bab i dan bab ii (fix)
DESCRIPTION
yTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Deep vein thrombosis (DVT) merupakan kondisi dimana trombus
terbentuk pada vena dalam terutama di tungkai bawah dan inguinal. Bekuan darah
dapat menghambat darah dari tungkai bawah kembali ke jantung. Salah satu
faktor resiko dari trombosis adalah karena imobilisasi yang lama (Karmel, 2006).
Konsep trombosis pertama kali diperkenalkan oleh Virchow pada tahun 1856
dengan diajukamya uraian patofisiologi yang terkenal sebagai Triad of
Virchow, yaitu terdiri dari abnormalitas dinding pembuluh darah, perubahan
komposisi darah, dan gangguan aliran darah. Ketiganya merupakan faktor-faktor
yang memegang peranan penting dalam patofisiologi trombosis. Dikenal dua
macam trombosis, yaitu trombosis arteri dan trombosis vena
Etiologi trombosis adalah kompleks dan bersifat multifaktorial. Meskipun
ada perbedaan antara trombosis vena dan trombosis arteri, pada beberapa
hal terdapat keadaan yang saling tumpang tindih. Trombosis dapat
mengakibatkan efek lokal adan efek jauh. Efek lokal tergantung dari lokasi dan
derajat sumbatan yang terjadi pada pembuluh darah, sedangkan efek jauh berupa
gejal-gejala akibat fenomena tromboemboli. Trombosis pada vena besar akan
memberikan gejala edema pada ekstremitas yang bersangkutan. Terlepasnya
trombus akan menjadi emboli dan mengakibatkan obstruksi dalam sistem arteri,
seperti yang terjadi pada emboli paru, otak dan lain-lain.
Trombosis di Amerika Serikat merupakan penyebab kematian terbanyak.
Sekitar 80-90% thrombosis dapat diketahui penyebabnya. Angka kejadian deep
vein thrombosis (DVT) di Amerika Serikat lebih dari 1 per 1000 dan terdapat
200.000 kasus baru tiap tahun. Dari total angka kejadian thrombosis vena dalam,
sekitar 60% didapat emboli paru dengan resiko kematian sekitar 30% dalam 30
hari (Kesteven, 2006).
Deep vein thrombosis (DVT) merupakan keadaan darurat yang harus
secepat mungkin didiagnosis dan terapi. Hal ini karena sering menyebabkan
terlepasnya thrombus ke paru dan jantung yang berujung kematian. Berdasarkan
uraian latar belakang diatas dan bertambah banyaknya prevalensi pasien yang
mengidap penyakit deep vein thrombosis pada pasien yang dirawat di ICU, maka
penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan deep vein thrombosis.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan
deep vein thrombosis
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian pada Tn.S dengan deep vein thrombosis
b. Melakukan analisa data dan menegakkan diagnosa keperawatan
pada Tn.S dengan deep vein thrombosis
c. Menyusun rencana keperawatan pada Tn.S dengan deep vein
thrombosis berdasarkan jurnal evidence based practice
d. Melakukan implementasi dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada Tn.S dengan deep vein thrombosis
e. Mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan
pada Tn.S dengan deep vein thrombosis
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN PENYAKIT DEEP VEIN THROMBOSIS
Arteri-arteri mempunyai otot-otot yang tipis didalam dinding-dinding
mereka supaya mampu untuk menahan tekanan darah yang dipompa jantung
keseluruh tubuh. Vena-vena tidak mempunyai lapisan otot yang signifikan, dan
disana tidak ada darah yang dipompa balik ke jantung kecuali fisiologi. Darah
kembali ke jantung karena otot-otot tubuh yang besar menekan/memeras vena-
vena ketika mereka berkontraksi dalam aktivitas normal dari gerakan tubuh.
Aktivitas-aktivitas normal dari gerakan tubuh mengembalikan darah ke jantung
(Mansjoer, dkk, 2001).
Ada dua tipe dari vena-vena di kaki; vena-vena superficial (dekat
permukaan) dan vena-vena deep (yang dalam). Vena-vena superficial terletak
tepat dibawah kulit dan dapat terlihat dengan mudah pada permukaan. Vena-vena
deep, seperti yang disiratkan namanya, berlokasi dalam didalam otot-otot dari
kaki. Darah mengalir dari vena-vena superficial kedalam sistim vena dalam
melalui vena-vena perforator yang kecil. Vena-vena superficial dan perforator
mempunyai klep-klep (katup-katup) satu arah didalam mereka yang mengizinkan
darah mengalir hanya dari arah jantung ketika vena-vena ditekan.
Bekuan darah (thrombus) dalam sistim vena dalam dari kaki adalah
sebenarnya tidak berbahaya. Situasi menjadi mengancam nyawa ketika sepotong
dari bekuan darah terlepas (embolus, pleural=emboli), berjalan ke arah muara
melalui jantung kedalam sistim peredaran paru, dan menyangkut dalam paru.
Diagnosis dan perawatan dari deep venous thrombosis (DVT) dimaksudkan untuk
mencegah pulmonary embolism (Supandiman, 2001).
Bekuan-bekuan dalam vena-vena superficial tidak memaparkan bahaya
yang menyebabkan pulmonary emboli karena klep-klep vena perforator bekerja
sebagai saringan untuk mencegah bekuan-bekuan memasuki sistim vena dalam.
Mereka biasanya tidak berisiko menyebabkan pulmonary embolism.
B. ETIOLOGI ATAU FAKTOR RESIKO PENYAKIT DEEP VEIN
THROMBOSIS
Darah dimaksudkan untuk mengalir; jika ia menjadi mandek ada potensi
untuknya untuk membeku/menggumpal. Darah dalam vena-vena secara terus
menerus membentuk bekuan-bekuan yang mikroskopik yang secara rutin
diuraikan oleh tubuh.
