bab i pendahuluan 1.1 latar belakangeprints.umm.ac.id/40935/2/bab i.pdfdusun sade, desa rembitan...
TRANSCRIPT
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pariwisata diposisikan sebagai salah satu sektor andalan dalam pembangunan
nasional Indonesia. Saat ini pada masa-masa mendatang, pariwisata diharapkan
dapat memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan devisa negara dalam
upaya pemerintah mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Salah satu
upaya yang dilakukan sektor pariwisata adalah memperkuat jejaring yang telah
ada dan meningkatkan daa saing usaha pariwisata Indonesia (Astuti dalam Joko
Try Haryanto jurnal Kawistara). Hal ini karena pertumubuhan pariwisata dapat
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, baik untuk pemerintah, kalangan
swasta, investor, maupun daerah wisata yang dikunjungi. Dengan adanya
berkembangnya pariwisata dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi
masyarakat kecil, baik hanya untuk berjualan makanan, maupun menjadi juru
parkir.
Keberadaan pariwisata tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia baik
secara individu maupun masyarakat serta kondisi alam, kehidupan sosial serta
keindahan budaya yang dimiliki oleh setiap daerah. Berwisata merupakan tujuan
dari setiap individu ataupun masyarakat untuk memenuhi hasrat atau keinginan
melihat keunikan dari setiap daerah wisata yang dikunjungi, baik keindahan alam,
kehidupan sosial, maupun keanekaragaman budaya. Keberadaan daerah wisata
mampu menyedot perhatian wisatawan mancanegara maupun lokal dengan
berbagai keindahan yang disajikan.
3
Keberadaan pariwisata di Indonesia memunculkan berbagai dampak terhadap
berbagai perubahan baik infrastruktur, ekonomi, Ilmu Pengetahuan dan
sebagainya. Pariwisata ini yang kemudian dimanfaatkan oleh berbagai kalangan
terutaman masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Dengan adanya
pariwisata ini masyarakat dituntut untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan.
Terutama bagi daerah tujuan wisata. Mereka dituntut untuk menguasai berbagai
bahasa internasional untuk memudahkan para wisatawan yang berkunjung untuk
memperkenalkan daerah wisata. Selain itu juga masyarakat dituntut untuk
menyediakan berbagai keperluan para wisatawan seperti makanan, minuman,
pakaian, penginapan dan sebagainya. Hal ini yang kemudian dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk membuka lapangan pekerjaan baru terutama bagi masyarakat
yang berada disekitaran daerah wisata seperti menjadi juru parkir, membuka
Home Stay, berdagang asesoris, Membuka warung kecil, rumah makan dan
sebagainya.
Pariwisata di Indonesia tidak hanya menjual keindahan alam namun juga
keragaman budaya yang sekarang ini sudah banyak diperjualbelikan. Dengan
adanya kenekaragaman budaya yang dimiliki mampu menyedot perhatian para
wisatawan lokal maupun mancanegara untuk berkunjung. Dengan keunikan
budaya yang dimiliki oleh masing – masing daerah di Indonesia menjadi suatu
daya tarik yang memikat hati para wisatawan sehingga daerah wisata budaya
dituntut untuk memenuhi kebutuhan komersial pariwisata. Hal ini tentunya
menjadi tantangan bagi kebudayaan untuk tetap mempertahankan nilai asli yang
melekat.
4
Kebudayaan dalam era globalisasi tidak sekadar disikapi sebagai
keseluruhan pola perilaku, pengetahuan, dan pola pikir dalam merefleksikan
proses interaksi sosio-kultural masyarakat saat ini. Kebudayaan lokal yang selama
ini menjadi ekspresi masyarakat pendukung untuk menciptakan keserasian dan
keselarasan antara manusia dan lingkungan sosialnya, harus dituntut dan
dipaksakan bersaing dengan produk-produk budaya lain secara terbuka.
Kebudayaan lokal yang semula sebagai subjek pengetahuan, sikap, dan kearifan
lokal masyarakat pendukungnya, kemudian berubah menjadi objek berupa benda
yang harus diperjualbelikan melalui proses produksi budaya.
Berkenaan dengan hal tersebut, pakaian adat, ritual, festival, dan seni
rakyat tradisional telah menjadi bagian dari komoditas pariwisata, sebagaimana
mereka dipentaskan atau diproduksi semata-mata untuk konsumsi pariwisata.
