bab i pendahuluan 1.1 latar belakang...

18
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar mulai dari alam, sejarah hingga budaya. Oleh karena itu beberapa kota di Indonesia memiliki predikat sebagai Kota Wisata, salah satunya ialah Yogyakarta. Kota Yogyakarta yang biasa disebut dengan Jogja merupakan daerah tujuan wisata nomor dua di Indonesia setelah Pulau Bali. Berdasarkan data kunjungan wisatawan yang datang ke Yogyakarta, dapat diketahui bahwa setiap tahunnya jumlah wisatawan semakin meningkat. Pertumbuhan wisatawan yang sangat signifikan terjadi pada tahun 2012, sebesar 46,80% naik dari tahun 2011. Berikut ini adalah data statistik kunjungan wisatawan ke Yogyakarta. Tabel 1. Data Kunjungan Wisatawan ke Yogyakarta Tahun 2010-2014 No Tahun Wisatawan Jumlah Pertumbuhan (%) Domestik Mancanegara 1. 2010 1.304.137 152.843 1.456.980 2,17 2. 2011 1.438.129 169.565 1.607.694 10,34 3. 2012 2.162.422 197.751 2.360.173 46,80 4. 2013 2.602.074 235.893 2.837.967 20,24 5. 2014 3.091.967 254.213 3.346.180 17,91 6. 2015 3.813.720 308.485 4.122.205 21,3-23,3 Sumber: Buku Statistik Pariwisata DIY Tahun 2014 Salah satu destinasi wisata di Jogja yang paling diminati oleh wisatawan ialah kawasan wisata Malioboro. Kawasan Malioboro membentang dari Stasiun Tugu Yogyakarta sampai ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta (titik nol

Upload: hoangkiet

Post on 03-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/99148/potongan/S1-2016... · the primary motivating factors for travel.” Kunjungan ke produsen

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar mulai dari alam,

sejarah hingga budaya. Oleh karena itu beberapa kota di Indonesia memiliki

predikat sebagai Kota Wisata, salah satunya ialah Yogyakarta. Kota Yogyakarta

yang biasa disebut dengan Jogja merupakan daerah tujuan wisata nomor dua di

Indonesia setelah Pulau Bali.

Berdasarkan data kunjungan wisatawan yang datang ke Yogyakarta, dapat

diketahui bahwa setiap tahunnya jumlah wisatawan semakin meningkat.

Pertumbuhan wisatawan yang sangat signifikan terjadi pada tahun 2012, sebesar

46,80% naik dari tahun 2011. Berikut ini adalah data statistik kunjungan

wisatawan ke Yogyakarta.

Tabel 1. Data Kunjungan Wisatawan ke Yogyakarta Tahun 2010-2014

No Tahun Wisatawan

Jumlah Pertumbuhan

(%) Domestik Mancanegara

1. 2010 1.304.137 152.843 1.456.980 2,17

2. 2011 1.438.129 169.565 1.607.694 10,34

3. 2012 2.162.422 197.751 2.360.173 46,80

4. 2013 2.602.074 235.893 2.837.967 20,24

5. 2014 3.091.967 254.213 3.346.180 17,91

6. 2015 3.813.720 308.485 4.122.205 21,3-23,3

Sumber: Buku Statistik Pariwisata DIY Tahun 2014

Salah satu destinasi wisata di Jogja yang paling diminati oleh wisatawan

ialah kawasan wisata Malioboro. Kawasan Malioboro membentang dari Stasiun

Tugu Yogyakarta sampai ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta (titik nol

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/99148/potongan/S1-2016... · the primary motivating factors for travel.” Kunjungan ke produsen

2

kilometer Jogja). Mencakup pula jalan Margo Utomo, yang tadinya bernama jalan

Mangkubumi. Di kedua sisi kawasan Malioboro, banyak terdapat pedagang kaki

lima yang menawarkan berbagai souvenir khas Jogja seperti baju batik, kerajinan

tangan, dan kaos sablon bertuliskan Jogja. Selain berbelanja di Malioboro,

wisatawan juga dapat berbelanja di Pasar Beringharjo, yang terletak di ujung

kawasan Malioboro. Malioboro adalah pusat kawasan wisata tersebsar di Jogja

yang dikelilingi dengan banyak hotel, restoran, dan toko-toko disekitarnya.

