bab 2 osteo

Upload: senja-tsamrotul

Post on 14-Oct-2015

41 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Menopause berasal dari bahasa Yunani yaitu mens yang berarti bulan dan pausis yang berarti

    berhenti. Seorang wanita dikatakan menopause jika tidak mengalami haid selama minimal 12

    bulan. Pada pemeriksaan laboratorium akan ditemukan kadar follicle stimulating hormone

    (FSH) darah > 40 mIU/ml; dan kadar estradiol < 30 pg/ml. 1,2

    Pada periode menars, wanita umumnya memiliki siklus haid yang lebih panjang selama 5

    sampai 7 tahun kemudian panjang siklus haid akan semakin pendek seperti pada usia

    reproduksi, dan memasuki usia 40 tahun siklus haid akan memanjang kembali dan wanita

    akan lebih sering mengalami siklus haid anovulasi selama 2 sampai 8 tahun sebelum

    memasuki periode menopause. 1,2

    Sherman, dkk melaporkan usia wanita menopause rata-rata 45 tahun dan dijumpai

    peningkatan sedikit kadar hormon estradiol pada masa perimenopause yaitu 1 tahun sebelum

    terjadinya menopause.1,2,3

    Penelitian Womens Health Across the Nation (SWAN) melaporkan usia wanita rata-rata saat

    memasuki periode menopause berkisar 51,4 tahun; dan saat mencapai usia menopause dapat

    terjadi lebih awal pada wanita yang memiliki kebiasaan merokok, pendidikan rendah, status

    ekonomi yang rendah, dan wanita yang mengalami menopause di usia yang lebih tua dapat

    dipengaruhi oleh jumlah paritas dan penggunaan pil kontrasepsi.2,3

    2.1. Produksi Hormon Pasca Menopause.

    Osteoporosis merupakan suatu gangguan metabolisme tulang yang dapat dialami oleh hampir

    semua wanita pasca menopause. Salah satu faktor resiko terpenting yang menyebabkan

    terjadinya osteoporosis adalah penurunan kadar hormon estrogen dan diperkirakan akan

    meningkatkan risiko terjadinya osteoporosis sampai tiga kali jika gangguan keseimbangan

    hormonal ini tidak diterapi.5

    Wanita pasca menopause akan mengalami peningkatan kadar hormon FSH sebanyak 10

    sampai 20 kali dan peningkatan hormon luteinizing hormone (LH) sebanyak 3 kali nilai

    normal dan mencapai kadar tertinggi setelah 1 sampai 3 tahun pasca menopause, yang

    Universitas Sumatera Utara

  • memperlihatkan kegagalan fungsi ovarium; yang disebabkan oleh perubahan sel stroma

    ovarium menjadi jaringan mesenkim sehingga menurunkan kemampuan ovarium dalam

    menghasilkan hormon steroid.1,2

    Pada masa menopause, ovarium mensekresikan hormon androstenedion dan testosteron

    sehingga terjadi peningkatan kadar hormon ini 1.5 kali pada saat menjelang menopause.

    Produksi hormon androstenedion pada masa menopause sebagian besar berasal dari kelenjar

    adrenal ginjal dan sebagian kecil diproduksi oleh ovarium. Hal ini terutama terjadi pada tahun

    pertama pasca menopause. 1,2

    Pada awal pasca menopause hormon tetosteron ini dihasilkan oleh perubahan hormon

    androstenedion di perifer, dan pada masa menopause lanjut hormon testosteron ini dihasilkan

    oleh kelenjar supra renal. Kadar estradiol didalam darah pada wanita pasca menopause

    diperkirakan sebesar 10-20 pg/ml dan sebagian besar hormon estrogen ini berasal dari

    perubahan androstenedion menjadi estrone dan kemudian berubah menjadi estradiol di

    jaringan perifer. Kecepatan rata-rata dari produksi hormon estrogen pada wanita pasca

    menopause adalah 45 g/ 24 jam.2

    Tabel 1. Perubahan kadar hormon steroid di sirkulasi darah wanita pasca menopause2

    Premenopause Pasca menopause

    Estradiol 40 400 pg/ml 10 -20 pg/ml

    Estrone 30 200 pg/ml 30 -70 pg/ml

    Tetosterone 20 80 ng/ml 15 -70 ng/ml

    Androstenedion 60 300 ng/ml 30 - 150 ng/ml

    Perubahan androstenedion menjadi estrogen ini dipengaruhi oleh peningkatan berat badan

    yang mempengaruhi perubahan proses aromatisasi androgen, Saat aktivitas produksi hormon

    steroid dari jaringan ovarium terhenti maka akan terjadi peningkatan sekresi dari hormon FSH

    dan LH sehingga aktivitas steroidogenesis di ovarium terhenti.1,2

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.2. Dampak Penurunan Kadar Hormon Estrogen pada Wanita Pasca Menopause.

    Wanita yang memasuki periode menopause akan mengalami gangguan keseimbangan hormon

    steroid. Penurunan kadar estrogen didalam darah dapat mengakibatkan terjadinya gangguan

    vasomotor, gangguan kardiovaskuler, gangguan psikis dan daya ingat, metabolisme, serta

    terjadinya osteoporosis. 1,2,4

    Wanita pasca menopause membutuhkan pelayanan kesehatan yang optimal untuk mencegah

    terjadinya gangguan-gangguan yang diakibatkan perubahan status hormonal dan peningkatan

    kualitas hidup wanita pasca menopause.4

    2.3. Definisi Osteoporosis.

    Osteoporosis berasal dari kata osteos (tulang) dan porous (keropos); sehingga osteoporosis

    disebut juga pengeroposan tulang yaitu tulang menjadi tipis, rapuh, dan keropos serta mudah

    patah.2

    WHO (1994) menyatakan definisi osteoporosis sebagai suatu gangguan pada tulang yang

    ditandai oleh penurunan massa tulang dan kerusakan mikroarsitektur jaringan tulang; yang

    meningkatkan risiko terjadinya patah tulang.3

    National Institute of Health (NIH) Consensus (2000) menyatakan definisi osteoporosis

    sebagai suatu gangguan pada tulang dimana terjadi penurunan kekuatan tulang dan

    meningkatkan resiko terjadinya patah tulang. Kekuatan tulang ditentukan oleh densitas

    mineral tulang dan kualitas tulang.7

    2.4. Fisiologi Tulang.

    Jaringan tulang mengalami proses remodeling yang berlangsung secara terus menerus dimana

    terjadi proses resorpsi dan formasi tulang yang berlangsung secara bersamaan. Proses

    remodeling ini sangat diperlukan tulang untuk beradaptasi terhadap gangguan mekanik dan

    perubahan fisiologi tulang sehingga susunan matriks tulang menjadi kuat. 1,6,17

    Integritas massa tulang ditentukan oleh keseimbangan antara proses formasi dan resorpsi

    tulang. Perubahan dalam proses remodeling tulang akan mengakibatkan terjadinya

    ketidakseimbangan antara proses penghancuran tulang dan pembentukan tulang, proses ini

    merupakan dasar terjadinya hampir semua gangguan metabolisme tulang dan osteoporosis.1,

    3,11,19

    Universitas Sumatera Utara

  • Proses remodeling tulang merupakan hasil kerja dari dua jenis sel yang bekerja secara

    berlawanan memegang peranan penting terhadap proses ini yaitu sel osteoblast yang bekerja

    membentuk matriks tulang baru dan sel osteoclast yang menghancurkan matriks tulang.15

