bab 2.docx

71
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pola Asuh 2.1.1 Pengertian Pola asuh adalah pola pendidikan yang diberikan orang tua pada anaknya. Peranan keluarga terutama ibu dalam mengasuh anak sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak. Cara orang tua mendidik dan membesarkan anak dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lai faktor budaya, agama, kebiasaan dan kepercayaan, serta kepribadian orang tua (yang mengasuh anak). Selain faktor tersebut, pola asuh yang diterapkan pada anak biasanya sangat dipengaruhi oleh pola asuh yang dialami orang tua semasa kecil (Markum, 1999). Pengasuhan anak didefinisikan sebagai perilaku yang dipraktikkan oleh pengasuh (ibu, bapak, atau orang lain) dalam memberikan makanan dan pemeliharaan kesehatan (Husaini, 2000). Selain kedua hal tersebut, dalam bukunya Soetjiningsih (2000) menyebutkan bahwa

Upload: riasi-natalina-desi

Post on 31-Dec-2014

54 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2.docx

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pola Asuh

2.1.1 Pengertian

Pola asuh adalah pola pendidikan yang diberikan orang tua pada anaknya.

Peranan keluarga terutama ibu dalam mengasuh anak sangat menentukan

pertumbuhan dan perkembangan anak. Cara orang tua mendidik dan

membesarkan anak dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lai faktor budaya,

agama, kebiasaan dan kepercayaan, serta kepribadian orang tua (yang mengasuh

anak). Selain faktor tersebut, pola asuh yang diterapkan pada anak biasanya sangat

dipengaruhi oleh pola asuh yang dialami orang tua semasa kecil (Markum, 1999).

Pengasuhan anak didefinisikan sebagai perilaku yang dipraktikkan oleh

pengasuh (ibu, bapak, atau orang lain) dalam memberikan makanan dan

pemeliharaan kesehatan (Husaini, 2000). Selain kedua hal tersebut, dalam

bukunya Soetjiningsih (2000) menyebutkan bahwa nutrisi yang adekuat dan

seimbang, perawatan kesehatan dasar, serta hygiene perorangan dan sanitasi

lingkungan merupakan pola asuh yang dibutuhkan oleh balita.

Setiap daerah memiliki pola asuh anak yang berbeda karena adanya

perbedaan budaya, dan bahkan antar keluarga pada daerah atau budaya yang

sama. Namun, kebutuhan anak terhadap makanan, kesehatan, perlindungan, dan

kasih sayang adalah universal (Husaini, 2000). Pola asuh yang dikatakan terbaik

bagi anak adalah yang tinggal dalam satu rumah dengan pengasuh (ibu), diasuh

oleh ibu sendiri, dalam satu keluarga utuh yang terdiri oleh ayah dan ibu, dan ada

8

Page 2: BAB 2.docx

kesinambungan pendidikan anak, dalam suasana damai, dilandasi kasih sayang

dan penerimaan (Markun, 1999).

2.1.2 Aspek Kunci Pola Asuh

Asuh (kebutuhan fisik-biomedis) merupakan suatu kebutuhan yang sangat

penting bagi seorang anak dalam masa tumbuh kembangnya. Yang termasuk

kebutuhan asuh adalah (Soetjiningsih, 2002):

2.1.2.1 Nutrisi yang Adekuat dan Seimbang

Nutrisi adalah termasuk pembangun tubuh yang mempunyai pengaruh

terhadap pertumbuhan dan perkembangan, terutama pada tahun pertama

kehidupan dimana anak sedang mengalami pertumbuhan yang sangat pesat

terutama pertumbuhan oak.

Nutrisi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi dalam satu hari yang

beragam dan mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur sesuai

dengan kebutuhan tubuhnya. Keadaan ini tercermin dari derajat kesehatan dan

tumbuh kembang balita yang optimal (Direktorat Gizi Masyarakat, 2000).

Keberhasihan perkembangan anak ditentukan oleh keberhasilan

pertumbuhan dan perkembangan otak. Jadi dapat dikatakan bahwa nutrisi

selain mempengaruhi partumbuhan juga mempengaruhi perkembangan anak.

1. Pemberian Makan Balita

Perberian makan balita bertujuan untuk mendapatkan zat gizi yang

diperlukan tubuh untuk pertumbuhan dan pengaturan faal tubuh. Zat gizi

berperan memelihara dan memulihkan kesehatan serta untuk

melaksanakan kegiatan sehari-hari, dalam pengaturan makanan yang tepat

dan benar merupakan kunci pemecahan masalah (Suharjo, 2003).

Page 3: BAB 2.docx

Tujuan pemberian makanan pada anak balita adalah untuk

mendapatkan zat gizi yang diperlukan tubuh dan digunakan oleh tubuh,

pertumbuhan dan pengaturan faal tubuh, zat gizi berperan dalam

memelihara dan memulihkan kesehatan serta untuk melaksanakan kegiatan

sehari-hari, mencegah terjadinya berbagai gangguan gizi pada balita

diperlukan adanya perilaku penunjang dari para orang tua, ibu atau

pengasuhan dalam keluarga, dan selaku memberikan makanan bergizi

yang seimbang kepada balita

Jenis jumlah dan frekuensi makan pada bayi dan anak balita,

hendaknya diatur sesuai dengan perkembangan usia dan kemampuan

organ pencernaannya (Depkes RI, 2006).

Tabel 2.1 Pengukuran Makanan Balita (Depkes RI, 2006)

Umur(bulan)

Jenis/bentuk makanan

Porsi per hari Frekuensi

0-6 bulan ASI Disesuaikan dengan kebutuhan Min 6 kali6-9 bulan ASI

MP-ASIMakanan Lunak

Disesuaikan dengan kebutuhanUsia 6 bulan: 6 sendok makan (setiap kenaikan usia anak 1 bulan porsi ditambah 1 sdm)

Min 6 kali2 kali

9-12 bulan ASIMakanan lembut

Makanan selingan

Disesuaikan dengan kebutuhan1 piring ukuran sedang1 piring ukurang sedang

Min 6 kali4-5 kali1 kali

1-2 tahun ASIMakanan keluargaMakanan selingan

Disesuaikan dengan kebutuhan½ porsi orang dewasa½ porsi orang dewasa

2 kali2 kali

>24 tahun Makanan keluargaMakanan selingan

Disesuaikan kebutuhanDisesuaikan kebutuhan

3 kali2 kali

Menurut Moehji (2003) dari sudut pemeliharaan gizi dan pengaturan

makanan, bayi dan anak balita usia di bawah 5 tahun dapat dibagi dalam

beberapa tahapan sebagai berikut:

Page 4: BAB 2.docx

1) Tahapan semasa Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya sumber

zat gizi bagi anak, yaitu pada waktu mulai lahir sampai mencapai usia

4 bulan. Jika memungkinkan ASI diberikan sampai anak berusia 2

tahun. Tetapi bila ternyata produksi ASI sangat kurang atau tidak

terdapat sama sekali barulah diberikan makanan buatan sebagai

penggantinya.

2) Tahapan di mana anak sudah memerlukan makanan pendamping selain

ASI, karena ASI tidak dapat lagi memenuhi seluruh kebutuhan anak

akan berbagai gizi. Makanan pelengkap terdiri dari buah-buahan,

biscuit, makanan padat bayi yaitu bubur susu, nasi tim atau makanan

lain yang sejenis. Tahap ini adalah sewaktu anak mulai memasuki usia

bulan kelima sampai usia kedelapan bulan (5-8 bulan).

3) Tahapan anak mulai dapat menerima makanan biasa dengan ASI

sebagai penambah yaitu anak mulai memasuki usia 9 bulan sampai

mencapai usia 2 tahun.

4) Tahap usia antara 2 tahun sampai 5 tahun

Pada masing-masing tahap usia tersebut, baik jumlah maupun bentuk

makanan yang diberikan kepada anak berbeda sesuai dengan

perkembangan bagian tubuh serta masalah-masalah gizi dan kesehatan

yang sering ditemukan.

Pengaturan pemberian makan yang benar untuk pertumbuhan anak

balita yang mutu gizinya tinggi terutama protein yang mampu memberikan

semua jenis zat gizi yang didatangkan dari makanan (asam amino esensial)

yang diperlukan, anak berumur 2 tahun makanan sudah harus diarahkan

Page 5: BAB 2.docx

untuk menggantikan kedudukan ASI sebagai pemberi zat gizi utama,

karena sejak awal ada empat hal yang harus menjadi pegangan orang tua

dan setiap orang yang berurusan dengan perawatan makanan anak setelah

memasuki usia 2 tahun.

