bab 2 tinjauan pustaka 2.1 usaha mikro kecil dan...
TRANSCRIPT
11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Dalam perekonomian Indonesia Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar.
Selain itu, kelompok ini terbukti tahan terhadap berbagai macam goncangan
krisis ekonomi. Pengertian dan kriteria usaha yang termasuk dalam Usaha
Mikro Kecil dan Menengah telah diatur dalam payung hukum berdasarkan
undang-undang.
2.1.1 Jenis Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Pemerintah Indonesia menjelaskan Dunia Usaha sebagaimana
dimuat dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2008 Pasal 1 ayat 1
adalah, Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah, dan Usaha Besar
yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan berdomisili di
Indonesia. Lebih lanjut Pemerintah menjelaskan bahwa jenis usaha
yang berlaku di Indonesia dikategorikan sebagai berikut:
- Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana yang diatur oleh Undang-Undang.
- Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
12
langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil.
- Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar.
2.1.2 Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Adapun kriteria UMKM menurut Undang-Undang No.20
Tahun 2008 Pasal 6 ayat 1, yaitu :
- Kriterian Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.00,00
(tiga ratus juta rupiah).
- Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
banguna tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah) sampai paling banyak Rp
2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus rupiah).
13
- Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
2.2 Biaya
2.2.1 Pengertian Biaya
Menurut Mulyadi (2009:8):
“Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam
satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi
untuk tujuan tertentu.”
Menurut Carter (2009:30):
“Biaya adalah suatu nilai tukar, pengeluaran, atau pengorbanan yang
dilakukan untuk menjamin perolehan manfaat. Sedangkan beban
adalah penurunan dalam aset bersih sebagai akibat dari penggunaan
jasa ekonomi dalam menciptakan pendapatan atau dari pengenaan
pajak oleh badan pemerintah. Beban dalam arti paling luas mencakup
semua biaya yang sudah habis masa berlakunya yang dapat
dikurangkan dari pendapatan.”
14
Menurut Bastian Buatami dan Nurlela (2010:7):
“Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam
satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk
mencapai tujuan tertentu.”
Dari beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa
pengertian biaya secara singkat dapat dikatakatakan sebagai pengorbanan
sumber daya ekonomis untuk memperoleh barang dan jasa untuk mencapai
tujuan tertentu.
2.2.2 Klasifikasi Biaya
Objek dari kegiatan akuntansi biaya adalah biaya, dimana biaya
dicatat, diringkas, digolongkan dan disajikan oleh akuntansi biaya. Sehingga
biaya dapat digunakan sebagai landasan dalam menetapkan besarnya
pengorbanan sumber ekonomis atau pengeluaran-pengeluaran dalam proses
produksi yang dianggap ekonomis dan rasional. Oleh karena itu dibawah ini
akan dikemukakan pendapat para ahli mengenai klasifikasi biaya. Dalam
mengklasifikasikan biaya, menurut Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi
Biaya” menggolongkan biaya kedalam lima klasifikasi.
2.2.2.1 Biaya Menurut Objek Pengeluaran
Menurut Mulyadi (2009:13), penggolongan ini merupakan
penggolongan yang paling sederhana, yaitu berdasarkan penjelasan
singkat mengenai suatu objek pengeluaran, misalnya pengeluaran yang
berhubungan dengan telepon disebut “biaya telepon”.
15
2.2.2.2 Biaya Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan
Menurut Mulyadi (2009:13), terdapat tiga golongan dalam
klasifikasi ini, yaitu:
1. Biaya Produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan
fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi
produk selesai. Biaya produksi dapat digolongkan ke dalam biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
2. Biaya Pemasaran, adalah biaya-biaya yang terjadi untuk
melaksanakan kegiatan pemasaran produk, contohnya biaya iklan,
biaya promosi, biaya sempel,dll.
3. Biaya Administrasi dan Umum, yaitu biaya-biaya untuk
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan produksi dan pemasaran
produk, contohnya gaji bagian akuntansi, gaji personalia,dll.
2.2.2.3 Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai
Menurut Mulyadi (2009:13), terdapat dua golongan dalam
klasifikasi ini, yaitu:
1. Biaya Langsung (direct cost), merupakan biaya yang terjadi
dimana penyebab satu-satunya adalah karena ada sesuatu yang
harus dibiayai. Dalam kaitannya dengan produk, biaya langsung
terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
2. Biaya Tidak Langsung (indirect cost), biaya yang terjadi tidak
hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai, dalam
hubungannya dengan produk, biaya tidak langsung dikenal
dengan biaya overhead pabrik.
