bab 3 - dinas kebudayaan & pariwisata provinsi maluku...

97
LAPORAN AKHIR Halaman III - 1 BAB 3 Gambaran Umum Kepariwisataan Kabupaten Pulau Morotai Bab ini berisi tinjauan terhadap kebijakan pengembangan kepariwisatan dan kondisi umum kepariwisataan di Kabupaten Pulau Morotai 3.1. PROFIL UMUM KABUPATEN PULAU MOROTAI 3.1.1 Kondisi Geografis A. Letak Geografis Secara geografis Kabupaten Pulau Morotai terletak di sebelah Utara Pulau Halmahera dan termasuk dalam wilayah Provinsi Maluku Utara. Dimana Provinsi Maluku Utara merupakan salah satu provinsi kepulauan hasil pemekaran dari Provinsi Maluku, melalui pengesahan Undang-undang No. 46 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Dalam perkembangan selanjutnya, Undang- undang No. 46 Tahun 1999 diubah dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2003 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 46 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

Upload: dodan

Post on 12-Jun-2018

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 1

BAB 3 Gambaran Umum Kepariwisataan Kabupaten Pulau Morotai

Bab ini berisi tinjauan terhadap kebijakan pengembangan kepariwisatan dan kondisi umum kepariwisataan di Kabupaten Pulau Morotai

3.1. PROFIL UMUM KABUPATEN PULAU MOROTAI

3.1.1 Kondisi Geografis

A. Letak Geografis

Secara geografis Kabupaten Pulau Morotai terletak di sebelah Utara Pulau Halmahera dan

termasuk dalam wilayah Provinsi Maluku Utara. Dimana Provinsi Maluku Utara merupakan

salah satu provinsi kepulauan hasil pemekaran dari Provinsi Maluku, melalui pengesahan

Undang-undang No. 46 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Maluku Utara, Kabupaten

Buru dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Dalam perkembangan selanjutnya, Undang-

undang No. 46 Tahun 1999 diubah dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2003 tentang

Perubahan Undang-undang Nomor 46 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Maluku

Utara, Kabupaten Buru dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

Page 2: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 2

Kabupaten Pulau Morotai memiliki luas wilayah ± 4.301,53 km2 mencakup 5 (lima)

kecamatan yaitu :

1. Morotai Jaya

2. Morotai Selatan

3. Morotai Selatan Barat

4. Morotai Timur

5. Morotai Utara

Secara administratif Kabupaten Pulau Morotai memiliki batas wilayah sebagai berikut :

Utara berbatasan dengan Laut Halmahera

Selatan berbatasan dengan Selat Morotai

Barat berbatasan dengan Laut Halmahera

Kabupaten Pulau Morotai

Gambar 3.1 Letak Geografis Kabupaten Pulau Morotai

Sumber Peta : Interpretasi Konsultan pada Peta Wilayah ASEAN, 2011

Page 3: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 3

Timur berbatasan dengan Laut Halmahera

Page 4: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 4

B. Letak Astronomis

Secara astronomis, wilayah Kabupaten Pulau Morotai terletak pada 12808’0” - 128040’0”

Bujur Timur (BT) dan 200’0” - 2032’0” Lintang Utara (LU). Untuk lebih jelasnya letak

astronomis Kabupaten Pulau Morotai dapat dilihat pada gambar 3.3 berikut.

Gambar 3.3

Letak Astronomis Kabupaten Pulau Morotai

Sumber : Petra Citra Landsat, 2001, Kedeputian Penginderaan Jauh, LAPAN

Page 5: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 5

C. Letak Geologi/Geomorfologi

Secara geologi, wilayah Kabupaten Pulau Morotai terdiri dari formasi Aluvium (Qa/t),

formasi Batu Gamping Terumbu (Qt), formasi Batuan Gunung Api Holosin (Qhva), formasi

Bacan (tomb) dan formasi Weda (Tmpw). Formasi Aluvium (Qa), tersusun dari kerakal,

kerikil, pasir, lempung dan lumpur sebagai endapan sungai, rawa, pantai dan delta.

Sedangkan secara geomorfologi, wilayah Kabupaten Pulau Morotai terdiri dari daerah

perbukitan/pegunungan serta dataran fluvial dan marin di pesisir pulau.

D. Letak Sosial Budaya

Secara sosial budaya, mayoritas penduduk yang menetap di wilayah Kabupaten Pulau

Morotai berasal dari Suku Galela dan Suku Tobelo. Selain kedua etnis tersebut (Suku Galela

dan Suku Tobelo), kelompok-kelompok etnik lain yang mendiami Pulau Morotai diantaranya

adalah berasal dari Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara,

Jawa, Sumatera, Cina, Ambon dan lain-lain. Sementara penduduk Kabupaten Pulau Morotai

mayoritas beragama Islam dan Kristen, agama lain yang dianut adalah Konghucu, Hindu dan

Budha dalam jumlah yang relatif kecil.

E. Letak Ekonomi

Secara ekonomi Kabupaten Pulau Morotai memiliki posisi yang cukup strategis karena

memiliki potensi kawasan kelautan dan pulau-pulau kecil yang dapat dikembangkan

sebagai kawasan industri maritim terpadu, wisata bahari, dan sejarah, serta industri

perikanan terpadu dan berada di titik silang lalu-lintas transportasi antar benua di kawasan

pasifik yang menjadi pintu masuk menuju kawasan perdagangan pasifik.

F. Letak Geostrategis dan Geopolitik

Secara geostrategis dan geopolitik, Kabupaten Pulau Morotai memiliki posisi dan nilai

strategis antara lain adalah sebagai berikut :

1. Memiliki potensi Sumber Daya Alam dan Jasa Lingkungan antara lain :

Perikanan tangkap sampai ke ZEE dan perairan internasional.

Perikanan budidaya laut.

Perkebunan dan kehutanan.

Pertanian tanaman pangan, hortikultur dan peternakan.

Pariwisata.

Page 6: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 6

Pertambangan.

Industri bioteknologi kelautan, dll.

2. Potensi gerbang utama Indonesia dengan negara-negara Northeast APEC (Filipina,

Korea, Hongkong, Taiwan, Jepang, RRC, AS).

3. Infrastruktur peninggalan PD II : 7 landasan pacu.

4. BMKT (Benda-benda berharga asal muatan kapal tenggelam).

Gambar 3.4

Letak Geostrategis Kabupaten Pulau Morotai

Sumber : Strategi Pembangunan Kabupaten Pulau Morotai, Bappeda Kabupaten Morotai, Tahun 2011

Page 7: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 7

3.1.2 Kondisi Fisik dan Lingkungan

A. Kondisi Laut dan Pesisir

1) Kondisi Laut

Batimetri Laut

Pulau Morotai terletak di sebelah barat daya dan berhadapan langsung dengan

Samudera Pasifik, sedangkan di sebelah selatan dan barat daya pulau ini

terdapat pulau Halmahera. Berdasarkan kepada batimetri, tampaknya Pulau

Morotai satu gugusan dengan Pulau Halmahera dan bersama-sama berhadapan

dengan Samudera Pasifik (Gambar 3.5). Di sebelah utara dan timur, Pulau

Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung bersambung

dengan perairan Samudera Pasifik, sedangkan di sebelah barat dan selatan

memiliki perairan laut yang dangkal (< 200 m) dan berbatasan dengan Pulau

Halmahera.

127 127.5 128 128.5 129 129.5 130 130.5

Longitude

1.5

2

2.5

3

3.5

4

Latit

ude

-6500 m

-6000 m

-5000 m

-3000 m

-2000 m

-1000 m

-500 m

-200 m

0 m

Selat Mor otai

SAMUDERA PASIFIK

Tel. Galela

P. Morotai

Laut Halmahera

Gambar 3.5. Batimetri Kawasan Perairan Pulau Morotai

Sumber : RTRW Kabupaten Pulau Morotai, Tahun 2010 - 2030

Page 8: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 8

Gambar 3.5 memperlihatkan kedalaman laut > 200 m di sebelah utara dan timur

dan < 200 m di sebelah selatan dan barat daya yang berbatasan dengan Pulau

Halmahera.

Pantai timur dan utara Pulau Morotai memiliki batimetri yang langsung curam

dan dalam (> 200 m) tidak jauh dari garis pantai. Batimetri laut dengan

kedalaman 200 m atau lebih umumnya berada pada jarak antara 200 m – 2.700 m

dari pantai timur dan utara Pulau Morotai. Sementara itu perairan pantau barat

daya dan selatan terutama yang berbatasan dengan Pulau Halmahera memiliki

kedalaman rata < 200 m.

Di antara Pulau Morotai dan Pulau Halmahera ini terdapat gugusan pulau-pulau

kecil dengan terumbu karang di sekitarnya, yakni Pulau Sumsum, Pulau Lunglung,

Pulau Ruberube, Pulau Rukiruki, Pulau Bobongono, Pulau Kokoya, Pulau Kolorai,

Pulau Dodola Kecil, Pulau Dodola Besar, Pulau Pelo, Pulau Galogalo Besar, Pulau

Galogalo Kecil, Pulau Loleba Besar, dan Pulau Loleba Kecil, Pulau Ngelengele

Besar, Pulau Ngelengele Kecil, Pulau Tuna (Pulau Burung), Pulau Kacuwawa dan

Pulau Rao. Pulau Rao merupakan pulau kecil terbesar di antara pulau-pulau kecil

di kawasan tersebut. Kedalaman perairan laut di sekitar pulau-pulau kecil

tersebut antara 3-50 m. Batimetri antara gugusan karang terluar ke laut lepas

mempelihatkan garis kedalaman 200 m berada pada jarak 100 – 7.500 m.

Menurut PKSPL-IPB (2006), kondisi batimetri di sekitar pulau-pulau kecil tersebut

relatif rumit dengan kondisi dasar laut yang ditutupi oleh terumbu karang.

Perairan ini terletak antara Tanjung Wayabula di Selat Rao yang juga terjal

(kedalaman 200 m berada pada jarak 990 m dari pantai) ke selatan sampai

Tanjung Gila di ujung barat Pulau Morotai yang sangat terjal (kedalaman 200 m

berada hanya 200 m dari garis pantai).

Kondisi batimetri Selat Rao pada bagian yang tersempit tergolong landai dimana

pada bagian yang terdangkal, kedalaman bervariasi antara 5 – 42 m. Pada bagian

ini terdapat perairan yang dangkal yang menjorok dari Pulau Rao tegak lurus ke

tengah selat sejauh 1.500 m dengan kedalaman 8 – 9 m. Lebar Selat Rao

tersempit adalah sekitar 2.150 m, sedangkan panjang Selat Rao dengan

kedalaman kurang dari 200 m hanya 4.000 m.

Page 9: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 9

Menurut PKSPL-IPB (2006), garis pantai di sebelah barat terutama yang terletak

pada Selat Rao dan beberapa lokasi ke arah selatan yang mempunyai alur bebas

ke laut tetapi terlindung dari hantaman gelombang dari laut bebas mempunyai

potensi untuk dikembangkan menjadi pelabuhan pendaratan ikan atau pelabuhan

sejenisnya. Perairan laut di sekitar pulau-pulau kecil antara Pulau Morotai

dengan Pulau Halmahera dengan perairan karangnya merupakan areal yang

potensial untuk pengembagan budidaya laut, karena relatif terlindung dan dekat

dengan Pulau Morotai sebagai mainland dan diharapkan sebagai kawasan

pemukiman dan pusat pertumbuhan Kabupaten Morotai (PKSPL-IPB 2006 dan

Anonim 2008).

Morfologi dan Dinamika Pantai

Morfologi sepanjang pantai Pulau Morotai cukup dan dipengaruhi oleh dinamika

pantai, selain karakter geologi (terrestrial). Morfologi pantai Pulau Morotai

bervariasi bergantung kepada dinamika pantai yang berlangsung sepanjang waktu

dan membentuk morfologi pantai yang sekarang ini. Pantai berbatu dengan

elevasi daratan yang meningkat tajam banyak ditemukan di bagian utara pulau

ini yang berhadapan langsung dengan Samudera Pasifik (Gambar 3.6). Di pantai

ini umumnya memiliki lereng muka pantai makin curam yang diikuti kedalaman

langsung bertambah dengan cepat tidak jauh dari garis pantai, maka sebagian

besar energi gelombang akan menghempas di pantai dan pantai tersebut akan

mengalami erosi. Proses erosi terus berlangsung hingga mencapai bebatuan yang

tidak bisa dipindahkan lagi oleh energi gelombang yang paling besar sekalipun.

Page 10: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 10

Gambar 3.6

Pantai berbatu di sebelah utara Pulau Morotai

Sumber : RTRW Kabupaten Pulau Morotai, Tahun 2010 - 2030

Morfologi pantai lainnya adalah pantai landai dengan pasir halus sepanjang

pantai, seperti yang banyak terdapat di pesisirselatan, barat dan timur. Semakin

halus ukuran sedimen penyusun muka pantai, maka makin landai muka pantai

tersebut (Gambar 3.7). Pantai demikian juga terdapat di sebelah timur Pulau

Morotai yang berhadapan langsung dengan Samudera Pasifik, terutama di

kawasan teluk yang relatif terlindung dari gelombang atau memiliki terumbu

karang di depan pantai. Terumbu karang ini meredam energi gelombang

samudera hingga pecah dan mencapai pantai dalam kondisi laminar dan telah

melemah, sehingga mumungkinkan mendeposit butiran atau partikel Lumpur di

pantai sehingga menyebabkan pantai menjadi berpasir halus bahkan berlumpur.

Page 11: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 11

Gambar 3.7 Pantai landai berpasir dengan butiran halus

di Desa Wayabula dan Tanjung Dehegila Sumber : RTRW Kabupaten Pulau Morotai, Tahun 2010 - 2030

Menurut PKSPL-IPB (2006), pergerakan air yang berperan dalam dinamika pantai

adalah hempasan gelombang yang pecah pada muka pantai yang menyebabkan

pergerakan sedimen pada muka pantai yang terkena hempasan tersebut (swash

zone). Karena gelombang yang pecah di perairan pantai membentuk sudut

dengan garis pantai, maka terbentuk gerak air yang disebut arus menyusur pantai

(long-shore current). Arus ini akan mengangkut sedimen hasil gerusan hempasan

gelombang sepanjang garis pantai dengan proses yang disebut transpor sedimen

(littoral drift). Hasil akhir dari proses dinamika pantai adalah terbentuknya

keseimbangan pantai dalam bentuk pantai mengalami erosi, akresi dan netral

serta bentuk kelandaian muka pantai maupun sedimen (material) penyusur muka

pantai.

Beberapa pantai di Pulau ini telah mengalami erosi dan dicoba ditahan dengan

membuat tanggul, terutama di sekitar kawasan pemukiman desa pantai (Gambar

3.8). Pantai yang mengalami erosi disebabkan oleh hempasan energi gelombang

yang mencapai pantai yang disebabkan oleh tingginya gelombang dan lereng

muka pantai makin curam yang diikuti kedalaman langsung bertambah dengan

cepat tidak jauh dari garis pantai. Keseimbangan pantai akan ditentukan selisih

transport sedimen yang masuk (Qin) dan yang meninggalkan (Qout) dari suatu

lokasi. Bila Qin > Qout, terjadi akresi dan bila Qin < Qout terjadi erosi serta bila

Qin ~ Qout, pantai akan netral (seimbang).

Page 12: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 12

Gambar 3.8 Pantai yang telah dibuatkan tanggul untuk mencegah abrasi

Sumber : RTRW Kabupaten Pulau Morotai, Tahun 2010 - 2030

Gambar 3.8 merupakan Pantai di Desa Sangowo yang terletak di sebelah Timur

Pulau Morotai dan berhadapan langsung dengan Samudera Pasifik telah dibuat

tanggul untuk mencegah abrasi.

Suhu

Suhu merupakan salah satu karakter masa air laut yang turut berperan dalam

proses dinamika oseanografi dan ekosistem laut. Suhu permukaan air laut

(sebaran horizontal) di sekitar perairan laut Pulau Morotai, berdasarkan hasil

pengukuran, yang dilakukan oleh P2O LIPI pada September 2005 di 14 stasiun

pengamatan dan PKSPL-IPB (2006), berkisar antara antara 29,0 – 30,1 OC (P2O

LIPI, 2006). Hasil ini tidak jauh berbeda dengan yang diperoleh Anonim (2008)

yang mendapatkan suhu permukaan air laut berkisar antara antara 29,72 –

30,51°C, rata-rata suhu 30,12 ± 0,255°C pada 10 stasiun pengamatan. Di

perairan tropis perbedaan atau variasi suhu air laut sepanjang tahun tidak besar,

suhu permukaan laut Nusantara berkisar antara 27° sampai 32°C.

Stabilnya suhu permukaan air laut di sekitar Pulau Morotai ini memberi gambaran

bahwa massa air di sekitar pulau ini adalah berasal dari atau sangat dipengaruhi

oleh masa air laut lepas. Suhu permukaan air laut Pulau Morotai yang relatif

stabil ini dan relatif selalu hangat serta variasi tahunan yang kecil sangat cocok

untuk biota kultur sehingga mendukung kegiatan budidaya laut di kabupaten ini.

Page 13: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 13

Suhu permukaan di perairan laut sekitar Pulau Morotai dipengaruhi oleh

penyebaran masa air tropis dari Samudera Pasifik yang masuk pe perairan

Indonesia Timur, salah satunya melalaui perairan laut Pulau Morotai, ke

Samudera Hindia. Selain itu, suhu permukaan air laut pulau ini juga dipengaruhi

oleh dinamika gerak air lokal seperti percampuran karena angin dan pasang

surut. Karena massa air ini berada tidak jauh dari kolam air hangat (warm pool)

tropis barat Samudera Pasifik dan tidak mengalami proses upwelling, maka

variasi suhu permukaan musiman dan tahunan kurang dari 1.5 OC (Qu et al.,

2005).

Berdasarkan hasil pengamatan Anonim (2008), suhu permukaan laut yang lebih

dekat kepada Pulau Morotai sebagai mainland relatif lebih hangat (tinggi) dan

semakin berkurang ke arah laut lepas dengan bertambahnya jarak dari mainland

tersebut (Gambar 3.9). Fenomena ini berkaitan dengan kedalaman laut di lokasi

pengamatan. Di perairan dangkal dan dengan elevasi dasar laut yang landai

(yakni di sekitar pantai mainland), suhu relatif hangat dibandingkan dengan

perairan yang lebih dalam (yang lebih jauh dari mainland).

Gambar 3.9. Distribusi suhu air permukaan pada saat surut (A) dan

pasang (B) di perairan laut sebelah barat daya Pulau Morotai (Sumber: RTRW Kabupaten Pulau Morotai, Tahun 2010 - 2030)

128.18E 128.23E 128.28E

2.08N

2.18N

P. MOROTAI

Daruba

128.18E 128.23E 128.28E

2.08N

2.18N

P. MOROTAI

Daruba

(A) (B)

Page 14: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 14

Berdasarkan hasil kajian PKSPL-IPB (2006), sebaran vertikal memperlihatkan

terjadinya stratifikasi suhu di dalam massa atau badan air. Lapisan permukaan

tercampur (mixed layer) dengan suhu yang lebih hangat mempunyai kedalaman

hingga 50 m. Di bawah lapisan permukaan tercampur tersebut terdapat lapisan

termoklin dimana suhu menurun cepat dengan bertambahnya kedalaman. Batas

bawah lapisan ini berada pada kedalaman 250 m, dan suhu bervariasi antara 28,0 OC pada batas atas sampai 13,0 OC pada batas bawah. Kemudian suhu menurun

sampai 7OC pada kedalaman 500 m. Sebaran vertikal suhu di perairan Pulau

Morotai memberikan indikasi bahwa karakter massa air tersebut adalah karakter

massa air laut lepas yang diperkirakan berasal dari Samudera Pasifik.

Salinitas

Salinitas adalah kadar garam yang terkandung di dalam air laut. Berdasarkan

pengamatan yang dilakukan P2O-LIPI pada September 2005 di 14 stasiun,

salinitas di permukaan bervariasi antara 33,7 - 34,2 psu. Salinitas pada berbagai

kedalaman lapisan permukaan tercampur (10 m, 25 m dan 50 m) bervariasi

antara antara 34,0 – 34,3 psu. Salinitas ini tergolong tinggi dan memberi indikasi

bahwa massa air di sekitar perairan Pulau Morotai adalah massa air laut lepas

yang diperkirakan bersumber dari Samudera Pasifik.

