bab 4 pengujian tarik
DESCRIPTION
PENGUJIAN TARIKTRANSCRIPT
119Laboratorium Pengujian Bahan
BAB IV
PENGUJIAN TARIK
4.1 Tujuan Pengujian
1. Mengetahui tegangan yield, tegangan Ultimate, regangan dan kontraksi
suatu bahan.
2. Mengetahui pengaruh perlakuan panas terhadap parameter di atas.
3. Mengetahui cara pengujian tarik.
4.2 Teori Dasar Pengujian
Uji tarik digunakan untuk memperoleh informasi dari kekuatan bahan dan
sebagai uji spesifikasi bahan. Pada uji tarik spesimen dibebani gaya tarik
searah sumbu secara kontinyu. Kekuatan tarik suatu bahan dapat diketahui
melalui pengujian tarik, kekuatan suatu bahan ditetapkan dengan membagi
gaya maksimum dengan luas penampang mula-mula. Tegangan yang
digunakan adalah tegangan rata-rata pada uji tarik yang diperoleh dari
pembagian beban (P) dengan luasan spesimen (A0), yang dapat dirumuskan :
σ = P
A 0
Dimana :
σ = Tegangan tarik (N/mm2)
P = Beban tarik maksimum (N) 𝐴0 = Luas penampang mula-mula (mm2)
Regangan yang digunakan adalah regangan rata-rata yang diperoleh dari
perbandingan antara pertambahan panjang (Δl) dengan panjang awal
pengukuran (l0) yang dapat dirumuskan :
ℰ=Δll0
Dimana : ℰ = Regangan (%)
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
120Laboratorium Pengujian Bahan
𝑙0 = Panjang awal (mm)
Δl = Pertambahan panjang (mm)
Gambar 4.1 Spesimen Uji TarikSumber : Anonymous 72
4.2.1 Definisi Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik merupakan kemampuan bahan untuk menerima
beban tarik tanpa mengalami kerusakan dan dinyatakan sebagai
tegangan maksimum sebelum patah.
4.2.2 Hubungan Tegangan dan Regangan
- Tegangan tarik merupakan distribusi gaya tarik persatuan luas bahan,
dirumuskan:
σT = FA
Dimana :
σ 𝑇 = Tegangan tarik
F = Gaya tarik
A = Luas penampang
- Regangan adalah perbandingan antara pertambahan panjang dengan
panjang awal, dirumuskan:
ℰ=Δll0
Dimana : ℰ = Regangan (%) 𝑙0 = Panjang awal (mm)
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
121Laboratorium Pengujian Bahan
Δl = Pertambahan panjang (mm)
Untuk hampir semua logam pada tahap uji tarik hubungan antara
beban atau gaya yang diberikan pada bahan percobaan berbanding lurus
terhadap perubahan panjang bahan tersebut, ini disebut daerah linier.
Didaerah ini kurva pertambahan panjang terhadap beban sebagai
berikut:
“Rasio tegangan dan regangan adalah konstan”
Sehingga hubungan antara tegangan dan regangan di rumuskan :
ℰ = σE
Dimana : 𝐸 = Modulus elastisitas
σ = Tegangan ℰ = Regangan
Hubungan antara regangan dan tegangan juga dapat diketahui
dengan jelas dari grafik tegangan – regangan yang berdasarkan hasil uji
tarik sebagai berikut :
Gambar 4.2 : Grafik tegangan –reganganSumber : Anonymous 73 ; 2011
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
122Laboratorium Pengujian Bahan
Istilah mengenai sifat-sifat mekanik bahan denga melihat hasil uji
tarik diatas. Asumsikan bahwa kita melakukan uji tarik mulai titik 0
sampai D sesuai dengan arah panah dalam gambar.
- Batas elastisitas σ 𝐸 (Elastis limit)
Dalam gambar diatas dinyatakan dengan titik A. Bila sebuah
bahan diberi beban sampai pada titk A, kemudian bebannya
dihilangkan maka beban itu akan kembali ke kondisi semula yaitu
regangan nol pada titik 0. Tetapi bila beban ditarik sampai melewati
titik A, hukum Hooke tidak lagi belaku dan terdapat perubahan
permanen dari bahan.
- Batas proporsional σ 𝑃 (Proporsional limit)
Titik sampai dimana penerapan hukum Hooke masih bisa
ditolerir. Tidak ada standarisasi tentang nilai ini. Dalam praktek
biasanya, batas proporsional sama dengan batas elastis, yang mana
merupakan keseimbangan antara pertambahan tegangan dan
regangan.
- Deformasi plastis (Plastic deformation)
Yaitu perubahan bentuk yang tidak kembali ke keadaan semula
ketika material dikenai gaya. Pada gambar diatas, material di tarik
sampai melewati batas proposional dan mencapai daerah landing
- Tegangan luluh atas (Upper Yield Stress)
Tegangan maksimum sebelum bahan memasuki fase daerah
landing, peralihan deformasi elastis ke plastis.
- Tegangan luluh bawah (Lower Yield Stress)
Tegangan rata-rata daerah landing sebelum benar-benar
memasuki fase deformasi plastis. Bila yang dimaksud tegangan luluh
(yield Stress), maka yang dimaksud adalah tegangan ini, yang
ditandai dengan pertambahan regangan tanpa penambahan tegangan.
- Regangan luluh ℰ𝑦 (Yield Strain)
Regangan permanen saat bahan akan memasuki fase deformasi
plastis.
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
123Laboratorium Pengujian Bahan
- Regangan elastis ℰ𝑒 (Elastic Strain)
Regangan yang diakibatkan perubahan elastis bahan. Pada saat
beban dilepaskan regangan ini akan akan kembali ke posisi semula.
- Regangan plastis ℰ𝑝 (Plastic Strain)
Regangan yang diakibatkan perubahan plastis bahan. Pada saat
beban dilepaskan regangan ini tetap tinggal sebagai perubahan
permanen bahan
- Tegangan tarik maksimum (Ultimate Tensile Strenght)
Pada gambar diatas, ditunjukkan dengan titik C (σ 𝐵) merupakan
besar tegangan maksimum yang didapatkan dalam uji tarik.
- Kekuatan patah (Breaking Strenght)
Gambar 4.3 : Grafik Metode OffsetSumber : Anonymous 74 ; 2010.