Artinya, kebudayaan lokal secara dengan sengaja diubah dan diperlakukan
sebagai atraksi wisata sehingga dapat hancur karena kehilangan makna aslinya.
Dalam hal ini munculah istilah komodifikasi budaya. Komodifikasi yang
dimaksud yaitu merubah nilai guna menjadi nilai tukar.
Komodifikasi merupakan suatu proses transformasi barang dari nilai guna
menjadi nilai tukar. Menurut Barker (2014 : 14 ) komodifikasi adalah proses yang
diasosiasikan dengan kapitalis yaitu objek, tanda, dan kualitas berubah menjadi
komoditas. Menurut Pilliang (2011 : 23 ) Komodifikasi adalah proses menjadikan
sesuatu yang sebelumnya bukan komoditas sehingga kini menjadi komoditas.
Selanjutnya yang dimaksud komoditas adalah segala sesuatu yang diproduksi dan
dipertukarkan dengan sesuatu yang lain, seperti yang diuraikan Pilliang bahwa
benda – benda warisan budaya awalnya bukan komoditas. Perbedaannya terletak
5
pada bentuk produksi dan pada akhirnya berpengaruh terhadap distribusi dan
mengonsumsinya. (Anak Agung GD Raka : 2015 dalam disertasi).
Komodifikasi juga memasuki dunia wisata di pulau Lombok. Pulau Lombok
merupakan kampung halaman bagi masyarakat suku sasak yang terletak pada
segitiga emas destinasi pariwisata utama Indonesia yakni pulau Bali disebelah
barat, Tana Toraja dan Bunaken disebelah utara, dan Pulau Komodo di sebelah
timur. Lombok juga berada pada segitiga emas pelayaran lintas nasional dan
internasional yakni Surabaya disebelah barat, Makasar di utara dan Darwin
Australia di Timur. Bahasa yang digunakan oleh masyarakatnya sendiri adalah
bahasa sasak. Mayoritas penduduk Lombok beragamakan Islam lain diantaranya
adalah beragama Kristen, Hindu dan Budha (Akhmad Saufi, dkk. 2015 : 19).
Lombok menyugukan beraneka ragam tempat wisata yang kemudian menjadi
daya tarik untuk memikat para wisatawan untuk singgah. Mulai dari keindahan
alam yang yang sangat eksotis, pantai serta wisata buatan dan juga yang paling
menjadi daya tarik tersendiri adalah pelestarian kearifan lokal yang masih dijaga.
Perkembangan pariwisata di Lombok memang berkembang sangat pesat.
Berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara
Barat jumlah wisatawan dari tahun 2013 hingga 2015 yaitu dapat dilihat pada
tabel dibawah berikut :
Tabel 1.1 Kunjungan wisatawan ke NTB
No. Tahun Jumlah Wisatawan
1. 2013 1.357.602 Jiwa
6
2. 2014 1.629.112 Jiwa
3. 2015 2.210.527 Jiwa
4. 2016 1.091.294 Per Januari- Juni
Sumber : http://www.disbudpar.ntbprov.go.id/angka-kunjungan-wisatawan-ke-ntb
Lombok memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah diantaranya pantai-
pantai, gunung Rinjani, Air terjun, serta kekayaan budaya seperti event Bau Nyale,
yang kemudian menjadi sasaran tujuan wisata bagi para wisatawan mancanegara.
Lombok juga telah menjadi kawasan destinasi wisata halal yang Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat No. 2 tahun 2016
tentang Pariwisata Halal. Lombok menyuguhkan beragam keindahan yang
disajikan untuk memanjakan para wisatawan yang datang. Mulai dari keindahan
alam, hingga keunikan budaya yang menjadi daya tarik tersendiri. Gili Trawangan
menjadi pusat kunjungan para wisatawan mancanegara, dikarenakan memiliki
pantai yang indah. Selain itu juga, Gili Trawangan menyugukan berbagai fasilitas
seperti Snorkeling, sand, sun,surfing dan fishing. tidak hanya gili Trawangan
namun pantai Kuta Lombok atau yang sekarang disebut sebagai Kuta Mandalika
juga menyugukan keindahan pantai yang menawan yang sekarang menjadi pusat
perhatian dalam pengembangan wisata di Lombok. Kuta Mandalika yang
sekarang ini sedang dibangun Mandalika Resort yang akan menjadi Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK). Dengan berkembangnya pariwisata di Lombok tidak
memungkinkan terjadinya masuknya budaya baru yang dibawa oleh para
wisatwan mancanegara yang dapat meleburkan nilai-nilai sosial yang terdapat di
Lombok.
