bab i career life - … · jawabannya sederhana dan lugas : segera ajukan surat resign, dan cari...
TRANSCRIPT
1
BAB I
CAREER LIFE
2
Berapa Besar Gaji yang Harus Anda Peroleh
untuk Bisa Hidup dengan Layak?
Setiap tahun kita berharap gaji yang kita terima atau
pendapatan dari usaha yang kita jalankan, bisa terus meningkat.
Sebab, hey, harga barang-barang di sekitar kita terus merayap
naik. Dan diam-diam tanpa kita sadari, selama ini pendapatan
kita secara riil terus merosot gara-gara digerus angka inflasi
yang tak kunjung henti.
Lalu, berapa penghasilan atau pendapatan minimal yang
harus kita peroleh untuk bisa hidup secara layak, ditengah
kepungan angka inflasi yang tak pernah kunjung berhenti
menari? 10 juta per bulan? 15 juta? Atau 30 juta? Mari kita
sejenak luangkan waktu untuk dengan sungguh-sungguh
menghitung berapa banyak kebutuhan hidup kita – demi
meraih kehidupan yang penuh sejahtera nan bahagia……
Sebelum menelisik angka demi angka yang tersaji, ada
sedikit catatan yang perlu dikedepankan. Hidup layak dalam
bayangan saya adalah hidup yang cukup nyaman, mapan, dan
tidak kekurangan secara finansial. Sebab dengan itu Anda baru
bisa menikmati hidup dan tidur dengan nyenyak. Sebaliknya,
jika Anda masih serba kekurangan, atau apalagi tiap bulan
dimaki-maki debt collector lantaran tagihan kartu kredit yang
macet; maka itu artinya Anda masih belum hidup layak (bahasa
kampungnya : financially incompetent).
Perhitungan disini mengambil asumsi bahwa Anda sudah
berkeluarga dengan dua anak (kalau Anda belum berkeluarga,
maka angka-angka dibawah inilah yang kelak harus Anda
penuhi). Mari kita mulai dengan biaya untuk kebutuhan hidup
sehari–sehari.
Biaya Kebutuhan Hidup Sehari-hari
Berapa biaya kebutuhan hidup sehari-hari untuk sebuah
keluarga dengan dua anak di kota besar seperti Jakarta atau
3
Surabaya atau Medan? Kebutuhan sehari-hari adalah untuk
makan (diselingi sebulan sekali makan sekeluarga di mal);
untuk membayar iuran keamanan, bayar listrik, air PAM,
langganan koran, beli sabun, rinso, odol, dan juga jajan/uang
saku anak-anak serta sumbangan kanan kiri. Estimasi saya,
Anda mesti mengeluarkan uang sejumlah Rp 4 juta per bulan
untuk kebutuhan ini.
Biaya Pendidikan Anak
Oke, sekarang banyak sekolah SD Negeri yang gratis dan
murah meriah (lantaran anggaran pendidikan yang meroket).
Namun kalau Anda ingin menyekolahkan anak Anda di
sekolah swasta yang kredibel (seperti Al Azhar, Lab School
atau sejenisnya), plus kursus ini itu, maka dengan dua anak kita
akan menghabiskan anggaran sekitar Rp 2 juta/bulan untuk
investasi masa depan ini.
Biaya Transportasi dan Komunikasi
Tarif tol terus merambat naik dan kemacetan makin
membuat penggunaan bensin boros. Dengan asumsi Anda
membawa mobil ke kantor, dan biaya bensin ndak ditanggung
oleh kantor; maka kita bisa menghabiskan sekitar Rp 1,5 juta
per bulan untuk bensin, tol dan biaya parkir. Ditambah
pengeluaran pulsa telpon dan langganan internet speedy, kita
akan spend sekitar Rp 2 juta untuk pos ini.
Biaya Kredit Mobil
Beruntunglah Anda yang mendapat fasilitas car
ownership dari kantor Anda…..Sebab jika tidak, atau kalau
ingin menambah mobil sendiri lagi, Anda mesti
mengalokasikan anggaran sekitar 130 – 200 jutaan (inilah uang
yang mesti kita keluarkan untuk mobil bagi keluarga muda
seperti Avanza, Toyota Rush, atau Nissan Grand Livina). Jika
Anda membelinya dengan kredit (65 % masyarakat kita
4
membeli mobil dengan kredit) serta dalam jangka 5 tahun;
maka itu artinya kita mesti mengalokasikan dana sekitar Rp 4
juta per bulan untuk keperluan ini.
Biaya Kredit Rumah
Anda tidak ingin selamanya tinggal di Pondok Mertua
Indah, bukan? Beruntung kalau Anda dapat warisan rumah
tinggal dari bokap atau nyokap. Sebab, tempo hari saya melihat
iklan sebuah rumah mungil ukuran 4 L (lu lagi lu lagi karena
saking kecilnya ukuran rumah) untuk keluarga muda di area
BSD (Bekasi Sono Dikit, maksudnya) sudah mencapai harga
sekitar 400 juta-an. Dengan jangka waktu 10 tahun, dan dengan
suku bunga yang alamak kok makin melangit, maka Anda
harus mengeluarkan sekitar Rp 4 juta untuk kredit ―istana
peristirahatan‖ Anda yang lu lagi lu lagi ini.
TOTAL : Rp 16 juta per bulan. Ya, angka inilah
jumlah total dari rincian pengeluaran diatas. Dan angka inilah
yang menurut saya merupakan jumlah minimal yang harus
Anda berdua penuhi untuk bisa membangun keluarga yang
layak dan kredibel di kota besar. Bagi Anda yang sudah
mendapat penghasilan diatas angka 16 juta/bulan –
congratulation. Bagi yang belum, maka segeralah berpikir
keras dan ambil action untuk mencari cara memperoleh extra
income (dengan halal tentunya).
Sebab sebelum Anda mencapai penghasilan sebesar 16
juta/bulan, maka berdasar uraian diatas; rasanya Anda cukup
pas dikategorikan ―masih hidup dibawah garis kemiskinan‖.
Sorry to say…….but that’s fact of life, my friends.
5
Gaji dan Karir Saya Tidak Naik-naik, So What?
Secara berkala, saya kadang menerima email dari para
pembaca blog ini. Isinya bermacam-macam. Ada yang sekedar
ingin menanyakan judul buku manajemen yang paling
mutakhir, ada yang minta pendapat mengenai strategi
pengembangan SDM, hingga konsultasi minta advis bagaimana
caranya membesarkan bisnis.
Namun tak jarang saya menerima email yang isinya
curhat dan keluhan yang sarat dengan sembilu kegusaran.
Isinya terpaku pada sebuah isu klasik : kenapa gaji dan karir
saya tidak naik sepesat yang saya harapkan.
Seperti minggu lalu, saya menerima sebuah email yang
isinya kurang lebih seperti ini : pak, saya sudah bertahun-tahun
bekerja di perusahaan ini dan telah memberikan kerja terbaik;
namun kenapa gaji yang diberikan perusahaan rasanya tidak
sebanding dengan apa yang telah saya kerjakan. Di perusahaan
ini, karir saya sepertinya mentok, berjalan ditempat, karena
manajemen tidak punya kebijakan karir yang jelas. Semuanya
serba tertutup dan remang-remang. Jadi kira-kira apa yang
harus saya lakukan, pak?
Jawabannya sederhana dan lugas : segera ajukan surat
resign, dan cari tempat lain yang menjanjikan rezeki yang lebih
baik.
Jawaban lugas itu berangkat dari filosofi yang sangat
simpel : sebab hanya Anda, dan Anda sendirilah, yang bisa
menentukan dan mengubah nasib serta masa depan hidup
Anda. Bukan orang lain, bukan atasan, bukan direktur, dan
bukan juga pemilik perusahaan. You create your own future.
Jadi kalau Anda stuck pada kantor yang memberikan gaji
pas-pasan atau yang tidak memberikan karir yang jelas, jangan
pernah, sekali lagi, jangan pernah, menyalahkan atasan
Anda, pihak manajemen, direktur atau pemilik perusahaan
Anda. Salahkan diri Anda sendiri kenapa mau berkarir pada
6
tempat yang tak pernah menjanjikan masa depan. Salahkah diri
Anda kenapa mau menggadaikan nasib Anda pada sebuah jalan
tanpa ujung.
Jika Anda kecewa dengan gaji atau dengan kebijakan
karir yang tak pernah jelas di perusahaan Anda, namun Anda
tidak berani pindah ke tempat lain yang lebih menjanjikan,
berarti Anda tidak BERANI mengubah nasib Anda. Dan ah,
bukankah Sang Pencipta tidak akan mengubah nasib seseorang
jika orang itu tidak mau mengubah nasibnya sendiri.
Karena itu jika Anda hanya bisa mengeluh dan mengeluh
tentang gaji yang kecil-lah, tentang karir yang ndak jelas-lah,
tentang penilaian atasan yang subyektif-lah, dan tentang blah-
blah lainnya, namun kemudian Anda tidak berani keluar dari
tempat semacam itu, sorry, orang-orang seperti itu hanya
layak disebut sebagai pencundang. Mengeluh hal-hal
semacam itu hanyalah buang waktu, dan hanya akan
menebarkan energi negatif yang tak pernah berakhir.
Karena itu jika kita tidak sreg dengan kebijakan gaji dan
karir di kantor, namun kita tidak berani keluar dari tempat itu,
why don’t we just shut up our mouth and do our job as best as
we can?
Atau alih-alih hanya bisa mengeluh (jujur, saya agak
alergi dengan orang yang suka mengeluh), mengapa kita tidak
menegakkan energi positif yang menjulang? Mengapa kita
tidak terus saja bekerja dengan tekun dan penuh semangat
kemuliaan; sambil yakin bahwa suatu saat Yang Diatas pasti
akan membalas ketekunan dan kemuliaan ini dengan barokah
dari arah yang tak terduga-duga?
Kalau kita sudah bekerja dengan termehek-mehek,
namun pihak manajemen tetap saja cuek dan tetap enggan
memberikan gaji/karir yang sebanding, kenapa kita tidak tetap
yakin bahwa suatu saat pasti akan ada tempat lain yang lebih
baik bagi kita?
7
Kalau Anda merasa sudah bekerja dengan tekun dan bisa
mengerjakan tugas dengan sangat baik, mengapa Anda tidak
melayangkan lamaran pada tempat lain yang lebih
menjanjikan? Ke tempat yang lebih bisa menghargai talenta
Anda? Jika Anda benar-benar merasa yakin dengan kecakapan
Anda, mengapa Anda hanya bisa berkeluh kesah tentang gaji,
tentang karir, namun do nothing? Sebab jika Anda benar-benar
yakin dengan ketrampilan Anda, bukankah banyak perusahaan
lain yang pasti mau menerima lamaran Anda dengan penuh
sukacita?
Sekali lagi, pesan yang mau digedorkan dalam tulisan
kali ini adalah : you create your own future. Jika kita tidak
happy dengan gaji, dengan karir di kantor kita, jangan pernah
kita mengeluh dan menyalahkan pihak lain. Sebab begitu kita
menyalahkan pihak lain atas pilihan nasib kita, maka saat itu
juga berarti kita telah menggadaikan masa depan kita.
Dan percayalah : hanya pribadi yang bermental kuli yang
mau menggadaikan nasibnya pada orang lain.
8
3 Jawaban Kenapa Karir Anda Mentok
Aduh, kenapa karir saya ndak naik-naik ya. Saya sudah
bertahun-tahun kerja di perusahaan ini, tapi kenapa posisi saya
mentok disini saja. Demikian dua contoh kegalauan yang acap
dilantunkan oleh para rekan pekerja kantoran. Sebuah
kegalauan yang sering dilentingkan dengan nada kepedihan
dan sejumput rasa fustrasi yang menggumpal (duh biyung,
malang nian nasib sampeyan….).
Saya kira ada beragam penjelasan yang bisa dilontarkan
untuk menjawab kegundahan itu. Disini kita mencoba untuk
membincangkan tiga kemungkinan jawabannya secara ringkas.
Baiklah sebelum kita membahasnya, silakan terlebih dahulu
menyeruput secangkir kopi hangat yang mungkin sudah
terhidang di depan meja kerja Anda…..
Jawaban yang pertama simpel dan jelas : you don’t
deserve to be promoted. Ya, Anda memang tidak layak
dipromosikan atau naik karir. Boleh jadi ini karena kompetensi
Anda memang masih belum mumpuni; atau mungkin juga
sikap kerja Anda yang begitu-begitu saja, hingga gagal
membuat orang lain mengulurkan tangan memberi apresiasi.
Bagaimana mungkin top manajemen memberikan Anda
kenaikan karir kalau prestasi kerja Anda hanya pas-pasan.
Jadi kalau begitu, pertanyaan itu sejatinya justru harus
digedorkan pertama-tama kepada diri Anda sendiri. Dengan
kata lain, pertanyaan mengapa Anda ndak melesat karirnya
mungkin justru harus ditujukan pada diri Anda sendiri. Disini,
kerendahan hati dan kebesaran jiwa untuk mencoba bening
mengaca pada kekurangan diri dan juga sekaligus potensi
kekuatan yang dimiliki, sungguh amat diperlukan.
Proses self-exploration semacam itu sungguh akan bisa
berjalan dengan optimal kalau saja setiap perusahaan
menyediakan career coach yang trampil. Dengan itu rute untuk
menyempurnakan kompetensi dan mindset Anda bisa
9
berlangsung dengan efektif (sayang memang, ndak banyak
perusahaan di tanah air yang menyedian career coach internal
yang tangguh).
Jawaban kedua : prestasi kerja Anda sudah oke, kerja
sudah mati-matian, tapi tetap saja top manajemen cuek bebek
dengan kisah perjuangan kerja Anda yang sudah berdarah-
darah itu (doh!). Nah kalau ini yang terjadi, kemungkinan besar
Anda telah gagal ―memamerkan‖ kelebihan dan prestasi kerja
yang yang sungguh heroik itu. Bukan, disini kita bukan mau
bicara mengenai ilmu cari muka atau menjilat bos dan bosnya
si bos. No, no, no. Namun harus diakui, dalam sirkuit
perjalanan naik karir ada dikenal sebuah ketrampilan yang
disebut ―impression management‖. Inilah sejenis siasat untuk
menonjolkan prestasi kerja Anda dihadapan kolega dan top
manajemen secara elegan nan bermartabat. (sorry, topik khusus
mengenai impression management ini baru akan kita bahas
kapan-kapan di waktu mendatang. So stay tuned!).
Dalam lingkungan kerja dimana elemen subyektifitas dan
perasaan acap masih punya pengaruh terhadap promotion
decision, maka ketrampilan mengenai impression management
mungkin layak untuk digenggam. Sebab dengan itu,
perjuangan heorik nan berdarah-darah dari Anda itu bisa
kemudian dihargai dengan layak.
Jawaban yang ketiga : karir Anda mentok karena Anda
memang bekerja di perusahaan yang salah. Sorry, maksudnya
perusahaan kecil yang karyawannya cuman 500-an dan hanya
punya satu pabrik misalnya. Kalau perusahaan Anda hanya
perusahaan manufaktur (pabrikan) yang karyawannya ndak
banyak, ya ndak usah deh ngomong tentang career planning
(sebab karir apa yang mau diomongkan kalau posisi manajerial
yang tersedia hanya hitungan jari).
Dalam situasi semaca itu, karir Anda hanya akan naik
kalau atasan Anda pensiun (duh, lama banget dong nunggunya
!). Sebab itulah, beruntung bagi Anda yang bekerja di
10
perusahaan dengan skala besar seperti industri perbankan atau
telekomunikasi atau perusahaan energi dengan skala nasional.
Dalam perusahaan dengan skala besar semacam ini, maka akan
sangat banyak tersedia posisi manajerial, dan karena itu,
pergerakan karir kita bisa sangat luas dan dinamik.
Jadi sekali lagi, dalam perusahaan dengan size yang
terbatas, kita memang ndak bisa menerapkan ilmu career
planning atau talent management secara optimal. Dan sebab
itulah, karir Anda mentok. And again : ini memang sebuah
kewajaran yang ndak layak ditangisi.
Itulah tiga jawaban ringkas yang barangkali bisa
menjelaskan kenapa karir kita stagnan. Apapun jawabannya
ada satu kalimat yang mungkin layak kita genggam dengan
sepenuh hati : kita sendirilah sesungguhnya yang menciptakan
masa depan kita – not somebody else.
So, believe in yourself, take positive actions, and create
your own bright future. Goodluck and God bless you all !!
11
Anda Ingin Bonus 7 Kali Gaji?
Ada yang menarik dalam tulisan di majalah SWA
beberapa waktu lalu tentang para pemenang survei HR
Excellence Award – sebuah ajang survei untuk menguji
kepiawaian perusahaan dalam mengelola dan mengembangkan
para talenta terbaiknya. Disitu dikisahkan mengenai sepak
terjang salah satu pemenangnya, yakni sebuah perusahaan
BUMN yang bergerak dibidang perkebunan, PTPN III.
Salah satu catatan yang menarik tentang perusahaan
tersebut adalah ini : pada tahun 2006, mereka membagi bonus
kepada karyawannya 5 kali gaji, dan di tahun 2007 kemarin,
bonus yang diberikan adalah 7 kali gaji (wuih!). Bukan itu
saja. Gaji minimal manajer (kepala bagian) di perusahaan itu
adalah Rp 24 juta per bulan – jauh diatas rata-rata gaji manajer
perusahaan swasta nasional. Artinya, jika Anda bekerja sebagai
manajer di PTPN III, maka pada awal bulan Januari kemarin,
Anda akan mendapat bonus sebesar 7 x 24 juta atau Rp 168
juta — cukup untuk DP pembelian Honda New CRV.
Hmmm….sedap man.
PTPN III memang merupakan salah satu BUMN yang
gencar melakukan transformasi besar-besaran dalam lima –
empat tahun terakhir. Proses perubahan di perusahaan ini
dicanangkan ketika PTPN III masih berada dibawah
kepemimpinan Akmaluddin Hasibuan – salah satu CEO yang
visioner, dan spiritnya mirip-mirip dengan mendiang Cacuk
Sudaryanto ketika metransformasi Telkom. Akmaluddin –
yang kini sudah tak lagi menjadi CEO – bertekad membawa
PTPN III menjadi perusahaan kelas dunia – dan bukan lagi
perusahaan negara yang jadul nan amburadul.
Maka selain melakukan perombakan menyeluruh
terhadap sistem manajemen SDM di perusahaan itu, ia juga
melakukan tindakan dramatis : menaikkan gaji dan remunerasi
para karyawannya menuju pada tingkat yang amat layak.
12
Sebab, proses perubahan menuju perbaikan kinerja sungguh
akan sulit dilakukan kalau gaji karyawan kita berada pada level
pas-pasan. Kalau gaji kita terlalu kecil, maka boro-boro mikir
visi jauh ke depan dan blah-blah lainnya, mikir besok mau
makan apa saja masih suka pusing tujuh keliling…..(duh,
nasib, nasib…..).
Begitulah, Akmaluddin kemudian memutuskan kenaikan
gaji yang signifikan bagi segenap karyawannya. Selain
menaikkan gaji manajer seperti diatas, maka gaji para pengepul
(atau pemetik tanaman buah sawit di perkebunan) dinaikkan
menjadi 2,5 juta plus insentif 2,5 juta (yang akan diperoleh jika
memenuhi target pemetikan buah). Itu artinya, pegawai
rendahan sekalipun bisa membawa 5 juta rupiah per bulan ke
rumah – sebuah angka yang amat besar bagi para pegawai
pemetik buah yang sebagian besar hanya lulusan SLTA (so,
Anda tertarik jadi pemetik buah sawit…??).
