bab 4
DESCRIPTION
Bab 4, Teknik pelaksanaan stressing girder flyover medan kualanamuTRANSCRIPT
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Dasar Pelaksanaan Prestressing Girder
Pada penelitian studi kasus ini, dasar formulasi perencanaan yang akan digunakan dalam penulisan listing pemrograman juga mencakup seluruh proses stressing girder serta data yang telah digunakan. Data-data yang digunakan dalam perhitungan besarnya nilai prestressing satu arah pada balok girder.
4.1.1 Data-data Bahan
Beton
Kuat tekan beton pada Box Girder bentang 40,8 m = K-600 Kuat tekan beton pada Box Girder bentang 25,6 dan bentang 30,8 m = K-500.
Jumlah Girder Bentang bawah 25,6 m berjumlah 20 Balok. Bentang bawah 30,8 m berjumlah 90 Balok. Bentang bawah 40,8 m berjumlah 20 Balok.
Pengujian - pengujian pratekan harus sesuai dengan persyaratan spesifikasi AASTHO untuk jenis sistem dimaksudkan untuk digunakan.
Kabel PC dan bar harus digunakan seperti pada tabel berikut atau seperti yang diarahkan oleh Direksi Pekerjaan.
Notation Nominal Diameter (mm)
Utilization
PC Kawat SWPR1 (TipeC)PC Kawat SWPR1(TipeB)PC7-Wire Strand SWPR7A(Tipe D)PC7-Wire Strand SWPR7B(Tipe A)PC19-Wire Strand SWPR19(Tye E)PC Bar SBPR80/957
78T 12.4T 12.7T 19.323
Pipa PCDiafragma untuk PC BoxbalokPC Core SlabPCI-Girder, PCU-GirderDan PC berongga SlabDiafragma untuk PCI-GirderDiafragma untuk PC BoxBalok
PC 7-Wire Strand SWPR 7B (Type F)
T 12.7 Diafragma untuk PC I-Girder
Laporan Studi Kasus Prestressing Girder Jalan Bebas Hambatan Medan-Kualanamu 23
4.2 Proses pekerjaan posttension .
Secara umum, urutan pekerjaan post-tensioning pada proyek ini sebagai berikut :
1. Penempatan bahan
Strand didatangkan dalam bentuk gulungan. Penempatan strand pada ruang yang terlindung terhadap cuaca atau di beri penutup plastic serta diletakkan di atas balok penumpu. Duct didatangkan dalam bentuk batangan dengan panjang 4.00 m. duct disimpan pada tempat yang terlindung. Sedangkan untuk angkur disimpan dalam ruangan yang terlindung dari cuaca, memiliki sirkulasi udara yang baik, dan diletakkan di atas beberapa tumpuan balok kayu. Strand dipotong sesuai dengan panjang layout kabel ditambah ± 1.00 m untuk stressing length pada angkur hidup. Panjang stressing length ini disesuaikan dengan hydraulic jack yang dipakai untuk pekerjaan stressing.
2. Pekerjaan Fabrikasi
Tahapan pekerjaan fabrikasi antara lain :
a. Siapkan material sesuai dengan gambar kerja yang telah disetujui oleh kontraktorb. Pasang reinforcement bar di atas baseform pada segment yang akan dikerjakan.
3. Pekerjaan pemasangan duct dilakukan berdasarkan pada ordinat kabel sesuai gambar kerja.
Laporan Studi Kasus Prestressing Girder Jalan Bebas Hambatan Medan-Kualanamu 24
4. Pemasangan casting dilakukan pada segment awal dan segment akhir dalam satu
balok.
5. Setelah pembesian balok selesai, segera marking ordinat tendon. Kemudian pasang
support bar.dan letakkan duct diatas support bar tersebut.
6. Ikat duct ke support bar dengan menggunakan kawat beton.
7. Jika panjang duct tidak mencukupi, maka duct disambung dengan menggunakan
coupler.