7
Perubahan era globalisasi sekarang ini tentunya memberikan tantangan
terhadap budaya lokal. Dimana suatu kebudayaan dapat mempertahankan nilai
sakral yang sudah melekat. Terutama tantangan dengan adanya industri pariwisata
yang dimana para kesenian tradisional ditantang untuk memenuhi kebutuhan
pasar. Dengan bertumbuh kembangnya industri pariwisata yang tidak terkendali
terjadilah pergeseran nilai budaya dari nulai guna menjadi nilai komersil sebagai
objek wisata. Hal ini kemudian merubah pola pikir masyarakat yang kemudian
menjadikan kebudayaan lokal menjadi objek wisata. Dusun Sade merupakan salah
satu dusun yang terletak didaerah Desa Rembitan Kecamatan Pujut Kabupaten
Lombok Tengah yang sampai sekarang ini masih mempertahankan adat ataupun
tradisi khas suku sasak.
Semenjak berkembangnya pariwisata di Lombok yakni pada tahun 1989,
melalui Program Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan
menerbitkan Peraturan Daerah No. 9 tahun 1989 Tentang Penetapan Lima Belas
Kawasan Wisata Potensial Nusa Tenggara Barat. Salah satunya adalah kawasan
dusun Sade, Desa Rembitan Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah yang
menjadi sasaran daerah wisata karena keunikan dan kentalnya tradisi yang masih
dilestarikan dan dipertahankan oleh masyarakat setempat. Hal ini merupakan
upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengoptimalkan keberadaan
pariwisata yang sudah ada. Dalam hal ini kebudayaan lokal masyarakat telah
dijadikan sebagai komoditas yang diperjualkan demi memenuhi tuntutan pasar
yang semakin berkembang. Budaya oleh kapitalis telah kehilangan eksistensi
kesakralan yang melekat yang menjadi nilai guna yang kemudian diubah menjadi
8
nilai tukar. Masyarakat hanya menjadi pelaku wisata dan seolah hanyut dalam
dominasi kekuasaan dan hegemoni kapitalis.
Budaya oleh para kapitalis telah dipaksa untuk memenuhi kebutuhan pasar,
tanpa memperhitungkan nilai keaslian dan makna budaya yang sudah melekat.
Budaya dijadikan sebagai ikon wisata yang tentunya menarik perhatian wisatawan
untuk berkunjunjung. Presean merupakan warisan budaya sasak sebagai simbol
ketangkasan, kejantanan, keperkasaan bagi laki-laki. Zaman dulu juga digunakan
sebagai tarian pemanggil hujan disaat musim kemarau tiba. para kapitalis telah
menjadikan Presean sebagai suatu komoditi yang kemudian dipertontonkan
dengan tidak berdasarkan pada keaslian budaya tersebut. Ada beberapa hal seperti
pembacaan mantra-mantra atau dalam istilah sasak dikenal dengan mentere,
pecahan botol yang ditaruh diatas penjalin atau tongkat para pepadu yang sengaja
dihilangkan. Hal ini tentunya mencerminkan hilangnya keaslian budaya tersebut.
Para kapitalis juga menjadikan kehidupan sosial masyarakat sebagai komoditi
yang kemudian diperjualkan kepada konsumen budaya melalui cerita-cerita
pemandu wisata. Sehingga masyarakat dipaksa untuk berada dalam situasi yang
semula tanpa adanya perubahan kearah yang lebih maju. Pola kehidupan
masyarakat yang sangat kental dengan kehidupan paguyuban kemudian dirubah
menjadi ruang pasar yang menimbulkan persaingan ekonomi diantara sesama
warga. Ruang-ruang pasar ini yang kemudian menjebak masyarakat untuk lebih
memprioritaskan ekonomi dibandingakn dengan sistem paguyuban masyarakat
setempat, sehingga menghilangkan beberapa nilai dalam kehidupan masyarakat.
Para gadis sudah enggan untuk belajar menenun lagi, mereka lebih disibukkan
dengan jualan mereka.
