bab 2.docx
DESCRIPTION
Uploaded from Google DocsTRANSCRIPT
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
1
2
1 Investasi dan Keputusan Pendanaan
Investasi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu penanaman uang
atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh
keuntungan.1 Pada dasarnya investasi dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Perbedaan dari
kedua jenis investasi tersebut dapat dilihat dari umur investasinya. Investasi
jangka pendek merupakan investasi yang berumur dibawah 1 tahun,
sedangkan investasi jangka panjang merupakan investasi yang berumur lebih
dari 1 tahun. Namun demikian, ada pula yang membagi investasi jangka
panjang menjadi dua jenis, yaitu investasi jangka menengah dan investasi
jangka panjang. Investasi jangka menengah adalah investasi yang berumur
antara 1 sampai dengan 5 tahun. Sedangkan investasi jangka panjang
adalah investasi yang berumur di atas 5 tahun.2
Terkhusus untuk investasi jangka panjang, investasi jenis ini biasanya
diarahkan kepada pengembangan fasilitas dan usaha sehingga kemampuan
perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan semakin tinggi.3
1Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga,(Jakarta: Balai Pustaka, cet-3, 2005), 441.
2R. Agus Sartono, Manajemen Keuangan(Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, edisi-3, 1996), 247. 3Bramantyo Djohanputro, Manajemen Keuangan Korporat( Jakarta: Penerbit PPM, 2008), 11
44
Berdasarkan pemahaman ini maka sebuah investasi yang dilakukan oleh
perusahaan merupakan sesuatu hal yang penting dalam rangka
memaksimalkan kekayaan dari para pemegang saham perusahaan. Oleh
sebab itu, investasi jangka panjang yang telah diputuskan oleh manajemen
perusahaan harus memberikan dampak yang positif kepada peningkatan nilai
dari perusahaan.
Salah satu keputusan keuangan yang sangat berhubungan dengan
investasi jangka panjang adalah keputusan pendanaan. Sebuah keputusan
pendanaan akan sangat berkaitan dengan apa yang menjadi tujuan dari
perusahaan yaitu meningkatkan kekayaan pemegang saham dengan
meningkatkan nilai perusahaannya. Sebuah keputusan yang jitu dalam
rangka pendanaan investasi yang telah diputuskan oleh perusahaan akan
memberikan kontribusi yang positif bagi nilai dari sebuah perusahaan. Hal ini
dikarenakan jikalau sebuah perusahaan kekurangan dana jangka panjang
maka perusahaan akan kesulitan untuk mengembangkan investasinya.
Sedangkan, jika perusahaan memiliki kelebihan dana jangka panjang akan
berdampak kepada penurunan kinerja keuangan perusahaan.4
Keputusan pendanaan memiliki empat aspek yang harus diputuskan
yaitu jumlah modal, jenis modal, sumber modal, dan struktur modal. Jumlah
modal berkaitan erat dengan berapa total modal yang diperlukan untuk
investasi dan kapan modal tersebut diperlukan. Jenis modal sangat berkaitan
dengan modal seperti apa yang diperlukan, apakah ekuitas, pinjaman, atau
bentuk lainnya. Sumber modal berkaitan dengan darimana modal tersebut
4Ibid., 15
44
diperoleh. Struktur modal sangat erat hubungannya dengan bagaimana
perbandingan antar jenis modal.5
2 Analisis Kelayakan Investasi
Sebelum lebih jauh membahas mengenai keputusan pendanaan dari
investasi, maka akan terlebih dibahas mengenai pendekatan-pendekatan
dalam analisis kelayakan investasi.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perusahaan untuk
melakukan investasi, salah satunya adalah faktor keuangan. Faktor
keuangan memberikan pertimbangan kelayakan investasi perusahan dengan
menggunakan pertimbangan keuangan. Hal ini menjadi penting untuk
menilai apakah suatu investasi layak dijalankan atau tidak dengan melihatnya
dari sisi keuangan.6
Beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam menilai kelayakan
investasi dari sudut pandang keuangan adalah Pay Back Period, Present
Value Pay Back Period, Net Present Value, Profitability Index, Internal Rate of
Return, Modified Internal Rate of Return.7 Secara khusus untuk penelitian ini
pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan Net Present Value,
Internal Rate of Return.
Alasan mengapa hanya pendekatan ini yang dipilih, disesuaikan
dengan survei yang dilakukan oleh Graham dan Campbel mengenai prioritas
penggunaan metode penilaian investasi, dimana pendekatan Internal Rate of
5Ibid., 187 6 Ibid., 115-1167Ibid., 148
44
Return (IRR) dan Net Present Value (NPV) merupakan dua pendekatan yang
paling digemari perusahaan.8 Lebih jauh lagi menurut Gitman (1997)
pendekatan NPV merupakan pendekatan yang paling sering digunakan
dalam perhitungan investasi secara teoritis. Sedangkan, pendekatan IRR
lebih sering digunakan oleh para praktisi dikarenakan pendekatan ini
menghasilkan perhitungan investasi dalam bentuk rates of return bukan
dalam bentuk pengembalian nominal uangnya (dollars return).9
1 Net Present Value
Net Present Value (NPV) dapat diartikan sebagai keuntungan atau
kelebihan nilai dari uang yang dihasilkan oleh proyek atau investasi
perusahaan, dimana keuntungan ini telah mempertimbangkan nilai
waktu dari uang tersebut.10 Menurut Damodaran (2011), Net Present
Value dari sebuah proyek adalah jumlah seluruh nilai kini (present
value) dari arus kas selama umur proyek tersebut.11
Adapun rumus penghitungan Net Present Value adalah sebagai
berikut: 12
Dimana CFt merupakan Cash Flow (Free Cash Flow to The Firm)
8Toto Prihadi, Cepat & Praktis Analisis Investasi(Jakarta: Penerbit PPM, 2010), 29 9Lawrence J. Gitman, Principles of Managerial Finance, edisi-8(Massachusetts: Addison Wesley,
1997), 382. 10Djohanputro, Manajemen Keuangan…,153-154 11Aswath Damodaran, Corporate Finance: Theory and Practice, ed.2(New York: John Wiley &
Sons, 2011), 296 12Ibid, 297
44
perusahaan pada tahun ke-t, r merupakan discount rate dengan
menggunakan biaya modal perusahaan (cost of capital), dan Initial
Investment merupakan nominal investasi yang dilakukan oleh
perusahaan.
Suatu proyek dikatakan layak dari pendekatan Net Present
Value adalah sebagai berikut :13
1 Bila NPV > 0, proyek diterima
2 Bila NPV < 0 maka proyek ditolak
3 Bila NPV = 0 berarti indiferen, maksudnya proyek dapat diterima
atau ditolak.
