bab i dok mimam

37
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, yang memiliki luas lebih dari 800 kilometer persegi, sebagian wilayahnya terletak di perairan Teluk Bone. Ini menjadikan Kabupaten Sinjai kaya akan hasil laut dan memiliki potensi perikanan laut yang cukup besar . Hal inilah yang menjadikan sebagian besar penduduk di Kepulauan Sembilan, memilih mata pencaharian sebagai nelayan. (Lena Sari, 2011) Kepulauan Sembilan sendiri merupakan bagian dari kecamatan Pulau Sembilan yang terdiri dari sembilan pulau,antara lain pulau Burong-Loe, Liang-Liang, Kambuno, Kodingare, Kanalo 1, Kanalo 2, Katindoang, danLare-Rea. Pulau Kambuno merupakan ibukota kecamatan dan sebanyak 74,4% penduduknya adalah nelayan. (Working Group CorEmap South Sulawesi,2002). Nelayan pulau Kambuno juga 1

Upload: immafi

Post on 05-Jul-2015

318 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I dok mimam

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, yang memiliki luas lebih dari 800

kilometer persegi, sebagian wilayahnya terletak di perairan Teluk Bone. Ini

menjadikan Kabupaten Sinjai kaya akan hasil laut dan memiliki potensi perikanan

laut yang cukup besar . Hal inilah yang menjadikan sebagian besar penduduk di

Kepulauan Sembilan, memilih mata pencaharian sebagai nelayan. (Lena Sari, 2011)

Kepulauan Sembilan sendiri merupakan bagian dari kecamatan Pulau

Sembilan yang terdiri dari sembilan pulau,antara lain pulau Burong-Loe, Liang-

Liang, Kambuno, Kodingare, Kanalo 1, Kanalo 2, Katindoang, danLare-Rea. Pulau

Kambuno merupakan ibukota kecamatan dan sebanyak 74,4% penduduknya adalah

nelayan. (Working Group CorEmap South Sulawesi,2002). Nelayan pulau Kambuno

juga terkenal sebagai penyelam yang ulung, dan teripang merupakan salah satu objek

tangkapannya. Dengan sarana perangkat modern seperti masker dan kompresor

sebagai suplai udara yang diperkenalkan sejak tahun 1990-an, menjadikan aktifitas

menyelam menjadi profesi yang paling menjanjikan bagi penduduk pulau Kambuno.

(Munsi Lampe, 2005)

Menyelam adalah suatu kegiatan yang dilakukan dibawah permukaan air,

dengan atau tanpa menggunakan peralatan, untuk mencapai tujuan tertentu. Aktifitas

menyelam mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan keadaan di sekitar tubuh

1

Page 2: BAB I dok mimam

antara lain perubahan tekanan udara yang dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh

manusia. Rasa nyeri pada gigi yang timbul karena tejadi perbedaan tekanan udara di

luar dan di dalam tubuh disebut sebagai barodontalgia.

Seseorang yang mendapatkan peningkatan atau penurunan tekanan

disekitarnya biasanya akan merasakan sakit pada gigi. Masalah seperti itu pertama

kali ditemukan pada pilot dan disebut sebagai aerodontalgia. Baru-baru ini, nyeri

pada gigi juga telah dilaporkan ketika menyelam dan istilah barodontalgia digunakan

untuk menyebutkan kedua kondisi tersebut, apakah disebabkan oleh peningkatan

ataupun penurunan dari tekanan barometric. (Wadha al Hajri,2005)

Prevalensi barodontalgia sangat tinggi pada dekade ke 3. Sebanyak 17,3%

insiden terjadinya barodontalgia pada penyelam militer laki-laki di Amerika.

