bab 2 tinjauan pustaka 2.1. sejarah kelapa sawit kelapa

23
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) merupakan tumbuhan tropis yang diperkirakan berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan dihutan belantara Negara tersebut.Kelapa sawit pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1848, dibawa dari Maurutius dan Amsterdam oleh seorang warga Belanda.Bibit kelapa sawit berasal dari kedua tempat tersebut masing-masing berjumlah dua batang dan pada tahun itu juga ditanam di Kebun Raya Bogor. Perkebunan kelapa sawit komersial pertama di Indonesia mulai diusahakan pada tahun 1911 di Aceh dan Sumatera Utara oleh Adrien Hallet, seorang berkebangsaan Belgia. Luas kebun kelapa sawit terus bertambah dari 1.272 hektar pada tahun 1916 menjadi 92.307 hektar pada tahun 1938.(Mustafa,H.M. 2004). Perkembangan industri perkebunan kelapa sawit Indonesia mengalami pasang surut selaras dengan irama sejarah perjuangan bangsa.Untuk memperjelas perkembangan, tanaman kelapa sawit dibagi menjadi 4 tahap. Pertama, masa penjajahan atau sebelum perang (1914-1942); kedua, masa pendudukan balatentara Jepang hingga masa ambil alih (1942-1957); ketiga, masa ambil alih (1958-1968) dan yang keempat adalah masa orde baru semenjak Pelita I,II,III. (Syamsulbahri.1996). Universitas Sumatera Utara

Upload: hoangtram

Post on 23-Jan-2017

229 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit Kelapa

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) merupakan tumbuhan tropis yang

diperkirakan berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan

dihutan belantara Negara tersebut.Kelapa sawit pertama kali masuk ke Indonesia

pada tahun 1848, dibawa dari Maurutius dan Amsterdam oleh seorang warga

Belanda.Bibit kelapa sawit berasal dari kedua tempat tersebut masing-masing

berjumlah dua batang dan pada tahun itu juga ditanam di Kebun Raya Bogor.

Perkebunan kelapa sawit komersial pertama di Indonesia mulai diusahakan pada

tahun 1911 di Aceh dan Sumatera Utara oleh Adrien Hallet, seorang

berkebangsaan Belgia. Luas kebun kelapa sawit terus bertambah dari 1.272 hektar

pada tahun 1916 menjadi 92.307 hektar pada tahun 1938.(Mustafa,H.M. 2004).

Perkembangan industri perkebunan kelapa sawit Indonesia mengalami

pasang surut selaras dengan irama sejarah perjuangan bangsa.Untuk memperjelas

perkembangan, tanaman kelapa sawit dibagi menjadi 4 tahap. Pertama, masa

penjajahan atau sebelum perang (1914-1942); kedua, masa pendudukan

balatentara Jepang hingga masa ambil alih (1942-1957); ketiga, masa ambil alih

(1958-1968) dan yang keempat adalah masa orde baru semenjak Pelita I,II,III.

(Syamsulbahri.1996).

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit Kelapa

6

Kelapa sawit didasarkan atas bukti-bukti fosil sejarah dan yang ada,

diyakini berasal dari Afrika Barat.Ditempat asalnya kelapa sawit dibiarkan

tumbuh liar di hutan-hutan yang telah dikenal sebagai tanaman pangan yang

penting.Penduduk setempat kelapa sawit diproses secara amat sederhana menjadi

minyak atau tuak. Sejak revolusi industri, di Eropa mulai bermunculan industri

atau pabrik (antara lain industri sabun dan margarin) yang membutuhkan bahan

mentah atau bahan baku operasionalnya. Minyak sawit dan minyak inti sawit yang

muncul kemudian adalah dua produk yang antara lain dibutuhkan untuk bahan

mentah atau bahan baku yang diperlukan dalam pabrik-pabrik tersebut. (Tim

Penulis PS. 1997)

Memasuki masa penduduk Jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami

kemunduran.Secara keseluruhan produksi perkebunan kelapa sawit terhenti.

Lahan perkebunan mengalami penyusutan sebesar 16% dari total luas lahan yang

ada sehingga produksi minyak sawit Indonesia pun hanya mencapai 56.000 ton

pada tahun 1948-1949. Padahal pada tahun 1940 Indonesia mengekspor minyak

250.000 ton minyak sawit.Pemerintahan terus mendorong pembukaan lahan baru

untuk perkebunan.Sampai tahun 1980, luas lahan mencapai 294.560 ha dengan

produksi CPO sebesar 721.172 ton.Sejak saat itu lahan perkebunan sawit

Indonesia mulai berkembang pesat terutama perkebunan rakyat.Hal ini didukung

oleh kebijakan pemerintah yang melaksanakan program perkebunan inti rakyat

perkebunan (PIR-bun).Perkembangan perkebunan semakin pesat lagi setelah

pemerintah mengembangkan program lanjutan yaitu PIT-Transmigrasi sejak tahun

1986.Program tersebut berhasil menambah luas lahan dan produksi kelapa sawit.

