kosong
(Tabel 2.3). Ada delapan langkah dalam membuat matriks SWOT, yaitu :
1. Tulis peluang eksternal kunci organisasi
2. Tulis ancaman eksternal kunci organisasi
3. Tulis kekuatan internal kunci organisasi
4. Tulis kelemahan internal kunci organisasi
5. Cocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal,dan catat hasil strategi SO
dalam sel yang telah ditentukan.
6. Cocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal,dan catat hasil strategi WO
dalam sel yang telah ditentukan.
7. Cocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal,dan catat hasil strategi ST
dalam sel yang telah ditentukan.
8. Cocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal,dan catat hasil strategi WT
dalam sel yang telah ditentukan.
20
Tabel 2.3 Matriks SWOT Biarkan selalu kosong Kekuatan – S :
1. 2. Tuliskan Kekuatan. 3.
Kelemahan – W : 1. 2. Tuliskan Kelemahan. 3.
Peluang - O : 1. 2. Tuliskan Peluang. 3.
Strategi SO Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
Strategi WO Atasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang.
Ancaman - T : 1. 2. Tuliskan Ancaman. 3.
Strategi ST Gunakan kekuatan untuk menghindari ancaman.
Strategi WT Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.
Sumber : David (2006, p287) 2.1.4 Tahap Keputusan : Matriks QSPM
David (2006, pp308-311) menyatakan bahwa QSPM (Quantitative Strategic
Planning Matrix) merupakan tahap 3 dari kerangka analitis perumusan strategi. Teknik ini
secara objektif menunjukkan strategi alternatif yang paling baik. QSPM
menggunakan masukan dari analisis tahap 1 dan hasil-hasil pencocokan dari analisis
tahap 2 untuk memutuskan secara objektif strategi alternatif yang dapat dijalankan.
QSPM (pada Tabel 2.4) adalah alat yang membuat para perencana strategi dapat menilai
secara objektif strategi alternatif yang dapat dijalankan, didasarkan atas faktor-faktor
keberhasilan kritis eksternal dan internal yang telah dikenali terlebih dahulu.
Enam langkah untuk mengembangkan QSPM yang digunakan untuk
mendefinisikan dan menjelaskan total nilai daya tarik, antara lain:
1. Membuat daftar peluang/ancaman eksternal kunci dan kekuatan/kelemahan
internal kunci dari perusahaan di kolom kiri QSPM. Informasi tersebut harus
diambil lansung dari matriks EFE dan matriks IFE.
2. Berilah bobot pada setiap faktor eksternal dan internal kunci. Bobot tersebut
21
sama dengan yang ada di matriks EFE dan matriks IFE. Bobot tersebut disajikan pada
kolom sebelah kanan kolom faktor-faktor keberhasilan kritis eksternal dan internal.
3. Evaluasi matriks tahap 2 (pencocokan), dan identifikasi strategi-strategi alternatif yang
harus dipertimbangkan organisasi untuk diterapkan. Tulislah strategi-strategi
tersebut pada baris atas QSPM. Kelompokkanlah strategi-strategi tersebut
dalam rangkaian yang saling ekslusif jika mungkin.
4. Tentukanlah nilai daya tarik (AS—Attractiveness Score) yang didefinisikan
sebagai angka yang menujukkan daya tarik alternatif masing-masing strategi pada
suatu rangkaian alternatif tertentu. Nilai daya tarik ditentukan dengan memeriksa
masing-masing faktor eksternal atau internal, satu per satu, sambil mengajukan
pertanyaan, “Apakah faktor ini mempengaruhi strategi yang dibuat?”, jika
jawaban atas pertanyaan tersebut adalah “ya”, maka strategi tersebut harus
dibandingkan secara relatif dengan faktor kunci. Khususnya, Nilai Daya Tarik harus
diberikan pada masing-masing strategi untuk menunjukkan daya tarik relatif suatu
strategi terhadap yang lain, dengan mempertimbangkan faktor tertentu. Cakupan
Nilai Daya Tarik adalah : 1 = tidak menarik; 2 = agak manarik; 3 = wajar menarik;
4 = sangat menarik. Jika jawaban atas pertanyaan tersebut adalah tidak, hal
tersebut menunjukkan bahwa masing-masing faktor kunci tidak mempunyai
pengaruh atas pilihan khusus yang dibuat. Oleh karena itu, jangan beri nilai daya
tarik pada strategi-strategi dalam rangkaian tersebut. Gunakanlah garis (-) untuk
menujukkan bahwa faktor kunci tidak mempunyai pengaruh atas pilihan khusus
yang dibuat.
22
5. Hitunglah TAS (Total Attractiveness Score) = Total Nilai Daya Tarik.
Didefinisikan sebagai hasil mengalikan bobot (langkah 2) dengan nilai daya tarik di
masing-masing baris (langkah 4). Total nilai daya tarik menunjukkan daya tarik
relatif dari masing-masing strategi alt ernatif, dengan hany a
mempertimbangkan dampak dari faktor keberhasilan kritis eksternal atau internal yang
berdekatan. Semakin tinggi total nilai daya tarik, semakin menarik strategi alternatif
tersebut (dengan mempertimbangkan hanya faktor keberhasilan kritis yang dekat).