Pada gambar diatas, ditunjukkan dengan titik D,merupakan besar
tegangan dimana bahan yang di uji putus atau patah.
Apabila suatu proses material dihasilkan dengan tegangan-
regangan yang tidak memperlihatkan titik luluh/yield,maka mencarinya
dengan metode offset, yaitu menarik garis lurus sejajar dengan diagram
tegangan dimulai dari titk 0 regangan yang digunakan sebagai acuan
dengan jarak 0,2% dari regangan maksimum.
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
124Laboratorium Pengujian Bahan
Perpotongan garis offset denga kurva tegangan regangan itulah
tegangan yield dari bahan tersebut.
Adapun pengaruh kandungan karbon terhadap grafik tegangan regangan
bisa dilihat dengan klasifikasi berikut :
a) Baja karbon rendah (0,1-0,3% karbon)
Adapun garis tegangan-regangan berada paling bawah, dengan
daerah yield yang jelas. Kemudian naik sampai titik Ultimate
strength kemudian turun dan putus.
Gambar 4.4 : Grafik Tegangan Regangan Baja Karbon RendahSumber : Anonymous 75 ; 2009
b) Baja karbon menengah (0,3-0,85% karbon)
Adapun garis tegangan-regangan berada diantara baja karbon
rendah dan baja karbon tinggi. Dimana daerah elastis naik secara
linier sampai titik tertentu, kemudian naik secara polynomial
sampai titik Ultimate strength kemudian turun dan putus, tetapi
penurunan tidak sepanjang pada baja karbon rendah.
Gambar 4.5 : Grafik Tegangan Regangan Baja Karbon MenengahSumber : Anonymous 76 ; 2009
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
125Laboratorium Pengujian Bahan
c) Baja karbon tinggi (0,85-1,3% karbon)
Adapun garis tegangan-regangan berada pada posisi paling atas.
Dimana daerah elastis naik secara linier sampai titik tertentu
dengan kecuraman paling besar, kemudian naik secara polynomial
sampai titik Ultimate strength kemudian turun dan putus.
Gambar 4.6 Grafik Tegangan Regangan Baja Karbon TinggiSumber : Anonymous 77 ; 2009
- Hubungan Tegangan – Regangan (Rekayasa – Sejati)
Kurva tegangan regangan memiliki 2 macam kurva yaitu kurva
tegangan regangan sejati. Pada gambar terlihat jelas perbedaan
antara kedua kurva tersebut. Kurva tegangan regangan rekayasa
berdasarkan pada dimensi benda uji sedangkan kurva tegangan
regangan yang naik terus sampai patah
Gambar 4.7 Grafik Tegangan Regangan Rekayasa SejatiSumber : Anonymous 78; 2009
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
126Laboratorium Pengujian Bahan
Kurva tegangan regangan rekayasa diperolehdari hasil
pengukuran benda uji tarik. Tegangan yang diperlukan pada kurva
diperoleh dengan cara membagi bahan dengan awal penampang
benda uji persamaannya yaitu:
σ = FA0
dimana:
σ : Tegangan (N/mm2)
F : bebas
A0 : Luas penampang awal
Regangan yang digunakan pada kurva diperoleh dengan cara
membagi perpanjangan ukur benda uji terhadap panjang awal
persamaannya, yaitu:
ℰ=L−l0
L0
Dimana:ℰ : regangan
L : panjang ukur benda uji setelah patah (mm)
L0 : Panjang ukur awal benda uji (mm)
Proses penambahan regangan yang berlebihan akan
mengakibatkan material mengalami penyempitan penampang
(necking). Pada regangan-tegangan sejati, nilai luas penampang
yang dipakai adalah luas penampang specimen sebenarnya,
sehingga ketika terjadi necking, nilai tegangan tariknya tetap
justru naik. Sedangkan pada tegangan-regangan rekayasa nilai
luas penampang yang dipakai adalah luas penampang semula
benda uji, sehingga ketika terjadi necking pada titik beban
maksimum, nilai tegangan tariknya akan turun.
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
127Laboratorium Pengujian Bahan
Gambar 4.8 Tahapan NeckingSumber : Anonymous 79; 2012
4.2.3. Elastisitas dan Plastisitas
a. Elastisitas
Kemampuan suatu material untuk kembali kebentuk atau ukuran
semula saat tegangan yang diberika dihilangkan.
Sifat mekanis daerah elastis pada diagram tegangan-regangan:
- Tegangan Elastic + modulus young
Merupakan kemampuan untuk menerima beban tanpa terjadi
deformasi plastis (ditunjukkan oleh titik luluh) dan digunakan
sebagai harga batas beban bila digunakan dalam suatu perencanaan.
Sedangkan modulus young dapat diartikan secara sederhana, yaitu
adalah hubungan besaran tegangan dan regangan tarik. Rumus
modulus young
E=Tensile StressTensile Strain =
σE =
F / A 0Δl/ l0 =
F .l 0A 0. Δl
Dimana :
E = Modulus young
F = Gaya yang diberikan (N)
A0 = Luas penampang beban mula-mula (mm2)
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
128Laboratorium Pengujian Bahan
Δl = Pertambahan panjang bahan (mm)
L0 = Panjang mula-mula bahan (mm)
- Kekakuan
Merupakan kemampuan bahan menerima beban atau ketegangan
tanpa menyebabkan perubahan bentuk (deformasi atau defleksi).
- Resilient
Merupakan kemampuan menyerap energi tanpa terjadi
deformasi plastis. Biasanya dinyatakan dalam modulus resilient
(energi yang diserap untuk meregangkan satu satuan volume bahan
sampai batas plastis).
Ur = σ y2
2E
Dimana :
Ur = Modulus Resilience
σy2 = Yield point
E = Modulus elastisitas
b. Plastisitas
Kemampuan suatu material untuk mengalami sejumlah deformasi
plastis (permanen) tanpa mengalami patah dan dinyatakan dalam
presentase perpanjangan atau presentase pengurangan luas
penampang. Keuletan menunjukkan kemampuan logam untuk
dibentuk tanpa mengalami patah, sehingga penting untuk proses
pembentukan logam. Di samping itu untuk logam yang memiliki
kualitas tinggi, kerusakan dapat diketahui secara dini dengan melihat
deformasi yang mendahului bahan tersebut patah. Sifat mekanik
daerah plastis :
- Keuletan
Merupakan kemampuan suatu material untuk berdeformasi
plastis tanpa mengalami patah dan dinyatakan dalam presentase
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
129Laboratorium Pengujian Bahan
perpanjangan atau presentase pengurangan luas penampang.