Hasil dari perubahan itu adalah kenaikan produktivitas
yang tajam di perusahaan tersebut; dan tren angka kenaikan itu
kelihatannya terus berlanjut. Sebab, keputusan kenaikan gaji
ini juga segera disertai dengan perubahan yang menyeluruh
dalam bidang lainnya, termasuk dalam sistem manajemen
kinerja karyawannya. Hal ini penting untuk dicatat, sebab
jika gaji dinaikkan secara dramatis tanpa diikuti dengan
perubahan sistem penilaian kinerja, maka yang terjadi bisa
sebuah malapetaka. Biaya gaji naik secara signifikan, namun
produktivitas karyawan stagnan. Kalau begini, perusahaan kita
justru bisa bangkrut.
Catatan lain yang layak dicatat dari fenomena PTPN
diatas adalah ini : perusahaan yang berani memberikan gaji dan
bonus yang besar biasanya adalah perusahaan yang berada
pada sebuah industri yang tengah tumbuh pesat. Sektor
perkebunan (dimana PTPN berada), pertambangan, dan juga
telekomunikasi serta perbankan, adalah beberapa jenis industri
yang tumbuh bagus dalam beberapa tahun terakhir. Karena itu,
13
perusahaan dalam sektor itu cenderung lebih agresif dalam
memberikan bonus dan kenaikan gaji bagi para karyawannya.
Sebaliknya, jika Anda kebetulan bekerja pada sektor/industri
yang pertumbuhannya pas-pasan, ya jangan berharap banyak
untuk memperoleh kenaikan gaji dan bonus yang gede (masih
untung gajinya ndak diturunkan….).
Namun faktor lain yang amat penting bagi besaran bonus
dan gaji yang Anda terima adalah : filosofi dan komitmen top
manajemen atau pemilik bisnis (business owner). Disini kita
melihat ada pemilik perusahaan yang cenderung pelit dan
serakah (maunya semua profit perusahaan dimakan sendiri, tak
peduli karyawannya cuma bisa makan nasi + kerupuk). Namun
ada juga pemilik perusahaan yang murah hati dan amat peduli
pada kesejahteraan karyawannya. Saya pernah membaca ada
pemilik sebuah perusahaan kelas menengah di Jakarta yang
memiliki prinsip membagi 50 % profit perusahaan kepada
segenap karyawannya. Betapa mulianya orang ini. Dan juga
amat cerdas : sebab dari sejumlah riset empirik terbukti, pola
profit sharing semacam diatas amat positif dampaknya bagi
kemajuan kinerja bisnis.
So, kalau sekarang Anda masih jadi karyawan, ya
berdoalah semoga pemilik atau top manajemen perusahaan
Anda bisa memiliki prinsip seperti diatas. Mau berbagi dalam
suka dan duka dengan segenap karyawannya.
Sementara kalau Anda sudah atau kelak ingin menjadi
pemiliki usaha sendiri, maka peganglah prinsip berbagi profit
dengan segenap karyawan Anda. Berikan mereka gaji yang
amat layak dan tiap tahun alokasikan bonus yang besar sesuai
dengan kontribusi mereka. Percayalah, praktek semacam ini
akan membuat bisnis Anda langgeng dan kian menapak naik
kinerjanya. Dan bukan itu saja : kelak kalau Anda meninggal,
para karyawan Anda itu pasti akan mendoakan Anda dengan
tulus ikhlas – dan bukan dengan nggrundel lantaran gajinya
ndak pernah naik-naik !!
14
Career Plan:
Jalur Karir yang Harus Anda Tempuh
Bagi sebagian besar orang, meniti karir sebagai pekerja
profesional hingga ke puncak tangga prestasi merupakan
sebuah impian yang layak dirawat dengan penuh kesetiaan.
Sebab disana terbentang sebuah janji kemakmuran finansial
yang layak dikejar. Sebab disana terbentang pula sebuah
impian kehidupan yang mapan and a dream to build a happy
family.
Namun tentu saja, pendakian menuju tangga karir yang
makin menjulang bukan sebuah proses yang mudah. Sebagian
orang mungkin bisa menembus jalan yang berliku itu, dan tiba
pada destinasi karir yang diharapkan. Sebagian yang lain
mungkin stuck on the middle of nowhere. Kita ndak tahu
apakah Anda akan masuk kategori yang pertama, atau
nyungsep pada golongan yang kedua.
Pertanyaan yang lebih fundamental mungkin adalah
seperti ini : lalu kira-kira jalan karir semacam apa yang layak
ditempuh, dan pada fase usia berapa saja career path itu harus
dilalui?
Dari sejumlah studi mengenai career path (jalur karir)
kita bisa membayangkan pergerakan karir seperti berikut ini.
Usia 22 – 25 tahun. Entry Level : staf, pelaksana, atau
management trainee.
Ini adalah pintu gerbang pertama yang harus dilalui oleh semua
orang yang mau merajut sebuah karir yang panjang. Dalam
rentang usia itu, seseorang yang baru saja mendapat gelar
Sarjana S-1 bisa masuk menjadi karyawan untuk posisi entry
level; misal sebagai staf, officer atau masuk dalam program
management trainee/management development program
(sebuah program penyiapan kader pimpinan dan biasanya
mempunyai pola career fast track – karirnya bisa cepat melaju).
15
Usia 26 – 29 tahun . First line leader : supervisor/asisten
manajer.
Setalah dua atau tiga tahun menjadi staf, mestinya kita sudah
bisa bergerak untuk menjadi asisten manajer (dalam usia 26
tahunan). Disini kita sudah mulai diuji kecakapan leadership-
nya. Inilah sebuah fase dimana kita bisa mendapat bekal yang
berharga untuk mendaki menuju karir yang lebih tinggi.
Usia 29 – 35 tahun. Middle Management : Manajer.
Dalam rentang usia ini, semestinya kita sudah harus menapak
jalan karir sebagai manajer (entah menjadi Marketing/Brand
manager, HR manager, Finance atau IT Manager). Kalau dalam
rentang usia ini kita masih belum juga menjadi manajer,
mungkin saatnya kita harus melakukan self exploration : dan
kemudian merajut action plan apa yang harus segera
dijalankan.
Usia 36 – 42 tahun. Senior Management : General
Manager/VP/Senior Manager
Dalam rentang usia ini, kita telah bergerak menduduki posisi
sebagai senior manajer (general manager atau vice president).
Inilah fase usia menuju puncak kematangan; dan tentu saja
limpahan fasilitas benefit dan gaji yang besar dari perusahaan.
Usia 42 tahun dan seterusnya. Top Management :
Direktur/Managing Director/C-Level.
Dalam usia 40-an tahun, mestinya kita sudah bisa menjadi
direktur. Beberapa bulan lalu, dua teman saya yang masing-
masing masih berusia 39 tahun dipromosikan menjadi direktur
pada dua perusahaan besar multinasional. Kalau kita baru
menjadi direktur pada usia 47 atau 50 tahun, wah ya sudah
terlalu tua ya.
Itulah peta atau jalur pergerakan karir yang mungkin
harus kita lalui. Ada tiga catatan yang layak disampaikan
berkaitan dengan jalur karir diatas. Yang pertama, jalan karir
kita akan relatif lebih menjulang kalau kita bergabung pada
perusahaan besar dengan skala region yang luas (kalau bisa
16
skala global). Perusahaan semacam ini menjanjikan posisi karir
yang lebih variatif, dan memudahkan kita melakukan mobilitas
karir yang rancak.
Catatan kedua, peta karir diatas akan mudah terjadi pada
perusahaan dengan kebijakan karir yang progresif, dan tidak
melulu bersandar pada senioritas. Perusahaan yang meyakini
bahwa setiap orang layak menjadi top talent tanpa memandang
usia. Kalau ada anak muda yang kompetensinya sudah bagus,
kenapa tidak kita langsung pilih dia menjadi managing
director; meskipun usianya mungkin baru 38 tahun?
Catatan ketiga, peta karir diatas dengan mudah bisa
dicapai jika kita bisa bergabung dengan perusahaan/anak
perusahaan atau unit bisnis yang tengah tumbuh. Artinya kita
terlibat sejak perusahaan ini kecil lalu tumbuh menjadi raksasa.
Banyak kisah dimana profesional muda yang karirnya melesat
lantaran ia turut membidani proses tumbuhnya perusahaan itu
sejak kecil hingga menjadi besar. Karir Anda tumbuh sejalan
dengan melesatnya bisnis perusahaan dimana Anda berkarir.
Selamat hari Senin, teman. Selamat bekerja dengan
produktif. Dan semoga perjalanan karir Anda selalu dilimpahi
keberkahan oleh Sang Maha Penentu Karir.
17
BAB II
MINDSET and
PERSONAL
DEVELOPMENT
18
Law of Attraction:
You Can If You Think You Can
You can if you think you can. Kalimat sakti yang pernah
menjadi judul buku legendaris karangan Norman Vincent Peale
ini sepertinya hendak memberikan satu pesan yang jelas : jika
Anda senantiasa berpikir positif, selalu merajut ―mentalitas
bisa‖ (can do attitude), dan senantiasa membayangkan masa
depan dengan gelegak optimisme, maka percayalah, hidup
Anda pada akhirnya benar-benar akan basah kuyup dalam
nirvana keberhasilan dan kebahagiaan.
Dan persis seperti itulah spirit yang dikandung oleh Law
of Attraction (LOA) – sebuah aliran keyakinan yang kini
tengah digandrungi dimana-mana. Maka simaklah petikan
kalimat-kalimat berikut ini.
Rahasia besar kehidupan adalah hukum tarik menarik.
Hukum tarik menarik mengatakan bahwa kemiripan menarik
kemiripan. Ketika Anda membayangkan pikiran-pikiran, maka
pikiran-pikiran itu dikirim ke Semesta, dan secara magnetis
pikiran akan menarik semua hal yang serupa, dan lalu
dikembalikan pada sumbernya, yakni Anda. (dikutip secara
bebas dari buku The Secret karangan Rhonda Byrne).
Dengan kata lain, jika Anda selalu membayangkan
pikiran yang negatif – kecewa, gagal, marah, selalu
menyalahkan orang lain, frustasi, ragu, merasa selalu
kekurangan – maka gelombang pikiran itu akan memantul ke
semesta, menarik pikiran-pikiran negatif yang serupa, dan lalu
mengirim balik secara powerful kepada sumbernya, yakni
Anda. Lingkaran kelam negativisme ini perlahan namun pasti
akan membawa kita dalam lorong gelap tak berujung.
Dalam lorong gelap itulah, benih-benih spirit optimisme,
raungan keyakinan untuk mencengkram keberhasilan, dan daya
juang untuk merajut imajinasi positif, menjadi hilang tak
19
berbekas. Hidup yang nyata pada akhirnya akan berujung pada
nyanyi bisu keterpurukan.
Itulah mengapa sebagian orang lalu memberi saran agar
kita menjaga jarak dari lingkungan yang hanya menerbarkan
energi kelam negativisme. Toh sialnya, setiap hari rasanya kita
selalu disergap dengan energi negatif ini. Di jalanan tiap pagi
kita disergap kemacetan yang melentik kita untuk segera
mengeluarkan kemarahan dan umpatan menyalahkan pihak
lain. Di kantor, kita acap menatap wajah-wajah sayu yang
melakoni pekerjaannya dengan semangat yang kian
sempoyongan. Di sudut lain kita juga tak jarang menemui sang
complainer, yang kerjanya tiap hari hanya mengeluh :
mengeluh bos-nya tidak adil-lah, mengeluh mengapa karirnya
tak naik-naik-lah, atau mengeluh mengapa kopi yang disajikan
office boy rasanya terlalu pahit……..
Dan aha, ketika kita pulang ke rumah, dan sejenak
membaca berita di koran serta melihat acara talk show di
televisi, duh mengapa isinya selalu sarat dengan negative news
dan gambaran pesimisme yang kelam. Pengamat yang satu
mengkritik ini, pengamat yang lain menyalahkan itu. Pengamat
yang lainnya lagi memberikan gambaran masa depan bangsa
yang seolah-olah akan jatuh dalam kegelapan abadi. (Fakta ini
membuat teman saya pernah memberi saran pada saya agar
BERHENTI total untuk membaca koran dan menonton televisi.
Kenapa, tanya saya. Jawabnya lugas : berita dan komentar-
komentar kelam yang muncul di televisi dan koran hanya akan
membunuh imajinasi dan harapan Anda tentang masa depan
yang lebih baik !!).
Begitulah. Ketika segenap partikel udara telah dipenuhi
dengan energi negative, dan ketika berderet narasi tentang
masa depan yang muram selalu menari dihadapan kita, maka
apa yang sesungguhnya mesti kita lakukan?
Kita tentu tak boleh membiarkan diri kita larut
didalamnya, sebab itu artinya hanya akan membuat kita
20
terpelanting dalam kubangan nasib yang penuh ratapan dan
sembilu kepedihan yang tak berujung.
―Anda tak dapat menolong dunia dengan berfokus pada
hal-hal negatif. Ketika Anda berfokus pada peristiwa-peristiwa
negatif, maka Anda bukan saja menambahnya, namun juga
mendatangkan lebih banyak hal negatif ke dalam hidup Anda
sendiri,‖ demikian untuk mengutip kembali ungkapan Rhonda
Byrne.
Jadi bagaimana dong? Saya akan mencoba
mengeksplorasi butiran-butiran jawabannya dalam tulisan seri
berikutnya (Anda bisa membacanya DISINI). Untuk
sementara, silakan kembali mereguk kopi hangat yang sudah
ada di meja Anda. Seruputlah kopi itu pelan-pelan, sambil
berbisik dalam hati : life is good….yeah, life is good.
21
Positive Mindset
dalam Empat Level Gelombang Otak
Dalam tulisan mengenai Law of Attaction (Hukum Tarik
Menarik) — yang bisa Anda baca disini dan disini — kita telah
membahas mengenai betapa sesungguhnya pola pikir dan
rajutan imajinasi kita memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap sejarah masa depan hidup kita.
Demikianlah, jika kita selalu mampu menganyam pola
pikir yang guyub dengan energi positif – dengan energi tentang
keyakinan-diri, dengan pancaran optimisme yang kokoh, dan
dengan sikap hidup yang selalu penuh rasa sukur – maka ada
peluang besar bahwa hidup sejati kita akan benar-benar
dilimpahi oleh sederet narasi tentang keberhasilan.
Sebaliknya, jika bentangan hidup kita selalu diharu-biru
oleh rajutan pola pikir yang negatif – tentang bayangan kelam
kegagalan, tentang rasa tak percaya diri, tentang kegamangan,
dan sikap hidup yang selalu mengeluh serta menyalahkan pihak
lain (tanpa mau jernih melakukan introspeksi) – maka besar
kemungkinan hidup nyata kita benar-benar akan dipenuhi
dengan elegi pilu kemalangan dan kenestapaan.
Itulah mengapa kaum bijak bestari memberi petuah agar
kita bisa selalu melentikkan api optimisme dalam diri kita dan
juga mampu merawat pola pikir positif. Positif melihat masa
depan kita, positif melihat segenap tantangan yang
menghadang, dan positif dalam berpikir serta berimajinasi.
Soalnya kemudian adalah : menginjeksikan daya positif
ke dalam sel-sel otak kita ternyata tak semudah membikin
indomie rebus. Acap ketika dihadapkan pada tantangan yang
membuncah atau kerumitan masalah yang menghadang,
pikiran kita langsung goyah dan berpikir : ah, saya memang
tidak mampu melakukannya…..saya mungkin tidak bisa
meraih impian yang saya cita-citakan…..yah, memang ini
suratan nasib saya…….(Duh!).
22
Jadi bagaimana duuoong? Apa yang mesti dilakoni agar
mentalitas positif dan spirit keyakinan itu tak langsung layu
ketika badai tantangan datang menghadang? Apa yang mesti
diziarahi agar virus positiv itu terus menancap dalam serat otak
kita bahkan ketika lautan masalah terus menggelora,
menghantam biduk perjalanan kita?
Beruntung, para ahli saraf (neurolog) telah menemukan
jawabannya. Dan jawabannya terletak pada empat level
gelombang otak kita. Melalui serangkaian eksperimen dan alat
ukur yang bernama EEG (Electro EncephaloGram), mereka
menemukan ternyata terdapat empat level getaran dalam otak
kita. Mari kita simak bersama empat gelombang kesadaran itu.
Beta (14 – 100 Hz). Dalam frekuensi ini kita tengah
berada pada kondisi aktif terjaga, sadar penuh dan didominasi
oleh logika. Inilah kondisi normal yang kita alami sehari-hari
ketika sedang terjaga (tidak tidur). Kita berada pada frekuensi
ini ketika kita bekerja, berkonsentrasi, berbicara, berpikir
tentang masalah yang kita hadapi, dll. Dalam frekuensi ini
kerja otak cenderung memantik munculnya rasa cemas,
khawatir, stress, dan marah. Gambar gelombang otak kita
dalam kondisi beta adalah seperti dibawah ini.
Alpha (8 – 13.9 Hz). Ketika otak kita berada dalam
getaran frekuensi ini, kita akan berada pada posisi khusyu’,
relaks, meditatif, nyaman dan ikhlas. Dalam frekuensi ini kerja
otak mampu menyebabkan kita merasa nyaman, tenang, dan
bahagia. Berikut gambar gelombang alpha.
23
Theta (4 – 7.9 Hz). Dalam frekuensi yang rendah ini,
seseorang akan berada pada kondisi sangat khusyu’,
keheningan yang mendalam, deep-meditation, dan ―mampu
mendengar‖ nurani bawah sadar. Inilah kondisi yang mungkin
diraih oleh para ulama dan biksu ketika mereka melantunkan
doa ditengah keheningan malam pada Sang Ilahi. Berikut
gambar gelombang otak kita ketika berada dalam kondisi theta.
Delta (0,1 – 3,9 Hz). Frekuensi terendah ini terdeteksi
ketika orang tengah tertidur pulas tanpa mimpi. Dalam
frekuensi ini otak memproduksi human growth hormone yang
baik bagi kesehatan kita. Bila seseorang tidur dalam keadaan
delta yang stabil, kualitas tidurnya sangat tinggi. Meski tertidur
hanya sebentar, ia akan bangun dengan tubuh tetap merasa
segar.
Nah, penyelidikan menunjukkan bahwa proses
penumbuhan keyakinan positif dalam pikiran kita akan
berlangsung dengan optimal jika otak kita tengah berada pada
kondisi Alpha (atau juga kondisi Theta). Dalam frekuensi
inilah, kita bisa menginjeksikan energi positif dalam setiap
jejak sel saraf kita secara mulus. Apabila kita merajut
keyakinan positif dan visualisasi keberhasilan dalam kondisi
alpha, maka rajutan itu benar-benar akan menembus alam
bawah sadar kita. Pada gilirannya, hal ini akan memberikan
pengaruh yang amat dahsyat pada pola perilaku kita ketika
berproses menuju puncak keberhasilan yang diimpikan.
Pertanyaannya sekarang adalah : bagaimana caranya
agar kita bisa berada kondisi alpha? Bagi Anda yang muslim, ada satu langkah yang mujarab
: sholat tahajud di tengah keheningan malam (Jika Anda
24
beragama Kristen, mungkin medianya adalah dengan
melakukan ―retreat‖).
Begitulah, para kaum bijak bestari berkisah, dalam
momen-momen kontemplatif ketika bersujud dihadapan Sang
Ilahi, selalu ada perasaan keheningan yang menggetarkan,
perasaan khusyu’ yang sungguh menghanyutkan. Saya berpikir
perasaan ini muncul karena saat itu kondisi otak kita sedang
berada pada gelombang alpha. Dan percayalah, dalam momen
itu, kita dengan mudah bisa memasukkan energi positif dan
spirit keyakinan dalam segenap pikiran kita. Dalam momen
inilah, dalam hamparan kepasrahan total pada Sang Pencipta
dan rasa syukur yang terus mengalir, kita bisa merajut butir-
butir keyakinan positif itu dalam segenap raga kita. Dalam
segenap jiwa dan batin kita.