Distribusi vertikal salinitas memperlihatkan kenaikan nilai salinitas dengan

bertambahnya kedalaman. Salinitas maksimum terdapat kedalaman 125 – 150 m

dengan salinitas lebih dari 35 psu. Hasil kajian PKSPL-IPB (2006) menunjukkan

adanya salinitas maksimum mencapai 35,4 psu pada kedalaman sekitar 140 m,

yakni di perairan laut sebelah timur Pulau Morotai. Salinitas maksimum demikian

yang diperkirakan merupakan lapisan gambar (core layer) dari sub tropical lower

water yang memberikan indikasi bahwa massa air di perairan Pulau Morotai

bersumber dari Samudera Pasifik Selatan (Wyrtki, 1961; Ilahude dan Gordon,

1996).

Distribusi horizontal salinitas di perairan laut sebelah barat dan selatan (barat

daya) Pulau Morotai, berdasarkan hasil pengamatan Anonim (2008), menunjukkan

bertambahnya salinitas dengan bertambahnya jarak dari pantai pulau ini ke arah

laut terbuka (Gambar 3.10). Di pesisir pantai Pulau Morotai salinitas berkisar

Page 15: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 15

2. 08N

2. 18N

128. 18E 128. 23E 128. 28E

128.18E 128.23E 128.28E

2.08N

2.18N

P. MOROTAI

Daruba

2. 08N

2. 18N

128. 18E 128.23E 128. 28E

128.18E 128.23E 128.28E

2.08N

2.18N

P. MOROTAI

Daruba

antara 31-33 psu dan meningkat menjadi sekitar 34 psu dengan bertambahnya

jarak ke arah laut. Pada beberapa muara sungai di pesisir pulau ini salinitas

relatif lebih rendah dibandingkan dengan bagian lainnya.

Gambar 3.10. Distribusi horizontal salinitas

di perairan laut sebelah barat daya Pulau Morotai (Sumber: RTRW Kabupaten Pulau Morotai, Tahun 2010 - 2030)

Oksigen Terlarut (O2)

Hasil pengamatan P2O-LIPI pada bulan September 2005 menunjukkan kadar

oksigen terlarut (O2) di permukaan air laut di perairan Pulau Morotai berkisar

antara 3,9 – 4,7 ml/L dan menurun menjadi antara 2,5 – 3,0 ml/L pada

kedalaman 300 m. Pada kedalaman dimana terdapat salinitas maksimum yakni

antara kedalaman 100 -150 m, kadar O2 berkisar antara 3,1 – 4,2 ml/L

(kedalaman 100 m) sampai 2,8 – 3,9 ml/L (kedalaman 150 m). Kadar O2 pada

lapisan dimana terdapat salinitas maksimum yang merupakan massa air sub

tropical lower water yang berasal dari Samudera Pasifik Selatan adalah berkisar

antara 3,2 – 3,5 ml/L (Wyrtki, 1961). Berdasarkan data kadar O2 terlarut di

perairan laut Pulau Morotai ini menunjukkan bahwa massa air di perairan pulau

ini memang berasal dari Samudera Pasifik Selatan (P2O-LIPI, 2006).

(A) (B)

Page 16: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 16

Turbiditas (Kekeruhan)

Turbiditas menggambarkan kekeruhan massa air yang dipengaruhi oleh

kandungan tersuspensi dalam kolom air seperti plankton maupun jasad renik

lainnya, fraksi sedimen, detritus dan materi tersuspensi lainnya. Turbiditas di

perairan Pulau Morotai bervariasi antara 3,9 ntu – 5,6 ntu dan tergolong rendah

(P2O LIPI, 2006). Rendahnya nilai turbiditas menunjukkan bahwa perairan laut

pulau ini relatif jernih dan berasal dari laut terbuka (Samudera pasifik). Nilai

rata-rata turbiditas pada kedalaman 0 m,10 m, 25 m dan 50 m masing-masing

adalah 4,8 ntu, 4,6 ntu, 4,7 ntu dan 4,6 ntu.Turbiditas yang relatif lebih keruh

terdapat pada lapisan permukaan dan kedalaman 10 m. Secara spasial, turbiditas

relatif meningkat mendekati daratan.

Transmissi Cahaya

Transmisi cahaya di perairan laut Pulau Morotai berkisar antara 60,0 - 76,7%

(P2O-LIPI, 2006). Nilai rata-rata transmisi cahaya pada kedalaman 0 m, 10 m, 25

m, 50 m, 75 m dan 100 m masing-masing adalah 74,3: 75,5; 75,7; 76,3 dan

77,0%. Sama halnya dengan turbiditas, maka dekat ke permukaan, nilai

transmisi cahaya cenderung berkurang atau massa air berkurang kejernihannya.

Nilai transmisi perairan laut Pulau Morotai tergolong tinggi yang mengindikasikan

massa air yang jernih dan juga merupakan karakter massa dari lautan lepas dari

Samudera Pasifik yang berbeda dengan massa air perairan dangkal. Dengan

demikian karakter transmisi cahaya juga mendukung indikasi bahwa massa air

perairan Pulau Morotai berasal dari lautan terbuka yakni Samudera Pasifik.

Arus

Secara umum, kecepatan arus di perairan laut Pulau Morotai bervariasi antara

1,02 m/det – 1,28 m/det (P2O – LIPI, 2006). Arah arus laut bervariasi menurut

posisi dan kedalaman stasiun pengukuran.

Pada perairan bagian barat Pulau Morotai (antara Pulau Halmahera dengan pulau

kecil di sebelah barat Pulau Morotai) di lapisan permukaan tercampur

(kedalaman 0 – 50 m) arus dominan bergerak ke arah utara – barat laut dan utara

– timur laut. Pada lapisan termoklin dibawahnya (kedalaman 50 - 200 m), arus

Page 17: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 17

bergerak ke arah utara – timur laut dan ke arah utara – barat daya. Pada lapisan

homogen (kedalaman 300 – 600 m), arus lebih lemah dengan arah dominan ke

utara-timur laut. Dengan demikian, pada bagian barat perairan Pulau Morotai,

pergerakan arus umumnya ke utara – timur laut atau utara – barat pada lapisan

permukaan hingga kedalaman 600 m, dengan kecepatan yang lebih tinggi di

lapisan atas (0,04 – 0,8 m/det) dan lebih rendah di lapisan dalam (0,05 – 0,4

m/det) (P2O-LIPI, 2006).

Hasil yang hampir sama juga didapat oleh Anonim (2008), pola arus permukaan

dominan di perairan laut sebelah barat Pulau Morotai, baik pada saat pasang

maupun surut adalah ke arah utara-barat laut dan utara-timur laut (Gambar

3.11). Kecepatan arus yang tergolong kuat terjadi di beberapa selat, seperti

pada perairan selat antara Pulau Morotai dengan Pulau Rao. Di selat ini masa

air dari Samudera Pasifik masuk ke perairan sebelah barat Pulau Morotai dengan

kecepatan yang tinggi.

(A) (B) Gambar 3.11.

Pola arus di lapisan permukaan laut sebelah barat Pulau Morotrai pada saat surut (A) dan pasang (B)

(Sumber: RTRW Kabupaten Pulau Morotai, Tahun 2010 - 2030)

Page 18: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 18

Pada bagian selatan perairan Pulau Morotai, arus dominan pada lapisan

permukaan laut bergerak ke barat daya dan ke barat daya – selatan – tenggara

dengan kecepatan bervariasi antara 0,05 – 0,8 m/detik. Pada lapisan termoklin

dibawahnya, arah arus masih sama yakni dominan ke barat daya dengan

kecepatan yang cenderung sama dengan arus dipermukaan dan arah barat daya –

selatan – tenggara. Pada lapisan dalam (> 300 m), arah arus masih cenderung ke

barat daya dan di lapisan 800 – 100 m, arah arus tidak teratur (P2O-LIPI, 2006).

Menurut P2O-LIPI (2006), kecepatan arus di perairan laut sebelah timur Pulau

Morotai relatif lebih kuat (0,04 – 1,42 m/det), dibanding perairan bagian barat

dan barat daya, mengingat perairan ini bagian dari Samudera Pasifik. Arah arus

pada kedalaman permukaan sampai 100 dominan adalah ke barat daya – barat

laut; tidak beraturan dengan kecenderungan ke arah barat laut – utara – timur

laut (dekat pantai timur Pulau Morotai); dominan ke arah - utara barat daya

(jauh dari pantai) dan dominan ke arah utara – barat laut (jauh dari pantai, agak

ke selatan Pulau Morotai).

Pada lapisan dalam (300 m – 600 m). kecepatan arus sedikit lebih lemah

dibanding kecepatan pada lapisan permukaan serta bervariasi menurut

kedalaman. Pada pesisir pantai sebelah tenggaran Pulaua Morotai, arah arus

dominan ke barat laut – barat - barat daya (300 m); bervariasi mulai arah barat

laut-barat-utara-timur laut (400 m - 600 m) dan menuju barat daya – selatan-

tenggara (700 m - 900 m). Pada pesisir timut Pulau Morotai, arah arus tidak jauh

berbeda pada kedalaman 300 m - 450 m yakni mengalir ke barat laut – utara -

timur laut. Pada perairan laut sebelah timut Pulau Morotai yang agak jauh dari

pantai, arah arus lebih teratur dengan dominan ke arah timur laut - timur (300 m

- 550 m) dan cenderung lebih bervariasi ke arah timur laut – timur – tenggara -

barat daya (600 m - 800 m). Pada perairan laut sebelah tenggara Pulau Morotai

yang agak jauh dari pantai, arah arus juga cenderung bervariasi ke arah tenggara

– timur - timur laut (300 m - 600 m).

Page 19: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 19

Kecepatan arus di perairan Pulau Morotai pada waktu tertentu bisa mencapai

lebih dari 1 m/detik, terutama di perairan selat, yakni di bagian barat dan

selatan perairan Pulau Morotai. Arah arus bervariasi baik menurut lokasi,

kedalaman dan waktu.

Pada saat pengamatan dilakukan oleh LON-LIPI pada September 2005, terutama

pada lapisan permukaan terlihat kecenderungan arus bergerak ke barat laut-

utara-timur laut. Arus Ekuator Selatan Samudera Pasifik mengalir ke timur laut -

utara di perairan laut lepas timur laut Halmahera dan timur Pulau Morotai

(Wyrtki, 1961). Pengaruh dari pergerakan arus yang kuat ini menyebabkan

pengerakan arus di lapisan permukaan sekitar Pulau Morotai juga ke arah timur

laut - utara. Kecepatan arus ekuator selatan Samudera Pasifik ini juga mencapai

0,75 m/det dan diperkirakan hal ini mengakibatkan arus di sekitar perairan Pulau

Morotai juga mencapai nilai yang sama. Dapat juga dikatakan perairan barat -

utara Pulau Morotai yang merupakan lintasan Arus Ekuator Pasifik Selatan.

Gelombang

Karakter gelombang pada perairan pesisir bergantung kepada: 1) gelombang yang

bergerak ke lokasi tersebut, 2) batimetri perairan, 3) lereng dan 4) morfologi

pantai. Hasil pengamatan PKSPL-IPB-IPB (2006) memperlihatkan bahwa

gelombang yang tiba di pantai beberapa stasiun pengamatan di Pulau Morotai ini

tergolong kecil, dengan tinggi gelombang sekitar 0,5 – 0,6 m dengan periode 4,7

- 8,3 detik (Tabel 3.1).

Page 20: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 20

Tabel 3.1. Karakter gelombang dan pantai di beberapa pantai Pulau Morotai pada 25 dan 26 Juni 2006 (PKSPL-IPB, 2006)

Stasiun Posisi Nama Lokasi

Pengukuran Gelombang Karakteris-tik Pantai

Keterangan

H α T L-p a b

1 020 03’ 08,1” LU

Pantai Desa Momujiu

0.5 10,4 8 40 900 4,13 Pukul: 09.41 WIT

1280 23’ 00,3” BT

Pantai landai dan stabil

2 N 020 06’ 18,7”

Pantai di Desa Sangowo

0,5 15,1 5,5 250 1100 5,9 Pukul: 12.33 WIT

E 1280 33’ 11,6” Pantai landai dan stabil

3 N 020 11’ 13,9” Pantai di Desa Busu-busu

0,5 18,7 4,7 300 300 6,25 Pukul: 13.38 WIT

E 1280 36’ 04,7” Pantai sebagian abrasi

4 N 020 34’ 49,5” Pantai di Desa Sopi

0,6 34,2 8,3 75 650 2,5 Pukul: 09.41 WIT

E 1280 31’ 50,6” Pantai stabil dan landai

Keterangan: H : Tinggi gelombang sebelum pecah (meter) T : Periode gelombang (detik) α : Sudut muka gelombang dengan garis pantai (0) L-p : Jarak Pecah gelombang (meter) a : Arah orientasi garis pantai dengan utara (0) b : Sudut lereng muka pantai (0)

Pembangkitan gelombang di laut lepas atau lautan bebas bergantung kepada tiga

faktor, yakni: fetch (panjang wilayah dimana angin bertiup), 2) kekuatan angin

dan 3) lamanya angin bertiup pada arah tertentu sepanjang fetch (Pond dan

Pickard, 1963). Gelombang yang dibentuk pada lautan bebas, terutama di

sebalah timur dan utara Pulau Morotai, akan merambat ke arah pantai yang juga

dipengaruhi batimetri dan lereng dasar perairan pantai. Karakter gelombang di

laut lepas dapat diperkirakan dari data angin bulanan selama 10 tahun (Tabel

3.2).

Gelombang di lautan lepas (Samudera Pasifik) yang akan menimbulkan

gelombang yang tinggi adalah yang dibangkitkan oleh angin dari utara dan timur.

Angin dari selatan dan barat daya, tidak akan menimbulkan gelombang yang

tinggi di pantai Pulau Morotai karena terlindung oleh Pulau Halmahera. Oleh

Page 21: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 21

karena itu, karakter gelombang di tengah laut hanya akan dibangkitkan oleh

angin timur laut atau utara.

Tabel 3.2. Karakter gelombang di perairan laut lepas di utara dan timur Pulau Morotai yang dibangkitkan oleh angin bulanan) dari Utara - Timur Laut – Timur (1992 – 2002) (PKSPL-IPB 2006)

Keterangan: TL= timur laut; U= utara; T= timur

Dari Tabel 3.2 di atas dapat di lihat gelombang yang tinggi yang potensial

menimbulkan gelombang pecah yang tinggi di pantai adalah pada Januari –

Maret. Pada April, November dan Desember gelombang mulai melemah,

sedangkan pada Mei sampai September, angin bertiup dari barat daya dan

selatan, dan gelombang besar tidak terbentuk ,karena angin terhalang oleh Pulau

Halmahera.

Pasang Surut

Sebagai bagian dari kawasan dan menghadap Samudera Pasifik, karakter pasang

surut (pasut) perairan laut Pulau Morotai sangat dipengaruhi oleh samudera

tersebut. Menurut Wyrtki (1961), tipe pasut di Samudera Pasifik Barat dan

sebagian besar perairan Indonesia Timur termasuk perairan sekitar Pulau

Halmahera dan Pulau Morotai ini adalah tipe pasang surut campuran dominasi

semi-harian (mixed tide, prevailing semi diurnal). Kisaran pasang surut berkisar

antara 0,5 m (saat pasang perbani) – 1,4 m (saat pasang purnama) (PKSPL-IPB,

2006).

0-0,1 m 0,1-0,4 m 0,4-1,0 m 1,0-1,8 m 1,8-2,8 m

(0-1,7 det) (1,7-3,4 det) (3,4-5,3 det) (5,3-7,3 det) (7,3-9,3 det) TL U T

1 Jan 5,9 36,7 36,1 20,2 0,9 48 23

2 Pebr 5,9 32,6 42,6 17,5 1,3 45 29

3 Mar 6,7 35,8 39,0 17,3 1,2 54 16

4 April 21,0 45,2 26,1 7,1 0,6 31 14 14

11 Nop 20,7 42,9 25,4 9,4 1,0 14

12 Des 16,4 39,5 34,9 7,3 1,9 18 26

Persentasi Tinggi dan Periode Gelombang Sigifikan (%)

No BulanArah (%)

Page 22: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 22

Hasil pengukuran pasang surut secara manual setiap jam dengan menggunakan

tiang pasut berskala yang ditempeli dengan selang plastik transparan dari pukul

8.00 WIT (25 Juli 2006) sampai 8.00 WIT (26 Juli 2006) di Desa Daruba,

Kecamatan Morotai Selatan (202,9’ LU, 128016,8’ BT) oleh PKSPL-IPB (2006)

menunjukkan bahwa tipe pasang surut adalah campuran dominasi semi harian

(Gambar 3.12). Tunggang (kisaran) pasang surut dari 24 jam pengukuran tersebut

bervariasi antara 1,07 m – 1,36 m. Hasil pengukuran pasut secara manual yang

hampir sama juga diperoleh oleh Anonim (2008) (Gambar 3.13). Hasil pengukuran

ini menunjukkan kesesuaian dengan hasil peramalan pasang surut di Ternate dan

sebaran geografis tipe pasang yang dipublikasikan Wyrtki (1961).

0

50

100

150

200

250

300

0 5 10 15 20 25 30 35

Waktu (jam)

Elev

asi (

cm)

Gambar 3.12. Pasang surut (pasut) hasil pengukuran selama 24 jam (25-26 Juli 2006) di

perairan pantai Pulau Morotai (Sumber: PKSPL-IPB, 2006). (Sumber: RTRW Kabupaten Pulau Morotai, Tahun 2010 - 2030)

Gambar 3.13. Pasang surut (pasut) hasil pengukuran selama 24 jam (24-25 Maret 2008)

di perairan pantai Pulau Morotai (Sumber: RTRW Kabupaten Pulau Morotai, Tahun 2010 - 2030)

Page 23: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 23

2) Ekosistem Pesisir

Terumbu Karang

Perairan Laut Pulau Morotai sebelah Barat

Kawasan terumbu karang di Pulau Morotai sebagian besar terdapat di perairan

laut Pulau Morotai sebelah barat, yakni di sekitar pulau-pulau kecil antara pulai

ini dengan Pulau Halmahera. Pulau-pulau kecil tersebut antara lain Pulau Mitita

Pulau Sumsum, Pulau Lunglung, Pulau Ruberube, Pulau Rukiruki, Pulau

Bobongono, Pulau Kokoya, Pulau Kolorai, Pulau Dodola Kecil, Pulau Dodola Besar,

Pulau Pelo, Pulau Galogalo Besar, Pulau Galogalo Kecil, Pulau Loleba Besar, dan

Pulau Loleba Kecil, Pulau Ngelengele Besar, Pulau Ngelengele Kecil, Pulau Tuna

(Pulau Burung), Pulau Kacuwawa dan Pulau Rao. Jenis terumbu karang yang

ditemukan di kawasan ini mencakup antara lain karang batu dari jenis Acropora

polifera, Acropora hyacinthus, Fungia sp., Porites nigrecens dan Pocillophora

verrucosa, Favites sp., Porites lutea, Porites lutea yang telah ditumbuhi oleh turf

algae, Porites nigrecens, Pectinia lactuca, Seriatophora caliendrum serta

Stylphora pistillata, Pocillphora meanndrina Halimeda sp., Sunilaria sp. dan

Sarcophyton sp dan Favites abdita (P2O-LIPI, 2006).

Di kawasan ini P2O-LIPI juga telah melakukan pengamatan di 7 stasiun bawah air,

dan mendapatkan jumlah Famili terumbu karang berkisar antara 2-12 famli, 2-34

marga dan 3-76 genus (jenis) (Tabel 3.3). Kondisi karang berkisar antara sedang

(dengan tutupan sebesar 30%) hingga baik (50%).

Tabel 3.3. Jumlah Jenis, Marga dan Family Karang Batu Hasil Koleksi Bebas Pulau Morotai Bagian Barat (20/09/2005)

Komponen L O K A S I

1 2 3 4 5 6 7 Family 11 11 12 12 11 7 2 Marga 34 29 33 34 23 11 2 Jenis 76 65 72 74 47 21 3

Page 24: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 24

Menurut PKSPL-IPB (2006), kondisi terumbu karang di kawasan perairan Pulau

Morotai relatif baik. Tutupan karang keras berkisar 1,60 – 53,20% dengan kategori

rusak hingga baik (Tabel 3.4 dan Tabel 3.5 serta Gambar 3.11). Karang keras

terdiri dari karang keras Acropora dan non-Acropora yang banyak terdapat di

seluruh perairan Pulau Morotai. Kondisi karang keras di Pulau Burung paling

buruk dengan persentasi tutupan 1,60% karang keras non Acropora, sedangkan

karang keras yang paling baik ditemukan di Wayabula dengan tutupan 53,20

persen karang keras non-Acropora.

