bab 2 tinjauan pustaka - repository.untag-sby.ac.idrepository.untag-sby.ac.id/324/3/bab 2.pdf ·...
TRANSCRIPT
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan kemampuan terpadu dari daya fisik
dan daya fisik yang dimiliki individu .pelaku dan sifatnya dilakukan oleh
keturunan dan lingkungannya. Sedangkan prestasi kerjanya di motivasi oleh
keinginan untuk memperoleh kepuasannya (Hasibuan,2003:244). Tegasnya
kemampuan setiap manusia ditentukan oleh daya fikir dan daya fisiknya.
Manusia menjadi unsur utama dalam setiap aktivitas yang dilakukan,
peralatana yang handal dan canggih tidak berarti apa-apa tanpa peran aktif
SDM. Daya pikir adalah kecerdasan yang dibawa sejak lahir sedangkan
kecapakapan diperoleh dari usaha(belajar dan pelatihan).
2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia
Manjemen sumber daya manusia adalah suatu proses yang terdiri atas
perencanaan, perorganisasian, pemimpin, dan pengendalian kegiatan
berkaitan dengan analisis pekerjaan, evaluasi pekerjaan, pengadaan
pengembangan, dan kompensasi promosi dan pemutusan hubungan kerja
guna mencapai tujuan yang di tetapkan (panggabean, 2007:15).
Manajemen SDM adalah potensi yang merupakan aset yang
berfungsi sebagai modal di dalam organisasi bisnis, yang dapat diwujudkan
menjadi potensi nyata (real) secara fisik maupun non fisik dalam
mewujudkan eksistensi organisasi.
2.2 Beban Kerja
2.2.1 Defenisi Beban kerja
Beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam
menerima pekerjaan. Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban
9
kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan seimbang
terhadap kemampuan fisik maupun psikologis pekerja yang
menerima beban kerja tersebut. Beban kerja dapat berupa beban
kerja fisik dan beban kerja psikologis. Beban kerja fisik dapat
berupa beratnya pekerjaan seperti mengangkat, merawat,
mendorong. Sedangkan beban kerja psikologis dapat berupa
sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki
individu dengan individu lainnya (Manuaba, 2000).
Menurut Wakui (2000,134), aktivitas yang dilakukan oleh tiap
posisi atau jabatan dalam rangka untuk melaksanakan tugasnya seperti
tercantum dalam deskripsi pekerjaannya memberikan suatu beban kerja
pada posisi/jabatan tersebut, sehingga perhitungan Beban kerja WorkLoad
dapat diformulasikan sebagai berikut :
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 =𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 … … … … … … … . (1)
2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja
Beban kerja dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor eksternal dan
faktor internal. Menurut Manuaba (2000), faktor-faktor yang
mempengaruhi beban kerja antara lain
a. Faktor eksternal, yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja,
seperti;
1. Tugas-tugas yang bersifat fisik, seperti stasiun kerja, tata ruang,
tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, dan
tugas-tugas yang bersifat psikologis, seperti kompleksitas pekerjaan,
tingkat kesulitan, tanggung jawab pekerjaan.
2. Organisasi kerja, seperti lamanya waktu bekerja, waktu istirahat,
shift kerja, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur
organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang.
10
3. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan
kimiawi, lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis.
b. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh
itu sendiri akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Faktor
internal meliputi faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran
tubuh, status gizi, dan kondisi kesehatan) dan faktor psikis
(motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan).
2.2.3 Metode analisis beban kerja
Metode Work Load Analysis (WLA) dilakukan untuk mengetahui
tingkat efisiensi kerja berdasarkan total prosentase beban kerja dari job yang
diberikan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dan dapat menentukan
jumlah karyawan yang sebenarnya untuk dipekerjakan dalam bagian
Packing langkah- langkahnya sebagai berikut :
a. Mengetahui struktur organisasi dan job description tiap jabatan
b. Menentukan aktivitas dan waktu penyelesaian aktivitas tiap posisi jabatan.
aktivitas-aktivitas tersebut dikelompokkan pada job description yang
dilakukan oleh aktivitas terkait.
c. Melakukan pengamatan untuk menghitung besarnya prosentase waktu
pelaksanaan aktifitas dengan waktu yang disediakan oleh perusahaan.
