bab 2 tipus spektro
DESCRIPTION
-TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Bahan
Sulfametoksazol (disingkat SMZ atau SMX) adalah antibiotik
bakteriostatik sulfonamide. Hal ini paling sering digunakan sebagai bagian dari
kombinasi sinergis dengan trimethoprim dalam rasio 5:1 dalam co-trimoxazole
(disingkat SMZ-TMP dan SMX-TMP, atau TMP-SMZ dan TMP-SMX), juga
dikenal di bawah nama dagang seperti Bactrim, Septrin, atau Septra; di Eropa
Timur dipasarkan sebagai Biseptol. Aktivitas utama adalah terhadap bentuk rentan
Streptococcus, Staphylococcus aureus (termasuk MRSA), Escherichia coli,
Haemophilus influenzae, dan oral anaerobes. Hal ini umumnya digunakan untuk
mengobati infeksi saluran kemih. Selain itu dapat digunakan sebagai alternatif
berbasis amoxicillin antibiotik untuk mengobati sinusitis. Dapat juga digunakan
untuk mengobati toxoplasmosis dan itu adalah obat pilihan untuk Pneumocystis
pneumonia, yang mempengaruhi terutama penderita HIV.
Nama lain meliputi: sulfamethylisoxazol, sulfisomezole, MS 53, RO 4 2130, dan
sulfamethazole.
Mekanisme kerja
Sulfonamida adalah analog struktural dan antagonis kompetitif para -
aminobenzoic acid (PABA). Mereka menghambat pemanfaatan bakteri normal
PABA untuk sintesis asam folat, metabolit penting dalam DNA sintesis.[9] Efek
terlihat biasanya bakteriostatik di alam. Asam folat tidak disintesis pada manusia,
tetapi bukan persyaratan Diet. Hal ini memungkinkan untuk toksisitas selektif
untuk sel-sel bakteri (atau setiap sel bergantung pada mensintesis asam folat) atas
sel-sel manusia. Resistensi bakteri untuk sulfametoksazol disebabkan oleh mutasi
pada enzim yang terlibat dalam sintesis asam folat yang mencegah obat mengikat
untuk itu.
Jalur Sintesis Tetrahydrofolate
Disk TMP-SMZ (juga TMP-SMX atau TMP Sulfa) adalah kombinasi
trimethoprim dan sulfametoksazol yang bertindak sinergis untuk tindakan
bakterisida. Budaya bakteri diresapi dengan disk trimethoprim dan
sulfametoksazol dapat digunakan untuk membantu mengidentifikasi organisme
sebagai Gardnerella vaginalis; sangat sensitif terhadap disk TMP-SMZ.
Efek samping
efek samping yang paling umum dari sulfametoksazol trimethoprim adalah
gangguan pencernaan. Alergi untuk sulfa berbasis obat biasanya menyebabkan
ruam kulit, gatal-gatal atau kesulitan bernafas atau menelan dan menjamin segera
penghentian obat dan kontak dengan dokter segera. Sulfametoksazol trimethoprim
juga dikenal untuk meningkatkan kadar darah dari warfarin obat (nama merek US:
Coumadin) dan dapat menyebabkan peningkatan tak terduga di pembekuan waktu
dan perdarahan tak terkendali. Neutropenia dan trombositopenia juga efek
samping yang langka yang akan dimonitor jika pasien ditempatkan pada terapi
jangka panjang. Sulfametoksazol ini juga Stevens-Johnson sindrom (SJS)
merangsang substansi.
Sulfametoksazol juga dapat menyebabkan mual, perut parah atau sakit perut. Sakit
kepala sering terjadi ketika untuk mengambil sulfametoksazol. Nyeri otot kadang-
kadang terjadi ketika mengambil obat ini. Jika gejala menetap, salah satu harus
menghubungi / dokter. Jika terjadi kesulitan bernapas atau pembengkakan wajah,
mulut, atau lidah, salah satu harus menghentikan obat dan mendapatkan bantuan
medis darurat. Ini sering merupakan gejala dari reaksi alergi yang parah.