Jika keseimbangan dari pembentukan bekuan dan pemecahan dirubah,
pembekuan/penggumpalan yang signifikan dapat terjadi. Thrombus dapat
terbentuk jika satu, atau kombinasi dari situasi-situasi berikut hadir:
1. Imobilitas (Keadaan Tak Bergerak)
Perjalanan dan duduk yang berkepanjangan, seperti penerbangan-
penerbangan pesawat yang panjang ("economy class syndrome"),
mobil, atau perjalanan kereta api
Opname rumah sakit
Operasi
Trauma pada kaki bagian bawah dengan atau tanpa operasi atau gips
Kehamilan, termasuk 6-8 minggu setelah partum
Kegemukan
2. Hypercoagulability (Pembekuan darah lebih cepat daripada biasanya)
Obat-obat (contohnya, pil-pil pengontrol kelahiran, estrogen)
Merokok
Kecenderungan genetik
Polycythemia (jumlah yang meningkat dari sel-sel darah merah)
Kanker
3. Trauma pada vena
Patah tulang kaki
Kaki yang memar
Komplikasi dari prosedur yang invasif dari vena
C. TANDA DAN GEJALA PENYAKIT DEEP VEIN THROMBOSIS
Sekitar 50% penderita tidak menunjukkan gejala sama sekali. Jika
trombosis menyebabkan peradangan hebat dan penyumbatan aliran darah, otot
betis akan membengkak dan bisa timbul rasa nyeri, nyeri tumpul jika disentuh dan
teraba hangat. Pergelangan kaki, kaki atau paha juga bisa membengkak,
tergantung kepada vena mana yang terkena.
Beberapa trombus mengalami penyembuhan dan berubah menjadi jaringan
parut, yang bisa merusak katup dalam vena. Sebagai akibatnya terjadi
pengumpulan cairan (edema) yang menyebabkan pembengkakan pada
pergelangan kaki. Jika penyumbatannya tinggi, edema bisa menjalar ke tungkai
dan bahkan sampai ke paha. Pagi sampai sore hari edema akan memburuk karena
efek dari gaya gravitasi ketika duduk atau berdiri. Sepanjang malam edema akan
menghilang karena jika kaki berada dalam posisi mendatar, maka pengosongan
vena akan berlangsung dengan baik.
Gejala lanjut dari trombosis adalah pewarnaan coklat pada kulit, biasanya
diatas pergelangan kaki. Hal ini disebabkan oleh keluarnya sel darah merah dari
vena yang teregang ke dalam kulit. Kulit yang berubah warnanya ini sangat peka,
cedera ringanpun (misalnya garukan atau benturan), bisa merobek kulit dan
menyebabkan timbulnya luka terbuka (ulkus, borok).
Trombosis vena dalam merupakan keadaan darurat yang harus secepat
mungkin didiagnosis dan diobati, karena sering menyebabkan terlepasnya
trombus ke paru dan jantung. Tanda dan gejala klinis yang sering ditemukan
berupa :
- Pembengkakan disertai rasa nyeri pada daerah yang bersangkutan, biasanya pada
ekstremitas bawah. Rasa nyeri ini bertambah bila dipakai berjalan dan tidak
berkurang dengan istirahat.
- Kadang nyeri dapat timbul ketika tungkai dikeataskan atau ditekuk.
- Daerah yang terkena berwarna kemerahan dan nyeri tekan
- Dapat dijumpai demam dan takikardi walaupun tidak selalu
1. Superficial thrombophlebitis
Bekuan-bekuan darah pada sistim vena superficial paling sering terjadi
disebabkan oleh trauma (luka) pada vena yang menyebabkan terbentuknya bekuan
darah kecil. Peradangan dari vena dan kulit sekelilingnya menyebabkan gejala
dari segala tipe peradangan yang lain:
kemerahan,
kehangatan,
kepekaan, dan
pembengkakan.
Sering vena yang terpengaruh dapat dirasakan sebagai tali menebal yang
kokoh. Mungkin ada peradangan yang menyertai sepanjang bagian dari vena.
Meskipun ada peradangan, tidak ada infeksi.
Varicosities dapat memberi kecenderungan pada superficial
thrombophlebitis. Ketika klep-klep dari vena-vena yang lebih besar pada sistim
superficial gagal (vena-vena saphenous yang lebih besar dan lebih berkurang),
darah dapat mengalir balik dan menyebabkan vena-vena untuk membengkak dan
menjadi menyimpang atau berliku-liku. Klep-klep gagal ketika vena-vena
kehilangan kelenturan dan peregangannya. Ini dapat disebabkan oleh umur,
berdiri yang berkepanjangan, kegemukan, kehamilan, dan faktor-faktor genetik.
2. Deep Venous Thrombosis
Gejala-gejala dari deep vein thrombosis berhubungan dengan rintangan
dari darah yang kembali ke jantung dan menyebabkan aliran balik pada kaki.
Secara klasik, gejala-gejala termasuk:
nyeri,
bengkak,
kehangatan, dan
kemerahan.
Tidak semua dari gejala-gejala ini harus terjadi; satu, seluruh, atau tidak
ada mungkin hadir dengan deep vein thrombosis. Gejala-gejala mungkin meniru
infeksi atau cellulitis dari kaki.
Menurut sejarah, dokter-dokter akan mencoba menimbulkan sepasang
penemuan-penemuan klinik untuk membuat diagnosis. Dorsiflexion dari kaki
(menarik jari-jari kaki menuju ke hidung, atau Homans' sign) dan Pratt's sign
(memencet betis untuk menghasilkan nyeri), telah ditemukan tidak efektif dalam
membuat diagnosis.
