bab 4 lia fix
DESCRIPTION
Bab 4 lia fixTRANSCRIPT
PENGARUH PEMBERIAN SUSU FORMULA TERHADAP
PERTUMBUHAN ANAK USIA 6-24 BULAN DI POSYANDU DESA
TARAJU KUNINGAN
PROPOSAL PENELITIAN
Disusun Oleh:
LIA SETIAWATI
213.C.0015
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARDIKA
CIREBON
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A; Latar Belakang
Perilaku ibu dalam pemberian susu formula pada balita merupakan
suatu tindakan untuk memberikan MP-ASI dengan susu formula agar
kebutuhan gizinya terpenuhi (Depkes RI dalam Pratiwi, 2009).
Perkembangan zaman yang menuntut segalanya serba praktis
menjadikan susu formula banyak dilirik oleh para ibu, terutama mereka
yang bekerja. Kini dengan peralatan dan teknologi yang canggih, para
produsen susu formula bersaing dalam merebut hati mereka dengan
mengeluarkan produk susu formula (Khasanah, 2011).
Salah satu indikator keberhasilan pencapaian SUSTAINABLE
DEVELOPMENT GOALS (SDGs) di Indonesia adalah Pada tahun 2030,
mengakhiri kelaparan dan menjamin akses pangan yang aman, bergizi, dan
mencukupi bagi semua orang, khususnya masyarakat miskin dan rentan
termasuk bayi, di sepanjang tahun.
Pada 2030, mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah,
dengan seluruh negara berusaha menurunkan Angka Kematian Neonatal
setidaknya hingga 12 per 1.000 KH dan Angka Kematian Balita 25 per
1.000 KH. Pada tahun 2030, mengakhiri segala bentuk malnutrisi,
termasuk mencapai target internasional 2025 untuk penurunan stunting
dan wasting pada balita dan mengatasi kebutuhan gizi remaja perempuan,
wanita hamil dan menyusui, serta lansia.
RPJMN 2015 – 2019: Prevalensi kekurangan gizi (underweight) pada
anak balita 19,6%(RISKESDAS 2013) dan target 2019 17%.Prevalensi stunting
(pendek dan sangat pendek) pada anak baduta (bawah dua tahun) 32,9%
(RISKESDAS 2013) target 2019 adalah 28% (Menurunkan sebesar 40%).
Pemberian MP ASI secara tepat akan meningkatkan kualitas kesehatan
bayi. Menurut Depkes RI (2006), “Makanan pendamping ASI adalah
makanan atau atau minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan
kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan zat gizi
selain dari ASI”.(6) Agar tujuan dari pemberian MP ASI dapat tercapai,
maka pemberiannya harus disesuaikan dengan kemampuan bayi untuk
mencerna makanan.
Hal yang penting bagi pertumbuhan bayi dan anak adalah nutrisi
sebagai pondasi bagi pertumbuhan badan yang sehat yang pada gilirannya
akan mendukung perkembangan yang sehat. Nutrisi secara khusus penting
dalam tahun pertama kehidupan bayi. Pada masa bayi, benar-benar
tergantung pada pengasuhnya untuk mendapatkan nutrisi. Selama tahun
pertama, berat badan bayi meningkat tiga kali lipat dibanding berat
lahirnya. Lebih jauh lagi, 65% dari total pertumbuhan otak setelah lahir
terjadi selama tahun pertama kehidupan bayi (Meadow et al., 2005).
B; Rumusan Masalah
Berdasarkan urian diatas dapat dirumuskan asalah sebagai berikut :
a; Apakah ada pengaruh pemberian susu formula kepada anak usia 6-
24 bulan
b; Apakah ada pengaruh pemberian susu formula terhadap
pertumbuhan anak usia 6-24 bulan
C; Tujuan
a; Tujuan Umum
Sesuai dengan masalah yang hendak dipecahkan dalam
penelitian ini, maka tujuan umum yang ingin dicapai adalah untuk
mengetahui pengaruh pemberian susu formula terhadap
pertumbuhan anak usia 6-24 bulan.
b; Tujuan khusus
a; Untuk mengetahui pengaruh pemberian susu formula
terhadap anak usia 6-24 bulan.
b; Untuk mengetahui pengaruh pemberian susu formula
terhadap pertumbuhan anak usia 6-24 bulan.
