bab i cysto grafi abc1

Upload: canggih-sarira

Post on 15-Jul-2015

952 views

Category:

Documents


31 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sinar x merupakan salah satu jenis radiasi pengion yang banyak digunakan dalam dunia kedokteran. Sifat sinar-x yang mampu menembus objek bermanfaat untuk mengetahui kelainan fisik dan fungsi suatu organ yang tidak dapat dilihat dari luar. Kemampuan sinar-x menembus objek dapat dipengaruhi oleh kerapatan jaringan, ketebalan objek serta nomor atom objek yang difoto. Untuk organ yang memiliki ketebalan jaringan dan kerapatan jaringan yang hampir sama, dalam pemeriksaan dengan sinar-x akan sulit dibedakan, seperti pemeriksaan organ-organ traktus urinaria. Maka dari itu untuk mendapatkan gambaran yang baik dengan informasi diagnostik yang optimal dapat dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan media kontras.Traktus urinarius merupakan salah satu sistem tubuh yang memiliki organ-organ kompleks yang rentan terhadap penyakit khususnya pada organ Visica urinaria yang menggunakan teknik pemeriksaan cystografi. Definisi dari Teknik cystografi adalah Teknik atau prosedur pemeriksaan urinary bladder (blass) setelah memasukkan media kontras melalui kateter dengan menggunakan sinar-x untuk menegakkan diagnosa. (merills edisi 9) Pada laporan kasus kali ini teknik pemeriksaan cystografi yang saya angkat sebagai tugas pada PKL III dikarenakan banyaknya pasien yang memiliki indikasi infeksi saluran kemih, khususnya pada organ kandung kemih. Kemudian dikarenakan Teknik pemeriksaan yang menggunakan dua cara yaitu posisi Antero posterior dan obliq kanan sebagaimana sudah mampu menegakkan diagnostik yang diterapkan di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul . Dengan alasan diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat dalam bentuk tulisan laporan kasus dengan judul Teknik Pemeriksaan Cystografi dengan kasus indikasi Hematuria di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul .

1

1.2 Rumusan Masalah Berdasar adalah : Bagaimana teknik pemeriksaan Cystografi dengan kasus indikasi Hematuria di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul ? Apakah keuntungan dan kerugian yang diperoleh pasien pada pemeriksaan Cystografi ? uraian latar belakang diatas penulis membatasi permasalahan dalam laporan ini. Adapun masalah yang akan dibahas

1.3 Tujuan Penulisan Dalam penulisan laporan kasus ini penulis mempunyai tujuan sebagai berikut: Mengetahui teknik pemeriksaan dan proyeksi yang biasa digunakan pada pemeriksaan Cystografi di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul. Mengetahui keuntungan dan kerugian yang diperoleh oleh pasien dalam pemeriksaan Cystografi di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktek Kerja Lapangan di Pendidikan Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radiotherapi Citra Bangsa Yogyakarta.

1.4 Manfaat Penulisan Bagi Penulis Menambah Bagi institusi Sebagai sumber pustaka bagi mahasiswa khususnya mahasiswa Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi dalam mempelajari pemeriksaan cystografi. pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan

pemeriksaan kontras (Cystografi)

2

1.5 Sistematika Penulisan Untuk memudahkan dalam memahami dan membahas permasalahan, maka laporan ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I

PENDAHULUAN berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan

BAB II

DASAR TEORI berisi anatomi dan fisiologi traktus urinarius, patologi striktur visica urinaria, teknik pemeriksaan cystografi.

BAB III BAB IV

PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN berisi profil kasus dan pembahasan. PENUTUP berisi kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

3

BAB II DASAR TEORI

2.1 Anatomi dan fisiologi traktus urinarius Sistem organ saluran kemih atau tractus urinarius terdiri atas ginjal, ureter, kandung kencing, dan uretra. (Pearce,Evelyn C.1999.)

