bab i pendahuluan 1.1 latar belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfguru b) di kota klungkung tahun 1956...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sejarah adalah masa lalu, apa yang direkonstruksikan sejarah adalah apa
saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami
seseorang. Sejarah juga dapat dikatakan sebagai pertanggungjawaban masa silam,
yang lembaran-lembarannya telah ditulis oleh manusia melalui pikiran dan
tindakannya. Itulah yang dinamakan sejarah sebagai peristiwa, yang dalam proses
mempertanggungjawabkannya manusia berhak dan wajib memberikan arti sejarah
sebagai peristiwa tersebut menjadi sejarah sebagai kisah, sejarah sebagai tulisan,
yang mempunyai pokok kaidah sejarah sebagai ilmu.1
Salah satu dari karya tulis sejarah adalah biografi. Biografi berasal dari
bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup, dan graphien yang berarti tulisan.
Dengan kata lain biografi merupakan tulisan tentang kehidupan seseorang.
Biografi secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup
seseorang.2 Dalam penulisan ini, penulis menulis sebuah biografi mengenai sosok
seorang I Gde Parimartha yang merupakan salah satu tokoh yang mengabdi dan
mendedikasikan dirinya dalam bidang akademis, dia juga merupakan Guru Besar
dalam bidang Ilmu Sejarah di Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana.
1Sartono Kartodirdjo, Pemikiran dan Perkembangan Historiografi
Indonesia: Suatu Alternatif, (Jakarta: PT Gramedia,1982), p.v. 2http//Asyura.Com Unsur Iintrinsik Sastra-Biografi dalam sastra.htm// di
unduh tanggal 5 Maret 2014.
2
Parimartha lahir di Dusun Tenganan DauhTukad Karangasem Bali pada
tanggal 31 Desember 1943, dia adalah putra pertama dari pasangan I Nengah
Retes dan Ni Nengah Pari. Parimartha memiliki dua orang saudari perempuan
yang bernama Ni Nengah mayang dan Ni Nengah Bukti.3 Parimartha tumbuh di
lingkungan yang boleh dikatakan cukup sederhana, dia hidup di dalam
lingkungan keluarga petani, ayahnya yang hanya seorang petani penggarap
tentunya tidak mampu untuk memenuhi semua kebutuhannya.
Parimartha kecil tumbuh selayaknya anak-anak kecil yang lain dengan
segala aktivitasnya, dia juga ketika kecil suka berkelahi dengan teman
sepermainannya selayaknya anak kecil yang baru belajar berinteraksi dan
memulai perjalanan hidupnya. Parimartha memulai pendidikan di tingkat dasar
tahun 1950 di Sekolah Rakyat (SR) Pesedahan Kecamatan Manggis Kabupaten
Karangasem sampai kelas tiga, kemudian dia pindah ke Sekolah Rakyat di Desa
Sengkidu Kecamatan Manggis Karangasem dan menyelesaikan pendidikan
tingkat dasarnya di sekolah tersebut tahun 1956.4
Setelah tamat sekolah dasar dia melanjutkan pendidikan ke SGB (Sekolah
Guru B) di Kota Klungkung tahun 1956 dan lulus di tahun 1960.5 Setelah
menyelesaikan pendidikan di tingkat SGB, Parimartha kemudian melanjutkan
pendidikannya ke Sekolah Pendidikan Guru (SPG) tahun 1962 yang ketika itu
3Curriculum Vitae,I Gde Parimartha, (Arsip Bidang Kepegawaian
Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana ).
4Hasil wawancara dengan I Gde Parimartha Tanggal 9 Februari 2015
bertempat di Gedung Pasca Sarjana Universitas Warmadewa.
5Hasil wawancara dengan I Gde Parimartha sama dengan di atas.
3
bernama S.G.A (Sekolah Guru Enam tahun) di Denpasar dan lulus pada tanggal
30 juni tahun 1965. 6
Parimartha sempat memulai pendidikan di tingkat perguruan tinggi dengan
mendaftar di Institut Hindhu Darma (IHD) Denpasar, merasa kurang cocok
dengan sistem pengajaran yang dia terima di perguruan tinggi tersebut dia
memutuskan untuk pindah mencari perguruan tinggi yang lain. Parimartha
akhirnya memutuskan melanjutkan pendidikan ke Fakultas Sastra Universitas
Udayana dengan memilih jurusan Ilmu Sejarah tahun 1968.7 Selama menempuh
pendidikan sarjana muda dalam bidang Ilmu sejarah dia merupakan salah satu
mahasiswa yang aktif dalam perkuliahan dan luwes dalam pergaulan dengan
teman-teman sejawatnya.
Menurut Wirawan, Parimartha merupakan mahasiswa yang aktif dan
senang bergaul dan senang mengikuti organisasi-organisasi yang ada di
lingkungan Universitas Udayana. Salah satunya Parimartha pernah menjabat
sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Sejarah ( KEMAS ). Parimartha juga aktif
dalam organisasi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia ( GMNI ) dari tahun
1968-1972.8
6“Surat keputusan Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan Republik
Indonesia No: 118859/ Idjazah/1965”tentang surat tanda tamat belajar di S.G.A
Denpasar. (Arsip Bidang Kepegawaian Fakultas Sastra dan Budaya Universitas
Udayana). 7Hasil wawancara dengan Anak Agung Bagus Wirawan, tanggal 11 Juni
2014 bertempat di gedung Prof.Dr. I Gusti Ngurah Bagus, Fakultas Sastra dan
Budaya, Universitas Udayana. 8Wirawan merupakan salah satu Guru Besar dan Dosen pengajar di
Program Studi Ilmu Sejarah, Wirawan adalah salah satu rekan sejawat Parimartha
selama studi sarjana muda di Fakultas Sastra Universtitas Udayana dalam bidang
Ilmu Sejarah. Hasil wawancara dengan Wirawan sama dengan di atas.
4
Dalam perkuliahan Parimartha merupakan salah satu teman diskusi yang
disukai oleh Wirawan dalam bertukar pikiran, berdiskusi maupun dalam
mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen selama mengikuti perkuliahan. Ada
hal yang unik menurut Wirawan, ketika itu Parimartha sedang diajak berdiskusi
dalam diskusi antar kelompok. Dalam perkuliahan Parimartha merupakan salah
satu sosok yang kaku dan keras dalam mempertahankan pendapatnya dalam
berdiskusi sehingga diskusi menjadi semakin menarik karena ada perbedaan
pendapat antara kelompok satu dengan kelompok yang lain.9
Parimartha lulus sebagai sarjana muda dan memperoleh gelar B.A tahun
1972 dalam bidang Ilmu sejarah di Fakultas Sastra Universitas Udayana.10
Menamatkan pendidikan sarjana muda, dalam bidang Ilmu Sejarah tahun 1972.
Parimartha sempat mengabdikan diri, dan bekerja sebagai tenaga lapangan di
Badan Kordinasi Keluarga Berencana Provinsi Bali ( BKKBN) yang bertempat di
Denpasar. Merasa masih ingin belajar dan menambah wawasan dan memperdalam
ilmu dalam bidang ilmu sejarah, Parimartha memilih untuk mengabdi sebagai
asisten dosen di Universitas Udayana dan mengundurkan diri sebagai tenaga
lapangan di BKKBN pada tahun 1975.
Setelah mengundurkan diri dari BKKBN, Parimartha mengabdikan diri di
Fakultas Sastra Unud, dengan diangkat sebagai calon pegawai negeri sipil (CPNS)
9Hasil wawancara dengan dengan Anak Agung Bagus Wirawan sama
dengan di depan. 10
“Surat Keputusan Dekan Fakultas Sastra Universitas Udayana No:
707/B.A/ 1972” tentang telah menyelesaikan pendidikan sarjana muda dalam
bidang Ilmu Sejarah di Fakultas Sastra Universitas Udayana. (Arsip Bidang
kepegawaian Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana).