9
Masyarakat terjebak dengan manipulasi yang telah dibuat oleh kapitalisme
untuk mensejahterakan masyarkat. Namun pada dasarnya masyarakat sendiri tidak
mengalami perubahan dalam bidang kesejahteraan, melainkan mereka hanya
memberikan keuntungan kepada para kapitalis. Masyarakat yang tidak memiliki
kekuasaan telah menjadi alat kuasa yang dihegemoni oleh kapitalis untuk
memenuhi tuntutan dengan dalih mensejahterakan masyarakat namun pada
dasarnya dimanfaatkan sebagai pemenuhan kebutuhan pasar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalahnya adalah “Bagaimana
Komodifikasi Budaya sebagai Pergeseran Nilai Masyarakat Dusun Sade ?”
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dan memahami Komodifikasi Budaya sebagai Pergeseran Nilai
Masyarakat Dusun Sade.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat dihasilkan dari penelitian ini dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian tersebut diharapkan memberi manfaat sebagai literatur
bagi para akademis yang akan melanjutkan penelitian.
10
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat secara praktis tersebut dapat penulis uraikan sebagai berikut :
1.4.2.1 Manfaat bagi Dinas Pariwisata
Hasil penelitian tentang Komodifikasi budaya sebagai pergeseran nilai
masyarakat Dusun Sade ini dapat dijadikan sebagai refrensi baru dalam
pengambilan kebijakan serta pengelolaan wisata budaya di Lombok
Tengah.
1.4.2.2 Manfaat bagi Civitas Akademika
Hasil dari penelitian tersebut diharapkan dapat menjadi refrensi baru
bagi mahasiswa maupun dosen sebagai penunjang keilmuan dan
mempertajam analisis terkait topik – topik yang diangkat dalam penelitian.
Terutama dalam tema komodifikasi budaya sebagai pergeseran nilai
masyarakat Dusun Sade.
1.4.2.3 Bagi Masyarakat Dusun Sade
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai Rencana Induk
Pengembangan Wisata Daerah (RIPPDA) bagi masyarakat dengan Peneliti
melakukan Focus Group Discussion (FGD) atau Diskusi Kelompok
Terarah guna membahas permasalahan serta memberikan masukan-
masukan bagi masyarakat dusun Sade guna menunjang pengembangan
pariwisata di Dusun Sade, Desa Rembitan Kecamatan Pujut, Lombok
Tengah.
11
1.5 Definisi Konsep
1.5.1 Komodifikasi
Komodifikasi adalah proses dimana sesuatu yang tidak memiliki
nilai ekonomis diberi nilai dan karenanya bagaimana nilai pasar
dapat menggantikan nilai sosial lainnya ( Karl Marx dalam Evans :
2004 : 16).
1.5.2 Budaya
Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti
cipta, karsa dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa
Sansekerta budhayah yaitu bentuk jamak dari kata budhi yang
berarti budhi atau akal. Dalam bahasa inggris kata budaya berasal
dari kata culture, dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah
cultuur, dalam bahasa Latin berasal dari kata colera, yang berarti
mengolah, mengerjakan, menyuburkan, mengembangkan tanah
(bertani). Budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang
meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan,
hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan
yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat (E.B taylor
dalam Suratman, dkk, 2010:31).
1.5.3 Pergeseran
Pergeseran merupakan proses terjadinya pergantian ataupun
perpindahan suatu kondisi ke bentuk lainnya yang menimbulkan
adanya perbedaan dari kondisi sebelumnya (Ivan dalam Jurnal).
12
1.5.4 Nilai
Nilai (Value) biasanya digunakan untuk menunjuk kata benda yang
abstrak yang dapat diartikan sebagai keberhargaan (worth) atau
kebaikan (goodness). Menilai berarti menimbang yakni suatu
kegiatan manusia untuk menghubugkan sesuatu dengan sesuatu
lainnya yang kemudian dilanjutkan dengan memberikan keputusan
(Dharma Diharji Dharji, Shidarta, 2006 : 233).
1.5.5 Masyarakat
Masyarakat dalam bahasa Inggris berarti Society yang berasal dari
kata socius yang berarti kawan. Masyarakat merupakan
sekelompok manusia yang bebas dan bersifat kekal, menempati
kawasan tertentu, memiliki kebudayaan serta terjalin hubungan
diantara anggota-anggotanya (Suratman, dkk, 2013 : 139).