Besarnya insiden terjadinya barodontalgia pada kru pesawat (11%) sama dengan

penyelam (11,9%). Secara umum, penyelam lebih banyak mendapatkan tekanan

daripada kru pesawat, berdasarkan teori bahwa penerbangan kemungkinan terjadinya

perubahan tekanan dari 1 atmosfer pada landasan menuju 0 atmosfer pada luar

angkasa, sedangkan ketika menyelam terjadi perubahan yang sangat signifikan dari

10 meter (32,8 kaki) menuju ke daratan yang bertekanan 1 atmsofer. (Yehuda,2010)

Pada sebuah penelitian longitudinal selama 10 tahun yang melibatkan

penyelam Angkatan Laut dan Submarinir yang dilakukan ketika mereka belum

menjadi anggota Angkatan Laut, status kesehatan gigi para penyelam pada mulanya

terlihat baik, tetapi setelah 10 tahun, mereka menemukan adanya peningkatan 300%

kasus kehilangan gigi dan 900% pembuatan mahkota, sedangkan peningkatan kasus

2

Page 3: BAB I dok mimam

kehilangan gigi yaitu 186% serta pembuatan mahkota sebanyak 375%. (Roland

Robichaud, 2005)

Sebagian besar kasus barodontalgia dihubungkan dengan gigi yang memang

telah memiliki keadaan patologis. Secara klinis, orang yang mengalami barodontalgia

memiliki satu atau lebih beberapa keadaan berikut : infeksi periapikal akut atau

kronis, karies, restorasi yang dalam, kista, sinusitis serta adanya riwayat baru saja

dilakukan operasi. Ketika menyelam, para penyelam menggunakan gas tank yang

berisi helium sebagai alat bantu pernafasan. Ketika terjadi perbedaan tekanan saat

menyelam, menyebabkan gas dalam tank masuk ke dalam gigi melalui celah yang

berupa lesi karies pada gigi atau tepi-tepi tambalan yang rusak. Terjadi peningkatan

tekanan ketika penyelam bergerak naik ke permukaan, menyebabkan gas

terperangkap dan menekan tubulus dentinalis, menstmulasi nosiseptor pada pulpa

sehingga menyebabkan timbulnya rasa nyeri.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis melakukan penelitian untuk

mengetahui hubungan antara keparahan karies dengan terjadinya barodontalgia pada

penyelam di pulau Kambuno, kecamatan pulau Sembilan, kanupaten Sinjai.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahn yang telah diuraikan di atas, maka

dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

Apakah ada hubungan antara keparahan karies dengan terjadinya barodontalgia pada

penyelam di pulau Kambuno, kecamatan Pulau Sembilan, kabupaten Sinjai?

3

Page 4: BAB I dok mimam

I.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan antara keparahan karies dengan terjadinya

barodontalgia pada penyelam di pulau Kambuno kecamatan pulau Sembilan

kabupaten Sinjai

I.4 Manfaat Penelitian

1.Dengan mengetahui hubungan antara tingkat keparahan karies dengan

terjadinya barodontalgia pada penyelam di pulau Kambuno, hal ini dapat

menjadi acuan untuk mengetahui jenis keparahan karies yang paling berisiko

bagi terjadinya barodontalgia serta memberikan perawatan bagi mereka

sehingga mengurangi tingkat insidensi terjadinya barodontalgia.

2. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi instansi terkait dalam rangka

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada penyelam di

pulau Kambuno kecamatan Pulau Sembilan kabupaten Sinjai.

4

Page 5: BAB I dok mimam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Karies gigi

II.1.1 Defenisi (Rasinta Tarigan, 1993)

Karies gigi adalah penyakit jaringan mulut yang ditandai dengan kerusakan

jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pit, fissure dan daerah interproksimal), meluas

kearah pulpa. Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan dapat timbul pada satu

permukaan atau lebih dan dapat meluas ke bagian yang lebih dalam gigi, misalnya ;

dari email ke dentin, atau ke pulpa.

Email gigi merupakan suatu unsure bradytrophes; jaringan yang sedikit sekali

mendapat makanan. Email gigi terdiri atas perikymata, garis retzius, lamella email,

samak email dan ujung-ujung tome’s fiber yang merupakan ujung-ujung lanjutan dari

odontoblas. Dentin senndiri memiliki struktur yang hampir sama dengan tulang, pada

bagian mahkota diselubungi oleh email dan pada akar oleh sementum. Dentin terdiri

atas daerah percabangan yang berbatasan dengan email atau sementum, dentin

interglobuler, serat tome dan tubulus dentinalis. Di bagian dalam tubulus dentinalis

dijumpai massa berupa protoplasma, dimana selain berfungsi sebagai pemberi makan

dentin jufa dapat menghantarkan rangsangan-rangsangan dari permukaan gigi ke

pulpa. Setiap rangsangan mekanis, panas, kimia (bisa juga produk bakteri yang

mengenai ujung odontoblast) akan dihantarkan ke pulpa dan menimbulkan sakit.