(anafilaksis)
INTERAKSI OBAT :
Trimetoprim
Anti
aritmia
Meningkatkan risiko ventrikel aritmia (VT) saat
trimetoprim (cotrimoxazole) diberikan bersama
amiodarone- hindari penggunaan bersama dengan
cotrimoxazole
Antibakteri
al
Konsentrasi plasma trimetoprim kemungkinan menurun
oleh rifampicin; konsentrasi kedua obat mungkin
meningkat ketika trimetorpim diberikan dengan dapson
Antikoagul
asi
Trimetoprim mungkin meningkatkan efek antikoagulasi
koumarin
Antidiabeti
k
Trimetoprim mungkin meningkatkan efek hipoglikemia
dari repaglinide- pabrik menyarankan untuk
menghindari pemakaian bersama; trimetorpim jarang
meningkatkan efek dari sulfonylurea
Antiepileps
i
Trimetoprim meningkatkan konsentrasi plasma fenitoin
(juga meningkatkan efek antifolat)
Antimalaria
Meningkatkan efek anti folat saat trimetoprim diberikan
bersama pirimetamin
Antiviral
Trimetoprim (sebagai cotrimoksazole) meningkatkan
konsentrasi plasma lamivudine- hindari penggunaan
bersamaan dengan cotrimoxazole dosis tinggi
Glikosida
jantung
Trimetoprim mungkin meningkatkan konsentrasi plasma
digoxin
siklosporin
Meningkatkan risiko kerusakan ginjal saat trimetoprim
diberikan bersama siklosporin, konsentrasi plasma
siklosporin menurun dengan pemberian trimetoprim
intravena
Sitotoksik
Meningkatkan risiko kerusakan darah saat trimetoprim
(juga dengan cotrimoxazole) diberikan bersama
azatriopin, mercaptopurin atau metotreksate
Diuretik
Meningkatkan risiko hiperkalemia saat trimetoprim
diberikan dengan eplerenone
Estrogen Mungkin mengurangi efek kontrasepsi estrogen
Vaksin Menginaktifkan vaksin tifoid oral
Sulfametoxazole (sulfoamida)
Anastesi
Umum : sulfonamide meningkatkan efek thiopental
Lokal : meningkatkan risiko methemoglobinemia saat
sulfonamide diberikan dengan prilokain
Anti aritmia
Meningkatkan risiko VT saat sulfametoksazole (sebagai
cotrimoksazole) diebrikan bersama amiodare- hindari
pemberian bersama
Antibakterial
Meningkatkan risiko kristaluria saat sulfonamide
diberikan bersama metheamine
Antikoagula
si
Sulfonamide meningkatkan efek antikoagulasi
koumarin
Antidiabetik Sulfonamide jarang meningkatkan efek sulfonylurea
Antiepilepsi
Sulfonamide mungkin meningkatkan konsentrasi
plasma fenitoin
Antimalaria
Meningkatkan efek anti folat saat diberikan bersamaan
pirimetamin
Antipsikotik
Hindari penggunaan bersama dengan clozapin
(meningkatkan risiko agranulositosis)
Siklosporin
Meningkatkan risiko kerusakan ginjal saat sulfonamide
diberikan bersama siklosporin; sulfadiazine mungkin
menurunkan konsentrasi plasma siklosporin
Sitotoksik
Meningkatkan risiko kerusakan darah saat
sulfametoksazol (cotrimoxazole) diberikan dengan
azatriopin, mercaptopurin, atau metotreksat;
sulfonamide meningkatkan efek toksik dari
metotreksat
Estrogen Mungkin mengurangi efek kontrasepsi dari estrogen
Potassium
aminobenzo
Efek sulfonamide dihambat oleh portasium
aminobenzoate
ate
Vaksin Menginaktifkan vaksin tifoid oral
Kotrimoksazol merupakan campuran dari Sulfametoksazol dan
Trimetoprim. Tablet Kotrimoksazol mengandung Sulfametoksazol C10H11N3O3S
dan Trimetoprim, C14H18N4O3, tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari
107,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (DitJen POM, 1995).
