bab 2 print - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/2012-1-00170-if bab...

42
6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Umum Teori-teori umum yang akan dibahas pada bab ini adalah sebagai berikut : 2.1.1 Data Data, menurut Elmasri dan Navathe (1994, p2), adalah fakta-fakta yang telah diketahui dan memiliki arti mutlak atau lengkap yang selanjutnya akan disimpan. Selain itu, Turban et. al. (2003, p15) mengemukakan bahwa data merupakan fakta-fakta yang belum diolah atau gambaran-gambaran lebih lanjut dari benda-benda, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan dan transaksi-transaksi yang didapat, direkam, disimpan dan diklasifikasikan, tetapi tidak disusun untuk menyampaikan arti khusus lainnya. Data adalah fakta-fakta atau hasil observasi mengenai kejadian atau transaksi bisnis yang masih belum diolah (O’Brien, 2003, p13). Lebih lanjut, menurut Whitten et. al. (2004, p23), data adalah fakta mentah mengenai seseorang, suatu tempat, dan hal-hal penting dalam suatu organisasi. Setiap fakta saling berhubungan sehingga suatu fakta tidak memiliki suatu arti bila tidak memiliki hubungan dengan fakta lainnya.

Upload: phamtram

Post on 06-Aug-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Teori-teori Umum

Teori-teori umum yang akan dibahas pada bab ini adalah sebagai berikut :

2.1.1 Data

Data, menurut Elmasri dan Navathe (1994, p2), adalah fakta-fakta yang telah

diketahui dan memiliki arti mutlak atau lengkap yang selanjutnya akan disimpan.

Selain itu, Turban et. al. (2003, p15) mengemukakan bahwa data merupakan

fakta-fakta yang belum diolah atau gambaran-gambaran lebih lanjut dari benda-benda,

kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan dan transaksi-transaksi yang didapat, direkam,

disimpan dan diklasifikasikan, tetapi tidak disusun untuk menyampaikan arti khusus

lainnya.

Data adalah fakta-fakta atau hasil observasi mengenai kejadian atau transaksi

bisnis yang masih belum diolah (O’Brien, 2003, p13).

Lebih lanjut, menurut Whitten et. al. (2004, p23), data adalah fakta mentah

mengenai seseorang, suatu tempat, dan hal-hal penting dalam suatu organisasi. Setiap

fakta saling berhubungan sehingga suatu fakta tidak memiliki suatu arti bila tidak

memiliki hubungan dengan fakta lainnya.

7

2.1.2 Basis Data

Basis data (Database) adalah suatu kumpulan data logikal yang saling terhubung

satu sama lain dan merupakan deskripsi dari suatu data yang dirancang sebagai

informasi yang dibutuhkan oleh organisasi (Connolly dan Begg, 2005, p14).

Menurut Rumbaugh (1997, p5-p8), basis data adalah sebuah koleksi dari data

yang saling berelasi terhadap beberapa objek. Sebuah argumen dilontarkan Rumbaugh

bahwa basis data dapat merupakan koleksi dari relasi file-file.

Beda lagi dengan Post (2005, p2), menurutnya basis data merupakan koleksi dari

data yang disimpan dalam format yang terstandarisasi dan dirancang untuk dapat

digunakan oleh beberapa pengguna.

Basis data menurut Date (2000, p5) adalah sistem penyimpanan data yang

terkomputerisasi dimana tujuan sebenarnya adalah menyimpan informasi dan membuat

informasi tersebut selalu tersedia pada saat dibutuhkan.

Selain itu, menurut Hoffer et. al. (2002, p4) basis data adalah kumpulan data

yang terorganisir dan saling berkaitan secara logika. Terorganisir maksudnya adalah data

distrukturkan sedemikian rupa sehingga mudah untuk disimpan, dimanipulasi dan

diperoleh oleh pengguna. Berkaitan berarti data harus menggambarkan hal-hal yang

diperlukan oleh sekelompok pengguna sehingga pengguna tersebut dapat menggunakan

data tersebut untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Kumpulan dari data yang saling berhubungan berdasarkan suatu skema yang

disimpan dengan redundansi yang terkontrol dan terbatas merupakan definisi basis data

menurut Inmon (2002, p388).

8

Basis data, menurut Ramakrishnan et. al. (2003, p4), merupakan suatu koleksi

data yang secara tipikal mengambarkan aktivitas-aktivitas dari satu atau lebih organisasi

yang terkait.

Whitten et. al. (2004, p548) juga menjelaskan bahwa basis data merupakan

kumpulan file yang saling berhubungan dimana setiap baris dalam suatu basis data harus

saling terhubung dengan suatu baris pada file lain.

2.1.3 Sistem

Sistem menurut McLeod (2001, p11) merupakan himpunan dari unsur-unsur

yang saling berkaitan sehingga membentuk suatu kesatuan yang utuh dan terpadu.

Definisi lain dari sebuah sistem pun dikemukakan oleh Martin et. al. (2002)

dimana menurutnya sistem adalah sebuah grup elemen yang saling berhubungan dan

bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Setiap komponen dalam suatu

sistem saling terhubung, sehingga perubahan pada satu komponen sistem akan

berdampak ke komponen lainnya sehingga menghasilkan hasil yang berbeda.

Satzinger et. al. (2004) mengemukakan, bahwa sistem adalah sekumpulan

komponen yang saling berhubungan dan memiliki fungsi bersama untuk mencapai suatu

hasil tertentu.

Menurut Mulyadi (2001, p2), sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur

yang erat berhubungan satu sama lain yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai

suatu tujuan tertentu.

9

2.1.4 Analisis dan Perancangan

Analisis menurut Larman (2002, p6) merupakan penekankan pada sebuah

investigasi dari suatu masalah dan kebutuhan dibandingkan solusi. Sedangkan

perancangan menurut Larman (2002, p6) adalah penekanan pada sebuah solusi

konsepsional yang memenuhi kebutuhan daripada implementasinya.

2.1.5 Analisis Sistem

Analisis sistem adalah kegiatan memeriksa masalah yang ada dan masalah yang

akan dihadapi oleh perusahaan dengan menggunakan sistem informasi. Hal diatas

dikemukakan oleh Laudon dan Laudon (2003, p394).

2.1.6 Perancangan Sistem

Perancangan sistem seperti yang dijelaskan oleh Laudon dan Laudon (2003,

p394) merupakan cara agar suatu sistem dapat memenuhi kebutuhan informasi yang

telah ditentukan oleh analisis sistem.