5

Page 6: BAB I dok mimam

II.1.2 Etiologi

Ada yang membedakan faktor etiologi atau penyebab karies atas faktor

penyebab primer yang langsung mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada

permukaan gigi yang berasal dari saliva) dan faktor modifikasi yang tidak langsung

mempengaruhi biofilm. Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja

seperti penyakit menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi

selama beberapa kurun waktu. Pada tahun 1960-an oleh Keyes dan Jordan (cit. Harris

and Christen, 1995), karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yaitu adanya

beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada tiga faktor utama

yang memegang peranan yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau

mikroorganisme, substrat atau diet ditambah faktor waktu. Untuk terjadinya karies,

maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang

rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama.

Faktor host atau tuan rumah

Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah

terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel,

faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan

terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut

terutama pit dan fisur yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat

menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi. Enamel

merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks yang mengandung 97%

6

Page 7: BAB I dok mimam

mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar

enamel mengalami mineralisasi yang lebih sempurna dan mengandung banyak fluor,

fosfat dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal enamel sangat menentukan

kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung mineral maka kristal enamel

semakin padat dan enamel akan semakin resisten.

Faktor agen atau mikroorganisme

Plak gigi memegang peranan peranan penting dalam menyebabkan terjadinya

karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme

yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada

permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Hasil penelitian menunjukkan komposisi

mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Pada awal pembentukan plak, kokus gram

positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptokokus mutans,

Streptokokus sanguis, Streptokokus mitis dan Streptokokus salivarius serta beberapa

strain lainnya. Pada penderita karies aktif, jumlah laktobasilus pada plak gigi berkisar

104 – 105 sel/mg plak. Walaupun demikian, S. mutans yang diakui sebagai penyebab

utama karies oleh karena S. mutansmempunyai sifat asidogenik dan asidurik (resisten

terhadap asam).

Faktor substrat atau diet

Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena

membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada

permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak

dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta

7

Page 8: BAB I dok mimam

bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa

cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang

banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak

mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat

memegang peranan penting dalam terjadinya karies.

Faktor waktu

Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang

berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang

dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi,

diperkirakan 6-48 bulan. (Menuju Gigi dan Mulut Sehat, 2010)

II.1.3 Klasifikasi (Rasinta, 1993)

Klasifikasi karies gigi berdasarkan stadium karies atau dalamnya karies gigi yaitu :

1. Karies superficial, dimana karies baru mengenai email saja, sedang sentin

belum terkena. Biasanya terdapat pada :

Fisur-fisur dan foramen caecum

Permukaan yang datar dibagian : aproksimal dibawah titik

kontak, pada daerah leher gigi.

Biasanya karies terlihat berwarna coklat kehitaman atau noda-noda putih yang

bila diraba dengan sonde email tersangkut.

8

Page 9: BAB I dok mimam

2. Karies media, dimana karies sudah mengenai dentin tapi belum melebihi

setengah dentin

3. Karies profunda, dimana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin

dan belum mengenai pulpa. Biasanya belum dijumpa gejala peradangan pada

pulpa

4. Karies profunda perforasi, dimana karies telah mengenai pulpa, ditandai

dengan pulpa yang terbuka.

II.2 Barodontalgia (Raagung, 2009)

Barodontalgia secara umum didefenisikan sebagai suatu keadaan dimana

terdapat rasa nyeri pada gigi yabg timbul ketika terdapat adanya perbedaan tekanan

udara yang ada di luar tubuh dan di dalam tubuh. Insidensi biasanya terjadi pada

orang yang mengadakan penerbangan atau dapat juga pada orang yang melakukan

penyelaman.

II.2.1 Defenisi

Reseck dan Dhenin mendefenisikan bahwa barodontalgia atau sering juga

disebut aerodontalgia atau aero-odontodynia adalah nyeri akut pada gigi akibat

desakn udara atau gas pada rongga di bawah tumpatan gigi yang apeksnya terletak

pada rongga sinus. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Sularsih, dia

mendefenisikan bahwa barodontalgia adalah rasa sakit atau nyeri yang disebabkan

oleh karena udara yang terjebak di dalam rongga gigi. Dari kedua pendapat ini, dapat

disimpulkan bahwa barodontalgia merupakan nyeri pada gigi yang diakibatkan

9

Page 10: BAB I dok mimam

adanya gas yang masuk dan terperangkap pada rongga gigi ketika terjadi perubahan

tekanan udara.