D; Manfaat
a; Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan
pemikiran bagi dunia pendidikan dan kesehatan.
b; Manfaat praktis
a; Bagi Penulis
Dalam penyusunan penelitian ini sebagai sumber
yang dapat dijadikan sebagai modul atau pembelajaran bagi
pembaca untuk lebih mengetahui dan memahami.
b; Bagi Lembaga Pendidikan
Sebagai masukan yang membangun guna
meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang ada,
termasuk para pendidik yang ada di dalamnya, dan penentu
kebijakan dalam lembaga pendidikan, serta pemerintah
secara umum.
c; Bagi ibu yang menyusui
Membantu dalam memberikan pengetahuan bagi
ibu-ibu atau anggota keluarga yang mempunyai anak
berusia 6-24 bulan tentang pemberian susu formula
terhadap petumbuhan anak usia 6-24 bulan.
d; Bagi Posyandu
Mampu meningkatkan informasi mengenai asi dan
pemberian susu formula terhadap pertumbuhan anak usia
6-24 bulan dalam memberikan informasi atau penyuluhan
kesehatan khususnya pada ibu tentang pengaruhnya
terhadap tumbuh kembang bayi.
e; Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan dapat memberikan masukan dalam
meningkatkan penyuluhan mengenai pemberian susu
formula terhadap pertumbuhan anak usia 6-24 bulan serta
dampaknya bagi tumbuh kembang bayi.
E; Ruang Lingkup
Sepengetahuan penulis, penelitian tentang pemberian susu formula
terhadap pertumbuhan anak usia 6-24 bulan di posyandu desa taraju kuningan
ini belum pernah dilakukan di Kabupaten Kuningan . Penelitian ini adalah
penelitian kualitatif yang difokuskan pada apakah ada pengaruh pemebrian
susu formula terhadap pertumbuhan anak usai 6-24 bulan.
1; Peneliti : Nur aini Rahmawati Aris Budhi ArtiJudul Penelitian : Hubungan Ketertarikan Iklan Susu Formula Denganm
Pemberian Asi Ekkslusif Di Posyandu Desa Kemudo Prambanan Klaten
Desain Penelitian : Diskriptif Korelasional dan Non Probability
Sampling
Variable :
ketertarikan iklan susu formula
pemberian ASI Eksklusif
Hasil Penelitian :
a; Ketertarikan iklan susu formula di Posyandu Desa Kemudo
Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten sebagian besar pada
kategori tidak tertarik dengan prosentase 60 %.
b; Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Desa Kemudo Kecamatan
Prambanan Kabupaten Klaten sebagian besar tidak memberikan
ASI Eksklusif dengan prosentase 76,6 %.
c; Ada hubungan yang bermakna antara ketertarikan iklan susu
formula dengan pemberian ASI Eksklusif dengan nilai 2 =
10,497, p = 0,007 (p < 0,05), OR = 0,52 dan CI 95% 0.083-3.259.
Nilai OR 0.52 berarti bahwa ibu yang tidak tertarik dengan iklan
susu formula cenderung 0.52 kali untuk memberikan ASI Eksklusif
pada bayinya
2; Nama peneliti : Nuriza Astari dan Aryu Candra K
Judul : Hubungan pemberian susu formula dengan kejadian diare Pada
bayi usia 0-6 bulan
Desain penelitian : Kuantitatif, analitik observasional
Varibale :
Pemberian susu formula kepada bayi usia 0-6 bulan.
Kejadian Diare
Hasil penelitian :
Pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan mempunyai hubungan
dengan kejadian diare, dan bayi yang diberikan susu formula
mempunyai risiko 14,1 kali terpapar diare, dibandingkan dengan bayi
yang tidak diberi susu formula.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A; Pemberian Susu Formula
a; Definisi
Pemberian susu formula diindikasikan untuk bayi yang
karena sesuatu hal tidak mendapatkan ASI atau sebagai tambahan
jika produksi ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi. Penggunaan
susu formula ini sebaiknya meminta nasehat kepada petugas
kesehatan agar penggunaannya tepat (Nasar, dkk, 2005).
Walaupun memiliki susunan nutrisi yang baik, tetapi sususapi sangat baik hanya untuk anak sapi, bukan untuk bayi. Olehkarena itu, sebelum dipergunakan untuk makanan bayi, susunannutrisi susu formula harus diubah hingga cocok untuk bayi. Sebab,ASI merupakan makanan bayi yang ideal sehingga perubahan yangdilakukan pada komposisi nutrisi susu sapi harus sedemikian rupahingga mendekati susunan nutrisi ASI (Khasanah, 2011).
Prinsip pemilihan susu yang tepat dan baik untuk anak
adalah susu yang tepat dan baik untuk anak adalah susu yang
sesuai dan bisa diterima oleh sistem tubuh bayi. Susu terbaik tidak
harus susu yang disukai bayi atau susu yang harganya mahal. Susu
terbaik tidak akan menimbulkan gangguan saluran cerna seperti,
diare, muntah, atau kesulitan buang air besar. Pemberian susu
formula dengan takaran yang kurang tepat dapat mengganggu
pertumbuhan bayi, sedangkan pemberian yang berlebihan dapat
menyebabkan bayi berisiko mengalami berlebih atau obesitas.