Pada tahun 1990-an, luas perkebunan kelapa sawit mencapai lebih dari 1,6 juta ha

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit Kelapa

7

yang tersebar di berbagai sentra produksi, seperti Sumatera dan

Kalimantan.(Fauzi,Y,.dkk.2012).

Tandan Buah segar (TBS) merupakan produk utama kebun kelapa sawit

dan bahan baku utama PKS. Rendemen dan mutu produk hasil dari PKS

tergantung pada mutu TBS yang masuk ke pabrik dari kebun.PKS tidak dapat

meningkatkan mutu TBS, namun hanya dapat meminimalisasikan penurunan

mutu. Faktor kebun yang dapat mempengaruhi kualitas bahan baku adalah genetik

dan tipe tanaman, umur tanaman, agronomi, lingkungan dan teknik panen serta

transportasi TBS.(Sulistyo,B.D.H. 2006).

Minyak yang dihasilkan dari buah kelapa sawit ternyata kini tidak hanya

merupakan minyak goreng yang penting bagi penduduk di Afrika Selatan

saja.Melainkan telah menjadi komoditi ekspor yang penting dipasaran

dunia.Minyaknya dapat dihasilkan dari seluruh buah tanaman ini.Tanaman kelapa

sawit dapat dikatakan tidak dapat tumbuh dengan baik di daerah yang terletak di

atas 150 L.U. dan L.S. ekuator.Di daerah tropik dengan ketinggian di bawah 300

m.dpl. yang banyak menerima sinar matahari dengan curah hujan minimum rata-

rata 1.200 mm sampai 2.000 mm per tahun yang terdistribusi dengan baik

tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan

memberikan hasil tinggi. Pada daerah yang memeiliki curah hujan yang rendah

pertahun nya tanah yang diperlukan bagi pertumbuhannya harus berupa tanah

yang dapat menahan air dengan baik.(Kartasapoetra, A.G. 1988).

Manajemen kelapa sawit adalah pengolahan perkebunan kelapa sawit

dengan cara yang baik, terencana, terorganisasi, tersusun, terarah serta terkendali

dalam batas fungsi produksi yang bertumpu pada faktor-faktor sumber daya

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit Kelapa

8

manusia, sumber daya alam, dan sumber daya keuangan dengan tujuan mencapai

keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit. (Risza, S.1994).

2.2. Varietas Kelapa Sawit

Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal.Dibedakan

berdasarkan tebal tempurung daging buah atau berdasarkan warna kulit buahnya,

dan ada juga beberapa varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan

yaitu, mampu menghasilkan produksi yang lebih baik dibandingkan dengan

varietas lainnya.

1. Pembagian varietas berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah

Berdasarakan ketebalan tempurung dan daging buah dikenal lima varietas

kelapa sawit, yaitu:

a) Dura

Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut

pada bagian luar tempurung.Daging buah relative tipis dengan presentase

daging buah terhadap buah bervariasi antara 35-50%.

b) Pesifera

Ketebalan tempurng sagat tipis tetapi daging buahnya tebal.Persentase

daging buah terhadap buah cukup tinggi. Jenis Pesifera tidak dapat

diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain. Oleh sebab itu

dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan

silang anatara Pesifera dengan Dura akan menghasilkan varietas Tenera.

c) Tenera

Varietas ini memepunyai sifat-sifat yang bersal dari kedua induknya, yaitu

Dura dan Pesifera.Varietas inilah yang banyak ditanam

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit Kelapa

9

diperkebunan.Tempurung menipis, ketebalannya berkisar anatara 0,5-4

mm, dan terdapat lingkaran serabit disekelilingnya. Presentase daging

buah terhadap bua tinggi, anatar 60-96%.Tandan buah yang dihasilkan

oleh Tenera lebih banyak daripada Dura, tetapi ukuran tandannya relatif

lebih kecil.

Pembagian varietas berdasarkan warna kulit buah

Ada 3 varietas kelapa sawit yang terkenal berdasarkan perbedaan warna

kulitnya. Varietas-varietas tersebut adalah:

a) Nigrescens

Buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi

jingga kehitam-hitaman pada waktu masa.Varietas ini banyak ditanam

diperkebunan.

b) Virescens

Pada waktu muda buahnya berwarna hijau dan ketika masak warna buah

berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap kehijauan.

Varietas ini jarang dijumapai di lapangan

c) Albescens

Pada waktu muda buah berwarna keputih-putihan, sedangkan setelah

masak menjadi kekuning-kuningan dan ujungnya berwarna ungu

kehitaman.Varietas ini juga jarang dijumpai.

2. Varietas unggul

Varietas-varietas unggul tersebut dihasilkan melalui hibridisasi atau

persilangan buatan antara varietas Dura sebagai induk betina dengan varietas

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit Kelapa

10

Pesifera sebagai induk jantan.Varietas tersebut mempunyai kualitas dan

kuantitas yang lebih baik dibandingkan varietas lainnya. (Tim Penulis. 1997).