6. Hitunglah penjumlahan total nilai daya tarik. Jumlahkan total nilai daya tarik di
masing-masing kolom strategi QSPM. Penjumlahan total nilai daya tarik (STAS)
mengungkapkan strategi yang paling menarik dalam masing-masing rangkaian
alternatif. Semakin tinggi nilainya menunjukkan semakin menarik strategi
tersebut, dengan mempertimbangkan semua faktor kritis eksternal dan internal
yang berkaitan yang dapat mempengaruhi keputusan-keputusan strategis.
Besarnya perbedaan di antara penjumlahan total nilai daya tarik dalam suatu
rangkaian strategi-strategi alternatif menunjukkan tingkat relatif di kehendakinya
suatu strategi daripada yang lain.
23
Tabel 2.4 Matriks QSPM
Alternatif Strategi Strategi 1 Strategi 2
Faktor Kunci Bobot AS TAS AS TAS Peluang :
• •
Ancaman : • •
Kekuatan : • •
Kelemahan : • •
Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik
Sumber : David (2006, p312) 2.1.5 Analisis CSF (Critical Success Factor)
Critical Success Factor (CSF) adalah area-area tertentu dimana jika hasilnya
memuaskan, akan memastikan keberhasilan perusahaan dalam persaingan. CSF adalah
beberapa area kunci dimana segalanya harus berjalan dengan benar agar bisnis dapat
berjalan. Sebagai hasilnya, area CSF ini adalah aktifitas yang harus menerima perhatian
tetap dan hati-hati dari manajemen. Kinerja di masing-mas ing area harus terus-menerus
diukur. Analisis CSF merupakan teknis yang kuat dan populer dalam pengembangan
strategi bisnis maupun strategi IS/IT (Ward dan Peppard, 2002, pp208-210).
24
2.1.6 Proses Analisis Bertingkat
Menurut Taylor (2005, p17), proses analisis bertingkat (analytical hierarchy
process – AHP) yang dikembangkan oleh Thomas Saaty merupakan metode untuk
membuat urutan alternatif keputusan dan memilih yang terbaik pada saat pengambil
keputusan memiliki beberapa alternatif yang dapat dipilih saat mengambil keputusan
tertentu. Karenanya, metode ini menjawab pertanyaan ”Yang mana?” seorang
Pengambil keputusan biasanya memiliki beberapa alternatif yang dapat dipilih saat
mengambil suatu keputusan.
AHP merupakan proses untuk menghitung nilai angka untuk merangking tiap
alternatif keputusan berdasarkan sejauh mana alternatif tersebut memenuhi kriteria
pembuat keputusan. Proses matematis secara umum yang tercakup dalam AHP adalah
menetapkan preferensi pada tiap tingkat hierarki.
Menurut Taylor (2005, p19), pada AHP pengambilan keputusan menentukan
nilai atau ”skor” tiap alternatif untuk suatu kriteria menggunakan perbandingan
pasangan (pairwise comparison). Pada perbandingan pasangan pembuat keputusan
membandingkan dua alternatif (yaitu, sepasang) berdasarkan suatu kriteria tertentu dan
mengindikasikan suatu preferensi. Perbandingan ini dilakukan dengan menggunakan
skala preferensi (preference scale), yang memberikan angka numerik untuk tiap tingkat
preferensi.
Standar skala preferensi yang digunakan AHP telah ditentukan oleh peneliti yang
berpengalaman dibidang AHP untuk digunakan sebagai landasan yang layak dalam
membandingkan dua item atau dua alternatif. Tiap tingkat pada skala dibuat berdasarkan
perbandingan dua item. Tabel 2.5 menunjukkan skala preferensi perbandingan pasangan.
25
Tabel 2.5 Skala Preferensi Perbandingan Pasangan Tingkat Preferensi Nilai Angka
Sama disukai 1
Sama hingga cukup disukai 2
Cukup disukai 3
Cukup hingga sangat disukai 4
Sangat disukai 5
Sangat disukai hingga amat sangat disukai 6
Amat sangat disukai 7
Amat sangat disukai hingga luar biasa disukai 8
Luar biasa disukai 9
Sumber:Taylor (2005, p19)
Berikut adalah ringkasan dari tahap matematis yang digunakan untuk membuat
rekomendasi keputusan berdasarkan AHP (Taylor, 2005, pp23-24) :
1. Mengembangkan matriks perbandingan pasangan untuk tiap alternatif
keputusan (lokasi) berdasarkan tiap kriteria.
2. Sintesis:
a. Menjumlahkan nilai pada tiap kolom pada matriks perbandingan pasangan.
b. Membagi nilai tiap kolom dalam matriks perbandingan pasangan dengan
jumlah kolom yang bersangkutan yang disebut matriks normalisasi.
c. Hitung nilai rata-rata baris pada matriks normalisasi yang disebut vektor
preferensi.
d. Gabungkan vektor preferensi untuk kriteria (dari tahap 2c) menjadi suatu
matriks preferensi yang memperlihatkan preferensi tiap lokasi berdasarkan
tiap kriteria.
26
3. Membuat matriks perbandingan pasangan untuk kriteria.
4. Menghitung matriks normalisasi dengan membagi tiap nilai pada masing-
masing kolom matriks dengan jumlah kolom yang terkait.