    2.5. Komposisi jaringan tulang.

    2.5.1. Struktur makro tulang.

    Jaringan tulang bersama kartilgo merupakan penyusun sistem skeletal pada tubuh manusia

    yang berfungsi untuk melindungi sumsum tulang; organ-organ vital yang lemah; dan

    pergerakan tubuh manusia. Selain itu jaringan tulang juga mempunyai fungsi untuk menjaga

    keseimbangan ion kalsium dan fosfat di dalam tubuh.1,6,11,12

    2.5.2. Struktur Dasar Dan Komposisi Tulang.

    Jaringan tulang secara mendasar terbagi atas 2 tipe dasar yang menyusun kerangka manusia

    yaitu tulang kortikal dan tulang trabekular.17

    Tulang kortikal meliputi 80% dari kerangka. Tulang kortikal memiliki struktur yang sesuai

    untuk fungsi mekanik, struktural dan protektif karena 80-90% dari jaringan tulang kortikal

    telah terkalsifikasi dan padat. Tulang kortikal adalah komponen mayor dari tulang panjang

    dan merupakan permukaan perlindungan luar dari seluruh tulang. Tulang kortikal memiliki

    aktifitas metabolik tulang yang relatif rendah.1,6,17

    Tulang trabekular atau cacellanous bone merupakan penyusun 20% jaringan tulang dari

    kerangka manusia. Tulang trabekular memiliki aktifitas metabolik yang relatif lebih tinggi

    bila dibandingkan dengan tulang kortikal; relatif kurang padat, dan hanya 5-20% tulang

    trabekular yang terkalsifikasi. Secara mikroskopis, tulang trabekular memiliki gambaran

    seperti sarang madu karena diikat dengan trabekula yang dapat meningkatkan luas area

    permukaan tulang. Karena proses remodeling atau metabolisme tulang hanya terjadi pada

    daerah permukaan tulang saja, maka struktur tulang trabekular ini menyebabkan peningkatan

    aktifitas metabolisme yang lebih tinggi pada tulang trabekular. Sehingga meskipun tulang

    kortikal memiliki jumlah empat kali lipat dari tulang trabekular, tetapi jumlah total aktifitas

    metabolik dari kedua tipe tulang tersebut hampir sama.1,6,12,17.

    Jaringan kolagen tipe 1 merupakan penyusun lebih dari 90% matriks organik tulang.

    Meskipun jaringan ikat dan beberapa jaringan lainnya pada tubuh juga mengandung jaringan

    kolagen tipe 1, tetapi jaringan tulang memiliki lebih banyak jaringan kolagen tipe 1 ini dan

    lebih banyak mengalami proses pergantian protein kolagen. Jaringan kolagen tipe 1 pada

    Universitas Sumatera Utara

  • tulang ini memiliki struktur tripel heliks dari 3 rantai, dan salah satunya memiliki gugusan

    asam amino proline dan hydroxyproline . Jaringan kolagen tipe 1 ini disintesis oleh peptida

    tambahan yang relatif banyak sebagai prekursor pada gugus karboksiterminal dan ujung

    aminoterminal; protein tambahan ini pecah selama sekresi dan proses pembentukan urat saraf.

    Kolagen tipe 1 dari jaringan tulang berbeda dari kebanyakan jaringan lainnya yang

    mengandung ikatan hydroxylysylpyridinoline dan lysylpyridinoline. Ikatan ini berlangsung

    antara lysine atau residu hydroksylisyne pada gugus karboksiterminal non heliks atau ujung

    aminoterminal,dan disebut sebagai telopeptide; dan pada bagian heliks dari kolagen-kolagen

    yang berdekatan. Proses ini membentuk satu ikatan pyridynoline dan deoksypiridynoline pada

    struktur kolagen tipe 1.6,12,17.

    2.5.3. Matriks tulang inorganik

    Matriks tulang inorganik terutama terdiri dari mineral tulang yang merupakan penyusun 70%

    dari jaringan inorganik tulang dewasa, yang terutama terdiri dari ion kalsium dan ion

    phosphat yang terikat dalam bentuk kristal hidroksiapatit yang memperkuat jaringan organik

    tulang. 12,17

    Kristal-kristal mineral tulang biasanya berukuran kecil dan merupakan penyaring masuknya

    ion kalsium dan fosfat ke dalam tulang. Pemberian diet nutrisi yang kaya kation seperti

    magnesium dan strontium akan menyebabkan ion-ion tersebut berikatan dengan mineral

    tulang menggantikan ion kalsium pada ikatan kalsium laktat. 1,6,12.

    2.5.4. Sel-sel yang Terlibat dalam Metabolisme Tulang.

    Sel osteoclast dan osteoblast merupakan komponen biologi yang berperan penting pada

    metabolism tulang yang berlangsung pada unit metabolisme tulang (BMU). Osteoclast

    berfungsi untuk meresorbsi tulang yang ada dan aktif dalam siklus remodeling tulang.

    Osteoclast merupakan turunan dari penyatuan sel-sel monosit yang bergaris-garis dan

    biasanya berinti banyak dengan bagian atas dan basolateral yang berbeda secara morfologi

    dan fungsional. Bagian atas dari osteoclast merupakan lapisan matriks tulang yang berfungsi

    untuk sekresi enzim dan proton yang berperan penting dalam proses remodeling tulang.

    Membran kutub basolateral dari osteoclast memiliki reseptor hormon dan substansi lainnya.

    6,12,17

    Osteoclast bekerja dengan memisahkan komponen-komponen mikro melalui penetrasi

    membran yang disebut dengan sealing zone. Komponen mikro ekstrasesluler yang

    Universitas Sumatera Utara

  • terisolasi ini akan menyebabkan terjadinya penurunan pH. Pada sealing zone juga

    ditemukan enzim-enzim yang poten antara lain phosphatase acid, aryl-sulfatase,

    metalloproteinase, beta-glucuronidase, cystein-proteinase, dan beta-glycerophosphatase

    yang berperan dalam proses resorbsi tulang. Komponen-komponen mikro dan enzim ini

    berfungsi untuk mengikis tulang dan membentuk terminal yang melengkung dan disebut

    sebagai lacuna. 6,12,17.

    Osteoblast merupakan komponen biologi yang terlibat dalam proses pembentukan tulang.

    Setelah proses pengikisan tulang dan pembentukan lakuna oleh osteoclast maka akan

    terbentuk osteoid, yang terdapat pada bone metabolisme unit (BMU). Osteoblast secara

    histologi memiliki satu inti dan mempunyai hubungan yang luas terhadap jaringan retikulum

    endoplasma, organela-organela yang bertanggung jawab terhadap sintesa protein yang

    merupakan penyusun matriks tulang. Sebagian dari osteoblast terperangkap dalam matriks

    tulang dan akan membentuk osteosit; dan sering dianggap inaktif secara metabolik. Osteosit

    dapat mendeteksi mikrofraktur atau gangguan dalam struktur tulang dan kemudian

    memberikan sinyal kepada osteoblast mengenai adanya defek pada tulang tersebut.6,12

    2.5.5. Proses Remodeling Tulang Pada Wanita Pasca Menopause.

    Semua tulang manusia dewasa adalah turunan dari tulang-tulang sebelumnya yang mengalami

    proses remodeling yang berlangsung terus menerus; dimana bila terjadi mikrolesi pada tulang

    maka akan diikuti perbaikan tulang . Setiap tahun akan terjadi proses remodeling pada tulang

    trabekuler sebanyak 25 % dan pada tulang kortikal sebanyak 3 %. 1,19.

    Penurunan massa tulang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara proses resorpsi dan

    formasi tulang oleh sel osteoclast dan osteoblast. Osteoporosis pasca menopause secara

    biokimia disebabkan oleh penurunan hormon estrogen yang menyebabkan terjadinya

    peningkatan aktivitas osteoclast yang berlebihan, sehingga proses osteoporosis pertama sekali

    akan menghancurkan tulang-tulang trabekuler.1,5,11.

