bab 3 bukti audit

Upload: neeta-jameela

Post on 15-Oct-2015

30 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

NAMA: DIANITA MEIRINI

TUGAS: AUDIT LANJUTANKELAS: CALON DOSEN (B)PRODI: S2 AKUNTANSI

BUKTI AUDITPengumpulan bukti audit dalam suatu proses audit pada perusahaan yang dilakukan oleh seorang auditor didasarkan pada standar pekerjaan lapangan ketiga yang berbunyi:

Bukti kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang layak unuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

Dalam standar pekerjaan lapangan ketiga yang telah diuraikan di atas menyatakan bahawasannya bukti audit dapat diperoleh dengan cara: (1) inspeksi, (2) pengamatan, (3) permintaan keterangan dan (4) konfirmasi. Cara tersebut dalam proses pengumpulan bukti audit disebut prosedur audit. A. PROSEDUR AUDIT

Prosedur audit merupakan instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit. Disamping keempat prosedur yang telah diungkapkan pada standar pekerjaan lapangan ketiga, ada beberapa prosedur lain yang dipakai oleh auditor dalam proses pengumpulan bukti audit sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. Prosedur lain tersebut meliputi: penulusuran, pemeriksaan bukti pendukung, perhitungan dan scanning. Berikut ini merupakan penjelasan dari delapan prosedur audit yang dilakukan oleh auditor dalam pengumpulan bukti audit:

1. Inspeksi.Inspeksi merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen atau kondisi fisik sesuatu. Contoh: auditor melakukan inspeksi terhadap sebuah dokumen, auditor akan dapat menentukan keaslian dokumen tersebut.

2. Pengamatan (observation).Pengamatan merupakan prosedur audit yang dilakukan oleh auditor untuk meihat atau menyaksikan pelaksanaan suatu kegiatan. Dengan pengamatan ini auditor memperoleh bukti visual mengenai pelaksanaan suatu kegiatan. Contoh: mengamati perhitungan fisik persediaan yang ada di gudang, cara penyimpanan kas yang ada di tangan klien.3. Permintaan Keterangan (enquiry).Permintaan keterangan merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan meminta keterangan secara lisan. Bukti audit yang dihasilkan dari prosedur ini adalah bukti lisan dan bukti dokumenter.4. Konfirmasi.Konfirmasi merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung dari pihak ketiga yang bebas.

5. Penelusuran (tracing).Auditor melakukan penelusuran informasi sejak pertama kali data tersebut direkam, dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan data tersebut dalam proses akuntansi. Prosedur ini diterapkan terhadap bukti dokumenter.6. Pemeriksaan bukti pedukung (vouching).Pemeriksaan dokumen pendukung merupakan prosedur audit yang meliputi: (1) inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang mendukung suatu transaksi atau data keuangan untuk menentukan kewajaran dan kebenaran, (2) Pembandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang berkaitan.

Prosedur ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh bukti audit mengenai kebenaran perlakuan akuntansi terhadap transaksi yang terjadi.

7. Perhitungan (counting)

Prosedur ini bertujuan mengevaluasi bukti fisik kuantitas yang ada di tangan dan mengevaluasi bukti dokumenter yang mendukung kelengkaan catatan akuntansi.

8. Scanning.

Melakukan review secara cepat terhadap dokumen, catatan dan daftar untuk mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan penyelidikan lebih dalam.

9. Pelaksanaan ulang (reperforming).Prosedur audit ini merupakan pengulangan aktivitas klien, umumnya pada aktvitas perhitungan dan rekonsiliasi klien.10. Teknik audit berbantuan komputer (computer-assisted audit techniques).Teknik audit berbasis komputer sebagai media pendukung dalam pengumpulan bukti audit, jika pencatatan klien telah terkomputerisasi.B. BUKTI AUDIT

Prosedur audit yang telah dijabarkan di atas, dilaksanaan dalam rangka pengumpulan bukti audit. Sedangkan bukti audit sendiri memiliki makna sebagai segala sesuatu informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya. Dalam standar pekerjaan lapangan ketiga, diungkapkan bahwa bukti audit haruslah kompeten, cukup dan layak dijadikan dasar untuk menyatakan pendapat auditor. Bukti audit dapat dikatakan cukup tergantung pertimbangan profesional auditor yang meliputi: 1. Materialitas dan risiko, akun dalam laporan keuangan yang mempunyai indikasi salah saji tinggi membutuhkan banyak bukti audit.

2. Faktor ekonomi, merupakan faktor pertimbangan biaya dan manfaat dalam pengumpulan bukti audit.3. Ukuran dan karakteristik populasi, terkait metode sampling yang dilakukan oleh auditor. Jika populasi yang dihadapi homogen maka bukti audit yang diambil lebih sedikit daripada sampel heterogen. Kemudian bukti audit dikatakan kompeten, hal ini terkait kualitas atau keandalan data akuntansi dan informasi penguat. Kompetensi data akuntansi dipengaruhi langsung oleh efektivitas pengendalian intern, sedangkan kompetensi informasi penguat dipengaruhi beberapa faktor berikut:

1. Relevansi, bukti audit harus sesuai dengan tujuan audit.

2. Sumber, bukti audit dari sumber eksternal memiliki kompetensi lebih tinggi daripa bukti audit yang diperoleh secara angsung dari pihak internal.