5. Membuat vektor preferensi dengan menghitung rata-rata baris pada matriks
normalisasi.
6. Hitung skor keseluruhan untuk tiap alternatif keputusan dengan mengalikan
vektor preferensi kriteria (dari langkah 5) dengan matriks kriteria (dari langkah
2d).
7. Rangking alternatif keputusan berdasarkan nilai alternatif yang dihitung pada
langkah 6.
2.1.7 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi
2.1.7.1 Definisi Sistem
Menurut O`Brien (2005, p29), sistem adalah sekumpulan komponen yang saling
berhubungan atau berinteraksi membentuk satu kesatuan. Dalam bidang sistem
informasi, sistem lebih tepat didefinisikan sebagai sekelompok komponen yang
saling berhubungan, bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama dengan
menerima input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur.
Sistem menurut Mcleod dan Schell (2004, p9) adalah sekelompok elemen-
elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.
Sumber daya mengalir dari elemen input, melalui elemen transformasi, ke
elemen output. Suatu mekanisme pengendalian memantau proses transformasi untuk
meyakinkan bahwa sistem tersebut memenuhi tujuannya.
27
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sebuah kumpulan komponen
atau elemen yang saling berinteraksi satu sama lain sehingga dapat mencapai tujuan
tertentu.
2.1.7.2 Definisi Informasi
Menurut McLeod dan Schell (2004, p12), informasi adalah data yang telah
diproses, atau data yang memiliki arti.
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p11), informasi adalah data yang telah
diatur dan diproses untuk memberikan arti.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang telah diproses
dan memiliki arti.
2.1.7.3 Definisi Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2003,p7), “Information system can be any organized
combination of people, hardware, software, communication networks, and data
resources that collects, transform, and disseminates information in an organization”.
Sedangkan menurut Hall (2001,p7), sistem informasi adalah sebuah rangkaian
prosedur formal dimana data dikumpulkan, diproses menjadi informasi, dan
didistribusikan kepada para pemakai.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah sebuah kombinasi
dari pengguna, piranti keras, piranti lunak, komunikasi jaringan, dan sumber-sumber
data yang mengumpulkan, memproses dan mendistribusikan informasi.
28
2.1.7.4 Definisi Analisis sistem
Pengertian analisis sistem menurut pendapat Mcleod dan Schell (2004, p138)
adalah penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem
yang baru atau diperbaharui.
Sedangkan menurut pendapat O`Brien (2005, p518), analisis sistem
merupakan studi yang mendalam mengenai informasi yang dibutuhkan oleh pemakai
akhir yang menghasilkan prasyaratan fungsional (functional requirement) yang
digunakan sebagai dasar untuk desain sistem informasi baru. Analisis sistem
mendeskripsikan apa yang harus dilakukan oleh suatu sistem untuk memenuhi
kebutuhan informasi penggunanya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis sistem adalah penelitian mengenai
sistem yang telah ada dan juga merupakan studi yang mendalam mengenai informasi
yang dibutuhkan oleh pengguna dengan tujuan untuk melakukan perancangan sistem
informasi yang baru.
2.1.7. 5 Definisi Perancangan sistem
Menurut pendapat Mcleod dan Schell (2004, p140), rancangan sistem adalah
penentuan proses dan data yang diperlukan oleh sistem baru. Menurut O`Brien (2005,
p521), desain sistem mendeskripsikan bagaimana sistem akan memenuhi tujuannya,
yaitu untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna. Jadi dapat disimpulkan bahwa
rancangan sistem merupakan penentuan proses dan data yang diperlukan oleh sistem
baru untuk memenuhi kebutuhan pengguna.
29
2.1.7.6 System Definition
Menurut Mathiassen et al. (2000, p37), system definition adalah deskripsi ringkas
dari sistem terkomputerisasi yang diekspresikan dalam bahasa natural. Tujuan system
definition adalah untuk memilih sistem aktual yang akan dikembangkan. Hal ini
dilakukan dengan mengklarifiskasikan interpretasi, kemungkinan dan konsekuensi dari
beberapa solusi alternatif secara sistematis.
2.1.7.7 Rich Picture
Menurut Mathiassen et al. (2000, p25), rich picture adalah sebuah gambaran
informal yang digunakan oleh pengembang sistem untuk menyatakan pemahaman
mereka terhadap situasi dari sistem yang sedang berlangsung. Rich picture juga dapat
digunakan sebagai alat yang berguna untuk memfasilitasi komunikasi yang baik antara
pengguna dalam sistem.
Rich picture difokuskan pada aspek-aspek penting dari sistem tersebut, yang
ditentukan sendiri oleh pengembang sistem dengan mengunjungi perusahaan untuk
melihat bagaimana perusahaan tersebut beroperasi, berbicara dengan banyak orang
untuk mengetahui apa yang harus terjadi atau seharusnya terjadi, dan mungkin
melakukan beberapa wawancara formal.
