bab i pendahuluan 1.1 latar belakangeprints.umm.ac.id/38960/2/bab 1.pdfpengembangan potensi desa...

20
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan sumber daya sering mendapat sorotan, yakni fenomena termarginalkannya masyarakat lokal untuk memperoleh manfaat dari sumber daya yang ada di destinasi pariwisata. Untuk itu, agar terjamin implementasi pariwisata berbasis masyarakat pada destinasi pariwisata diperlukan upaya untuk mengedepankan peran serta dan tanggung jawab masyarakat setempat. Masyarakat sebagai salah satu pemangku kepentingan (stakeholders) harus dilibatkan dalam pengelolaan berbagai sumber daya pariwisata diwilayah mereka. Menurut Ascherson, masyarakat local memiliki hak asasi untuk menginterpretasikan dan mengelola sumber daya yang mereka miliki (Prasiasa, 2013:51). Bukit Brukoh sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai tempat wisata, dengan adanya Ide Kepala Desa Bajang membangun Bukit Brukoh untuk dijadikan sebagai pariwisata mampu meningkatkan ekonomi masyarakat. Ide Kepala Desa Bajang dimusyawarahkan dalam sebuah forum di desa yang biasa dilaksanakan secara rutin menyangkut perencanaan pembangunan desa yaitu dalam forum MUSRENBANGDES (musyawarah rencana pembangunan desa) dimana MUSRENBANGDES menyetujui atas ide dari kepala desa tersebut serta memberi masukan dan pendapat dalam forum tersebut untuk pembangunan wisata Bukit Brukoh, setelah disepakati bersama kemudian dibuatkan RKP (Rencana Kerja Pembangunan) kemudian mokri dan salah satu masyarakat desa Bajang survey lokasi

Upload: others

Post on 03-Aug-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38960/2/BAB 1.pdfPengembangan potensi desa melalui wisata Bukit Brukoh ini, dibangun karena aktor utama dalam pengembangan potensi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengelolaan sumber daya sering mendapat sorotan, yakni fenomena

termarginalkannya masyarakat lokal untuk memperoleh manfaat dari sumber daya

yang ada di destinasi pariwisata. Untuk itu, agar terjamin implementasi pariwisata

berbasis masyarakat pada destinasi pariwisata diperlukan upaya untuk

mengedepankan peran serta dan tanggung jawab masyarakat setempat. Masyarakat

sebagai salah satu pemangku kepentingan (stakeholders) harus dilibatkan dalam

pengelolaan berbagai sumber daya pariwisata diwilayah mereka. Menurut Ascherson,

masyarakat local memiliki hak asasi untuk menginterpretasikan dan mengelola

sumber daya yang mereka miliki (Prasiasa, 2013:51).

Bukit Brukoh sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai tempat wisata,

dengan adanya Ide Kepala Desa Bajang membangun Bukit Brukoh untuk dijadikan

sebagai pariwisata mampu meningkatkan ekonomi masyarakat. Ide Kepala Desa

Bajang dimusyawarahkan dalam sebuah forum di desa yang biasa dilaksanakan

secara rutin menyangkut perencanaan pembangunan desa yaitu dalam forum

MUSRENBANGDES (musyawarah rencana pembangunan desa) dimana

MUSRENBANGDES menyetujui atas ide dari kepala desa tersebut serta memberi

masukan dan pendapat dalam forum tersebut untuk pembangunan wisata Bukit

Brukoh, setelah disepakati bersama kemudian dibuatkan RKP (Rencana Kerja

Pembangunan) kemudian mokri dan salah satu masyarakat desa Bajang survey lokasi

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38960/2/BAB 1.pdfPengembangan potensi desa melalui wisata Bukit Brukoh ini, dibangun karena aktor utama dalam pengembangan potensi

2

ke Bukit Brukoh dan dari hasil survey langsung ditindak lanjuti pembangunan fisik

Bukit Brukoh. pihak desa menggandeng arsitek untuk merancang pembangunan fisik

Bukit Brukoh, setelah itu RKP yang telah disusun sebelumnya diajukan kepada pihak

kecamatan dan pihak kecamatan menyetujui dan menandatangani RKP tersebut

setelah itu dibuatkan RAB (Rencana Anggaran Biaya) untuk diajukan ke pusat.