D. PATOFISIOLOGI PENYAKIT DEEP VEIN THROMBOSIS
Trombosis vena terjadi akibat aliran darah menjadi lambat atau terjadinya
statis aliran darah, sedangkan kelainan endotel pembuluh darah jarang merupakan
faktor penyebab. Trombus vena sebagian besar terdiri dari fibrin dan eritrosit dan
hanya mengandung sedikit masa trombosit. Pada umumnya menyerupai reaksi
bekuan darah dalam tabung.
Faktor-faktor penyebab pada trombosis vena dikenal dengan virchow triad
(tigaserangkai Virchow) yaitu :
1. Perubahan dinding pembuluh darah
Pembuluh darah yang dilapisi oleh semacam lapisan khusus dari sel yang disebut
sel endotel. Ini adalah semacam sel yang memiliki sifat khusus, mencegah
pembekuan darah normal di atasnya. Apapun yang merusak sel endotel, dapat
menyebabkan darah menggumpal pada lapisan pembuluh darah di bawah sel
endotel. Dinding pembuluh juga dapat berubah dengan memiliki bekas luka di
atasnya seperti memiliki bekas trombosis vena sebelumnya - atau tonjolan dan
narrowings dari dinding pembuluh darah seperti pada varises.
2. Perubahan aliran darah
Manusia, seperti semua binatang, benar-benar melakukan pergerakan yang cukup
aktif. Sayangnya dengan kehidupan modern, ada banyak contoh di mana mereka
melakukan pergerakan yang kurang aktif dari yang mereka harus lakukan.
Ini mungkin merupakan alasan mengapa seseorang tidak dapat menghindarinya,
seperti sakit atau patah kaki, cara hidup seseorang seperti duduk untuk waktu yang
lama di depan komputer atau televisi, perjalanan di mobil, pelatihan atau pesawat.
Dengan mengurangi aktivitas kaki, pompa infus dan otot sehingga aliran darah
menjadi sangat lamban dalam vena dalam. Penyebab lain perubahan dalam aliran
darah adalah bila terjadi perubahan diameter atau panjang pembuluh darah -
seperti yang ditemukan pada varises. Darah mengalir lancar pada pembuluh darah
yang lurus dan sempit, varises dengan tonjolan narrowings dapat mengakibatkan
terjadinya perubahan pada aliran darah dan dapat memungkinkan terjadinya
pembekuan darah.
3. Perubahan komposisi darah
Penyebab paling umum perubahan komposisi darah adalah dehidrasi. Hal
ini sering terjadi karena orang meminum alkohol atau meminuman minuman
dengan kandungan kafein di dalamnya seperti teh, kopi atau minuman ringan.
Sayangnya alkohol dan kafein bertindak sebagai diuretik, yang berarti bahwa
meskipun fluida sedang diambil dalam, lebih banyak dikeluarkan dalam bentuk
urin. Oleh karena itu darah menjadi lebih terkonsentrasi dan lebih mungkin untuk
membeku.
Wanita yang menggunakan kontrasepsi estrogen baik dalam bentuk pil
kontrasepsi oral atau sebagai HRT, juga mengubah komposisi darah dengan cara
yang membuat trombosis lebih mungkin terjadi. Orang dengan lemak darah tinggi
(hyperlipidaemia) juga lebih mungkin untuk mendapatkan bekuan karena
komposisi darah yang abnormal.
Stasis vena dapat terjadi sebagai akibat dari apa pun yang memperlambat
atau menghambat aliran darah vena. Hal ini menyebabkan peningkatan viskositas
dan pembentukan microthrombi, yang tidak hanyut oleh pergerakan fluida,
sedangkan thrombus yang terbentuk kemudian dapat tumbuh dan merambat.
Endotel (intimal) kerusakan di pembuluh darah mungkin intrinsik atau sekunder
terhadap trauma eksternal. Mungkin akibat dari cedera atau dilakukannya
pembedahan. Hiperkoagulasi dapat terjadi karena ketidakseimbangan biokimia
antara faktor yang beredar. Hal ini mungkin akibat dari peningkatan sirkulasi
aktivasi faktor jaringan, dikombinasikan dengan penurunan sirkulasi plasma
antithrombin dan fibrinolysins.
Seiring waktu, perbaikan telah dibuat dalam deskripsi faktor-faktor dan
kepentingan relatif mereka terhadap perkembangan trombosis vena. Asal
trombosis vena sering multifaktorial, dengan komponen dari Virchow triad
pentingnya asumsi variabel pada individual pasien, namun hasil akhirnya adalah
interaksi awal trombus dengan endotelium. Interaksi ini merangsang produksi
sitokin lokal dan memfasilitasi adhesi leukosit ke endotel, baik yang
mempromosikan trombosis vena. Tergantung pada keseimbangan yang relatif
antara koagulasi dan trombolisis yang diaktifkan, sehingga propagasi trombus
terjadi.
Penurunan kontraktilitas dinding pembuluh darah dan disfungsi katup vena
memberikan kontribusi pada pengembangan insufisiensi vena kronis. Kenaikan
tekanan vena menyebabkan berbagai gejala klinis seperti varises, edema tungkai
bawah, dan ulserasi vena.
Pasien dengan faktor risiko tinggi untuk menderita trombosis vena dalam
yaitu apabila :
- Riwayat trombosis, stroke
- Paska tindakan bedah terutama bedah ortopedi
- Imobilisasi lama terutama paska trauma/ penyakit berat
- Luka bakar
- Gagal jantung akut atau kronik
- Penyakit keganasan baik tumor solid maupun keganasan hematologi
- Infeksi baik jamur, bakteri maupun virus terutama yang disertai syok.