Penerapannya dalam praktik keperawatan (Potter & Perry, 2009):

1) Berikan edukasi dan dukungan kepada ibu menyusui

2) Antisipasi kebutuhan ibu terlebih dahulu sebelum mereka memintanya.

3) Gunakan pendekatan yang konsisten untuk memberikan fasilitas

terbaik.

4) Berikan dukungan lisan maupun tertulis bagi ibu menyusui

5) Amati pengetahuan ibu tentang proses menyusui

Berbagai jenis makanan tambahan dapat diberikan kepada anak,

tergantung pada kemampuan masing-masing keluarga. Bagi keluarga yang

mampu, makanan tambahan dapat berupa bubur susu atau nasi tim. Jenis

makanan tambahan yang dianjurkan oleh Departemen Kesehatan yang

dapat dibuat oleh sebagian besar keluarga terutama yang hidup di daerah

pedesaan adalah bubur campur. Selain pembuatannya praktis dan tidak

memerlukan alat khusus seperti membuat nasi tim atau bubur susu, juga

bahan-bahan yang digunakan dapat di ambil dari bahan yang akan dimasak

untuk keluarga sehari-hari (Moehji S, 2003).

Pemberian makanan tambahan yang tepat akan memberikan hasil

yang lebih baik bagi pertumbuhan anak. Namun demikian, akan lebih

sempurna apabila makanan tambahan yang diberikan dalam bentuk yang

seimbang. Oleh karena kebutuhan dan pemenuhannya sangat tergantung

Page 6: BAB 2.docx

pada ibu dan keluarga, pengetahuan tentang gizi harus dikuasai oleh ibu

atau keluarga melalui penyuluhan.

Upaya pemberian makan anak balita yang harus diperhatikan yaitu

(Moehji, 1988):

1) Pemberian makan anak dibawah 3 tahun bisa 5-6 kali perhari untuk

memenuhi kebutuhan tumbuh kembangnya.

2) Makanan keluarga setengah porsi dari orang dewasa minimal 3 kali

sehari, disamping itu tetap diberikan makanan selingan 2 kali sehari.

3) Berikan makanan bervariasi dengan menggunakan padanan bahan

makanan

4) Menyapih anak harus dilakukan secara bertahap dan jangan secara

tiba-tiba.

Pengaturan makan untuk anak 1-3 tahun yaitu anak dalam golongan

umur ini sangat rentan terhadap penyakit gizi. Gigi susu telah lengkap

pada umur 2-2 ½ tahun, akan tetapi belum dapat digunakan untuk

mengerat dan mengunyah makanan yang keras. Terutama untuk golongan

umur 1-2 tahun masih perluu diberikan nasi tim walaupun tidak perlu

disaring. Mereka perlu diberikan makan terpisah dengan waktu makan

anak besar dan anggota keluarga yang lain untuk menghindarkan pengaruh

kurang baik. Mereka telah boleh diajari mencoba, mencicipi makanan

yang lunak, tidak pedas dan tidak merangsang.

Mereka telah harus belajar makan sendiri, walaupun akan

menimbulkan kekotoran dan tidak rapi. Makanan yang tidak disukai tidak

perlu dipaksakan karena akibatnya anak akan menjadi antipasti dan

Page 7: BAB 2.docx

mungkin akan terus menolaknya. Makanan yang disukainya biasanya yang

manis-manis misalnya coklat, permen, es krim. Perlu diperhatikan agar

pemberian gula-gula (permen) yang terlalu banyak mengandung caramel

dihindarkan atau sangat dibatasi, untuk menjaga karies (gigi berlubang).

Sehubungan dengan terjadinya karies anak tersebut perlu mulai belajar

menggosok gigi.

Demikian pula latihan defekasi (toilet training) perlu dimulai agar

evakuasi sisa makanan dilakukan secara teratur yang mempermudah

kelancaran pemberian makan. Konstipasi dapat mengakibatkan anoreksia.

2. Pola makanan sehat balita

Pola makan adalah cara seseorang, kelompok orang dan keluarga

dalam memilih jenis dan jumlah bahan makanan setiap hari oleh satu

orang atau lebih dan mempunyai khas untuk kelompok tertentu (Lie,

1985).

Penanaman pola makan yang beraneka ragam makanan harus

dilakukan sejak bayi, saat bayi masih makan nasi tim yaitu ketika usia

baru enam bulan ke atas, ibu harus tahu dan mampu menerapkan pola

makan sehat (Widjaja, 2007).

Pilihan dan pola makan balia yaitu (Cahyaningsih, 2011) yaitu pada

usia 12 bulan kebanyakan toddler makan makanan keluarga, usia 18 bulan

sebagian besar toddler mengalami anoreksia fisiologis dan toddler lebih

suka makan porsi kecil tapi enak, lebih suka satu jenis makanan dalam

piring dari pada makanan campuran serta orang tua harus menganjurkan

makan menggunakan alat makan.

Page 8: BAB 2.docx

Cara menyusun makanan hidangan sehat yaitu susunlah hidangan

sehari-hari berdasarkan triguna makanan, gunakan bahan makanan secara

beraneka ragam setiap hari dan tersedia di daerah setempat, manfaatkan

hasil pekarangan untuk meningkatkan gizi keluarga, gunakan garam

beryodium untuk memasak makanan bagi keluarga serta kenalkan makan

tradisional yang bergizi yang disukai anak-anak

Susunan makanan bergizi untuk tumbuh kembang anak dengan baik,

susunan hidangan seimbang yang terdiri dari 3 (tiga) golongan bahan

makanan yaitu: bahan makanan yang bersumber dari zat pembangun,

sumber protein, dan sumber tenaga.

1) Golongan bahan makanan sumber zat pembangun: daging, susu, telur,

keju, ikan, hati ayam, ayam, tahu, keledai, dan tempe.

2) Golongan bahan makanan sumber zat pengatur: sayuran berwarna

hijau, bayam, daun katuk, kangkung, kacang panjang, sawi, dan

sayuran berwarna jingga dan kuning seperti wortel, tomat, labu.

3) Golongan makanan sumber tenaga yaitu: beras, kentang, ubi, roti,

singkong, talas, terigu, biscuit, dan minyak goreng.

4) Buah-buahan berupa papaya, nenas, manga, pisang, dan jambu boleh

diberikan pada bayi (Widjaja, 2007).

Zat gizi yang dibutuhkan balita yaitu karbohidrat, protein, lemak,

vitamin, mineral. Jenis dan bahan makanan balita harus yang mudah

dicerna dan tidak merangsang agar tidak mengganggu pencernaan dan

ginjal. Berikut ini jenis bahan makanan yang perlu dihindari yaitu

(Sulistijani, 2001) yaitu makanan yang terlalu banyak mengandung bumbu

Page 9: BAB 2.docx

(rempah, zat warna, asin, dan pedas), buah-buahan yang merangsang dan

banyak mengandung gas (nagka dan cempedak) dan untuk anak usia 1-2

tahun hindari makanan yang terlalu berserat (seperti daun singkong)

kecuali jika dibuat tim.

Tabel 2.2 Pedoman Makan Balita (Widjaja, 2007)

Sumber Tenaga : 3-4 piring nasi @ 100 gram atau roti penggantinya (mie, bihun, roti dan kentang)

Sumber zat pembangun : 4-5 porsi daging @ 50 gram atau pengganti (tempe, tahu, ikan, telur, dan daging ayam). Dianjurkan sekurang-kurangnya 1 porsi berasal dari sumber protein hewani, susu di anjurkan 2 gelas sehari

Sumber zat pengatur : 2-3 porsi sayur dan buah. Gunakan sayur dan buah-buahan berwarna (1 porsi sayur = 1 mangkuk sayur, 1 porsi buah segar = 100 gram)

Waktu makan hendaknya dapat diatur sesuai dengan kebiasaan

makan keluarga dengan demikian anak dapat makan bersama.

Menurut Suharjo (2005) menjelaskan bahwa penataan makanan yang

baik merupakan bagian dari gaya dan perilaku hidup sehat untuk

memperoleh kesehatan yang bugar, yang perlu selalu dikondisikan pada

semua lapisan masyarakat sehingga akan diperoleh bangsa yang sehat dan

kuat.

Dalam memenuhi kebutuhan zat gizi bagi anak balita, hendaknya

digunakan prinsip sebagai berikut (Moehji, 1988):

1) Bahan makanan sumber kalori mutlak harus dipenuhi, baik berasal dari

makanan pokok, penggunaan minyak atau zat lemak lainnya dan gula.