Tabel 3.4. Persentase tutupan karang di beberapa lokasi pengamatan di perairan laut sebelah barat Pulau Morotai (PKSPL-IPB, 2006)

No. Lokasi Tutupan (%)

HCA HCNA DC ALG Lainnya Abiotik 1 Wayabula 0 53,2 1 2,4 31,5 11,9 2 Dodola 2,8 7,4 12,6 5,2 13 59 3 Pulau Burung 0 1,6 7,4 10,2 16,1 64,7 4 Posi-Posi Rao 31,7 24 2,7 13,9 1 26,7 5 Saminyamau 12,6 10 7,4 0 9,8 60,2 6 Bere-Bere 2,8 37,4 1,6 2 20,4 35,8 7 Mitita 7 28,93 5,87 7,28 43,59 7,34 8 Loleba 31,7 24 2,7 13,9 1 26,7

Keterangan : HCA = Hard Coral Acropora HCNA = Hard Coral Non-Acropora DC = Dead Coral ALG = Algae

Page 25: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 25

Tabel 3.5. Persentase tutupan karang dan komunitas karang di beberapa lokasi pengamatan di perairan laut sebelah barat Pulau Morotai (PKSPL-IPB, 2006)

No Lokasi %

Tutupan Karang

Keterangan %

Komunitas Karang

Keterangan

1 Wayabula 53,2 baik 84,7 Sangat baik 2 Dodola 10,2 Rusak 23,2 rusak 3 Pulau Burung 1,6 rusak 17,7 rusak 4 Posi-Posi Rao 55,7 baik 56,7 baik 5 Saminyamau 22,6 Rusak 32,4 Sedang 6 Bere-Bere 40,2 sedang 60,6 Baik 7 Mitita 35,93 sedang 79,52 Sangat baik 8 Loleba 55,7 sedang 56,7 baik

Keterangan ( mengacu kepada KEPMEN LH No. 4, 2001) 75 % - 100 % = sangat baik 50 % - 74,9% = baik 25 % - 49,9 % = sedang 0,5 - 24,9 = rusak

Kerusakan terumbu karang di kawasan ini terutama disebabkan oleh

penangkapan ikan secara merusak (destructive fishing), yakni menggunakan bom

dan racun. Penyebab lain dari kerusakan terumbu karang ini karena penggunaan

untuk keperluan konstruksi bangunan di darat. Terumbu karang diambil dan

diangkut ke darat sebagai bahan bangunan. Kondisi kerusakan terumbu karang di

perairan Morotai dapat dilihat pada Gambar 3.14.

Page 26: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 26

(A) (B)

(C) (D) Gambar 3.14. Kondisi terumbu karang di perairan Morotai yang rusak (A), mulai

tumbuh (B) dan (C) serta masih bagus (D) (Sumber foto: Ekspedisi Halmahera, 2005)

Perairan Laut Pulau Morotai sebelah Selatan

Hasil pengamatan P2O-LIPI di 13 lokasi mendapatkan kondisi terumbu karang di

kawasan perairan laut Pulau Morotai sebelah selatan tergolong sedang (tutupan

sekitar 30%) hingga baik (tutupan 50%). Di kawasan ini terdapat 10-13 famili, 22-

36 marga dan 57-80 genus (jenis) terumbu karang, baik yang termasuk karang

batu (hard coral) maupun karang lunak (soft coral) (Tabel 3.6). Jenis karang

yang ditemukan antara lain Sinularia sp., Sarcophyton sp. (keduanya termasuk

soft corals), Porites lutea, Favites sp., Acropora palifera, Acropora digitifera

(keempatnya termasuk hard corals), kemudian Porites lutea, Porites nigrecens,

Favites sp., Goniastrea sp., Acropora hyacinthus, Acropora clathrata, Montipora

Page 27: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 27

sp., Pocillophora verrucosa, Porites nigrecens, Millepora sp., Stylopora pistillata,

Pocillophora verrucosa, Acropora grandis, Leptostrea sp. Goniastrea sp., Pectinia

lactuca, Ganiastrea asteata, Fungia sp., dan Seriatophora hystrix dan juga algae

terutama Halimeda sp. Terumbu karang tersebut hidup dan tumbuh pada

kedalaman laut 1-10 m.

Tabel 3.6. Jumlah Jenis, marga dan family karang batu hasil koleksi bebas Pulau Morotai bagian selatan (P2O-LIPI, 2006)

Komponen L O K A S I

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Family 12 11 10 12 14 10 10 12 13 13 11 10 11 Marga 31 29 25 31 36 25 24 27 22 35 32 30 34 Jenis 69 67 60 77 82 66 59 57 48 76 80 72 80 Tutupan (%) 40 40 30 30 40 40 40 30 40

Mangrove

Ekosistem mangrove (hutan bakau) terdapat dipesisir Pulau Morotai di zona

intertidal, yakni kawasan yang terkena pengaruh pasang surut air laut.

Karakteristik mangrove di pulau ini tergolong tipologi kepulauan, tegakan

umumnya tidak terlalu tinggi karena suplai nutrien (dari sungai) relatif sedkit,

lapisan lumpur di zona ini tidak terlalu tinggi, tidak membentuk zonasi karena

tidak terlalu lebar kecuali di Pulau Babi (yang merupakan pulau mangrove)

Tipologi hutan mangrove Pulau Morotai yang memiliki tegakan umumnya tidak

terlalu tinggi dan sabuk yang tipis (Gambar 3.15).

Ekosistem mangrove di perairan Pulau Morotai didominasi oleh genus Rhizophora

sp, Bruguiera sp. dan Sonneratia sp. Kondisi mangrove relatif baik berdasarkan

tingkat tutupan (PKSPL-IPB, 2006). Berdasarkan hasil pengamatan yang

dilakukan P2O-LIPI pada September 2005 di Pulau Morotai bagian barat

(Wayabula) dan selatan (Daruba) terdapat 19 jenis mangrove yang termasuk

dalam 16 marga dan 13 suku (Tabel 3.7).

Page 28: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 28

Gambar 3.15. Tipologi hutan mangrove Pulau Morotai (Sumber foto: RTRW Kabupaten Pulau Morotai, 2010 - 2030)

Tabel 3.7. Suku, marga dan jenis-jenis mangrove yang didapatkan di Pulau Morotai bagian barat (Wayabula) dan selatan (Daruba) (P2O-LIPI, 2006)

No. Suku Jenis Nama Daerah

1 Aizoaceae Sesuvium portulacastrum Sesepi, gelang laut 2 Combretaceae Lumnitzera racemosa Wild Kedukduk, truntun

Terminalia cattapa L. Ketapang, ketapa 3 Goodeniaceae Scaevola taccada (Gaertn) Roxb. Bakung, bako-bakoan 4 Lythraceae Phempis acidula J.R.G. Forst Setigi, centigi 5 Malvaceae Hibiscus tiliaceus L. Waru 6 Meliaceae Xylocarpus granatum L. Buah kira-kira

X. moluccensis (Lmk.) Roem Nyuruk 7 Myrsinaceae Aegiceras corniculatum (L.) Blanco Kacangan, sedangan 8 Myrtaceae Osbornia octodonta F. Muell Baru-baru 9 Pandanaceae Pandanus tectorius Parkinson Pandan 10 Papilionaceae Pongamia Pinnata (L.) Pierre Tangi, kelengkeng 11 Rhizophoraceae Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lam Tongke kecil

Ceriops tagal (Perr) C.B. Rob Mange darat Rhizophora apiculata BI Tongke kecil R. Mucronata Lam Tongke kecil R. Stylosa Griff. Tongke kecil

12 Sonneratiaceae Sonneratia alba J.Sm Mange-mange 13 Sterculiaceae Heritiera littoralis Dryand Dungu, lawang

Page 29: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 29

Lamun

Habitat lamun terdapat diantara habitat mangrove dan terumbu karang, dan

berasosiasi diantara ketiganya. Substrat tempat mereka tumbuh umumnya

berupa pasir, pasir koarsa, gravel, lumpur, dan karang. Jenis lamun yang

ditemukan di perairan Pulau Morotai antara lain: Thalassia hemprichii, Halodule

uninervis, Halodule pinifolia dan Halophila ovalis. Jenis lamun seperti Enhalus

acoroides, Syringodium isoetifoilium, Cymnodecea rotundata mulai banyak

ditemukan pada habitat yang sedikit ada lumpur, pasir halus sampai kasar dan

sedikit gravel yang ditemukan di wilayah perairan Barat Pulau Morotai. Habitat

ini dicirikan dengan pesisir pantai banyak dijumpai ekosistem mangrove,

sehingga jenis Enhalus acoroides mulai banyak ditemukan. Pesisir barat pulau

Morotai jenis-jenis seperti Halophila ovalis, Halodule uninervis, Halodule

uninervis, Halodule pinifolia dan Thalassia hemprichii juga tesebar secara

sporadis (P2O-LIPI, 2006). Banyak pulau-pulau kecil di perairan laut sebelah

barat Pulau Morotai berfungsi sebagai penahan gelombang, dan substrat di

kawasan tersebut pada umumnya berupa lumpur, pasir halus sampai pasir kasar

dan gravel. Substrat tersebut cocok untuk kehidupan dan pertumbuhan lamun

jenis Enhalus acoroides, sehinga biota ini lebih banyak ditemukan di pesisir

pantai sisi barat Pulau Morotai.

Tingkat tutupan padang lamun di perairan selatan dan barat Pulau Morotai

berkisar antara 5-95%. Perairan di sebelah barat Pulau Morotai memiliki tingkat

tutupan yang relative lebih tinggi dibandingkan dengan di sebelah selatan.

B. Daratan

1) Bentang Alam

Topografi dan Kemiringan lereng

Wilayah Kabupaten Pulau Morotai berada pada ketinggian 0-1000 m di atas

permukaan laut yang meliputi wilayah datar, berombak, berbukit-bergelombang,

curam dan terjal.

Page 30: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 30

Wilayah dataran rendah berada di bagian selatan dari Kabupaten Pulau Morotai

dengan bentuk wilayah datar sampai berombak. Wilayah ini membentang

sepanjang pantai dan tersebar dari Kecamatan Morotai Selatan Barat hingga

Kecamatan Morotai Selatan dimana kedua Kecamatan tersebut berbatasan

langsung dengan Selat Rao dan Selat Morotai. Dataran Rendah sepanjang pantai

umumnya merupakan daerah yang dominan ditumbuhi oleh pohon kelapa.

Wilayah dataran tinggi terdapat di Bagian Utara dan Selatan Kabupaten Pulau

Morotai dengan kontur wilayah curam dan terjal. Wilayah ini tersebar dan

dominan di Kecamatan Morotai Jaya dan Morotai Selatan Barat.

Berdasarkan peta land sistem (RePPPRot, Tahun 1999), Kabupaten Pulau Morotai

sebagian besar (51,7 %) merupakan wilayah dengan bentukan wilayah curam (40-

60 %), sedangkan wilayah datar relatif kecil (9,27 %). Sebaran dan Luasan dari

kelas lereng dan bentuk wilayah Kabupaten Pulau Morotai dapat dilihat pada

Tabel 3.8.

Tabel 3.8. Sebaran dan Luasan Kelas lereng, Bentuk Wilayah Kabupaten Pulau Morotai.

No Kelas Lereng Bentuk Wilayah Luas (Ha) Persentase (%)

1 <2 Datar 21.818,99 9,27 2 2 - 8 % Berombak 9.983,26 4,24 3 16 - 25 % Berbukit - Bergelombang 32.862,08 13,96 4 40 - 60 % Curam 121.696,66 51,70 5 >60 % Terjal 49.007,20 20,82

Page 31: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 31

Page 32: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 32

Page 33: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 33

Geologi

Deskripsi geologi Kabupaten Pulau Morotai diperoleh berdasarkan Peta Geologi

Lembar Morotai, Maluku Utara dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,

tahun 1980. Dari peta tersebut diketahui bahwa formasi-formasi utama yang

menyususn Kabupaten Pulau Morotai terdiri dari formasi Aluvium (Qa/t), formasi

Batu Gamping Terumbu (Qt), formasi Batuan Gunung Api Holosin (Qhva), formasi

Bacan (tomb) dan formasi Weda (Tmpw). Formasi Aluvium (Qa), tersusun dari

kerakal, kerikil, pasir, lempung dan lumpur sebagai endapan sungai, rawa, pantai

dan delta.

Batu Gamping Terumbu (Qt) Terdiri dari batugamping terumbu bioherma dan

biostroma, berwarna putih dan kelabu, berumur Plistosen – Holosen. Formasi

Bacan (tomb), terdiri dari lava, breksi dan tufa dengan sisipan konglomerat dan

batupasir. Breksi gunungapi, kelabu kehijauan dan coklat, umumnya terpecah,

mengandung barik kuarsa yang sebagian berpirit. Lava bersusunan andesit

hornblenda dan andesit piroksen, berwarna kelabu kehijauan dan coklat,

umumnya sangat terpecah dan terubah, terpropilitkan dan termineralkan.

Konglomerat, kelabu kehijauan dan coklat, kompak, mengandung barik kuarsa,

komponennya basal, batugamping, rijang, batupasir dan setempat dengan batuan

ultrabasa. Batupasir dari analisis fosil menunjukkan umur Oligosen – Miosen

bawah dan lingkungan litoral (PT.Shell, 1976, komunikasi tertulis).

Formasi Weda (Tmpw), Berupa batupasir berselingan dengan napal, tufa,

konglomerat dan batugamping. Batupasir kelabu - coklat muda, - berbutir halus

sampai kasar; -berselingan dengan serpih kelabu kehijauan. Napal, putih, kelabu

dan coklat, getas; mengandung banyak foraminifora setempat sisipan batubara

setebal 5 cm dan batugamping. Napal berumur Miosen Tengah – Awal Pliosen

(Kadar, 1976, komunikasi tertulis) dan lingkungan neritik-batial (Tabel 3.9) .

Page 34: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 34

Tabel 3.9. Formasi Geologi Kabupaten Pulau Morotai

No Kode Formasi Luas (Ha) %

1 Qa/t Aluvium 17.551,11 7,49 2 Qt Batu Gamping terumbu 34.727,04 14,81 3 Qhva Batuan Gunung Api Holosin 248,23 0,11 4 tomb Formasi Bacan 83.345,66 35,55 5 Tmpw Formasi Weda 98.566,78 42,04

Jenis Tanah menurut RePPPRot Tahun 1999

Berdasarkan Peta Dasar Tematik Kehutanan, Dirjen Baplan 07/08, RePPPRot

Tahun 1999 dan verifikasi hasil pengamatan lapang (boring) (lampiran 1), maka

tanah di Kabupaten Pulau Morotai semua tergolong tanah mineral.

Sebaran dan Luasan dari jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Pulau Morotai

disajikan pada Tabel 3.10.

Kelompok tanah mineral di Kabupaten Pulau Morotai antara lain berkembang dari

bahan aluvium dan berkembang dari bahan induknya. Dari Peta Tanah yang

disajikan pada Gambar 3.18 dan Tabel 3.10, satuan peta tanah menunjukkan

sebaran paling luas terdapat pada kelompok tanah Ultisol, Alfisol, Inceptisol dan

Entisol yang meliputi 82,56 % dari luas total Kabupaten Pulau Morotai.

Tanah Mineral ini terdapat pada hampir semua kelas kemiringan lereng yang

meliputi bentuk wilayah datar (<2 %), berombak (2-8 %), berbukit-bergelombang

(16-25 %), curam (40-60 %) dan terjal (>60 %).

Distribusi masing-masing satuan peta tanah berdasarkan kemiringan lereng

adalah sebagai berikut:

- Satuan Peta Tanah daerah Datar (<2 %) meliputi : SPT 6, SPT 10, SPT 11, SPT

12, SPT 13.

- Satuan Peta Tanah daerah Berombak (2-8 %) meliputi : SPT 1, SPT 7, dan SPT

9.

- Satuan Peta Tanah daerah Berbukit-Bergelombang (16-25 %) meliputi : SPT 2,

SPT 8, dan SPT 14.

Page 35: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 35

- Satuan Peta Tanah daerah Curam (40-60 %) meliputi : SPT 4, SPT 5, SPT 15.

- Satuan Peta Tanah daerah Terjal (>60 %) hanya meliputi : SPT 3.

Berdasarkan hal tersebut di atas, menunjukkan sebagian besar bentuk wilayah di

Kabupaten Pulau Morotai didominasi daerah Curam (40-60 %) sebanyak

121.696,66 Ha atau 51,70 % dan daerah Terjal (>60 %) sebanyak 49.007,20 Ha

atau 20,82 % dari total luas Kabupaten Pulau Morotai. Hal ini menunjukkan

daerah yang sesuai untuk pengembangan pertanian adalah pada bentuk wilayah

Datar (<2 %), Berombak (2-8 %), dan Berbukit-Bergelombang (16-25 %) yang

meliputi 64.664,33 Ha atau 24,47 % dari luas total wilayah.

Tabel 3.10. Luasan Jenis Tanah (Asosiasi dan Kompleks) Kabupaten Pulau Morotai

SPT Satuan Lahan (RePPPRot Tahun 1999) Jenis Tanah (Bappeda Tahun 2006)

Luas (Ha) %

1 Dystropepts, Dystrandepts, Tropaquepts Alluvial, Latosol, Mediteran 537 0,23 2 Dystropepts, Eutropepts, Tropudults Mediteran 250 0,11 3 Dystropepts, Troporthents Renzina, Mediteran, Litosol 49.007 20,82 4 Dystropepts, Tropudults, Troporthents Latosol, Mediteran, Renzina 2.488 1,06 5 Eutropepts, Dystropepts Latosol, Mediteran, Renzina 85.212 36,2 6 Hydraquents, Sulfaquents Alluvial, Mediteran, Renzina 2.747 1,17 7 Rendolls, Eurotropepts, Tropudalfs * Alluvial, Latosol, Mediteran 9.288 3,95 8 Rendolls, Tropudalfs, Eurotropepts * Mediteran 26.102 11,09 9 Tropaquents, Tropofluvents, Fluvaquents Alluvial, Latosol, Mediteran 158 0,07

10 Tropaquepts, Eutropepts, Tropudalf * Alluvial, Mediteran, Renzina 7.518 3,19 11 Troppossaments, Tropaquents Alluvial, Mediteran, Renzina 1.683 0,72 12 Tropaquepts, Eutropepts, Tropofluvents Alluvial, Mediteran, Renzina 5.455 2,32 13 Troporthents, Tropudalf, Tropopsamments * Alluvial, Mediteran, Renzina 4.416 1,88 14 Tropudults, Dystropepts Latosol, Mediteran, Renzina 33.996 14,44 15 Tropudults, Tropudalfs, Dystropepts, Eutropepts Mediteran 6.510 2,77

Sumber : Peta Dasar Tematik Kehutanan, Dirjen Baplan 07/08 dan RePPPRot Tahun 1999

Page 36: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 36

Page 37: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 37

2) Penutupan/Penggunaan Lahan

Penutupan / penggunaan lahan di Kabupaten Pulau Morotai terdiri dari penggunaan

lahan terbangun dan penutupan lahan alami berdasarkan intepretasi Citra Land-Sat

dan ICONOS 2007 serta pemeriksaan lapang. Penutupan dan penggunaan lahan di

Kabupaten Pulau Morotai dapat dikelompokan menjadi beberapa penggunaan /

penutupan seperti tertera pada Tabel 3.11.

Tabel 3.11. Penutupan / Penggunaan Lahan di Kabupaten Pulau Morotai

Penggunaan Lahan Luas (ha) %

Hutan lebat 35.049 15,02 Hutan sejenis alami 112.903 48,37 Kebun campur 21.777 9,33 Kebun sejenis 5.014 2,15 Mangrove 1.833 0,79 Pemukiman jarang 253 0,11 Pemukiman padat 49 0,02 Perkampungan padat 1.766 0,76 Rawa 21 0,01 Danau/telaga/situ/sungai 13 0,01 Semak belukar 25.334 10,85 Tanah terbuka 75 0,03 Tegalan/Ladang 24.771 10,61 Awan (Tidak ada data) 4.560 1,95 Jumlah 233.419 100,00

Uraian untuk masing-masing penutupan / penggunaan lahan sebagai berikut:

- Hutan.