2.3. Panen Kelapa Sawit

Panen dan pengolahan hasil panen merupakan rangkaian terakhir dari kegiatan

budi daya kelapa sawit.Kegiatan ini memerlukan teknik tersendiri untuk

mendapatkan hasil yang berkualitas.Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan

membentuk buah setelah umur 2-3 tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5-6

bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari

perubahan menjadi merah jingga ketika masak. Proses pemanenan pada tanaman

kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut

brondolan dan mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH)

serta ke pabrik. Pelaksanaan pemanenan tidak secara sembarang.Perlu

diperhatikan beberapa criteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah

untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas yang baik.

(Fauzi, Y,.dkk. 2004).

Tujuan akhir adalah memperoleh TBS yang berkualitas baik dengan

rendemen CPO dan KPO tinggi serta memenuhi standar mutuyang ditetapkan oleh

badan internasional. Perkiraan jumlah produksi sangat penting karena merupakan

dasar untuk menentukan kebijakan perkebunan, khususnya yang berkaitan dengan

kerja pabrik, (penambahan atau pengurangan jam kerja), penyediaan alat

transportasi TBS dan CPO/KPO, kapasitas kilang CPO/KPO, dan lain-lain.

Prediksi panen dapat dilakukan untuk kebutuhan jangka pendek, yaitu satu hari

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit Kelapa

11

hingga enam bulan yang akan datang, jangka menengah, yaitu enam bulan hingga

dua tahun, dan jangka panjang yaitu, dua tahun atau lebih.(Mustafa, H.M. 2004)

2.4. Kriteria Matang Panen

Kriteria kematangan optimal ditentukan pada saat kandungan minyak maksimal

sedangkan kandungan asam lemak bebas (ALB) dalam kondisi minimal. Pada saat

ini kriteria umum yang digunakan adalah 2 brondolan untuk 1 kg tandan buah

segar (TBS) untuk tanaman dewasa yang sudah berumur lebih dari 6 tahun.

Sedangkan untuk tanaman muda (3 – 5 tahun) adalah 1 kg brondolan untuk 1 kg

tandan buah segar. Dengan kriteria demikian maka akan diperoleh TBS yang

kematangannya paling optimal, yaitu 2 dan 3 dengan rendemen minyak

22,2%.(Syamsulbahri. 1996)

2.4.1. Cara Panen

Berdasarkan tinggi tanaman ada tiga cara panen yang umum dilakukan oleh

perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Untuk tanaman yang tingginya 2-5 m

digunakan cara panen jongkok dengan alat dodos, sedangkan tanaman dengan

ketinggian 5-10 m dipanen dengan cara berdiri dan menggunakan alat kampak

siam. Cara engrek digunakan untuk tanaman yang tingginya lebih dari 10 m

dengan menggunakan alat arit bergagang panjang.Untuk memudahkan

pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih

dahulu dan diatur rapi di tengah gawangan.Tandan buah yang matang dipotong

sedekat mungkin dengan pangkalnya, maksimal 2 cm. Tandan buah yang telah

dipotong diletakkan teratur dipiringan dan brondolan dikumpulkan terpisah dari

tandan. Brondolan harus bersih dan tidak tercampur tanah atau kotoran lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit Kelapa

12

Disyaratkan proporsi kotoran tidak melebihi 0,3% dari berat tandan. Selanjutnya

tandan buah dan brondolan dikumpulkan di THP.(Fauzi, Y,.dkk.2004)

2.4.2. Pengolahan Hasil Panen

Pengolahan tandan buah segar (TBS) dipabrik bertujuan untuk memperoleh

minyak sawit yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang

dan memerlukan control yang cermat, dimulai dari pengangkutan TBS atau

brondolan dari THP ke pabrik sampai dihasilkan minyak sawit dan hasil

sampingnya. Pada dasarnya aa dua macam hasil olahan utama TBS di pabrik,

yaitu minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah dan minyak

inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit.(Fauzi, Y,.dkk. 2012)

Minyak sawit yang sekarang banyak kita temukan di pasar sebagai minyak

goring itu diperoleh dari daging buah dan inti (kernel) sawit.Dengan demikian,

minyak sawit didapatkan dengan memproses daging buah beserta memecah

tempurung inti/kernel. Agar diperoleh minyak sawit yang bermutu tinggi dengan

rendemen yang tinggi pula maka proses pengolahannya harus memperhatikan

beberapa hal, diantaranya adalah tingkat efisiensi mesin pengolah yang tinggi dan

mutu tandan buah segar serta kecepatan proses panen hingga proses pengolahan.

