bab i (kti)
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
ASI (Air Susu Ibu) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan
protein, laktose dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua
belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Nugroho,
2011).
WHO (World Health Organization), menganjurkan agar tidak
memberikan susu formula pada bayi usia 0-6 bulan, karena dapat
menimbulkan berbagai penyakit dan gangguan seperti infeksi saluran
pencernaan (muntah, diare), infeksi saluran pernafasan, meningkatkan
resiko alergi, resiko serangan asma, resiko kegemukan (obesitas), resiko
kanker pada anak, penyakit menahun, penyakit telinga tengah,
meningkatkan kurang gizi, meningkatkan risiko kematian, dan
menurunkan perkembangan kecerdasan kognitif. Pemberian susu formula
juga dapat mengurangi keyakinan ibu akan kemampuannya untuk
menyusui sendiri (Graham, 2010).
Menurut AAP (American Academy of Pediatrics), pemberian
suplemen seperti air, glukosa, susu formula ataupun cairan lain
seharusnya tidak diberikan pada bayi baru lahir kecuali ada indikasi
medis dari dokter. Karena pemberian cairan di luar ASI dapat memicu
kontaminasi atau alergen. Jika Ibu merasa bayinya haus, segera susui.
1
Semakin sering Ibu menyusui, semakin banyak ASI yang diproduksi yang
berarti semakin banyak air susu bagi bayinya (Auditya, 2011).
Menurut Dwi Sunar (2009), secara normal produksi ASI yang efektif
selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan mengkonsumsi
sekitar 700-800 ml ASI setiap 24 jam. Volume ASI yang dapat dikonsumsi
bayi dalam satu kali menyusui selama sehari penuh sangat bervariasi.
Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu yang
dapat diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat
kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan,
hanya memproduksi sejumlah kecil ASI (Ratih, 2011).
Data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2010 menunjukkan
pemberian ASI di Indonesia saat ini masih memprihatinkan. Bayi yang
menyusu eksklusif sampai 6 bulan hanya 15,3 %. Artinya, masih ada 84,7
% ibu yang masih memberikan susu formula pada bayi sebelum usia 6
bulan atau bahkan semenjak lahir.
Dalam Riskesdas 2010 juga dikumpulkan data tentang pola
pemberian ASI pada anak 0-23 bulan yang meliputi : proses mulai
menyusui, pemberian kolostrum, pemberian makanan prelakteal,
menyusui eksklusif, dan pemberian MP-ASI. Di Sumatera Utara
Persentase Anak Usia 0-23 Bulan yang Pernah Disusui 88,9 % dan Masih
Disusui 74,9 %. Persentase proses mulai menyusui kurang dari satu jam
(< 1 jam) setelah bayi lahir adalah 29,3%, tertinggi di Nusa Tenggara
Timur 56,2% terendah di Maluku 13,0%. Sebagian besar proses mulai
2
menyusui dilakukan pada kisaran waktu 1-6 jam setelah lahir tetapi masih
ada 11,1% proses mulai menyusui dilakukan setelah 48 jam.
Menurut Riskesdes 2010, makanan prelakteal adalah makanan
atau minuman yang diberikan kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar.
Makanan prelakteal biasanya diberikan kepada bayi dengan proses mulai
menyusui >1 jam setelah lahir dengan alasan ASI belum keluar atau
alasan tradisi. Pemberian makanan prelakteal dapat diberikan oleh
penolong persalinan atau oleh orang tua dan keluarga bayi. Persentase
pemberian makanan prelakteal kepada bayi baru lahir di Sumatera Utara
adalah (53,7%), tertinggi di Gorontalo (74,3%) dan terendah di Papua
(22,6%).
Semakin tinggi usia bayi pemberian ASI ekslusif semakin rendah.
Sebanyak 38,9 % bayi usia 0 bulan mendapatkan ASi ekslusif. Begitu
halnya dengan pola menyusui predominan, semakin menurun
presentasenya seiring dengan meningkatnya usia bayi. Sebaliknya pada
bayi dengan pola menyusui parsial semakin tinggi usia bayi maka semakin
tinggi pula pola menyusui parsial. Bahkan pada kelompok bayi usia 0
bulan, 55,1 % di antaranya telah diberi makanan selain ASI.
