bab 4 lia fix

29
PENGARUH PEMBERIAN SUSU FORMULA TERHADAP PERTUMBUHAN ANAK USIA 6-24 BULAN DI POSYANDU DESA TARAJU KUNINGAN PROPOSAL PENELITIAN Disusun Oleh: LIA SETIAWATI 213.C.0015 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARDIKA CIREBON 2016 BAB I PENDAHULUAN A; Latar Belakang

Upload: mafni-yuli

Post on 07-Jul-2016

236 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Bab 4 lia fix

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 4 lia fix

PENGARUH PEMBERIAN SUSU FORMULA TERHADAP

PERTUMBUHAN ANAK USIA 6-24 BULAN DI POSYANDU DESA

TARAJU KUNINGAN

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Oleh:

LIA SETIAWATI

213.C.0015

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARDIKA

CIREBON

2016

BAB I

PENDAHULUAN

A; Latar Belakang

Page 2: Bab 4 lia fix

Perilaku ibu dalam pemberian susu formula pada balita merupakan

suatu tindakan untuk memberikan MP-ASI dengan susu formula agar

kebutuhan gizinya terpenuhi (Depkes RI dalam Pratiwi, 2009).

Perkembangan zaman yang menuntut segalanya serba praktis

menjadikan susu formula banyak dilirik oleh para ibu, terutama mereka

yang bekerja. Kini dengan peralatan dan teknologi yang canggih, para

produsen susu formula bersaing dalam merebut hati mereka dengan

mengeluarkan produk susu formula (Khasanah, 2011).

Salah satu indikator keberhasilan pencapaian SUSTAINABLE

DEVELOPMENT GOALS (SDGs) di Indonesia adalah Pada tahun 2030,

mengakhiri kelaparan dan menjamin akses pangan yang aman, bergizi, dan

mencukupi bagi semua orang, khususnya masyarakat miskin dan rentan

termasuk bayi, di sepanjang tahun.

Pada 2030, mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah,

dengan seluruh negara berusaha menurunkan Angka Kematian Neonatal

setidaknya hingga 12 per 1.000 KH dan Angka Kematian Balita 25 per

1.000 KH. Pada tahun 2030, mengakhiri segala bentuk malnutrisi,

termasuk mencapai target internasional 2025 untuk penurunan stunting

dan wasting pada balita dan mengatasi kebutuhan gizi remaja perempuan,

wanita hamil dan menyusui, serta lansia.

RPJMN 2015 – 2019: Prevalensi kekurangan gizi (underweight) pada

anak balita 19,6%(RISKESDAS 2013) dan target 2019 17%.Prevalensi stunting

(pendek dan sangat pendek) pada anak baduta (bawah dua tahun) 32,9%

(RISKESDAS 2013) target 2019 adalah 28% (Menurunkan sebesar 40%).

Pemberian MP ASI secara tepat akan meningkatkan kualitas kesehatan

bayi. Menurut Depkes RI (2006), “Makanan pendamping ASI adalah

makanan atau atau minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan

kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan zat gizi

selain dari ASI”.(6) Agar tujuan dari pemberian MP ASI dapat tercapai,

maka pemberiannya harus disesuaikan dengan kemampuan bayi untuk

mencerna makanan.

Hal yang penting bagi pertumbuhan bayi dan anak adalah nutrisi

sebagai pondasi bagi pertumbuhan badan yang sehat yang pada gilirannya

akan mendukung perkembangan yang sehat. Nutrisi secara khusus penting

dalam tahun pertama kehidupan bayi. Pada masa bayi, benar-benar

tergantung pada pengasuhnya untuk mendapatkan nutrisi. Selama tahun

pertama, berat badan bayi meningkat tiga kali lipat dibanding berat

Page 3: Bab 4 lia fix

lahirnya. Lebih jauh lagi, 65% dari total pertumbuhan otak setelah lahir

terjadi selama tahun pertama kehidupan bayi (Meadow et al., 2005).

B; Rumusan Masalah

Berdasarkan urian diatas dapat dirumuskan asalah sebagai berikut :

a; Apakah ada pengaruh pemberian susu formula kepada anak usia 6-

24 bulan

b; Apakah ada pengaruh pemberian susu formula terhadap

pertumbuhan anak usia 6-24 bulan

C; Tujuan

a; Tujuan Umum

Sesuai dengan masalah yang hendak dipecahkan dalam

penelitian ini, maka tujuan umum yang ingin dicapai adalah untuk

mengetahui pengaruh pemberian susu formula terhadap

pertumbuhan anak usia 6-24 bulan.

b; Tujuan khusus

a; Untuk mengetahui pengaruh pemberian susu formula

terhadap anak usia 6-24 bulan.

b; Untuk mengetahui pengaruh pemberian susu formula

terhadap pertumbuhan anak usia 6-24 bulan.