Hutan adalah suatu areal yang ditumbuhi tanaman keras baik sejenis maupun

tidak. Lahan hutan merupakan jenis penutupan lahan yang terbesar meliputi

149.785 ha (64,18%) terdiri dari hutan lebat luas 35.049 ha (15,02%), hutan

sejenis alami 112.903 ha (48,37%) dan hutan mangrove luas 1.833 ha (0,79%).

- Kebun.

Lahan yang diusahakan untuk kebun baik kebun campuran maupun kebun

sejenis. Total luas penggunaan kebun adalah 26,791 ha (11,48%), terdiri dari

kebun campuran luas 21.777 ha (9,33%) dan kebun sejenis 5.014 ha (9.33%).

Page 38: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 38

- Permukiman.

Permukiman adalah lahan yang digunkan untuk permukiman baik yang

jarang, padat dan atau yang membentuk perkampungan. Daerah

permukiman meliputi luas 2.086 ha atau 0,89%.

- Rawa dan Danau.

Rawa adalah areal lahan basah yang digenangi air secara terus menerus,

sedangkan danau adalah areal yang tergenang terus menerus karena proses

alami. Luas areal rawa dan danau adalah 34 ha (0,02%) terdiri dari rawa luas

21 ha (0,02%) dan danau luas 13 ha (0,01%).

- Semak Belukar.

Semak belukar adalah tanaman perdu pendek maupun tinggi berbentuk

semak. Wilayah dengan vegetasi semak meliputi luas 25.334 ha atau 10,85%.

- Tegalan.

Tegalan adalah lahan kering yang diusahakan untuk bercocok tanam baik

tanaman pangan maupun palawija. Wilayah tegalan memeliputi luas 24.771

ha atau 10,61%.

- Tanah Terbuka.

Tanah terbuka adalah tanah yang saat ini kondisinya terbuka, baik terbuka

karena sudah dibuka oleh masyarakat maupun terbuka secara alami, wilayah

ini meliputi luas 75 ha atau 0,03%.

C. Kebencanaan

Melihat kondisi geografi Kabupaten Morotai yang merupakan kepulauan, maka proses marin

atau laut merupakan salah satu ancaman bencana yang mungkin timbul di kabupaten ini,

sedangkan melihat kondisi geomorfologi kabupaten yang terdiri dari daerah

perbukitan/pegunungan serta dataran fluvial dan marin di pesisir pulau, maka bencana

longsor dan banjir juga merupakan ancaman bencana yang mungkin terjadi di kabupaten

ini.

Beberapa bentuk ancaman bencana yang berasal dari laut adalah gelombang pasang dan

tsunami. Yang terakhir ini cukup berpotensi mengingat tercatat pernah terjadi tsunami

pada tahun 2003 di Morotai. Hal ini cukup wajar disebabkan pulau ini berhadapan langsung

Page 39: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 39

dengan zona tumbukan lempeng tektonik (lempeng Pasifik, Filipina, dan Eurasia atau Indo-

China) yang terletak di sebelah timur dan utara pulau ini.

Gempa tektonik sebenarnya telah terjadi beberapa kali dan mengguncang wilayah ini.

Gempa tersebut berasal dari aktivitas tektonik di bawah laut, seperti yang terjadi pada

tahun 1989 yang mengakibatkan 233 rumah dan bangunan rusak, pada tahun 2003 gempa

berkekuatan 6,4 SR melahirkan tsunami dan mengakibatkan 50 rumah rusak di Kampung

Bere-Bere dan satu orang meninggal (Antara 2003), pada tahun 2006 gempa yang terjadi

pada tanggal 29 November 2006 dengan kekuatan 6,6 SR merusakkan beberapa bangunan

seperti rumah, sekolah, puskesmas, dan rumah ibadah di Kecamatan Loloda Utara

(Kabupaten Halmahera Utara) dan Kecamatan Morotai (Kabupaten Morotai) (PVMBG, 2006),

pada 2 Juni 2007 gempa berkekuatan 5.0 SR sempat mengguncang Morotai meskipun tidak

menimbulkan bencana, namun membuat panik penduduk (ESDM, 2007), dan terakhir

terjadi gempa pada tanggal 29 Januari 2009 dengan kekuatan 5,4 SR dan tidak pula

menimbulkan bencana (Jawa Pos, 2009). Dengan demikian gempa tektonik dan tsunami

merupakan bahaya yang nyata di kabupaten ini. Oleh karena itu, pemetaan daerah-daerah

bahaya terutama bahaya tsunami sangatlah diperlukan, terlebih persebaran konsentrasi

penduduk (permukiman) hanya tersebar di daerah tepian pantai (pesisir).

Berdasarkan persebaran permukiman tersebut, ancaman bahaya lain seperti bahaya longsor

sebenarnya relatif kecil, kecuali pada permukiman-permukiman yang terletak di dekat

tebing pantai (cliff) atau perbukitan tepi pantai yang mempunyai lereng-lereng yang terjal.

Permukiman seperti ini dapat terancam oleh dua jenis bahaya, yaitu longsor dan tsunami

jika tinggi gelombang tsunami lebih besar dari 2 m. Di daerah atas (upland) yang

mempunyai relief berbukit dan bergunung atau yang mempunyai lereng-lereng terjal di

pulau ini sebagian besar masih tertutup oleh hutan dan tidak ditemukan adanya

permukiman, sehingga tidak menimbulkan ancaman bahaya bencana.

Untuk bahaya banjir di kabupaten ini, ancamannya juga relatif kecil disebabkan

permukiman yang ada saat ini tidak berdekatan dengan sungai-sungai besar, kecuali jika

terjadi perkembangan permukiman menuju ke arah sungai-sungai di waktu yang akan

datang. Hal ini didukung pula oleh adanya kondisi ekologi hulu sungai yang masih bagus,

yaitu masing-masing hulu daerah aliran sungai (DAS) masih tertutup dengan baik oleh

Page 40: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 40

hutan, sehingga selama musim penghujan penaikan debit sungai tidak menghasilkan banjir

yang besar.

Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa ancaman utama bencana alam yang ada di

Kabupaten Morotai adalah gempa bumi dan tsunami. Lebih lagi daerah permukiman yang

ada di kabupaten ini semuanya terletak di atas bentuklahan (landform) fluvial dan marin

yang mempunyai litologi alluvium atau berbatuan lepas-lepas. Jenis batuan seperti ini

sangat responsif terhadap getaran-getaran gempa bumi, sehingga sangat mudah melahirkan

gelombang transversal dari material batuan ini dan hasilnya dapat memporak-porandakan

bangunan di atasnya. Daerah bahaya gempa bumi sebenarnya agak sulit ditentukan

wilayahnya karena daerah pusat gempa tidak selalu tetap, namun secara global dapat

dikatakan bahwa hampir di seluruh bentuklahan yang mempunyai dataran berbatuan

alluvium dan marin masuk ke dalam daerah bahaya gempa bumi tektonik, dan sebagian

besar masuk pula ke dalam daerah bahaya tsunami.

Berdasarkan pengamatan di lapangan dan interpretasi citra satelit, bentuk lahan seperti ini

terbentuk di sepanjang pantai, sehingga wilayah yang berada di atas bentuklahan ini masuk

ke dalam daerah bahaya gempa dan tsunami. Meskipun demikian daerah yang paling

berbahaya terhadap gelombang tsunami sebenarnya adalah berada di wilayah di sepanjang

pantai timur hingga utara Pulau Morotai. Hal ini disebabkan wilayah ini menghadap

langsung ke zona pertemuan lempeng tektonik lokal dan juga internasional yaitu

menghadap langsung ke Samudera Pasifik. Seperti diketahui bahwa samudera ini adalah

tempat berlalunya gelombang tsunami, disebabkan pertemuan lempeng tektonik dunia

berada di sepanjang lingkar pantai Pasifik (circum Pasific), dengan demikian gempa yang

berada di sepanjang pantai tersebut berpotensi menghasilkan tsunami dan Pulau Morotai

termasuk bagian yang rentan untuk menerima gelombang tsunami kiriman dari Negara lain,

seperti dari Amerika Selatan, Jepang, atau negara-negara lainnya.

Page 41: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 41

Untuk melakukan antisipasi terhadap bahaya bencana tersebut, maka perlu dibuat suatu

program mitigasi yang cukup serius sebelum bencana yang lebih besar terjadi di waktu

mendatang. Salah satu bentuk program ini yang paling mendasar adalah membangun sistem

peringatan dini (early warning system) bahaya tsunami dalam jaringan internasional.

Kemudian dilanjutkan dengan membangun tempat-tempat evakuasi yang aman dari

tsunami, termasuk infrastruktur seperti jalur-jalur evakuasi yang memadai untuk menuju

ke daerah evakuasi dan tempat pengungsian yang memadai. Bentuk lain dapat pula

dilakukan dengan membentuk kawasan lindung pantai, terutama wilayah untuk vegetasi

pesisir, seperti mangrove dan yang lainnya, yang dapat berfungsi untuk memecah dan

menghambat rayapan gelombang tsunami menuju ke daratan. Untuk bahaya gempa bumi,

bentuk mitigasi yang utama adalah membangun rumah-rumah atau bangunan dengan

kualitas yang baik, berteknologi para-seisme meskipun dengan bahan dan material yang

sederhana, seperti kayu yang relatif ringan dan lentur terhadap getaran gempa.

Bahaya alam lain yang mungkin terjadi meskipun sangat kecil adalah bahaya letusan

gunung api. Hal ini dapat terjadi karena Pulau Morotai sendiri pada dasarnya terbentuk

oleh aktivitas gunung api, sehingga pulau ini sebenarnya adalah pulau gunungapi. Namun

demikian aktivitas gunung api ini sudah sangat lama tidak terjadi, sehingga tubuh

gunungapi itu sendiri sudah mengalami proses denudasi dan kerucut gunungapinya sendiri

sudah tidak terlihat lagi secara jelas, kecuali menyisakan wilayah-wilayah yang berbukit

dan berpegunungan di tengah pulau yang dikelilingi oleh perbukitan batuan koral. Sungguh

pun demikian aktivitas gunungapi (vulcanism) itu sendiri tidak berarti mati untuk

selamanya, namun masih ada kemungkinan untuk aktif kembali di waktu yang akan datang,

meskipun dalam bentuk semburan gas beracun ataupun aktivitas hidrotermal. Akan tetapi

kapan aktivitas gunungapi ini akan lahir kembali tentu saja sangat sulit untuk ditentukan

dan demikian pula untuk menentukan daerah-daerah bahaya yang mungkin terjadi.

3.1.3 Sosial dan Kependudukan

A. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Penduduk adalah salah satu faktor utama yang menjadi kunci penting tercapainya

keberhasilan pembangunan. Peranan penduduk dalam pembangunan adalah sebagai subyek

sekaligus obyek yang akan memberikan dampak terhadap keberhasilan pembangunan yang

dilaksanakan. Jumlah Penduduk yang besar dapat menjadi modal pembangunan jika

Page 42: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 42

merupakan sumber daya manusia yang berkualitas, namun sebaliknya akan menjadi beban

berat pembangunan jika kualitasnya rendah, sedangkan secara kewilayahan, jumlah

penduduk harus didukung oleh ketersediaan lahan baik lahan sebagai tempat tinggal yang

layak maupun sebagai tempat usaha yang mengutungkan. Jumlah dan kepadatan penduduk

Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2008 terdapat pada Tabel 3.12.

Tabel 3.12. Penduduk, Luas Daratan dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2008

Kecamatan Jumlah Penduduk

(Jiwa) Luas Daratan

(Km2) Kepadatan Penduduk

(Jiwa/Km2) Morotai Selatan 16.520 363,1 45,5 Morotai Selatan Barat 11.436 731,8 15,63 Morotai Timur 7.951 362,8 21,92 Morotai Utara 8.757 448,77 19,51 Morotai Jaya 8.497 408,5 20,8 Jumlah 53.161 2.314,97 22,96 Sumber : Kabupaten Halmahera Utara dalam Angka Tahun 2009 Tabel di atas menjelaskan bahwa jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan

Morotai Selatan yakni sebanyak 16.520 jiwa. Jumlah penduduk paling sedikit di Kecamatan

Morotai Timur yakni sebanyak 7.951 jiwa. Kecamatan yang memiliki luas darat terluas

adalah Morotai Selatan Barat yakni 731,80 Km2 dan dengan jumlah penduduk 11.436 jiwa,

kecamatan ini memiliki tingkat kepadatan penduduk terendah yakni sebanyak 15,63

jiwa/Km2. Sedangkan Morotai Timur memiliki luas lahan paling rendah yakni 362,80 Km2

memiliki tingkat kepadatan 21,92 jiwa/Km2, namun Kecamatan Morotai Selatan yang

memiliki luas 363,10 Km2 adalah kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk paling

tinggi yakni 45,50 jiwa/Km2, sehingga secara total, Kabupaten Morotai memiliki jumlah

penduduk sebanyak 53.161 jiwa dengan luas daratan 2.314,97 Km2 memiliki tingkat

kepadatan penduduk sebesar 22,96 jiwa/Km2.

Berdasarkan komposisi jenis kelamin laki-laki dan perempuan, maka penduduk Kabupaten

Pulau Morotai Tahun 2008 per kecamatan menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki

lebih besar dari jumlah penduduk perempuan. Hal ini ditunjukkan oleh ratio jumlah

penduduk laki-laki disbanding jumlah penduduk perempuan yang berkisar antara 1.07 di

Page 43: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 43

kecamatan Morotai Selatan Barat dan kecamatan Morotai Utara sampai dengan 1.17 di

Kecamatan Morotai Utara. Selengkapnya data komposisi penduduk berdasarkan jenis

kelamin terdapat pada Tabel 3.13 di bawah ini.

Tabel 3.13. Komposisi Penduduk Kabupaten Pulau Morotai berdasar Jenis Kelamin Tahun 2008

Kecamatan

Jenis Kelamin Jumlah

Ratio Lai-laki Perempuan

(org) (org) (org) Morotai Selatan 8574 7946 16520 1.08 Morotai Timur 4130 3821 7951 1.08 Morotai Selatan Barat 5902 5534 11436 1.07 Morotai Utara 4726 4031 8757 1.17 Morotai Jaya 4531 3966 8497 1.14 Sumber : Kabupaten Halmahera Utara dalam Angka Tahun 2009

B. Ketenagakerjaan

Dalam kaitannya dengan aspek ekonomi, penduduk dapat digolongkan ke dalam dua

macam kelompok, yaitu: Penduduk yang aktif secara ekonomis dan Penduduk yang tidak

aktif secara ekonomis. Penduduk yang aktif secara ekonomis adalah mereka yang bekerja

atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja dan mereka yang mencari pekerjaan,

Kelompok ini biasa disebut sebagai ”Angkatan Kerja”. Sedangkan penduduk yang tidak aktif

secara ekonomis adalah mereka yang tidak termasuk dalam angkatan kerja dan disebut

”Bukan Angkatan Kerja”. Berikut disajikan berturut-turut tabel penduduk berdasarkan

jenis kegiatan utama, lapangan usaha utama dan status pekerjaan utama.

Page 44: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 44

Tabel 3.14. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jenis Kegiatan Utama Selama Seminggu Tahun 2010

Kegiatan Utama Laki-laki

(jiwa) Perempuan

(jiwa) Jumlah (jiwa)

Angkatan Bekerja : a. Bekerja 842 414 1.256 b. Pengangguran Terbuka - - - - Pernah bekerja 350 200 550 - Tidak pernah bekerja - - - Bukan Angkatan Kerja a. Sekolah 4000 3.500 7.500 b. Mengurus Rumah Tangga 6.000 4.500 10.500 c. Lainnya 500 250 750 Jumlah 11.692 8.864 20.556 Sumber : Dinas Tenaga kerja dan Transmigrasi, Kab Pulau Morotai

Tabel 3.15. Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin dan Lapangan Usaha Utama Selama Seminggu Yang Lalu di Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2010

Lapangan Usaha Utama Laki-laki Perempuan Jumlah

Primer 750 250 1.000 Sekunder 50 85 135 Tersier 5.000 2.750 7.750 Jumlah 5.800 3.085 8.885 Sumber : Dinas Tenaga kerja dan Transmigrasi Kab Pulau Morotai

Page 45: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 45

Tabel 3.16. Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin dan Status Pekerjaan Utama Selama Seminggu Yang Lalu di Kabupaten Pulau Morotai, Tahun 2010

Status Pekerjaan Utama Laki-laki Perempuan Jumlah Berusaha Sendiri 50 35 85

Berusaha dibantu/buruh tidak tetap/ tidak dibayar

30 20 50

Berusaha dibantu buruh tetap dibayar 450 100 550 Buruh/karyawan/pegawai 393 67 460 Pekerja bebas pertanian 2.350 1.750 4.100 Pekerja bebas non pertanian 350 150 500 Pekerja tidak dibayar 449 347 796 Jumlah 4.072 2.469 6.541 Sumber : Dinas Tenaga kerja dan Transmigrasi Kab Pulau Morotai Tabel diatas menggambarkan bahwa penduduk yang masuk angkatan kerja sebanyak 1.806

jiwa atau 3,41 persen dari jumlah penduduk, sedangkan yang termasuk bukan angkatan

kerja sebanyak 18.750 atau 35,30 persen. Selanjutnya bila dilihat dari lapangan usaha

utama, dari 8.885 penduduk yang berkerja, sebanyak 7.750 orang atau hamper 90 persen

bekerja pada lapangan usaha tersier, sementara sisanya berkerja di lapangan usaha primer

dan sekunder. Selain dibagi berdasarkan jenis kegiatan utama dan lapangan usaha utama,

juga dibagi berdasarkan status pekerjaan utama. Dari tabel tersebut digambarkan bahwa

dari 7 status pekerjaan utama yang ada, bekerja bebas pertanian menempati ururtan

teratas dimana ada 4.100 penduduk yang bekerja atau 62,72 persen dari 6.541 jumlah yang

bekerja. Sementara sisa bekerja sebagai pekerja bebas non pertanian, bekerja tidak

dibayar, bekerja sendiri, buruh atau karyawan/pegawai,

C. Kelembagaan Sosial

Pemerintahan Kabupaten Morotai baru berdiri tahun 2009 yang sebelumnya merupakan

bagian dari Kabupaten Halmahera Utara, sampai saat ini semua instansi pemerintah di

tingkat kabupaten belum memiliki kantor pemerintahan yang permanen, semuanya masih

dalam status sewa. Belum terbentuknya kepemimpinan pemerintahan yang definitif,

tersmasuk di dalamnya SKPD. Seluruh pimpinan/pejabat daerah yang ada di Kabupaten

Morotai merupakan pejabat sementara. Kelengkapan kelembagaan seperti Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sejak awal tahun 2010 lalu, namun instansi vertikal

Page 46: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 46

seperti kejaksaan, Badan Pusat Statistik, dll belum ada. Belum adanya rencana

pembangunan daerah baik dalam bentuk RPJMD dan RPJPD, semua masih mengacu pada

Kabupaten Induk. Secara personalia kepegawaian di pemerintahan Kabupaten Morotai

sudah ada. Begitu juga dengan produk kebijakan seperti Peraturan Daerah atau keputusan

bupati, hingga kini belum ada.

Berdasarkan istilah yang diperoleh dari masyarakat setempat, Morotai berasal dari kata

Morotia yang artinya tempat tinggal orang-orang Moro. Menurut penduduk setempat, orang

Moro adalah manusia misterius atau orang hilang yang sulit dilihat dengan mata biasa,

namun memiliki kebudayaan sebagai kelompok manusia. Masyarakat Kabupaten Morotai

memiliki hidup cenderung berkelompok, meski satu sama lainnya berbeda keyakinan.

Kegotongroyongan masih menjadi salah satu ciri masyarakat Kabupaten Morotai. Saling

menghargai perbedaan keyakinan salah satu ciri masyarakat Kabupaten Morotai.

Sebagai pulau yang terlepas dari pulau besar Halmahera, Pulau Morotai tidak memiliki

penduduk asli yang menetap secara turun temurun. Penduduk sekarang yang menetap dan

beranak-pinak di Pulau Morotai merupakan berasal dari Suku Galela dan Suku Tobelo di

Pulau Halmahera, tepatnya di Halmahera Utara. Kedua suku (sub etnis) tersebut

mendominasi manyoritas penduduk Morotai hingga kini. Migrasi penduduk dari kedua suku

ini disebabkan oleh bencana alam yaitu meletusnya gurung berapi di pulau tersebut.