    Proses remodeling tulang ini berlangsung di permukaan tulang; proses penghancuran tulang

    oleh osteoclast ini memerlukan waktu antara 7-10 hari dan proses pembentukan tulang oleh

    osteoblast memerlukan waktu antara 2-3 bulan.19

    Gambar dibawah ini akan memperlihatkan proses remodeling tulang yang terjadi hanya pada

    satu arah, dengan koordinasi yang baik, dan dipengaruhi oleh hormon-hormon dan faktor

    faktor lain. 17

    Universitas Sumatera Utara

  • Seperti yang diperlihatkan pada gambar diatas, proses remodeling tulang selalu dimulai pada

    fase yang tidak bergerak ( quiscence). Aktivasi osteoclast diawali oleh sitokin yang akan

    merangsang monosit-monosit yang merangsang aktivasi osteoclast sehingga terjadi ikatan

    osteoclast dan matriks ekstraselular tulang. 1,6,17

    Enzim proteolitik seperti enzim kathepsin K kolagenase membantu kerja osteoclast dalam

    demineralisasi tulang. Osteoclast akan mengaktifkan pompa proton dan membuka pintu ion

    klorida (CIC-7) dan terjadilah penurunan pH pada tempat terjadinya resorpsi tulang dilakuna

    Howships dengan diameter lakuna kira-kira 100 m dan dalamnya 50 m, kemudian terjadi

    penghancuran kristal hidroksiapatit. Proses resorpsi tulang ini akan kemudian terhenti dan

    osteoblast akan ditarik ke sisi unit metabolisme tulang (BMU). 1,6,12,17

    Aktivasi osteoblast dimulai pada sisi dalam lakuna Howships yang tersusun dibawah matriks

    osteoid, yang terutama terdiri dari jaringan kolagen tipe 1. Proses pengisian lakuna oleh

    osteoid ini memerlukan waktu sekitar 80 hari. Pembentukan matriks yang baru ini akan

    mengandung mineral hydroxyapatite, dan menyebabkan unit metabolisme tulang (BMU)

    dapat meregang. Area yang diperbaiki ini kemudian akan melewati fase tidak bergerak untuk

    menyelesaikan siklus tulang selama 60 sampai 120 hari. Osteocalsin merupakan matriks yang

    disekresikan oleh osteoblast dan memegang peranan penting dalam proses mineralisasi

    kristal-kristal hydroxyapatite. 1,6,17,19,20.

    Proses remodeling tulang ini membutuhkan keseimbangan koordinasi yang baik antara

    osteoblast, osteoclast dan sel-sel endotel. Pada wanita usia reproduksi, keseimbangan proses

    ini berjalan dengan baik, dan memasuki masa klimakterium maka akan terjadi gangguan

    keseimbangan proses ini yang dipengaruhi oleh penurunan hormon estrogen; dimana terjadi

    penurunan kecepatan pembentukan tulang baru oleh osteoblast dan peningkatan kerja

    Universitas Sumatera Utara

  • osteoclast dan dengan sendirinya proses penggantian tulang akan berlangsung dengan sangat

    cepat (High Turnover).1,11.

    Peningkatan aktivasi unit multiseluler tulang pada wanita pasca menopause akan

    menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah osteoclast dan proses resopsi tulang dilakuna

    (gambar 4a). Jika terjadi peningkatan resopsi tulang maka akan terjadi peningkatan formasi

    tulang (gambar 4b).6

    In post-menopausal osteoporosis, the decrease of estrogen will lead to increased numbers of osteoclasts and, thus, enhanced numbers of bone multi-cellular units (A). As a consequence, the urinary excretion of calcium and collagen degradation products, such as deoxypyridinoline crosslinks, will be increased. Since more bone multi-cellular units are present in the skeleton of a post-menopausal woman, the number of active osteoblasts will be enhanced, and because of that, the serum level of osteocalsin will be increased (B). The more severe the osteoporosis, the more bone multi-cellular units will be present, and therefore the number of active osteoblasts and serum osteocalsin levels will be an indicator of "high turnover" osteoporosis. However, since the individual osteoblasts are less-wellfunctioning because of the lack of estrogen, the net effect of resorption and bone formation will be such that the amount of bone tissue will decrease

    Secara fisiologis 10% dari jaringan akan mengalami proses pergantian tulang setiap tahunnya,

    dan terdapat seribu BMU pada berbagai fase dari siklus tulang setiap waktunya. Sehingga

    proses defisit pada BMU secara bertahap dapat berperan dalam keropos tulang dari waktu ke

    waktu. Pada osteoporosis akan terjadi penipisan pada tulang kompakta dan spongiosa,

    sedangkan aktivitas tulang pada jaringan trabekuler masih berlangsung, sehingga

    ketidakseimbangan proses remodeling tulang ini dapat diperbaiki dengan terapi yang adekuat. 1,6,12,17.

    Pada wanita terdapat percepatan penurunan densitas tulang pada usia pasca menopause yaitu

    pada usia 45-60 tahun. Kehilangan jaringan tulang ini disebut sebagai osteoclast-

    mediated; karena pada proses ini osteoclastt akan mengikis lakuna yang lebih dalam dari

    50m. Proses kehilangan ini akan mengaktifkan osteoblast pembentuk tulang, matriks dari

    lakuna yang lebih dalam pulih secara tidak komplit selama fase pembentukan siklus tulang. 20

    Universitas Sumatera Utara

  • Secara umum, protein dan substansi lainnya diproduksi, dimodifikasi, dan dikeluarkan atau

    didegradasi oleh pengaktifan sel osteoclast dan osteoblast pada fase yang berbeda dari siklus

    sel dan menunjukkan penanda biokimia yang digunakan dapat untuk memantau proses

    metabolisme tulang.18,19,20.

    Osteocalsin merupakan salah satu dari penanda aktivitas metabolisme tulang spesifik yang

    dihasilkan oleh sel osteoblast yang terdapat didalam matriks tulang organik dan digunakan

    sebagai penanda aktivitas pembentukan tulang. Osteocalsin merupakan protein spesifik yang

    dapat dideteksi melalui pemeriksaan ELISA. 18,19,20.

    Pada wanita pasca menopause yang menderita osteoporosis terjadi peningkatan osteocalsin

    yang disebabkan oleh peningkatan aktivitas osteoblast. Pada wanita pasca menopause akan

    terjadi peningkatan jumlah sel osteoclast yang sama dengan peningkatan jumlah sel osteoblast

    yang berperan dalam proses pembentukan tulang bersamaan dengan proses resorpsi sehingga

    terjadi penurunan densitas mineral tulang. 18,19,20.

    2.5.6. Pengaturan Metabolisme Tulang

    Proses metabolisme tulang diatur oleh hubungan yang terjadi antara hormon dan faktor-

    faktor lainnya. Fibroblast Growth Factors (FGF, tipe asam dan basa) akan meningkatkan

    proses proliferasi osteoblast dan sintesis jaringan kolagen di dalam tulang. FGF umumnya

    terpisah dan berada disekitar sel osteoblast tetapi mekanisme kerja FGF yang tepat belum

    diketahui. FGF dasar merupakan aktivator yang lebih kuat. Insuline-like growth factors (IGF,

    tipe 1 dan 2) atau somatomedin, yang meningkatkan jumlah protein dari osteoid dengan cara

    mempromosikan proliferasi preosteoblast dan dengan mengurangi degradasi kolagen yang

    diikuti oleh peningkatan sintesis protein.2,6,12.

    Perubahan bentuk faktor-faktor pertumbuhan (TGF, 1 dan 2) yang diduga berperan penting

    pada proses pematangan sel dengan merangsang sel-sel prekursor menjadi osteoblast; dan

    sintesis alkaline fosfatase; ekspresi TGF- yang juga berhubungan dengan sintesis jaringan

    kolagen tipe 1. Faktor pertumbuhan yang berasal dari platelet (PDGF) juga ditemukan pada

    matriks tulang yang juga merangsang kerja sel osteoprogenitor dan pembentukan

    protein.2,6,12

    Osteoblast dan osteoclast responsif terhadap berbagai macam prostaglandin, dan faktor

    nekrosis jaringan (=cachectin dan =lymphotoxin) dapat meningkatkan sintesa jaringan

    kolagen pada preosteoblast, tetapi dapat menurunkan sintesa jaringan kolagen pada banyak

    Universitas Sumatera Utara

  • sel matur lain. Colony stimulating factors (CSF) terlibat dalam proses proliferasi osteoclast

    dan penghantaran informasi antara osteoclast dan osteoblast.2,6,12

    Tabel dibawah ini memperlihatkan keterlibatan hormon-hormon sistemik pada pengaturan

    metebolisme tulang. hormon-hormon ini dapat mempengaruhi kerja sel progenitor, osteoblast

    dan/atau osteoclast. 17

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 2. Hormones and Factors Involved in Bone Metabolism

    Hormone or Factor

    Effect on Bone

    Turnover

    Cells Effected

    Mechanism of Effect

    Parathyroid hormone

    Increase Progenitor, osteoblasts

    High level stimulate osteoblasts causing increased osteoclast activity, increased activation frequency, and accelerated bone loss.