Destinasi pariwisata sebagai bagian dari industri pariwisata tidak dapat

terlepas dari aktor utama yang ada dibalik destinasi pariwisata untuk dapat

menghasilkan produk yang berdaya saing. Pengungkapan aktor utama merupakan isu

yang strategis karena dari aktor inilah kontribusi yang sangat signifikan bermula.

Dalam pengelolaan destinasi pariwisata, ada sejumlah aktor utama yang diidentifikasi

dapat memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap destinasi pariwisata,

antara lain kementerian kebudayaan dan pariwisata(Kemenbudpar), pemerintah

daerah (provinsi, kabupaten/ kota), asosiasi profesi pariwisata, usaha pariwisata,

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), perguruan tinggi, masyarakat, investor, media

massa, dan lintas departemen.

Isu pengelolaan, komodifikasi, koordinasi, dan aktor utama dalam

pengelolaan, destinasi pariwisata perlu memperoleh penanganan yang serius dan

holistik. Harapannya adalah hadirnya destinasi pariwisata yang memberikan manfaat

secara berkelanjutan dari sisi budaya, lingkungan, dan ekonomi. Untuk mendukung

pencapaian tersebut , perlu dibarengi dengan peningkatan kualitas pengalaman

wisatawan di destinasi pariwisata, pengembangan sumber daya manusia, melakukan

survey terkait dengan produk di destinasi pariwisata, menghindari dampak negatif

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38960/2/BAB 1.pdfPengembangan potensi desa melalui wisata Bukit Brukoh ini, dibangun karena aktor utama dalam pengembangan potensi

3

terhadap masyarakat local dan lingkungan, menciptakan lingkungan usaha yang lebih

baik melalui visi pengembangan yang jelas, kerja sama dengan pemangku

kepentingan, sosialisasi kebijakan dan mentaati peraturan yang terkait tata ruang

serta zooning (Prasiasa, 2012:39-40),

Bukit Brukoh menjadi suatu destinasi pariwisata karena kreatifitas dari

pemimpin Desa Bajang dan hasil dari musyawarah desa untuk menjadikan Bukit

Brukoh menjadi suatu pariwisata dengan harapan mampu meningkatkan ekonomi

masyarakan dan menciptakan solidaritas yang tinggi khususnya masyarakat Bajang.

Kepala Desa Bajang mampu merubah Bukit Brukoh menjadi suatu pariwisata yang

indah dan banyak disukai pengunjung. Yang awalnya hanya sebagai bukit biasa yang

kesannya negatif karena sering dijadikan tempat mesum dan tempat asusila oleh

orang-orang, maka dari itu kepala desa dan tokoh masyarakat sepakat untuk

membangun Bukit Brukoh karena Bukit Brukoh dianggap sumber daya alam yang

berpotensi untuk peningkatan ekonomi masyarakat sehingga perlu adanya

pengembangan agar lebih optimal. Maka dari itu adanya destinasi pariwisata ini di

dukung oleh pemerintah dan masyarakat untuk lebih dikembangkan lagi dan menjadi

pariwisata yang berkelanjutan.

Hakikat pariwisata Indonesia bertumpu pada keunikan dan kekhasan budaya

alam serta hubungan manusia. Kepariwisataan adalah keseluruhan peroses kegiatan

yang dilakukan dan keluaran yang dihasilkan oleh masyarakat, pengusaha dan

pemerintah dan keterkaitannya satu dengan lainnya dalam mengembangkan

pariwisata yang di dasarkan dan memperhatikan nilai-nilai agama, pelestarian sumber

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38960/2/BAB 1.pdfPengembangan potensi desa melalui wisata Bukit Brukoh ini, dibangun karena aktor utama dalam pengembangan potensi

4

daya alam dan budaya, kepentingan politik, ekonomi, sosial serta pertahanan

keamanan. Untuk itu, pembangunan kepariwisataan Indonesia tetap menempatkan

kebhinekaan, sebagai suatu yang hakiki dalam bingkai Negara kesatuan republik

Indonesia (Sedamaryanti, 2014:16).