2 Internal Rate of Return
Internal Rate of Return merupakan besarnya tingkat pengembalian
yang diharapkan dari proyek. IRR merupakan tingkat diskonto yang
digunakan untuk menghitung NPV sehingga NPV sama dengan nol.14
Hal ini senada dengan Damodaran (2011), yang menyatakan
“internal rate of return (IRR) is that discount rate that makes the net
present value zero”.15
Cara mengukur kelayakan suatu proyek dari sudut pandang
internal rate of return adalah sebagai berikut :
1 Jika IRR > Cost of Capital berarti proyek dapat diterima;
2 Jika IRR < Cost of Capital berarti proyek ditolak.
3 Modal
13 Djohanputro, Manajemen Keuangan.., 15414 Ibid., 15715 Damodaran, Corporate Finance…, 302
44
Selanjutnya yang akan dibahas sehubungan dengan analisis investasi adalah
melakukan analisis pendanaan. Oleh karena itu, pada bagian ini terlebih
dahulu akan dijelaskan apa yang dimaksud dengan modal itu sendiri.
Modal pada dasarnya adalah dana perusahaan yang diperlukan untuk
investasi. Modal merupakan dana yang diperlukan untuk mendanai
pengadaan aset-aset dari sebuah perusahaan. Pada laporan neraca, modal
dicantumkan di sebelah kanan dan terdiri dari ekuitas, pinjaman jangka
panjang, dan pinjaman jangka pendek berbunga.16 Oleh karena itu, istilah
modal tidak hanya berhubungan dengan ekuitas tetapi juga dengan pinjaman-
pinjaman yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini tidak jauh berbeda dengan
Damodaran (2001), yang menyatakan bahwa dalam rangka pembiayaan atau
pendanaan sebuah investasi, sebuah perusahaan dapat menggunakan
hutang (pinjaman) atau ekuitas.17
Sehubungan dengan hal di atas, Damodaran (2001) menambahkan
bahwa terdapat berbagai-macam jenis ekuitas dan hutang yang dapat
digunakan oleh perusahaan. Akhir-akhir ini, menurutnya, terjadi
perkembangan jenis instrumen hutang maupun ekuitas.18 Oleh karena itu,
pada bagian selanjutnya akan dijelaskan dengan lebih mendalam jenis-jenis
hutang maupun ekuitas yang dapat digunakan, khususnya yang dapat
digunakan oleh perusahaan tertutup (private firm).
1 Ekuitas
Penggunaan ekuitas sebagai sumber pendanaan tergantung dari
16Djohanpiutro,Manajemen Keuangan…., 187 17 Damodaran, Corporate Finance…,482. 18Ibid.
44
apakah sebuah perusahaan itu merupakan perusahaan yang terbuka
(public firm). atau perusahaan yang tertutup (private firm). Oleh
sebab itu, sesuai dengan konteks perusahaan yang akan dibahas,
maka penjelasan mengenai sumber pendanaan dari ekuitas akan
difokuskan kepada jenis-jenis ekuitas untuk perusahaan tertutup.
Ekuitas, menurut Djohanputro (2008), merupakan dana
perusahaan yang berasal dari pemilik perusahaan ataupun para
pemegang saham perusahaan.19 Oleh karena itu terdapat beberapa
jenis ekuitas yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam rangka
mendanai invetasi yang akan dilakukannya. Adapun jenis-jenis
ekuitas yang dapat digunakan oleh perusahaan tertutup adalah
sebagai berikut :
1 Dana Pemilik Perusahaan (Owner’s Equity). Sumber dana
yang dapat digunakan oleh untuk mendanai sebuah investasi
adalah dana yang berasal dari pemilik perusahaan. Sumber
pendanaan ini biasanya diperuntukan untuk perusahaan-
perusahaan yang baru akan dijalankan.20
2 Modal Ventura (Venture Capital). Sebuah perusahaan yang
sedang bertumbuh biasanya menyadari bahwa dana mereka
tidak mencukupi untuk melakukan ekspansi perusahaannya.
Beberapa perusahaan pada tahap ini menjadikan
perusahaannya sebagai perusahaan terbuka, tetapi ada juga
19Bramantyo, Op.Cit., 189 20Damodaran, Op.Cit., 484
44
perusahaan yang tetap bertahan pada posisinya sebagai
perusahaan tertutup. Oleh karena itu, modal ventura (venture
capital) dijalankan sebagai opsi pendanaan. Modal Ventura
merupakan sebuah entitas pendanaan yang biasanya
biasanya akan memberikan keuntungan dalam bentuk
kepemilikan saham dari perusahaannya.21
3 Laba ditahan (Retained Earnings). Laba ditahan merupakan
dana yang paling mudah diperoleh karena sudah berada di
tangan manajemen.22 Laba ditahan merupakan hasil dari
keuntungan sebuah perusahaan. Keuntungan yang diperoleh
perusahaan sebagian dapat dibayarkan menjadi dividen dan
sebagian ditahan oleh perusahaan.
2 Pinjaman
Dalam rangka melakukan investasi jangka panjang perusahaan
dapat menggunakan sumber modal lainnya yaitu pinjaman.
Pinjaman dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu pinjaman
jangka pendek dan pinjaman jangka panjang. Akan tetapi dalam
pembahasan ini hanya akan diperdalam pinjaman berjangka
panjang.
Dilihat dari sisi waktu pengembalian maka pinjaman jangka
panjang adalah sumber pendanaan yang memiliki waktu jatuh tempo
di atas 1 tahun, biasanya antara 5 sampai dengan 20 tahun.23
21Ibid. 22Bramantryo, Op.Cit., 189 23Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian, Manajemen Keuangan 2, edisi ke-4(Jakarta: Literata Lintas
44
Pinjaman menurut Bramantyo (2008) adalah dana yang didapatkan
perusahaan dari kreditur atau investor dengan kesepakatan bahwa
perusahaan berkewajiban mengembalikan dana tersebut sebesar
nilai nominal pinjaman ditambah dengan beban atau bunga
pinjaman.24
Adapun beberapa jenis dari pinjaman yang dapat dipergunakan
oleh perusahaan dalam rangka mendanai investasinya adalah
sebagai berikut :
1 Pinjaman Bank. Salah satu sumber pendanaan yang dapat
diperoleh perusahaan adalah pinjaman dari Bank. Menurut
Damodaran (2011), banyak perusahaan yang menggunakan
Bank sebagai sumber primer untuk pendanaan investasinya.
Sebuah bank ketika memberikan pinjaman akan menentukan
bunga pinjaman yang didasarkan atas peringkat risiko sebuah
perusahaan yang diberikan oleh bank. Salah satu keuntungan
dengan menggunakan pinjaman dari bank adalah nominal
pinjaman tidak harus dengan jumlah yang besar.25
2 Bonds (Surat Hutang). Bagi perusahaan publik yang cukup
besar, mengeluarkan surat hutang merupakan sebuah
alternatif pendanaan selain pinjaman bank.26 Obligasi,
menurut Sundjaja dan Barlian (2003), merupakan instrumen
Media, 2003), 324. 24Bramantyo, Op.Cit., 192 25Damodaran, Op.Cit., 488 26Ibid., 489.