Maka mulai malam ini………………ditengah kesunyian
malam, bentangkanlah sajadah disudut rumah kita, basuhkan
air wudhu, dan tegakkan sholat tahajud dengan penuh
keikhlasan. Lalu, ditengah keheningan yang menentramkan,
lantunkanlah harapan positif dan doa-doa itu dengan penuh
keyakinan……Mudah-mudahan kita semua bisa melangkah
menuju pintu keberhasilan dan kebahagiaan. Disini dan
“Disana”.
25
Merajut Etos Spiritualitas dalam Dunia Kerja
Hari-hari ini, serpihan peristiwa demi peristiwa yang
melukai azas spiritualitas dan kemuliaan hidup terus bertebaran
disana-sini. Padahal dunia kerja di negeri ini – tempat dimana
setiap hari jutaan orang merengkuh sejumput nafkah – niscaya
akan menjelma arena yang indah kala ruh spiritiualitas bisa
memancar di setiap sudutnya.
Dunia kerja di negeri ini mungkin bisa terus melenting
menuju kemuliaan kalau saja setiap pelakunya bisa merajut
etos spiritualitas dalam sekujur raganya. Dunia kerja di negeri
ini mungkin bisa terus mendaki menuju puncak keagungan
kalau saja setiap pelakunya basah kuyup dengan siraman ruh
spiritualitas yang terus mengalir.
Jadi ketika telah ada niatan untuk membangun dunia
kerja yang penuh kemuliaan, lalu apa yang bisa disumbangkan
oleh etos spiritualisme? Disini kita mencatat dua jenis
kontribusi penting yang bisa disumbangkan bagi kemajuan
dunia kerja dan praktek manajemen.
Yang pertama, dimensi spiritualitas memberikan pondasi
yang kuat untuk membangun integritas moral yang kokoh bagi
para pelaku dunai kerja (karyawan, pegawai negeri, pengusaha,
kaum profesional). Itulah profil integritas yang dinaungi oleh
misalnya, sikap kejujuran, kesederhanaan, dan sikap yang
mengacu pada etika kebenaran serta niatan mulia untuk
memanggul amanah (jujur dan dan tidak mau menyelewengkan
posisi dan jabatan demi segenggam berlian).
Dimensi yang pertama ini demikian menghujam, sebab
tanpa sikap moral yang amanah, bersih dan jujur, bagaimana
mungkin kita bisa merajut dunia kerja yang penuh kemuliaan?
Tanpa etika moralitas yang kuat, dunia kerja kita niscaya akan
selalu terpelanting dalam kenistaan. Tanpa sikap amanah yang
sarat dengan keikhlasan, dunia kerja kita akan senantiasa
tenggelam dalam duka yang memilukan.
26
Kontribusi yang kedua berkaitan dengan pengembangan
etos kerja yang berorientasi pada kemajuan dan keunggulan
kinerja (excellent performance). Dimensi spiritualitas
semestinya mampu dijadikan driving force yang kuat untuk
menancapkan motivasi dan etos kerja yang selalu mengacu
pada prestasi terbaik. Dalam konteks ini mestinya ada
kesadaran kuat untuk menjalankan ”teologi kerja (job
theology)” : atau sebuah niatan suci untuk selalu menganggap
pekerjaan kita sebagai sebuah ibadah dan bentuk pengabdian
kita pada Yang Maha Agung.
Ketika kita bekerja dikantor dengan asal-asalan dan
menghasilkan kualitas brekele, atau ketika ketika kita
mencederai amanah yang telah diberikan, maka mestinya kita
menganggap ini semua sebagai sebuah ‖dosa‖ dan kita mesti
merasa malu dihadapan Yang Maha Tahu.
Sebaliknya, ketika kita selalu bisa mempersembahkan
kinerja yang mulia, atau ketika kita mampu mengagas dan
melaksanakan ide-ide kreatif untuk memajukan organisasi,
maka mestinya ini semua tidak melulu didasari oleh keinginan
untuk pamrih, melainkan pertama-tama mesti dilatari oleh
niatan suci untuk beribadah. Sebuah niatan yang didorong oleh
kehendak untuk mengabdi dan memuliakan Yang Diatas.
Dalam konteks inilah, dimensi spiritualitas dapat menjelma
sebagai sebuah inner force yang kokoh dan mampu memotivasi
kita untuk terus bekerja keras memberikan yang terbaik.
Perjalanan membangun dunia kerja yang profesional dan
sarat dengan nilai-nilai kemuliaan adalah sebuah marathon,
bukan sprint. Disana dibutuhkan ketekunan, kegigihan dan
sikap istiqomah untuk terus menggedor nurani diri kita dengan
kesadaran bahwa ―hidup ini hanyalah merupakan pengabdian
tanpa henti pada Yang Menciptakan Hidup‖. Dibutuhkan
sejenis ketegaran yang terus melengking : menyuarakan
kesadaran untuk terus menancapkan etos spiritualitas dalam
dunia kerja kita sehari-hari.
27
Dua dimensi spiritualitas yang telah kita bahas diatas
selayaknya bisa terus mengendap dalam ruang batin kita.
Sebab dengan itulah kita bisa bersama-sama merangkai sebuah
bangunan dunia kerja yang indah dan mendapat limpahan
berkah tanpa henti.
Sebab dengan itu pula, kelak ketika kita diwawanacarai
oleh malaikat di ujung pintu surga, kita bisa menceritakan
segenap pengalaman kerja kita dengan penuh senyum dan
kebahagiaan.
Selamat bekerja, teman. Semoga hari ini pekerjaan
Anda mendapat limpahan barokah yang terus mengalir……
28
3 Kompetensi untuk Para Profesional Sejati
Roda waktu terus bergerak, dan hidup terus
menggelinding. Dalam perjalanan panjang itu kita terus
menerus diminta untuk merekahkan segenap potensi dan
kapabilitas. Kita terus ditagih untuk membentangkan ruang
pertumbuhan agar self-competency bisa selalu bermekaran.
Sebab, tanpa spirit untuk melakukan never ending self-
improvement, tidakkah itu berarti kita telah membunuh asa
untuk menjadi insan yang lebih sempurna?
Dan persis disitulah kita kemudian digedor pertanyaan
yang bunyinya begini : adakah kompetensi kita hari ini lebih
baik dibanding sebulan atau setahun silam? Adakah
kompetensi kita selama ini bisa terus dibentangkan menuju
titik-titik kesempurnaan? Atau sebaliknya : selama ini
kompetensi kita going nowhere - redup dan kian terkoyak
ditengah roda waktu yang terus bergerak?
Namun pertanyaan lain yang mungkin tak kalah penting
adalah ini : kalaulah kita masih punya spirit untuk terus
bergerak, untuk terus melenting, untuk terus menemukan ruang
dimana kompetensi kita bisa menemukan tempat terindah agar
tumbuh bermekaran; maka jenis kompetensi apa yang layak
dikuasai? Kepingan kompetensi seperti apa yang mesti didekap
erat agar kita bisa menjadi insan yang lebih sempurna, insan
yang lebih paripurna?
Ditengah keriuhan hari Senin pagi yang mulai
membuncah, ditengah tumpukan pekerjaan yang sebentar lagi
mungkin akan menenggelamkan Anda – maka ijinkan saya
untuk menyelipkan sekeping narasi tentang 3 jenis kompetensi
yang barangkali penting untuk direnungkan. Ada begitu banyak
ragam kompetensi yang mungkin harus kita kuasai; namun tiga
kompetensi ini merupakan core competencies yang patut
ditelisik dengan penuh kesungguhan. Inilah tiga jenis
29
kompetensi yang barangkali akan membekali kita dalam
petualangan panjang menjadi insan yang kian sempurna.
Kompetensi yang pertama adalah ini : strong need for
achievement. Gantungkan cita-citamu setinggi langit, nak.
Begitu kidung yang dulu pernah kita dengar dengan penuh
nada syahdu dari ibu kita. Tidak pernah orang tua kita berujar :
gantungkan cita-citamu setinggi plafon rumah, nak.
Maknanya jelas : hidup kita terasa akan lebih sumringah
kalau saja dalam raga ini bersemayam sejenis keteguhan untuk
mengukir hasil kerja terbaik. Sebuah orientasi yang kental
dengan semangat untuk merajut sebuah karya yang bermakna
(meaningful achievement). Sebuah sikap untuk
mempersembahkan kepingan pekerjaan yang layak diapresiasi.
Dan sungguh, orientasi semacam itu akan mendorong
setiap insan untuk menghamparkan tanggungjawab dan
dedikasi, kegigihan dalam bekerja, keihklasan dalam bertindak,
dan spirit saling bekerjasama demi tercapainya common goals
and purposes. Tidakkah lingkungan kita (kantor, organisasi,
perusahaan) akan menjelma menjadi taman yang begitu indah
kalau setiap insan bisa punya kompetensi semacam itu?
Kompetensi yang kedua adalah ini : learning spirit.
Alunan ilmu terus mengalir sederas ombak di lautan, dan
pengetahuan terus menetes seperti hujan di pagi hari. Lalu
kalau kita tidak memiliki kegairahan untuk terus memetik
sejumput ilmu, bukankah kita hanya akan menjadi manusia-
manusia yang tidak relevan? Itulah kenapa kompetensi ini begitu penting : sebab
dengan semangat untuk meringkus kepingan pengetahuan yang
luas membentang, benih ketrampilan dan keahlian kita bisa
terus tumbuh berkembang. Itulah kenapa Anda harus terus
menenggelamkan diri Anda dalam beragam aktivitas
pembelajaran : ikut seminar atau pelatihan yang relevan,
menjelajah pengetahuan secara online, rajin membaca buku,
30
atau selalu bergairah untuk melakukan sharing knowledge
dengan rekan sekantor.
Kompetensi yang terakhir adalah : spirituality
intelligence. Tentu saja hidup akan lebih mulia dan indah kalau
segenap pekerjaan yang kita lakukan di kantor selalu bisa
ditautkan pada sejenis pengabdian kepada Sang Pemberi
Pekerjaan. Inilah sebuah kompetensi yang akan terus mengajak
kita untuk terus bersandar pada etika moralitas, perilaku kerja
yang sarat integritas, dan juga kuyup dengan tindakan yang
penuh keluhuran.
Dan itulah sejenis kompetensi yang akan terus
menggandeng kita untuk tenggelam dalam aura religiusitas
yang menghanyutkan dan kemuliaan hidup yang
menentramkan.
Sidang pembaca Blog Strategi + Manajemen yang
budiman, demikianlah tiga jenis kompetensi dan etos hidup
yang mungkin layak kita genggam dengan sepenuh sukma.
Achievement orientation yang menggumpal. Learning
spirit yang terus membahana. Dan semuanya dibalut dalam
spirituality intelligence yang penuh keagungan. Hidup
barangkali akan terasa begitu wangi kalau saja kita bisa
menjalankan tiga kompetensi ini dengan penuh keteguhan.
Selamat bekerja teman. Semoga hari ini hidup Anda juga
akan terasa begitu wangi.
31
Are You Happy With Your Life
(and Your Job) Now?
Hidup pada akhirnya memang selalu penuh dengan
tikungan. Ada kalanya kita berada pada parade keberhasilan
yang membuat kita mabuk dalam ekstase keriangan. Ada pula
saat ketika kita terpeleset, terpelanting dan terpuruk dalam
segores duka. Toh dalam lingkaran jatuh dan bangun itu, hidup
harus terus dijalankan. Kita terus berproses dan bertumbuh
―menjadi manusia‖. Becoming a true person, demikian Erich
Fromm pernah berujar dalam risalahnya yang terkenal itu, On
Being Human.
Namun mungkin ada kalanya kita perlu berhenti sejenak,
mengambil rehat, dan melakukan kontemplasi. Sekarang
tataplah screen (layar) laptop atau komputer Anda. Lihatlah
screen yang ada di depan Anda ini sebagai sebuah
cermin…..lalu bayangkanlah, kira-kira lima tahun dari
sekarang, potret apa yang tergambar dalam layar di depan
Anda ini.
Apakah yang tergambar dalam bayangan itu adalah figur
Anda sebagai seorang saudagar sukses dengan omzet bisnis
ratusan juta per bulan, dengan sebuah apartemen indah di
Dharmawangsa Residence? Atau yang muncul adalah
gambaran Anda sebagai seorang manajer sukses bergaji 30 juta
perbulan, dengan sebuah SUV nongkrong di garasi rumah?
Atau yang justru tergambar di layar adalah gambaran Anda
sebagai seorang guru mengaji di sebuah surau kecil di
kampung halaman Anda, nun jauh disana, di sebuah kampung
dimana segenap ambisi materi dan duniawi menjadi lenyap,
karena disitu yang ada hanyalah ―keheningan, kedamaian dan
kebersahajaan‖?
Saya tak tahu. Sungguh saya tak tahu apa yang dalam
imajinasi Anda tentang masa depan hidup yang ingin Anda
ukir. Namun apapun pilihan hidup masa depan Anda,
32
barangkali tetap tersisa satu hal yang layak dicatat : pilihan itu
sebaiknyalah didasari oleh passion Anda. Ya, passion. Atau
gairah yang membuncah. Atau rajutan tekad yang menghujam
di hati.
Life is too short my friends, and you know what, setelah
itu kita semua akan mati. Sebab itu, mungkin yang tersisa
adalah sejumput kesia-sian jika sepanjang hidup, kita hanya
melakoni pekerjaan yang full of bullshit. Dan bukan menekuni
pekerjaan yang menjadi passion kita, tempat dimana kita bisa
mereguk secangkir kebahagiaan sejati…… Tempat dimana kita
selalu tak sabar menunggu hari esok tiba – karena setiap hari
selalu dihiasi oleh ―the beauty of meaningful work and life‖.
Jadi adakah hidup dan pekerjaan yang Anda lakoni sekarang
sudah benar-benar menjadi passion Anda? Adakah Anda telah
menemukan secercah embun kebahagiaan dalam segenap hidup
dan pekerjaan Anda?
Lalu, setelah passion, barangkali ada dua elemen kunci
yang juga layak di-stabilo : persistensi dan determinasi.
Kalaulah Anda sudah menemukan tujuan hidup dan pekerjaan
yang menjadi passion Anda, maka kejarlah impian Anda
dengan persisten : dengan kegigihan, dengan keuletan dan
dengan ketekunan. Kita tahu, banyak orang membentur kisah
kegagalan bukan karena mereka bodoh atau tak punya bakat.
Bukan itu. Mereka gagal karena menyerah di tengah jalan.
Quit. Berhenti dan tak mau meneruskan lagi upayanya dengan
gigih.
Kita semua pasti pernah mengalami kegagalan. Namun
bukan berarti ini mesti membuat kita berhenti dan menyerah
kalah. Orang bijak belajar dari kesalahan dan kegagalan yang
mereka lakukan, dan kemudian berproses untuk kembali
menemukan jalur pencapaian tujuan hidup mereka. Ditengah
tantangan yang terus mengerang dan jalan kehidupan yang
terjal penuh tikungan, mereka terus menderapkan kaki : sebab
mereka percaya pada akhirnya, cahaya keberhasilan itu pelan-
33
pelan bisa dinyalakan. Mereka terus berjuang dengan persisten.
Dengan penuh passion. ―And we’ll keep on fighting till the
end……‖, begitu paman Freddy ―Queen‖ Mercury pernah
berdendang.
Setelah passion dan persistensi, maka elemen terakhir
yang juga harus dipeluk erat adalah ini : determinasi. Atau
komitmen yang menggumpal. Atau dedikasi yang terus
mengalir. Atau selalu fokus pada satu tujuan akhir yang jelas.
Orang yang punya determinasi selalu percaya bahwa they
create their own destiny (tentu dengan restu dari Yang Diatas).
Mereka selalu percaya bahwa merekalah yang paling
bertanggungjawab untuk merajut masa depan dan nasib hidup
mereka sendiri. Bukan orang lain.
Orang yang memiliki determinasi karenanya, tak pernah
mau menyalahkan orang atau pihak lain manakala dihadang
oleh segumpal tantangan hidup. Mereka lebih suka selalu
menelisik akar masalah dan lalu mencoba mengukir solusi
untuk menghadapi tantangan yang menghadang. Mereka juga
enggan mengeluh ketika dihantam oleh berderet problem
kehidupan dan beban pekerjaan yang kian menggurita. Sebab
mereka percaya, mengeluh hanyalah layak untuk para
pecundang. Dan sungguh, mereka tak pernah mau disebut
sebagai para pecundang.
Itulah tiga elemen – yakni passion, persistensi dan
determinasi – yang mungkin mesti kita dekap dengan penuh
kesungguhan kala kita ingin merengkuh jejak kebahagiaan
dalam sejarah hidup kita yang amat pendek ini. Yang pertama,
temukan passion, kegairahan sejati dalam jejak hidup yang
ingin Anda tapaki. Lalu, bergeraklah, bergeraklah dengan
penuh persistensi. Dengan spirit kegigihan yang terus
berpendar. Kemudian jalani itu semua dengan nyala
determinasi yang menggumpal.
Selamat berjuang, kawan !! Selamat berjuang merengkuh
kebahagian hakiki dalam hidup dan pekerjaan Anda. Salam,
34
doa dan peluk hangat dari saya untuk keberhasilan Anda
semua….
35
BAB III
ENTREPRENEURSHIP
36
Jika Anda Ingin Kaya, Silakan Baca Tulisan Ini
Menjadi kaya barangkali merupakan sebuah harapan
yang digenggam oleh banyak orang. Sebab, tanpa kekayaan
dan penghasilan yang cukup melimpah, kita bisa termehek -
mehek mengikuti kenaikan harga barang yang terus meliuk-
liuk.
Tanpa rezeki yang terus mengalir, kredit sepeda motor
atau mobil yang kita ambil bisa macet di tengah jalan. Atau
mungkin kita dipaksa untuk terus nebeng di rumah kontrakan
(dan sudah rumah kontrakan, sempit lagi. Doh.) Dan ah,
bukankah anak-anak kita butuh pendidikan yang layak. Tanpa
nafkah yang memadai, bagaimana kita yakin mereka akan
punya masa depan yang kinclong?
Jadi apa kiat dan rahasia menjadi kaya, kalau begitu?
Oke, sebentar lagi jawabannya akan dengan renyah disajikan
disini. Namun sebelum Anda melanjutkan membaca tulisan ini,
silakan tundukkan kepala, dan awali hari kerja Anda di pagi ini
dengan doa : mudah-mudahan rezeki yang penuh keberkahan
akan terus mengalir dalam diri kita semua.
Studi mengenai wealth management (atau cara mengelola
kekayaan) menyimpulkan bahwa ada satu rahasia besar namun
sangat simpel yang membuat orang bisa menjadi kaya raya.
Mereka menyebut cara simpel itu sebagai : leverage (daya
ungkit). Atau : X Factor. Dalam bahasa kita disebut sebagai :
faktor kali. Tiga contoh sederhana berikut akan menjelaskan apa itu
faktor kali. Tempo hari ada anak muda lulusan D-3 usia 35-an
yang membuka lapak untuk berjualan es cendol di sudut pusat
perbelanjaan. Ia bercerita keuntungan bersih dari jualan es
cendol itu sebulan mencapai 3 juta. Hmm. Lumayan. Ya sangat
lumayan pak, sebab saya punya 10 lapak, ujarnya dengan
sumringah.
37
10 lapak itu adalah faktor kali. Dan dengan itu, dalam
sebulan ia bisa menggenggam 30 juta dengan mulus.
Contoh lain adalah rekan saya yang punya usaha
menyediakan jasa outsourcing tenaga office boy atau OB
(sekarang mana ada office boy yang jadi karyawan permanen).