Mokri selaku Kepala Desa Bajang mengungkapkan bahwa Bukit Brukoh

sebelum dibangun dijadikan sebagai objek wisata biasanya sering dijadikan sebagai

tempat mesum oleh masyarakat, orang –orang datang ke Bukit Brukoh biasanya

hanya dijadikan sebagai tempat asusila, tidak sedikit masyarakat sekitar Bukit Brukoh

yang sering menemui orang berbuat mesum di Bukit Brukoh, tidak heran jika Bukit

Brukoh dijadikan sebagai tempat mesum karena memang tempatnya sepi dan

dikelilingi semak-semak, maka dari itu Kepala Desa Bajang dan tokoh masyarakat

berinisiatif untuk menjadikan Bukit Brukoh sebagai Pariwisata. Semenjak Bukit

Brukoh dibangun dan dijadikan sebagai destinasi pariwisata baru banyak perubahan

dari segala aspek mulai dari fisik Bukit Brukoh hingga perekonomian masyarakat

sekitar dan solidaritas pemuda desa yang semakin kuat.

Kehadiran wisatawan ke daerah-daerah, Pedesaan, Hutan, atau wilayah

terpencil sudah berlangsung sejak lama, fenomena petualangan di alam hutan atau

alam terbuka memberikan nuansa wisata. Petualangan yang alamiah yang penuh

nuansa budaya tradisional mungkin sulit ditemukan dikehidupan perkotaan atau

modern. Konsepsi mengembangkan desa wisata dapat dimulai dari daya tarik wisata

desa dan lingkungannya. Kegiatan wisata haruslah memberikan manfaat atau nilai

tambah yang berkelanjutan, nilai tambah itu menjadi intesif untuk pengelolaan yang

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38960/2/BAB 1.pdfPengembangan potensi desa melalui wisata Bukit Brukoh ini, dibangun karena aktor utama dalam pengembangan potensi

5

lebih baik, yang memenuhi standart jasa wisata. Dalam hal ini, wisata telah menjadi

kegiatan ekonomi telah menghasilkan manfaat kesejahteraan (social banefit)

sebagaimana konsep sustainable tourism yang menekankan kepada kegiatan wisata

yang berkelanjutan (Iwan &Purnawan, 2015:6-11).

Destinasi pariwisata Bukit Brukoh tersebut juga melibatkan masyarakat

terutama pemuda desa untuk mengelola potensi desa yang ada yaitu berupa Bukit

Brukoh. Ekonomi masyarakat Desa Bajang mulai meningkat khususnya yang ada di

Dusun Brukoh karena dengan adanya pengembanagan potensi desa melalui wisata

Bukit Brukoh masyarakat bisa berjualan di area wisata Bukit Brukoh dan

mengembangkan kreatifitasnya misalkan menjual hasil kerajinan dengan tema khas

Brukoh serta para pemuda desa ikut terlibat dalam pengembangan dan pelestarian

wisata Bukit Brukoh untuk keberlanjutan wisata Bukit Brukoh. upaya pengelolaan

suatu lahan menjadi pariwisata baru merupakan suatu hal untuk pelestarian alam dan

budaya masyarakat,adanya pengembangan potensi desa melalui wisata Bukit Brukoh

selain mampu melestarikan potensi alam yang ada juga mampu menciptakan

solidaritas yang kuat, apalagi di dukung oleh adanya panorama yang indah di Bukit

Brukoh sehingga mampu memberikan keunikan dan ciri khas dari Bukit Brukuh

tersebut yang mampu meningkatkan ketertarikan wisatawan. Suasana dan

pemandangan di Desa Bajang khususnya di Bukit Brukoh jarang ditemui di perkotaan

maka tidak heran jika masyarakat kota berlomba-lomba untuk berkunjung ke wisata

Bukit Brukoh.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38960/2/BAB 1.pdfPengembangan potensi desa melalui wisata Bukit Brukoh ini, dibangun karena aktor utama dalam pengembangan potensi

6

Pengembangan potensi desa melalui wisata Bukit Brukoh ini, dibangun

karena aktor utama dalam pengembangan potensi desa ini sadar bahawa Bukit

Brukoh sangat berpotensi untuk dijadikan tempat wisata. dengan adanya

pengembanagan wisata tersebut akan mampu meningkatkan ekonomi masyarakat.

keterlibatan masyarakat dalam wisata ini mulai dari kepengurusan hingga staf dan

usaha mandiri masyarakat dan mampu mengurangi pengangguran khususnya di Desa

Bajang dan masyarakat juga bisa membuka usaha mandiri seperti halnya pedagang

kaki lima.