Keuletan menunjukkan kemampuan logam untuk dibentuk tanpa
mengalami patah/retak, sehingga penting untuk proses
pembentukan logam. Di samping itu untuk logam yang memiliki
kualitas tinggi, kerusakan dapat diketahui secara dini dengan
melihat deformasi yang mendahului bahan tersebut retak/patah.
- Ketangguhan
Ketangguhan dinyatakan dalam modulus ketangguhan
(banyaknya energi yang diperlukan untuk mematahkan bahan
persatuan volume) dan sangat sulit untuk diukur karena
dipengaruhi oleh cacat, bentuk, ukuran bahan, dan kondisi
pembebanan.
HI = EA
Dimana:
HI = Harga Impact
E = Energi yang diserap
A = Luas penampang
- Kekuatan tarik
Kekuatan tarik merupakan kekuatan untuk menerima beban
tanpa mengalami kerusakan dan dinyatakan sebagai tegangan
maksimum bahan sebelum patah.
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
130Laboratorium Pengujian Bahan
Gambar 4.9 Grafik hubungan tegangan - reganganSumber : G.Groenedifk V (1984;30)
4.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan tarik
1. Kadar karbon
Dengan meningkatnya kadar karbon dalam baja, maka akan
didapat kekerasan dan kekuatan tarik yang meningkat. Untuk baja
dengan kandungan karbon 1% maka akan memiliki sifat
rapuh/getas.
Gambar 4.10 Grafik Kadar KarbonSumber : Anonymous 80
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
131Laboratorium Pengujian Bahan
2. Homogenitas
Homogenitas dari suatu material akan berpengaruh terhadap
gaya ikat antar atom. Untuk material dengan tingkat homogenitas
tinggi maka gaya ikat antar atomnya juga tinggi dan luas butirnya
lebih besar sehingga kekuatan tariknya juga tinggi.
3. Bidang slip
Logam dan paduannya berdeformasi dengan pergeseran
plastis, dimana atom didekatnya. Terjadi juga penguraian tegangan
atau gaya tekan menjadi tegangan geser. Gerakan kepala silang
mesin penguji memaksa benda uji berada di penjepit karena
penjepit harus tetap sebaris, sebab benda uji tidak dapat berubah
bentuk secara bebas. Semakin banyak bidang slip yang terjadi,
maka material akan semakin mudah terdeformasi sehingga
kekuatan tariknya menurun.
Gambar 4.11 Bidang SlipSumber : Anonymous 81
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
132Laboratorium Pengujian Bahan
4. Kecepatan pendinginan
Dengan pendinginan semakin cepat, proses pembentukan butir
akan semakin banyak dan cepat. Sehingga pertumbuhan batas butir
yang banyak akan meningkatkan kekuatan tarik.
5. Unsur paduan
Penambahan unsure paduan pada baja akan mempengaruhi
sifat pada baja tergantung sifat unsur paduan itu. Missal nikel,
chromium dan mangan dapat meningkatkan kekuatan tarik baja
karena bersifat mengeraskan baja.
6. Ukuran butir
Butiran yang ukurannya kecil memiliki ikatan antar atom yang
besar sehingga logam yang butiran strukturnya kecil kekerasannya
akan tinggi, begitu pula dengan kekuatan tariknya.
7. Heat treatment
Proses ini akan mempengaruhi sifa mekanik logam, struktur
mikro spesimen dan juga bentuk butiran yang mempengaruhi gaya
tarik antar atom. Dengan Heat treatment juga akan mempenaruhi
kekuatan tariknya. Jenis Heat treatment yang dapat dilakukan
adalah:
a. Hardening
Tujuannya untuk memperoleh kekuatan maksimum pada
hardening. Sehingga terbentuk batas butir yang sangat banyak,
oleh karena itu tegangan dalam yang ditimbulkan sangat besar.
Dengan demikian kekerasan dan kekuatan tariknya meningkat.
b. Tempering
Tujuannya untuk mengurangi tegangan sisa dan
melunakkan bahan setelah hardening. Hal ini karena laju yang
telah di hardening sangatlah getas sehingga tidak cukup baik
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
133Laboratorium Pengujian Bahan
untuk pemakaian. Dengan tempering kekerasan dan kekuatan
tariknya akan sedikit menurun dari proses hardening.
c. Annealing
Tujuannya untuk meningkatkan keuletan dengan
menghilangkan tegangan dalam. Pada proses annealing batas
butir yang terbentuk sedikit dan tegangan dalam yang
ditimbulkan juga sedikit. Sehingga pada proses ini kekuatan
tariknya paling kecil.
d. Normalizing
Tujuannya untuk mengurangi tegangan dalam,
mengurangi struktur butiran yang mengalami pemanasan
berlebihan. Pendinginan normalizing lebih cepat dari
annealing. Sehingga butiran yang terbentuk lebih banyak dari
pada yang dihasilkan annealing. Pada normalizing, butiran
yang tebentuk lebih homogen sehingga proses pengerasannya
lebih baik, begitu juga dengan kekuatan tariknya. Sehingga
kekuatan tariknya lebih besar dari pada annealing.
8. Impact strength
Kekuatan tarik dipengaruhi ketangguhan spesimen.
Ketangguhan spesimen diukur dengan kekuatan impact spesimen.
Sehingga kekuatan tarik berbanding terbalik dengan impact
strength. Semakin besar impact strength kekuatan tarinya semakin
kecil begitu juga sebaliknya
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
134Laboratorium Pengujian Bahan
Gambar 4.12 Pengaruh kadar karbon terhadap sifat mekanikSumber : GrowHill,Mc (1937;237)
9. Dimensi spesimen
Dimensi spesimen dipengaruhi oleh luas penampang specimen.
Spesimen dengan luas penampang yang besar akan membuat
kekuatan tariknya menjadi besar demikian pula sebaliknya.
4.2 Pelaksanaan pengujian
4.3.1. Alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian
1. Mesin uji tarik
Merk : MFI Piuf - Und Mc By Streme Gmbh D6800
Mannheim.
