bab i pendahuluanrepository.uph.edu/8330/3/chapter1.pdf · 2020-03-05 · bab i pendahuluan 1.1...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Industri rumah sakit di Indonesia saat ini cukup menjanjikan untuk masa
mendatang dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia. Pada tahun
2016 jumlah penduduk indonesia mencapai 258.705.000 jiwa dan pada tahun
2017 jumlah penduduk Indonesia mencapai 261.890.090 jiwa (www.bps.go.id).
Dengan demikian rumah sakit merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan
untuk menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakatnya.
Meningkatnya jumlah pasien dan kebutuhan akan kualitas pelayanan kesehatan
yang prima menjadi salah satu alasan mengapa bisnis rumah sakit di Indonesia
akan terus berkembang.
Dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia dan terbanyak di
kawasan ASEAN serta meningkatnya pendapatan masyarakat makan
kebutuhan akan layanan kesehatan yang berkualitas semakin meningkat, hal ini
mendorong pertumbuhan rumah sakit baru dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan pasien. Layanan kesehatan sudah menjadi industri yang
menguntungkan dan menarik investor untuk menanamkan modalnya.
2
Gambar 1.1. grafik pertumbuhan jumlah rumah sakit
Sumber: https://www.bps.go.id/dynamictable/2017/08/16/1265/jumlah-sarana-kesehatan-
2012-2007.html
Pertumbuhan rumah sakit ini akan menimbulkan kompetisi yang semakin
ketat dan konsumen mempunyai pilihan yang bervariasi untuk dipilih. Kondisi
seperti ini membuat para penyedia layanan kesehatan khususnya rumah sakit
baik pihak pemerintah maupun swasta dihadapkan pada dua pilihan yaitu masuk
dalam arena kompetisi dengan melakukan perubahan dan perbaikan atau keluar
arena kompetisi tanpa dibebani perubahan dan perbaikan. Hal ini dilakukan
agar untuk menjaga kelangsungan bisnis rumah sakit tetap bertahan di tengah
persaingan yang semakin kompetitif. Kondisi lingkungan usaha demikian
mengharuskan rumah sakit meningkatkan kualitas dan mutu layanan agar tetap
sukses, baik ditingkat operasional, manajerial maupun strategi.
Bila ditinjau dari demografi penduduk Indonesia, jumlah penduduk
Indonesia pada tahun 2020 yang berusia diatas 65 tahun akan berkurang 17 juta
jiwa. Sedangkan pada kelompok usia produktif antara umur 15-64 tahun akan
berjumlah 184 juta jiwa di tahun 2020. Jumlah kelompok usia produktif ini
3
meningkat 17 juta jiwa bila dibandingkan pada tahun 2013. Kelompok usia dini
0-14 tahun juga akan mengalami peningkatan sebayak 2 juta juwa menjadi 71
juta jiwa di tahun 2020 mendatang. Pertumbuhan penduduk ini harus diiringi
dengan cakupan pelayanan kesehatan yang memadai.
Berdasarkan data demografi penduduk Indonesia diatas, hal ini
menggambarkan bahwa adanya peluang pasar untuk bisnis rumah sakit untuk
berkembang. Dalam 5 tahun terakhir sejak tahun 2009 jumlah pertumbuhan
rumah sakit di Indonesia mencapai angka 10%, dapat dilihat di tabel bawah ini.
Tabel 1.1. Tabel jumlah rumah sakit berdasarkan wilayah dan tahun
pertumbuhan (2009-2013)
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan/Kementrian Kesehatan
Dengan demikian dapat dilihat bahwa industri rumah sakit di Indonesia
masih cukup menjanjikan mengingat pertumbuhan jumlah pendudukan dan
permintaan akan pelayanan kesehatan juga akan meningkat pula. Di lain sisi
4
juga kemampuan daya beli masyarakat yang membaik dan angka harapan hidup
yang tumbuh akan mendorong jumlah rumah sakit di Indonesia.
Untuk menjaga kualitas pelayanan rumah sakit, maka organisasi kesehatan
di dunia sepakat untuk membuat standar pelayanan kesehatan dalam bentuk
akreditasi. Saat ini, lembaga pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tersier)
selayakannya sudah memenuhi standar akreditasi baik oleh akreditasi nasional
maupun internasional. Di Indonesia, dua akreditasi yang paling umum adalah
Komisi Akredisasi Rumah Sakit (KARS) sebagai akreditasi nasional dan Joint
Commission International (JCI) sebagai akreditasi internasional. Maka dari itu,
rumah sakit diharuskan mempertahankan standar perawatan yang baik serta
mengelola kualitas pemberian layanan. Demi meningkatkan kualitas pelayanan
keseharan , sistem manajerial rumah sakit haruslah efektif, efisien, mudah
diakses, patient-centered, adil dan aman (World Health Organiation, 2006).
