bab 2.doc

32
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Aktif Card Sort Dilengkapi Macromedia Flash a. Pembelajaran Aktif Standar proses pendidikan menyiratkan bahwa pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa, yaitu menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Sistem pembelajaran yang berdasarkan standar proses pendidikan ditekankan pada pendayagunaan asas keaktifan siswa dalam proses belajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Siswa dilibatkan secara aktif di dalam proses pembelajaran. 1) Pengertian Pembelajaran Aktif Belajar merupakan suatu proses aktif dari pebelajar dalam membangun pengetahuannya. Strategi pembelajaran yang tepat diperlukan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat menampung keaktifan siswa dalam membangun pengetahuannya. Adapun salah satu strategi pembelajaran yang dapat diterapkan adalah strategi pembelajaran aktif (active learning). Istilah “active learning” mengacu kepada teknik instruksional interaktif yang mengharuskan siswa melakukan pemikiran tingkat tinggi seperti analisis, sintesis, dan evaluasi. … . Siswa yang

Upload: eko-wahyudiono

Post on 12-Jan-2016

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2.doc

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Aktif Card Sort Dilengkapi Macromedia Flash

a. Pembelajaran Aktif

Standar proses pendidikan menyiratkan bahwa pembelajaran didesain

untuk membelajarkan siswa, yaitu menempatkan siswa sebagai subjek belajar.

Sistem pembelajaran yang berdasarkan standar proses pendidikan ditekankan pada

pendayagunaan asas keaktifan siswa dalam proses belajar untuk mencapai tujuan

yang telah ditentukan. Siswa dilibatkan secara aktif di dalam proses pembelajaran.

1) Pengertian Pembelajaran Aktif

Belajar merupakan suatu proses aktif dari pebelajar dalam membangun

pengetahuannya. Strategi pembelajaran yang tepat diperlukan untuk menciptakan

kondisi pembelajaran yang dapat menampung keaktifan siswa dalam membangun

pengetahuannya. Adapun salah satu strategi pembelajaran yang dapat diterapkan

adalah strategi pembelajaran aktif (active learning).

Istilah “active learning” mengacu kepada teknik instruksional interaktif yang mengharuskan siswa melakukan pemikiran tingkat tinggi seperti analisis, sintesis, dan evaluasi. … . Siswa yang terlibat dalam pembelajaran aktif seringkali mengorganisasikan pekerjaannya, informasi riset, diskusi dan menjelaskan gagasan, mengamati demo atau fenomena, menyelesaikan masalah dan memformulasikan pertanyaan yang dimilikinya (Anonim, 2008: 1).

Pembelajaran aktif merupakan pembelajaran interaktif yang menuntut

siswa melakukan analisis, sintesis dan evaluasi. Kemampuan menganalisis

merupakan kemampuan siswa dalam memahami hubungan dan mengenali bagian-

bagian dari suatu keseluruhan secara lebih jelas. Kemampuan melakukan sintesis

diwujudkan dalam kegiatan siswa mengkombinasikan unsur-unsur yang terpisah

menjadi bentuk kesatuan baru. Kemampuan evaluasi merupakan kemampuan

siswa untuk memberi penilaian terhadap fakta-fakta berdasarkan kriteria tertentu.

Tingkat berpikir analisis, sintesis, dan evaluasi dapat diwujudkan dalam bentuk

Page 2: BAB 2.doc

8

kegiatan praktikum, pengamatan, diskusi, presentasi, menyusun pertanyaan dan

mengutarakan gagasan.

Kegiatan siswa seperti berdiskusi, mengungkapkan gagasan, dan

mengajukan pertanyaan di dalam pembelajaran aktif merupakan aktivitas yang

memunculkan adanya interaksi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan

siswa lainnya. Sesuai dengan pendapat Ari Samadhi (2008: 1) yang

mengemukakan bahwa “Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran

yang memungkinkan mahasiswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran

itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar mahasiswa maupun mahasiswa

dengan pengajar dalam proses pembelajaran tersebut”. 

Pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang diwarnai dengan

interaksi yaitu hubungan aktif multi arah antara siswa dengan guru maupun siswa

dengan siswa lainnya. Pembelajaran aktif dititikberatkan pada hubungan antara

individu satu dengan individu lainnya.

Selanjutnya Hartono (2008: 1) menyatakan ”Pembelajaran aktif (active

learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang

dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar

yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki”.

Karakteristik siswa berbeda-beda baik dari segi minat, kecerdasan dan usaha

belajar. Pembelajaran aktif ditujukan agar potensi siswa berkembang maksimal

dengan memperhatikan perbedaan individual sehingga mengantarkan siswa ke

arah pencapaian tujuan belajar.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat diketahui bahwa

pembelajaran aktif adalah pembelajaran interaktif yang mengajak siswa berperan

secara aktif melalui pemikiran tingkat tinggi seperti analisis, sintesis, dan evaluasi

untuk mengoptimalkan semua potensi yang dimilikinya, baik dalam bentuk

interaksi antar siswa maupun siswa dengan guru sehingga dapat dicapai hasil

belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik yang dimiliki siswa.

2) Kadar Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan. Kadar

pembelajaran aktif tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik semata, akan tetapi

Page 3: BAB 2.doc

9

juga ditentukan oleh aktivitas nonfisik seperti mental, intelektual dan emosional.