Selain terdapat kedua etnis di atas (Suku Galela dan Suku Tobelo), kelompok-kelompok

etnik lain yang mendiami Pulau Morotai diantaranya adalah berasal dari Sulawesi Selatan,

Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Jawa, Sumatera, Cina Ambon dan

lain-lain. Diantara mereka ada melakukan hubungan pernikahan dengan penduduk asli

setempat dan ada yang tinggal sementara waktu untuk mencari nafkah. Sementara

penduduk Pulau Morotai mayoritas beragama Islam dan Kristen, serta beberapa pemeluka

agama lain seperti Konghucu, Hindu dan Budha meskipun dalam jumlah yang kecil.

Page 47: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 47

3.1.4 Perekonomian Wilayah

A. Perikanan

1) Perikanan Tangkap

Potensi

Potensi perikanan tangkap Kabupaten Morotai dapat diduga dari luas laut

kabupaten ini, yang di dalamnya terkandung sumber daya ikan, baik ikan

pelagis, ikan demersal, ikan karang dan biota laut ekonomis lainnya. Luas

wilayah daratan Pulau Morotai sebesar 2.476 km2 atau sekitar 31,56% dari luas

daratan Kabupaten Halmahera Utara (24.983,32 km2). Kemudian diketahui

bahwa luas perairan laut Kabupaten Halmahera Utara dinyatakan sebesar

19.536,02 km2 atau 78% dari total luas wilayahnya (Dinas Perikanan dan

Kelautan Halmahera Utara, 2004). Berdasarkan hal ini dan dengan pendekatan

ratio luas daratan dari kedua wilayah ini, diperkirakan luas perairan laut Pulau

Morotai adalah seluas 6.165,57 km2 (PKSPL-IPB, 2006).

Menurut PKSPL-IPB (2006), perairan laut Pulau Morotai merupakan salah satu

daerah penangkapan ikan yang potensial. Hal ini ditunjukkan dengan (1) masih

sering terlihatnya kawanan ikan pelagis yang berenang dan berlompatan di

sekitar perairan pantai Pulau Morotai dan (2) kehadiran armada asing yang

banyak memasang rumpon dan melakukan kegiatan penangkapan ikan di

perairan ini secara tidak sah (ilegal). Banyaknya ikan yang dikandung di

perairan laut Pulau Morotai ini dihitung berdasarkan kepada perkiraan potensi

produksi ikan laut di perairan Kabupaten Halmahera Utara. Menurut Dinas

Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku Utara, potensi ikan di laut provinsi ini

diperkirakan mencapai 828.180 ton/tahun (Tabel 3.17). Potensi perikanan yang

terkandung di dalam perairan laut Kabupaten Halmahera Utara (dimana Pulau

Morotai termasuk di dalalamnya) sendiri diperkirkan mencapai 119.771

ton/tahun, tertinggi kedua setelah Kabupaten Sula.

Page 48: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 48

Tabel 3.17. Distribusi potensi sumberdaya ikan di perairan laut setiap kabupaten Provinsi Maluku Utara (ton/tahun).

Kabupaten /Kota

Pela

gis

besa

r

Pela

gis

Kec

il

dem

ersa

l

Ikan

K

aran

g

Lob

ster

Cun

i-cu

mi

Uda

ng

Pane

id

Jum

lah

Halmahera Selatan 61.980 26.110 22.224 9.999 4.687 500 5.o34 30.536 Halmahera Utara 62.097 23.791 19.869 8.991 3.830 671 522 119.771 Halmahera Timur 59.891 19.361 10.644 9.961 1.201 6.261 6.254 113.575 Halmahera Barat 44.780 18.359 10.900 9.959 1.491 6.557 6.121 98.168 Halmahera Tengah 52.235 19.672 10.808 9.872 1.686 646 3.340 98.261 Kep. Sula 59.062 22.227 14.070 8.997 2.083 8.230 5.273 119.945 Kota Ternate 43.342 20.743 7.652 5.121 8 - - 76.868 Kota Tidore 40.870 19567 5.702 4.898 8 - - 71.047 Jumlah (ton/tahun) 424.260 169.834 101.872 67.801 14.998 22.867 26.545 828.180 Sumber: Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara (2005).

Potensi stok ikan di perairan Kabupaten Halmahera tersebut di atas tidak

berbeda jauh dengan pendugaan stok ikan yang dilakukan oleh Direktorat

Jendral Perikanan, Departemen Pertania Republik Indonesia dan Balai

Penelitian Perikanan Laut pada 1983. Mereka pernah menghitung potensi

sumber daya ikan perairan laut kabupaten ini yang diperkirakan mencapai

standing stock sebesar 148.473,8 ton/tahun.

Dinas Perikanan dan Kelautan Halmahera Utara (2005) telah menghitung

biomasa ikan yang boleh ditangkapi tanpa menggangu keseimbangan stok ikan

(maximum sustainable yield/MSY) atau yang disebut sebagai potensi lestari.

Potensi lestari dari standing stock sebesar 148.473,8 ton/tahun tersebut

diperkirakan sebanyak 86.660,6 ton/tahun, yang terdiri dari kelompok ikan

pelagis sebanyak 48.946,4 ton/tahun dan kelompok ikan demersal sebanyak

32.664,2 ton/tahun.

Page 49: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 49

Dengan pendekatan ratio antara luas perairan laut Pulau Morotai dengan

Kabupaten Halmahera Utara dan asumsi ikan menyebar merata, PKSPL-IPB

(2006) menduga potensi lestari sumberdaya ikan di perairan Morotai adalah

27.350,09 ton/tahun. Nilai ini tidak jauh berbeda dengan pendugaan yang

dilakukan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara (2005),

berdasarkan potensi sumberdaya ikan di Kabupaten Halmahera Utara sebesar

119.771 ton/tahun, yang mendapatkan stok potensi lestari perairan laut Pulau

Morotai sebesar 37.799,73 ton/tahun. Pendekatan yang dilakukan oleh Dinas

Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara (2005) untuk menduga stok

potensi lestari sumberdaya ikan Pulau Morotai ini sama dengan yang dilakukan

oleh PKSPL-IPB (2006).

PKSPL-IPB (2006) juga telah mengestimasi secara kasar potensi sumberdaya ikan

Pulau Morotai dengan pendekatan ratio luas wilayah pengelolaan perikanan

(WPP) nya. Berdasarkan Departemen Kelautan dan Perikanan, wilayah perairan

laut Morotai merupakan bagian dari WPP 6 (Laut Seram dan Teluk Tomini) dan

WPP 7 (Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik). Kedua WPP ini menurut Komisi

Nasional Stock Assessment memiliki total potensi perikanan laut sebesar

1.223.340 ton/tahun. Bila luas wilayah perairan laut Pulau Morotai diperkirakan

sekitar 5% dari total luas WPP 6 dan 7 serta diasumsikan ikan menyebar merata,

maka potensi sumberdaya ikan laut pulai ini diduga sebesar 61.170 ton/tahun.

Stok tersebut terdiri dari kelompok ikan pelagis besar 14.090 ton/tahun,

pelagis kecil 38.210 ton/tahun, demersal 6.940 ton/tahun dan lainnya (ikan

karang, udang obster, dan sebagainya) sebesar 1.930 ton/tahun (Tabel 3.18).

Page 50: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 50

Tabel 3.18. Potensi sumberdaya ikan laut di perairan Pulau Morotai dengan pendekatan ratio luas Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) (PKSPL-IPB, 2006)

Kelompok Ikan Potensi (ton/tahun)

Total Potensi Pulau Morotai

WPP 6 WPP 7 (ton/tahun) Pelagis Besar 106.510 175.260 281.770 14.089 Pelagis Kecil 379.440 384.750 764.190 38.210 Demersal 83.840 54.860 138.700 6.935 Lainnya *) 20.830 17.850 38.680 1.934

Total 590.620 632.720 1,223.340 61.167 *) ikan karang, cumi-cumi, udang lobster dan udang lainnya)

PKSPL-IPB (2006) juga melakukan pengamatan di lapangan dan wawancara

dengan nelayan di Pulau Morotai mendapatkan bahwa perairan laut disekitar

Pulau Morotai terdapat sekitar 200 rumpon (fish aggregation device) nelayan

Phillipine. Jumlah rumpon ini diperkirakan lebih banyak lagi, karena umumnya

rumpon dipasang dengan radius 10 mil laut (FAO, 1982). Bila 50% saja luas

perairan laut Pulau Morotai yakni sekitar 3.082,79 km2 dipasang rumpon

Phillipina, maka diperkirakan terdapat sekitar 308 rumpon (PKSPL-IPB, 2006).

Floyd dan Pauly (1984) menyatakan bahwa perikanan purse seine dengan

rumpon di Phillipina selama 250 hari operasi sedikitnya mendaratkan hasil

tangkapan ikan pelagis sebesar 1500 ton, atau dengan produktivitas sebesar 6

ton/hari. Bila setiap purse seine hanya memanfaatkan 2 unit rumpon dalam

satu hari operasi penangkapan, maka produktivitas rata-rata rumpon adalah 3

ton/hari. Dengan pendekatan produktivitas rumpon ini dan dengan asumsi

jumlah rumpon sebanyak 200 unit serta dalam satu tahun hanya dilakukan 200

hari operasi penangkapan, dapat diperkirakan potensi ikan pelagis di perairan

Morotai adalah 120.000 ton/tahun (PKSPL-IPB, 2006).

Jenis ikan (dalam arti luas sehingga mencakup pula krustasea, moluska,

ekinodermata dan alga, selain finfish) yang terdapat di perairan laut Pulau

Morotai sangat beragam, dan sebagian besar bernilai ekonomi tinggi (PKSPL-

IPB, 2006). Jenis ikan yang terdapat di perairan laut Pulau Morotai, antara

lain: ikan cakalang (Katsuwonus pelamis), madidihang (Thunnus albacores),

Page 51: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 51

mata besar (Thunnus obesus), albacore (Thunnus alalunga) dan komo/tongkol

(Euthynnus affinis) untuk kelompok ikan pelagis besar; ikan layang (Decapterus

spp), kembung (Rastrelliger spp), teri (Stolephorus spp), selar (Caranx spp.)

dan julung-julung (Hyporhamphus spp.) untuk kelompok ikan pelagis kecil; dan

ikan kakap merah (Lutjanus spp.), kuwe/bobara (Carangoides spp.), pisang-

pisang (Caesio spp), kakatua (Scarus spp), biji nangka (Upeneus spp.), baronang

(Siganus spp.) dan kerapu (Epinephelus spp.) untuk kelompok ikan demersal.

Disamping itu, juga terdapat kelompok komoditas perikanan lainnya yang juga

bernilai ekonomis tinggi, seperti: cumi-cumi (Chephalopoda sp.), kerang

mutiara (Pinctada maxima), tapis-tapis (Pinctada margarititera), lola (Thodws

nilotice), teripang (Holothuridae), Crustaceae, Echinodermata, lobster dan

berbagai jenis ikan karang (PKSPL-IPB, 2006).

Beberapa nama daerah dari ikan yang terdapat di perairan laut Pulau Morotai,

antara lain: ikan suwo, terusi, bubara, gora, lumba-lumba, paus, terbang,

make, tude, kombong, botila, sikuda, kakatua, goropa (kerapu), golara, hiu,

duyung, layar, kerapu merah (sunu), kerapu hitam, udang lobster, teripang,

dan sebagainya. Di perairan payau dan tawar ditemukan pula ikan gomis,

sembilang, lele, lebo (kobos), sugili (belut), goodo, dan sebagainya.

Armada Penangkapan Ikan

Armada kapal atau perahu penangkapan ikan yang digunakan oleh masyarakat

Kabupaten Pulau Morotai sebagian besar tanpa dilengkapi dengan motor, hanya

mengandalkan tenaga manusia dan tenaga angin dengan bantuan layar, dan

sebagian kecil saja yang sudah dilengkapi dengan motor, terutama motor

tempel (Gambar 3.19 dan Gambar 3.20). Pada 2008 jumlah perhu tanpa motor

yang digunakan oleh masyarakat kabupaten ini untuk menangkap ikan di laut

mencapai 1.873 unit, sedangkan kapal atau perahu dengan motor tempel (< 5

GT, gross ton) hanya sebanyak 346 unit (Tabel 3.19 dan Tabel 3.20; Gambar

3.21 dan Gambar 3.22). Pada tahun yang sama, jumlah kapal bermotor dengan

bobot > 5 GT yang digunakan nelayan Kabupaten Morotai lebih sedikit lagi,

yakni hanya sebanyak 22 unit (Tabel 3.21 dean Gambar 3.23).

Page 52: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 52

Gambar 3.19. Perahu tanpa motor banyak digunakan oleh nelayan di Kabupaten Pulau

Morotai untuk menangkap ikan di laut (Sumber : RTRW Kabupaten Pulau Morotai, Tahun 2010 – 2030)

Gambar 3.20. Kapal atau perahu dengan motor tempel berbobot < 5 GT digunakan oleh nelayan Kabupaten Pulau Morotain untuk menangkap ikan di laut.

(Sumber : RTRW Kabupaten Pulau Morotai, Tahun 2010 – 2030)

Page 53: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 53

Tabel 3.19. Jumlah perahu tanpa motor (PTM) penangkap ikan di setiap kecamatan Kabupaten Pulau Morotai tahun 2005-2008.

No. Kecamatan 2005 2006 2007 2008 1 Morotai Selatan 366 90 28 309 2 Morotai Selatan Barat 0 79 22 446 3 Morotai Utara 435 446 28 616 4 Morotai Jaya 302 787 28 272 5 Morotai Timur 0 590 43 230

Jumlah 1103 1992 149 1.873 Sumber: Halmahera Utara dalam Angka 2009 (BPS, 2009)

Gambar 3.21. Jumlah perahu tampa motor (PTM) penangkap ikan di setiap kecamatan Kabupaten Pulau Morotai tahun 2005-2008 (BPS Halmahera Utara, 2009).

Page 54: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 54

Tabel 3.20. Jumlah kapal bermotor (kapal motor tempel, KMT) < 5 GT penangkap ikan di setiap kecamatan Kabupaten Pulau Morotai tahun 2005-2008.

No. Kecamatan 2005 2006 2007 2008 1 Morotai Selatan 181 268 25 61 2 Morotai Selatan Barat 0 61 29 198 3 Morotai Utara 140 161 31 27 4 Morotai Jaya 197 76 19 31 5 Morotai Timur 0 2 16 29

Jumlah 518 568 120 346 Sumber: Halmahera Utara dalam Angka 2009 (BPS, 2009)

Gambar 3.22. Jumlah kapal bermotor (kapal motor tempel, KMT) < 5 GT penangkap

ikan di setiap kecamatan Kabupaten Pulau Morotai tahun 2005-2008 (BPS Halmahera Utara, 2009).

Page 55: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 55

Tabel 3.21. Jumlah kapal bermotor > 5 GT penangkap ikan di setiap kecamatan Kabupaten Pulau Morotai tahun 2005-2008.

No. Kecamatan 2005 2006 2007 2008 1 Morotai Selatan 5 0 2 8 2 Morotai Selatan Barat 0 1 1 14 3 Morotai Utara 0 5 6 0 4 Morotai Jaya 0 3 3 0 5 Morotai Timur 0 0 1 0

Jumlah 5 9 13 22

Sumber: Halmahera Utara dalam Angka 2009 (BPS, 2009)

Gambar 3.23. Jumlah kapal bermotor > 5 GT penangkap ikan di setiap kecamatan

Kabupaten Pulau Morotai tahun 2005-2008 (BPS Halmahera Utara, 2009).

Jumlah kapal penangkap ikan mengalami perkembangan sesuai dengan jenisnya

dalam kurun waktu 2005-2008. Untuk perahu tanpa motor perkembangan

jumlah tersebut bersifat fluktuatif, sedangkan untuk perahu dengan motor

tempel memiliki kecenderungan menurun dan pada kapal motor > 5 GT

cenderung meningkat. Nelayan di Kecamatan Morotai Utara lebih banyak

menggunakan perahu tanpa motor, sedangkan perahu bermotor tempel < 5 GT

dan kapal bermotor > 5GT banyak digunakan nelayan di Kecamatan Morotai

Selatan Barat.

Page 56: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 56

Dari uraian di atas memperlihatkan kemampuan jelajah nelayan dalam

memanfaatkan potensi sumber daya ikan di perairan laut Pulau Morotai yang

diperkirakan seluas 6.165,57 km2 masih sangat rendah. Mereka, sebagaian

besar, hanya mampu menangkap ikan di sekitar perairan pantai di bawah 4 mil,

dan hanya sebagian kecil saja yang memanfaatkan ruang laut > 4 mil atau > 12

mil hingga mencapai batas ZEE. Nelayan Filipina bahkan telah melewati batas

ZEE dan masuk ke wilayah perairan Indonesia, bahkan sampai dekat sekali ke

pantai Pulau Morotai mencapai < 4 mil.

Alat Penangkapan Ikan

Jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Pulau Morotai untuk menangkap

ikan di laut relatif tidak beragam, hanya meliputi kelompok purse seine

(pajeko/mini purse seine), gill net (jaring layang dan giob), bagan, pancing

(funai/huhate dan pancing ulur), dan kelompok lainnya (jubi/panah, bubu dan

jala lempar). Pajeko, giob dan funai digunakan oleh nelayan dengan

menggunakan perahu motor tempel dengan ukuran rata-rata 5 GT, dengan

daerah penangkapan ikan (fishing ground) sekitar perairan pantai saja.

Alat tangkap yang paling banyak digunakan di setiap kecamatan di Kabupatem

Morotai adalah pancing, terutama pancing ulur. Ini adalah alat tangkap dengan

teknologi yang relatif rendah dan bersifat tradisional. Alat tangkap mini purse

seine atau didaerah setempat dikenal dengan nama pajeko yang berteknologi

paling maju di antara alat tangkap yang terdapat di kabupaten ini sudah

digalakan pengembanganya oleh Pemerintah Daerah.

Tabel 3.22. Jumlah berbagai jenis alat tangkap di setiap kecamatan Kabupaten Pulau Morotai pada 2008 (BPS Halmahera Utara, 2009).

No. Kecamatan Purse seine Gill net Bagan Pancing Lainnya 1 Morotai Selatan 4 92 14 345 0 2 Morotai Selatan Barat 19 91 3 168 286 3 Morotai Utara 12 60 0 408 0 4 Morotai Jaya 0 57 11 595 0 5 Morotai Timur 1 6 41 258 0

Jumlah 36 306 69 1774 286

Page 57: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 57

Gambar 3.24. berbagai jenis alat tangkap di setiap kecamatan Kabupaten Pulau

Morotai pada 2008 (BPS Halmahera Utara, 2009).

Sebagian nelayan Morotai telah mengenal teknologi rumpon sebagai alat bantu

dalam operasi penangkapan ikan, utamanya adalah nelayan yang menggunakan

alat tangkap pajeko. Dengan rumpon, kegiatan penangkapan ikan akan

menjadi lebih efisien dan efektif, karena rumpon berfungsi untuk

mengumpulkan atau sebagai tempat berlindung ikan, sehingga daerah

penangkapan dan keberhasilan operasinya menjadi lebih pasti. Jenis rumpon

yang digunakan nelayan Morotai masih termasuk rumpon sederhana, yg

umumnya diletakkan di sekitar pantai dan menggunakan ponton atau

pelampung tanda dari bambu (PKSPL-IPB, 2006).

Produksi

Produksi perikanan tangkap kabupaten ini baru mencapai 4.016 ton pada 2008,

meningkat sekitar 24% dari tahun sebelumnya yakni 3.227 ton/tahun. Produksi

perikanan tangkap kabupaten ini masih jauh dibawah stok potensi lestari yang

diperkirakan mencapai 27.350,09 ton/tahun (PKSPL-IPB, 2006) atau 37.799,73

ton/tahun (Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara, 2005). Tanpa

memperhitungkan biomasa ikan yang dicuri dan tidak didaratkan di Kabupaten

Morotai, tingkat pemanfaatan potensi lestari kabupaten ini pada 2008 hanya

10,62 hingga 14,68%. Perlu kajian lebih lanjut untuk memperkirakan biomasa

Page 58: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 58

ikan yang merembes (leakage) ke luar wilayah Kabupaten Morotai, untuk

menghitung tingkat pemanfaatan sumber daya ikan di kawasan ini.

Produksi perikanan tangkap meningkat tajam (96%) di Kecamatan Morotai

Utara, sehingga menjadikan kecamatan ini sebagai producen terbesar perikanan

laut pada 2008. Produksi perikanan tangkap menurun (21%) di Kecamatan

Morotai Timur.

Tabel 3.23. Produksi perikanan tangkap di setiap kecamatan Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2007-2008 (ton).