II.2.2 Etiologi

Barodontalgia adalah rasa sakit atau nyeri gigi yang disebabkan oleh karena

udara yang masuk dan terjebak pada rongga gigi, jalan yang paling sering bagi udara

untuk memasuki gigi adalah melalui tubulus dentinalis melalui sebuah lesi atau celah

pada tumpatan. Pada saat tekanan atmosfer menurun atau naik yaitu ketika menyelam

atau pada saat naik ke permukaan, gas akan mengalami ekspansi dan memasuki

tubulus dentinalis sehingga menstimulus nosiseptor di dalam pulpa yang

menyebabkan rasa sakit.

Etiologi barodontalgia tekah diselidiki beberapa tahun belakangan ini.

Kollman mengemukakan tiga hipotesa penting untuk menjelaskan keadaan ini.

Perluasan gelembung udara yang terperangkap dibawah rootfilling yang melawan

dentin yang akan mengaktifasi nosiseptor; menstimulus nosiseptor pada sinus

maksillaris dengan nyeri yang mengarah ke gigi, dan stimulasi ujung saraf pada

inflamasi pulpa kronis.

Manusia hidup pada tekanan 1 atmosfer oleh karena itu apabila tekanan

disekitar tubuh berubah dengan cepat kurang dari 1 atm atau lebih akan menimbulkan

gejala pada tubuh. Hal ini merupakan rekasi dari sel-sel tubuh selama mengimbangi

perubahan tekanan pada rongga tubuh seperti paru, sinus, telinga dan gigi geligi ikut

berubah. Udara tersebut menekan mukosa pada dinding terluar rongga-rongga tersbut.

10

Page 11: BAB I dok mimam

Apabila desakannya besar maka akan menimbulkan rasa nyeri sebagai akibat

pecahnya pembuluh periifer.

Gas yang terperangkap pada celah dengan saraf non vital difusi lebih lambat

kerana vaskularisasi yang terhambat. Pada ligamentum periodontal gas lebih cepat

berdifusi karena tervaskularisasi dengan baik. Gas yang terperangkap pada celah

fraktur pada saraf yang vital maupun non vital dapat menyebabkan rasa sakit seiring

dengan waktu. Seringkali celah tumpatan atau garis fraktur menyebabkan gas

bergerak satu arah , mudah masuk tapi sulit keluar (terperangkap). (Sularsih, 2007)

II.2.3 Faktor resiko (Raagung, 2009)

Ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan resiko terjadinya

barodontalgia. Menurut Seltzer dan Bender rasa nyeri timbul karena adanya reaksi

antara pulpa dengan keadaan perubahan tekanan udara. Perubahan tekanan udara

yang besar menyebabkan pembentukan gelembung gas yang berasal dari pembuluh

darah pulpa. Ini dapat terjadi bila keadaan ruang pulpa kosong misalnya pada gigi

yang masih dalam perawatan endodonti. Faktor resiko lain yang dikemukakan oleh

Gilbert yaitu adanya pembuatan tambalan yang tidak benar atau kurang baik sehingga

di antara gigi atau dinding kavitas dengan tambalan terjadi rongga atau ruangan yang

berisi udara. Rongga atau ruangan ini disebut juga mikroleakage. Atau dalam proses

kerusakan gigi dapat jadi pembentukan gas-gas pembusukan atau abses periapikal.

Kemudian menurut Bergin udara yang terjebak dapat pula disebabkan oleh tumpatan

yang bocor.

11

Page 12: BAB I dok mimam

Semua faktor resiko yaitu adanya radang pada pulpa, udara yang terperangkap

pada celah kecil antara bahan restorasi dengan tambalan, dan gas proses pembusukan,

belum menyebabkan nyeri atau sakit karena gas belum mencapai pulpa. Tetapi

kondisi-kondisi seperti itu merupakan keadaan yang sangat sensitive terhadap

perubahan tekanan udara.