Sebaliknya, jika pemberian susu formula terlalu encer atau
jumlahnya dibatasi dapat menyebabkan marasmus atau kurang gizi.
Untuk bayi yang diberikan susu formula biasanya frekuensi
pemberiannya setiap 3-4 jam pada bulan pertamanya atau bila bayi
lapar. Semakin besar frekuensi menyusui akan semakin berkurang,
tapi jumlah susu formula akan meningkat. Apabila ibu mengalami
kesulitan dalam menentukan jumlahnya dengan tepat, sebaiknya
gunakan botol susu yang ada petunjuk ukuran sehingga
memudahkannya menyiapkan susu formula dengan jumlah yang
tepat (Khasanah, 2011).
b; Kandungan Susu Formula
Susu formula yang dibuat dari susu sapi telah diproses dan diubah
kandungan komposisinya sebaik mungkin agar kandungannya sama
dengan ASI tetapi tidak 100% sama. Proses pembuatan susu formula,
kandungan karbohidrat, protein dan mineral dari susu sapi telah diubah
kemudian ditambah vitamin serta mineral sehingga mengikuti
komposisi yang dibutuhkan sesuai untuk bayi berdasarkan usianya.
(Suririnah, 2009).
Ada beberapa kandungan gizi dalam susu formula yaitu, lemak
disarankan antara 2,7-4,1 g tiap 100 ml, protein berkisar antara 1,2-1,9
g tiap 100 ml dan karbohidrat berkisar antara 5,4-8,2 g tiap 100 ml.
(Khasanah 2011).
c; Kelemahan Susu Formula
Praptiani (2012) menjelaskan telah teridentifikasi adanya kerugian
berikut ini untuk bayi yang diberikan susu formula yaitu:
1; Susu formula kurang mengandung beberapa senyawa nutrien.
2; Sel-sel yang penting dalam melindungi bayi dari berbagi jenis
patogen.
3; Faktor antibodi, antibakteri dan antivirus ( misalnya IgA, IgG, IgM
dan laktoferin).
4; Hormon (misalnya hormon prolaktin dan hormon tiroid).
5; Enzim dan prostaglandin.
Susu formula banyak kelemahannya karena terbuat dari susu sapi ;
kandungan susu formula tidak selengkap ASI, pengenceran yang salah,
kontaminasi mikroorganisme, menyebabkan alergi, bayi bisa diare dan
sering muntah, menyebabkan bayi terkena infeksi, obesitas atau kegemukan,
pemborosan, kekurangan zat besi dan vitamin, mengandung banyak garam.
(Khasanah, 2011).
d; Efek atau dampak negatif pemberian susu formula
Roesli (2008) menjelaskan berbagai dampak negatif yang terjadi
pada bayi akibat dari pemberian susu formula, antara lain:
1; Gangguan saluran pencernaan (muntah, diare)
Saluran pencernaan bayi dapat terganggu akibat dari
pengenceran susu formula yang kurang tepat, sedangkan susu yang
terlalu kental dapat membuat usus bayi susah mencerna sehingga
sebelum susu dicerna oleh usus akan dikeluarkan kembali melalui
anus yang mengakibatkan bayi mengalami diare (Khasanah, 2011).
2; Infeksi saluran pernapasan
Susu sapi tidak mengandung sel darah putih hidup dan
antibiotik sebagai perlindungan tubuh dari infeksi. Proses
penyiapan susu formula yang kurang steril dapat menyebabkan
bakteri mudah masuk (Khasanah, 2011).
3; Meningkatkan resiko serangan asma
ASI dapat melindungi bayi dari penyakit langka botulism,
penyakit ini merusak fungsi saraf, menimbulkan berbagai penyakit
pernapasan dan kelumpuhan otot (Nasir, 2011).
Peneliti sudah mengevaluasi efek perlindungan dari
pemberian ASI, bahwa pemberian ASI melindungi terhadap asma
dan penyakit alergi lain. Sebaliknya, pemberian susu formula dapat
meningkatkan resiko tersebut (Oddy, dkk, 2003) dalam (Roesli,
2008).
4; Meningkatkan kejadian karies gigi susu
ASI mengurangi penyakit gigi berlubang pada anak (tidak
berlaku pada ASI dengan botol), karena menyusui lewat payudara
ada seperti keran, jika bayi berhenti menghisap, otomatis ASI juga
akan berhenti dan tidak seperti susu botol. Sehingga ASI tidak akan
mengumpul pada gigi da menyebabkan karies gigi (Nasir, 2011).