5
dalam masa percobaan dengan tugas sebagai Asisten Muda (Gol.II/b) di Fakultas
Sastra Universitas Udayana11
dan secara resmi diangkat sebagai Pegawai Negeri
Sipil di lingkungan Universitas Udayana dengan tugas sebagai Pengatur Muda
Tk.I (Gol.II/b).12
Diangkat sebagai pegawai negeri sipil (PNS), Parimartha melanjutkan
pendidikan sarjananya dalam bidang Ilmu Sejarah ke Universitas Gadjah Mada di
Yogyakarta. Dia masuki pada tahun 1977 dan lulus sebagai sarjana dalam bidang
Ilmu Sejarah pada tahun 1980.13
Berjuang untuk mendapatkan pendidikan yang
lebih baik Parimartha melanjutkan studinya hingga keluar daerah Bali. Hal
tersebut dia lakukan untuk mengasah kemampuannya dan menambah
wawasannya dalam menekuni bidang Ilmu Sejarah.
Berangkat ke Yogyakarta, Parimartha berusaha untuk menambah wawasan
dalam menekuni Ilmu Sejarah, memilih UGM sebagai tempat dia menimba ilmu
dia berusaha untuk mendapatkan pengalaman studi yang lebih baik dalam
mempelajari ilmu sejarah untuk bekalnya mengemban tugas sebagai seorang
dosen di Fakultas Sastra Universitas Udayana dalam bidang Ilmu Sejarah.
11
“Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia No: 3889/C/2/76” tentang pengangkatan sebagai tenaga Calon Pegawai
Negeri Sipil di Universitas Udayana (Arsip Bidang Kepegawaian Fakultas Sastra
dan Budaya Universitas Udayana ). 12
“Surat Keputusan Rektor Universitas Udayana No:132/SK/Ed/Kp-
7/1977” tentang pengangkatan sebagai tenaga tetap atau Pegawai Negeri Sipil di
Universitas Udayana. (Arsip Bidang Kepegawaian Fakultas Sastra Universitas
Udayana ). 13
“Surat Keputusan Dekan Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas
Gadjah Mada No: 381/SK/S.SEJ/1980” tentang telah menyelesaiakan pendidikan
Sarjana (Drs) dalam bidang Ilmu Sejarah di Universitas Gadjah Mada. (Arsip
Bidang Kepegawaian Fakultas Sastra Universitas Udayana ).
6
Setelah Parimartha mendapatkan gelar sarjana dalam bidang Ilmu Sejarah,
pada tahun 1983 Parimartha melanjutkan pendidikannya ke tingkat Strata 2 ( S2 )
dalam bidang Ilmu Sejarah di Universitas Indonesia (UI) dan lulus pada tahun
1984 dan memperoleh gelar Magister dalam bidang Ilmu Sejarah.14
Setelah menyelesaikan pendidikan Magister pada bidang Ilmu sejarah,
Parimartha kembali mengajar sebagai dosen. Pada tahun 1990 dia melanjutkan
pendidikan ke jenjang Doktor dalam bidang Ilmu Sosial Kebudayaan (Social
Cultural Science) di Universiteit Amsterdam Belanda, lulus pada tahun 1995.15
Parimartha kembali mengabdikan diri di Fakultas Sastra Universitas Udayana,
sebagai pengajar di Program studi Ilmu Sejarah atau Jurusan Ilmu Sejarah.
Menurut I Putu Gede Suwitha dalam mengajar Parimartha merupakan dosen yang
aktif dan pintar dalam memberikan materi perkuliahan kepada mahasiswa baik
dalam intonasi mengajar atau memberikan materi perkuliahan.16
Suwitha mengatakan, sebagai seorang dosen Parimartha merupakan salah
satu dosen yang energik dan penuh semangat juang. Di luar lingkungan
perkuliahan Suwitha sering berinteraksi dengan Parimartha baik dalam berdiskusi
tentang perkuliahan dan yang lainnya, selain sebagai dosen, Parimartha
merupakan salah satu teman Suwitha dalam melakukan berbagai aktivitas.
14
“Surat Keputusan Dekan Fakultas Pasca Sarjana Universitas Indonesia
No: 1184072.5404/Ijazah/1984” tentang telah menyelesaikan pendidikan Magister
(MA) di Universitas Indonesia. (Arsip Bidang Kepegawaian Fakultas Sastra dan
Budaya Universitas Udayana). 15
“Surat Keputusan Rektor Universitas Amsterdam Belanda, Rector
magnificvs et collegivim secanorvm vniversitatis liberae qvae amstelodami est”
.( Arsip Bidang Kepegawaian Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana ). 16
Hasil wawancara dengan I Putu Gede Suwitha tanggal 24 November
2014 bertempat di Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana.
7
Ada suatu pengalaman yang membuat Suwitha merasa kawatir ketika
semua mahasiswa Indonesia yang ada di Belanda pulang karena hubungan
diplomatik Indonesia dan Belanda kurang harmonis.Parimartha malah berani
berangkat dan studi di Negeri Belanda hingga berhasil menyelesaikan
pendidikanya dengan baik.17
Itulah yang membuat Suwitha terkadang kagum
melihat semangat dan motivasi seorang Parimartha dalam belajar dan
mengembangkan minat dan bakatnya dalam bidang Ilmu Sejarah.
Ketika Suwitha sedang meyelesaikan program doktornya di Kajian
Budaya Unud, Suwitha memilih Parimartha sebagai promotornya dan
membimbingnya dalam meyelesaikan disertasinya. Suwitha melihat bahwa
pengalaman dan ilmu yang di miliki oleh Parimartha dapat membantunya dalam
meyelesaikan disertasinya.18
Suwitha mengetahui jika dia dibimbing oleh
Parimartha maka waktu yang diperlukan agak lama, sempat dia ditawari
pembimbing lain namun Suwitha memilih Parimartha sebagai promotor karena
dia tahu walaupun dia di bimbing memakan waktu yang lama tetapi hasilnya tentu
akan berguna baik dalam bidang akademis maupun non akademis.19
Peran, dedikasi, serta pengabdiannya di bidang ilmu pengetahuan
khususnya dalam bidang Ilmu Sejarah membuatnya diangkat sebagai Guru besar
dan memperoleh gelar Profesor dalam Bidang Ilmu Sejarah di Fakultas Sastra
17
Hasil wawancara dengan I Putu Gede Suwitha sama dengan di depan. 18
Parimartha merupakan promotor I Putu Gde Suwitha dalam
menyelesaikan studi S3 di Kajian Budaya Universitas Udayana dengan judul
disertasi: “Dinamika Masyarakat Bugis di Kabupaten Badung dan Kota
Denpasar”. Lihat Ringkasan Disertasi I Putu Gde Suwitha mengenai Dinamika
Masyarakat Bugis di Denpasar, p.iii. 19
Hasil wawancara dengan I Putu Gede Suwitha sama dengan di atas.
8
Universitas Udayana.20
Selain mengajar Parimartha juga mempunyai jiwa
kepemimpinan ini dibuktikan dengan diangkatnya Parimartha sebagai Ketua
Jurusan Program Studi Ilmu Sejarah fakultas Sastra Universitas Udayana periode
1988-1990.
Parimartha pernah menjadi ketua program Doktor (S3) Kajian Budaya
Program Pasca Sarjana Universitas Udayana periode 2004-200821
Atas
pengabdiannya sebagai tenaga pengajar di lingkungan Fakultas Sastra dan Budaya
Universitas Udayana dalam bidang Ilmu sejarah, pada tahun 2008 dia diangkat
sebagai dosen profesional dalam bidang Ilmu Sejarah.22
Sebagai seorang Guru
Besar dalam bidang Ilmu Sejarah Parimartha juga aktif menyumbangkan hasil
pemikiran nya dalam bentuk buku salah satu hasil karya pemikiran seorang Gde
Parimartha adalah buku yang berjudul Silang Pandang Desa Adat dan Dinas di
Bali, buku ini merupakan kumpulan tulisan Parimartha dari tahun 1980-an buku
ini membahas tentang masalah-masalah sosial, nilai dan sejarah di dalam desa
adat dan dinas yang ada di Bali. Parimartha menguraikan pemikirannya mengenai
dinamika desa adat dan dinas di Bali yang dilihat dari perspektif historis.