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di klinik Lista
terdapat 34 orang ibu menyusui, hanya 14 orang (41,18%) yang menyusui
bayinya sedangkan 20 orang (58,82%) ibu menyusui secara parsial yaitu
memberikan ASI dan susu formula yang akan diberikan pada bayinya
yang berumur 0-6 bulan.
3
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Menyusui
dalam memproduksi ASI di Klinik Lista Kecamatan. Hamparan Perak
Tahun 2012”.
1.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Faktor-Faktor
apa sajakah yang mempengaruhi ibu menyusui dalam meningkatkan
produksi ASI di Klinik Lista Kecamatan. Hamparan Perak Tahun 2012 ? ”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Menyusui
dalam meningkatkan produksi ASI di Klinik Lista Kecamatan. Hamparan
Perak Tahun 2012.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan ibu menyusui dalam
meningkatkan produksi ASI berdasarkan tingkat pengetahuan
di Klinik Lista Tahun 2012
1.3.2.2. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan Ibu menyusui dalam
meningkatkan produksi ASI berdasarkan pendidikan ibu di
Klinik Lista Tahun 2012
4
1.3.2.3. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan ibu menyusui dalam
meningkatkan produksi ASI berdasarkan umur di Klinik Lista
Tahun 2012
1.3.2.4. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan ibu menyusui dalam
meningkatkan ASI berdasarkan sumber informasi di Klinik
Lista Tahun 2012
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam
menerapkan ilmu yang di dapat selama mengikuti perkuliahan
khususnya metodologi penelitian.
1.4.2. Bagi Bidan
Penelitian ini akan menjadi informasi dan masukan bagi bidan di
klinik tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Menyusui
dalam meningkatkan produksi ASI untuk dapat diambil tindakan
selanjutnya.
1.4.3. Bagi Instansi Pendidikan
Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi atau sumber informasi
untuk penelitian berikutnya dan sebagai bahan bacaan di
perpustakaan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni : indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,
2007).
2.1.2. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya termasuk mengingat kembali terhadap suatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
6
memahami objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, meyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya)
dan mampu menggunakan hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di
dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama
lain.
5. Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu
kemampuan untuk menyususn formasi baru dari formasi-formasi yang
ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau suatu objek.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
7
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
kita krtahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkat tersebut di
atas (Notoatmodjo, 2007).
2.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan
Ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan yaitu :
1. Cara Tradisional untuk Memperoleh Pengetahuan
Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini, antara lain
meliputi :
1. Cara coba salah (trial and eror)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang
lain.
2. Cara kekuasaan atau otoritas
Dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada kekuasaan
atau otoritas, baik tradisi, otoritas pimpinan agama, maupun ahli
ilmu pengetahuan.
3. Berdasarkan pengalaman pribadi
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman
yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi pada masa lalu.
4. Melalui cara fikir
8
Yaitu manusia telah mampu menggunakan penalaran dalam
memperoleh pengetahuan.
2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini
lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode
penelitian ilmiah (Notoatmodjo, 2007).
2.1.4. Pengukuran Pengetahuan
Untuk mengukur pengetahuan adalah dengan cara
mengajukan pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui
pertanyaan-pertanyaan yang tertulis atau angket yang menanyakan
tentang materi yang ingin diukur dari subjek atau responden. Ke
dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur yang
dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas
(Notoatmodjo, 2007).
2.2. Ibu Menyusui
2.2.1. Defenisi Ibu Menyusui
Kata “ibu” adalah sebuah gelar kehormatan yang diberikan
seorang anak kepada wanita yang telah melahirkannya ke dunia.
Kata “ibu” merupakan kata yang paling disukai oleh sang anak, dan
selalu dicari-cari ketika si pemilik gelar tidak ada disisi mereka.
Bahkan bisa saja kata “ibu” ini mengusir segala bentuk
9
kepengecutan maupun kegundahan yang menyelimuti diri sang
buah hati (Ilham, 2010).