2.1.1 Sulfametoksazol
Rumus struktur : H2N SO2NH
N CH3
O
Rumus molekul : C10H11N3O3S
Berat molekul : 253,28
Pemerian : serbuk hablur, putih sampai hampir putih, praktis
tidak berbau
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, dalam eter dan dalam
kloroform, mudah larut dalam aseton dan dalam
larutan natrium hidroksida encer, agak sukar larut
dalam etanol.
2.1.2 Trimetoprim
Rumus struktur :NH2 OCH3
N
H2N CH2 OCH3
NOCH3
Rumus molekul : C14H18N4O3
Berat molekul : 290,36
Pemerian : hablur atau serbuk hablur,putih sampai krem, tidak
berbau
Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, larut dalam
benzilalkohol, agak sukar larut dalam kloroform dan
dalam methanol, sangat sukar larut dalam etanol dan
dalam aseton, praktis tidak larut dalam eter dan
dalam karbon tetraklorida.
2.1.3 Mekanisme kerja
Aktivitas antibakteri kombinasi sulfametoksazol dan trimetoprim
berdasarkan kerjanya pada dua tahap yang berurutan pada reaksi enzimatik untuk
pembentukan asam tetrahidrofolat. Sulfonamida manghambat masuknya PABA
ke dalam molekul asam folat dan trimetoprim menghambat terjadinya reaksi
reduksi dari dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat. Tetrahidrofolat penting untuk
reaksi-reaksi pemindahan satu atom C, seperti pembentukan basa purin (adenine
dan guanine), timidin dan beberapa asam amino (metinin, glisin). Sel-sel mamalia
menggunakan folat jadi yang terdapat dalam makanan dan tidak mensintesis
senyawa tersebut. Trimetoprim menghambat enzim dihidrofolat reduktase
mikroba secara sangat selektif. Hal ini penting, karena enzim tersebut juga
terdapat pada sel mamalia.
2.1.4 Farmakokinetika
Pada pemberian oral preparat kombinasi dengan dosis tunggal,
trimetoprim diabsorpsi lebih cepat daripada sulfametoksazol. Trimetoprim cepat
didistribusikan ke dalam jaringan dan relatif sedikit terikat pada protein plasma
dengan adanya sulfametoksazol. Obat masuk ke dalam otak dan saliva dengan
mudah. Pemberian 400 mg sulfametoksazol dengan 80 mg trimetoprim tiga kali
sehari, kadar steady state minimal di dalam darah dari masing-masing obat
kirakira 20 dan 1 μg/ml, yakni perbandingan optimal yang dicari.
2.1.5 Efek samping
Biasanya berupa gangguan kulit dan gangguan lambung-usus, stomatitis. Pada
dosis tinggi efek sampingnya juga berupa demam dan gangguan fungsi hati dan
efek-efek darah (neutropenia, trombositopenia). Oleh karena itu, penggunaan
lebih dari dua minggu hendaknya disertai dengan pengawasan darah.
2.2 Spektrofotometri Ultraviolet
Jika suatu molekul sederhana dikenakan radiasi elektromagnetik maka
molekul tersebut akan menyerap radiasi elektromagnetik. Interaksi antara molekul
dengan radiasi elektromagnetik ini akan meningkatkan energi dari tingkat dasar ke
tingkat tereksitasi. Apabila pada molekul yang sederhana tadi hanya terjadi
transisi elektronik pada satu macam gugus yang terdapat pada molekul, maka
hanya akan terjadi satu absorpsi yang merupakan pita spektrum. Terjadinya dua
atau lebih pita spektrum diberikan oleh molekul dengan struktur yang lebih
kompleks karena terjadi beberapa transisi sehingga mempunyai lebih dari satu
panjang gelombang. Gugus fungsi seperti –OH, -O, -NH2, dan –OCH3 yang
memberikan transisi n → π* disebut gugus auksokrom. Gugus ini adalah gugus
yang tidak dapat menyerap radiasi ultraviolet-sinar tampak, tetapi apabila gugus
ini terikat pada gugus kromofor mengakibatkan pergeseran panjang gelombang ke
arah yang lebih besar (pergeseran batokromik).