Kapasitas : 100 kN
Tipe : U PD 10
Tahun : 1982
Mesin ini memiliki 3 skala pengukuran beban,yaitu:
A = 0 - 20 kN
A+B = 0 - 50 kN
A+B+C = 0 - 100 kN
Alat ini digunakan untuk memberikan beban tarik kepada
spesimen.
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
135Laboratorium Pengujian Bahan
Gambar 4.13 Mesin uji tarikSumber : Laboratorium Pengujian Bahan
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
2. Jangka sorong digital
Digunakan untuk mengukur specimen
Gambar 4.14 Jangka sorong digitalSumber : Anonymous 90 : 2011
3. Spidol
Digunakan untuk menandai spesimen.
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
136Laboratorium Pengujian Bahan
Gambar 4.15 Spidol Sumber : Anonymous 82 ;2011
4. Kertas gosok
Digunakan untuk membersihkan spesimen dari terak dan kotoran
Gambar 4.16 Kertas gosok Sumber : Anonymous 83 ; 2011
5. Penggaris
Digunakan untuk mengukur panjang spesimen.
Gambar 4.17 Penggaris Sumber : Anonymous 84 ; 2011
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
137Laboratorium Pengujian Bahan
Komposisi kimia
Spesimen yang akan digukan adalah baja esser ( ST-37)
dengan kandungan komposisi :
C = 0,16%
Mn = 0,4-120%
Si = 0,35%
P = 0,035%
S = 0,03%
Al= 0,20%
Pergeseran Titik Eutectoid
Pergeseran titik eutectoid
Unsur paduan % bahan Suhu Eutectoid % eutectoid
Mn 0,4 – 1,2 730⁰C 0,77
Si 0,35 730⁰C 0,75
TC = (720 x 0,77 )+ (730 x 0,75 )
(0,77+0,75)
=7250 C
% C = (720 x 0,77 )+(730 x 0,75)
720+730
= 0,76 %
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
138Laboratorium Pengujian Bahan
Keterangan : Fe – Fe3C Pergeseran Titik Eutectoid
Gambar 4.12: Grafik Pergeseran Tititk Eutectoid
Bentuk dan Dimensi Spesimen
Skala = 1:2Satuan = milimeter
Gambar 4.18 Gambar Bentuk dan Dimensi Spesimen
4.3.2. Prosedur Pengujian
1. Dilakukan proses Heat treatment
2. Spesimen dibersihkan terlebih dahulu kotoran dan terak.
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
139Laboratorium Pengujian Bahan
3. Dilakukan pengukuran dimensi, meliputi diameter awal dan
panjang awal, kemudian kemudian spesimen dibagi kedalam
segmen-segmen dengan panjang masing-masing 5mm.
4. Spesimen dipasang erat pada alat uji.
5. Alat uji diatur pada kecepatan 1,2 liter/menit dengan pembebanan
pada posisi A+B+C, skala pertambahan panjang 0mm dan jarum
beban pada posisi nol.
6. Mesin dinyalakan dan dilakukan pengamatan dengan teliti
terhadap beban, pertambahan panjang dan perubahan diameter
sampai spesimen patah.
7. Setelah patah dilakukan pengukuran dimensi akhir specimen.
4.4. Hipotesa
Kekuatan tarik material dipengaruhi oleh perlakuan panas dan laju
pendinginan spesimen. Hal ini di karenakan perbedaan perlakuan panas
akan mempengaruhi sifat mekanik suatu material. Untuk kekuatan tarik dari
yang paling tinggi sampai yang paling rendah adalah
Hardening
Tempering
Tanpa perlakuan
Normalizing
Annealing
Semakin besar nilai kekerasan bahan maka semakin besar pula
kekuatan tariknya. Dikarenakan struktur butiran yang memiliki kekerasan
tinggi, butirannya lebih homogen dan rapat sehingga apabila material diberi
gaya aktual berupa tarikan akan semakin tahan terhadap gaya tersebut.
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
140Laboratorium Pengujian Bahan
4.5 Pengolahan Data
4.5.1 Data Kelompok
a. Spesimen tanpa perlakuan
Tabel 4.2 Pertambahan panjang, beban, dan diameter saat pengujian
NoPertambahan
panjang (mm)Diameter (mm) Beban (kN)
1 0 6.42 0
2 1 6.38 13.1
3 2 6.36 14.6
4 3 6.33 15.9
5 4 6.24 16.8
6 5 6.15 17.7
7 6 6.1 17.9
8 7 6.05 18
9 8 5.99 18.1
10 9 5.97 18
11 10 4.04 17
12 10.1 3.98 16
Tabel 4.3 Diameter tiap segmen sebelum dan sesudah patah
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
141Laboratorium Pengujian Bahan
Diameter awal (Do) = 6,42 mm
Diameter Ultimate (Du) = 5,99 mm
Diameter patah (Df) = 3,98 mm
Beban Yield (Py) = 14,6 kN
Beban Ultimate (Pu) = 18,1 kN
Beban patah (Pf) = 16 kN
Panjang awal (lo) = 32 mm
Panjang Ultimate (lu) = 42,1 mm
Panjang yield (ly) = 34 mm
Diameter yield (Dy) = 6,36 mm
Contoh perhitungan :
1. Luas penampang
a. Luas penampang awal Ao = π4
x Do2 ( mm2 )
= π4
x6,422
= 32,35mm2
b. Luas penampang Ultimate Au= π4
x Du2 ( mm2 )
= π4
x5,992
= 28,1mm2
c. Luas penampang saat patah Af = π4
x Df 2 (mm2 )
= π4
x3,982
= 12,43mm2
2. Regangan
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
142Laboratorium Pengujian Bahan
a. Regangan Ultimate rekayasa ɛu = lu−lo
lox100 %
= 40−32
32x100 %
= 25%
b. Regangan Ultimate sejati ɛu’ = ln (ɛ u¿+1)x 100 %¿
= ln (25%¿+1)x 100 %¿
= 21,3%
c. Regangan patahrekayasa ɛu = lf−lo
lox 100 %
= 42-3232
x 100 %
= 31,25%
d. Regangan patah sejati ɛ’f = ¿
= ¿
= 95,63%
