bab 2 tinjauan teoritis 2.1 tinjauan teoritis anatomi dan

26
6 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anatomi dan fisiologi Gambar 2.1 Rangka manusia Sumber: (Syaifuddin, 2012)

Upload: others

Post on 01-Dec-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anatomi dan

6

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Teoritis Anatomi dan fisiologi

Gambar 2.1 Rangka manusia

Sumber: (Syaifuddin, 2012)

Page 2: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anatomi dan

7

Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindungan bagi tubuh dan

menjadi tempat meletaknya otot-otot menggerakkan kerangka tubuh. Tulang

adalah jaringan yang struktur dengan baik yang mempunyai sembilan fungsi,

yakni:

1. Formasi kerangka: Tulang-tulang membentuk rangka tubuh untuk

menentukan bentuk dan ukuran tubuh.

2. Formasi sendi: Tulang-tulang membentuk persendian yang bergerak

bergantung pada kebutuhan fungsional, sendi yang bergerak menghasilkan

bermacam-macam pergerakan.

3. Perlekatan otot: Tulang-tulang menyediakan permukaan untuk tempat

otot,tendon dan ligamentum.

4. Sebagai pengungkit untuk bermacam-macam aktifitas pergerakan.

5. Menyongkong berat beban: Memelihara sikap tegak tubuh manusia dan

menahan gaya tarik dan gaya tekan yang terjadi pada tulang sehingga

dapat menjadi kaku atau lentur.

6. Proteksi: Tulang membentuk rongga yang mengandung dan melindungi

struktu-struktur yang halus seperti otak, medulla spinalis, jantung, paru

alat-alat dalam perut dan panggul.

7. Hemopoiesis: Sumsum tulang tempat pembentukan sel-sel darah.

8. Fungsi imunologi: Limfosit “B” dan makrofag-makrofag dibentuk dalam

system retikuloendotel sum-sum tulang. Limposit B diubah menjadi sel-sel

plasma membentuk antibody guna keperluan kekebalan kimiawi,

sedangkan mangrofag merupakan pagositotik.

9. Penyimpanan kalsium: Tulang mengandung 97% kalsium yang terdapat

dalam tubuh baik dalam bentuk anorganik maupun garam-garam terutama

kalsium fosfat.

Secara garis besar, tulang dibagi menjadi enam, yakni:

1. Tulang panjang, misalnya femur tibia, fibula, ulna, dan humerus. Daerah

batasan disebut diaplisis dan daerah yang berdekatan dengan efisis disebut

metafisis. Didaerah ini sangat sering ditemukan adanya kelainan atau

penyakit karena daerah ini daerah yang metabolik yang aktif dan banyak

Page 3: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anatomi dan

8

mengandung pembuluh darah. Kerusakan atau kelainan perkembangan

pada daerah lempeng epifisis akan menyebabkan kelainan pertumbuhan

tulang.

2. Tulang pendek (Short bone), misalnya pada tulang-tulang karpal.

3. Tulang pipih (Flat bone), Misalnya tulang tulang parietal, iga, scapula dan

pelvis.

4. Tulang tak beraturan (iregura bone), misalnya tulang vertebra.

5. Tulang sesamoid, misalnya tulang patella.

6. Tulang sutura (sutural bone), ada diatap tengkorak.

Gambar 2.2 Tulang Intrathochanter Femur

Sumber: (Kurniawan, 2012)

Page 4: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anatomi dan

9

2.2 Tinjauan Teoritis Fraktur

2.2.1 Pengertian

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

disebabkan oleh rudapaksa(Rosyidi, 2013).

Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang

rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian(Helmi, 2012).

Fracture is a partial or complete break in the continuity of a bone

(Black & Hawks, 2009) yang artinya fraktur adalah istirahatnya

kontinuitas pada tulang baik secara parsial atau lengkap pada kaki.

A fracture is a break or distruption in the continuity of a bone.

Fraktur occur when a bone is subjected to more stress (Dewit &

Kumagai, 2013) yang artinya fraktur adalah istilah atau distruption

dalam kelangsungan tulang. Fraktur terjadi ketika tulang dikenai

stress.

Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan

dari luar yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang

(Muttaqin, 2008).

Atas dasar pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa, fraktur

terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang disebabkan adanya

trauma atau ruda paksa atau tenaga fisik yang ditentukan jenis dan

luasnya trauma.

2.2.2 Klasifikasi fraktur

Beberapa klasifikasi fraktur menurut ahli frakturfemur tertutup

(fraktur simpel) adalah fraktur yang tidak menyebabkan robeknya

kulit atau kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang.