No. Kecamatan 2007 2008 Kenaikan (%) 1 Morotai Selatan 712 886 24 2 Morotai Selatan Barat 509 634 24 3 Morotai Utara 597 1.170 96 4 Morotai Jaya 469 584 24 5 Morotai Timur 940 743 -21

Jumlah 3.227 4.016 24 Sumber: Halmahera Utara dalam Angka 2009 (BPS, 2009)

Gambar 3.25. Produksi perikanan tangkap di setiap kecamatan Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2007-2008 (ton) (BPS Halmahera Utara, 2009).

Page 59: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 59

Menurut PKSPL-IPB (2006), penurunan produksi ini diduga disebabkan oleh

beberapa hal, diantaranya adalah maraknya penangkapan ikan illegal oleh

nelayan Phillipina, teknologi penangkapan ikan yang relatif sederhana yang

sangat tergantung dengan kondisi alam/cuaca, dan tidak adanya akses pasar

ikan, sehingga ikan sulit untuk dijual dengan harga yang layak.

Musim

Musim penangkapan ikan di kawasan perairan laut Pulau Morotai bergantung

kepada klimatologi dan oseanografi setempat, selain posisi geografis. Di pantai

barat laut hingga utara Pulau Morotai (sekitar desa peisisr di Desa Sofi,

Kecamatan Morotai Jaya) pada Desember hingga Januari terjadi Musim Barat

dengan gelombang badai dan angin yang kuat, sehingga sebagian besar nelayan

tidak melaut. Di kawasan tersebut, pada Mei hingga Oktober terjadi musim

timur dan laut relatif tenang dengan gelombang tidak terlalu tinggi dan angin

tidak terlalu kencang karena angin timur terhalang oleh Pulau Morotai.

Di pesisir timur laut Pulau Morotai, yakni di sekitar Desa Bere-bere Kecamatan

Morotai Utara, Musim Selatan pada Agustus hingga Desember biasanya angin

kuat (badai) dan gelombang besar, sehingga sebagian besar nelayan tidak

melaut. Sebaliknya pada Mei, laut relatif tenang sehingga nelayan bisa ke laut

dan menangkap ikan julung-julung, tuna (yellow fin) dan beberapa jenis ikan

dasar.

Sebaliknya, di pesisir tenggara Pulau Morotai, yakni di sekitar Desa Sangowo

Kecamatan Morotai Timur, musim ikan adalah pada saat Musim Selatan pada

Agustus hingga Desember merupakan musim ikan. Musim ikan juga berlangsung

pada saat Musim Utara yakni setelah Desember.

Hasil pengamatan PKSPL-IPB (2005) berdasarkan wawancara dengan nelayan

diketahui bahwa puncak musim penangkapan ikan di perairan timur dan selatan

Pulau Morotai adalah pada Maret – Juni, sedangkan di perairan sebelah utara

Pulau Morotai adalah pada April – Agustus. Puncak musim penangkapan ikan di

perairan sebelah barat Pulau Morotai adalah pada Juni – Desember.

Page 60: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 60

Nelayan

Kabupaten Morotai memiliki sekitar 45 desa pantai atau sekitar 90% dari jumlah

keseluruhan desa. Namun demikian, hanya sebagian kecil saja (< 25%)

penduduk desa pantai tersebut yang bermatapencaharian sebagai nelayan,

sebagian besar bertani di di kebun di darat (PKSPL-IPB, 2006). Beberapa desa

yang diketahui memiliki nelayan penangkap ikan di laut, antara lain Desa

Daruba, Koloray, Galo-galo, Wawama, Totodoku, Momojiu, Sabatai Tua, Daeo

dan Sambiki (di Kecamatan Morotai Selatan); Desa Sangowo (di Kecamatan

Morotai Timur); Desa Wayabula, Aru Burung, Aru Irian, Cucumare, Tiley,

Tutuhu, Waringin, Cio Gerong, Laomadaro, Leo-leo, Posi-posi, Ngele-ngele kecil

dan Saminyamau (Kecamatan Morotai Barat); Desa Sopi, Bere-bere kecil,

Titigogoli, Hapo dan Libano (di Kecamatan Morotai Jaya); dan Desa Wewemo,

Buho-buho, Bere-bere, Gorua, Pangeo (di Kecamatan Morotai Utara).

Jumlah nelayan di Kabupaten Morotai pada 2005 diperkirakan mencapai 5.784

orang dan tersebar di 5 kecamatan yang ada, terbanyak berada di Kecamatan

Morotai Selatan dan Morotai Timur. Sebagian dari nelayan ini merupakan

nelayan dengan kategori subsisten. Perkembangan jumlah nelayan di wilayah

Morotai sampai tahun 2005 menunjukkan peningkatan sebesar 109% selama

jangka waktu 5 tahun, namun demikian perkembangan jumlah nelayan ini bila

tidak diikuti dengan pertambahan jumlah produksi perikanan tangkap, hal ini

mengindikasikan penurunan produktivitas nelayan. Implikasi dari indikasi

tersebut adalah tingkat kesejahteraan nelayan yang juga menurun.

Tabel 3.24. Jumlah nelayan di beberapa kecamatan di Kabupaten Pulau Morotai pada Tahun 2004 dan 2005

No. Kecamatan 2004 (orang)

2005 (orang)

1 Morotai Selatan dan Morotai Timur 1.446 2.150 2 Morotai Selatan Barat 457 1.721 3 Morotai Utara dan Morotai Jaya 862 1.913 Jumlah 2.765 5.784

Page 61: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 61

Di Desa Sangowo terdapat 4 kelompok nelayan masing-masing beranggota 25

orang, yakni: Kelompok Nelayan Cahaya Bahari, Bubu Guwaci, Tuna Bahari, dan

Surya Pasik. Kelompok nelayan tersebut berdiri pada 2004 dengan armada

penangkapan berupa kapal ketinting 5,5 PK berbahan bakar bensin dengan alat

tangkap purse seine. Setiap kelompok memiliki armada ketinting sebanyak 10-

12 unit yang dilengkapi dengan rumpon sebanyak 2-3 unit. Setiap unit rumpon

terbuat dari bambu sepanjang 7-8 m sebanyak 25 batang dan dilengkapi dengan

tambang jangkar (18-20 mm) terbuat dariplastik (PE). Rumpon ini dipasang

pada lokasi 3 hingga 8 mil dari pantai. Setiap kelompok bisa memproduksi ikan

tuna atau cakalang sebanyak 30-35 ton/bulan.

Prasarana dan Sarana Produksi

Prasarana produksi seperti: pusat pendaratan/pelabuhan perikanan, tempat

pelelangan ikan (TPI), bengkel, docking, stasiun pengisian bahan bakar nelayan

(SPBN), dan industri pendinginan (cold storage) belum tersedia secara memadai

di Kabupaten Morotai. Umumnya perahu/kapal penangkapan ikan mendarat di

pantai dekat dengan tempat tinggal nelayan, walaupun ada sedikit (utamanya

armada penangkapan pajeko dan giob) yang berlabuh di dermaga umum tempat

sandarnya kapal angkut penumpang dan barang.

Hasil tangkapan biasanya langsung dijual di pasar ikan tradisonal setempat,

walaupun ada juga yang ditampung atau dibeli oleh pedagang ataupun

perusahaan untuk dipasarkan ke Tobelo. Khusus untuk ikan julung-julung,

biasanya dipasarkan dalam bentuk olahan ikan asap. Sebagian besar produk

perikanan tangkap dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal dan

hanya sedikit yang dipasarkan ke Pulau Halmahera melalui Pelabuhan Tobelo.

Kemudian, dari Tobelo ada yang didistribusikan untuk dikirim ke Manado dan

Jakarta, bahkan ada juga yang diekspor ke Jepang.

2) Perikanan Budidaya

Potensi Kawasan

Potensi perikanan budidaya di Kabupaten Morotai mencakup perairan laut

(marikultur), payau (budidaya air payau) dan perairan tawar (budidaya air

tawar). Potensi marikultur kabupaten ini relatif besar dibanding budidaya air

Page 62: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 62

payau dan budidaya air tawar. Potensi marikultur terdapat di perairan laut

yang relatif terlindung, yakni selat, telu dan perairan karang. Selat dan

perairan karang lazim terdapat di kawasan pulua-pulau kecil, sedangkan teluk

banyak terdapat di mainland Pulau Morotai. Di pesisir barat dan selatan Pulau

Morotai terdapat banyak pulau-pulau kecil yang terlindung oleh kawasan

terumbu karang di sekitarnya. Dengan demikian di kawasan tersebut terdapat

banyak selat dan perairan terlindung berupa gosong (perairan laut dengan

dominan kawasan terumbu karang).

Tabel 3.25. Lokasi Potensi Marikultur di Perairan Pulau Morotai No. Nama Pulau 1 Rube-rube (Ansae) 2 Lung-lung 3 Ruki-ruki 4 Bobongono (Pulau Babi) 5 Komandan 6 Loleba Kecil 7 Loleba Besar 8 Ngele-ngele Kecil 9 Ngele-ngele Besar

10 Kacuwawa 11 Tuna (Pulau Burung) 12 Saminyamau 13 Rao (Posiposi) 14 Galo-galo Kecil 15 Galo-galo Besar 16 Pelo 17 Dodola Besar 18 Dodola Kecil 19 Kolorai 20 Kokoya 21 Mitita 22 Kapakapa 23 Jujurum 24 Zum-zum

Sumber: PKSPL-IPB (2006)

Page 63: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 63

PKSPL-IPB (2006) telah mengkaji potensi marikultur di kawasan terlindung

perairan laut Pulau Morotai dan mendapatkan 9 zona pengembangan marikultur

yang sebagian besar (6 zona) berlokasi di pesisir barat daya pulau ini. Di pesisir

tersebut terdapat 24 pulau-pulau kecil yang terlindung. Selain di pesisir barat

daya, Pulau Morotai juga menyimpan potensi marikultur di pesisir timur (3

zona).

Gambar 3.26. Lokasi potensial untuk pengembangan marikultur di Pulau Morotai terdiri dari 9 zona berupa selat dan perairan terlindung karang

(Sumber : PKSPL-IPB, 2006).

Page 64: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 64

Usaha Akuakultur

Budidaya Rumput Laut

Usaha budidaya rumput laut di lokasi kajian sudah mulai dicoba pada tahun

1995. Sedang pengembangan pada skala ekonomi mulai dilakukan pada tahun

1998. Para pembudidaya rumput laut memperoleh keterampilan teknis

budidaya berdasarkan pengetahuan yang diberikan oleh pengusaha yang

berperan sebagai pembeli hasil produksi mereka. Usaha ini sejak mulai

diperkenalkan kepada masyarakat telah berkembang cukup pesat, karena

usaha ini tidak menuntut keterampilan yang tinggi dan modal besar, sehingga

dapat dilakukan oleh sebagian besar penduduk. Namun sejak tahun 2002,

usaha yang dilakukan oleh masyarakat di Pulau Kolorai, Galo-Galo dan Ngele

berhenti karena terjadi kerusuhan yang melanda daerah tersebut.

Analisis usaha yang dilakukan dibawah ini dibuat berdasarkan kondisi usaha

ketika usaha masyarakat masih berlangsung. Usaha budidaya rumput laut yang

dilakukan penduduk berdasarkan aspek biaya, membutuhkan biaya investasi

dan biaya operasi. Biaya investasi adalah biaya yang dibutuhkan untuk

pengadaan sarana produksi, seperti pengadaan kayu atau bambu, tambang

besar (untuk tali jangkar), tambang kecil (untuk tali ris), tali rafia, linggis,

perahu, mesin/ketingting, para-para, jaring, dan lain-lain. Kebutuhan biaya

investasi setiap pembudidaya tidak sama, hal ini dipengaruhi terutama oleh

jumlah rakit yang dimiliki oleh masing-masing pembudidaya. Biaya investasi

yang cukup besar dalam usaha budidaya rumput justru untuk pengadaan alat

penunjang yaitu perahu dan mesin/ketingting. Namun tidak semua

pembudidaya memiliki mesin/ketingting.

Biaya operasi adalah biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha. Biaya

operasi dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel

usaha budidaya rumput laut terdiri dari biaya pengadaan bibit, biaya bahan

bakar (jika menggunakan mesin/ketingting), biaya panen. Biaya tetap terdiri

dari biaya perawatan, biaya penyusutan.

Page 65: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 65

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden diperoleh data bahwa biaya

investasi budidaya rumput laut per unit di lokasi kajian berkisar antara Rp

1.045.000 – Rp 4.600.000. Biaya operasi yang dikeluarkan pembudidaya per

musim tanam berkisar antara Rp 212.500 – Rp 575.000. Secara rinci rata-rata

kebutuhan biaya investasi dan biaya operasi para pembudidaya di lokasi kajian

disajikan pada berikut.

Tabel 3.26. Rincian Biaya Investasi, Biaya Operasi, Produksi dan Keuntungan per Unit Usaha Budidaya Rumput Laut di Lokasi Kajian

Investasi Harga/Unit Kisaran Biaya

Tali ris (10-25 kg) Rp 40.000/kg Rp 400.000- 1.000.000 Tali rafia (1-2 buah) Rp 15.000/buah Rp 15.000 – 30.000 Tiang tancap (40-100 m) Rp 2.000/m Rp 80.000 – 200.000 Linggis (1-2 unit) Rp 50.000/unit Rp 50.000 – 100.000 Perahu Rp 500.000/unit Rp500.000 Mesin/ketingting* Rp 2.500.000/unit Rp2.500.000 Jumlah Rp 1.045.000 – 4.600.000

Biaya Operasi per MT Harga/Unit Kisaran Biaya

Bibit (400 – 1000 kg) Rp 500/kg Rp 200.000 – 500.000 Penyusutan Rp 12.500 – 75.000 Jumlah Rp 212.500 – 575.000 Produksi basah 600 - 2000 kg Produksi kering 180 – 600 kg Penerimaan kotor** Rp 360.000 – 1.200.000 Keuntungan Rp 147.500 – 625.000 Sumber: Hasil Wawancara saat survey (2008) Keterangan : *) = tidak semua pembudidaya memiliki mesin/ketingting **) = harga rumput laut kering Rp 2.000/kg (harga tahun 2002)

Page 66: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 66

Berdasarkan data-data pada tabel diatas dilakukan analisis usaha pembudidaya.

Analisis usaha pembudidaya dibuat dengan menggunakan asumsi-asumsi

dibawah ini :

- Semua biaya investasi dikeluarkan oleh pembudidaya.

- Rendemen rumput laut 30%.

- Umur teknis perahu dan mesin/ketingting 5 tahun dan tidak ada nilai sisa.

- Harga rumput laut kering ditingkat petani Rp 2000 per kg.

- Satu periode musim tanam 45 hari

Hasil panen rumput laut dalam keadaan basah yang diperoleh berkisar antara

600 kg sampai 2000 kg tergantung jumlah bentangan tali yang dimiliki oleh

petani. Kemudian hasil panen tersebut dijemur agar diperoleh rumput laut

kering, penjemuran dilakukan selama 3-5 hari. Setelah dikeringkan para

pembudidaya akan memperoleh 180 – 600 kg rumput laut kering. Harga rumput

laut kering ditingkat pembudidaya ketika itu Rp 2.000 per kg.

Penerimaan kotor pembudidaya dari hasil penjualan rumput laut kering berkisar

antara Rp 360.000 – Rp 1.200.000 per musim tanam. Setelah dikurangi biaya

operasi, maka pembudidaya rumput laut memperoleh keuntungan berkisar

antara Rp 147.500 – 625.000 per musim tanam.

Berdasarkan pengalaman usaha yang dilakukan oleh pembudidaya di lokasi

kajian hingga tahun 2008, maka dapat dihitung perkiraan penerimaan

pembudidaya rumput laut pada masa yang akan datang jika usaha ini dilakukan

kembali oleh masyarakat. Perhitungan ini menggunakan asumsi-asumsi sebagai

berikut : 1) Seorang pembudidaya memiliki 5 unit rakit rumput laut; 2) Dalam

satu tahun bisa dilakukan 6 kali musim tanam; 3) Harga rumput laut kering

ditingkat pembudidaya Rp 4.500 per kg; dan 4) Asumsi harga input tetap

menggunakan harga tahun 2002 dan harga yang digunakan yaitu nilai

tengahnya. Maka berdasarkan perhitungan pembudidaya memperoleh

keuntungan sebesar Rp 45 juta per tahun seperti disajikan pada Tabel 3.27.

Page 67: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 67

Tabel 3.27. Perkiraan keuntungan usaha per tahun pembudidaya rumput laut dengan 5 unit rakit

No Komponen Biaya Jumlah (Rp) 1. Biaya Investasi 7.687.500 2. Biaya Operasi 13.500.000 3. Penerimaan usaha 58.500.000 4. Keuntungan 45.000.000 5. R/C 4,33 6. Payback Period (tahun) 0,17

Budidaya Ikan Kerapu

Perairan sekitar Pulau Ngelengele Besar dan Ngelengele Kecil (Zona 4 dan 5)

telah dimanfaatkan untuk budidaya ikan kerapu berbegai jenis, antara lain ikan

kerapu batik, ikan kerapu macan, ikan kerapu sunu dan sebagainya . Pengguna

kawasan tersebut di atas untuk budidaya ikan kerapu adalah sebuah perusahaan

swasta yang juga mengusahakan budidaya kerang mutiara. Kegiatan usaha

budidaya mencakup pembenihan, pendederan dan pembesaran. Pembenihan

dan pendederan dilakukan dalam bak pada hatchery indoor. Pembesaran dan

pemeliharaan induk ikan kerapu dilakukan dilakukan secara outdoor dalam

karamba jaring tancap dan karamba jaring apung di laut. Lokasi pemeliharaan

ikan kerapu secara outdoor ini adalah di perairan laut sekitar Pulau Ngelengele

Besar, di pantai dan perairan selata antara pulau ini dengan Pulau Morotai dan

Pulau Ngelengele Kecil.

Page 68: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 68

Gambar 3.27. Pembenihan ikan kerapu batik di Pulau Ngelengele Besar,

Kabupaten Morotai (Sumber : RTRW Kabupaten Pulau Morotai, 2010 – 2030)

Gambar 3.28. Budidaya ikan kerapu macan dan ikan kerapu sunu dalam karamba jaring

tancap di perairan laut Pulau Ngelengele, Kabupaten Morotai (Sumber : RTRW Kabupaten Pulau Morotai, 2010 – 2030)

Gambar 3.29. Hatchery indoor ikan kerapu di Pulau Ngelengele Besar Kabupaten Morotai (Sumber : RTRW Kabupaten Pulau Morotai, 2010 – 2030)

Page 69: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 69

Benih ikan kerapu ukuran 9-13 cm yang dihasilkan dari proses pembenihan di

hatchery indoor di Pulau Ngelengele Besar selanjutnya dipelihara dalam

karamba jaring apung atau karamba jaring tancap di laut. Ikan ini dipelihara

selama 9-12 bulan hingga mencapai ukuran konsumsi yakni 0,5-0,8 kg per ekor,

kemdian dipanen dan dijual ke Hongkong (ekspor). Pada 2010, perusahaan

yang mengusahakan perairan laut Pulau Ngelengele Besar untuk budidaya ikan

kerapu tersebut telah mengekspor ikan ini sebanyak 30 ton ke Hongkong.

Budidaya Kerang Mutiara

Budidaya kerang mutiara berlangsung di Pulau Ngelengele Besar dan perairan

sekitarnya, dan dilakukan oleh sebuah perusahaan swasta nasional. Budidaya

komoditas ini mencakup pembenihan, pembesaran dan penumbuhan mutiara

dalam cangkan kerang. Pembenihan kerang mutiara mencakup pengadaan dan

pemeliharaan induk, pemijahan, penetasan, pemeliharaan larva dan

pendederan benih. Pemeliharaan induk dilakukan di laut (outdoor) dalam

keranjang (basket) yang digantung di tambang (longline) atau rakit, sedangkan

pemijahan induk, penetasan telur dan pemeliharaan larva dan benih dilakukan

dalam hatchery indoor yang berlokasi di Pulau Ngelengele Besar.

Pemeliharaan secara outdoor dilakukan dengan menggunakan tambang yang

dibentangkan dan diapungkan di laut dengan bantuan pelampung. Cara ini

disebut sistem longline, kerang mutiara digantung dalam basket pada tambang

tersebut. Cara lain yaitu dengan menggunakan rakit yang mengapung di laut,

dan kerang dalam keranjang digantung pada rakit tersebut. Pemeliharaan

outdoor di laut dilakukan di perairan laut di sekitar Pulau Ngele-Ngele Besar,

terutama antara pulau ini dengan Pulau Morotai.