44
hutang yang menyatakan bahwa perusahaan meminjam uang
dari suatu lembaga atau perorangan dan berjanji akan
membayar kembali di masa yang akan datang dengan aturan-
aturan yang jelas. Beberapa sifat umum dari obligasi adalah
bunga dibayarkan setiap tengah tahun atau setiap triwulan;
dikeluarkan sebagai obligasi berjangka dengan satu tanggal
jatuh tempo; jatuh tempo biasanya antara 5 sampai 20 tahun;
obligasi diterbitkan dalam jutaan lembar dengan nilai
nominal.27
3 Penempatan Langsung Pinjaman (Private Placement).
Perusahaan dapat memperoleh pinjaman dari investor dengan
menawarkan bunga beberapa points di atas bunga deposito
tetapi di bawah bunga pinjaman ke bank,28
3 Perbedaan Antara Ekuitas dan Pinjaman
Menurut Damodaran (2011), terdapat beberapa perbedaan antara
Ekuitas dan Hutang, yaitu :
1 Pinjaman akan mengurangi kas perusahaan dalam jangka
waktu tertentu dikarenakan pembayaran cicilan dan bunga
pinjaman. Sedangkan ekuitas akan mengurangi keuangan
perusahaan pada saat terakhir (residual claim);
2 Pinjaman akan mengurangi pembayaran pajak perusahaan
(deductible tax), sedangkan ekuitas tidak memiliki keuntungan
27Sundjaja, Op.Cit., 331 28Bramantyo, Op.Cit., 198.
44
dilihat dari sisi pajak karena tidak akan mengurangi pajak
perusahaan;
3 Pinjaman memiliki rentang waktu yang pasti, sedangkan
ekuitas berlaku selama perusahaan itu berdiri.
4 Pinjaman memberikan risiko kebangkrutan kepada
perusahaan, sedangkan ekuitas tidak memiliki risiko
kebangkrutan;
5 Pinjaman tidak akan mempengaruhi kontrol manajemen
perusahaan yang telah ada, sedangkan ekuitas dapat
memberikan pengaruh terhadap kontrol manajemen (misalnya
pemegang saham terbesar di sebuah perusahaan merupakan
investor baru, maka ia memiliki kemampuan untuk mengubah
jajaran manajemen yang ada).
Tidak jauh berbeda dengan apa yang dikatakan Damodaran,
Sartono (1996) mengemukakan beberapa kebelihan dan kelemahan
dari penggunaan pinjaman, khususnya pinjaman jangka panjang.
Adapun kelebihan dan kelemahan dari penggunaan pinjaman jangka
panjang adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kelemahan Pinjaman Jangka Panjang
KELEBIHAN KELEMAHAN
44
Biaya modal setelah pajak relatif
rendah
Meningkatnya financial risk
perusahaan sebagai akbiat
meningkatnya financial leverage
Bunga yang dibayarkan merupakan
pengurangan atas pajak penghasilan
Batasan yang disyaratkan kreditur
seringkali menyulitkan manajemen
perusahaan
Melalui financial leverage
dimungkinkan laba per lembar saham
akan meningkat
Kontrol terhadap operasi perusahaan
oleh pemegang sahan tidak akan
mengalami perubahan
Penjelasan di atas memperlihatkan bahwa penggunaan
pinjaman maupun ekuitas dalam rangka pendanaan sebuah investasi
memiliki risiko dan keuntungannya masing-masing. Oleh sebab itu,
penentuan seberapa jauh proporsi pinjaman dan ekuitas yang dapat
memberikan dampak positif bagi perusahaan, khususnya nilai
perusahaan, membutuhkan sebuah strategi yang baik.
4 Struktur Modal
Struktur modal dapat didefinisikan sebagai perimbangan atau bauran antara
jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang,
saham preferen, dan saham biasa.29 Oleh karena itu, penggunaan utang
dan ekuitas dalam rangka pembiayaan investasi yang dikakukan perusahaan
akan mempengaruhi struktur modal perusahaan.
29Sartono, Op.Cit., 295
44
1 Teori Tentang Struktur Modal
Franco Modigliani dan Merton Miller memperkenalkan teori struktur
modal yang didasarkan atas pendekatan yang matematis, scientific,
dan penelitian yang terus menerus.30 Teori yang dikeluarkan oleh
Modigliani dan Miller dikenal dengan sebutan teori MM dengan artikel
yang berjudul The Cost of Capital, Corporation Finance, and the
Theory of Investment. Modigliani-Miller menyatakan bahwa rasio
hutang tidak relevan dan tidak ada struktur modal yang optimal. Pada
dasarnya, nilai perusahaan bergantung pada arus kas yang
dihasilkan dan bukan pada rasio hutang dan ekuitas.31 Teori yang
dikeluarkan MM pada tahun 1958 ini berlaku hanya dengan asumsi
pasar yang sempurna seperti tidak ada pajak, tidak ada biaya
transaksi, tidak ada konflik antar pihak dalam perusahaan (agency
cost) maupun kesenjangan informasi, sehingga nilai perusahaan
tidak tergantung kepada keputusan pendanaan.32
Teori MM mengalami perkembangan seturut dengan
dipertimbangkannya pajak dalam kerangka teorinya. Modigliani-
Miller menyatakan bahwa keputusan pendanaan dengan hutang
akan meningkatkan nilai perusahaan karena bunga hutang akan
mengurangi penghasilan kena pajak. Penghematan dari sisi
pembayaran pajak memberikan manfaat bagi pemilik perusahaan,
30Sartono, Op.Cit., 302 31William Niti, “Analisis Pemilihan Struktur Modal Optimal Pada Industri Telekomunikasi di
Indonesia”, tesis(Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, tidak dipublikasikan, 2008),11 32Ibid.