- Penggunaan obat-obatan yang mengandung hormon esterogen
- Kelainan darah bawaan atau didapat yang menjadi predisposisi untuk terjadinya
trombosis.
Keadaan ini dapat menyerang semua usia, tersering setelah usia 60 tahun,
dan tidak terdapat perbedaan angka kejadian antara laki-laki dan perempuan.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hematokrit : homokonsentrasi (peningkatan Ht) potensial risiko
pembentukan thrombus
2. Pemeriksaan koagulasi : dapat menyatakan hiperkoagulasi
3. Pemeriksaan vaskuler noninvasive (oskilometri Doppler, toleransi latihan,
pletismografi impend, dan skan dupleks) : perubahan pada aliran darah dan
identifikasi volume vena tersumbat, kerusakan vaskuler, dan kegagalan
vaskuler.
4. Tes trendelenburg : dapat menunjukkan tidak kompetennya pembuluh
darah katup
5. Venografi : secara radiografi memastikan diagnose melalui perubahan
aliran darah dan/atau ukuran saluran
6. MRI : dapat berguna mengkaji aliran turbulen darah dan gerakan,
kompetensi vena katup
F. ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT DEEP VEIN THROMBOSIS
1. Pengkajian Primer
a. Airway
1) Yakinkan kepatenan jalan napas
2) Berikan alat bantu napas jika perlu
3) Jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli
anestesi dan bawa segera mungkin ke ICU
b. Breathing
1) Kaji jumlah pernapasan lebih dari 24 kali per menit merupakan
gejala yang signifikan
2) Kaji saturasi oksigen
3) Periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan
kemungkinan asidosis
4) Berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask
5) Auskulasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada
6) Periksa foto thorak
c. Circulation
1) Kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda
signifikan
2) Monitoring tekanan darah
3) Periksa waktu pengisian kapiler
4) Pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar
5) Berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel
6) Pasang kateter
7) Lakukan pemeriksaan darah lengkap
8) Catat temperature, kemungkinan adanya infeksi lebih dari 360C
9) Berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.
d. Disability
Bingung dan lemas merupakan salah satu tanda pertama pada pasien
deep vein thrombosis padahal sebelumnya tidak ada masalah (sehat
dan baik). Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU.
e. Exposure
Jika diketahui adanya infeksi, kaji dan nilai kalor, tumor, rubor,
fungsio laesa
2. Pengkajian Sekunder
a) Biodata:
Mencakup identitas klien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, alamat, no. medrek, Dx medis, tanggal masuk, dan
tanggal pengkajian.
b) Anamnesis:
1) Anamnesa SAMPLE dari penderitam keluarga, maupun petugas
pra RS
a. S: Sign and Symptom dengan menggunakan PQRST
b. A: Alergi
c. M: Medikasi/obat-obatan yang dikonsumsi
d. P: Penyakit sebelumnya yang diderita
e. L: Last meal (terakhir makan jam berapa)
f. E: Event, hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera
Obyektif :
2) Pemeriksaan Fisik
- Tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya
hipoksemia), hipotensi terjadi pada stadium lanjut (shock)
- Heart rate : takikardi biasa terjadi
- Bunyi jantung : normal pada fase awal, S2 (komponen
pulmonic) dapat terjadi disritmia dapat terjadi, tetapi ECG
sering menunjukkan normal
- Kulit dan membran mukosa : mungkin pucat, dingin. Cyanosis
biasa terjadi (stadium lanjut)
- Integritas Ego
Subyektif : Keprihatinan/ketakutan, perasaan dekat dengan
kematian
Obyektif : Restlessness, agitasi, gemetar, iritabel, perubahan
mental.
- Makanan/Cairan
Subyektif : Kehilangan selera makan, nausea
Obyektif : Formasi edema/perubahan berat badan,
hilang/melemahnya bowel sounds
- Neurosensori
Subyektif atau Obyektif : Gejala truma kepala, kelambatan
mental, disfungsi motorik
- Respirasi
Subyektif : Riwayat aspirasi, merokok/inhalasi gas, infeksi
pulmolal diffuse, kesulitan bernafas akut atau khronis, “air
hunger”
Obyektif : Respirasi : rapid, swallow, grunting
- Rasa Aman dan Nyaman
Subyektif : Adanya riwayat trauma tulang/fraktur, sepsis,
transfusi darah, episode anaplastik
1. Diagnosa dan Rencana Keperawatan
No Diagnosa
Keperawatan
NOC NIC
1. Hyperthermi
(suhu tubuh naik
diatas rentang
normal)
Batasan
Thermoregulas
i
(Keseimbanga
n antara
produksi
panas,
Fever Treatment
( Managemen pasien dengan hyperpireksia
disebabkan faktor-fkator nonenvironmetal)
Pantau suhu secara teratur
Pantau IWL
Karakteristik :
Kejang
Kulit Kemerahan
Peningkatan suhu
tubuh di atas
rentang normal
Menggigil
Takikardi
Takipnea
Hangat bila
disentuh