e. Regangan yield ɛy = ly−lo
lox 100 %
= 34−32
32x100 %
= 6,25%
3. Tegangan
a. Tegangan Ultimate rekayasa σu = PuAo [N/mm2]
= 1810032,35
= 559,42 N/mm2
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
143Laboratorium Pengujian Bahan
b. Tegangan Ultimate sejati σu’ = PuAo x (ɛu + 1) [N/mm2]
= 1810032,35 x (25%+1)
= 699,375 N/mm2
c. Tegangan patah rekayasa σf = PfAo [N/mm2]
= 1600032,35
= 494,52 N/mm2
d. Tegangan patah sejati σf’ = PfAf [N/mm2]
= 1600012,43
= 1287,20 N/mm2
4. Kontraksi
Q = Do2 -Df2
Do2 x 100%
= 6,422 -3,982
6,422 x 100%
=25,376111,22
= 61,57%
5. Modulus Elastisitas
E = σuɛ y
= 559,506,15
= 89,52
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
144Laboratorium Pengujian Bahan
Tabel 4.4 Hasil pengolahan data spesimen tanpa perlakuan
b. Spesimen dengan perlakuan Martempering400oC Holding20
menit
Tabel 4.4 Pertambahan panjang, beban, dan diameter saat pengujian
NoPertambahan
panjang (mm)Diameter (mm) Beban (kN)
1 1 6,25 0
2 1 6,18 16,6
3 1 6,01 18,4
4 1 5,96 19,1
5 1 5,96 19,8
6 1 5,87 19,4
7 1 5,79 18,5
8 1 4,6 16,3
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
145Laboratorium Pengujian Bahan
9 1 4,03 12,4
10 1 3,35 12,3
Tabel 4.5 Pertambahan panjang , beban dan diameter saat pengujian
Diameter awal (Do) = 6,25 mm
Diameter Ultimate (Du) = 4,6 mm
Diameter patah (Df) = 3,35 mm
Beban Yield (Py) = 18,4 kN
Beban Ultimate (Pu) = 16,3 kN
Beban patah (Pf) = 12,3 kN
Panjang awal (lo) = 50 mm
Panjang Ultimate (lu) = 57 mm
Panjang akhir (lf) = 59 mm
Panjang yield (ly) = 52 mm
Diameter yield (Dy) = 6,01 mm
Contoh perhitungan :
1. Luas penampang
a. Luas penampang awal Ao = π4
x Do2 ( mm2 )
= π4
x6,252
= 30,69mm2
b. Luas penampang Ultimate Au = π4
x Du2 ( mm2 )
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
146Laboratorium Pengujian Bahan
= π4
x 4,62
= 16,6mm2
c. Luas penampang saat patah Af = π4
x Df 2 (mm2 )
= π4
x3,352
= 8,81mm2
2. Regangan
a. Regangan Ultimate rekayasa ɛu = lu−lo
lox100 %
= 57−50
50x100 %
= 14 %
b. Regangan Ultimate sejati ɛu’ = ln (ɛ u¿+1)x 100 %¿
= ln (14%¿+1) x100 %¿
= 13,1 %
c. Regangan patah rekayasa ɛu = lf−lo
lox 100 %
= 59 -5050
x 100 %
= 18%
d. Regangan patah sejati ɛ’f = ¿ )x100 %
=2 x ln 6,253,35
x100 %
= 12,46%
e. Regangan yield ɛy = ly-lolo
x100 %
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
147Laboratorium Pengujian Bahan
= 52−50
50x 100 %
= 4 %
3. Tegangan
a. Tegangan Ultimate rekayasa σu = PuAo [N/mm2]
= 1650030,66
= 531,64N/mm2
b. Tegangan Ultimate sejati σu’ = PuAo x (ɛu + 1) [N/mm2]
= 1630030,66 x (10 %+1)
= 606,07 N/mm2
c. Tegangan patahrekayasa σf = PfAo [N/mm2]
= 1230030,66
= 401,175 N/mm2
d. Tegangan patahsejati σf’ = PfAf [N/mm2]
= 123008,81
= 1396,14 N/mm2
4. Kontraksi
Q = Do2 -Df2
Do2 x 100%
= 6,212 -3,352
6,252 x 100%
= 71,3%
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
148Laboratorium Pengujian Bahan
5. Modulus Elastisitas
E = σuɛ y
= 531,640,04
= 13,291
Tabel 4.7 Hasil pengolahan data spesimen perlakuan Martempering 400oC
Holding20 menit
4.5.2 Data Antar Kelompok
Tabel 4.8 Hasil pengolahan data spesimen perlakuan Normalizing750°C Holding
15 menit
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
149Laboratorium Pengujian Bahan
Tabel 4.9 Hasil pengolahan data spesimen perlakuan Hardening750°C Holding 15
menit
Tabel 4.10 Hasil pengolahan data spesimen perlakuan Annealing750°C Holding
15 menit
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
150Laboratorium Pengujian Bahan
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
H
ubun
gan
tega
ngan
-reg
anga
n pa
da sp
esim
en ta
npa
perla
kuan
pan
as
151Laboratorium Pengujian Bahan
4.6 Pembahasan
A. Hubungan Tengangan – Regangan pada Spesimen Tanpa Perlakuan
Panas
Grafik diatas merupakan grafik yang menunjukkan hubungan
tegangan – regangan pada spesimen tanpa perlakuan panas. Dimana dari
grafik dapat diketahui, sumbu x menjelaskan regangan dan sumbu y
menjelaskan tegangan dan titik Ultimatenya adalah 559,5 N/mm2 untuk
ayng rekayasa dan 699,375 N/mm2 untuk yang sejati.
Hubungan tegangan dan regangan dapat diketahui dengan jelas pada
diagram tegangan yang didasarkan dari data yang diperoleh dari
pengujian tarik. Disini juga berlaku hukum Hooke yang menyatakan
tegangan sebanding dengan regangan. Jika beban ditambah secara
bertahap maka akan menambah regangan sampai batas elastisitas.
Tampak pada grafik bahwa kurva tegangan rekayasa yang cenderung
dibawah kurva tegangan sejati hal ini dikarenakan oleh tegangan
rekayasa yang menggunakan acuan dari luas penampang awal spesimen
sebelum mengalami pembebanan. Sedangkan pada tegangan sejati
menggunakan acuan dari luas penampang pada pembebanan tertentu.