Laporan Studi Kasus Prestressing Girder Jalan Bebas Hambatan Medan-Kualanamu 25
8. Sambungan antara duct dengan coupler menggunakan PVC tape.
9. Pasang bursting steel dan casting pada titik pengangkuran, sesuai dengan gambar
kerja
10. Sambungan antara duct dan casting direkatkan menggunakan PVC tape.
11. Pada daerah angkur hidup dipasang PE Grout. PE Grout berfungsi sebagai inlet dan
outlet pada saat pekerjaan grouting.
12. Joint Inspection
13. Pasang side form dan end form.
14. Pengecoran
Laporan Studi Kasus Prestressing Girder Jalan Bebas Hambatan Medan-Kualanamu 26
4.3 Proses Prestressing perbalok yang terjadi di setiap penarikan tendon
Pekerjaan stressing dilaksanakan setelah mutu beton mencapai mutu seperti yang ditetapkan oleh perencana. Sebelumnya akan dikirimkan proposal perhitungan prestressing ( Jacking Force) yang mencakup perhitungan elongation, data pembacaan manometer dan kalibrasi peralatan stressing jack yang digunakan. Pekerjaan stressing dan setelah proposal stressing (Jacking Force) mendapat persetujuan .
Tahapan Pekerjaan Stressing antara lain :
I. Pekerjaan Persiapan
a. Siapkan lokasi stressing bed untuk setting segment alas stressing bed
menggunakan balok kayu yang disusun pada setiap titik pertemuan antar
segment yang akan dirapatkan.
b. Lakukan adjustment pada masing – masing segment yang telah diletakkan
diatas stressing bed, dengan menggunakan hydraulic jack kapasitas 50 ton.
Cek kelurusan masing – masing segment-nya.
Laporan Studi Kasus Prestressing Girder Jalan Bebas Hambatan Medan-Kualanamu 27
c. Pekerjaan installasi strand pada tiap – tiap tendon per balok.
d. Siapkan multiplek, lumuri dengan grease pada salah satu sisinya.Multiplek ini
difungsikan sebagai teflon saat akan merapatkan antar segment. Teflon ini
dipasang diatas stressing bed.
II. Pekerjaan Stressing
o Pasang anchor block pada tiap – tiap tendon perbalok
Laporan Studi Kasus Prestressing Girder Jalan Bebas Hambatan Medan-Kualanamu 28
o Pasang wedges kedalam anchor block.
a. Pasang hydraulic jack, kemudian rapatkan ke posisi anchor block. Sebelumnya,
hydraulic jack tersebut harus sudah digantung pada frame stressing dengan alat bantu
berupa chain block.
Gambar Pemasangan Haudralik Jack pada proses prestressing girder
b. Pasang gripper plate pada bagian belakang hydraulic jack
Laporan Studi Kasus Prestressing Girder Jalan Bebas Hambatan Medan-Kualanamu 29
c. Oleskan epoxy pada shear key segment yang akan dirapatkan.
d. Setelah semua segment di-epoxy, rapatkan segment – segment tersebut menggunakan
hydraulic jack.
e. Data yang tercatat dibandingkan dengan perhitungan teoritis dan ada batasan bahwa
deviasi terhadap teoritis tidak boleh lebih (+) atau kurang (-) dari 7 %.
Note: Jika terjadi deviasi kurang dari (-) 7%, maka langsung diadakan penarikan ulang tanpa
melepas/menghilangkan gaya yang sudah ada. Jika terjadi deviasi lebih besar dari (+) 7%,
maka hasil stressing akan digambarkan pada sebuah grafik untuk melihat penyebab terjadinya
penyimpangan tersebut.