1.6 Metode Penelitian
Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu
yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku.
untuk dapat menghasilkan suatu penelitian yang baik, maka peneliti tidak hanya
mengetahui aturan permainan, tetapi juga harus mempunyai keterampilan-
keterampilan dalam melaksanakan penelitian.
1.6.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif yang juga disebut penelitian interpretif atau penelitian
13
lapangan adalah suatu metodologi yang dipinjam dari disiplin ilmu seperti
sosiologi dan antropologi dan diadaptasi ke dalam setting pendidikan.
Penelitian kualitatif menggunakan metode penalaran induktif dan sangat
percaya bahwa terdapat banyak perspektif yang akan dapat diungkapkan
(Lodico, Spaulding, dan Voegtle, dalam Emzir, 2010 : 2).
Penggunaan pendekatan penelitian kualitatif relevan untuk
menggambarkan permasalahan yang diangkat mengenai Komodifikasi
Budaya sebagai Pergeseran Nilai Masyarakat Dusun Sade, Desa Rembitan,
Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah akan dapat dideskripsikan
dengan utuh apabila menggunakan pendekatan kualitatif sebagaimana
karakteristik penelitian kualitatif yang mampu menggambarkan sebuah
fenomena secara holistik (menyeluruh).
1.6.2 Jenis Penelitian
Jenis peneitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus
yaitu suatu penelitian kualitatif yang berusaha menemukan makna,
menyelidiki proses, dan memperoleh pengertian dan pemahaman yang
mendalam dari individu, kelompok, atau situasi (Emzir, 2010 : 20).
Subjek penelitian dapat saja individu, kelompok, lembaga, maupun
masyarakat. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara
mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas
dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas
atas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum (Moh.Nazir, 2014 : 45).
14
Penelitian ini menggunakan studi kasus karena dapat menelaah mengenai
kandungan makna dalam suatu budaya yang dikomodifikasikan oleh
masyarakat setempat serta mengetahui proses dari komodifikasi budaya yang
menghilangkan nilai keaslian dari budaya tersebut.
1.6.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di dusun Sade, desa Rembitan, Kecamatan
Pujut, Lombok Tengah. Penulis memilih wilayah ini berdasarkan beberapa
pertimbangan yaitu lokasi yang berjarak tidak terlalu jauh dari tempat tinggal
peneliti, dan lokasi tersebut merupakan Salah satu dusun yang masih
mempertahankan kebudayaan yang ditinggalkan yang kemudian berkembang
menjadi desa wisata yang menjual kebudayaan.
1.6.4 Teknik Penentuan subjek penelitian
Penentuan subjek penelitian menjadi salah satu hal yang penting dalam
melakukan penelitian. Penentuan subjek penelitian yang tepat memungkinkan
diperolehnya data dan informasi yang valid serta akurat karena subjek
penelitian merupakan salah satu sumber data dalam penelitian kualitatif.
Teknik penentuan subjek dalam penenlitian ini adalah purposive sampling.
Purposive sampling yaitu memilih subjek penelitian atau informan dengan
kriteria tertentu yang dapat memberikan informasi kepada peneliti (Idrus,
Muhammad 2009 : 97).
Adapun kriteria yang ditujukan yaitu informan yang mengetahui tentang
sejarah dusun sade, Informan yang mengetahui tentang tradisi-tadisi serta
15
adat-adat yang terdapat di Dusun Sade, Informan yang mengetahui tentang
peninggalan-peninggalan budaya yang ada di dusun Sade, Informan yang
mengetahui tentangperkembangan pariwisata di Dusun sade. Subjek
penelitian yang nantinya akan dipilih dalam penelitian ini yaitu mereka yang
berada dalam ruang interaksi sosial di Dusun Sade seperti kepala dusun Sade,
kepala Desa Rembitan, pemangku adat, serta masyarakat yang menjadi
pemandu wisata di daerah tersebut, dan sejumlah orang tua.