20
“Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No:
31285/A2.7/KP/2003” tentang pengangkatan sebagai Guru Besar dalam bidang
Ilmu Sejarah di Universitas Udayana. (Arsip Bidang Kepegawaian Fakultas Sastra
dan Budaya, Universitas Udayana ).
21
“Surat Keputusan Rektor Universitas Udayana No:
17/J14/KP.02.18/2004 tentang pengangkatan menduduki jabatan sebagai Ketua
S3 Kajian Budaya Program PascaSarjana Universitas Udayana” (Arsip Bidang
Kepegawaian Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana). 22
“Surat Keputusan Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia
No:01656/2008” tentang pengangkatan sebagai tenaga pengajar profesional dalam
bidang Ilmu Sejarah di Universitas Udayana. Lihat juga lampiran A.11, Sertifikat
sebagai dosen professional dalam bidang Ilmu Sejarah. (Arsip Bidang
Kepegawaian Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana ).
9
Buku ini mengungkap bagaimana dinamika desa adat, baik tentang asal-
usul munculnya, maupun eksistensi serta respon masyarakat terhadap keberadaan
desa adat sebagai organisasi sosial masyarakat Bali yang mengikat warganya
secara turun temurun. Dalam buku ini juga membahas bagaimana awalnya desa
adat dan dinas muncul dari sudut pandang sejarah dan apa saja manfaat yang
diberikan kepada masyarakat hingga sekarang.23
Buku ini dapat memberikan gambaran pada masyarakat yang ingin
mengetahui sejarah, perkembangan, dan fungsi desa adat dan dinas yang ada di
Bali. salah satu karya Parimartha ini memberikan gambaran mengenai struktur
sosial masyarakat Bali tentunya ini akan membantu tidak hanya bagi mahasiswa
sejarah tetapi juga masyarakat umum yang ingin mengetahui tentang
sejarah,perkembangan, dan fungsi Desa adat da Desa dinas yang ada di Pulau
Bali.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Parimartha
merupakan salah satu tokoh yang mendedikasikan dirinya dalam dunia
pendidikan di Indonesia khususnya di Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Sastra
dan Budaya Universitas Udayana. Perjalanan hidupnya dari seorang anak petani
sederhana, berusaha mengejar cita-cita dengan mendedikasikan diri dalam dunia
pendidikan. Hal tersebut patut diabadikan dalam karya tulis sejarah, sebagai tanda
jasa dan sebagai suri tauladan bagi generasi berikutnya agar pendidikan
khususnya dalam memahami pentingnya pendidikan untuk bekal di masa depan.
23
I Gde Parimartha, Silang Pandang Desa Adat dan Dinas di Bali
,( Denpasar: Udayana University Press, 2013 ), pp. 3-7.
10
Pertimbangan itulah yang dijadikan dasar penulis, untuk melakukan
penelitian dan menulis mengenai riwayat hidup, dedikasi dan sumbangan
pemikiran Parimartha dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan Ilmu
sejarah. Mengingat masih sedikitnya calon sarjana atau sejarawan yang menulis
biografi maka penulis tertarik untuk menulis salah satu biografi mengenai salah
satu guru besar yang ada di Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Budaya,
Universitas Udayana. Judul Penelitian yang dilakukan adalah “Biografi
Intelektual Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. 1943- 2014”.
1.2 Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penulisan.
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas maka dapat diformulasikan
beberapa hal dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaiamana latar belakang kehidupan I Gde Parimartha dari masa
kecil, remaja, hingga dewasa.?
2. Bagaimana riwayat pendidikan dari I Gde Parimartha?
3. Apa saja sumbangan pemikiran I Gde Parimartha sebagai seorang
Guru Besar dalam bidang Ilmu Sejarah.?
Tahun 1943 dijadikan cakupan awal penulisan, karena pada tahun itu I
Gde Parimartha dilahirkan dan tahun 2014 dijadikan sebagai batas akhir penulisan
karena pada tahun tersebut dia sudah memasuki masa purnabakti sebagai seorang
pengajar di Universitas Udayana. Penulis juga ingin mengulas aktivitas apa saja
yang Parimartha lakukan setelah memasuki masa purnabakti.
11
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai penulis mengenai penelitian tentang “Biografi
Intelektual Prof. Dr. I Gde Parimartha MA 1943-2014” adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui latar belakang kehidupan I Gde Parimartha dan faktor-
faktor apa saja yang mempengaruhi pemikiran dan mental seorang I
Gde Parimartha.
2. Mengetahui riwayat pendidikan dari I Gde Parimartha dari seorang
anak petani sederhana, hingga berhasil dikukuhkan sebagai seorang
Guru Besar dalam bidang Ilmu Sejarah.
3. Mengetahui sumbangan pemikiran I Gde Parimartha, sebagai seorang
Guru besar dalam bidang Ilmu Sejarah di Fakultas Sastra Dan Budaya
Universitas Udayana untuk pendidikan Ilmu Sejarah khususnya di Bali
baik di lingkungan Universitas Udayana dan masyarakat Bali pada
umumnya.
Apabila tujuan tersebut tercapai maka hasil penelitian ini mempunyai
manfaat baik manfaat umum maupun khusus. Manfaat umum artinya hasil dari
penelitian ini dapat di gunakan oleh masyarakat luas seperti:
1. Menjadikan pengalaman dan keberhasilan seorang I Gde Parimartha
dari seorang anak petani kecil hingga mampu memperoleh gelar Guru
besar dalam bidang Ilmu Sejarah, sebagai sebuah inspirasi dan
motivasi untuk maju dan memajukan dunia pendidikan.
2. Mendapatkan informasi yang faktual mengenai sosok seorang I Gde
Parimartha.
12
3. Dapat dijadikan sebagai suri tauladan sebagai salah seorang tokoh
yang mendedikasikan dirinya dalam perkembangan dunia pendidikan.
Maksud dari manfaat khusus adalah hasil dari penelitian ini sangat berguna bagi
orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, khususnya dalam bidang Ilmu
Sejarah. Penelitian ini setidaknya dapat digunakan untuk:
1. Menumbuhkan minat mahasiswa khususnya mahasiswa Ilmu
Sejarah untuk memperdalam tentang tulisan biografi, mengingat
biografi merupakan salah satu karya tulis sejarah.
2. Memacu minat mahasiswa untuk menjadikan biografi sebagai
salah satu karya tulis ilmah untuk dijadikan sebagai tugas akhir,
mengingat masih sedikitnya mahasiswa khususnya mahasiswa
sejarah yang menulis tugas akhir berupa biografi.
3. Melengkapi substansi sejarah Indonesia.
1. 4 Tinjauan Pustaka
Sampai saat ini belum ada satu orang pun, baik sejarawan maupun calon
sejarawan yang menulis tentang biografi I Gde Parimartha. Dia juga tidak pernah
membuat memoar atau pun autobiografinya, sehingga sangat sulit untuk
mendapatkan data tertulis mengenai sosok seorang Parimartha. Walaupun
demikian ada beberapa penelitian yang penulis jadikan acuan dalam penulisan
biografi I Gde Parimartha.
Buku pertama adalah buku yang berjudul Menerobos Badai: Biografi
Intelektual Prof. Dr. I Gusti Ngurah Bagus karya I Nyoman Wijaya. Pokok
13
permasalahan dalam buku ini adalah bagaimana perjuangan seorang I Gusti
Ngurah Bagus dari awal hingga memperoleh gelar Guru Besar pada bidang
Antropologi di Universitas Udayana. Buku ini menjabarkan bagaimana latar
belakang kehidupan sosial budaya Ngurah Bagus dari masa kecil hingga
memperoleh gelar Guru Besar dalam bidang Antropologi.