Gambar 1. 1 traktus urinaria (Anatomi dan Fisiologi Untuk pemula 1995 ,Ethel slone )

Keterangan gambar : 1. Ginjal 2. Ureter 3. Vesica urinaria 4. Uretra

4

a. Ginjal Ginjal terletak pada retroperitoneal, terutama pada daerah lumbal sebelah depan kanan dan kiri tulang belakang. Kedudukan Ginjal dapat diperkirakan mulai dari ketinggian Th XII L III. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri karena hati menduduki ruang banyak disebelah kanan. Panjang setiap ginjal 10-12 cm, lebarnya 5-6 cm, tebalnya 2,5-3 cm.Ginjal berbentuk bean shape dan ada 2 buah. Fungsi ginjal : 1. Pengatur kosentrasi garam dalam darah 2. Ekskresi produk sisa 3. Pengatur keseimbangan cairan dan elektrolit b. Ureter Terdapat dua ureter berupa dua saluran yang masing-masing bersambung dari ginjal berjalan ke kandung kencing. Panjangnya 35 sampai 40 cm, diameter 1mm-1cm. Ureter mempunyai tiga penyempitan : a. Uretropelvic junction, yaitu ureter bagian proksimal mulai dari renal pelvis sampai bagian ureter yang mengecil. b. Pelvic brim, yaitu ureter yang bermula dari sisi pelvis yang berpotongan antara pembuluh darah iliaka dengan uterus. c. Uretrovesical junction, yaitu ujung ureter dan masuk ke dalam vesika urinaria. Fungsi : Menyalurkan urine dari ginjal ke vesika urinaria. c. Vesika Urinaria Kandung kencing berbentuk buah pier. Terletak pada posisi postero superior simpisis pubis. Daya tampungnya maksimumnya kira-kira 350-500 ml. pada pria berhubungan erat dengan prostat dan vesica seminalis. Fungsi : Sebagai resevoir / penampung urine sementara.

5

d. Uretra Uretra merupakan saluran yang berjalan dari leher kandung kencing ke lubang luar, dilapisi membran mukosa yang bersambung dengan membran yang melapisi kandung kencing. Letaknya diatas orifisium uretra interna pada vesika. Panjang uretra pada wanita 3-4 cm dan pada laki-laki 17-22 cm. Uretra dibagi menjadi 2 bagian : 1. Uretra posterior Pars prostatika sekitar 2,5 cm. Pars membranecea : bagian uretra setinggi musculus sphrincter uretra (diafragma pelvis), panjang sekitar 2 cm. 2. Uretra anterior Pars bulbaris bulbus penis. Pars cavernosa Pars glandis : bagian uretra yang melewati yang melewati : bagian uretra di glands penis. corpus spongiosum penis Pars membranosa dan pars kavernosa pada uretra laki-laki juga berfungsi sebagai saluran ekskresi dari sistem reproduksi. Fungsi : untuk transport urine dari kandung kemih ke meatus eksterna. : terletak diproksimal,bagian uretra yang melewati : bagian uretra yang melewati prostat, panjang

Gambar 1.2 anatomi visica urinaria (Anatomi dan Fisiologi ,Ethel sloane)

6

2.2 Patologi Visica urinaria Ilmu yang mempelajari tentang gangguan sistem organ pada Visica urinaria (ing.urinary bladder) ataupun disebut juga urinary bladder (Kapita slekta kedokteran jilid 2 .hal 329 339 ) .Adapun Macam-macam bentuk patologi VU berupa :

1. Kanker kandung kemih DEFINISI Dinding kandung kemih dilapisi oleh sel transisional dan sel skuamosa. Lebih dari 90% kanker kandung kemih berasal dari sel transisional dan disebut karsinoma sel transisional, sisanya adalah karsinoma sel skuamosa. PENYEBAB Penyebab yang pasti dari kanker kandung kemih tidak diketahui. Tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa kanker ini memiliki beberapa faktor resiko : - Usia, resiko terjadinya kanker kandung kemih meningkat sejalan dengan pertambahan usia. - Merokok, merupakan faktor resiko yang utama. - Lingkungan pekerjaan. Beberapa pekerja memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker ini karena di tempatnya bekerja ditemukan bahan-bahan karsinogenik (penyebab kanker). Misalnya pekerja industri karet, kimia, kulit. - Infeksi, terutama infeksi parasit (skistosomiasis). - Pemakaian siklofosfamid atau arsenik untuk mengobati kanker dan penyakit lainnya. - Ras, orang kulit putih memiliki resiko 2 kali lebih besar, resiko terkecil terdapat pada orang Asia. - Pria, memiliki resiko 2-3 kali lebih besar. - Riwayat keluarga, Orang-orang yang keluarganya ada yang menderita kanker kandung kemih memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker ini. Peneliti sedang mempelajari adanya perubahan gen tertentu yang mungkin meningkatkan resiko terjadinya kanker ini.