Faktor yang
berhubungan :
Hehydrasi
Proses Penyakit
perolehan
panas, dan
kehilangan
panas tubuh)
Hidrasi
Cairan yang
adekuat dalam
kompartemen
ekstra seluler
dan
intraseluler
tubuh)
Status Imun
(Pertahanan
alamiah dan
yang
dibutuhkan
secara tepat
terhadap
antigen
internal dan
eksternal)
Pantau warna kulit dan suhu
Pantau tekanan darah, nadi, dan respirasi
Pantau adanya penurunan kesadaran
Pantau adanya serangan panas
Pantau nilai leukosit, Hg, dan Hct
Pantau intake dan output
Pantau adanya abnormalitas elektrolit
Pantau adanya ketidakseimbangan asam
basa
Pantau adanya aritmia jantung
Berikan medikasi antipiretik, sesuai
anjuran
Berikan medikasi untuk mengobati
penyebab demam, sesuai anjuran
Selimuti pasien dengan selimut tipis
Beri pasien seka air hangat
Dukung peningkatan intake cairan per oral
Beri cairan IV, sesuai anjuran
Beri kantong es yang dibungkus hnduk
pada axila dan lipat paha
Tingkatkan sirkulasi udara menggunakan
kipas angin
Dorong klien melakukan oral hygien
Beri medikadi yang tepat untuk mencegah
atau mengontrol menggigil
Temperature regulation
( Pencapaian dan atau mempertahankan
suhu tubuh dalam batasan normal)
Pantau suhu tubuh setiap 2 jam
Pantau tekanan darah, nadi dan pernafasan
Pantau warna kulit dan suhu tubuh
Pantau dan catat adanya tanda dan gejala
hypotermi atau hipertermi
Dukung asupan cairan dan makanan yang
adekuat
Ajarkan klien cara untuk mencegah
keletihan karena panas
Barikan medikasi antipiretik, jika perlu
2 Nyeri Akut
Pengalaman
sensori dan
emosional yang
tidak
menyenangkan
akibat kerusakan
jaringan yang
aktual atau
potensial atau
gambaran sebagai
bentuk dari
kerusakan(Internati
onal Association
for the study of
pain) ; Terjadi
mendadak atau
lamban dari
berbagai intensitas
ringan ke sedang
dengan akhir yang
dapat diatasi atau
diperkirakan dan
dalam durasi < 6
bulan)
Kontrol Nyeri
(Tindakan
personal
untuk
mengendalian
nyeri)
Tingkat Nyeri
Tingkat Nyeri
yang diamati
atau
dilaporkan)
Tanda-tanda
Vital
(Tingkatan
dimana suhu,
nadi, respirasi
dan tekanan
darah dalam
batasan
normal)
Pain Management
(Peringanan nyeri batau mengurangiu
nyeri ke level nyaman yang dapat diterima
oleh pasien)
Lakukan pengkajian lengkap pada nyeri
termasuk lokasi, sifat, onset/durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya
nyeri dan faktor pencetusnya.
Kaji isyarat nonverbal ketidaknyamanan,
khususnya pada mereka yang tidak dapat
berkomunikasi dengan efektif
Pastikan pasien mendapatkan pengobatan
analgesik
Gunakan strategi komunikasi terapeutik
untuk mengetahui pengalaman nyeri dan
sampaikan respon penerimaan pasien
terhadap nyeri
Gali kepercayaan dan pengetahuan klien
tentang nyeri
Sadari adanya pengaruh budaya dengan
respon terhadap nyeri
Tentukan pengaruh pengalaman nyeri
terhadap kualitas hidup klien
Gali faktor-faktor yang
meningkatkan/memperburuk nyeri
Evaluasi bersama klien dan tim kesehatan
Batasan
Karakteristik :
Perubahan Nafsu
makan
Perubahan tekanan
darah
Perubahan denyut
nadi
Perubahan
respiratory Rate
Laporan Kode
Diaporesis
Tingkah laku
menarik diri
Tingkah laku yang
ekspresif ( cth :
gelisah, menguap,
menangis, cerewet)
Muka topeng
( meringis, gerakan
menarik, terlihat
menggigit, dll)
Berhubungan
dengan agen injury
lain tentang keefektifan kontrol nyeri di
masa lalu
Bantu klien dan keluarga untuk mencari
dan mnyediakan dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Kaji type dan dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
Ajarakan teknik non farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Ajarkan teknik dan prinsip manajemen
nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Analgesic administration
(Penggunaan agen farmakologi untuk
menghilangkan atau mengurangi nyeri)
Menentukan lokasi, sifat, kualitas, dan
berat nyeri sebelum pengobatan
Periksa anjuran medis untuk obat, dosis
dan frekuensi pemberian
Nilai kemampuan klien untuk ikut serta
dan terlibat dalam pemilihan obat
analgesik, dosis, dan rute
Pilih analgesik yang tepat, attau kombinasi
analgesik saat lebih dari satu analgesik
yang dianjurkan
Tentukan pilihan analgesik berdasarkan
type dan berat nyeri
Pilih rute IV dari IM untuk suntikan
analgesik yang teratur
Pantau tanda vital sebelum dan sesudah
pemberian analgetik narkotik
Bentuk pengharapan positif berhubungan
dengan keefektifan analgetik untuk
mengoptimmalkan respon klien
Evaluasi keefektifan obat analgesik
Catat respon terhadap analgetik danadanya
efek yand tidak diinginkan
Evaluasi dan catat tingkat sedasi pada klien
yang mendapat golongan opioid.