Buku ini juga menjabarkan apa saja karya-karya dan sumbangan
pemikirannya sebagai seorang intelektual dalam tiga puluh tiga bab. Buku biografi
intelektual karya I Nyoman Wijaya ini menggunakan metodologi biografi, aspek
sejarah kejiwaan tokoh, metologi sejarah intelektual dan metodologi interpretatif
yang menempatkan diri seolah olah berada di dalam situasi tokoh itu sehingga
mampu memproduksi emosinya, motivasinya, dan sikapnya serta persepsi dan
konsepsinya dalam menghadapi suatu peristiwa.24
Penulis buku ini mampu
menjabarkan kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap tokohnya dan
tikungan tikungan yang menentukan jalan hidup selanjutnya dan membawa
perubahan penting terhadap tokoh tersebut.
Sebagai salah satu karya biografi intelektual, buku hasil karya I Nyoman
Wijaya relevan untuk dijadikan acuan. Wijaya menggambarkan kehidupan
seorang Prof. Dr. I Gusti Ngurah Bagus secara sistematis, dan metodologi yang
digunakan menunjukan dia mampu membuat karya biografi yang baik dan ahli
dalam bidang ini. Dalam buku ini banyak digunakan istilah-istilah Ilmu Sosial,
oleh karena itu diperlukan juga pemahaman yang luas mengenai istilah-istilah
24
Nyoman Wijaya, Menerobos Badai:Biografi Intelektual Prof. Dr. I Gusti
Ngurah Bagus,( Denpasar: Pustaka larasan, 2012 ), pp.5-10.
14
Ilmu Sosial sehingga buku ini pantas dijadikan sebagai bacaan baik bagi
masyarakat umum dan kalangan akademisi.
Buku kedua adalah buku yang berjudul Prof.dr. I Goesti Ngoerah Gde
Ngoerah: Sebuah Biografi Pendidikan. Karya I Gde Parimartha dkk, tim penulis
dari buku ini dapat menerangkan dengan baik lingkungan sosial budaya tokoh dari
masa kanak-kanak hingga dewasa. Tim penulis buku ini juga mampu memaparkan
dengan baik jiwa zaman tokoh yang bersangkutan yang tentunya sangat penting
untuk melihat perkembangan baik kehidupan, kepribadian, dan pemikiran sang
tokoh. Kekurangan dalam buku ini adalah tidak menggunakan metodologi sejarah
pemikiran, buku ini hanya menggunakan metodologi biografi saja mengingat
tokoh adalah seorang Guru Besar diperlukan metodologi sejarah pemikiran untuk
mengetahui apa saja bentuk pemikiran sang tokoh baik dari segi internal maupun
eksternal. 25
Buku ketiga yang dijadikan acuan adalah buku yang berjudul Prof. Dr. Ida
Bagus Mantra: Biografi Seorang Budayawan 1928-1995, karya Ida Bagus Rama
dkk. Buku ini menjabarkan bagaimana motivasi tokoh serta apa saja jasa jasa
tokoh dalam pendirian lembaga-lembaga Fakultas di Universitas Udayana, Buku
karangan Ida Bagus Rama,dkk ini menceritakan riwayat pendidikan, serta apa saja
bentuk sumbangan pemikiran tokoh sebagai salah satu guru besar yang
mendedikasikan diri dan mengemban tugas sebagai seorang akademisi di
lingkungan Universitas Udayana.
25
I Gde Parimartha, et al., Prof. Dr. I Goesti Ngoerah Gde Ngoerah:
Sebuah Biografi Pendidikan (Denpasar: Upada Sastra ,1989), pp. 7-8.
15
Dalam buku ini tidak ditemukan penggunaan metodologi sejarah
kebudayaan dan metodologi sejarah pemikiran. Kedua metode tersebut tentunya
sangat diperlukan dalam penulisan biografi baik biografi intelektual maupun
budayawan. Metodologi sejarah pemikiran akan menentukan tindakan apa yang
diambil tokoh dalam kehidupannya sebagai pendidik, serta apa saja bentuk
sumbangan pemikiran tokoh sebagai salah seorang guru besar. Metodologi
sejarah kebudayaan berguna untuk memperlihatkan jati diri tokoh sebagai seorang
birokrat maupun sebagai anggota masyarakat, yang tentunya sangat dipengaruhi
oleh wawasan kebudayaan, jati diri, dan kepribadian bangsa. 26
Buku ke empat yang dijadikan acuan adalah buku yang berjudul
Sumanang sebuah biografi karya Soebagijo I.N. Buku ini menjabarkan tentang
peranan tokoh dalam perkembangan pers di Indonesia. Sumanang merupakan
salah satu tokoh dalam sejarah perkembangan pers di Indonesia. Tokoh yang
bernama lengkap Mr. Raden Mas Sumanang Suromiroto mempunyai jasa dalam
pendirian kantor berita Antara dan ikut menyelenggarakan Kongres Bahasa
Indonesia.
Buku ini menjelaskan tentang ketertarikan Sumanang pada dunia persurat
kabaran membuat dia berhasrat untuk mendirikan kantor berita Antara 27
Dalam
buku ini juga dijelaskan Sumanang juga berjasa dalam mendirikan N.V Badan
Pener bitan Nasional, sebagai Jurnalis sumanang mempunyai pemikiran revolusi
26
Ida Bagus Rama et al., Ida Bagus Mantra Biografi Seorang Budayawan
1928-1995 ( Denpasar:Upada Sastra , 1998), pp. 4-18. 27
Soebagijo I.N. Sumanang Sebuah Biografi (Jakarta:PT Gunung
Agung,1980 ), p.44.
16
tidak akan mungkin tanpa surat kabar 28
Sumanang juga ikut mendirikan
Persatuan Wartawan Indonesia ( PWI) dan Serikat Perusahaan Surat Kabar. 29
Selain menjadi jurnalis sumanang juga pernah ditunjuk sebagai menteri
perekonomian tahun 1 agustus 1953 yaitu pada masa Kabinet Wilopo, walaupun
menjadi seorang menteri sumanang tetap menjadi sosok yang sederhana. Selama
berkecimpung di dunia politik Sumanang menyadari dia memang tidak bias
bermain politik, Sumanang menyadari politik kadang- kadang yang benar bisa
menjadi salah dan yang salah bisa menjadi benar. 30
Buku ini mampu menjabarkan bagaimana peran tokoh dalam
perkembangan pers di Indonesia namun dalam buku ini tidak ditemukan
penggunaan metode apa yang digunakan dalam mendukung penulisan buku
biografi ini. Dalam buku ini juga tidak ditemukan penggunaan metodologi
sejarah pemikiran, mengingat tokoh merupakan salah satu tokoh nasional yang
berjasa dalam perkembangan pers atau persurat kabaran di Indonesia penggunaan
metodologi sejarah pemikiran diperlukan untuk melihat apa saja bentuk
sumbangan pemikiran tokoh dalam sejarah perkembangan pers di Indonesia.
Buku ke lima yang dijadikan acuan adalah buku biografi yang berjudul
Dr. K.R.T Radjiman Wediodiningrat: Perjalanan Seorang Putra Bangsa 1870-
1952 karya Soebanjo Margunwidodo. Buku ini menjelaskan bagaimana
Perjalanan Radjiman Wediodiningrat dari seorang anak kopral bumi putra menjadi
seorang tokoh nasional. Radjiman merupakan salah satu tokoh nasional yang
28
Ibid., pp.123-126. 29
Ibid., p.142. 30
Ibid., p.178.
17
berjasa dalam proses proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Radjiman juga
merupakan salah satu tokoh dalam kongres Boedi Oetomo pertama tanggal 3-5
Oktober 1908 di Yogyakarta.