5; Menurunkan perkembangan kecerdasan kognitif
Susu formula mengandung glutamate (MSG-Asam amino)
yang merusak fungsi hypothalamus pada otak – glutamate adalah
salah satu zat yang dicurigai menjadi penyebab autis (Nasir, 2011).
Roesli (2008), bayi yang tidak diberi ASI mempunyai nilai
lebih rendah dalam semua fungsi intelektual, kemampuan verbal
dan kemampuan visual motorik dibandingkan dengan bayi yang
diberi ASI.
6; Meningkatkan resiko kegemukan (obesitas)
Kelebihan berat badan pada bayi yang mendapatkan susu
formula diperkirakan karena kelebihan air dan komposisi lemak
tubuh yang berbeda dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI
( Khasanah, 2011).
7; Meningkatkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah
ASI membantu tubuh bayi untuk mendapat kolesterol baik,
artinya melindungi bayi dari penyakit jantung pada saat sudah
dewasa. ASI mengandung kolesterol tinggi (fatty acid) yang
bermanfaat untuk bayi dalam membangun jaringan-jaringan saraf
dan otak. Susu yang berasal dari sapi tidak mengandung kolesterol
ini (Nasir, 2011).
8; Meningkatkan kurang gizi
Pemberian susu formula yang encer untuk menghemat
pengeluaran dapat mengakibatkan kekurangan gizi karena asupan
kurang pada bayi secara tidak langsung. Kurang gizi juga akan
terjadi jika anak sering sakit, terutama diare dan radang pernafasan
(Roesli, 2008)
e; Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian Susu Formula
1; Faktor pendidikan
Seseorang yang berpendidikan tinggi dan berpengetahuan
luas akan lebih bisa menerima alasan untuk memberikan ASI
eksklusif karena pola pikirnya yang lebih realistis dibandingkan
yang tingkat pendidikan rendah (Arifin, 2004).
2; Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif adalah hal yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang, salah satunya kurang
memadainya pengetahuan ibu mengenai pentingnya ASI yang
menjadikan penyebab atau masalah dalam peningkatan pemberian
ASI (Roesli, 2008).
3; Pekerjaan
Bertambahnya pendapatan keluarga atau status ekonomi
yang tinggi serta lapangan pekerjaan bagi perempuan berhubungan
dengan cepatnya pemberian susu botol. Artinya mengurangi
kemungkinan untuk menyusui bayi dalam waktu yang lama
(Amirudin, 2006).
4; Ekonomi
Hubungan antara pemberian ASI dengan ekonomi/
penghasilan ibu dimana ibu yang mempunyai ekonomi rendah
mempunyai peluang lebih memilih untuk memberikan ASI
dibanding ibu dengan sosial ekonomi tinggi kerena ibu yang
ekonominya rendah akan berfikir jika ASI nya keluar maka tidak
perlu diberikan susu formula karena pemborosan (Arifin, 2004).
5; Budaya
Budaya modern dan perilaku masyarakat yang meniru
negara barat mendesak para ibu untuk segera menyapih anaknya
dan memilih air susu buatan atau susu formula sebagai jalan
keluarnya (Arifin, 2004).
6; Kesehatan
Ketidaktahuan ibu tentang pentingnya ASI Cara menyusui
yang benar dan pemasaran yang dilancarkan secara agresif oleh
para produsen susu formula merupakan faktor penghambat
terbentuknya kesadaran orang tua dalam memberikan ASI
eksklusif (Nuryati, 2007).
7; Peran petugas kesehatan
Masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan
tentang manfaat pemberian ASI (Roesli, 2008).
B; Definisi Tumbuh Kembang
a; Defenisi Pertumbuhan
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua kata yang
berbeda, namun tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan ukuran sel
pada membelah diri dan sintesis protein baru, menghasilkan
peningkatan ukurandan berat seluruh atau sebagian sel (Wong, 2008).
Bertambahnya ukuran jumlah sel serta jaringan interselular,
Bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian/ keseluruhan,
Dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. (Kementerian
Kesehatan RI,2010).
Stimulasi/rangsangan adalah kegiatan merangsang kemampuan
dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara
optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi/rangsangan rutin sedini
mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. (Kementerian
Kesehatan RI,2010)
Cara Mengukur Pertumbuhan :
1; Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB/TB).
Tujuan pengukuran BB/TB : untuk menentukan
status gizi anak,normal, kurus, kurus sekali atau
gemuk.
Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan
jadwal deteksi dini tumbuh kembang balita.