2) Gunakan gabungan sumber protein nabati dan hewani terutama

kacangan atau hasil olahan seperti tempe, dan tahu.

Page 10: BAB 2.docx

3) Manfaatkan bahan makanan sumber protein hewani setempat yang ada

dan mungkin dapat

Menurut Pekik (2007) pada pola makan 4 sehat 5 sempurna perlu

dilengkapi dengan kriteria makanan sehat seimbang meliputi: Cukup

kualitas (kebutuhan setiap orang sesuai dengan jenis dan lama aktivitas,

bereat badan, jenis kelamin, dan usia), proporsional (jumlah makanan ynag

dikonsumsi sesuai dengan proporsi makan yang sehat, yaitu karbohidrat,

lemak, protein, vitamin, mineral dan air), perlu kandungan zat gizi

(penampilan ditentukan oleh warna, konsisten, tekstur, porsi, bentuk, rasa

ditentukan oleh suhu, bumbu, aroma, kerenyahan, keempukan dan

kematangan, gizi ditentukan oleh nilai bahan makanan itu sendiri,

kehilangan zat gizi karena proses persiapan dan pemasakan), sehat dan

higienis (makanan harus steril, bebas dari kuman dan penyakit, salah satu

upaya untuk mensterilkan makanan adalah dengan cara mencuci bersih

dan memasak hingga tertentu sebelum dikonsumsi), makanan segar alami

(tidak suplemen) adalah sayur dan buah-buahan segar lebih menyehatkan

dibandingkan makanan pabrik (makanan yang diawetkan), makanan

golongan nabati lebih menyehatkan dibandingkan hewani, cara memasak

jangan berlebihan yaitu sayuran yang terlalu lama direbus pada suhu tinggi

menyebabkan hilangnya sejumlah vitamin dan mineral, dan teratur dalam

penyajian yaitu untuk menjaga keseimbangan fungsi tubuh, perlu

pengaturan makanan secara teratur (pada jam 07.00 WIB makan pagi,

siang jam 13.00 WIB, makan malam jam 19.00 WIB), frekuensi 5 kali

sehari adalah makanan yang dikonsumsi disesuaikan dengan kapasitas

Page 11: BAB 2.docx

lambung dengan mengatur frekuensi makan (3 kali makan utama, 2 kali

penyelang) serta minum 6 gelas air sehari.

Tip Keperawatan Ukuran Sajian Bagi Anak Kecil (Wong, 2009):

1) Panduan umum mengenai ukuran sajian adalah 1 sendok makan

makanan padat per tahun usia atau seperempat sampai sepertiga ukuran

porsi orang dewasa.

2) Gunakan sendok makan sebagai panduan untuk mengukur makanan

yang mudah diukur seperti sayuran dan nasi.

3) Gunakan panduan pecahan untuk roti dan susu

Tabel 2.3 Contoh menu toddler berdasarkan pada piramida panduan

makanan (Wong, 2009)

Sarapan ½ mangkuk, sereal kering yang tidak manis½ mangkuk jus jeruk4 ons susu rendah lemak

Kudapan ½ - 1 buah pisangMakan siang 1 sendok makan mentega kacang

2 sendok the semua buah awetan1 lembar roti gandum murni2 sendok makan kacang polong4 ons susu rendah lemak

Kudapan 2 gram biscuit4 ons susu rendah lemak

Makan malam 1 paha ayam, dipanggang tanpa kulit¼ - ½ mangkuk macaroni dan keju2 sendok makan kacang hijau, dimasak2 sendok makan wortel, dimasak4-6 ons susu rendah lemak

Kudapan ½ mangkuk yogurt beku

Sajian totalRoti, sereal, nasi, pasta 6-7Sayuran 3Buah 3-4Susu, yogurt, keju 2-3

Page 12: BAB 2.docx

Daging, ungags, ikan, buncis kering, telur kacang

2

*Gunakan lemak, minyak, dan manisan kadang-kadang saja. Tambahkan

cairan dengan menyajikan air. Ukuran sajian adalah minimal untuk

keukupan nutrisi. Banyak anak makan lebih banyak. Ganti susu murni bila

anak berusia kurang dari 24 bulan.

3. Konseling Nutrisi

Menurut Wong (2009), konseling nutrisi adalah kebiasaan makan

yang ditetapkan pada 2 atau 3 tahun pertama kehidupan cenderung

memiliki efek lama pada tahun-tahun selanjutnya. Apabila makanan

digunakan sebagai hadiah atau tanda persetujuan , anak bisa memakan

makanan secara berlebihan karena alas an non-nutritif. Apabila makan

dipaksakan dan saat makan selalu menjadi saat yang tidak menyenangkan,

kenikmatan yang biasa berhubungan dengan makan dapat tidak

berkembang. Saat makan harus menyenangkan dan bukan waktu untuk

disiplin atau perdebatan keluarga. Aspek sosial saat makan bisa

membingungkan anak kecil; oleh karena itu waktu makan yang lebih awal

mungkin lebih tepat. Anak kecil belum mampu duduk sepanjang waktu

makan yang lama dan menjadi tidak bisa diam dan mengganggu. Terutama

sering terjadi jika anak dibawa kemeja makan sesaat setelah permainan

aktif. Memanggil anak dari bermain dalam 15 menit sebelum saat makan

memungkinkan mereka mendapat cukup waktu guna mempersiapkan diri

untuk makan sambil mendinginkan pikiran dan tubuhnya yang masih aktif.

Page 13: BAB 2.docx

Metode penyajian makanan juga merupakan hal yang penting dalam

periode ini. Toddler perlu memiliki rasa control dan pencapaian dalam

kemampuan mereka. Pemberian porsi besar ukuran dewasa kepada anak

bisa membingungkannya. Secara umum, apa yang dimakan jauh lebih

penting dari banyaknya makanan yang dikonsumsi. Sedikit daging dan

sayuran memberi nilai makanan yang lebih baik daripada konsumsi roti

dan kentang dalam jumlah besar. Ukuran penyajian perlu disesuaikan

dengan usia. Anak kecil cenderung kurang menyukai makanan pedas,

makanan lunak, meskipun pilihan ini ditentukan oleh budaya. Penggantian

terhadap makanan yang tidak disukai dapat diberikan, meskipun praktik

ini tidak akan memenuhi semua keinginan mereka. Sering mengkonsumsi

kudapan yang mengandung nutrisi dapat menggantikan makanan.

2.1.2.2 Perawatan Kesehatan Dasar

1. Imunisasi

Dalam hal ini, perawatan kesehatan dasar yang harus diperoleh oleh

anak adalah imunisasi. Pemberian imunisasi adalah penting untuk

mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit-penyakit yang

bisa dicegah dengan imunisasi, misalnya penyakit TBC, difteri, tetanus,

pertussis, polio, campak, hepatitis B, dan sebagainya. Melaksanakan

imunisasi yang lengkap, maka kita harapkan dapat mencegah timbulnya

penyakit yang dapat menimbulkan kematian. Anak harus di imunisasi

lengkap sebelum umur satu tahun. Dibawah ini adalah jadwal imunisasi

untuk anak:

Page 14: BAB 2.docx

Tabel 2.3 Jadwal Imunisasi (Sulistijani, 2002)

Umur bayi Jenis Imunisasi0 bulan Hepatitis B (HBO)1 bulan BCG, Polio 12 bulan DPT/HB1, Polio 23 bulan DPT/HB2, Polio 34 bulan DPT/HB3, Polio 49 bulan Campak

2. Perawatan anak dalam keadaan sakit

Perawatan adalah kasih sayang yang diberikan kepada anak untuk

membantu pertumbuhan, menggendong, memeluk dan berbicara kepada

anak akan merangsang pertumbuhan dan meningkatkan perkembangan

perasaan anak (Depkes RI, 2002).

Kesehatan anak harus mendapat perhatian dari para orang tua, yaitu

dengan cara membawa anak yang sakit ke tempat pelayanan kesehatan

setempat. Jangan sampai penyakit ditunggu menjadi lebih parah sebab

dapat membahayakan jiwa anak.