3 Kurang
Pengetahuan
(Ketidakhadiran
atau kurangnya
informasi kognitif
berhubungan
dengan topik
khusus)
Batasan
Karakteristik :
Tidak tepat saat
mengikuti instruksi
Tingkah laku yang
tidak sesuai
Tingkkah laku
melebih-lebihkan
Mengungkapkan
masalah
Faktor yang
Pengetahuan :
Proses
Penyakit
Tingkat
pemahaman
proses
penyakit dan
pencegahan
komplikasi)
Pengetahuan :
Perawatan
Penyakit
(Tingkat
Pemahaman
tentang
penyakit
berkaitan
dengan
Informasi yang
dibutuhkan
untuk
Teaching : Prescribe Medication
(menyiapkan pasien untuk melakukan
pengobatan yang ditentukan dengan aman
dan memantau efeknya)
Anjurkan klien mengenali sifat-sifat
khusus dari obat-obatannya
Informasikan ke pasien tentang obat
generik dan nama dagangnya pada setiap
obat
Ajarkan klien tujuan dan kerja setiap obat
Jelaskancara pemberi pelayanan kesehatan
memilih obat yang tepat
Ajarkan pasien cara pemberian /aplikasi
yang tepat
Ulangi kembali pengetahuan klien tentang
pengobatannya
Puji pengetahuan klien tentang
pengobatannya
Evaluasi kemampuan klien untuk
meminum obat sendiri
.anjurkan klien melakukan tindakan yang
berhubungan :
Tidak akrab dengan
sumber infosrmasi
Kurang paparan
informasi
memperoleh
dan
mempertahank
an kesehatan
optimal)
Pengetahuan
Resimen
Pengobatan
(Tingkat
Pemahaman
tentang
resimen
pengobatan
khusus
Pengetahuan :
Prosedur
Pengobatan
(Tingkat
pemahaman
tentang
prosedur yang
dibutuhkan
sebagai bagian
dari resimen
pengobatan)
Proses
Informasi
Pengetahuan :
Medikasi
(Tingkanpema
haman tentang
dilakukan sebelum minum obat
Informasikan pada klien konsekuensi jika
putus obat
Ajarkan klien efek samping yang dimiliki
setiap obat
Ajarkan pada klien cara mencegah dan
menghilangkkan efek sampingnya
Ajarkan klien tindakan tepat yang harus
dilakukan bila ada efek samping
Ajarkan kllien tanda dan gejala
overdosis/dosis kurang
Ajarkan pada klien tentang kemungkinan
adanya interaksi obat dengan makanan
Ajarkan kepada klien cara menyimpan
obat-obatnya
Bantu klien menulis perkembangan jadual
pengobatan
Sediakan klien informasi tertulis tentang
tujuan, cara kerja, efek samping dan lain-
lainnya- tentang pengobatannya
Teaching : Procedure/Treatment
( Menyiapkan pasien untuk mengerti dan
siap mental terhadap pengobatan dan
tindakan yang ditetapkan)
Informasikan ke klien/orang terdekat
tentang kapan dan dimana
tindakan/pengobatan akan dilakukan
Informasikan ke klien/orang terdekat
berapa lama tindakan/pengobatan akan
dilakukan hingga akhir
Informasikan ke klien/orang terdekat siapa
yang akan melakukan tindakan/pengobatan
penggunaan
obat yang
aman)
tersebut
Kuatkan kembali kepercayaan klien saat
melibatkan staf lain
Tentukan pengalaman masa lalu klien dan
tingkat pengetahuan tentang
tindakan/pengobatan yang akan dilakukan
Jelaskan tujuan dari tindakan/pengobatan
Gmbarkan kegiatan pengobatan/tindakan
yang akan dilakukan
Jelaskan tindakan/pengobatan yang
dilakukan
Ajarkan pada klien cara ikut serta dalam
pengobatan/tindakan yang akan dilakukan
Perkenalkan klien kepada staf yang akan
terlibat dapa tindakan/pengobatan
Tentukan harapan pasien terhadap
tindakan/pengobatan yang akan dilakukan
Perbaiki harapan yang tidak realistik
terhadap tindakan/pengobatan yang akan
dilakukan.
Diskusikan pengobatn alternatif lainnya
Sediakan waktu untuk klien bertanya dan
memperhatikan
Libatkan keluarga/orang terdekat klien
Teaching : Disease Process
(Membantu klien memahami informasi
berhubungan dengan proses penyakit)
Nilai tingkat pengetahuan klien sekarang
tetang psoses penyakit ()
Jelaskan patofisiologi penyakit dan
hubungannya dengan anatomi dan fisiologi
Review pengetahuan klien tentang
kondisinya
Puji pengetahuan klien tentang kondisinya
Gambarkan tanda dan gejala umum
tentang penyakit klien
Kaji apa yang telah dilakukan klien untuk
mengatasi gejala
Gambarkan proses penyakit klien
Kenali kemungkinan penyebab
Berikan informasi tentang kondisi klien
Mengenali perubahan kondisi fisik untuk
pasien
Berikan ketenangan tentang kondisi pasien
Berikan informasi kepada keluarga/orang
terdekat tentang perkembangan klien
Berikan informasi tentang pengukuran
diagnostik yang tersedia
Diskusikan perubahan gaya hidupyang
dibutuhkan untuk mencegah komplikasi di
masa depandan/atau mengendalikan proses
penyakit
Diskusi kan pilihan terapi dan tindakan
Diskusikan alasan dibelakang
managemen/terapi/tindakan yang
dianjurkan
Dukung pasien untuk mendapatkan
pilihan/mencari pendapat kedua
Gali sumber/dukungan yang tersedia
Anjurkan klien pada tanda dan gejala apa
harus melapor ke pemberi pelayanan
kesehatan
Berikan nomor telepon yang harus
dihubungi bila terjadi komplikasi
Kuatkan kembali informasi yang telah
diberikan
oleh anggota tim kesehatan lainnya.