    Thyroxine (T3) Increase Osteoclasts High concentrations increase resorption with differential effects on cortical and cancellous bone; cortical bone lost preferentially

    Estrogen Decrease Osteoblasts With deficiency, osteblasts stimulated causing increased osteoclast activity, increased activation frequency, and accelerated bone loss

    Testosterone Decrease Osteoblasts With deficiency osteblasts stimulated causing increased osteoclast activity, increased activation frequency, and accelerated bone loss

    Vitamin D (calcidol, calcitriol)

    Decrease Osteoblasts Deficiency causes increased activation frequency but also inhibits mineralization of newly synthesized osteoid matrix

    Cortisol Increase Progenitor, osteoblasts osteoclasts

    Increased concentration have profound effect by both increasing bone resorption and inhibiting bone formation, leading to accelerated bone loss

    Calcitonin Decrease ? Inhibits bone resorption; used therapeutically to treat increased bone loss, e.g. Pagets disease and high turnover osteoporosis

    Insulin Decrease Osteoblasts Causes increased IGF-1 synthesis in liver, resulting in increased collagen synthesis by osteoblasts

    Vitamin D terdiri dari 2 substansi, calcifediol (1,25-dihydroxyvitamin D) dan calcitriol (1,25-

    trihydroxivitamin D). Efek kelebihan hormon paratiroid yang dimodulasi oleh IGF-1 dan

    CSF. Hormon Paratiroid ini dibutuhkan untuk mengubah calsifediol menjadi calsitriol karena

    hormon ini merupakan stimulator utama pada aktifitas 1- hydroxylase di ginjal. Perubahan

    calsifediol menjadi calsitriol berperan dalam proses maturasi osteoblast. Penurunan

    konsentrasi dari calsifediol dan calsitriol berhubungan dengan peningkatan aktifasi unit

    metabolisme pada tulang atau BMU. Bila dibandingkan dengan hormon kortisol, hormon

    paratiroid ( hormon kalsitropik ) dan vitamin D akan beraksi secara tidak langsung dalam

    menyebabkan keropos tulang.2,6,8,17

    Universitas Sumatera Utara

  • Hormon estrogen berperan penting dalam pengaturan dasar remodeling tulang dan terapeutik

    pada wanita. Penurunan estrogen dapat menurunkan produksi matriks osteoid, peningkatan

    pembentukan tulang trabekular, dan memacu proses resorpsi tulang dan peningkatan turnover

    tulang.Hormon glukokortikoid juga dapat menyebabkan peningkatan sensitivitas osteoclast

    terhadap efek resorbsi tulang dari konsentrasi PTH yang beredar di sirkulasi. 2,6,8,17,20

    Reseptor estrogen yang berada di dalam sitosol, yaitu reseptor estrogen (ER), dan ER

    diekspresikan terbanyak pada jaringan epitel dan mesenkim termasuk osteoblast. Stimulasi

    reseptor estrogen pada osteoblast akan mengaktivasi aktivitas anabolik osteoblast dan

    menurunkan mengaktivasi osteoclast dan menghalangi aktivitas resorbsi tulang. Reseptor

    estrogen tidak hanya dapat mengikat estrogen, tetapi dapat juga mengikat modulator reseptor-

    estrogen selektif (SERMs), yang mengaktivasi reseptor estrogen pada tulang. Hormon

    estrogen juga berperan dalam pengaturan prostaglandin. Prostaglandin E2 (PGE2) merupakan

    stimulator yang kuat terhadap proses resorpsi tuang dan pembentukan osteoclast.2,6,17,20.

    Manolagas (2000) melaporkan bahwa hormon estrogen dapat menurunkan apoptosis sel

    osteoblast sehingga memperpanjang umur sel-sel osteoblast, hal inilah yang merupakan

    mekanisme estrogen untuk mengendalikan proses pembentukan tulang. 6

    Chen,dkk (2005) melaporkan bahwa hormon estrogen mempengaruhi apoptosis dari sel

    osteoblast dan sel osteoclast melalui mekanisme fosforilasi Erk, sejak diketahui bahwa

    hormon estrogen menyebabkan fosforilasi transien di sel osteoblast, osteocytes dan

    osteoclast.6

    Hormon kalsitonin merupakan hormon kalsitropik yang merupakan penghambat yang efektif

    terhadap proses resorbsi tulang. Saat ini, mekanisme kerja hormon kalsitonin tidak diketahui,

    tetapi hormon tersebut telah digunakan untuk mengobati pasien dengan turnover osteoporosis

    yang tinggi, penyakit paget, dan hiperkalemi yang terjadi pada penyakit keganasan.1,2,4,17,20

    Peningkatan konsentrasi hormon tiroid, hormon prolaktin, hormon pertumbuhan akan

    meningkatkan produksi IGF-1 oleh osteoblast, sehingga terjadi peningkatan proliferasi

    preosteoblastik, sintesa protein dan penurunan degradasi protein.2,4,17.

    Hormon kortisol dan steroid dapat meningkatkan turnover tulang secara langsung merangsang

    proses resorpsi dan formasi tulang. Pengobatan jangka pendek dengan glukokortikoid akan

    meningkatkan sintesis jaringan kolagen tipe 1, yang berhubungan dengan ikatan IGF-1.

    Pengobatan kortikosteroid jangka panjang menurunkan proliferasi dari sel preosteoblastik,

    Universitas Sumatera Utara

  • berkurangnya pembentukan osteoid, sehingga akan mengakibatkan terjadinya osteoporosis

    pada tulang.1,2,17

    2.6.Faktor Risiko Osteoporosis.

    Risiko terjadinya patah tulang sangat tergantung pada kekuatan tulang. Kekuatan tulang

    ditentukan oleh beberapa faktor utama yaitu massa tulang, kandungan mineral tulang, dan

    mikroarsitektur tulang. Massa tulang maksimal ( peak bone mass) pada wanita 25 sampai

    40% lebih rendah daripada massa tulang maksimal pria. Massa tulang maksimal dicapai pada

    usia antara 25 sampai 30 tahun, sedangkan densitas mineral tulang maksimal dicapai pada

    usia 18 tahun. Densitas mineral tulang berhubungan oleh mikroarsitektur tulang dan densitas

    mineral tulang. 1,4,7.

    Peningkatan usia akan mengakibatkan terjadinya penurunan massa tulang. Proses

    pembongkaran tulang (absorbsi) lebih cepat daripada proses pembentukan tulang ( formasi ).

    Lebih kurang 20 % kehilangan massa tulang pada wanita ini terjadi pada 5 sampai 7 tahun

    pasca menopause, sehingga di perkirakan kehilangan massa tulang ini berhubungan dengan

    penurunan kadar estrogen.1,4,7,8

    Faktor risiko terjadinya osteoporosis4

    Tabel 3. Risk factor that identify who should be assesed for osteoporosis

    Major Risk Factor Minor Risk Factor

    Age 65 years

    Vertebral compression fracture

    Fragility fracture after age 40

    Family history of osteoporotic fracture

    Systemic glucocorticoid therapy 3 months

    Malabsorbtion syndrome

    Primary hyperparatiroidism

    Propensity to fall

    Osteopenie appearent on X-ray film

    Hypogonadism

    Early menopause ( before age 45 )

    Rheumatoid artritis

    Past history of clinical hyperthyroidism

    Chronic anticonvulsant therapy

    Low dietary calsium intake

    Smoker

    Excessive alcohol intake

    Excessive caffeine intake

    Weight 57 kg

    Weight loss 10% of weight at age 25

    Chronic heparin therapy

    Beberapa faktor resiko osteoporosis yang tidak dapat dicegah antara lain yaitu riwayat

    keluarga yang menderita osteoporosis; riwayat pernah mengalami fraktur tulang; ras kulit

    Universitas Sumatera Utara

  • putih; usia lanjut ( > 65 tahun ); jenis kelamin wanita; penyakit sistemik; gangguan absorbsi;

    dan gangguan hormonal.4,8.