Page 5: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anatomi dan

10

Sedangkan fraktur femur terbuka (fraktur komplikasi / kompleks/

compound ) merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau membran

mukosa sampai ke patah tulang. Konsep penting yang harus

diperhatikan pada fraktur terbuka adalah apakah terjadi kontaminasi

oleh lingkungan pada tempat terjadinya fraktur tersebut.

Berdasarkan jenis fraktur ada beberapa macam :

2.2.2.1 Fraktur tidak komplit (incomplete), patah hanya terjadi pada

sebagian dari baris tengah tulang, seperti :

a. Hair line Frakktur (patah retak rambut)

b. Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu

korteks dengan kompresi tulang spongiosa.

c. Fraktur green stick, mengenai satu korteks dengan angulasi

korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang.

2.2.2.2 Fraktur komplit (complete), patah pada seluruh garis tulang

dan biasanya mengalami pergeseran (dari yang normal).

2.2.2.3 Fraktur tertutup, patah tulang, tidak menyebabkan

robekannya kulit.

2.2.2.4 Fraktur terbuka patah yang menembus kulit dan tulang

berhubung dengan dunia luar.

2.2.2.5 Fraktur komunitif, fraktur dengan tulang pecah menjadi

beberapa gragmen.

2.2.2.6 Fraktur kompresi: fraktur dengan tulang mengalami kompresi

(tulang belakang).

2.2.2.7 Fraktur depresi, fraktur yang fragmen tulangnya terdorong ke

dalam (tulang tengkorak dan wajah).

2.2.2.8 Fraktur transversal, fraktur yang arahnya melintang pada

tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.

2.2.2.9 Fraktur oblik, fraktur yang arah garis patahnya membentuk

sudut terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat trauma

angulasi juga.

Page 6: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anatomi dan

11

2.2.2.10 Fraktur spiral, fraktur yang arah garis patahnya berbentuk

spiral yang disebabkan trauma rotasi.

2.2.2.11 Fraktur avusi, fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan

atau traksi otot pada insersinya pada tulang.

2.2.3 Etiologi kekerasan langsung menurut Rosyidi (2013), terbagi 3 yaitu

2.2.3.1 Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik

terjadinya kekerasan.

2.2.3.2 Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang

ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan.

2.2.3.3 Kekerasan akibat tarikan otot sangat jarang terjadi kekuatan

dapat berupa pemuntiran, penekukan, dan penekanan,

kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.

2.2.4 Patofisiologi

Pada kondisi trauma, diperlukan gayayang besar untuk mematahkan

batang femur individu dewasa. Kebanyakan fraktur ini terjadi pada

pria muda yang mengalami kecelakaan kendaraan bermotor atau jatuh

dari ketinggian.Biasanya, klien ini mengalami trauma miltipel yang

menyertainya.Kondisi degenerasi tulang (osteoporosis) atau

keganasan tulang paha yang menyebabkan fraktur patologis tanpa

riwayat trauma, memadai untuk mematahkan tulang femur(Muttaqin,

2008).

Kerusakan neurovascular menimbulkan manisfestasi peningkatan

risiko syok, baik syok hipovolemik karena kehilangan darah banyak

ke dalam jaringan maupun syok neurogenik karena nyeri yang sangat

hebat yang dialami klien(Muttaqin, 2008).

Page 7: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anatomi dan

12

Kerusakan fragmen tulang femur diikuti dengan spasme otot paha

yang menimbulkan deformitas khas pada paha, yaitu pemendekan

tungkai bawah. Apabila kondisi ini berlanjut tanpa dilakukan

intervensi yang optimal, akan menimbulkan risiko terjadinya

malunion pada tulang femur (Rosyidi, 2013).

Intervensi medis dengan penatalaksanaan pemasanangan fiksasi

interna dan fiksasi eksterna memberikan implikasi pada masalah risiko

tinggi infeksi pasca-bedah, nyeri akibat trauma jaringan lunak, risiko

tinggi trauma sekunder akibat pemasangan fiksasi eksterna, dampak

psikologis absietas sekunder akibat rencana bedah dan prognosis

penyakit dan pemenuhan informasi (Helmi, 2012).