4 Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer
berhubungan
dengan defisiensi
pengetahuan
tentang pemberat
(gaya hidup kurang
gerak,trauma)
Status sirkulasi
(tidak
obstruksi, tidak
mengalirnya
darah secara
langsung di
tekanan yang
disediakanmel
alui jalur
besar dari
sistemik dan
sirkulasi paru)
Perfusi
jaringan :
jantung
(adekuat dari
aliran darah
melalui
vaskulari
coronary untuk
mempertahank
an fungsi
jantung)
Tanda vital
(suhu, nadi,
respirasi, dan
tekanan darah
dalam keadaan
rata-rata
Cardiac Preacautions(Pencegahan
jantung)
Aktivitas :
Membatasi merokok
Mencegah penyebab situasi emosi yang
intensi
Mencegah terlau panas atau dingin pada
pasien
Membatasi untuk berdebat
Menyediakan makanan yang kecil
Mendorong aktiviitas yang tidak
kompertitif
Menginstruksikan pasien di latihan
progresif
Menginstruksikan pasien dan keluarga
pada gejala kompromi jantung yang
mengidentifikasikan kebutuhan istirahat
Menyelenggarakan terapy relaksasi
Mempromosikan tehnik effektive dari
pengurangan stress.
Perawatan jantung
Aktivitas:
Evaluasi nyeri dada
Mendokumentasikan distrimia jantung
Mencatat tanda dan gejala dari penurunan
curah jantung
Monitor frekuensi tanda vital
Monitor status jantung
Monitor status pernapasan dari gejala
normal)
Status
cardiopulmona
ry
(adekuat dari
volume darah
yang
dikeluarkan
dari ventrikel
dan perubahan
dari carbon
dioksida dan
oksigen di
level alveoli)
kegagalan jantung
Monitor abdomen untuk
mengidentifikasikan penurunan perfusi
Monitor keseimbangan cairan
Monitor aktivitas toleren pasien
Monitor pencocokan nilai laboratorium
Menerima adanya perubahan tekanan
darah
Evaluasi respon pasien untuk ektopi atau
distrimia
Memonitor keadaan pasien
Sering medukung spritual kepada pasien
dan keluarga
Mengatur periode latihan dan istirahat
untuk mencegah kelelahan
5 Kerusakan
integritas kulit
berhubungan
dengan zat kimia,
faktor mekanik
Keperahan
infeksi
(keparahan
dari infeksi
dan
berhubungan
dengan gejala)
Respon
pengobatan
(teraupetik dan
effek
merugikan
dari
pengobatan
yang
ditentukan)
Perawatan kulit
Aktivitas :
Monitor karakteristik luka
Bersihkan luka dengan normal saline atau
pembersih yang bersifat nonracun
Pelihara teknik steril ketika dilakukan
perawatan pada luka
Ubah posisi pasien
Intruksikan pasien atau anggota keluarga
mengetahui prosedur perawatan luka
Intruksikan pasien dan keluarga tentang
tanda dan gejala dari infeksi
Dokumentasikan lokasi luka, ukuran dan
perubahannya.
Pengawasan Kulit
Aktivitas:
Jaringan
integritas: kulit
dan membran
mukosa
(struktur yang
utuh dan
fungsi
psikologis
yang normal
dari kulit dan
membran
mukosa)
Inspeksi kulit dan membran mukosa dari
kemerahan, panas yang tinggi, edema,
dan drainage
Observasi ekstremitas(warna,kehangatan,
pembengkakan, denyutan, tekstur,
edema, dan ulcer
Inspeksi kondisi dari insisi bedah
Monitor warna kulit dan suhuh
Monitor kulit dan membran mukosa dari
perubahan warna, memar, dan kerusakan.
Monitor dari infeksi
Monitor dari sumber tekanan dan fraksi
Dokumentasikan perubahan kulit dan
mukosa membran
6 Gangguan citra
tubuh berhubungan
dengan
cedera,penyakit,
trauma.
Adaptasi untuk
cacat fisik
(respon
adaftasi untuk
sebuah
tantangan
fungsi
signifikan
karena cacat
fisik)
Citra tubuh
(persepsi
penampilan
kita dan fungsi
tubuh)
Peningkatan citra tubuh
Aktivitas :
Menentukan harapan utama citra tubuh
pasien di tingkat perkembangan
Gunakan panduan antisipatif untuk
mempersiapkan pasien untuk prediksi
perubahan di citra tubuh
Kaji pasien untuk membahas perubahan
yang disebabkan oleh sakit atau bedah
Bantu pasien menentukan luasnya
perubahan aktual di tubuh
Kaji pasien untuk menyaring penampilan
fisik dari perasaan harga diri
Kaji pasien untuk menentukan pengaruh
dari sebuah grup pertemanan
Kaji pasien untuk diskusi stress affektif
citra tubuh karena kondisi kongenital,
injury, penyakit, atau bedah
Monitor apakah pasien bisa terlihat ada
perubahan bagian tubuh
Tingkatkan kalau perubahan di citra
tubuh sudah berkontribusi untuk
meningkatkan isolasi sosial
7 risiko cedera akibat
kondisi perioperatif
berhubungan
dengan
disorientasi,
edema, emasiasi,
imobilisasi,
kelemahan otot,
obesitas, gangguan
sensori akibat
anestesi.
Perfusi
jaringan :
pulmonar
(adekuat dari
aliran darah
melalui
vaskularpulmo
nar untuk
perfusi
alveoli/unit
kapiler)
Status
pernapasan:ve
ntilasi
(perpindahan
udara di dan
luar paru)
Status sirkulasi
: tidak
obstruksi,
(tidak secara
langsung
aliran darah di
tekanan yang
Perawatan sirkulasi : insufisiensi vena
Aktivitas :
Inspkesi kulit dari stasis ulkus dan
kerusakan jaringan
Evaluasi edema peripherala dan denyutan
Berlakukan dressing sesuai dengan ukuran
luka dan type
Monitor derajat dari kegelisahan atau nyeri
Instruksikan pasien tentang pentingnya
pemahaman terapy
Meningkat anggota tubuh ekstremitas 20
derajat atau lebih besar diatas level
jantung, untuk meningkatkan vena
kembali.