2.2.2. Gizi Seimbang Bagi Ibu Menyusui
Gizi pada Ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan
produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang
bayi. Bila pemberian ASI berhasil baik, maka berat badan bayi akan
meningkat, integritas kulit baik, tonus otot serta kebiasaan makan
yang memuaskan. Adapun kebutuhan Zat gizi ibu menyusui adalah
sebagai berikut :
1. Kebutuhan Kalori
Rata-rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan nutrisi
baik adalah 70 kalori/ 100 ml, dan kira-kira 85 kalori diperlukan
oleh ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan.
2. Protein
Ibu memerlukan tambahan 20 gram protein dari kebutuhan normal
ketika menyusui.
3. Cairan
Ibu menyusui dianjurkan minum 2 – 3 liter per hari, dalam bentuk
air putih, susu, dan jus buah.
4. Vitamin dan Mineral
Kebutuhan vitamin pada ibu menyusui 350 RE dan 400 mg untuk
kebutuhan mineral (Nugroho, 2011).
10
2.2.3. Teknik Menyusui Yang Benar
Menurut Soetjiningsih, langkah-langkah menyusui yang
benar adalah sebagai berikut :
1. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan
pada puting dan di sekitar areola payudara.
2. Posisi Menyusui. Ada berbagai macam posisi menyusui yang biasa
dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring. Ada posisi
khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca
operasi Caesar, bayi diletakkan di samping kepala ibu dengan kaki
di atas.
3. Bayi diletakkan menghadap perut dan payudara ibu.
4. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain
menopang di bawah, jangan menekan puting susu atau areola
payudaranya saja.
5. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting refleks)
dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu dan menyentuh
sisi mulut bayi.
6. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan
ke payudara ibu dan puting serta areola payudara dimasukkan ke
mulut bayi.
7. Usahakan sebagian areola payudara dapat masuk ke mulut bayi
sehingga puting susu berada di langit-langit dan lidah bayi akan
11
menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di
bawah areola payudara.
8. Setelah bayi mulai menghisap payudara, tidak perlu dipegang atau
disanggah lagi.
9. Melepas isapan bayi setelah menyusui pada satu payudara sampai
terasa kosong, sebaiknya diganti dengan payudara yang satunya.
Cara melepas isapan bayi :
a. Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut.
b. Dagu bayi ditekan ke bawah.
c. Setelah selesai menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian
dioleskan pada puting susu dan di sekitar kalang payudara,
biarkan kering dengan sendirinya.
10 Menyendawakan bayi
Cara menyendawakan bayi :
a. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu,
kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.
b. Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudian punggungnya
ditepuk perlahan (H. Arini, 2009).
2.3. Pengertian Produksi ASI
Pilar utama dalam proses menyusui adalah inisiasi menyusu
dini atau lebih dikenal dengan IMD. IMD sangat penting tidak hanya
untuk bayi, namun juga bagi si ibu. Dengan demikian, sekitar 22%
12
angka kematian bayi stelah lahir pada 1 bulan pertama dapat
ditekan. Bayi disusui selama 1 jam atau lebih di dada ibunya
segera setelah lahir. Hal tersebut juga penting dalam menjaga
produktivitas ASI. Isapan bayi penting dalam meningkatkan kadar
hormone prolaktin, yaitu hormone yang merangsang kelenjar susu
untuk memproduksi ASI. Isapan itu akan meningkatkan produksi
susu 2 kali lipat (Yuliarti, 2010).
2.3.1. Pembentukan ASI
Pembentukan air susu dipengaruhi hormon prolaktin dan
kontrol laktasi serta penekanan fungsi laktasi. Dalam pembentukan
dan pengeluaran air susu dipengaruhi 2 refleks yaitu :
a. Refleks Prolaktin
Setelah partus berhubung lepasnya plasenta dan kurang
berfungsinya korpus luteum maka estrogen dan progesterone
sangat berkurang, ditambah lagi dengan adanya isapan bayi yang
merangsang putting susu dan kalang payudara, akan merangsang
ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor
mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui
medulla spinalis dan mesensephalon. Hipotalamus akan menekan
pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan
sebaliknya merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memacu
13
sekresi prolaktin. Faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin akan
merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini
merangsang sel-sel alveoli untuk membuat air susu.
b. Refleks let down
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise
anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang
dilanjutkan ke hipofise posterior yang kemudian dikeluarkan
oksitosin. Melalui aliran darah, hormone ini diangkut menuju uterus
yang dapat menimbulkan kontraksi uterus sehingga terjadi involusi
dari organ tersebut. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan
memengaruhi sel mioepitelium. Kontraksi dari sel akan memeras
air susu yang telah terbuat dari alveoli dan masuk ke sistem
duktulus yang untuk selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus
masuk ke mulut bayi (Nugroho, 2011).
