bab 2 print - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/2012-1-00170-if bab...
TRANSCRIPT
6
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori-teori Umum
Teori-teori umum yang akan dibahas pada bab ini adalah sebagai berikut :
2.1.1 Data
Data, menurut Elmasri dan Navathe (1994, p2), adalah fakta-fakta yang telah
diketahui dan memiliki arti mutlak atau lengkap yang selanjutnya akan disimpan.
Selain itu, Turban et. al. (2003, p15) mengemukakan bahwa data merupakan
fakta-fakta yang belum diolah atau gambaran-gambaran lebih lanjut dari benda-benda,
kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan dan transaksi-transaksi yang didapat, direkam,
disimpan dan diklasifikasikan, tetapi tidak disusun untuk menyampaikan arti khusus
lainnya.
Data adalah fakta-fakta atau hasil observasi mengenai kejadian atau transaksi
bisnis yang masih belum diolah (O’Brien, 2003, p13).
Lebih lanjut, menurut Whitten et. al. (2004, p23), data adalah fakta mentah
mengenai seseorang, suatu tempat, dan hal-hal penting dalam suatu organisasi. Setiap
fakta saling berhubungan sehingga suatu fakta tidak memiliki suatu arti bila tidak
memiliki hubungan dengan fakta lainnya.
7
2.1.2 Basis Data
Basis data (Database) adalah suatu kumpulan data logikal yang saling terhubung
satu sama lain dan merupakan deskripsi dari suatu data yang dirancang sebagai
informasi yang dibutuhkan oleh organisasi (Connolly dan Begg, 2005, p14).
Menurut Rumbaugh (1997, p5-p8), basis data adalah sebuah koleksi dari data
yang saling berelasi terhadap beberapa objek. Sebuah argumen dilontarkan Rumbaugh
bahwa basis data dapat merupakan koleksi dari relasi file-file.
Beda lagi dengan Post (2005, p2), menurutnya basis data merupakan koleksi dari
data yang disimpan dalam format yang terstandarisasi dan dirancang untuk dapat
digunakan oleh beberapa pengguna.
Basis data menurut Date (2000, p5) adalah sistem penyimpanan data yang
terkomputerisasi dimana tujuan sebenarnya adalah menyimpan informasi dan membuat
informasi tersebut selalu tersedia pada saat dibutuhkan.
Selain itu, menurut Hoffer et. al. (2002, p4) basis data adalah kumpulan data
yang terorganisir dan saling berkaitan secara logika. Terorganisir maksudnya adalah data
distrukturkan sedemikian rupa sehingga mudah untuk disimpan, dimanipulasi dan
diperoleh oleh pengguna. Berkaitan berarti data harus menggambarkan hal-hal yang
diperlukan oleh sekelompok pengguna sehingga pengguna tersebut dapat menggunakan
data tersebut untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Kumpulan dari data yang saling berhubungan berdasarkan suatu skema yang
disimpan dengan redundansi yang terkontrol dan terbatas merupakan definisi basis data
menurut Inmon (2002, p388).
8
Basis data, menurut Ramakrishnan et. al. (2003, p4), merupakan suatu koleksi
data yang secara tipikal mengambarkan aktivitas-aktivitas dari satu atau lebih organisasi
yang terkait.
Whitten et. al. (2004, p548) juga menjelaskan bahwa basis data merupakan
kumpulan file yang saling berhubungan dimana setiap baris dalam suatu basis data harus
saling terhubung dengan suatu baris pada file lain.
2.1.3 Sistem
Sistem menurut McLeod (2001, p11) merupakan himpunan dari unsur-unsur
yang saling berkaitan sehingga membentuk suatu kesatuan yang utuh dan terpadu.
Definisi lain dari sebuah sistem pun dikemukakan oleh Martin et. al. (2002)
dimana menurutnya sistem adalah sebuah grup elemen yang saling berhubungan dan
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Setiap komponen dalam suatu
sistem saling terhubung, sehingga perubahan pada satu komponen sistem akan
berdampak ke komponen lainnya sehingga menghasilkan hasil yang berbeda.
Satzinger et. al. (2004) mengemukakan, bahwa sistem adalah sekumpulan
komponen yang saling berhubungan dan memiliki fungsi bersama untuk mencapai suatu
hasil tertentu.
Menurut Mulyadi (2001, p2), sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur
yang erat berhubungan satu sama lain yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai
suatu tujuan tertentu.
9
2.1.4 Analisis dan Perancangan
Analisis menurut Larman (2002, p6) merupakan penekankan pada sebuah
investigasi dari suatu masalah dan kebutuhan dibandingkan solusi. Sedangkan
perancangan menurut Larman (2002, p6) adalah penekanan pada sebuah solusi
konsepsional yang memenuhi kebutuhan daripada implementasinya.
2.1.5 Analisis Sistem
Analisis sistem adalah kegiatan memeriksa masalah yang ada dan masalah yang
akan dihadapi oleh perusahaan dengan menggunakan sistem informasi. Hal diatas
dikemukakan oleh Laudon dan Laudon (2003, p394).
2.1.6 Perancangan Sistem
Perancangan sistem seperti yang dijelaskan oleh Laudon dan Laudon (2003,
p394) merupakan cara agar suatu sistem dapat memenuhi kebutuhan informasi yang
telah ditentukan oleh analisis sistem.
2.1.7 Informasi
McLeod (2001, p15) mendefinisikan informasi sebagai data yang telah diolah
menjadi suatu bentuk yang memiliki arti bagi pengguna dan bermanfaat bagi
pengambilan keputusan saat ini ataupun mendatang.
Selain itu, Turban et. al. (2003, p15) menuturkan bahwa informasi adalah sebuah
kumpulan fakta yang disusun dalam beberapa cara sehingga kumpulan fakta tersebut
dapat berarti bagi penerimanya.
10
Sedangkan menurut Shelly et. al. (2003), infomasi adalah kumpulan fakta atau
data mentah yang diorganisir dengan aturan tertentu sehingga mampu memberikan
fungsionalitas yang berarti untuk setiap penggunanya.
2.1.8 Sistem Informasi
Sistem informasi merupakan kombinasi dari informasi, pengguna, kegiatan dan
teknologi yang bekerja secara bersama dan terintegrasi untuk mencapai tujuan dari suatu
organisasi atau perusahaan. (Alter, 1992)
Definisi sistem informasi menurut Laudon dan Laudon (1999) yaitu keterkaitan
antara beberapa komponen yang saling bekerja sama untuk mengumpulkan, memproses,
menyimpan dan menyebarkan informasi yang berguna untuk mendukung dalam
pengambilan keputusan, pengendalian, pengkoordinasian, analisis dan visualisasi dalam
suatu perusahaan atau organisasi.