16
2.2.2.4 Menurut Perilaku dalam Kaitannya dengan Perubahan
Volume Kegiatan
Menurut Mulyadi (2009:13), dalam klasifikasi ini biaya dibagi
menjadi empat, yaitu:
1. Biaya Tetap (fixed cost), biaya yang jumlahnya tetap konstan
tidak dipengaruhi perubahan volume kegiatan atau aktivitas
sampai tingkat kegiatan tertentu, contohnya; gaji direktur
produksi.
2. Biaya Variabel (variable cost), biaya yang jumlah totalnya
berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan
atau aktivitas, contoh; biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung.
3. Biaya Semi Variabel, biaya yang jumlah totalnya berubah tidak
sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi
variable mengandung unsure biaya tetap dan biaya variable,
contoh; biaya listrik yang digunakan.
4. Biaya Semi Fixed, biaya yang tetap untuk tingkat volume
kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada
volume produksi tertentu.
2.2.2.5 Menurut Jangka Waktu Manfaatnya
Dalam klasifikasi ini biaya dibagi dua bagian, yaitu:
1. Pengeluaran Modal (Capital Expenditure), yaitu pengeluaran
yang akan memberikan manfaat atau benefit pada periode
akuntansi atau pengeluaran yang akan dapat memberikan
manfaat pada periode akuntansi yang akan datang.
17
2. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure), pengeluaran
yang akan memberikan manfaat hanya pada periode akuntansi
dimana pengeluaran itu terjadi.
2.3 Akuntansi Biaya
Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari laba semaksimal mungkin
dan memimimalisasi kerugian yang mungkin terjadi. Oleh karena itu pihak
manajemen memerlukan informasi mengenai biaya yang benar dan tepat. Untuk
menghasilkan informasi mengenai biaya yang benar dan tepat diperlukan suatu alat
bantu yaitu akuntansi biaya.
2.3.1 Pengertian Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya merupakan alat bagi manajemen dalam
merencanakan, mengorganisir, mengawasi perusahaan agar tujuan perusahaan
dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Menurut Mulyadi (2009:6), menyatakan bahwa:
“Akuntansi Biaya adalah proses pencatatan, penggolongan,
peringkasan dan penjualan produksi atau jasa dengan car-cara tertentu,
serta penafsiran terhadapnya”.
Menurut R.A Supriyono (2009:12), menyatakan bahwa:
“Akuntansi Biaya adalah salah satu cabang akuntansi yang merupakan
alat manajemen dalm memonitor dan merekam transaksi biaya secara
sistematis, serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan
biaya”.
Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:3), akuntansi biaya
adalah:
18
“Bidang ilmu akuntansi yang mempelajari bagaimana cara mencatat,
mengukur dan pelaporan informasi biaya yang digunakan. Disamping
itu akuntansi biaya juga membahas tentang penentuan harga pokok
dari suatu produk yang diproduksi dan dijual kepada pemesan maupun
untuk pasar, serta untuk persediaan produk yang akan dijual”.
Jadi dapat dikatakan bahwa akuntansi biaya merupakan bagian dari
akuntansi, juga alat bagi manajemen untuk melakukan perencanaan dan
pengawasan kegiatan-kegiatan yang relevan dengan biaya produksi.
2.3.1 Tujuan Akuntansi Biaya
Tujuan akuntansi biaya menurut Mulyadi (2009:8), adalah
menyediakan informasi biaya untuk kepentingan manajemen guna
membantu mereka didalam mengelolah perusahaan atau bagiannya.
Menurut Mulyadi (2009:9), akuntansi biaya mempunyai tiga
tujuan pokok yaitu :
1. Penentuan Harga Pokok Produksi
Untuk memenuhi tujuan penentuan harga pokok produksi,
akuntansi biaya mencatat, menggolongkan, dan meringkas
biaya-biaya pembuatan produk atau penyerahan jasa. Misalnya
metode variable costing untuk penentuan harga pokok produksi
dan penyajian informasi biaya untuk memenuhi kebutuhan
manajemen dalam perencanaan dan pengambilan keputusan
jangka pendek.
2. Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya harus didahului dengan penentuan hbiaya
yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi satu satuan
19
produk. Jika biaya yang seharusnya ini telah ditetapkan,
akuntansi biaya bertugas untuk memantau apakah pengeluaran
biaya yang sesungguhnya sesuai dengan biaya yang seharusnya
tersebut. Bila terdapat selisih, maka akuntansi biaya harus
menganalisis dan menyajikan informasi penyebab terjadinya
selisih biaya ini. Informasi ini akan sangat berguna bagi pihak
manajemen, misalnya dalam menilai prestasi kerja para
manajer di bawah manajer puncak.
3. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan khusus menyangkut masa yang akan
datang. Oleh karena itu informasi yang relevan dengan
pengambilan keputusan khusus selalu berhubungan dengan
informasi yang akan datang. Informasi biaya ini tidak dicatat
dalam catatan akuntansi biaya, melainkan hasil dari suatu
proses peramalan. Laporan akuntansi biaya akan digunakan
oleh pihak manajemen dalam mengambil keputusan. Akuntansi
biaya mengembangkan berbagai konsep informasi biaya untuk
pengambilan keputusan seperti: biaya kesempatan, biaya
hipotesis, biaya tambahan, biaya terhindarkan dan pendapatan
yang hilang. Sehingga pihak manajemen bisa mangambil
keputusan dalam proses produksi suatu barang sebaiknya
memproduksi sendiri atau membeli.
Menurut Matz dan Ursy (2009:13), perencanaan dan
pengendalian biaya yang dialih bahasakan oleh Sirait-Wibowo
menjelaskan tujuan akuntansi biaya adalah:
1. “Menyusun dan melaksanakan rencana serta anggaran operasi
dalam kondisi yang ekonomis dan bersaing.
20
2. Menetapkan metode kalkulasi biaya yang menjamin adanya
pengendalian, pengukuran dan perbaikan mutu.
3. Mengendalikan jumlah persediaan secara fasis, dan membuat
biaya dari masing-masing barang dan jasa yang diproduksi
untuk penentuan harga dan untuk mengevaluasi prestasi suatu
produk, departemen atau difisi.
4. Menghitung biaya dan laba perusahaan untuk periode
akuntansi tahunan atau periode yang lebih singkat.
5. Memilih diantara dua atau lebih alternative jangka pendek
atau jangka panjang yang bisa menaikan pendapatan atau
menurunkan biaya.”
Dari pendapat-pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya tujuan akuntansi biaya adalah untuk perencanaan dan
pengendalian keputusan untuk mencapai tujuan perusahaan dan
mengambil keputusan yang tepat.
2.4 Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi merupakan keseluruhan pengorbanan sumber-sumber
ekonomis untuk menghasilkan produk atau melakukan pengolahan bahan baku
menjadi produk jadi. Sehingga dapat digunakan untuk menghitung harga pokok
produk jdan harga pokok produk pada akhir periode yang masih dalam proses.
2.4.1 Definisi Harga Pokok Produksi
Menurut Mulyadi (2009:11), mendefinisikan harga pokok produksi
sebagai berikut:
21
“Harga pokok produksi adalah pengorbanan ekonomi yang diukur
dalam satuan uang yang telah terjadi untuk memperoleh aktiva atay
secara tidak langsung memperoleh penghasilan.”
Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:49):
“Harga pokok produksi adalah kumpulan biaya produksi yang terdiri
dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik ditambah persediaan produk dalam proses awal dan dikurang
persediaan produk dalam proses akhir. Harga pokok produksi terikat
pada periode waktu tertentu. Harga pokok produksi akan sama dengan
biaya produksi apabila tidak ada persediaan produk dalam proses awal
dan akhir.”
Menurut Carter (2009:40), harga pokok produksi didefinisikan
sebagai:
“Jumlah dari tiga elemen biaya: bahan baku langsung, tenaga kerja
langsung, dan overhead pabrik. Bahan baku langsung dan tenaga kerja
langsung disebut biaya utama (prime cost). Tenaga kerja langsung dan
overhead pabrik keduanya disebut biaya konversi.”