Ubah posisi pasien setiap 2 jam
Kelola profilaksis dosis rendah
antikoagulan dan pengobatan
antiplatelet(e.g hisparin, aspirin,dan
dextra)
Instruksikan pasien di perawatan kaki yang
tepat
Monitor status cairan, termasuk masukan
dan keluaran
Utamakan adekuat hidrasi untuk
sesuai melalui
pembuluh
besar dari
sistemik dan
sirkulasi
pulmonar)
menurunkan viskositas darah
Perawatan Embolus : pulmonar
Aktivitas
Evaluasi nyeri pasien
Auskultasi suara paru dari krakel atau
suara tidak diketahui
Monitor pola respirasi untuk gejala
perpindahan respirasi
Catat level gas darah arteri
Kelola antikoagulan
Monitor efek obat antikoagulan
Menghindari overwedging kateter arteri
pulmonar untuk mencegah ruptur artery
pulmonar
Mendorong pasien relek
Monitor gejala dari jaringan oksigen yang
tidak adekuat
Pencegahan Emboli
Aktivitas
Laksanakan sebuah nilai komprehensif
dari sirkulasi peripheral
Meningkat anggota tubuh ekstremitas 20
derajat atau lebih besar diatas level
jantung, untuk meningkatkan vena
kembali.
Memberlakukan kaus kaki antiemboli(e.g
elastik atau stocking pneumatik)
Melepas kaus kaki antiemboli dari 15
sampai 20 menit setiap 8 jam
Kaji pasien dengan pasive atau aktive jarak
gerakan
Ubah posisi pasien setiap 2 jam atau
ambulasi sebagai toleran
Mencegah injury untuk lumen pembuluh
oleh mencegah tekanan lokal, trauma,
infeksi, atau sepsis
Intruksikan pasien tidak menyilangkan
kaki
Menahan diri dari pijatan atau kompres
otot kaki
Mendorong menghentikan merokok
Intruksikan pasien atau keluarga di
pencegahan yang tepat
Kelola profilaksis dosis rendah
antikoagulan dan pengobatan
antiplatelet(e.g hisparin, aspirin,dan
dextra)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Trombosis vena dalam adalah pembekuan darah di dalam pembuluh darah
vena terutama pada tungkai bawah.
2. Penyebab dari deep vein thrombosis adalah :
Imobilitas (Keadaan Tak Bergerak)
Hypercoagulability (Pembekuan darah lebih cepat daripada biasanya)
Trauma pada vena
3. Tanda dan gejala klinis yang sering ditemukan berupa :
Pembengkakan disertai rasa nyeri pada daerah yang bersangkutan,
biasanya pada ekstremitas bawah. Rasa nyeri ini bertambah bila dipakai
berjalan dan tidak berkurang dengan istirahat.
Kadang nyeri dapat timbul ketika tungkai dikeataskan atau ditekuk.
Daerah yang terkena berwarna kemerahan dan nyeri tekan
Dapat dijumpai demam dan takikardi walaupun tidak selalu
4. Faktor-faktor penyebab pada trombosis vena dikenal dengan virchow triad
(tigaserangkai Virchow) yaitu perubahan dinding pembuluh darah, perubahan
aliran darah dan perubahan komposisi darah
5. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan terbagi dua, yaitu penatalaksanaan
secara nonfarmakologi maupun penatalaksanaan secara farmakologi
(misalnya pemberian heparin dan weafrin).
6. Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan untuk pasien penderita deep
vein thrombosis adalah :
Hipertermi
Nyeri akut
Kurang pengetahuan
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan defisiensi
pengetahuan tentang pemberat (gaya hidup kurang gerak,trauma)
Kerusakan integritas kulit
Gangguan citra tubuh
Resiko cidera
B. SARAN
Deep vein trhombosis merupakan penyakit yang sering terjadi di
masyarakat. Penyakit ini bahkan hanya dapat disebabkan oleh kurangnya
pergerakan atau mobilitas. Oleh karena itu, masyarakat perlu mengetahui seluk
beluk penyakit ini, misalnya penyebab, tanda dan gejala, serta pengobatannya,
sehingga diharapkan dapat melakukan tindakan pencegahan agar terhindar dari
penyakit deep vein thrombosis.
DAFTAR PUSTAKA
Andrews KL, Gamble GL, et al. Vascular Diseases. In: Delisa JA, editor.
PhysicalMedicine & Rehabilitation Pr inciples and Practice, 4th Edition.
Phyladelphia: LippincottWilliams & Wilkins; 2005. p. 787-806.
Dahlan M. Trombosis Arterial Tungkai Akut. Dalam : Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I. Edisi 4. Jakarta : Pusat Penerbit IPD FK UI;2007.
Gloria M. Bulechek, Howard K. Butcher, Joanne McCloskey Dochterman. 2004.
Nursing Interventions Classification (NIC), Fifth Edition. Elsevier.
Karmel TL. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi IV. Jakarta :
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI; 2006: 767-768
Katzung BG. 1994. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: EGC
Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R et al. Trombosis Vena. Dalam : Kapita
Selekta Kedokteran Jilid I. edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2001.
Sue Moorhead, Marion Johnson, Maridean L. Mass, Elizabeth Swanson. 2008.
Nursing Outcomes Classification (NOC), Fourth Edition. BOOK AID
International.
Tambunan KL. Trombosis : Masalah di Indonesia Masa Kini dan Masa
Datang. Jakarta : Yoga Buana;2009.
Supandiman I. Trombosis. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.
Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FK UI;2001.
Rani AA, Soegondo, Nazir AU et al. Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran