bab 2.doc

45
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep Dasar Pendidikan a. Sosiologi Ilmu Pendidikan Pokok bahasan utama pendidikan adalah pendidikan normal dan institusi. Pendidikan normal terpenting dalam masyarakat kita adalah sekolah yang menawarkan pendidikan formal mulai dari jenjang pra sekolah sampai ke jenjang pendidikan yang tinggi baik sifat umum maupun khusus (sekolah agama atau sekolah luar biasa). Namun kita telah mengetahui pula bahwa diluar sekolah dijumpai bebagai bentuk pendidikan luar sekolah seperti pendidikan formal semisalnya kursus dan pendidikan informal misalnya pendidikan yang terjadi dirumah atau melalui 7

Upload: nur-diana-el-yusufi

Post on 20-Nov-2015

3 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

9

BAB 2TINJAUAN PUSTAKAA. Landasan Teori

1. Konsep Dasar Pendidikan

a. Sosiologi Ilmu Pendidikan

Pokok bahasan utama pendidikan adalah pendidikan normal dan institusi. Pendidikan normal terpenting dalam masyarakat kita adalah sekolah yang menawarkan pendidikan formal mulai dari jenjang pra sekolah sampai ke jenjang pendidikan yang tinggi baik sifat umum maupun khusus (sekolah agama atau sekolah luar biasa). Namun kita telah mengetahui pula bahwa diluar sekolah dijumpai bebagai bentuk pendidikan luar sekolah seperti pendidikan formal semisalnya kursus dan pendidikan informal misalnya pendidikan yang terjadi dirumah atau melalui media masa (Sunarto Kumanto, 2004 Muhammad Muslih, 2004).

b. Definisi Pendidikan

Menurut Djumransjah (2004) beberapa konsep pendidikan tersebut dikemukakan oleh para ahli antara lain : Carter V Good dalam Dictionary of Education, pendidikan mengandung pengertian dibawah ini :

1) The Aggregate of all the processes by which a person develop abilities, attitudes, and other froms of behavior of positive value in the society in which be lives.

(Proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan perilaku yang berlaku didalam masyarakat). 2) The social prosess by which people are subjected to inituence of a selected and controlled environment, especially that the school, so the may attain social competence and optimum individual development.

(Proses social dimana seseorang dipengaruhi oleh suatu lingkungan yang terpimpin, misalnya sekolah sehingga dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan pribadiannya).3) Tim dosen IKIP Malang dalam bahasan mereka menyimpulkan pengertian pendidikan sebagai berikut :

a) Aktivitas badan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadian dengan cara membina potensi-potensi pribadinya yaitu rohani (piker, karsa, rasa, cipta) dan jasmani (panca indra serta ketrampilan-ketrampilan).

b) Lembaga yang bertanggungjawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem, dan organisasi pendidikan. Lembaga-lembaga ini meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat.

c) Hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya.

d) Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan bagi perannya dimasa yang akan datang (BPN, 2009).

Pendidikan sekolah menjadi sumber ekonomi yang secara halus menggiring orang-orang kedalam cara-cara, yang boleh jadi menyongsong ketidakmerataan didalam masyarakat yang jauh lebih besar (Sucahyono, Budi, 2002)c. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dibagi menjadi tiga, yaitu :

1) Pendidikan Formal

Merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah sampai penndidikan tinggi.

2) Pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau pemerintah daerah yang mengacu pada standart nasional pendidikan.3) Pendidikan Informal

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggungjawab (Wikepedia.com).Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional, tingkat atau jenjang pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan para peserta didik serta keluasan dan kedalaman bahan pengajaran. Pada pasal 14, jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

1) Pendidikan Dasar

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 28 tahun 1990 tentang pendidikan dasar bab I Ketentuan Umum Pasal 1: Pendidikan dasar adalah pendidikan umum yang lamanya Sembilan tahun, diselenggarakan enam tahun di sekolah dasar dan tiga tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama atau satuan pendidikan yang sederajat. Sekolah dasar adalah bentuk satuan pendidikan tingkat dasar yang menyelenggarakan program enam tahun. Sekolah lanjutan tingkat pertama adalah bentuk satuan dasar yang menyelenggarakan program tiga tahun.

Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 Tentang jalur, jenjang dan jenis pendidikan Pasal 17 mengenai pendidikan dasar :

a) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

b) Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat sekolah menegah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

c) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama adalah bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program tiga tahun.

(BPN, 2009 : 10)

2) Pendidikan Menengah

Berdasarakan UU No. 20 tahun 2003 Tentang jalur, jenjang dan jenis pendidikan Pasal 18 mengenai Pendidikan Menengah :

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasara) Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan kejuruan.

b) Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK) dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain sederajat.

c) Ketentuan lama pembelajaran pendidikan menengah tiga tahun.

(BPN, 2009 : 10)3) Pendidikan Tinggi

Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 Tentang jalur, jenjang dan jenis pendidikan Pasal 19 dan Pasal 20 mengenai Pendidikan Tinggi :

a) Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi.

b) Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sistem terbuka.

c) Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas.

d) Perguruan tinggi dapat berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

e) Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi, dan atau advokasi.

(BPN, 2009 : 10-11)d. Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan

1) Pendidikan yang diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.

2) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematis dengan sistem terbuka dan multimakna.

3) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

4) Pendidikan diselenggarakan dengan member keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

5) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan menghitung bagi segenap warga masyarakat.

6) Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan.

(BPN, 2009 : 11)2. Konsep Dasar Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah keseluruhan pemikiran, gagasan ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya.

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan ini terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau koginitif merupakan domain yang penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya.

(Notoatmodjo, 2010 : 1)b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) mengemukakan bahwa pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendifinisikan, menyatakan, dan sebagainya. 2) Memahami (comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.4) Analisis (analysis)

Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja seperti : dapat menggambarkan (menurut bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.5) Sintesis (synthetis)

Menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. (Notoatmodjo, 2003 : 128-130).

c. Kriteria Pengetahuan

1) Pengetahuan baik: 76% - 100%

2) Pengetahuan cukup: 56% - 75%

3) Pengetahuan kurang: < 56%

(Setiadi, 2007 : 307)

d. Cara Memperoleh Pengetahuan

Banyak berbagai cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni :

1) Cara Tradisional atau NonilmiahCara ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis adalah dengan cara non ilmiah, tanpa melalui penelitian. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi :a) Cara Coba Salah (trial and error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradapan. Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba lagi dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. b) Secara KebetulanPenemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan.

c) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Pada kehidupan manusia banyak terdapat kekuasaan atau otoritas baik yang mutlak maupun yang tidak mutlak. Pada masyarakat tradisional seseorang yang mempunyai otoritas, misalnya raja sesuatu yang keluar dari ucapannya dianggap suatu kebenaran yang mutlak dan rakyatnya akan menaati segala hal yang telah ditentukan raja. Karena sesuatu pendapat yang telah dikemukan adalah sudah benar maka orang lain yang telah menerima pendapat yang mempunyai otoritas, tanpa menguji atau membuktikan kebenaran pendapat yang telah dikemukakan.

d) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Metode ini pada dasarnya dimunculkan karena eksperimen dari diri sendiri, hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat pula menggunakan atau merujuk cara tersebut. Tetapi bila ia gagal menggunakan cara tersebut, ia tidak akan mengulangi cara itu, dan berusaha mencari cara lain sehingga dapat berhasil memecahkannya. Pengalaman pribadi tersebut dapat merupakan sumber kebenaran pengetahuan, namun tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar.

e) Cara Akal Sehat (common sense)

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasihat orang tuanya, atau agar anaknya disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah, misalnya dijewer telinganya atau dicubit. Ternyata cara menghukum anak ini sampai sekarang berkembang menjadi teori atau kebenaran , bahwa hukuman adalah merupakan metode (meskipun bukan yang paling baik) bagi pendidikan anak.

f) Kebenaran Melalui WahyuAjaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan manusia.g) Kebenaran Secara IntuitifKebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang rasional dan sistematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.

h) Melalui Jalan Pikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. Dinamakan induksi apabila proses pembuatan kesimpulan melalui pernyataan-pernyataan khusus kepada yang umum. Pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman yang ditangkap oleh indra. Kemudian disimpulkan kedalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk memahami suatu gejala.