Malioboro menjadi ikon wisata kota Jogja yang menawarkan berbagai macam

wisata, tidak hanya wisata belanja namun juga wisata budaya, wisata sejarah, dan

wisata kuliner.

Selain wisata belanja, hal lain yang menarik banyak minat wisatawan

datang ke Malioboro ialah wisata kuliner. Pada sore sampai malam hari di kanan

kiri trotoar kawasan Malioboro menjadi wisata kuliner malam hari yang terkenal

dengan sebutan Lesehan Malioboro. Lesehan Malioboro ini sangatlah identik

dengan kota Jogja dan digemari para wisatawan. Berderet makanan lezat seperti

gudeg, bakmi jawa, nasi goreng, ayam goreng, burung dara dan mie ayam siap

disajikan oleh para penjual. Banyak wisatawan yang datang untuk mencoba

makanan dan merasakan suasana Lesehan Malioboro di malam hari. Adapula

yang memang sudah menjadi langganan, sehingga setiap liburan ke Jogja selalu

mampir ke Lesehan Malioboro. Selain itu, disisi utara jalan Malioboro (Jalan

Margo Utomo) juga banyak terdapat angkringan yang berderet menjual berbagai

macam makanan. Angkringan di kawasan Malioboro memiliki satu minuman khas

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/99148/potongan/S1-2016... · the primary motivating factors for travel.” Kunjungan ke produsen

3

yang menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung, minuman tersebut ialah

kopi joss.

Wisata kuliner di kawasan Malioboro tentunya tidak terlepas dari siu atau

rumor negatif di kalangan wisatawan. Dulu sekitar tahun 2000-an lesehan

malioboro terkenal memiliki harga yang sangat mahal. Para penjual sering kali

menaikkan harga sesuka hati atau lebih dikenal dengan harga nuthuk. Kabar ini

beredar luas di dunia maya bahkan surat kabar.1

Namun demikian, lesehan

malioboro tetap ramai dikunjungi wisatawan.

Melihat hal tersebut, peneliti ingin mengetahui berbagai persepsi

wisatawan mengenai wisata kuliner malam hari di kawasan Malioboro, baik itu

persepsi terhadap lesehan maupun angkringan. Para wisatawan domestik yang

berkunjung ke lesehan dan angkringan memiliki persepsi tersendiri terhadap

produk, harga, tempat, dan pelayanan yang telah diterima. Adapun persepsi

tersebut dapat bersifat positif maupun negatif tergantung dari cara pandang

masing-masing wisatawan. Diketahuinya berbagai persepsi dari wisatawan,

diharapkan dapat membantu peningkatan dan perbaikan wisata kuliner malam hari

di kawasan Malioboro ke arah yang lebih baik lagi. Oleh karena itu peneliti

melakukan penelitian yang berjudul “Persepsi Wisatawan Domestik Terhadap

Wisata Kuliner Malam Hari di Kawasan Malioboro”.

1

Sumber: http://www.merdeka.com/peristiwa/selain-anyer-dulu-lesehan-malioboro-yogya-juga-

terkenal-mahal.html. Diakses pada 18 Juni 2016, pukul 10.40 WIB.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/99148/potongan/S1-2016... · the primary motivating factors for travel.” Kunjungan ke produsen

4

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penulisan ini ada beberapa pokok masalah yang akan dikaji. Hal ini

bertujuan agar ruang lingkup penelitian terbatas dan penulisan lebih terarah.

Adapun pokok masalah tersebut ialah sebagai berikut:

1) Bagaimana persepsi wisatawan domestik terhadap produk, harga, tempat, dan

pelayanan wisata kuliner malam hari di kawasan Malioboro?

2) Apa saja upaya perbaikan yang dapat dilakukan pada wisata kuliner malam

hari di kawasan Malioboro?

1.3 Tujuan Penelitian

Dengan mengacu pada beberapa pokok permasalahan di atas, penelitian ini

memiliki tujuan sebagai berikut.

1) Mengetahui persepsi wisatawan domestik terhadap produk, harga, tempat, dan

pelayanan wisata kuliner malam hari di kawasan Malioboro.