Sesuai dengan yang dikemukakan Wina Sanjaya (2008: 142) mengenai kadar

pembelajaran yang beriorientasi pada aktivitas siswa ditinjau dari proses

pembelajarannya yaitu:

a) Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional maupun intelektual dalam setiap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tingginya perhatian serta motivasi siswa untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan; b) Siswa belajar secara langsung (experiental learning). Dalam proses pembelajaran secara langsung, konsep dan prinsip diberikan melalui pengalaman nyata seperti merasakan, meraba, mengoperasikan, melakukan sendiri, dan lain sebagainya. Demikian juga pengalaman itu bisa dilakukan dalam bentuk kerja sama dan interaksi kelompok; c) Adanya keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif; d) Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan setiap sumber belajar yang tersedia yang dianggap relevan dengan tujuan pembelajaran; e) Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa seperti menjawab dan mengajukan pertanyaan, berusaha memecahkan masalah yang diajukan atau yang timbul selama proses pembelajaran berlangsung; e) Terjadinya interaksi yang multi-arah, baik antara siswa dengan siswa atau guru dan siswa. Interaksi ini juga ditandai dengan keterlibatan semua siswa secara merata. Artinya, pembicaraan atau proses tanya jawab tidak didominasi oleh siswa-siswa tertentu (Wina Sanjaya, 2008: 142).

Proses pembelajaran dikatakan pembelajaran berorientasi pada aktivitas

siswa bila keaktifan siswa tidak semata keaktifan siswa secara fisik, tetapi mental,

emosional dan intelektual siswa juga aktif. Keaktifan tersebut dapat diwujudkan

melalui pemberian pengalaman belajar yang nyata maupun dalam bentuk kerja

sama dan interaksi kelompok. Keterlibatan siswa dalam menciptakan suasana

belajar yang kondusif, memanfaatkan segala sumber belajar dan keterlibatan

siswa dalam kegiatan menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan, serta

mengungkapkan gagasan yang semakin tinggi maka maka semakin tinggi pula

kadar pembelajaran aktif. Begitu juga interaksi siswa dengan siswa ataupun siswa

dengan guru tidak hanya didominasi oleh siswa tertentu, namun dengan

keterlibatan siswa secara menyeluruh barulah proses pembelajaran tersebut

dikatakan memiliki kadar pembelajaran aktif yang tinggi.

Tingkatan keaktifan siswa dalam belajar juga dikemukakan oleh

Silberman melalui paham belajar aktif. Silberman (1996: 1) menyatakan bahwa

Page 4: BAB 2.doc

10

“What I hear, I forget. What I hear and see, I remember a little. What I hear, see,

and ask questions about or discuss with someone else, I begin to understand.

What I hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill. What I teach to

another, I master”. Menurut paham belajar aktif Silberman, untuk mempelajari

sesuatu dengan baik dalam belajar aktif, siswa perlu mendengarnya, melihatnya,

mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang lain. Tidak

hanya itu, siswa juga perlu mengerjakannya, yakni menggambarkan sesuatu

dengan caranya sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktikan

keterampilan, bahkan mengajarkannya kepada siswa lain.

Lebih lanjut Ueckert dan Gess-Newsome (2008: 2) menyatakan bahwa

“Active learning involves students in debating ideas, asking questions, comparing

answers to what is known, using evidence to develop explanations, considering

alternatives, and making ideas public while recognizing that explanations may

change following discussion”. Mengacu pada pendapat tersebut, pembelajaran

aktif di antaranya meliputi kegiatan siswa dalam bertanya, berdebat, dan

mengemukakan gagasan dalam kegiatan diskusi.

Pembelajaran aktif diorientasikan pada keaktifan siswa, baik aktif fisik,

mental, emosional, maupun intelektual. Keaktifan siswa dapat diwujudkan dalam

kegiatan mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengemukakan

pendapat, dan mengajar siswa lain. Kegiatan tersebut dapat memunculkan

interaksi multi arah antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa lainnya.

Semakin siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, semakin tinggi kadar

pembelajaran aktif.

3) Manfaat Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif memiliki kelebihan yang cukup nyata. Ada beberapa

hal yang didapatkan dari pembelajaran aktif, yaitu a) … menimbulkan positive

interdependence; b) … terdapat individual accountability; c) … memupuk social

skills. (Ari Samadhi, 2008: 2).

Positive interdependence (saling ketergantungan positif) akan muncul

karena konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara

bersama-sama melalui kegiatan aktif dalam belajar. Melalui pembelajaran aktif,

Page 5: BAB 2.doc

11

setiap individu diharuskan terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar

diharuskan pula untuk mendapatkan penilaian untuk setiap siswanya, sehingga

terdapat adanya pertanggungjawaban individual (individual accountability).

Tingkat kerja sama yang tinggi diperlukan dalam pembelajaran aktif agar proses

pembelajaran berjalan dengan efektif sehingga dapat memupuk keterampilan

sosial di antara siswa.

b. Card Sort

Silberman mengemukakan 101 teknik yang dapat digunakan dalam

pembelajaran aktif. Semuanya dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas

sesuai dengan jenis materi dan tujuan yang ingin dicapai. Salah satu dari sekian

banyak teknik tersebut adalah pembelajaran Card Sort.

Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani (2007: 53)

menyatakan “Strategi ini merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan

untuk mengajarkan konsep, karakteristik klasifikasi, fakta tentang obyek atau

mereview informasi”. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Silberman (1996:

103) mengenai Card Sort yaitu “This is a collaborative activity that can be used

to teach concepts, classification characteristics, facts about objects, or review

information”. Berdasarkan definisi tersebut, dapat diketahui bahwa Card Sort

adalah salah satu teknik pembelajaran aktif berupa kegiatan kolaboratif yang

dapat digunakan dalam mengajarkan konsep, karakteristik dari klasifikasi, fakta,

atau meninjau suatu informasi.

Menurut Silberman (1996: 103), prosedur pelaksanaan pembelajaran

Card Sort adalah sebagai berikut:

1) Give each students an index card containing information or an example that fits into one or more categories; … . 2) Ask students to mill around the room and find others whose card fits the same category ( You may announce the categories beforehand or let students discover them); 3) Have students with cards in the same category present themselves to the rest of the class; 4) As each category is presented, make any teaching point you think are important (Silberman, 1996: 103).

Kartu indek dibutuhkan sebagai alat bantu dalam menerapkan

pembelajaran Card Sort untuk menuliskan informasi. Kartu berisi informasi

Page 6: BAB 2.doc

12

tersebut terdiri dari beberapa bahasan/kategori dan dibuat sesuai dengan jumlah

siswa. Sementara Hujair AH. Sanaky (2006: 6) menyatakan “Kartu tersebut terdiri

dari “kartu judul” dan “kartu bahasan dari judul” tersebut. Kartu judul biasanya

menggunakan HURUF KAPITAL dan kartu-kartu sub judul menggunakan huruf

non-kapital.”

Silberman (2006: 170) juga mengemukakan bahwa penerapan

pelaksanaan pembelajaran Card Sort dapat divariasikan dengan memerintahkan

tiap kelompok untuk membuat presentasi pengajaran tentang kategorinya.

Presentasi kategori dilakukan setelah siswa dapat berkelompok dalam kategori

yang sama. Pelaksanaan presentasi kategori dapat dilakukan dengan cara

menempelkan kartu di papan tulis. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh

Hujair AH. Sanaky (2006: 7), yang menyebutkan “… mahasiswa diminta untuk

menempelkan di papan tulis bahasan yang ada dalam kartu tersebut berdasarkan

urutan-urutan bahasannya yang dipegang kelompok tersebut”.

Berdasarkan keterangan di atas, pembelajaran Card Sort dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Setiap siswa diberi kartu yang berisi informasi atau permasalahan yang cocok

dengan satu atau beberapa kategori.

2) Siswa diminta bergerak dan berkeliling di dalam kelas untuk menemukan

kartu dengan kategori yang sama yang dipegang oleh siswa lainnya.

3) Siswa berkelompok dalam satu kategori atau pokok bahasan yang sama.

4) Siswa dengan kategori yang sama diminta mempresentasikan kategori

masing-masing dengan cara menempelkan kartu bahasan dari kategorinya di

papan tulis.

5) Seiring dengan presentasi dari tiap-tiap kategori tersebut, guru memberikan

penjelasan dan poin-poin penting terkait materi pelajaran.

Card Sort sebagai salah satu teknik pembelajaran aktif merupakan

pembelajaran dengan pemberian tugas dalam kerja kelompok kecil. Melalui

kegiatan pencarian kartu, pembahasan kategori dalam kerja kelompok, dan

presentasi, siswa dituntut menunjukkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Siswa

Page 7: BAB 2.doc

13

dituntut untuk mengenali hubungan antara informasi pada kartu satu dengan

informasi pada kartu lainnya dan membentuknya sebagai sebuah kesatuan

kategori. Selanjutnya siswa diminta untuk menilai hasil kerja kelompoknya

sendiri dengan mengecek kebenaran urutan pembahasan kategori.

Selain keterlibatan siswa dalam berpikir tingkat tinggi, siswa juga terlibat

dalam kegiatan diskusi dan tanya jawab selama pelaksanaan pembelajaran Card

Sort. Siswa dapat aktif mengemukakan ide saat membahas kategori dalam kerja

kelompok. Siswa dapat mengajarkan pengetahuan kepada siswa lainnya dan

saling mengajukan pertanyaan saat kegiatan presentasi kategori. Hal ini

menunjukkan di dalam suasana pembelajaran Card Sort telah terjadi interaksi

aktif siswa.

Menurut Hujair AH. Sanaky (2006: 7) tujuan dari pembelajaran Card

Sort adalah “untuk mengungkapkan daya “ingat” [recoll] terhadap materi

kuliah/pelajaran yang telah dipelajari mahasiswa/siswa”.  Untuk itulah dalam

menerapkan pembelajaran Card Sort, materinya terlebih dahulu disampaikan

kepada siswa. Penyampaian materi akan lebih menarik perhatian siswa bila

disajikan dengan media pembelajaran yang interaktif dan menarik, salah satunya

adalah media macromedia flash.

c. Media Pembelajaran Macromedia Flash

1) Pengertian Media Pembelajaran

Kata ”media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak

dari kata ”medium”, yang secara harfiah berarti ”perantara atau pengantar”. Media

adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Hal ini

sejalan dengan yang dikemukakan oleh Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001:

12) bahwa ”Media adalah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan

(yang dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan”.