D; Manfaat

a; Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan

pemikiran bagi dunia pendidikan dan kesehatan.

b; Manfaat praktis

a; Bagi Penulis

Dalam penyusunan penelitian ini sebagai sumber

yang dapat dijadikan sebagai modul atau pembelajaran bagi

pembaca untuk lebih mengetahui dan memahami.

b; Bagi Lembaga Pendidikan

Page 4: Bab 4 lia fix

Sebagai masukan yang membangun guna

meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang ada,

termasuk para pendidik yang ada di dalamnya, dan penentu

kebijakan dalam lembaga pendidikan, serta pemerintah

secara umum.

c; Bagi ibu yang menyusui

Membantu dalam memberikan pengetahuan bagi

ibu-ibu atau anggota keluarga yang mempunyai anak

berusia 6-24 bulan tentang pemberian susu formula

terhadap petumbuhan anak usia 6-24 bulan.

d; Bagi Posyandu

Mampu meningkatkan informasi mengenai asi dan

pemberian susu formula terhadap pertumbuhan anak usia

6-24 bulan dalam memberikan informasi atau penyuluhan

kesehatan khususnya pada ibu tentang pengaruhnya

terhadap tumbuh kembang bayi.

e; Bagi tenaga kesehatan

Diharapkan dapat memberikan masukan dalam

meningkatkan penyuluhan mengenai pemberian susu

formula terhadap pertumbuhan anak usia 6-24 bulan serta

dampaknya bagi tumbuh kembang bayi.

E; Ruang Lingkup

Sepengetahuan penulis, penelitian tentang pemberian susu formula

terhadap pertumbuhan anak usia 6-24 bulan di posyandu desa taraju kuningan

ini belum pernah dilakukan di Kabupaten Kuningan . Penelitian ini adalah

penelitian kualitatif yang difokuskan pada apakah ada pengaruh pemebrian

susu formula terhadap pertumbuhan anak usai 6-24 bulan.

1; Peneliti : Nur aini Rahmawati Aris Budhi ArtiJudul Penelitian : Hubungan Ketertarikan Iklan Susu Formula Denganm

Pemberian Asi Ekkslusif Di Posyandu Desa Kemudo Prambanan Klaten

Desain Penelitian : Diskriptif Korelasional dan Non Probability

Sampling

Variable :

Page 5: Bab 4 lia fix

ketertarikan iklan susu formula

pemberian ASI Eksklusif

Hasil Penelitian :

a; Ketertarikan iklan susu formula di Posyandu Desa Kemudo

Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten sebagian besar pada

kategori tidak tertarik dengan prosentase 60 %.

b; Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Desa Kemudo Kecamatan

Prambanan Kabupaten Klaten sebagian besar tidak memberikan

ASI Eksklusif dengan prosentase 76,6 %.

c; Ada hubungan yang bermakna antara ketertarikan iklan susu

formula dengan pemberian ASI Eksklusif dengan nilai 2 =

10,497, p = 0,007 (p < 0,05), OR = 0,52 dan CI 95% 0.083-3.259.

Nilai OR 0.52 berarti bahwa ibu yang tidak tertarik dengan iklan

susu formula cenderung 0.52 kali untuk memberikan ASI Eksklusif

pada bayinya

2; Nama peneliti : Nuriza Astari dan Aryu Candra K

Judul : Hubungan pemberian susu formula dengan kejadian diare Pada

bayi usia 0-6 bulan

Desain penelitian : Kuantitatif, analitik observasional

Varibale :

Pemberian susu formula kepada bayi usia 0-6 bulan.

Kejadian Diare

Hasil penelitian :

Pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan mempunyai hubungan

dengan kejadian diare, dan bayi yang diberikan susu formula

mempunyai risiko 14,1 kali terpapar diare, dibandingkan dengan bayi

yang tidak diberi susu formula.

Page 6: Bab 4 lia fix

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A; Pemberian Susu Formula

a; Definisi

Pemberian susu formula diindikasikan untuk bayi yang

karena sesuatu hal tidak mendapatkan ASI atau sebagai tambahan

jika produksi ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi. Penggunaan

susu formula ini sebaiknya meminta nasehat kepada petugas

kesehatan agar penggunaannya tepat (Nasar, dkk, 2005).

Walaupun memiliki susunan nutrisi yang baik, tetapi sususapi sangat baik hanya untuk anak sapi, bukan untuk bayi. Olehkarena  itu,   sebelum dipergunakan untuk makanan bayi,   susunannutrisi susu formula harus diubah hingga cocok untuk bayi. Sebab,ASI merupakan makanan bayi yang ideal sehingga perubahan yangdilakukan pada komposisi nutrisi susu sapi harus sedemikian rupahingga mendekati susunan nutrisi ASI (Khasanah, 2011).

Prinsip pemilihan susu yang tepat dan baik untuk anak

adalah susu yang tepat dan baik untuk anak adalah susu yang

sesuai dan bisa diterima oleh sistem tubuh bayi. Susu terbaik tidak

Page 7: Bab 4 lia fix

harus susu yang disukai bayi atau susu yang harganya mahal. Susu

terbaik tidak akan menimbulkan gangguan saluran cerna seperti,

diare, muntah, atau kesulitan buang air besar. Pemberian susu

formula dengan takaran yang kurang tepat dapat mengganggu

pertumbuhan bayi, sedangkan pemberian yang berlebihan dapat

menyebabkan bayi berisiko mengalami berlebih atau obesitas.

Sebaliknya, jika pemberian susu formula terlalu encer atau

jumlahnya dibatasi dapat menyebabkan marasmus atau kurang gizi.

Untuk bayi yang diberikan susu formula biasanya frekuensi

pemberiannya setiap 3-4 jam pada bulan pertamanya atau bila bayi

lapar. Semakin besar frekuensi menyusui akan semakin berkurang,

tapi jumlah susu formula akan meningkat. Apabila ibu mengalami

kesulitan dalam menentukan jumlahnya dengan tepat, sebaiknya

gunakan botol susu yang ada petunjuk ukuran sehingga

memudahkannya menyiapkan susu formula dengan jumlah yang

tepat (Khasanah, 2011).

b; Kandungan Susu Formula

Susu formula yang dibuat dari susu sapi telah diproses dan diubah

kandungan komposisinya sebaik mungkin agar kandungannya sama

dengan ASI tetapi tidak 100% sama. Proses pembuatan susu formula,

kandungan karbohidrat, protein dan mineral dari susu sapi telah diubah

kemudian ditambah vitamin serta mineral sehingga mengikuti

komposisi yang dibutuhkan sesuai untuk bayi berdasarkan usianya.

(Suririnah, 2009).

Ada beberapa kandungan gizi dalam susu formula yaitu, lemak

disarankan antara 2,7-4,1 g tiap 100 ml, protein berkisar antara 1,2-1,9

g tiap 100 ml dan karbohidrat berkisar antara 5,4-8,2 g tiap 100 ml.

(Khasanah 2011).

c; Kelemahan Susu Formula

Praptiani (2012) menjelaskan telah teridentifikasi adanya kerugian

berikut ini untuk bayi yang diberikan susu formula yaitu:

1; Susu formula kurang mengandung beberapa senyawa nutrien.

2; Sel-sel yang penting dalam melindungi bayi dari berbagi jenis

patogen.

3; Faktor antibodi, antibakteri dan antivirus ( misalnya IgA, IgG, IgM

dan laktoferin).

Page 8: Bab 4 lia fix

4; Hormon (misalnya hormon prolaktin dan hormon tiroid).

5; Enzim dan prostaglandin.

Susu formula banyak kelemahannya karena terbuat dari susu sapi ;

kandungan susu formula tidak selengkap ASI, pengenceran yang salah,

kontaminasi mikroorganisme, menyebabkan alergi, bayi bisa diare dan

sering muntah, menyebabkan bayi terkena infeksi, obesitas atau kegemukan,

pemborosan, kekurangan zat besi dan vitamin, mengandung banyak garam.

(Khasanah, 2011).

d; Efek atau dampak negatif pemberian susu formula

Roesli (2008) menjelaskan berbagai dampak negatif yang terjadi

pada bayi akibat dari pemberian susu formula, antara lain:

1; Gangguan saluran pencernaan (muntah, diare)

Saluran pencernaan bayi dapat terganggu akibat dari

pengenceran susu formula yang kurang tepat, sedangkan susu yang

terlalu kental dapat membuat usus bayi susah mencerna sehingga

sebelum susu dicerna oleh usus akan dikeluarkan kembali melalui

anus yang mengakibatkan bayi mengalami diare (Khasanah, 2011).

2; Infeksi saluran pernapasan

Susu sapi tidak mengandung sel darah putih hidup dan

antibiotik sebagai perlindungan tubuh dari infeksi. Proses

penyiapan susu formula yang kurang steril dapat menyebabkan

bakteri mudah masuk (Khasanah, 2011).

3; Meningkatkan resiko serangan asma

ASI dapat melindungi bayi dari penyakit langka botulism,

penyakit ini merusak fungsi saraf, menimbulkan berbagai penyakit

pernapasan dan kelumpuhan otot (Nasir, 2011).

Peneliti sudah mengevaluasi efek perlindungan dari

pemberian ASI, bahwa pemberian ASI melindungi terhadap asma

dan penyakit alergi lain. Sebaliknya, pemberian susu formula dapat

meningkatkan resiko tersebut (Oddy, dkk, 2003) dalam (Roesli,

2008).

4; Meningkatkan kejadian karies gigi susu

Page 9: Bab 4 lia fix

ASI mengurangi penyakit gigi berlubang pada anak (tidak

berlaku pada ASI dengan botol), karena menyusui lewat payudara

ada seperti keran, jika bayi berhenti menghisap, otomatis ASI juga

akan berhenti dan tidak seperti susu botol. Sehingga ASI tidak akan

mengumpul pada gigi da menyebabkan karies gigi (Nasir, 2011).

5; Menurunkan perkembangan kecerdasan kognitif

Susu formula mengandung glutamate (MSG-Asam amino)

yang merusak fungsi hypothalamus pada otak – glutamate adalah

salah satu zat yang dicurigai menjadi penyebab autis (Nasir, 2011).

Roesli (2008), bayi yang tidak diberi ASI mempunyai nilai

lebih rendah dalam semua fungsi intelektual, kemampuan verbal

dan kemampuan visual motorik dibandingkan dengan bayi yang

diberi ASI.

6; Meningkatkan resiko kegemukan (obesitas)

Kelebihan berat badan pada bayi yang mendapatkan susu

formula diperkirakan karena kelebihan air dan komposisi lemak

tubuh yang berbeda dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI

( Khasanah, 2011).

7; Meningkatkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah

ASI membantu tubuh bayi untuk mendapat kolesterol baik,

artinya melindungi bayi dari penyakit jantung pada saat sudah

dewasa. ASI mengandung kolesterol tinggi (fatty acid) yang

bermanfaat untuk bayi dalam membangun jaringan-jaringan saraf

dan otak. Susu yang berasal dari sapi tidak mengandung kolesterol

ini (Nasir, 2011).

8; Meningkatkan kurang gizi

Pemberian susu formula yang encer untuk menghemat

pengeluaran dapat mengakibatkan kekurangan gizi karena asupan

kurang pada bayi secara tidak langsung. Kurang gizi juga akan

terjadi jika anak sering sakit, terutama diare dan radang pernafasan

(Roesli, 2008)

e; Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian Susu Formula

1; Faktor pendidikan

Seseorang yang berpendidikan tinggi dan berpengetahuan

luas akan lebih bisa menerima alasan untuk memberikan ASI

eksklusif karena pola pikirnya yang lebih realistis dibandingkan

yang tingkat pendidikan rendah (Arifin, 2004).

Page 10: Bab 4 lia fix

2; Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif adalah hal yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang, salah satunya kurang

memadainya pengetahuan ibu mengenai pentingnya ASI yang

menjadikan penyebab atau masalah dalam peningkatan pemberian

ASI (Roesli, 2008).

3; Pekerjaan

Bertambahnya pendapatan keluarga atau status ekonomi

yang tinggi serta lapangan pekerjaan bagi perempuan berhubungan

dengan cepatnya pemberian susu botol. Artinya mengurangi

kemungkinan untuk menyusui bayi dalam waktu yang lama

(Amirudin, 2006).

4; Ekonomi

Hubungan antara pemberian ASI dengan ekonomi/

penghasilan ibu dimana ibu yang mempunyai ekonomi rendah

mempunyai peluang lebih memilih untuk memberikan ASI

dibanding ibu dengan sosial ekonomi tinggi kerena ibu yang

ekonominya rendah akan berfikir jika ASI nya keluar maka tidak

perlu diberikan susu formula karena pemborosan (Arifin, 2004).

5; Budaya

Budaya modern dan perilaku masyarakat yang meniru

negara barat mendesak para ibu untuk segera menyapih anaknya

dan memilih air susu buatan atau susu formula sebagai jalan

keluarnya (Arifin, 2004).

6; Kesehatan

Ketidaktahuan ibu tentang pentingnya ASI Cara menyusui

yang benar dan pemasaran yang dilancarkan secara agresif oleh

para produsen susu formula merupakan faktor penghambat

terbentuknya kesadaran orang tua dalam memberikan ASI

eksklusif (Nuryati, 2007).

7; Peran petugas kesehatan

Masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan

tentang manfaat pemberian ASI (Roesli, 2008).

B; Definisi Tumbuh Kembang

a; Defenisi Pertumbuhan

Page 11: Bab 4 lia fix

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua kata yang

berbeda, namun tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan ukuran sel

pada membelah diri dan sintesis protein baru, menghasilkan

peningkatan ukurandan berat seluruh atau sebagian sel (Wong, 2008).

Bertambahnya ukuran jumlah sel serta jaringan interselular,

Bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian/ keseluruhan,

Dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. (Kementerian

Kesehatan RI,2010).

Stimulasi/rangsangan adalah kegiatan merangsang kemampuan

dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara

optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi/rangsangan rutin sedini

mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. (Kementerian

Kesehatan RI,2010)

Cara Mengukur Pertumbuhan :

1; Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB/TB).

Tujuan pengukuran BB/TB : untuk menentukan

status gizi anak,normal, kurus, kurus sekali atau

gemuk.

Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan

jadwal deteksi dini tumbuh kembang balita.

Pengukuran dan penilaian BB/TB dilakukan oleh

tenaga kesehatan dan kader terlatih.(Kementerian Kesehatan RI,2010)

2; Pengukuran Berat Badan/BB:

Menggunakan timbangan bayi.

Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak

sampai umur 2 tahun atau selama anak masih bisa

berbaring/duduk tenang.

Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak

mudah bergoyang.

Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke

angka 0.

Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaus kaki,

sarung tangan.

Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.

Page 12: Bab 4 lia fix

Lihat jarum timbangan sampai berhenti.

Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan

atau angka timbangan.

Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan

gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah antara

gerakan jarum ke kanan dan kekiri.

Menggunakan timbangan injak.

Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga

tidak mudah bergerak.

Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke

angka 0.

Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang

tipis, tidak memakai alas kaki, jaket, topi, jam

tangan, kalung, dan tidak memegang sesuatu.

Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi.

Lihat jarum timbangan sampai berhenti.

Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan

atau angka timbangan.

Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan

gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah antara

gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.(Kementerian Kesehatan RI,2010)

b; Defenisi Perkembangan

Perkembangan (development) merupakan perubahan dan perluasan

secara bertahap, perkembangan tahap kompleksitas dari dari yang lebih

rendah ke yang lebih tinggi, peningkatan dan perluasan kapasitas

seseorang melalui pertumbuhan, maturasi serta pembelajaran

(Wong,2008).

Bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks

dalam kemampuan :

Gerak kasar

Gerak halus,

Bicara dan bahasa

Serta sosialisasi dan kemandirian.

c; Aspek-aspek Perkembangan yang Dipantau.

Page 13: Bab 4 lia fix

1; Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan

dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang

melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.

2; Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan

dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan dan

dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang

cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan

sebagainya.

3; Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan

dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,

berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.

4; Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan

selesai bermain), berpisah dengan dengan ibu/pengasuh anak,

bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.

(Kementerian Kesehatan RI,2010)

d; Ciri- ciri tumbuh kembang anak

1; Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi

bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai

dengan perubahan fungsi.

2; Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan

perkembangan selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati

satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya.

Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia

bisa berdiri.

3; Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang

berbeda. Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai

kecepatan yang berbeda-beda.

4; Perkembangan sesuai dengan pertumbuhan. Anak sehat,bertambah

umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah

kepandaiannya.

5; Perkembangan mempunyai pola yang tetap.

Page 14: Bab 4 lia fix

Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian

menuju ke arah anggota tubuh.

Perkembangan terjadi lebih dahulu gerak kasar (misalnya

tangan), kemudian berkembang ke bagian jari-jari yang

mempunyai kemampuan gerak halus .

6; Perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Tahap perkembangan

seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan.(Kementerian Kesehatan RI,2010)

e; Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh

Kembang Anak

1; Faktor dalam : Ras/etnik atau bangsa,Keluarga/genetik/keturunan,

Umur, Jenis kelamin.

2; Faktor luar

Gizi (pada saat ibu hamil), dan gizi masa pertumbuhan.

Racun/zat kimia dan radiasi .

Kekurangan hormon tertentu.

Beberapa hormon yang dapat mengganggu

pertumbuhan, misalnya kekurangan hormon insulin yang

menyebabkan ibu pada saat hamil menderita diabetes

(kencing manis), dan anak pada saat pertumbuhan

kekurangan hormon tiroid pada kelenjar gondok yang

mengakibatkan pertumbuhan anak menjadi pendek.

Penyakit Infeksi

Penyakit yang diderita ibu saat hamil, dan juga penyakit yang

diderita anak saat sedang masa pertumbuhan seperti TBC

(tuberkulosis), anemia (kurang darah), kelainan jantung

bawaan dll.

Sosio-ekonomi yang kurang.

Lingkungan pengasuhan.

Stimulasi / rangsangan.

Perkembangan memerlukan stimulasi/rangsangan khususnya

dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi

anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap

kegiatan anak. (Kementerian Kesehatan RI,2010).

Page 15: Bab 4 lia fix

f; Masa Tumbuh Kembang Anak

Masa tumbuh kembang anak dimulai sejak dalam kandungan dan

berlanjut sesudah lahir yang dibagi:

1; Masa bayi umur 0 sampai 11 bulan.

2; Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan).

3; Masa anak prasekolah (anak umur 60-72 bulan). (Kementerian Kesehatan RI,2010)

g; SDIDTK (Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang)

Stimulasi/rangsangan adalah kegiatan merangsang kemampuan

dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara

optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi/rangsangan rutin sedini

mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan.

Prinsip dasar dalam melakukan stimulasi/rangsangan anak:

1; Stimulasi/rangsangan dilakukan dengan dilandasi rasa cinta

dan kasih sayang.

2; Selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena

anak akan meniru tingkah laku orang-orang yang terdekat

dengannya.