Dapat disimpulkan bahwa pada kondisi trauma kebanyakan fraktur ini

terjadi pada pria muda yang mengalami kecelakaan kendaraan

bermotor atau jatuh dari ketinggian. Kondisi ini bisa ditandai dengan

kehilangan banyak darah kedalam jaringan yang bisa mengakibatkan

kerusakan neurovaskular, degenerasi tulang (osteoporosis) dan

kerusakan fragmen tulang femur. Apabila terjadi masalah tersebut

maka dapat dilakukan intervensi yaitu pemasangan fiksasi interna,

fiksasi eksterna danpemenuhan informasi tentang prognosis penyakit.

Page 8: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anatomi dan

13

2.2.5 Pathway

LABEL INTERVENSI

Latihan Fisik Manajemen Nyeri

Penurunan Kecemasan Pendidikan Kesehatan Perawatan Luka Manajemenn trauma

Bagan 2.1 Patopisiologi fraktur femur tertutup masalah keperawatan.

Sumber: (Muttaqin, 2008)

Trauma pada paha, osteoporosis tulang femur, tumor

dan keganasan pada paha

Ketidakmampuan tulang femur dalam

menahan beban

Fraktur Femurtertutup

Terputusnya

hubungan tulang

Kerusakan

jaringan lunak Malunion, non-union,

dan delayed union

Kerusakan saraf

spasme otot

Ketidakmampuan

melakukan

pergerakan kaki

Terapi imobilisasi

Traksi Terapi

bedah fiksasi

ekternal Nyeri Hambatan

mobilitas fisik

risiko tinggi

trauma

Kerusakan

vaskular

Pembengkakan

lokal

Pasca bedah Ketidaktahuan

teknik

mobilisasi

Respon

psikologis

Port de entree Risiko sindrom

kompartemen Resiko malunion,

kontraktur sendi ansietas

Resiko tinggi

infeksi Pemenuhan informasi

Page 9: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anatomi dan

14

2.2.6 Manifistasi Klinis

Manisfestasi klinis fraktur femur yaitu hampir sama pada klinis

fraktur umum tulang panjang seperti nyeri, hilangnya fungsi,

defomitas, pemendekan ekstrimitas bawah karena kontraksi otot,

kripetasi, pembengkakan, dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi

sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.

Menurut Smeltzer(2008) tanda dan gejala fraktur adalah sebagai

berikut:

2.2.6.1 Nyeri

Nyeri terus menerus dan bertambah berat sampai fragmen

tulang di imobilisasi.

2.2.6.2 Kehilangan fungsi

Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian yang mengalaminya tak

dapat digunakan dan cenderung secara tidak alamiah

(gerakan luar biasa).

2.2.6.3 Deformitas

Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai

menyebabkan deformitas (terlihat malunion teraba)

ekstrimitas yang juga bisa diketahui dengan membandingkan

dengan ekstrimitas yang normal.

2.2.6.4 Pemendekkan ekstrimitas

Pada fraktur panjang terjadi pemendekkan tulang yang

sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan

dibawah tempat fraktur.

2.2.6.5 Krepitus

Saat ekstrimitas diperiksa dengan tulang krepitus yang

fragmen satu dengan lainnya (uji kerusakan pada tulang

lunak).

2.2.6.6 Pembengkakan lokal dan perubahan warna

Page 10: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anatomi dan

15

Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi

sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti

fraktur.

2.2.6 Penatalaksanaan.

Penatalaksanaan fraktur sebagai berikut:

Pengkajian ini diperlukan oleh perawat sebagimana peran kolaboratif

dalam melakukan asuhan keperawatan (Muttaqin,2008).

2.2.6.1 Non operatif

Untuk fraktur yang tidak mengalami dislokasi dapat

ditanggulangi dengan beberapa cara, antara lain:

a. Perban elastic (Teknik Robert Jones)

b. Memasang Gips (long leg Plaster)

c. Traksi skeletal menurut cra Appley, klien tidur terlentang,

pada fibula 1/3 proximal dipasang Steinman pin,

langsung ditarik dengan beban yang Cukup (>6 Kg)

sementara dilakukan traksi, lutut klien yang cidera dapat

digerakkan.

2.2.6.2 Operatif

Apabila terjadi dislokasi yang cukup lebar atau permukaan

sendi tibia fibula amblas lebih dari 2 mm, dilakukan reduksi

terbuka dan dipasang fiksasi internal dengan batress piate dan

cancellous screw

Ada empat konsep dasar menangani fraktur, yaitu:

a. Rekognisi

Rekognisi dilakukan dalam hal diagnosis dan penilaian

fraktur.

b. Reduksi

Reduksi adalah usaha atau tindakan manipulasi fragmen-

fragmen seperti letak asalnya

c. Retensi

Page 11: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anatomi dan

16

Setelah fraktur direduksi, Fragmen tulang harus

dimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi dan

kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan.

d. Rehabilitasi

Merupakan proses mengembalikan ke fungsi dan struktur

semula dengan cara melakukan ROM aktif dan pasif

seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan klien.