Penerima pesan di dalam proses pembelajaran adalah siswa. Pembawa

pesan atau media berinteraksi dengan siswa melalui indera. Siswa dirangsang

dengan media agar menggunakan inderanya untuk menerima informasi.

Page 8: BAB 2.doc

14

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 120) menyatakan ”Bila

media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan

manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh

pengetahuan dan keterampilan”. Media sebagai sumber belajar meliputi manusia,

benda, atau peristiwa yang dapat dijadikan sarana bagi siswa untuk mendapatkan

ilmu dan keterampilan. Sementara Yudhi Munadi (2008: 7-8) menyebutkan media

pembelajaran dapat dipahami sebagai ”Segala sesuatu yang dapat menyampaikan

dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan

belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar

secara efisien dan efektif”.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat diketahui bahwa media

pembelajaran adalah segala sesuatu baik manusia, benda, maupun peristiwa yang

dapat menyalurkan pesan dari sumber belajar kepada siswa sebagai penerima

pesan sehingga memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan

serta dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.

1) Manfaat Media Pembelajaran

Dalam proses belajar mengajar, pesan yang disalurkan melalui media

dari sumber pesan ke penerima pesan adalah informasi atau materi pelajaran.

Kerumitan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa dapat

disederhanakan dengan bantuan media. Penggunaan media sebagai alat bantu

mengajar dapat membantu guru memberikan informasi pelajaran kepada siswa

dengan lebih baik.

Menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001: 14-15), media mampu

memperlihatkan gerakan cepat yang sulit diamati dengan cermat oleh mata biasa

dan media dapat memperbesar benda-benda kecil yang tak dapat dilihat oleh mata

telanjang. Objek yang sangat besar yang tidak dapat dibawa kelas dapat

digantikan dengan media. Objek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan

media dalam bentuk yang disederhanakan. Media juga dapat menyajikan suatu

proses atau pengalaman hidup yang utuh. Manfaat media pembelajaran mengacu

pada pendapat tersebut adalah lebih kepada kerumitan dan kekomplekan materi

pelajaran yang dapat disederhanakan melalui media pembelajaran.

Page 9: BAB 2.doc

15

Sedangkan Nana Sudjana mengemukakan nilai-nilai praktis media

pengajaran sebagai berikut:

a) Dengan media dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berpikir. Karena itu mengurangi verbalisme. b) Dengan media dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar. c) Dengan media dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap. d) Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa. e) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan. f) Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan berbahasa. g) Memberikan pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna. h) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik. i) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran. j) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006: 137-138).

Berdasarkan pendapat di atas, secara garis besar media pembelajaran

bagi siswa berperan dalam peningkatan aktivitas siswa dan menumbuhkan tingkat

berpikir siswa ke arah yang lebih baik. Media juga dapat dijadikan sebagai

penunjang metode pembelajaran yang dilaksanakan guru, sehingga pembelajaran

menjadi lebih bervariasi dan materi pelajaran pun dapat tersampaikan dengan

lebih jelas.

Media mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran.

Penggunaan media pembelajaran merupakan salah satu upaya untuk

mempertinggi interaksi guru-siswa dan interaksi siswa dengan sumber belajarnya.

Oleh sebab itu fungsi utama dari media pembelajaran adalah sebagai alat bantu

mengajar, yakni menunjang penggunaan strategi pembelajaran yang dipergunakan

guru.

2) Klasifikasi Media Pembelajaran

Media pembelajaran yang berkembang sekarang ini telah beragam

jenisnya, sehingga dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan. Menurut

Wina Sanjaya (2008: 172), dilihat dari sifatnya media dapat dibagi ke dalam:

Page 10: BAB 2.doc

16

1) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara; 2) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Yang termasuk ke dalam media ini adalah film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis dan lain sebagainya; 3) Media audio visual, yaitu media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara dan lain sebagainya (Wina Sanjaya, 2008: 172).

Berdasarkan klasifikasi media di atas, media audio visual dianggap memiliki

kemampuan yang lebih baik dan lebih menarik. Hal itu karena media audio visual

mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua yaitu dapat

didengar dan dapat dilihat. Media audio visual yang sedang berkembang dewasa

ini tidak terlepas dari penggunaan komputer.

Media komputer semakin luas digunakan dalam dunia pendidikan.

Kemajuan kemampuan komputer yang secara cepat menyimpan, memproses

sejumlah besar informasi dan bergabung dengan media lain untuk menampilkan

serangkaian stimulasi audio visual menjadikan komputer sebagai media yang

dominan dalam bidang pembelajaran. Salah satu program yang dapat dijalankan

dalam pemanfaatan media komputer adalah macromedia flash.

3) Macromedia Flash

Menurut Siti Mutmainah dan Onno W. Purbo (2002: 1) “Flash

merupakan program grafis multimedia yang dibuat oleh perusahaan Macromedia

untuk keperluan pembuatan (khususnya) aplikasi web yang interaktif dan

menarik”. Sedangkan Abdur Rahman mengungkapkan bahwa:

Macromedia Flash MX merupakan sebuah program aplikasi standar authoring tool profesional yang dikeluarkan oleh perusahaan internasional Macromedia yang digunakan untuk membuat animasi vektor dan bitmap yang sangat menakjubkan untuk keperluan pembangunan situs web yang interaktif dan dinamis (Abdur Rahman, 2007: 32).