Turban et. al. (2003) menyimpulkan bahwa sistem informasi adalah suatu sistem
yang mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi
untuk sebuah tujuan tertentu.
Ahli lainnya, Whitten et. al. (2004, p12) menyebutkan bahwa sistem informasi
merupakan sekumpulan pengguna, data, proses dan teknologi infomasi yang saling
berinteraksi untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan dan menyediakan informasi
yang dibutuhkan untuk mendukung sebuah organisasi.
11
2.1.9 Kamus Data
Menurut Singh (2006, p12), Kamus data adalah basis data kecil dari sistem
manajemen yang mengatur metadata. Kamus data dapat diartikan pula sebagai gudang
informasi tentang sebuah basis data.
2.1.10 Sistem Manajemen Basis Data
Sistem manajemen basis data (Database Management System disebut DBMS
untuk selanjutnya) menurut Silberschatz et. al. (2006, p1) adalah koleksi dari data yang
berhubungan dan kumpulan program untuk mengakses data tersebut. Adapun tujuan dari
DBMS adalah menyediakan sebuah cara untuk menyimpan dan menerima informasi dari
basis data yang mudah dan efisien.
DBMS merupakan fasilitas untuk menyimpan data dalam jumlah yang besar dan
memperbolehkan banyak pengguna untuk memanipulasi data di dalamnya (Widom et.
al., 1996, p2).
Menurut Connolly dan Begg (2005, p16), DBMS adalah suatu perangkat lunak
yang memungkinkan pengguna untuk mendefinisikan, membuat, merawat serta
mengontrol akses ke basis data.
Connolly dan Begg (2005, p16) menambahkan beberapa fasilitas yang terdapat
dalam suatu DBMS yaitu sebagai berikut :
a. Bahasa Pendefinisian Data (Data Definition Language dan akan disebut DDL untuk
selanjutnya) yaitu fasilitas yang memberikan pengguna kemampuan untuk membuat
spesifikasi tipe data, mendefinisikan basis data, struktur data dan persyaratan
(constraint) suatu data untuk disimpan dalam basis data.
12
b. Bahasa Pemanipulasian Data (Data Manipulation Language disebut DML untuk
selanjutnya) adalah fasilitas yang memberikan akses pengguna untuk memasukkan,
memperbaharui, menghapus, mengirim ataupun mengambil data dari basis data.
Komponen-komponen utama dalam suatu DBMS dijelaskan pula oleh Connolly
dan Begg (2005, p16) sebagai berikut :
a. Perangkat keras
Perangkat keras berupa alat-alat yang diperlukan untuk menjalankan suatu DBMS
dan aplikasi-aplikasinya. Perangkat keras mencakup dari monitor, keyboard sampai
jenis komputer yang digunakan.
b. Perangkat lunak
Perangkat lunak merupakan aplikasi-aplikasi untuk menjalankan suatu DBMS.
Perangkat lunak meliputi sistem operasi dan perangkat lunak jaringan jika
menggunakan sistem terdistribusi.
c. Data
Data merupakan komponen terpenting dalam suatu DBMS dimana data merupakan
komponen penghubung antara komponen mesin (perangkat keras dan perangkat
lunak) dengan komponen manusia (prosedur dan pengguna).
d. Prosedur
Prosedur adalah instruksi-instruksi dan aturan-aturan yang mengatur perancangan dan
penggunaan basis data.
e. Pengguna
Pengguna merupakan komponen kontrol dalam sebuah DBMS. Pengguna meliputi
admin data, admin basis data, perancang basis data dan pembuat aplikasi.
13
Kelebihan dari penggunaan DBMS menurut Connolly dan Begg (2005, p17)
antara lain sebagai berikut :
a. Mengontrol redundansi data
b. Meningkatkan konsistensi, integritas dan keamanan data
c. Memberikan lebih banyak informasi yang dapat diperoleh.
d. Memungkinkan penggunaan data secara bersama.
e. Menghemat biaya yang dikeluarkan.
f. Mengurangi jumlah informasi yang hilang.
g. Memudahkan perawatan data.
Selain kelebihan DBMS, Connolly dan Begg (2005, p17) membeberkan bahwa
DBMS memiliki beberapa kelemahan dalam penggunaannya. Adapun kelemahan
tersebut antara lain :
a. Memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi.
b. Membebankan biaya yang tinggi pada saat pembuatan DBMS dan penambahan
perangkat keras yang dibutuhkan.
c. Memiliki ukuran yang besar.
14
2.1.11 Kategori Sistem Informasi
Menurut Senn (1990), yang termasuk dalam kategori sistem informasi adalah
sebagai berikut :
a. Sistem Pemrosesan Transaksi (Transaction Processing System, selanjutnya disebut
TPS)
Kategori ini merupakan pengganti proses pekerjaan secara manual menjadi proses
yang menggunakan bantuan komputer. TPS bertujuan untuk meningkatkan aktivitas
bisnis dan memudahkan proses dalam pengerjaan pekerjaan rutin pada suatu
organisasi.
b. Sistem Informasi Manajemen (Management Information System disebut MIS untuk
selanjutnya)
MIS bertujuan untuk membantu manajer untuk mengambil keputusan dalam
melaksanakan tanggung jawabnya. Tugas MIS yaitu membantu pengambilan
keputusan, pengendalian penyelesaian masalah dan lain-lain.
c. Sistem Penyokong Keputusan (Decision Support System atau disebut DSS untuk
selanjutnya)
Keadaan perusahaan yang berubah-ubah akan mempersulit pengambilan keputusan,
sehingga diperlukan DSS untuk meyediakan informasi kepada manajer untuk
mengambil keputusan berkaitan dengan hal-hal khusus.
2.1.12 Siklus Hidup Pengembangan Sistem
Menurut Post dan Anderson (2000, p653), siklus hidup pengembangan sistem
(System Development Life Cycle yang untuk selanjutnya disebut SDLC) merupakan
15
metode formal untuk merancang dan membangun sistem informasi. Metode ini meliputi
aktivitas penelitian masalah, penentuan kebutuhan sistem, perancangan sistem baru,
pengembangan perangkat lunak, percobaan sistem dan implementasi. Metode ini
membentuk sebuah siklus sehingga memungkinkan perbaikan secara berkesinambungan.
SDLC dipecah menjadi fase-fase dimana setiap fase akan menghasilkan masukan untuk
fase berikutnya, karena itu SDLC disebut juga dengan metode air terjun (waterfall
methodology). Fase-fase SDLC dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Sumber : Post(2000)
Gambar 2.1 Gambar Siklus Hidup Pengembangan Sistem
2.1.12.1 Analisis Sistem
Tujuan analisis sistem (System Analysis) adalah menentukan hal-hal detil terkait
dengan apa yang akan dikerjakan oleh sistem. Pada fase ini, dilakukan pemahaman
untuk apa sistem dibangun dan menentukan persyaratannya.
Fase analisis sistem ini meliputi :
a. Pendefinisian masalah
Tahap ini dilakukan dengan cara mengenal ruang lingkup permasalahan yang ada
untuk mengetahui batasan masalah yang dihadapi
16
b. Pembentukan sasaran sistem
Tahap ini merupakan penggambaran tujuan sistem ini dibuat untuk mengetahui solusi
dari masalah-masalah yang ingin diselesaikan dengan sistem ini.
c. Pengindentifikasian pengguna sistem
Mengindentifikasi sistem yang ada dan mencari akar permasalahan dengan melihat
aliran bisinis pada perusahaan tersebut. Tujuan tahap ini adalah untuk mengetahui
kelebihan dan kekurangan dari sistem.
d. Pembentukan ruang lingkup sistem
Menggambarkan aliran informasi yang ada pada perusahaan tersebut dan melakukan
analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan dimaksudkan untuk menghasilkan spesifikasi
rinci tentang hal-hal yang akan dilakukan oleh sistem ketika diimplementasikan.
Analisis kebutuhan digunakan untuk menentukan :
1) Masukan yang diperlukan sistem.
2) Keluaran yang dihasilkan.
3) Ruang lingkup proses.
2.1.12.2 Analisis dan Perancangan Detil
Fase analisis dan perancangan detil (Detail Analysis and Design) dibagi menjadi
dua tahap perancangan, yaitu :
a. Perancangan konseptual
1) Mengevaluasi altenatif rancangan dengan menentukan beberapa altenatif
rancangan yang dapat dipakai.
2) Menyiapkan spesifikasi rancangan seperti hasil keluaran, masukan dan proses.
17
3) Membuat laporan
b. Perancangan fisik
1) Masukan : bentuk laporan dan rancangan dokumen.
2) Keluaran : rancangan layar untuk pemasukan data.
3) Rancangan basis data
4) Dokumentasi : awal proses sampai perancangan fisik.
Tujuan akhir dari fase ini adalah :
a. Memberikan laporan sistem dan dokumennya.
b. Memberikan formulir masukan dari dokumen atau file ke sistem informasi
c. Memeriksa formulir file yang dibutuhkan dalam sistem informasi.
2.1.12.3 Implementasi
Fase implementasi (Implementation) merupakan fase penerapan sistem informasi
yang telah dirancang dan melakukan pengontrolan terhadap aliran bisnis pada
perusahaan tersebut.
Dalam fase implementasi ini, terdapat beberapa aktivitas yang dilakukan yaitu
antara lain :
a. Pemrograman dan pengujian.
b. Penginstalasian perangkat keras dan perangkat lunak.
c. Pelatihan kepada pengguna.
d. Pembuatan dokumentasi.
18
Beberapa tujuan yang diharapkan dari fase implementasi ini adalah sebagai
berikut :
a. Melakukan kegiatan spesifikasi rancangan logikal ke dalam kegiatan yang
sebenarnya.
b. Mengimplementasi sistem baru.
c. Menjamin bahwa sistem baru dapat berjalan secara optimal.
2.1.13 Model Air Terjun
Menurut Dastbaz (2003, p110-p111), model air terjun terdiri dari lima tahapan
yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Menspesifikasi kebutuhan (specifying the requirement)
Saat seorang perancang dan klien bekerja mencoba untuk mendefinisikan sebuah
deskripsi dari sebuah sistem yang nantinya akan dibuat dapat diterima atau tidak. Ini
adalah tahap awal dalam pengembangan produk perangkat lunak dan klien.
b. Tahap perancangan (design stage)
Ada 2 macam bagian dalam tahap ini, yaitu :
1) Perancangan arsitektur (architectural design), pada tahap ini seorang perancang
menentukan bagaimana sistem akan menyediakan layanan yang diharapkan.
2) Perancangan terperinci (detailed design), deskripsi detil dari sebuah sistem yang
disediakan pada tahapan ini dimana proyek dipecah-pecah menjadi komponen-
komponen yang dapat dikelola sehingga dapat diimplementasikan ke bahasa
pemrograman.
19
3) Pengodingan dan pembangunan (coding and construction), Implementasi sistem
mengambil peranan dalam penggunaan bahasa pemrograman, melakukan tes
untuk kemungkinan kesalahan yang berkaitan dengan ini.
4) Instalasi, operasi dan perawatan (installation, operation and maintenance), Saat
sistem telah diimplementasikan, sistem tersebut akan terhubung sebagai
gambaran di dalam rancangan arsitektur dan dikelola.
Jika digambarkan, metode air terjun yang dikemukakan oleh Dastbaz (2003, p110-
p111) dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Sumber : Dastbaz (2003 , p111)
Gambar 2.2 Proses Metode Air Terjun
20
2.1.14 Pengertian Bahasa Pemodelan Terpadu
Menurut Whitten et. al. (2007, p371), bahasa pemodelan terpadu (Unified
Modelling Language, untuk selanjutnya disebut UML) adalah sekumpulan kesepakatan
tentang pemodelan yang digunakan untuk menspesifikasi atau menjelaskan objek-objek
di dalam sistem perangkat lunak.
Downing (2009, p499) juga memaparkan bahwa UML adalah bahasa yang
digunakan untuk representasi visual sistem perangkat lunak dan jenis jenis sistem
lainnya.
Sedangkan menurut Bruegge dan Dutoit (2010 , p30), UML adalah suatu notasi
yang dihasilkan dari OMT (Object Modeling Techinique), Booch, dan OOSE (Object-
Oriented Software Engineering). UML dirancang untuk aplikasi skala luas, karena itu
UML menyediakan konstruksi untuk sistem berskala luas dan aktivitas-aktivitas yang
terkait didalamnya seperti sistem real-time, sistem terdistribusi, sistem analisis, sistem
perancangan dan penyebaran sistem.
Spesifikasi UML dianggap sebagai panutan standar, sebab sebelum adanya
UML, terdapat berbagai macam spesifikasi yang pada akhirnya menyulitkan komunikasi
antara para pengembang perangkat lunak. Maka akhirnya UML diadopsi oleh Group
Object Management (GOM) sejak tahun 1997.
Menurut Whitten et. al. (2007, p392), diagram di dalam UML dapat dibagi
menjadi 13 jenis yaitu :
a. Use Case Diagram
Menggambarkan pengenalan sistem, eksternal sistem dan pengguna. Dengan kata lain
use case diagram menggambarkan siapa yang akan menggunakan sistem dan
21
bagaimana cara pengguna berinteraksi dengan sistem. Sebagai tambahan ada narasi
use case diagram yang menggambarkan tahapan-tahapan setiap interaksi.
b. Activity Diagram
Menampilkan alur bertahap dari aktivitas use case diagram atau proses bisnis.
Diagram ini juga dapat digunakan untuk merancang logika dari sistem.
c. Class Diagram
Menampilkan struktur objek dari sistem. Diagram ini memperlihatkan kelas objek
yang membentuk sistem serta hubungan antar kelas.
d. Object Diagram
Hampir menyerupai class diagram, tapi yang ditampilkan bukan kelas objek,
melainkan instance objek sebenarnya dengan nilai atribut saat itu. Diagram ini
menunjukkan pada pengembang situasi objek dalam sistem dalam suatu saat tertentu.
e. Statechart Diagram
Menunjukkan bagaimana suatu kejadian mengubah kondisi suatu objek semasa hidup
objek tersebut, dan menunjukkan berbagai kondisi yang dapat dicapai objek dan
transisi antar kondisi-kondisi itu.
f. Composite Structure Diagram
Menjabarkan struktur internal dalam dari kelas, komponen, atau use case diagram.
g. Sequences Diagram
Menampilkan bagaimana objek berinteraksi dengan satu sama lain menggunakan
pesan dalam suatu operasi atau eksekusi use case diagram. Diagram ini menampilkan
bagaimana pesan dikirimkan dan diterima, dan alurnya.
22
h. Communication Diagram
Dalam UML 1.X, diagram ini disebut dengan diagram kolaborasi. Diagram ini
menampilkan interaksi antar objek lewat pesan-pesan. Menyerupai sequence diagram,
namun lebih fokus pada struktur organisasi objek dalam format jaringan.
i. Interaction Overview Diagram
Menggabungkan fitur-fitur dari sequence diagram dan activity diagram untuk
menampilkan bagaimana setiap objek beriteraksi dengan setiap aktivitas dari use case
diagram.
j. Timing Diagram
Diagram yang fokus kepada batasan waktu dalam perubahan kondisi dari satu atau
beberapa objek. Diagram ini sangat berguna dalam merancang perangkat lunak
gabungan (embedded).
k. Component Diagram
Menampilkan susunan kode program yang dipecah menjadi berbagai komponen dan
bagaimana masing-masing berinteraksi.
l. Deployment Diagram
Menampilkan konfigurasi komponen perangkat lunak dalam arsitektur fisik dari
perangkat keras sistem tunggal.
m. Package Diagram
Menampilkan bagaimana kelas dan UML lainnya tersusun menjadi paket-paket dan
ketergantungan dari paket-paket tersebut.
23
2.1.14.1 Use Case Diagram
Menurut Ambler (2006), use case diagram secara grafis menggambarkan
interaksi antara sistem, hal-hal diluar sistem dan pengguna. Dengan kata lain, use case
diagram menggambarkan siapa yang akan memakai sistem dan dengan cara apa
pengguna akan berinteraksi dengan sistem.
Dalam analisis berorientasi objek, kita melibatkan kebutuhan model use case
diagram ke dalam analisis model use case diagram melalui tahapan-tahapan berikut :
a. Mengidentifikasi, mendefinisikan dan mendokumentasikan aktor baru.
b. Mendefinisikan, mengidentifikasi dan mendokumentasikan kebutuhan baru.
c. Mengidentifikasikan kemungkinan penggunaan ulang.
d. Merancang model use case diagram (jika memungkinkan).
e. Mendokumentasikan analisis sistem di dalam narasi use case.
Gambar use case diagram dapat dilihat pada gambar 2.3.
24
Sumber : Whitten et. al (2007, p384)
Gambar 2.3 Use Case Diagram
2.1.14.2 Activity Diagram
Activity diagram menggambarkan tahapan use case diagram, namun tidak
menspesifikasi siapa yang melakukan tahapan ini. Hal ini tidak menjadi masalah, namun
25
jika ingin melihat apa yang dilakukan dan siapa yang melakukan, activity diagram ini
dapat dipartisi untuk melihat aksi yang dilakukan kelas tertentu atau aktor tertentu.
Bruegge dan Dutoit (2010, p33) menambahkan, activity diagram merupakan
diagram yang menggambarkan aktivitas-aktivitas di dalam sistem. Aktivitas dapat
diartikan sebagai kondisi yang merepresentasikan pengeksekusian dari suatu operasi dan
hasil akhir dari suatu operasi akan saling berpengaruh terhadap aktivitas lain. Contoh
gambar suatu activity diagram ditunjukkan pada Gambar 2.4.
Sumber : Whitten et. al. (2007, p392)
Gambar 2.4 Activity Diagram
26
2.1.14.3 Sequence Diagram
Penulisan sistem sequence diagram dapat dipaparkan sebagai berikut :
a. Aktor (Actor) : Aktor atau pelaku use case diagram ditunjukkan melalui simbol aktor.
b. Sistem (System) : kotak ini menggambarkan sistem sebagai sebuah kotak hitam, atau
sebagai sebuah keseluruhan. Simbol titik dua (:) melambangkan instance dari sistem
yang berjalan.
c. Garis hidup (Lifelines) : garis vertikal putus-putus yang turun dari aktor dan dari
sistem yang melambangkan masa hidup dari sebuah kegiatan.
d. Kotak Aktivasi (Activation bars) : batang-batang yang di set sepanjang garis hidup
mengindikasikan masa dimana ada partisipan yang aktif dalam interaksi. Beberapa
ahli tidak memasukkan ini ke dalam sequence diagram, namun akan lebih baik jika
sequence diagram digambarkan secara utuh.
e. Pesan Masukan (Input Messages) : Panah horisontal dari aktor ke sistem
mengidentifikasikan input dari pesan. Berdasarkan konvensi UML, pesan yang
dikirim harus dimulai dengan huruf kecil, dan untuk kata selanjutnya dimulai dengan
huruf besar, dan antara kedua kata ini tidak dipisahkan spasi. Kemudian, diikuti
dengan tanda kurung yang di dalamnya berisi parameter yang akan dikirim.
f. Pesan Keluaran (Output Messages) : Panah horisontal yang putus-putus dari sistem ke
aktor.
Dan dua macam penulisan lagi untuk validasi login :
a. Aktor Penerima (Receiver Actor) : Aktor lain atau sistem eksternal yang menerima
pesan dari sistem.
27
b. Layar (Frame) : Sebuah kotak yang menutup satu atau lebih pesan untuk mempartisi
urutan aksi. Kotak ini dapat menunjukkan mengenai pengulangan, bagian lain atau
tahapan pilihan (optional).
Gambar sequence diagram dapat dilihat pada Gambar 2.5. Gambar tersebut
diungkapkan oleh Whitten dan Bentley (2007, p395). Pada gambar, diberikan sequence
diagram dari proses penjualan barang kepada pelanggan di suatu website jual beli.
Sumber : Whitten et. al. (2007, p395)
Gambar 2.5 Sequences Diagram
28
2.1.14.4 Class Diagram
Class diagram merupakan penggambaran secara grafis sistem statis dari objek
yang terstruktur, yang menunjukkan kelas objek yang disusun sistem sebagaimana
hubungan antara kelas objek ini.
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk membangun sebuah class diagram
dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Mengidentifikasikan association dan multiplicity
Dalam association ditampilkan kompleksitas atau derajat dari setiap association, yang
disebut dengan multiplicity yaitu nilai minimun dan maksimum dari keberadaan
sebuah objek atau kelas untuk sebuah keberadaan objek atau kelas yang terhubung.
b. Mengidentifikasikan hubungan umum dan spesial
Setelah mengidentifikasikan association dasar dan multiplicitynya, pemberitahuan
akan kejelasan hubungan spesial dan umum harus dilakukan. Atau disebut juga
dengan pengelompokan hirarki kelas, terdiri dari kelas supertype dan kelas subtype.
c. Mengidentifikasikan hubungan aggregation atau composition
Agregation merupakan tipe hubungan yang unik dimana salah satu objeknya
merupakan bagian dari objek lainnya. Hal ini sering dikaitkan dengan hubungan
sebagian atau keseluruhan. Composition merupakan hubungan aggregation dimana
suatu kelas utuh bertanggung jawab atas pembuatan dan penghancuran kelas bagian.
Jika kelas induk hancur, maka kelas bagian akan ikut hancur juga.
29
d. Mempersiapkan class diagram
Tahap pembuatan class diagram berdasarkan hasil dari tahap-tahap sebelumnya.
Gambar class diagram dapat dilihat pada Gambar 2.6 dimana class diagram tersebut
menggambarkan kelas-kelas objek yang dimiliki oleh website jual beli sebelumnya.
Sumber : Whitten et. al. (2007, p406)
Gambar 2.6 Class Diagram
30
2.1.15 Siklus Hidup Aplikasi Basis data
Siklus hidup aplikasi basis data (Database Application Life Cycle) menurut
Connolly dan Begg (2005) terdiri dari beberapa tahap seperti yang dapat dilihat pada
Gambar 2.7.
Sumber : Connolly (2005)
Gambar 2.7 Gambar Siklus Hidup Aplikasi Basis data
31
2.1.15.1 Perencanaan Basis data
Perencanaan basis data (Database Planning) memiliki tiga hal pokok yang
berkaitan dengan strategi sistem informasi, yaitu :
a. Mengidentifikasikan rencana dan sasaran dari sistem informasi.
b. Evaluasi sistem informasi yang ada untuk menetapkan kelebihan dan kekurangan.
c. Penaksiran kesempatan IT yang mungkin memberikan keuntungan kompetitif.
2.1.15.2 Definisi Sistem
Definisi sistem (System Definition) merupakan tahap menjelaskan batas aplikasi
basis data dan sudut pandang pengguna. Sudut pandang pengguna mendefinisikan data
apa saja yang boleh diakses oleh seorang pengguna. Identifikasi sudut pandang
pengguna membantu memastikan bahwa tidak ada pengguna yang terlupakan dalam
pembuatan aplikasi basis data.
2.1.15.3 Analisis dan Pengumpulan Kebutuhan
Tahap analisis dan pengumpulan kebutuhan (Requirement Collection and
Analysis) adalah tahap mengumpulkan kebutuhan-kebutuhan apa saja yang perusahaan
inginkan pada aplikasi basis data yang baru. Informasi yang dikumpulkan dapat berupa :
a. Deskripsi data yang dihasilkan.
b. Detil mengenai bagaimana cara data dihasilkan
c. Kebutuhan tambahan untuk aplikasi basis data yang baru.
32
2.1.15.4 Perancangan Basis data
Tahap perancangan basis data (Basis data Design) merupakan proses pembuatan
rancangan basis data yang akan mendukung tujuan dan operasi suatu perusahaan. Tujuan
utama dari perancangan basis data adalah :
a. Merepresentasikan data dan relasi antar data yang dibutuhkan.
b. Menyediakan model data yang mendukung semua transaksi.
c. Menspesifikasikan rancangan minimal secara tepat untuk memenuhi kebutuhan
performa, seperti waktu respon.
Terdapat tiga fase utama yang menjadi tulang punggung dalam pembuatan
ranccangan basis data, yaitu :
a. Perancangan Basis Data Konseptual (Conceptual Basis data Design)
Yaitu proses pembentukan model konseptual dari informasi kebutuhan yang didapat
dan tidak terikat dengan seluruh aspek fisik. Langkah-langkah dalam perancangan
basis data konseptual :
1) Mengindentifikasi tipe-tipe entitas.
2) Menentukan tipe-tipe relasi
3) Menghubungkan atribut-atribut dengan tipe entitas dan relasi.
4) Mendefinisikan domain atribut.
5) Menentukan kunci kandidat dan kunci primer.
6) Mempertimbangkan penggunaan konsep pemodelan tingkat tinggi (enchanced
modelling)
7) Memeriksa redundansi dari model data.
8) Memvalidasikan model konseptual lokal terhadap transaksi pengguna.
33
9) Meninjau kembali model data konseptual lokal bersama dengan pengguna.
b. Perancangan Basis Data Logikal (Logical Basis data Design)
Adalah proses pembentukan model dari informasi yang didapatkan dari perancangan
basis data konseptual dan tidak bergantung terhadap DBMS tertentu dan aspek fisik
lainnya. Langkah-langkah yang dilakukan pada fase ini adalah :
1) Membuat dan memvalidasi model data logikal lokal.
a) Membuang fitur yang tidak cocok dengan model relasional.
b) Menurunkan relasi untuk model data logikal.
c) Memvalidasikan relasi dengan menggunakan normalisasi.
d) Memvalidasikan relasi terhadap transaksi pengguna.
e) Menentukan batasan integritas.
f) Meninjau kembali model data logikal lokal dengan pengguna.
2) Membuat dan memvalidasikan model data logikal global.
a) Menggabungkan model data logikal lokal menjadi model global.
b) Memvalidasikan model data logikal global.
c) Memeriksa ulang model data untuk pengembangan mendatang.
d) Meninjau kembali model data logikal global dengan pengguna.
c. Perancangan Basis Data Fisikal (Physical Basis data Design)
Yaitu proses menggambarkan struktur penyimpanan dan metode akses yang
digunakan untuk mencapai akses data yang efisien. Langkah-langkah yang dilakukan
pada fase perancangan basis data fisikal antara lain :
1) Menerjemahkan model data logikal global ke dalam DBMS yang dipilih.
a) Merancang relasi dasar.
b) Merancang representasi dari data turunan (Derived Data).
34
c) Membuat batasan-batasan data perusahaan.
2) Merancang representasi fisikal.
a) Menganalisis transaksi-transaksi.
b) Membuat organisasi file.
c) Memperkirakan kebutuhan tempat penyimpanan.
3) Merancang sudut pandang pengguna.
4) Membuat mekanisme keamanan.
5) Mempertimbangkan redundansi terkontrol.
6) Mengawasi dan mengatur sistem operasional.
2.1.15.5 Pemilihan DBMS
Dalam tahap pemilihan DBMS (DBMS Selection), dilakukan proses penyeleksian
DBMS yang cocok untuk digunakan dalam aplikasi basis data. Tahap-tahap utama
dalam memilih DBMS adalah :
a. Mendefinisikan terminologi studi referensi.
b. Mendaftar dua atau tiga produk.
c. Mengevaluasi produk.
d. Merekomendasi pilihan dan laporan produk.
2.1.15.6 Perancangan Aplikasi
Tahap Perancangan Aplikasi (Application Design) meliputi proses merancang
antarmuka aplikasi basis data. Terdapat dua aktivitas penting dalam merancang basis
data dan aplikasi yaitu :
35
a. Perancangan Transaksi (Transaction Design)
Tujuan dari perancangan transaksi adalah untuk menetapkan dan memberikan
keterangan karakteristik tingkat tinggi dari suatu transaksi yang dibutuhkan dalam
basis data, diantaranya :
1) Data yang digunakan oleh transaksi.
2) Karakteristik fungsional dari suatu transaksi.
3) Hasil keluaran transaksi.
4) Keuntungan bagi pengguna.
5) Tingkat kegunaan yang diharapkan.
b. Perancangan antarmuka pengguna (User Interface Design)
Terdapat beberapa aturan pokok yang harus ditaati saat pembuatan antarmuka
pengguna, antara lain :
1) Judul yang berarti, dimana judul halaman dapat menerangkan isi halaman
tersebut.
2) Instruksi yang mudah dimengerti, menggunakan terminologi yang mudah
dipahami pengguna ataupun menyediakan halaman bantuan.
3) Kotak masukan yang berhubungan diletakkan berdekatan, dapat dilakukan
dengan memberikan grup-grup kotak masukan.
4) Tampilan yang menarik, merupakan unsur yang penting karena dapat
meningkatkan performa pengguna.
5) Label kotak masukan yang mudah dimengerti, usahakan menggunakan label
kotak masukan yang singkat tetapi mudah dimengerti pengguna.
6) Singkatan dan terminologi yang konsisten, gunakan kekonsistenan singkatan atau
terminologi agar pengguna tidak kebingungan.
36
7) Penggunaan warna yang konsisten.
8) Memberikan pembeda antara jumlah tempat untuk kotak masukan dan batasnya.
9) Mendukung pergerakan mouse dengan baik, dimana pengguna dapat
menjalankan operasi yang diinginkannya dengan menekan salah satu tombol
dalam aplikasi.
10) Koreksi kesalahan yang mudah untuk kotak-kotak masukan dalam aplikasi.
11) Memberikan pesan kesalahan yang mudah dimengerti bila terjadi kesalahan.
12) Diberikan tanda kotak masukan yang tidak wajib, misalkan dengan memberikan
tanda bintang (*) pada kotak masukan wajib.
13) Pesan penjelasan pada kotak masukan, dimana apabila pengguna meletakkan
kursor diatas suatu kotak masukan, maka akan keluar keterangan mengenai kotak
masukan tersebut.
14) Tanda penyelesaian, memberikan indikator yang menjelaskan bahwa suatu
proses telah selesai dilaksanakan.
2.1.15.7 Pembuatan Model Kerja
Pembuatan model kerja (Prototype) memiliki tujuan untuk :
a. Mengindentifikasi fitur-fitur dari sistem yang berjalan dengan baik maupun yang
belum berjalan dengan baik.
b. Memberikan perbaikan ataupun penambahan fitur baru.
c. Mengklasifikasikan kebutuhan pengguna.
d. Mengevaluasi kemungkinan yang mungkin terjadi dari rancangan sistem khusus.
37
2.1.15.8 Implementasi
Yaitu proses memasukkan aplikasi ke dalam sistem dan menginisialisasi data
awal. Implementasi basis data dapat dicapai dengan menggunakan :
a. DDL untuk membuat skema basis data dan file basis data kosong.
b. DDL untuk membuat sudut pandang pengguna yang diharapkan.
c. 3GL dan 4GL untuk membuat program aplikasi, termasuk transaksi basis data yang
disertakan dengan menggunakan DML.
2.1.15.9 Konversi dan Memuat Data
Pemuatan data ke dalam basis data baru dan mengonversi aplikasi yang ada agar
dapat digunakan pada basis data yang baru. DBMS biasanya memiliki utilitas untuk
memanggil ulang file yang sudah ada ke dalam basis data baru atau dapat juga
mengonversi dengan menggunakan program aplikasi sistem yang lama untuk sistem
yang baru.
2.1.15.10 Pengetesan
Tujuan dilakukannya pengetesan (Testing) adalah untuk melihat apakah aplikasi
sudah berjalan dengan semestinya atau belum. Selain itu dapat juga digunakan untuk
menemukan kesalahan yang masih ada.
2.1.15.11 Perawatan Operasional
Proses perawatan operasional (Operational Maintenance) meliputi :
a. Pengawasan performa sistem.
38
b. Pemeliharaan dan pembaharuan aplikasi basis data.
c. Penggabungan kebutuhan baru ke dalam aplikasi basis data.
2.1.16 Normalisasi
Normalisasi menurut Connolly dan Begg (2005, p388) yaitu teknik untuk
menghasilkan sejumlah relasi tabel dengan karakteristik yang diinginkan sesuai dengan
kebutuhan data dari perusahaan. Normalisasi digunakan untuk menghilangkan anomali
atau ketidak-konsistenan data ketika suatu data dimanipulasi oleh pengguna.
Menurut Connolly dan Begg (2005, p388), terdapat beberapa tahap dalam proses
menormalisasikan suatu basis data. Tahap-tahap tersebut antara lain :
a. UNF (Unnormalized Form)
UNF adalah tahap awal suatu data pada saat belum dilakukan normalisasi. Biasanya
tahap UNF memiliki banyak data yang berulang maupun data yang berupa hasil
kalkulasi.
b. 1NF
Tahap normalisasi pertama dimana setiap baris dan kolom data hanya boleh memiliki
satu nilai. Dengan kata lain, pada tahap 1NF, kita menghilangkan repetisi dan hasil
kalkulasi.
c. 2NF
Tahap normalisasi kedua menghilangkan ketergantungan fungsional atau
ketergantungan parsial. Tahap ini memisahkan atribut-atribut yang memiliki
ketergantungan terhadap kunci primer.
39
d. 3NF
Tahap normalisasi ketiga didefinisikan sebagai tahap untuk menghilangkan
ketergantungan transitif pada suatu data. Dalam tahap ini, atribut bukan kunci primer
yang tergantung dengan kunci primer akan dipisahkan.
e. BCNF (Boyce-Codd Normalized Form)
BCNF adalah tahap normalisasi dimana suatu relasi memenuhi syarat jika dan hanya
jika semua determinan adalah kunci kandidat. BCNF merupakan perbaikan terhadap
3NF karena bentuk 3NF masih berkemungkinan memiliki anomali.
Tahap 1NF sampai 3NF adalah tahap-tahap yang umum digunakan untuk
menormalisasikan suatu data agar tidak ditemukan anomali. Sedangkan BCNF adalah
revisi terhadap tahap 3NF. Tahap normalisasi empat dan lima (4NF dan 5NF) dipakai
pada kasus-kasus dimana suatu relasi banyak mengandung ketergantungan nilai.
2.1.17 Pembuatan Model Relasi Entitas
Pembuatan model relasi entitas (Entity Relationship Modelling) merupakan
aspek yang sulit dalam perancangan basis data karena perancang, pengembang dan
pemakai akhir aplikasi basis data cenderung melihat data dengan cara berbeda (Connolly
dan Begg, 2005, p342).
Pada Gambar 2.8, dijelaskan notasi suatu model relasi entitas menurut Connolly
dan Begg (2005, p342) :
40
Sumber : Connolly dan Begg (2005, p342)
Gambar 2.8 Gambar Notasi Model Relasi Entitas
2.1.17.1 Tipe Entitas
Tipe entitas adalah kumpulan objek-objek yang memiliki properti sama, dimana
setiap properti tersebut diidentifikasikan memiliki keberadaan yang bebas (Connolly dan
Begg, 2005, p343).
2.1.17.2 Atribut
Atribut menurut Connolly dan Begg (2005, p350-p352) merupakan sifat dari
suatu entitas atau relasi. Domain atribut adalah sejumlah nilai yang diperkenankan untuk
satu atau lebih atribut. Setiap atribut yang dihubungkan dengan sejumlah nilai disebut
domain.
41
Jenis-jenis atribut terdiri dari :
a. Atribut sederhana (Simple Attribute) yaitu atribut yang terdiri dari satu komponen
tunggal dengan keberadaan bebas dan tidak dapat dibagi menjadi komponen yang
lebih kecil lagi.
b. Atribut gabungan (Composite Attribute) adalah sebuah susunan atribut dari banyak
komponen dengan keberadaan yang bebas dari masing-masingnya dan dapat dibagi
menjadi komponen yang lebih kecil lagi.
c. Atribut nilai tunggal (Single Value Attribute) merupakan atribut yang hanya dapat
menyimpan nilai tunggal saja.
d. Atribut nilai banyak (Multi Value Attribute) yaitu atribut yang mampu menyimpan
nilai lebih dari satu untuk suatu sifat pada entitas.
e. Atribut turunan (Derived Attribute) adalah atribut yang menunjukkan nilai yang
diperoleh dari atribut yang berhubungan.
2.1.17.3 Tipe Relasi
Tipe relasi (Relationship Type) menurut Connolly dan Begg (2005, p346) adalah
sekumpulan hubungan antara satu atau lebih tipe-tipe entitas. Derajat dari suatu relasi
dinyatakan dengan jumlah partisipasi entitas dalam suatu relasi tertentu. Sebuah relasi
berderajat dua disebut binary, relasi berderajat tiga disebut trinary, dan seterusnya.
42
2.1.17.4 Kunci
Menurut Connolly dan Begg (2005, p78-p79), kunci relasi dibutuhkan untuk
mengidentifikasikan satu atau lebih atribut yang memiliki nilai unik untuk setiap
datanya.
Kunci relasi dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :
a. Kunci Sederhana (Simple Key) adalah kunci yang dibentuk oleh satu atribut.
b. Kunci Gabungan (Composite Key) yaitu kunci yang disusun berdasarkan lebih dari
satu atribut.
c. Kunci Kandidat (Candidate Key) merupakan suatu atribut atau set atribut yang
mengidentifikasikan secara unik suatu kejadian spesifik dari suatu entitas.
d. Kunci Primer (Primary Key) adalah suatu atribut atau set atribut yang tidak hanya
mengidentifikasikan secara unik suatu kejadian spesifik, tetapi juga dapat mewakili
setiap kejadian dari suatu entitas.
e. Kunci Altenatif (Altenative Key) yaitu kunci kandidat yang tidak terpilih sebagai
kunci primer.
f. Kunci Asing (Foreign Key) adalah suatu atribut yang melengkapi suatu relasi yang
menunjuk ke induknya.
43
2.2 Teori-teori Khusus
Teori-teori khusus yang akan dibahas pada bab ini adalah sebagai berikut :
2.2.1 Pembelian
Pembelian menurut Mulyadi (2001, p299) adalah suatu usaha yang digunakan
dalam perusahaan untuk pengadaan barang yang diperlukan. Prosedur-prosedur yang
membentuk sistem pembelian adalah :
a. Prosedur permintaan pembelian
Fungsi gudang mengajukan permintaan pembelian langsung ke fungsi pembelian
dengan menggunakan surat permintaan pembelian.
b. Prosedur pemesanan pembelian
Fungsi pembelian mengirim surat pemesanan pembelian kepada pemasok yang
dipilih dan memberitahukan kepada unit lain dalam perusahaan mengenai pemesanan
pembelian yang dikeluarkan perusahaan.
c. Prosedur penerimaan barang
Fungsi penerimaan barang melakukan pemerikasan terhadap bahan yang diterima
dari pemasok dan kemudian membuat laporan penerimaan barang untuk menyatakan
penerimaan barang dari pemasok tersebut.
d. Prosedur pencatatan hutang
Fungsi akuntansi memeriksa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
pembelian (surat pemesanan, laporan penerimaan, faktur dari pemasok) dan
menyelenggarakan pencatatan ulang atau pengarsipan dokumen sumber sebagai
catatan hutang.
44
e. Prosedur distribusi pembelian
Prosedur ini meliputi distribusi rekening yang didebet dari transaksi pembelian untuk
kepentingan pembuatan laporan manajemen.
2.2.2 Penjualan
Menurut Mulyadi (2001, p202), Penjualan terdiri dari transaksi penjualan barang
atau jasa baik secara kredit maupun secara tunai. Penjualan menurut cara
pembayarannya dapat dibedakan menjadi sebagai berikut :
a. Penjualan tunai, yaitu penjualan yang dilaksanakan perusahaan dengan cara
mewajibkan pembeli dengan melakukan pembayaran barang terlebih dahulu sebelum
barang diserahkan ke pembeli.
b. Penjualan kredit, yaitu penjualan yang dilakukan dengan cara memenuhi order dari
pelanggan dengan mengirimkan barang atau jasa dan untuk jangka waktu tertentu
perusahaan memiliki piutang pelanggannya.
Proses penjualan memiliki jaringan prosedur yang tidak dapat berdiri sendiri.
Adapun prosedur penjualan adalah sebagai berikut :
a. Prosedur pemesanan penjualan
Fungsi penjualan menerima pemesanan dari pembeli dan menambahkan informasi
penting pada surat pemesanan dari pembeli, kemudian membuat surat pemesanan
pengiriman dan mengirimkannya kepada fungsi yang lain.
45
b. Prosedur pengiriman
Fungsi pengiriman mengirimkan barang kepada pembeli sesuai dengan informasi
yang tercantum dalam surat pemesanan pengiriman yang diterima dari fungsi
penjualan.
c. Prosedur penagihan
Fungsi penagihan membuat faktur penjualan dan mengirimkannya kepada pembeli.
d. Prosedur pencatatan piutang
Fungsi akuntansi mencatat tembusan faktur penjualan ke dalam kartu piutang.
e. Prosedur distribusi penjualan
Fungsi akuntansi mendistribusikan data penjualan menurut informasi yang diperlukan
oleh manajemen.
2.2.3 Persediaan
Menurut Alfredson et. al. (2007, p342), persediaan adalah aset yang tersedia
untuk dijual dalam proses bisnis biasa atau set yang ada dalam proses produksi.
Persediaan dibagi menjadi beberapa jenis oleh Horngren et. al. (2002, p759)
menjadi sebagai berikut :
a. Persediaan bahan mentah
Persediaan ini akan digunakan dalam proses manufaktur untuk diolah kembali.
b. Persediaan barang dalam proses
Yaitu barang yang sudah melalai beberapa tahap pada proses manufaktur, tetapi
masih perlu diolah kembali.
46
c. Persediaan barang jadi
Persediaan barang yang sudah diproses dan siap untuk dijual.
2.2.4 CV
CV (Commanditaire Vennootschap) menurut Zaharuddin (2006, p180)
merepresentasikan sebuah bentuk entitas bisnis atau perusahaan yang didirikan oleh satu
atau lebih rekan kerja, baik yang aktif maupun yang pasif. Rekan kerja aktif dapat
diartikan sebagai direktur perusahaan yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap aset
pribadi yang merupakan bentuk obligasinya kepada pihak ketiga. Sedangkan rekan kerja
pasif adalah pihak yang menawarkan penanaman modal dan hanya bertanggung jawab
sebesar modal yang ia tanamkan.
Karakteristik yang terdapat dalam CV menurut Zaharuddin (2006, p180-181) :
a. Direktur perusahaan bertanggung jawab penuh terhadap aset pribadinya kepada
pihak ketiga, dan rekan kerja pasif bertanggung jawab sebesar modal yang ia
investasikan.
b. Memiliki aset yang terpisah dari aset pribadi rekan kerjanya.
c. Bukan dalam bentuk entitas legal atau dalam bentuk entitas legal lainnya.
d. Jika modal perusahaan sangat besar, kemungkinan besar akan ada pembagian dalam
bentuk registerd share dan bearer share.
e. Jika salah satu anggota meninggal, maka CV ini akan bubar.
47
2.2.5 Metode Aliran Persediaan Barang
Menurut Warren et. al. (2005), metode aliran persediaan barang adalah cara
penambahan dan pengurangan barang dari gudang. Terdapat 2 macam aliran persediaan
barang yang biasa digunakan, yaitu :
a. FIFO (First In, First Out)
Metode ini mengatur aliran persediaan barang dimana barang yang lebih dahulu
masuk ke dalam gudang akan keluar terlebih dahulu dengan harga barang yang
bervariatif sesuai dengan harga barang pada saat barang tersebut dibeli. Biasanya
diterapkan pada produk yang mudah membusuk.
b. LIFO (Last In, First Out)
Metode dimana barang yang terakhir kali masuk yang akan dikeluarkan terlebih
dahulu. Biasanya diterapkan pada perusahaan yang memiliki tingkat perputaran (turn
over) yang tinggi.