Proses berpikir induksi dikelompokkan menjadi 2 yaitu : induksi sempurna, terjadi apabila kesimpulan diperoleh dari penjumlahan dari kesimpulan khusus, dan induksi tidak sempurna, terjadi apabila kesimpulan tersebut diperoleh dari lompatan dari pernyataan-pernyataan yang khusus. Sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum kepada yang khusus. sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu (Notoatmodjo, 2010 : 11-15).2) Cara Modern atau Cara Ilmiah

Dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok, yaitu :

a) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan pengamatan.

b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan.

c) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.

(Notoatmodjo, 2010 : 18)e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

1) Usia

Dengan bertambahnya usia, maka tingkat pengetahuan akan berkembang sesuai dengan pengetahuan yang didapat maupun pengalaman pribadi (Azwar, 2002).

2) Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang sangat berpengaruh terhadap pengetahuan. Seseorang yang berpendidikan tinggi pengetahuannya akan berbeda dengan orang yang berpendidikan rendah (BPN, 2009).3) Lingkungan

Seseorang yang hidup dalam lingkungan yang berpikiran luas, pengetahuannya akan lebih baik daripada orang yang tinggal dilingkungan berpikiran sempit (Azwar, 2002).

4) Intelegensia

Pengetahuan yang dipengaruhi intelegensia adalah pengetahuan intelegent dimana seseorang dapat bertindak cepat, tepat dan mudah dalam mengambil keputusan. Seseorang yang mempunyai intelegensi rendah akan bertingkah laku lambat dalam pengambilan keputusan.

5) Pekerjaan

Seseorang yang bekerja, pengetahuannya lebih luas daripada orang yang tidak bekerja, karena dengan banyak bekerja seseorang akan banyak mendapat informasi dan pengalaman (Latipun, 2011)

6) Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkah laku. Individu yang berasal dari keluarga yang status social ekonominya baik dimungkinkan lebih memiliki sifat positif memandang masa depannya dibandingkan dengan mereka yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah.

7) Kebudayaan

Kebudayaan ternyata mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan sikap kita pada masyarakat yang masih tradisional pengetahuan yang dianggap tidak sesuai dengan budaya setempat akan sulit diterima dan berkembang (Azwar, 2002).

3. Konsep Dasar Ibu

a. Definisi

Ibu adalah sebutan umum kepada seorang wanita atau perempuan yang sudah menikah dan mempunyai anak. Ibu juga berarti mereka yang memiliki sifat-sifat utama, mulia, suci sebagai pengasuh yang patut dihormati dan yang siap mengabdikan diri kepada keluarga dan suami

(Ni Made, 2009 : 3)Ibu adalah pendidik pertama dan yang paling utama bagi anak, karena ibulah yang telah mengalirkan air susunya kedalam darah dan daging anak (Abdullah, 2009).

Ibu merupakan sosok yang paling berpengaruh pada pendidikan, kesehatan jiwa dan badan bagi seluruh anggota keluarga, khususnya anak-anak (Rahbari, 2008).b. Fungsi dan Tugas Ibu

1) Sebagai pendamping suami

a) Sebagai kekasih sejati dalam suka dan duka.

b) Menyadari dan memahami keadaan suami.

c) Penuh tenggang rasa, saling menghormat, percaya, menyanyangi, serta saling memberikan dan member antar suami dan sebagai kepala rumah tangga.

d) Menjaga keserasian antara suami dan istri.