Praktek keperawatan kesehatan anak dalam keadaan sakit adalah satu

aspek pola asuh yang dapat mempengaruhi status gizi anak, membaik

praktek pengasuhan kesehatan adalah hal-hal yang dilakukan untuk

menjaga status kesehatan anak, menjauhkan dan menghindarkan penyakit

serta dapat menyebabkan turunnya keadaan kesehatan anak. Praktek

keperawatan kesehatan meliputi pengobatan penyakit pada anak apabila si

anak menderita sakit dan tindakan pencegahan terhadap penyakit sehingga

anak tidak sampai terkena suatu penyakit. Praktek perawatan kesehatan

anak yang baik dapat ditempuh dengan cara memperhatikan keadaan gizi

anak, kelengkapan imunisasi, kebersihan diri anak dan lingkungan dimana

Page 15: BAB 2.docx

anak berada, serta upaya ibu dalam hal pelayanan kesehatan seperti rumah

sakit, klinik, puskesmas, polindes (Zetlin, 1990).

Kegiatan sehari-hari balita rentan dengan penyakit terkait dengan

sarana dan prasarana rumah tangga disekelilingnya, balita berinteraksi

dengan teman-teman sebayanya maka resiko terserang penyakit akan

mudah untuk itu orang tua harus benar-benar memperhatikan prilaku balita

pada usia ini. Tingkah laku dan perubahan tubuh balita patut diwaspadai

karena balita mudah terserang penyakit, dengan demikian apabila balita

sudah bisa berkomunikasi maka secepatnya kegiatan harian di rumah yang

beresiko terserang penyakit harus diajarkan seperti balita belum bisa

membedakan antara tempat yang kotor dan rawan penyakit dengan tempat

yang bersih (Tirton, 2006).

Anak yang sehat pada umumnya akan tumbuh dengan baik. Berbeda

dengan anak yang sering sakit, biasanya pertumbuhan akan terganggu.

Oleh karena itu, perlu memberikan makanan ekstra pada setiap anak

sesudah menderita penyakit. Sebaiknya setiap anak umur antara 4 bulan –

3 tahun ditimbang setiap bulan, karena pada periode umur tersebut

merupakan penyesuaian dengan makanan orang dewasa, intake makanan

sering tidak adekuat, dan ASI mulai tidak mencukupi kebutuhan anak/anak

mulai disapih, anak masih rentan terhadap penyakit, sehingga sering

terjadi gangguan pada pertumbuhan.

Page 16: BAB 2.docx

2.1.2.3 Hygiene Diri dan Sanitasi Lingkungan

Praktek kebersihan dan kesehatan sanitasi lingkungan adalah usaha untuk

pengawasan terhadap lingkungan fisik manusia yang dapat memberikan akibat

merugikan kesehatan jasmani dan kelangsungan hidupnya (Slamed, 1996).

Kebersihan, baik kebersihan perorangan maupun lingkungan memegang

peranan penting pada tumbuh kembang anak. Kebersihan perorangan yang kurang

akan memudahkan terjadinya penyakit kulit dan saluran pencernaan seperti: diare,

cacing, dan lainnya. Kebersihan lingkungan erat hubungannya dengan penyakit

saluran pernafasan, saluran pencernaan, serta penyakit akibat nyamuk. Oleh

karena itu, pendidikan kesehatan kepada masyarakat harus ditunjukkan bagaimana

membuat lingkungan menjadi layak untuk tumbuh kembang anak, sehingga

meningkatkan rasa aman bagi ibu atau pengasuh anak dalam menyediakan

kesempatan bagi anaknya untuk mengeksplorasi lingkungan (Suganda T, 2008).

Penting membuat lingkungan layak untuk tumbuh kembang anak, sehingga

meningkatkan rasa aman bagi ibu/pengasuh anak dalam menyediakan kesempatan

bagi anaknya untuk eksplorasi lingkungan. Menanamkan kebersihan dirumah

sangat penting karena sumber infeksi amat banyak di sekeliling balita. Oleh

karena itu untuk menghindari segala kemungkinan infeksi dan penyakit, maka

rumah dan anak-anak harus diamankan dari serangan penyakit.

Widaninggar (2003), mengatakan kondisi lingkungan anak harus benar

diperhatikan agar tidak merusak kesehatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan

berkaitan dengan rumah dan lingkungan adalah bangunan rumah, kebutuhan

ruangan (tempat bermain-main) pergantian udara, sinar matahari, penerangan, air

bersih, pembuangan sampah, SMPAL, kamar mandi dan WC dan halaman rumah.

Page 17: BAB 2.docx

Peran orang tua dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan

anak adalah dengan membentuk kebersihan diri dan sanitasi lingkungan yang

sehat. Hal ini menyangkut dengan keadaan bersih, rapi, dan teratur. Upaya untuk

meminimalkan resiko terserang penyakit dimulai dengan menerapkan standar

kebersihan yang lebih terjamin kesehatan balita yaitu:

1. Menanamkan pengetahuan pada anak balita tentang kebersihan dapur dan

rumah yang bersih sehingga dirinya terbebas dari gangguan penyakit seperti

mual dan diare. Tunjukkan dan ajak balita dengan lembut untuk berpartisipasi

menyimpan makanan ditempat bersih, kondisikan lingkungan sekitar makanan

bersih dan peralatan makan selalu bersih.

2. Si kecil dicontohkan kebersihan misalnya, mencuci tangan sebelum makan

atau sebelum memeganga makanan dan sesudah makan, tidak makan buah

sebelum dicuci, setelah buang air besar biasakan cuci tangan dengan sabun,

bermain dengan hewan peliharaannya (Triton, 2006).

Praktek kebersihan perorangan dan kesehatan lingkungan adalah:

1. Kotoran manusia/tinja harus dibuang ke jamban (BAB di WC). Cara yang

paling penting untuk mencegah penyebaran kuman adalah dengan membuang

kotoran atau tinja ke jamban, kotoran binatang harus dibuang juah dari rumah,

jalanan tempat anak-anak bermain, jamban harus sering dibersihkan dan

tersedia sabun untuk mencuci tangan.

2. Ibu dan anggota keluarga termasuk anak harus mencuci tangan dengan sabun

sesudah buang air besar (BAB), sebelum menyentuh makanan dan sebelum

memberikan makanan anak. Mencuci tangan dengan sabun dapat

menghilangkan kuman. Hal ini membantu menghentikan kuman dan kotoran

Page 18: BAB 2.docx

untuk masuk ke makanan atau mulut. Mencuci tangan juga dapat mencegah

infeksi cacing.

3. Jendela rumah harus dibuka setiap pagi sehingga pertukaran udara dalam

rumah menjadi baik.

4. Pakailah air bersih dari sumber air bersih yang aman dan sehat. Tempat air

harus ditutup agar air tetap bersih dan dikuras 1 minggu sekali.

5. Air minum harus dimasak sampai mendidih, buah dan sayuran harus dicuci

sampai bersih sebelum diolah, makanan yang sudah masak harus segera

dimakan atau dipanaskan sesudah disimpan.

6. Makanan, alat-alat makan dan peralatan memasak harus selalu dalam keadaan

bersih, makanan harus disimpan pada tempat yang tertutup.

7. Rumah harus mempunyai tempat pembuangan sampah, pembuangan air

limbah yang aman dan sehat untuk membantu dalam pencegahan penyakit.

8. Asap dari dapur rumah harus dapat keluar dengan baik dan hindari kebiasaan

ibu membawa anak ketika memasak di dapur.

9. Rumah harus dilindungi dari serangga dan binatang penular penyakit seperti

kecoa, nyamuk dan tikus (Depkes RI, 2002)

Menurut Sulistijani (2001), mengatakan bahwa lingkungan yang sehat perlu

diupayakan dan dibiasakan tetapi tidak perlu dilakukan sekaligus harus berlahan-

lahan dan terus-menerus. Lingkungan yang sehat terkait dengan keadaan yang

bersih rapid an teratur. Oleh karena itu anak perlu dilatih untuk mengembangkan

sifat-sifat sehat sebagai berikut:

1. Mandi dua kali sehari

2. Cuci tangan sebelum dan sesudah tidur

Page 19: BAB 2.docx

3. Menyikat gigi sebelum tidur

4. Membuang sampah pada tempatnya

5. Buang air kecil pada tempatnya atau WC

2.1.3 Peran pola asuh anak

Pola asuh merupakan bagian penting dari hubungan sosial yang merupakan

proses di mana anak belajar berperilaku sesuai standar dan harapan

lingkungannya. Di dalam keluarga anak membangun kompetensi yang menjadi

pondasi bagi mereka untuk hidup di dunia (Ratri, 2005).

Pola asuh adalah segala bentuk interaksi antara orang dewasa (pengasuh)

dengan yang di asuh (Ratri 2005). Pada pola asuh anak memiliki peranan dalam

pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Peran pola asuh dalam

pertumbuhan anak dapat di lihat dari status gizinya, sedangkan peran dari pola

asuh dalam perkembangan anak dapat di lihat dari perkembangan kognitif,

psikomotor, dan sosial atau moral (Zeitlin, 2000).