2.2.7 Komplikasi

2.2.7.1 Menurut Kholid Rosyidi (2013) komplikasi untuk fraktur

meliputi:

Komplikasi yang biasa terjadi pada klien fraktur femur

adalah sebagai berikut:

a. Kerusakan Arteri

Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak

adanya nadi, CRT menurun, sianosis bagian distal,

hematoma yang leabr, dan dingin pasa ekstrimits yang

disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan

posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan

pembedahan.

b. Kompartement Sindrom

Kompartement sindrom merupakan komplikasi serius

yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan

pembuluh darah dalam jaringan perut.Ini disebabkan

oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf,

dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar

seperti gips dan pembebatan yang terlalu kuat.

c. Fat Embolism Syndrom

Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius

yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang

panjang.FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan

Page 12: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anatomi dan

17

bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan

menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang

ditandai dengan gangguan nafasan, tachykardi,

hypertensi, tachypnea, demam.

d. Infeksi

System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada

jaringan.Pada trauma orthopedik infeksi dimulai pada

kulit (superfisial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya

terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena

penggunaan bahan lain dalam pembedahan sepert pin

dan plat.

e. Avaskuler Nekrosis

Avaskuler Nekrosis(AVN) terjadi karena aliran darah

ketulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan

nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s

Ischemia.

f. Shock

Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan

meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa

menyebabkan menurunnya oksigenasi.Ini biasanya

terjadi pada fraktur.

2.2.7.2 Komplikasi Dalam Waktu Lama

Menurut Kholid Rosyidi (2013) komplikasi fraktur Femur

hampir sama dengan beberapa komplikasi jenis fraktur

lainnya. Oleh karena itu, setiap perawat perlu memperhatikan

dan mengetahui komplikasi yang biasa terjadi agar

komplikasi tersebut dapat dikurangi.

Komplikasi yang sering terjadi pada klien mengalami fraktur

femur adalah sebagai berikut:

a. Delayed Union.

Page 13: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anatomi dan

18

Delayed Union merupakan kegagalan fraktur

perkonsolidasi (bergabing) sesuai dengan waktu yang di

butuhkan tulang untuk menyambung.Ini disebabkan

karena penurunan suplai darah ke tulang.

b. Nonunion.

Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi

dan memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan

stabil setelah 6 – 9 bulan.Nonunion ditandaidengan

adanya pergerakan yang berlebihan pada sisi fraktur

yang membentuk sensi palsu atau pseudoarthrosis.Ini

juga disebabkan karena aliran darah yang kurang.

c. Malunion.

Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai

dengan meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan

bentuk (defornitas).Malunion dilakukan dengan

pembedahan dan remobilitas yang baik.

d. Kaku sendi lutut. Setelah fraktur biasa terjadi kesulitan

bergerak pada sendi lutut. Hal ini dapat dihindari apabila

fisioterapi yang intensif dan sistematis dilakukan lebih

awal.

e. Refraktur terjadi apabila mobilitas dilakukan sebelum

terbentuk union yang solid.

2.2.8 Prognosis

2.2.8.1 Rosyidi (2013) mengatakan bahwa, tulang bisa bergenerasi

sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur merangsang

tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan

membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang.

Tulang baru di bentuk oleh aktivitas sel-sel tulang ada lima

stadium penyembuhan tulang, yaitu:

a. Stadium Satu (Pembentukan Hematoma)

Page 14: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anatomi dan

19

Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma di

sekitar daerah fraktur.Sel-sel darah membentuk fibrin

guna melindungi tulang yang rusak dan sebagian tempat

tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini

berlangsung 24 - 28 jam dan perdarahan berhenti sama

sekali.

b. Stadium Dua (Proliferasi Seluler)

Pada stadium ini terjadi proliferin dan differensiasi sel

menjadi fibro kartilago yang berasal dari periosteum,

endosteum, dan bone marrow yang telah mengalami

trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus

masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah

osteoblast bergenerasi dan terjadi proses osteogenesis.