Pada kurva juga tampak bahwa titik Ultimate pada tegangan rekayasa
dan sejati tidak berada pada regangan yang sama. Hal ini disebabkan
setelah melewati titik Ultimate penambahan konsentrasi spesimen lebih
tinggi daripada regangan, sehingga luas penampang pada pembebeanan
tertentu menjadi lebih sempit. Pada rumusnya:
Tegangan Rekaya σn = Pn
A0
Tegangan Sejati σn’ = Pn
An
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
H
ubun
gan
tega
ngan
-reg
anga
n pa
da sp
esim
en ta
npa
perla
kuan
pan
as
152Laboratorium Pengujian Bahan
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
Gra
fik 4
.2 H
ubun
gan
tega
nagn
-reg
anga
n pa
da sp
esim
en d
enga
n pe
rlaku
an m
arte
mpe
ring
400°
C H
oldi
ng 2
0 m
enit
153Laboratorium Pengujian Bahan
B. Hubungan Tegangan – Regangan pada Spesimen dengan Perlakuan
Martempering 400°C Holding 20'
Grafik diatas merupakan grafik yang merupakan hubungan
Tegangan – Regangan pada spesimen dengan perlakuan martempering
400°C holding 20 menit. Dimana dari grafik diatas diketahui sumbu x
menjelaskan regangan dan sumbu y menjelaskan tegangan, dan titik
Ultimatenya adalah 531,61 N/mm2 untuk tegangan rekayasa dan 606,07
N/mm2 untuk tegangan sejati.
Pada grafik diatas dapat kita lihat bahwa spesimen dengan perlakuan
panas martempering 400°C holding 20 menit, berbentuk lengkungan
kemudian berbentuk lurus dengan kemiringan tertentu. Grafik ini terus
naik sampai dengan mencapai Ultimatenya untuk tegangan sejati.
Dalam grafik terlihat jelas bahwa tegangan sejati berada diatas
tegangan rekayasa. Hal ini dikarenakan tegangan rekayasa menggunakan
acuan luas penampang awal sedangkan tegangan sejati menggunakan
luas penampang actual pada pembebanannya. Pada rumusnya
dinyatakan :
Tegangan Rekaya σn = Pn
A0
Tegangan Sejati σn’ = Pn
An
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
154Laboratorium Pengujian Bahan
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
Gra
fik 4
.3 H
ubun
gan
Reg
anga
n-ko
ntra
ksi P
ada
Spes
imen
Tan
pa P
erla
kuan
Pan
as
155Laboratorium Pengujian Bahan
C. Hubungan Regangan – Kontraksi pada specimen tanpa Perlakuan Panas
Grafik diatas merupakan grafik yang menunjukkan hubungan antara
regangan-kontraksi pada spesimen tanpa perlakuan panas. Dimana dari
grafik diatas diketahui sumbu x menjelaskan kontraksi dan sumbu y
menjelaskan regangan, dan titik Ultimatenya adalah 25% untuk regangan
rekayasa.
Pada grafik hubungan regangan ( regangan + sejati ) – kontraksi
spesimen tanpa pertambahan regangan setelah diikuti dengan
penambahan kontraksi. Hal ini dikarenakan regangan dan kontraksi
bersifat indentik, dimana regangan menunjukkan deformasi lateral yaitu
deformasi yang disebabkan pembebanan secara horizontal, sehingga
spesimen yang mengalami penambahan panjang akan diikuti pula dengan
mengecilnya luas penampang melintang.
Dari grafik hubungan antara regangan – kontraksi mula – mula
sebanding baik antara regangan dan kontraksi namun setelah Ultimate
didominasi oleh kontraksi, sedangkan pada regangan sejati kontraksi
hubungannya cenderung membentuk garis tegak lurus sampai berakhir
pada titik patah.
Sebelum pada titik Ultimate regangan rekayasa diatas regangan
sejati karena perbandingan antara ln D0
Dn dimana Do tetap dan Dn sebelum
Ultimate mempunyai selisih diameter yang yang kecil maka hasilnya
besar dan setelah titik Ultimate selisih Do tetap dan Dn – nya besar
sehingga hasilnya kecil.
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
156Laboratorium Pengujian Bahan
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
Gra
fik 4
.4 H
ubun
gan
Reg
anga
n-ko
ntra
ksi P
ada
Spes
imen
Den
gan
Perla
kuan
Mar
tem
perin
g
400°
C H
oldi
ng 2
0 m
enit
157Laboratorium Pengujian Bahan
D. Hubungan Regangan – Kontraksi pada spesimen Dengan Perlakuan
Panas Martempering 400°C Holding 20 menit
Pada grafik hubungan regangan ( rekayasa + sejati ) – kontaksi
pada spesimen dengan perlakuan Martempering 400°C Holding 20
menit. Pada grafik di atas terjadi penambahan kontaksi yang diikuti
penambahan regangan.
Pada grafik diatas perlakuan panas Martempering 400°C Holding
20 menit mempunyai nilai regangan rekayasa Ultimate sebesar 14 % dan
kontraksinya 45,83%. Dari grafik diatas juga dapat dilihat bahwa dari
regangan rekayasa sebesar 0,00% samapi 16% hanya didominasi oleh
kontraksi.
Pada grafik tegangan sejati – kontraksi cenderung memiliki bentuk
garis yang linier hingga garis tersebut patah pada regangan sejati
124,72%. Garis linier ini ditunjukkan oleh regangan sejati karena pada
regangan ini menggunkan pembagian dengan nilai yang konstan
sehingga akan cenderung membentuk garis linier. Sedangkan grafik
rekayasa dibawah sejati karena selisih Do dan Dn – nya besar, sehingga ln
D0
Dn menghasilkan angka yang kecil. Adapun rumus perhitungannya yang
digunakan yaitu:
Regangan Sejati = 2 ln Do
Dn x 100%
Regangan Rekayasa = lu−l0
lu x 100%
Kontraksi Q = D0
2−Dn2
Dn2 x 100%
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
158Laboratorium Pengujian Bahan
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
Gra
fik 4
.5 H
ubun
gan
Tega
ngan
–K
ontra
ksi P
ada
Spes
imen
Tan
pa P
erla
kuan
Pan
as
159Laboratorium Pengujian Bahan
E. Hubungan Tegangan - Kontraksi pada Spesimen tanpa Perlakuan
Grafik diatas merupakan grafik yang menunjukkan hubungan antara
tegangan-kontraksi pada specimen tanpa perlakuan panas.dimana dari
grafik dapat diketahui sumbu x menjelaskan kontraksi dan sumbu y
menjelaskan tegangan dan titik Ultimatenya 55,9,42N/mm2 dan 699,28
N/mm2
Pada grafik hubungan tegangan (rekayasa+sejati) – kontraksi untuk
spesimen tanpa perlakuan panas jika dilihat memiliki bentuk kurva yang
sama dengan kurva tegangan – regangan. Awalnya grafik tegangan
(rekayasa+sejati) – kontraksi terjadi penambahan tegangan yang diikuti
dengan penambahan kontraksi, fenomena ini terus berlangsung hingga
mencapai titik proposionalnya ,setelah melewati titik proposional tegangan
cenderung berkurang tetapi tetap terjadi penambahan tegangan disertai
dengan penambahan kontraksi yang cukup tinggi hingga titik Ultimate.