2.2 Interaksi Antara Ibu dan Anak

Salah satu faktor dalam tumbuh kembang anak adalah pengasuhan yang

memahami kebutuhan anak. Anak membutuhkan interaksi positif dengan ibunya.

Pengaruh budaya yang mendukung interaksi antar ibu dan anak perlu dilestarikan.

Kemampuan dan sensitivitas orang tua menginterpretasikan isyarat anak,

memudahkan tumbuh kembang anak mencapai derajat optimal. Sensitivitas adalah

kemampuan menerima dan menginterpretasikan isyarat atau sinyal dari anak, dan

meresponnya segera secara benar (Husaini M. A, 2000).

Page 20: BAB 2.docx

2.2.1 Keterikatan Emosi Antara Ibu dan Anak

Interaksi timbal balik antara anak dan orang tua akan menimbulkan

keakraban dalam keluarga. Anak akan terbuka dengan orang tuanya, sehingga

komunikasi bisa dua arah dan segala permasalahan dapat dipecahkan bersama

karena adanya kedekatan dan kepercayaan antara orang tua, khususnya ibu dan

anak. Interaksi tidak ditentukan oleh seberapa lama kita bersama anak, tetapi lebih

ditentukan oleh kualitas interaksi tersebut yaitu permasalahan terhadap

keubutuhan masing-masing dan upaya optimal untuk memenuhi kebutuhan

tersebut yang dilandasi oleh rasa saling menyayangi (Soetjiningsih, 1998).

Jumlah anak balita lebih dari dua orang dalam satu ibu, sehingga kasih

sayang dan perhatian ibu akan terpecah termasuk distribusi pemberian makan

kepada balita yang tidak merata akan menyebabkan anak balita dalam keluarga

tersebut mengalami kekurangan gizi (Wahyudi, dkk, 2007).

2.2.2 Nafsu Makan Anak

Stress pada anak juga berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya, misalnya

anak akan menarik diri, rendah diri, terlambat bicara, nafsu makan menurun dan

sebagainya (Soetjiningsih, 1998).

Umumnya para ibu yang berpendidikan akan lebih rentan terhadap masalah

yang berpautan dengan anak yang tidak mau makan. Mereka ketakutan sekali

akan anaknya menderita kekurangan gizi dan mudah terkena infeksi atau mereka

menjadi malu karena anaknya tidak montok seperti anak lain. Perasaan jelek

seperti ini membuat ibu menjadi takut, sehingga mereka didorong untuk mencoba

dengan sekuat tenaga memaksa anaknya agar mau makan.

Page 21: BAB 2.docx

Tindakan ini justru merupakan tindakan yang sangat keliru, karena dapat

menyebabkan hilangnya nafsu makan anak yang menetap. Hal ini bisa berbahaya

dan kesulitan makan pada anak lebih banyak pautannya dengan faktor psikologis

daripada akibat lain seperti adanya penyakit.

Penyakit yang mempengaruhi nafsu makan umumnya kelainan pada mulut

seperti sariawan, dan rasa sakit akibat tumbuh gigi baru. Tuberculosis dan

kekurangan gizi berat serta ada beberapa penyakit lain, juga berpengaruh sama.

Perasaan tidak bahagia atau rasa cemburu terhadap adiknya yang sebenarnya

normal pada anak yang berusia sekitar 9 bulan sampai 3 tahun, berperan pula

dalam menurunkan nafsu makan anak (Soetjiningsih, 1995).

Selain faktor lingkungan yang sangat penting adalah sikap keliru pada ibu

terhadap anak. Amat sangat menarik perhatian, bahwa kesulitan makanan yang

diderita anak sering dijumpai pada keluarga dimana para ibunya sendiri,

mengalami kesulitan makan pula. Para ibu yang diliputi rasa ketakutan akan

keselamatan dan kesehatan puteranya, tidak jarang memaksakan anaknya makan

sesuatu yang diberikan kepadanya. Paksaan ini ada kalanya dibarengi dengan

ancaman atau sebaliknya dengan pemberian hadiah. Padahal soal makan adalah

soal selera. Soal selera sebenarnya tidak mungkin dipaksakan (Wiharta, 1982).

2.3 Teori Perilaku

2.3.1 Pengertian

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas dari manusia yang dapat

diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati langsung oleh pihak luar

Page 22: BAB 2.docx

seperti berjalan, bekerja, berbicara, menangis, tertawa, menulis, membaca, dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

2.3.2 Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap

stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2003). Dari

batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau

menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan apabila

sakit.

2) Perilaku pencarian atau penggunaan atau pengobatan sistem atau fasilitas

kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking

behavior).

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan.

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik

maupun sosial budaya, dan sebagainya.

2.3.3 Teori Lawrence Green (1980)

Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat

kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu

faktor perilaku (behavior causes), dan faktor diluar perilaku (non behavior

causes). Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :

Page 23: BAB 2.docx

1. Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keyakinan,tradisi, nilai-nilai, dan sebagainya.

2. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik,

tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan,

misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril, dan sebagainya.

3. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan

perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok

referensi dari perilaku masyarakat.

2.4 Konsep Status Gizi

2.4.1 Definisi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunkan makanan yang dikonsumsi

secara normal melalui proses digesti, absirpsi, transportasi, penyimpanan,

metabolism dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan

kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan

energi (Supariasa. 2001).

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk

variable tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variable tertentu

(Supariasa dkk. 2002). Status gizi merupakan bukti dari seberapa jauh perhatian

manusia terhadap kecukupan gizi bagi tubuh. Status gizi merupakan kibat jangka

panjang dari konsumsi makanan setiap hari (Apriadji, 1986).

Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi,

penyerapan dan penggunaan makanan. Susunan makanan yang memenuhi

Page 24: BAB 2.docx

kebutuhan gizi tubuh pada umumnya dapat menciptakan status gizi yang baik

(Suhardjo, 1986).

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi makan dan

penggunaan zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi buruk, kurang, baik, dan

lebih (Almatsier, 2001).

Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk

variable tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variable tertentu

(Supariasa, 2002). Sedangkan menurut Sugianto, status gizi adalah keadaan

keseimbangan antara asupan (intake) dan kebutuhan (requirement) zat gizi. Untuk

menilai status gizi seseorang atau masyarakat dapat dilakukan secara langsung

maupun tidak langsung. Penilaian secara langsung yaitu dengan cara pemeriksaan

fisik, klinis, antropometri, dan biokimia. Adapun penilaian secara tidak langsung

dilakukan dengan cara melihat angka kematian, angka kelahiran, dan data statistic

vital lainnya.

Penilaian status gizi menurut Rosalind S. Gibson dalam Soegianto

didefinisikan sebagai intrepretasi dari informasi yang diperoleh dari studi diet,

biokimia, antropometri, dan klinis. Informasi tersebut digunakan untuk

menetapkan status gizi individu atau kelompok populasi yang dipengaruhi asupan

dan penggunaan zat gizi.

2.4.2 Klasifikasi

Menurut Buku Pedoman Pemantaun Status Gizi (PSG) Anak Balita melalui

Posyandu, klasifikasi status gizi dapat diklasifikasikan menjadi 5, yaitu: Gizi

lebih, gizi baik, gizi sedang, gizi kurang, dan gizi buruk. Baku rujukan yang

digunakan yang digunakan adalah WHO-NCHS, dengan indeks berat badan

Page 25: BAB 2.docx

menurut umur. Tabel kategori status gizi berdasarkan indeks berat badan menurut

umur (BB/U) anak laki-laki dan perempuan umur 0 sampai 60 bulan dapat dilihat

pada daftar lampiran.

2.4.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

Menurut Apriadji (1986), ada dua faktor yang berperan dalam menentukan

status gizi seseorang yaitu:

1. Faktor Gizi Eksternal

Faktor gizi eksternak adalah faktor-faktor yang berpengaruh diluar diri

seseorang, yaitu daya beli keluarga, latar belakang sosial budaya, tingkat

pendidikan dan pengetahuan gizi, jumlah anggota keluarga dan kebersihan

lingkungan.

2. Faktor Gizi Internal

Faktor gizi internal adalah faktor-faktor yang menjadi dasar pemenuhan

tingkat kebutuhan gizi seseorang, yaitu nilai cerna makanan, status kesehatan,

status fisiologis, kegiatan, umur, jenis kelamin dan ukuran tubuh.