2) Sebagai Pengelolah Rumah Tangga

a) Mampu menciptakan rumah tangga yang serasi dan aman.

b) Menjaga kebersihan dan kerapian rumah tangga serta lingkungan.

c) Pandai mengatur dan memanfaatkan materi.

d) Mampu mengatur keseimbangan.

e) Pandai menghemat, hidup sederhana dan dapat menabung.

3) Sebagai Penerus Keturunan

a) Mengusahakan dan mempersiapkan diri untuk melahirkan.

b) Mampu kebutuhan anak, memberikan rasa aman dan kasih saying.

c) Mampu mendorong dan membimbing perkembangan jasmani dan rohani anak.

d) Ibu dan ayah harus memiliki kesatuan pandangan dan sikap dalam mendidik.

e) Sebagai pendorong dan teladan bagi anak.

4) Sebagai Pencari Nafkah Tambahan

a) Meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan yang berguna bagi keluarga.

b) Mengusahakan kerja antara lain penambahan penghasilan yang sesuai kemampuan atau mengusahakan hasil mewujudkan materi.

c) Mengembangkan potensi berwiraswasta dengan usaha yang menguntungkan.

d) Pandai mengatur waktu hingga tugas keluarga tidak terlantar.

5) Sebagai Warga Masyarakat

a) Sebagai warga masyarakat yang baik dan sadar akan hak-hak serta kewajibannya.

b) Memelihara pergaulan hidup yang baik bagi kerukunan hidup bertetangga, ikut bertanggungjawab untuk keamanan lingkungan.

c) Sikap membantu, mendorong sesamanya sesuai kemampuan dan saling asah, asih dan asuh.

d) Ikut serta dalam kegiatan pembangunan.

6) Sebagai Diri Pribadi

a) Konsep diri apa yang anda pikirkan berkenaan dengan diri anda, lalu mendasari perbuatan anda dalam upaya menyejahterakan keluarga dan masyarakat.

b) Pengertian konsep diri ibu menuju keluarga sejahtera.

7) Peran Wanita

a) Sebagai anak : melaksanakan peran psikososial, perkembangan fisik dan mental berdasarkan usia.

b) Sebagai orang tua.

Sebagai diri pribadi yang utuh atau individu yang mempunyai visi dan misi dalam pembangunan.4. Konsep Dasar Teori Balita

a. Pengertian

Balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan karakteristik pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0 1 tahun dimana umur 5 bulan BB naik 2x lipat BB lahir dan 3x BB lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4x pada umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada masa pra sekolah kenaikan BB kurang lebih 2 kg/tahun, kemudian pertumbuhan konstan mulai berakhir (Soetjiningsih, 2001).

Balita merupakan istilah yang berasal dari kependekan kata bawah lima tahun. Istilah ini cukup populer dalam program kesehatan. Balita merupakan kelompok usia tersendiri yang menjadi sasaran program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di lingkup Dinas Kesehatan. Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya. Periode tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran social, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya (Supartini, 2004).

b. Ciri Khas Perkembangan Balita

1) Perkembangan Fisik

Di awal balita, pertambahan berat badan balita merupakan singkatan bawah lima tahun, satu periode usia manusia dengan rentang usia dua hingga lima tahun, ada juga yang menyebut dengan periode usia prasekolah. Pada fase ini anak berkembang dengan sangat pesat.

Pertambahan berat badan menurun terutama di awal balita. Hal ini terjadi karena balita menggunakan banyak energi untuk gerak (Choirunisa, 2009 : 10).

2) Perkembangan Psikologis

Dari sisi psikomotor, balita mulai terampil dalam pergerakannya (lokomotion), seperti berlari, memanjat, melompat, berguling, berjinjit, menggenggam, melempar yang berguna untuk mengelola keseimbangan tubuh dan mempertahankan rentang atensi.