Buku ini juga menjelaskan bagaimana peranan Radjiman sebagai dokter
jawa, Pengabdiannya dilakukan dengan memberikan uluran pemikiran dan
kepintaran ilmunya. Selain sebagai seorang dokter Radjiman merupakan seorang
politikus, ini tentunya agak jauh melompat dari profesinya sebagai seorang dokter,
namun dari sisi politik inilah dapat di lihat bagaimana sikap Radjiman dalam
memecahkan masalah bangsanya.
Dalam buku ini juga dijelaskan bagaimana Radjiman yang mempunyai
latar belakang strategis sebagai seorang intelektual dan hubungannya dengan para
bangsawan, mendudukannya sebagai pengimbang antara generasi muda yang
bergejolak dan ingin cepat merdeka. Untuk itu Radjiman diberi jabatan sebagai
Ketua Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI), pada posisinya yang sangat strategis di jaman Kolonial Jepang inilah
Radjiman terlihat sebagai seorang pejuang ulung yang ternyata mampu membaca
tanda jaman dan lihai memanfaatkan momentum perjuangan.
Kepanditaan Radjiman dapat diterima oleh generasi muda seperti
Soekarno-Hatta, dibalik kedekatannya dengan Soekarno dia berperan sebagai lalu
lintas pejuang generasi muda untuk mengetuk pintu gerbang kemerdekaan.31
Buku ini mampu menjabarkan bagaiamana peran Dr. Radjiman dalam proses
31
Soebanjo Margunwidodo,Dr. K.R.T Radjiman Wediodiningrat :
Perjalanan Seorang Putra Bangsa 1870-1952 (Jakarta:Yayasan Dr. Radjiman
Wediodingrat, PT Gramedia,1994 ), pp. 1-7.
18
kemerdekaan Republik Indonesia, ini terlihat dari aktivitas dia dalam berbagai
organisasi pra kemerdekaan salah satunya boedi Oetomo dan sebagai anggota
legislatif dalam mengisi kemerdekaan.
Buku ini mampu menjabarkan bagaiaman peran Dr. Radjiman dalam
proses kemerdekaan Republik Indonesia, ini terlihat dari aktivitas dia dalam
berbagai organisasi pra kemerdekaan salah satunya boedi Oetomo dan sebagai
anggota legislatif dalam mengisi kemerdekaan. Namun dalam buku ini tidak
dijelaskan metode apa yang dipakai dalam proses penulisan biografi Dr.
Radjiman.
Sebagai seorang tokoh intelektual nasional tidak ditemukan penggunaan
metodologi sejarah pemikiran yang digunakan dalam penulisan biografi Dr.
Radjiman. Metodologi sejarah pemikiran diperlukan tentunya untuk melihat apa
saja sumbangan pemikirannya dalam proses kemerdekaan Republik Indonesia
dan untuk melihat sumbangsih pemikiran Dr. Radjiman dalam mengisi
kemerdekaan Republik Indonesia.
1.5 Metodologi Sejarah Yang Digunakan
Menurut definisi kamus Webster’s Third New International Dictionary
of the English Language (selanjutnya disebut Webster’s), yang dikutip oleh
Hellius Sjamsuddin metodologi adalah proses,teknik, atau pendekatan pendekatan
yang dipakai dalam memecahkan suatu masalah.32
Jadi metodologi sejarah
32
Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah (Yogyakarta:Ombak, 2007), pp.
13-14.
19
merupakan pendekatan pendekatan yang digunakan dalam memecahkan suatu
masalah dalam proses penulisan karya tulis sejarah.
Dalam penulisan biografi intelektual Prof. Dr. I Gde Parimartha, MA ini
metodologi sejarah intelektual relevan untuk digunakan, tentunya untuk
mengetahui perjalanan hidup seorang Gde Parimartha dari kecil hingga
memperoleh gelar Guru Besar dalam bidang Ilmu Sejarah. Untuk mendukung
penulisan biografi intelektual ini juga digunakan metodologi sejarah pemikiran
untuk mengetahui apa bagaimana sumbangan pemikiran Parimartha sebagai
seorang Guru Besar dalam bidang Ilmu Sejarah.
Menurut Kuntowijoyo penulisan riwayat hidup seorang tokoh dibagi
menjadi dua jenis biografi yang pertama biografi portrayal ( portrait ) dimana
penulis mencoba memahami tokoh berdasarkan pemahaman tokoh tentang
hidupnya, biografi ini termasuk dalam biografi politik, bisnis, seni dan olahraga
dan prosopography (biografi kolektif), yang kedua adalah biografi scientific
(Ilmiah) dimana orang berusaha menerangkan tokoh dari luar berdasarkan analisis
ilmiah mengenai hubungan hubungan kausal terhadap seorang tokoh.33
Memahami perjalanan hidup sang tokoh baik menurut makna subjektif
tokoh itu sendiri atau memahami perjalanan hidup sang tokoh berdasarkan
konteks lingkungan hidup sang tokoh akan menjelaskan (explain, erklaren)
33
Kuntowijoyo, Metodologi sejarah (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana
Yogya, 2003), pp.208-209.
20
gambaran peristiwa kehidupan sang tokoh sehingga dapat ditafsirkan mengenai
peristiwa - peristiwa masa lalu dari tokoh tersebut. 34
Keberadaan Gde Parimartha tidak dapat dilepaskan dari hubungan dengan
pemahamanya tentang perjalanan hidupnya. Pemahaman tentang lingkungan
tempat dia dilahirkan dan dibesarkan tentunya akan di dapatkan gambaran dan
informasi yang faktual mengenai perjalanan hidup Gde Parimartha secara utuh
dan menyeluruh.
Biografi memiliki salah satu fungsi yaitu memberikan pendidikan moral
dan etika baik secara individu atau pribadi, maupun secara universal atau
masyarakat luas. Biografi yang ditulis diharapkan mampu memberikan edukasi
kepada pembaca mengenai suri tauladan sang tokoh yang patut ditiru. Dengan
ilmu pengetahuan yang samakin maju, maka di dalam penulisan biografi
penggunaan metode sejarah yang teoritis makin membesar peranannya oleh
karena itu berkembanglah penulisan atau penyajian biografi yang dikenal dengan
sebutan LIFE END TIME.35
LIFE yang merupakan bagian hidup atau kehidupan sang tokoh yang
menceritakan tentang watak, sifat-sifat, kesenangan, atau kegemaran, dan lainnya
yang ditulis kedalam biografi tokoh tersebut. Sedangkan TIME merupakan bagian
dari biografi yang menceritakan tentang latar belakang sejarah, peristiwa-
peristiwa sejarah yang erat kaitannya dengan tokoh itu jadi tokoh itu ditempatkan
34
Ibid., p.209. 35
Sagimun M.D:“Mengapa Biografi” dalam Pemikiran Biografi dan
Kesejarahan : Suatu Kumpulan Prasaran Pada Berbagai Loka Karya Jilid II (
Jakarta:Depdikbud, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional,
1982/1983), p.65.
21
di dalam konteks sejarah di masa mana ia hidup dan berjuang.36
Dalam hal ini
akan terlihat peristiwa apa saja yang mengitari kehidupan dari seorang Parimartha.