Pengukuran dan penilaian BB/TB dilakukan oleh
tenaga kesehatan dan kader terlatih.(Kementerian Kesehatan RI,2010)
2; Pengukuran Berat Badan/BB:
Menggunakan timbangan bayi.
Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak
sampai umur 2 tahun atau selama anak masih bisa
berbaring/duduk tenang.
Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak
mudah bergoyang.
Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke
angka 0.
Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaus kaki,
sarung tangan.
Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.
Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan
atau angka timbangan.
Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan
gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah antara
gerakan jarum ke kanan dan kekiri.
Menggunakan timbangan injak.
Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga
tidak mudah bergerak.
Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke
angka 0.
Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang
tipis, tidak memakai alas kaki, jaket, topi, jam
tangan, kalung, dan tidak memegang sesuatu.
Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi.
Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan
atau angka timbangan.
Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan
gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah antara
gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.(Kementerian Kesehatan RI,2010)
b; Defenisi Perkembangan
Perkembangan (development) merupakan perubahan dan perluasan
secara bertahap, perkembangan tahap kompleksitas dari dari yang lebih
rendah ke yang lebih tinggi, peningkatan dan perluasan kapasitas
seseorang melalui pertumbuhan, maturasi serta pembelajaran
(Wong,2008).
Bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam kemampuan :
Gerak kasar
Gerak halus,
Bicara dan bahasa
Serta sosialisasi dan kemandirian.
c; Aspek-aspek Perkembangan yang Dipantau.
1; Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang
melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
2; Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan dan
dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan
sebagainya.
3; Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,
berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
4; Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan
selesai bermain), berpisah dengan dengan ibu/pengasuh anak,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.
(Kementerian Kesehatan RI,2010)
d; Ciri- ciri tumbuh kembang anak
1; Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi
bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai
dengan perubahan fungsi.
2; Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati
satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya.
Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia
bisa berdiri.
3; Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda. Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai
kecepatan yang berbeda-beda.
4; Perkembangan sesuai dengan pertumbuhan. Anak sehat,bertambah
umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah
kepandaiannya.
5; Perkembangan mempunyai pola yang tetap.
Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian
menuju ke arah anggota tubuh.
Perkembangan terjadi lebih dahulu gerak kasar (misalnya
tangan), kemudian berkembang ke bagian jari-jari yang
mempunyai kemampuan gerak halus .
6; Perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Tahap perkembangan
seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan.(Kementerian Kesehatan RI,2010)
e; Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh
Kembang Anak
1; Faktor dalam : Ras/etnik atau bangsa,Keluarga/genetik/keturunan,
Umur, Jenis kelamin.
2; Faktor luar
Gizi (pada saat ibu hamil), dan gizi masa pertumbuhan.
Racun/zat kimia dan radiasi .
Kekurangan hormon tertentu.
Beberapa hormon yang dapat mengganggu
pertumbuhan, misalnya kekurangan hormon insulin yang
menyebabkan ibu pada saat hamil menderita diabetes
(kencing manis), dan anak pada saat pertumbuhan
kekurangan hormon tiroid pada kelenjar gondok yang
mengakibatkan pertumbuhan anak menjadi pendek.
Penyakit Infeksi
Penyakit yang diderita ibu saat hamil, dan juga penyakit yang
diderita anak saat sedang masa pertumbuhan seperti TBC
(tuberkulosis), anemia (kurang darah), kelainan jantung
bawaan dll.
Sosio-ekonomi yang kurang.
Lingkungan pengasuhan.
Stimulasi / rangsangan.
Perkembangan memerlukan stimulasi/rangsangan khususnya
dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi
anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap
kegiatan anak. (Kementerian Kesehatan RI,2010).
f; Masa Tumbuh Kembang Anak
Masa tumbuh kembang anak dimulai sejak dalam kandungan dan
berlanjut sesudah lahir yang dibagi:
1; Masa bayi umur 0 sampai 11 bulan.
2; Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan).
3; Masa anak prasekolah (anak umur 60-72 bulan). (Kementerian Kesehatan RI,2010)
g; SDIDTK (Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang)
Stimulasi/rangsangan adalah kegiatan merangsang kemampuan
dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara
optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi/rangsangan rutin sedini
mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan.
Prinsip dasar dalam melakukan stimulasi/rangsangan anak:
1; Stimulasi/rangsangan dilakukan dengan dilandasi rasa cinta
dan kasih sayang.
2; Selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena
anak akan meniru tingkah laku orang-orang yang terdekat
dengannya.
3; Stimulasi/rangsangan dilakukan sesuai dengan kelompok
umur anak.