7

GEJALA Gejalanya bisa berupa : - hematuria (adanya darah dalam air kemih) - rasa terbakar atau rasa nyeri ketika berkemih - desakan untuk berkemih - sering berkemih. Gejala dari kanker kandung kemih menyerupai gejala infeksi kandung kemih (sistitis) dan kedua penyakit ini bisa terjadi secara bersamaan. Patut dicurigai suatu kanker jika dengan pengobatan standar untuk infeksi,k gejalanya tidak menghilang. 2. Kandung kemih exstrophy Definisi Bladder Extrophy merupakan suatu kelainan bawaan, dimana kandung kemih terletak pada bagian luar dari dinding abdomen. Permukaan bagian dalam dinding belakang kandung kemih berada pada bagian tengah dinding perut bagian bawah dengan pinggir mukosa yang bersatu dengan kulit. Kelainan ini umumnya melibatkan banyak sistem organ tubuh, termasuk saluran kemih, otot rangka, tulang, alat genital, dsb. Pada keadaan berat dapat melibatkan saluran pencernaan dan susunan saraf pusat. (Kapita slekta kedokteran jilid 2 .hal 329 339 ) 3. Infeksi kandung kemih ,jenis-jenis infeksi yaitu : a) Sistitis interstisial Adalah penyakit kandung kemih etiologi tidak diketahui ,ditandai oleh dinding kandung kemih disusupi oleh sel inflamasi mengakibatkan ulserasi mukosa dan jaringan parut, spasme otot detrusor, hematuria, urgensi, frekuensi meningkat, dan rasa sakit saat buang air kecil. b) Sistitis Cystica Adalah glandularis sistitis kronis disertai dengan pembentukan kista. Penyakit ini dapat menyebabkan infeksi kronis saluran kemih. c) Radang kandung kemih Adalah peradangan dari kandung kemih. Juga disebut sistitis. Bisa karena infeksi dari bakteri yang naik uretra (saluran dari luar) ke kandung 8

kemih. Gejala-gejala termasuk kebutuhan sering buang air kecil, sering disertai dengan sensasi terbakar. Sebagai berlangsung sistitis, darah dapat diamati dalam urin dan pasien mungkin menderita kram setelah buang air kecil. Pada anak-anak muda, upaya untuk menghindari rasa sakit sistitis bisa menjadi penyebab untuk pembasahan siang hari (enuresis). Pengobatan meliputi menghindari iritasi, seperti sabun wangi, dekat lubang uretra; meningkatkan pemasukan cairan, dan, untuk sistitis menular, antibiotik. Sistitis tidak diobati dapat menyebabkan jaringan parut dan pembentukan batu jika urin dipertahankan untuk jangka waktu yang lama untuk menghindari buang air kecil yang menyakitkan.(Kapita slekta kedokteran jilid 2 .hal 329 339 )

4. Kandung kemih kejang Disebabkan karena trauma ataupun sering menahan kencing. (Ethel sloan,1995) 5. Kandung kemih Sphincter Dyssynergia Suatu kondisi dimana penderita tidak dapat mengkoordinasikan relaksasi sfingter uretra dengan kontraksi otot-otot kandung kemih. (ethel sloan,1995 ) 6. Batu kandung kemih Disebabkan oleh abnormarnya fungsi ginjal dalam memfiltrasi urine sehingga terbentuk endapan yang bermuara pada kandung kemih. (ethel sloan1995) 7. Hematuria Adalah kehadiran sel-sel darah merah (eritrosit )dalam urin.Ini mungkin idiopatik dan / atau jinak, atau dapat menjadi tanda bahwa ada batu ginjal atau tumor saluran kemih (ginjal, ureter, kandung kemih, prostat, dan uretra), mulai dari yang sepele hingga yang mematikan. Jika sel-sel darah putih ditemukan disamping sel-sel darah merah, maka itu adalah tanda infeksi saluran kemih. o Kadang-kadang "hemoglobinuria" digunakan pula untuk maksud yang sama, meskipun lebih tepatnya kata ini hanya mengacu pada adanya hemoglobin dalam urin. (Kapita slekta kedokteran jilid 2 .hal 329 339)