Diagnosis barodontalgia ditegakkan berdasarkan anamnesa pasien yang

merasakan nyeri selama penyelaman. Pada saat pasien dating ke klinik seringkali

tidak disertai dengan gejala. Kecurigaan terhadap barodontalgia bisa di dapat akan

tetapi untuk menentukan gigi mana yang terinfiksi perlu pemeriksaan lebih seksama,

terutama apabila ternyata pada rongga mulut pasien tersebut terdepat beberapa gigi

yang telah ditumpat, lesi periodontal atau gigi yang setelah perawatan endodontik

tidak merasa sakit saat pemeriksaan dan tidak ada kelainan pada pemeriksaan

radiografi. Kecurigaan terhadap gigi yang bersangkutan tinggi apabila pada

pemeriksaan klinis atau radiografi terlihat tumpatan atau gigi yang pecah, ditemukan

karies sekunder, maupun gambaran patologis pada apex gigi serta pada perawatn

endodontik dengan pengisian yang tidak lengkap. (Sularsih, 2007)

12

Page 13: BAB I dok mimam

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Jenis penelitian : Observasional deskriptif

III.2 Desain Penelitian : Cross sectional

III.3 Lokasi Penelitian : Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai

III.4 Waktu Penelitian : 21 – 26 Maret 2011

III.5 Subjek Penelitian : Penyelam di Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten

Sinjai, N = 70 orang

III.6 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria Inklusi :

- Penyelam yang berada di tempat saat penelitian berlangsung

- Penyelam yang bersedia untuk dilakukan pemeriksaan dan mengisi

kuisioner

2. Kriteria Eksklusi

- Penyelam yang tidak memiliki karies dalam rongga mulutnya

III.7 Jumlah Sampel : 50orang

III.8 Defenisi Operasional :

- Barodontalgia adalah rasa nyeri yang dirasakan penyelam pada saat

menyelam berdasarkan jawaban kuisioner

13

Page 14: BAB I dok mimam

- Keparahan karies terdiri atas karies superficial, karies media, karies

profunda dan karies profunda perforasi. Dimana keparahan karies dinilai

berdasarkan jenis karies yang paling parah dalam rongga mulutnya.

III.9 Kriteria Penilaian

Karies Superfisial : Karies pada email

Karies Media : Karies yang tidak lebih dari setengah dentin

Karies Profunda : Karies yang melebihi setengah dentin, pulpa

Belum terbuka

Karies Profunda Perforasi : Karies dengan pulpa terbuka

III.10 Alat-Alat dan Bahan :

a. Alat-alat yang digunakan :

Diagnostik set

Nierbeken

Handuk putih

Lembaran kuisioner

Alat tulis-menulis

b. Bahan yang digunakan :

Handscoon

Masker

Povidone Iodine 1%

Alkohol 70 %

Chlor Ethil

14

Page 15: BAB I dok mimam

Kapas

III.11 Data :

a. Jenis data : Data primer

b. Penyajian data : Data disajikan dalam bentuk tabel

c. Pengolahan data : Data diolah secara manual dan dengan menggunakan

program SPSS

d. Analisis data : Uji chi-square

III.12 Jalannya Penelitian

1. Memilih pulau kambuno sebagai lokasi penelitian

2. Memasukkan surat perijinan ke UPTD, di kabupaten Sinjai dan

kecamatan pulau Sembilan

3. Melakukan pengambilan sampel dengan total sampling

3 Penelitian dilakukan dengan melakukan pemeriksaan klinis dan

membagikan kuisioner kepada para penyelam yang sesuai dengan

kriteria inklusi dan eksklusi

4 Data di kumpulkan kemudian di olah dengan SPSS 15.0

15

Page 16: BAB I dok mimam

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada penyelam yang berada di pulau kambuno,

kabupaten sinjai,. Jumlah sampel dalam penelitian adalah 50 orang. Setelah dilakukan

pemeriksaan klinis dan pengisian kuisioner oleh responden, maka diperoleh hasil

sebagai berikut :

Tabel 1. Hubungan antara keparahan karies dengan terjadinya nyeri pada gigi saat menyelam.