    Beberapa faktor risiko terjadinya osteoporosis yang dapat dicegah antara lain yaitu merokok;

    konsumsi kalsium dan vitamin D yang kurang; kebiasaan minum alkohol; konsumsi kafein;

    kebiasaan olahraga dan aktivitas harian; dan lain-lain. 4,8.

    Berikut ini akan dijelaskan beberapa faktor risiko osteoporosis yang dapat dicegah yaitu :

    a. Kalsium.

    Beberapa penelitian yang telah dilakukan terhadap wanita pada awal pasca menopause untuk

    melihat hubungan suplementasi kalsium dalam pencegahan terjadinya osteoporosis. Penelitian

    ini menunjukkan bahwa kehilangan kalsium yang berlangsung cepat pada wanita pasca

    menopause berhubungan dengan penurunan kadar estrogen yang terjadi pada wanita tersebut,

    sehingga mereka memerlukan suplementasi kalsium yang adekuat. 2

    Lateef, 2009 melaporkan hubungan korelasi negatif antara jumlah konsumsi kalsium dengan

    kadar penanda osteocalsin dan C-telopeptide pada kelompok pasca menopause dan

    premenopause dengan r = -0.44 dan r = -0.21.26

    Salleh, 2010 melaporkan hubungan korelasi yang tidak bermakna antara kadar penanda proses

    remodeling tulang dan jumlah konsumsi kalsium harian.27

    Kalsium dibutuhkan tubuh untuk membentuk dan mempertahankan kekuatan tulang dan gigi;

    membantu proses pembekuan darah dan penyembuhan luka; penghantaran rangsangan saraf;

    produksi hormon dan enzim-enzim; kontraksi otot; transpor ion melalui membran sel; dan

    pencegahan osteoporosis.49

    Penyerapan kalsium di dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa hormon tubuh antara lain

    hormon paratiroid, kalsitonin, vitamin D dan estrogen. Penurunan penyerapan kalsium oleh

    tubuh pada wanita pasca menopause disebabkan oleh penurunan kadar hormon estrogen yang

    menyebabkan terjadinya penurunan kadar 1,25-dihydroxyvitamin D. Sehingga pemberian

    suplementasi kalsium pada wanita pasca menopause sebaiknya diberikan bersama hormon

    estrogen dan vitamin D.2

    Universitas Sumatera Utara

  • Pada wanita pasca menopause yang memperoleh terapi sulih hormon membutuhkan asupan

    kalsium sebanyak 1000 mg per hari untuk mencegah terjadinya osteoporosis dan mencapai

    kecukupan keseimbangan kalsium nol ( zero calsium balance ). Jumlah kalsium yang

    diperoleh dari makanan sehari-hari diharapkan memenuhi kebutuhan kalsium sebanyak 500

    mg perhari, sehingga wanita tersebut hanya membutuhkan tambahan asupan kalsium 500 mg.

    Sedangkan pada wanita pasca menopause yang tidak memperoleh terapi sulih hormon

    membutuhkan kalsium sebanyak 1500 mg. Asupan kalsium yang cukup sebanyak 1000 mg

    perhari pada wanita usia reproduksi antara usia 25 sampai 50 tahun dapat membentuk tulang

    yang kuat dan mencegah terjadinya osteoporosis saat memasuki masa menopause. Wanita

    hamil dan menyusui juga dianjurkan untuk mengkonsumsi kalsium sebanyak 1500 mg

    perhari.2

    Sumber kalsium dapat diperoleh dari susu dan produk susu, kacang-kacangan, biji-bijian,

    brokoli dan lain-lain. Susu kemasan berkalsium tinggi akan mengandung kalsium sebanyak

    300-600 mg. Saat ini telah banyak dipasarkan produk suplemen kalsium dalam bentuk

    kalsium karbonat (40% kadar elemen kalsium); kalsium sitrat (21% kadar elemen kalsium);

    kalsium glukonat (9% kadar elemen kalsium); kalsium laktat (13% kadar elemen kalsium);

    dan kalsium fosfat ( 39% kadar elemen kalsium). Sediaan kalsium sitrat tidak memerlukan

    asam lambung dalam penyerapannya sehingga sediaan ini paling baik jika diberikan pada

    wanita yang berusia lanjut.2,49.

    b. Konsumsi alkohol.

    Kebiasaan minum alkohol sebanyak 2-3 ons perhari mempermudah terjadinya osteoporosis.

    Alkohol dapat mengganggu proses absorbsi kalsium dengan cara menghambat kerja enzim

    yang merubah vitamin D in aktif menjadi bentuk aktif. Alkohol juga dapat meningkatkan

    kadar hormon paratiroid sehingga meningkatkan terjadinya resorpsi kalsium dari tulang dan

    mengganggu keseimbangan kalsium tubuh. 2,50.

    Wanita yang mengkonsumsi alkohol secara kronis dapat menyebabkan terjadinya gangguan

    menstruasi dan menyebabkan terjadinya penurunan kadar estrogen dan testosteron sehingga

    terajdi penurunan aktivitas osteoblast yang berperan dalam proses formasi tulang. Alkohol

    juga dapat meningkatkan sekresi hormon kortisol sehingga terjadi peningkatan aktifitas

    resorpsi tulang. 2,50

    Universitas Sumatera Utara

  • c. Konsumsi kafein.

    Beberapa penelitian melaporkan bahwa konsumsi kafein dengan jumlah besar berhubungan

    dengan peningkatan risiko terjadinya osteoporosis. 2 Konsumsi kafein sebanyak 300-400 mg

    perhari atau 4 cangkir kopi perhari dapat menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan

    kalsium pada tulang; hal ini disebabkan sifat asam dari kafein yan gdapat menyebabkan

    terjadinya peningkatan resorpsi tulang sehingga lebih banyak kalsium yang dikeluarkan dari

    urin dan feses.4,49,50.

    Cooper C,dkk (1992) melaporkan bahwa konsumsi kafein yang tinggi tidak memiliki

    hubungan yang bermakna dengan peningkatan kadar penanda remodeling tulang yang

    menunjukkan aktifitas remodeling tulang. 51

    Konsumsi kafein dengan jumlah banyak atau sebanyak 300-400 mg per hari tidak akan

    menyebabkan terjadinya osteoporosis jika diberikan asupan kalsium yang cukup. 2,51

    d. Merokok.

    Merokok berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya osteoporosis pada tulang panggul

    sebanyak 40-45 %. Wanita perokok akan mengalami masa menopause lebih cepat sehingga

    terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan peningkatan osteoporosis pada periode awal

    menopause. 2

    e. Indeks massa tubuh.

    Salleh, dkk (2010) melaporkan indeks massa tubuh memiliki hubungan yang bermakna

    dengan risiko osteoporosis; dimana wanita pasca menopause dengan indeks massa tubuh yang

    tinggi akan memiliki indeks massa tubuh yang rendah. Hal ini berkaitan dengan

    adypocytokine seperti leptin terhadap sel osteoblast dan osteoclast yang berperan dalam

    remodeling tulang.27

    Wanita dengan indeks massa tubuh yang rendah dan kurang dari 20 kg/m2 akan meningkatkan

    risiko osteoporosis. 4,49,50. Morin, dkk (2009) melaporkan bahwa indeks massa tubuh yang

    rendah memiliki hubungan yang bermakna dengan peningkatan risiko terjadinya osteoporosis

    pada wanita yang berusia 40 sampai 59 tahun.52

    Universitas Sumatera Utara

  • f. Olahraga.

    Kebiasaan olahraga bermanfaat untuk menjaga densitas tulang. Olahraga yang bermanfaat

    bagi tulang antara lain yaitu: olahraga aerobik; olahraga fleksibilitas; olahraga keseimbangan;

    olahraga beban; dan olahraga keseimbangan. 2,50

    Olahraga aerobik.

    Olahraga aerobik dapat memperbaiki fungsi jantung dan peredaran darak ke tulang sehingga

    dapat mencegah risiko terjadinya osteoporosis. Beberapa olahraga aerobik yang dapat

    dilakukan antara lain berlari, sepeda statis, senam, berenang; menari, dan naik turun tangga.

    Pada gerakan aerobik kedua kaki akan bergantian menyentuh tanah sehingga kedua tungkai

    dan panggul bergerak bergantian. Aktivitas olahraga ini sebaiknya dilakukan selama 30 menit

    dengan frekuensi olahraga minimal 3 kali per minggu. 2,50.

    Olahraga beban.

    Olahraga beban (weight bearing exercise) adalah olahraga yang dilakukan dimana seluruh

    tubuh bertumpu pada kedua tungkai dan melawan gravitasi bumi. Beberapa contoh olahraga

    beban ini adalah jalan, lari, bola basket, melompat tali dan meloncat. Olahraga lompat tali

    yang dilakukan sebanyak 50-100 kali perhari sebanyak 3 kali perminggu telah dilaporkan

    dapat meningkatkan massa tulang secara bermakna.50

    Olahraga berjalan kaki telah dilaporkan dapat meningkatkan massa tulang panggul dan

    menurunkan risiko osteoporosis pada wanita pasca menopause terutama pada jika dilakukan

    dengan intensitas yang tinggi dengan kecepatan 8-10 km perjam. 2,50.

    Olahraga fleksibilitas.

    Olahraga fleksibilitas adalah olahraga peregangan otot yang bertujuan untuk keseimbangan

    dan menghindari jatuh dan membuat sendi menjadi lebih kuat dan lentur; menyangga berat

    badan sehingga dapat merangsang pertumbuhan tulang yang baru. Contoh olahraga

    fleksibilitas adalah yoga.50

    Olahraga tahanan (resistance taraining).

    Olahraga tahanan ini memakai beban dengan berat tertentu dan terdiri dari gerakan menahan,

    melawan, dan mendorong sesuatu. Olahraga ini bertujuan untuk merangsang pertumbuhan

    Universitas Sumatera Utara

  • tulang dan metabolisme tulang dan kekuatan otot. Contoh olahraga ini adalah naik turun

    tangga; mengangkat barbell dan dumbell di anggota gerak atas dan bawah.50

    2.7. Gejala dan Tanda Osteoporosis

    Osteoporosis merupakan penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh penurunan densitas

    mineral tulang dan kerusakan mikroarsitektur jaringan tulang, yang ahirnya mengakibatkan

    terjadinya kerapuhan tulang dan patah tulang.1,4,7

    Pada tahap awal, osteoporosis ini tidak memperlihatkan gejala kemudian penderita akan

    mengeluhkan nyeri pada tulang punggung, penurunan tinggi badan dan kemampuan mobilitas

    tubuh. Nyeri pada tulang vertebra biasanya menunjukkan terjadinya fraktur kompresi tulang

    vertebra. Di Amerika Serikat, osteoporosis bertanggung jawab terhadap terjadinya patah

    tulang lebih dari 1.5 juta orang pertahun. Di Canada, diperkirakan terjadinya 1 orang

    menderita fraktur tulang dari 4 orang wanita yang menderita osteoporosis. 1,3,7.

    Penelitian epidemiologi melaporkan kejadian fraktur yang sering terjadi pada wanita

    menopause yaitu fraktur kompresi tulang vertebra; fraktur Colles; fraktur tulang sendi femur;

    kehilangan gigi; kerusakan dan kehilangan tulang alveolar gigi berhubungan erat dengan

    terjadinya penurunan densitas mineral tulang dan osteoporosis di tulang spinal dan penurunan

    kadar hormon estrogen di dalam darah. 1,3,7

    2.7.1. Diagnosa Osteoporosis.

    National Institutes of Health Consensus Conference (2001) menyatakan definisi osteoporosis

    sebagai suatu kelainan pada tulang yang ditandai oleh adanya penurunan kekuatan tulang

    yang merupakan faktor risiko terjadinya fraktur tulang.4

    Kekuatan tulang dinilai berdasarkan hasil pemeriksaan densitas mineral tulang dan kualitas

    tulang. densitas mineral tulang dinyatakan berdasarkan gram per volume area tulang. Kualitas

    tulang dipengaruhi oleh susunan matriks tulang seperti aktivitas tulang ( bone turn over);

    mikroarsitektur tulang; derajat kalsifikasi dan jaringan kolagen tulang. 7

    Saat ini, penilaian kualitas tulang tidak hanya berdasarkan atas hasil pemeriksaan tulang

    secara klinis tetapi berdasarkan hasil pemeriksaan aktivitas metabolisme tulang melalui

    pemeriksaan penanda biokimia tulang dari proses formasi dan resorpsi tulang (bone turn

    over).4,7

    Universitas Sumatera Utara

  • Berikut ini adalah diagram penatalaksanaan pemeriksaan osteoporosis dan pemilihan terapi

    berdasarkan hasil pemeriksaan kadar penanda penghancuran dan pembentukan tulang

    berdasarkan National Institutes of Health Consensus Conference (2001):7

    Fig. 1. Diagnosis of osteoporosis and selection of drugs by measuring markers of bone

    turnover. *Bisphosphonate therapy requires at least 6-month washout time; **bisphophonate,

    selective estrogen receptor modulators (SERMs; e.g., raloxifene), estrogen, calcitonin, and

    ipriflavone are known as anti-bone resorptive drugs. DPD, deoxypyridinoline; NTX, type I

    collagen crosslinked N-telopeptide; CTX, type I collagen crosslinked C-telopeptide; BAP,

    bone alkaline phosphatase

    Diagnosed as osteoporosis

    Check drugs that influence calcium metabolism. Discontinue the drug if applicable.*

    1. Measuring bone resorption markers (DPD, NTX, CTX) 2. Measuring bone formation markers (BAP)

    1 is low - normal Either 1 or 2 is high

    Few risks of fracture

    Check bone diseases (metastatic bone tumor, etc) & abnormal bone/calcium metabolism.

    Fracture, bone mass, risk factors, complications & patient background, etc, should be considered to select drugs

    No

    High in 2

    High in 1

    Yes

    Treat underlying disease first & measure the bone turnover marker to monitor the disease

    Higher risks of fracture

    Select anti-bone resorptive drugs* *

    Universitas Sumatera Utara

  • Keberhasilan penatalaksanaan penegakan diagnosa osteoporosis dan pencegahan fraktur

    osteoporosis pada wanita menopause dinilai dengan penurunan kadar penanda tulang (bone

    turnover) sampai kadar normal sebelum wanita menopause. 16,17,24.

    2.7.1.1. Pemeriksaan ketebalan densitas mineral tulang.

    Pemeriksaaan densitas mineral tulang merupakan pemeriksaan yang dianjurkan terhadap

    wanita pasca menopause yang memiliki faktor resiko terjadinya patah tulang; dan tidak

    dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin tanpa indikasi yang jelas. Jenis pemeriksaan densitas

    mineral tulang yang saat ini sering dilakukan untuk menegakkan diagnosa osteoporosis dan

    melihat resiko fraktur tulang dengan menggunakan radioisotop single photon absorptiometry;

    double photon absorptiometry (DXA) ; computed tomography (QCT). Pemeriksaaan DXA

    merupakan pemeriksaan standarisasi internasional (g/cm2) dengan bahaya radiasi yang kecil

    (3-10 uSV) dan membutuhkan waktu pemeriksaan yang singkat.1,4,7,15.

