bab 2 rancang bangun simulator jaringan distribusi tegangan menengah (jtm) sistem sutm dan sktm

29
6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik dikatakan sebagai kumpulan/gabungan yang terdiri dari komponen-komponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi, saluran distribusi dan beban yang saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan sehingga membentuk suatu sistem. Sistem tenaga listrik terdiri atas tiga bagian utama yaitu: 1. Bagian Pembangkitan, meliputi : Generator Gardu Induk Pembangkitan 2. Bagian Penyaluran / Transmisi Daya, meliputi : Saluran Transmisi Gardu Induk Saluran Sub-transmisi 3. Bagian Distribusi dan Beban, meliputi : Gardu Induk Distribusi Saluran Distribusi Primer Gardu Distribusi Saluran Distribusi Sekunder Beban Listrik / Konsumen Dari ketiga sistem tersebut, sistem distribusi merupakan bagian yang letaknya paling dekat dengan konsumen, fungsinya adalah menyalurkan energi listrik dari suatu Gardu Induk distribusi ke konsumen. Penyaluran energi listrik dari pusat pembangkit sampai ke konsumen dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini mencakup ketiga unsur dari tiga komponen utama sistem tenaga listrik.

Upload: elly-numa-zahroti

Post on 23-Nov-2015

204 views

Category:

Documents


27 download

DESCRIPTION

Pada Proyek Akhir ini telah direalisasikan simulator untuk jaringan distribusi tegangan menengah dengan simulasi sistem saluran udara dan saluran kabel. Pembuatan alat ini adalah untuk sarana praktikum di Lab. SDTL dan melengkapi simulator - simulator distribusi dalam praktikum parameter impedansi jaringan sistem saluran udara dan saluran kabel. Proyek Akhir ini merupakan pengembangan dari Proyek Akhir tahun 2007 yaitu Simulasi Distribusi Tenga Listrik. Rancang bangun simulator jaringan distribusi sistem SUTM dan SKTM ini berbasis konfigurasi jaringan radial. Simulator ini dibuat untuk mensimulasikan penyaluran listrik dari Gardu Induk ke beban Industri dengan mempertimbangkan parameter impedansi jaringan supaya regulasi tegangan dapat diminimalisir. Modul Praktikum ini mensimulasikan sistem distribusi tenaga listrik menggunakan SUTM dengan panjang saluran 20 Km dan SKTM dengan panjang saluran 8,5 Km disesuaikan dengan parameter yang sudah dihitung dan tersedia dipasaran sehingga sistem SUTM bisa dibuat untuk 100% dan 50% panjang salurannya dan sistem SKTM bisa dibuat model T atau Model π, selain itu juga dimaksudkan untuk membedakan dengan simulator sebelumnya. Mensimulasikan fungsi SUTM menggunakan penghantar AAAC 150 mm² dengan parameter SUTM sebesar R = 4,2084 Ω/fasa, L = 20,0955 mH/fasa, dan Z = 0,2104 + j 0,315 Ω/Km dan Z saluran = 4,2084 +j 6,31 Ω/fasa. Sedangkan fungsi SKTM menggunakan salah satu jenis kabel tanah XLPE yaitu kabel NA2XSEFGbY 3x240 mm² dengan parameter sebesar R = 1,0625 Ω/fasa, L = 2,567 mH/fasa, C = 2,6095 mF/fasa, dan Z = 0,125 + j 0,8064 Ω/Km dan Z saluran = 1,0625 + j 6,854 Ω/fasa. Diharapkan modul ini menjadi salah satu penunjang kegiatan praktikum mahasiswa dalam mata kuliah yang dilakukan di Laboratorium SDTL dan penggunaan simulator ini dalam praktikum dapat memberikan gambaran dalam sistem distribusi tenaga listrik di lapangan.

TRANSCRIPT

  • 6

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Sistem Tenaga Listrik

    Sistem Tenaga Listrik dikatakan sebagai kumpulan/gabungan yang terdiri

    dari komponen-komponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator,

    saluran transmisi, saluran distribusi dan beban yang saling berhubungan dan

    merupakan satu kesatuan sehingga membentuk suatu sistem. Sistem tenaga listrik

    terdiri atas tiga bagian utama yaitu:

    1. Bagian Pembangkitan, meliputi :

    Generator

    Gardu Induk Pembangkitan

    2. Bagian Penyaluran / Transmisi Daya, meliputi :

    Saluran Transmisi

    Gardu Induk

    Saluran Sub-transmisi

    3. Bagian Distribusi dan Beban, meliputi :

    Gardu Induk Distribusi

    Saluran Distribusi Primer

    Gardu Distribusi

    Saluran Distribusi Sekunder

    Beban Listrik / Konsumen

    Dari ketiga sistem tersebut, sistem distribusi merupakan bagian yang

    letaknya paling dekat dengan konsumen, fungsinya adalah menyalurkan energi

    listrik dari suatu Gardu Induk distribusi ke konsumen. Penyaluran energi listrik

    dari pusat pembangkit sampai ke konsumen dapat digambarkan seperti gambar di

    bawah ini mencakup ketiga unsur dari tiga komponen utama sistem tenaga listrik.