Dalam beberapa hari terbentuk tulang baru yang

menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. Fase

ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai

selesai, tergantungnya frakturnya.

c. Stadium Tiga (Pembentukan Kalkus)

Sel-sel yang berkembang memiliki potensi yang

kondrogenik dan osteogenik, bila diberikan keadaan

yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan

juga kartilago.Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan

osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi mengabsorbsi

sel-sel tulang yang mati. Sementara tulang yang imatur

anyaman tulang menjadi lebih padat sehingga gerakan

pada tempat fraktur berkurang pada 4 minggu setelah

fraktur menyatu.

d. Stadium Empat (Konsolidasi)

Bila aktifitas osteoklas dan osteoblast berlanjut, anyaman

tulang berubah lamellar.Sistem ini sekarang cukup kaku

dan memungkinkan osteoclast menerobos melalui

Page 15: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anatomi dan

20

reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya

osteoklas mengisi celak-celak yang terisi diantara

fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang

lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum

tulang kuat untuk membawa beban yang normal.

e. Stadium Lima (Remodelling)

Fraktur telah di jembatani oleh suatu manset tulang yang

padat.Selama beberapa bulan atau tahun, pengerasan

kasar ini di bentuk ulang oleh resorbsi dan pembentukan

tulang yang terus menerus.Lamellae yang lebih tebal

diletakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi,

dibandingkan yang tidak di kehendaki dibuang, rongga

sumsum dibentuk, dan akhirnya di bentuk struktur yang

mirip dengan normalnya.

Gambar 2.3 Proses penyembuhan tulang normal

Sumber: (Syaifuddin, 2009)

Page 16: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anatomi dan

21

2.2.8.2 Terdapat beberapa faktor yang biasa menentukan

penyembuhan fraktur (Tabel 2.1). Setiap faktor akan

memberikan pengaruh penting terhadap proses

penyembuhan. Fraktur pada klien harus dikenali sebagai

parameter dasar untuk pemberian intervensi selanjutnya yang

lebih komprehensif.Waktu penyembuhan pada anak secara

kasar separuh waktu penyembuhan dari pada dewasa.

Table 2.1 Faktor-Faktor Penyembuhan Fraktur

Faktor Deskriptif

Umur penderita Waktu penyembuhan tulang pada anak-anak jauh lebih

cepat dari pada orang dewasa. Hal ini terutama disebabkan

karena aktifitas proses osteogenesis pada periosteum dan

endosteum setra proses remodeling tulang.

Lokalisasi dan

konfigurasi fraktur

Lokalisasi fraktur memegang peran penting. Fraktur

metafisis penyembuhan lebih cepat dari pada diasis.

Pergeseran awal

fraktur

Lokalisasi fraktur memegang peran penting. Fraktur

metafisis penyembuhannya lebih cepat dari pada diafisis.

Vaskularisasi pada

kedua fragmen

Apabila kedua mempunyai vaskularisasi yang baik, maka

penyembuhan biasanya tanpa komlikasi.

Reduksi serta

imobilisasi

Reposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk

vaskularisasi yang lebih baik dalam bentuk asalnya.

Waktu imobilisasi Jika imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan

sebelum terjadi tautan (union), maka kemungkinan

terjadinya non_union sangat besar.

Ruang diantara

kedua fragmen

serta interposisi

oleh jaringan lunak

Jika ditemukan interposisi jaringan baik berupa perosterum

maupuan otot atau jaringan fibrosa lainnya, maka akan

menghambat vaskularisasi kedua ujung fraktur.

Factor adanya Infeksi dan keganasan akan memperpanjang proses

Page 17: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anatomi dan

22

infeksi dan

keganasan local

inflamasi lokal yang akan menghambat proses

penyembuhan dari fraktur.

Cairan sinovia Pada persendian terdapat cairan sinovia, merupakan

hambatan dalam penyembuhan fraktur.

Gerakan aktif dan

pasif pada anggota

gerak

Gerakan aktif dan pasisf pada anggota gerak akan

meningkatkan vaskularisasi daerah fraktur, tetapi gerakan

yang dilakukan pada daerah fraktur tanpa imobilisasi yang

baik juga akan mengganggu vaskularisasi.

Nutsisi Asuhan nutrisi yang optimal dapat memberikan suplai

kebutan protein untuk proses perbaikan. Pertumbuhan

tulang menjadi lebih dinamis bila ditunjang dengan asuhan

nutrisi yang optimal.

Vitamin D Vitamin D mempengaruhi deposisi dan absorpsi dan tulang.