1.6.5 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dapat dikelompokkan dalam dua
diklasifikasi yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung oleh
peneliti melalui perantara ataupun sumber lainnya. data primer didapatkan
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang telah ditentukan
sebelumnya oleh peneliti. Adapun data primer dalam penelitian ini
didapatkan melalui pengamatan atau observasi secara langsung terhadap
komodifikasi budaya sebagai dekonstruksi nilai dalam masyarakat dusun
Sade serta wawancara dengan subyek maupun informan yang telah
ditentukan sebelumnya.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoeh oleh peneliti secara tidak
langsung dari obyek penelitian ataupun merupakan data yang diperoleh
16
melalui perantara media tertentu maupun sumber lainnya. Data sekunder
dalam penelitian ini dapat berupa hasil penelitian terdahulu, jurnal, buku,
foto-foto dan juga dokumen resmi baik dari pemerintah maupun
masyarakat yang ada kaitannya dengan persoalan komodifikasi budaya
sebagai pergeseran nilai masyarakat Dusun Sade.
1.6.6 Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan
fenomena yang dilakukan secara sistematis. Pengamatan dapat
dilakukan secara terlibat (Partisipatif) ataupun nonpartisipatif.
Maksudnya, pengamatan terlibat merupakan jenis pengamatan yang
melibatkan peneliti dalam kegiatan sasaran penelitian, tanpa
mengakibatkan perubahan pada kegiatan atau aktivitas yang
bersangkutan dan tentu saja dalam hal ini peneliti tidak menutupi
dirinya selaku peneliti (Muhamad Idrus : 2009 : 101).
Penelitian ini menggunakan observasi secara langsung dimana
peneliti berada bersama dengan obyek yang diteliti atau dalam suatu
peristiwa tertentu. Observasi dalam penelitian ini mengamati atau
melihat secara langsung budaya yang masih dilestraikan serta budaya
apa saja yang di komodifikasi oleh para pelaku di dusun Sade.
Observasi dilakukan dengan cara mengamati langsung keadaan
sosial dan pariwisata, serta mengamati secara langsung bentuk budaya
yang dikomodifikasikan yang dijadikan sebagai komoditas pariwisata
yang terdapat di dusun Sade. Tujuan dari observasi ini adalah untuk
17
memperoleh data berkaitan dengan Komodifikasi Budaya Sebagai
Pergeseran Nilai Masyarakat Dusun Sade.
b. Wawancara
Wawancara dapat didefinisikan sebagai interaksi bahasa yang
berlangsung antara dua orang dalam situasi saling berhadapan salah
seseorang yaitu yang melakukan wawancara meminta informasi atau
ungkapan kepaada orang yang diteliti yang berputar disekitar pendapat dan
keyakinan (Hasan 1963 dalam Emzir 2010 :50).
Wawancara dilakukan secara tidak terstruktrur dengan tujuan agar
pertanyaan dapat mengalir sesuai pembicaraan yang dilakukan. Hal ini
juga untuk membangun kesan bahwa antara peneliti dengan informan tidak
ada jarak atau berstatus sama.
Metode wawancara dilakukan secara mendalam, dimana wawancara
mendalam adalah wawancara yang dilakukan secara informal. Biasanya
wawancara in digunakan bersamaan dengan metode observasi partisipasi.
Pada penggunaan metode ini biasanya pewawancara diharuskan hidup
bersama-sama dengan responden dalam waktu yang relatif lama. Oleh
karena itu, proses kehidupan keseharian responden diketahui dan bahkan
pewawancara ikut bersama responden terlibat dalam proses kehidupan dan
kebudayaan responden ( Burhan Bungin 2001 :136).
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
untuk mewawancarai narasumber penelitian yang telah ditentukan
sebelumnya. informan yang dimaksud adalah kepala Kepala Desa
18
Rembitan, kepala dusun Sade, Pemangku adat atau tokoh adat, Masyarakat
yang menjadi pemandu wisata, Orang tua di dusun Sade.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan ataupun data penting yang dapat dijadikan
sebagi bukti dalam melakukan penelitian yang dapat memperkuat hasil
penelitian. Data yang diperoleh dapat berupa foto, jurnal, buku, memo,
arsip, video. Penggunaan data dokumentasi dalam penelitian ini adalah
untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan data-data tentang
berbagai hal yang berhubungan dengan proses serta bentuk Komodifikasi
Budaya Sebagai Pergeseran Nilai Masyarakat Dusun Sade desa Rembitan.
Bentuk dokumentasi yang dilakukan adalah dengan mengambil foto,
video, terkait dengan suasana atau lingkungan yang terjadi di dusun sade.