d. Menentukan jumlah menit pengamatan
e. Penentuan Allowance
f. Perhitungan besarnya beban kerja dengan menggunakan rumus di bawah
ini :
1. Berdasarkan penelitian terdahulu Work Load Analysis berdasarkan
pada perbandingan jumlah waktu aktivitas ditambah kelonggaran kerja
dengan jumlah waktu yang tersedia.(Singgih, ML.2006) .Dimana
beban kerja dapat diperoleh dari :
11
Beban Kerja = ( total waktu aktifitas )+ Allowance)
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎............................(2)
2. Sedangkan Analisa berban kerja berdasarkan pada produktifitas
perbandingan frekuaensi antara aktivitas yg sesuai dan tidak sesuai
dengan Job Description yang dilakukan oleh setiap karyawan.
(Arif.Riduwan. 2010). Dengan menggunakan rumus :
Beban Kerja = % produktif x rating Factor x Total waktu pengamatan x (1+ Allowance)
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛.............. (3)
2.2.4 Sampling kerja
Work Sampling adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah
besar pengamatan terhadap aktifitas kinerja dari mesin, proses atau
pekerja/operator (Sritomo Wignjosoebroto, 2003). Perbedaan metode Jam
Henti dengan Sampling Pekerjaan adalah pada cara Sampling Pekerjaan
pengamat tidak terus menerus berada ditempat pekerjaan melainkan
mengamati hanya pada sesaat-sesaat pada waktu-waktu tertentu yang
ditentukan secara acak.
Metode Sampling kerja sangat cocok untuk digunakan dalam
melakukan pengamatan atas pekerjaan yang sifatnya tidak berulang dan
memiliki siklus waktu yang relatif panjang. Prosedur penggunaannya cukup
sederhana, yaitu melakukan pengamatan aktivitas kerja untuk selang waktu
yang diambil secara acak terhadap satu atau lebih mesin atau operator dan
kemudian mencatatnya apakah mesin atau operator tersebut dalam keadaan
bekerja atau menganggur (idle) . Sampling pekerjaan memiliki banyak
kegunaan dalam dunia industri industri khususnya. Kegunaan-kegunaan
dari Sampling Pekerjaan adalah sebagai berikut :
1. Distribusi pemakaian waktu sepanjang waktu kerja oleh pekerja
atau kelompok kerja.
2. Mengetahui tingkat pemanfaatan mesin-mesin atau alat-alat
pabrik.
3. Menentukan waktu baku bagi pekerja-pekerja tidak langsung.
12
4. Memperkirakan kelonggaran bagi suatu pekerjaan.
2.2.4.1 Pengujian Data
1. Uji Keseragaman Data
Untuk memastikan bahwa data yang terkumpul berasal dari sistem
yang sama, maka dilakukan pengujian terhadap keseragaman data.
Untuk itu diperlukan pengujian keseragaman data guna memisahkan
data yang memiliki karakteristik yang berbeda karena pengaruh –
pengaruh faktor saat pengambilan data. Adapun yang digunakan adalah
:
2. Uji kecukupan data
Uji kecukupan data diperlukan untuk mamastikan bahwa yang telah
dikumpulkan dan disajikan dalam populasi data tersebut cukup secara
objektif. Idealnya pengukuran harus dilakukan dalam jumlah banyak
bahkan sampai jumlah yang tak terhingga agar data hasil pengukuran
layak untuk digunakan. Namun pengukuran tersebut sulit dilakukan
mengingat keterbatasan yang ada, baik segi biaya, tenaga, waktu dan
sebagainya.
Sebaliknya, pegumpulan data dalam yang sekedanya kurang baik karena
tidak mewakili keadaan yang sebenarnya. Untuk itu, pengujian
kecukupan data dilakukan dengan berpedoman pada konsep statistik
yaitu tingkat ketelitian dan tingkat keyakinnan.
2.2.5 Rating Factor dan Allowance
2.2.5.1 Rating Factor (penyesuaian)
Menggunakan Metode Westinghouse dimana akan mengarahkan
pada penilaian pada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau
ketidakwajaran dalam bekerja yaitu (sritomo.2010):
a. Keterampilan
13
Didefenisian sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang
ditetapkan. berikut adalah pembagian kelasa keterampilan dengan
lambang dan nilai penyesuaiannya.
Tabel 2.1 Tabel nilai Rating factor Keterampilan.