Pada akhir periode balita kemampuan motorik halus anak juga mulai terlatih seperti meronce, menulis, menggambar, menggunakan gerakan pincer yaitu memegang benda dengan hanya menggunakan jari telunjuk dan ibu jari seperti memegang alat tulis atau mencubit serta memegang sendok dan menyuapkan makanan kemulutnya, mengikat tali sepatu. Dari sisi kognitif, pemahaman terhadap objek telah lebih baik. Kemampuan bahasa balita tumbuh dengan pesat. Pada periode awal balita yaitu usia dua tahun kosa kata rata-rata balita adalah 50 kata, pada usia lima tahun telah menjadi diatas 1000 kosa kata. Pada usia tiga tahun balita mulai berbicara dengan kalimat sederhana berisi tiga kata dan mulai mempelajari tata bahasa dari bahasa ibunya.

(Anon, 2010)3) Komunikasi Pada Balita

Karakteristik anak usia balita (terutama anak usia dibawah 3 tahun atau toddler) sangat egosentris. Selain itu, anak juga mempunyai perasaan takut pada ketidaktahuannya sehingga anak perlu diberitahu tentang apa yang akan terjadi pada dirinya.

Aspek bahasa, anak belum mampu berbicara secara fasih, oleh karena itu, saat menjelaskan gunakan kata yang sederhana, singkat dan gunakan istilah yang dikenalnya. Posisi tubuh yang baik saat berbicara pada anak adalah jongkok, duduk di kursi kecil, atau berlutut sehingga pandangan mata kita akan sejajar dengannya.

Satu hal yang akan mendorong anak untuk meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi adalah dengan memberikan pujian atas apa yang telah dicapainya atau ditunjukkan terhadap orang tuanya (Supartini, 2004).5. Konsep Dasar Oralit

a. Definisi

Oralit adalah formula lengkap yang berisikan (NaCL dan NaHCO, KCI dan glukosa) yang diberikan secara per oral. (Ngastiyah, 2002)

Oralit merupakan produk kesehatan yang dikonsumsi saat mengalami diare. Kandungan oralit yang utama adalah campuran antara NaCL dengan gula (glukosa dan sukrosa) (Anon, 2012).b. Fungsi Oralit

Fungsi oralit yang utama adalah menjaga keseimbangan jumlah cairan dan mineral dalam tubuh. Oralit tidak menghentikan diare, tetapi mengganti cairan tubuh yang hilang bersama tinja. Dengan mengganti cairan tubuh tersebut, terjadinya dehidrasi dapat dihindarkan (Anon, 2012).Menurut Akatsuki (2011), fungsi oralit adalah :

1) Mengobati penderita diare dengan dehidrasi ringan-sedang, serta mencegah terjadinya dehidrasi berat.

2) Pemberian oralit secara dini juga dapat menurunkan mortalitas dan mengurangi kebutuhan cairan intravenac. Jenis Oralit

1) Oralit basa bikarbonat (ORS. Bik Nat)

Orali jenis ini memiliki beberapa kekurangan :

a) Kurang stabil

b) Kalorinya rendah

2) Oralit dengan basa sitrat (ORS-citrat)Untuk mengatasi kekurangan ORS. Bik Nat maka WHO menganjurkan Na bikarbonat diganti dengan Tri sodium citrateSifat ORS-citrat :

a) Lebih stabil (sampai suhu 600C tidak terjadi perubahan warna).

b) Karena lebih stabil maka dapat dikemas secara sederhana (dalam aluminium foil tahan sampai 5 tahun, untuk penyimpanan jangka pendek dapat dikemas dalam kantong plastic).

c) Kekurangan dari jenis oralit ini sama dengan ORS. Bik Nat, kandungan kalorinya rendah (Akatsuki, 2011).d. Cara Membuat Oralit1) Sediaan Jadi

a) Siapkan gelas (200 ml) air yang telah dimasak / air tehb) Masukkan 1 bungkus oralit kedalam gelas

c) Aduk sampai rata

2) Membuat larutan gula garam sendiri

a) Gula 1 sendok teh penuhb) Garam sendok teh

c) Air masak 1 gelas

d) Campuran diaduk sampai larut (Indarsi, 2011)e. Takaran Pemberian Oralit1) Dibawah 1 tahun : 3 jam pertama gelas, selanjutnya 0,5 gelas setiap kali mencret.