Perekrutan staff dan pengelola wisata Bukit Brukoh diatur dalam peraturan

Desa Bajang. sesuai dengan peraturaan Desa Bajang Kecamatan Pakong Kabupaten

Pamekasan Nomor: 001 tahun 2016 tentang pembentukan Badan Usaha Milik Desa

(BUMDES) pada BAB IV keanggotaan pasal 6 dijelaskan bahwa anggota BUMDES

“Wisata Alam-BRUKOH HILL” terdiri dari Masyarakat yang berdomisili di Desa

Bajang atau yang berdomisili di luar desa sebagaimana disebut, dapat menjadi

anggota BUMDES, bilamana telah memenuhi persyaratan, ketentuan dan prosedur

menjadi anggota sesuai dengan keputusan lembaga dan untuk pertama kali syarat

keanggotaan BUMDES adalah setiap masyarakat desa yang telah memenuhi

ketentuan kelayakan usaha dan memenuhi persyaratan pengajuan modal usaha secara

berkelompok dan dinyatakan lolos verivikasi oleh pengurus BUMDES.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38960/2/BAB 1.pdfPengembangan potensi desa melalui wisata Bukit Brukoh ini, dibangun karena aktor utama dalam pengembangan potensi

7

dijelaskan juga mengenai hak dan kewajiban anggota pada BAB IV pasal 7

bahwa anggota BUMDES “Wisata Alam Bukit Brukoh-BRUKOH HILL” mempu

nyai hak yaitu yang pertama untuk menjadi pengurus atau pengawas BUMDES,

kedua memberikan suaranya dalam pemungutan suara, ketiga Mengeluarkan

pendapat, keempat memperoleh manfaat dan perlindungan hukum dalam pelaksanaan

hak dan kewajiban, kelima memberikan masukan pengembangan program kepada

pengurus. Dan dilanjut pada pasal 9 seluruh anggota dan kelompok masyarakat

berkewajiban untuk turut serta dalam memajukan BUMDES “Wisata Alam Bukit

Brukoh –BRUKOH HILL” baik secara langsung maupun tidak langsung, menghadiri

rapat-rapat yang dipandang perlu diadakan oleh pengurus mengikuti secara aktif

program BUMDES “Wisata Alam Bukit Brukoh –BRUKOH HILL” terutama dalam

peningkatan sumber daya dan mematuhi dan melaksanakan semua peraturan dan

beban yang menjadi tanggung jawabnya (Peraturan Desa Bajang No:1,2016).

Tokoh masyarakat meminta kepada Kepala Desa Bajang untuk menutup

semua aktifitas di wisata Bukit Brukoh pada jam 17.00 WIB, semua pengunjung

wajib turun pada jam 17.00 WIB dan Kepala Desa Bukit Brukoh menyiapkan mobil

keliling untuk mengecek wisata Bukit Brukoh pada jam 17.00 WIB dengan harapan

agar wisata Bukit Brukoh tidak dijadikan tempat mesum lagi. wisata Bukit Brukoh

buka jam 07.00 WIB dan tutup jam 17.00 WIB untuk karcis masuk Rp. 5000,- per

sepeda motor. Hasil dari penjualan karcis masuk wisata Bukit Brukoh di gunakan

untuk 20% untuk pemupukan modal kerja, 20% untuk cadang umum/modal usaha

kerja, 30% untuk dana kesejahteraan karyawan, 10% untuk biaya operasional

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38960/2/BAB 1.pdfPengembangan potensi desa melalui wisata Bukit Brukoh ini, dibangun karena aktor utama dalam pengembangan potensi

8

pengelolaan,pembinaan dan pelatihan, 10% untuk jasa TVRI, 20% untuk dana

pembangunan desa, 10% untuk dana sosial.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalahnya adalah bagaimana

pengembangan potensi desa melalui wisata Bukit Brukoh?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui lebih jauh tentang pengembangan potensi desa melalui

wisata Bukit Brukoh.