Untuk setiap tenaga OB ia meminta fee 50 ribu/bulan dari
kliennya – sebuah angka yang lazim diberlakukan oleh
penyedia jasa outsourcing. Angka yang cukup kecil
sebenarnya. Cuman, teman saya itu memasok 1000 tenaga OB
setiap bulannya, di berbagai pabrik yang tersebar di
Jabodetabek.
1000 orang OB itu adalah faktor kali. Dan dengan faktor
kali ini, rekan saya itu mendapat 50 juta per bulan dengan
mulus. Alhamdulilah.
Contoh terakhir adalah anak muda yang kena PHK, dan
kemudian mendirikan usaha berjualan obat herbal secara
online. Melalui web yang melintas batas dunia maya, ia
berhasil menjaring 100-an reseller yang menjadi partner
usahanya.
100-an reseller itu adalah faktor kali. Dan inilah yang
membuat anak muda penjual obat herbal itu bisa mendapat
keuntungan bersih Rp 25 juta per bulan (dan oh ya ia juga baru
saja membeli Kijang Innova terbaru).
Dari tiga contoh diatas menjadi jelas apa itu FAKTOR
KALI. Inilah sebuah faktor yang membuat rezeki kita bisa
meningkat berkali-kali lipat; tanpa kita harus melipatgandakan
tenaga/diri kita. Sebab dengan faktor kali, kita memanfaatkan
orang lain untuk menggelembungkan kekayaan kita.
Nah sayangnya, bagi Anda yang bekerja sebagai
karyawan, Anda tidak bisa menemukan faktor kali itu. Bahkan
sebaliknya, Anda-lah yang dimanfaatkan (atau di-eksploitasi)
untuk menjadi faktor kali bagi juragan pemilik bisnis dimana
Anda bekerja. Juragan pemilik bank misalnya, bisa tidur leyeh-
leyeh namun bisnisnya tetap terus mekar. Sebab ribuan kantor
38
cabang dan karyawan didalamnya, telah menjadi faktor kali
yang melipatgandakan kekayaan sang juragan besar itu.
Wah jadi gimana dong kalau ternyata selama ini kita
ternyata hanya menjadi ―korban faktor kali‖.
Jawabannya memang sudah jelas : kita hanya akan bisa
mendapatkan faktor kali, jika kita punya usaha atau bisnis
sendiri. Menjadi entrepreneur atau berwirausaha. Atau ya
seperti contoh diatas tadi : berjualan es cendol, atau
menyediakan jasa OB atau membikin usaha penjualan obat
herbal.
FAKTOR KALI. Inilah sebuah prinsip yang sangat
simple, namun memiliki peran yang amat besar untuk
membawa kekayaan dalam kehidupan kita
39
3 Pilihan untuk Bisa Working @ Home
Dalam tulisan sebelumnya tentang teleworking (yang
bisa dibaca disini), kita telah mendedahkan sejumlah manfaat
atraktif yang bisa direngkuh dari konsep bekerja dari rumah.
Selain mampu membuat kita terhindar dari kemacetan lalu
lintas yang acap membikin stres, bekerja dari rumah juga
membuat kita bisa lebih dekat dengan anak-anak di rumah.
Bagi ibu-ibu yang masih punya anak kecil, duh alangkah
eloknya jika bisa tetap bekerja mencari nafkah namun tetap
dekat dengan si buah hati.
Sayangnya, tidak banyak atau bahkan nyaris tidak ada
organisasi di tanah air yang berani mengadopsi pendekatan
teleworking itu. Padahal dengan beban lalu lintas di kota besar
yang kian membikin miris, konsep bekerja dari rumah adalah
salah satu solusi jitu yang layak diterapkan.
Tapi okelah, kita toh juga tidak bisa memaksa organisasi
atau perusahaan di tanah air untuk mengadopsi kebijakan
bekerja dari rumah – sepanjang pola pikir mereka masih
mengacu pada pendekatan konvensional dan tradisional. Hey,
padahal zaman sudah berubah bung !
Nah persis dititik itulah, kita diminta untuk berani
mengambil keputusan. Kalau perusahaan atau kantor kita
masih belum ―ngeh‖ dengan konsep bekerja dari rumah,
mengapa Anda tidak mengambil inisiatif sendiri? Toh yang
menentukan nasib atau masa depan Anda adalah Anda sendiri,
bukan pihak lain, pihak manajemen perusahaan atau atasan di
kantor Anda. Yes, you can create your own destiny. Mengapa
Anda harus terus tergantung dengan kebijakan atasan Anda di
kantor atau pihak manajemen perusahaan?
Nah, jika Anda sudah memiliki keberanian untuk
mengambil inisiatif mandiri agar bisa bekerja dari rumah,
berikut tiga pilihan yang mungkin bisa dilakoni.
40
Pilihan 1 : Menjadi pekerja freelance. Jika Anda
memiliki skills yang unik dan layak dijual, maka pilihan ini
merupakan opsi yang layak dipertimbangkan. Dengan menjadi
freelance worker, kita bisa bebas menentukan waktu kerja, dan
juga lokasi dimana kita akan menyelesaikan tugas.
Memang, pilihan menjadi freelance lebih terbuka bagi
jenis pekerjaan yang knowledge-based seperti : menjadi
konsultan pajak, penerjemah, penulis skenario/buku, penulis
materi training, programmer, web designer, atau sejenisnya.
Nah, kalau Anda merasa memiliki skills yang bersifat
knowledge-based seperti itu, maka freelance merupakan opsi
yang layak dicoba. Bahkan kalau Anda bisa sedikit berbahasa
Inggris, pilihan pekerjaan freelance ini nyaris tak terbatas.
Coba kunjungi situs seperti www.elance.com - dan disitu Anda
akan mendapatkan tawaran beraneka jenis pekerjaan freelance,
yang siapa tahu, ada yang cocok dengan ketrampilan Anda.
Pilihan 2 : Membuka usaha atau bisnis sendiri. Kalau
Anda sudah capek dengan pekerjaan di kantor, dan lelah
pulang pergi ke kantor selama 2 – 3 jam setiap hari, mengapa
tidak membuka usaha/bisnis yang bisa dijalankan dari rumah.
Misal : kalau pasangan Anda pandai masak, kenapa tidak
buka usaha catering di sekitar rumah? Kalau Anda atau istri
Anda suka fashion, kenapa tidak buka usaha bikin baju muslim
desain sendiri? Atau kenapa tidak buka usaha kursus (apapun
jenis kursus itu) di sekitar rumah? Pendeknya dengan
menjalankan usaha sendiri, kita bisa dengan leluasa
menentukan lokasi dimana kita akan bekerja, dan alangkah
elok jika usaha itu bisa dijalankan dari rumah.
Pilihan 3 : Menjalankan bisnis online. Sepanjang di
rumah Anda ada koneksi speedy, kita bisa mencari uang secara
online dari rumah. Kan katanya sekarang zaman Facebook dan
digital live, kenapa kita hanya melulu menjadi konsumen pasif,
dan tidak mencoba memanfaatkannya sebagai business
opportunity?
41
Begitulah dari rumah Anda yang mungil, barangkali
Anda bisa menggelar lapak online, mencoba menjual beragam
pilihan produk riil seperti busana kaos, beragam desain batik;
ataupun menjual produk digital (non-fisik) seperti produk slide
presentasi dalam bentuk file powerpoint. Apapun
pilihannya, media online saya kira merupakan salah satu opsi
yang terbuka luas bagi mereka yang ngebet ingin bekerja dari
rumah.
Demikianlah tiga pilihan yang mungkin bisa diambil jika
kita hendak menjalankan konsep working @ home.
Barangkali hidup kita akan menjadi lebih indah kalau saja kita
bisa bekerja mencari nafkah sambil tetap tinggal di rumah.
Home sweet home. Rumahku istanaku. Sekarang
mungkin harus ditambahkan lagi : rumahku, kantorku.
Rumahku : tempat dimana kita bisa mengail sejumput rezeki
yang barokah.
42
Pindah Kuadran:
Dari Karyawan Menjadi Juragan
Pindah kuadran adalah sebuah istilah yang menjadi
sangat populer lantaran buku best seller bertajuk Rich Dad,
Poor Dad karangan Robert T. Kiyosaki. Isitilah ini merujuk
pada perpindahan dari kuadran seorang pekerja (employee)
bergerak menuju kuadran business owner atau entrepreneuer.
Dari seseorang yang tiap bulan menerima gaji secara konstan,
bergerak menjadi manusia mandiri yang create their own
wealth.
Pilihan menjadi entrepreneur kini tampaknya memang
tengah digandrungi banyak orang; dan ini tentu saja merupakan
sebuah hal yang layak disukuri. Sebab seperti yang pernah saya
tulis disini, negeri tercinta ini masih sangat membutuhkan
barisan manusia mandiri yang berani mengambil resiko
menjadi wirausahawan/wati. Sebuah keberanian untuk meretas
jalan panjang demi meraih apa yang acap disebut sebagai
financial freedom. Pertanyaannya adalah : jika kita sudah terlanjur menjadi
pekerja kantoran (employee) dan mungkin kini tengah
menikmati sebuah comfort zone, apa yang mesti harus
dilakukan untuk pindah kuadran? Dan kapan sebaiknya pindah
kuadran? Tak ada jawaban baku disini, sebab seperti kata
pepatah ―ada banyak jalan menuju Roma‖. Demikian pula,
mungkin ada seribu jalan untuk melakoni proses perpindahan
kuadran. Namun disini, saya hendak mendedahkan sejumlah
catatan yang mungkin layak digenggam.
Catatan yang pertama adalah ini: kalaulah kelak Anda
ingin menyodorkan resignation letter dan bertekad bulat full
time menjalani wirausaha, pastikan bahwa probalilitas
keberhasilan bisnis/usaha yang akan Anda tekuni itu
setidaknya berada pada kisaran angka 70 %. Aturan inilah yang
dulu saya terapkan ketika pada tahun 2004, saya memutuskan
43
pindah kuadran, dan secara full time menekuni usaha secara
mandiri. Saya akhirnya berani mengambil keputusan itu,
setelah berdasar analisa yang saya lakukan, saya berkeyakinan
bahwa usaha yang akan saya tekuni ini memiliki probabilitas
70 % akan berhasil (dan sejauh ini, alhamdulilah, estimasi itu
tidak meleset).
Pertanyaan berikutnya : dari mana angka 70 %
diperoleh? Ya tentu saja berdasar analisa atas potensi pasar. Ini
bisa dilakukan dengan cara observasi, survei secara sederhana,
ataupun berdasar kisah kegagalan/keberhasilan serta
pengalaman dari para pelaku bisnis di bidang yang akan Anda
tekuni. Angka itu juga mesti memperhatikan kapabilitas
internal Anda dalam menjalani usaha yang akan ditekuni.
Namun pada akhirnya, semua juga terpulang pada your
personal judgement. Kalau Anda bermental penakut,
meskipun secara rasional hasil analisa menunjukkan bahwa 70
% usaha ini akan berhasil, namun mungkin hati kecil Anda
akan selalu bilang ―rasanya peluang bisnis ini untuk berhasil
kok cuman 20 % saja….‖. Wah, kalo begini mindset sampeyan,
ya ndak jalan-jalan. Kalu begini, berarti mindset Anda yang
perlu direparasi (silakan baca tulisan INI untuk merefresh
mindet Anda).
Catatan yang kedua adalah ini : kalaulah Anda belum
berani full time pindah kuadran, maka tentu saja Anda bisa
menjalani apa yang saya sebut sebagai ―double kuadran‖.
Bekerja di kantor tetap dilakoni, namun perlahan-lahan mulai
merintis bisnis secara mandiri. Kelak kalau roda bisnis itu
ternyata bisa memberikan income yang memadai, baru
kemudian mengajukan pengunduran diri dari kantor. Model
semacam ini menjanjikan rute yang lebih aman, dan sudah
banyak kisah keberhasilan yang tersaji melalui rute double
kuadran ini. Melalui smart management atau juga melalui
pengaturan waktu yang tepat, pilihan model ini rasanya sangat
layak untuk dicoba.
44
Pertanyaan terakhir : lalu apa dong kira-kira bisnis yang
harus saya lakukan? Nah ini pertanyaan yang mudah dijawab.
Silakan saja datang ke toko buku Gramedia (yang ada di
Matraman, Jakarta merupakan the best choice) atau toko buku
terdekat di kota Anda. Disitu Anda akan segera melihat
puluhan atau mungkin ratusan buku tentang beragam peluang
bisnis : mulai dari kiat bisnis waralaba, peluang bisnis baju
koko, bisnis rumah makan mak nyus, bisnis jualan obat, bisnis
secara online, bisnis jualan air isi ulang, bisnis
properti…….semua ada, tinggal dipilih-pilih mana yang paling
cocok menurut Anda.
Akhir kata, selamat mencoba dan berjuang menjadi
juragan. Yang penting jangan terlalu banyak dipikir-pikir. Just
do it now. Take action. Dan biarkan waktu yang menilai
apakah kita akan berhasil, atau masih harus terus berjuang.
Goodluck, my friends.
45
Cara Mengembangkan Entrepreneur Mindset
Negeri ini masih sangat kekurangan entrepreneur.
Dibalik beragam liputan tentang seribu satu sosok
enterpreneur, negeri ini ternyata masih sangat sedikit memiliki
kaum wirausaha. Data terkini menunjukkan angka populasi
entreprenuer di negeri ini hanya 0,18 % dari total penduduk,
atau hanya sekitar 400,000 orang. Sebuah jumlah yang terlalu
sedikit untuk sebuah negara dengan penduduk lebih dari 200
juta jiwa.
Padahal, kisah kemonceran sebuah bangsa selalu
dilentikkan oleh kisah heroisme para entrepreneurnya. Mereka
membangun bisnis dari nol, mendedahkan cerita legendaris,
dan kemudian menancapkan jejak yang amat kokoh dalam
sejarah ekonomi dunia. Amerika akan selalu dikenang karena
mereka memiliki Henry Ford, Bill Gates, ataupun Lary Page &
Sergei Brin (pendiri Google). Jepang menjadi legenda lantaran
kisah Akio Morita (pendiri Sony), Soichiro Honda dan
Konosuke Matshushita (Panasonic).
Lalu bagaimana solusinya? Apa yang mesti dilakukan
negeri ini sehingga kelak akan lahir Bill Gates dari Bandung,
Akio Morita dari Pemantang Siantar, ataupun Sergei Brin dari
tanah Maluku? Solusi ini akan coba kita bentangkan dengan
terlebih dulu menulusuri dua faktor utama kenapa negeri ini
masih sangat kekurangan sosok entrepreneur yang tangguh.
Jawaban yang pertama mudah : kita sangat kekurangan
jumlah entrepreneur karena sistem pendidikan kita memang
mendidik kita untuk menjadi pegawai dan bukan entrepreneur;
mengarahkan kita untuk menjadi kuli, bukan kreator. Sungguh
mengherankan, sepanjang kita sekolah selama puluhan tahun,
kita nyaris tidak pernah mendapatkan pelajaran mengenai
entrepreneurship. Juga nyaris tak pernah mendapatkan
pelajaran tentang keberanian mengambil resiko, tentang
ketajaman mencium peluang bisnis, ataupun pelajaran tentang
46
life skills – sebuah pelajaran penting yang akan membikin kita
menjadi manusia-manusia mandiri nan digdaya.
Tidak. Kita tak pernah mendapatkan itu semua. Selama
bertahun-tahun kita hanya dijejali dengan aneka teori dan
konsep, seolah-olah kelak kita akan menjadi ―kuli‖ atau
pegawai di sebuah pabrik. Lalu begitulah, setiap penghujung
tahun ajaran, setiap kampus ataupun sekolah bisnis beramai-
ramai mengadakan Job Fair, memberikan pembekalan (sic! )
tentang cara menyusun CV yang bagus dan trik bagaimana
menghadapi wawancara kerja. Semua dilakukan sebab seolah-
seolah bekerja menjadi ―kuli berdasi‖ di perusahaan besar
(kalau bisa multi national companies) merupakan ―jalur emas‖
yang wajib ditempuh oleh setiap lulusan sarjana.
Kenyataan seperti diatas mestinya harus segera
dikurangi. Sebab situasi semacam itu hanya akan membuat
spirit entrepreneurship kita pelan-pelan redup. Sebaliknya, kita
sungguh berharap pendidikan dan pelajaran entrepreneurship
diberikan secara masif dan sejak usia dini, setidaknya sejak di
bangku sekolah SLTP (pelajaran tentang entrepreneurship juga
bisa Anda dapatkan DISINI). Sebab dengan demikian, negeri
ini mungkin bisa bermimpi melahirkan deretan entrepreneur
muda nan tangguh pada rentang usia 17 tahun-an.
Pada sisi lain, acara semacam job fair mestinya disertai
dengan acara yang tak kalah meriahnya, yakni semacam
―Entrepreneurship Campus Festival‖. Kita membayangkan
dalam ajang ini, ribuan mahasiswa muda datang dengan
beragam gagasan bisnis yang segar, dan kemudian
dipertemukan dengan barisan investor yang siap mendanai ide
bisnis mereka (investor ini sering juga disebut sebagai ―angel
investor‖ atau ―venture capital‖). Melalui ajang inilah bisa
dilahirkan ribuan entrepreneur muda baru dari setiap kampus
yang ada di pelosok tanah air. Dan sungguh, dengan itu mereka
tak lagi harus antri berebut fomulir lamaran kerja, ditengah
terik panas matahari, dengan peluh di sekujur tubuh, dengan
47
muka yang kian sayu…….(duh, biyung, malang nian
nasibmu…).
Faktor kedua yang membuat kita sangat kekurangan
entrepreneur, dan juga harus segera diatasi adalah ini : mindset
orang tua kita yang cenderung lebih menginginkan anaknya
menjadi pegawai/karyawan. Sebab, orang tua mana sih yang
tidak bangga jika anaknya bisa menjadi ekskutif di Citibank
atau manajer di Astra International? Mindset semacam ini
menjadi kelaziman sebab bagi kebanyakan orang tua kita,
mengabdi dan bekerja di sebuah perusahaan besar setelah lulus
kuliah adalah jalur yang harus dilalui untuk merajut
kesuksesan. Sebuah jalur ―paling stabil‖ dan ―paling aman‖
untuk dapat melihat anaknya mampu membangun rumah dan
memiliki sebuah mobil sedan.
Sebaliknya, orang tua kita acap ragu dan gamang ketika
melihat anaknya memutuskan untuk membangun usaha secara
mandiri. Mereka khawatir jangan-jangan hal ini akan membuat
anak cucu mereka kelaparan……Mindset semacam ini pelan-
pelan harus diubah. Cara yang paling efektif adalah dengan
menyodorkan semakin banyak contoh keberhasilan yang bisa
diraih para entrepreneur muda. Dengan kisah-kisah
keberhasilan ini, diharapkan orang tua kita menjadi kian sadar
bahwa pilihan menjadi entreprenuer dan membuka usaha
sendiri merupakan jalur yang juga bisa membawa kesuksesan
yang melimpah.
Ya, orang tua kita mungkin perlu disadarkan, bahwa
pilihan menjadi juragan ayam ternak di kampung halaman tak
kalah hebat dibanding menjadi manajer di Citibank yang
berkantor megah di Sudirman. Bahwa pilihan menjadi juragan
batik grosir tak kalah mak nyus dibanding menjadi ekeskutif di
sebuah perusahaan multi nasional…
48
Mengais Rezeki dari Penghasilan Sampingan, Kenapa
Tidak?
Biaya hidup rasanya terus mendaki dari tahun ke tahun,
dengan kecepatan yang acap membikin kita terkaing-kaing.
Biaya belanja sehari-hari, biaya anak sekolah (lengkap dengan
seabrek kursus-kursunya), biaya tak terduga (ah, betapa
banyaknya pos yang satu ini!), rasanya terus melambung.