2.1.7 Informasi

McLeod (2001, p15) mendefinisikan informasi sebagai data yang telah diolah

menjadi suatu bentuk yang memiliki arti bagi pengguna dan bermanfaat bagi

pengambilan keputusan saat ini ataupun mendatang.

Selain itu, Turban et. al. (2003, p15) menuturkan bahwa informasi adalah sebuah

kumpulan fakta yang disusun dalam beberapa cara sehingga kumpulan fakta tersebut

dapat berarti bagi penerimanya.

10

Sedangkan menurut Shelly et. al. (2003), infomasi adalah kumpulan fakta atau

data mentah yang diorganisir dengan aturan tertentu sehingga mampu memberikan

fungsionalitas yang berarti untuk setiap penggunanya.

2.1.8 Sistem Informasi

Sistem informasi merupakan kombinasi dari informasi, pengguna, kegiatan dan

teknologi yang bekerja secara bersama dan terintegrasi untuk mencapai tujuan dari suatu

organisasi atau perusahaan. (Alter, 1992)

Definisi sistem informasi menurut Laudon dan Laudon (1999) yaitu keterkaitan

antara beberapa komponen yang saling bekerja sama untuk mengumpulkan, memproses,

menyimpan dan menyebarkan informasi yang berguna untuk mendukung dalam

pengambilan keputusan, pengendalian, pengkoordinasian, analisis dan visualisasi dalam

suatu perusahaan atau organisasi.

Turban et. al. (2003) menyimpulkan bahwa sistem informasi adalah suatu sistem

yang mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi

untuk sebuah tujuan tertentu.

Ahli lainnya, Whitten et. al. (2004, p12) menyebutkan bahwa sistem informasi

merupakan sekumpulan pengguna, data, proses dan teknologi infomasi yang saling

berinteraksi untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan dan menyediakan informasi

yang dibutuhkan untuk mendukung sebuah organisasi.

11

2.1.9 Kamus Data

Menurut Singh (2006, p12), Kamus data adalah basis data kecil dari sistem

manajemen yang mengatur metadata. Kamus data dapat diartikan pula sebagai gudang

informasi tentang sebuah basis data.

2.1.10 Sistem Manajemen Basis Data

Sistem manajemen basis data (Database Management System disebut DBMS

untuk selanjutnya) menurut Silberschatz et. al. (2006, p1) adalah koleksi dari data yang

berhubungan dan kumpulan program untuk mengakses data tersebut. Adapun tujuan dari

DBMS adalah menyediakan sebuah cara untuk menyimpan dan menerima informasi dari

basis data yang mudah dan efisien.

DBMS merupakan fasilitas untuk menyimpan data dalam jumlah yang besar dan

memperbolehkan banyak pengguna untuk memanipulasi data di dalamnya (Widom et.

al., 1996, p2).

Menurut Connolly dan Begg (2005, p16), DBMS adalah suatu perangkat lunak

yang memungkinkan pengguna untuk mendefinisikan, membuat, merawat serta

mengontrol akses ke basis data.

Connolly dan Begg (2005, p16) menambahkan beberapa fasilitas yang terdapat

dalam suatu DBMS yaitu sebagai berikut :

a. Bahasa Pendefinisian Data (Data Definition Language dan akan disebut DDL untuk

selanjutnya) yaitu fasilitas yang memberikan pengguna kemampuan untuk membuat

spesifikasi tipe data, mendefinisikan basis data, struktur data dan persyaratan

(constraint) suatu data untuk disimpan dalam basis data.

12

b. Bahasa Pemanipulasian Data (Data Manipulation Language disebut DML untuk

selanjutnya) adalah fasilitas yang memberikan akses pengguna untuk memasukkan,

memperbaharui, menghapus, mengirim ataupun mengambil data dari basis data.

Komponen-komponen utama dalam suatu DBMS dijelaskan pula oleh Connolly

dan Begg (2005, p16) sebagai berikut :

a. Perangkat keras

Perangkat keras berupa alat-alat yang diperlukan untuk menjalankan suatu DBMS

dan aplikasi-aplikasinya. Perangkat keras mencakup dari monitor, keyboard sampai

jenis komputer yang digunakan.

b. Perangkat lunak

Perangkat lunak merupakan aplikasi-aplikasi untuk menjalankan suatu DBMS.

Perangkat lunak meliputi sistem operasi dan perangkat lunak jaringan jika

menggunakan sistem terdistribusi.

c. Data

Data merupakan komponen terpenting dalam suatu DBMS dimana data merupakan

komponen penghubung antara komponen mesin (perangkat keras dan perangkat

lunak) dengan komponen manusia (prosedur dan pengguna).

d. Prosedur

Prosedur adalah instruksi-instruksi dan aturan-aturan yang mengatur perancangan dan

penggunaan basis data.

e. Pengguna

Pengguna merupakan komponen kontrol dalam sebuah DBMS. Pengguna meliputi

admin data, admin basis data, perancang basis data dan pembuat aplikasi.

13

Kelebihan dari penggunaan DBMS menurut Connolly dan Begg (2005, p17)

antara lain sebagai berikut :

a. Mengontrol redundansi data

b. Meningkatkan konsistensi, integritas dan keamanan data

c. Memberikan lebih banyak informasi yang dapat diperoleh.

d. Memungkinkan penggunaan data secara bersama.

e. Menghemat biaya yang dikeluarkan.

f. Mengurangi jumlah informasi yang hilang.

g. Memudahkan perawatan data.

Selain kelebihan DBMS, Connolly dan Begg (2005, p17) membeberkan bahwa

DBMS memiliki beberapa kelemahan dalam penggunaannya. Adapun kelemahan

tersebut antara lain :

a. Memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi.

b. Membebankan biaya yang tinggi pada saat pembuatan DBMS dan penambahan

perangkat keras yang dibutuhkan.

c. Memiliki ukuran yang besar.

14

2.1.11 Kategori Sistem Informasi

Menurut Senn (1990), yang termasuk dalam kategori sistem informasi adalah

sebagai berikut :

a. Sistem Pemrosesan Transaksi (Transaction Processing System, selanjutnya disebut

TPS)

Kategori ini merupakan pengganti proses pekerjaan secara manual menjadi proses

yang menggunakan bantuan komputer. TPS bertujuan untuk meningkatkan aktivitas

bisnis dan memudahkan proses dalam pengerjaan pekerjaan rutin pada suatu

organisasi.

b. Sistem Informasi Manajemen (Management Information System disebut MIS untuk

selanjutnya)

MIS bertujuan untuk membantu manajer untuk mengambil keputusan dalam

melaksanakan tanggung jawabnya. Tugas MIS yaitu membantu pengambilan

keputusan, pengendalian penyelesaian masalah dan lain-lain.

c. Sistem Penyokong Keputusan (Decision Support System atau disebut DSS untuk

selanjutnya)

Keadaan perusahaan yang berubah-ubah akan mempersulit pengambilan keputusan,

sehingga diperlukan DSS untuk meyediakan informasi kepada manajer untuk

mengambil keputusan berkaitan dengan hal-hal khusus.