9

8. Inkontinensia urin DEFINISI Inkontinensia Urine (IU) atau yang lebih dikenal dengan beser sebagai bahasa awam merupakan salah satu keluhan utama pada penderita lanjut usia. Inkontinenensia urine adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan atau sosial.Variasi dari inkontinensia urin meliputi keluar hanya beberapa tetes urin saja, sampai benar-benar banyak, bahkan terkadang juga disertai inkontinensia alvi (disertai pengeluaran feses). (Ethel sloan ,1995 ) 9. Ruptur kandung kemih Ruptur VU dapat terjadi jika kandung kemih terlalu penuh dan tidak dikosongkan. Hal ini dapat terjadi dalam kasus peminum pesta yang telah mengkonsumsi sejumlah besar cairan, tetapi tidak sadar akan kebutuhan untuk buang air kecil karena pingsan. Kondisi ini sangat jarang terjadi pada wanita, tapi tidak terjadi. Gejalanya termasuk nyeri local dan uremia. (Kapita slektakedokteran jilid 2 .hal 329 339 )

10. Retensi urin Retensi urin adalah ketidakmampuan berkemih selama 24 jam yang membutuhkan pertolongan kateter, karena tidak dapat mengeluarkan urin lebih dari 50% kapasitas kandung kemih atau retensi urin adalah ketidakmampuan bulibuli (kandung kencing) untuk mengeluarkan urin yang telah melampaui batas maksimalnya. Pada ibu melahirkan, aktivitas berkemih seyogyanya telah dapat dilakukan enam jam setelah melahirkan (partus). Namun apabila setelah enam jam tidak dapat berkemih, maka dikatakan sebagai retensi urin postpartum. Retensi urin postpartum apabila tidak segera ditangani dapat menyebabkan sistitis, uremi, sepsis, bahkan ruptur spontan vesika urinaria.(Kapita slekta kedokteran jilid 2 .hal 329 339 )

10

2.3 Teknik Pemeriksaan Cystografi

Teknik Radiografi Retrograde Cystography (Cystogram) 1. Definisi Teknik atau prosedur pemeriksaan urinary bladder (blass) setelah memasukkan media kontras melalui kateter dengan menggunakan sinar-x untuk menegakkan diagnosa. 2. Indikasi (Klinis) y Tumor y Trauma y Calculi (batu VU) y Inflamantory urinary bladder (sisitis) 3. Persiapan Pasien y Pasien Melepaskan benda-benda logam yang dapat mengganggu gambaran. y Tidak ada persiapan khusus, hanya pasien harus mengosongkan bulinya terlebih dahulu sebelum pemasangan kateter dilakukan. 4. Persiapan Alat dan Bahan y Pesawat sinar-X,kaset dan Film 24x30 cm y Media kontras iodium 50 cc y Aqua steril 100 cc y Poly cateter 16 G y Spuit 50 cc (spuit kaca 200cc) y Needle 19 G 5. Prosedur Pemeriksaan y Bahan kontras dicampur dengan aqua steril dengan perbandingan 1 : 3 atau 1 : 4 (1 kontras dan aqua steril). y Plain foto khusus daerah blass (setelah pasien kencing). y Pasang kateter , menuju blass melalui uretra. y Masukkan kontras yang telah dicampur aqua 100 200 cc . 6. Teknik Pemotretany

Proyeksi Foto AP o Posisi pasieno

Central Ray CP

: Supine, kedua kaki lurus, MSP // pertengahan bucky (meja pemeriksaan) : 10 - 15 ke caudad (agar blass tdk superposisi symphisis pubis) : 2 inchi (5 cm) superior symphisis pubis. : ekspirasi tahan nafas. : Urinary blader tidak superimposisi dengan Symphis pubis

o

o Eksposi o Krit.gambar

11

Gambar 2.1 APy

Proyeksi Oblique bilateral (kanan dan kiri)o o

Posisi Pasien : Semi supine (bagian posterior menempel meja) Posisi Obyek : Rotasikan tubuh 45- 60,Tekuk lutut yang jauh dari kaset ,luruskan kaki yang dekat dengan kaset, tangan yang dekat dengan kaset gunakan sebagai ganjalan kepala, yang jauh dari kaset diletakkan di depan tubuh.