  • 7

    Unit

    Pembangkitan

    Unit

    Transmisi

    Gardu Induk

    distribusi

    G Trf PMT

    Unit Distribusi

    PMT

    Konsumen Besar Konsumen Umum

    Gen

    era

    tor

    Tra

    nsf

    orm

    ato

    r

    Pem

    utu

    s

    Ten

    ag

    a

    Dis

    trib

    usi

    Pri

    mer

    Dis

    trib

    usi

    sek

    un

    der

    Gambar 2.1 Diagram Satu Garis Sistem Tenaga istrik

    Sumber : Modul ajar Instalasi Tegangan Menengah

    Setelah tenaga listrik disalurkan melalui saluran transmisi maka

    sampailah tenaga listrik di Gardu Induk (GI) sebagai pusat beban untuk

    diturunkan tegangannya melalui transformator penurun tegangan (step down

    transfomer) menjadi tegangan menengah atau yang juga disebut sebagai

    tegangan distribusi primer. Tegangan distribusi primer yang dipakai PLN

    adalah 20 kV, 12 kV dan 6 kV. Kecenderungan saat ini menunjukkan bahwa

    tegangan distribusi primer PLN yang berkembang adalah 20 kV.

    Apabila saluran transmisi menyalurkan tenaga listrik bertegangan tinggi ke

    pusat-pusat beban dalam jumlah besar, maka saluran distribusi berfungsi

    membagikan tenaga listrik tersebut kepada pihak pemakai melalui saluran

    tegangan rendah. Pada Gardu Induk (GI), tenaga listrik yang diterima kemudian

    dilepaskan menuju trafo distribusi (TD) dalam bentuk tegangan menengah 20 kV.

    Melalui trafo distribusi yang terbesar di berbagai pusat beban, tegangan distribusi

    primer ini diturunkan menjadi tegangan rendah 220/380 Volt yang akhirnya

    diterima pihak pemakai.

    2.2 Sistem Jaringan Distribusi

    Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem

    distribusi ini berperan sebagai distributor energi ke konsumen yang membutuhkan

    energi listrik. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah:

  • 8

    1. Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan).

    2. Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan

    pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani

    langsung melalui jaringan distribusi.

    Secara umum, saluran tenaga listrik atau saluran distribusi dapat

    diklasifikasikan sebagai berikut:

    1. Menurut nilai tegangannya :

    a. Saluran Distribusi Primer, terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu

    antara titik sekunder trafo substation (GI) dengan titik primer trafo

    distribusi. Saluran ini bertegangan menengah 20 kV.

    b. Saluran Distribusi Sekunder, terletak pada sisi sekunder trafo distribusi,

    yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban, sluran itni

    merupakan suatu jaringan tegangan rendah 380/220 Volt.

    Dengan ini jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang penting

    dalam sistem tenaga listrik secara keseluruhan

    Tegangan distribusi yang digunakan di indonesia :

    20 KV : Tegangan antar fasa pada JTM

    380 V : Tegangan antar fasa JTR

    220 V : Tegangan antar fasa ke nol pada JTR

    2. Menurut bentuk tegangannya :

    a. Saluran Distribusi DC (Direct Current) menggunakan sistem tegangan

    searah.

    b. Saluran Distribusi AC (Alternating Current) menggunakan sistem

    tegangan bolak-balik.

    3. Menurut jenis/tipe konduktornya :

    a. Saluran Udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan

    b. Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, dengan menggunakan

    kabel tanah (ground cable).

  • 9

    c. Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan menggunakan kabel

    laut (submarine cable).

    Gambar 2.2 Tiga Komponen Utama Penyaluran Tenaga Listrik

    Sumber : Jaringan Distribusi Tenaga Listrik Univ.Sumut

    Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa tenaga listrik diturunkan

    tegangannya dengan menggunakan trafo distribusi (step down transformer)

    menjadi tegangan rendah dengan tegangan standar 380/220 Volt atau 220/127

    Volt dimana standar tegangan 220/127 Volt pada saat ini tidak diberlakukan

    lagi dilingkungan PLN. Tenaga listrik yang menggunakan standar tegangan

    rendah ini kemudian disalurkan melalui suatu jaringan yang disebut Jaringan

    Tegangan Rendah yang sering disingkat JTR.

    Merupakan sistem tenaga yang diawali dari sisi tegangan menengah pada

    GI (GI Sekunder) sampai dengan tiang akhir jaringan distribusi tegangan rendah

    yang berfungsi untuk mendistribusikan tenaga listrik pada pemanfaat tenaga

    listrik.

    Jaringan tegangan menengah atau jaringan distribusi primer yaitu

    jaringan tenaga listrik yang keluar dari GI, menurut letaknya dibedakan baik

    berupa saluran udara atau saluran bawah tanah yang menggunakan standar

    tegangan menengah dikatakan sebagai Jaringan Tegangan Menengah yang

    sering disebut dengan singkatan JTM.

  • 10

    Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari

    gardu induk distribusi ke pusat-pusat beban. Sistem ini dapat mengguna kan

    saluran udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai dengan tingkat keandalan

    yang diinginkan dan kondisi serta situasi lingkungan. Saluran distribusi ini

    direntangkan sepanjang daerah yang akan di suplai tenaga listrik sampai ke pusat

    beban. Terdapat bermacam-macam bentuk rangkaian jaringan distribusi primer.

    Jaringan tegangan menengah berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik

    dari pembangkit atau gardu induk ke gardu distribusi. Jaringan ini dikenal dengan

    feeder atau penyulang. Tegangan menengah yang digunakan PT. PLN adalah 12

    kV dan 20 kV antar fasa (VL-L). Saluran distribusi primer menurut jenisnya terdiri

    dari sistem radial, sistem loop, sistem spindle, dan lain-lain. Pemilihan tergantung

    pada tingkat kepentingan beban yang dilayani.

    2.3 Konfigurasi jaringan

    Keandalan pemasokan daya merupakan tuntutan mutlak pelanggan untuk

    itu diantisipasi dengan penyusunan pola jaringan distribusi yang sesuai dengan

    tingkat keandalan yang diinginkan. Tidak semua pelanggan harus dilayani dengan

    sistem yang mahal, tetapi pelanggan penting (industri usaha, rumah sakit dan lain-

    lain) harus mendapat tingkat keandalan yang tinggi. Jaringan pada sistem

    distribusi tegangan menengah (primer 20 kV) dapat dikelompokkan menjadi lima

    model, yaitu :

    1. Jaringan Pola Radial

    2. Jaringan Pola Lingkar (loop)

    3. Jaringan Spindel

    4. Jaringan Hantaran Penghubung (tie lines)

    5. Sistem Gugus dan Kluster

  • 11

    Di Indonesia ada 2 konfigurasi jaringan tegangan menengah, yaitu :

    1. Sistem radial (di-supply hanya 1 sumber tegangan. secara ekonomis murah

    tetapi kurang handal, karena hanya 1 sumber tegangan, apabila terjadi

    gangguan maka akan padam).

    2. Sistem loop/spindel (di-supply 2 sumber tegangan. secara ekonimis mahal

    tetapi handal, karena bisa dimanuver ke sumber tegangan yang lain apabila

    sumber tegangan awalnya terjadi gangguan)

    Dibawah ini terdapat penjelasan lebih tentang beberapa jenis konfigurasi

    jaringan yang umum diterapkan, sebagai berikut :

    2.3.1 Jaringan Radial

    Konfigurasi jenis ini adalah konfigurasi jaringan yang paling sederhana,

    paling murah pembangunannya juga banyak digunakan. Dinamakan radial karena

    saluran ini ditarik secara radial dari suatu titik yang merupakan sumber dari

    jaringan itu dan dicabang-cabangkan ke titik beban yang dilayani. Suplai daya

    biasanya berasal dari satu sumber tenaga listrik, sehingga arus yang mengalir pada

    saluran tidak merata sepanjang saluran sehingga luas penampang konduktor pada

    jaringan radaial ini ukurannya tidak sama. Pada jaringan radial cabang dari feeder

    lateral disebut feeder sublateral. Untuk daerah yang jauh ditarikkan saluran

    cabang yang disebut saluran lateral. Arus yang paling besar mengalir pada

    jaringan adalah yang paling dekat dengan Gardu Hubung, yang akan semakin

    berkurang dengan semakin jauh jaraknya, sehingga memungkinkan untuk

    memperkecil luas penampang dari penghantar.

  • 12

    Gambar 2.3 Konfigurasi Jaringan Radial

    Sumber : Tipe-Tipe Jaringan Distribusi Tegangan Menengah 20 kV

    Saluran primer utama bercabang-cabang menjadi saluran lateral, yang

    kemudian terbagi lagi menjadi sub-lateral untuk melayani trafo-trafo distribusi.

    Namun, keandalan sistem ini lebih rendah dibanding dengan sistem lainnya.

    Kelemahan dalam hal kualitas dan kontinyuitas penyaluran daya, dimana rugi-rugi

    saluran cukup tinggi. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan jatuhnya

    sebagian besar bahkan keseluruhan sistem. Hal tersebut disebabkan karena hanya

    terdapat satu jalur utama yang menyuplai gardu distribusi. Kerugian lain yaitu

    mutu tegangan pada gardu distribusi yang paling ujung kurang baik, hal ini

    dikarenakan jatuh tegangan terbesar ada diujung saluran.

    Untuk melokalisir gangguan pada bentuk radial ini biasanya dilengkapi

    dengan peralatan pengaman, fungsinya untuk membatasi daerah yang mengalami

    pemadaman total, yaitu daerah saluran sesudah atau di belakang titik ganggguan

    selama gangguan belum teratasi.

  • 13

    Gambar 2.4 Radial type Primary Feeder

    Sumber : Electric Power Distribution System engineering

    Pada perkembangannya muncul modifikasi jaringan distribusi primer

    radial. Antara lain radial dengan tie dan switch pemisah untuk memulihkan

    dengan cepat penyaluran ke konsumen dari bagian switch yang tidak terganggu.

    Gangguan dapat terisolasi dengan membuka perangkat disconnecting yang terkait

    di setiap sisi bagian gangguan. Untuk mengamankannya digunakan fuse, recloser,

    pemutus beban atau switch pemisah pada saluran.

    2.3.2 Jaringan Pola Lingkar (loop)

    Pada Jaringan Tegangan Menengah Struktur Lingkaran (loop)

    dimungkinkan pemasokannya dari beberapa gardu induk, sehingga dengan

    demikian tingkat keandalannya relatif lebih baik.

  • 14

    Gambar 2.5 Konfigurasi Jaringan Loop

    Sumber : Tipe-Tipe Jaringan Distribusi Tegangan Menengah 20 Kv

    2.3.1.1 Jaringan Spindle

    Spindle adalah suatu pola jaringan khusus yang ditandai dengan adanya

    sejumlah kabel keluar dari suatu Gardu Induk / Gardu Hubung yang disebut Out

    Going Cable menuju ke arah suatu titik temu yang disebut Gardu refleksi.

    Gambar 2.6 Konfigurasi Jaringan Spindle

    Sumber : Tipe-Tipe Jaringan Distribusi Tegangan Menengah 20 Kv

  • 15

    Satu spindle terdiri dari maksimum 6 (enam) buah kabel. Kabel kerja

    sepanjang kabel ini tersambung dengan Gardu Distribusi dan satu kabel cadangan

    (express feeder) sama sekali tidak tersambung dengan Gardu Distribusi.

    2.4 Sistem Jaringan Distribusi Tegangan Menengah

    Konstruksi jaringan tegangan menengah ada 2, yaitu : SUTM (udara)

    dan SKTM (tanah). Saluran sering disebut SUTM untuk jaringan tegangan

    menengah yang menggunakan saluran kabel udara dan SKTM untuk jaringan

    tegangan menengah yang menggunakan saluran kabel tanah.

    Penggunaan jaringan listrik dengan sarana kabel tanah akan mempunyai

    nilai estetika yang lebih baik dari pada menggunakan saluran udara kawat terbuka

    sehingga pemilihan sarana dengan saluran kabel tanah cocok untuk dipergunakan

    di daerah-daerah perkotaan yang padat dengan bangunan. Dengan berkurangnya

    jaminan keselamatan umum dan lingkungan disekitar saluran udara dan

    berkurangnya nilai estetika yang diharapkan pihak pemerintah dan masyarakat.

    penggunaan saluran-saluran udara tidak mungkin lagi diterapkan atau di

    kembangkan di kota-kota besar

  • 16

    Gambar 2.7 Diagram Satu Garis Sistem Jaringan Distribusi

    Sumber : Electric Power Distribution System Engineering

    Biaya investasi yang lebih tinggi untuk penggunaan saluran dengan sarana

    kabel tanah dibandingkan dengan menggunakan saluran udara kawat terbuka dan

    beberapa kendala yang menyurutkan perusahaan dari pemilihan saluran kabel.

    Saluran kabel tidak terpengaruh dengan kondisi-kondisi diluar saluran sehingga

    tingkat keandalan sistem akan menjadi lebih tinggi, hanya kabel yang tercangkul,

    terseret tanah longsor sambungan atau terminasi yang gagal yang sering tercatat

    sebagai gangguan pada saluran kabel selain itu hampir tidak ada catatan gangguan

    pada sarana dengan saluran kabel. Namun demikian, sampai saat ini khususnya

    untuk jaringan tegangan menengah (JTM) pemilihan sarana dengan saluran udara

    kawat terbuka masih merupakan pilihan yang banyak dipergunakan PT PLN

    terutama untuk mensuplai tenaga listrik ke luar kota (pedesaan). Dimana hal ini

    dengan mudah dapat dilihat secara nyata.

    Penggunaan sistem kabel bawah tanah (underground cable) biasanya

    dijumpai pada bangunan-bangunan yang lokasinya ramai dan membahayakan

  • 17

    apabila mempergunakan hantaran udara (overhead lines), tapi gardu distribusi

    yang terbuat dari beton dan metal clad, kabel tanah dipakai untuk saluran dari rak

    pembagi tegangan rendah ke tiang pertama. Penggunaan hantaran udara (overhead

    lines) sangat cocok dan sesuai untuk gardu tiang, karena pemasangan gardu tiang

    tidak memerlukan tempat yang luas.

    Salah satu penyaluran daya saluran distribusi adalah Saluran Udara

    Tegangan Menengah (SUTM) 20 kV. Penyaluran daya listrik Saluran Udara

    Tegangan Menengah (SUTM) yang melalui daerah dengan potensi sambaran petir

    cukup tinggi dapat terkena sambaran petir. Pada Saluran Udara Tegangan

    Menengah (SUTM) gangguan petir akibat sambaran tidak langsung atau sambaran

    induksi yang terjadi dapat diabaikan. Gangguan petir akibat sambaran induksi ini

    lebih banyak terjadi dibandingkan dengan gangguan kilat akibat sambaran

    langsung.

    2.4.1 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)

    Saluran Udara (Overhead Lines), saluran yang menyalurkan energi listrik

    melalui kawat-kawat yang digantung pada isolator antara menara atau tiang.

    SUTM merupakan jaringan kawat tidak berisolasi dan berisolasi. Bagian

    utamanya adalah tiang (beton, besi), Cross arm dan konduktor. Konduktor yang

    digunakan adalah aluminium (AAAC), berukuran 240 mm2, 150 mm

    2, 70 mm

    2

    dan 35 mm2.

    2.4.1.1 Peralatan Konstruksi SUTM

    Peralatan Konstruksi untuk SUTM diantaranya :

    1. Tiang Listrik

    Tiang listrik untuk SUTM biasanya terdiri dari tiang tunggal, kecuali

    untuk gardu tiang memakai tiang ganda. Pemasangan tiang biasanya dipasang di

    tepi jalan baik jalan raya maupun gang. Tiang besi berangsur-angsur diganti

    dengan tiang beton.

  • 18

    2. Lengan Tiang (Cross Arm)

    Cross Arm dipakai untuk menjaga penghantar dan peralatan yang perlu

    dipasang diatas tiang. Material Cross Arm terbuat dari besi. Cross Arm dipasang

    pada tiang. Pada Cross Arm dipasang baut-baut penyangga isolator dan peralatan

    lainnya, biasanya Cross Arm ini dibor terlebih dahulu untuk membuat lubang-

    lubang baut.

    3. Isolator

    Isolator adalah alat untuk mengisolasi penghantar dari tiang listrik atau

    Cross Arm. Jenis-jenis isolator yang digunakan biasanya dipakai untuk SUTM

    adalah isolator tumpu, biasanya dipasang pada tiang penyangga.

    2.4.1.2 Keuntungan dan Kerugian Hantaran Udara

    Beberapa keuntungan dan kerugian sistem hantaran udara :

    Keuntungan :

    1. Pemasangan lebih mudah dibandingkan dengan sistem hantaran kabel

    bawah tanah.

    2. Pemeliharaan jaringan lebih mudah dibandingkan dengan sistem kabel

    bawah tanah.

    3. Mudah dalam perbaikan.

    4. Biaya pemasangan jauh lebih murah.

    5. Mudah dalam mengetahui letak gangguan atau lokasi gangguan

    langsung dapat dideteksi.

    6. Mudah untuk perluasan jaringan.

    Kerugian :

    1. Mudah mendapat gangguan. karena berada diruang terbuka, maka

    cuaca sangat berpengaruh terhadap kehandalannya, seperti gangguan

    hubungan singkat, gangguan tegangan bila tersambar petir, dan

    gangguan lainnya.

  • 19

    2. Dari segi estetika/keindahan kurang, sehingga saluran ini bukan

    pilihan yang ideal untuk di dalam kota.

    3. Pencurian melalui jaringan mudah dilakukan.

    2.4.2 Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM)

    Saluran kabel bawah tanah (underground cable), saluran yang

    menyalurkan energi listrik melalui kabel yang dipendam didalam tanah. Kabel

    yang digunakan adalah berisolasi XLPE. Kabel ini ditanam langsung di tanah

    pada kedalaman tertentu dan diberi pelindung terhadap pengaruh mekanis dari

    luar. Kabel tanah ini memiliki isolasi sedemikian rupa sehingga mampu menahan

    tegangan tembus yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan kawat pada SUTM

    maka kabel tanah banyak memiliki keuntungan diantaranya tidak mudah

    mengalami gangguan baik oleh cuaca dan binatang, tidak merusak estetika

    (keindahan) kota, dan pemeliharaannya hampir tidak ada.

    2.4.2.1 Peralatan Konstruksi SKTM

    Peralatan konstruksi untuk SKTM diantaranya :

    1. Kabel

    Jenis kabel tegangan menengah adalah :

    a. Poly Vinil Chlorida (PVC)

    Digunakan untuk tegangan rendah dan tegangan menengah sampai 12

    KV.

    b. Poly Ethylene (PE)

    Digunakan untuk tegangan diatas 10 kV. Contoh : CPT dan VIC

    c. X Cross Linked Poly Ethylene (XLPE)

    Contoh : CVC5ZV

    2. Jointing

    3. Termination

    4. Sepatu kabel (Schoen cable)

    5. Instalasi Pembumian

  • 20

    2.4.2.2 Keuntungan dan Kerugian SKTM

    Kategori saluran seperti ini adalah favorit untuk pemasangan didalam kota,

    karena berada didalam tanah maka tidak mengganggu keindahan kota dan juga

    tidak mudah terjadi gangguan akibat kondisi cuaca atau kondisi alam. Namun

    tetap memiliki kekurangan, antara lain mahal dalam instalasi dan investasi, serta

    sulitnya menentukan titik gangguan dan perbaikannya. Beberapa keuntungan dan

    kerugian hantaran bawah tanah:

    Keuntungan :

    1. Tidak mudah mengalami gangguan.

    2. Faktor keindahan lingkungan tidak terganggu.

    3. Tidak mudah dipengaruhi keadaan cuaca, seperti : cuaca buruk, taufan,

    hujan angin, bahaya petir dan sebagainya.

    4. Faktor terhadap keselamatan jiwa terjamin.

    Kerugian :

    1. Biaya pembuatan mahal.

    2. Gangguan biasanya bersifat permanent.

    3. Pencarian lokasi gangguan jauh lebih sulit dibandingkan menggunakan

    sistem hantaran udara.

    2.5 Parameter SUTM dan SKTM

    Suatu jaringan mempunyai empat parameter yang mempengaruhi untuk

    memenuhi fungsinya sebagai bagian dari suatu sistem tenaga, yaitu : resistansi,

    induktansi, kapasitansi, dan konduktansi. Parameter ke empat yaitu konduktansi

    terjadi antar konduktor atau antara konduktor dengan tanah (ground).

    Konduktansi menghitung arus bocor pada isolasi saluran udara dan melalui

    insulasi kabel. Sejak kebocoran di insulator pada saluran udara dapat diabaikan,

    konduktansi antar konduktor pada saluran udara pun biasanya diabaikan.

  • 21

    2.5.1 Resistansi (R)

    Resistansi penghantar saluran distribusi merupakan penyebab rugi daya

    terpenting dalam suatu saluran distribusi.

    1. Resistansi DC

    Resistansi dari suatu penghantar akan menentukan nilai efisiensi dalam

    menyalurkan energi listrik. Nilai resistansi dari suatu penghantar dipengaruhi oleh

    frekuensi, pilinan, dan tempertur.

    Resistansi efektif sama dengan resistansi arus searah pada penghantar

    hanya jika sebaran arus diseluruh penghantar seragam. Tahanan arus searah dari

    sebuah konduktor adalah:

    RDC = .............(2.1)

    Dimana : = resistivitas penghantar

    l = panjang

    A = luas penampang

    RDC = tahanan arus searah

    Nilai resistansi DC tergantung pada suhu, apabila persamaan diatas

    dilakukan pada suhu 20C maka untuk menghitung pada suhu lebih dari 20C

    dapat menggunakan rumus :

    RDC = RDC 20C (1+ t) (/Km)....(2.2)

    Dimana : RDC 20C

    = Resistansi DC pada suhu 20C (/Km)

    = Koefisien penghantar

    t = Kenaikan suhu

    2. Resistansi AC

    Pada sistem AC arus yang mengalir tidak merata, arus kecenderungan

    mengalir pada bagian terluar penampangsehingga timbul efek kulit (skin effect).

    Hal ini menyebabkan resistansi AC akan lebih besar dari resistansi DC. Dengan

  • 22

    mengetahui resistansi DC, maka resistansi AC dapat dihitung dengan rumus

    dibawah ini.

    RAC = K . RDC ..........................................................(2.3)

    Dimana : RAC = Resistansi AC (/km)

    RDC = Resistansi DC (/km)

    K = Konstanta

    Untuk nilai K dapat diperoleh dari data tabel berikut ini.

    Tabel 2.1 Skin effect

    X K X K X K X K

    0,0

    0,1

    0,2

    0,3

    0,4

    0,5

    0,6

    0,7

    0,8

    0,9

    1,00000

    1,00000

    1,00001

    1,00004

    1,00013

    1,00032

    1,00067

    1,00124

    1,00212

    1,00340

    1,0

    1,1

    1,2

    1,3

    1,4

    1,5

    1,6

    1,7

    1,8

    1,9

    1,00519

    1,00758

    1,01071

    1,01470

    1,01969

    1,02582

    1,03323

    1,04205

    1,05240

    1,06440

    2,0

    2,1

    2,2

    2,3

    2,4

    2,5

    2,6

    2,7

    2,8

    2,9

    1,07816

    1,09375

    1,11126

    1,13069

    1,15207

    1,17538

    1,20056

    1,22753

    1,25620

    1,28644

    3,0

    3,1

    3,2

    3,3

    3,4

    3,5

    3,6

    3,7

    3,8

    3,9

    1,31809

    1,35102

    1,38504

    1,41999

    1,45570

    1,49202

    1,52879

    1,56587

    1,60314

    1,64051

    Sumber : Transmission & Distribution Referrence

    Keterangan tabel : Nilai X dapat diperoleh dari persamaan berikut.

    X = 0,050133 . .................................................(2.4)

    Dimana : : Permeability = 1 untuk material non magnetic

    f : Frekuensi (Hz)

    2.5.2 Induktansi (L)

    Induktansi pada suatu penghantar dapat berasal dari penghantar tersebut

    maupun dari penghantar lain yang berdekatan. Induktansi pada saluran dapat

    dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

    ..................................................(2.5)

  • 23

    .............................................................(2.6)

    Dimana : = Induktansi (H/km)

    XL = Reaktansi Induktif (/km)

    = geometric mean radius dari penghantar (mm)

    = geometric mean distance (mm)

    = untuk saluran 3 fasa .............................(2.7)

    f = Frekuensi (Hz)

    2.5.3 Kapasitansi (C)

    Berbeda dengan SUTM, pada sistem SKTM selain menghitung nilai R dan

    L juga menggunakan kapasitor untuk menghitung nilai C nya (kapasitansi).

    Kabel-kabel bawah tanah dengan tiga konduktor yang dibungkus dengan lapisan

    timah atau alumunium. Pada kabel 3 inti, pembungkusnya berada pada potensial

    dari bumi dan ketiga konduktornya berada pada potensial dari sumber. Ada 6

    kapasitansi yang terjadi diantara sistem ini yaitu : 3 kapasitansi terjadi di antara

    lapisan pembungkus konduktor dan 3 kapasitansi diantara konduktor-konduktor.

    Rumus :

    Cx = 3 C1

    Cy = C1 + 2 C2

    C0 = C1 + 3 C2 = 1,5Cy (1/6)Cx

    C0 = [F / Km](2.8)

    C= F/fasa/Km.... (2.9)

    Dimana : d = diameter konduktor

    T = ketebalan konduktor

    t = ketebalan kulit pelindung

  • 24

    din = garis tengah isolasi diatas (overhead)

    dc = garis tengah penghantar

    = koefisien bahan dielektris (rata-rata 3,6 untuk isolasi

    kertas diredam minyak)

    Kapasitansi yang terdapat pada kabel tiga inti tanpa pelindung dapat

    dilihat di gambar dibawah ini.

    Gambar 2.8 Kapasitansi dari kabel tiga inti

    Sumber : Perencanaan SKUTM Univ.Petra

    Dimana : C1 = kapasitansi pembungkus ke konduktor

    C2 = kapasitansi konduktor ke konduktor

    Pada dasarnya parameter-parameter kabel seperti R, L dan C dapat

    dihitung dengan perhitungan di atas, namun kita bisa langsung melihat pada data

    kabel karena sudah banyak produsen kabel yang menyertakan spesifikasi kabel.

    Lebih disarankan menggunakan data yang terdapat pada spesifikasi kabel pabrik

    untuk menghindari kesalahan dalam perhitungan menggunakan rumus.

    2.5.4 Impedansi (Z)

    Saluran distribusi dalam mengirimkan energi listrik akan memiliki

    impedansi yang akan mempengaruhi aliran arus listrik. Impedansi saluran

    merupakan besaran yang penting dalam perhitungan hubung singkat drop

    tegangan dan aliran daya pada sebuah saluran tenaga listrik. Impedansi

    merupakan perbandingan antara tegangan terhadap arus.

  • 25

    .........................................................................(2.10)

    Dimana : Z = Impedansi (/km)

    V = Tegangan (volt)

    I = Arus (Ampere)

    Impedansi Suatu saluran dapat dituliskan,

    Z = R + jX

    Dimana : Z = Impedansi

    R = Reaktansi

    X = Raktansi

    2.6 Penghantar Jaringan Tegangan Menengah

    Konduktor berfungsi memindahkan energi listrik dari suatu tempat ke

    tempat yang lain. Bahan-bahan yang dipakai untuk konduktor harus memenuhi

    persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

    - Konduktifitasnya cukup baik.

    - Kekuatan mekanisnya (kekuatan tarik) cukup tinggi.

    - Koefisien muai panjangnya kecil.

    - Modulus kenyalnya (modulus elastisitet) cukup besar.

    Bahan-bahan yang biasa digunakan sebagai konduktor, antara lain :

    - Logam biasa seperti tembaga, aluminium, besi, dan sebagainya

    - Logam campuran (alloy) adalah tembaga atau aluminium yang diberi

    campuran dalam jumlah tertentu dari logam jenis lain yang gunanya

    untuk menaikkan kekuatan mekanisnya.

    - Logam paduan (composite) yaitu dua jenis logam atau lebih yang

    dipadukan dengan cara kompresi, peleburan (smelting) atau pengelasan

    (welding).

  • 26

    2.6.1 Spesifikasi Penghantar Udara

    Menurut SPLN 56-2_1994, jenis penghantar Saluran Listrik Tegangan

    Menengah (SLTM) untuk penghantar udara terdiri dari :

    a. Penghantar udara AAAC, sesuai SPLN 41-8.

    b. Penghantar udara berselubung AAAC-S, sesuai 41-10.

    2.6.1.1 AAAC ( All Allumunium Alloy Conductor )

    Merupakan penghantar aluminium campuran. Kabel tambaga jenis ini

    mempunyai ukuran antara 16 - 500 mm2, dengan bentuk fisiknya berurat banyak.

    Gambar 2.9 Konstruksi Alumunium Campuran (AAAC)

    Sumber : SPLN 41-8_1981

    Spesifikasi ini meliputi hantaran aluminiun campuran (MAC), untuk

    saluran udara tegangan rendah maupun tegangan menengah, diregangkan pada

    isolator-isolator diantara tiang-tiang yang khusus untuk maksud ini . Hantaran ini

    terbuat dari kawat-kawat alumuniun campuran yang dipilin, tidak berisolasi dan

    tidak berinti.

    Ukuran diameter kawat : 1,50 sampai dengan 4,50 mm.

    Kode pengenal

    Contoh : AAAC 50 7/3

  • 27

    Menyatakan suatu hantaran alumunium keras yang dipilin bulat, tidak

    berisolasi dan tidak berinti baja, berluas penampang nominal 50 mm2 yang terdiri

    dari pilinan 7 helai kawat alumunium yang masing-masing berdiameter nominal 3

    mm.

    2.6.1.2 AAC ( All Allumunium Conductor )

    Gambar 2.11 Hantaran Alumunium (AAC)

    Sumber : SPLN 41-6_1981

    Spesifikasi ini meliputi hantaran alumunium campuran (AAC), untuk

    saluran udara tegangan rendah maupun tegangan menengah, diregangkan isolator

    isolator diantara tiang tiang yang khusus untuk maksud ini. Hantaran ini

    terbuat dari kawat-kawat alumunium keras yang dipilin, tidak berisolasi dan tidak

    berinti baja

    Kode pengenal

    Contoh : AAC 50 7/3

    Menyatakan suatu hantaran alumunium keras yang dipilin bulat, tidak

    berisolasidan tidak berinti baja, berluas penampang nominal 50 mm2 yang terdiri

    dari pilinan 7 helai kawat alumunium yang masing-masing berdiameter nominal 3

    mm.

  • 28

    2.6.1.3 ACSR ( Allumunium Cable Steel Reinforced )

    Gambar 2.11 Hantaran Alumunium Berpenguat Baja (ACSR)

    Sumber : SPLN 41-7_198

    Spesifikasi ini meliputi hantaran alumunium berpenguat baja (ACSR),

    untuk saluran udara tegangan rendah, menengah, maupun tegangan tinggi

    diregangkan pada isolator isolator diantara tiang tiang yang khusus untuk

    maksud ini. Hantaran ini terbuat dari kawat kawat alumunium keras yang dipilin

    berpenguat inti baja, tidak berisolasi.

    Spesifikasi ini meliputi hantaran alumunium campuran (AAC), untuk

    saluran udara tegangan rendah maupun tegangan menengah, diregangkan isolator

    isolator diantara tiang tiang yang khusus untuk maksud ini. Hantaran ini

    terbuat dari kawat-kawat alumunium kera yang dipilin, tidak berisolasi dan tidak

    berinti baja.

    Kode pengenal

    Contoh : ACSR 95/15 26/2, 15-7/1, 67

    Menyatakan suatu hantaran alumunium keras yang dipilin bulat, berluas

    penampang minimal 95 mm2 yang terdiri dari pilinan 26 helai kawat alumunium

    yang masing-masing berdiameter nominal 2,15 mm, berpenguatan inti baja

    berluas penampang nominal 15 mm2 yang terdiri dari 7 helai kawat baja yang

    masing-masing berdiameter nominal 1,67 mm.

  • 29

    2.6.2 Spesifikasi Kabel Tanah

    Jenis penghantar Saluran Listrik Tegangan Menengah (SLTM) untuk

    penghantar udara menurut SPLN 56-2_1994 adalah kabel pilin udara

    berpenghantar alumunium berisolasi XLPE. diantaranya :

    a. Kabel tanah berinti tunggal, berisolasi XLPE, berpelindung termo plastik

    yang dipasang sejajar/segitiga, sesuai SPLN 43-5.

    b. Kabel tanah berinti tiga, berisolasi XLPE, berpelindung tembaga atau

    berpenghantar konsentris, berperisai baja serta berselubung thermo plastic,

    sesuai SPLN 43-5.

    c. Kabel pilin tanah berinti tiga, berisolasi XLPE, berpelindung tembaga

    serta berselubung termo plastic, sesuai SPLN 43-5.

    2.6.2.1 N2XSEFGbY / NA2XSEFGbY 12/20 (24) KV

    Yaitu jenis kabel dengan tiga inti tembaga atau alumunium, isolasi XLPE,

    pelindung isolasi campuran semi-konduktif, pelindung metalic pita spiral tembaga

    yang saling berimpit, pelindung bagian dalamPVC, yang dilapisi baja galvanis

    bundar dan pita dengan pelapis perisai PVC. Kabel jenis ini mempunyai ukuran

    tegangan antara 7,2/36 kV

    Gambar 2.12 Kabel N2XSEFGbY / NA2XSEFGbY (3 Cores)

    Sumber : SUPREME Cable Medium Voltage XLPE Insulated Cable

  • 30

    Tabel 2.2 Spesifikasi Kabel N2XSEFGbY / NA2XSEFGbY

    Nominal Cross Sectional Area mm 240

    Conductor diameter (approx) mm 18.7

    Nominal insulation thickness mm 5.5

    Insulation diameter (approx) mm 31.3

    Nominal armou thickness mm 0.8

    Nominal sheath thickness mm 3.6

    Overall cable diameter (approx) mm 85

    Max. dc conductor resistance at 20C Ohm/km 0.125

    Capacitance per-phase F/km 0.307

    Inductance per-phase mH/km 0.302

    Sumber : SUPREME Cable Medium Voltage XLPE Insulated Cable

    2.6.2.2 N2XSEBY / NA2XSEBY 12 / 20 ( 24 ) KV

    Gambar 2.13 Kabel N2XSEBY / NA2XSEBY (3 Cores)

    Sumber : SUPREME Cable Medium Voltage XLPE Insulated Cable

    Tabel 2.3 Spesifikasi Kabel N2XSEBY / NA2XSEBY

    Nominal Cross Sectional Area mm 240

    Conductor diameter (approx) mm 18.7

    Nominal insulation thickness mm 5.5

  • 31

    Insulation diameter (approx) mm 31.3

    Nominal armou thickness mm 0.8

    Nominal sheath thickness mm 3.6

    Overall cable diameter (approx) mm 86

    Max. dc conductor resistance at 20C Ohm/km 0.125

    Capacitance per-phase F/km 0.270

    Inductance per-phase mH/km 0.289

    Sumber : SUPREME Cable Medium Voltage XLPE Insulated Cable

    2.6.2.3 N2XSEY / NA2XSEY 12/20 (24) KV

    Gambar 2.14 Kabel N2XSEY / NA2XSEY (3 Cores)

    Sumber : SUPREME Cable Medium Voltage XLPE Insulated Cable

    Tabel 2.4 Spesifikasi Kabel N2XSEY / NA2XSEY

    Nominal Cross Sectional Area mm 240

    Conductor diameter (approx) mm 18.7

    Nominal insulation thickness mm 5.5

    Insulation diameter (approx) mm 31.3

    Nominal sheath thickness mm 2.1

    Overall cable diameter (approx) mm 80

    Max. dc conductor resistance at 20C Ohm/km 0.125

  • 32

    Capacitance per-phase F/km 0.270

    Inductance per-phase mH/km 0.292

    Sumber : SUPREME Cable Medium Voltage XLPE Insulated Cable

    2.6.2.4 N2XSY / NA2XSY 12/20 (24) KV

    Gambar 2.15 Kabel N2XSY / NA2XSY (1 Core)

    Sumber : SUPREME Cable Medium Voltage XLPE Insulated Cable

    Tabel 2.5 Spesifikasi Kabel Kabel N2XSY / NA2XSY

    Nominal Cross Sectional Area mm 240

    Conductor diameter (approx) mm 18.7

    Nominal insulation thickness mm 5.5

    Insulation diameter (approx) mm 31.3

    Nominal sheath thickness mm 2.1

    Overall cable diameter (approx) mm 38

    Max. dc conductor resistance at 20C Ohm/km 0.125

    Capacitance per-phase F/km 0.270

    Inductance per-phase

    Triangle

    Sejajar

    mH/km

    0.330

    0.515

  • 33

    2.6.3 Kode Pengenal

    Dipasaran biasanya kabel tanah ditulis dengan kode huruf yang memiliki

    keterangan tersendiri. Untuk menjelaskan hal tersebut, maka dibawah ini akan

    dijelaskan mengenai keterangan kode yang terdapat pada kabel.

    Tabel 2.6 Kode Pengenal Kabel 1

    Huruf

    Kode Komponen

    N Kabel jenis standar dengan tembaga sebagai penghantar

    NA Kabel jenis standar dengan alumunium sebagai penghantar

    2X Isolasi XLPE (polietilen ikat silang)

    C Penghantar tembaga konsentris

    Y Selubung dalam PVC

    2Y Selubung luar PE (poli etilen)

    Y Selubung luar PVC

    FGb Perisai kawat alumunium pipih

    RGb Perisai kawat alumunium bulat

    B Perisai pita alumunium

    Cm Penghantar dipilin bulat dipadatkan

    rs Penghantar bulat terdiri dari sektor-sektor

    Sumber : SPLN 43-5-4_1995

    Tabel 2.7 Kode Pengenal Kabel 2

    Huruf

    Kode Komponen

    NF Kabel pilin jenis standar dengan tembaga sebagai penghantar

    NFA Kabel pilin jenis standar dengan alumunium sebagai penghantar

    2X Isolasi XLPE (poli etilen ikat silang)

    S Lapisan kawat tembaga pada masing-masing inti

    2Y Selubung luar PE (poli etilen)

  • 34

    Y Selubung luar PVC

    Cm Penghantar dipilin bulat dipadatkan

    Sumber : SPLN 43-5-1_1995

    Tabel 2.8 Kode Pengenal Kabel 3

    Huruf

    Kode Komponen

    SE Lapisan tembaga pada masing-masing inti

    CE Laisan tembaga konsentris pada bagian luar

    F Perisai kawat baja pipih

    R Perisai kawat baja bulat

    Rm Penghantar bulat berkawat banyak

    Sumber : Rancang Bangun Simulator SKTM