3; Stimulasi/rangsangan dilakukan sesuai dengan kelompok

umur anak.

4; Melakukan stimulasi/rangsangan dengan cara mengajak

anak bermain, bernyanyi, bervariasi, menyenangkan, tanpa

paksaan dan tidak ada hukuman.

5; Melakukan stimulasi/rangsangan secara bertahap dan

berkelanjutan sesuai umur anak, terhadap ke 4 faktor

kemampuan dasar anak.

6; Mengunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman

dan ada di sekitar anak.

7; Memberikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki

dan perempuan.

Page 16: Bab 4 lia fix

8; Memberikan anak pujian, bila perlu diberi hadiah atas

keberhasilannya.

Deteksi tumbuh kembang artinya mendeteksi secara

dini adanya penyimpangan tumbuh kembang balita.

Intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang

balita artinya melakukan tindakan koreksi dengan

memanfaatkan plastisitas otak anak untuk

memperbaiki penyimpangan tumbuh kembang pada

seorang anak agar tumbuh kembangnya kembali

normal atau penyimpangannya tidak semakin berat.(Kementerian Kesehatan RI,2010)

1; Pada usia 6-9 bulan :

Duduk.

Merangkak.

Memindahkan benda dari satu tangan ketangan lainnya.

Memungut benda sebesar kacang.

Bersuara tanpa arti, mamama,bababa.

Bermain tepuk tangan/ciluk baa.

2; Pada usia 9-12 bulan

Mengangkat badan ke posisi berdiri

Menggenggam erat pensil

Berjalan dengan dituntun.

Mergulurkan tangan untuk meraih benda yang diinginkan

Memasukan benda ke mulut

Mengulang menirukan bunyi yang di dengar

Senang bermain ciluk baa

Mengenal anggota keluarga dan takut pada orang yang tidak dikenal(Kementerian Kesehatan RI,2010)

3; Merangsang perkembangan anak umur 6-12 bulan

Kemampuan gerak kasar

a; Stimulasi yang perlu dilanjutkan : Duduk.

b; Merangkak: Letakkan sebuah di luar jangkauan bayi usahakan agar

ia mau merangkak.

Page 17: Bab 4 lia fix

c; Berjalan berpegangan/ dgn bantuan : Pegang kedua tangan bayi

usahakan agar ia mau melangkah.

d; Naik tangga : Tunjukan cara naik tangga dengan cara merangkak.(Kementerian Kesehatan RI,2010)

Kemampuan bicara dan bahasa.

a; Stimulasi yang perlu dilanjutkan: Berbicara, Meniru kata-kata.

b; Menunjuk dan menyebut gambar : Ajak bayi melihat dan menyebut

gambar-gambar yang menarik seperti bunga, binatang dll.

c; Bernyanyi: Nyanyikan lagu dan bacakan syair sesering mungkin.(Kementerian Kesehatan RI,2010)

Kemampuan gerak halus

a; Stimulasi yang perlu dilanjutkan: Memegang benda dengan kuat,

Mengambil benda-benda kecil.

b; Memasukan benda kedalam wadah: Ajari memasukan dan

mengeluarkan benda kedalam wadah.

c; Bermain genderang: Tunjukan cara memukul genderang dari kaleng

bekas.

d; Memegang alat tulis, mencoretcoret/ menggambar :Sediakan alat tulis

dan kertas bekas, ajarkan bayi mencoret di kertas.(Kementerian Kesehatan RI,2010)

Kemampuan sosialisasi dan kemandirian.

a; Permainan bersosialisasi: Ajak bayi bermain dengan orang lain,

lambaikan tangan sambil berkata da-daag ketika ayah pergi.

b; Minum sendiri dari sebuah cangkir: Bantu bayi memegang cangkir

dan minum dari cangkir tersebut.

c; Makan bersama :Ajak bayi makan bersama dengan anggota keluarga

lainnya.(Kementerian Kesehatan RI,2010)

4; Pada usia 12 -18 bulan

Berdiri dan berjalan berpegangan.

Membungkuk memungut mainan dan berdiri kembali.

Berjalan mundur 5 langkah.

Page 18: Bab 4 lia fix

Memanggil ayah dengan kata papa, memanggil ibu dengan kata

mama.

Memasukkan kubus ke kotak.

Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis atau merengek.

Memperlihatkan rasa cemburu.(Kementerian Kesehatan RI,2010)

5; Pada usia 18-24 bulan

Berdiri sendiri tanpa berpegangan.

Berjalan.

Bertepuk tangan, melambai-lambai.

Memungut benda kecil dengan ibu jari.

Menggelindingkan bola.

Membantu menirukan pekerjaan rumah tangga.

Memegang cangkir sendiri.(Kementerian Kesehatan RI,2010)

Merangsang perkembangan anak umur 12-24 bulan

Kemampuan gerak kasar

a; Berjalan naik turun tangga.

b; Berjalan sambil berjinjit.

c; Menangkap dan melempar bola: Tunjukan kepada anak cara melempar

bola besar, dan ajari juga cara melempar bola yang lebih kecil.

d; Menendang bola: Ajari cara menendang bola.(Kementerian Kesehatan RI,2010)

Kemampuan gerak halus

a; Stimulasi yang perlu dilanjutkan: Memasukan benda ke wadah,

Menggambar

b; Meniup: Ajari anak meniup busa sabun dengan alatnya.

c; Membuat untaian: Ajari anak membuat untaian benda-benda seperti

manikmanik. (Kementerian Kesehatan RI,2010)

Kemampuan bicara dan bahasa

Page 19: Bab 4 lia fix

a; Stimulasi yang perlu dilanjutkan: Berbicara,Meniru kata-kata.

b; Menunjuk dan menyebut gambar: Ajak bayi melihat dan menyebut

gambar-gambar yang menarik seperti bunga, binatang dll.

c; Bernyanyi nyanyikan lagu dan bacakan syair sesering mungkin.(Kementerian Kesehatan RI,2010)

Kemampuan sosialisasi dan kemandirian.

a; Stimulasi yang perlu dilanjutkan: Permainan sosialisasi

b; Melepas pakaian: Tunjukan ke anak cara melepas pakaian.

c; Makan sendiri

d; Pergi ke tempat umum sering bawa anak ke tempat umum.(Kementerian Kesehatan RI,2010).

C; Kerangka teori

Pengaruh pertumbuhan anak usia6-24 bulan

a; Pemberian Susu Formula

b; Kandungan Susu Formula

c; Kelemahan Susu Formula

d; Efek atau dampak negatif pemberian

susu formula

e; Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Pemberian Susu Formula

f; Tumbuh Kembang

g; Aspek-aspek Perkembangan yang

Dipantau.

h; Ciri- ciri tumbuh kembang anak

i; Masa Tumbuh Kembang Anak

j; SDIDTK (Stimulasi, Deteksi,

Intervensi Dini Tumbuh Kembang)

Page 20: Bab 4 lia fix

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESISI PENELITIAN

A; Kerangka konsep

Berdasarkan teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka, maka peneliti membuat kerangka konsep untuk memudahkan

mengidentifikasi konsep-konsep sesuai penelitian sehingga dapat dimengerti dan dalam mengembangkan konsep dan teori menjadi

sebuah kerangka kerja. Di bawah ini dijelaskan mengenai kerangka konsep yang akan dilakukan peneliti di Desa Taraju.

Berdasarkan bagan diatas, peneliti hanya ingin mengetahui variabel pemberian susu formula terhadap pertumbuhan anak usia 6-24

bulan.

Pemberian Susu Formula Pertumbuhan anak usai 6-24 bulan

Page 21: Bab 4 lia fix

B; Hipotesa

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan dalam rencana penelitian

(Notoatmodjo, 2002 ).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : tidak ada pengaruh pengaruh pemberian susu formula terhadap pertumbuhan anak usia6-24bulan.

Ha : ada pengaruh pengaruh pemberian susu formula terhadap pertumbuhan anak usia 6-24bulan.

Page 22: Bab 4 lia fix

BAB IV

METODE PENELITIAN

A; Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskritif korelasi menurut Notoatmodjo 2010, penelitian korelasional merupakan jenis penelitian

yang mempelajari hubungan dua variable atau lebih,yakni sejauh mana variasi variable dalam satu variable berhubungan dengan

variasi dalam variable lain.

Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk memperoleh informasi tentang pengaruh pemberian susu formula terhadap

pertumbuhan anak usia 6-24 bulan di posyandu desa taraju kuningan.

B; Variable Penelitian

Variable adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didaptkan oleh satu penelitian

tentang sesuatu konsep pengertian tertentu. (Notoatmodjo,2005).

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variable yaitu varibale dependen dan independen.

a; Variable independen

Page 23: Bab 4 lia fix

Variable indpenden merupakan variable yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variable dependen/terikat

(Notoatmodjo,2005). Variable ini juga dikenal dengan nama variable bebas, artinya bebas dalam mempengaruhi variable

lain, dalam penelitian ini variable independennya adalah pemberian susu formula.

b; Variable dependen

Variable dependen merupakan variable yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variable bebas. Variable ini tergantung

dari variable bebas terhadap perubahan (Notoatmodjo,2005). Dalam penelitian ini variablnya adalah pertumbuhan ank usia

6-24 bulan.

C; Populasi dan Sampel penelitian

a; Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2004 dalam Hidayat, 2008).

Populasi adalah sejumlah besar subyek yan gmempunyai karakteristik tertentu. Subyek berupa manusia, hewan coba, data

laboraturium dan lain-lain, sedangkan karakteristik subyek ditentukan sesuai dengan ranah dan tujuan penelitian

( Arikunto,2008).

Populasi pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia 6-24 bulan dan memberikan susu formula terhadap anaknya.

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 12 Januari 2016 dan hasil yang diperoleh berjumlah 18 bayi dengan rincian sebagai

berikut:

Jumlah bayi umur 6-9 bulan adalah 4 bayi

Jumlah bayi 9-12 bulan adalah 5 bayi

Jumlah bayi 12-18 bulan adalah 6 bayi

Jumlah bayi 18-24 bulan 3 bayi

b; Sampel

Page 24: Bab 4 lia fix

Sampel adalah hasil dari pencuplikan dari populasi yang akan diteliti karakteristiknya (Notoatmodjo,2005). Sampel

merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

Teknik sampling yan digunakan pada penelitian ini adalah total sampling. Total sampling adalah semua anggota populasi

dijadikan sampel dalam penelitian ( Sugiyono, 2012).

Alasan peneliti mengambil teknik pengambilan sampel dengan mengunakan total sampling yaitu agar hasil penelitian

lebih prepentif sehingga penelitian lebih objektif. Jumlah sampel penelitian 18 responden.

D; Definisi Operasional

No Variable Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Page 25: Bab 4 lia fix

1. Pemberian susu

formula

Pemberian susu formula

diindikasikan untuk bayi

yang karena sesuatu hal

tidak mendapatkan ASI

atau sebagai tambahan

jika produksi ASI tidak

mencukupi kebutuhan

bayi. Penggunaan susu

formula ini sebaiknya

meminta nasehat kepada

petugas kesehatan agar

penggunaannya tepat

(Nasar, dkk, 2005

Kuesioner Angket Nominal

2. Pertumbuhan Bertambahnya ukuran

jumlah sel serta jaringan

interselular,

Bertambahnya ukuran

fisik dan struktur tubuh

sebagian/ keseluruhan,

Angket

Page 26: Bab 4 lia fix

Dapat diukur dengan

satuan panjang dan berat.

(Kementerian Kesehatan

RI,2010).

DAFTAR PUSTAKA

A Ulfah - 2014 http://digilib.unila.ac.id/2319/9/BAB%20I.pdf

Arifin, M Siregar. (2004). Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-Faktor yangMempengaruhinya. Diambil Tanggal 27 April 2011 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32726/1/fkm-arifin4.pdf

Ambarwati, R,E., Wulandari, D. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: MitraCendika Press

Deddy Muchtadi, 2009, Gizi Anti Penuaan Dini, Alfabeta: Bandung

Departemen Kesehatan R.I. (2005). Rencana Strategi Departemen Kesehatan. Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI. (2004). Kepmenkes RI No. 450/MENKES/IV/2004 Tentang Pemberian AirSusu Ibu (ASI) Secara Eksklusif Pada Bayi Indonesia. Jakarta.

Page 27: Bab 4 lia fix

Edining Tyas ,Budiwan Putri. 2013.”Hubungan Antara Pemberian Asi Eksklusif Dan Asi Non Eksklusif Dengan Pertumbuhan Berat Badan Bayi 0-6 Bulan Di Desa Giripurwo, Wonogiri”.Sumber : http://eprints.ums.ac.id/22730/24/2._Naskah_Publikasi.Pdf

Kementerian Kesehatan RI.2010. “Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak”. Sumber : http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2011/01/Buku-Kader-Seri-Kesehatan-Anak.pdf

Khasanah, Nur. 2011. ASI atau Susu Formula ya . Jogjakarta : FlashBook

Meadow, R., et al. 2005. Lecture notes Pediatrika Edisi ketujuh. Jakarta. ErlanggaMedical Series. pp 75.

Nasir. 2011. Hasil Penelitian Mengenai Manfaat ASI dan Perbandingannyadengan Susu Formula. http://dokternasir.web.id/2011. Diakses tanggal 25 Juni 2013.

Narendra, M.S, dkk. 2002. Buku Ajar I Tumbuh Kembang Anak dan Remaja EdisiPertama IDAI. Jakarta : Sagung Seto.

Nugroho, Taufan. (2011). ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta:Nuha Medika

Nurhayati, Ai,. 2007. Pengaruh Intervensi Konseling Gizi Pada Ibu Keluarga Miskin Terhadap Pemberian ASI Eksklusif. Seminar Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Available from www.scribd.com

Praptiani, Wuri. 2012. Kebidanan Oxford: Dari Bidan untuk Bidan. Jakarta: BukuKedokteran EGC

Page 28: Bab 4 lia fix

Ramaiah, Savitri. (2005). ASI dan Menyusui. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.

Roesli, Utami,2009.Mengenal ASI Eksklusif.Seri Satu.Jakarta:Trubus Agriwidya.

Roesli, U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif .Jakarta : Pustaka Bunda

Soetjiningsih.2002.Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Wong, Donna L, dkk. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume2. Jakarta : EGC

Page 29: Bab 4 lia fix