o o o o

CR CP Eksposi

: tegak lurus kaset : 2 inchi superior symphisis pubis dan 2 inchi medial SIAS : ekspirasi tahan nafas

CATATAN : digunakan untuk menunjukkan bagian posterolateral blass, khususnya VU junction. Krit. gambar : Urinari blader tidak superimposisi dengan bagian kaki yang ditekuk

o

Gambar 2.2 Obliq

12

y

Proyeksi Lateraly y

Proyeksi ini tidak umum dilakukan. Proyeksi ini umumnya dilakukan dengan klinis : fistel vesicorectal atau vesicouteral .

y

Posisi pasien : True lateral (lateral recumbent), kedua tangan digunakan sebagai bantalan kepala, kedua lutut ditekuk, dan letakkan bantal diantara lutut.

y y y y

CR CP Eksposi

: tegak lurus terhadap kaset : 2 inchi superior dan posterior symphisis pubis. : ekspirasi tahan nafas.

Krit. gambar : Hip dan femur super posisi.

Gambar 2.3 (Sumber Pemeriksaan Cystografi : Bontrager,Kenneth L.2001.3rd edition )

13

BAB III PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1

Profil Kasus Pada tanggal 17 Juni 2011, seorang pasien datang ke Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul diantar oleh keluarganya. Data pasien tersebut adalah : Nama Umur Jenis Kelamin No. Foto RM A. Riwayat Pasien : Sejak 1 bulan yang lalu Tn. P mengeluh rasa nyeri dan berdarah saat berkemih, karena merasa terganggu dengan keadaan ini Tn. P memeriksakan diri ke RSUD Panembahan Senopati Bantul. Dokter mendiagnosa ada striktur pada visica urinaria pasien tersebut. Dari sana dokter memberi surat permintaan untuk dilakukan pemeriksaan Cystografi di instalasi radiologi RSUD panembahan Senopati Bantul. Dari hasil pemeriksaan Cystografi didapatkan hasil curiga ruptur dinding superior pada kandung kemih dan nampak gambaran filling defect pada dinding superior. B. Persiapan Pasien : Pasien datang ke loket radiologi tanggal 17 juni 2011 untuk dilakukan pemeriksaan Cystografi, dan dijadwalkan pelaksanaan : Tn. P : 60 th : laki- laki : 030 : 98440785

pemeriksaannya tanggal 17 juni 2011. Pasien tidak melakukan persiapan secara khusus hanya pengosongan kandung kemih dan pasang kateter.

14

3.2

Pembahasan Pelaksanaan Pemeriksaan Cystografi di RSUD Panembahan Senopati Bantul : a) Persiapan alat Pesawat sinar-x Nama/Merk No. Seri Tabung kV Maksimum b) Kaset dan film Marker Spuit Abocate Media kontras ( urografin ) Bengkok Sarung tangan : Siemens : AM0122 : 125 kV : 18 24 cm :R

Persiapan Pasien Tidak ada persiapan khusus, hanya pasien harus mengosongkan bulinya terlebih dahulu sebelum pemasangan kateter dilakukan. tapi pada pasien ini kesakitan saat kencing karena adanya darah pada urine. Pasien Melepaskan benda2 logam yang dapat menggangu gambaran

c) 1.

Jalannya Pemeriksaan Plain Foto Dilakukan foto dengan proyeksi AP Tujuan : - Koreksi faktor eksposi - Ketepatan posisioning - Melihat kemungkinan adanya patologi lain pada Visica urinaria Posisi pasien : - Pasien tidur terlentang diatas meja pemeriksaan Posisi objek : - MSP ditengah meja pemeriksaan - Kedua tangan diletakan disamping tubuh - Batas bawah tampak symphisis pubis Arah sinar : Vertikal tegak lurus kaset

15

Pusat sinar : 5 cm dibawah umbilikus Kaset : 18 x 24 cm Kriteria gambar : y Tampak sakrum y Tampak ilium y Tampak simpisis pubis y Tampak penis y Inform consent