Berdasarkan keterangan di atas, dapat dimengerti bahwa macromedia flash

merupakan program grafis multimedia yang digunakan untuk membuat animasi

yang interaktif dan menarik.

Macromedia flash merupakan salah satu program yang dapat

dipergunakan sebagai media pengajaran. Sebagai media pengajaran, program

Page 11: BAB 2.doc

17

flash termasuk media audio visual karena selain penyajian secara visual, flash

juga dapat dilengkapi dengan efek suara. Beberapa kemampuan yang dimiliki

macromedia flash menurut Siti Mutmainah dan Onno W. Purbo antara lain:

a) Animasi dan gambar yang dibuat dengan Flash akan tetap terlihat bagus pada ukuran window dan resolusi layar berapa pun; b) Kecepatan gambar atau animasi yang muncul lebih cepat dibandingkan dengan pengolah animasi lainnya; c) Mampu menganimasi grafis yang rumit dengan sangat cepat; d) Mudah diintregasikan dengan program Macromedia lainnya; e) Dapat juga dipakai untuk membuat film pendek atau kartun, presentasi, iklan, animasi logo, control navigasi, dll (Siti Mutmainah dan Onno W. Purbo, 2002: 1-2).

Menurut Tim Litbang LPKBM MADCOMS (2004: 1-2) keunggulan

program macromedia flash dibanding program lain yang sejenis, antara lain: a)

Dapat membuat tombol interaktif dengan sebuah movie atau objek yang lain; b)

Dapat membuat perubahan transparansi warna dalam movie; c) Membuat

perubahan animasi dari satu bentuk ke bentuk lain; d) Dapat membuat gerakan

animasi dengan mengikuti alur yang telah ditetapkan; e) Dapat dikonversi dan

dipublikasikan ke dalam beberapa tipe, di

antaranya .swf, .html, .gif, .png, .exe, .mov.

Berdasar kedua pendapat di atas, dapat dimengerti bahwa kelebihan

program flash terutama kemudahan dalam pembuatan animasi. Animasi yang

dibuat melalui program flash dapat didesain sedemikian rupa sehingga gerakan,

kecepatan, dan perubahan animasi dari satu bentuk ke bentuk yang lain dapat

disesuaikan dengan kebutuhan. Animasi dari program flash dapat diubah ke dalam

tipe program lain dan dapat terlihat dengan jelas pada ukuran dan resolusi layar

berapa pun. Kelebihan flash dalam pembuatan animasi sangat menunjang

penggunaan flash sebagai media pembelajaran yang menarik.

Macromedia flash merupakan salah satu media yang tepat untuk

pembelajaran. Banyak keunggulan yang dipunyai media flash dibandingkan

media pembelajaran yang sejenis terutama Power Point. Penyajian pelajaran

dengan menggunakan media flash yang dilengkapi efek audio dan visual lebih

menarik perhatian siswa, sehingga siswa lebih mudah memahami materi

pelajaran. Hal ini didukung dengan hasil penelitian dari Anisa Aji Ardiyanti

Page 12: BAB 2.doc

18

(2008: 1) yang menyatakan kelebihan dari macromedia flash yaitu “Program ini

disertai dengan gambar, animasi, serta suara yang membuat tampilan lebih

menarik, interaktif, atraktif dan praktis”.

Selain kelebihan-kelebihan yang dimiliki program flash, macromedia

flash juga memiliki beberapa kekurangan. Anisa Aji Ardiyanti (2008: 1) dalam

penelitiannya mengemukakan kekurangan program macromedia flash yaitu “a)

Membutuhkan keahlian khusus untuk membuat aplikasi dari program ini, apalagi

untuk materi matematika; b) Sulit melakukan editing dalam program ini”. Hal ini

sejalan dengan yang dikemukakan Schrand (2008: 2) yaitu ”…the multimedia

animation was limited to creating simple graphic elements, such as labeled boxes,

block arrows, or even plain typed phrases, that could be clicked on with a mouse,

then dragged and dropped somewhere else on the screen”.

Program macromedia flash memiliki keterbatasan dalam hal pembuatan

unsur grafik sederhana. Keahlian dan penguasaan program macromedia flash

sangat diperlukan dalam pembuatan tampilan flash dengan berbagai animasi

mengingat pengeditan program animasi sulit untuk dilakukan. Penambahan frasa

baru harus diklik dengan mouse kemudian menghilangkan beberapa bagian pada

layar, sehingga dapat mengubah susunan program sebelumnya.

Kegiatan proses pembelajaran melalui pemanfaatan program software

dengan macromedia flash menggunakan komputer sebagai alat bantu dan juga

media proyeksi berupa digital projector atau Liquid Crystal Display (LCD). LCD

mampu memproyeksikan gambar dari komputer ke layar, dengan demikian dapat

dilihat dan diamati oleh seluruh siswa dalam kelas.

Penelitian lain mengenai media pembelajaran macromedia flash telah

dilakukan sebelumnya oleh Yeni Anjar Jayadi (2008: 80) tentang Penggunaan

Jurnal Belajar dengan Macromedia Flash dalam Pembelajaran Biologi untuk

Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Siswa Kelas X di SMA Negeri 2 Surakarta.

Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah: penggunaan jurnal belajar dengan

macromedia flash dapat meningkatkan kualitas pembelajaran materi ekosistem

dan pencemaran.

Page 13: BAB 2.doc

19

2. Keaktifan Berkomunikasi dalam Pembelajaran

a. Tinjauan Keaktifan

Belajar merupakan suatu proses aktif dari siswa dalam membangun

pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima ceramah guru tentang

suatu pelajaran. Jika sistem pembelajaran tidak memberi kesempatan kepada

siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan

hakikat belajar. Keaktifan siswa sangat ditekankan dalam proses pembelajaran.

Menurut Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (2001: 23), “Keaktifan adalah

kegiatan, kesibukan”.

Kegiatan siswa dalam pembelajaran tidak hanya aktif fisik tapi juga aktif

mentalnya. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Martinis Yamin (2007:

81-82) yaitu ”Belajar aktif ditandai bukan hanya melalui keaktifan siswa yang

belajar secara fisik, namun juga keaktifan mental. Justru keaktifan mental

merupakan hal yang sangat penting dan utama dalam belajar aktif dibandingkan

keaktifan fisik”. Memperjelas pendapat tersebut, Ferawatidewi (2008: 5)

mengungkapkan tanda-tanda keaktifan mental. Ferawatidewi (2008: 5)

menyatakan “Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan

mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental”.

Berdasar kedua pendapat di atas, dapat diketahui bahwa peran aktif

siswa dalam pembelajaran meliputi keaktifan fisik dan keaktifan mental.

Keaktifan yang diutamakan dalam pembelajaran aktif adalah keaktifan mental

siswa. Keaktifan mental dapat ditunjukkan dengan kegiatan siswa dalam

bertanya, mengemukakan pendapat, dan merespon pendapat orang lain.

Sementara oleh ahli lain keaktifan siswa diperinci menjadi beberapa

golongan. Paul B. Diedrich membagi aktivitas belajar siswa menjadi 8 golongan

sebagai berikut:

1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3) Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. 4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. 5) Drawing activities, misalnya:

Page 14: BAB 2.doc

20

menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor activities, yang termasuk di dalamnya antata lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model reparasi, bermain, berkebun, beternak. 7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8) Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup (Sardiman, 2001: 99).

Berdasarkan uraian penggolongan jenis keaktifan siswa di atas, dapat

diketahui bahwa keaktifan siswa merupakan hal yang sangat kompleks. Beragam

jenis aktivitas dapat dilakukan siswa di sekolah. Keaktifan mental seperti kegiatan

siswa bertanya, berpendapat, dan merespon pendapat orang lain menurut

penggolongan keaktifan di atas termasuk ke dalam oral activities.

Mengacu pada beragamnya jenis keaktifan siswa, maka sistem

pembelajaran harus dapat didesain oleh guru secara sistematis, agar dapat

merangsang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran terutama keaktifan

mental siswa. Ferawatidewi (2008: 5) mengungkapkan ”Syarat berkembangnya

aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: ditertawakan atau

dimarahi jika salah”. Oleh karena itu, pembelajaran diupayakan guru agar dapat

menghilangkan penyebab ketakutan siswa, baik yang berasal dari guru maupun

dari siswa.

b. Tinjauan Komunikasi

Proses pembelajaran merupakan interaksi edukatif dalam rangka

membangun pengetahuan siswa. Interaksi selalu berkaitan dengan istilah

komunikasi. Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare, yang

berarti berpatisipasi atau memberitahukan.

Onong Uchjana Effendy (2006: 11) menyatakan pada hakikatnya proses

komunikasi adalah ”Proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang

(komunikator) kepada orang lain (komunikan)”. Lebih lanjut Onong Uchjana

Effendy (2006: 11) mendefinisikan yang dimaksud pikiran dan perasaan dalam

proses komunikasi yaitu ”Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan

lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian,

Page 15: BAB 2.doc

21

keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya

yang timbul dari lubuk hati”.

Proses komunikasi di dalamnya terkandung dua macam hal yang

disampaikan dari komunikator (pengirim) kepada komunikan (penerima) yaitu

pikiran dan perasaan. Pikiran merupakan gambaran dalam benak yang dapat

dituangkan dalam bentuk penyampaian pendapat, informasi, ide, saran,

pertanyaan dan lain-lain. Perasaan merupakan sesuatu yang muncul dari dalam

hati yang dapat diekspresikan dalam bentuk kemarahan, kekhawatiran,

keberanian, dan lain sebagainya.

Beberapa pendapat para ahli dalam Alo Liliweri (2007: 4) tentang

komunikasi adalah:

1) Komunikasi merupakan setiap proses pertukaran informasi, gagasan dan perasaan. Proses ini meliputi informasi yang disampaikan secara lisan maupun tertulis dengan kata-kata, atau yang disampaikan dengan bahasa tubuh, gaya maupun penampilan diri, menggunakan alat bantu di sekeliling kita sehingga sebuah pesan menjadi lebih kaya (Hybels dan Weafer II 1992; Liliweri, 2003). 2) Komunikasi adalah: (1) pernyataan diri yang efektif; (2) pertukaran pesan-pesan yang tertulis, pesan-pesan dalam percakapan, bahkan melalui imajinasi; (3) pertukaran informasi atau hiburan dengan kata-kata melalui percakapan atau dengan metode lain; (4) pengalihan informasi dari seseorang kepada orang lain; (5) pertukaran makna antarpribadi dengan sistem simbol; dan (6) proses pengalihan pesan melalui saluran tertentu kepada orang lain dengan efek tertentu (Walhstrom, 1992: Liliweri 2003).