1.4 Manfaat penelitian

Sebuah penelitiah akan lebih sempurna jika penelitian tersebut memiliki

manfaat dan menjadi sebuah program yang berkelanjutan, dari penelitian ini ada dua

manfaat yang dapat dikelompokkan, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis:

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian tersebut diharapkan mampu menjadi salah satu informasi

dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam pemberdayaan masyarakat

yang ada hubungannya dengan Sosiologi. Serta kajian tentang destinasi pariwisata

Bukit Brukoh.

1.4.2 Manfaat praktis

a. Manfaat bagi pemerintah

Hasil penelitian ini tentang pengembangan potensi desa melalui wisata Bukit

Brukoh di Desa Bajang, Kecamatan Bajang, Kabupaten Pamekasan diharapkan

mampu untuk menjadi pertimbangan bagi pemerintah desa, pemerintah kecamatan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38960/2/BAB 1.pdfPengembangan potensi desa melalui wisata Bukit Brukoh ini, dibangun karena aktor utama dalam pengembangan potensi

9

dan pemerintah kabupaten untuk pengembangan potensi desa agar menjadi sebuah

pariwisata dan Program yang berkelanjutan dan pembangunan dari segi ekonomi

masyarakat setempat dan solidaritas untuk masyarakat Desa Bajang.

b. Manfaat bagi Civitas Academika

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi baru bagi mahasiswa

maupun dosen, mengenai kajian tentang pengembangan potensi desa khusunya dalam

kajian destinasi wisata Bukit Brukoh.

c. Manfaat bagi Masyarakat Desa Bajang

Hasil penelitian tentang “Pengembangan potensi desa melalui wisata Bukit

Brukoh” di Desa Bajang ini di harapkan mampu meningkatkan ekonomi masyarakat

Desa Bajang melalui adanya wisata Bukit Brukoh ini dan menciptakan solidaritas

yang tinggi antara masyarakat untuk menjaga Bukit Brukoh agar tidak dijadikan

tempat mesum lagi, serta pemuda desa diharapkan mampu berinisiatif lebih

cemerlang untuk mengembangkan dan mempertahankan wisata alam ini melalui

pengembangan potensi desa.

1.5 Definisi Konsep

1.5.1 Pengembangan Potensi Desa

Potensi dalam tulisan ini adalah daya, kekuatan, kesanggupan dan

kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkan (Depdikbud,

1989) Jadi pengembangan potensi desa adalah daya, kekuatan, kesanggupan dan

kemampuan yang dimiliki oleh suatu desa yang mempunyai kemungkinan untuk

dapat dikembangkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara

garis besar potensi desa dapat dibedakan menjadi dua; Pertama adalah poteni fisik

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38960/2/BAB 1.pdfPengembangan potensi desa melalui wisata Bukit Brukoh ini, dibangun karena aktor utama dalam pengembangan potensi

10

yang berupa tanah, air, iklim, lingkungan geografis, binatang ternak, dan sumber daya

manusia. Kedua adalah potensi non-fisik berupa masyarakat dengan corak dan

interaksinya, lembaga-lembaga sosial, lembaga pendidikan,dan organisasi sosial desa,

serta aparatur dan pamong desa (Abdurokhman, 2014:3)

1.5.2 Pariwisata

Secara Sosiologis John Urry menyebutkan bahwa pariwisata mempunyai ciri-

ciri sebagai berikut:

Pariwisata adalah aktifitas bersantai atau aktivitas waktu luang. Perjalanan

wisata bukanlah suatu „kewajiban‟ dan umumnya dilakukan pada saat seseorang

bebas dari pekerjaan yang wajib dilakukan, yaitu pada saat mereka cuti atau libur.

Dalam perkembangan selanjutnya, berwisata dapat diidentikkan dengan „berlibur di

daerah lain‟. berlibur di daerah lain, atau memanfaatkan waktu luang dengan

melakukan perjalanan wisata, dewasa ini merupakan salah satu ciridari masyarakat

modern (Pitana & Gayatri, 2005:45-47).