Vitamin D dalam jumlah besar dapat menyebabkan absorpsi

tulang seperti yang terlihat pada kadar hormone paratiroid

yang tinggi

Sumber: Faktor penyembuhan Fraktur (Helmi, 2014)

2.2.9 Pemeriksaan Penunjang

Menurut lukman & nurma ningsih, (2012), pemeriksaan penunjang

yang dilakukan sebagai berikut:

2.2.9.1 Pemeriksaan rontgen: menentukan lokasi/luasnya

fraktur/trauma, dan jenis fraktur.

2.2.9.2 Scan tulang, tomogram, CT Scan/MRI: memperlihatkan

tingkat keparahan fraktur, juga dapat untuk mengidentifikasi

kerusakan jaringan lunak.

2.2.9.3 Arteriogram: dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan

vascular.

2.2.9.4 Menghitung darah lengkap: Ht mungkin meningkat

(hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna sisi

Page 18: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anatomi dan

23

fraktur atau organ jauh pada multiple trauma). Peningkatan

jumlah SDP adalah proses stress normal setelah trauma.

2.2.9.5 Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk

klirens ginjal.

2.2.9.6 Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan

darah, trasfusi multiple atau cedera hati.

2.3 Tinjauan teoritis Asuhan keperawatan Fraktur

2.3.1 Pengkajian

2.3.1.1 Anamnesis pada fraktur Femur

a. Identititas klien, meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat,

agama, setatus perkawinan, pekerjaan, asuransi, golongan

darah, nomor registrasi dan tanggal masuk rumah sakit.

Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur Femur

adalah rasa nyeri yang hebat.Untuk memperoleh

pengkajian yang lengkap mengenai rasa nyeri klien,

perawat dapat menggunakan PQRST.

1) Provoking incident: Hal yang menjadi factor presipitasi

nyeri trauma pada bagian pergelangn kaki.

2) Quantitas of pain: Klien merasakan nyeri yang bersifat

menusuk.

3) Region, radiating, relief: Nyeri terjadi dibagian yang

mengalami patah tulang.

4) Scale of pain: Secara subjektif, nyeri yang dirasakan

klien antara 2-4 pada rentang skala pengukuran 0-4.

5) Time: Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah

bertambah buruk pada malam atau siang hari.

b. Riwayat penyakit sekarang. Dikaji kronologi terjadinya

trauma, yang menyebabkan patah tulang , pertolongan apa

saja yang telah didapat dan apakah sudah berobat kedukun,

Page 19: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anatomi dan

24

dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakan,

perawat dapat mengetahui luka kecelakaan yang lain.

c. Riwayat penyakit dahulu. Penyakit-penyakit tertentu

seperti kanker tulang menyebabkan fraktur patologis

sehingga tulang sulit menyambung dan selain itu penyakit

diabetes dengan luka dikaki sangat beresiko mengalami

osteomilitis akut dan kronis dan penyakit ini menghambat

penyembuhan tulang.

d. Riwayat penyakit keluarga. Penyakit keluarga yang

berhubungan dengan patah tulang adalah factor

predisposisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis yang

sering terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang

dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara

genetik.

e. Riwayat psikososial dan spriritual. Kaji respon emosi klien

terhadap penyakit yang dideritanya, peran klien dalam

keluarga dan masyarakat, serta respondan pengaruhnya

dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun

dalam masyarakat.

2.3.1.2 Pemeriksaan Fisik pada Fraktur Femur

a. B1 (Breathing)

Pada klien dengan fraktur Femurpemeriksaan pada

pernapasan infeksi pernafasan tidak ada kelainan.

b. B2 (Blood)

Inspeksi: tidak tampak iktus cordis jantung. Palpasi: nadi

meningkat, iktus tidak teraba. Auskultasi: suara S1 dan S2

tunggal. Tak ada mur-mur.

c. B3 (Brain)

Tingkat kesadaran, biasanya compos metis.

1) Kepala: simetris, tidak ada gangguan dan benjolan.

Page 20: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anatomi dan

25

2) Leher: tidak ada gangguan, yaitu simetris, tidak ada

penonjolan, reflek menelan ada.

3) Wajah: wajah terlihat menahan sakit, tidak ada

perubahan fungsi dan bentuk pada wajah, tidak ada lesi,

simetris tidak edem.

4) Mata: tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak

anemis (apabila klien dengan patah tulang tertutup,

karena tidak ada perdarahan).

d. B4 (Bladder)

Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah, dan krakteristik

urine, termasuk berat jenis urine.biasanya klien fraktur

Fibula tidak ada kelainan pada system ini.

e. B5 (Bowel)

Abdomen. Inpeksi: bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.