Page 70: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 70

Gambar 3.30. Budidaya kerang mutiara dengan menggunakan sistem longline di perairan laut Pulau Ngelengele

(Sumber : RTRW Kabupaten Pulau Morotai, 2010 – 2030)

Kerang mutiara yang telah mencapai ukuran tertentu yang dipelihara di

hatchery indoor selanjutnya dipelihara secara outdoor di laut, hingga mencapai

ukuran diameter cangkang 15-17 cm dan siap untuk disuntik dengan inti

(nuclei). Inti yang disuntikan ke dalam daging kerang mutiara akan tumbuh

menjadi mutiara. Lama waktu pemeliharaan kerang mutiara hingga siap

disuntik inti adalah sekitar 2 tahun, sedangkan penumbuhan mutiara hingga

mencapai diameter butiran siap panen (1,0-1,5 cm) membutuhkan waktu

sekitar 2 tahun. Dengan demikian lama waktu satu siklus produksi komoditas

ini sekitar 4 tahun. Perusahaan yang mengusahakan budidaya kerang mutiara

ini sampai kini belum panen sejak pertama kali beroperasi pada 2007.

3.2. POTENSI KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI

3.2.1 Potensi Daya Tarik Wisata

A. Wisata Alam

Sebagaimana telah diungkapkan dalam Laporan Pendahuluan, upaya pengembangan

kepariwisataan di Kabupaten Pulau Morotai sebaiknya dilakukan dengan memandang

potensi yang ada di Kabupaten Pulau Morotai sebagai satu kesatuan dengan yang ada di

Page 71: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 71

wilayah Provinsi Maluku Utara. Pada bagian ini akan dipaparkan berbagai potensi daya tarik

yang ada di Kabupaten Pulau Morotai secara keseluruhan.

Potensi daya tarik wisata alam yang paling banyak terdapat di Kabupaten Pulau Morotai

adalah pulau-pulau kecil dan pantai – patainya yang masih asri dengan air laut yang masih

jernih. Pantai-pantai di Kabupaten Pulau Morotai selain berair jernih dan berpasir putih,

juga memiliki pemandangan yang unik disebabkan oleh pengaruh dari keadaan geologi

wilayahnya. Beberapa dari tempat yang memiiiki daya tarik wisata adalah sebagai berikut.

a. Pulau Dodola Besar dan Kecil

Pulau Dodola yang berada pada Kecamatan Morotai Selatan ini dapat ditempuh dari

pelabuhan ferry Daruba atau pelabuhan H.M.S. Lastori selama lebih kurang 30

menit. Pantai ini sangat indah dan landai dengan pasir putih yang halus, memiliki

panjang sekitar 16 km km. Pantai yang dilatarbelakangi oleh pepohonan kelapa ini,

menampilkan pula laut yang jemih dan pemandangan indah serta adanya Pulau

Dodola kecil yang pada saat surut dapat dilalui dengan berjalan kaki, menambah

daya tarik pada pulau Dodola ini.

Di pulau ini sudah tersedia fasilitas-fasilitas yang menunjang untuk pariwisata

seperti resort, penginapan dan dermaga, hanya saja kondisinya sudah tidak terurus

dan terpelihara.

Pulau Dodola merupakan pantai yang paling banyak diminati oleh pengunjung baik

masyarakat Morotai sendiri maupun wisatawan Nusantara dan mancanegara.

Gambar 3.31 Pelabuhan ferry tempat penyebrangan menuju Pulau Dodola (Sumber : Hasil Survey Lapangan, 2011)

Page 72: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 72

Gambar 3.32 Suasana Pelabuhan Ferry Pelabuhan HMS Lastori Daruba (Sumber : Hasil Survey Lapangan, 2011)

Gambar 3.33 Panorama Pantai pasir putih pulau Dodola besar (Sumber : Hasil Survey Lapangan, 2011)

Gambar 3.34 Fasilitas Penginapan di Pulau Dodola Besar yang kondisinya kurang terawat (Sumber : Hasil Survey Lapangan, 2011)

Gambar 3.35 Fasilitas Toilet umum yang kurang terawat

(Sumber : Hasil Survey Lapangan, 2011)

Page 73: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 73

Gambar 3.36 Kondisi Resort di Pulau Dodola besar (Sumber : Hasil Survey Lapangan, 2011)

Gambar 3.38 Panorama pulau Dodola kecil dilihat dari dari pulau Dodola besar (Sumber : Hasil Survey Lapangan, 2011)

Gambar 3.37 Panorama pantai dan dermaga di Pulau Dodola

(Sumber : Hasil Survey Lapangan, 2011)

Page 74: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 74

b. Pulau Sumsum

Pulau ini merupakan pulau yang bersejarah dan terletak 3 mil di depan Kota

Daruba. Sumsum adalah pulau kecil dengan panorama alam pantai pasir putih

berkerikil. Jenderal Douglas Mc. Arthur, pemimpin pasukan sekutu untuk Kawasan

Asia Pasifik pada masa Perang Dunia II pernah tinggal di pulau ini.

Dipulau ini terdapat tugu monumen Jendral Mc Arthur sebagai tanda bahwa beliau

pernah berada di pulau tersebut. Kondisi monumen Jendral Mc Arthur ini juga

berada pada kondisi yang tidak terawat, bahkan plakat marmer yang menunjukan

keterangan monumen tersebut sudah hilang.

Kondisi pulau ini tidak berpenghuni, sehingga yang menurut masyarakat bahwa di

Pulau ini terdapat Goa Pusat Komando tempat Jendral Mc Arthur mengatur strategi

melawan Jepang, dan tempat pendaratan Amphibi pasukan Sekutu sudah sulit

ditemukan.

Gambar 3.39 Papan Selamat datang di Pulau Sumsum/Zumzum

(Sumber : Hasil Survey Lapangan, 2011)

Gambar 3.40 Panorama Pantai Pulau Sumsum (Sumber : Hasil Survey Lapangan, 2011)

Page 75: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 75

c. Pulau Ngele - Ngele

Pulau Ngele-Ngele Besar dan Pulau Ngele-Ngele Kecil. Keduanya berada di Kecamatan

Morotai Selatan Barat dan berjarak sekitar lima mil dari Pelabuhan Daruba, wisawatan

dapat menikmati pasir putih, matahari tropis, dan laut biru serta sangat cocok untuk

diving, karena terdiri dari keelokan berbagai jenis terumbu karang dan ikan hias,

kerang kima, bintan laut dan bulu babi.

Gambar 3.41 Monumen Jendral Mc Arthur (Sumber : Hasil Survey Lapangan, 2011)

Gambar 3.42 Kondisi tugu beberapa bagian sudah hilang (Sumber : Hasil Survey Lapangan, 2011)

Page 76: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 76

Dipulau Ngele ngele terdapat permasalahan yaitu sebagian areal pantainya yang indah

sudah dikuasai oleh perusahaan tertentu, sehingga menghalangi akses wisata menuju

pantai tersebut.

Gambar 3.43 Panorama pantai Pulau Ngele ngele

Besar dari laut (Sumber : Hasil Survey Lapangan, 2011)

Gambar 3.44 Kondisi Pemukiman penduduk di Pulau Ngele ngele Besar (Sumber : Hasil Survey Lapangan, 2011)

Gambar 3.45 Gerbang Pemukiman di Pulau Ngele-ngele Besar (Sumber : Hasil Survey Lapangan, 2011)

Page 77: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 77

d. Pulau Galo-Galo

Pulau Galo-Galo Kecil, yang dapat dijangkau dengan speed boat dan longboat dari

Pelabuhan Daruba ini, juga menyimpan keindahan dasar laut dan pantai pasir putih

yang menawan. Potensi keindahan untuk panorama bawah laut ini masih sangat besar,

karena kondisi ekosistem kelautannya yang tampak cukup masih alami karena

pengeksplotasi hasil laut di daerah tersebut relatif masih sedikit.

Gambar 3.46 Pulau Ngele ngele Kecil dilihat dari laut (Sumber : Hasil Survey Lapangan, 2011)

Gambar 3.47 Panorama pulau Galo Galo dari dermaga pendaratan Speedboat (Sumber : Hasil Survey Lapangan, 2011)

Page 78: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 78

e. Obyek Wisata Pulau Saminyamau

Pulau Saminyamau terletak di depan Kota Wayabula, Kecamatan Morotai Selatan Barat

dengan jarak sekitar 4 mil. Sebagaimana yang terdapat di pulau-pulau kecil di Pulau

Morotai, Pulau Saminyamau ini memiliki panorama pantai pasir putih dan keindahan

bawah laut (terumbu karang dan ikan hias).

Pulau ini mudah dijangkau dengan speed boat dan long boat dari Dermaga Daruba

sekitar 1 – 1,5 jam atau sekitar 0,5 jam dari Waybula. Sementara fasilitas yang

terdapat di Pulau Saminyamau hanya dermaga. Kelemahan pulau ini, yaitu belum

tedapatnya pengelola dan ruang pengelolaan, pulau berpenghuni (1 desa) dan

potensial mengalami perusakan jika tidak dikelola dengan baik, pengunjung relatif

sedikit, dan bersifat temporal.

f. Obyek Wisata Pantai Batu Labung

Selain obyek wisata pulau, di Pulau Morotai juga terdapat obyek wisata Pantai Batu

Labung yang terletak di Desa Posi-posi, Kecamatan Morotai Timur. Daya tarik pantai ini

adalah memiliki panorama pantai pasir putih dan keindahan bawah laut (terumbu

karang dan ikan hias). Dikarenakan dekat dengan jalan lingkar Morotai, obyek wisata

Pantai Batu Labung dapat dijangkau melalui jalan darat Daruba sekitar 3 – 4 jam.

Namun demikian, kelemahan dari obyek wisata Pantai Batu Labung adalah belum

tedapatnya pengelola dan ruang pengelolaan, kondisi prasarana jalan yang rusak, dan

pengunjung relatif sedikit dan bersifat temporal.

Gambar 3.48 Dermaga pendaratan Speedboat (Sumber : Hasil Survey Lapangan, 2011)

Page 79: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 79

g. Obyek Wisata Goa

Di Pulau Morotai juga terdapat obyek wisata gua. Goa dengan stalakmit dan stalaktit

terdapat di Desa Leo-Leo, Pulau Rao, Kecamatan Morotai Selatan Barat. Goa Leo-Leo

Rao ini dapat dijangkau dengan speed boat dan long boat dari Dermaga Wayabula.

Kelemahan dari obyek wisata Goa Leo-Leo Rao ini adalah belum terdapatnya pengelola

dan ruang pengelolaan, dan pengunjung relatif sedikit dan bersifat temporal.

Situs-situs Morotai mempunyai industri batu yang tidak berpola bentuknya. Pada

umumnya terbuat dari serpihan kerakal pantai. Berbeda dengan situs Melanesia yang

lain, di Morotai tidak ada bukti alat-alat batu dibawa dari pulau ke pulau. Alat-alat

tersebut ditinggal begitu manusia pendukungnya meninggalkan gua-gua hunian di

Morotai. Industri alat-alat batu yang ditemukan masih sangat sederhana seperti

kebanyakan situs Melanesia lainnya. Selain alat batu, juga ditemukan adanya alat dari

kerang. Alat-alat dari kerang mungkin menunjukkan sebuah tradisi lokal, suatu

kelanjutan dari tradisi pratembikar beliung kerang yang terwakili di Maluku bagian

Utara (Bellwood, 2000 : 326-327 dalam http://arkeologi.web.id/articles/arkeologi-

prasejarah).

h. Wisata Alam Bawah Laut

Wilayah Kabupaten Pulau Morotai memiliki potensi wisata alam bawah laut yang sangat

potensial untuk diving. Dalam situs Resmi Peta Selam Indonesia Tahun 2009 – 2011,

diinformasikan ada sekitar 28 titik (point) lokasi potensi diving di Kabupaten Morotai

seperti yang terlihat pada Gambar 3.49 halaman berikut.

Page 80: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 80

Gambar 3.49

Titik Lokasi Potensi Diving di Kabupaten Pulau Morotai

Sumber : situs Resmi Peta Selam Indonesia Tahun 2009 – 2011

B. Daya Tarik Wisata Peninggalan Sejarah

Kabupaten Pulau Morotai yang tempo dulu adalah sebuah pulau kecil strategis yang pernah

menjadi pangkalan militer Amerika Serikat dalam menyusun kekuatan semasa PD II. Sampai

saat ini masih terdapat sisa-sisa PD II seperti puing-puing pesawat tempur, bangkai kapal

perang, rongsokan tank, dan bunker tempat persembuyian tentara sekutu.

Pada masa kini, banyak peninggalan tersebut yang telah hilang ataupun dijarah. Walaupun

menurut beberapa nara sumber, pulau Morotai sebagai bekas basis pangkalan Jepang

maupun Sekutu masih banyak menyimpan peninggalan-peninggalan PD 2 yang masih belum

terjamah dan diketemukan.

Page 81: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 81

Wisata yang juga tidak kalah menarik adalah mengunjungi museum mini swadaya

masyarakat yang disebut juga Museum Pemerhati Peninggalan PD 2 yang dikelola oleh

saudara Muhlis Eso. Museum ini berisikan benda-benda peninggalan tentara Jepang dan

Sekutu selama masa pendudukan di Morotai. Kondisi museum ini amat

memprihatinkan<dengan kondisi yang seadanya, namun membanggakan karena totalitas

pengabdian serta semangat masyarkat khususnya saudara Muhlis Eso dan teman temannya

yang terus berusaha mempertahankan da memperkenalkan museum ini secara swadaya

dengan semangat yang tidak pernah pudar karena keterbatasan keterbatasan yang ada.

Gambar 3.50 Amphibi bekas peninggalan sekutu di masa PD 2 yang terletak di Desa Gotalama (Sumber : Hasil Survey Lapangan, 2011)

Gambar 3.51 Goa dan mata air kaca tempat mandi dan sumber air minum Jendral Mc Arthur di Desa Wawama (Sumber : Hasil Survey Lapangan, 2011)

Page 82: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 82

Gambar 3.52 : Museum Pemerhati Peninggalan PD II (Sumber : Hasil Survey Lapangan, 2011)

Gambar 3.53 : Beberapa isi museum (Sumber : Hasil Survey Lapangan, 2011)

Gambar 3.54 Beberapa isi museum (Sumber : Hasil Survey Lapangan, 2011)

Gambar 3.55 : Beberapa isi museum (Sumber : Hasil Survey Lapangan, 2011)

Page 83: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 83

Di pulau Morotai sendiri selain terdapat wisata peninggalan PD 2, juga terdapat wisata

pantai yang cukup potensial yaitu pantai Tanjung Dehegila yang terletak di Desa Juang.

Kondisi pantai saat ini masih asri walaupun terdapat beberapa perumahan nelayan pada

pantai ini.

Menurut rencana Pemerintah setempat, di pantai ini akan dipersiapkan untuk menyambut

even Sail Morotai 2012, sehingga tampak beberapa sarana prasarana sudah mulai

dipersiapkan.

Gambar 3.56 Beberapa buku yang telah disusun oleh Museum ini (Sumber : Hasil Survey Lapangan, 2011)

Gambar 3.57 Jalan menuju lokasi Pantai Tanjung Dehegila (Sumber : Hasil Survey Lapangan, 2011)

Page 84: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 84

Desa Pilowo

Obyek wisata sejarah di Desa Pilowo terdapat di empat lokasi, yaitu sekitar Sungai

Pilowo, Goa (Air Senjata), Daerah Kokota, dan Daerah Kekera. Adapun daya tarik di

empat lokasi ini adalah tempat persembunyian tentara Jepang, basis pertahanan

Jepang, tempat penyimpanan senjata, dan air terjun, tempat tentara Jepang.

Desa Cio Gerong

Obyek wisata sejarah di Desa Cio Gerong terdapat di dua lokasi, yaitu Sungai Cio

(Daerah Tetarno) dan Kokorunga. Adapun daya tarik di dua lokasi ini adalah tempat

ditemukannya 9 Tentara Jepang dan tempat ditemukannya Wakil Panglima Jepang.

Desa Sebatai Tua dan Sebatai Baru

Obyek wisata sejarah di Desa Sebatai Tua dan Sebatai Baru terdapat di dua lokasi,

yaitu Gunung Sebatai dan Sebatai Baru. Adapun daya tarik di dua lokasi ini adalah basis

pertahanan Jepang dan benda-benda bersejarah.

Potensi sosial ekonomi yang dapat dikelola oleh masyarakat untuk mendukung pariwisata

adalah:

Dukungan positif dari masyarakat atas rencana pengembangan pariwisata bahari di

Kabupaten Pulau Morotai.

Gambar 3.58 Panorama Pantai Tanjung Dehegila (Sumber : Hasil Survey Lapangan, 2011)

Page 85: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 85

Masyarakat bersedia menyediakan fasilitas pariwisata seperti jasa penginapan, jasa

guide, serta jasa lain yang berbasis pada sumberdaya daya alam setempat, khususnya

situs-situs sejarah perang dunia kedua (PD II) di Kabuupaten Pulau Morotai.

Masyarakat mampu menyediakan produk-produk khas lokal baik dalam bentuk makanan

maupun kerajinan yang menjadi cenderamata bagi pengunjung.

Mempunyai potensi untuk mengembangkan usaha budidaya perikanan, sehingga bisa

dikembangkan menjadi pariwisata bahari selain wisata sejarah dan ekowisata berbasis

laut.

Koneksitas yang bersifat ’history’ antara Jepang & Amerika Serikat dengan masyarakat

Morotai. Dari hasil Focus Group Discussion (FGD) bersama masyarakat Kabupaten Pulau

Morotai diketahui beberapa harapan masyarakat dalam rencana pengembangan kawasan

pariwisata di Morotai adalah sebagai berikut:

Adanya pembinaan mengenai pengembangan pariwisata bahari dari pemerintah

terhadap masyarakat.

Terbangunnya sarana pariwisata yang memadai untuk menunjang pembangunan

pariwisata bahari di Kabupaten Pulau Morotai.

Pembagunan sarana komunikasi, sehingga akses informasi lebih terbuka dan akses

informasi akan semakin mendukung pergerakan ekonomi di desa-desa Morotai.

Dibangunnya sarana penunjang kegiatan nelayan seperti cold storage, pelabuhan yang

memadai, serta industry pengolahan hasil perikanan.

Peningkatan mata pencaharian masyarakat antara lain dengan memberdayakan

perempuan untuk usaha-usaha pengolahan dan kerajinan dan jasa-jasa wisata seperti

membuat hiasan (souvenir), kerang-kerangan, dan menjadi guide wisata.

Masyarakat mendukung dikembangkannya pariwisata di Morotai yang melibatkan

potensi masyarakat setempat.

Page 86: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 86

C. Daya Tarik Wisata Budaya

1) Suku, Budaya dan Adat Istiadat

Mayoritas mata pencaharian penduduk Pulau Morotai adalah Petani dan Nelayan

(sebagian besar permukim di pesisir dan pulau-pulau kecil). Tidak mempunyai

penduduk asli, pendatang dari Pulau Halmahera sebagian besar Suku Tobelo dan

Galela. Karakteristik budaya masyarakat adalah perpaduan budaya Halmahera

secara umum dan lebih khusus budaya dan adat Tobelo – Galela. Budaya yang

sampai saat ini masih berkembang di masyarakat Pulau Morotai adalah gotong

royong.

Bagi masyarakat Pulau Morotai, laut dianggap sebagai tempat memenuhi kebutuhan

keluarga dan mencari nafkah ekonomi. Selain itu, laut juga dianggap sebagai

warisan nenek moyang mereka yang harus dijaga dan penggunaannya untuk seluruh

keturunan masyarakat Morotai. Masyarakat Morotai juga melakukan uparaca-

upacara adat yang diperuntukkan agar terjadi keseimbangan alam atas dieksploitasi

sumberdaya kelautan. Pemanfaatan kelautan Morotai sudah dilakukan secara turun-

temurun oleh masyarakat Morotai untuk memenuhi kebutuhan subsisten mereka.

Perkembangan masyarakat dan kebutuhan ekonomi sudah membuat mereka lebih

berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan keluarga dan pasar, walaupun dalam

skala yang masih sederhana. Kesederhanaannya masih dapat dilihat dari cara

mereka menggunakan sumberdaya peralatan yang digunakan untuk menangkap ikan

di perairan sekitar Pulau Morotai.