1.5.3 Bukit Brukoh

Bukit Brukoh merupakan suatu bukit yang terletak di Desa Bajang Kecamatan

Pakong Kabupaten Pamekasan, bukit ini awalnya terkenal sebagai tempat mesum tapi

karena pembangunan yang direncanakan dan direalisasikan untuk menjadi sebuah

pariwisata yang mampu meningkatkan ekonomi masyarakat dan sekarang sudah tidak

ada lagi bukit mesum tapi diganti bukit pariwisata yaitu „Wisata Bukit Brukoh‟

(wawancara dengan kepala Desa Bajang).

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38960/2/BAB 1.pdfPengembangan potensi desa melalui wisata Bukit Brukoh ini, dibangun karena aktor utama dalam pengembangan potensi

11

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, metode

penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositifisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai

lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik

pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menenkankan makna dari pada

generalisasi (Sugiono, 2014:9).

Sedangkan menurut Haris Herdiansyah penelitian kualitatif adalah penelitian

yang bertujuan memahami realitas sosial, yaitu melihat dunia apa adanya, bukan

dunia yang seharusnya, maka seorang peneliti kualitatif harus orang yang memiliki

sifat open minded. Karenanya melakukan penelitian kualitatif dengan baik dan benar

berarti telah memiliki jendela untuk memahami dunia Psikologi dan realitas sosial.

(Herdiansyah, 2010:vii)

Pendekatan penelitian kualitatif releven untuk menjabarkan permasalahan

yang di angkat oleh peneliti yaitu tentang pengembangan potensi desa melalui wisata

Bukit Brukoh di Desa Bajang Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan, akan

mampu dijabarkan secara menyeluruh dan mendalam sesuai karakteristik dari

penelitian kualitatif yaitu berlandaskan pada filsafat positifisme dimana peneliti harus

mampu melakukan penelitian secara mendalam dan menyeluruh.Penelitian ini

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38960/2/BAB 1.pdfPengembangan potensi desa melalui wisata Bukit Brukoh ini, dibangun karena aktor utama dalam pengembangan potensi

12

bersifat kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui latar belakang,

permasalahan,kondisi dan dampak dari terbentuknya pengembangan potensi desa

melalui wisata Bukit Brukoh secara mendalam dan menyelurh yang dibentuk oleh

aktor utama yaitu pemimpin Desa Bajang .

Sedangkan Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah

tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung

pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan

orang-orang tersebut dalam bahasannya dan peristilahannya (Sudarti, 1995:62).

1.6.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di Bukit Brukoh desa Bajang Kecamatan Pakong

Kabupaten Pamekasan. Karena wisata Bukit Brukoh ini membawa dampak positif

antara lain mampu meningkatkan ekonomi masyarakat. Karena ide kreatif kepala

desa Bajang mampu merubah Bukit Brukoh ini menjadi sebuah pariwisata yang

awalnya hanya sebatas Bukit biasa yang sering ditempati sebagai tempat mesum

sekarang berubah menjadi pariwisata yang mampu meningkatkan ekonomi

masyarakat desa serta mampu menciptakan solidaritas yang tinggi khususnya untuk

masyarakat Desa Bajang. Penelitian ini dilakukan di wisata Bukit Brukoh untuk bisa

langsung mengetahui aktifitas masyarakat dalam mengembangkan potensi desa

tersebut.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38960/2/BAB 1.pdfPengembangan potensi desa melalui wisata Bukit Brukoh ini, dibangun karena aktor utama dalam pengembangan potensi

13

1.6.3 Teknik Penentuan Subjek Penelitian

Dalam penelitian kualitatif penentuan subjek penelitian merupakan suatu hal

yang penting karena sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Penentuan subjek

penelitian yang tepat akan mampu menghasilkan data dan informasi yang valid

karena subjek penelitian merupakan salah satu sumber dalam penelitian kualitatif.

Teknik penentuan subjek dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang

dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai

penguasa sehingga akan memudahkan penelitian menjelajahi objek atau situasi social

yang diteliti (sugiono:2014, 219-219).