44
sehingga nilai perusahaan yang menggunakan hutang akan lebih
besar daripada perusahaan yang tidak menggunakan hutang.33
Perkembangan teori struktur modal tidak berhenti sampai
dengan teori di atas. Selanjutnya Merton Miller pada tahun 1976
memperkenalkan modal tentang pengaruh leverage terhadap nilai
perusahaan, dan hal ini bisa terjadi jika terdapat pajak perusahaan
dan pajak perorangan.34 Teori dari Merton Miller ini dikenal dengan
istilah static trade-off theory dimana struktur modal optimal dapat
terjadi karena proses trade off antara manfaat penghematan pajak
(tax shield of leverage) dengan biaya penggunaan hutang (cost of
financial distress and agency cost of leverage). Teori ini menyatakan
bahwa perusahaan dengan risiko bisnis tinggi lebih baik
menggunakan sedikit hutang. Penggunaan hutang yang tinggi akan
memperbesar biaya bunga serta menurunkan laba, sehingga
perusahaan akan mengalami financial distress.35
Hutang pada, seperti telah dijelaskan sebelumnya, memiliki sisi
positif dan sisi negatif. Sisi positifnya adalah hutang dapat
mengurangi penghasilan kena pajak, sehingga jumlah pajak yang
dibayar perusahaan berkurang. Penghematan pajak akan
menguntungkan perusahaan dan juga akan meningkatkan nilai pasar
dari perusahaan. Selain itu, penggunaan hutang juga akan
33Ibid. 34Sartono, 317 35Niti, Loc.Cit., 12
44
menurunkan agency cost dari ekuitas.36 Sisi negatif dari hutang
adalah meningkatkan tingkat kebangkrutan sebuah perusahaan
(banckruptcy cost). Semakin besar laba (EBIT) yang dihasilkan oleh
perusahaan akan semakin besar pula tingkat hutangnya agar biaya
pajak berkurang. Jikalau jumlah hutang terlalu besar maka risiko
gagal bayar cicilan hutang dan bunga hutang akan menjadi besar
dan mengakibatkan perusahaan kurang berkembang dan prestasi
perusahaan mengalami penurunan.37
Teori mengenai struktur modal berkembang lebih lanjut. Myers
mengeluarkan sebuah teori mengenai struktur modal yaitu pecking
order theory. Teori ini didasarkan atas kesenjangan informasi antara
manajer dan investor. Kesenjangan informasi akan mempengaruhi
struktur modal perusahaan dengan cara membatasi akses pada
sumber pendanaan dari luar. Myers menunjukkan bahwa dengan
adanya kesenjangan informasi, investor akan menganggap bahwa
penerbitan ekuitas dalam rangka pendanaan investai merupakan
sebuah berita buruk. Oleh karena itu, perusahaan akan lebih
memiilih pendanaan investasinya berdasarkan suatu urutan risiko.38
Adapun urutan pendanaan sesuai dengan pecking order theory
adalah sebagai berikut :39
1 Perusahaan lebih menyukai pendanaan dari sumber internal
36Ibid., 13 37Ibid. 38Ibid., 14 39Ibid., 16
44
(internal funds)
2 Perusahaan menyesuaikan target pembayaran dividen
terhadap peluang investasi
3 Kebijakan dividen bersifat melekat, fluktuasi profitabilitas dan
peluang investasi berdampak pada aliran kas internal bisa
lebih besar atau lebih kecil dari pengeluaran investasi
4 Bila dana eksternal dibutuhkan, perusahaan memilih sumber
dana hutang karena dipandang lebih aman dari ekuitas.
Ekuitas adalah pilihan terakhir sebagai sumber pendanaan
sebuah investasi.
Menurut Bramantyo (2008), prinsip dasar dari pecking order
theory adalah perusahaan akan mencari sumber pendanaan yang
paling mudah diperoleh terlebih dahulu. Jikalau sumber yang paling
mudah tidak mencukupi, maka perusahaan akan mencari sumber
pendanaan yang lebih sulit. Biasanya urutan sumber pendanaan
adalah sebagai berikut sumber dana internal (laba ditahan),
pinjaman, dan setoran ekuitas baru.40
5 Biaya Modal
Biaya modal merupakan sebuah konsep yang sangat penting khususnya
berkaitan dengan keputusan pendanaan sebuah perusahaan. Konsep ini
bertujuan untuk dapat menentukan besarnya biaya yang secara riil harus
ditanggung oleh perusahaan sebagai konsekuensi perolehan dana dari
40Bramantyo, Op.Cit., 199
44
sumber tertentu.41
Seperti telah diketahui bahwa perusahaan dapat menambah kebutuhan
dana baik itu dari para investor ekuitas maupun pinjaman. Kedua sumber
pendanaan ini memiliki sebuah konsekuensi tersendiri. Damodaran (2011)
menyatakan bahwa para investor (baik itu yang memberikannya dalam
bentuk ekuitas maupun dalam bentuk pinjaman) memiliki ekspektasi
pengembalian dari dana yang telah diberikannya.42
Bagi investor kredit, dana yang diberikan kepada perusahaan
merupakan sebuah investasi, sehingga mereka mengharapkan adanya
imbalan dari dana yang diberikan. Imbalan yang diterima oleh investor kredit
terdiri dari dua jenis yaitu pembayaran bunga dan capital gain. Pembayaran
bunga dapat dibayarkan oleh perusahaan secara periodik, baik itu bulanan,
trisemester, triwulan, atau tahunan. Sedangkan capital gain biasanya untuk
investor yang memberikan pinjaman sampai jatuh tempo. Capital gain
merupakan selisih antara uang yang diserahkan ke perusahaan dengan
nominal pinjaman. Contohnya jika kreditur dan perusahaan sepakat untuk
memberikan pinjaman sebesar Rp. 100 juta, maka nilai tersebut disebut
sebagai nilai nominal. Dikarenakan adanya biaya transaksi, kreditur dan
perusahaan sepakat untuk memotong nilai nominal sebesar Rp. 2 juta,
sehingga dana yang diterima perusahaan adalah Rp. 98 juta dan harus
dikembalikan pada saat jatuh tempo. Rp. 2 juta tersebut merupakan capital
41Bambang Riyanto, Dasar Dasar Pembelanjaan Perusahaan, edisi-4(Yogyakarta: BPFE, cet-7, 2001), 245
42Damodaran, Op.Cit., 186
44
gain yang diterima oleh investor kredit.43
Tidak jauh berbeda dengan investor ekuitas. Investor menyerahkan
sejumlah uang kepada perusahaan berupa ekuitas dan tentunya mereka
memiliki ekspektasi pengembalian dari dana yang telah diberikan.
Pengembalian ekuitas terdiri dari dua jenis yaitu dividen dan capital gain.
Dividen merpakan sejumlah uang yang diharapkan oleh investor, yang
biasanya dibagian dua kali dalam setahun ataupun satu kali dalam setahun.
Sedangkan capital gain merupakan kenaikan nilai modal, khususnya bagi
perusahaan yang sudah go public dapat dilihat dari perubahan harga saham.
Tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor merupakan biaya yang
harus ditanggung perusahaan.44
Biaya Modal (cost of capital) pada dasarnya merupakan penggabungan
dari biaya-biaya yang harus ditanggung perusahaan dari keputusan
pendanaannya dan merupakan rata-rata tertimbang dari biaya ekuitas dan
biaya pinjaman yang digunakan oleh perusahaan.45
Penghitungan biaya modal dari sebuah perusahaan didasarkan atas
pemahaman bahwa biaya modal merupakan rata-rata dari biaya masing-
masing komponen modal (ekuitas dan pinjaman).46 Oleh karena itu, dalam
penghitngannya biaya modal merupakan rata-rata tertimbang (Weighted
Average Cost Of Capital) dengan rumus seperti berikut :
Ekuitas
43Bramantyo, Op.Cit., 219 44Ibid., 219-220 45Damodaran, Op.Cit., 187 46Bramantyo, Op.Cit, 240.