Laporan Studi Kasus Prestressing Girder Jalan Bebas Hambatan Medan-Kualanamu 30
4.4 Spesifikasi material yang digunakan pada saat prestressing girder
STRAND
DUCT
Dia. Duct ( mm ) Number of Strands (0.5”)
63/66
84/87
8<n<12
13<n<19
Laporan Studi Kasus Prestressing Girder Jalan Bebas Hambatan Medan-Kualanamu 31
ANGKUR
Contoh Angkur Hidup untuk Multistrand (VSL)
Contoh Angkur Tengah (VSL)
Laporan Studi Kasus Prestressing Girder Jalan Bebas Hambatan Medan-Kualanamu 32
Contoh Angkur Mati (VSL)
ADDITIVE GROUTING
Laporan Studi Kasus Prestressing Girder Jalan Bebas Hambatan Medan-Kualanamu 33
HYDRAULIC JACK – ZPE 19
Technical Data :
Capacity = 300 T
Pressure = 500 Bar
Piston area = 50.030 mm2
Weight = 202 kg
Stroke = 100 mm
GROUT PUMP
Technical Data :
Power =5.5 HP
Max. Pressure =10 Bar
Voltage =380 Volt
Capacity =8 Bag
Delivery = 40 Liter/min
Laporan Studi Kasus Prestressing Girder Jalan Bebas Hambatan Medan-Kualanamu 34
4.5 Penyuntikan Tendon Pasca Tarik (Grouting)
Untuk memberikan proteksi permanen pada baja pasca tarik dan untuk mengembangkan
lekatan antara baja prategang dan beton di sekitarnya, saluran prategang harus diisi bahan
suntikan semen yang sesuai dalam proses penyuntikan di bawah tekanan.
1. Material Penyuntikan
a. Semen Portland
Semen portland harus sesuai dengan salah satu dari spesifikasi ASTM C150, Tipe I, II atau
III. Semen yang digunakan untuk menyuntik harus segar dan tidak mengandung gumpalan
apapun atau indikasi hidrasi atau “pack set”
b. Air
Air yang digunakan di dalam suntikan harus air layak minum, bersih dan tidak mengandung
zat yang membahayakan semen portland atau baja struktur.
c. Bahan Tambahan
Apabila menggunakan bahan tambahan, harus bersifat mengandung kadar air rendah,
mempunyai aliran yang baik, hanya sedikit bleeding dan ekspansi serta tidak mengandung bahan
kimiawi yang membahayakan baja prategang atau semen, seperti klorida, flourida, sulfat dan
nitrat.
No
Metoda Pratarik Metoda Pasca tarik
1 Tendon prategang ditarik sebelum beton pengecoran beton
Tendon prategang ditarik setelah beton mengeras
2 Transfer prategang terjadi melalui kontak antara tendon yang diputus dan beton disekelilingnya setelah beton mengeras (jadi tidak memerlukan angkur.
Transfer prategang terjadi melalui kontak antara angkur dan beton penumpunya (jadi memerlukan angkur)
3 Layout tendon terbatas berbentuk linear Layout tendon dapat dibuat fleksibel (menyesuaikan dengan bentuk bidang
Laporan Studi Kasus Prestressing Girder Jalan Bebas Hambatan Medan-Kualanamu 35
momen), umumnya berbentuk parabola
4 Jenis tendon yang umum digunakan adalah strand atau kawat tunggal
Dan umumnya dilakukan pada produksi beton pracetak prategang
Memerlukan selongsong (ducting) tendon
5.
2. Selongsong
A. Cetakan
1. Formed Ducts
Selongsong yang dibuat dengan mengunakan lapisan tipis yang tetap di tempat. Harus berupa
bahan yang tidak memungkinkan tembusnya pasta semen. Selongsong tersebut harus
Laporan Studi Kasus Prestressing Girder Jalan Bebas Hambatan Medan-Kualanamu 36
mentransfer tegangan lekatan yang dibutuhkan dan harus dapat mempertahankan bentuknya pada
saat memikul berat beton. Selongsong logam harus berupa besi, yang dapat saja digalvanisasi
2. Cored Ducts
Selongsong seperti ini harus dibentuk tanpa adanya tekanan yang dapat mencegah aliran
suntikan. Semua material pembentuk saluran jenis ini disingkirkan.
B. Celah atau Bukaan Suntikan
Semua selongsong harus mempunyai bukaan untuk suntikan di kedua ujung. Untuk kabel
drapped, semua titik yang tinggi harus mempunyai celah suntikan kecuali di lokasi dengan
kelengkungan kecil, seperti pada slab menerus. Celah suntikan atau lubang buangan harus
digunakan di titik-titik rendah jika tendon akan diletakkan, diberi tegangan dan disuntik pada
cuaca beku. Semua celah atau bukaan suntikan harus dapat mencegah bocornya suntikan
C. Ukuran Selongsong
Untuk tendon yang terdiri dari kawat, batang atau strands, luas selongsong harus sedikitnya
dua kali luas netto baja prategang. Untuk tendon yang terdiri atas satu kawat, batang atau strands,
diameter selongsongnya harus sedikitnya ¼ lebih besar dari pada diameter nominal kawat,
batang atau strands.
D. Peletakan Selongsong
Sesudah selongsong diletakkan dan pencetakan selesai, harus dilakukan pemeriksaan untuk
menyelidiki kerusakan selongsong yang mungkin ada. Selongsong harus dikecangkan dengan
baik pada jarak-jarak yang cukup dekat, untuk mencegah peralihan selama pengecoran beton.
Semua lubang atau bukaan di selongsong harus diperbaiki sebelum pengecoran beton. Celah atau
bukaan untuk penyuntikan harus diangkur dengan baik pada selubung dan pada baja tulangan
atau cetakan, untuk mencegah peralihan selama operasi pengecoran beton.
Laporan Studi Kasus Prestressing Girder Jalan Bebas Hambatan Medan-Kualanamu 37
3. Proses Penyuntikan
i. Selongsong dengan dinding beton (cored ducts) harus disemprot untuk menjamin
bahwa beton dapat dibasahi dengan baik.
ii. Semua celah titik tinggi dan suntikan harus terbuka pada saat penyuntikan dimulai.
iii. Suntikan harus dapat mengalir dari celah pertama setelah pipa masukan sampai air
pembersih residual atau udara yang terperangkap telah dikeluarkan, pada saat mana
celah tersebut harus ditutup. Celah-celah lainnya harus ditutup secara berurutan
dengan cara yang sama. Proses pemompaan pada masukan tendon tidak boleh
melebihi 250 psig (1700 kPa).
iv. Bahan suntikan harus dipompa melalui selongsong dan secara terus menerus ke luar
di pipa buangan sampai tidak terlihat lagi ada air atau udara yang keluar. Waktu
keluar suntikan tidak boleh kurang dari waktu pemberian bahan suntikan. Untuk
menjamin bahwa tendon tetap terisi dengan bahan suntikan, maka keluaran dan atau
masukan harus ditutup. Tutup yang dibutuhkan tidak boleh lepas atau dibuka samapi
bahan suntikan mengering.
v. Apabila aliran searah dari bahan suntikan tidak dapat dipertahankan, maka suntikan
harus segera dikuras dari saluran dengan air.
vi. Pada temperatur di bawah 0o C, saluran harus dijaga bebas air untuk menghindari
kerusakan akibat pembekuan.
vii. Temperatur tidak boleh 1.67o C atau lebih tinggi dari temperatur pada saat
penyuntikan sampai kubus suntikan yang berukuran 5.08 cm (2”) mencapai kuat
tekan sebesar 5.5 MPa.
viii. Bahan suntikan tidak boleh melebihi 32.2oC selama pencampuran atau pemompaan.
Jika perlu, pencampuran air harus didinginkan.
4.6 Tahapan pembebanan pada Fly over Medan-Kualanamu
Tahapan pembebanan pada beton prategang precast yang pada tulisan ini dihususkan pada
girder Fly over Medan-Kualanamu, sedikitnya ada 3 (tiga) yaitu tahap awal saat pemberian gaya
prategang, tahap pengangkatan dan pengangkutan, lalu tahap akhir saat beton menerima beban
eksternal.
Laporan Studi Kasus Prestressing Girder Jalan Bebas Hambatan Medan-Kualanamu 38
1. Tahap awal
Pembebanan tahap awal merupakan pemberian gaya prategang terhadap girder tetapi belum
dibebani oleh beban eksternal. Tahap ini dapat dibagi dalam beberapa tahap:
(1) Sebelum diberi gaya prategang. Pada masa sebelum diberi gaya prategang, beton girder
masih lemah dalam memikul beban, oleh karena itu harus dicegah agar tidak terjadi kehancuran
pada ujung girder. Harus diperhitungkan susut beton, dan retakan yang timbul akibat sust
tersebut. Curing beton harus diperhatikan sebelum peralihan gaya prategang.
(2) Pada saat diberi gaya prategang. Besarnya gaya prategang yang berkerja pada tedon saat
proses stressing dapat membuat kabelStrand putus jika pemberian gaya melebihi tegangan
maksimum strand atau jika strand dalam kondisi rusak. Beton bermutu rendah atau belum cukup
umur juga dapat hancur pada tahapan ini.
Tegangan Tahapan Beban Tegangan Izin
Baja 1.Akibat Jaking Force 0.80fpu atau 0.94 fpy
2. Segera setelah
pengangkuran tendon
0,7 fpu
Beton 1.Segera setelah peralihan,
sebelum kehilangan.
Tekan- 0. 60 √ f`ci Tarik -
0.25 f `ci (kecuali pada ujung
balok diatas dua tumpuan
0.5√ f`ci diizinkan) Tekan-
0.45f `c Tarik - 0.50 √f`c
Tabel Tegangan izin untuk batang lentur (Peraturan ACI) [Ned,1993]
(3). Pada saat peralihan gaya prategang. Untuk komponen struktur post-tension peralihan beban
berlangsung secara bertahap, gaya prategang pada tendon dialihkan ke beton satu-per satu
tendon. Pada keadaan ini gaya eksternal belum berkerja kecuali berat sendirinya. Gaya prategang
awal setelah terjadi kehilangan juga ikut menentukan desain girder. Girder dengan panjang
bentang tersebut diatas yang terletak diatas dua tumpuan, akibat berat sendirinya akan
menimbulkan momen positif ditengah bentang. Oleh karena itu maka gaya yang diberikan pada
girder harus dapat mengimbangi kondisi seperti ini.
Laporan Studi Kasus Prestressing Girder Jalan Bebas Hambatan Medan-Kualanamu 39
2. Tahap Antara
Pembebanan tahap ini ada karena girder proyek FO Medan-Kualanamu merupakan beton
precast yang mengalami proses perpindahan dari pabrik ke lokasi teakhirnya. Tahapan antara
merupakan tahapan pembebanan selama girder dalam masapengangkutan dan pengangkatan,
termasuk masa saat girder dalam proses erection. Cara pengangkatan dan pengangkutan balok
girder harus diperhitungkan dengan baik.Pengangkatan dengan cara yang salah dapat
mengakibatkan balok girder retak atau bahkan mungkin patah.
3. Tahap akhir
Pembebanan tahap akhir merupakan tahapan dimana beban rencana telah berkerja pada
struktur. Pada beton prategang, ada tiga jenis beban kerja yang dialami:
(1).Beban kerja tetap. Lendutan ke atas atau kebawah girder akibat beban kerja tetap konstruksi
tersebut merupakan salah satu factor penentu dalam desain, karena pengaruh dari rangkaian
akibat lentur akan memperbesar nilainya. Sehingga diberikan batasan tertentu besarnya lendutan
akibat beban tetap.
(2).Beban kerja. Girder juga didesain berdasarkan beban kerja yang akan dideritanya. Beban
kerja yang berlebihan harus ikut dipertimbangkan.
(3).Beban retak. Retak pada komponen beton prategang berarti perubahan mendadak pada
tegangan rekat dan geser yang sering menjadi parameter bagi kekuatan lelah.
Balok girder dengan bentang lebar menuntut perencanaan teknologi tinggi. Penggunaan
beton bertulang biasa akan menjadikan perencanaan sangat boros dan tidak ekonomis, dimensi
balok girder akan sangat besar. Penggunaan beton prategang dengan balok precast dianggap
mampu memenuhi syarat setelah dilakukan perhitungan terlebih dahulu.
Laporan Studi Kasus Prestressing Girder Jalan Bebas Hambatan Medan-Kualanamu 40
4.7 Laporan stressing girder persegmental satu arah.
1. LAPORAN STRESSING (STRESSING REPORT)
STRESSING SATU ARAH (STRESSED ONE END)
Proyek/Project : TOLL MEDAN - KUALA NAMU Kontraktor Utama : CHEC – CSCEC – HK – JO Konsultan : PT BINA KARYA (PERSERO)
Struktur/structure :
No. Tendon/Tendon No :
PRECAST I – GIRDER SEGMENTAL
C 1
Jumlah Strand/No. of strand : 36Luas Strand/Area :98,7 mm2Elastic Modulus : 212371.663 mmJacking Force : 75 %
Dihitung/Calculated by
Diperiksa/checked by
LokasiAngkur
Stress order
L Tendon
Gaya StressingPressure Gauge Elongation
Jack No : YCQ300Q- 200
Stressing Force Caic. Read Calc.Meas.
Difference
Anchorloc M KN % Mpa Mpa mm Mm Mm % Balok No : 8 TEPI 84069501 2 3 4 5 6 7 8 9 10=9-8 11=10/8*100
SISI A (END A) 25,6
0 0 0 0 Tanggal(15-09-2014)
1550 25 7.3 7,3 39 38
3271 50 14.5 14,5 78
4630 75 21.8 21,8 117
6159 100 29 29 156 157 1 0,64
Laporan Studi Kasus Prestressing Girder Jalan Bebas Hambatan Medan-Kualanamu 41
Catatan/Note :
CAMBER 1,3 cm
I 160 L 25,6
Min 145
Ideal 156
Max 167
Laporan Studi Kasus Prestressing Girder Jalan Bebas Hambatan Medan-Kualanamu 42
Dapat diuraikan dengan :
Pada girder segmen C1 yang jumlah strand nya 36 buah, dengan luas area 98,7 mm² yang
memiliki modulus elastis 212371.663 mm dengan alat jacking yang memiliki kekuatan 75 %
dengan tipe alat jacking YCQ300Q – 200 yang panjang girdernya 25,6m dapat dihasilkan :
Besar gaya stressing pada saat tarikan tendon 25 % adalah = 1550 KN
Besar gaya stressing pada saat tarikan tendon 50% adalah = 3271 KN
Besar gaya stressing pada saat tarikan tendon 75% adalah = 4630 KN
Besar gaya stressing pada saat tarikan tendon 100% adalah = 6159 KN
Penarikan tendon yang didapat dilapangan sebesar 157 mm dan idealnya 156 mm maka terjadi
perpanjangan 1mm. Sesuai data perpanjangan tendon PT. WiKa Beton memberikan nilai
minimum 145 mm dan nilai maximum yang didapat 167 mm sehingga penarikan tendon sesuai
dari hasil yang diberikan .
Laporan Studi Kasus Prestressing Girder Jalan Bebas Hambatan Medan-Kualanamu 43
2. LAPORAN STRESSING (STRESSING REPORT)
STRESSING SATU ARAH (STRESSED ONE END)
Proyek/Project : TOLL MEDAN - KUALA NAMU Kontraktor Utama : CHEC – CSCEC – JO Konsultan : PT BINA KARYA (PERSERO)
Struktur/structure :
No. Tendon/Tendon No :
PRECAST I – GIRDER SEGMENTAL
C2
Jumlah Strand/No. of strand : 36Luas Strand/Area : 98,7 mm2Elastic Modulus : 212371.663 mmJacking Force : 75 %
Dihitung/Calculated by
Diperiksa/checked by
LokasiAngkur
Stress order
L Tendon
Gaya StressingPressure Gauge Elongation
Jack No : YCQ300Q-200
Stressing Force Caic. Read Calc.Meas.
Difference
Anchorloc M KN % Mpa Mpa mm Mm mm % Balok No : 8 TEPI 84069501 2 3 4 5 6 7 8 9 10=9-8 11=10/8*10
0SISI A (END A) 25,6
0 0 0 0 Tanggal : (15-09-2014)
1550 25 7.3 7,3 42 42 0 0
3271 50 14.5 14,5 85
4630 75 21.8 21,8 126 127 1
6159 100 29 29 169 169 0 0
Catatan/Note :
Laporan Studi Kasus Prestressing Girder Jalan Bebas Hambatan Medan-Kualanamu 44
CAMBER 1,3 cm
I 160 L 25,6
Min 157
Ideal 169
Max 181
Laporan Studi Kasus Prestressing Girder Jalan Bebas Hambatan Medan-Kualanamu 45
Dapat diuraikan dengan :
Pada girder segmen C2 yang jumlah strand nya 36 buah, dengan luas area 98,7 mm² yang
memiliki modulus elastis 212371.663 mm dengan alat jacking yang memiliki kekuatan 75 %
dengan tipe alat jacking YCQ300Q – 200 yang panjang girdernya 25,6m dapat dihasilkan :
Besar gaya stressing pada saat tarikan tendon 25 % adalah = 1550 KN
Besar gaya stressing pada saat tarikan tendon 50% adalah = 3271 KN
Besar gaya stressing pada saat tarikan tendon 75% adalah = 4630 KN
Besar gaya stressing pada saat tarikan tendon 100% adalah = 6159 KN
Penarikan tendon yang didapat dilapangan sebesar 169 mm dan idealnya 169 mm maka tidak
terjadi perpanjangan. Sesuai data perpanjangan tendon PT. WiKa Beton memberikan nilai
minimum 157 mm dan nilai maximum yang didapat 181 mm sehingga penarikan tendon sesuai
dari hasil yang diberikan .
Laporan Studi Kasus Prestressing Girder Jalan Bebas Hambatan Medan-Kualanamu 46
3. LAPORAN STRESSING (STRESSING REPORT)
STRESSING SATU ARAH (STRESSED ONE END)
Proyek/Project : TOLL MEDAN - KUALA NAMU Kontraktor Utama : CHEC – CSCEC – HK JO Konsultan: PT BINA KARYA (PERSERO)
Struktur/structure :
No. Tendon/Tendon No :
PRECAST I – GIRDER SEGMENTAL
C3
Jumlah Strand/No. of strand : 36Luas Strand/Area : 98,7 mm2Elastic Modulus : 212371.663 mmJacking Force : 75 %
Dihitung/Calculated by
Diperiksa/checked by
LokasiAngkur
Stress order
L Tendon
Gaya StressingPressure Gauge Elongation
Jack No : YCQ300Q-200
Stressing Force Caic. Read Calc.Meas.
Difference
Anchorloc M KN % Mpa Mpa mm Mm mm % Balok No : 8 TEPI 84069501 2 3 4 5 6 7 8 9 10=9-8 11=10/8*10
0SISI A (END A) 25,6
0 0 0 0 Tanggal : (15-09-2014)
1550 25 7.3 7,3 44
3271 50 14.5 14,5 88
4630 75 21.8 21,8 131
6159 100 29 29 175 174 1 0,63
Catatan/Note :
Laporan Studi Kasus Prestressing Girder Jalan Bebas Hambatan Medan-Kualanamu 47
CAMBER 1,3 cm
I 160 L 25,6
Min 163
Ideal 175
Max 187
Laporan Studi Kasus Prestressing Girder Jalan Bebas Hambatan Medan-Kualanamu 48
Dapat diuraikan dengan :
Pada girder segmen C3 yang jumlah strand nya 36 buah, dengan luas area 98,7 mm² yang
memiliki modulus elastis 212371.663 mm dengan alat jacking yang memiliki kekuatan 75 %
dengan tipe alat jacking YCQ300Q – 200 yang panjang girdernya 25,6m dapat dihasilkan :
Besar gaya stressing pada saat tarikan tendon 25 % adalah = 1550 KN
Besar gaya stressing pada saat tarikan tendon 50% adalah = 3271 KN
Besar gaya stressing pada saat tarikan tendon 75% adalah = 4630 KN
Besar gaya stressing pada saat tarikan tendon 100% adalah = 6159 KN
Penarikan tendon yang didapat dilapangan sebesar 174 mm dan idealnya 175 mm maka terjadi
perpanjangan 1mm. Sesuai data perpanjangan tendon PT. WiKa Beton memberikan nilai
minimum 163 mm dan nilai maximum yang didapat 187 mm sehingga penarikan tendon sesuai
dari hasil yang diberikan .
Laporan Studi Kasus Prestressing Girder Jalan Bebas Hambatan Medan-Kualanamu 49