Pada grafik ini kedudukan tegangan sejati berada diatas tegangan
rekayasa setelah sebelumnya berimpit pada saat sebelum melalui titik
proposional.Setelah itu grafik tegangan sejati selalu diatas grafik tegangan
rekayasa karena nilai tegangan sejati lebih besar dari pada tegangan
rekayasa.Hal ini di sebabkan karena pada tegangan sejati beban di bagi
dengan luas penampang aktual sedangkan untuk tegangan rekayasa beban
dibagi dengan luas penampang awal. Berdasarkan rumus perhitungannya:
Tegangan rekayasa σ n = Pn
A0
Tegangan sejati σ n = Pn
An
Dimana :
Pn = penambahan pada urutan ke n (N)
An= luas penampang ke – n (mm2)
A0= luas penampang awal (mm2)
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
160Laboratorium Pengujian Bahan
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
Gra
fik 4
.6 H
ubun
gan
Tega
ngan
– K
ontra
ksi P
ada
Spes
imen
Den
gan
Perla
kuan
Mar
tem
perin
g 4
00°C
Hol
ding
20
men
it
161Laboratorium Pengujian Bahan
F. Hubungan tegangan -kontraksi pada spesimen dengan perlakuan
Martempering400oHolding20 menit
Pada grafik hubungan tegangan (rakayasa+sejati)-kontraksi untuk
specimen tanpa perlakuan panas jika dilihat memiliki bentuk kurva yang
sama dengan kurva tegangan-regangan. awalnya grafik tegangan
(rekayasa-sejati)-kontraksi terjadi penambahan teganga yang diikuti
penambahan kontraksi. fenomena ini terus berlangsung hingga titik
proporsionalnya, setelah melewati proporsioanlnya, tegangan cenderung
berkurang tetapi penambahan tegangan disertai dengana penambahan
kontraksi yang cukup tinggi hingga titik Ultimate. besar tegangan rekayasa
dan sejati berturut-turut adalah 531,57 N/mm2 dan 605,62 N/mm2
Pada grafik ini kedudukan tegangan sejati selalu diatas tegangan
rekyasa setelah sebelumnya berimpit pada saat sebelum melalui titik
proposionalnya.Setelah itu grafik tegangan sejati selalu diatas grafik
tegangan rekayasa karena nilai tegangan sejati lebih besar dari pada
tegangan rekayasa.Hal ini di sebabkan karena pada tegangan sejati beban
di bagi dengan luas penampang aktual sedangkan untuk tegangan rekayasa
beban dibagi dengan luas penampang awal. Berdasarkan rumus
perhitungannya:
Tegangan rekayasa σ n = Pn
A0
Tegangan sejati σ n = Pn
An
Dimana :
Pn = penambahan pada urutan ke n (N)
An= luas penampang ke – n (mm2)
A0= luas penampang awal (mm2)
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
162Laboratorium Pengujian Bahan
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
Gra
fik 4
.7 P
erub
ahan
Dia
met
er S
etia
p Se
gmen
Pad
a Sp
esim
en T
anpa
Per
laku
an
163Laboratorium Pengujian Bahan
G. Perubahan diameter (necking) tiap segmen pada spesimen tanpa perlakuan
panas
Grafik diatas merupakan grafik yang menunjukkan perubahan
diameter (necking) tiap segmen tanpa perlakuan panas.dimana dari grafik
dapat diketahui sumbu x menjelaskan segmen dan sumbu y menjelaskan
diameter.
Pada grafik perubahan diameter tiap segmen tanpa perlakuan panas
memperlihatkan bahwa pengecilan diameter terjadi pada semua segmen,
akan tetapi pengecilan diameter (necking) paling besar terjadi pada segmen
4. Pada segmen 4 ini terjadi necking sebesar 2,4 mm dari dimeter awal
yaitu 6,42 mm. hal ini kemungkinan besar terjadi karena adanya
pemusatan tegangan pada segmen tersebut sehingga segmen tersebut
mengalami necking yang besar disbanding segmen lain. Setelah
mengalami necking maka segmen patah.Disisi itu karena menerima
pemusatan tegangan tersebut maka necking paling besar terjadi saat patah.
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
164Laboratorium Pengujian Bahan
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
Gra
fik 4
.8 P
erub
ahan
Dia
met
er S
etia
p Se
gmen
Pad
a Sp
esim
en D
enga
n Pe
rlaku
an
Mar
tem
perin
g 40
0°C
hol
ding
20
Men
it
165Laboratorium Pengujian Bahan
H. Hubungan perubahan diameter (necking) pada spesimen dengan perlakuan
panas Martempering400ºC holding 20 menit
Grafik diatas merupakan grafik yang menunjukkan perubahan
diameter (necking) pada specimen dengan perlakuan Martempering400ºC
hoplding 20 menit.Dimana dari grafik dapat diketahui sumbu x
menjelaskan segmen dan sumbu y menjelaskan diameter.
Pada grafik perubahan diameter tiap segmen pada spesimen dengan
perlakuan panas Martempering850ºC holding 20 menit juga
memperlihatkan bahwa semua segmen mengalami pengecilan, aka tetapi
pengecilan diameter paling besar terjadi pada segmen 7. Pada segmen 7 ini
terjadi necking sebesar 2,85 mm dari dimeter awal yaitu 6,18 mm. Hal ini
disebabkan karena terjadi pemusatan tegangan yang besar sehingga
necking pun nilainya besar pada segmen ini. Sedangkan pada segmen
lainnya necking hampir sama rata karena persebaran tegangannya merata.