Dalam penelitian ini ada beberapa subjek penelitian yang dipilih

menggunakan teknik purposive sampling yaitu:

a. Kepala Desa Bajang (Moh.Mokri). Peneliti memilih subjek tersebut karena

kepala Desa Bajang (Moh. Mokri) merupakan tokoh masyarakat yang mempunyai

ide pertama untuk membangun Bukit Brukoh menjadi pariwisata dengan

memberdayakan masyarakan

b. Sekertaris Desa Bajang (Dulzaki), peneliti memilih subjek ini karena beliau

selaku sekertaris desa mengetahui data tentang profil desa dan sejarah Desa

Bajang serta realita Bukit Brukoh sebelum di bangun dan juga beliau ikut serta

dalam mendirikan Bukit Brukoh untuk dijadikan pariwisata.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38960/2/BAB 1.pdfPengembangan potensi desa melalui wisata Bukit Brukoh ini, dibangun karena aktor utama dalam pengembangan potensi

14

c. Manager Brukoh Hill (Zainollah), peneliti memilih subjek ini karena beliau

menjabat sebagai Manager wisata Bukit Brukoh jadi semua tentang wisata Bukit

Brukoh mulai dari awal berdirinya wisata Bukit Brukoh, AD/ART hingga sampai

saat ini beliau mengetahui tentang perkembangan Bukit Brukoh dan program

wisata Bukit Brukoh kedepannya.

d. Pedagang kaki lima dan staf wisata Bukit Brukoh selaku masyarakat yang

diberdayakan.

e. Masyarakat karena dalam pengembangan potensi desa melalui wisata Bukit

Brukoh tersebut masyarakat juga ikut berpartisipasi.

1.6.4 Sumber Data

Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok klasifikasi sumber data yang

diperoleh yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti tanpa

melalui sumber lainnya. Data primer diperoleh sesuai dengan teknik penentuan

subjek yang dipilih oleh penenliti sebelumnya, data primer ini diperoleh melalui

pengamatan atau observasi langsung di wisata Bukit Brukoh Desa Bajang Kecamatan

Pakong Kabupaten Pamekasan dan wawancara terhadap subjek yang telah ditentukan

sebelumnya.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38960/2/BAB 1.pdfPengembangan potensi desa melalui wisata Bukit Brukoh ini, dibangun karena aktor utama dalam pengembangan potensi

15

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh oleh penelitian secara tidak langsung misal

melalui perantara media atau sumber lainnya dalam penelitian ini data sekunder yang

diperoleh yaitu dari hasil penelitian terdahulu, jurnal, buku, foto dan juga dokumen

resmi dari desa maupun instansi yang terlibat di dalamnya yang berkaitan deng an

pengembangan potensi desa melalui wisat Bukit Brukoh di Desa Bajang Kecamatan

Pakong Kabupaten Pamekasan.

1.6.5 Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk

memberikan suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan

suatu kesimpulan atau diagnosis. Inti dari observasi adalah adanya perilaku yang

tampak dan adanya tujuan yang ingin dicapai. Perilaku yang tampak dapat berupa

perilaku yang dapat dilihat langsung oleh mata, dapat dihitung, dapat di dengar dan

dapat diukur (Herdiansyah, 2010:131-132).

Dalam penelitian ini menggunakan observasi secara langsung dimana peneliti

terjun langsung ke lokasi penelitian dengan mengamati peristiwa yang terjadi di

wisata Bukit Brukoh serta juga mengamati aktivitas masyarakat dalam

pengembanagan wisata Bukit Brukoh ini, misalkan pedagang kaki lima, staf

kebersihan, penjaga parkir dan loket atau pintu masuk Bukit Brukoh.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38960/2/BAB 1.pdfPengembangan potensi desa melalui wisata Bukit Brukoh ini, dibangun karena aktor utama dalam pengembangan potensi

16

b. Wawancara

Menurut Moleong wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban

atas pertanyaan tersebut. Dalam penelitian kualitatif, wawancara menjadi metode

pengumpulan data yang utama, sebagaian besar data diperoleh melalui wawancara.

untuk itu penguasa teknik wawancara sangat mutlak diperlukan (Herdiansyah,

2010:131-132).