Menurut Hukum Lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel yang
disinari. Sedangkan menurut Beer, serapan berbanding lurus dengan konsentrasi.
Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu dalam Hukum LambertBeer, sehingga
diperoleh bahwa serapan berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan sel,
yang dapat ditulis dengan persamaan :
A= a.b.c (g/liter) atau A= ε. b. c (mol/liter)
Dimana: A = serapan
a = absorptivitas
b = ketebalan sel
c = konsentrasi
ε = absorptivitas molar
Hukum Lambert-Beer menjadi dasar aspek kuantitatif spektrofotometri dimana
konsentrasi dapat dihitung berdasarkan rumus di atas. Absorptivitas merupakan
suatu tetapan dan spesifik untuk setiap molekul pada panjang gelombang dan
pelarut tertentu. Penggunaan utama spektrofotometri ultraviolet adalah dalam
analisis kuantitatif. Apabila dalam alur spektrofotometer terdapat senyawa yang
mengabsorpsi radiasi, akan terjadi pengurangan kekuatan radiasi yang mencapai
detektor. Parameter kekuatan energi radiasi yang diabsorpsi oleh molekul adalah
absorban (A) yang dalam batas konsentrasi tertentu nilainya sebanding dengan
banyaknya molekul yang mengabsorpsi radiasi. Senyawa yang tidak
mengabsorpsi radiasi ultraviolet-sinar tampak dapat juga ditentukan dengan
spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak, apabila ada reaksi kimia yang dapat
mengubahnya menjadi kromofor atau dapat disambungkan dengan suatu pereaksi
kromofor . Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitans atau serapan
suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan
penggabungan dari dua fungsi alat yang terdiri dari spektrometer yang
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang
diabsorpsi.
Menurut Day dan Underwood (1998), unsur -unsur terpenting suatu
spektrofotometer adalah sebagai berikut:
1. Sumber-sumber lampu: lampu deuterium digunakan untuk daerah UV
pada panjang gelombang dari 190-350 nm, sementara lampu halogen
kuarsa atau lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel pada panjang
gelombang antara 350- 900 nm.
2. Monokromotor: digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang
monokromatis. Alatnya dapat berupa prisma untuk mengarahkan sinar
monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian.
3. Kuvet (sel): digunakan sebagai wadah sampel untuk menaruh cairan ke
dalam berkas cahaya spektrofotometer. Kuvet itu haruslah meneruskan
energi radiasi dalam dearah spektrum yang diinginkan. Pada pengukuran
didaerah tampak, kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat digunakan, tetapi
untuk pengukuran pada daerah ultraviolet kita harus menggunakan sel
kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Kuvet tampak
dan ultraviolet yang khas mempunyai ketebalan 1 cm, namun tersedia
kuvet dengan ketebalan yang sangat beraneka, mulai dari tebalan kurang
dari 1 mm sampai 10 cm bahkan lebih.
4. Detektor: Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap
cahaya pada berbagai panjang gelombang.
5. Suatu amplifier (penguat) dan rangkaian yang berkaitan yang membuat
isyarat listrik itu dapat dibaca.
6. Sistem pembacaan yang memperlihatkan besarnya isyarat listrik
2.3 Spektrofotometri Derivatif
2.3.1 Pengertian Spektrofotometri Derivatif
Spektofotometri deivatif bersangkutan dengan transformasi spektrum
serapan menjadi spektrum derivatif pertama, kedua atau spektrum derivatif
dengan order yang lebih tinggi Spektrum derivat pertama dibuat dengan
memplotkan dA/dλ dengan panjang gelombang (Ditjen POM, 1995). Pada
spektrofotometri konvensional, spektrum serapan merupakan plot serapan (A)
terhadap panjang gelombang (λ). Pada spektrofotometri derivatif, plot A lawan λ,
ditransformasikan menjadi plot dA/dλ lawan λ untuk derivatif pertama, dan d2 A/
dλ2 lawan λ untuk derivatif kedua, dan seterusnya.