2.1.8 Notasi
Menurut Mathiassen et al.(2000, p327), notasi adalah bahasa tekstual dan grafikal
yang diformulasikan secara t erpisah untuk mendeskripsikan suatu sistem dan
konteksnya. Tujuan dari notasi adalah untuk menyederhanakan komunikasi dan
30
dokumentasi. Menurut Mathiassen et al.(2000, p331), Notasi UML (Unified Modeling
Language) adalah Notasi standar yang digunakan untuk merepresentasikan sistem dengan
berorientasi objek. Melalui seperangkat diagram, UML menyediakan standar untuk
menggambarkan perancangan sistem dari sudut pandang yang dapat dipahami oleh
pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan sistem. Dengan kata lain, UML
merupakan bahasa yang telah menjadi standar untuk merancang model sebuah sistem.
2.1.8.1 Class Diagram
Menurut Bennett et al. (2006, p69), objek adalah abstraksi dari sesuatu dalam
problem domain yang merefleksikan kapabilitas sistem untuk menyimpan informasi
tentangnya, berinteraksi dengannya, atau keduanya. (Bennett et al., 2006, p71) Class
adalah sebuah konsep yang mendeskripsikan seperangkat objek yang ditetapkan dengan
cara yang sama. Objek merupakan instance dari class.
Class diagram (notasi pada Gambar 2.3) digunakan untuk mengilustrasikan
class, interface, dan hubungannya. (Larman, 2005, p249)
Operations adalah deklarasi, dengan sebuah nama, parameter, nilai balik, daftar
pengecualian, dan sekumpulan batasan dari pre- dan post-condition. (Larman, 2005,
p257)
Method adalah implementasi dari sebuah operasi. Method dapat
diilustrasikan dalam beberapa cara, yaitu (Larman, 2005, p257):
• Dalam interaction diagram melalui detail dan sequence of messages.
• Dalam class diagram dengan menggunakan simbol <<method>>.
Aggregation adalah asosiasi yang memiliki hubungan whole part yang tidak
erat. (Larman, 2005, p264)
31
Composition, juga dikenal sebagai composite agregation, merupakan whole
part agregation yang memiliki hubungan yang sangat kuat. Composition relationship
mengimplikasikan bahwa (Larman, 2005, p264):
1. Sebuah instance dari bagian merupakan milik dari hanya satu composite
instance.
2. Bagian tersebut harus selalu merupakan milik dari composite.
3. Composite bertanggung jawab dalam pembuatan dan penghapusan bagiannya.
Association merupakan sebuah garis antar class. Association bersifat dua arah,
yang berarti bahwa objek dari class lain melintasi ke class lainnya yang
memungkinkan. Lintasan ini bersifat abstrak; bukan merupakan sebuah pernyataan
mengenai hubungan antara entitas software. (Larman, 2005, p151)
Multiplicity (Gambar 2.2) mendefinisikan bagaimana objek dari sebuah class
dapat diasosiasikan dengan objek dari class lainnya. (Larman, 2005, p153)
Generalization, yakni suatu class umum (super class) yang mendeskripsikan
properti umum untuk sekelompok dari class khusus (sub class). (Larman, 2005, p260)
Gambar 2.2 Notasi Multiplicity Class Diagram
Sumber : Larman (2005, p154)
32
Gambar 2.3 Notasi Design Class Diagram
Sumber : Larman (2005, pp249-270)
2.1.8.2 Use Case Diagram
(Mathiassen et al., 2000, p119) Diagram use case digunakan untuk menunjukkan
hubungan antara actor (aktor) dan use cases, serta menggambarkan fungsionalitas yang
diharapkan dari sebuah sistem. Aktor adalah suatu abstraksi dari pengguna atau sistem
lain yang berinteraksi dengan sistem sasaran Use case didefinisikan sebagai suatu pola
interaksi antara sistem tersebut dan aktor dalam application domain. (Mathiassen et al.,
2000, p129) Use case diagram dapat menunjukkan use-case groupings, dimana seorang
actor dapat berpartisipasi pada semua use case dalam sebuah use case diagram yang
merepresentasikan area fungsionalitas tertentu dalam sistem. (Bennett et al., 2005, p35)
Seperti semua UML model, use case model dapat diorganisasikan dalam package
sebagai bagian dari model management view.
(Bennett et al., 2006, p145) Use case adalah deskripsi dari fungsionalitas sistem
dari perspektif pengguna/user. Use case diagram digunakan untuk menunjukkan
fungsionalitas yang disediakan sistem dan untuk menunjukkan user mana yang akan
berkomunikasi dengan sistem dalam menggunakan fungsionalitas tersebut.
33
(Bennett et al., 2006, pp148-149) Hubungan yang lebih jauh pada use case
diagram ditunjukkan dengan <<extend>>. <<extend>> digunakan ketika ingin
menunjukkan bahwa sebuah use case menyediakan fungsionalitas tambahan yang mungkin
dibutuhkan di use case yang lain. Comment dapat ditambahkan untuk menjelaskan
condition dan extension point. Penggambarannya dengan tanda panah putus-putus yang
arahnya menuju ke use case yang di-exclude atau di-include.
(Schneider dan Winters, 2001, p27-29) Setiap use case harus mempunyai detil
tentang apa yang dilakukan untuk mencapai fungsionalitasnya. Precondition
menunjukkan dalam keadaan sistem sebelum memulai sebuah use case. Postcondition
menunjukkan dalam keadaan sistem setelah use case selesai. Flow of events adalah
serangkaian pernyataan deklaratif dari daftar tahapan sebuah use case dari sudut
pandang actor. Percabangan dapat ditunjukkan dengan menggunakan pernyataan if dan
perulangan dinyatakan dengan for atau while. (Schneider dan Winters, 2001, p35-37)
Dalam flow of events bisa terdapat basic path (dimana semua berjalan baik) dan
alternative path (menunjukkan adanya pilihan lain diluar basic path, menunjukkan
adanya kesalahan). Notasi untuk Use Case Diagram ditunjukkan pada Gambar 2.4.
34
Gambar 2.4 Notasi Design Use Case Diagram
Sumber : Bennett et al. (2006, pp 146-149) dan Bennett et al. (2005, p35)
2.1.8.3 Sequence Diagram
Menurut Bennett et al. (2006, p253), sequence diagram menunjukkan interaksi
antara objek-objek yang diurutkan dalam suatu rentetan waktu. Sequence diagram
banyak digunakan untuk merepresentasikan detil interaksi objek yang terjadi pada
sebuah use case dan dapat dilihat sebagai detil spesifikasi dari use case. Notasi untuk
Sequence Diagram ditunjukkan pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Notasi Design Sequence Diagram
Sumber : Mathiassen et al. (2000, p340), Bennett et al. (2006, p630), dan [http1]
35
Interaction operator yang digunakan adalah (Bennett, 2006, p270) :
• Alt : Alternative mewakili alternative behaviour, setiap pilihan dari behaviour
ditunjukkan dalam sebuah hasil matematika yang terpisah. Hasil matematika hanya
akan dieksekusi jika interaction constraint bernilai benar.
• Opt : Option menjelaskan sebuah pilihan tunggal dari hasil matematika, hanua
akan dieksekusi jika interaction constraint bernilai bernar.
• Loop : Digunakan untuk mengindikasikan sebuah hasil matematika yang diulang
sebanyak jumlah tertentu hingga interaction constraint.
• Ref : Reference digunakan sebagai referensi antar suatu sequence diagram dengan
sequence diagram lainnya.
[http2] Jenis message terdiri dari simple message, procedure call, dan return.
Simple message adalah transfer kontrol dari objek pengirim ke penerima. Procedure call
adalah message dimana pengirim menunggu hingga seluruh nested sequence selesai.
Return menunjukkan return dari suatu procedure call. [http1] Dalam sequence diagram,
iterasi dapat disimbolkan dengan asterisk (*) sebelum nama message. Apabila kondisi
iterasi diketahui, maka kondisi ditampilkan dalam tanda kurung [ ].
2.1.8.4 Navigation Diagram
Menurut Mathiassen et al. (2000, p344), diagram navigasi adalah statechart
diagram khusus yang berfokus pada keseluruhan user interface yang dinamis. Diagram ini
menunjukkan window yang berkaitan dan transisi di antara window-window tersebut.
Navigation Diagram bukan merupakan bagian dari notasi UML. Notasi untuk Navigation
36
Diagram ditunjukkan pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Notasi Design Navigation Diagram
Sumber : Mathiassen et al. (2000, p343) 2.1.8.5 Component Architecture
Menurut Mathiassen et al. (2000, p.190), component architecture adalah sebuah
struktur sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan.
Component architecture membuat sistem lebih mudah untuk dimengerti,
menyederhanakan desain, dan mencerminkan kestabilan sistem. Hal ini dikarenakan
komponen merupakan subsistem dari sebuah sistem.
Menurut Mathiassen et al. (2000, p.200), berikut adalah beberapa jenis distribusi
dalam arsitektur client-server (ditunjukkan pada Tabel 2.6). Notasi untuk Component
Architecture ditunjukkan pada Gambar 2.7.
37
Tabel 2.6 Bentuk Distribusi Arsitektur Client – Server Client Server Architecture
U U + F + M
Distributed
Presentation
U F + M Local Presentation
U + F F + M
Distributed
Functionality
U + F M Centralized Data
U + F + M M Distributed Data
Sumber : Mathiassen et al. (2000, p200)
Gambar 2.7 Notasi Design Component Architecture
Sumber : Mathiassen et al. (2000, p338) 2.1.9 Database
2.1.9.1 Pengertian Database
Menurut Connoly (2005, p15), database adalah kumpulan data yang
berhubungan, dan suatu deskripsi data ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan
informasi untuk organisasi.
38
2.1.9.2 Pengertian Database Management System
Menurut Connoly (2005, p15), Database Management System (DBMS) adalah
suatu sistem software yang memungkinkan pengguna untuk mendefinisikan,
menciptakan, memelihara, dan mengendalikan akses ke database.
2.1.10 Perancangan Interface
Menurut Mathiassen et al (2000, p151), tujuan dari pembuatan interface adalah
untuk menentukan tampilan dari suatu sistem. Interface di definisikan sebagai fasilitas-
fasilitas yang membuat suatu model dan fungsi dari sistem tersedia untuk actor. Menurut
Mohammed et al. (2003, p161), interface merupakan representasi virtual dari usulan
nilai yang dipilih perusahaan.
2.1.11 Interaksi Manusia dan Komputer
Menurut Shneiderman (2005, p8), Interaksi Manusia dan Komputer (IMK)
adalah ilmu yang berhubungan dengan perancangan, evaluasi, dan implementasi sistem
komputer interaktif yang digunakan manusia, serta studi fenomena–fenomena besar
yang berhubungan dengannya.