2) Mengetahui berbagai upaya perbaikan yang dapat dilakukan pada wisata

kuliner malam hari di kawasan Malioboro yang lebih baik.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka manfaat yang diharapkan dari hasil

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai perkembangan

studi pariwisata khususnya yang berhubungan dengan persepsi wisatawan

domestik terhadap berbagai komponen wisata kuliner malam hari di Kawasan

Malioboro.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/99148/potongan/S1-2016... · the primary motivating factors for travel.” Kunjungan ke produsen

5

2) Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan saran bagi pemerintah

untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas wisata kuliner malam hari di

Kawasan Malioboro. Sehingga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan

domestik pada wisata kuliner malam hari di Kawasan Malioboro.

1.5 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka ini peneliti bagi berdasarkan kesamaan fokus dan

kesamaan lokus. Kesamaan fokus berdasarkan tema atau topik permasalahan yang

dipilih oleh peneliti hampir sama, yaitu tentang analisis komponen daya tarik

suatu atraksi wisata. Dari penelitian terdahulu yang sudah dilakukan dan berkaitan

dengan judul diantaranya adalah sebagai berikut:

Penulisan karya ilmiah berupa skripsi yang ditulis oleh Kezia Zipora

(2015), dengan judul “Analisis Produk dan Manajemen Kopi Jos Sebagai Daya

Tarik Wisata Kuliner di Yogyakarta”, penelitian ini mengangkat Angkringan Kopi

Jos, untuk mengetahui berbagai produk yang dimiliki dan cara manajemen usaha

kuliner tersebut. Hasil dari penelitian ini ialah Angkringan Kopi Jos memiliki

berbagai produk baik produk kuliner maupun atraksi wisata yang ditawarkan,

seperti suasana yang terdapat pada Angkringan Kopi Jos dan merasakan sensasi

panasnya kopi serta bunyi “jooossh” dari kopinya. Selain itu, penelitian Kezia

juga membahas tentang manajemen Angkringan Kopi Jos yang tidak rumit namun

sudah teratur seperti adanya proses produksi, pembagian kerja, jam operasional,

dan perhitungan pengeluaran maupun pemasukan setiap harinya.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/99148/potongan/S1-2016... · the primary motivating factors for travel.” Kunjungan ke produsen

6

Skripsi yang ditulis oleh Nur Khairina (2015) dengan judul “Pengaruh

Pemasaran Bakpiapia Terhadap Daya Saing Produk dan Perusahaan Sejenis:

Kajian Wisata Kuliner”, penelitian ini berisi tentang daya saing produk dan

perusahaan sebuah usaha kuliner Bakpiapia terhadap produk dan perusahaan

sejenis khususnya dalam menghadapi MEA serta pengaruhnya dalam

meningkatkan wisata kuliner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi

wisatawan mengenai Bakpiapia dapat berpengaruh terhadap peningkatan jumlah

produk yang terjual dan jumlah pendapatan perusahaan. Selain itu berpengaruh

pula pada wisata kuliner Yogyakarta karena Yogyakarta ialah tempat dimana

perusahaan itu berada. Sehingga akan berpengaruh juga dalam meningkatkan

jumlah wisatawan yang datang ke Yogyakarta.

Tesis dari Inayatul Ilah Nashruddin (2011) yang berjudul “Pengaruh

Kualitas Produk Kuliner Terhadap Motivasi Kunjungan Wisatawan di Lesehan

Malioboro”, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

yang signifikan antara kualitas produk kuliner terhadap motivasi kunjungan

wisatawan ke Lesehan Malioboro. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa

lesehan Malioboro bukan merupakan tujuan utama wisatawan. Secara keseluruhan

kualitas produk kuliner bukan merupakan faktor yang berpengaruh secara

signifikan terhadap motivasi kunjungan wisatawan ke lesehan Malioboro.