Dalam penelitian ini wawancara yang dilakukan peneliti kepada subjek yang

telah ditentukan sebelumnya dengan harapan mampu mendapatkan informasi yang

sebenar-benarnya. Informan yang dimaksud yaitu kepala desa, sekertaris desa,

manager dari wisata Bukit Brukoh dan masyarakat Desa Bajang yang ikut

berpartisipasi dalam wisata Bukit Brukoh ini. Wawancara ini dilakukan secara tidak

terstruktur agar pertanyaan mengalir sesuai pembicaraan yang dilakukan dan juga

agar mampu membangun hubungan yang baik dengan masyarakat sehingga

masyarakat tidak merasa ada perbedaan atau tingkatan antara peneliti dengan

informan.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38960/2/BAB 1.pdfPengembangan potensi desa melalui wisata Bukit Brukoh ini, dibangun karena aktor utama dalam pengembangan potensi

17

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi merupakan catatan peristiwa

yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan , gambar atau karya-karya

monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalkan catatan

harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan,

dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain

(Sugiono, 2014:240).

Teknik pengumpulam data dengan dokumentasi dari penelitian ini yaitu

berupa foto-foto wisata Bukit Brukoh dan dokumen resmi tentang profil desa,

peraturan desa dan AD/ART wisata Bukit Brukoh sera data-data dan berbagai hal

berhubungan dengan pengembangan potensi desa melalui wisata Bukit Brukoh.

1.6.6 Teknik Analisa Data

Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara

mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang

akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri

maupun orang lain. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan model analisis interaktif yang diperkenalkan oleh Miles dan Huberman

yang terdiri dari tahapan analisis yaitu:

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38960/2/BAB 1.pdfPengembangan potensi desa melalui wisata Bukit Brukoh ini, dibangun karena aktor utama dalam pengembangan potensi

18

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang

yang tidak perlu. Dengan demikian, data yang direduksi akan memberikan gambaran

yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencari yang bila diperlukan kembali.

b. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data merupakan langkah selanjutnya setelah tahap reduksi data.

Data yang telah direduksi kemudian disajikan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori dan sejenisnya. Penelitian Pada penelitian kualitatif,

termasuk penelitian ini, penyajian data difokuskan dengan menggunakan teks yang

bersifat naratif. Adapun bentuk penyajian data yang lain hanya sebagai pendukung.

c. Kesimpulan (Conclusion)/Verifikasi

Tahap ketiga dalam analisis data ialah penarikan kesimpulan atau verifikasi.

kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila

tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat guna mendukung pada tahap pengumpulan

data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,

didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulan yanag dikemukakan merupakan kesimpulan

yang kredibel (Sugiono, 2012:335-345).

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38960/2/BAB 1.pdfPengembangan potensi desa melalui wisata Bukit Brukoh ini, dibangun karena aktor utama dalam pengembangan potensi

19

Gambar 1.1 komponen analisis data(interaktif model) Miles & Huberman

1.6.7 Uji Keabsahan Data (validitas data)

Validitas data adalah suatu bagian yang sangat penting dalam penelitian untuk

mengetahui kebenaran atau keabsahan data yang peneteliti temukan, dalam penelitian

ini menggunakan teknik trianggulasi data. Trianggulasi data dalam penelitian ini

ialah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain,

diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data

itu. Teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui

sumber lainnya (Moleong, 2017:330)

Trianggulasi dengan sumber yaitu menyesuaikan dan mengecek antara derajat

kepercayaan informasi yang diperoleh menggunakan dua alat yang berbeda dalam

penelitian kualitatif (Patton dalam Moleong, 2017:330-331).

Hal tersebut dapat dicapai dengan cara:

Pengumpulan data Penyajian data/display

data

Reduksi data Penarikan kesimpulan

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/38960/2/BAB 1.pdfPengembangan potensi desa melalui wisata Bukit Brukoh ini, dibangun karena aktor utama dalam pengembangan potensi

20

a. Membandingkan antar data hasil pengamatan dengan data yang diperoleh pada

saat wawancara wawancara

b. Membandingkan antara apa yang dikatakan secara pribadi dengan apa yang

dikatakan orang lain

c. Membandingkan antara tanggapan seseorang mengenai situasi penelitian dengan

apa yang dikatakan peneliti.

d. Membandingkan antara perspektif dan keadaan seseorang dengan pendapat dan

pandangan orang lain seperti masyarakat biasa, orang yang berpendidikan tinggi

maupun menengah, orang kaya maupun orang pemerintahan.

e. Membandingkan antara hasil wawancara dengan isi dokumen atau berkas-berkas

yng ada (Moleong, 2017:331).