Seara lengsung status gizi dipengaruhi oleh asupan gizi dan penyakit infeksi

yang mungkin diderita anak. Kedua penyebab langsung ini sangat terkait dengan

pola asuh balita yang diberikan oleh ibu/pengasuh. Penyebab tidak langsung

adalah ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan balita serta pelayanan

kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketiga faktor saling berkaitan dengan

pendidikan, pengetahuan dan keterampilan keluarga.

2.4.4 Masalah Gizi Pada Bayi dan Balita

Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan

gizi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung

Page 26: BAB 2.docx

gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima

tahun (balita) adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari

makanan dengan kebutuhan tubuh mereka. Berbagai faktor yang secara tidak

langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada anak balita antara

lain sebagai berikut:

1. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dengan kesehatan

2. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu

3. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan

4. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu

5. Jarak kelahiran yang terlalu rapat

6. Sosial ekonomi

7. Penyakit infeksi.

Dampak yang ditimbulkan akibat gizi yang tidak seimbang pada bayi dan

balita adalah:

1. Kekurangan energi dan protein (KEP)

1) Makanan yang tersedia kurang mengandung energi

2) Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan

3) Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan

dalam usus terganggu.

4) Kebutuhan yang meningkat.

2. Obesitas

Timbulnya obesitas dipengaruhi berbagai faktor, diantara factor

keturunan dan lingkungan. Tentu saja, faktor utama adalah asupan energi yang

tidak sesuai dengan penggunaan.

Page 27: BAB 2.docx

2.4.5 Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi merupakan suatu interpretasi dari sebuah pengetahuan

yang berasal dari studi informasi makanan (dietary), biokimia, antropometri, dan

klinik (Soegianto. 2007).

1. Survei gizi

Adalah bentuk survey cross sectional yang dilakukan pada kelompok

masyarakat yang diukur. Populasi dengan survei gizi dapat diketahui status

gizi dasarnya dan atau status gizi secara keseluruhan. Survei gizi cross

sectional memiliki kelebihan yaitu dapat mengidentifikasikan dan

menerangkan kelompok dalam populasi yang beresiko terhadap malnutrisi

yang kronik. Kekurangannya yaitu kurang dapat mengidentifikasikan

malnutrisi yang akut atau memberikan informasi penyebab yang mungkin

terjadi dari malnutrisi.

2. Surveilans Gizi

Yaitu monitoring yang terus menerus dari status gizi kelompok tertentu.

Tujuan dari survailans ini menurut WHO (1976) adalah meningkatkan

pengambilan keputusan oleh pemerintah mengenai prioritas dalam

pengeluaran dana, memformulasi dari suatu prediksi dengan dasar hasil yang

diperoleh terakhir, dang juga mengevaluasi efektif tidaknya suatu program

gizi. Pada survailens gizi, data yang diperoleh akan dikumpulkan, dianalisa

dan kemudian digunaka pada waktu yang panjang. Kelebihan dari surveilans

gizi ini adalah dapat mengidentifikasi penyebab yang memungkinkan

terjadinya malnutrisi sehingga dapat digunakan untu membuat dan memulai

intervensi pada tingkat populasi dan subpopulasi.

Page 28: BAB 2.docx

3. Skrining Gizi

Untuk mengidentifikasikan individu yang mengalami malnutrisi, dan

membutuhkan suatu intervensi yang dapat dilakukan melalui skrining. Dapat

dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran dari seseorang individu

dengan level atau derajat tertentu yang disebut dengan cut off-point. Skrining

dapat dilakukan pada tingkat individu dan juga pada suatu sub populasi yang

dianggap beresiko tinggi.

2.4.6 Metode Pengukuran Status Gizi

Adalah suatu pengukuran terhadap aspek yang dapat menjadi indicator

penilaian status gizi, kemudian dibandingkan dengan standar baku yang ada.

Sistem penilaian status gizi dibedakan menjadi 2 yaitu:

1. Pengukuran Secara Langsung

1) Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari

sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai

macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai

tingkat umur dan tingkat gizi.

Penggunaan antropometri secara umum dignakan untuk melihat

ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan aini

terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti

lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

2) Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai

status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan

Page 29: BAB 2.docx

yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini

dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti

kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat

dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klnis secara cepat (rapid

clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat

tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi.

Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang

dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala

(symptom) atau riwayat penyakit.

3) Biokimia

Adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratoris yang

dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang

digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan

tubuh seperti hati dan otot.

Penggunaan metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa

kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Maka

penentuan kimia faal dapat lebih banyak menolong untuk menentukan

kekurangan gizi yang spesifik.

4) Biofisik

Adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi

(khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.

Page 30: BAB 2.docx

Penggunaan umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti

kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang

digunakan adalah tes adaptasi gelap.

2. Pengukuran Secara Tidak Langsung

1) Survei Konsumsi

Adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat

jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

Penggunaan pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan

gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga

dan individu.

2) Statik Vital

Adalah dengan manganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti

angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat

penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak

langsung pengukuran status gizi.

3) Faktor Ekologi

Adalah malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interraksi

multifaktor dari factor lingkungan fisik, biologi, ekonomi, politik, dan

budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan

ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan sebagainya. Penggunaannya untuk

mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk

melakukan program intervensi gizi.

Page 31: BAB 2.docx

2.4.7 Cara Penentuan Status Gizi Secara Antropometri

Menurut Proverawati dan Asfuah (2009), antropometri sebenarnya ada 2

macam yaitu:

1. Antropometri Statis (Struktural)

Yaitu pengukuran manusia pada posisi diam, dan linier pada permukaan

tubuh.

2. Antropometri Dinamis (Fungsional)

Adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan

bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat

pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya.

Antropometri tubuh diukur dalam berbagai posisi standard an tidak bergerak

(tetap tegak sempurna). Istilah lain pengukuran tubuh dengan cara ini dikenal

dengan istilah “static anthropometry”. Dimensi tubuh yang diukur dengan nposisi

tetap antara lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri, maupun

duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang lutut pada saat berdiri/duk, panjang lengan

dan sebagainya. Ukuran dalam hal ini diambil dengan persentil tertentu seperti 5-

th dan 95-th percentil. Antropometri fungsional dilakukan terhadap posisi tubuh

pada saat berfungsi melakukan gerakan-gereakan tertentu yang berkaitan dengan

kegiatan yang harus diselesaikan.

Antropometri ini banyak digunakan untuk mengukur berbagai

ketidakseimbangan energi dan asupan protein. Gangguan ini biasanya terlihat dari

pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh, seperti lemak, otot dan

jumlah air dalam tubuh. Sekarang antropometri mengalami perkembangan fungsi

Page 32: BAB 2.docx

selain digunakan untuk mengukur dimensi dan komposisi tubuh untuk industri,

perancangan pakaian, tenaga khusus professional,ergonomik, dan arsitektur.

Antropometri merupakan alat yang mudah didapat dan digunakan di mana

pengukurannya dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif.

Dalam pengukuran antropometri sendiri tidak selalu harus oleh tenaga khusus

professional, dapat oleh tenaga lain setelah mendapat pelatihan, biaya relatif

murah, hasilnya mudah disimpulkan, memiliki cut of point dan baku rujukan yang

sudah pasti, serta secara ilmiah diakui kebenarannya. Hal ini menyebabkan

antropometri banyak digunakan dalam kehidupan di masyarakat untuk mengukur

status gizinya.

2.4.8 Jenis Parameter Antropometri

Jenis parameter antropometri yaitu (Supariasa, 2012):

1. Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan

penentuan umur akan menyebabkan lebih banyak interpretasi status gizi

salah. Batasan umur yang digunakan:

1) Tahun umur penuh (completed year)

2) Bulan usia penuh (completed month): untuk anak umur 0-2 tahun

digunakan.

Untuk melengkapi data umur dapat melakukan dengan cara-cara

berikut:

1) Meminta surat kelahiran, kartu keluarga atau cacatan lain yang dibuat

oleh orang tuanya.

Page 33: BAB 2.docx

2) Jika diketahui kalender local seperti bulan Arab atau bulan local,

cocokan dengan kalender nasional.

3) Jika tetap tidak ingat, dapat berdasarkan daya ingat ortu atau berdasarkan

kejadian penting.

4) Membandingkan anak yang belum diketahui umurnya dengan anak

kerabat/tetangga yang diketahui pasti tanggal lainnya.

5) Jika hanya bulan dan tahunnya yang diketahui.