2.1.12 Siklus Hidup Pengembangan Sistem

Menurut Post dan Anderson (2000, p653), siklus hidup pengembangan sistem

(System Development Life Cycle yang untuk selanjutnya disebut SDLC) merupakan

15

metode formal untuk merancang dan membangun sistem informasi. Metode ini meliputi

aktivitas penelitian masalah, penentuan kebutuhan sistem, perancangan sistem baru,

pengembangan perangkat lunak, percobaan sistem dan implementasi. Metode ini

membentuk sebuah siklus sehingga memungkinkan perbaikan secara berkesinambungan.

SDLC dipecah menjadi fase-fase dimana setiap fase akan menghasilkan masukan untuk

fase berikutnya, karena itu SDLC disebut juga dengan metode air terjun (waterfall

methodology). Fase-fase SDLC dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Sumber : Post(2000)

Gambar 2.1 Gambar Siklus Hidup Pengembangan Sistem

2.1.12.1 Analisis Sistem

Tujuan analisis sistem (System Analysis) adalah menentukan hal-hal detil terkait

dengan apa yang akan dikerjakan oleh sistem. Pada fase ini, dilakukan pemahaman

untuk apa sistem dibangun dan menentukan persyaratannya.

Fase analisis sistem ini meliputi :

a. Pendefinisian masalah

Tahap ini dilakukan dengan cara mengenal ruang lingkup permasalahan yang ada

untuk mengetahui batasan masalah yang dihadapi

16

b. Pembentukan sasaran sistem

Tahap ini merupakan penggambaran tujuan sistem ini dibuat untuk mengetahui solusi

dari masalah-masalah yang ingin diselesaikan dengan sistem ini.

c. Pengindentifikasian pengguna sistem

Mengindentifikasi sistem yang ada dan mencari akar permasalahan dengan melihat

aliran bisinis pada perusahaan tersebut. Tujuan tahap ini adalah untuk mengetahui

kelebihan dan kekurangan dari sistem.

d. Pembentukan ruang lingkup sistem

Menggambarkan aliran informasi yang ada pada perusahaan tersebut dan melakukan

analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan dimaksudkan untuk menghasilkan spesifikasi

rinci tentang hal-hal yang akan dilakukan oleh sistem ketika diimplementasikan.

Analisis kebutuhan digunakan untuk menentukan :

1) Masukan yang diperlukan sistem.

2) Keluaran yang dihasilkan.

3) Ruang lingkup proses.

2.1.12.2 Analisis dan Perancangan Detil

Fase analisis dan perancangan detil (Detail Analysis and Design) dibagi menjadi

dua tahap perancangan, yaitu :

a. Perancangan konseptual

1) Mengevaluasi altenatif rancangan dengan menentukan beberapa altenatif

rancangan yang dapat dipakai.

2) Menyiapkan spesifikasi rancangan seperti hasil keluaran, masukan dan proses.

17

3) Membuat laporan

b. Perancangan fisik

1) Masukan : bentuk laporan dan rancangan dokumen.

2) Keluaran : rancangan layar untuk pemasukan data.

3) Rancangan basis data

4) Dokumentasi : awal proses sampai perancangan fisik.

Tujuan akhir dari fase ini adalah :

a. Memberikan laporan sistem dan dokumennya.

b. Memberikan formulir masukan dari dokumen atau file ke sistem informasi

c. Memeriksa formulir file yang dibutuhkan dalam sistem informasi.

2.1.12.3 Implementasi

Fase implementasi (Implementation) merupakan fase penerapan sistem informasi

yang telah dirancang dan melakukan pengontrolan terhadap aliran bisnis pada

perusahaan tersebut.

Dalam fase implementasi ini, terdapat beberapa aktivitas yang dilakukan yaitu

antara lain :

a. Pemrograman dan pengujian.

b. Penginstalasian perangkat keras dan perangkat lunak.

c. Pelatihan kepada pengguna.

d. Pembuatan dokumentasi.

18

Beberapa tujuan yang diharapkan dari fase implementasi ini adalah sebagai

berikut :

a. Melakukan kegiatan spesifikasi rancangan logikal ke dalam kegiatan yang

sebenarnya.

b. Mengimplementasi sistem baru.

c. Menjamin bahwa sistem baru dapat berjalan secara optimal.

2.1.13 Model Air Terjun

Menurut Dastbaz (2003, p110-p111), model air terjun terdiri dari lima tahapan

yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Menspesifikasi kebutuhan (specifying the requirement)

Saat seorang perancang dan klien bekerja mencoba untuk mendefinisikan sebuah

deskripsi dari sebuah sistem yang nantinya akan dibuat dapat diterima atau tidak. Ini

adalah tahap awal dalam pengembangan produk perangkat lunak dan klien.

b. Tahap perancangan (design stage)

Ada 2 macam bagian dalam tahap ini, yaitu :

1) Perancangan arsitektur (architectural design), pada tahap ini seorang perancang

menentukan bagaimana sistem akan menyediakan layanan yang diharapkan.

2) Perancangan terperinci (detailed design), deskripsi detil dari sebuah sistem yang

disediakan pada tahapan ini dimana proyek dipecah-pecah menjadi komponen-

komponen yang dapat dikelola sehingga dapat diimplementasikan ke bahasa

pemrograman.

19

3) Pengodingan dan pembangunan (coding and construction), Implementasi sistem

mengambil peranan dalam penggunaan bahasa pemrograman, melakukan tes

untuk kemungkinan kesalahan yang berkaitan dengan ini.

4) Instalasi, operasi dan perawatan (installation, operation and maintenance), Saat

sistem telah diimplementasikan, sistem tersebut akan terhubung sebagai

gambaran di dalam rancangan arsitektur dan dikelola.

Jika digambarkan, metode air terjun yang dikemukakan oleh Dastbaz (2003, p110-

p111) dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Sumber : Dastbaz (2003 , p111)

Gambar 2.2 Proses Metode Air Terjun

20

2.1.14 Pengertian Bahasa Pemodelan Terpadu

Menurut Whitten et. al. (2007, p371), bahasa pemodelan terpadu (Unified

Modelling Language, untuk selanjutnya disebut UML) adalah sekumpulan kesepakatan

tentang pemodelan yang digunakan untuk menspesifikasi atau menjelaskan objek-objek

di dalam sistem perangkat lunak.