2.3.2. Proses Pembentukan Laktogen
Proses pembentukan laktogen melalui tahapan-tahapan
berikut :
a. Laktogenesis I
Merupakan fase penambahan dan pembesaran lobules-
alveolus. Terjadi pada fase terakhir kehamilan. Pada fase ini,
payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental
14
kekuningan dan tingkat progesteron tinggi sehingga mencegah
produksi ASI. Pengeluaran kolostrum pada saat hamil atau sebelum
bayi lahir, tidak menjadikan masalah medis. Hal ini juga bukan
merupakan indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI.
b. Laktogenesis II
Pengeluaran plasenta saat melahirkan menyebabkan
menurunnya kadar hormon progesterone, estrogen dan HPL. Akan
tetapi kadar hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan
produksi ASI besar-besaran.
Level prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI
lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level
prolaktin rendah saat payudara terasa penuh. Hormone lainnya,
seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga terdapat dalam proses ini,
namun peran hormone tersebut belum diketahui. Penanda
biokimiawai mengindikasikan bahwa proses laktogenesis II dimulai
sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru
merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah
melahirkan. Artinya, memang produksi ASI sebenarnya tidak
langsung keluar setelah melahirkan.
15
c. Laktogenesis III
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI
selama kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan.
Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai.
Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan
memproduksi ASI banyak.
Apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh juga
akan meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan demikian, produksi
ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa baik bayi
menghisap, dan juga seberapa sering payudara dikosongkan
(Nugroho, 2011).
2.3.3. Kandungan ASI
ASI mengandung nutrien-nutrien khusus dan zatiperlukan
protektif yang diperlukan untuk otak bayi agar tumbuh optimal,
antara lain :
a. Lemak
Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak. Kadar lemak dalam
ASI antara 3,5% - 4,5%. Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi,
tetapi mudah diserap oleh bayi karena trigliserida dalam ASI lebih
dulu dipecahkan menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim
lipase yang terdapat dalam ASI.
b. Karbohidrat
16
Karbohidrat utama dalam ASI adalah lactose, yang kadarnya paling
tinggi disbanding susu mamalia lain (7%). Lactose mudah dipecah
menjadi glucose dan galaktose dengan bantuan enzim lactase
yang sudah ada dalam mukosa saluran pencernaan sjak lahir.
c. Protein
Protein dalam susu adalah kasein dan whey. Kadar protein ASI
sebesar 0,9% - 60% di ataranya adalah whey yang lebih mudah
dicerna dibanding kasein (protein utama susu sapi). Selain mudah
dicerna, dalam ASI terdapat dua macam asam amino yang tidak
terdapat dalam susu sapi yaitu sistin dan taurin.
d. Garam dan mineral
ASI mengandung garam dan mineral lebih rendah dibanding susu
sapi. ASI dan susu sapi mengandung zat besi dalam kadar yang
tidak terlalu tinggi, tetapi zat besi dalam ASI mudah diserap.
e. Vitamin
ASI cukup untuk mengandung vitamin yang diperlukan bayi.
Vitamin K yang berfungsi sebagai katalisator pada proses
pembentukan darah terdapat dalam ASI dengan jumlah cukup dan
mudah diserap. Dalam ASI juga terdapat vitamin D dan E terutama
kolostrum.
f. Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap. Walaupun kadarnya relatif
rendah, tetapi cukup untuk bayi sampai berumur 6 bulan.