Gambar 3.1 antero posterior polos

Setelah melihat hasil plain foto diberikan penjelasan tentang pemeriksaan ystografi ini pada pasien, lalu pasien / keluarga pasien disuruh mengisi surat persetujuan (SP) dilakukannya pemeriksaan. Pemasukan media kontras y Bahan kontras dicampur dengan aqua steril dengan

perbandingan 1 : 3 atau 1 : 4 (1 kontras dan aqua steril). y y y Plain foto khusus daerah blass (setelah pasien kencing). Pasang kateter , menuju blass melalui uretra Masukkan kontras yang telah dicampur aqua 100 200 cc

16

Teknik pemotretan dengan media kontras 2.Antero Posterior y Posisi pasien : Tidur terlentang diatas meja pemeriksaan : MSP di pertengahan kaset. Daerah pelvis ditempatkan diatas kaset. Kedua tangan disamping tubuh. Batas bawah penis. y Arah sinar y Pusat sinar y Kaset o : Tegak lurus terhadap kaset : Ditujukan ke simpisis pubis : 18 x 24 cm

y Posisi objek

Kriteria :Tampak kontras mengisi Visica urinaria, tidak tampak kontras pada cavum pelvis.

Gambar 3.2 Antero posterior

17

2. Proyeksi Oblique (kanan)Posisi Pasien : Semi supine (bagian posterior menempel meja) Posisi Obyek : Rotasikan tubuh 45- 60 Tekuk lutut yang jauh dari kaset,luruskan kaki yang dekat dengan kaset, tangan yang dekat dengan kaset gunakan sebagai ganjalan kepala, yang jauh dari kaset diletakkan di depan tubuh. CR : tegak lurus terhadap kaset CP : 2 inchi superior symphisis pubis dan 2 inchi medial SIAS Eksposi CATATAN : ekspirasi tahan nafas : digunakan untuk menunjukkan bagian posterolateral blass, khususnya VU junction. Kriteria gambar : Urinari blader tidak super posisi dengan bagian kaki yang ditekuk.

Gambar 3.3 oblique kanan d) Proteksi Radiasi Proteksi radiasi yang penulis amati selama pemeriksaan cystografi pada pasien Tn. P adalah: Bagi pasien : Menggunakan lapangan penyinaran seluas obyek yang difoto. Menggunakan faktor eksposi secukupnya Bagi petugas radiologi: Pada waktu melakukan ekspos petugas menggunakan apron, dan yang ekspos diruang eksposi.

18

Bagi masyarakat umum : Memberi peringatan kepada pihak yang tidak berkepentingan selama pemeriksaan berlangsung berada diluar ruang pemeriksaan.

Menutup pintu selama pemeriksaan berlangsung.

e)

Hasil pemeriksaan Cystografi Setelah pemeriksaan selesai, film diproses pada automatik

prosesing dan kemudian hasil foto dibacakan oleh dokter radiolog, dan hasil pemeriksaan penderita adalah : Kesan Plainfoto Cystografi :Tak tampak batu Opaq pada Cavum Pelvis :Tampak gambaran Filling Defect pada Dinding Superior : Curiga Ruptur pada dinding superior.

19

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 4.1.1 Pada pemeriksaan Cystografi dengan kasus indikasi Hematuria di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul menggunakan proyeksi Antero Posterior dan Obliqe kanan 4.1.2 Keuntungannya dengan proyeksi Antero Posterior sudah dapat memberi informasi untuk membantu menegakkan diagnosa dan Posisi Obliqe kanan ,Urinari bladder tidak superposisi dengan

bagian kaki yang ditekuk juga memberikan kenyamanan padapasien. Sedangkan kerugiannya adalah radiasi yang diterima oleh pasien. 4.2 Saran 4.2.1 Radiografer perlu memberikan penjelasan dan informasi secara jelas pada pasien agar pasien mengerti dan dapat bekerja sama saat dilakukan pemeriksaan. 4.2.2 Kesterilan peralatan pemeriksaan Cystografi sebaiknya diperhatikan agar tidak terjadi infeksi pada saluran uretra.

20

DAFTAR PUSTAKA Bontrager, Kenneth L. 2001. Textbook Of Radiographic Positioning and Related Anatomy. Missouri : Mosby. Inc Pearce, Evelyn C . 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT Gramedi Pustaka Utama :Jakarta Ethel Sloan.1995. Anatomi dan Patofisiologi untuk pemula. PT Buku Kedokteran EGC :Jakarta

21

22