Palpasi: tugor baik, hepar tidak teraba. Perkusi: suara

tympani. Auskultasi: peristaltic usus normal ± 20

kali/menit. Inguinal genetalia-anus.Tak ada hernia, tak ada

pembesaran iymphe, tak ada kesulitan BAB.

f. B6 (Bone/ Musculoskeletal)

Adanya fraktur pada Fibula akan mengganggu secara lokal

baik fungsi motorik, sensorik dan peredaran darah.

Pada kondisi klinis perawat juga harus memperhitungkan

bagian terdekat dan terjauh fraktur terutama mengenai luas

kerusakan pada fraktur Femur ini.

Pada keadaan lokal dapat dilakukan dengan 3 cara:

a. Look (inspeksi)

Pada fase awal cedera, perlu dikaji adanya keluhan nyeri

lokal hebat disertai perubhan nadi, perufsi yang tidak baik

(akral dingin pada sisi lesi), dan CRT >3 detik pada bagian

proksimal betis.Hal ini merupakan tanda-tanda penting

terjadinya sindrom kompartement yang harus dihindari

Page 21: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anatomi dan

26

perawat. Apabila tidak segera dilakukan intervensi lebih

dari 6 jam dalam batas waktu kemampuan jaringan perifer,

akan terjadi nekrosis jaringan distal.

Klien fraktur femur mengalami komplikasi delayed

union,nonunion, dan malunion.Kondisi yang paling sering

ditemukan di klinik adalah malunion terutama pada klien

fraktur fremur yang telah lama dan mendapat intervensi

dari dukun patah. Pada pemeriksaan look, akan ditemukan

adanya pemendekan ekstremitas dan derajat pemendekan

akan lebih jelas jelas dengan cara mengukur kedua sis

tungkai dari spina iliaka malleolus (Muttaqin, 2009).

b. Feel (palpasi)

Adanya nyeri tekan (tendermess) dan krepitasi pada

daerah paha(Muttaqin, 2009).

c. Move (Pergerakan trauma lingkup gerak)

Hasil pemeriksaan yang didapat adalah adanya

gangguan/ketrbatasan gerak tungkai. Didapatkan

ketidakmampuan menggerakkan kaki dan penurunan

kekuatan otot ekstremitas bawah dalam melakukan

pergerakan. Karena timbulnya nyeri dan keterbatasan

gerak, semua bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan

kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang

lain(Muttaqin, 2009).

Page 22: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anatomi dan

27

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan Nanda Internasional (2015) masalah keperawatan yang

sering muncul pada klien fraktur Femur tertutup pra- dan pasca-bedah,

meliputi:

2.3.2.1 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.

2.3.2.2 Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan respon

nyeri kerusakan neoromuskuloskeletal, pergerakan fragmen

tulang.

2.3.2.3 Risiko tinggi trauma berhubungan dengan penurunan sensasi,

kelemahan.

2.3.2.4 Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan port de entrée luka

fraktur terbuka, luka pasca-bedah, pemasangan traksi tulang

dan fiksasi eksternal.

2.3.2.5 Defisit perawatan diriberhubungan dengan gangguan

muskoloskeletal.

2.3.3 Intervensi Keperawatan

Menurut Buku Nurarif (2015) perncanaan kegiatan pada klien fraktur

Femur tertutup adalah:

2.3.3.1 Nyeri yang berhubungan dengan kompresi saraf, kerusakan

neoromuskuloskeletal, pergerakan fragmen tulang.

Tujuan: Nyeri berkurang atau teradaptasi

Kreteria hasil: Secara subjektif, klien melaporkan nyeri

berkurang atau dapat diadaptasi, dapat mengidentifikasi

aktifitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri, klien

tidak gelisah, skala nyeri 0-1 atau teradaptasi.

Intervensi:

a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk

lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor

presipitasi.

b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.

Page 23: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anatomi dan

28

c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri pasien.

d. Kurangi faktor presipitasi nyeri.

e. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan

nyeri tidak berhasil.

Rasional:

a. Nyeri merupakan respon subjektip yang didapat dikaji

menggunakan skala nyeri.

b. Imobilitas fisik klien dapat dilihat dari reaksi nonverbal.

c. Melaporkan bahwa nyeri telah berkurang.

d. Mampu mengontrol nyeri.

e. Mengobservasi keadaan klien.

2.3.3.2 Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan respon

nyeri kerusakan neoromuskuloskeletal, pergerakan fragmen

tulang.

Tujuan: klien mampu melakukan aktifitas fisik sesuai dengan

kemampuannya.