Keparahan Karies Nyeri pada gigi saat menyelamTotal %

P Ya % Tidak %

Karies Superfisial 6 10.2 6 10.2 12 20.6 0.001Karies Media 7 11.9 7 5.1 10 16.9

Karies Profunda 6 10.2 2 3.4 8 13.6Karies Profunda Perforasi 13 22 3 5.1 16 27.1

Pada tabel 1 hubungan antara keparahan karies dengan terjadinya

barodontalgia, dimana tingkat keparahan gigi yang paling banyak terjadi nyeri adalah

karies profunda perforasi sebanyak 13 orang, dan yang tidak merasa nyeri sebanyak 3

orang. Untuk karies superficial terdapat 6 orang yang merasakan nyeri dan 6 yang

tidak merasakan nyeri. Untuk karies media sebanyak 7 orang yang merasakan nyeri

dan 3 orang yang tidak, sedangkan untuk karies profunda sebanyak 6 orang yang

merasakan nyeru dan 2 orang yang tidak mengalaminya.

16

Page 17: BAB I dok mimam

Tabel 2. Hubungan antara keparahan karies dengan nyeri gigi yang dirasakan setiap menyelam

Keparahan Karies Nyeri dirasakan setiap menyelamTotal %

P Ya % Tidak % Kadang-kadang %

Karies Superfisial 2 3.4 7 11.9 3 5.1 12 20.3 0.061Karies Media 2 3.4 8 13.6 0 0 10 16.9

Karies Profunda 2 3.4 4 6.8 2 3.4 8 13.6Karies Profunda Perforasi 6 10.2 5 8.5 5 8.5 16 27.2

Tabel 2 memperlihatkan hubungan antara keparahan karies dengan nyeri gigi

yang dirasakan setiap kali menyelam, dimana untuk karies superficial sebanyak 2

orang yang merasakan nyeri, 7 orang yang tidak merasakan nyeri dan 3 orang yang

kadang-kadang merasakan nyeri setiap kali menyelam. Untuk karies media, sebanyak

2 orang yang merasakan nyeri, 8 orang yang tidak merasakan nyeri setiap kali

menyelam. Untuk karies profunda, sebanyak 2 orang yang merasakan nyeri setiap

kali menyelam, 4 orang yang tidak dan 2 orang yang kadang-kadang merasakan nyeri

saat menyelam. Dan untuk karies profunda perforasi, sebanyak 6 orang yang

merasakan nyeri setiap kali menyelam, 5 orang yang tidak dan 5 orang yang kadang-

kadang merasakan nyeri saat menyelam.

Tabel 3. Hubungan antara keparahan karies dengan kedalaman menyelam saat terjadi nyeri gigi

Keparahan Karies Kedalaman menyelam saat terjadi nyeri gigi Total % P 10-18 % 18-20 % 24-30 % 30-36 % 36-39 %

Karies Superfisial 6 10.2 1 1.7 2 3.4 2 3.4 1 1.7 12 20.3 0.005Karies Media 3 5.1 4 6.8 2 3.4 1 1.7 0 0 10 16.9Karies Profunda 2 3.4 4 6.8 1 1.7 1 1.7 0 0 8 13.6Karies Profunda Perforasi 3 5.1 12 20.3 1 1.7 0 0 0 0 16 27.1

Tabel 3 memperlihatkan hubungan antara keparahan karies dengan kedalaman

menyelam saat terjadi nyeri gigi, dimana pada kedalaman 18-20 m paling banyak

17

Page 18: BAB I dok mimam

penyelam merasakan nyeri yaitu sebanyak 12 orang dengan karies profunda

perforasi,4 orang dengan karies profunda, 4 orang dengan karies media dan 1 orang

dengan karies superficial. Sedangkan pada kedalaman 36-39 m yang paling sedikit

penyelam merasakan nyeri yaitu hanya 1 orang dengan karies superfisial.

Tabel 4. Hubungan antara keparahan karies dengan nyeri gigi yang dirasakan setelah menyelam

Keparahan Karies Nyeri gigi berlanjut setelah menyelam

Total % P

Ya % Tidak %Karies Superfisial 3 5.1 9 15.3 12 20.3 0.149

Karies Media 3 5.1 7 11.9 10 16.9Karies Profunda 1 1.7 7 11.9 8 13.6

Karies Profunda Perforasi 6 10.2 10 16.9 16 16.9

Tabel 4 memperlihatkan hubungan antara keparahan karies dengan nyeri gigi

yang dirasakan setelah menyelam, dimana jenis karies yang paling banyak penyelam

merasakan nyeri yang berlanjut adalah karies profounda perforasi yaitu sebanyak 6

orang dengann , dan jenis karies yang paling sedikit penyelam mersakan nyeri yang

berlanjut adalah karies profunda dimana hanya 1 orang yang merasakan nyeri yang

berlanjut setelah menyelam.