Menurut Shneiderman (2005, p74-75) ada 8 jenis aturan emas dalam
perancangan antarmuka, yaitu :
1. Berusaha keras untuk konsisten.
Beberapa bentuk konsistensi yang ada adalah konsistensi dalam penggunaan bentuk
dan ukuran font, pemberian warna tulisan dan latar belakang, pembuatan layout,
penggunaan terminologi.
39
2. Memungkinkan bagi user menggunakan shortcuts.
Jika frekuensi penggunaan meningkat, maka perlu dilakukan pengurangan jumlah
interaksi dengan memanfaatkan fasilitas shotcuts. Shortcuts disukai user karena
dapat memberikan waktu tampilan yang lebih cepat.
3. Memberikan feedback yang inovatif.
Sistem harus menyediakan feedback untuk setiap aksi pemakaian. Isyarat–isyarat
seperti suara dan tampilan visual harus ditampilkan untuk interaksi pemakai untuk
memberi tahu bahwa software memberikan respon masukan dari pemakai.
4. Merancang dialog untuk menghasilkan keadaan akhir.
Urutan aksi harus tersusun dalam bagian awal, tengah, dan akhir suatu grup.
Feedback penyelesaian aksi yang inovatif, memberikan kepuasan kepada operator /
pengguna, perasaan lega, sinyal untuk mendapatkan kemungkinan rencana dan
pilihan dari pikiran pengguna, serta indikasi bahwa cara tersebut jelas
mempersiapkan aksi berikutnya.
5. Menyediakan penanganan kesalahan yang sederhana.
Pemakai tetap dapat membuat kesalahan meskipun dengan penggunaan design
interface yang terbaik, kesalahan ini tetap dapat secara fisik (secara tidak sengaja
menunjuk ke perintah dan data yang salah) dan secara nonfisik (membuat keputusan
yang salah mengenai perintah dan data yang dipilih). Maka sistem didesain
sedemikian rupa agar pengguna tidak membuat kesalahan yang serius.
6. Mengizinkan pembalikan aksi (undo) dengan mudah.
Sedapat mungkin, aksi harus diulang (undo). Hal ini dapat mengurangi,
menghilangkan kecemasan karena pengguna tahu bahwa kesalahan dapat
40
dihilangkan. Dengan demikian dapat mendorong user untuk menjelajahi pilihan–
pilihan yang tidak dikenal.
7. Pengontrolan terletak pada pengguna sendiri (focus on control).
Pengguna harus merasa bahwa ia berkuasa atas sistem dan sistem menuruti
perintahnya. Tindakan sistem yang mengejutkan, data yang rutin, kesulitan dalam
memperoleh informasi penting, dan ketidakmampuan untuk melakukan tindakan
yang diinginkan akan membuat kecemasan dan ketidakpuasan.
8. Mengurangi beban ingatan jangka pendek.
Manusia mempunyai keterbatasan dalam menghafal. Maka tampilan sebaiknya
dibuat sederhana, tampilan informasi dikelompokkan, dan frekuensi gerakan window
dikurangi.
2.1.12 Informasi dan Pengetahuan dari Pakar
Menurut Marimin (2002, pp134-135), informasi dan pengetahuan dari pakar
dapat diperoleh melalui wawancara, selama kegiatan ini harus sabar, komunikatif dan
kreatif. Seseorang dapat dikatakan ahli atau pakar, apabila mampu melaksanakan
sesuatu dengan pengetahuan yang dibutuhkan untuk itu, yaitu berupa kemampuan
mengumpulkan data dan informasi yang kompleks serta kemampuan
menginterpretasikan data sebagai suatu kegiatan terencana, seperti proses pengambilan
keputusan. Seorang pakar dikategorikan berdasarkan kriteria :
1. Efektifitas dengan derajat kesuksesan yang memadai.
2. Efisiensi dalam menyelesaikan persoalan secara cepat.
3. Kesadaran akan keterbatasan, dimana seorang pakar mengetahui apa yang dia
ketahui (Kompetensi).
41
4. Pengakuan secara objektif terhadap kemampuan profesional yang dimiliki oleh
lingkungan akademik dan masyarakat luas.
5. Produktivitas yang tinggi didalam bidang ilmiah yang ditekuninya.
Fasilitas akuisisi pengetahuan digunakan sebagai alat untuk mengisi atau
mendapatkan pengetahuan, fakta, aturan, dan model yang diperlukan dari berbagai
sumber. Metode wawancara dapat dilakukan dengan diskusi bebas (Talk Through) dan
pembicaraan atas dasar kasus yang menarik (Critical Incident Technique).
2.1.13 Definisi e-Government
Menurut Indrajid (2002, p4), e-government (e-gov) adalah proses pemanfaatan
teknologi informasi sebagai alat untuk membantu menjalankan sistem pemerintahan
secara lebih efisien. Karena itu, ada dua hal utama dalam pengertian e-gov di atas, yang
pertama adalah penggunaan teknologi informasi (salah satunya adalah internet) sebagai
alat bantu, dan, yang kedua, tujuan pemanfaatannya sehingga pemerintahan dapat
berjalan lebih efisien. Jadi, e-gov sesuai dengan fungsinya, adalah penggunaan teknologi
informasi yang dapat meningkatkan hubungan antara pemerintah dan pihak-pihak lain.