Melainkan ada berbagai faktor lain yang lebih mempengaruhi motivasi wisatawan

untuk berkunjung ke lesehan Malioboro yakni keterikatan Lesehan Malioboro

dengan jalan Malioboro secara utuh yang merupakan ikon pariwisata Yogyakarta,

serta adanya suasana nostalgia bagi wisatawan.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/99148/potongan/S1-2016... · the primary motivating factors for travel.” Kunjungan ke produsen

7

Dilihat dari penelitian yang telah disebutkan diatas, penelitian yang

dilakukan oleh peneliti dengan judul “Persepsi Wisatawan Domestik Mengenai

Wisata Kuliner Malam Hari di Kawasan Malioboro” belum pernah ada dalam

penelitian manapun. Peneliti mencoba melakukan penelitian persepsi wisatawan

domestik mengenai produk, harga, tempat, dan pelayanan wisata kuliner malam

hari yang ada di kawasan Malioboro.

1.6 Landasan Teori

1.6.1 Wisata Minat Khusus

Secara umum kegiatan wisata dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu

wisata alam dan wisata buatan. Wisata alam ialah kegiatan rekreasi yang

memanfaatkan keindahan alam seperti gunung, pantai atau laut, flora dan fauna

unik. Sedangkan, wisata buatan adalah objek wisata yang sengaja dibangun oleh

manusia, seperti monumen, museum, dan taman bermain.

Selain dua jenis wisata diatas, terdapat satu jenis wisata baru yang belum

lama dikembangkan di Indonesia. Wisata tersebut ialah wisata minat khusus.

Wisata ini lebih ditujukan kepada wisatawan yang mempunyai minat atau tujuan

maupun motivasi khusus dalam berwisata. Sehingga biasanya wisatawan memiliki

kemampuan atau keahlian tertentu sesuai dengan obyek wisata minat khusus yang

akan dikunjungi. Seperti mendaki gunung, berkemah di tepi pantai, arung jeram,

bersepeda di bukit, dan lain sebagainya.

Weiler dan Hall (1992:5) memberikan definisi mengenai wisata minat

khusus sebagai berikut:

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/99148/potongan/S1-2016... · the primary motivating factors for travel.” Kunjungan ke produsen

8

“special interest travel is travel for people who are going somewhere

because they have a particular interest that can be pursued in a

particular region or at a particular destination....”.

Wisata minat khusus adalah perjalanan bagi seseorang yang ingin pergi ke

suatu tempat karena memiliki ketertarikan tertentu yang dapat dilakukan pada

daerah yang dituju.

Salah satu kegiatan wisata yang termasuk dalam wisata minat khusus ialah

wisata kuliner, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Richard George

dalam bukunya “Marketing Tourism in South Africa” (Tourism Tattler Trade

Journal 2014:28). George mengidentifikasi 20 wisata minat khusus grup yang

popular dan salah satunya ialah gastronomy tourism atau food tourism. Wisata

kuliner dapat menjadi wisata minat khusus karena makanan menjadi faktor utama

yang mempengaruhi wisatawan dalam membuat keputusan berwisata. Sesuai

dengan Hall and Sharples (2003:9) dalam Steinmetz (2010:5):

“… those whose activities, behaviours, and even destination selection

is influenced by an interest in food.”

Ketika satu-satunya motivasi untuk melakukan perjalanan wisata sesuai

kebutuhan dan keinginan tertentu, maka pengalaman pariwisata masuk dalam

kategori wisata minat khusus atau pariwisata terfokus (Novelli (2005:13) dalam

Steinmetz (2010:5)). Selain itu dari berwisata kuliner, wisatawan juga ingin

mendapatkan pengalaman dan suasana yang berbeda dari kebiasaan sehari-hari.

1.6.2 Wisata Kuliner

Kuliner ialah suatu bagian hidup yang erat kaitannya dengan konsumsi

makanan sehari-hari baik itu makanan sederhana maupun makanan mewah.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/99148/potongan/S1-2016... · the primary motivating factors for travel.” Kunjungan ke produsen

9

Sedangkan secara harafiah kuliner merupakan kata yang biasa digunakan untuk

merujuk pada sesuatu yang berhubungan dengan masakan atau memasak. Kuliner

juga merupakan bagian dari ilmu gastronomi atau tata boga.