18

Page 19: BAB I dok mimam

BAB V

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara keparahan karies dengan tejadinya nyeri pada gigi saat menyelam

(p<0.005). Dimana terdapat 13 penyelam dengan karies profunda perforasi

merasakan nyeri gigi saat menyelam. Karies profunda perforasi merupakan karies

yang melibatkan pulpa gigi atau telah terjadi peradangan pada pulpa. Seperti yang

dikemukakan oleh dr. Yehuda (2009) dalam jurnalnya yang menyatakan bahwa

pulpitis menjadi penyebab utama terjadinya barodontalgia sejak tahun 1940an.

Beberapa peneliti mencoba memaparkan mekanisme hubungan antara

barodontalgia dengan pulpitis :

1. Terjadinya iskemia secara langsung dari proses inflamasi

2. Iskemia yang terjadi secara tidak langsung berasal dari peningkatan

tekanan intra pulpa yang terjadi akibat vasodilatasi dan cairan yang

berdifusi ke jaringan

3. Dihasilkan dari ekpansi gas intra pulpa, dimana gas berasal dari

produk asam, base, serta enzim-enzim dari proses inflamasi

4. Dihasilkan dari gas yang terperangkap dan menekan pembuluh darah

karena pengurangan solubilitas gas.

19

Page 20: BAB I dok mimam

Pada penyelam dengan karies superficial dan media, terdapat 13 orang yang

merasakan nyeri saat menyelam, dimana 6 orang dengan karies superficial dan 7

orang denga karies media.Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Orban dan Ritchey, serta Ferenstik dan Aker (dalam Lyons 1999), yang

menunjukkan bahwa jaringan pulpa yang masih normal tidak memberikan hubungan

antara rasa nyeri dengan tekanan . Hal ini mungkin disebabkan karena pada penyelam

yang keparahan kariesnya pada karies superficial atau media, mereka memiliki

edentulous, sehingga kemungkinan pengalaman nyeri yang mereka rasakan berasal

dari gigi ketika belum dicabut.

Pada tabel 2 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara keparahan karies

dengan nyeri gigi yang dirasakan setiap kali menyelam. Hal ini mungkin terjadi

karena aktifitas menyelam mereka tidak selalu berada pada kedalaman yang sama,

tergantung dari kondisi tubuh mereka dan jenis tangkapannya. Sehingga ketika

mereka menyelam pada kedalaman tidak lebih dari 10 meter, mereka tidak merasakan

nyeri pada gigi.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kedalaman 18-20 meter paling

banyak nyeri gigi terjadi ketika menyelam dimana terdapat 21 penyelam yang merasa

nyeri, dan karies profunda perforasi yang paling banyak terjadi nyeri pada kedalaman

tersebut yaitu sebanyak 12 orang.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Al Hajri (2006), memperlihatkan bahwa

nyeri pada gigi akan timbul pada kedalaman lebih dari 33 kaki, dan terutama terjadi

pada kedalaman 60-80 kaki (18-24 meter). Lebih lanjut peneliti menyatakan dalam

20

Page 21: BAB I dok mimam

jurnalnya bahwa terjadinya barodontalgia selain karena ada perbedaan tekanan juga

dipicu oleh adanya keadaan patologis gigi yang memang telah ada sebelumnya..

Penelitian yang dilakukan oleh Roland Robiouched (2005) menyatakan bahwa nyeri

gigi dapat terjadi pada kedalaman 10 meter. Raagung Putra Armidin dalam

skripsinya menyatakan bahwa manusia hidup pada tekanan 1 atmosfer oleh karena itu

apabila tekanan disekitar tubuh berubah dengan cepat kurang dari 1 atm atau lebih

akan menimbulkan gejala pada tubuh. Hal ini merupakan rekasi dari sel-sel tubuh

selama mengimbangi perubahan tekanan pada rongga tubuh seperti paru, sinus,

telinga dan gigi geligi ikut berubah. Udara tersebut menekan mukosa pada dinding

terluar rongga-rongga tersbut. Apabila desakannya besar maka akan menimbulkan

rasa nyeri sebagai akibat pecahnya pembuluh perifer.