Bagi Anda yang bekerja sebagai karyawan kantoran,
dimana kenaikan gaji sering cuman segitu-segitu saja, tentu
melambungnya biaya hidup itu acap membikin kepala
kliyengan. Belum tiba tanggal gajian, lho kok uangnya sudah
habis duluan. Boro-boro liburan sekeluarga ke Bali, uang buat
beli susu saja kadang ndak cukup. Doh !
Bagi sebagian besar orang, konsep kebebasan financial
(financial freedom) memang masih terasa sebagai sebuah
fantasi. Jadi bagaimana dong? Bagaimana agar tidur kita lebih
nyenyak, ndak diganggu dengan beban finansial keluarga yang
rasanya kian berat?
Dilatari oleh kondisi seperti itulah, lalu muncul gagasan
tentang mencari rezeki tambahan dari penghasilan sampingan.
Maksudnya, selain gaji sebagai pekerja kantoran, bisa ndak ya
kira-kira kita bisa mengais sejumput rezeki tambahan yang
halal, dari usaha sampingan?
Jawabannya : bisa. Dan disini kita akan membahas dua
pilihan yang mungkin bisa dilakoni untuk mencari sejengkal
rezeki sampingan.
Pilihan yang pertama adalah : mulai memberdayakan
istri/calon istri untuk mencari sumber penghasilan tambahan
(sory, pilihan ini memang hanya berlaku bagi Anda yang
berjenis kelamin lelaki). Mungkin sebagian dari kita sudah
memiliki istri; dan banyak diantaranya hanya berperan sebagai
ibu rumah tangga thok. Kalau begini, kenapa kita tidak mulai
mendorong dan memberdayakan pasangan hidup kita untuk
ber-metamorfosa menjadi insan yang produktif?
49
Memang tidak semua istri kita punya bakat untuk
menjalani usaha atau pandai berdagang. Namun dengan
dorongan Anda, para ibu rumah tangga itu pasti bisa belajar
menjadi penghasil rezeki yang tangguh (apalagi jika sudah
kepepet).
Contoh : rekan saya yang bekerja sebagai pekerja di
sebuah BUMN memberdayakan istrinya untuk menjadi
pengelola toko serba ada miliknya. Melalui usaha yang
berjibaku, omzet tokonya itu telah menghasilkan keuntungan
yang sama dengan gaji bulanan dia. Lumayan.
Apalagi jika istri/calon istri Anda itu punya hobi atau
bakat keahlian tertentu, seperti masak, suka fashion/menjahit,
atau demen dengan pernik kecantikan. Nah, kalau seperti ini
bisa lebih mak nyus. Salah satu tetangga saya misalnya, punya
istri yang jago bikin risoles yang renyah. Kini usaha sampingan
istrinya itu terus melesat; dan memberikan tambahan rezeki
yang melimpah.
Jadi kalau Anda punya istri/calon istri yang potensial,
kenapa tidak mulai dari sekarang diberdayakan menjadi pencari
rezeki tambahan?
Pilihan yang kedua adalah : mencari penghasilan
tambahan melalui keahlian Anda. Kita tahu sebagai pekerja
kantoran kita bekerja Senin – Jumat dari jam 8 – 5 sore. Nah
bukankah kita masih punya waktu setelah itu. Misal dari jam 7
s/d jam 12 malam? Atau di hari Sabtu. Mengapa kita tidak
menggunakan waktu ini untuk mencari penghasilan tambahan?
Misalnya, malam-malam daripada sekedar browsing
ndak karuan, mengapa kita tidak melakukan kegiatan online
untuk mencari tambahan penghasilan. Seperti teman saya
misalnya. Selain bekerja dari pagi sampai sore sebagai pekerja
kantoran, di malam hari ia menjalankan kegiatan kursus
membaca cepat secara online. Ajaib : peminatnya membludak
(peminatnya banyak karena memang kursus membaca cepat-
nya bermutu bagus).
50
Atau jika Anda punya keahlian sebagai trainer, mengapa
tidak mencari tambahan rezeki dengan menjadi trainer pas di
hari Sabtu atau di hari kerja dengan cara mengambil cuti. Atau
contoh lain : setiap Sabtu atau di malam hari, Anda
meluangkan waktu untuk mengelola bisnis Anda sendiri, entah
bisnis bikin seragam kantor, bisnis jualan pulsa elektronik,
bisnis jualan makanan khas dari kampung halaman Anda,
bisnis cuci mobil, bisnis jualan kebab waralaba, atau bisnis
pijat refleksi.
Pendeknya, meski bekerja sebagai karyawan kantoran,
kita tidak menutup peluang untuk mencari penghasilan
tambahan yang halal. Baik pilihan pertama, pilihan kedua atau
kombinasi dari dua pilihan diatas, bisa Anda lakukan dengan
sepenuh hati. Yang penting : action. Jangan cuma dipikir-pikir
doang. Kalau cuman dipikir, kapan aksinya dong.
51
BAB IV
BUSINESS STRATEGY
52
3 Cara untuk Menjalankan Online Business
Pertumbuhan jumlah pengguna internet di tanah air terus
meningkat secara signifikan. Data terakhir menunjukkan
kisaran angka antara 30 – 40 juta users. Jumlah akun Facebook
dari Indonesia terus melesat; mengalahkan jumlah akun dari
negara lain. Jumlah pengguna Twitter dari tanah air juga terus
menjulang; membuat mereka bisa ―menguasai panggung
Twitter dunia‖ (itulah mengapa kata kunci Ariel Peterporn bisa
menguasai jagat twitter global, dan membikin para selebritis
dunia bertanya-tanya : who the hells is ariel?)
Pendeknya, lansekap dunia online di tanah air akan terus
tumbuh dengan sumringah. Dan dibalik pertumbuhan yang
terus melaju itu, terselip sejumlah peluang bisnis yang
mungkin bisa dipetik. Dalam perbincangan kali ini, kita akan
mendiskusikan tiga jenis cara untuk mendulang rezeki yang
barokah dari dunia maya.
Cara yang pertama adalah membangun website atau
blog dengan gemilang dan konsisten, lalu bisa mendatangkan
banyak pengunjung fanatik; dan lantas berharap ada sejumlah
sponsor yang mau memasang iklan. Bagi blog independen
yang berbahasa Indonesia, pilihan ini memang ternyata tidak
begitu mudah lantaran jarang ada sponsor besar yang mau
memasang iklan di blog/web personal.
Kalaupun ada yang mau memasang iklan, biasanya lebih
banyak dari jasa penyedia layanan iklan agregat semacam
adsense atau kliksaya.com. Dan income dari layanan iklan
semacam ini ternyata tidak begitu menggembirakan : rata-rata
blog bagus mungkin hanya mendapatkan pemasukan antara Rp
2 – 3 juta per bulan; dan blog abal-abal mungkin hanya
mendapatkan ratusan ribu saja per bulan.
Karena itu, mungkin cara yang kedua ini lebih menarik
: yakni membangun web/blog untuk berjualan sesuatu (selling
something). Sesuatunya bisa bersifat intangible (produk digital
53
yang bisa ditransfer melalui internet, semacam produk ebook
atau software) atau benar-benar produk fisik seperti berjualan
kaos provokatif, obat herbal, abon lele, atau berjualan obat
kuat khusus lelaki.
Berjualan produk digital (seperti ebook) via internet
memang sangat praktis; Anda tidak perlu gudang fisik untuk
menyimpan stok. Semua file tersimpan di komputer; dan jika
ada yang beli tinggal perintah mesin untuk mengirimkannya
secara otomatis. Semuanya berjalan 24 jam sehari dengan
otomatis tanpa Anda perlu sibuk mengirimkan barang via
pos/Tiki.
Berjualan produk fisik/nyata melalui internet juga tetap
mengasyikkan. Anda tidak perlu menyewa ruko yang mahal,
dan tidak perlu nongkrong berjam-jam menunggui toko (ya
kalau tokonya ramai, kalau toko sepi kan manyun sepanjang
hari). Anda hanya butuh telpon atau email untuk menerima
pesanan; toko Anda bisa terus buka 24 jam sehari; dan potensi
pembeli bisa datang dari seluruh nusantara.
Memang berjualan produk fisik di online ini
membutuhkan modal yang lumayan. Mungkin modal awal
yang diperlukan sekitar Rp 10 – 30 juta, tergantung jenis
produk yang akan dijual. Namun kalau berhasil, kita mungkin
bisa mendapatkan omzet antara Rp 40 – 80 juta per bulan.
Kalau margin profit-nya 20 %, kan lumayan juga income kita
per bulan.
Cara yang terakhir adalah membangun web/blog untuk
personal branding and promotion. Pilihan ini intinya adalah
menggunakan web/blog untuk mempromosikan dan menjual
jasa keahlian kita. Dan persis pilihan ketiga inilah yang saya
lakukan dengan blog keren yang sekarang Anda baca ini.
Sebagai seorang yang bekerja sebagai konsultan/trainer,
saya merasa blog ini sungguh sangat berjasa dalam menjaring
klien-klien potensial. Tak sedikit klien yang mengundang saya
54
sebagai konsultan/trainer lantaran mereka mengenal jasa saya
melalui blog ini.
Pilihan ketiga ini saya kira juga bisa dilakukan oleh
mereka yang memang memiliki jasa keahlian khusus, mulai
dari jasa fotografi, perias pengantin, web desaigner, jasa
renovasi rumah, hingga jasa sedot WC, jasa perpanjangan
STNK, atau jasa reparasi AC.
Demikianlah, tiga pilihan atau peluang bisnis online yang
barangkali bisa dijalankan. Masing-masing menawarkan
karakteristik yang berbeda-beda; namun jika digarap dengan
serius semuanya menjanjikan potensi income yang memadai.
Saya kira sudah saatnya kita meluangkan waktu online
untuk mulai menjajaki ketiga pilihan bisnis diatas. Ini mungkin
lebih baik darapada sekedar menghabiskan waktu berjam-jam
untuk browsing video Luna Maya dan Cut Tari.
55
Innovation War :
Yang Terluka dan Gugur di Medan Laga
Hidup barangkali kini terasa makin nyaman, dan untuk
itu kita layak memberikan kecupan hangat pada para inovator
yang telah mempersembahkan aneka produk inovatif
dihadapan kita.
Dulu kita mungkin tak pernah membayangkan betapa
kita bisa melayangkan sederet kalimat romantis pada kekasih
kita melalui medium SMS. Atau, juga melakukan chatting
dengan kawan diseberang samudera melalui fasilitas internet.
Karena itu, siapa tahu dua puluh lima tahun lagi kita bisa
menikmati mobil terbang, melayang diatas jalanan kota Jakarta
sambil menikmati pendaran emas menara Monas?
Ya kini tiap hari rasanya kita senantiasa disuguhi aneka
produk yang menawarkan sejumput inovasi demi sebuah
kenikmatan hidup. Mulai dari produk kamera digital, mobile
banking, media televisi diatas screen telpon genggam, hingga
produk celana-dalam-sekali-pakai-kemudian-dibuang.
Kisah inovasi yang ditorehkan dengan tinta emas
mungkin akan dinikmati oleh mereka yang memang senantiasa
dapat meracik beragam produk baru yang inovatif. Namun bagi
sebagian yang lain, perang inovasi ibarat padang kurusetra :
tempat dimana mereka terpanah penuh luka, dan akhirnya
gugur di medan laga.
Dunia tak kekurangan dengan korban-korban yang
terpelanting dalam laga inovasi yang brutal itu. Kita disini mau
mencatat tiga contoh diantaranya.
Yang pertama misalnya adalah dalam arena kamera
digital. Dulu sebelum kamera digital menjadi sesuatu yang
lumrah, kita mengenal produk bernama Kodak sebagai sang
dewa. Setiap kali Anda pergi liburan bersama teman atau
kerabat, pasti kotak film bermerk Kodak itu nyangkut di tas
Anda.
56
Namun perkembangan teknologi kamera digital telah
menghempaskan mereka dalam puing sejarah yang usang.
Kodak tidak cepat merespon perubahan yang mematikan ini,
dan kini mereka tinggal menunggu peti mati untuk beranjak
tidur selamanya.
Contoh kedua adalah telpon rumah. Dulu bisnis ini
menjadi sumber mesin uang bagi Telkom, sang penguasanya.
Namun kini ketika handphone telah ada dimana-mana,
frekuensi penggunaan telpon menurun drastis (di rumah pun
banyak orang yang kini lebih memilih memakai handphone
daripada telpon rumah yang jadul itu).
Dan itulah yang terjadi : penurunan pendapatan Telkom
dari bisnis telpon rumah lebih cepat daripada yang mereka
prediksi. Bisnis telpon rumah kemudian menjelma menjadi
bisnis yang stagnan, dan bagian dari sejarah masa silam.
Contoh yang lainnya adalah perang inovasi di bisnis
sepeda motor. Dulu, produsen motor Suzuki selalu menempel
ketat sang penguasa pasar, Honda, bersama rival terdekatnya
yakni Yamaha. Namun ketika Yamaha menggebrak dengan
produk inovatif bernama skutik Mio, sponsor Valentino Rossi
ini terbang melesat bersama Honda – yang terus terengah-
engah menahan nafas agar tak tersalip.
Yang kemudian tertinggal dalam sembilu kepedihan
adalah Suzuki. Gebrakan inovasi Yamaha, yang segera
kemudian disusul oleh Honda, telah membuat Suzuki
terpelanting dan terkaing-kaing. Kita sekarang menyaksikan
banyak dealer motor Suzuki yang tutup, dan pangsa pasar
mereka terus menurun. Kita tidak tahu sampai kapan Suzuki
akan terus mengalami penderitaan yang menyakitkan ini.
Tiga kasus diatas telah menyodorkan eksemplar yang
begitu jelas : tanpa spirit inovasi, sebuah produsen bisa
tergolek kehilangan raga. Proses ini mungkin menjadi kian
dramatis dalam bisnis yang melibatkan teknologi yang
bergerak dengan cepat (seperti tiga kasus diatas).
57
Ketajaman mengendus tren pasar, tim pengembangan
produk (product development) yang unggul serta budaya
inovasi yang mengakar, adalah sejumlah elemen dasar yang
perlu dibentangkan jika sebuah organisasi ingin terus bisa
bertahan dalam laga inovasi yang terus berjalan tanpa henti.
Tanpa bekal itu semua, sebuah organisasi bisa terjebak
dan sekarat. Bagi mereka, perang inovasi bisa menjelma
menjadi drama yang menyakitkan, dan membuat mereka
terkubur lenyap dalam kesunyian.
58
Sepotong Kisah tentang Strategi Inovasi Apple
Setiap 10 tahun sekali majalah bisnis Fortune memilih
CEO of the Decade atau semacam kapten bisnis terhebat
sepanjang 10 tahun. Kali ini pada tahun 2009 atau menjelang
pergantian dasawarsa mereka menjatuhkan pilihannya pada
sosok bernama Steve Jobs. Sosok karismatik ini kita tahu
merupakan tokoh legendaris dibalik menjulangnya nama Apple
dalam jagat kompetisi produk-produk digital.
Kalaulah kita hendak mendulang sebuah eksemplar yang
nyaris sempurna tentang INOVASI, maka perusahaan Apple
mungkin pilihan yang tak terelakkan. Hampir semua perusahan
di dunia, termasuk pesaingnya Sony, Nokia dan Micorosoft,
dipaksa untuk terkesima menyaksikan serangkaian inovasi nan
brilian yang diracik oleh Steve dan pasukannya.
Apple, dengan Steve Jobs sebagai Sang Master-nya,
memang telah mendemonstrasikan bagaimana kekuatan inovasi
dan daya kreativitas disenyawakan dalam parade produk-
produk nan elegan. Yang mungkin perlu juga dicatat adalah ini
: melalui parade produk brilian ini Apple telah merubah secara
radikal lansekap bisnis dalam tiga industri yang berbeda, yakni
industri PC, musik, dan telekomunikasi.
Dalam industri PC, Apple memberikan pelajaran penting
tentang bagaimana mendesain sebuah produk dengan sentuhan
estetika, lengkap dengan aplikasi yang tangguh dan user-
friendly. Hasilnya adalah deretan produk bertajuk iMac dan
Powerbook, serangkaian produk yang kemudian banyak ditiru
oleh para pengekornya.
Dalam industri musik, serbuan produk iPod-nya yang
mendunia telah membuat para petinggi Sony termehek-mehek,
pening dan tak tahu harus berbuat apa. Para petinggi label
musik dunia seperti BMG dan Universal Music juga hanya bisa
gigit jari ketika tahu 80 % pangsa musik digital dibeli melalui
iTunes, toko musik digital milik Apple.
59
Dalam industri telco, produk iPhone yang sungguh
inovatif itu mungkin telah merubah definisi kita tentang apa itu
arti produk ponsel. Kecanggihan ponsel ini, lengkap dengan
ribuan aplikasi yang mudah didowload melalui iTune,
membuat ponsel lain seperti milik Nokia menjadi ketinggalan
jaman. Kekuatan ponsel masa depan ada pada kekuatan
software-nya, dan sungguh dalam arena ini Apple telah
melangkah jauh meninggalkan Nokia yang kini mungkin
tengah terpuruk dalam hempasan debu kekalahan.
Tak banyak sebuah perusahaan yang mampu memporak-
porandakan lansekap persaingan dalam tiga jenis industri yang
berbeda. Fakta bahwa Apple selalu mampu membentangkan
―samudra biru (blue ocean)‖ dalam setiap industri yang
dimasukinya membuat ia kini dianggap sebagai perusahaan
yang lebih berwibawa dibanding IBM, GE atau Microsoft
sekalipun.
Dan tak pelak, sosok Steve Jobs memiliki peran yang
amat sentral dalam proses itu. Sosoknya mungkin kelak akan
dikenang sebagai salah satu figur inovasi terpenting dalam
sejarah bisnis modern - sejajar dengan nama besar seperti
Thomas Alva Edison, Henry Ford, Soichiro Honda dan Bill
Gates.
Ketika masih muda belia, Steve pernah bilang kepara
para jurnalis, bahwa ia ingin merubah dunia dengan produk-
produk yang diciptakannya. Kini dengan rangkaian iMac, iPod
dan iPhone yang melanglang di penjuru buana, ia mungkin
telah ikut merubah hidup sebagian manusia yang menjadi
pelanggannya.
―Jangan pernah setengah hati mengerjakan sesuatu
yang engkau cintai, karena hidup ini terlalu pendek,‖ begitu
Steve Jobs pernah berujar ketika diwawancarai media.
60
Strategi Bisnis Lion Air Menembus Langit Biru
Kalaulah ada sebuah organisasi bisnis di tanah air yang
pertumbuhannya tergolong sangat spektakuler, maka Lion Air
boleh jadi merupakan salah satu diantaranya. Didirikan pada
tahun 2000 silam, dengan hanya modal satu kali penerbangan
per hari, kini mereka melayani 200 penerbangan per hari. Itu
artinya, hanya dalam sepuluh tahun, volume penerbangan
mereka tumbuh sebanyak 200 kali atau 20,000%.
Tentu saja pendapatan bisnis Lion juga turut terbang
mengangkasa. Tahun 2009, total pendapatan mereka sekitar 6
trilyun (dan sekali lagi, ini hanya dicapai dalam waktu yang
relatif pendek, yakni hanya sepuluh tahun. Tak banyak
perusahaan di tanah air yang bisa menembus angka penjualan
6 trilyun hanya dalam 10 tahun berdirinya). Jumlah penumpang
Lion tahun lalu menembus angka 13 juta, dan ini artinya
menggusur jumlah penumpang Garuda (hanya 8,3 juta), sebuah
maskapai yang jauh lebih tua usianya.