Menurut Horngren, Charles T. (2009:65):
“Cost of goods manufactured refers to the cost of goods brought to
completion, whether they were started before or during the current
accounting period.”
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa harga pokok produksi
merupakan sekumpulan biaya-biaya yang dikeluarkan baik itu langsung
22
maupun tidak langsung yang tidak dapat dihindarkan dalam memproduksi
suatu produk sampai produk itu siap jual.
2.4.2 Komponen Harga Pokok Produksi
Menurut Carter (2009:40), ada beberapa komponen yang terdapat
didalam biaya manufaktur atau dapat disebut biaya produksi, antara lain ;
Bahan baku langsung
Adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk
jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk.
Misalnya, gandum dalam pembuatan roti, bijih besi dalam pembuatan besi
batangan dan bubur kayu dalam pembuatan kertas.
Tenaga kerja langsung
Adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung
menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu.
Overhead pabrik
Adalah terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak secara langsung
ditelusuri ke output tertentu. Misalnya biaya energi bagi pabrik seperti gas,
listrik, minyak dan sebagainya.
Menurut Mulyadi (2009:275) biaya produksi adalah salah satu
komponen yang membentuk Harga Pokok Produksi. biaya produksi terdiri
dari :
Biaya Bahan Baku (Direct Material Costs)
Menurut Mulyadi (2009:275), bahan baku langsung adalah bahan yang
membentuk bagian menyeluruh produk jadi.
Contoh biaya bahan baku adalah alumunium yang digunakan untuk
membuat kaleng Pepsi.
Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Costs)
23
Biaya tenaga kerja langsung meliputi kompensasi atas seluruh tenaga kerja
yang dapat ditelusuri ke objek biaya (barang dalam proses dan kemudian
barang jadi) dengan cara yang ekonomis. Contohnya gaji dan tunjangan
yang dibayarkan kepada operator mesin.
Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead Costs)
Biaya overhead pabrik adalah semua biaya yang tidak dapat ditelesuri
secara langsung walaupun terkait dengan objek biaya (barang dalam proses
hingga menjadi barang jadi). Sehingga menurut Mulyadi (2009:194), biaya
overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung. Contohnya pekerja bagian perawatan mesin,
penyusutan pabrik, bahan penolong dan sebagainya.
2.5 Akumulasi Biaya
Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:40) akumulasi biaya adalah:
“Suatu cara untuk mengetahui berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk
suatu produk dan jasa atau menyangkut suatu hal. Ada beberapa metode yang
dapat digunakan dalam akumulasi biaya, tetapi yang lazim digunakan adalah
dua metode yaitu metode akumulasi biaya pesanan dan metode akumulasi
biaya proses.”
2.5.1 Metode Akumulasi Biaya Berdasarkan Pesanan
Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:40), akumulasi biaya
berdasarkan pesanan adalah:
“Suatu sistem akuntansi yang menelusuri biaya pada unit individual
atau pekerjaan, kontrak, tumpukan produk atau pesanan pelanggan
yang spesifik.”
24
Ada beberapa karakteristik dalam melakukan pengakumulasian biaya
berdasarkan pesanan, antara lain;
1. Sifat proses produksi yang dilakukan terputus-putus, dan tergantung pada
pesanan yang diterima.
2. Spesifikasi dan bentuk produk tergantung pada pemesan.
3. Pencatatan biaya produksi masing-masing pesanan dilakukan pada kartu
biaya pesanan secara terperinci untuk masing-masing pesanan.
4. Total biaya produksi untuk setiap elemen biaya dikalkulasi setelah
pesanan selesai.
5. Biaya per unit dihitung, dengan membagi total biaya produksi yang terdiri
dari: bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
dibebankan, dengan total unit yang dipesan.
6. Akumulasi biaya pada umumnya menggunakan biaya normal.
7. Produk yang sudah selesai dapat disimpan di gudang atau langsung
diserahkan pada pemesan.
Misalnya pembuatan pesawat terbang, alat-alat untuk sistem
pertahanan negara dan beberapa produk yang membutuhkan spesifikasi
khusus dan waktu pembuatan produk tersebut sangat lama. Semua yang telah
disebutkan diatas merupakan contoh produk yang pengakumulasian biayanya
menggunakan metode akumulasi biaya berdasarkan pesanan.
Adapun manfaat perhitungan biaya pesanan yaitu bermanfaat untuk
menetapkan harga jual dan pengendalian biaya. Umumnya calon pelanggan
selalu meminta estimasi biaya terlebih dahulu sebelum mereka memesan, dan
seringkali mereka memesan atau memberi pekerjaan, membandingkannya
dengan pesaing. Oleh sebab itu perusahaan harus dapat mengestimasi biaya
25
secara akurat agar dapat bersaing dengan perusahaan lain dan menghasilkan
laba yang optimal.
Perhitungan biaya normal adalah sistem akuntansi di mana bahan baku
langsung dan tenaga kerja langsung dibebankan berdsarkan tarif ditentukan
dimuka. Tarif ditentukan dimuka adalah suatu jumlah yang diperoleh dengan
membagi total biaya overhead pabrik yang diestimasi untuk periode
mendatang dengan total dasar alokasi biaya overhead pabrik yang diestimasi
untuk periode mendatang.
Kartu biaya pesanan merupakan dokumen sumber untuk memasukkan
biaya dalam kalkulasi biaya pesanan. Catatan ini kadang-kadang disebut
sebagai lembar biaya pekerjaan, arsip biaya pekerjaan, atau kartu biaya
pekerjaan. Dokumen ini merupakan dokumen dasar dalam perhitungan biaya
pesanan, dengan mengakumulasi biaya untuk setiap pesanan, sehingga
dokumen ini menunjukkan biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja
langsung serta biaya overhead pabrik yang dibebankan untuk suatu pesanan.
Adapun ilustrasi kartu biaya yang disajikan Carter (2009:145) seperti yang
tertera dibawah ini (Gambar 2.1).
26
Gambar 2.1
Kartu Biaya
Rayburn Company 1101 Maple Street, Cincinnati OH 45227
Pesanan No. 5574
Untuk : Lawrenceville Construction, Co.
TANGGAL DIPESAN 10/1
Produk : Papan Penggiling Mapel No. 14
TANGGAL MULAI DIKERJAKAN 14/1
Spesifikasi : 12' x 20" x 1" Pelitur Bening
TANGGAL DIBUTUHKAN 22/1
Jumlah : 10
TANGGAL SELESAI DIKERJAKAN 18/1
BAHAN BAKU LANGSUNG
TANGGAL NOMOR PERMINTAAN JUMLAH
14-Jan
516
$ 1.420,00
17-Jan
531
780,00
18-Jan
544
310,00
$ 2.510,00
TENAGA KERJA LANGSUNG
TANGGAL JAM BIAYA
14-Jan
40
$ 320,00
15-Jan
32
256,00
16-Jan
36
288,00
17-Jan
40
320,00
18-Jan
48
384,00
196
$ 1.568,00
OVERHEAD PABRIK DIBEBANKAN
TANGGAL JAM/MESIN BIAYA
14-Jan
16,2
$ 684,00
16-Jan
10,0
400,00
17-Jan
3,2
128,00
29,4 X $ 40 $
1.176,00
Bahan Baku Langsung
$ 2.510,00
Harga Jual
$ 7.860,00
Tenaga Kerja Langsung
1.568,00
Biaya Pabrik
$ 5.254,00
Overhead Pabrik Dibebankan
1.176,00
Beban Pemasaran 776,00
Total Biaya Pabrik
$ 5.254,00
Beban Administrasi 420,00
Biaya Untuk Membuat dan Menjual 6.450,00
Laba $
1.410,00
Sumber: William K.Carter. Cost Accounting. Edisi 14. 2008.
27
Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:64) perhitungan biaya
berdasarkan pesanan hanya membutuhkan delapan bentuk ayat jurnal
akuntansi untuk setiap elemen biaya: pembelian bahan baku, penggunaan
bahan baku, pencatatan gaji dan upah, pendistribusian beban gaji dan upah,
pencatatan biaya overhead pabrik sesungguhnya, pencatatan biaya overhead
pabrik dibebankan, pencatatan penyelesaian pesanan, dan penjualan produk
yang dipesan. Berikut adalah kedelapan jurnal tersebut:
1. Akuntansi biaya bahan baku langsung;
Dr. Bahan baku Rp. xxxx
Cr. Utang usaha/kas Rp. xxxx
2. Penggunaan bahan baku;
Dr. Produk dalam proses Rp. xxxx
Cr. Pengendali overhead pabrik Rp. xxxx
Dr. Pengendali overhead pabrik Rp. xxxx
Cr. Bahan baku Rp. xxxx
3. Biaya tenaga kerja yang terjadi;
Dr. Beban gaji Rp. xxxx
Cr. Beban gaji yang masih harus dibayar Rp. xxxx
4. Distribusi biaya tenaga kerja;
Dr. Produk dalam proses Rp. xxxx
Cr. Beban gaji Rp. xxxx
Dr. Pengendali overhead pabrik Rp. xxxx
Cr. Beban gaji Rp. xxxx
5. Biaya overhead pabrik sesungguhnya (aktual);
Dr. Pengendali overhead pabrik Rp. xxxx
Cr. Akumulasi penyusutan mesin Rp. xxxx
Dr. Pengendali overhead pabrik Rp. xxxx
Cr. Asuransi biaya dimuka Rp. xxxx
6. Biaya overhead pabrik dibebankan;
28
Dr. Produk dalam proses Rp. xxxx
Cr. Overhead pabrik dibebankan Rp. xxxx
Dr. Overhead pabrik dibebankan Rp. xxxx
Cr. Pengendali overhead pabrik Rp. Xxxx
7. Mengisi persediaan produk jadi;
Dr. Produk selesai Rp. xxxx
Cr. Produk dalam proses Rp. xxxx
8. Penyerahan langsung ke pemesan;
Dr. Piutang usaha Rp. xxxx
Cr. Penjualan Rp. xxxx
Dr. Harga pokok penjualan Rp. xxxx
Cr. Produk selesai Rp. xxxx
Sumber: Bastian Bustami dan Nurlela. Akuntansi Biaya. 2010
2.5.2 Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses
Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:91) bahwa:
“Sistem perhitungan biaya berdasarkan proses adalah suatu metode
dimana bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik dibebankan ke
pusat biaya atau departemen. Biaya yang dibebankan ke setiap unit
produk yang hasil ditentukan dengan membagi total biaya yang
dibebankan ke pusat biaya atau departemen tersebut dengan jumlah
unit yang diproduksi pada pusat biaya yang bersangkutan.”
Adapun karakteristik dalam pengakumulasian biaya berdasarkan
proses, antara lain;
1. Aktivitas produksi bersifat terus-menerus.
2. Produk bersifat massa, dengan tujuannya mengisi persediaan yang siap
dijual.
29
3. Produk yang dihasilkan dalam suatu departemen atau pusat biaya relatif
homogen dan berdasarkan standar.
4. Biaya dibebankan ke setiap unit dengan membagi total biaya yang
dibebankan ke pusat biaya dengan total unit yang diproduksi
5. Pengumpulan biaya dilakukan berdasarkan periode waktu tertentu.
Misalnya produksi pembuatan makanan seperti roti, kudapan ringan,
dan produksi yang tidak memerlukan spesifikasi khusus, semuanya
melakukan perhitungan biaya berdasarkan proses.
Arus biaya produksi dalam perhitungan biaya proses secara umum
sama dengan perhitungan biaya pesanan. Begitu bahan baku dibeli, biaya
bahan baku ini mengalir ke dalam akun persediaan bahan baku. Biaya bahan
baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang dibebankan akan
mengalir ke dalam akun produk dalam proses. Ketika produk selesai, biaya
produk yang telah selesai mengalir dari akun produk dalam proses ke produk
jadi. Setelah produk terjual, biaya produk jadi dipindahkan ke akun harga
pokok penjualan. Untuk penjurnalan secara umum sama dengan yang terdapat
pada perhitungan biaya pesanan.
Untuk pembebanan biaya apabila terdapat produk dalam proses
dengan tingkat penyelesaian tertentu, perlu dilakukan penyetaraan produk
dalam proses tersebut menjadi produk jadi yang disebut dengan unit ekuivalen
produksi atau ekuivalen produksi. Jadi unit ekuivalen produksi menunjukkan
unit produk jadi dan unit produksi dalam proses yang disetarakan dengan
produk jadi.
Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:95), terdapat dua metode
aliran biaya untuk mengkalkulasi biaya produksi produk dalam proses, dengan
perhitungan unit ekuivalen produksi berbeda yaitu aliran biaya rata-rata
tertimbang dan aliran biaya FIFO (First In First Out).
30
Aliran biaya rata-rata tertimbang yaitu meratakan biaya penyelesaian
persediaan awal produk dalam proses periode sebelumnya dengan
menambahkan biaya periode berjalan untuk mendapatkan biaya per unit. Unit
persediaan awal menerima biaya per unit yang besarnya sama dengan unit
yang baru dimulai dan diselesaikan selama periode bersangkutan, sehingga
semua unit yang ditransfer akan memiliki biaya per unit yang sama.
Rumus unit ekuivalen produksi:
Produk Selesai + (Produk Dalam Proses Akhir x Tingkat Penyelesaian).
Sedangkan aliran biaya FIFO adalah memisahkan biaya per unit yang
terdapat pada persediaan awal dari biaya per unit produk yang dimasukkan
dan diselesaikan pada suatu periode tertentu. Biaya produk yang ditransfer
terdiri dari biaya produk dalam proses awal dari periode sebelumnya, dan
biaya produk dari produk yang dimulai dan diselesaikan selama periode
berjalan.
Rumus unit ekuivalen produksi :
Produk Selesai + (Produk Dalam Proses Akhir x Tingkat Penyelesaian) –
(Produk Dalam Proses Awal x Tingkat Penyelesaian).
Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:99):
“Dalam penentuan biaya proses, semua biaya yang dibebankan ke
setiap departemen produksi dapat diikhtisarkan dalam laporan biaya produksi
untuk masing-masing departemen.”
Laporan biaya produksi setiap departemen memiliki format yang
beragam, dengan informasi menunjukkan:
31
1. Skedul kuantitas, memuat informasi produk dalam proses awal, produk
masuk proses pada periode bersangkutan, produk selesai yang ditransfer
ke departemen berikutnya atau gudang, produk dalam proses akhir,
produk hilang, produk rusak dan produk cacat.
2. Biaya dibebankan, memuat informasi biaya produk dalam proses awal,
biaya yang dibebankan dari departemen sebelumnya, biaya dibebankan
periode bersangkutan, unit ekuivalen dari biaya per unit masing-masing
elemen biaya.
3. Pertanggungjawaban biaya, memuat informasi biaya yang ditransfer ke
departemen berikutnya atau gudang, biaya produk yang hilang akhir
proses, biaya produk rusak, biaya produk cacat. Biaya yang telah diserap
produk dalam proses.
Berikut adalah contoh laporan biaya produksi (Gambar 2.2) pada satu
departemen dalam buku Akuntansi Biaya karangan Bastian Bustami dan
Nurlela (2010:99); PT. X adalah perusahaan pengolahan nanas yang dikemas
dalam kaleng untuk dipasarkan dalam negeri, pengolahan dilakukan melalui
satu tahap pengolahan yaitu melalui departemen pengolahan. Pada awal
september perusahaan baru memulai beroperasi, dengan mengolah nanas
sebanyak 8.000 kg, pada akhir September produk selesai yang ditransfer ke
gudang sebanyak 7.600 kg, sedangkan yang 400 kg masih dalam proses
dengan tingkat penyerapan biaya bahan baku 100%, biaya tenaga kerja 75%,
dan biaya overhead pabrik 80%. Biaya yang dikeluarkan untuk mengolah
nanas tersebut adalah: biaya bahan baku Rp. 6.000.000,- biaya tenaga kerja
Rp. 4.740.000,- dan biaya overhead pabrik Rp. 3.168.000,-
32
Gambar 2.2
Laporan Biaya Produksi
PT. X
DEPARTEMEN PENGOLAHAN
Laporan Biaya Produksi
Untuk Bulan September 2007
Skedul Kuantitas
Produk Masuk Proses
= 8.000 kg
Produk Selesai
= 7.600 kg
Produk Dalam Proses Akhir
(100% bahan, 75% Tenaga Kerja,
80% BOP)
= 400 kg
8.000 kg
Biaya Dibebankan
Elemen Biaya Total E.U.*
Biaya/Kg
Bahan Baku Rp 6.000.000 8.000 kg
Rp. 750
Tenaga Kerja Rp 4.740.000 7.900 kg
Rp. 600
BOP Rp 3.168.000 7.920 kg
Rp. 400
Total Rp 13.908.000
Rp. 1.750
* Unit Ekuivalen = Produk Selesai + Produk Dalam Proses Akhir x Tingkat Penyelesaian)
Bahan Baku = 7.600 kg + (400 kg x 100%) = 8.000 kg
Tenaga Kerja = 7.600 kg + (400 kg x 75%) = 7.900 kg
BOP = 7.600 kg + (400 kg x 80%) = 7.920 kg
Pertanggungjawaban Biaya
Biaya produk selesai ditransfer = 7.600 kg x Rp. 1750 = Rp. 13.300.000
Produk dalam proses akhir :
Bahan Baku = 400 kg (100%) x Rp. 750 = Rp 300.000
Tenaga Kerja Langsung = 400 kg ( 75%) x Rp 600 = Rp 180.000
BOP = 400 kg ( 80%) x Rp 400 = Rp 128.000
Rp. 608.000
Rp. 13.908.000
Sumber: Bastian Bustami dan Nurlela. Akuntansi Biaya. Edisi 2. 2010
33
2.6 Penentuan Harga Pokok
Penentuan harga pokok produksi bertujuan untuk mengetahui berapa besarnya
biaya yang dikorbankan dalam hubungannya dengan pengolahan bahan baku menjadi
barang jadi atau jasa yang siap untuk dijual dan dipakai. Penentuan harga pokok
sangat penting dalam suatu perusahaan, karena merupakan salah satu elemen yang
dapat digunakan sebagai pedoman dan sumber informasi bagi pimpinan dalam
mengambil keputusan.
Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:40):
“Penentuan harga pokok adalah bagaimana memperhitungkan biaya kepada
suatu produk pesanan atau jasa, yang dapat dilakukan dengan cara
memasukkan seluruh biaya produksi atau hanya memasukkan unsur biaya
produksi variabel saja. Dalam penentuan harga pokok tersebut dapat
digunakan dua cara yaitu : Metode kalkulasi biaya penuh (Full Costing) dan
Metode kalkulasi biaya variabel (Variable Costing).”
2.6.1 Metode Kalkulasi Biaya Penuh (Full Costing)
Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:40) metode kalkulasi
biaya penuh adalah:
“Suatu metode dalam penentuan harga pokok suatu produk dengan
memperhitungkan semua biaya produksi, seperti biaya bahan baku
langsung, tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan
biaya overhead pabrik tetap.”
Adapun bentuk laporan laba-rugi dalam bentuk metode kalkulasi biaya
penuh seperti yang diilustrasikan Armanto Witjaksono (2009:104) seperti
dibawah ini:
34
Penjualan Bersih XXXXX
Harga Pokok Penjualan (XXXXX)
Laba Kotor XXXXX
Dikurangi: Biaya Adm. dan Umum (XXXXX)
Laba Bersih XXXXX
2.6.2 Metode Kalkulasi Biaya Variabel
Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:40), kalkulasi biaya
variabel adalah:
“Suatu metode dalam penentuan harga pokok suatu produk, hanya
memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variabel saja seperti
bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik variabel. Dalam metode ini biaya overhead tetap tidak
diperhitungkan sebagai biaya produksi tetapi biaya overhead tetap
akan diperhitungkan sebagai biaya periode yang akan dibebankan
dalam laporan laba-rugi tahun berjalan.”
Menurut Mulyadi (2009:10), metode biaya variabel adalah:
“Metode penentuan biaya produksi yang hanya memperhitungkan
biaya produksi yang berprilaku variabel ke dalam buaya produksi,
yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik variabel.”
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa variable costing merupakan
metode penentuan harga pokok yang hanya memasukkan komponen biaya
yang bersifat variabel sebagai unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel.
35
Adapun bentuk laporan laba-rugi dalam bentuk metode kalkulasi biaya
variabel seperti yang diilustrasikan Armanto Witjaksono (2009:104) seperti
dibawah ini:
Penjualan Bersih XXXXX
Dikurangi biaya variabel;
HPP Variabel XXXXX
B. Penjualan & Umum variabel XXXXX (XXXXX)
Marjin Kontribusi XXXXX
Dikurangi biaya tetap;
BOP Tetap XXXXX
B. Penjualan & Umum Tetap XXXXX (XXXXX)
Laba Bersih XXXXX