17
g. Lactobacillus Bifidus
Lactobacillus Bifidus berfungsi mengubah laktose menjadi asam
laktat dan asam asetat. Kedua asam ini menjadikan saluran
pencernaan bersifat asam sehingga dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri E-Coli yang sering
menyebabkan diare pada bayi, shigela, dan jamur.
h. Laktoferin
Laktoferin adalah protein yang berkaitan dengan zat besi.
Konsentrasinya dalam ASI sebesar 100 mg/100 ml tertinggi di
antara semua cairan biologis. Dengan mengikat zat besi maka
laktoferin bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan kuman
tertentu, yaitu stafilokokus dan E-Coli yang juga memerlukan zat
besi untuk pertumbuhannya.
i. Lisozim
Lisozim adalah enzim yang dapat memecah dinding bakteri.
Konsentrasinya dalam ASI sebesar 29 – 39 mg/100 ml, lisozim
merupakan konsentrasi terbesar dalam cairan ekstraselular.
Lisozim stabil di dalam cairan dengan pH rendah seperti cairan
lambung sehingga masih banyak dijumpai dalam tinja bayi.
j. Antibodi
ASI terutama kolostrum mengandung immunoglobulin, yaitu
secretory IgA (SigA), IgE, IgM, dan IgG. Antibodi dalam ASI dapat
bertahan di dalam saluran pencernaan bayi karena tahan terhadap
18
asam dan enzim preteolitik saluran pencernaan dan membuat
lapisan pada mukosanya sehingga mencegah bakteri patogen dan
entero virus masuk ke dalam mukosa usus (H, Arini. 2009).
2.3.4. Komposisi ASI
1. Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi
oleh kelenjar payudara, mengandung tissue debris dan residual
material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar
payudara sebelum dan setelah masa puerpurium. Kolostrum
merupakan cairan dengan viskositas kental, lengket dan berwarna
kekuningan. Kolostrum mengandung tinggi protein, mineral, garam,
vitamin A, nitrogen, sel darah putih, rendah lemak, laktosa dan
antibodi yang tinggi daripada ASI matur.
Protein utama pada kolostrum adalah immunoglobulin (IgG,
IgA, dan IgM), yang digunakan sebagai antibodi untuk mencegah
dan menetralisir bakteri, virus, jamur, dan parasit. Volume kolostrum
antara 150-300 ml/24 jam. Kolostrum juga pencahar ideal untuk
membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru
lahir.
19
2. Air Susu Masa Peralihan
Air susu masa peralihan merupakan ASI peralihan dari
kolostrum sampai menjadi ASI yang matur. ASI yang keluar setelah
kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai
hari ke-10. Selama 2 minggu, volume air susu bertambah banyak
dan berubah warna serta komposisinya. Kadar immunoglobulin dan
protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
3. Air Susu Matur
Air Susu Matur adalah ASI yang disekresi pada hari ke -10
dan seterusnya, komposisi relatif konstan. Air susu yang mengalir
pertama kali atau saat lima menit pertama disebut foremilk. Foremilk
lebih encer. Foremilk mempunyai kandungan rendah lemak dan
tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan air.
Selanjutnya, air susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk
kaya akan lemak dan nutrisi. Hindmilk membuat bayi akan lebih
cepat kenyang. BAyi membutuhkan keduanya, baik foremilk dan
hindmilk (Nugroho, 2011).
2.3.5. Manfaat ASI
Manfaat ASI antara lain :
a. Bayi mendapatkan nutrisi dan enzim terbaik yang dibutuhkan.
20
b. Bayi mendapatkan zat-zat imun, serta perlindungan dan
kehangatan melalui kontak dari kulit ke kulit dengan ibunya.
c. Meningkatkan sensitivitas ibu akan kebutuhan bayinya.
d. Mengurangi pendarahan, serta konsevasi zat besi, protein, dan
zat lainnya, mengingat ibu tidak haid sehingga menghemat zat
yang terbuang.
e. Penghematan karena tidak perlu membeli susu.
f. ASI ekslusif dapat menurunkan angka kejadian alergi,
terganggunya pernafasan, diare, dan obesitas pada anak
(Yuliarti, 2010).