4; Melakukan stimulasi/rangsangan dengan cara mengajak
anak bermain, bernyanyi, bervariasi, menyenangkan, tanpa
paksaan dan tidak ada hukuman.
5; Melakukan stimulasi/rangsangan secara bertahap dan
berkelanjutan sesuai umur anak, terhadap ke 4 faktor
kemampuan dasar anak.
6; Mengunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman
dan ada di sekitar anak.
7; Memberikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki
dan perempuan.
8; Memberikan anak pujian, bila perlu diberi hadiah atas
keberhasilannya.
Deteksi tumbuh kembang artinya mendeteksi secara
dini adanya penyimpangan tumbuh kembang balita.
Intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang
balita artinya melakukan tindakan koreksi dengan
memanfaatkan plastisitas otak anak untuk
memperbaiki penyimpangan tumbuh kembang pada
seorang anak agar tumbuh kembangnya kembali
normal atau penyimpangannya tidak semakin berat.(Kementerian Kesehatan RI,2010)
1; Pada usia 6-9 bulan :
Duduk.
Merangkak.
Memindahkan benda dari satu tangan ketangan lainnya.
Memungut benda sebesar kacang.
Bersuara tanpa arti, mamama,bababa.
Bermain tepuk tangan/ciluk baa.
2; Pada usia 9-12 bulan
Mengangkat badan ke posisi berdiri
Menggenggam erat pensil
Berjalan dengan dituntun.
Mergulurkan tangan untuk meraih benda yang diinginkan
Memasukan benda ke mulut
Mengulang menirukan bunyi yang di dengar
Senang bermain ciluk baa
Mengenal anggota keluarga dan takut pada orang yang tidak dikenal(Kementerian Kesehatan RI,2010)
3; Merangsang perkembangan anak umur 6-12 bulan
Kemampuan gerak kasar
a; Stimulasi yang perlu dilanjutkan : Duduk.
b; Merangkak: Letakkan sebuah di luar jangkauan bayi usahakan agar
ia mau merangkak.
c; Berjalan berpegangan/ dgn bantuan : Pegang kedua tangan bayi
usahakan agar ia mau melangkah.
d; Naik tangga : Tunjukan cara naik tangga dengan cara merangkak.(Kementerian Kesehatan RI,2010)
Kemampuan bicara dan bahasa.
a; Stimulasi yang perlu dilanjutkan: Berbicara, Meniru kata-kata.
b; Menunjuk dan menyebut gambar : Ajak bayi melihat dan menyebut
gambar-gambar yang menarik seperti bunga, binatang dll.
c; Bernyanyi: Nyanyikan lagu dan bacakan syair sesering mungkin.(Kementerian Kesehatan RI,2010)
Kemampuan gerak halus
a; Stimulasi yang perlu dilanjutkan: Memegang benda dengan kuat,
Mengambil benda-benda kecil.
b; Memasukan benda kedalam wadah: Ajari memasukan dan
mengeluarkan benda kedalam wadah.
c; Bermain genderang: Tunjukan cara memukul genderang dari kaleng
bekas.
d; Memegang alat tulis, mencoretcoret/ menggambar :Sediakan alat tulis
dan kertas bekas, ajarkan bayi mencoret di kertas.(Kementerian Kesehatan RI,2010)
Kemampuan sosialisasi dan kemandirian.
a; Permainan bersosialisasi: Ajak bayi bermain dengan orang lain,
lambaikan tangan sambil berkata da-daag ketika ayah pergi.
b; Minum sendiri dari sebuah cangkir: Bantu bayi memegang cangkir
dan minum dari cangkir tersebut.
c; Makan bersama :Ajak bayi makan bersama dengan anggota keluarga
lainnya.(Kementerian Kesehatan RI,2010)
4; Pada usia 12 -18 bulan
Berdiri dan berjalan berpegangan.
Membungkuk memungut mainan dan berdiri kembali.
Berjalan mundur 5 langkah.
Memanggil ayah dengan kata papa, memanggil ibu dengan kata
mama.
Memasukkan kubus ke kotak.
Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis atau merengek.
Memperlihatkan rasa cemburu.(Kementerian Kesehatan RI,2010)
5; Pada usia 18-24 bulan
Berdiri sendiri tanpa berpegangan.
Berjalan.
Bertepuk tangan, melambai-lambai.
Memungut benda kecil dengan ibu jari.
Menggelindingkan bola.
Membantu menirukan pekerjaan rumah tangga.