Simpulannya e-gov adalah upaya untuk mengembang-kan penyelenggaraan
kepemerintahan yang ber-basis (menggunakan) elektronik dalam rangka meningkatkan
kualitas layanan publik secara efektif dan efisien.
Menurut Indrajid (2002, p8), terdapat enam manfaat dari pelaksanaan e-gov
antara lain :
• Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder-nya
(masyarakat, kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal kinerja efektivitas
dan efisiensi di berbagai bidang kehidupan bernegara.
42
• Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan
pemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Corporate Governance.
• Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi, dan interaksi yang
dikeluarkan pemerintah maupun stakeholdernya untuk keperluan aktivitas sehari-
hari.
• Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber
pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
• Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara cepat dan
tepat menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan dengan berbagai
perubahan global dan trend yang ada.
• Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra pemerintah
dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara merata dan
demokratis. Menciptakan masyarakat berbasis komunitas informasi yang lebih
berkualitas.
2.1.14 Monitoring
2.1.14.1 Definisi Monitoring
Menurut Vincent (2006, p21), monitoring merupakan program yang terintegrasi,
bagian penting dipraktek manajemen yang baik dan arena itu merupakan bagian integral
di manajemen sehari-hari.
Menurut Indrajit (2002, p52), monitoring adalah mekanisme yang sudah menyatu
untuk memeriksa bahwa semua berjalan sesuai dengan yang direncanakan dan memberi
kesempatan agar penyesuaian dapat dilakukan secara metodologis.
43
2.1.14.2 Manfaat Monitoring
Menurut Indrajid (2002, p56), manfaat monitoring diuraikan menjadi delapan
macam, yaitu:
1. Monitoring digunakan untuk memelihara dan membakukan pelaksanaan suatu
rencana dalam rangka meningkatkan daya guna dan menekan biaya pelaksanaan.
2. Monitoring digunakan untuk mengamankan harta kekayaan organisasi atau
lembaga dari kemungkinan gangguan, pencurian, pemborosan, dan
penyalahgunaan.
3. Monitoring digunakan langsung untuk mengetahui kecocokan antara kualitas suatu
hasil dengan kepentingan para pemakai hasil dengan kemampuan tenaga pelaksana.
4. Monitoring digunakan untuk mengetahui ketepatan pendelegasian tugas dan
wewenang yang harus dilakukan oleh staf atau bawahan.
5. Monitoring digunakan untuk mengukur penampilan tugas pelaksana.
6. Monitoring digunakan untuk mengetahui ketepatan antara pelaksanaan dengan
perencanaan program.
7. Monitoring digunakan untuk mengetahui berbagai ragam rencana dan
kesesuaiannya dengan sumber-sumber yang dimiliki oleh organisasi.
8. Monitoring digunakan untuk memotivasi keterlibatan para pelaksana.
44
2.1.15 Evaluasi
2.1.15.1 Definisi Evaluasi
Menurut Vincent (2006, p16), evaluasi merupakan fungsi manajemen yang
dilakukan setelah kurun waktu tertentu dan setelah suatu kegiatan telah berlalu.
Menurut Vincent (2006, p28), evaluasi merupakan salah satu fungsi dari
manajemen program, evaluasi dilakukan terhadap seluruh atau sebagian unsur-unsur
program serta terhadap pelaksanaan program. Evaluasi program harus dan dapat
diselenggarakan secara terus menerus, berkala, dan atau sewaktu-waktu. Kegiatan
evaluasi ini dapat dilakukan pada saat sebelum, sedang, atau setelah program
dilaksanakan, evaluasi kegiatan dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah
ditentukan dapat dicapai, apakah pelaksanaan program sesuai dengan rencana, dan atau
dampak apa yang terjadi setelah program dilaksanakan. Evaluasi program berguna bagi
pengambil keputusan untuk menetapkan apakah program akan dihentikan, diperbaiki,
dimodifikasi, diperluas atau ditingkatkan.
2.1.14.2 Ruang Lingkup Evaluasi
Menurut Vincent (2006, p23), ruang lingkup evaluasi, meliputi:
1. Penilaian atas dampak kolektif baik positif maupun negatif dari semua atau
sebagian besar kegiatan yang telah dilakukan pada lokasi dan atau kelompok
sasaran yang berbeda.
2. Deskriptif keluaran dan hasil atau manfaat sebagaimana dilihat dari sudut pandang
penerima manfaat.
45
2.1.16 Manfaat Monitoring dan Evaluasi
Menurut Vincent (2006, p10), manfaat dari monitoring dan evaluasi, yaitu:
1. Monitoring dan evaluasi merupakan wahana peran serta penerima manfaat
program atau kegiatan yang sangat efektif bila dilakukan dengan benar.
2. Meningkatkan efektifitas pembinaan, melalui sebuah kerangka hubungan yang
jelas antara lain yang telah dilaksanakan, yang sedang dilaksanakan dan masukan-
masukan yang ada serta harapan ke depan.
3. Monitoring dan evaluasi dapat membantu mengaitkan antara apa yang telah
dilakukan dengan apa yang diharapkan dimasa yang akan datang.