(Syamsulbahri. 1996)

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit Kelapa

13

2.4.3. Kapasitas Olah Panen

Ukuran besarnyanya pabrik umumnya dinyatakan dengan kapasitas olah yaitu

kemampuan pabrik untuk mengolah bahan baku untuk menghasilkan produk.

Kapasitas olah dinyatakan dalam satuan massa per satuan waktu, dan untuk pabrik

kelapa sawit (PKS) dinyatakan dengan ton TBS/jam.(Sulistyo,B..et.al.2006).

Kapasitas pemanen setiap harinya tergantung dari

a) Produksi per ha yang dikaitkan dengan umur tanaman

b) Topografi areal

c) Kerapatan pohon

d) Masa panen puncak atau panen rendah

Kapasitas per hari adalah basis tugas pemanen menurut jumlah kg tandan yang

harus diselesaikan per hari kerja.Basis borong/basis premi adalah batasan jumlah

tandan yang dipanen dalam tugas yang tidak mendapatkan premi.

Berdasarkan hal tersebut di atas, panen yang baik adalah jika:

1) Jumlah brondolan di pabrik sebanyak 15% dari tandan yang dipanen

2) Fraksi 2 dan 3 minimal 65% dari jumlah tandan

3) Fraksi 1 maksimal 20% dari jumlah tandan

4) Fraksi 4 dan 5 maksimal 15% dari jumlah tandan.

2.4.4. Fraksi TBS dan Mutu Panen

Tanaman yang dikembangkan sekarang adalah Hibrida Tenera(Dura x Pesifera).

Buahnya mengandung 80% daging buah dan 20% biji yang batok atau

cangkangnya tipis dan menghasilkan 34.040% terhadap buah. Bagaimana bentuk

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit Kelapa

14

sususan atau komposisi tandan buah segar akan menentukan bagaimana cara

maupun hasil pengolahannya. Komposisinya pertama ditentukan oleh jenis

tanamannya, kesempurnaan penyerbukan bunganya, dan saat pelaksanaan

panennya.Jenis Tenera adalah hasil persilangan jenis Deli Dura dengan jenis

Pesifera Buah Dura mempunyai daging bauh tipis dan cangkang yang

tebal.Sedangkan buah Pesifera mempunyai daging buah yang sangat tebal dan

tidak mempunyai cangkang.Buah Tenera mempunyai daging buah yang agak

tebal dan cangkang yang tipis. Kesempurnaan penyerbukan akan menentukan

jumlah buah yang terdapat dalam satu tandan. Hasil penyerbukan oleh serangga

ini jauh lebih sempurna.Tandan menjadi padat dengan buah, sampai ke lapisan

paling dalam dari tandan. Tetapi kadar minyak dalam tandan hampir tidak

bertambah. Tetapi kadar inti dalam tandan telah meningkat sampai 1,5 kali.

Kriteria matang panen ditentukan sedemikian rupa. Pada umunya untuk pusingan

7 hari kriteria matang panen adalah 1,5 – 2 brondolan per kg berat tandan,

dinyatakan sebagai jumlah brondolan yang terdapat di piringan sebelum tandan

dipotong. Pelukaan buah (buah memar) sedapat mungkin harus dihindarkan untuk

mencegah agar kadar ALB dalam minyak tidak menjadi terlalu tinggi. Tandan

yang lebih matang akan lebih mudah luka. (Mangoensoekarjo & Semangun. 2008)

Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat

dipengaruhi perlakuan sejak awal panen.Faktor penting yang cukup berpengaruh

adalah kematangan buah dan tingkat kecepatan pengangkutan buah ke

pabrik.Berdasarkan hal tersebut, ada beberapa tingkatan atau fraksidari TBS yang

dipanen.Fraksi-fraksi TBS tersebut sangan memengaruhi mutu panen, termasuk

kuliah minyak sawit yang dihasilkan.Dikenal ada lima fraksi TBS. Secara ideal,

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit Kelapa

15

dengan mengikuti ketentuan dan criteria matang panen dan terkumpulnya

brondolan serta pengangkutan yang lancer maka dalam suatu pemanenan akan

diperoleh komposisi fraksi tandan buah yang dapat diolah sebagai berikut:

a) Jumlah brondolan di pabrik sekitar 25% dari berat tandan seluruhnya

b) Tandan yang berdiri dari fraksi 2 dan 3 minimal 65% dari jumlah tandan.

c) Tandan yang terdiri dari fraksi 1 maksimal 20% dari jumlah tandan

d) Tandan yang terdiri dari fraksi 4 dan 5 maksimal 15 dari jumlah tandan

Table 2.1. Beberapa Tingkat Fraksi TBS

Fraksi Jumlah Brondolan Tingkat

Kematangan

00

0

1

2

3

4

5

Tidak ada, buah berwarna hitam

1 – 12,5% buah luar membrondol

12,5 – 25% buah luar membrondol

25 – 50% buah luar membrondol

50 – 75% buah luar membrondol

75 – 100% buah luar membrondol

Buah dalam juga membrondol, ada buah yang

busuk

Sangat mentah

Mentah

Kurang matang

Matang I

Matang II

Lewat matang I

Lewat matang II

Dalam hal ini, pengetahuan mengenal derajat kematangan buah mempunyai arti

penting sebab jumlah dan mutu minyak yang akan diperoleh sangat ditentukan

oleh faktor ini. Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam

lemak bebas (ALB) minyak sawit yang dihasilkan.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit Kelapa

16

Tabel 2.2. Hubungan Rendemen Minyak Dengan ALB

Fraksi Rendemen Minyak (%) Kadar Asam Lemak

Bebas(%)

0

1

2

3

4

5

16

21,4

22,1

22,2

22,2

21,9

1,6

1,7

1,8

2,1

2,6

3,8

Apabila pemanenan buah tersebut dilakukan dalam keadaan lewat matang II masa

minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam presentase tinggi (lebih dari

3%), namun rendemen minyaknya sudah mulai menurut. Sebaliknya, jika

pemanenan dilakukan dalam keadaann buah belum matang, selain kadar ALB-nya

rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah.(Fauzi, Y,.dkk. 2012)

Warna minyak kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh kandungan karoten

dalam minyak tersebut.Karoten dikenal sebagai sumber vitamin A, pada

umumnya terdapat pada tumbuhan yang berwarna hijau kuning termasuk kelapa

sawit, tetapi para konsumen tidak menyukainya.Oleh karena itu para produsen

berusaha untuk menghilangkan bleaching earth. Mutu minyak sawit juga

dipengaruhi oleh kadar asam lemak bebasnya, karena jika kadar asam lemak

bebasnya tinggi, maka akan timbul bau tengik di samping juga dapat merusak

peralatan karena mengakibatkan timbulnya korosi. Faktor- faktoryang dapat

menyebabkan naiknya kadar asam lemak bebas dalam CPO antara lain adalah;

a) Kadar air dalam CPO

b) Enzim yang berfungsi sebagai katalis dalam CPO t

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit Kelapa

17

Kadar air dapat mengakibatkan naiknya kadar assam lemak bebas karena air pada

CPo dapat menyebabkan terjadinya hidrolisa pada trigliserida dengan bantuan

enzim lipase dalam CPO tersebut.(Tambun,R.2006)

2.5. Proses Pengolahan Minyak Kelapa Sawit

Proses pengolahan TBS menjadi minyak dapat dilakukan dengan cara yang

sederhana dan dapat pula dengan teknologi tinggi yang sudah biasa digunakan

oleh perkebunan-perkebunan besar yang menghasilkan minyak sawit mentah atau

CPO (Crude Palm Oil)dengan kualitas ekspor. Adapun tahapan proses

pengolahan minyak kelapa sawit adalah sebagai berikut:

2.5.1. Penerimaan Buah dan Sortasi

Buah yang diterima di PKS pertama-tama harus melalui jembatan

timbang.Jembatan timbang berfungsi untuk mengontrol proses (pengolahan buah

masuk), menghitung rendemen, sebagai dasar perhitungan pembayaran premi

permanen dan buah pihak ketiga dan pencatatan produksi TBS kebun

pemasok.Dan jembatan timbang dikalibrasi secara rutin.Selanjutnya buah dibawa

ke loading ramp yang berfungsi untuk penimbunan sementara TBS. di Loading

Ramp dilakukan sortasi panen untuk memastikan bahwa buah masuk berada

dalam kondidi yang optimal untuk diektrak minyaknya dalam artian kandungan

minyak buah maksimal dan ALB yang rendah.

Bila TBS yang tidak memenuhi syarat kurang dari 50%, biasanya TBS

yang memenuhi syarat diterima pabrik sedangkan TBS yang tidak memnuhi

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit Kelapa

18

syarat dikembalikan, sedangkan bila TBS yang tidak memenuhi syarat lebih dari

50% seluruh buah di dalam sebuah truk dikembalikan. Brondolan sebenarnya

sedapat mungkin dihindari dalam proses ekstrksi karena akan diperoleh rendemen

yang relative rendah dan menyebabkan turunnya daya pemutihan (bleachability)

CPO yang dihasilkan. Umumnya terdapat 10% brondolan dari total buah yang

diterima di pabrik kadar minyak dalam brondolan mencapai 37-45%.

2.5.2. Perebusan (Sterilisasi)

Perebusan atau sterilisasi buah dilakukan dalam sterilizer yang berupa bejana

bertekanan. Biasanya sterilizer dirancang untuk dapat memuat sampai 10 lori

dengan tekanan uap 3 kg/cm2. Lori Adalah tempat buahyang dapat menampung

buah 2,5 – 3,5 dari 5,0 ton. Fungsi lori yang berlubang dengan diameter 0,5 inch

ini adalah untuk mempertinggi penetrasi uap pada bauh dan penetesan air

kondensat yang terdapat diantara buah. Sterilizer harus dilengkapi dengan katup

pemngaman (safety valve) untuk menjaga tekanan di dalam sterilizer tidak

melebihi tekanan kerja maksimum yang diperkenankan.

Tujuan dari sterilisasi ini adalah:

a) Menonaktifkan enzim untuk mencegah kenaikan asam lemak bebas (ALB)

minyak yang akan dihasilkan

b) Memudahkan pelepasan bbrondolan buah dari tandan

c) Melunakkan buah untuk memudahkan dalam proses pelumatan di digester

d) Prakondisi untuk biji agar tidak mudah pecah selama proses pengepresan

dan pemecahan biji

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit Kelapa

19

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tekanan uap sebesar 2,8 – 3 kg/cm

dengan lama sterilisasi sekitar 90 menit.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu sterillisasi :

a) Tekanan uap dan lama sterilisasi

Tekanan uap dan lama sterilisasi kurang cukup akan mengakibatkan:

1. Buah kurang masak, karena sebagian brondolan tidak terlepas dari

tandannya dan akan menyebabkan kehilangan minyak dalam tandan

kosong yang meningkat

2. Pelumatan dalam digerster tidak sempurna. Sehingga mengakibatkan

proses pengepresan tidak sempurna dan mengakibatkan kerugian

minyak pada ampas dan biji bertambah

3. Serat (fiber) menjadi basah. Sehingga mengakibatkan proses

pembakaran dalam tungku ketel uap tidak komplit.

b) Pembuangan udara dan air kondensat

Apabila udara di dalam sterilizer tidak dikeluarkan maka terjadi campuran

udara dan uap yang mengakibatkan pemindahan panas dari uap ke buah

tidak sempurna.Udara yang masih ada di dalam sterilizer dapat

memberikan pembacaan tekanan semu (tidak nyata) pada alat ukur tekanan

(pressure gauge).

c) Siklus sterilisasi

Ada dua sistem yang digunakan yaitu double peak (dua puncak) dan triple

peak (tiga puncak. Jumlah puncak dalam sterilisasi dilihat dari jumlah

pembukaan atau penutupan dari uap masuk atau uap keluar selama

sterilisasi berlangsung yang diatur secara manual atau otomatik

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit Kelapa

20

2.5.3. Penebahan Buah (Threshing)

Penebahan adalah pemisahan brondolan buah dari tandan kosong kelapa

sawit.Buah yang telah direbus di sterilizer diangkat dengan hoisting crane dan

dituang ke dalam threser melalui hopper yang berfungsi untuk menampung buah

rebus.Autofeeder akan mengatur meluncurnya buah agar tidak masuk sekaligus.

Pemipilan dilakukan dengan membanting buah dalam drum yang dengan

kecepatan putaran 23-25 rpm. Buah yang terpipil akan jatuh melalui kisi-kisi dan

ditampung oleh fruit elevator dan dibawa dengan distributing conveyor untuk

didistribusikan ke tiap unit-unit digester. Selanjutnya tandan kosong melalui

empty bunch conveyor dibawa ke empty bunch hopper untuk penimbunan

sementara sebelum diangkut ke kebun sebagai mulsa atau kompos.

2.5.4. Pengempaan (Pressing)

Peremasan/ Pelumatan Buah (digester).Digester adalah alat untuk melumatkan

brondolan sehingga daging buah terpisah dari biji.Digester terdiri dari tabung

silinder yang berdiri tegak yang didalamnya dipasang pisau-pisau pengaduk

(strirring arms) sebanyak 6 tingkat yang diikatkan pada poros dan digerakkan

oleh motor listrik.Buah yang masuk ke dalam digester diaduk sedemikian rupa

sehingga sebagian besar daging buah sudah terlepas dari dagingnya. Untuk

memudahkan proses pelumatan diperlukan panas 90 -950Cyang diberikan dengan

cara menginjeksikan uap 3 kg/cm2langsung atau melalui mantel (jacket). Proses

pengadukan berlangsung selama 30 menit. Terhambatnya pengeluaran minyak

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit Kelapa

21

akan menyebabkan minyak berfungsi sebagai pelumas pisau sehingga

menguraikan efek pelumatan pisau digester.

Pengempaan Buah / Pemerasan Minyak . Pengempaan (screw press)

digunakan untuk memisahkan minyak kasar (crude oil)dari daging buah

(pericarp). Alat ini terdiri dari sebuah silinder (press silinder) yang berlubang-

lubang darn di dalamnya terdapat 2 buah ulir (screw) yang berputas berlawanan

arah. Tekanan kempa diatur oleh dua konus (cones) yang berada pada bagian

ujung pengempa yang dapat digerakkan maju mundur oleh mekanisme hidrolik.

Massa yang keluar dari digesterdiperas dalam screw press pada tekanan 50 – 60

bar dengan menggunakan air pembilas screw press suhu 90 - 950C sebanyak 7%

TBS (maks) dengan hasil minyak kasar (crude oil) yang viscositasnya tinggi.