Ada beberapa poin mengenai strategi bisnis yang bisa
diambil dari kisah spektakuler Lion Air ini. Yang pertama,
negara kepulauan seperti Indonesia memang sebuah lokasi
yang nyaris sempurna bagi kehadiran sebuah bisnis
penerbangan. Dan Lion Air memasuki pasar yang amat
menggiurkan itu dengan strategi bisnis yang tergolong baru
pada zamannya : low cost airline.
Melalui strategis bisnis low cost itulah, Lion Air
kemudian mampu mengejawantahkan tagline-nya yang brilian
itu : we make people fly - membuat setiap orang, mulai dari
pedagang kain dari Ternate, ibu-ibu rumah tangga dari Medan,
petani jeruk dari Pontianak, atau mahasiswa dari Papua, bisa
punya kesempatan terbang menembus langit nusantara.
Catatan yang kedua, pertumbuhan bisnis yang fenomenal
itu juga segera disertai dengan strategi pembelian armada
pesawat baru yang agresif. Dunia penerbangan Asia sungguh
61
tercengang, ketika Lion Air mendeklarasikan akan membeli
178 pesawat Boeing seri terbaru, yakni 737 – 900 ER
(extended range, body lebih panjang). Harap diketahui, harga
satu pesawat baru seri 737 – 900 itu adalah sekitar Rp 600
milyar. (Berdasar estimasi, dana Rp 600 milyar itu akan balik
modal hanya jika pesawatnya telah dioperasikan sekitar 25
tahun. Ini memang bisnis jangka panjang).
Dengan armada yang demikian masif, dan dengan harga
tiket yang kompetitif, Lion Air memang ingin terus terbang
tinggi, termasuk menguasai langit wilayah Asia (jadi bukan
hanya Indonesia). Impian ini mungkin bisa menjadi kenyataan
jika, dan hanya jika, mereka melakukan perbaikan dalam dua
aspek kunci : manajemen keselamatan dan keramahan
pramugari.
Sebagai orang yang hampir tiap minggu pergi dengan
pesawat udara (dan jujur saja : naik pesawat adalah salah satu
hal yang paling saya benci karena saya takut ketinggian); maka
saya melihat masih banyak ruang yang harus diperbaiki oleh
Lion Air dalam aspek keselamatan kerjanya.
Acap disana sini saya melihat bagian kecil pesawat yang
kelihatannya tidak dipelihara atau dirawat dengan rapi
(pegangan kursi yang retak, engsel bagasi yang sidah aus,
sabuk pengaman yang macet; ban yang gundul, speaker yang
gemerisik suaranya…..). Hal-hal kecil semacam ini biasanya
indikasi masalah besar dikemudian hari. Lion Air harus segera
menaruh perhatian serius dan dana yang memadai untuk segera
meningkatkan mutu pemeliharaan pesawat dan keselamatan
aramadanya. Jika tidak, mereka mungkin bisa mengalami nasib
tragis seperti Adam Air yang lenyap ke laut itu.
Keramahan pramugari Lion Air saya rasa yang paling
buruk di antara maskapai lainnya. Benar, mereka perempuan
muda yang segar nan cantik rupawan, namun pelayanan dan
keramahan mereka acap sungguh memilukan. Mereka nyaris
tak pernah menyapa para penumpang dengan ―hati‖, dengan
62
passion. Wajah mereka yang rupawan itu bagi saya sering jadi
seperti robot tanpa jiwa, tanpa soul. Pelayanan semacam itu
tentu sebuah tragedi jika terus dilanjutkan.
Kalau saja saya menjadi pengelola SDM di Lion Air,
tentu saja kompetensi pramugari semacam itu harus segera
dirombak habis-habisan. Mulai dari soal rekrutmen pramugrasi,
pelatihannya hingga sistem remunerasinya.
Kalau saja dua aspek itu, yakni aspek keselamatan kerja
serta kualitas layanan pramugrasi bisa dibenahi dengan radikal,
maka Lion Air pasti akan bisa terbang lebih tinggi. Dan cita-
cita mereka untuk menjadi penguasa langit Asia – dan bukan
hanya Indonesia – mungkin bisa menjadi kenyataan.
63
Industri Rokok Indonesia
Sedang Menjemput Kematian?
Dalam wacana manajemen strategi, kita pernah mengenal
apa yang disebut sebagai industry competitive analysis.
Analisa yang dikenalkan oleh guru strategi Michael Porter ini
sejatinya ingin melihat apakah sebuah industri merupakan
arena bisnis yang atraktif, atau sebaliknya selalu digelayuti
dengan harapan yang tergores, dan karenanya tak layak untuk
digumuli.
Industri rokok ditanah air mungkin tengah berada dalam
harapan yang tercabik itu : dibalik kepulan asap yang demikian
memabukkan, terbentang jalan terjal yang pelan-pelan bisa
membuatnya terkapar mati. Seperti nikmatnya asap tembakau
yang secara pelahan akan membunuh penghisapnya, para
produsen rokok ditanah air mungkin juga tengah meretas jalan
yang sama : pelan-pelan mereka akan tersedot dalam asap yang
membuat mereka bangkrut dan terbaring tewas.
Make no mistake. Industri rokok di tanah air tetap
merupakan sebuah industri yang eksotis dengan jumlah
perokok terbesar nomer tiga di dunia (setelah China dan India).
Kian tahun juga makin banyak perokok belia yang dengan
mudah terseret dalam pusaran asap yang terus menari-nari.
Itulah mengapa Philip Morris (alias Marlboro Man)
mencaplok Sampoerna dan kemudian BAT melumat Bentoel.
Sebab mereka percaya industri rokok di tanah air masih punya
harapan yang gilang gemilang. Sebab mereka percaya, sangat
mudah mengelabui rakyat Indonesia untuk masuk dalam
jebakan candu yang mereka rajut dengan seringai senyum yang
tak kenal ampun.
Para kapitalis asing itu (juga para juragan lokal dari
Kediri dan Kudus) akan tertawa terkeh-kekeh setiap kali
melihat kepulan asap membakar di setiap sudut pelosok negeri.
Mereka tertawa sebab itu artinya mereka berhasil menyedot
64
uang trilyunan rupiah dari kantong para perokok di segenap
penjuru nusantara; dan kemudian menyimpan uang itu di
markas mereka yang megah dan angkuh nun jauh disana – di
pusat kapitalis dunia.
But, how long can you go? Sampai kapan seringai
senyum kapitalis itu terus menerus menari dibalik kekonyolan
para perokok di bumi pertiwi? Sampai kapan para kapitalis
rokok global itu terus berdansa dibalik peluh para perokok
yang terus ditipunya?
Mungkin tak lama lagi. Mengapa? Ada tiga alasan disini.
Yang pertama adalah Rencana Peraturan Pemerintah (RPP)
sebagai tindak lanjut dari UU yang menyatakan rokok sebagai
zat adiktif. Isi RPP ini antara lain adalah melarang habis iklan
rokok dimanapun (baik di media cetak, bilboard yang sekarang
ada dimana-mana itu, atau juga sebagai sponsor kegiatan
musik, olahraga dll). Jika RPM ini disetujui, industri rokok dan
para kapitalis dibaliknya, sungguh akan terkapar dan terluka
parah.
Lobi para produsen rokok segera bersatu dan melakukan
serangan balik (dan tentu uang milyaran rupiah akan mengalir
berceceran sebagai penyedap upaya lobi). Argumen klasik
selalu dinyanyikan : nasib ribuan petani tembakau akan
terdesak; dan hey, selama ini kami sudah menyumbang cukai
triyunan rupiah kepada negara.
(Sumbangan cukai ini sebenarnya dari para perokok,
bukan dari produen. Dan asal tahu, uang yang dipakai oleh para
perokok buat membeli sebungkus Dji Sam Soe atau A Mild itu
ternyata – gilanya – banyak yang diambil dari jatah uang
pendidikan anak dan uang makan keluarga sang perokok.
Maksudnya, para perokok itu, meskipun miskin dan tidak
punya banyak uang, lebih rela menggunakan uangnya untuk
membeli rokok daripada untuk membayar SPP anak-anaknya,
atau membeli lauk yang memadai buat keluarganya. Disini
jelas : jutaan perokok yang mayoritas berasal dari kelas
65
menengah ke bawah, tertipu oleh para produsen rokok; dan
mereka lebih rela memberi uang kepada kapitalis rokok yang
sudah kaya itu, dibanding menyekolahkan anak-anaknya.
Jutaan anak-anak di Indonesia terampas masa depannya, hanya
karena ayah mereka lebih memilih membeli rokok dibanding
membayar uang sekolah. Sebuah ironi yang tragis. Dan
aha…..para kapitalis rokok global itu terus tertawa terkekeh-
kekeh melihat ironi ini……
Argumen para petani tembakau terdesak juga mitos. Jika
RPP itu diberlakukan, permintaan tembakau tetap akan ada.
Bahkan selama ini para produsen rokok Indonesia harus
mengimpor tembakau (!) dari China karena kekurangan
pasokan dari dalam negeri).
Alasan kedua mengapa industri dan bisnis rokok di
tanah air akan mengalami penurunan adalah ini : kesadaran
gaya hidup sehat yang terus tumbuh. Lihatlah tren olah tubuh
yang kian banyak merasuk dalam gaya hidup masyarakat masa
kini : ada yang rajin bersepeda ke kantor, giat melakukan
futsal, atau juga tekun ber-gym ria untuk membuat tubuh selalu
sehat. Semoga saja kesadaran ini membuat orang makin
menjauhi pekatnya asap rokok yang membius dan mematikan
itu.
Banyak pihak yang kemudian juga berharap agar
kesadaran itu membuat gerakan serentak : yakni menjadikan
para perokok sebagai pesakitan yang layak dijauhi karena
membuat lingkungan tidak sehat. Dulu, ketika saya sekolah di
Amerika, saya melihat hal itu terjadi : teman-teman saya yang
perokok – dan jumlahnya sedikit sekali – pelan-pelan selalu
dijauhi karena dianggap hanya membawa asap rokok yang
penuh racun. Akibatnya jelas : para perokok itu menjadi
terisolasi dan terkucil dari lingkaran pergaulan.
Alasan terakhir : makin banyak gerakan masyarakat dan
lembaga swadaya masyarakat yang menekan ruang gerak
industri rokok. Beberapa diantaranya bahkan membuat langkah
66
kreatif : membuat pencitraan para produsen rokok sebagai
monster kapitalis yang rakus dan merampas masa depan anak-
anak miskin Indonesia. Pencitraan semacam ini menarik sebab
ternyata lebih efektif dibanding kampanye peringatan bahaya
merokok yang tertera di setiap bungkus dan iklan rokok itu.
Dalam sejumlah riset neurologi, ternyata slogan bahaya
merokok itu justru mendorong orang untuk makin banyak
merokok ! Setelah diteliti ternyata ada bagian sel saraf otak
yang cenderung mendorong orang melakukan hal kebalikan
dari apa yang tertera dalam sebuah peringatan (termasuk
peringatan bahaya merokok). Jadi para penelit itu
berkesimpulan, kalimat bahaya merokok itu justru
menguntungkan para produsen rokok. Nah lho.
Sebaliknya, dalam sejumlah eksperimen iklan,
digambarkan para produsen rokok sebagai monster yang rakus
dan merampas hak masa depan anak-anak; dan harus dilawan
oleh sekumpulan anak muda yang idealis dan memperjuangkan
nasib masyarakat. Ajaibnya, ketika iklan eksperimen ini
ditayangkan, jumlah anak muda yang merokok turun drastis.
Alasannya jelas : bagi anak muda yang tengah mencari jati
dirinya, citra anak muda idealis yang melawan kemungkaran
itu bagaikan hero yang menancap di benaknya. Sebaliknya
mereka juga malu untuk merokok sebab itu artinya
menyamakan mereka dengan monster rakus yang mencabik
nasib dan masa depan anak-anak (kalau saja saya punya uang
banyak, saya akan menayangkan iklan ini di televisi dan koran-
koran. Dijamin angka penjualan A Mild dan Djarum Super
pasti akan menurun drastis….).
Demikianlah tiga alasan kunci mengapa industri rokok di
tanah air tengah berkemas menuju ladang pembantaian yang
mematikan. Selama ini pelan-pelan mereka telah membunuh
jutaan perokok di tanah air menuju alam baka (jumlah orang
yang mati karena kegiatan teroris di tanah air sungguh tak ada
bandingannya dibanding mereka yang gugur lantaran asap
67
rokok yang mematikan. Cuma bedanya kalau para teroris terus
diburu dan ditembak mati, maka para produsen rokok itu
dibiarkan leyeh-leyeh di rumahnya yang megah dan bertebaran
di manca negara……).
Mungkin harus tiba saatnya, industri rokok Indonesia
menemui nasib seperti korbannya : terjerat asap yang
membius dan pelan-pelan membawa mereka menuju
sakaratul maut.
68
Ranking Perusahaan Terbesar Sedunia
Perusahaan apa saja yang masuk dalam ranking top ten
perusahaan terbesar sedunia? Setiap tahun majalah bisnis
Fortune mempublikasikan daftar ranking 500 perusahaan
terbesar sedunia dilihat dari nilai penjualannya (sales revenue).
Mereka menyebutnya sebagai Global-500. Sementara untuk
daftar 500 perusahan terbesar se-Amerika, mereka
menyebutnya Fortune 500.
Daftar perusahaan terbesar se-dunia ini sering menjadi
rujukan penting untuk menelisik denyut dan laju perekonomian
global. Adapun ranking top ten perusaaan terbesar sejagat
adalah sebagai berikut.
1. Wal-Mart Stores (revenue : Rp 3230 trilyun dan profit bersih
Rp 104 trilyun)
2. Exxon Mobil (revenue: Rp 3195 trilyun dan profit bersih Rp
363 trilyun)
3. Royal Dutch Shell (revenue : Rp 2933 trilyun dan profit
bersih Rp 234 trilyun)
4. BP (revenue Rp 2524 trilyun dan profit bersih Rp 202
trilyun)
5. General Motors (revenue : Rp 1908 trilyun dan rugi Rp 18
trilyun)
6. Toyota Motors (revenue: Rp 1884 trilyun dan profit bersih
Rp 129 trilyun)
7. Chevron (revenue : Rp 1845 trilyun dan profit bersih Rp 158
trilyun)
8. DaimlerChrysler (revenue :Rp 1750 trilyun dan profit bersih
Rp 37 trilyun)
9. ConocoPhillips (revenue : Rp 1587 trilyun dan profit bersih
Rp 143 trilyun)
10. Total (revenue Rp 1549 trillyun dan profit bersih Rp 136
trilyun)
69
Yang menduduki peringkat pertama adalah Wal-Mart,
sebuah perusahaan retail raksasa yang dalam skala global
menjadi rival paling berat bagi Carrefour. Total pendapatannya
adalah sebesar……Rp 3230 trilyun (lebih dari tiga kali lipat
APBN Indonesia!).
Dari ranking top ten ini terdapat beberapa poin yang
layak dicatat. Pertama, dominasi oil companies sangat
menonjol. Terdapat enam perusahaan minyak yang menduduki
peringkat top ten, mulai dari Exxon, BP, Shell, Chevron (di
Indonesia dulu dikenal dengan nama Caltex), hingga
ConocoPhillips dan Total. Semua nama ini memiliki usaha di
tanah air. Dan akibat bonanza dari harga minyak yang
melambung, keenam perusahaan minyak global itu
memperoleh profit yang sungguh mencengangkan. Exxon
misalnya menangguk profit bersih sebesar Rp 363 trilyun !
(uang sebanyak ini rasanya cukup untuk membangun jalan tol
memanjang dari Aceh hingga Papua……).
Catatan kedua adalah menyeruaknya perusahaan Toyota
Motor dari Jepang dalam peringkat keenam. Untuk perusahaan
otomotif global, sekarang memang Toyota (dengan total
penjualan sebesar Rp 1884 trilyun) telah menjadi nomer dua
setelah General Motors. Toyota juga jauh meninggalkan
DaimlerChrysler (produsen Mercedes Benz) baik dari segi nilai
penjualan ataupun dari aspek profit yang dihasilkan. Pada
tahun lalu, Toyota Motor menangguk profit bersih sebesar Rp
129 trilyun…..(kalau Anda memiliki mobil bermerk Toyota,
nah berarti Anda ikut menyumbang atas pencapaian laba yang
amat menggiurkan itu…..). Laba bersih Toyota ini hampir
empat kali lipat keuntungan perusahaan Daimler Benz yang
―hanya‖ menangguk profit sebesar Rp 37 trilyun. Ini juga
merupakan pertanda kinerja bisnis Toyota jauh lebih impresif
dibanding dengan pesaingnya yang dari Jerman itu.
Catatan terakhir, ternyata tidak ada satupun perusahaan
Indonesia yang masuk dalam dalam daftar Global - 500 .
70
Perusahaan terbesar di Indonesia yakni Pertamina hanya
memiliki nilai penjualan total sebesar Rp 350 trilyun (artinya
hanya sekitar sepersepuluh Exxon), dan ini ternyata belum
cukup untuk bisa hinggap dalam daftar. Karena itu perusahaan
sekelas Astra atau Telkom yang sales revenue-nya hanya
berkisar pada angka Rp 60 – 70-an trilyun per tahun – juga
masih jauh untuk bisa masuk dalam daftar Global 500.
Mungkin pada tahun 2100 baru ada perusahaan Indonesia yang
bisa masuk dalam daftar. Namun di tahun itu, kita semua
barangkali sudah keburu masuk liang kubur….
71
Pelajaran Strategi dari Singapore Girl
Singapore Airlines (SIA) tak pelak merupakan one of the
greatest brands dalam blantika bisnis global. Perusahaan asal
negeri singa ini dikenal sebagai salah satu maskapai
penerbangan terbaik di dunia, baik dalam kinerja keuangan
ataupun peringkat kepuasan pelanggan, mengalahkan sejumlah
airliner top lainnya seperti British Airways, Fly Emirates, dan
Qantas. Kisah kecemerlangan Singapore Airlines boleh jadi
merupakan sebuah narasi tentang kejeniusan strategi bisnis dan
juga praktek manajemen kelas dunia. Lalu, pelajaran
manajemen apa yang bisa kita petik darinya?
Jika dieksplorasi secara mendalam, setidaknya terdapat
tiga poin pembelajaran yang mungkin bisa dipetik dari kisah
kegemilangan bisnis Singapore Airlines, yakni : sentuhan
pelayanan yang sungguh ekselen, inovasi tiada henti, dan
keunggulan teknologi. Mari kita telisik satu persatu.
Tema yang pertama berkisah tentang proses pelayanan
(terutama pengalaman dalam kabin pesawat) yang selalu
dibentangkan dengan amat prima oleh para awak kabin kepada
segenap penumpang pesawat. Itulah rangkaian pelayanan yang
dipersonifikasikan dalam sosok Singapore Girl : sosok gadis
rupawan bernuansa oriental, anggun nan ramah, dalam balutan
busana batik melayu rancangan Pierre Balmain, perancang adi
busana dari Perancis. Dalam setiap kampanye periklanannya,
pihak SIA secara konsisten selalu menonjolkan aura Singapore
Girl sebagai simbolisasi pelayanan personal yang sungguh
ekselen. Dengan kata lain, sosok Singapore Girl telah
dijelmakan sebagai ikon dengan mana jaminan pelayanan dan
pengalaman penerbangan yang menggetarkan hendak
digelarkan.
Toh, dibalik sosok penampilan yang elegan itu, pihak
SIA juga memberikan ribuan jam pelatihan yang sistematis
kepada segenap awak kabinnya. Melalui learning center yang
72
megah dan modern, pihak SIA secara konstan mendidik dan
melatih semua awak kabinnya – termasuk para Singapore Girls
itu — untuk selalu memenuhi standard pelayanan penerbangan
kelas dunia. Itulah yang menyebabkan mengapa dalam setiap
survei kepuasan pelanggan atas in-flight service yang
dilakukan oleh pihak independen, SIA selalu menduduki
peringkat nomer satu.