44
Dimana COD merupakan biaya pinjaman, COE merupakan biaya
ekuitas, D merupakan nilai buku dari pinjaman, dan E merupakan jumlah
ekuitas sebuah perusahaan.
1 Biaya Ekuitas (Cost of Equity)
Biaya ekuitas, menurut Damodaran (2011), merupakan tingkat
pengembalian yang diharapkan oleh para investor yang
menanamkan dananya dalam bentuk ekuitas dan telah
mempertimbangkan risiko premium dari sebuah perusahaan.47
Salah satu model yang dapat digunakan untuk menghitung
biaya ekuitas adalah Capital Asset Pricing Model (CAPM). Rumus
dari CAPM adalahh :48
Rumus ini didasarkan atas konsep CAPM (capital asset pricing
model) dimana biaya dari laba ditahan sama dengan besarnya
pendapatan atau suku bunga bebas risiko ditambah sejumlah
tambahan atau premium untuk mengkompensasi risiko yang harus
ditanggung oleh investor.49
47Damodaran,Op.Cit., 186 48Ibid., 188 49Bramantyo, Op.Cit., 234
44
1 Tingkat Suku Bunga Bebas Risiko
Riskless rate merupakan tingkat pengembalian bebas risiko
yang dapat diterima oleh investor, dimana beberapa
instrumen yang biasa digunakan adalah Surat Utang Negara
(SUN).50 Sedangkan Damodaran (2011) mendefinisikan
riskless asset sebagai suatu asset dimana investor
mengetahui imbal hasil (return) secara pasti.51
Damodaran (2011), lebih jauh lagi mengatakan bahwa
terdapat dua kondisi dimana sebuah investasi dapat
dikatakan sebagai bebas risiko selama kurun waktu tertentu,
yaitu :52
1 Tidak ada risiko gagal bayar (default risk). Hal ini
memberikan implikasi bahwa aset yang akan
diinvestasikan merupakan aset yang diterbitkan oleh
pemerintah.
2 Tidak ada kepastian mengenai reinvestment rate, yang
menyebabkan tidak ada aliran kas masuk sebelum
berakhirnya jangka waktu yang telah ditetapkan.
2 Premi Risiko
Risk premium menurut Damodaran (2011) merupakan
“pengembalian extra” yang akan diminta oleh investor agar
50Ibid. 51Damodaran, Op.Cit., 188 52Ibid.
44
mereka mau memindahkan uangnya dari investasi yang
tidak berisiko ke investasi yang berisiko.53
Damodaran (2011) mengajukan dua cara untuk
menghitung premi risiko. Cara pertama disebut sebagai
historical premium. Pada dasarnya, menghitung premi risiko
dapat dilakukan dengan melihat data historis dan
mengestimasikan pendapatan premium melalui selisih
antara pengembalian investasi risiko (saham) dengan
investasi bebas risiko (surat hutang Negara).54 Secara
umum, penghitungan premi risiko dengan cara historical
premium adalah dengan melihat selisih rata-rata tingkat
pengembalian saham dengan rata-rata tingkat pengembalian
riskless asset dalam kurun waktu tertentu.55 Rumus dari
historical premium adalah
Risk Premium = Return Market – Risk Free
Cara kedua yang dapat digunakan untuk mengukur
premi risiko adalah dengan menggunakan peringkat Negara
(country rating) untuk mengestimasi risiko gagal bayar
(default risk) dan selisih imbah hasil (spread). Lembaga
pemeringkat internasional seperti Standard and Poor’s dan
53Damodaran, Op.Cit., 190 54Ibid., 190 55Ibid.
44
Moody’s telah melakukan pemeringkatan terhadap Negara-
negara berdasarkan keuangan Negara dan kondisi politik.
Manfaat dari pemeringkatan ini adalah keterkaitannya
dengan premi gagal bayar yang memungkinkan kita
mengukur secara kuantitatif pengaruhnya terhadap premi
risiko. Setelah selisih premi gagal bayar (default spread)
untuk kelas peringkat negara (country rating) diketahui,
selanjutnya dilakukan penyesuaian atas selisih premi gagal
bayar negara (country default spread) tersebut agar
mencermintkan fluktuasi relatif pasar ekuitas (relative
volatility of the equity market) dengan menggunakan
rumus:56
Setelah menghitung relative volatility of equity maka
premi risiko sebuah negara dihitung dengan mengalikan
selisih risiko gagal bayar (country default spread) dengan
relative volatility of equity.57 Saat ini, Damodaran telah
menyediakan hasil perhitungan untuk country risk premium.
Hasil perhitungan ini dapat digunakan sebagai data country
risk premium.
56Ibid., 193 57Ibid.
44
Berdasarkan pemahaman di atas maka Damodaran
memberikan sebuah tawaran penghitungan biaya ekuitas
dengan mempertimbangkan country risk premium yaitu
3 Beta
Beta, dengan bahasa lainnya dapat disebut sebagai
systematic risk, menunjukkan sampai seberapa jauh
instrument investasi tersebut relatif berisiko terhadap
portofolio.58 Tidak jauh berbeda dengan Damodaran (2011),
Beta didefinisikan sebagai “the risk that the investment adds
to a market portfolio”.59
Damodaran menyatakan bahwa terdapat beberapa
cara untuk menghitung beta. Cara yang pertama dan sering
digunakan oleh banyak orang adalah dengan meregresi
tingkat pengembalian sebuah asset dengan tingkat
pengembalian dari sebuah indeks yang direpresentasikan
oleh portofolio pasar (Indeks Harga Saham Gabungan) pada
waktu tertentu.60 Adapun rumus dari beta regresi adalah
sebagai berikut :
Ri = α + β Rm
58Toto Prihadi, Cepat dan Praktis : Analisis Investasi(Jakarta: Penerbit PPM, 2010), 111. 59Damodaran, Op.Cit., 196 60Aswath Damodaran, “Estimating Risk Parameters” dalam
http://www.stern.nyu.edu/fin/workpapers/papers99/wpa99019.pdf , diakses pada 20 Mei 2011, 6
44
Damodaran memberikan beberapa kelemahan dengan
penggunaan beta regresi yaitu :61
1 Permasalahan indeks. Hasil beta regresi akan berubah
seturut dengan perubahan periode yang digunakan,
indeks yang dipilih, dan interval dari tingkat
pengembalian. Secara khusus, untuk perusahaan-
perusahaan yang berada di emerging market,
pengukuran beta dengan cara beta regresi akan
semakin bermasalah.
2 Strandard eror dari masing-masing indeks juga
berlainan.