Kriteria hasil: klien dapat ikut serta dalam program latihan,

tidak terjadi kontraktur sendi, bertambahnya kekuatan otot,

klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.

Intervensi:

a. Kaji mobilitas yang ada dan observasi peningkatan

kerusakan.

b. Atur posisi imobilitas pada klien.

c. Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerakan aktif

pada ekstremitas yang tidak sakit.

d. Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan

dirisesuai toleransi.

e. Kolaborasi dengan ahli fisioterafi untuk latihan fisik

klien.

Page 24: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anatomi dan

29

Rasional:

a. Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan

aktifitas.

b. Imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi pergerakan

fragmen tulang yang menjadi unsur utama penyebab

nyeri pada klien.

c. Gerakan aktif memberikan massa, tonus, dan kekuatan

otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernafasan.

d. Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.

e. Peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ekstremitas

dapat dicapai dengan latihan fisik dari tim ahli

fisioterapi.

2.3.3.3 Risiko tinggi trauma berhubungan dengan penurunan sensasi,

kelemahan.

Tujuan: risiko trauma tidak terjadi

Kriteria hasil: Pasien terbebas dari trauma, fisik linggungan

rumah aman, prilaku pencegahan jatuh, dapat mendeteksi

resiko

Intervensi:

a. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien.

b. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien.

c. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih

d. Membatasi pengunjung.

e. Memindahkan barang barang yang dapat

membahayakan.

Rasional:

a. Untuk mencegah kejadian yang dapat menimbulkan

trauma pada pasien .

b. Meningkatkan rasa aman pasien.

c. Agar pasien merasa nyaman.

Page 25: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anatomi dan

30

d. Mempertahankan kenyamanan dan keamanan.

e. Menjamin keselamatan pasien.

2.3.3.4 Risiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan port de entrée

luka fraktur terbuka, luka pasca-bedah, pemasangan traksi

tulang dan fiksasi eksternal.

Tujuan: tidak terjadi infaksi.

Kriteria hasil: tidak ada tanda-tanda infeksi pada daerah luka

operasi, pada sekitar traksi tulang, dan fiksasi eksternal.

Intervensi:

a. Kaji factor-faktor yang mmemungkinkan terjadinya

infeksi yang masuk ke port de entrée.

b. Lakukan perawatan luka secara steril.

c. Pantau atau batasi kunjungan.

d. Tingkatkan asuhan nutrisi tinggi kalori dan tinggi

protein.

e. Bantu perawatan diri dan keterbatasan aktifitas sesuai

toleransi.

f. Kolaborasi: beri antibiotik sesuai indikasi.

Rasional:

a. Faktor-faktor ini harus dipantau oleh perawatan dan

dilakukan perawatan luka steril.

b. Teknik perawatan luka secara steril dapat mengurangi

kontaminasi kuman.

c. Mengurangi risiko kontak infeksi dari orang lain.

d. Meningkatkan meningkatkan imunitas tubuh secara

umum dan membantu menurunkan resiko infeksi.

e. Menunjukan kemampuan secara umum dan kekuatan

otot dan merangsang pengembalian system imun.

f. Satu atau beberapa agen diberikan yang bergantung pada

sifat pathogen dan infeksi yang terjadi.

Page 26: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anatomi dan

31

2.3.3.5 Defisit perawatan diriberhubungan dengan gangguan

muskoloskeletal.

Tujuan: Klien dapat menujunjukan perubahan gaya hidup

untuk kebutuhan merawat diri.

Kriteria hasil: Pasien mampu untuk melakukan aktivitas

keperawatan fisik dan pribadi secara mandiri atau dengan alat

bantu.

Intervensi:

a. Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalm skala 0-4

untuk melakukan ADL.

b. Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu

jika perlu.

c. Dekatkan alat dan sarana yang dibutuhkan klien.

d. Identifikasi kebiasaan defekasi anjurkan minum dan

tingkatkan aktivitas.

e. Kolaborasi: konsul kedokter terapi okupasi

Rasional:

a. Membantu dalam mengidentifikasi dan merencanakan

pertemuan kebutuhan individual.

b. Klien dalam keadaan cemas dan bergantung. Hal ini

dilakukan untuk mencegah frustrasi dan meningkatkan

kemandirian klien.

c. Memudahkan klien dan meningkatkan kemandirian

klien.

d. Meningkatkan latihan dan menolong mencegah

konsipasi.

e. Untuk mengembangkan terapi dan melengkapi

kebutuhan.khusus.