2) Dibawah 5 tahun : 3 jam pertama 3 gelas, selanjutnya 1 gelas setiap kali mencret.

3) Anak diatas 5 tahun : 3 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 1,5 gelas setiap kali mencret.

4) Anak diatas 12 tahun dan dewasa : 3 jam pertama 12 gelas, selanjutnya 2 gelas setiap kali mencret. (Lagalus, 2011)

f. Komposisi dari OralitKompoisi oralit 200 antara lain mengandung : glukosa anhidart 4,0 gram, natrium klorida 0,70 gram, natrium sitrat dihidrat 0,58 gram, kalium klorida 0,30 gram. Sedangkan dalam keadaan darurat, kita bisa membuat air minum yang diberi campuran gula puti (sukrosa) dengan garam dapur.Kombinasi gula dan garam dapat diserap baik oleh usus penderita diare, karena ion natrium merupakan ion yang berfungsi allosterik (berhubungan dengan penghambatan enzim karena bergabung dengan molekul lain).

Selain itu garam mampu meningkatkan pengangkutan dan meninggikan daya absorbsi gula melalui membran sel. Gula dalam larutan NaCl (garam dapur) juga berkhasiat meningkatkan penyerapan air pada dinding usus secara kuat (sekira 25 kali lebih banyak dari biasanya), sehingga proses dehidrasi tubuh dapat dikurangi atau diatasi (Ubay, 2010). 6. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Balita Tentang OralitPendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik secara individu, kelompok, atau masyarakat sehingga melakukan apa yang diharapkan pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2010 : 16).Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat pendidikan seseorang yaitu : sosial, ekonomi, budaya, lingkungan dan kesadaran masyarakat (Eka, 2007).Tingkat pendidikan yang rendah, digabung dengan kemiskinan membuat para ibu balita tidak mengerti tentang pentingnya oralit pada balita. Ia tidak mengetahui seberapa pentingnya pemberian oralit pada balita yang terkena diare karena di salah satu faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi dan lingkungan yang buruk juga dapat mendukung anak bermain di tempat kotor.Tingkat pendidikan rendah mempengaruhi rendahnya tingkat pengetahuan seseorang dalam hal ini pendidikan yang rendah akan mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu balita tentang oralit. Jika para ibu tidak mengerti tentang oralit maka kejadian diare akan lebih banyak lagi (Anon, 2011).Pendidikan yang dimiliki ibu balita menjadi modal untuk belajar tentang pentingnya oralit sehingga terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu.B. Kerangka KonseptualKerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2010 : 100).

Sumber

: Modifikasi dari : Notoatmodjo (2003), Setiadi (2007), BPN (2009)

Keterangan:

: diteliti

: tidak diteliti

Gambar 2.1: Kerangka konseptual tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu balita tentang oralit di polindes Desa Kebonagung Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo.Dari kerangka konseptual diketahui, faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan terdiri dari : usia, pendidikan, lingkungan, intelegensia, pekerjaan, sosial ekonomi, kebudayaan. Disini peneliti hanya meneliti pada faktor tingkat pendidikan meliputi : dari tingkat dasar (tamat SD dan SMP), menengah (tamat SMU), tinggi (tamat PT).

Pada penelitian ini menghubungkan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu balita tentang tahu meliputi : pengertian oralit, fungsi oralit, jenis oralit, cara membuat oralit, takaran pemberian oralit, komposisi oralit. Evaluasi dan kategori penilaian terdiri dari : baik (76 100%), cukup (56 75%), kurang (