Industri kesehatan saat ini merupakan layanan jasa dengan pertumbuhan
tercepat baik di negara maju maupun di negara berkembang, salah satunya
adalah Indonesia. Maka dari itu, penting untuk rumah sakit untuk menyediakan
pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan penduduk. Jika konsumen
puas dengan penyedia layanan kesehatan, loyalitas pelanggan akan terbentuk
dan mereka akan melakukan pembelian ulang. Manajer rumah sakit harus dapat
mengidentifikasi dan memahami dimensi kualitas yang penting di mata
pelanggan sebagai dasar dari penyediaan layanan kesehatan yang memuaskan.
Penyedia layanan kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi layanan
kesehatan primer, sekunder dan tersier. Rumah Sakit Fatmawati (RSF)
5
merupakan rumah sakit pemerintah type A yang menyediakan pelayanan
kesehatan tersier. Rumah sakit tersier umumnya terdiri dari personel pelayanan
subspesialistik yang dilengkapi fasilitas penunjang yang muktahir. Pasien
rumah sakit tersier tidak jarang adalah rujukan dari penyedia pelayanan
kesehatan primer dan sekunder. Hal ini membuat RSF merupakan salah satu
garis pertahanan teratas pelayanan kesehatan di Indonesia. Saat ini RSF telah
berhasil mendapatkan akreditasi Joint Commission International (JCI) pada
tahun 2014 sampai 2017, dan untuk mempertahankan statusnya, RSF harus
menunjukan standar kualitas pelayanan jasa yang memuaskan.
Setiap tahun, kinerja rumah sakit umum pemerintah Indonesia akan
dievaluasi. Berdasarkan laporan tahunan 2018, RSF gagal memenuhi beberapa
Key Performance Index (KPI), salah satunya adalah indeks kepuasan pasien.
Berdasarkan gambar 1.2, departemen dengan nilai dibawah garis merah
berperan terhadap menurunkan indeks kepuasan pelanggan secara keseluruhan,
dan ketiga departemen dengan peringkat terbawah adalah farmasi, rekam medis
dan instalasi gawat darurat (IGD). Pada tabel 1.2, tertulis bahwa sejak 2010,
IGD-RSF belum berhasil mencapai target yang diinginkan. IGD memainkan
peran penting sebagai pintu masuk pasien, maka dari itu, jika kepuasan pasien
IGD rendah, hal ini dapat mempengaruhi secara langsung terhadap rendahnya
kualitas layanan RSF, dan hal ini akan berbahaya bagi RSF dalam
mempertahankan status JCI periode selanjutnya.
6
Tabel 1.2 Key Performance Index dan realisasi RSF tahun 2018
Sumber: data internal tahunan RSF 2018
Sampai saat ini, RSF masih menggunakan SERVQUAL untuk mengukur
skala kualitas pelayanannya. SERVQUAL merupakan skala yang dibuat oleh
Parasuraman et al. (1985) untuk mengukur kuaitas layanan jasa melalui lima
dimensi yaitu Responsiveness, Assurance, Tangible, Emphaty dan Reability.
Walaupun skala ini sudah digunakan secara luas dalam industri kesehatan dan
managemen rumah sakit namun skala ini masih kurang dapat menggali beberapa
dimensi seperti prosedur klinis, hasil keluaran, proses penerimaan dan pemulangan
7
pasien, penagihan, tindak lanjut, penyebaran informasi, keselamatan pasien,
makanan, citra serta tanggung jawab sosial.
Gambar 1.2. indeks kepuasan pelanggan pada tiap departemen RSF
Sumber: data internal tahunan RSF 2018
Managemen kualitas pelayanan terdiri dari perspektif internal dan eksternal.
Perspektif internal berfokus pada nihil kecacatan dan pemenuhan persyaratan,
sedangkan perspektif eksternal berfokus pada harapan, persepsi, sikap serta
kepuasan pelanggan. Nilai persepsi pasien terhadap rumah sakit terdiri dari enam
hal yaitu nilai akuisisi, nilai transaksi, nilai efisiensi, nilai estetika, nilai interaksi
sosial dan nilai kepuasan diri. Swain et al. (2018) mengembangkan sebuah
kerangka kerja 6Q yang menggabungkan keenam aspek kualitas diantaranya adalah
aspek kualitas teknis, kualitas prosedural, kualitas infrastruktur, kualitas interaksi,
kualitas personal dan kualitas sosial. Kerangka kerja 6Q diharapkan dapat dengan
akurat mengukur nilai persepsi pelanggan pada penelitian ini.
8
Tabel 1.3. Capaian per tahun indeks kepuasan pelanggan departemen
RSF (2010 – 2018)
Sumber: data internal tahunan RSF 2018
Berdasarkan urainan di atas, maka peneliti merasa perlu untuk melakukan
penelitian dengan judul “ Analisis Kualitas Managemen Eksternal Unit
Gawat Darurat Rumah Sakit Fatmawati Terhadap Indeks Kepuasan dan
Perilaku Masa Depan Pasien melalui Pendekatan Kerangka Kerja 6Q ”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
9
1. Apakah terdapat pengaruh positif antara aspek kualitas teknis dengan kepuasan
pasien IGD-RSF ?
2. Apakah terdapat pengaruh positif antara aspek kualitas prosedural dengan
kepuasan pasien IGD-RSF?
3. Apakah terdapat pengaruh positif antara aspek kualitas infrastruktur dengan
kepuasan pasien IGD-RSF?
4. Apakah terdapat pengaruh positif antara aspek kualitas interaksi dengan
kepuasan pasien IGD-RSF?
5. Apakah terdapat pengaruh positif antara aspek kualitas personal dengan
kepuasan pasien IGD-RSF?
6. Apakah terdapat pengaruh positif antara aspek kualitas sosial dengan kepuasan
pasien IGD-RSF?
7. Apakah terdapat pengaruh positif antara kepuasan pasien dengan perilaku masa
depan IGD-RSF?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan utama dalam penelitian
ini adalah untuk:
1. Menganalisis pengaruh aspek kualitas teknis dengan indeks kepuasan pasien
IGD-RSF.
2. Menganalisis pengaruh aspek kualitas prosedural dengan indeks kepuasan
pasien IGD-RSF.
10
3. Menganalisis pengaruh aspek kualitas infrastruktur dengan indeks kepuasan
pasien IGD-RSF.
4. Menganalisis pengaruh aspek kualitas interaksi dengan indeks kepuasan pasien
IGD-RSF.
5. Menganalisis pengaruh aspek kualitas personal dengan indeks kepuasan pasien
IGD-RSF.
6. Menganalisis pengaruh aspek kualitas sosial dengan indeks kepuasan pasien
IGD-RSF.
7. Menganalisis pengaruh indeks kepuasan dengan perilaku masa depan pasien
IGD-RSF.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi dan
bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan, diantaranya:
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Penulis
Dengan melakukan penelitian ini, penulis mendapatkan wawasan dan
pengetahunan yang lebih mengenai kerangka 6Q yaitu aspek kualitas teknis,
prosedural, infrastruktur, interaksi, personal, sosial, indeks kepuasan
pelanggan, perilaku masa depan pasien, serta faktor yang berpengaruh pada
Kinerja Pelayanan Rumah Sakit.
11
b. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi perpustakaan pada
Program magister Administrasi Rumah Sakit
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat dijadikan sebagai acuan peneliti selanjutnya yang akan meneliti
mengenai kinerja pelayanan rumah sakit.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
bagi manajemen rumah sakit, khususnya bagi Rumah Sakit Fatmawati,
sebagai referensi dalam merumuskan strategi yang tepat, sehingga diperoleh
kinerja yang lebih baik dimasa yang akan datang.
1.5 Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Dalam bab ini membahas latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian
dan manfaat penelitian
Bab II : Landasan Teori
Dalam bab ini membahas penjelasan teori yang berhubungan variabel-variabel
dalam penelitian antara lain kerangka kerja 6Q, kepuasan pelanggan serta
perilaku masa depan pasien
12
Bab III : Metodologi Penelitian
Dalam bab ini membahas objek penelitian, subjek penelitian, pengukuran, unit
analisis, desain sampel, jumlah sampel, metode pengumpulan data dan analisis
data
Bab IV : Hasil Penelitian
Dalam bab ini akan dibahas analisis hasil data yaitu reliabilitas, validitas,
statistik deskrisptif dan analitik yang disusun berdasarkan data yang telah
diperoleh.
Bab V : Kesimpulan
Dalam bab ini akan dibahas kesimpulan yang ditarik dari hasil penelitian dan
saran untuk rumah sakit yang terkait dengan penelitian.