3 Beta regresi hanya berdasarkan data historis tanpa
memperlihatkan perubahan yang terjadi dalam
perusahaan.
Berdasarkan kelemahan-kelemahan di atas maka
Damodaran mengajukan penghitungan beta dengan cara
bottom-up beta. Beta, menurutnya, dipengaruhi oleh tiga
variabel yaitu : tipe bisnis dimana perusahaan berbisnis,
tingkat operating leverage dari perusahaan, dan financial
leverage sebuah perusahaan. Berdasarkan tiga variabel ini
maka Damodaran mengajukan sebuah rumus untuk
61Ibid., 13-18
44
mengukur beta yaitu :62
βL = βU (1+(1-t)(D/E))
Penghitungan Beta dengan cara bottom up beta
ternyata dapat digunakan untuk menghitung beta dari
perusahaan tertutup. Beberapa langkah untuk menghitung
beta dari perusahaan tertutup adalah sebagai berikut :63
1 Mencari perusahaan pembanding (comparable
company). Syarat dari perusahaan pembanding adalah
perusahaan yang bergerak di satu lini produk;
2 Hitung beta dari perusahaan pembanding dengan cara
penghitungan beta regresi;
3 Hitung komposisi hutang dan ekuitas dari perusahaan
pembanding atau debt to equty ratio
4 Hitung βU dari perusahaan tertutup dengan rumus di
atas.
5 Hitung βL dari perusahaan yang akan diukur dengan
memasukan βU perusahaan pembanding ke rumus di
atas dengan debt to equity ratio perusahaan yang
diukur.
62Ibid., 26 63Prihadi, Op.Cit., 119
44
2 Biaya Pinjaman (Cost of Debt)
Menurut Damodaran (2011), biaya pinjaman atau cost of debt
mengukur seluruh jenis biaya yang dihasilkan karena perusahaan
melakukan pinjaman dalam rangka membiayai aktivitasnya.64 Secara
umum, biaya pinjaman dipengaruhi oleh beberapa variabel, yaitu : 65
1 Tingkat suku bunga yang ada : semakin tinggi tingkat suku
bunga, maka biaya pinjaman sebuah perusahaan akan
meningkat;
2 Risiko gagal bayar dari perusahaan : semakin tinggi risiko gagal
bayar sebuah perusahaan maka biaya pinjaman akan
meningkat
3 Keuntungan pajak sehubungan dengan pinjaman. Hal ini
dikarenakan bunga pinjaman akan mengurangi pajak, maka
biaya pinjaman setelah pajak merupakan fungsi dari tingkat
pajak. Berdasarkan hal ini maka rumus dari biaya pinjaman
setelah pajak (After-tax cost of debt) adalah
Biaya hutang merupakan akibat perusahaan menggunakan
sumber dana dari kreditor. Di Indonesia, penggunaan hutang lebih
banyak didominasi oleh hutang bank.66
Penghitungan biaya hutang, khususnya untuk perusahaan-
64Damodaran, Corporate Finance….,212 65Ibid. 66Prihadi, Op.Cit., 125
44
perusahaan yang tidak memiliki akses ke pasar atau dengan kata
lain untuk perusahaan tertutup adalah seperti berikut :
1 Melihat data pinjaman terkini. Melalui data pinjaman terkini
yang dilakukan oleh perusahaan (khususnya pinjaman ke
Bank atau lembaga finansial lainnya), dapat dilihat nominal
default spread yang dikenakan kepada perusahaan tersebut.
Angkat tersebut dapat dijadikan sebagai patokan untuk
penghitungan biaya pinjaman.67
2 Mengestimasi synthetic rating. Cara mengukur biaya
pinjaman dari perusahaan bida dengan menggunakan sudut
pandang dari perusahaan pemeringkat (rating agency). Sudut
pandang yang digunakan adalah dengan memberikan sebuah
rating kepada perusahaan dengan melihat kondisi rasio
keuangan perusahaan tersebut. Penentuan rating seperti ini
disebut sebagai synthetic rating.68 Salah satu cara tercepat
untuk melakukan penentuan synthetic rating terhadap sebuah
perusahaan adalah dengan mengambil salah satu rasio
keuangan yang biasa digunakan oleh perusahaan
pemeringkat, sebagai contoh adalah interest coverage ratio
(ICR). Adapun cara menghitung interest coverage ratio adalah
melakukan pembagian antara EBIT (earning before interest
and taxes) dengan interest expense (diluar interest income).69
67Damodaran, Corporate Finance…¸ 213 68Ibid. 69Prihadi, Op.Cit., 132.
44
Melalui penentuan rating dapat dilihat spread dari perusahaan.
Spread merupakan selisih suku bunga pinjaman dengan suku
bunga bebas risiko. Oleh karena itu untuk menilai berapa
perkiraan suku bunga pinjaman sebuah perusahaan,
perusahaan dapat menambahkan suku bunga bebas risiko
Indonesia dengan spread yang tersedia.
6 Bauran Pendanaan yang Optimal (The Optimal Financing Mix)
Terdapat lima pendekatan untuk menentukan bauran pendanaan yang
optimal, yaitu pendekatan operating income, cost of capital, return on equity,
adjusted present value, dan analisis komparasi. Dari kelima pendekatan
tersebut maka dalam penelitian ini hanya akan digunakan satu pendekatan
yaitu cost of capital.
1 Pendekatan Cost of Capital
Penentuan dari bauran pendanaan yang optimal didasarkan atas
biaya modal yang paling rendah.70 Salah satu cara untuk
meningkatkan nilai dari perusahaan adalah dengan meminimalisasi
biaya modal.71 Oleh karena itu, untuk meningkatkan nilai dari
perusahaan dapat dicari sebuah biaya modal yang minimal.
Keterbatasan dari penggunaan pendekatan ini adalah perusahaan
mungkin saja berada dalam kondisi yang berbahaya ketika
perusahaan menggunakan pendekatan biaya modal terendah. Hal
70Ibid., 262 71Damodaran, Corporate Finance.., 576
44
ini dikarenakan jumlah hutang yang diluar batas kemampuan
perusahaan.72
7 Risiko
Risiko merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari perusahaan
dikarenakan tujuan dari perusahaan adalah untuk memaksimalisasi nilai
perusahaan dan kekayaan pemegang saham. Sesuai dengan apa yang telah
dipaparkan sebelumnya, terdapat dua variabel yang akan mempengaruhi nilai
dah kekayaan dari perusahaan yaitu ekspektasi arus kas dan tingkat risiko.
Terkhusus untuk tingkat risiko, semakin tinggi tingkat risiko sebuah
perusahaan maka nilai dan kekayaan dari perusahaan pun akan semakin
rendah. Begitupun sebaliknya, semakin rendah tingkat risiko perusahaan
akan semakin mempertinggi nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan tinggi
rendahnya tingkat risiko perusahaan akan mempengaruhi tingkat diskonto
atas ekspektasi arus kas.73 Oleh karena itu, pengenalan dan pengelolaan
risiko oleh perusahaan merupakan hal yang penting untuk dilakukan.