Kuliner saat ini tidak hanya menjadi suatu hal yang berkaitan dengan

mengkonsumsi makanan, namun juga menjadi sebuah gaya hidup. Selain itu,

seperti yang telah dikemukakan diatas, kuliner juga menjadi salah satu alternatif

baru dalam berwisata. Menurut Asosiasi Pariwisata Kuliner Internasional

(International Culinary Tourism Association/ICTA), wisata kuliner merupakan

kegiatan makan dan minum yang unik dilakukan oleh setiap pelancong yang

berwisata. Sedangkan Hall and Mitchell (2001:308) dalam Steinmetz (2010:4)

memberikan definisi mengenai wisata kuliner sebagai berikut:

“Visitation to primary and secondary food producers, food festivals,

restaurants and specific locations for which food and tasting and/or

experiencing the attributes of a specialist food production region are

the primary motivating factors for travel.”

Kunjungan ke produsen makanan, festival makanan, restoran, dan lokasi

tertentu untuk makan dan mencicipi serta mendapatkan pengalaman dari daerah

yang memproduksi makanan tertentu adalah hal-hal menjadi faktor utama untuk

melakukan perjalanan. Sehingga perjalanan tersebut dapat dikatakan sebagai

wisata kuliner.

Wisata kuliner di Indonesia mulai berkembang semenjak banyaknya media

atau televisi lokal yang menyiarkan program kuliner. Tak hanya itu banyak pula

blogger-blogger Indonesia yang mulai menulis tentang pengalaman mereka

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/99148/potongan/S1-2016... · the primary motivating factors for travel.” Kunjungan ke produsen

10

mencicipi kuliner di suatu tempat. Inilah yang membuat wisata kuliner makin

diminati oleh masyarakat.

Perkembangan wisata kuliner yang semakin pesat di Indonesia menjadikan

Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menetapkan 5 kota sebagai destinasi wisata

kuliner unggulan yakni, Yogyakarta, Solo, Semarang, Bandung dan Bali.

Penetapan destinasi kuliner ini dlihat dari 6 kelayakan seperti produk dan daya

tarik utama, pengemasan produk dan event, kelayakan pelayanan, kelayakan

lingkungan, kelayakan bisnis serta peran pemerintah dalam pengembangan

destinasi wisata kuliner. Berbagai kawasan wisata kuliner tersebut antara lain

lesehan malam hari di Malioboro Jogja, wisata kuliner pedagang kaki lima (PKL)

di Galabo Solo, deretan PKL di sekitar Simpang Lima Semarang, kawasan wisata

kuliner di daerah Dago Bandung, dan sebagainya.2

Telah disebutkan diatas bahwa Yogyakarta atau Jogja merupakan salah

satu destinasi wisata kuliner unggulan Indonesia. Daya tarik wisata kuliner Jogja

adalah rasa makanannya yang enak, cara penyajiannya yang masih tradisional,

dan bumbu rempah-rempahnya. Suatu kawasan wisata kuliner di Jogja yang

terkenal ialah lesehan Malioboro. Sebenarnya, makanan dan minuman yang

disajikan oleh lesehan Malioboro sama saja dengan rumah makan atau lesehan

pada umumnya, namun yang menjadi daya tarik dari lesehan Malioboro adalah

suasana malam hari jalan Malioboro yang lengang dan musisi jalanan yang

menemani wisatawan saat menyantap makanan mereka. Hal inilah yang membuat

kebanyakan wisatawan ingin kembali lagi ke lesehan Malioboro.

2Sumber :http://www.krjogja.com/web/news/read/281990/yogya_destinasi_wisata_kuliner, diakses

tanggal 7 Maret 2016, pukul 12.30 WIB.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/99148/potongan/S1-2016... · the primary motivating factors for travel.” Kunjungan ke produsen

11

Selain lesehan, di kawasan Malioboro juga terdapat angkringan, tempat

makan khas Jogja, yang menjajakan berbagai makanan baik nasi maupun camilan.

Angkringan juga memiliki menu khas yaitu kopi joss. Kopi joss ini merupakan

menu yang menjadi daya tarik para wisatawan untuk berkunjung ke angkringan.

1.6.3 Motivasi Wisatawan

Menurut Dann (1977) dalam Ross (1998:31) terdapat dua faktor yang

memotivasi seseorang untuk melakukan perjalanan, yaitu faktor pendorong dan

faktor penarik. Faktor pendorong adalah faktor yang membuat wisatawan ingin

bepergian. Sedangkan faktor penarik adalah faktor yang mempengaruhi kemana

wisatawan akan pergi setelah ada keinginan awal untuk bepergian. Oleh karena itu

faktor penarik harus didahului oleh kebutuhan untuk bepergian. Selain itu menurut

Dann setiap orang memiliki kebutuhan untuk pergi jauh dari lingkungan

rumahnya. Dengan bepergian setiap orang dapat menjadi wisatawan yang dapat

melakukan berbagai aktivitas diluar kesehariannya.

Setiap wisatawan memiliki motivasi yang berbeda-beda saat melakukan

perjalanan wisata, baik dari dalam diri sendiri atau yang disebut dengan motivasi

sosio-psikologi dan motivasi budaya atau penarik. Crompton (1979) dalam Ross

(1998:32) menemukan sembilan motivasi guna menjelaskan motivasi pariwisata,

yaitu sebagai berikut:

1. Pelarian diri dari lingkungan biasa dirasakan.

2. Pengenalan dan penilaian diri.

3. Mengendurkan saraf.

4. Martabat.

5. Regresi.

6. Pengembangan hubungan kekeluargaan.

7. Kemudahan interaksi sosial.

8. Kebaharuan.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/99148/potongan/S1-2016... · the primary motivating factors for travel.” Kunjungan ke produsen

12

9. Pendidikan.

Dari kesembilan motivasi diatas, kita dapat mengetahui macam-mcam

motivasi yang mempengaruhi wisatawan dalam bepergian ke suatu daerah.

Motivasi akan menimbulkan keinginan untuk bepergian. Saat dan/atau setelah

melakukan perjalanan wisata, wisatawan akan merasakan kepuasan atau kecewa

dari perjalanan tersebut. Barulah setalah itu muncul persepsi wisatawan terhadap

obyek wisata yang telah mereka kunjungi.

1.6.4 Kepuasan Wisatawan

Kepuasan merupakan hal yang dapat memberikan pengaruh besar bagi

kelangsungan hidup setiap industri pariwisata, termasuk wisata kuliner. Kotler

(1997:36) mendefinisikan kepuasan adalah perasaan yang muncul baik senang

maupun kecewa dari hasil membandingkan antara kesannya terhadap apa yang

diberikan produk/jasa tersebut dengan harapan-harapannya. Kedatangan

wisatawan ke suatu lokasi wisata kuliner untuk pertama kali dapat menentukan

kemungkinan kunjungan selanjutnya. Apabila kunjungan pertama memberikan

kepuasan bagi wisatawan, ada peluang besar wisatawan akan berkunjung kembali.

Sedangkan jika wisatawan merasa tidak puas, wisatawan akan berpikir dua kali

untuk berkunjung kembali ke obyek wisata.

Zithaml dan Bitner (2000:81) mengemukakan beberapa aspek yang dapat

dipakai untuk mengetahui tingkat kepuasan wisatawan terhadap produk makanan

ialah sebagai berikut:

1. Aspek variasi menu yaitu rasa dan penyajian.

2. Aspek kualitas yaitu penggunaan bahan, standar porsi, penampilan

penyajian.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/99148/potongan/S1-2016... · the primary motivating factors for travel.” Kunjungan ke produsen

13

3. Aspek penyajian yaitu peralatan, kecepatan menyelesaikan pesanan, dan

ketepatan.

4. Aspek pelayanan yaitu penampilan pelayan, keramahan, kecepatan, dan

ketepatan dalam melayani.

5. Aspek harga yaitu standar harga yang ditetapkan dan pilihan harga yang

disediakan.

6. Aspek atmosphere/penampilan/suasana yaitu tempat, keamanan,

kenyamanan, dekorasi, kebersihan, dan pengaturan meja-kursi.

Aspek-aspek inilah yang juga digunakan peneliti dalam proses penyusunan

pertanyaan wawancara yang diajukan kepada wisatawan domestik mengenai

persepsinya terhadap wisata kuliner malam hari di kawasan Malioboro.

1.6.5 Persepsi Wisatawan

Daya tarik utama wisata kuliner adalah produk makanan. Produk adalah

suatu yang meliputi obyek fisik, jasa, tempat, organisasi, gagasan maupun pribadi

yang mampu ditawarkan, diminta, dicari, dibeli, digunakanatau dikonsumsi pasar

sebagai pemenuhan kebutuhan dan keinginan sesuai dengan kemampuannya

(Kotler, 2000:46). Sedangkan kriteria standar suatu produk yang diharapkan oleh

konsumen meliputi keanekaragaman, mutu/kualitas, sifat, rancangan, merk,

kemasan, dan pelayanan.

Berdasarkan sifatnya produk kuliner dapat dibagi menjadi dua, yaitu

produk tangible dan intangible. Produk kuliner yang tangible termasuk makanan

dan minuman (rasa), penyajian, kebersihan, dan harga serta untuk produk kuliner

yang intangible ialah pelayanan dan suasana. Jika dalam penelitian kuliner

sebelumnya produk kuliner dibagi menjadi dua, dalam penelitian ini peneliti

menggunakan analisis bauran pemasaran 4P yang sudah dimodifikasi untuk

mengetahui persepsi wisatawan domestik mengenai wisata kuliner malam hari di

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/99148/potongan/S1-2016... · the primary motivating factors for travel.” Kunjungan ke produsen

14

kawasan Malioboro. Bauran pemasaran 4P yang sebenarnya ialah produk, harga,

tempat, dan promosi. Sedangkan yang sudah dimodifikasi oleh peneliti ialah

produk, harga, tempat, dan pelayanan. Sehingga dalam penelitian ini, keempat

komponen tersebut merupakan tolok ukur persepsi wisatawan mengenai wisata

kuliner malam hari di kawasan Malioboro.

Secara terminologi persepsi memiliki definisi, proses seseorang

mengetahui beberapa hal melalui pancainderanya.3 Sedangkan menurut Walgito

(2004:40) persepsi adalah suatu proses pengorganisasian dan penginterpretasian

terhadap rangsang yang diterima oleh individu sehingga menjadi sesuatu yang

berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Dari kedua

definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah interpretasi seseorang

terhadap suatu tempat atau suatu kejadian yang dialaminya. Guna mendapatkan

persepsi positif dari wisatawan, wisata kuliner malam hari di kawasan Malioboro

harus selalu meningkatkan kualitas menjadi lebih baik dari sebelumnya. Persepsi

positif akan muncul apabila obyek tersebut dapat memenuhi keinginan wisatawan.

Wisata kuliner malam hari di kawasan Malioboro sangatlah terkenal

dikalangan para wisatawan, hal inilah yang membuat lesehan dan angkringan

memiliki banyak pengunjung. Pengunjung berasal dari berbagai daerah,

pekerjaan, dan usia yang berbeda-beda. Adapun setelah mengunjungi dan

mencicipi makan di lesehan atau angkringan, para wisatawan memiliki persepsi

masing-masing terhadap produk dari lesehan dan angkringan di kawasan

Malioboro. Persepsi tersebut dapat berupa persepsi positif maupun negatif.

3 Sumber: http://kbbi.web.id/persepsi, diakses tanggal 5 Maret 2016, pukul 19.30 WIB.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/99148/potongan/S1-2016... · the primary motivating factors for travel.” Kunjungan ke produsen

15

Adanya berbagai persepsi inilah yang dapat menjadi instropeksi atau masukan

bagi wisata kuliner malam hari di Malioboro agar dapat melakukan upaya-upaya

perbaikan di masa mendatang.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Adapun lokasi penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan berbagai data ialah loksi wisata kuliner malam hari di kawasan

Malioboro, meliputi lesehan yang terdapat di sepanjang Jalan Malioboro - Margo

Mulyo (dulu Jend. A. Yani) dan angkringan yang ada di Jalan Margo Utomo (dulu

Mangkubumi). Penelitian dilakukan selama kurang lebih 1 bulan, mulai dari 15

Maret 2016 sampai 15 April 2016.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Sumber: diolah dari http://yogyakarta.panduanwisata.id/headline/peta-turisme-di-

yogyakarta-2/, 2016

Lokasi penelitian yang diberi lingkaran kuning.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/99148/potongan/S1-2016... · the primary motivating factors for travel.” Kunjungan ke produsen

16

1.8 Sumber dan Metode Penelitian

1.8.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh dan alat-alat

yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan datanya (Darmawan,

2013:159). Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti meliputi: observasi

(pengamatan) dan depth interview (wawancara mendalam). Berikut penjelasan

metode pengumpulan data yang digunakan peneliti:

1) Observasi

Metode observasi dilakukan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan

dengan produk, harga, tempat, dan pelayanan dari wisata kuliner malam hari di

kawasan Malioboro. Dalam metode ini, peneliti menjadi salah satu bagian dari

wisatawan yang mencoba lesehan dan angkringan di kawasan Malioboro.

2) Wawancara Mendalam

Wawancara bertujuan untuk mendapatkan data primer yang terkait dengan

persepsi wisatawan terhadap produk, harga, tempat, dan pelayanan dari wisata

kuliner malam hari di kawasan Malioboro. Wawancara dilakukan dengan

sejumlah wisatawan domestik dari berbagai kota, usia dan jenis kelamin yang

berbeda-beda.

1.8.2 Teknik Pengumpulan Sampel

Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yang berarti

pengambilan sampel secara sengaja dengan persyaratan sampel yang diperlukan.

Teknik ini memperbolehkan peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil

karena adanya pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/99148/potongan/S1-2016... · the primary motivating factors for travel.” Kunjungan ke produsen

17

syarat sampel yaitu 40 wisatawan domestik yang berasal dari luar kota Jogja yang

sedang dan atau telah makan di lesehan dan angkringan di kawasan Malioboro.

Selain itu syarat lainnya adalah sampel bukan mahasiswa asal luar kota Jogja yang

sedang belajar di Jogja.

1.8.3 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang

bertujuan untuk menggambarkan atau memaparkan sesuatu hal, misalnya

keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan dan lain-lain (Arikunto, 2010:3).

Sedangkan penelitian kualitatif ialah suatu metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti

adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan

secara purposive, teknik pengumpulan dengan triangulasi, analisis data bersifat

induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna

daripada generalisasi (Sugiyono, 2009:15).

Hasil observasi dan wawancara dengan wisatawan domestik, dalam

penelitian ini, akan diolah dan dianalisis secara deskriptif. Hasil data yang

diperoleh disusun sesuai kategori masing-masing, baik data hasil observasi

peneliti maupun data wawancara dengan wisatawan domestik. Seperti data

mengenai persepsi wisatawan terhadap produk, harga, tempat, dan pelayanan dari

wisata kuliner malam hari di Kawasan Malioboro.

Setelah melakukan kategorisasi pada data-data yang telah terkumpul,

peneliti melakukan interpretasi data sesuai dengan landasan teori yang digunakan

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/99148/potongan/S1-2016... · the primary motivating factors for travel.” Kunjungan ke produsen

18

dalam penelitian ini. Kemudian, dari hasil interpretasi tersebut didapatkan sebuah

kesimpulan persepsi wisatawan domestik terhadap produk, harga, tempat, dan

pelayanan dari wisata kuliner malam hari di Kawasan Malioboro.

1.9 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri atas empat bab yang masing–

masing dijabarkan sebagai berikut:

Bab satu menguraikan alasan dan tujuan mengambil tema penelitian yang

terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, metode

pengumpulan data, dan sistematika penulisan.

Bab dua menguraikan gambaran umum mengenai topik yang akan dibahas

dalam penelitian yaitu Kawasan Wisata Jalan Malioboro Yogyakarta.

Bab tiga menguraikan pembahasan dari hasil penelitian mengenai persepsi

wisatawan domestik terhadap lesehan dan angkringan sebagai wisata kuliner

malam hari di kawasan Malioboro Yogyakarta serta pengembangan kearah yang

lebih baik.

Bab empat adalah bab terakhir yang berisikan kesimpulan dari keseluruhan

penelitian yang telah dilakukan. Selain kesimpulan terdapat juga saran yang

diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pengembangan wisata

kuliner malam hari di kawasan Malioboro.