Suku Moro bukanlah suku terasing yang ada di Kabupaten Pulau Morotai seperti

halnya suku Togutil yang menyebar dan berdiam di hutan-hutan Kabupaten Pulau

Morotai seperti di Tobelo, Kao, Dodaga dan wilayah lain di Kabupaten Pulau

Morotai, keberadaan suku Togutil masih bisa dilacak hingga saat ini, walapun tentu

saja tidak mudah bertemu mereka, karena layaknya suku terasing di wilayah lain

Indonesia suku Togutil tidak suka atau tidak mau bertemu dengan orang asing.

Mengenai suku Moro sendiri ada beberapa tetua (pemuka adat atau orang yang

dituakan di Morotai) yang mengatakan bahwa suku Moro adalah penduduk asli Pulau

Morotai, suatu pulau yang berada diujung Halmahera Utara dan merupakan pulau

Page 87: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 87

paling utara dari gugusan kepulauan Indonesia, tapi tidak pernah dijelaskan apakah

ada hubungan antara suku Moro yang misterius dengan suku Moro di Filipina.

Selain itu, Suku Moro juga diyakini sebagai suku yang dahulu pernah berdiam di

Jailolo (Halmahera), dibawah kepemimpinan seorang raja yang adil dan bijaksana,

kemudian sekitar abad ke lima belas saat Portugis masuk ke bumi Halmahera,

menjajah dan mengambil rempah-rempah, menarik pajak yang sangat tinggi dari

warga setempat, mengadu domba hingga terjadilah pergolakan dan perang

saudara. Ditengah kecamuk perang saudara, Kerajaan Jailolo yang dihuni oleh suku

Moro dibawah perintah sang raja memutuskan untuk melarikan diri ke hutan,

setelah lama menghilang ke dalam hutan suku ini diyakini masyarakat halmahera

telah gaib tapi kisah interaksi masyarakat setempat dengan suku Moro ini masih

terdengar hingga saat ini.

2) Tarian dan Musik Tradisional.

Jenis tarian yang ada di Kabupaten Pulau Morotai sebagian besar sama dengan

budaya yang ada di Kabupaten Halmahera Utara, karena suku yang dominan di

Kabupaten Pulau Morotai adalah suku Tobelo dan Suku Galela sebagaimana suku

yang ada di Kabupaten Halmahera Utara. Adapun tarian dan musik tradisional yang

masih ada hingga saat ini di Kabupaten Kepulauan Morotai antara lain: Tide-Tide,

Cakalele, Denge-denge, Bobaso, Salumbe, Tokuwela, Yangere, Tari Kabata Talaga

Lina, Togal. Sedangkan jenis musik tradisional meliputi Musik Bambu Tiup, Gala,

Musik Bambu Hitadi, Musik Jangere, Adat Perkawinan. Keanekaragaman seni budaya

yang masih mengakar kuat di masyarakat Morotai. Hal ini bisa menjadi modal dalam

pengembangan pariwisata yang potensial untuk dikembangkan. Berikut adalah

berbagai macam tarian yang ada Kabupaten Pulau Morotai antara lain:

Tarian Tide-tide.

Tidetide adalah tarian khas Halmahera Utara yang biasanya dipentaskan pada

acara tertentu seperti pada pesta perkawinan adat atau pesta rakyat.

Gerakan pada tarian Tidetide memiliki makna tertentu yang dapat diartikan

sebagai bahasa pergaulan sehingga Tidetide juga dikenal sebagai tari

pergaulan. Tarian ini dibawakan oleh kelompok penari pria dan wanita sambil

diiringi tabuhan tifa, gong dan biola. Tarian ini diikuti oleh tiga kelompok

Page 88: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 88

tingkatan usia yaitu tingkat anak-anak remaja dan dewasa. Para pemusik

berjumlah 6 orang baik laki-laki maupun perempuan sedangkan para penari

minimal berjumlah 12 orang (6 wanita/6 pria).

Salah satu contoh para penari laki yang berhadapan dengan seorang gadis

maka pada gerakan tangan yang diangkat keduanya dapat memberikan makna

sangat berarti, disini bisa terjadi ikatan antara seorang pria dan seorang

wanita sampai pada tingkat perkawinan atau keduanya memahami isyarat

pada gerakan-gerakannya itu.

Tarian Cakalele

Tarian Cakalele tidak hanya menjadi tarian masyarakat Maluku, tetapi tarian

cakalele juga menjadi tarian khas masyarakat Pulau Morotai. Tarian Cakalele

sendiri merupakan tarian perang yang saat ini lebih sering dipertunjukan

untuk menyambut tamu agung yang datang ke daerah ini maupun untuk acara

yang bersifat adat. Para penari cakalele pria biasanya menggunakan parang

dan salawaku sedangkan penari wanita menggunakan lenso (sapu tangan).

Tarian cakalele bisa dapat dilakukan sekelompok orang atau dua orang laki-

laki dan perempuan. Para penari laki-laki biasanya menggunakan alat tari

yang disebut parang dan salawaku, sedangkan perempuan menggunakan lenso

tangan (saputangan) atau tangan kosong. Tarian ini biasanya seorang

perempuan menari sambil berputar mengelilingi laki-laki yang disebut Basisi.

Sementara para pemusik yang mengiringi cakalele berjumlah 4 oang dengan

alat yang digunakan adalah gong dan tifa dilengkapi dengan alat pemukul

yangdibuat dari kayu.

Denge-denge

Denge-denge merupakan salah satu tarian pergaulan khas Pulau Morotai

Halmahera Utara yang biasanya dilakukan oleh sekelompok baik orang laki-laki

maupun perempuan ini diiringi dengan nyanyian-nyanyian yang sangat unik

karena lantaran lagu memiliki makna yang sangat filosofis, dengan berbalas

pantun baik laki maupun perempuan. Sebagai tarian pergaulan yang biasanya

dibawakan oleh sekelompok penari pria dan wanita sambil diiringi nyanyian-

Page 89: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 89

nyanyian berupa syair pantun yang memiliki makna cinta dan harapan di masa

depan, tarian ini memiliki gerakan yang sangat halus para penari sangat

konsen dengan memaknai pukulan musik yang dimainkan oleh pemusik.

Tarian ini tidak dapat dieloborasikan dengan tarian lain karena bila terjadi

elaborasi tarian maka akan terjadi perubahan makna. Lagu denge denge yang

berbalas pantun dapat menyuarakan syair bahasa cinta dan bahasa dan masa

depan sehingga ada makna tertentu pada saat beralas pantun diakhiri dengan

sebuah kesepakatan bila para pelantun itu seorang pemuda dan seorang gadis

maka diakhiri dengan sebuah perkawinan. Denge denge ini hanya terdapat

pada suku Galela, Tobelo dan Loloda (hampir punah).

Bobaso

Bobase adalah permainan tradisional muda-mudi tempo dulu. Pada permainan

yang dimainkan oleh 8 orang penari ini dilantunkan syair-syair bertemakan

cinta, termasuk penolakan bila tidak memenuhi persyaratan yang dilantunkan

oleh seorang perempuan, serta juga harapan di masa depan. Permainan

Bobaso diselingi dengan tarian yang gerakannya mengikuti irama musik yang

sangat lambat dan bervariasi. Sebanyak 6 orang pemusik dengan menggunakan

alat musik tifa, gong dan biola biasanya mengiringi tarian ini. Bobaso sepintas

sangat mirip dengan tarian Dengedenge. Tarian ini hanya terdapat pada suku

Tobelo, galela an Loloda.

Salumbe

Salumbe adalah salah satu tarian tradisional berbalas sair versi Galela, Tobelo

dan Loloda yang sampai saat ini masih tetap dilestarikan oleh masyarakat

Halmahera Utara khususnya asyarakat Morotai Utara. Tarian ini juga dapat

disebut tarian pergaulan. Para penari minimal 8 orang laki dan perempuan

diiringi dengan alat tifa, gong dan biola (hampir punah).

Page 90: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 90

Tokuwela

Tokuwela adalah salah satu pertunjukan tadisional berbalas pantun yang

membutuhkan personil lebih dari 20 orang yang diiringi dengan lagu Tokuwela

laki-laki dan perempuan. Tokuwela mempunyai 2 pengertian yaitu :

Toku memberikan pengertian berjalan disebuah ketinggian yang memiliki

jarak contoh seorang anak kecil yang berjalan diatas tangan yang saling

berpegangan antara laki dan perempuan. Wela adalah para pemain tali

dengan menyanyikan lagu-lagu tokowela. Karena seorang anak kecil akan

berjalan diatas tangan. Acara ini dapat dilakuan oleh suku Galela, Tobelo, dan

Loloda. Pada acara- acara tertentu (hampir punah).

Yangere

Yangere adalah salah satu musik tradisional Pulau Morortai Halmahera Utara

musik ini dimainkan oleh sekelompok orang baik laki-laki maupun perempuan

dengan menggunakan gitar tradisional dari kayu dan basnya dibuat dari kas

yang berbentuk 4 persegi. Musik ini sangat unik bila dibandingkan dengan alat

yang digunakan para pemusik tradisional lainnya (Disbudpar Halut 2006).

Tarian Lelehe

Tarian Lelehe dapat dibawakan oleh anak-anak maupun dewasa. Para penari

biasanya menggunakan 2 alat dari bambu berukuran 2-3 meter sebagai

perlengkapan tarian. Tarian ini dibawakan oleh seorang penari pria dan

wanita. Tarian Lelehe merupakan tarian tradisional khas suku Tobelo dan

biasanya dipertunjukan pada acara-acara adat, malam perkawinan dan acara

pentas budaya.

Tarian Gumatere

Tarian ini dimaksudkan untuk meminta petunjuk atas suatu persoalan ataupun

fenomena alam yang sedang terjadi. Tarian ini dibawakan oleh 30 orang

penari pria dan wanita. Penari pria menggunakan tombak dan pedang

sedangkan penari wanita menggunakan lenso. Yang unik dari tarian ini adalah

salah seorang penari akan menggunakan kain hitam, nyiru dan lilin untuk

Page 91: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 91

ritual meminta petunjuk atas suatu kejadian. Gumatere merupakan tarian

tradisional rakyat Morotai.

Musik Bambu Hitadi

Sesuai dengan namanya, alat musik bambu hitadi dibuat dari bambu dengan

menggunakan pengaturan nada musik berdasarkan nada-nada yang dibutuhkan

pada lagu yang diiringi. Musik bambu hitadi merupakan musik tradisional yang

hanya terdapat di Halmahera utara dengan pemain dan penyanyi berjumlah 15

orang.

Musik Bambu Tiup

Pertunjukan musik bambu tiup merupakan hiburan umum bagi masyarakat

Halmahera Utara yang dimainkan dengan cara ditiup. Alat musik bambu tiup

terbuat dari bambu dan dibawakan oleh sekelompok pemain musik yang

terdiri dari 20-30 orang. Berbeda dengan musik bambu hitadi, musik bambu

tiup tidak membutuhkan penyanyi dan dapat dikolaborasikan dengan alat

musik lain seperti seruling.

Upacara Adat Hibualamo

Dilakukan untuk acara yang bersifat adat seperti pengukuhan seorang

pemimpin adat. Upacara adat dimulai dengan arak-arakan keliling kota yang

berakhir di Hibualamo. Pada arak-arakan ini sang pemimpin akan duduk di

atas kursi kebesaran yang ditandu oleh 4-8 orang. Beragam kebudayaan

daerah akan ditampilkan pada acara yang berpusat di rumah adat Hibualamo.

Upacara ini biasanya diakhiri dengan acara makan bersama.

3.2.2 Kondisi Kunjungan Wisata

Jumlah kunjungan wisatawan di Kabupaten Morotai relatif masih sedikit. Pada tahun 2010,

jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Kabupaten Morotai berjumlah 14 orang.

Page 92: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 92

3.2.3 Aksesibilitas

Untuk menuju ke Pulau Morotai hanya dapat ditempuh dengan sarana transportasi laut ke

Kota Daruba. Perjalanan ke Morotai ditempuh dengan menggunakan kendaraan speedboat

dari Ternate ke Sidangoli dengan waktu tempuh 1 jam. Selanjutnya dengan kendaraan

darat sampai ke Tobelo dengan waktu tempuh 3 jam dan dari Tobelo dengan speedboat ke

Morotai dengan waktu tempuh 1,5 jam.

Prasarana dan sarana transportasi darat menuju ke desa-desa maupun antar kecamatan

sudah ada dan dalam kondisi baik. Terminal penumpang umum terdapat di Kota Daruba

dengan sejumlah armada angkutan darat yang melayani penumpang.

Prasarana transportasi laut dengan kategori pelabuhan yang tidak diusahakan terdapat di

Kota Daruba, ibukota Kecamatan Morotai Selatan. Volume bongkar muat barang pelayaran

dalam negeri untuk perdagangan antarpulau di Pelabuhan Daruba tahun 2002 yang

dibongkar 6.525 ton dan yang dimuat 33.718 ton.

Gambar 3.59 Sarana transportasi untuk penyebrangan antar pulau yaitu speedboat (Sumber : Hasil Survey Lapangan, 2011)

Page 93: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 93

3.2.4 Ketersediaan Fasilitas Penunjang Wisata

A. Akomodasi

Hotel-hotel yang terdapat di Kabupaten Pulau Morotai terdiri dari hotel atau penginpan

sekelas wisma atau losmen. Dimana berdasarkan survey yang ada hanya terdapat 3

penginapan atau losmen yang terdapat di pulau Morotai.

B. Restoran/Rumah Makan

Restoran/Rumah makan yang tersedia di Kabupaten Morotai brrdasarkan survey adalah

sebanyak sebanyak 4 buah, yang terdiri dari tiga masakan yaitu ; Masakan Laut khas

Maluku, Masakan Indonesia atau Padang dan Masakan Sunda.

C. Agen dan Biro Perjalanan Wisata

Agen dan biro perjalanan wisata yang ada di Kabupaten Kepulauan Morotai belum terdata,

pada umumnya melayani untuk jasa angkutan darat menggunakan travel atau bentor (beca

motor) sementara penyebrangan antar pulau menggunakan speed boat. Bandara udara

yang ada hamyalah bandara militer sementara bandara yang melayani jalur umum

komersial belum tersedia.

Gambar 3.60 Becak Motor yang merupakan salah satu sarana transportasi lokal (Sumber : Hasil Survey Lapangan, 2011)

Page 94: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 94

3.2.5 Kondisi Prasarana Pendukung

A. Air Bersih

PDAM yang ada di Kota Daruba dan Kota Bere-bere secara struktural adalah merupakan

PDAM cabang Tobelo yang berpusat di Kabupaten Induk (sekarang Halmahera Barat) yang

berkedudukan di Ternate. Operasional PDAM di Pulau Morotai bersifat subsidi yang menjadi

tanggungan PDAM ranting Tobelo.

Sumber air PDAM di Kota Daruba merupakan sumur bor dengan debit air 30 liter/detik.

Cukup memadai untuk saat ini tetapi belum memadai untuk kebutuhan di masa yang akan

datang. Diperlukan cadangan sumber air yang lain yang lebih memadai. Debit air Kota

Daruba telah meningkat 3 kali dibandingkan dengan kondisi tahun 2003.

Sedangkan PDAM Kota Bere-Bere memiliki sumber air yang cukup baik yaitu 85 liter/detik.

Namun keterbatasan biaya operasional dan daya bayar dari pelanggan, mempengaruhi

kualitas pelayanan.

Tabel 3.28. Kondisi PDAM

Unit IKK Jumlah Sumber Air Kapasitas Sumber Air (liter/detik)

Kapasitas Pompa Air (liter/detik)

IKK Daruba 1 30 10 IKK Bere Bere 1 85 5 Ket. IKK : Ibu Kota Kecamatan Sumber : BPS Halut, 2009

Tabel 3.29. Jumlah Pelanggan Air Bersih

Unit IKK Daya Pompa (kW) Panel Kontrol Jumlah Pelanggan

IKK Daruba 9,2 11 598

IKK Bere Bere 8 11 134 Sumber : BPS Halut, 2009

Page 95: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 95

Kota Wayabula memiliki sumber air dengan kualitas dan debit cukup baik. Telah ada

pemasangan jaringan pelayanan namun belum mengalir menuju rumah-rumah yang telah

terpasang jaringan tersebut. Demikian juga, terdapat beberapa sumber air berkualitas baik

yang untuk masa mendatang diharapkan dapat melayani seluruh kebutuhan air di Pulau

Morotai.

Berkaitan dengan penggunaan air bersih, sebagian besar masyarakat Pulau Morotai

menggunakan air sumur, yang pada titik-titik tertentu ditemukan mata air sumur dengan

kualitas baik, sedangkan pada kebanyakan titik sumur, air yang digunakan terasa payau.

Pelayanan air bersih oleh PDAM hanya ada di kota Daruba dan Bere-Bere. Jumlah pelanggan

air bersih di kota Daruba sebanyak 598 (telah meningkat 51% dibandingkan keadaan 6

tahun yang lalu) dan Kota Bere-bere sebanyak 134 pelanggan. Penggunaan air bersih yang

dilayani oleh PDAM yang relatif rendah dibandingkan jumlah kepala keluarga di Kabupaten

Morotai 11.773 KK. Selebihnya yang menetap bukan di kedua kota tersebut menggunakan

sumur gali yang jumlahnya sangat terbatas dan umumnya terasa payau, atau tidak

memenuhi syarat air bersih.

B. Persampahan

Pengelolaan sampah merupakan bagian dari sanitasi. Pengelolaan sampah di Pulau Morotai

pada saat ini masih ditangani secara sederhana dengan melakukan penngumpulan dan

pembuangan pada tempat pembuangan akhir (TPA) di lokasi sekitar kawasan tempat

tinggal penduduk, sehingga dengan kepadatan penduduk 45,55 jiwa/km2 (kepadatan

tertinggi di Pulau Morotai – di Kecamatan Morotai Selatan), persampahan belum menjadi

permasalahan yang serius.

C. Energi dan Listrik

Pelayanan listrik di Kabupaten Morotai dilayani dengan menggunakan pembangkit listrik

tenaga diesel. Pembangkit listrik tersebut ditempatkan di utara dan selatan (Daruba dan

Bere Bere).

Page 96: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 96

Tabel 3.30. Keadaan Perlistrikan Kabupaten Pulau Morotai

Lokasi PLTD Jumlah Pembangkit (Unit)

Kapasitas Terpasang (kW)

Daya Mampu

(kW) Beban Puncak

(kW) Daruba 7 1.930 900 645 Bere Bere 4 430 350 149 Sumber : BPS Halut, 2009

Tabel 3.31. Produksi Perlistrikan Kabupaten Pulau Morotai

Lokasi PLTD Produksi (kWh) VA Tersambung Jumlah Pelanggan

Daruba 226.391 1.755.050 3.034 Bere Bere 45.012 394.550 810 Sumber : BPS Halut, 2009 Pembangkit yang dimiliki PLN dalam melayani kebutuhan listrik terdapat 11 unit dengan

kapasitas terpasang 2.360 kW. Produksi listrik yang dihasilkan sebesar 2.149.600 kWh.

Dibandingkan tahun 2003 telah terjadi penambahan jumlah pembangkit sebanyak 1 buah

dengan produksi yang menurun dari 2.223.849 Kwh.

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa di kecamatan Morotai Selatan Barat tidak terdapat

peralatan PLN, namun kebutuhan listrik di kecamatan ini dipasok dari generator di Morotai

Selatan. Kondisi operasional listrik di Pulau Morotai mengalami pemadaman berkala setiap

hari.

D. Telekomunikasi

Pada Kabupaten Morotai, jaringan telekomunikasi yang digunakan berupa dengan fasilitas

telepon dari PT Telkom dan fasilitas telepon seluler dari PT Telkomsel. Kondisi jaringan

telekomunikasi dengan PT Telkom yang ada dalam keadaan baik dengan kapasitas jaringan

yang terbatas. Selain fasilitas tersebut, berlokasi di kantor kecamatan Morotai Selatan,

Morotai Utara dan Morotai Selatan Barat terdapat fasilitas Radio Icom dengan kondisi yang

baik. Untuk di Bere Bere terdapat jasa telekomunikasi lewat satelit.

Page 97: BAB 3 - Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Maluku …disbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/Bab...Morotai memiliki perairan laut yang dalam (> 200 m) yang langsung

LAPORAN AKHIR

Halaman III - 97

Keberadaan Base Tranceiver Station (BTS) di

Kabupaten Pulau Morotai terdapat di Daruba dan

Bere Bere untuk melayani pengguna jasa telepon

seluler.

Gambar 3.61 Fasilitas BTS di Bere Bere (Sumber : Hasil Survey Lapangan, Tahun 2011)