Tema kedua yang telah menopang kejayaan SIA adalah
upaya mereka untuk selalu melakukan inovasi – terutama
dalam soal in-flight services. Pihak SIA-lah yang pertama kali
memperkenalkan personal entertainment system dan video-on-
demand dalam setiap kursi pesawatnya. Mereka menyebutnya
sebagai Krisworld. Mereka juga yang pertama kali
memperkenalkan konfigurasi tempat duduk yang bisa
dibentangkan secara sempurna sehingga kita bisa tidur leluasa
diatasnya. Dan kini, dengan kedatangan jumbo rakasasa Airbus
A-380, mereka memperkenalkan kelas suite pertama dalam
dunia penerbangan komersial – sebuah kelas yang dirancang
persis dengan kamar hotel berbintang, lengkap dengan
kompartemen khusus (ah lalu terpikir, mungkin asyik juga ber-
honey moon di kelas suite itu – dalam penerbangan delapan
jam Singapore – Sydney….:)
Tema ketiga yang telah menjadi tonggak keberhasilan
SIA adalah ini : sebuah kiat untuk selalu menggunakan
pesawat-pesawat jenis baru. Dalam industri penerbangan
komersial dunia, SIA dikenal sebagai maskapai dengan umur
rata-rata pesawat yang paling muda (rata-rata pihak SIA
menjual pesawatnya setelah dipakai selama 8 tahun;
bandingkan dengan maskapai domestik yang usia pesawatnya
bahkan mencapai umur 20 tahun). Strategi ini diambil dengan
dua tujuan. Yang pertama untuk penghematan, sebab
memelihara pesawat yang usianya muda jauh lebih efisien dan
murah dibanding merawat pesawat yang sudah uzur usianya.
73
Dalam jangka panjang, pola ini telah menghasilkan
penghematan yang luar biasa bagi kinerja keuangan SIA.
Tujuan lain dari pemakaian pesawat yang muda usianya
adalah untuk membangun reputasi sebagai maskapai
penerbangan yang unggul. Citra maskapai yang modern
langsung terpantul sebab semua jajaran pesawat SIA selalu
merupakan seri terbaru – baik yang diproduksi Boeing, seperti
seri 777 (dan sebentar lagi seri 787) ataupun yang dihasilkan
oleh Airbus. Dan cerdiknya, SIA selalu berusaha untuk
menjadi penerbang perdana dari setiap jumbo jet yang
diproduksi oleh Boeing ataupun Airbus (seperti yang
dicontohkan dalam penerbangan pertama pesawat rakasasa
Airbus A 380). Maksudnya jelas : dengan menjadi penerbang
perdana, mereka akan bisa meraup publikasi yang amat luas
dari beragam media masa global (coba, media mana yang tidak
memberitakan proses penerbangan perdana Singapore Airlines
dengan Airbus A 380?). Dan publikasi gratis ini sungguh
merupakan berkah yang amat positif bagi penegasan citra SIA
sebagai maskapai pioner.
Melalui tiga tema strategis itu – yakni tentang pelayanan
yang ekselen, inovasi tiada henti dan keunggulan teknologi –
Singapore Airlines selalu berikhtiar untuk memberikan
pengalaman penerbangan yang mengesankan. Dan dengan
sosok Singapore Girl yang selalu menyapa hangat, siapa yang
tak ingin terbang menembus langit bersamanya?
74
75
BAB V
MANAGEMENT BOOKS
76
3 Perusahaan yang Mengubah Dunia
Perusahaan atau korporasi kini tampaknya telah menjadi
entitas yang sangat dekat dengan keseharian kita. Sejak dari
bangun di keheningan fajar hingga kembali terlelap dalam
kegelapan malam, kita senantiasa ditemani dengan beragam
produk dari beragam merek dan perusahaan.
Demikianlah, ketika bangun pagi dan dan beranjak ke
kamar mandi, kita mungkin segera disergap dengan sabun
mandi Lifebouy dan pasta gigi Pepsodent produksi Unilever.
Lalu, kita sarapan sereal dan minum susu dari Nestle. Kita
kemudian berangkat ke kantor, mungkin dengan naik Grand
Livina dari Nissan, sembari mendengarkan musik melalui
audio Kenwood dengan alunan CD produksi Sony BMG.
Di kantor kita segera menyalakan komputer bermerk
Acer, membuka aplikasi email produksi Microsoft Outlook
serta memprint laporan dengan kertas PaperOne di printer merk
Hewlett Packard. Siang-siang, kita bersama teman makan siang
di Hoka-hoka Bento, ber-sms ria melalui ponsel Nokia sambil
minum teh Botol Sosro.
Senja hari kita pulang ke rumah, sesampai dirumah
leyeh-leyeh sambil nonton channel RCTI dari televisi merk
Samsung. Saat makan malam kita mungkin ditemani sayur
mayur yang kemarin dibeli dari Carrefour dan segelas air
mineral produksi Aqua. Malam merambat, dan kemudian kita
beranjak tidur sambil tak lupa mematikan lampu neon merk
Phillips.
Hidup kita memang tak lagi bisa dipisahkan dari beragam
merk yang mengitari kita. Dan kita tahu, semua produk dan
merk itu dibangun oleh sebuah perusahaan. Oleh sebuah
business company. Paparan diatas dengan segera juga
menyadarkan kita betapa entitas perusahaan telah memberikan
pengaruh yang sedemikian mendalam dalam setiap relung
kehidupan kita.
77
Pikiran semacam itulah yang menggelayut di kepala saya
ketika melihat sebuah buku bertajuk Companies that
Changed the World. Sejarah dunia kini barangkali memang
banyak ditentukan oleh dinamika perusahaan bisnis. Wajah
perdaban manusia mungkin kian pekat diwarnai oleh motif
bisnis yang menggerakkan jutaan perusahaan itu.
Dan memang, dibalik spirit untuk membentangkan profit
yang melimpah, terdapat sejumlah perusahaan yang melalui
perannya benar-benar telah merubah dunia. Inilah barisan
perusahaan yang dengan gigih telah memberikan sumbangan
penting bagi peradabahan manusia – for better or worse.
Dalam buku itu diulas mengenai 50 perusahaan dunia
yang telah memberikan peran merubah jagat dimana kita
tinggal. Dalam kolom ringkas ini saya hanya akan
mendedahkan kisah tiga diantaranya. Tiga perusahaan yang
menurut saya telah memberikan sumbangan amat penting bagi
kemajuan zaman dan kehidupan umat manusia. Lalu, siapa saja
tiga perusahaan legendaris ini?
Yang pertama tentu saja adalah sebuah perusahaan yang
didirikan oleh anak muda dari kota Seattle yang kena DO dari
Harvard. Jutaan pekerja kantoran di segenap penjuru langit
barangkali memulai hari kerjanya dengan membuka aplikasi
keluaran perusahaan ini – entah dalam bentuk aplikasi email,
excel, word ataupun sekedar membuka program windows.
Ya, Microsoft – melalui produk office-nya yang
mendominasi pasar aplikasi kantoran – tak pelak telah
memberikan sumbangan yang amat berarti bagi peningkatan
produktivitas jutaan manusia sejagat. Tak terbayang betapa
orang jaman dulu bekerja sebelum ada komputer dan program
office. Mereka mengetik dengan mesin ketik yang cetak cetok
itu, plus kertas karbon hitam yang belepotan (sebelum ada
printer dan teknik copy paste). Betapa ―indahnya‖ masa lalu
itu……
78
Perusahaan legendaris kedua adalah yang produknya
barangkali sekarang ada di kantong baju Anda. Perusahaan asal
Finlandia ini memang merupakan pioner teknologi GSM yang
menjadi cikal bikal meledaknya produk ponsel di seluruh
dunia. Nokia barangkali memang representasi dari inovasi
teknologi ponsel — salah satu temuan teknologi terpenting
dalam era modern ini. Produk ponsel – dan Nokia sebagai salah
satu pionernya – tak pelak telah merubah cara kita
berkomunikasi, dan juga cara kita membangun relasi dengan
orang lain.
Perusahaan yang terakhir adalah sebuah pabrikan yang
didirikan anak muda jebolan teknik mesin dari kota Tokyo di
Jepang. Sejak muda ia selalu bermimpi bisa membuat
kendaraan kecil yang bisa membuat orang melakukan
perjalanan dengan cepat dan praktis. Anak muda yang punya
impian indah itu adalah Soichiro Honda, dan kelak kita
mengenal produk sepeda motor legendaris bermerk Honda.
Dan kini, tiap pagi, kita melihat konvoi ribuan sepeda motor
Honda meliuk-liuk di jalanan, menembus angin, dan berperan
menjadi angkutan yang praktis dan murah bagi rakyat
kebanyakan.
Demikianlah tiga produk dari tiga perusahaan yang saya
kira telah berperan merubah dunia. Aplikasi Windows, ponsel
Nokia, dan sepeda motor Honda telah merubah cara kita
menjalani hidup dan juga cara kita bekerja. Ketiga produk ini
dengan caranya masing-masing telah ikut membentuk wajah
peradaban manusia.
79
The Toyota Way:
Proses Membangun Perusahaan Kelas Dunia
Kini Toyota telah menjelma menjadi perusahaan mobil
terbesar di dunia – melibas pabrikan raksasa seperti General
Motor, Volkswagen ataupun Peugeot. Salah satu dimensi kunci
yang membuat nama Toyota menjadi demikian harum
barangkali adalah kualitas produk yang dihasilkannya.
Darinya kita mengenal konsep seperti Toyota Lean
Manufacturing, Kaizen (perbaikan berkelanjutan) ataupun juga
―just in time inventory‖. Dari sinilah kemudian, kita juga
mengenal beragam merk mobil dengan kualitas kelas dunia,
mulai dari sang legenda Totoya Camry, Toyota Fortuner
hingga Lexus.
Lalu, rahasia apa yang membuat nama Toyota terus
menjulang? Tulisan kali ini mencoba mengeksplorasi
jawabannya.
Dan jawaban itu mungkin secara komprehensif dapat
disimak dalam sebuah buku yang amat memikat berjudul The
Toyota Way : 14 Management Principles from the World’s
Greatest Manufacturer yang ditulis oleh Jeffrey Liker. Dalam
buku ini dibentangkan sejumlah prinsip kunci yang membuat
Toyota menjadi apa yang seperti kita kenal saat ini. Dalam
kesempatan ini kita akan mencoba menengok empat prinsip
diantarata.
Prinsip pertama yang membuat Toyota menjadi legenda
adalah ini : long term philosophy. Atau sebuah prinsip yang
senantiasa disandarkan pada filosofi jangka panjang. Mereka
selalu mencoba mengambil keputusan manajemen berdasar
perspektif jangka panjang, dan bukan sekedar demi keuntungan
finansial jangka pendek semata.
Kisah riset mereka untuk menghasilkan mobil hibrid
pertama di-dunia dengan merk Toyota Prius misalnya;
dibangun dengan pemikiran janga panjang akan masa depan
80
bumi. Meski mungkin upaya ini tidak menghasilkan banyak
profit, namun mereka dengan intens melakukan ikhtiar untuk
mampu menghasilkan mobil dengan emisi gas buang nol (zerro
emission). Sebuah impian yang tentu saja didasarkan akan long
term perspective.
Prinsip kedua yang juga mereka jalankan adalah : The
Right Process Will Produce the Right Results. Inilah sebuah
filosofi yang banyak mendasari proses produksi
(manufacturing) Toyota yang legendaris. Dalam prinsip ini
mereka selalu mencoba membangun sebuah proses produksi
yang sempurna demi menghasilkan beragam produk mobil
dengan mutu yang tak terkalahkan.
Disinilah lalu dikenal sejumlah pendekatan semacam
heijunka atau sebuah ikhtiar untuk membangun proses
produksi yang mampu meminimalkan waste; serta tidak
memberikan beban berlebihan kepada mesin ataupun tenaga
manusia (overburden process). Pendekatan lain yang juga
muncul adalah kaizen atau sebuah upaya terus menerus untuk
melakukan perbaikan (constant improvement) melalui
standarisasi proses yang sistematis dan mudah di-observasi.
Prinsip ketiga Toyota Way adalah : Add Value to the
Organization by Developing Your People. Melalui prinsip ini
Toyota senantiasa mendedikasikan sumber daya yang
melimpah untuk pengembangan kompetensi para karyawannya.
Para leader dan teknisi terus digodok hingga tingkat master.
Para master inilah yang kemudian akan memastikan bahwa
setiap Lexus atau Camry yang diproduksi, semuanya sesuai
dengan acuan standar mutu yang telah ditetapkan.
Yang menarik, proses pengembangan SDM ini juga
dilakukan secara intensif kepada para mitra (supplier) Toyota.
Mereka mengenalnya sebagai Toyota Supply Chain Network.
Setiap supplier yang ada dalam alur ini selalu mendapatkan
semacam ―intervensi pelatihan dan pengembangan‖ dari
81
Toyota untuk memastikan semua mitra tersebut memiliki mutu
SDM dan produk yang sejajar dengan standar Toyota.
Prinsip keempat atau terakhir yang diuraikan dalam buku
ini adalah tentang : Continuously Solving Root Problems to
Drive Organizational Learning. Dalam prinsip ini kita
dikenalkan dengan pendekatan Toyota yang berbunyi : Genchi
Gebutsu (atau sebuah prinsip yang mengajak kita untuk selalu
―turun ke lapangan‖ dan melihat proses secara menyeluruh
demi memahami situasi/akar masalah dengan lebih
komprehensif). Melacak akar masalah – dan bukan sekedar
gejala atau simptom – adalah kunci bagi terbangunnya sebuah
proses operasi yang ekselen, dan juga keunggulan kinerja.
Tak pelak buku The Toyota Way ini menawarkan
beragam pelajaran yang menarik tentang bagaimana
membangun sebuah perusahaan dengan kinerja unggul. Jika
kita belum sanggup membeli sebuah sedan Lexus, mungkin
buku ini bisa menjadi semacam hiburan berharga tentang
bagaimana merancang sebuah mobil dan perusahaan kelas
dunia.
82
4 Rahasia Kunci tentang Cara Otak Kita Bekerja
Barangkali Anda sudah pernah mendengar anekdot ini.
Alkisah, di sebuah pameran International Neurology Expo di
Singapore dijual replika otak asli orang Indonesia, Jepang dan
Amerika. Dalam daftar harga, tertera otak manusia Indonesia
berharga paling mahal. Salah seorang pengunjung dari tanah
air, dengan penasaran dan setengah bangga bertanya, kenapa
otak orang Indonesia harganya paling mahal. Karena jarang
dipakai, begitu jawaban sang penjaga stan.
Anekdot itu terngiang kembali di otak saya ketika
minggu lalu saya membaca sebuah buku bertajuk Brain Rules
: Principles for Thriving at Work, Home and School. Buku
yang ditulis oleh John Medina, salah satu pakar biologi saraf
terkemuka asal Amerika ini, berkisah tentang sejumlah aturan
bagaimana sesungguhnya otak kita berkerja dan beroperasi.
Disini kita hanya mencoba menjenguk empat aturan
diantaranya.
Rule 1 : Exercise Does Enhance Your Brain. Ya,
berolahraga secara rutin dan melakukan pergerakan yang aktif
ternyata memberikan impak yang amat besar bagi kesehatan
otak. Dalam buku itu disebutkan, orang yang rajin berolahraga
dan aktif bergerak dalam jangka panjang otaknya akan
memiliki kemampuan problem solving dan reasoning yang
jauh lebih tangguh dibanding mereka yang malas bergerak dan
berolahraga.
Itulah mengapa, orang yang malas melakukan olahraga
dan seharian hanya duduk didepan cubicle sambil melototin
layar komputer otaknya bisa pelan-pelan tumpul dan cepat
pikun kelak ketika berusia lanjut. Ini persis seperti minggu lalu
ketika saya berkunjung ke salah satu teman ayah saya yang
baru berusia 60-an tahun. Opa satu ini sejak muda nyaris tak
pernah olahraga, demikian juga setelah pensiun. Jadi ia tak lagi
mengenali saya ketika saya datang bertandang ke rumahnya
83
yang asri di Bintaro. Dan ketika saya kebelet ingin buang air
kecil serta bertanya, Om di mana kamar mandinya; dia
mendadak kebingungan sambil celingukan, dimana ya kamar
mandinya (duh !).
Anda tidak ingin tulalit seperti itu kan? So, do exercise
every single morning. Rasakan kesegaran udara di pagi hari,
dan jangan pernah biarkan otak Anda mati sebelum waktunya.
Rule 2 : Multitasking is a myth. Multitasking itu
hanyalah mitos. Sebab, menurut John Medina, otak kita bekerja
dengan cara sekuensial (ber-urutan) dan tidak pernah bisa
dipaksa bekerja secara paralel. Itulah mengapa, mengemudikan
mobil sambi berhaha-hihi via ponsel langsung meningkatkan
resiko kecelakaan hingga 9 kali lipat. Dan itulah mengapa,
melakukan penyelesaian tugas sambil berkali-kali
mendapatkan interupsi akan menghasilkan kualitas kerja 50 %
lebih buruk dan 50 % lebih lamban.
Jadi kalau selama ini Anda rajin melakukan multitasking
– misalnya menyelesaikan laporan sambil tengak-tengok status
via Facebook; resiko kelambanan kerja dan penurunan akurasi
laporan akan kian meningkat secara dramatis. Karena itu,
usahakanlah agar selalu mengerjakan tugas secara fokus dan
bertahap serta semuanya digarap secara sistematis.
Rule 3 : Ten Minutes Attention Span. Medina bilang,
ketika mendengarkan presentasi, ceramah, kuliah, atau
mendengarkan orang lain ngecap, otak kita ternyata hanya
bertahan untuk menaruh atensi maksimal 10 menit. Setelah itu,
konsentrasi kita untuk mendengarkan/ menyimak turun secara
signifikan. Jadi kalau ada orang yang nyerocos memberikan
ceramah atau presentasi tanpa henti selama lebih dari 30 menit,
maka hanya kesia-siaan yang akan diperoleh. Sebab, otak para
audiens tak akan pernah bisa lagi menangkap isi informasi
secara optimal.
So, kelak jika Anda mendapat kesempatan presentasi
atau memberikan informasi; lakukanlah small break setelah 10
84
menit. Break ini bisa berupa menyilakan audiens untuk
bertanya; atau menyelinginya dengan intermezo, atau
menyampaikan kisah insiratif plus sekedar anekdot. Dengan
ini, maka konsentrasi para audiens akan bisa kembali
terpelihara.
Rule 4 atau yang terakhir adalah ini: classroom and
cubicle are brain destroyers. Ya, ternyata ada dua lingkungan
yang menurut Medina paling brutal membunuh daya kreasi
otak kita. Dua lingkungan itu adalah : ruang kelas
perkuliahan/sekolah dan ruang cubicle perkantoran.
Ruang kelas yang isinya melulu ceramah oleh dosen/guru
yang monoton, satu arah dan acap membosankan, ternyata
justru membuat otak kita terpasung mati (!). Ruang cubicle
kantor yang membuat Anda tidak banyak bergerak secara aktif,
tersekat-sekat, dan hanya memaksa Anda untuk melakukan
tugas repetitif juga berpotensi menumpulkan otak Anda.
Jadi bayangkanlah : selama bertahun-tahun (lebih dari 15
tahun!) kita menghabiskan waktu kita di ruang kelas yang
monoton nan membosankan. Dan kini, ketika kita bekerja, kita
kembali disekap bertahun-tahun dalam ruang cubicle yang juga
tidak banyak menawarkan ruang kreasi secara optimal. Dengan
kata lain, selama puluhan tahun otak kita dikunci dalam dua
lingkungan statis itu, dan jarang dipakai secara maksimal.