2. Berat badan

Merupakan ukuran terpenting dan paling sering digunakan pada bayi

baru lahir (neonatus). Berat badan dapat digunakan untuk mendiagnosa bayi

normal atau BBLR.pada masa bayi-balita berat badan dapat dipergunakan

untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat

kelainan klinis (dehidrasi, asites, edema, atau adanya tumor). Alasan

mengapa pengukuran berat badan merupakan pilihan utama:

1) Parameter yang paling baik

2) Memberikan gambaran status gizi sekarang

3) Umum dan luas dipakai di Indonesia

4) Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan

pengukuran.

5) Digunaka dalam KMS

6) BB/TB merupakan indeks yang tidak tergantung umur.

7) Alat ukur dapat diperoleh di pedesaan dengan ketelitian tinggi: dacin.

Page 34: BAB 2.docx

3. Tinggi Badan (TB)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan

pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, TB tumbuh seiring dengan

pertambahan umur. Pertumbuhan TB tidak seperti BB, relatif kurang sensitif

pada masalah kekurangan gizi dalam waktu singkat. Dengan

menghubungkan BB terhadap TB, factor umur dapat dikesampingkan.

Alat ukur:

1) Alat Pengukur Panjang Badan Bayi: untuk bayi atau anak yang belum

dapat berdiri.

2) Microtoise: untuk anak yang sudah dapat berdiri.

4. Lingkar Lengan Atas

Merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, Karen

amudah, murah dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang

susah diperoleh. Memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan

lapisan lemak bawah kulit. Lila mencerminkan cadangan energy, sehingga

dapat mencerminkan:

1) Status KEP pada balita

2) Kekurangan energi dan kalori (KEK) pada ibu WUS dan ibu hamil:

risiko bayi BBLR.

Pengukuran lingkar lengan atas:

Alat: suatu pita pengukur dari fiber glass atau sejenis kertas tertentu berlapis

plastis. Ambang batasnya yaitu (Cut of Points):

1) LLA WUS dengan risiko KEK di Indonesia <23.5 cm

Page 35: BAB 2.docx

2) Pda bayi 0-30 hari: ≥9.5 cm

3) Balita dengan KEP <12.5 cm

5. Lingkar Kepala

Ukuran otak meningkat secara cepat selama tahun pertama, tetapi besar

lingkar kepala tidak menggambakan keadaan kesehatan dan gizi.

Bagaimananpun ukuran otak dan lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat

bervariasi sesuai dengan keadaan gizi. Dalam antropometri gizi rasio Lika

dan Lida cukup berarti dan menentukan KEP pada anak. Lila juga

digunakan sebagai informasi tambahan dalam pengukuran umur. Lingkar

kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis,

biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau

peningkatan ukuran kepala. Lingkar kepala dihubungkan dengan ukuran

otak dan tulang tengkorak.

6. Lingkar Dada

Biasanya digunakan pada anak umur 20-3 tahun, karena pertumbuhan

lingkar dada pesat sampai anak berumur 3 tahun. Rasio lingkar dada dan

kepala dapat digunakan sebagai indicator KEP pada balita. Pada umur 6

bulan lingkar dada dan kepala sama. Setelah umur ini lingkar kepala tumbuh

lebih lambat dari pada lingkar dada. Pada naka yang KEP terjadi

pertumbuhan lingkar dada yang lambat, sehingga rasio lingkar dada dan

kepala <1.

Page 36: BAB 2.docx

7. Tinggi Lutut

Tinggi lutut erat kaitannya dnegan tinggi badan, sehingga data tinggi

badan didapatkan dari tinggi lutut bagi orang tidak dapat berdiri atau

lansia.rumus yang sering digunakan yaitu:

Pria : (2.02 × tinggi lutut (cm) – (0,04 × umur (tahun)) + 64.19

Wanita : (1.83 × tinggi lutut (cm) – (0.24 × umur (tahun)) + 84.88

8. Jaringan Lunak

Otot dan lemak merupakan jaringan lunak yang bervariasi antropometri

dapat dilakukan pada jaringan tersebut untuk menilai ststus gizi di

masyarakat.

2.4.9 Indek Yang Digunakan

Cara termudah untuk menilai status gizi dilapangan adalah dengan

pengukuran antropometri, karena sederhana, murah, dapat dilakukan siapa saja

dan cukup teliti. Data antropometri yang sering digunakan adalah berat badan,

tinggi badan, sedangkan indicator antropometri yang sering dipakai untuk menilai

status gizi yaitu berat badan terhadap umur (BB/U), tinggi badan terhadap umur

(TB/U) dan berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB) (Apriadji, 1993).

Penilaian status gizi yang ideal untuk balita sebaiknya adalah menggunakan

indeks antropometri (BB/U, TB/U dan BB/TB), karena dengan ketiga indeks ini

dapat diketahui dengan jelas karakteristik individu maupun masyarakat (Basuni,

2003).

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah

berlalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui denga tepat. Disamping

itu tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan

Page 37: BAB 2.docx

menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan (Quac Stick), factor umur

dapat dikesampingkan (Supariasa, dkk. 2012).

Selama ini diketahui ada tiga cara penyajian penilaian status gizi, yaitu:

1. Dalam bentuk persen terhadap nilai median rujukan

2. Dalam bentuk nilai Z-score atau Standart Deviasi (SD) dari nilai median

rujukan.

3. Dalam bentuk nilai persentil dari sebaran nilai rujukan.

Selama ini pula penentuan status gizi dilapangan masih menggunakan

klasifikasi yang berbeda-beda sehingga sulit untuk dianalisis lebih lanjut, baik

untuk pertandingan, kecenderungan maupun analisis hubungan (Basuni, 2003).

Beberapa klasifikasi penentuan status gizi bagi anak balita baik laki-laki

maupun perempuan berdasarkan Z-score baku WHO-NCHS. Baku rujukan

antropometri dikenal ada dua jenis yaitu baku internasional dan baku local.

Rujukan antropometri lokal merupakan rujukan yang paling sesuai dengan sifat

genetic suatu populasi. Di Indonesia sekarang ini baku rujukan WHO-NCHS

sudah didasarkan pada populasi yang sehat dan baik keadaan social ekonominya.

Selain itu rujukan sudah mencakup berbagai golongan etnis atau suku bangsa

yang memungkinkan digunakan secara internasional.

1. Berat Badan menurut Umur BB/U)

Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam

keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara

konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang

mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat 2

kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu daapt berkembang cepat atau

Page 38: BAB 2.docx

lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini,

maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara

pengukuran satus gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka

indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current

nutritional status).

Kelebihan Indeks BB/U antara lain:

1) Lebih mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum

2) Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis

3) Berat badan dapat berfluktuasi

4) Sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan kecil

5) Dapat mendeteksi kegemukan (over weight)

Kelemahan Indeks BB/U antara lain:

1) Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat

edema maupun asites.

2) Umur sering sulit ditaksir secara tepat karena pencacatan umur yang

belum baik.

3) Memerlukan data yang akurat

4) Sering terjadi kesalahan dalam pengkuran

5) Secara operasional sering mengalami hambatan

2. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan

pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring

dengan pertambahan umur. Beaton dan Bengoa (1973), menyatakan bahwa

Page 39: BAB 2.docx

indeks TB/U disamping memberikan gambaran status gizi masa lampau, juga

lebih erat kaitannya dengan status sosial-ekonomi.

Keuntungan Indeks TB/U antara lain:

1) Baik untuk menilai status gizi masa lampau

2) Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa

Kelemahan Indeks TB/U antara lain:

1) Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun.

2) Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak,

sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya.

3) Ketepatan umur sulit didapat (Supariasa, dkk. 2002)

3. Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan linier dengan berat badan. Dalam

keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan

tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Julliffe pada tahun 1966, telah

memperkenalkan indeks ini dengan mengidentifikasi status gizi. Indeks

BB/TB merupakan indicator yang baik untuk menilai status gizi saat

kini/sekarang. Indeks BB/TB adalah merupakan indeks yang independen

terhadap umur.

Keuntungan indeks BB/TB antara lain:

1) Tidak memerlukan data umur

2) Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, kurus)

Kelemahan indeks BB/TB antara lain:

1) Tidak dapat memberikan gambaran

Page 40: BAB 2.docx

2) Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran

panjang/tinggi badan pada kelompok balita.

3) Membutuhkan dua macam alat ukur

4) Pengukuran relatif lebih lama

5) Membutuhkan dua orang untuk melakukannya

6) Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran.