Memegang cangkir sendiri.(Kementerian Kesehatan RI,2010)
Merangsang perkembangan anak umur 12-24 bulan
Kemampuan gerak kasar
a; Berjalan naik turun tangga.
b; Berjalan sambil berjinjit.
c; Menangkap dan melempar bola: Tunjukan kepada anak cara melempar
bola besar, dan ajari juga cara melempar bola yang lebih kecil.
d; Menendang bola: Ajari cara menendang bola.(Kementerian Kesehatan RI,2010)
Kemampuan gerak halus
a; Stimulasi yang perlu dilanjutkan: Memasukan benda ke wadah,
Menggambar
b; Meniup: Ajari anak meniup busa sabun dengan alatnya.
c; Membuat untaian: Ajari anak membuat untaian benda-benda seperti
manikmanik. (Kementerian Kesehatan RI,2010)
Kemampuan bicara dan bahasa
a; Stimulasi yang perlu dilanjutkan: Berbicara,Meniru kata-kata.
b; Menunjuk dan menyebut gambar: Ajak bayi melihat dan menyebut
gambar-gambar yang menarik seperti bunga, binatang dll.
c; Bernyanyi nyanyikan lagu dan bacakan syair sesering mungkin.(Kementerian Kesehatan RI,2010)
Kemampuan sosialisasi dan kemandirian.
a; Stimulasi yang perlu dilanjutkan: Permainan sosialisasi
b; Melepas pakaian: Tunjukan ke anak cara melepas pakaian.
c; Makan sendiri
d; Pergi ke tempat umum sering bawa anak ke tempat umum.(Kementerian Kesehatan RI,2010).
C; Kerangka teori
Pengaruh pertumbuhan anak usia6-24 bulan
a; Pemberian Susu Formula
b; Kandungan Susu Formula
c; Kelemahan Susu Formula
d; Efek atau dampak negatif pemberian
susu formula
e; Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pemberian Susu Formula
f; Tumbuh Kembang
g; Aspek-aspek Perkembangan yang
Dipantau.
h; Ciri- ciri tumbuh kembang anak
i; Masa Tumbuh Kembang Anak
j; SDIDTK (Stimulasi, Deteksi,
Intervensi Dini Tumbuh Kembang)
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESISI PENELITIAN
A; Kerangka konsep
Berdasarkan teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka, maka peneliti membuat kerangka konsep untuk memudahkan
mengidentifikasi konsep-konsep sesuai penelitian sehingga dapat dimengerti dan dalam mengembangkan konsep dan teori menjadi
sebuah kerangka kerja. Di bawah ini dijelaskan mengenai kerangka konsep yang akan dilakukan peneliti di Desa Taraju.
Berdasarkan bagan diatas, peneliti hanya ingin mengetahui variabel pemberian susu formula terhadap pertumbuhan anak usia 6-24
bulan.
Pemberian Susu Formula Pertumbuhan anak usai 6-24 bulan
B; Hipotesa
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan dalam rencana penelitian
(Notoatmodjo, 2002 ).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ho : tidak ada pengaruh pengaruh pemberian susu formula terhadap pertumbuhan anak usia6-24bulan.
Ha : ada pengaruh pengaruh pemberian susu formula terhadap pertumbuhan anak usia 6-24bulan.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A; Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskritif korelasi menurut Notoatmodjo 2010, penelitian korelasional merupakan jenis penelitian
yang mempelajari hubungan dua variable atau lebih,yakni sejauh mana variasi variable dalam satu variable berhubungan dengan
variasi dalam variable lain.
Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk memperoleh informasi tentang pengaruh pemberian susu formula terhadap
pertumbuhan anak usia 6-24 bulan di posyandu desa taraju kuningan.
B; Variable Penelitian
Variable adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didaptkan oleh satu penelitian
tentang sesuatu konsep pengertian tertentu. (Notoatmodjo,2005).
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variable yaitu varibale dependen dan independen.
a; Variable independen
Variable indpenden merupakan variable yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variable dependen/terikat
(Notoatmodjo,2005). Variable ini juga dikenal dengan nama variable bebas, artinya bebas dalam mempengaruhi variable
lain, dalam penelitian ini variable independennya adalah pemberian susu formula.
b; Variable dependen
Variable dependen merupakan variable yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variable bebas. Variable ini tergantung
dari variable bebas terhadap perubahan (Notoatmodjo,2005). Dalam penelitian ini variablnya adalah pertumbuhan ank usia
6-24 bulan.
C; Populasi dan Sampel penelitian
a; Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2004 dalam Hidayat, 2008).
Populasi adalah sejumlah besar subyek yan gmempunyai karakteristik tertentu. Subyek berupa manusia, hewan coba, data
laboraturium dan lain-lain, sedangkan karakteristik subyek ditentukan sesuai dengan ranah dan tujuan penelitian
( Arikunto,2008).
Populasi pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia 6-24 bulan dan memberikan susu formula terhadap anaknya.
Pengambilan data dilakukan pada tanggal 12 Januari 2016 dan hasil yang diperoleh berjumlah 18 bayi dengan rincian sebagai
berikut:
Jumlah bayi umur 6-9 bulan adalah 4 bayi
Jumlah bayi 9-12 bulan adalah 5 bayi
Jumlah bayi 12-18 bulan adalah 6 bayi
Jumlah bayi 18-24 bulan 3 bayi
b; Sampel
Sampel adalah hasil dari pencuplikan dari populasi yang akan diteliti karakteristiknya (Notoatmodjo,2005). Sampel
merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Teknik sampling yan digunakan pada penelitian ini adalah total sampling. Total sampling adalah semua anggota populasi
dijadikan sampel dalam penelitian ( Sugiyono, 2012).
Alasan peneliti mengambil teknik pengambilan sampel dengan mengunakan total sampling yaitu agar hasil penelitian
lebih prepentif sehingga penelitian lebih objektif. Jumlah sampel penelitian 18 responden.
D; Definisi Operasional
No Variable Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1. Pemberian susu
formula
Pemberian susu formula
diindikasikan untuk bayi
yang karena sesuatu hal
tidak mendapatkan ASI
atau sebagai tambahan
jika produksi ASI tidak
mencukupi kebutuhan
bayi. Penggunaan susu
formula ini sebaiknya
meminta nasehat kepada
petugas kesehatan agar
penggunaannya tepat
(Nasar, dkk, 2005
Kuesioner Angket Nominal
2. Pertumbuhan Bertambahnya ukuran
jumlah sel serta jaringan
interselular,
Bertambahnya ukuran
fisik dan struktur tubuh
sebagian/ keseluruhan,
Angket
Dapat diukur dengan
satuan panjang dan berat.
(Kementerian Kesehatan
RI,2010).
DAFTAR PUSTAKA
A Ulfah - 2014 http://digilib.unila.ac.id/2319/9/BAB%20I.pdf
Arifin, M Siregar. (2004). Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-Faktor yangMempengaruhinya. Diambil Tanggal 27 April 2011 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32726/1/fkm-arifin4.pdf
Ambarwati, R,E., Wulandari, D. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: MitraCendika Press
Deddy Muchtadi, 2009, Gizi Anti Penuaan Dini, Alfabeta: Bandung
Departemen Kesehatan R.I. (2005). Rencana Strategi Departemen Kesehatan. Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI. (2004). Kepmenkes RI No. 450/MENKES/IV/2004 Tentang Pemberian AirSusu Ibu (ASI) Secara Eksklusif Pada Bayi Indonesia. Jakarta.
Edining Tyas ,Budiwan Putri. 2013.”Hubungan Antara Pemberian Asi Eksklusif Dan Asi Non Eksklusif Dengan Pertumbuhan Berat Badan Bayi 0-6 Bulan Di Desa Giripurwo, Wonogiri”.Sumber : http://eprints.ums.ac.id/22730/24/2._Naskah_Publikasi.Pdf
Kementerian Kesehatan RI.2010. “Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak”. Sumber : http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2011/01/Buku-Kader-Seri-Kesehatan-Anak.pdf
Khasanah, Nur. 2011. ASI atau Susu Formula ya . Jogjakarta : FlashBook
Meadow, R., et al. 2005. Lecture notes Pediatrika Edisi ketujuh. Jakarta. ErlanggaMedical Series. pp 75.
Nasir. 2011. Hasil Penelitian Mengenai Manfaat ASI dan Perbandingannyadengan Susu Formula. http://dokternasir.web.id/2011. Diakses tanggal 25 Juni 2013.
Narendra, M.S, dkk. 2002. Buku Ajar I Tumbuh Kembang Anak dan Remaja EdisiPertama IDAI. Jakarta : Sagung Seto.
Nugroho, Taufan. (2011). ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta:Nuha Medika
Nurhayati, Ai,. 2007. Pengaruh Intervensi Konseling Gizi Pada Ibu Keluarga Miskin Terhadap Pemberian ASI Eksklusif. Seminar Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Available from www.scribd.com
Praptiani, Wuri. 2012. Kebidanan Oxford: Dari Bidan untuk Bidan. Jakarta: BukuKedokteran EGC
Ramaiah, Savitri. (2005). ASI dan Menyusui. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.
Roesli, Utami,2009.Mengenal ASI Eksklusif.Seri Satu.Jakarta:Trubus Agriwidya.
Roesli, U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif .Jakarta : Pustaka Bunda
Soetjiningsih.2002.Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Wong, Donna L, dkk. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume2. Jakarta : EGC