    Quantitative ultrasonometry (QUS) merupakan pemeriksaan yang sederhana dan tidak

    memiliki bahaya radiasi sama sekali. Pengukuran densitas mineral tulang dilakukan pada

    tulang kalkaneus, tibia atau phalang. Nilai normal pengukuran densitas mineral tulang dengan

    pemeriksaan QCT ini adalah > 120 mg hidroksilapatit/cm3. Osteopeni ditegakkan jika

    ditemukan nilai densitas mineral tulang antara 80 dan 120 HA/cm3 ; dan dikatakan

    osteoporosis jika ditemukan nilai densitas mineral tulang < 80HA/cm3 . 1,3

    Pemeriksaan densitas mineral tulang dengan DXA dinyatakan dengan nilai T-skor dan Z-skor.

    Menurut WHO, densitas mineral tulang dikatakan normal jika ditemukan nilai T-skor >-1SD;

    osteopeni jika ditemukan T-skor berada diantara -1 dan -2.5 SD; dan osteoporosis jika

    ditemukan nilai T-skor < 2.5. Z-skor adalah skor yang digunakan untuk memperkirakan

    risiko fraktur di masa akan datang sehingga dapat diambil tindakan pencegahan. Nilai Z-skor

  • mensintesis matriks tulang yang memperbaiki kavitas-kavitas dan mengalami mineralisasi

    primer yang cepat yang diikuti oleh mineralisasi sekunder jangka panjang yang lambat.6,10,17,

    Pembentukan tulang bisa dideteksi dengan marker biochemical seperti osteocalsin (OC),

    bone-specific alkaline phosphatase (BAP) dan juga N-terminal dan C-terminal propeptida

    dari procollagen type I (P1NP, P1CP). Collagen type I merupakan protein matrix tulang yang

    paling diabaikan. P1NP dan P1CP terbentuk selama metabolisme ekstraseluler dari

    procollagen dan dilepaskan ke darah, sementara bagian tengah dari molekul berhubungan

    dengan matriks tulang. P1NP dan P1CP tidak spesifik untuk tulang, akan tetapi tulang

    memiliki metabolisme yang lebih cepat dari pada jaringan lain yang mengandung collagen

    type I dan kebanyakan serum P1NP dan P1CP berasal dari tulang. 5,12,13,48

    Tabel 4. Biochemical markers reflecting bone formation

    Marker Method Bone-specific alkaline phosphatase (Bone ALP)

    HPLC electrophoresis, all isoforms semiquantitavely determined after pretreatment lectin precipitation and calculation, activity measured IRMA or ELISA, mass concentration measured immunoextraction with a monoclonal antibody, activity measurement

    Osteocalsin (OC) several RIAs, bovine OC as immunogen, intact OC and several fragments measured several RIAs and IRMAs, or methods with other than radioactive label, with human OC as immunogen, measuring intact OC, its N-Mid-fragment or both or in addition smaller fragments

    Procollagen I carboxy-terminal propeptide (PICP)

    RIA or ELISA

    Procollagen I amino-terminal propeptide (PINP)

    RIA measuring intact PINP ELISA and automated ECIA measuring intact PINP and Col 1 fragment of PINP

    BAP adalah enzim yang berlokasi di permukaan luar dari osteoblast, kemungkinan terlibat

    pada regulasi dari proses mineralisasi osteoid. OC merupakan protein yang tergantung

    vitamin K dan disintesa oleh osteoblast dan odontoblast. OC terdiri dari tiga residu

    gammacarboxyglutamic dan fungsinya belum jelas. Kadar serum dari marker pembentukan

    tulang berhubungan dengan parameter histomorfometrik dari pembentukan tulang. 15

    Penyerapan tulang bisa diamati dengan beberapa biochemical marker, seperti N-terminal dan

    C-terminal crosslinking telopeptida dari collagen tipe I (NTX-1 dan CTX-1), C-terminal

    crosslinking telopeptida dari collagen tipe I oleh metalloproteinase (CTX-MMP, ICTP),

    helical peptida 620-633, deoxypyridinoline (DPD), hydroxylysin (HLys), glikosida,

    Universitas Sumatera Utara

  • hydroxyproline (HPro) atau isoform 5b dari Tartrate-resisten acid phosphatase (TRACP5b).

    NTX-1, CTX-1, ICTP dan helical peptida 620-633 adalah campuran hasil katabolisme dari

    collagen tipe I yang mengandung squensi asam amino spesifik dan bersifat antigenik epitop. 11,13,15

    Tabel 5. Biochemical markers reflecting bone resorption

    Marker

    Method

    Type I Collagen-derived markers Urinary excretion of pyridinoline and deoxypiridinoline

    Total Pyr, total DPD Free Pyr, total DPD Free Pyr and DPD Free DPD

    HPLA after hydroliysis HPLC without ptreeceding hydroliysis ELISA ELISA, automated methods (CIA)

    Peptide-bound crosslink excretion

    Crosslinked amino-terminal telopeptides, NTX. Crosslinked carboxy-terminal telopeptides, CTX

    ELISA, automated methods (CIA). ELISA for CTX-beta; RIA for CTX-alpha.

    Serum crosslinked telopetides of type I collagen

    Crosslinked amino-terminal telopeptides, NTX Crosslinked carboxy-terminal telopeptides, CTX Carboxy-terminal telopeptides ICTP,or CTX-MMP.

    ELISA ELISA or automated ECIA for beta isomer. RIA

    Tartrate resistant acid phosphatase TRACP in serum

    Several assay which measure either activity or consentration

    Osteoclastic tartrate resistant acid phosphatase TRACP 5b in serum.

    Immunoextraction and measurement of activity

    Bone sialoprotein BSP in serum

    RIA (not commercially available).

    Penelitian histomorfometrik dan radiotracer menunjukkan bahwa kadar bone turnover

    markers (BTM) merupakan penanda yang baik dari proses metabolik yang terjadi pada

    tingkat jaringan di seluruh tulang. Bagaimanapun, dalam proses fisiologi maupun patologi,

    pembentukan tulang dan resorpsi merupakan proses yang berdampingan. Oleh karena itu,

    marker resorpsi tulang mungkin berhubungan dengan histomorfometrik dan radiotracer

    kinetic yang mengindikasi pemebentukan tulang, dimana kadar serum marker pembentukan

    berhubungan dengan histomorfometrik dan kinetik yang mengindikasikan resorpsi

    tulang.14,18,20.

    Universitas Sumatera Utara

  • Beberapa pemeriksaan biokimia yang merupakan penanda pembentukan dan penghancuran

    tulang.

    a. Osteocalsin

    Osteocalsin merupakan matriks protein spesifik pada tulang yang terutama dihasilkan oleh

    sel-sel osteoblast tulang yang dimulai di fase laten pada proses pembentukan tulang. 14

    Osteocalsin merupakan protein G1a yang merupakan penanda pembentukan tulang.

    Osteocalsin merupakan protein yang tergantung kepadda vitamin K dan vitamin D yang

    dihasilkan osteoblast.14

    Osteocalsin merupakan polipeptida yang terdiri dari 49 residu (5.8 kDa). Pada manusia, gen

    pembentuk osteocalsin berada pada kromosom-1 (1q25-q31) dan jumlah produksi osteocalsin

    dipengaruhi oleh kadar 1,25-dyhydroxy-vitamin D3. Osteocalacin memiliki ikatan yang kuat

    terhadap hidroksiapatit pada tulang. osteocalsin disintesis dalam bentuk preproosteocalsin

    dengan 98 rantai residu (11 kDa). Osteocalsin terbagi atas 3 bagian besar yaitu bagian yang

    terdiri dari 23 residu berperan dalam proses translasi; 26 residu propeptide yang merupakan

    protein target carboxylation dan 49 residu yang merupakan protein yang matur. Protein

    osteocalsin yang matur terdiri dari 2 rantai heliks yang antiparalel yang terdiri dari rantai

    residu 16-25 dan 30-41 dan terikat dengan rantai residu 26-29 pada rantai terminal C;

    rantai-rantai tersebut terikat oleh ikatan disulfida. Proses translasi dari carboxylation

    membutuhkan vitamin K (phylloquinone)sebagai kofaktor nya. 10,14.