2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI
2.4.1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengertian terjadi
melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan Ibu dapat diketahui dan dinilai dari jawaban terhadap
pertanyaan yang dilakukan dalam kuesioner. Sehingga dapat
dikategorikan tingkat pengetahuan responden sebagai berikut :
a. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai (>75%-100%).
b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai (>60%-75%).
21
c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai (<60%).
2.4.2. Pendidikan
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 dalam Sudrajat (2010) Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasanabelajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti
dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau
perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada
diri individu, kelompok atau masyarakat (Notoatmodjo, 2007).
a. Pendidikan dasar : SD, SMP, sederajat
b. Pendidikan menengah : SMU, SMK, sederajat
c. Pendidikan tinggi : Diploma, Perguruan Tinggi
2.4.3. Umur
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula
daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya
semakin membaik.
22
Pada usia muda, individu akan lebih berperan aktif dalam
masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan
demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu usia
muda akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.
Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang
dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah
pengetahuan. Sulit mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang
sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental.
Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan
bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain
seperti kosa kata dan pengetahuan umum (Pro-Health, 2009).
Umur atau lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak
dilahirkan sampai ulang tahun yang terakhir. Secara umum mereka
tergolong dewasa dini (young adulthood) ialah mereka yang berusia 18
sampai 40 tahun. Umur ibu mempengaruhi bagaimana mengambil
keputusan dalam pemeliharaan kesehatannya (Notoatmodjo, 2007).
2.4.4. Sumber Informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang
dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.
23
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti
televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang.
Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media
massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu
hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan
terhadap hal tersebut (Pro-Health, 2009).
Menurut Notoatmodjo (2007) informasi dapat diperoleh dari
berbagai sumber yaitu :
1. Media Massa
Media massa merupakan salah satu perantara yang digunakan
oleh sumber untuk mengirim pesan kepada penerima pesan.
2. Petugas Kesehatan
Informasi tentang kesehatan dapat diperoleh dari petugas
kesehatan pada saat ibu datang ke pelayanan kesehatan.
3. Teman dan keluarga
Informasi juga biasa di dapat dari teman atau keluarga.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep penelitian tentang Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Ibu Menyusui Dalam Meningkatkan Produksi ASI di Klinik
Lista Tahun 2012 adalah sebagai berikut :
Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Variabel penelitian yaitu variabel independen dan variabel
dependen. Variabel independen yaitu pengetahuan, pendidikan, umur,
dan sumber informasi, sedangkan variabel dependen yaitu produksi ASI.
25
Pengetahuan
Produksi ASI
Faktor Karakteristik :
- Pengetahuan
- Pendididkan
- Umur
- Sumber Informasi
3.2. Defenisi Operasional
3.2.1. Variabel Dependen
3.2.1.1. Produksi ASI
Produksi ASI adalah kemampuan payudara ibu dalam
memproduksi ASI yang dipengaruhi oleh hisapan mulut bayi dengan
kategori :
a. Memproduksi ASI
b. Tidak dapat memproduksi ASI
Skala ukur : Nominal
Alat ukur : Kuesioner
3.2.2. Variabel Independen
3.2.2.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah kemampuan ibu menjawab dengan benar
tentang pertanyaan yang berkaitan dengan produksi ASI yang diajukan.
Sehingga dapat dikategorikan tingkat pengetahuan responden sebagai
berikut :
a. Baik, apabila responden dapat menjawab benar sebanyak 16-20
pertanyaan dari 20 soal yang diberikan (>75%-100%).
b. Cukup, apabila responden dapat menjawab benar sebanyak 12-15
pertanyaan dari 20 soal yang diberikan (>60%-75%).
c. Kurang, apabila responden dapat menjawab benar < 12 pertanyaan
dari 20 soal yang diberikan (<60%).