A = f(λ), order nol
dA/dλ = f ′(λ), order pertama
d2A/dλ2=f ‘’(λ), orde kedua
dan seterusnya.
Sesuai dengan hukum Lambert-Beer, maka :
dA/dλ = dA (1% ,1cm)
d λxbc
dA2/dλ2 = d A (1% ,1cm)
d λxbc
dn = d A (1% ,1cm)
d λxbc
Universitas Sumatera UtaraGambar 3. Kurva serapan derivat pertama sampai
derivat keempat
2.3.2 Metode Spektrofotometri Derivatif
Ada tiga metode spektrofotometri derivatif yang sering digunakan dalam anlisa
kuantitatif antara lain metode zero crossing, metode peak to peak dan metode
multivariate spectrrophotometric calibration. Panjang gelombang zero crossing
adalah panjang gelombang dimana senyawa tersebut mempunyai serapan nol dan
menjadi panjang gelombang analisis untuk zat lain dalam campurannya.
Gambar 4. Kurva sederhana aplikasi zero crossing (z)
Panjang gelombang peak to peak ditentukan dari penggabungan spektrum
derivatif larutan baku dan sampel (analit). Dari hasil penggabungan spektrum
derivatif tersebut, dicari daerah panjang gelombang dimana terdapat spektrum
yang saling berimpit satu sama lain secara total.
2.4.3 Penggunaan Spektrofotometri Derivatif
Spektrofotometri derivatif banyak digunakan untuk zat-zat dalam suatu campuran
yang spektrumnya saling mengganggu atau tumpang tindih (overlapping) dimana
zat-zat tersebut dapat larut dalam pelarut yang sama serta Universitas Sumatera
Utaramemiliki serapan maksimum pada panjang gelombang yang berdekatan.
Sebagai contoh penetapan kadar campuran pseuoefedrin HCl, triprolidin HCl dan
dekstrometorfan HBr (Watson, 2007), penetapan kadar efedrin dan zat warna
dalam sediaan sirup (Cairns, 2008), penetapan kadar campuran parasetamol dan
ibuprofen (Hassan, 2008), penetapan kadar campuran parasetamol, kafein dan
salisilamid (Wulandari, 2006), penetapan kadar dekstrometorfan HBr dan
gliserilguaiakolat dalam sediaan tablet dan sirup obat batuk, campuran tetrasiklin
dan oksitetrasiklin, penetapan kadar teofilin dan efedrin HCl dalam sediaan tablet,
penetapan kadar campuran vitamin B kompleks (Hayun,2006). Selain dalam
bidang farmasi, spektrofotometri derivatif telah diaplikasikan secara luas di dalam
analisis lingkungan, klinik, forensik, biomedik, dan industri (Skujins and Varian,
2006).
2.4.4 Komponen Spektrofotometer Derivatif
Komponen-komponen pada spektrofotometer UV/Vis biasa sama dengan
komponen pada spektrofotometer derivatif. Alat spektrofotometer harus
dilengkapi dengan peralatan sedemikian rupa untuk dapat menghasilkan spektrum
derivatif (Ditjen POM, 1995). Biasanya spektrofotometer telah mempunyai
software untuk mengolah data yang dapat dioperasikan malalui komputer yang
telah terhubung dengan spektrofotometer (Moffat, 2007).
Daftar Pustaka
1. Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Jawetz, melnick, & adelberg’s medical
microbiology. 23rd ed. New York: Lange medical books; 2004 . p . 15-31, 184-
186
2. Petri WA Jr. Sulfonamides, trimethoprim-sulfamethoxazole, quinolones, and
agents for urinary tract infections. In: Goodman AG, Hardman JG, Limbird LE
(editor). Goodman&gilman’s the pharmacological basis of theraupetics.
10th ed.New York: McGraw Hill. 2001. 1176-7