Downing (2009, p499) juga memaparkan bahwa UML adalah bahasa yang

digunakan untuk representasi visual sistem perangkat lunak dan jenis jenis sistem

lainnya.

Sedangkan menurut Bruegge dan Dutoit (2010 , p30), UML adalah suatu notasi

yang dihasilkan dari OMT (Object Modeling Techinique), Booch, dan OOSE (Object-

Oriented Software Engineering). UML dirancang untuk aplikasi skala luas, karena itu

UML menyediakan konstruksi untuk sistem berskala luas dan aktivitas-aktivitas yang

terkait didalamnya seperti sistem real-time, sistem terdistribusi, sistem analisis, sistem

perancangan dan penyebaran sistem.

Spesifikasi UML dianggap sebagai panutan standar, sebab sebelum adanya

UML, terdapat berbagai macam spesifikasi yang pada akhirnya menyulitkan komunikasi

antara para pengembang perangkat lunak. Maka akhirnya UML diadopsi oleh Group

Object Management (GOM) sejak tahun 1997.

Menurut Whitten et. al. (2007, p392), diagram di dalam UML dapat dibagi

menjadi 13 jenis yaitu :

a. Use Case Diagram

Menggambarkan pengenalan sistem, eksternal sistem dan pengguna. Dengan kata lain

use case diagram menggambarkan siapa yang akan menggunakan sistem dan

21

bagaimana cara pengguna berinteraksi dengan sistem. Sebagai tambahan ada narasi

use case diagram yang menggambarkan tahapan-tahapan setiap interaksi.

b. Activity Diagram

Menampilkan alur bertahap dari aktivitas use case diagram atau proses bisnis.

Diagram ini juga dapat digunakan untuk merancang logika dari sistem.

c. Class Diagram

Menampilkan struktur objek dari sistem. Diagram ini memperlihatkan kelas objek

yang membentuk sistem serta hubungan antar kelas.

d. Object Diagram

Hampir menyerupai class diagram, tapi yang ditampilkan bukan kelas objek,

melainkan instance objek sebenarnya dengan nilai atribut saat itu. Diagram ini

menunjukkan pada pengembang situasi objek dalam sistem dalam suatu saat tertentu.

e. Statechart Diagram

Menunjukkan bagaimana suatu kejadian mengubah kondisi suatu objek semasa hidup

objek tersebut, dan menunjukkan berbagai kondisi yang dapat dicapai objek dan

transisi antar kondisi-kondisi itu.

f. Composite Structure Diagram

Menjabarkan struktur internal dalam dari kelas, komponen, atau use case diagram.

g. Sequences Diagram

Menampilkan bagaimana objek berinteraksi dengan satu sama lain menggunakan

pesan dalam suatu operasi atau eksekusi use case diagram. Diagram ini menampilkan

bagaimana pesan dikirimkan dan diterima, dan alurnya.

22

h. Communication Diagram

Dalam UML 1.X, diagram ini disebut dengan diagram kolaborasi. Diagram ini

menampilkan interaksi antar objek lewat pesan-pesan. Menyerupai sequence diagram,

namun lebih fokus pada struktur organisasi objek dalam format jaringan.

i. Interaction Overview Diagram

Menggabungkan fitur-fitur dari sequence diagram dan activity diagram untuk

menampilkan bagaimana setiap objek beriteraksi dengan setiap aktivitas dari use case

diagram.

j. Timing Diagram

Diagram yang fokus kepada batasan waktu dalam perubahan kondisi dari satu atau

beberapa objek. Diagram ini sangat berguna dalam merancang perangkat lunak

gabungan (embedded).

k. Component Diagram

Menampilkan susunan kode program yang dipecah menjadi berbagai komponen dan

bagaimana masing-masing berinteraksi.

l. Deployment Diagram

Menampilkan konfigurasi komponen perangkat lunak dalam arsitektur fisik dari

perangkat keras sistem tunggal.

m. Package Diagram

Menampilkan bagaimana kelas dan UML lainnya tersusun menjadi paket-paket dan

ketergantungan dari paket-paket tersebut.

23

2.1.14.1 Use Case Diagram

Menurut Ambler (2006), use case diagram secara grafis menggambarkan

interaksi antara sistem, hal-hal diluar sistem dan pengguna. Dengan kata lain, use case

diagram menggambarkan siapa yang akan memakai sistem dan dengan cara apa

pengguna akan berinteraksi dengan sistem.

Dalam analisis berorientasi objek, kita melibatkan kebutuhan model use case

diagram ke dalam analisis model use case diagram melalui tahapan-tahapan berikut :

a. Mengidentifikasi, mendefinisikan dan mendokumentasikan aktor baru.

b. Mendefinisikan, mengidentifikasi dan mendokumentasikan kebutuhan baru.

c. Mengidentifikasikan kemungkinan penggunaan ulang.

d. Merancang model use case diagram (jika memungkinkan).

e. Mendokumentasikan analisis sistem di dalam narasi use case.

Gambar use case diagram dapat dilihat pada gambar 2.3.

24

Sumber : Whitten et. al (2007, p384)

Gambar 2.3 Use Case Diagram

2.1.14.2 Activity Diagram

Activity diagram menggambarkan tahapan use case diagram, namun tidak

menspesifikasi siapa yang melakukan tahapan ini. Hal ini tidak menjadi masalah, namun

25

jika ingin melihat apa yang dilakukan dan siapa yang melakukan, activity diagram ini

dapat dipartisi untuk melihat aksi yang dilakukan kelas tertentu atau aktor tertentu.

Bruegge dan Dutoit (2010, p33) menambahkan, activity diagram merupakan

diagram yang menggambarkan aktivitas-aktivitas di dalam sistem. Aktivitas dapat

diartikan sebagai kondisi yang merepresentasikan pengeksekusian dari suatu operasi dan

hasil akhir dari suatu operasi akan saling berpengaruh terhadap aktivitas lain. Contoh

gambar suatu activity diagram ditunjukkan pada Gambar 2.4.