Pada penelitian indeks antropometri yang digunakan adalah BB/U dan

BB/TB untuk mendapatkan data mengenai status gizi balita. Indicator BB/U baik

untuk mengukur status gizi akut atau kronis. Sedangkan BB/TB merupakan

indicator yang baik untuk menilai status gizi saat kini/sekarang (Supariasa,

dkk.2002).

2.4.10 Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan

Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan tubuh

setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat gizi. Kekurangan

atau kelebihan pangan dalam jangka waktu lama akan berakibat buruk terhadap

kesehatan. Kebutuhan akan energy dan zat gizi bergantung pada berbagai factor,

seperti umur, gender, berat badan, iklim dan aktivitas fisik. Oleh karena itu, perlu

disusun Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan. Angka Kecukupan Gizi

(AKG) adalag terjemahan dari Reccommended Dietary Allowances (RDA)

(Almatsier, 2001).

Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) adalah taraf konsumsi zat

gizi esensial yang berdasarkan pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi

kebutuhan hamper semua orang sehat AKG adalah jumlah zat gizi yang hendakya

Page 41: BAB 2.docx

dikonsumsi tiap hari untuk jangka waktu tertentu sebagai bagian dari diet normal

rata-rata orang sehat (Almatsier, 2003).

Angka kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG) atau Recommended Dietary

Allowances (RDA) adalah taraf asupan yang dianggap dapat memenuhi kebutuhan

gizi semua orang sehat menurut berbagai kelompoknya. Karena AKG

dimaksudkan hanya untuk golongan orang sehat, maka penyimpanan khusus akan

kebutuhan gizi sebgai akibat dari kelainan metabolism, perawatan khusus dan

sebagainya tidak diperhitungkan dalam AKG.

Pada dasarnya AKG disusun untuk menentukan suatu standar gizi yang

diperlukan dalam menilai sejauh mana taraf konsumsi pangan penduduk dapat

memenuhi kecukupan gizi, dan juga sangat diperlukan untuk menetapkan sasaran

kebijaksanaan produksi dan persediaan pangan dan gizi yang dipakai sebagai

parameter dalam menyusun AKG adalah parameter demografi yaitu proporsi

penduduk menurut kelompok umur tertentu, dan parameter antropometri yaitu

berat badan rata-rata pada masing-masing kelompok umur tersebut (Khumaidi,

1997).

2.5 Konsep Balita

Balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun. Balita merupakan istilah

yang berasal dari kependekan kata bawah lima tahun. Istilah ini cukup popular

dalam program kesehatan. Balita merupakan kelompok usia tersendiri yang

menjadi sasaran program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di lingkup Dinas

Kesehatan. Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang yang sangat

pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya. Periode tumbuh kembang anak

Page 42: BAB 2.docx

adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan

mempengaruhi dan menentukan perkembangan kemampuan bahasa, kreatifitas,

kesadaran sosial, emosional dan itelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan

landasan perkembangan berikutnya (Supartini, 2004).

2.5.1 Usia

Anak usia toddler adalah anak usia 12-36 bulan (1-3 tahun) pada periode ini

anak berusaha mencari tahu bagaimana sesuatu bekerja dan bagaimana

mengontrol orang lain melalui kemarahan, penolakan dan tindakan keras kepala.

Hal ini merupakan periode yang sangat penting untuk mencapai pertumbuhan dan

perkembangan intelektual secara optimal, maka masa balita tersebut sebagai

“masa keemasan” (golden periode) dan “masa kritis” (critical periode) (Depkes

RI, 2005). Karakteristik pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1

tahun dimana umur 5 bulan BB naik 2x BB lahir dan 3x BB lahir pada umur 1

tahun dan menjadi 4x pada umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada masa

pra sekolah kenaikan BB kurang lebih 2 kg/tahun, kemudian pertumbuhan

konstan mulai berakhir (Soetjiningsih, 2001).

Usia yang paling rawan adalah usia balita, dimana pada masa itu anak

mudah sakit dan mudah terjadi kurang gizi. Masa balita merupakan dasar

pembentukan kepribadian anak, sehingga diperlukan perhatian khusus

(Soetjiningsih, 1998).

2.5.2 Jenis Kelamin

Menurut Soetjiningsih (1995) dinyatakan bahwa anak laki-laki lebih sering

sakit dibandingkan anak perempuan, tetapi belum diketahui secara pasti mengapa

Page 43: BAB 2.docx

demikian. Kebutuhan gizi balita dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, kegiatan

dan suhu lingkungan (Depkes RI, 2000).

2.5.3 Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, dipakai pada

setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua jaringan yang ada pada

tubuh, antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lainnya. Berat badan

dipakai sebagai indikator yang terbaik pada saat ini untuk mengetahui keadaan

gizi dan tumbuh kembang anak, sensitif terhadap perubahan sedikit saja,

pengukuran obyektif dan dapat diulangi, dapat digunakan timbangan apa saja

yang relative murah, mudah, dan tidak memerlukan banyak waktu. Kerugiannya,

indikator bereat badan ini tidak sensitif terhadap proporsi tubuh, misalnya pendek,

gemuk, atau tinggi kurus.

Anak yang berumur 1-3 tahun akan mengalami pertambahan berat badan

sebanyak 2-2,5 kg dan tinggi sebesar rata-rata 12 cm setahun.berat badan baku

dapat pula mengaucu pada baku berat badan dan tinggi badan dari WHO/NCHS,

atau rumus perkiraan berat badan anak. Berat anak usia 1-6 tahun = (usia (tahun)

x 2 + 8). Dengan demikian, berat anak 1 sampai 3 tahun masing-masing 10, 12,

dan 14 kg. dengan baku WHO-NCHS, rata-rata berat anak usia 1, 2, dan 3 tahun

berturut-turut 10,2 kg, 12,6 kg dan 14,7 kg untuk anak pria, sementara wanita 9,5

kg, 11,9 kg dan 13,9 kg (Arisman, 2004).

Page 44: BAB 2.docx

2.6 Konsep Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah

satu atap dalam keadaan saling tergantung (Depkes RI, 1988).

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang bergabung karena ikatan tertentu

untuk berbagi pengalaman dan pendekatan emosional serta mengidentifikasi diri

mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998).

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran,

dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan

meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap

anggota keluarga.

2.6.1 Usia Ibu

Usia ibu menentukan pola pengasuhan dan penentu yang sesuai bagi anak

karena semakin bertambah usia ibu maka makin bertambah pula pengalaman dan

kematangan ibu dalam pola pengasuhan dan penentuan makan anak. Saat ini

masih banyak perempuan yang menikah pada usia < 20 tahun. Secara fisik dan

mental mereka belum siap untuk hamil dan melahirkan. Hal ini karena rahimnya

belum siap menerima kehamilan dan ibu muda tersebut belum siap untuk

merawat, mengasuh serta membesarkan bayinya. Bayi yang lahir dari seorang ibu

muda kemungkinan lahir belum cukup bulan, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

dan mudah meninggal sebelum bayinya berusia 1 tahun. Sebaliknya perempuan

yang umurnya >35 tahun akan lebih sering menghadapi kesulitan selama

kehamilan dan pada saat melahirkan serta akan mempengaruhi kelangsungan

hidupnya.

Page 45: BAB 2.docx

2.6.2 Pekerjaan

Menurut Markum yang dikutip oleh Nursalam (2001), berpendapat bahwa

bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Seseorang yang

bekerja cenderung memiliki pengetahuan yang lebih baik dari pada yang tidak

bekerja. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh teman sekerja yang

merupakan sumber informasi yang menambah pengetahuan seseorang.

2.6.3 Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang

anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang

primer maupun yang sekunder (Soetjiningsih, 1995).

2.6.4 Jumlah Anak

Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan social ekonominya

cukup, akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih saying yang

diterima anak, apalagi bila jarak kelahiran anak yang terlalu dekat. Sedangkan

pada keluarga dengan keadaan social ekonomi yang kurang, jumlah anak yang

banyak akan mengakibatkan kurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak,

selain itu juga mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan primer seperti

makanan, sandang, dan perumahan pun tidak terpenuhi. Oleh karena itu

diperlukan program Keluarga Berencana (KB) (Cahyaningsih S. D, 2011).

Dengan jumlah anak yang sesuai dengan program KB, maka anak akan

mendapatkan kasih saying dan perhatian yang cukup dibandingkan dengan jumlah

anak yang terlalu banyak.

Page 46: BAB 2.docx

2.6.5 Tingkat Pendidikan Orang Tua

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam

tumbuh kembang anak. Karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua

dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak

yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikan dan sebagainya

(Cahyaningsih S. D, 2011).