Menurut beberapa definisi tersebut, dapat diketahui bahwa komunikasi

merupakan proses pertukaran informasi, gagasan, pesan, dan perasaan yang

dapat berbentuk verbal dan non verbal melalui saluran, cara, alat, atau metode

tertentu dari komunikator kepada komunikan.

c. Keaktifan Berkomunikasi dalam Pembelajaran

Hubungan antara manusia yang satu dengan manusia lainnya tidak

terlepas dari unsur-unsur terjadinya komunikasi. Sardiman (2001: 7)

mengemukakan bahwa ”Unsur-unsur yang terlibat dalam komunikasi itu adalah

komunikator, komunikan, pesan dan saluran atau media”. Komunikator adalah

pengirim pesan dan komunikan adalah penerima pesan. Hubungan antara

Page 16: BAB 2.doc

22

komunikator dan komunikan adalah untuk menginteraksikan pesan. Pesan

tersebut disampaikan melalui saluran atau media.

Proses belajar mengajar di dalam kelas merupakan proses komunikasi.

Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001: 10) menyebutkan ”Guru yang sedang

mengajar berfungsi sebagai sumber pesan, sedangkan siswanya menjadi

penerimanya. Materi pelajaran yang diajarkan oleh guru adalah pesannya”. Proses

komunikasi semacam ini bukanlah suatu hal yang mutlak, tergantung respon

siswa terhadap proses komunikasi yang berlangsung dalam pembelajaran. Respon

siswa dalam proses komunikasi menentukan jenis-jenis komunikasi yang

berlangsung di dalam kelas.

Respon siswa yang pasif terhadap pembelajaran, yang ditunjukkan

dengan sikap siswa yang hanya diam mendengarkan penjelasan dari guru,

merupakan jenis komunikasi satu arah. Posisi siswa dalam komunikasi satu arah

hanya sebagai penerima pesan. Siswa tidak ada keinginan untuk mengungkapkan

yang ada dalam pikirannya, seperti mengekspresikan suatu pertanyaan atau

pernyataan.

Saat siswa mengajukan pertanyaan atau menyatakan pendapat, dalam

proses komunikasi semacam itu posisi siswa berubah menjadi sumber pesan.

Dengan cara demikian, proses komunikasi yang terjadi antara guru dan siswa

berlangsung dua arah. Sesuai yang dikemukakan oleh Yudhi Munadi (2008: 10)

yang menuturkan ”Terjadinya komunikasi dua arah ialah apabila para pelajar

bersikap responsif, mengetengahkan pendapat dan tanggapan atau mengajukan

pertanyaan, diminta atau tidak diminta”. Aktivitas siswa yang ditunjukkan dengan

bertanya, berpendapat merupakan tanda-tanda terjadinya komunikasi dua arah

antara siswa dengan guru.

Sikap responsif siswa dalam proses komunikasi tidak hanya merespon

gurunya saja tetapi juga merspon siswa lainnya. Yudhi Munadi (2008: 10)

menyatakan ”Sikap responsif siswa tentunya tidak hanya merespon guru saja

tetapi dapat juga merespon siswa lain yang telah terlebih dahulu memberikan

stimulus (pendapat, tanggapan, atau pertanyaan) dalam kondisi seperti ini maka

telah terjadi komunikasi multi arah”. Artinya keaktifan siswa dalam kegiatan

Page 17: BAB 2.doc

23

bertanya dan berpendapat dibarengi dengan respon siswa dalam menjawab

pertanyaan maupun menanggapi pendapat baik dari guru maupun dari siswa lain

sehingga terjadi komunikasi multi arah.

Menurut keterangan di atas, terdapat tiga jenis komunikasi yang

berlangsung dalam pembelajaran, yaitu komunikasi satu arah, komunikasi dua

arah, dan komunikasi multi arah. Proses komunikasi yang diharapkan terjadi

dalam proses pembelajaran adalah proses komunikasi dua arah dan multi arah.

Proses komunikasi dua arah dapat terjadi jika siswa mengemukakan pendapat dan

mengajukan pertanyaan kepada guru. Proses komunikasi multi arah dapat terjadi

jika siswa merespon stimulus baik yang berasal dari guru maupun dari siswa lain

yang diwujudkan dalam kegiatan menanggapi pendapat dan menjawab

pertanyaan. Kegiatan siswa dalam berkomunikasi seperti mengajukan pertanyaan,

menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan menanggapi pendapat

merupakan bentuk keaktifan mental siswa.

Komunikasi antara guru dan siswa terlihat pada Gambar 1.