26
Skala Ukur : Ordinal
Alat Ukur : Kuesioner
3.2.2.2. Pendidikan
Pendidikan adalah pendidikan ibu terakhir secara formal yang
diperoleh ibu atau pendidikan tertinggi yang pernah diselesaikan ibu
sesuai dengan jawaban responden pada kuesioner, dengan kategori :
a. Pendidikan dasar : SD, SMP, sederajat
b. Pendidikan menengah : SMU, SMK, sederajat
c. Pendidikan Tinggi : Diploma, Perguruan tinggi
Skala Ukur : Ordinal
Alat ukur : Kuesioner
3.2.2.3. Umur
Umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak
dilahirkan sampai penelitian dilakukan, dengan kategori :
a. <20 tahun
b. 20-35 tahun
c. >35 tahun
Skala Ukur : Ordinal
Alat ukur : Kuesioner
27
3.2.2.4. Sumber Informasi
Sumber Informasi adalah suatu data yang di dapat ibu tentang
ASI atau produksi ASI dengan kategori :
a. Petugas Kesehatan : Perawat, bidan, dokter
b. Media massa : Cetak dan elektronik
c. Lingkungan : Tetangga, keluarga, teman
Skala Ukur : Nominal
Alat Ukur : Kuesioner
3.3. Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu
dengan produksi ASI.
2. Ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan ibu dengan
produksi ASI.
3. Ada pengaruh yang signifikan antara umur ibu dengan produksi
ASI.
4. Ada pengaruh yang signifikan antara sumber informasi dengan
produksi ASI.
3.4. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan
data primer yaitu pembagian kuesioner kepada responden untuk
28
mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu menyusui dalam
memproduksi ASI di Klinik Lista Tahun 2012.
3.5. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.5.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Klinik Lista dengan pertimbangan
yaitu :
1. Klinik ini merupakan lahan praktek mahasiswa dan merupakan
tempat dimana peneliti pernah praktek.
2. Belum pernah dilakukan penelitian tentang Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Ibu Menyusui Dalam Memproduksi ASI di Klinik
Lista ini.
3.5.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai dari pengajuan judul pada
bulan Maret 2012 sampai dengan bulan Juni 2012.
3.6. Populasi dan Sampel
3.6.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu menyusui di klinik
Lista Kecamatan Hamparan Perak Tahun 2012 sebanyak 34 orang.
29
3.6.2. Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan total sampling yaitu seluruh ibu menyusui
yang ada di Klinik Lista Kecamatan Hamparan Perak seluruhnya
dijadikan sampel.
3.7. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
3.7.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer yang diperoleh dari pengisian kuesioner secara langsung
oleh ibu menyusui.
3.7.2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian
kuesioner oleh responden. Responden dikumpulkan di Klinik Lista.
Sebelumnya responden diberikan penjelasan tentang cara
pengisian kuesioner pada responden dan menanyakan bila ada
hal-hal yang tidak dimengerti oleh responden. Setelah itu kuesioner
dikumpul lalu dilakukan pengolahan data.
30
3.8. Pengolahan dan Analisa Data
3.8.1. Pengolahan data
Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Editing
Memeriksa kelengkapan data-data yang telah terkumpul.
Berdasarkan hasil pengecekan seluruh kuesioner telah dijawab
responden dengan lengkap sehingga tidak dilakukan data ulang.
b. Coding
Merubah data yang sudah di edit ke dalam bentuk angka, dimana
nama responden diubah menjadi kode responden sehingga lebih
mudah dan sederhana.
c. Scoring
Skor dilakukan pada setiap jawaban responden, selanjutnya
dihitung nilai yang diperoleh responden keseluruhannya, kemudian
dikelompokkan dengan aspek pengukuran.
d. Tabulating
Untuk mempermudah dalam pengolahan data serta pengambilan
kesimpulan, maka seluruh data ditabulasikan ke dalam tabel
distribusi frekuensi.
31
3.8.2. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Analisis data univariat
Analisis data univariat ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran
distribusi frekuensi atau besarnya populasi atau variabel
independen dan variabel dependen sehingga dapat diketahui
variasi dari masing-masing variabel.
b. Analisis data bivariat
Analisis data bivariat ini digunakan untuk melihat pengaruh
pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, dan informasi dengan
produksi ASI dengan menggunakan uji statistic chi-square.
Adapun rumus chi-square yang digunakan adalah sebagai berikut :
x2=∑❑(0−E )2
E
Keterangan :
x² = Chi square
0 = Nilai hasil observasi
E = Nilai yang diharapkan
32