PARAMETER KODE BOBOT
Superskill A1 +0.15
Excellent B1 +0.13
Good C1 +0.11
Average skill D 0.00
Fair E -0.05
Poor F -0.06
Sumber :Sritomo Wignjosoebroto, pengukuran kerja 2003
b. Usaha
Usaha yang dimaksud disini adalah kesungguhan yang ditunjukan
atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaanya. berikut ini kelas
kelas usaha beserta lambang dan nilai penyesuaianny :
Tabel 2.2 Tabel nilai Rating factor Usaha
PARAMETER KODE BOBOT
Excessive A1 +0.13
Excellent B1 +0.1
Good C1 +0.05
Average skill D 0.00
Fair E -0.04
Poor F -0.12
Sumber :Sritomo Wignjosoebroto, pengukuran kerja 2003
14
c. Kondisi kerja
Maksud dari kondisi kerja disini adalah kondisi fisik lingkungannya
seperti keadaan pencahayaan, suhu, dan kebisingan ruangan. kondisi kerja
merupakan sesuatu yang berda diluar operator dan dtiterima apa adanya
tanpa banyak kemampuan untuk mengubahnya. kondisi kerja juga memiliki
kelas-kelas. berikut lambang dan nilai penyesuaiannya.
Tabel 2.3 Tabel nilai Rating factor Kondisi kerja.
PARAMETER KODE BOBOT
Ideal A1 +0.06
Excellent B1 +0.04
Good C1 +0.02
Average skill D 0.00
Fair E -0.03
Poor F -0.07
Sumber :Sritomo Wignjosoebroto, pengukuran kerja 2003
d. Konsistensi
Faktor yang menjadi perhatian disini adalah pada saat kita
melakukan pengukuran waktu angka angka yang dicatat tidak pernah sama
semua. waktu yang ditunjukkan selalu berubah ubah. tapi selama dari satu
siklus ke siklus lainnya tidak memiliki perbedaan yang jauh maka tidak apa
apa, tapi jika variabilitasnya tinggi maka ini yang harus menjadi perhatian
lebih. Berikut adalah lambang dan nilai penyesuaiannya di masing masing
kelas:
Tabel 2.4 Tabel nilai Rating factor Konsistensi
PARAMETER KODE BOBOT
Superskill A1 +0.04
Excellent B1 +0.03
15
Good C1 +0.01
Average skill D 0.00
Fair E -0.02
Poor F -0.04
Sumber :Sritomo Wignjosoebroto, pengukuran kerja 2003
Dalam menghitung waktu penyesuaian, bagi keadaan yang dianggap
wajar di beri harga p=1. sedangkan untuk penyimpangan dari keadaan ini
harga p nya di tambah dengan faktor penyesuaian.
contoh :
keterampilan : Fair (E1) = -0.05
Usaha : Good (C2) =+0.02
kondisi kerja : Excellent (B) =+0.04
konsisten : Poor (F) = -0.04 +
-0.03
Jadi P = (1 – 0.03) atau p=0.9 perlu diperhatikan juga bahwa nilai
0.97 bukanlah sekadar penjumlahan dari nilai dari kelas kelas yang
bersangkutan tapi merupakan hasil interaksi dari kelas kelas dari keempat
faktor tersebut. Artinya, nilai nilai tersebut hanya berlaku setelah
dijumlahkan satu sama lain.
2.2.4.2 Allowance (Kelonggaran)
Salah satu hal yang paling penting di perhatikan dalam pengukuran
waktu adalah faktor kelonggaran. Faktor kelonggaran ini ditambahkan pada
waktu normal yang telah didapatkan. kelonggaran diberikan untuk tiga hal
16
yaitu : untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fattique, dan
hambatan hambatan yang tidak dapat dihindarkan.
a. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
yang termasuk dalam kebutuhan pribadi disini adalah hal hal seperti
minum sekedarnya untuk menghlangkan haus, ke kamar kecil, bercakap
dengan teman sekerja sekedarnya. Kebutuhan ini terlihat sebagai suatu
kebutuhan yang mutlak. besarnya kelonggaran yang diberikan untuk
kebutuhan pribadi seperti itu berbeda dari satu pekerjaan ke pekerjaan
lainnya karena setiap pekerjaan berbeda karakteristiknya. Berdasarkan
penelitian ternyata besarnya kelonggaran ini bagi pria dan wanita berbeda.
bagi pria kelonggarannya 2%-2,5%, sedangkan untuk wanita 2,5%-5%.
b. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatigue (lelah)
Rasa lelah biasanya terlihat saat hasil produksi menurunbaik
kuantitas maupun kualitas. Jika rasa fatique telah datang dan pekerja
dituntut untuk menghasilkan performansi normalnya, maka usaha yang
dikeluarkan pekerja lebih besar dan dari normal dam ini menambah rasa
fatique.Besarnya kelonggaran ini di perlihat kan pada tabel nantinya.
c. Kelonggaran untuk hambatan yang tak terhindarkan
Hambatan dalam hidup ini selalu ada, itulah yang dinamakan hidup
jika tidak ada hambatan maka bukan hidup namanya. Namun bukan
hambatan dalam kajian itu kita bahas sekarang. Hambatan dalam
melaksakan pekerjaan itu ada dua jenisnya, yang pertama hambatan yang
dapat dihindarkan dan yang kedua hambatan yang tidak dapat dihindarkan.
nah yang menjadi fokus kita adalah hambatan yang tidak dapat
dihindarkan. beberapa contoh dari hambatan yang tidak dapat dihinarkan
adalah : menerima atau meminta petunjuk dari pengawas, melakukan
penyesuaian mesin, memperbaiki kemacetan kemacetan singkat, mengasah
17
peralatan potong, mengambil alat alat khusus, hambatan hambatan karena
kesalahan pemakaian, mesin mati karena mati listrik.
Cara menyertakan kelonggaran dalam perhitungan waktu hal
pertama yang dilkukan adalah menentukan besarnya kelonggaran untuk
ketiga hal diatas.kesemuanya dinyatakan dalam bentuk persentase.
Misalkan dari tabel diperoleh kelonggran untuk rasa fatique dan
kelonggaran pribadi sebesar
(7+0+3+5+2,5+0+2)= 19,5%
dan dari hambatan tak terhindarkan 5%
maka jumlah total kelonggaran adalah 19,5% + 5% = 24,5%
jika dimasukan dalam waktu normal, misal waktu normalnya 5,5 menit.
maka didapatkan waktu bakunya 5,5 + 0,245(5,5)=6,85 menit
2.3 Stres Kerja
2.3.1 Defenisi Stres Kerja
Secara sederhana, stres merupakan suatu bentuk tanggapan seseorang
baik secara fisik maupun mental, terhadap sesuatu di lingkungannya yang
dirasa mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam (Anoraga, 2001).
Stres merujuk pada kondisi internal individu untuk menyesuaikan diri
secara baik terhadap perasaan yang mengancam kondisi fisik dan psikis atau
gejala psikologis yang mendahului penyakit, reaksi ansietas dan
ketidaknyamanan Dalam kaitan pekerjaan, stres adalah suatu kondisi yang
disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan kerja sehingga
menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan yang berasal dari situasi dengan
sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial. Stres yang terlalu rendah
mengakibatkan pekerja cenderung menjadi lesu, malas dan merasa cepat bosan.
Sebaliknya, stres yang berlebihan mengakibatkan kehilangan efisiensi,
18
kecelakaan kerja, kesehatan fisik terganggu dan dampak lain yang tidak
diinginkan (Minner, 1992 dalam Prihatini, 2007)
2.3.2 Mekanisme Stres Kerja
Timbulnya stres kerja pada seorang tenaga kerja dapat melalui tiga
tahap, yaitu tahap pertama yaitu reaksi awal yang merupakan fase inisial
dengan timbulnya beberapa gejala/tanda, namun masih dapat diatasi oleh
mekanisme pertahanan diri. Tahap kedua; reaksi pertahanan yang merupakan
adaptasi maksimum dan pada masa tertentu dapat kembali kepada
keseimbangan. Bila stres ini terus berlanjut maka akan sampai ke tahap ketiga,
yaitu kelelahan yang timbul karena mekanisme pertahanan diri telah kolaps
(layu) (Nasution, 2000 dalam Prihatini, 2007).