Sumber : Whitten et. al. (2007, p392)

Gambar 2.4 Activity Diagram

26

2.1.14.3 Sequence Diagram

Penulisan sistem sequence diagram dapat dipaparkan sebagai berikut :

a. Aktor (Actor) : Aktor atau pelaku use case diagram ditunjukkan melalui simbol aktor.

b. Sistem (System) : kotak ini menggambarkan sistem sebagai sebuah kotak hitam, atau

sebagai sebuah keseluruhan. Simbol titik dua (:) melambangkan instance dari sistem

yang berjalan.

c. Garis hidup (Lifelines) : garis vertikal putus-putus yang turun dari aktor dan dari

sistem yang melambangkan masa hidup dari sebuah kegiatan.

d. Kotak Aktivasi (Activation bars) : batang-batang yang di set sepanjang garis hidup

mengindikasikan masa dimana ada partisipan yang aktif dalam interaksi. Beberapa

ahli tidak memasukkan ini ke dalam sequence diagram, namun akan lebih baik jika

sequence diagram digambarkan secara utuh.

e. Pesan Masukan (Input Messages) : Panah horisontal dari aktor ke sistem

mengidentifikasikan input dari pesan. Berdasarkan konvensi UML, pesan yang

dikirim harus dimulai dengan huruf kecil, dan untuk kata selanjutnya dimulai dengan

huruf besar, dan antara kedua kata ini tidak dipisahkan spasi. Kemudian, diikuti

dengan tanda kurung yang di dalamnya berisi parameter yang akan dikirim.

f. Pesan Keluaran (Output Messages) : Panah horisontal yang putus-putus dari sistem ke

aktor.

Dan dua macam penulisan lagi untuk validasi login :

a. Aktor Penerima (Receiver Actor) : Aktor lain atau sistem eksternal yang menerima

pesan dari sistem.

27

b. Layar (Frame) : Sebuah kotak yang menutup satu atau lebih pesan untuk mempartisi

urutan aksi. Kotak ini dapat menunjukkan mengenai pengulangan, bagian lain atau

tahapan pilihan (optional).

Gambar sequence diagram dapat dilihat pada Gambar 2.5. Gambar tersebut

diungkapkan oleh Whitten dan Bentley (2007, p395). Pada gambar, diberikan sequence

diagram dari proses penjualan barang kepada pelanggan di suatu website jual beli.

Sumber : Whitten et. al. (2007, p395)

Gambar 2.5 Sequences Diagram

28

2.1.14.4 Class Diagram

Class diagram merupakan penggambaran secara grafis sistem statis dari objek

yang terstruktur, yang menunjukkan kelas objek yang disusun sistem sebagaimana

hubungan antara kelas objek ini.

Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk membangun sebuah class diagram

dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Mengidentifikasikan association dan multiplicity

Dalam association ditampilkan kompleksitas atau derajat dari setiap association, yang

disebut dengan multiplicity yaitu nilai minimun dan maksimum dari keberadaan

sebuah objek atau kelas untuk sebuah keberadaan objek atau kelas yang terhubung.

b. Mengidentifikasikan hubungan umum dan spesial

Setelah mengidentifikasikan association dasar dan multiplicitynya, pemberitahuan

akan kejelasan hubungan spesial dan umum harus dilakukan. Atau disebut juga

dengan pengelompokan hirarki kelas, terdiri dari kelas supertype dan kelas subtype.

c. Mengidentifikasikan hubungan aggregation atau composition

Agregation merupakan tipe hubungan yang unik dimana salah satu objeknya

merupakan bagian dari objek lainnya. Hal ini sering dikaitkan dengan hubungan

sebagian atau keseluruhan. Composition merupakan hubungan aggregation dimana

suatu kelas utuh bertanggung jawab atas pembuatan dan penghancuran kelas bagian.

Jika kelas induk hancur, maka kelas bagian akan ikut hancur juga.

29

d. Mempersiapkan class diagram

Tahap pembuatan class diagram berdasarkan hasil dari tahap-tahap sebelumnya.

Gambar class diagram dapat dilihat pada Gambar 2.6 dimana class diagram tersebut

menggambarkan kelas-kelas objek yang dimiliki oleh website jual beli sebelumnya.

Sumber : Whitten et. al. (2007, p406)

Gambar 2.6 Class Diagram

30

2.1.15 Siklus Hidup Aplikasi Basis data

Siklus hidup aplikasi basis data (Database Application Life Cycle) menurut

Connolly dan Begg (2005) terdiri dari beberapa tahap seperti yang dapat dilihat pada

Gambar 2.7.

Sumber : Connolly (2005)

Gambar 2.7 Gambar Siklus Hidup Aplikasi Basis data

31

2.1.15.1 Perencanaan Basis data

Perencanaan basis data (Database Planning) memiliki tiga hal pokok yang

berkaitan dengan strategi sistem informasi, yaitu :

a. Mengidentifikasikan rencana dan sasaran dari sistem informasi.

b. Evaluasi sistem informasi yang ada untuk menetapkan kelebihan dan kekurangan.

c. Penaksiran kesempatan IT yang mungkin memberikan keuntungan kompetitif.

2.1.15.2 Definisi Sistem

Definisi sistem (System Definition) merupakan tahap menjelaskan batas aplikasi

basis data dan sudut pandang pengguna. Sudut pandang pengguna mendefinisikan data

apa saja yang boleh diakses oleh seorang pengguna. Identifikasi sudut pandang

pengguna membantu memastikan bahwa tidak ada pengguna yang terlupakan dalam

pembuatan aplikasi basis data.

2.1.15.3 Analisis dan Pengumpulan Kebutuhan

Tahap analisis dan pengumpulan kebutuhan (Requirement Collection and

Analysis) adalah tahap mengumpulkan kebutuhan-kebutuhan apa saja yang perusahaan

inginkan pada aplikasi basis data yang baru. Informasi yang dikumpulkan dapat berupa :

a. Deskripsi data yang dihasilkan.

b. Detil mengenai bagaimana cara data dihasilkan

c. Kebutuhan tambahan untuk aplikasi basis data yang baru.

32

2.1.15.4 Perancangan Basis data

Tahap perancangan basis data (Basis data Design) merupakan proses pembuatan

rancangan basis data yang akan mendukung tujuan dan operasi suatu perusahaan. Tujuan

utama dari perancangan basis data adalah :

a. Merepresentasikan data dan relasi antar data yang dibutuhkan.

b. Menyediakan model data yang mendukung semua transaksi.

c. Menspesifikasikan rancangan minimal secara tepat untuk memenuhi kebutuhan

performa, seperti waktu respon.

Terdapat tiga fase utama yang menjadi tulang punggung dalam pembuatan

ranccangan basis data, yaitu :

a. Perancangan Basis Data Konseptual (Conceptual Basis data Design)

Yaitu proses pembentukan model konseptual dari informasi kebutuhan yang didapat

dan tidak terikat dengan seluruh aspek fisik. Langkah-langkah dalam perancangan

basis data konseptual :

1) Mengindentifikasi tipe-tipe entitas.

2) Menentukan tipe-tipe relasi

3) Menghubungkan atribut-atribut dengan tipe entitas dan relasi.