Secara keseluruhan pengecilan diameter (necking) pada spesimen
tanpa perlakuan panas dan dengan perlakuan panas Martempering 400ºC
holding 20 menit lebih besar pengecilan diameter pada spesimen dengan
perlakuan panas Martempering 4000C holding 20 menit. Hal ini dapat
diketahui dari kontraksi yang terjadi adalah 61,57% dan 71,27% pada
perlakuan Martempering 400ºC holding 20 menit. Hal ini disebabkan dari
sifat mekanik dari masing-masing spesimen itu.
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
166Laboratorium Pengujian Bahan
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
Gra
fik 4
.9 H
ubun
gan
Tega
ngan
-Reg
anga
n R
ekay
asa
Ber
baga
i Per
laku
an P
anas
167Laboratorium Pengujian Bahan
I. Hubungan tegangan - regangan pada berbagai perlakuan panas
Grafik diatas merupakan grafik yang menunjukkan hubungan
tegangan regangan dari berbagai perlakuan panas.Dimana dari grafik dapat
diketahui sumbu x menjelaskan regangan dan sumbu y menjelaskan
tegangan.
Pada grafik hubungan antara tegangan dengan regangan rekayasa pada
berbagai perlakuan panas diperoleh urutan kekuatan tarik dari tertinggi ke
rendah yaitu Hardening, Martempering, Tanpe perlakuan, Normalizing
lalu Annealing. Sedangkan untuk yield point di peroleh dengan metode
offset yaitu dengan menarikgaris yang linier sejajar sebesar 0,2% dan
regangan total sampai memotong grafik.
Hardening
Mempunyai kekuatan tarik paling tinggi yaitu sebesar1193,97
N/mm2 pada regangan 8,00%. Ini disebabkan karena setelah
pemanasan sampai austenite (7500C) dan di holding 20 menit
kemudian didinginkan secara cepat sehingga fase yang terbentuk
adalah austenite yang bersifat keras dan kekuatan tariknya tinggi, pada
grafik menunjukkan bahwa hardening sifat kekenyalannya rendah.
Hal ini dikarenakan struktur butiran pada hardening yang arah
orientasinya yang acak.
Martempering
Memiliki kekuatan tarik terbesar kedua setelah hardening, karena
spesimen tersebut hanya dipanaskan sampai austenite 400ºC holding
20 menit. Kekuatan tarik maksimum 645,71 N/mm2 dengan regangan
4 %. Pada martempering, martensite yang terbentuk dilunakkan
dengan cara memanaskan kembali material hingga strukturnya
berubah menjadi partikel besi karbida dalam ferrite hingga kekuatan
tariknya lebih kecil dari pada hardening.
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
168Laboratorium Pengujian Bahan
Tanpa perlakuan
Memiliki kekuatan tarik dibawah martempering karena spesimen
tersebut belum mengalami proses pemanasan dan holding. Sehingga
fase yang terdapat didalamnya masih heterogen (austenite, cementite,
dan ferrite yang bercampur) dan mungkin spesimen tersebut sudah
memilki kekuatan tarik yang tinggi meskipun belum diperlakukan
panas (bawaan dari pabrik untuk memenuhi standart di pasaran).
Kekuatan tarik maksimumnya 559,42 N/mm2 dengan regangan
25,00% dan yield pointnya pada tegangan 451,25N/mm2 dan regangan
6,25%. Pada grafik terlihat bahwa spesimen tanpa perlakuan panas
kekuatan tariknya lebih besar dari pada normalizing.Ini membuktikan
bahwa spesimen tanpa perlakuan panas mempunyai sifat tegar yang
lebih tinggi dari pada normalizing.
Normalizing
Memiliki kekuatan tarik dibawah spesimen tanpa perlakuan dengan
kekuatan tarik maksimum 534,83N/mm2 dengan regangan 26%. Hal
ini dikarenakan proses pendinginan yang lambat sehingga fase yang
terbentuk adalah bainite + ferrite yang mempunyai sifat ulet dan
kekuatan tarik rendah dan dengan yield point pada tegangan
433,78N/mm2 dengan regangan 4% .pada grafik tampak jelas pada
normalizing keuletannya diatas tanpa perlakuan dan untuk sifat
tegarnya lebih rendah sedikit di banding tanpa perlakuan. Dan sifat
uletnya pun masih di bawah annealing.
Annealing
Memilikikekuatan tarik paling rendah, dikarenakan setelah proses
pemanasan dan holding spesimen didinginkan dengan sangat
lambat(didalam dapur) sehingga butiran yang terbentuk besar-besar
dan fase yang terjadi adalah ferrite yang mempunyai kekuatan tarik
rendah yaitu sebesar 482,60 N/mm2 dengan regangan 16% sedangkan
yield point berada pada tegangan 446,78 N/mm2 dengan regangan 4%.
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
169Laboratorium Pengujian Bahan
Pada perlakuan panas annealing mempunyai sifat keuletan yang
tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Hal ini disebabkan
sifat dari perlakuan panas annealing itu sendiri, yaitu meningkatkan
keuletan, menghilangkan tegangan dalam, menghaluskan ukuran butir
dan meningkatkan sifat mampu mesin.
4.7 Kesimpulan dan saran
4.7.1 Kesimpulan
1. Tegangan regangan sejati lebih tinggi dari pada tegangan regangan
rekayasa.
2. Meningkatnya kontraksi pada spesimen juga akan meningkatkan
nilai regangan dari specimen.
3. Proses perlakuan panas mempengaruhi proses pengecilan diameter
(necking). Urutan proses perlakuan panas yang berpengaruh dari
tinggi ke rendah adalah Martempering, Tanpa perlakuan,
Annealing, Hardening, Normalizing.
4. Proses perlakuan panas berpengaruh terhadap kekuatan tarik dari
suatu material. Urutan kekuatan tarik dari berbagai proses
perlakuan panas dari tinggi kerendah adalah :Hardening,
Martempering, Tanpa perlakuan, Normalizing dan yang terakhir
Annealing.
4.7.2. Saran
1. Praktikan hendaknya lebih teliti dalam melakukan pengukuran
dimensi, pengamatan peralatan serta pencatatan data.
2. Sarana dan prasarana dalam laboratorium yang mengalami
kerusakan agar diperbaiki atau diganti.
3. Pada saat sebelum praktikum hendaknya praktikan membaca
modul panduan praktikum.
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
170Laboratorium Pengujian Bahan
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013