Ada 3 fase atau tahapan stres berdasarkan respons individu terhadap
stres yang diterima antara lain :
a. Fase Reaksi Alarm
Merupakan respon siaga dimana pada fase ini terjadi perubahan
fisiologis pengeluaran hormon oleh hipotalamus yang menyebabkan kelenjar
adrenal mengeluarkan adrenalin, sehingga meningkatkan denyut jantung dan
menyebabkan pernapasan dangkal dan cepat. Darah mengalir ke otot dan otak
serta menjauh dari kulit (menyebabkan wajah menjadi pucat dan dingin pada
area tangan dan kaki), otot-otot leher, bahu dan punggung bagian bawah
menjadi tegang (posisi dan ukuran otot-otot inilah yang menjadi tanda nyata
adanya stres).
b. Fase Resistensi
Fase ini terjadi apabila respon adaptif tidak mengurangi stres dan
orang yang mengalami stres dalam waktu yang lama dapat menstimulasi
pengeluaran hormon Adrenalin yang menyebabkan jantung harus bekerja
lebih keras untuk mendorong darah yang pekat melewati arteri dan vena yang
menyempit dengan semakin meningkatnya penggumpalan darah. Hal ini
dapat berujung pada terjadinya penyakit kardiovaskular seperti stroke atau
19
jantung koroner. Tekanan darah yang meningkat dapat juga menyebabkan
kerusakan ginjal.
c. Fase Kepayahan/Kelelahan
Fase ini terjadi bila fungsi fisik dan psikologis seseorang telah hancur
sebagai akibat kerusakan selama fase resistensi. Bila reaksi ini berlanjut tanpa
adanya pemulihan, akan memacu terjadinya penyakit yang lebih serius atau
kemunduran, sehingga seseorang tersebut tidak mampu lagi mengatasi
tuntutan lingkungan yang dirasakan.
2.3.3 Sumber Stres Kerja
Sumber stres yang menyebabkan seseorang tidak berfungsi optimal
maupun jatuh sakit, tidak hanya datang dari satu macam pembangkit tetapi juga
dari beberapa pembangkit stres. Sebagian dari waktu adalah untuk bekerja,
karena itu lingkungan pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap
kesehatan seorang pekerja. Pembangkit stres di pekerjaan merupakan
pembangkit stres yang besar terhadap jatuh sakitnya seorang tenaga kerja
sumber stres kerja terdiri dari:
a. Lingkungan kerja ; kondisi kerja yang buruk berpotensi menyebabkanpekerja
mudah sakit, mengalami stress dan menurunkan produktivitas.
b. Beban kerja berlebih (work overload) ; dapat menjadi beban kerja berlebih
kuantitatif dan kualitaif. Beban kerja kuantitatif terjadi bila target kerja
melebihi kemampuan pekerja yang mengakibatkan mudah lelah. Sedangkan
beban kerja berlebih kualitatif terjadi jika pekerjaan memiliki tingkat
kesulitan yang tinggi.
c. Deprivational stress ; yaitu pekerjaan yang tidak menarik lagi bagi pekerja,
akibatnya timbul berbagai keluhan seperti kebosanan, ketidakpuasan bekerja
dan lain sebagainya.
d. Pekerjaan beresiko tinggi yaitu pekerjaan yang berbahaya bagi keselamatan.
2.3.4 Gejala-gejala Stres Kerja
Menurut Anoraga (2001) gejala stres meliputi :
20
a. Gejala fisik :
Sakit kepala, sakit perut, mudah terkejut, gangguan pola tidur lesu, kaku leher
belakang sampai punggung, napsu makan menurun dan lain-lain.
b. Gejala mental :
Mudah lupa, sulit konsentrasi, cemas, was-was, mudah marah, mudah,
tersinggung, gelisah, dan putus asa.
c. Gejala sosial atau perilaku
Banyak merokok, minum alkohol, menarik diri dan menghindar.
2.3.5 Dampak Stres Kerja
Pengaruh stres kerja ada yang menguntungkan maupun merugikan bagi
perusahaan. Namun pada taraf tertentu pengaruh yang menguntungkan perusahaan
diharapkan akan rnemacu karyawan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan
sebaik-baiknya. Reaksi terhadap stres dapat merupakan reaksi bersifat psikis maupun
fisik. Biasanya pekerja atau karyawan yang stres akan menunjukkan perubahan
perilaku. Perubahan perilaku terjadi pada din manusia sebagai usaha mengatasi stres
(Margiati, 2000 dalam Prihatini, 2007).
Menurut Lubis (2006, dalam Prihatini, 2007), stres kerja dapat mengakibatkan
hal-hal sebagai berikut ;
a. Stres kerja fisik, meliputi hipertensi, tukak lambung, asma, gangguan
menstruasi dan lain-lain.
b. Stres kerja psikologis, meliputi gangguan psikis yang ringan sampai berat.