3. Ketepatan waktu, ketepatan waktu memperoleh bukti audit yang akan mempengaruhi kualitas bukti audit.

4. Objektivitas, bukti yang bersifat objektif dapat dikatan lebih andal dibanding dengan bukti yang bersifat subjektif. Contoh: pengamatan fisik untuk aktiva tetap.Sedangkan bukti audit sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapat auditor, hal ini berkaitan dengan tingkat keyakinan secara keseluruhan yang diperlukan auditor untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. Pertimbangan auditor tentang kelayakan bukti audit dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini:1. Pertimbangan profesional, faktor yang menentukan keseragaman peerapan mutu dan jumlah bukti audit yang diperlukan dalam audit. Persyaratan tentang bukti audit diatur dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA).2. Integritas Manajemen, tanggung jawab manajemen atas asersi yang tercantum dalam laporan keuangan.

3. Kepemilikan publik versus terbatas, tingkat keyakinan yang lebih tinggi atas llaporan keuangan perusahaan yang telah go public. Hal ini dikarenakan pengguna laporan keuangan untuk perusahaan go public lebih luas.

4. Kondisi keuangan, pendapat auditor tentunya harus memberikan informasi tentang sehat tidaknya perusahaan melalui laporan keuangan yang telah diaudit.

C. TIPE BUKTI AUDITTipe bukti audit dikelompokkan menjadi dua golongan berikut.

1. Tipe Data akuntansi

a. Pegendalian intern, pengendalian intern dalam suatu perusahaan akan mempengaruhi keandalan informasi laporan keuangan. Kuat lemahnya pengendalian intern ini akan menentukan jumlah bukti audit yang harus dikumpuan oleh auditor. Semakin kuat pengendalian intern semakin sedikit bukti yang dikumpulkan, sebaliknya semakin lemah pengendalian intern semakin banyak bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor.

b. Catatan akuntansi, catatan akuntansi merupakan bukti audit yang digunakan oleh auditor untuk memverifikasi jumlah yang ada di dalam laporan keuangan. Contoh catatan akuntansi yaitu jurnal, buku besar dan buku pembantu.

2. Tipe Informasi Penguat

a. Bukti fisik, merupakan bukti yang diproleh dengan cara inspeksi atau perhitungan aktiva berwujud. Tipe bukti fisik ini umumnya dilakukan pada kas, persediaan, surat berharga, piutang wesel, investasi jangka panjang dan aktiva berwujud yang memerlukan bukti fisik.

b. Bukti dokumenter, merupakan bukti paing penting bagi auditor. Tipe bukti audit ini dibuat dari kertas bertuliskan simbol-simbol yang lain. Menurut sumbernya, bukti dokumenter dapa dibagi menjadi tiga golongan: Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang dikirimkan langsung kepada auditor. Bukti ini biasanya disebut dengan konfirmasi.

Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang disimpan dalam arsip klien.

Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.

c. Perhitungan, perhitungan yang dilakukan untuk membuktikan ketelitian perhitungan pada catatan klien. Contoh: footing, cross-footing, pembuktian ketelitian depresiasi dengan metode depresiasi yang digunakan klien, pembuktian ketelitian taksiran kerugian piutang usaha, laba per saham yang beredar dan lain-lain.

d. Bukti Lisan, permintaan keterangan secara lisan kepada karyawan ataupun manajer terkait ha yang luas. Hal ini bisa mengenai kebijakan akuntansi, lokasi catatan dan dokumen, kemungkinan pengumpulan piutang yang tak tertagih.

e. Perbandingan, analisis auditor yang dilakukan dengan membandingkan saldo aktiva, utang, pendapatan dan biaya tahun ini dengan tahun lalu. Jika terjadi perbedaan yang sanat mencolok, diadakan peyelidikan sampai memperoleh alasan yang masuk akal terkait penyebabnya.

f. Bukti dari spesialis, bukti yang diperoleh dari perusahaan yang memiliki keahlian atau pengetahuan khusus selain akuntansi dan auditing.

D. KEPUTUSAN YANG HARUS DIAMBIL AUDITOR BERKAITAN DENGAN BUKTI AUDIT

Dalam proses pengumpulan bukti audit, auditor melakukan epat pengambilan keputusan yang saling berkaitan, yaitu:

1. Penentuan prosedur audit yang akan digunakan, dalam pengumpulan bukti audit seorang auditor menggunakan prosedur audit. Daftar keseluruhan prosedur audit tersebut dinamakan program audit. Pada umumnya progra audit menyebutkan besarnya sampel, tanggal pelaksanaan prosedur audit dan pelaksana prosedur audit tersebut.

2. Penentuan besarnya sampel, besarnya sampel yang diambil dari setiap prosedur audit satu dengan prosedur audit lain. Hal ini tergantung materialitas dan pengendalian intern klien.

3. Penentuan unsur tertentu yang dipilih sebagai anggota sampel, penentuan unsur yang akan dipilih sebagai anggota sampel yang akan diperiksa. Penentuan unsur ini dapat dilakukan seperti berikut: (a) memilih minggu tertentu sebagai periode pengujian dan memeriksa faktur penjualan yg terjadi pada periode pengujian tersebut, (b) memilih salah satu faktur penjualan yang saldonya melebihi total nominal yang telah ditentukan, (c) memilih faktur penjualan secara acak.

4. Penentuan waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur audit, prosedur audit dapat digunakan pada awal tahun yang diaudit, akhir tahun yang diaudit, atau beberapa minggu atau bulan setelah neraca. Umumnya klien menghendaki audit diselesaikan dalam jangka waktu satu sampai dengan tiga bulan setelah tanggal neraca.