Penelitian yang dilakukan oleh Sognannes, Sciller, Hodges, Hutchin dan

Renold (dalam Lyons 1999) yang menyatakan bahwa nyeri gigi dapat terjadi pada

gigi yang sehat ketika tekanan atmosfer meningkat pada kedalaman 3 atm. Menurut al

Hajri (2006) bahwa perbedaan tekanan menyebabkan gas terperangkap melalui karies

yang dekat dengan jaringan pulpa, terjadi dilatasi pembuluh darah selama perubahan

tekanan dan pulpa menjadi hyperemia.

Pada tabel 4 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara keparahan

karies dengan nyeri gigi berlanjut setelah menyelam. Nyeri gigi yang mucul atau

dirasakan setelah menyelam bisa dipicu oleh beberapa factor, seperti adanya stimulus

dari rangsangan panas atau dingin atau sisa-sisa makanan yang menempel pada

kavitas.

21

Page 22: BAB I dok mimam

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara keparahan karies dengan nyeri gigi

saat menyelam, dimana penyelam dengan karies profunda perforasi paling

banyak merasakan nyeri gigi ketika menyelam.

2. Tidak ada hubungan antara keparahan karies dengan intensitas nyeri yang

dirasakan setiap kali menyelam, dan nyeri gigi yang berlanjut setelah

menyelam.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara keparahan karies dengan

kedalaman menyelam saat terjadi nyeri gigi

B. SARAN

1. Disarankan kepada penyelam untuk melakukan perawatan pada gigi

mereka untuk mencegah terjadinya barodontalgia

2. Disarankan pada pihak puskesmas untuk memberikan pelayanan

kesehatan gigi secara maksimal serta melakukan langkah-langkah strategis

guna meningkatkan kesehatan gigi masyarakat pulau Kambuno.

22

Page 23: BAB I dok mimam

DAFTAR PUSTAKA

Al Hajri Wadha. Prevalence of Barodontalgia Among Pilots and Divers in Saudi Arabia and Kuwait. J Saudi Dental 2006;18(3):134-6

Lampe Sanusi, Sairin S. Perilaku Eksploitasi Sumberdaya Perikanan Taka dan Konsekuensi Lingkungan Dalam Konteks Internal dan Wksternal : Studi Kasus pada Nelayan Pulau Sembilan. Availabe from. J Humaniora 2005;17(3):314-17

--------, Karies Gigi : Pengukuran Resiko dan Evaluasi, (online), (http:// usupress.usu.ac.id/.../Menuju%20Gigi%20dan%20Mulut%20Sehat%20_Pencegahan%20dan%20Pemeliharaan__Normal_bab%201.pdf)

Lyons, M Karl, Rodda. Barodontalgia: A Review, and the Influence of Simulated Diving on Microleakage and on the Retention of Full Cast Crown. J Mil Med 1999;164(3):221-7

Raagung Putra, 2009, Aplikasi Flowable Resin Komposit dalam Mengurangi Salah Satu Resiko Dari Barodontalgia, Skripsi tidak diterbitkan, Medan:Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Robichaud Roland. Barodontalgia as a Diffrential Diagnosis : Symptomsand Findings. J Association Dentaire Canadienne 2005;17(1):39-41

Sularsih, Sarianoferni. Penggunaan Resin Komposit Untuk Mengurangi Resiko Barodontalgia. J Kedokteran Gigi FKG-UHT 2007;1(2):100-2

----------, (2002), Studi Sosial Kepulauan Spermonde dan Kepulauan Sembilan. Sulawesi Selatan. Makassar: Working GroupCoremap South Sulawesi

Sari Lena. Ragam Panorama Perairan Sinjai, (online), (http:// www.indosiar.com/ ragam /39251/ panorama -perairan-sinjai ).

Tarigan Rasinta DR,1993, Karies Gigi, Jakarta : Hipocrates.

Zadic Yehuda. Dental Barotrauma. J of Prosthodontic 2009;2(4):356-7

Zadic Yehuda. Aviation Dentistry: Current Concept and Practice.J Dental British 2009;206:11-6Zadic Yehuda. Barodontalgia : What We Have Learned in the Past Decade?. J Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radio Endo 2010; 109(4):65-9

23

Page 24: BAB I dok mimam

24