4) Mendefinisikan domain atribut.

5) Menentukan kunci kandidat dan kunci primer.

6) Mempertimbangkan penggunaan konsep pemodelan tingkat tinggi (enchanced

modelling)

7) Memeriksa redundansi dari model data.

8) Memvalidasikan model konseptual lokal terhadap transaksi pengguna.

33

9) Meninjau kembali model data konseptual lokal bersama dengan pengguna.

b. Perancangan Basis Data Logikal (Logical Basis data Design)

Adalah proses pembentukan model dari informasi yang didapatkan dari perancangan

basis data konseptual dan tidak bergantung terhadap DBMS tertentu dan aspek fisik

lainnya. Langkah-langkah yang dilakukan pada fase ini adalah :

1) Membuat dan memvalidasi model data logikal lokal.

a) Membuang fitur yang tidak cocok dengan model relasional.

b) Menurunkan relasi untuk model data logikal.

c) Memvalidasikan relasi dengan menggunakan normalisasi.

d) Memvalidasikan relasi terhadap transaksi pengguna.

e) Menentukan batasan integritas.

f) Meninjau kembali model data logikal lokal dengan pengguna.

2) Membuat dan memvalidasikan model data logikal global.

a) Menggabungkan model data logikal lokal menjadi model global.

b) Memvalidasikan model data logikal global.

c) Memeriksa ulang model data untuk pengembangan mendatang.

d) Meninjau kembali model data logikal global dengan pengguna.

c. Perancangan Basis Data Fisikal (Physical Basis data Design)

Yaitu proses menggambarkan struktur penyimpanan dan metode akses yang

digunakan untuk mencapai akses data yang efisien. Langkah-langkah yang dilakukan

pada fase perancangan basis data fisikal antara lain :

1) Menerjemahkan model data logikal global ke dalam DBMS yang dipilih.

a) Merancang relasi dasar.

b) Merancang representasi dari data turunan (Derived Data).

34

c) Membuat batasan-batasan data perusahaan.

2) Merancang representasi fisikal.

a) Menganalisis transaksi-transaksi.

b) Membuat organisasi file.

c) Memperkirakan kebutuhan tempat penyimpanan.

3) Merancang sudut pandang pengguna.

4) Membuat mekanisme keamanan.

5) Mempertimbangkan redundansi terkontrol.

6) Mengawasi dan mengatur sistem operasional.

2.1.15.5 Pemilihan DBMS

Dalam tahap pemilihan DBMS (DBMS Selection), dilakukan proses penyeleksian

DBMS yang cocok untuk digunakan dalam aplikasi basis data. Tahap-tahap utama

dalam memilih DBMS adalah :

a. Mendefinisikan terminologi studi referensi.

b. Mendaftar dua atau tiga produk.

c. Mengevaluasi produk.

d. Merekomendasi pilihan dan laporan produk.

2.1.15.6 Perancangan Aplikasi

Tahap Perancangan Aplikasi (Application Design) meliputi proses merancang

antarmuka aplikasi basis data. Terdapat dua aktivitas penting dalam merancang basis

data dan aplikasi yaitu :

35

a. Perancangan Transaksi (Transaction Design)

Tujuan dari perancangan transaksi adalah untuk menetapkan dan memberikan

keterangan karakteristik tingkat tinggi dari suatu transaksi yang dibutuhkan dalam

basis data, diantaranya :

1) Data yang digunakan oleh transaksi.

2) Karakteristik fungsional dari suatu transaksi.

3) Hasil keluaran transaksi.

4) Keuntungan bagi pengguna.

5) Tingkat kegunaan yang diharapkan.

b. Perancangan antarmuka pengguna (User Interface Design)

Terdapat beberapa aturan pokok yang harus ditaati saat pembuatan antarmuka

pengguna, antara lain :

1) Judul yang berarti, dimana judul halaman dapat menerangkan isi halaman

tersebut.

2) Instruksi yang mudah dimengerti, menggunakan terminologi yang mudah

dipahami pengguna ataupun menyediakan halaman bantuan.

3) Kotak masukan yang berhubungan diletakkan berdekatan, dapat dilakukan

dengan memberikan grup-grup kotak masukan.

4) Tampilan yang menarik, merupakan unsur yang penting karena dapat

meningkatkan performa pengguna.

5) Label kotak masukan yang mudah dimengerti, usahakan menggunakan label

kotak masukan yang singkat tetapi mudah dimengerti pengguna.

6) Singkatan dan terminologi yang konsisten, gunakan kekonsistenan singkatan atau

terminologi agar pengguna tidak kebingungan.

36

7) Penggunaan warna yang konsisten.

8) Memberikan pembeda antara jumlah tempat untuk kotak masukan dan batasnya.

9) Mendukung pergerakan mouse dengan baik, dimana pengguna dapat

menjalankan operasi yang diinginkannya dengan menekan salah satu tombol

dalam aplikasi.

10) Koreksi kesalahan yang mudah untuk kotak-kotak masukan dalam aplikasi.

11) Memberikan pesan kesalahan yang mudah dimengerti bila terjadi kesalahan.

12) Diberikan tanda kotak masukan yang tidak wajib, misalkan dengan memberikan

tanda bintang (*) pada kotak masukan wajib.

13) Pesan penjelasan pada kotak masukan, dimana apabila pengguna meletakkan

kursor diatas suatu kotak masukan, maka akan keluar keterangan mengenai kotak

masukan tersebut.

14) Tanda penyelesaian, memberikan indikator yang menjelaskan bahwa suatu

proses telah selesai dilaksanakan.

2.1.15.7 Pembuatan Model Kerja

Pembuatan model kerja (Prototype) memiliki tujuan untuk :

a. Mengindentifikasi fitur-fitur dari sistem yang berjalan dengan baik maupun yang

belum berjalan dengan baik.

b. Memberikan perbaikan ataupun penambahan fitur baru.

c. Mengklasifikasikan kebutuhan pengguna.

d. Mengevaluasi kemungkinan yang mungkin terjadi dari rancangan sistem khusus.

37

2.1.15.8 Implementasi

Yaitu proses memasukkan aplikasi ke dalam sistem dan menginisialisasi data

awal. Implementasi basis data dapat dicapai dengan menggunakan :

a. DDL untuk membuat skema basis data dan file basis data kosong.

b. DDL untuk membuat sudut pandang pengguna yang diharapkan.

c. 3GL dan 4GL untuk membuat program aplikasi, termasuk transaksi basis data yang

disertakan dengan menggunakan DML.

2.1.15.9 Konversi dan Memuat Data

Pemuatan data ke dalam basis data baru dan mengonversi aplikasi yang ada agar

dapat digunakan pada basis data yang baru. DBMS biasanya memiliki utilitas untuk

memanggil ulang file yang sudah ada ke dalam basis data baru atau dapat juga

mengonversi dengan menggunakan program aplikasi sistem yang lama untuk sistem

yang baru.

2.1.15.10 Pengetesan

Tujuan dilakukannya pengetesan (Testing) adalah untuk melihat apakah aplikasi

sudah berjalan dengan semestinya atau belum. Selain itu dapat juga digunakan untuk

menemukan kesalahan yang masih ada.

2.1.15.11 Perawatan Operasional

Proses perawatan operasional (Operational Maintenance) meliputi :

a. Pengawasan performa sistem.

38

b. Pemeliharaan dan pembaharuan aplikasi basis data.

c. Penggabungan kebutuhan baru ke dalam aplikasi basis data.

2.1.16 Normalisasi

Normalisasi menurut Connolly dan Begg (2005, p388) yaitu teknik untuk

menghasilkan sejumlah relasi tabel dengan karakteristik yang diinginkan sesuai dengan

kebutuhan data dari perusahaan. Normalisasi digunakan untuk menghilangkan anomali

atau ketidak-konsistenan data ketika suatu data dimanipulasi oleh pengguna.

Menurut Connolly dan Begg (2005, p388), terdapat beberapa tahap dalam proses

menormalisasikan suatu basis data. Tahap-tahap tersebut antara lain :

a. UNF (Unnormalized Form)

UNF adalah tahap awal suatu data pada saat belum dilakukan normalisasi. Biasanya

tahap UNF memiliki banyak data yang berulang maupun data yang berupa hasil

kalkulasi.

b. 1NF

Tahap normalisasi pertama dimana setiap baris dan kolom data hanya boleh memiliki

satu nilai. Dengan kata lain, pada tahap 1NF, kita menghilangkan repetisi dan hasil

kalkulasi.

c. 2NF

Tahap normalisasi kedua menghilangkan ketergantungan fungsional atau

ketergantungan parsial. Tahap ini memisahkan atribut-atribut yang memiliki

ketergantungan terhadap kunci primer.

39

d. 3NF

Tahap normalisasi ketiga didefinisikan sebagai tahap untuk menghilangkan

ketergantungan transitif pada suatu data. Dalam tahap ini, atribut bukan kunci primer

yang tergantung dengan kunci primer akan dipisahkan.

e. BCNF (Boyce-Codd Normalized Form)

BCNF adalah tahap normalisasi dimana suatu relasi memenuhi syarat jika dan hanya

jika semua determinan adalah kunci kandidat. BCNF merupakan perbaikan terhadap

3NF karena bentuk 3NF masih berkemungkinan memiliki anomali.

Tahap 1NF sampai 3NF adalah tahap-tahap yang umum digunakan untuk

menormalisasikan suatu data agar tidak ditemukan anomali. Sedangkan BCNF adalah

revisi terhadap tahap 3NF. Tahap normalisasi empat dan lima (4NF dan 5NF) dipakai

pada kasus-kasus dimana suatu relasi banyak mengandung ketergantungan nilai.

2.1.17 Pembuatan Model Relasi Entitas

Pembuatan model relasi entitas (Entity Relationship Modelling) merupakan

aspek yang sulit dalam perancangan basis data karena perancang, pengembang dan

pemakai akhir aplikasi basis data cenderung melihat data dengan cara berbeda (Connolly

dan Begg, 2005, p342).

Pada Gambar 2.8, dijelaskan notasi suatu model relasi entitas menurut Connolly

dan Begg (2005, p342) :

40

Sumber : Connolly dan Begg (2005, p342)

Gambar 2.8 Gambar Notasi Model Relasi Entitas

2.1.17.1 Tipe Entitas

Tipe entitas adalah kumpulan objek-objek yang memiliki properti sama, dimana

setiap properti tersebut diidentifikasikan memiliki keberadaan yang bebas (Connolly dan

Begg, 2005, p343).

2.1.17.2 Atribut

Atribut menurut Connolly dan Begg (2005, p350-p352) merupakan sifat dari

suatu entitas atau relasi. Domain atribut adalah sejumlah nilai yang diperkenankan untuk

satu atau lebih atribut. Setiap atribut yang dihubungkan dengan sejumlah nilai disebut

domain.

41

Jenis-jenis atribut terdiri dari :

a. Atribut sederhana (Simple Attribute) yaitu atribut yang terdiri dari satu komponen

tunggal dengan keberadaan bebas dan tidak dapat dibagi menjadi komponen yang

lebih kecil lagi.

b. Atribut gabungan (Composite Attribute) adalah sebuah susunan atribut dari banyak

komponen dengan keberadaan yang bebas dari masing-masingnya dan dapat dibagi

menjadi komponen yang lebih kecil lagi.

c. Atribut nilai tunggal (Single Value Attribute) merupakan atribut yang hanya dapat

menyimpan nilai tunggal saja.

d. Atribut nilai banyak (Multi Value Attribute) yaitu atribut yang mampu menyimpan

nilai lebih dari satu untuk suatu sifat pada entitas.

e. Atribut turunan (Derived Attribute) adalah atribut yang menunjukkan nilai yang

diperoleh dari atribut yang berhubungan.

2.1.17.3 Tipe Relasi

Tipe relasi (Relationship Type) menurut Connolly dan Begg (2005, p346) adalah

sekumpulan hubungan antara satu atau lebih tipe-tipe entitas. Derajat dari suatu relasi

dinyatakan dengan jumlah partisipasi entitas dalam suatu relasi tertentu. Sebuah relasi

berderajat dua disebut binary, relasi berderajat tiga disebut trinary, dan seterusnya.

42

2.1.17.4 Kunci

Menurut Connolly dan Begg (2005, p78-p79), kunci relasi dibutuhkan untuk

mengidentifikasikan satu atau lebih atribut yang memiliki nilai unik untuk setiap

datanya.

Kunci relasi dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :

a. Kunci Sederhana (Simple Key) adalah kunci yang dibentuk oleh satu atribut.

b. Kunci Gabungan (Composite Key) yaitu kunci yang disusun berdasarkan lebih dari

satu atribut.

c. Kunci Kandidat (Candidate Key) merupakan suatu atribut atau set atribut yang

mengidentifikasikan secara unik suatu kejadian spesifik dari suatu entitas.

d. Kunci Primer (Primary Key) adalah suatu atribut atau set atribut yang tidak hanya

mengidentifikasikan secara unik suatu kejadian spesifik, tetapi juga dapat mewakili

setiap kejadian dari suatu entitas.

e. Kunci Altenatif (Altenative Key) yaitu kunci kandidat yang tidak terpilih sebagai

kunci primer.

f. Kunci Asing (Foreign Key) adalah suatu atribut yang melengkapi suatu relasi yang

menunjuk ke induknya.

43

2.2 Teori-teori Khusus

Teori-teori khusus yang akan dibahas pada bab ini adalah sebagai berikut :

2.2.1 Pembelian

Pembelian menurut Mulyadi (2001, p299) adalah suatu usaha yang digunakan

dalam perusahaan untuk pengadaan barang yang diperlukan. Prosedur-prosedur yang

membentuk sistem pembelian adalah :

a. Prosedur permintaan pembelian

Fungsi gudang mengajukan permintaan pembelian langsung ke fungsi pembelian

dengan menggunakan surat permintaan pembelian.

b. Prosedur pemesanan pembelian

Fungsi pembelian mengirim surat pemesanan pembelian kepada pemasok yang

dipilih dan memberitahukan kepada unit lain dalam perusahaan mengenai pemesanan

pembelian yang dikeluarkan perusahaan.

c. Prosedur penerimaan barang

Fungsi penerimaan barang melakukan pemerikasan terhadap bahan yang diterima

dari pemasok dan kemudian membuat laporan penerimaan barang untuk menyatakan

penerimaan barang dari pemasok tersebut.

d. Prosedur pencatatan hutang

Fungsi akuntansi memeriksa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan

pembelian (surat pemesanan, laporan penerimaan, faktur dari pemasok) dan

menyelenggarakan pencatatan ulang atau pengarsipan dokumen sumber sebagai

catatan hutang.

44

e. Prosedur distribusi pembelian

Prosedur ini meliputi distribusi rekening yang didebet dari transaksi pembelian untuk

kepentingan pembuatan laporan manajemen.

2.2.2 Penjualan

Menurut Mulyadi (2001, p202), Penjualan terdiri dari transaksi penjualan barang

atau jasa baik secara kredit maupun secara tunai. Penjualan menurut cara

pembayarannya dapat dibedakan menjadi sebagai berikut :

a. Penjualan tunai, yaitu penjualan yang dilaksanakan perusahaan dengan cara

mewajibkan pembeli dengan melakukan pembayaran barang terlebih dahulu sebelum

barang diserahkan ke pembeli.

b. Penjualan kredit, yaitu penjualan yang dilakukan dengan cara memenuhi order dari

pelanggan dengan mengirimkan barang atau jasa dan untuk jangka waktu tertentu

perusahaan memiliki piutang pelanggannya.

Proses penjualan memiliki jaringan prosedur yang tidak dapat berdiri sendiri.

Adapun prosedur penjualan adalah sebagai berikut :

a. Prosedur pemesanan penjualan

Fungsi penjualan menerima pemesanan dari pembeli dan menambahkan informasi

penting pada surat pemesanan dari pembeli, kemudian membuat surat pemesanan

pengiriman dan mengirimkannya kepada fungsi yang lain.

45

b. Prosedur pengiriman

Fungsi pengiriman mengirimkan barang kepada pembeli sesuai dengan informasi

yang tercantum dalam surat pemesanan pengiriman yang diterima dari fungsi

penjualan.

c. Prosedur penagihan

Fungsi penagihan membuat faktur penjualan dan mengirimkannya kepada pembeli.

d. Prosedur pencatatan piutang

Fungsi akuntansi mencatat tembusan faktur penjualan ke dalam kartu piutang.

e. Prosedur distribusi penjualan

Fungsi akuntansi mendistribusikan data penjualan menurut informasi yang diperlukan

oleh manajemen.

2.2.3 Persediaan

Menurut Alfredson et. al. (2007, p342), persediaan adalah aset yang tersedia

untuk dijual dalam proses bisnis biasa atau set yang ada dalam proses produksi.

Persediaan dibagi menjadi beberapa jenis oleh Horngren et. al. (2002, p759)

menjadi sebagai berikut :

a. Persediaan bahan mentah

Persediaan ini akan digunakan dalam proses manufaktur untuk diolah kembali.

b. Persediaan barang dalam proses

Yaitu barang yang sudah melalai beberapa tahap pada proses manufaktur, tetapi

masih perlu diolah kembali.

46

c. Persediaan barang jadi

Persediaan barang yang sudah diproses dan siap untuk dijual.

2.2.4 CV

CV (Commanditaire Vennootschap) menurut Zaharuddin (2006, p180)

merepresentasikan sebuah bentuk entitas bisnis atau perusahaan yang didirikan oleh satu

atau lebih rekan kerja, baik yang aktif maupun yang pasif. Rekan kerja aktif dapat

diartikan sebagai direktur perusahaan yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap aset

pribadi yang merupakan bentuk obligasinya kepada pihak ketiga. Sedangkan rekan kerja

pasif adalah pihak yang menawarkan penanaman modal dan hanya bertanggung jawab

sebesar modal yang ia tanamkan.

Karakteristik yang terdapat dalam CV menurut Zaharuddin (2006, p180-181) :

a. Direktur perusahaan bertanggung jawab penuh terhadap aset pribadinya kepada

pihak ketiga, dan rekan kerja pasif bertanggung jawab sebesar modal yang ia

investasikan.

b. Memiliki aset yang terpisah dari aset pribadi rekan kerjanya.

c. Bukan dalam bentuk entitas legal atau dalam bentuk entitas legal lainnya.

d. Jika modal perusahaan sangat besar, kemungkinan besar akan ada pembagian dalam

bentuk registerd share dan bearer share.

e. Jika salah satu anggota meninggal, maka CV ini akan bubar.

47

2.2.5 Metode Aliran Persediaan Barang

Menurut Warren et. al. (2005), metode aliran persediaan barang adalah cara

penambahan dan pengurangan barang dari gudang. Terdapat 2 macam aliran persediaan

barang yang biasa digunakan, yaitu :

a. FIFO (First In, First Out)

Metode ini mengatur aliran persediaan barang dimana barang yang lebih dahulu

masuk ke dalam gudang akan keluar terlebih dahulu dengan harga barang yang

bervariatif sesuai dengan harga barang pada saat barang tersebut dibeli. Biasanya

diterapkan pada produk yang mudah membusuk.

b. LIFO (Last In, First Out)

Metode dimana barang yang terakhir kali masuk yang akan dikeluarkan terlebih

dahulu. Biasanya diterapkan pada perusahaan yang memiliki tingkat perputaran (turn

over) yang tinggi.