Komunikasi Satu Arah Komunikasi Dua Arah Komunikasi Multi Arah

Gambar 1. Jenis-Jenis Proses Komunikasi

(Yudhi Munadi, 2008: 10)

Pembelajaran yang dapat mengakomodasi keaktifan berkomunikasi siswa

tidak terlepas dari peran guru. Guru berperan penting agar komunikasi dalam

proses pembelajaran berjalan efektif. Karadag dan Caliskan (2009: 3)

mengemukakan beberapa kriteria yang perlu diperhatikan guru untuk

meningkatkan interaksi dan komunikasi dalam kelas yaitu:

1) The teacher must use an explicit language and should abstain from language; 2) Teachers should analyze students' thoughts from their body

G GG

S1

S1

S1

S2

S2

S2

S3

S3

S3

Page 18: BAB 2.doc

24

reactions, control their own body reactions and use body language consciously; 3) Teachers should annihilate the distracters which decrease the concern of student; 4) Teachers should have enough knowledge of method and techniques. They should teach all subjects and units; 5)Teachers should know the properties of tools and materials well and use them in a professional manner; 6) Teachers should conduct classes like a game in order to facilitate and motivate learning. Because children learn about life through games; 7) Teachers should choose tools and equipment that motivate students most; 8) Teachers should use the feedback mechanism in effective ways and should evaluate feedbacks instantly; 9) Other stimulants (lovely odours, wearing different clothes, etc.) should be applied; 10) Teachers should always come and leave the class on time (Karadag dan Caliskan, 2009: 3).

Secara garis besar, agar komunikasi di dalam kelas berjalan efektif, guru

diharapkan menguasai komunikasi dengan bahasa non verbal seperti bahasa

tubuh. Pengetahuan mengenai teknik, metode, alat, dan media pembelajaran harus

dikuasai guru. Guru diharapkan mengkondisikan kelas dalam suasana permainan

dan diharapkan memberikan umpan balik (feedback).

Proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar jika terdapat

keaktifan berkomunikasi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa

lainnya, sehingga tujuan belajar dapat tercapai. Keaktifan berkomunikasi dalam

pembelajaran dalam penelitian ini dibatasi untuk kegiatan penyampaian pikiran

yang meliputi kegiatan siswa mengajukan pertanyaan secara lisan, menjawab

pertanyaan secara lisan, mengemukakan pendapat, dan menanggapi pendapat.

B. Kerangka Berpikir

Pembelajaran yang baik adalah yang mampu melibatkan keaktifan siswa

dalam proses belajar mengajar. Permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran

biologi di kelas X2 adalah rendahnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

Keaktifan siswa yang dimaksud adalah keaktifan berkomunikasi dalam

pembelajaran yang tampak dari sangat pasifnya siswa dalam hal bertanya,

menjawab pertanyaan, berpendapat, menanggapi pendapat selama proses

pembelajaran berlangsung. Akar permasalahannya adalah strategi pembelajaran

yang digunakan belum mampu melibatkan keaktifan berkomunikasi siswa secara

menyeluruh dan media pembelajaran yang digunakan kurang efektif.

Page 19: BAB 2.doc

25

Terkait dengan permasalahan di atas, perlu dilakukan inovasi

pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dalam pembelajaran. Salah satu

cara yang ditempuh adalah penerapan strategi pembelajaran aktif. Melalui

pembelajaran aktif, siswa diajak turut serta dalam semua proses pembelajaran,

tidak hanya fisik tetapi juga melibatkan mental. Keaktifan siswa baik fisik

maupun mental dapat terakomodasi dalam pembelajaran aktif Card Sort. Siswa

diminta aktif bergerak untuk menemukan kartu dengan kategori yang sama dan

siswa diberi kesempatan saling bertanya serta berpendapat dalam kerja kelompok

kecil untuk selanjutnya mengomunikasikan hasil kerja kelompoknya di depan

kelas.

Penerapan pembelajaran aktif Card Sort dapat dilengkapi dengan

penggunaan media. Media pembelajaran dapat merangsang keterlibatan siswa

karena siswa dituntut untuk menggunakan indera secara optimal sehingga siswa

dapat aktif dalam pembelajaran. Media macromedia flash adalah sebuah program

yang digunakan untuk membuat animasi yang sangat menarik. Adanya media

macromedia flash, penyajian pelajaran menjadi lebih menarik perhatian siswa

sehingga siswa dapat dibimbing untuk mengajukan pertanyaan, menjelaskan

animasi yang diperlihatkan, berpendapat dan memberikan feedback baik

menjawab pertanyan maupun menanggapi pendapat.

Dengan penerapan strategi pembelajaran aktif Card Sort dilengkapi

dengan macromedia flash diharapkan dapat meningkatkan keaktifan

berkomunikasi siswa dalam pembelajaran Biologi.

Page 20: BAB 2.doc

26

Adapun kerangka pemikiran dalam pelaksanaan penelitian ini secara

sederhana tampak sebagai berikut:

Gambar 2. Skema Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran

biologi di kelas.

Penerapan pembelajaran aktif

Card Sort dilengkapi macromedia flash.

Merangsang keterlibatan siswa dalam bertanya,

berpendapat, menjawab

pertanyaan, dan menanggapi

pendapat.

Keaktifan berkomunikasi

siswa dalam pembelajaran

biologi meningkat.

Strategi pembelajaran belum melibatkan keaktifan berkomunikasi siswa secara menyeluruh.

Media pembelaja ran kurang efektif.

Keaktifan berkomunikasi

siswa dalam belajar biologi

rendah.