Unsur edukasi dalam penulisan biografi dapat diperoleh dari peranan
individu atau sang tokoh semasa hidup dan berjuang namun hal tersebut akan
terkesan seperti mengagungkan karisma sang tokoh, untuk menghindari hal
tersebut penulisan biografi tidak boleh dilepaskan dari waktu dan lingkungan
masyarakat individu atau tokoh tempat dia hidup, mengingat sebagai mahluk
sosial manusia selalu membutuhkan bantuan orang lain.37
Menurut Abdurrahman Surjomihardjo hasil penulisan biografi ialah
sebuah lukisan kehidupan dan penghidupan tokoh dengan berlatar belakang
peristiwa yang jelas, peristiwa pribadi, lokal, nasional, dan internasional. Dalam
penulisan biografi hendaknya juga memaparkan kegemaran (Hobi), humor,
ucapan yang khas, pendapat dan pandangan mengenai pengalaman yang unik, cita
citanya dalam hidup, keluarga, dan sebagainya.38
Abdurrahman Surjomihardjo juga mengatakan sebuah biografi hendaknya
menghindari suatu deskripsi yang bersifat kronologis, yang dimaksud adalah
walaupun kerangka yang sudah disusun secara kronologis dari masa ke masa dari
kehidupan sang tokoh tetapi dalam penulisan nya tidak perlu membuat suatu
36
Ibid.,p.66. 37
Suwadji Syafei: “Penulisan Biografi” dalam Pemikiran Biografi dan
Kesejarahan : Suatu Kumpulan Prasaran Pada Berbagai Loka Karya Jilid II (
Jakarta:Depdikbud, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional,
1982/1983), pp.87-88. 38
Abdurrahman Surjomihardjo: “Penyusunan Biografi Nasional:Pokok-
Pokok Gagasan” dalam Pemikiran Biografi dan Kesejarahan : Suatu Kumpulan
Prasaran Pada Berbagai Loka Karya Jilid II (Jakarta:Depdikbud,Proyek
Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1982/1983), p.53.
22
deskripsi secara kronologis. Oleh karena itu bisa saja suatu penulisan di awali dari
masa kini,kemudian dilanjutkan ke masa lampau.
Memahami kepribadian tokoh atau individu dapat dilakukan dengan cara
memahami latar belakang kehidupan tokoh baik dari budaya, sosial
masyarakatnya serta memahami pendidikannya. Faktor-faktor tersebut
memberikan pengaruh terhadap kepribadian tokoh.39
Menurut Dilthey seperti
dikutip oleh Sartono Kartodirdjo, untuk menempatkan diri seolah olah penulis ada
di dalam situasi tokoh tersebut di perlukan emphaty yaitu sebagai metodologi
interpretatif.
Dengan emphaty penulis ingin menempatkan diri seolah-olah ada di dalam
situasi tokoh itu bagaimana emosinya, motivasi, dan sikapnya, serta persepsi dan
konsepsinya.40
Mengingat Parimartha adalah seorang Guru Besar dalam bidang
Ilmu Sejarah maka sangat penting diketahui riwayat hidup dan bentuk sumbangan
pemikiran Parimartha baik dalam bidang akademik maupun non akademik, untuk
mengetahui hal tersebut digunakan metodologi sejarah pemikiran untuk
membahas apa saja pemikiran pemikiran dia yang berpengaruh pada suatu
kejadian atau peristiwa yang bersejarah, mengetahui konteks sejarah tempat
39
Anhar Gonggong: “Penulisan Biografi - ISDN: Sebuah Catatan Kritis”
dalam Pemikiran Biografi dan Kesejarahan : Suatu Kumpulan Prasaran Pada
Berbagai Loka Karya Jilid II (Jakarta:Depdikbud, Proyek Inventarisasi dan
Dokumentasi Sejarah Nasional,1982/1983), p 95.
40
Sartono Kartodirdjo,Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah,
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,1992 ), p.77.
23
Parimartha muncul, dan apa saja pengaruh pemikirannya di lingkungan
masyarakat.41
Untuk mengetahui apa saja bentuk hasil karya Gde Parimartha sebagai
seorang guru besar dalam bidang Ilmu Sejarah maka digunakan pendekatan kajian
teks dalam hal ini akan dilihat antara lain: 1) genesis pemikiran dalam hal ini akan
dilihat pengaruh pemikiran sebelumnya dari tokoh yang mempengaruhinya dalam
menghasilkan suatu karya; 2) Konsistensi pemikiran dalam hal ini akan di lihat
bagaimana konsistensi pemikiran tokoh dalam hasil karyanya; 3) Evolusi
pemikiran yang tentunya akan melihat perubahan pemikiran tokoh yang tertuang
dalam hasil-hasil karyanya; 4) Sistematika pemikiran yang akan membahas
bagaimana sistem pemikiran tokoh dalam karyanya; 5) Perkembangan dan
perubahan dalam hal ini akan dilihat apakah ada perkembangan dan perubahan
dalam konsep pemikiran tokoh dengan pemikiran sesudahnya; 6) Varian
pemikiran dalam hal ini akan melihat apakah ada varian dalam pemikiran tokoh;
7) Komunikasi pemikiran yang akan melihat apakah tokoh melakukan komnikasi
dengan tokoh lain mengenai sesuatu hal yang berkaitan dengan karya dari tokoh
tersebut;
8)internal dialectics, kesinambungan pemikiran, serta intertektualitas yang
berarti perbandingan antar teks dari hasil karya tokoh yang menyangkut dari
ketiga hal tersebut. Dalam penulisan ini akan dibahas bentuk pemikiran tokoh dari
dalam dirinya sendiri bukan dari pandangan orang lain, karena lebih ditekankan
pada pemikiran tokoh dari dalam dirinya sendiri atau yang disebut dengan biografi
41
Kuntowijoyo, loc.cit.
24
intelektual internal.42
Parimartha yang merupakan seorang guru besar dalam
bidang ilmu sejarah metodologi Sejarah pemikiran relevan untuk digunakan, guna
melihat sumbangan pemikiran Parimartha khusunya dalam bidang akademis.
Penggunaan metodologi tersebut nantinya akan melihat bagaimana
konsistensi pemikiran seorang Parimartha dalam pengembangan Ilmu
pengetahuan khususnya dalam pengembangan Ilmu Sejarah di perguruan tinggi.
1.6 Kerangka Konseptual dan Teoritis
Konsep merupakan penggambaran umum baik pada suatu objek, peristiwa,
ataupun individu yang diciptakan dari dalam pikiran manusia. Pengertian teori
adalah bahasan mengenai penyusunan konsep dan model mengenai peristiwa
peristiwa dan proses-proses tertentu yang dapat digunakan untuk menjelaskan
sebab-sebab dari peristiwa peristiwa dan proses-proses sebenarnya. 43
Dalam penulisan ini konsep dasar yang digunakan adalah konsep
intelektual. Menurut Syed Husein Alatas intelektual adalah seseorang yang
memusatkan diri untuk memikirkan ide dan masalah non material dengan
menggunakan kemampuan penalarannya. Pengetahuan mengenai suatu
permasalahan tertentu belumlah membuat seseorang menjadi seorang intelektual
banyak pemegang gelar akademis dan Profesor ataupun seseorang yang disebut
sebagai seorang cendikiawan tidak memusatkan diri untuk mengembangkan
42
Ibid.,pp.192-195.
43
Helius Sjamsuddin, op.cit., pp.18-27.
25
bidang mereka ataupun menemukan pemecahan atas masalah tertentu di
bidangnya.
Bisa saja intelektual itu muncul dari golongan atau orang yang tidak
memiliki latar pendidikan formal yang tinggi namun ia mampu menggunakan
penalarannya untuk memecahkan suatu permasalahan yang terjadi. Kemampuan
berpikikir atau penalaran dapat digunakan untuk memecahkan atau mencari solusi
untuk memecahkan suatu permasalahan yang terjadi. Oleh sebab itu seorang
cendikiawan tidak bisa disamakan dengan seorang intelektual karena intelektual
bisa saja muncul dari seorang yang tanpa kualifikasi akademis atau pendidikan
yang tinggi, asalkan seseorang tersebut mampu memanfaatkan kemampuan
berpikirnya dan memliliki pengetahuan yang cukup mengenai pokok bahasan
yang diminatinya.
Kaum intelektual menunjukan ciri-ciri sebagai berikut Pertama, disebut
dari segala kelas sekalipun dalam proporsi yang berbeda.Kedua, dijumpai di
kalangan pendukung atau penentang berbagai gerakan kebudayaan dan politik.