4. Tanpa dilakukannya monitoring dan evaluasi kita tidak bisa mengatakan bahwa
pembinaan yang kita laksanakan telah berjalan lancar sebagaimana mestinya, telah
mengalami perkembangan, berhasil, efektif dan efisien atau dapat ditingkatkan
dimasa yang akan data.
2.1.17 Definisi Dana Bantuan
Menurut Daniel (2001, p25), dana bantuan adalah stimulasi dana untuk mengatasi
kendala keterbatasan kemampuan dan modal usaha agar selanjutnya mampu mengakses
modal dari lembaga permodalan secara mandiri.
2.1.18 Definisi Sarana Produksi
Menurut Daniel (2001, p26), sarana produksi merupakan sarana benih tanaman,
pupuk, dan obat-obatan, termasuk peralatan pengolahan tanah, peralatan pengairan, dan
peralatan lainnya yang mendukung pengembangan usaha tani.
46
2.1.19 Definisi Modal Usaha Pertanian
Menurut Daniel (2001, p34), modal usaha adalah biaya yang digunakan untuk
pendidikan, pelatihan, upah tenaga kerja, pembelian bahan baku, bahan pendukung, dan
media tumbuh.
Menurut Daniel (2001, p53), usaha pertanian adalah kegiatan yang
mengorganisasi (mengelola) sarana produksi pertanian dan dan teknologi dalam suatu
usaha yang menyangkut bidang pertanian. Usaha pertanian lebih diartikan untuk
kegiatan usaha di bidang pertanian berskala kecil, seperti usaha tani padi, usaha tani
jagung, usaha tani ayam buras, dan itik petelur.
Menurut Daniel (2001, p53), penguatan modal usaha pertanian adalah stimulasi
dana bagi pelaku pertanian yang mengalami keterbatasan modal sehingga selanjutnya
mampu mengakses pada lembaga permodalan secara mandiri. Fasilitasi penguatan
modal usaha kelompok ini merupakan bagian dari upaya pemberdayaan masyarakat
petani, yang dikawal dengan kegiatan terkait yaitu kelembagaan petani dan peningkatan
SDM petani melalui pembinaan, penyuluhan, pelatihan, monitoring, evaluasi, dan
lainnya.
47
2.2 Kerangka Pikir
Adapun kerangka pikir yang digunakan dalam penulisan skripsi ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.8 Kerangka Pikir Sumber: Penulis, 2009
Analisis Proses Monitoring dan Evaluasi Bantuan Sarana
Produksi dan Modal Usaha Pertanian
- Analisis proses bisnis monitoring dan evaluasi bantuan sarana produksi dan modal usaha pertanian. - Analisis kebutuhan sistem informasi monitoring dan evaluasi bantuan sarana produksi dan modal usaha pertanian. - Analisis Infrastruktur Organisasi - Analisis Sistem Informasi Sejenis.
Kerangka Perumusan Strategi Pusdatin
Tahap Masukan
Matriks IFE Matriks EFE
Tahap Pencocokan
Tahap Keputusan Matriks QSPM
Penurunan Analisis ke dalam rancangan
Perancangan Sistem (OOAD)
Class Diagram Use Case Diagram
Sequence Diagram Navigation Diagram
User Interface Component Architecture
Rencana Implementasi
Spesifikasi H/W, S/W, B/W
Jadwal Pengembangan Sistem
Metode AHP
Matriks SWOT Matriks IE
Basis Data
48
Kerangka pikir dari penulisan skripsi ini dimulai dari melakukan perumusan
strategi. Kerangka perumusan strategi terdiri dari 3 tahapan, yaitu : tahap masukan,
tahap pencocokan, dan tahap keputusan. Pada tahap masukan akan dilakukan
evaluasi terhadap faktor eksternal Pusdatin Pertanian (Matriks EFE) dan evaluasi
terhadap faktor internal (Matriks IFE). Informasi yang diperoleh pada tahap masukan
akan menjadi dasar pada tahap pencocokan. Pada tahap pencocokan akan dibuat Matriks
SWOT untuk mencocokkan faktor-faktor eksternal dan internal kunci dan Matriks
IE untuk mengetahui posisi Pusdatin Pertanian di sel yang mana berdasarkan total
nilai tertimbang EFE dan IFE. Tahap keputusan menggunakan QSPM untuk
menunjukkan strategi alternatif yang paling baik secara objektif dari hasil tahap
pencocokan, setelah itu akan dilakukan penentuan faktor-faktor utama kebutuhan
sistem informasi pada keseluruhan bagian yang terkait dengan pemilihan model sistem
informasi yang akan dikembangkan dengan menggunakan metode AHP. Selain itu juga
akan dilakukan analisis proses monitoring dan evaluasi bantuan sarana produksi dan
modal usaha pertanian saat ini, analisis kebutuhan sistem informasi tersebut, analisis
infrastruktur organisasi, dan analisis sistem informasi sejenis.
Dari hasil analisis akan diturunkan dalam fitur rancangan. Perancangan sistem
menggunakan use case diagram, class diagram, sequence diagram, navigation
diagram, rancangan user interface, dan component architecture. Setelah perancangan
sistem, akan disusun rencana implementasi yang berupa spesifikasi kebutuhan
perangkat keras, perangkat lunak, dan sumber daya manusia, sert a penyusunan
jadwal implementasi sistem.