Selain itu juga, rekaman suara hasil wawancara, serta mencatat hal-hal
penting dari data yang ditemukan dilapangan selama penelitian
berlangsung.
1.6.7 Teknik Analisa Data
Analisa data merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan
transkripsi wawancara, catatan lapangan, materi-materi lain yang telah
dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman mengenai materi-materi
tersebut dan untuk memungkinkan menyajikan data yang telah ditemukan.
Anaisis melibatkan pekerjaan dengan data, penyusunan, dan pemecahan
terhadap unit-unit yang ditangani, perangkumannya, pencarian pola-pola,
19
dan penemuan apa yang penting dan apa yang perlu dipelajari (Emzir,
2010: 85).
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan model analisis
interaktif yang diperkenalkan oleh Huberman dan Miles yang terdiri dari
beberapa tahap analisis :
a. Tahap Pengumplan data
Proses analisis data interaktif ini kegiatan yang pertama adalah
proses pengumpulan data. Data dapat berupa foto-foto, kata-kata,
fenomena, sikap, dan perilaku keseharian yang diperoleh peneliti dari
hasil observasi mereka dengan menggunakan beberapa teknik seperti
observasi, wawancara, dokumentasi dan dengan menggunakan alat
bantu yang berupa kamera, video tape. Pada tahap ini peneliti
melakukan proses pengumpulan data dengan melibatkan sisi aktor atau
informan, aktivitas, latar, atau konteks terjadinya peristiwa.
b. Tahap Reduksi Data
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transpormasi data
kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dari lapangan. Reduksi
data berlangsung secara terus menerus sejalan dengan pelaksanaan
penelitian berlangsung. Tahapan reduksi data dimaksud untuk lebih
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang bagian data
yang tidak diperlukan, serta mengorganisasi data sehingga
20
memudahkan untuk dilakukan penarikan kesimpulan yang kemudian
akan dilanjutkan dengan proses verifikasi.
c. Penyajian Data
Penyajian data merupakan tahapan setelah reduksi data. Penyajian
data yang dimaknai oleh Miles dan Huberman (1992) sebagai
sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Proses ini
berlangsung selama proses penelitian berlangsung dan belum berakhir
sebelum laporan hasil akhir penelitian disusun.
d. Penarikan Kesimpulan
Tahap akhir dari proses ini adalah penarikan kesimpulan yang
dimaknai sebagai penarikan arti data yang ditampilkan. Beberapa cara
yang dapat dilakukan dalam dalam proses ini adalah dengan
melakukan pencatatan pola-pola dan tema yang sama, pengelompokan,
dan pencarian kasus-kasus negatif (kasus khas, berbeda, mungkin pula
menyimpang dari kebiasaan yang ada di masyarakat).
21
Gambar 1.1 Komponen analisi data model interaktif Huberman & Miles 1992
1.6.8 Uji Keabsahan Data
Validitas merupakan derajat ketetapan antara data yang terjadi pada
obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan
demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antar data yang
dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada
obyek penelitian. Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat
dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan
peniliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.
Keabsahan data pada penelitian kualitatif dapat dibuktikan dengan uji
kredibilitas. Uji kredibilitas data dapat dilakukan dengan perpanjangan
pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi. Diskusi
dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan memberchek.
22
a. Perpanjang Pengamatan
Perpanjang pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,
melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah
ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti
hubungan peneliti dengan nara sumber akan semakin terbentuk rapport,
semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin terbuka, saling mempercayai
sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.
b. Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara
lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian
data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.
Dengan meningkatkan ketekunan maka peneliti dapat melakukan
pengecekan kembali apakah data yang telah ditemui itu salah atau tidak.
Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat
memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang
diamati.
c. Triangulasi
Triangulasi diartikan sebagai pengecekkan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat
triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi
waktu.
23
a) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
Triangulasi ini dilakukan dengan cara menemui orang-orang yang telibat
langsung dalam proses komodifikasi budaya yang terjadi di Dusun Sade,
Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah.
b) Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik
yang berbeda.
c) Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibiltas data. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari pada saat
narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan
data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Pengujian kredibilitas
data dapat dilakukan dengan cara pengecekkan dengan wawancara,
observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi berbeda. bila hasil
uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-
ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.