Ketiga, pekerjaan mereka umunya bukanlah pekerjaan tangan melainkan sebagian
besar sebagai penulis, dosen, wartawan dan sebagainya. Keempat, sampai batas
tertentu mereka agak menjauh dari masyarakatnya,selebihnya mereka bergaul
dengan kelompoknya sendiri.44
Kelima dunia pemikirannya bukan hanya
pengetahuan teknis dan mekanis saja tetapi juga ide-ide tentang agama, kehidupan
44
Syed Husein Alatas, Intelektual Masyarakat Berkembang, (Jakarta:
LP3ES, 1988), pp.12-13. Lihat juga Mirta Yolanda:“Biografi Intelektual Prof. Dr.
Anak Agung Gde Putra Agung, S.U Tahun 1935- 2007”, Skripsi Jurusan Sejarah
Fakultas Sastra Universitas Udayana, belum dipublikasikan.
26
yang lebih baik, seni, rasa kebangsaan, ekonomi berencana, kebudayaan dan
sejenisnya. Keenam, berbeda dengan para spesialis kaum intelektual berusaha
melihat hal-hal perspektif yang luas dan secara total. Ketujuh, kelompok
intelektual senantiasa merupakan bagian kecil dari masyarakatnya.45
Konsep
tersebut akan melihat peran intelektual dari seorang Parimartha.
Konsep motivasi juga digunakan dalam penulisan riwayat hidup Gde
Parimartha, karena motivasi juga merupakan faktor penggerak terhadap tindakan
yang diambilnya. Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang
untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan
sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari
kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk
tercapainya suatu tujuan.
Seseorang yang mempunyai motivasi, berarti dia telah mempunyai
kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan.46
Konsep motivasi
yang relevan untuk digunakan dalam penulisan ini adalah motivasi aktualisasi diri
(self-actualization) dari Maslow. Motivasi ini berhubungan dengan dorongan
untuk mengaktualisasi potensi yang ada dalam setiap individu.47
Semangat
motivasi Parimartha untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik ditunjukan
dengan keberhasilannya dalam bidang akademik yaitu meraih gelar Guru Besar
dalam bidang Ilmu Sejarah. Motivasi tersebut dia peroleh dari semangat dalam
45
Ibid.,p.13. 46
http//:Into Harianto blogger// Konsep konsep Motivasi//html. Diunduh
tanggal 20 Agustus 2014. 47
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi, 2005 ),
pp. 256-257.
27
belajar khususnya dalam bidang ilmu sejarah, terlahir dari keluarga petani yang
sederhana, membuat dia berusaha memperbaiki kondisi kehidupannya. Berbekal
keyakinan, ketekunan, dan semangat belajar membuat Parimartha dapat meraih
gelar akademis tertinggi yakni dikukuhkan menjadi guru besar dalam bidang Ilmu
Sejarah di Universitas Udayana.
Dalam penulisan ini digunakan sejarah kejiwaan (psychohistory) dan teori
psikoanalisis dari Sigmund Freud mengenai id, ego, dan super ego untuk melihat
proses pertumbuhan seorang Parimartha tumbuh menjadi seorang intelektual.
Konsep dan motivasi serta konflik kejiwaan yang menjadi penyebab dari
keputusan yang diambilnya, tingkah laku sosial, dan pandangan hidupnya menjadi
seorang intelektual karena tingkah laku dari pelaku sejarah bisa dianggap sebagai
suatu gejala dari bawah sadar. 48
Id adalah wadah dari naluri naluri primitif yang menuntut pemuasan
selekasnya. Id terdiri dari naluri untuk hidup (Eros) dan naluri untuk mati (
Thanatos ).49
Id dalam pembahasan mengenai prilaku Parimartha yang berasal
dari konflik batinnya adalah ketika dia tidak bisa masuk ke Program Studi Sastra
Inggris karena tidak lulus tes, karena kesenangan dalam bidang ilmu sejarah sejak
duduk di bangku sekolah dasar membuat dia memilih jurusan sejarah untuk
melanjutkan dan mengembangkan bakatnya dalam bidang Ilmu Sejarah.
48
Kuntowijoyo, loc.cit. 49
Dayan Dominisianus Toar:“Pendekatan Psikoanalisis Terhadap Budaya
dan Diri Manusia” dalam Teori-Teori kebudayaan, Mudji Sutrisno,
(eds.) (Yogyakarta: Kanisius,2005), p. 219.
28
Ego merupakan wadah dari rasio dan akal sehat, Ego senantiasa menjaga
kestabilan diri manusia dan bersifat adaptif (bisa menyesuaikan diri) terhadap
kenyataan50
yang merupakan pertimbangan akal sehat dengan menyesuaikan
realita kehidupannya. Ego dalam pembahasan mengenai pertimbangan
Parimartha adalah ketika dia memilih jurusan sejarah sebagai program studi
untuk melanjutkan pendidikan nya berdasarkan kesenangan nya terhadap bidang
Ilmu sejarah sejak dia masih duduk di bangku sekolah dasar. Atas dasar
kesenangan nya itulah dia memilih jurusan sejarah sebagai program studi untuk
mengembangkan bakatnya.
Superego merupakan wadah dari suara hati dan moralitas, yang keduanya
diturunkan dari masyarakat, khususnya dari sosialisasi dan ajaran atau didikan
orang tua. Superego dalam pembahasan mengenai suara hati dan moralitas
Parimartha terlihat dari kemauan Parimartha untuk melanjutkan pendidikan
walaupun orang tuanya tidak sanggup untuk membiayai pendidikannya. Ketika
dia tamat sarjana dan bekerja sebagai tenaga lapangan di Program Keluarga
Berencana Kabupaten Badung, dia memilih untuk bekerja sebagai asisten dosen di
Universitas Udayana dan melanjutkan pendidikan nya hingga memperoleh gelar
professor. Dia berpikir jika dia hanya bekerja sebagai tenaga lapangan disana
ilmu yang dimilikinya tidak akan berkembang sehingga dia memutuskan
melanjutkan kuliah ke Yogyakarta dan ke Negeri Belanda.
50
Ibid.,p. 219.
29
1.7 Metode Penelitian dan Sumber
Penulisan biografi intelektual Prof. Dr. I Gde Parimartha, MA, digunakan
Metode Sejarah yaitu proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan
peninggalan masa lampau berdasarkan data yang diperoleh. 51
Menurut Nugroho
notosusanto metode sejarah ialah sekumpulan prinsip dan aturan yang sistematis
yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan secara efektif dalam usaha
mengumpulkan bahan bahan bagi sejarah, menilai secara kritis dan kemudian
menyajikannya kedalam bentuk tertulis.52
Jadi metode sejarah merupakan aturan-aturan sistematis untuk membantu
dalam proses pengumpulan data yang akan digunakan dalam proses penulisan dari
hasil penelitian khususnya penelitian sejarah, metode sejarah terdiri dari beberapa
tahap yaitu 1). Pengumpulan sumber ( heuristik ), 2). Kritik sumber ( Verifikasi ),
3.) Penafsiran terhadap data yang telah dikumpulkan (Interpretasi), 4.) Proses
penulisan dari data yang telah dikumpulkan ( Historiografi ). 53
Langkah pertama yang dilakukan dalam penulisan ini adalah menentukan
judul atau topik penelitian. Judul atau topik yang dipilih adalah biografi
Intelektual Prof. Dr. I Gde Parimartha M.A, judul tersebut dipilih karena tokoh
merupakan salah satu Guru Besar dalam bidang Ilmu Sejarah di Fakultas Sastra
dan Budaya Universitas Udayana serta apa saja bentuk sumbangan pemikiran
51
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah,Terjemahan Nugroho Notosusanto
(Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia ( UI-Press ), 1985), p.32. 52
Nugroho Notosusanto, Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer:Suatu
pengalaman, (Jakarta: Intidayu Press, 1984), pp.10-11.
53
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta:Bentang,1995), pp.
89-105.
30
tokoh sebagai seorang Guru Besar dalam bidang Ilmu Sejarah serta motivasi
tokoh dari seorang anak petani hingga mampu memperoleh gelar akademis
tertinggi dalam hidupnya.