Untuk menurunkan viscositas minyak, penambahan air dapat pula dilakukan di oil

gutter kemudian dialirkan melalui oil gutter ke stasiun klarifikasi, sedangkan biji

yang bercampur dengan serat masuk ke alat pemecah ampas kempa (cake breaker

conveyor) untuk dipecahkan.

2.5.5. Pemurnian Minyak (Clarification)

Stasiun pemurnian minyak adalah stasiun terakhir untuk pengolahan

minyak.Minyak kasar hasil stasiun pengempaan dikirim ke stasiun ini untuk

diproses lebih lanjut sehingga diperoleh minyak produksi, proses pemisahan

minyak, air dan kotoran dilakukan dengan system pengendapan, sentrifugasi dan

penguapan.

a) Sand Trap Tank

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit Kelapa

22

Alat ini diguanakan untuk memisahkan pasir dari cairan minyak kasar

yang berasal dari screw press. Untuk memudahkan pengendapan pasir,

cairan minyak kasar harus cukup panas yang diperoleh dengan

menginjeksi uap.

b) Saringan bergetar (Vibrating Screen)

Saringan bergetar digunakan untuk memisahkan benda-benda padat yang

terikut minyak kasar.Saringan bergetar terdiri dari 2 tingkat saringan

dengan luas permukaan masing-masing 2m2. Tingkat atas memakai

saringan ukuran 20 mesh, sedangkan tingkat bawah memakai saringan 40

mesh. Crude oil yang telah diencerkan dialirkan ke vibrating screen dengan

tujuan untuk memisahkan beberapa bahan asing seperti pasir, serabut dan

bahan-bahan lain yang masih mengandung minyak dan dapat dikembalikan

ke digester. Untuk mengetahui ketepatan penambahan air pengecer maka

setiap 2 jam sekali diambil sampel crude oil sebelum masuk vibrating

screen untuk selanjutnya dengan hand centrifuge / electric centrifuge dapat

diketahui komposisi minyak., NOS dan air. Komposisi yang tepat adalah

satu bagian minyak dan dua bagian sludge (NOS dan air).Jika

menggunakan decanter maka perbandingan minyak dan sludge 1:1.

Minyak kasar yang telah disaring dialirkan kedalam crude oil tank dan suhu

dipertahankan 90 – 950C selanjutnya minyak kasar dipompa ke setling

tank.

c) Tangki / Pompa Minyak Kasar (Crude Oil Tank / Pump

Tangki minyak kasar adalah tangki penampung minyak kasar, yang telah

disaring, untuk dipompakan ke tangki pisah (contiuous clarifier

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit Kelapa

23

tank)dengan pompa minyak kasar.Untuk menjaga agar suhu cairan tetap,

diberikan penambahan panas dengan menginjeksikan uap.Pembersihan

secara menyulurkan (luar dan dalam) dilakukan ssetiap minggu akhir

mengolah.

d) Tangki Masakan Minyak (Oil Tank)

Minyak yang telah dipisah pada tangki pemisah ditampung dalam tangki ini

untuk dipanasi lagi sebelum diolah lebih lanjut pada oil

centrifuge.Diusahakan agar tangki ini tetap penuh untuk menjaga agar

spiral yang dialiri uap dengan tekanan 3 kg/cm2.Tangki berbentuk silinder,

dengan bagian dasar berbentuk kerucut.

e) Sentrifusi Minyak (Oil Purifier)

Untuk pemurnian mnyak yang berasal dan tangki masakan yang

mengandung air ± 0,50 – 0,70% dan ± 0,10 – 0,30 dipergunakan alat

pemisah sentrifusi ini, yang berputasr antara 5.000 – 6.000 rpm. Akibat

gaya sentrifugal yang terjadi, maka minyak yang mempunyai berat jenis

lebih kecil bergerak kearah poros, dan terdorong keluar oleh sudu-sudu

(parig disc), sedangkan kotoran dan air yang berat jenisnya lebih besar

terdorong kea rah dinding bowl. Air keluar, padatan melekat pada dinding

bowl yang dikeluarkan dengan pencucian.

f) Tangki Apung (Float Tank)

Tangki apung dipakai untuk mengatur jumlah minyak masuk kedalam

tangki hampa udara (vacuum) agar merata dan tetap (konstan). Perlu

diperhatikan agar pelampung selalu dalam keadaan baik.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit Kelapa

24

g) Pengeringan Minyak (Vacuum Dryer)

Pengeringan minyak dipergunakan untuk memisahkan air dan minyak

dengan cara penguapan hampa. Alat ini terdiri dari tabung hampa udara dan

3 tingkat steam ejector.Minyak terhisap ke dalam tabung melalui pemercik

(nozzle), akibat adanya hampa udara, dan terpancar ke dalam tabung

hampa.Uap air dari tabung hampa, terhisap oleh ejector 1, masuk kedalam

kondensor 1, sisa uap dari kondensor 1 terhisap oleh ejector 2, masuk

kedalam kondensor 2, sisa uap terakhir dihisap oleh ejector 3 dan dibuang

ke atmosfer. Air yang terbentuk dalam kondensor 1 dan 2 langsung

ditampung dalam tangki air panas

di bawah (hot well tank).