Risiko, menurut Ronny Kountur, diartikan sebagai suatu keadaan yang
tidak pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang dapat
memberikan dampak yang merugikan.74 Hal ini tidak jauh berbeda dengan
pengertian risiko menurut Bank Indonesia, dimana risiko diartikan sebagai
potensi terjadinya suatu peristiwa (events) yang dapat menimbulkan kerugian
72Ibid., 589 73Djohanputro, Manajemen Risiko….,4 74Ronny Kountur, Manajemen Risiko Operasional: Memahami Cara Mengelola Risiko
Operasional Perusahaan(Jakarta: Penerbit PPM, 2004), 4
44
pada Bank.75 Djohanputro (2008) mendefinisikan risiko sebagai
ketidakpastian yang telah diketahui tingkat probabilitas kejadiannya yang
dapat menyebabkan kerugian atau kehilangan. Selain itu, risiko dapat juga
diartikan sebagai penyebaran atau penyimpangan dari target, sasaran, atau
harapan.76 Oleh karena itu, risiko dapat diartikan sebagai sebuah peristiwa
yang dapat menimbulkan kerugian pada perusahaan atau yang dapat
membuat tujuan perusahaan tidak tercapai.
Menurut Kountur (2004), risiko dapat dikategorikan dari beberapa sudut
pandang yaitu risiko dari sudut pandang penyebab timbulnya risiko, risiko dari
sudut pandang akibat yang ditimbulkan, risiko dari sudut pandang aktivitas
yang dilakukan, atau risiko dari sudut pandang kejadian yang terjadi.77
Risiko dari sudut pandang penyebab dapat dikategorikan menjadi risiko
Keuangan dan risiko Operasional. Risiko Keuangan merupakan risiko yang
disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti harga, tingkat buunga, dan
mata uang asing. Sedangkan risiko operasional adalah risiko-risiko yang
disebabkan oleh faktor-faktor non-keuangan, seperti manusia, teknologi, dan
alam.78
Risiko dari sudut pandang akibat dapat dikategorikan menjadi dua yaitu
risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni dapat diartikan sebagai risiko
yang hanya berdampak kepada kerugian saja. Sedangkan risiko spekulatif
75 Bank Indonesia, “Peraturan Bank Indonesia No. 11/25/PBI/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum”,4
76Bramantyo Djohanputro, Manajemen Risiko Korporat(Jakarta: Penerbit PPM, 2008), 32 77Ronny Kountur, Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan(Jakarta: Penerbit PPM,
2008), 14 78Ibid., 15
44
adalah risiko yang tidak saja memungkinkan terjadinya kerugian tetapi juga
berpotensi mendapatkan keuntungan.79
Risiko dari sudut pandang aktivitas merupakan risiko-risiko yang
dikarenakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh sebuah perusahaan.80
Risiko dari sudut pandang kejadian adalah risiko-risiko yang dikategorikan
berdasarkan kejadiannya. Misal, kejadiannya adalah perampokan maka
risiko tersebut dapat dikategorikan sebagai risiko perampokan.81
8 MANAJEMEN RISIKO
Salah satu istilah yang seringkali digunakan dalam rangka
mengimplementasikan manajemen risiko dalam sebuah perusahaan adalah
Enterprise Risk Management (ERM). Enterprise Risk Management dapat
diartikan sebagai suatu cara atau proses yang digunakan perusahaan untuk
menangani risiko-risiko yang dihadapi dalam usaha mencapai tujuannya.
Risiko-risiko yang ditangani dalam ERM merupakan keseluruhan risiko yang
dihadapi oleh sebuah perusahaan dalam mencapai tujuannya tanpa memilih
risiko-risiko tertentu saja.82
Dalam bahasa yang berbeda, Djohanputro (2004) mengistilahkan
Enterprise Risk Management sebagai Manajemen Risiko Korporat
Terintegrasi. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi didefinisikan sebagai
sebuah proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur,
79Ibid., 15-16 80Ibid., 16-17 81Ibid., 17-18 82Kountur, Mudah Memahami…, 22
44
memetakan, mengembangkan alternatif penanganan risiko, dan dalam
memonitor dan mengendalikan implementasi penanganan risiko.83
Menurutnya, terdapat beberapa perbedaan yang mendasar antara
Manajemen Risiko yang Konvensional dengan Manajemen Risiko Korporat
Terintegrasi. Dalam Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi risiko bukan
saja berupa risiko murni tetapi juga risiko spekulatif. Maksudnya sebuah
risiko tidak hanya berdapak merugikan bagi perusahaan tetapi juga dapat
memberikan potensi keuntungan bagi perusahaan. Sehubungan dengan
hal tersebut dalam konsep Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi sikap
dan tindakan dari para manajer risiko dalam rangka melakukan mitigasi
risiko tidak hanya melalui tindakan yang menghindari risiko. Risiko dalam
konsep ini harus dihadapi oleh perusahaan melalui berbagai cara, sehingga
penghindaran risiko merupakan salah satu alternatif mitigasi.
Selanjutnya dalam konsep manajemen risiko konvensional, risiko
dianggap sebagai sebuah biaya dan perlu diminimalisasi atau dihilangkan,
sehingga banyak perusahaan yang memindahkan risiko ke pihak lain dalam
bentuk asuransi.
Hal ini berbeda dengan Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi
dimana risiko dipandang sebagai modal bukan biaya. Artinya, kemampuan
mengidentifikasi dan menangani risiko dengan baik justru dapat menjadi
sumber kekuatan perusahaan untuk bersaing dengan perusahaan lainnya.
Satu hal lainnya yang membedakan Manajemen Risiko Korporat
Terintegrasi dengan Manajemen Risiko Konvensional adalah pada struktur
83 Djohanputro, Manajemen Risiko…, 43
44
organisasi dalam rangka pengorganisasian risiko. Manajemen Risiko
Korporat Terintegrasi mendorong perusahaan untuk mengkategorikan risiko
menurut jenisnya dan perusahaan didorong untuk menetapkan pihak yang
bertanggung jawab terhadap pengelolaan risiko. Saat ini ada
kecenderungan untuk mengangkat CRO (Chief Risk Officer), yaitu seorang
direktur risiko dalam rangka pengelolaan risiko.84
1 Tahapan-Tahapan dalam Penerapan Manajemen Risiko
Sehubungan dengan pemahaman bahwa risiko perlu ditangani
dengan baik maka ada beberapa tahapan dalam rangka penerapan
Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi yaitu : Identifikasi Risiko,
Pengukuran Risiko, Pemetaan Risiko, Model Pengelolaan Risiko,
Pengawasan dan Pengendalian Risiko, Evaluasi Pihak
Berkepentingan. Tahapan-tahapan ini dijelaskan melalui gambar di
bawah ini.85
84Ibid., 39-42 85Ibid., 43
44
Gambar 2.1 Siklus Manajemen Risiko
(sumber : Bramantyo Djohanputro, Manajemen Risiko Korporat)
Penjelasan dari gambar di atas adalah sebagai berikut :86
1 Tahap 1 : Identifikasi Risiko. Pada tahap ini dilakukan proses
identifikasi apa saja risiko yang dapat dihadapi oleh perusahaan.