Langkah kedua dilakukan kegiatan pengumpulan sumber-sumber yang
dimulai dari pencarian dokumen-dokumen mengenai I Gde Parimartha di Bidang
Kepegawaian Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana. Dokumen berasal
dari kata docere yang berarti mengajar,54
dokumen digunakan untuk sebagai
pembuktian yang didasarkan atas jenis apapun baik yang bersifat tulisan,lisan,
gambaran,atau arkeologis, yang nantinya akan digunakan sebagai salah satu
sumber dalam mendukung penulisan karya tulis ilmiah.
Dokumen digunakan untuk melihat bagaimana perjalanan karir tokoh
sebagai seorang dosen hingga memperoleh gelar Guru Besar dalam bidang Ilmu
Sejarah.Selain dokumen juga digunakan hasil-hasil karya dari Parimartha berupa
buku yang di dapatkan dari, perpustakaan Fakultas Sastra Dan Budaya
Universitas Udayana, koleksi Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas
Udayana, maupun koleksi pribadi dari Parimartha sendiri diantaranya buku
berjudul Silang Pandang Desa Adat dan Desa Dinas di Bali dan Politik dan
Perdagangan di Nusa Tenggara 1815-1915. Dari sumber-sumber buku hasil
karya Parimartha dapat dilihat apa saja bentuk sumbangan pemikirannya sebagai
seorang Guru Besar dalam Bidang Ilmu Sejarah.
Dalam mendukung penulisan biografi intelektual ini, digunakan juga
Metode wawancara atau interview metode ini digunakan untuk mencoba
54
Louis Gottschalk, loc.cit.
31
mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden atau
narasumber dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan narasumber.
Wawancara dalam suatu penelitian bertujuan untuk mengumpulkan keterangan
tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat.55
Metode wawancara
digunakan untuk mendapatkan keterangan secara lisan mengenai riwayat dari
kehidupan Parimartha sebagai salah satu guru besar dalam bidang Ilmu Sejarah.
Dalam hal ini metode wawancara digunakan untuk mendapatkan
keterangan yang faktual mengenai kehidupan Parimartha baik dari Parimartha
sendiri maupun keterangan-keterangan yang diperoleh dari narasumber yang
mengetahui bagaimana latar belakang tentang kehidupan dan aktivitas Parimartha
sebagai salah satu guru besar dalam bidang Ilmu Sejarah. Dari data tertulis
maupun lisan yang diperoleh, selanjutnya dilakukan kritik sumber yang bertujuan
untuk melihat keabsahan sumber yang didapatkan. Kritik sumber terbagi menjadi
dua macam yaitu kritik intern dan kritik ekstern. Kritik intern termasuk dalam isi
dari data atau dokumen yang diperoleh, ini dilakukan untuk melihat apakah ada
kesesuaian dari sumber yang ditemukan dengan isi sumber yang terdapat pada
sumber tersebut.
Kritik ekstern termasuk dalam segi fisik dari dokumen yang telah
didapatkan, ini untuk melihat apakah dokumen tersebut menunjukan perjalanan
karir tokoh, apakah ejaan dalam dokumen tersebut sesuai dengan tahun yang
masih menggunakan ejaan lama atau tidak yang sesuai dengan EYD, dan apakah
55
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Dalam Masyarakat,(PT
Gramedia :Jakarta, 1977, ), p. 129.
32
huruf yang digunakan dalam dokumen tersebut masih menggunakan mesin ketik
atau tidak hal ini dilakukan untuk memperjelas keabsahan sumber yang akan
digunakan dalam mendukung karya penulisan.
Setelah proses kritik atau verifikasi selesai maka dilanjutkan ke tahap
Interpretasi yaitu melakukan penafsiran terhadap data - data yang telah diperoleh
ini dilakukan untuk mendukung proses dalam penulisan karya tulis sejarah.
Penafsiran bertujuan untuk mengolah data-data yang telah diperoleh menjadi
lebih hidup sehingga tidak menjadi hanya sebatas data kering. Dalam hal ini
sangat diperlukan peranan imajinasi dari penulis untuk menghadirkan kembali
rekonstruksi peristiwa dari masa lalu berdasarkan jejak dari suatu peristiwa dan
data-data sejarah yang telah dikumpulkan, yang nantinya akan diperoleh
penggambaran tentang perjalanan hidup I Gde Parimartha secara menyeluruh.
Tahap terakhir adalah proses penulisan karya tulis sejarah atau yang
disebut dengan Historiografi yang merupakan tahap akhir dari keseluruhan
metode sejarah. Melalui proses penulisan tentunya akan menjadikan suatu
peristiwa menjadi lebih awet dan tentunya tidak akan mudah dilupakan karena
dituangkan kedalam bentuk karya tulis, tentunya setiap orang tidak akan
melupakan suatu peristiwa yang telah terjadi karena sudah dituangkan ke dalam
bentuk tulisan yang nantinya akan dapat digunakan baik sebagai sumber bacaan
dan sumber-sumber referensi dalam mendukung suatu kegiatan penelitian ilmiah.
Dalam tahap terakhir ini disajikan tulisan mengenai peristiwa sejarah
secara menyeluruh, tentunya dalam hal ini akan disajikan riwayat hidup I Gde
Pariamrtha yang merupakan salah satu Guru Besar dalam bidang Ilmu Sejarah di
33
Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana. Penyajian karya tulis sejarah ini
nantinya akan memadukan bahasa ilmiah dan bahasa seni agar dapat menyentuh
sisi-sisi kemanusian dari tokoh tersebut. Sehingga karya tulis sejarah yang
dihasilkan akan mampu memberikan inspirasi kepada pembaca, sehingga karya
tulis sejarah dalam bentuk biografi ini memiliki fungsi penting dalam
pendidikan.56
1.8 SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menulis biografi intelektual Prof. Dr. I
Gde Parimartha M.A. Dalam penulisan skripsi ini, penulis membahasnya dalam
enam bab. Berikut pembagian penjelasan pada setiap bab, yang penulis uraikan
dalam Penulisan Skripsi Biografi Intelektual Prof. Dr. I Gde Parimartha, MA
1943-2014:
BAB I
Pada bab satu diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi sejarah yang digunakan,
kerangka konseptual dan teoritis, metode penelitian dan sumber, dan sistematika
penulisan.
BAB II
Pada bab dua penulis menguraiakan transisi masa kanak-kanak
Parimartha, bagaimana asal asul keluarganya, dan apa saja pengalaman
56
Sartono Kartodirjo, op.cit., p.76-77.
34
Parimartha dari kecil hingga masuk bangku sekolah dari menginjak bangku
sekolah dasar hingga duduk di bangku sekolah menengah atas.
BAB III
Pada bab tiga penulis menguraikan pengalaman studi Parimartha dari
berbagai perguruan tinggi dari sarjana muda hingga ia berhasil meraih gelar
doktor di Negeri Belanda dalam bab tiga juga akan diuraikan aktivitas dan
pengalaman Parimartha selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi.
BAB IV
Pada bab empat penulis menguraikan bagaimana pengabdian Parimartha
sebagai seorang dosen hingga dikukuhkan sebagai guru besar dalam bidang Ilmu
Sejarah, Serta jabatan apa saja yang pernah dipegang oleh Parimartha selama aktif
sebagai seorang pengajar.
BAB V
Pada bab lima penulis menguraikan apa saja sumbangan pemikiran
Parimartha sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Sejarah yang dituangkan
dalam buku, artikel-artikel ilmiah, artikel dalam surat kabar, dan berbagai media
lainnya. Pada bab ini juga menguraikan apa saja aktivitas Parimartha setelah
memasuki masa purnabakti dari aktivitas mengajar sebagai seorang dosen di
Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana.
BAB VI
Pada bab enam penulis menyimpulkan secara menyeluruh yang
berdasarkan pada uraian dari seluruh bab dari penulisan Skripsi yang berjudul
Biografi Intelektual Prof.Dr. I Gde Parimartha M.A. 1943-2014.