Jadi sungguh tak heran, kenapa otak kita harganya paling
mahal……..
85
5 Buku Strategi Terbaik Sepanjang Masa
Corporate strategy atau business strategy tak pelak
merupakan salah satu disiplin ilmu yang amat penting bagi
dinamika pertumbuhan sebuah entitas bisnis. Kisah kebesaran
Apple, Nokia, Toyota, Nike dan lain-lainnya tentu sebagian
disebabkan oleh kejelian mereka dalam merumuskan arah
strategis bisnis secara tepat. Disini, kemahiran dalam meracik
strategi akan sangat menentukan arah masa depan : apakah
organisasi bisnis kita bisa tetap menjulang atau tergeletak mati
digilas roda persaingan.
Lalu, kira-kira buku strategi mana yang layak dianggap
terbaik sepanjang sejarah? Dalam pertumbuhannya yang pesat
sejak tahun 60-an, ilmu strategi (atau strategic management)
memang telah melahirkan tokoh-tokoh besar yang layak
dikenang. Berikut daftar lima buku yang saya kira layak
dinobatkan sebagai 5 Buku Strategi Terbaik Sepanjang
Masa (untuk daftar 5 buku manajemen terbaik bisa dibaca
DISINI). Kelimanya ditulis oleh giant thinkers dalam disiplin
ilmu manajemen strategi. Berikut daftar lima buku itu.
Competitive Strategy karya Michael Porter Oke, buku ini mungkin sudah terlanjur menjadi semacam kitab
suci bagi para business strategic thinkers. Dan penulisnya,
Michael Porter juga telah dinisbatkan menjadi sang dewa
strategi. Melalui bukunya ini, Porter – yang berlatar belakang
ekonomi industri – memang telah meletakkan dasar yang amat
penting bagi pertumbuhan ilmu manajemen strategi di
kemudian hari. Ajarannya tentang five competitive forces dan
competitive strategy model telah menjadi rujukan dimana-
dimana. Meski telah banyak dikritik (lantaran pendekatannya
dianggap terlalu statis) buku ini tak pelak merupakan salah satu
buku terpenting dalam ranah ilmu strategi.
Hypercompetition karya Richard D’aveni Dibanding empat buku strategi yang saya sebut disini, saya
86
merasa buku inilah yang terbaik. Isinya sangat ekspansif,
disusun dengan ragam ilustrasi yang amat kaya, dan
menguraikan dinamika kompleksitas strategi bisnis dengan
sangat mengesankan. Koherensi gagasan dan kedalaman
analisanya saya kira lebih cemerlang dibanding buku-nya
Porter dan bahkan lebih solid dibanding Blue Ocean Strategy.
Saya membaca buku ini pertama kali sekitar 15 tahun silam
ketika masih duduk dibangku kuliah; namun minggu lalu buku
ini saya baca lagi, dan oh man, isinya masih sangat relevan
dengan dunia kita saat ini.
Blue Ocean Strategy karya W. Chan Kim dan Renée
Mauborgne Buku yang menjadi best seller dimana-mana ini memang
menyajikan sebuah gagasan yang cerdik. Saya suka dengan
analisanya mengenai strategy canvas yang membantu kita
untuk mendeteksi seberapa merah samudera bisnis yang tengah
kita geluti. Analisanya mengenai Four Action Framework juga
sangat aplikatif dan memudahkan kita untuk mengidentifikasi
blue ocean market yang potensial untuk kita selami.
Strategy Process karya Henry Mintzberg et.al. Henry Mintzberg, salah satu penulis buku ini merupakan
penulis yang layak dikagumi. Gaya menulisnya indah dan
tajam, gabungan khas antara dunia manajemen, sosiologi dan
sedikit sentuhan estetis sastra. Buku strategi yang ditulisnya ini
mengajukan sebuah premis penting: proses permusan strategi
bisnis sejatinya tidak berjalan secara linear mengikut pola yang
runtut dan baku; namun benar-benar bersifat random dan tak
terduga. Buku ini tak pelak mencoba menawarkan sebuah
pendekatan yang dekat dengan realitas keseharian para
eksekutif bisnis; dan itu memberikan sebuah cerminan yang
saya kira lebih realistik mengenai praktek manajemen strategi.
Strategy Maps karya Kaplan dan Norton. Dilihat dari
sisi kedekatan dengan profesi saya yang banyak bergerak
dibidang corporate performance management, buku ini
87
merupakan yang paling aplikatif dan banyak membantu saya
dalam menyelesaikan pekerjaan. Buku yang ditulis oleh Kaplan
dan Norton (pencipta Balanced Scorecard) ini memberikan
arahan yang jelas tentang bagaimana melakukan proses
mapping strategy secara efektif dan komprehensif. Isinya
sangat aplikatif dan menawarkan banyak contoh riil strategy
map yang sangat membantu kita dalam memahami dan
mengimplementasikan strategi.
Demikianlah lima buku strategy yang kira-kira layak
dikategorikan sebagai the best strategy books. Kalaulah
sampeyan belum sempat membacanya, silakan luangkan waktu
sejenak untuk mencoba menekuni buku-buku bagus ini.
88
5 Buku Terbaik
dalam Bidang Personal Development
Kini kian banyak buku-buku yang bertema personal
development (self help, self-motivation atau sejenisnya) yang
diterbitkan. Cobalah datang ke Gramedia, dan segera Anda
akan disergap puluhan buku tentang ―how-to‖ yang banyak
diantaranya menghias rak paling depan. Anda mungkin jadi
bingung dengan puluhan judul buku yang berlomba-lomba
merebut perhatian Anda melalui aneka judul yang menarik dan
bombastis.
Jangan khawatir. Dibawah ini akan dipaparkan lima buku
tentang personal development yang kira-kira layak dipilih
sebagai 5 Best Personal Development Books of All Times.
Pilihan ini mungkin bersifat subyektif, namun seperti
pemilihan lima buku terbaik bidang manajemen (yang bisa
Anda baca disini) terdapat dua kriteria yang dijadikan dasar.
Yang pertama, buku itu mesti memberikan sumbangan yang
signifikan bagi praktek manajemen pengembangan diri (self-
development). Dan kedua, ide yang digagas dalam buku itu
tetap relevan hingga hari ini, dan kiranya tetap akan relevan
hingga masa-masa jauh di depan.
Oke, tanpa perlu berpanjang-panjang, inilah daftar 5
Buku Terbaik Sepanjang Masa dalam bidang Personal
Development.
1. How to Win Friends & Influence People. By : Dale
Carnegie Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1936 tapi
ide brilian yang terangkum dalam buku rasanya akan tetap
relevan sepanjang sejarah peradaban manusia. Tema pokok
yang ingin disampaikan dalam buku ini sebenarnya simpel,
namun bersifat fundamental : bagaimana cara praktis
membangun relasi yang positif dengan orang lain.
89
Disajikan secara praktis dan penuh dengan ilustrasi yang
inspiratif, buku ini benar-benar memberikan kontribusi yang
signifikan bagi proses pengembangan relasi antar-manusia.
Baca buku ini, dan believe me, cara Anda berhubungan dengan
orang lain (dengan pasangan hidup, anak, famili, atau rekan
kerja) akan berubah untuk selamanya.
2. The Power of Positive Thinking. By : Norman Vincent
Peale Norman Vincent Peale, penulis buku ini, rasanya layak
ditasbihkan sebagai dewa diantara guru motivasi yang kini
bertebaran dimana-mana, mulai dari Anthony Robbins,
Napoleon Hill, Brian Tracy, hingga Tung Desem Waringin.
Dan buku ini benar-benar menunjukkan kepiawaian Norman
sebagai dewa motivasi yang jenius. Melalui sajian yang jernih,
buku ini mengajak Anda untuk menatap masa depan dengan
penuh optimisme, dengan spirit yang terus menyala, dan
dengan sebuah keyakinan bahwa kesuksesan sejati adalah
sebuah keniscayaan. Sebab, merujuk moto inspiratif Norman:
You Can If You Think You Can !!
3. Flow: The Psychology of Optimal Experience. By Mihaly
Csikszentmihalyi Ketika pertama kali diterbitkan pada tahun 1991 silam,
buku ini langsung menggegerkan kalangan pemerhati human
performance. Berbeda dengan kebanyakan buku self-help yang
cenderung bersifat praktikal, buku ini memang hasil riset
akademis yang panjang dari penulisnya untuk mengetahui
faktor kunci yang paling berperan bagi optimalnya sebuah
kinerja.
Kesimpulan dari riset itu adalah ini : hasil terbaik hanya
akan dapat diraih ketika seseorang mengalami flow atau hanyut
dan meleburkan diri secara total dengan apa yang tengah ia
kerjakan. Dinarasikan dengan memikat dan ditopang dengan
90
data yang komprehensif, buku ini tampaknya merupakan salah
satu buku personal development terbaik yang pernah ditulis
dalam abad 20.
4. The 7 Habits of Highly Effective People. By : Stephen R.
Covey Ditengah ribuan buku personal development yang terus
membanjiri pasar, buku ini rasanya tetap yang paling menarik –
stands out among the crowd. Dan buku personal development
ini mungkin juga paling banyak dikenal orang. Buku ini pada
dasarnya mencoba mengagas tujuh elemen kunci untuk
menjadi pribadi yang efektif, yakni : Be Proactive, Begin with
the End in Mind, Put First Things First , Think Win/Win, Seek
First to Understand Then to be Understood, Synergise dan
Sharpen the Saw.
Kekuatan buku ini mungkin terutama terletak pada
bagaimana ketuju elemen diatas dielaborasi secara tajam dan
disertai dengan eksplanasi yang sistematis dan elegan. Lewat
buku ini, Stephen Covey tak pelak telah mampu mentasbihkan
dirinya menjadi salah satu ikon terpenting dalam sejarah
manajemen modern.
5. The Book of Virtues : A Treasury of Great Moral Stories
(by Willian J. Bennet) Sebuah buku yang benar-benar luar biasa. Berisikan
serangkaian narasi mengenai kisah-kisah yang sarat dengan
kebajikan dan nilai-nilai moralitas. Sebuah buku yang
memberikan wawasan yang amat mencerahkan mengenai
proses penumbuhan pribadi yang berkarakter luhur dan
dinaungi spirit integritas yang mulia.
Buku ini disajikan melalui beraneka kisah dan ilustrasi;
serta dihamparkan melalui serangkaian eksplorasi pengetahuan
yang penuh daya pukau. Tak pelak buku tentang kebajikan ini
dengan amat gemilang telah memenuhi dua tugas pokok
91
sebuah buku : enak dibaca dan mampu memberikan
pencerahan yang amat mendalam.
Demikianlah, lima buku personal development yang
layak dinobatkan sebagai best of all times. Deretan lima
buku yang mungkin telah memberikan begitu banyak pengaruh
bagi arah hidup jutaan umat manusia di segenap penjuru jagat.
Kita hanya bisa berdoa semoga kelima penulis buku inspiratif
ini selalu dilimpahi keberkahan oleh Sang Maha Pencipta.
92
5 Buku Manajemen Terbaik Sepanjang Masa
Setiap tahun ribuan buku manajemen diterbitkan dan
didistribusikan. Sebagian menjelma menjadi best-sellers,
sebagian lainnya hanya teronggok disudut terpencil rak-rak
toko buku, dan sebagian besar lainnya segera dilupakan orang.
Lalu, LIMA buku manajemen apa yang kira-kira layak
dinobatkan sebagai the best of all times, buku manajemen
terbaik sepanjang masa?
Pilihan yang saya lakukan disini mungkin tidak lepas dari
elemen subyektivitas; namun setidaknya terdapat dua acuan
kriteria penting yang dijadikan dasar. Yang pertama, buku itu
mesti memberikan sumbangan yang signifikan bagi
pengembangan ilmu dan praktek manajemen. Dan kedua, ide
yang digagas dalam buku itu tetap relevan hingga hari ini, dan
kiranya tetap akan relevan hingga masa-masa jauh di depan.
Tanpa perlu berpanjang-panjang lagi, inilah 5 buku
manajemen yang saya kira layak dinobatkan sebagai buku
manajemen terbaik sepanjang masa.
1. The Practice of Management by Peter F. Drucker Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1954,
namun isinya tetap memiliki relevansi yang kuat dengan
realitas manajemen mutakhir, dan boleh jadi akan tetap relevan
hingga beberapa dekade mendatang. Isi buku ini secara jernih
dan tajam mengeksplorasi tiga tema sentral dalam manajemen :
managing business, managing managers; dan managing
employees and works. Lewat analisanya yang jitu dan
mendalam, buku ini tak pelak telah memberikan batu pijakan
yang sedemikian kokoh bagi perkembangan praktek
manajemen.
Semua buku yang ditulis Peter Drucker pasti bagus (ia
telah menulis lebih dari 15 judul buku); namun buku ini
rasanya merupakan yang terbaik, masterpiece. Dan lewat buku
93
ini pulalah, Drucker kemudian dikenang sebagai “dewa
diantara para dewa manajemen dunia”.
2. Good to Great by Jim Collins Buku yang berbulan-bulan menduduki peringkat best-
seller ini pada dasarnya ingin menjawab satu pertanyaan
fundamental : apa sih sebenarnya key succes factors untuk
membangun great company? Demikianlah, melalui serangkaian
observasi yang mendalam, serta riset yang panjang dan
melibatkan ribuan orang, buku ini kemudian berhasil
membongkar faktor-faktor kunci yang – secara empirik –
terbukti menjadi pemicu tumbuhnya great companies.
Buku yang ditulis dengan elegan ini berkisah tentang
strategi dan proses penciptaan great organization. Dan
tampaknya kita akan sepakat kalau buku ini juga layak
dikategorikan sebagai salah satu a GREAT management book
of all times.
3. Juran’s Quality Handbook by Joseph Juran Josep Juran – penulis buku ini – dan juga Edwards
Deming acap disebuat sebagai Duet Guru Mutu yang paling
berpengaruh dalam era manajemen modern. Dan predikat itu
rasanya tetap relevan hingga hari ini.
Juran melalui bukunya yang fenomenal ini memberikan
eksplanasi yang menyeluruh dan mendalam mengenai apa itu
manajemen mutu, serta bagaimana aplikasinya dalam strategi
bisnis. Buku ini telah memberikan sumbangan yang amat
berharga bagi sejarah dan praktek manajemen mutu. Hampir
semua perusahaan besar, mulai dari Toyota hingga Nokia, dari
Samsung hingga Sony, mestinya menaruh hutang budi yang
teramat besar dengan buku legendaris ini. Dan, siapapun yang
berhasrat membangun keunggulan mutu – termasuk para
peminat gerakan Six Sigma – mestinya tak melewatkan buku
ini sebagai salah satu bacaan wajib.
94
4. The Human Side of Enterprise by Douglas McGregor Satu lagi buku klasik yang ditulis pada tahun 1960 oleh
seorang tokoh raksasa dalam bidang psikologi organisasi.
Isinya berfokus pada pada sebuah isu penting dan tetap relevan
hingga saat ini, yaitu : bagaimana menstimulasi potensi yang
paling optimal dari seorang insan sehingga ia mampu tumbuh
menjadi individu yang happy, productive dan satisfied. Dan
sungguh, tema fundamental semacam ini pasti akan terus
relevan hingga peradaban manusia masih eksis.
Kini kian banyak buku manajemen praktis tentang people
management. Namun buku yang ditulis lebih dari 40 tahun
silam ini rasanya tetap yang terbaik dibanding ribuan buku
serupa yang diterbitkan kemudian hari. Dan bagi Anda yang
ingin mendalami ―human side of enterprise‖ secara bening dan
inspiratif, buku ini mestinya tidak boleh dilewatkan.
5. Winning by Jack Welch Kekuatan utama buku ini mungkin terletak pada isinya
yang berdasar pengalaman yang amat kaya dari penulisnya,
Jack Welch – bos GE dalam era sepanjang 1981 – 2001,
seorang praktisi manajemen yang pernah dinobatkan oleh
majalah BusinessWeek sebagai salah satu Best CEO in
Century.
Jack ternyata bukan hanya seorang great CEO. Melalui
buku ini, ia dengan amat lugas dan brilian membagi
serangkaian gagasan dan pengalamannya bagaimana
seharusnya mengelola bisnis dan manajemen. Secara ekspansif
ia mengeskplorasi tema-tema penting dalam praktek
manajemen, seperti bagaimana cara terbaik mengelola great
people dan juga bagaimana strategi mengembangkan future
leaders.
Kedalaman analisa, gaya penulisan yang inspiratif serta
kekuatan pengalaman yang solid tak pelak telah membuat buku
95
ini sebagai salah satu karya yang mungkin akan tetap dikenang
dalam waktu yang amat panjang di era mendatang.
Demikianlah, lima buku yang menurut saya layak
ditempatkan sebagai 5 Buku Manajemen Terbaik
Sepanjang Masa. Tentu, masih ada banyak buku manajemen
lain yang bermutu yang juga sebenarnya layak dicatat, namun
karena jatahnya hanya lima, ya hanya lima buku diatas yang
dipilih.
Kalau kelak Anda ingin membangun perpustakaan
keluarga, pastikan bahwa kelima buku brilian itu ada dalam
koleksi yang menghias rak buku di rumah Anda.
96
Kata Pengantar
Assalamu’alaiku Wr Wb
Segala puji bagi Allah swt, atas tahmat dan karunia-Nya,
kami bisa mengumpulkan dan mengedit kumpulan artikel
terbaik (best articles) di situs www.strategimanajemen.net,
dan tidak diperjual belikan.
Kami berharap, buku ini bermanfaat bagi semua
masyarakat, terutama yang memiliki keinginan untuk menjadi
enterprenuership. Kami mohon juga, anda membatu
menyebarkan kepada orang lain.
Bermanfaat bagi orang lain,
Dan tidak memanfaatkan orang lain.
Hormat Kami
97
DAFTAR ISI
CAREER LIFE Berapa Besar Gaji yang Harus Anda Peroleh untuk Bisa Hidup
dengan Layak?
Gaji dan Karir Saya Tidak Naik-naik, So What?
3 Jawaban Kenapa Karir Anda Mentok
Anda Ingin Bonus 7 Kali Gaji?
Career Plan : Jalur Karir yang Harus Anda Tempuh
Standar Gaji Indonesia
MINDSET and PERSONAL DEVELOPMENT Law of Attraction : You Can If You THINK You Can
Positive Mindset dalam Empat Level Gelombang Otak
Merajut Etos Spiritualitas dalam Dunia Kerja
Tiga Sikap Dasar untuk Menjadi Profesional Sejati
Are You Happy with Your Life (and Your Job) Now?
ENTREPRENEURSHIP Jika Anda Ingin Kaya, Silakan Baca Tulisan Ini
3 Pilihan untuk Bisa Working @ Home
Mengubah Nasib : Dari Karyawan Menjadi Juragan
Bagaimana Caranya Mengembangkan Entrepreneur Mindset?
Mengais Rezeki dari Penghasilan Sampingan, Kenapa Tidak?
3 Cara untuk Menjalankan Online Business
BUSINESS STRATEGY Innovation War : Yang Terluka dan Gugur di Medan Laga
Sepotong Kisah tentang Strategi Inovasi Apple
Strategi Bisnis Lion Air Menembus Langit Biru
Industri Rokok Indonesia Sedang Menjemput Kematian?
Ranking Perusahaan Terbesar Sedunia
Pelajaran Strategi dari Singapore Girl
Tiga Perusahaan yang Mengubah Dunia
98
MANAGEMENT BOOKS The Toyota Way : Proses Membangun Perusahaan Kelas Dunia
Rahasia Kunci tentang Cara Otak Kita Bekerja
Lima Buku Strategi Terbaik Sepanjang Masa
Lima Buku Terbaik dalam Bidang Personal Development
Lima Buku Manajemen Terbaik Sepanjang Masa