    Osteocalsin merupakan penanda dari proses pembentukan tulang. Sebagian besar osteocalsin

    terikat pada bagian tulang yang akan mengalami proses pembentukan tulang dan sebagian

    kecil di sekresikan kedalam sirkulasi darah sehingga dapat terdeteksi di dalam serum darah

    melalui pemeriksaan immunoassay.20

    Gundberg (1998), dkk melaporkan bahwa fragmen osteocalsin disekresikan sejak proses

    resorpsi tulang dalam bentuk immunoreaktif ke dalam sirkulasi darah.

    Osteocalsin dapat dihasilkan oleh proses pembentukan tulang dan penghancuran tulang

    sebelum fragmen osteocalsin ini dimetabolisme oleh enzim matriks metalloproteinase yang

    berada di dalam ginjal dan hepar. Sehingga pemeriksaan kadar osteocalsin serum dapat

    digunakan untuk menilai kecepatan proses pembentukan tulang, penghancuran tulang, atau

    kecepatan proses remodeling tulang ( turnover ). Sebagian besar osteocalsin yang

    disekresikan oleh osteoblast akan terikat pada jaringan matriks ekstraselular tulang dan kadar

    osteocalsin yang terdapat di dalam serum. Osteocalsin dalam bentuk ter karboksilasi akan

    terikat dalam bentuk hidroxyapatite. 9,10,14,22

    Universitas Sumatera Utara

  • Osteocalsin di dalam serum juga dapat memperlihatkan keadaan tulang yang meliputi

    histomorphometry tulang dan keseimbangan kadar kalsium tulang dan mobilisasi kalsium dari

    tulang, sehingga osteocalsin dapat juga digunakan sebagai penanda proses penghancuran

    matriks tulang.14

    Pada wanita pasca menopause, kadar osteocalsin berhubungan dengan pembentukan tulang

    dan mobilisasi kalsium. Peningkatan kadar osteoclacin pada wanita menopause sebesar 10%

    akan diikuti oleh peningkatan penanda resorpsi tulang sebanyak 50%. Peningkatan kadar

    osteocalsin ini berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya fraktur tulang di lengan

    bawah distal. Pemeriksaan kadar osteocalsin serum secara rutin dapat dipergunakan untuk

    melihat perbaikan metabolisme tulang pasca pemberian terapi dan untuk memperkirakan

    hilangnya matriks tulang pada wanita pasca menopause.14,25,39.

    Kadar osteocalsin didalam serum juga memiliki nilai yang bervariasi mengikuti siklus harian,

    dan kadar puncak osteocalsin di dalam serum biasanya ditemukan pada pagi hari; dan kadar

    osteocalsin tertinggi pada usia reproduksi biasanya ditemukan pada masa fase luteal.

    Peningkatan kadar osteocalsin pada wanita pasca menopause dapat diturunkan dengan

    pemberian terapi hormon pengganti.1418,,47,48.

    Osteocalsin dapat diperiksa melalui pemeriksaan radio immuno assay (RIA),

    immunoradiometric assay (IRMA), enzyme immunoassay (EIA).14,18,20,22.

    b. C-telopeptide.

    Tulang memiliki sistem pengaturan terhadap proses anabolisme dan katabolisme tulang. Pada

    tulang yang normal akan ditemukan jaringan kolagen tipe 1 yang matur dan telah terdegradasi

    menjadi molekul-molekul kecil yang terdistribusi melalui sistem kardiovaskular dan

    diekskresikan melalui ginjal.18

    Pemeriksaan penanda resorpsi tulang akan memperlihatkan aktivitas remodeling tulang atau

    aktivitas turn over tulang. Peningkatan aktivitas resorpsi tulang baik pada keadaan fisiologis

    seperti pada proses penuaan yang menyebabkan terjadinya osteoporosis; dan pada keadaan

    patologis maka akan terjadi peningkatan jaringan kolagen yang disekresikan ke dalam aliran

    darah. 17,18

    C-telopeptide merupakan protein spesifik yang merupakan indikator biokimia terhadap proses

    resorpsi tulang yang memperlihatkan aktivitas osteoclast pada tulang. Molekul C-telopeptide

    yang spesifik terhadap tulang dan merupakan gugusan asam amino yang unik mendeteksi

    aktivitas osteoclast. 8,9,10

    Jaringan kolagen merupakan matriks protein ekstraseluler, yang merupakan komponen

    terpenting yang menyusun struktur dan fungsi jaringan pengikat vertebra. Jaringan kolagen

    Universitas Sumatera Utara

  • tipe 1 terdiri dari 3 gugusan asam amino glysine X-Y yang merupakan penyusun dari proline

    dan hydroxyproline. Lebih dari 90% jaringan tulang matriks organik tulang terdiri jaringan

    kolagen tipe 1 yang terutama disintesa di dalam tulang. Jaringan kolagen tipe 1 merupakan

    jaringan kolagen interstisial. Jaringan kolagen tipe 1 merupakan ikatan heterodimer yang

    terdiri dari rantai alfa-1 dan alfa-2 dan diujungnya terdapat gugus non-helikal telopeptide.

    Gen pembentuk C-telopeptide merupakan gen COL1A1 pada kromosom-17 dan gen COL1A2

    pada kromosom-7 yang menetukan struktur alfa-1 dan alfa-2. 1,3,17,19,20

    Fragmen jaringan kolagen tipe 1 yang beredar di sirkulasi darah terutama merupakan C-

    terminal telopeptide (CTx). C-terminal telopeptide (CTx) terutama terdiri dari gugusan -

    asam aspartat yang berubah menjadi gugus -asam aspartat seiring dengan pertambahan usia

    tulang. Isomerisasi asam aspartat ini (-CTx) merupakan penanda spesifik terhadap proses

    resorpsi tulang dan degradasi jaringan kolagen tipe 1 yang merupakan jaringan kolagen utama

    pada tulang. 1,3,17,19,20

    Peningkatan kadar C-terminal telopeptide tipe 1 yang terisomerisasi terjadi pada tulang yang

    mengalami degradasi tulang, dan kadarnya akan kembali normal dalam 3 bulan jika diberikan

    terapi obat anti resorpsi tulang dan terapi sulih hormon. Pemeriksaan C-telopeptide serum

    dapat dilakukan dengan metode ELISA ( enzyme linked immuno absorbent assays ) dari

    serum dan urin. Pemeriksaan C-terminal telopeptide tipe 1 pada serum memiliki variabilitas

    diurnal dan akan meningkat pada pagi hari; fase lutheal , dan pada penderita dengan fungsi

    kecepatan bersihan glomerular yang rendah.20,22

    2.8. Penatalaksanaan Osteoporosis Pada Wanita Pasca Menopause.1,2,3,4,18,21,23.

    Penatalaksanaan osteoporosis pada wanita pasca menopause yang utama adalah upaya

    pencegahan terjadinya osteoporosis. Penatalaksanaan ditujukan untuk mencegah terjadinya

    fraktur osteoporosis karena terapi yang diberikan tidak dapat memperbaiki kerusakan tulang

    secara menyeluruh. 1,3,4,7

    Terapi profilaksis diberikan kepada wanita pasca menopause tanpa gejala osteoporosis

    bertujuan untuk mencegah proses demineralisasi tulang dan fraktur tulang. Terapi pengobatan

    osteoporosis diberikan jika ditemukan gejala dan tanda osteoporosis.7,18,21

    Penatalaksanaan osteoporosis pada wanita pasca menopause antara lain terapi sulih hormon;

    selective estrogen receptor modulators; gestagen; androgen dan anaboliknya; bifosfonat;

    kalsium; kalsitonin; vitamin K2; fluoride.2,7,8,18,21.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.9. Kerangka Penelitian.

    Remodeling tulang

    Kadar C-telopeptide

    Kadar osteocalsin

    Konsumsi kafein Konsumsi kalsium

    BMI Jumlah paritas

    Aktifitas fisik/olahraga Lama menopasue

    Formasi tulang osteoblast

    Resorpsi tulang osteoclast

    Universitas Sumatera Utara