2 Tahap 2 : Pengukuran Risiko. Pada tahap ini risiko yang telah
teridentifikasi akan diukur melalui dua faktor yaitu kuantitas
(dampak, nilai, atau eksposur) risiko dan kualitas risiko (seberaba
sering atau frekuensi risiko). Data historis dapat dijadikan acuan
untuk melakukan pengukuran risiko.
86Ibid., 43-45
44
3 Tahap 3: Pemetaan Risiko. Perusahaan tidak perlu takut
terhadap semua risiko. Ada risiko-risiko yang perlu mendapat
perhatian khusus tetapi ada pula risiko yang dapat diabaikan.
Oleh karena itu perusahaan perlu membuat peta risiko. Tujuan
dari pemetaan ini adalah untuk menetapkan prioritas risiko
berdasarkan kepentingannya bagi perusahaan. Gambar dibawah
ini merupakan salah satu contoh peta risiko.
44
Gambar 2.2 Diagram Pemetaan Risiko
(sumber : Bramantyo Djohanputro, Manajemen Risiko Korporat)
4 Tahap 4 : Model Pengelolaan Risiko. Terdapat beberapa model
yang bisa diterapkan perusahaan dalam mengelola risiko, Pada
dasarnya model pengelolaan risiko dapat dibagi menjadi dua yaitu
strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif dilakukan
untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini untuk
memindahkan risiko-risiko yang probabilitasnya tinggi menjadi
rendah. Beberapa hal dapat dilakukan dalam strategi preventif,
misalnya membuat atau memperbaiki Sistem Prosedur;
Mengembangkan Sumber Daya Manusia, atau memasang atau
memperbaiki fasilitas fisik.87 Sedangkan strategi mitigasi
merupakan strategi penanganan risiko untuk memperkecil dampak
yang ditimbulkan dari risiko. Ada beberapa cara mitigasi yaitu
diversifikasi (menempatkan aset atau harta dibeberapa tempat),
penggabungan (strategi penggabungan), dan pengalihan risiko
atau mengalihkan risiko kepihak lain.
87Ronny Kountur, Mudah Memahami Manajemen….,122-123
44
9 Risiko Keuangan
Risiko keuangan merupakan fluktuasi target keuangan atau ukuran moneter
perusahaan dikarenakan gejolak berbagai variabel makro.88 Adapun jenis-
jenis dari risiko keuangan yang akan terkait langsung dengan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1 Risiko Kebangkrutan
Salah satu risiko yang harus dihadapi oleh perusahaan ketika
melakukan pinjaman dalam rangka pendanaan investasinya adalah
risiko kebangkrutan. Tahap awal sebelum sebuah perusahaan
mengalami kebangkrutan adalah tahap financial distress (kesulitan
keuangan). Kesulitan keuangan merupakan sebuah situasi dimana
arus kas operasi perusahaan tidak memadai untuk melunasi
kewajiban-kewajiban lancarnya (misalnya hutang dagang, beban
bunga, atau cicilan bunga). Kondisi kesulitan keuangan keuangan
yang tidak dapat diprediksi dan dikelola dengan baik pada akhirnya
akan menyebabkan kebangkrutan.89
Kebangkrutan dapat diartikan sebagai suatu keadaan atau
situasi dimana perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi
kewajiban-kewajiban kepada debitur karena perusahaan mengalami
kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau
88Djohanputro, Manajemen Risiko…, 61 89Ayu Suci Ramadhani dan Niki Lukviarman, “Perbandingan Analisis Prediksi Kebangkrutan
Menggunakan Model Altman Pertama, Altman Revisi, dan Altman Modifikasi dengan Ukuran dan Umur Perusahaan Sebagai Variabel Penjelas (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dalam http://journal.uii.ac.id/index.php/JSB/article/viewFile/2011/1765, diakses pada 19 Mei 2011, 2
44
melanjutkan usahanya.90
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengukur
risiko kebangkrutan dari perusahaan adalah model Altman.
Terkhusus untuk penelitian ini model Atman yang digunakan adalah
Model Altman Modifikasi, dimana model ini dapat diterapkan pada
semua perusahaan, seperti manufaktur, non manufaktur, dan
perusahaan penerbit obligasi di negara berkembang. Adapun
persamaan dari Z-Score yang dalam Altman Modifikasi adalah
sebagai berikut :91
Z” = 6,51 X1 + 3,26 X2 + 6,72 X3 + 1,05 X4
Dimana Z” adalah indeks kebangkrutan, X1 merupakan rasio
antara working capital dengan total asset, X2 adalah rasio antara
retained earnings dengan total asset, X3 adalah rasio antara earning
before interest and taxes dengan total asset, dan X4 adalah rasio
antara Book Value of Equity dengan Book Value of Total Debt.92
Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan nilai
Z-score model Altman Modifikasi yaitu : 93
1 Z” < 1,1 maka termasuk perusahaan yang bangkrut
90Ibid. 91Ibid., 6 92Ibid. 93Ibid., 6-7
44
2 1,1 < Z” < 2,6 termasuk greay area (tidak dapat ditentukan
apakah perusahaan sehat ataupun mengalami
kebangkrutan)
3 Z” > 2,6 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut.
2 Risiko Suku Bunga
Risiko suku bunga merupakan risiko yang berdampak pada potensi
penyimpangan beban biaya atau pendapatan karena fluktuasi suku
bunga. Bagi perusahaan non lembaga keuangan, risiko suku bunga
lebih penting dalam aspek biaya daripada pendapatan.94 Hal ini
dikarenakan perusahaan harus membayar bunga dikarenakan
kebijakan pinjamannya.
10 Skenario Analisis
Analisis skenario merupakan sebuah metode analisis untuk
memperhitungkan arus kas yang dihasilkan dari kegiatan operasional dengan
membuat perkiraan pada kondisi pesimis, paling mungkin terjadi atau yang
diperkirakan, dan kondisi optimis untuk setiap variabel yang digunakan.
Kondisi pesimistik biasanya digunakan untuk menggambarkan
seberapa buruk risiko yang harus diterima jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan. Hal sebaliknya terjadi untuk menggambarkan kondisi optimistik.
Kegiatan operasional perusahaan akan mendapatkan keuntungan jika kondisi
ini terjadi.
94Djohanputro, Manajemen Risiko Korporat.., 63
44