Gangguan psikis yang ringan , seperti mudah gugup, tegang, marah-marah,
apatis dan kurang konsentrasi, gangguan psikis berat, seperti depresi dan
ansietas.
2.3.6 Pencegahan dan pengendalian Stres kerja
Cara mencegah dan mengendalikan stres kerja adalah sebagai berikut
a. Beban kerja fisik maupun mental harus disesuaikan dengan kemampuan dan
kapasitas kerja pekerja yang bersangkutan dengan menghindarkan adanya
beban berlebih maupun beban kerja yang ringan.
b. Jam kerja harus disesuaikan baik terhadap tuntutan tugas maupun tanggung
jawab di luar pekerjaan.
21
c. Setiap pekerja harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan karier,
mendapatkan promosi dan pengembangan keahlian.
d. Membentuk lingkungan sosial yang sehat yaitu antara pekerja yang satu dengan
yang lain.
e. Tugas-tugas harus harus didesain untuk dapat menyediakan stimulasi dan
kesempatan agar pekerja dapat menggunakan keterampilannya.
2.4 Penelitian Terdahulu
2.4.1. Analisa Beban Kerja Karyawan pada Departemen Umum dan Logistik
dengan Metode Work Load Analysis di Perusahaan Percetakan. (Moses
Laksono Singgih, 2006).
Menurut pihak manajemen pengalokasian sumber daya manusia pada
departemen Umum dan logistik kurang Efisien. Pengambilan data pada
Penelitian ini menggunakan pengamatan dan kuisioner dalam menentukan
aktifitas-aktifitas yang harus diselesaikan oleh setiap karyawan. Dengan
demikian akan diperoleh waktu penyelesaian suatu pekerjaan dan total waktu
penyelesaian menurut job describtion dari masing-masing karyawan. Dari total
waktu tersebut akan ditambahkan dengan waktu longgar (Allowance) yang
ditetapkan pada tiap posisi.
2.4.2 Analisa Beban Kerja dan Jumlah Tenaga Kerja yang Optimal pada Bagian
Produksi dengan Pendekan Metode Work Load Analisys (WLA) di PT.
SURABAYA PERDANA ROTOPACK.(Riduwan Arif, 2010).
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan kemasan salah
satu faktor yang mempengaruhi adalah beban kerja yang diberikan oleh
perusahaan kepada karyawan. Untuk itu pihak perusahaan harus
memperhatikan baban kerja yang akan diberikan kepada karyawan agar
tercapai produktifitas yang optimal. Analisa Beban kerja ini d menggunakan
metode Work Load Analysis yang akan memberikan informasi pengolakasian
sumber daya manusia karyawan.
22
2.4.3 Analisis Beban Kerja dengan Metode Work Load Analysis Sebagai
pertimbangan Pemberian Insentif Pekerja (Studi Kasus dibidang PPIP PT
Barata Indonesia (Persero) Gresik
PT Barata Indonesia (persero) adalah perusahaan yang bergerak
dibidang engineering procurement and construction, manufacturing, dan
Pengecoran .penelitian meneliti tentang kondisi beban kerja para pekerja
dengan menggunakan metode WLA untuk menghitung beban kerja serta
jumlah pekerja dan menentukan besarnya insentif bagi para pekerja
berdasarkan kelebihan beban kerjanya.
Tabel 2.5 Data penelitian terdahulu tentang analisa beban kerja.
NO. Judul Tahun
Penulis
1 Analisa Beban Kerja Karyawan pada Departemen
Umum dan Logistik dengan Metode Work Load
Analysis di Perusahaan Percetakan.
2006 Moses
Laksono
Singgih
2 Analisa Beban Kerja dan Jumlah Tenaga Kerja yang
Optimal pada Bagian Produksi dengan Pendekan
Metode Work Load Analisys (WLA) di PT.
SURABAYA PERDANA ROTOPACK
2010 Riduwan
Arif
3 Analisis Beban Kerja dengan Metode Work Load
Analysis Sebagai pertimbangan Pemberian Insentif
Pekerja
2008 Suryani
Prihatini
Sumber : studi pustaka
Tabel ini adalah beberapa jurnal dari beberapa penelitian sebelumnya
sebagai referensi metode yang akan digunakan pada penelitian ini. Metode yang
digunakan adalah workload analysis dengan menggunakan prosentase tingkat
produktifitas setiap karyawan dengan pendahuluan pengambilan data dengan
metode sampling kerja.