2.6. Komposisi Minyak Kelapa Sawit

Kelapa sawit mengandung 80% perikarp (lapisan serat daging) dan 20% buah

yang dilapisi kulit yang tipis, minyak dalam perikarp sekitar 34 – 40%. Minyak

kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap.

Titik lebur minyak sawit tergantung pada kadar trigliseridanya. Minyak sawit

terdiri atas berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak yang berbeda-beda.

Rumus bangun minyak sawit adalah sebagai berikut:

H H

H—C—OH HOOCR1 H—C—OOCR1

H—C—OH + HOOCR2 H—C—OOCR2 + 3H2O

H—C—OH HOOCR3 H—C—OOCR3

H H

Gliserol Asam Lemak Trigliserida Air

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit Kelapa

25

Panjang rantai adalah 14 – 20 atom karbon.Dengan demikian sifat minyak

sawit ditentukan oleh perbandingan dan koposisi trigliserida.Karena kandungan

asam lemak yang terbanyak adalah asam lemak jenuh oleat dan linoleat, minyak

sawit masuk golongan minyak asam oleat-linoleat. Jumlah asam jenuh dan asam

tak jenuh dalam minyak sawit hampir sama. Komponen utamanya adalah asam

palmitat dan oleat.

Table 2.3 Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit dan Inti Sawit

Asam

lemak

Jumlah

brondolan

Tak

jenuh

Titik lebur

°C Asam Lemak % berat

Minyak sawit Minyak inti

sawit

Kaprilat

Kaprat

Laurat

Miristat

Palmitat

Stearat

8

10

12

14

16

18

16,7

31,6

44,2

54,4

62,9

69,6

-

-

-

1,4 (0,5-6)

40,1 (32-45)

5,5 (2-7)

2,7 (3-5)

7,0 (3-7)

46,6 (40-52)

14,1 (14-17)

8,8 (7,9)

1,3 (1-3)

Jumlah

asam jenuh 47,0 80,8

Oleat

Linoleat

18

18

1

2

15

-5

42,7 (38-52)

10,3 (5-11)

18,5 (13-19)

0,7 (0,5-2)

Jumlah asam lemak jenuh 53,0 19,2

(Mangoensoekarjo & Semangun.2008)

2.7. Manfaat Kelapa Sawit dan Keunggulan pada Aplikasinya untuk

Keperluan Pangan

Manfaat sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki susunan

dan kandungan gizi yang cukup lengkap.Industry yang banyak menggunakan

minyak sawit sebagai bahan baku adalah industry kosmetik dan farmasi. Bahkan,

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit Kelapa

26

minyak sawit telah dikembangkan sebagai salah satu bahan bakar nabati

(biodiesel).

Minyak sawit juga memiliki keunggulan dalam hal susunan dan nilai gizi

yang terkandung di dalamnya. Kadar steril dalam minyak sawit relative lebih

rendah dibandingkan dengan minyak nabati lainnya yang terdiri dari sitosterol dan

kolesterol. Dalam CPO, kadar sterol berkisar 360 – 620 ppm dengan kadar

kolesterol hanya sekitar 10 ppm atau sebesar 0,001% dalam CPO.

Berikut adalah beberapa keunggulan minyak sawit pada aplikasinya untuk

keperluan pangan:

a) Produk pangan yang diformulasikan dengan menggunakan minyak sawit

akan memunyai keawetan yang lebih baik karena minyak sawit sangat

stabil terhadap proses ketengikan dan kerusakan oksidatif lainnya. Alasan

itulah yang membuat minyak sawit dikenal sebagai minyak goring terbaik.

b) Minyak sawit mempunyai kecendrungan untuk mengalami kristalisasi

dalam bentuk Kristal kecil sehingga mampu meningkatkan kinerja

creaming jika digunakan pada formulasi cake dan margarine.

c) Kandungan asam palmitat minyak sawit sangat baik untuk proses aerasi

campuran lemak/gula, misalnya pada proses baking.

d) Minyak sawit baik digunakan untuk membuat vanaspati, atau vegetable

ghee, yang mengandung 100% lemak nabati, bias digunakan untuk

subsitusi mentega susu dan mentega cokelat.

e) Roti yang diproduksi dengan shortening dari minyak sawit mempunyai

tekstur dan keawetan yang lebih baik.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit Kelapa

27

f) Minyak sawit juga banyak untuk produksi krim biscuit, karena kandungan

padatan dan titik lelehnya yang cukup tinggi.( Fauzi, Y,.dkk..2012)

Universitas Sumatera Utara